112 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Penelitian ini menyajikan faktor – faktor ekonomi yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi nilai tukar, seperti sukubunga dunia, industrial production index, inflasi, uang beredar dan suku bunga SBI, tidak melakukan analisis baik secara langsung maupun tidak langsung atas faktor-faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis impuls respon dapat disimpulkan bahwa guncangan nilai tukar rupiah mengakibatkan depresiasi yang sangat tinggi terhadap nilai tukar rupiah dimana dengan adanya guncangan nilai tukar rupiah akan mengakibatkan fluktuasi pada variabel makroekonomi dalam waktu yang lebih cepat untuk menuju ke kondisi kestabilan dibandingkan dengan variabel makroekonomi lainya. Terkait dengan depresiasi dari guncangan nilai tukar rupiah akan direspon dengan meningkatnya jumlah uang beredar secara langsung. Peningkatan jumlah uang beredar terjadi karena simpanan dalam nominasi mata uang dolar juga termasuk dalam perhitungan jumlah uang beredar (M2) sehingga depresiasi nilai tukar rupiah secara otomatis meningkatkan jumlah uang beredar yang akan mengarahkan pada terjadinya kenaikan tingkat harga yang membuat daya beli masyarakat menurun akibatnya industrial production index mengalami penurunan, oleh karena itu untuk menyeimbangi besarnya laju depresiasi yang terjadi, bank sentral seyogyanya melakukan kebijakan moneter berupa peningkatan sukubunga SBI mendorong terjadinya capital inflow yang pada akhirnya dapat menstabilkan nilai tukar rupiah. 113 Guncangan harga akan direspon oleh bank sentral dengan menaikan sukubunga SBI sehingga menyebabkan menurunya jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi mengakibatkan daya saing Indonesia melemah dan naiknya pinjaman sukubunga sehingga menurunya industrial production index. Berdasarkan hasil Forecast Error Variance Decomposition menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah (DLER) secara dominan ditentukan oleh shock terhadap dirinya sendiri, yaitu mencapai sebesar 95.49 persen. Inflasi juga secara dominan ditentukan oleh shock terhadap dirinya sendiri, yaitu sebesar 75.15 persen, diikuti dengan sukubunga SBI memberikan kontribusi sebesar 9.88 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai tukar rupiah cenderung bersifat eksogen sehingga sulit untuk dapat dikendalikan secara langsung, sedangkan inflasi masih relatif memungkinkan dikendalikan melalui guncangan sukubunga SBI. Hasil ini juga menunjukkan bahwa bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan inflation targetting dimana SBI digunakan sebagai sasaran antara untuk mengontrol inflasi, bukan sebagai sasaran akhir. 7. 2. Implikasi Kebijakan Berdasarkan hasil analisis Impulse Response Functions dan Forecast Error Variance Decomposition instrumen kebijakan moneter untuk pencapaian kestabilan nilai tukar rupiah dan inflasi adalah sukubunga SBI. Dengan demikian, dalam rangka pencapaian target inflasi, Bank Indonesia dapat melaksanakannya dengan instrumen Sukubunga SBI sebagaimana yang memang telah digunakan selama ini akan menjadi lebih baik apabila Bank Indonesia dapat menciptakan stabilitas fundamental ekonomi, terutama me ngurangi kesenjangan permintaan 114 dan penawaran valuta asing, sekaligus menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah dan mengendalikan terjadinya aliran modal keluar (capital outflow). Apabila laju inflasi masih tinggi. hal ini membuktikan bahwa tidak mudah melakukan pentargetan inflasi di Indonesia karena belum stabilnya variabel makroekonomi Indonesia baik internal maupun eksternal. Sisi internal seperti suku bunga SBI, sebenarnya dapat digunakan menurunkan harga dan stabil, tetapi intrume n suku bunga saja tidak cukup, perlu waktu lama untuk mempengaruhi harga, hal ini mengingat besarnya efek guncangan eksternal terhadap harga – harga yaitu keberadaan produk domestik di Indonesia masih belum mampu bersaing dengan produk luar negeri sehingga menimbulkan ketergantungan yang tinggi atas produk luar negeri terutama bahan baku impor. Hal ini membuktikan bahwa orang awam sering lebih suka menyimpan barang ketimbang uang. Berdasarkan UU BI tahun 2004 mengingat bahwa target BI tidak secara tegas upaya komitmen atas pencapaian target single objectivenya. apakah target nilai tukar, target inflasi, target moneter (uang beredar) atau kombinasi diantara pada kebijakan moneter BI . Oleh karena itu, apabila pemerintah mengharapkan kestabilan harga dengan pertumbuhan yang kondusif maka Bank Indonesia dilihat dari kebijakan moneternya perlu : 1. Fokus terhadap sasaran, pengendalian inflasi hanya salah satu diantara beberapa sasaran lain yang hendak dicapai oleh Bank sentral. Sasaran – sasaran lain kadang – kadang bertentangan dengan sasaran pengendalian inflasi, misalnya sasaran pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, neraca pembayaran, dan kurs, oleh karena itu seharusnya bank sentral tidak 115 menetapkan sasaran lain dan berfokus pada sasaran utama pengendalian inflasi. 2. Bank sentral mutlak harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi inflasi secara akurat sehingga dapat menetapkan target inflasi yang hendak dicapai. Artinya bank sentral harus mengumumkan atau membuat pernyataan resmi mengenai target inflasi untuk jangka waktu beberapa tahun kedepan 3. Pelaksanaan secara konsisten dan transparan, Dengan pelaksanaan target inflasi secara konsisten dan transparan maka kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan semakin meningkat. 4. Efektifitas pelaksana kebijakan moneter dalam kerangka inflation targetting terletak pada kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan serta kebijakan moneter yang berhati-hati, karena kedua kebijakan ini saling melengkapi dalam stabilitas perekonomian. pada masa yang akan datang, kerjasama dan koordinasi yang baik semakin terus ditingkatkan antara otoritas fiskal dan moneter yaitu pemerintah dan bank Indonesia supaya kebijakan yang diambil menjadi lebih efektif dan efisien. 7.3. Saran 1. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter diharapkan dapat menyeimbangkan kebijakan yang secara efektif dapat memulihkan stabilitas ekonomi jangka pendek dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi berkelanjutan dengan ongkos yang minimal. 2. Untuk pencapaian objektif bank sentral disarankan untuk penelitian selanjutnya mengenai sasaran kesempatan kerja, target nilai tukar, target moneter atau kombinasi diantara kebijakan moneter BI. Namun pilihan 116 apapun yang diambil tidak mudah pelaksanaanya, mengingat kondisi perekonomian Indonesia masih penuh distorsi dan kebijakan fiskal seringkali tidak searah. 3. Pemerintah dan bank sentral diharapkan duduk bersama agar pemerintah memiliki komitmen untuk menjaga ketahanan fiskal, antara lain melalui pengurangan defisit anggaran dan penyusunan rencana strategis yang rasional dan transparan, serta mampu menyurutkan keraguan dan kecendrungan kebijakan populer untuk memenuhi keinginan politiknya. Dan bank sentral secara tegas dan konsisten memutuskan dan menyampaikan secara lugas target kebijakan moneter, all out untuk mencapainya, tidak akomodatif dengan siklus politik. 4. Perlu adanya penelitian selanjutnya yang menggunakan faktor ekonomi lainnya seperti nilai tukar mata uang negara lain, atau faktor non ekonomi untuk dapat menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi.