sinode gksbs

advertisement
SINODE
GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN
Jl. Yos Sudarso 15 Polos Metro Pusat. Lampung. 34111
Tlp. (0725) 42598
Facebook : http://facebook.com/gksbs
Fans Page FB : @rumahbersama
Email : [email protected]
Website : http://gksbs.org
Twitter : @gksbs
[1]
PENGANTAR
Rekan-rekan sejawat dalam pelayanan pemberitaan firman Tuhan yang
saya hormati dan kasihi, senang sekali dapat menjumpai rekan-rekan
sekalian dengan Bahan Kotbah Sumber Air Hidup GKSBS semester ganjil
(Januari-Juni) 2017.
Penulisan bahan kotbah ini melalui proses panjang, yang diawali dengan
mengumpulkan para calon penulis kotbah, mempelajari Leksionary tahun A
untuk dibagi-bagi dalam pembahasan perikop, sebagian untuk penulisan
Bahan PA dan materi Ibadah Anak, dan sebagian untuk penulisan bahan
SAH. Proses penulisan dilanjutkan dengan mendiskusikan umpan balik
dari para pemerhati penggunaan SAH GKSBS lalu berbagi tugas
penulisan. Penulisan awal dilaksanakan di rumah masing-masing penulis
untuk kemudian dipresentasikan dalam pertemuan penulis kotbah SAH
2017. Dalam presentasi, masing-masing penulis harus terbuka untuk
dikoreksi bersama dan menerima masukan-masukan berharga dari para
penulis lainnya. Hasil dari proses ini kemudian diedit secara khusus oleh
seorang editor, diserahkan kepada bagian Penerbitan Sinode GKSBS untuk
laik cetak dan didistribusikan ke seluruh wilayah pelayanan GKSBS.
Rangkaian panjang proses penulisan tersebut diharapkan menghasilkan
tulisan yang lebih baik dari tulisan sebelumnya.
Bahan Kotbah Semester Ganjil 2017 ini disajikan dalam bentuk Rancangan
Kotbah dan dilengkapi dengan Contoh Bahan Kotbah Jadi. Contoh Kotbah
Jadi diharapkan dapat dikembangkan oleh rekan-rekan sekalian. Menyadari
konteks yang semakin cepat berubah, bapak/ibu dapat menyesuaikan
kotbah dengan situasi dan pergumulan konkret yang ada agar kotbah
rekan-rekan semakin mendarat dan lebih kontekstual. Akan sangat baik
apabila Yth berkenan membaca Rancangan Kotbahnya terlebih dahulu,
membuat kotbah sendiri dan membandingkannya dengan Contoh Kotbah
[2]
Jadi. Sermon sebagaimana telah berjalan di beberapa jemaat sungguh
sangat membantu dan menggairahkan proses pembuatan kotbah sendiri.
Peran para Pendeta yang berbagi pengetahuan akan sangat dibutuhkan
dalam sermon ini. Jangan ragu untuk membahasakan dalam bahasa rekanrekan sendiri agar kotbah lebih hidup.
Para penulis yang menjadi kontributor SAH semester ganjil 2017 ini antara
lain : Pdt Joko Nawanto (JN), Pdt Prasetyanto Aji (PA), Pdt Alfred Ruben
Gordon Taek (Argt), Pdt Heri Surawan (HSW) dan Pdt Bambang Nugroho
Hadi (BNH).
Akhirnya, semoga bahan kotbah ini sungguh menjadi berkat. Selamat
melayani, Tuhan memberkati.
Metro, November 2016
Salam & Hormat kami
Pdt. Alexius Hariyanto,S.Pd,M.Div
Sekretaris MPS GKSBS
[3]
DAFTAR ISI
Minggu
Tanggal
Hal
Kotbah Tahun Baru 2017
1 Januari 2017
5
Epifania I
Epifania II
Epifania III
Epifania IV
Epifania V
Epifania VI
Epifania VII
Epifania VIII
8 Januari 2017
15 Januari 2017
22 Januari 2017
29 Januari 2017
5 Pebruari 2017
12 Pebruari 2017
19 Pebruari 2017
26 Pebruari 2017
10
18
25
36
47
59
69
83
Trinitas I
Trinitas II
Trinitas III
11 Juni 2017
18 Juni 2017
25 Juni 2017
93
105
116
[4]
KOTBAH MINGGU, 01 JANUARI 2017
TAHUN BARU: Warna Liturgi PUTIH
Bacaan : Mazmur 90: 1-12
“WAKTU SEMAKIN BERTAMBAH, JADILAH SEMAKIN
BIJAKSANA”
Jemaat yang mengasihi Tuhan,
Sebuah ilustrasi tentang waktu: Ada seorang turis asing di Yogyakarta mau
pergi berwisata ke candi Prambanan. Dirinya memutuskan pergi ke
Prambanan dengan menggunakan kereta api Pramex. Dia pesan tiket dan
berangkat dari stasiun Lempuyangan. Ketika turis asing ini sudah naik di
kereta, keretapun segera berangkat karena kereta tidak bisa menunggu
lama, hanya beberapa menit saja kereta berhenti. Sementara kereta berjalan
turis asing ini berjalan mencari tempat duduk yang dianggapnya nyaman.
Dirinya berjalan dari satu gerbong ke gerbong lain, sibuk mencari tempat
yang dianggap baik bagi dirinya. Keretapun terus berjalan, dirinyapun
masih belum menemukan tempat yang dianggapnya cocok. Setelah berjalan
sekitar sekitar 12 menit, dirinya baru menemukan tempat yang dianggapnya
cocok. Kemudian turis asing ini menaruh barang bawaannya dan duduk,
belum lama duduk (kurang dari 5 menit) tiba-tiba kereta api berhenti. Dan
ternyata kereta api sudah sampai di stasiun Prambanan. Alangkah
terkejutnya si Turis tersebut. Dia bilang dengan dirinya sendiri” alangkah
bodohnya saya ini, kalau tahu seperti ini saya akan menikmati
perjalananku, dengan tidak sibuk mencari tempat duduk ” Dirinya terkejut,
karena tahu-tahu sudah nyampai, dirinya tidak menyangka akan secepat itu
sampai tujuan.
[5]
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Demikian juga dengan kita, kadang kita tidak sadar kalau waktu berjalan
terus. Kadang kita terkejut dan baru sadar bahwa kita sudah sampai
memasuki tahun 2017, kita terkejut tahu-tahu kok sudah SMA, tahu-tahu
kok sudah kuliah, tahu-tahu kok mau menikah , tahu-tahu kok sudah punya
anak, tahu-tahu kok mau pensiun, tahu-tahu kok rambut kita sudah mulai
memutih. Kita terkejut, tahu-tahu kok sudah punya cucu, dan kadang juga
baru sadar kalau waktu kesempatan untuk hidup semakin berkurang.
Jemaat yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan,
Waktu terus berjalan, manusia tidak dapat menghentikan waktu dan tidak
dapat memutar kembali waktu yang sudah dijalaninya. Dengan waktu yang
terus berpacu, lalu tidak sedikit manusia mengukur keberhasilannya dengan
apa yang dirinya punya, misalnya; sudah punya anak berapa? Sudah punya
apa? Sudah tahun 2017, apakah yang sudah kau miliki? (“wes sakmrono
sakmrene opo ono sing wes nyanthel?) mungkin ini tidak salah. Jarang
yang berefleksi dengan pertanyaan;” apakah aku sudah semakin matang dan
bertambah bijaksana?
Jemaat yang mengasihi Tuhan,
Di sadari atau tidak, dengan berjalannya waktu pengalaman hidup
seseorang semakin bertambah, tetapi usia juga semakin berkurang, karena
manusia hidup dibatasi oleh ruang dan waktu. Ruang manusia terbatas,
waktu hidup manusia juga terbatas. Manusia sebagai mahkluk yang fana
mempunyai banyak keterbatasan. Dan keterbatasan sebagai manusia fana
ini disadari oleh Musa dalam doanya kepada Allah seperti yang tertulis
dalam kitab mazmur yang kita baca pada saat ini.
[6]
Jemaat yang saya kasihi,
Dalam bacaan kita saat ini, kita bisa mengerti bahwa Mazmur ini berisi doa
Musa. Dalam doa ini, Musa menyatakan:
1.
Bahwa Tuhan sebagai penolong yang kuasaNya turun temurun.
Musa menghayati bahwa Allah adalah kekal. Keberadaan Allah
sudah ada sebelum dunia diciptakan, keberadaan Allah yang kekal
ini dapat dijadikan dasar sebagai tempat perteduhanan. (ayat 1dan
2).
2. Selain itu Musa juga menggambarkan tentang keberadaan manusia
yang fana dan berdosa. Keberadaan manusia yang berasal dari debu
dan akan kembali kepada debu. Hal ini mau menunjukkan bahwa
manusia itu fana dan umurnya terbatas. Awal dan akhir hidup
manusia itu ditentukan oleh Tuhan, waktu yang terbatas ada
ditangan Tuhan. Kefanaan hidup manusia oleh Musa digambarkan
dengan: 1. Seperti giliran jaga di waktu malam. Giliran jaga cepat
berganti dan terasa hanya sebentar, giliran jaga diwaktu malam
tidak terasa karena pagipun segera terbit. 2. Seperti mimpi; kita
semua pasti pernah bermimpi, mimpi hanya sekejab ketika bangun,
mimpipun menjadi hilang. 3. Seperti rumput yang bertumbuh di
waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan
layu. Inilah gambaran manusia yang singkat umur hidupnya.
Disamping menggambarkan keberadaan manusia yang fana, Musa
juga menggambarkan manusia sebagai mahkluk yang berdosa.
Dalam keberadaan manusia yang seperti ini, Allah menjadi murka/
marah. Dalam murka Allah ,manusia menjadi menderita, waktuwaktu yang berjalan hanya diisi dengan peluh. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa dosa menjadikan manusia hidup menderita.
Tetapi dalam keyakinan Musa, bahwa Allah sebagai pembenci dosa
tetap bersedia membimbing manusia untuk hidup dalam kebenaran.
Sebagai manusia yang fana yang mempunyai keterbatasan hidup,
[7]
Musa memberi ukuran hidup manusia berumur 70 tahun, kalau lebih
80 tahun dan kebanggannya adalah kesukaran dan penderitaan.
Menghayati kekekalan Allah dan kefanaan atau keterbatasan usia manusia,
maka dalam doanya Musa meminta kebijaksanaan. “Ajarlah kami
menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana”(ayat 12).
Diberi hati yang bijaksana artinya bagaimana dirinya menyadari sebagai
mahkluk yang fana, yang punya keterbatasan, sehingga dirinya juga tahu
bagaimana harus menjalani hidup. Ketika manusia mengetahui bahwa
waktunya adalah singkat dan terbatas, maka manusia akan mengatur dan
menggunakan waktunya dengan baik. Menggunkan waktu dengan
bijaksana tentu dapat terjadi ketika ada pimpinan Tuhan di dalamnya.
Jemaat kekasih Tuhan,
Pada saat ini kita sudah meninggalkan tahun 2016, banyak hal yang telah
kita lewati ditahun lalu. Saat ini kita sudah memasuki Tahun 2017 dan
akan melaluinya. Oleh karena itu seperti Firman Tuhan pada saat ini, bahwa
Allah adalah kekal yang berkuasa atas waktu dan hidup kita. Untuk itu
dalam menjalani tahun 2017 kita harus tetap mengandalkan Allah sebagai
tempat perteduhan kita, sebagai sumber pertolongan kita. Pada saat kita
mengalami persoalan dan penderitaan tetaplah bersandar kepada Tuhan
sebagai sumber pertolongan. Selain itu, dalam memasuki dan menjalani
tahun 2017, kita juga diajar untuk selalu menghitung hari-hari pemberian
Tuhan, artinya bagaimana kita harus selalu bijak dalam menggunkan waktu
yang akan kita lalui. Dengan Menggunakan waktu dengan benar, mengatur
waktu dengan baik dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab, maka
kita juga tidak akan menyesal dikemudian hari. Menggunakan waktu dan
mengisi hari-hari ke depan dengan bijaksana, berarti bagaimana kita
mengisi waktu bukan hanya sekedar mencari materi, disibukan dengan
banyak hal yang kurang berguna, tetapi bagaimana dengan waktu yang ada
[8]
kita juga mengerti kehendak Tuhan atas waktu kita yang terbatas ini, seperti
yang dinasihatkan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus,
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah
waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu
bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan ( Efesus
5:15-17). Untuk itu, mari kita syukuri pengalaman hidup tahun 2016 yang
telah kita lewati, karena banyak pelajaran hikmah yang dapat kita temukan
dan mari kita memasuki dan menjalani tahun 2017 dengan selalu mengisi
hari-hari pemberian Tuhan dengan bijaksana, sehingga hidup kitapun
berkenan dihadapan Tuhan dan nama Tuhanpun dimuliakan. Biarlah waktu
terus melaju dan jadilah semakin bijaksana. Tuhan memberkati. Amin. (
JN)
Liturgi:
Nas Pembimbing
Berita Anugerah
Ayat Persembahan
: Efesus 5: 15-17
: Efesus 5: 1-2
: Amsal 3: 9-10
Nyanyian :
1. Pembukaan PKJ : 192
2. Pujian
KJ : 331
3. Penenguhan PKJ: 227
4. Respon
PKJ: 274
5. PersembahanKJ : 367
6. Penutup
KJ 416
[9]
RANCANGAN KHOTBAH, 08 JANUARI 2017
Minggu Epifani I ; Warna Liturgi Putih
Bacaan Leksionari:Yesaya 42:1-9. Mazmur 29.
Kisah Rasul 10:34-43, Matius 3:13-17
Bacaan Kotbah: Kisah Para Rasul 10: 34-43
Tema: YESUS ADALAH HAKIM BAGI SEMUA ORANG
Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa Yesus Kristus yang akan menghakimi
orang yang hidup dan yang mati.
2. Jemaat semakin dikuatkan imannya, bahwa di dalam Dia ada
keselamatan.
A. LATAR BELAKANG TEKS
Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas melanjutkan tulisannya yang
pertama, yaitu Injil Lukas. Dalam kitab ini dijelaskan kisah para rasul
yang menyebarkan berita Injil kepada dunia agar percaya kepada
Kristus yang telah bangkit. Pekabaran Injil dimulai dari Yerusalem
sampai ke seluruh bumi. Pergerakan pekabaran Injil dimulai pada saat
hari Pentakosta, dimana janji Allah digenapi dengan peristiwa turunnya
Roh kudus. Dengan gerakan pekabaran Injil ini ternyata melahirkan
komunitas-komunitas gereja yang mulai berkembang dan menyebar ke
berbagai daerah, semua itu diyakini karena pekerjaan Roh Kudus. Yang
lebih menarik lagi dalam kitab Kisah Para Rasul ini juga diceritakan
tentang pertobatan Saulus sebagai seorang ahli Taurat yang menganiaya
jemaat dan menghambat gerakan kekristenan menjadi pengikut Yesus
setelah perjumpaanya dengan Yesus. Saulus yang bertobat dipakai oleh
Tuhan menjadi seorang Rasul yang kemudian dikenal dengan nama
Paulus. Ia menjadi alat Tuhan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus
[10]
kepada orang-orang bukan Yahudi. Melalui Rasul Paulus inilah
gerakkan pekabaran Injil meluas sampai ke Roma.
Susunan kitab Kisah Para Rasul.
 Roh Kudus memberikan Kuasa kepada Para Rasul Yesus (1:12:47)
 Jemaat di Yerusalem ( 3:1-8:3)
 Injil diberitakan di Yudea dan Samaria ( 8:4- 9:31
 Injil diberitakan di Dunia bukan Yahudi ( 9:32-15:35)
 Injil diberitakan di Asia Kecil, Yunani dan Roma ( 15:3628:31)
B. PENJELASAN TEKS
Ayat 34-36
: Pembicaraan Petrus dimulai dengan suatu
pernyataan mengenai sifat umum penyelamatan ,” Setiap orang dari
bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan
kebenaran berkenan kepada-Nya” Sabda penyelamatan Allah telah
dikirim pertama-tama kepada bangsa Israel melalui Yesus Kristus yang
adalah Tuhan atas segala-galanya. Ia mewartakan berita perdamaian,
bahwa semua janji Perjanjian Lama telah terpenuhi sehingga Kerajaan
Allah sudah semakin dekat. Di sini janji penebusan yang diberikan
melalui Dia telah terlaksana.
Ayat 37-41
: Kotbah Petrus menyangkut hidup Kristus di depan
umum. Ia mulai dengan pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes
untuk memenuhi suatu nubuat bahwa Mesias yang diurapi dengan Roh
Kudus, mensyahkan diriNya sebagai Mesias berlangsung pada waktu
itu. Selanjutnya Kristus memenuhi rencana perutusanNya dengan
menyembuhkan orang sakit dan membebaskan mereka yang dikuasai
iblis; mengenai semua hal itu para rasul menjadi saksinya. Meskipun
demikian, orang Yahudi memperlakukan, menyiksa dan membunuhNya
sebagai penjahat terkutuk. Tetapi Allah telah membangkitkan Dia pada
hari ketiga dan menampakkan diri kepada para saksi yang sebelumnya
[11]
ditunjuk oleh Allah. Kepada para saksi mereka memberi tanda buktinya
dengan makan dan minum bersama dengan mereka.
Ayat 42
: Karena itu, Petrus ditugaskan untuk mewartakan
peristiwa itu dan memberikan kesaksian bahwa Kristus adalah “Hakim
atas orang-orang yang hidup dan yang mati”
Ayat 43
: Petrus menyimpulkan dengan menyatakan bahwa
dalam diri Kristus, segala nubuat telah terpenuhi dan bahwa semua
orang yang percaya kepadaNya akan mendapat pengampunan dosa
karena namaNya.
C. KONTEK MASA KINI.
 Banyak terjadi ketidakadilan di tengah bangsa indonesia, hukum
tajam ke bawah tumpul di atas.
 Wewenang untuk menyatakan seseorang benar atau salah dalam
pengadilan adalah hakim, tetapi terkadang seseorang dipandang
bersalah atau benar bukan karena proses pengadilan, melainkan
karena desakan atau kepentingan di luar persidangan.
 Ajaran kekristenan mengakui adanya penghakiman dari pihak
Illahi pada akhir zaman. Hal penghakiman juga dimuat dalam
Pengakuan Iman Rasuli.
D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH.
1. Pembukaan
Kotbah diawali dengan penjelasan pentingnya seorang hakim dalam
mengambil keputusan untuk membebaskan atau menghukum
seseorang dalam proses pengadilan.
2. Isi
 Ceritakan karya penyelamatan Allah untuk semua orang di
dalam Yesus Kristus
 Jelaskan bahwa Yesus akan menghakimi semua orang yang
hidup dan yang yang mati
[12]

Di dalam Yesus Kristus ada keselamatan untuk mengampuni
dosa.
3. Penutup.
Tekankan bahwa semua orang akan dihakimi dan yang menghakimi
adalah Yesus sesuai dengan pengakuan Iman Rasuli. Untuk itu
jemaat diajar untuk tetap berpegang teguh pada iman yang telah
diterimanya.
E. LITURGI
1. Ny Pembukaan
2. Nats pembimbing
3. Ny Jemaat
4. Berita Anugerah
5. Ny peneguhan
6. Ny Responsoria
7. Nats Persembahan
8. Ny persembahan
9. Ny penutup
: PKJ 192
: Mazmur 29.
: KJ 19
: Yesaya 42:1-9.
: PKJ 129
: KJ 277
: I Tawarikh 19:17
: PKJ 165
: KJ 402
F. CONTOH KOTBAH JADI YANG BISA DIKEMBANGKAN.
YESUS ADALAH HAKIM YANG DITENTUKAN ALLAH
Bacaan : Kisah Para Rasul 10: 34-43.
Jemaat yang dikasihi Tuhan.
Dalam dunia pengadilan, ketika ada seorang terdakwa yang akan
dihakimi ada sebuah proses yang harus dijalani. Ada Jaksa penuntut
umum, yang selalu mencari kelemahan dan kesalahan dalam rangka
menemukan dasar alasan sehingga seorang terdakwa memang layak
untuk dihukum. Di sisi lain, ada Pembela yang berusaha untuk
[13]
melindungi dengan melakukan pembelaan terhadap terdakwa dengan
mencari banyak alasan sebagai dasar bahwa terdakwa bukanlah seorang
yang bersalah
dan harus dibebaskan atau kalaupun bersalah
hukumannya menjadi ringan karena ada unsur-unsur yang meringankan.
Dalam proses pengadilan ini, baik Jaksa Penuntut Umum maupun
Pengacara yang membela tidak punya wewenang untuk memutuskan
bahwa seseorang bersalah atau tidak, dihukum atau dibebaskan.
Kewenangan untuk memutuskan seorang bersalah atau tidak, terletak
pada Hakim. Ia akan dengan cermat mendengar dan
mempertimbangkan informasi, data dan bukti-bukti yang dipaparkan
oleh kedua belah pihak, baik dari Jaksa ataupun dari Pembela. Di
sinilah peran pentingnya seorang hakim yang dapat menentukan “salah
tidaknya” seorang terdakwa. Hakim di dunia ini adalah manusia, yang
bisa dipengaruhi oleh faktor tertentu dalam mengambil keputusan
sehingga dapat berlaku tidak adil dalam pengambilan keputusan. Hal ini
tentu berbeda dengan pengadilan yang dilakukan oleh pihak Allah yang
terjadi pada akhir zaman untuk semua orang. Bila Allah menjadi
Hakim, Dia pasti akan bersikap adil.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Dalam perikop Kitab Suci yang kita baca saat ini, kita juga bisa melihat
bagaimana rasul Petrus bersaksi bahwa yang akan menjadi hakim atas
semua manusia yang hidup maupun yang mati adalah Yesus.
Kesaksian rasul Petrus pada perikop bacaan kita saat ini,
dilatarbelakangi oleh pemahaman orang Yahudi, bahwa keselamatan itu
hanya untuk orang Yahudi saja karena mereka adalah umat pilihan
Allah. Sedangkan orang bukan Yahudi dianggap bukan orang pilihan
Allah sehingga tidak layak mendapatkan janji keselamatan Allah. Orang
Yahudi sering mencap bahwa orang non Yahudi yang tidak bersunat
sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Pemahaman seperti ini
ternyata berdampak pada sebuah sikap yang membedakan satu dengan
[14]
yang lain dan membawa pada sebuah penghakiman atas orang lain.
Pemahaman seperti ini juga dimiliki oleh Petrus dan pemahaman ini
tentu salah. Tetapi ketika Kornelius seorang perwira pasukan dari Italia
yang takut dan taat kepada Allah, disapa oleh Malaikat Tuhan dan
bertemu dengan Petrus, Petruspun mulai mengerti bahwa Allah tidak
membeda-bedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang
takut pada Dia dan mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya. Oleh
karena itu Petrus bersaksi dengan cara mengajar dan bercerita kepada
banyak orang tentang kehidupan Yesus, bahwa Tuhan Yesus telah
melakukan banyak pekerjaan pelayanan diseluruh Yudea setelah
peristiwa pembaptisanNya. Kesaksian Rasul Petrus kepada orang
banyak mengenai Yesus Kristus setelah dibaptis adalah;
 Allah telah mengurapi dengan kuasa Roh kudus, sehingga
dengan kuat kuasaNya, Yesus berjalan keliling sambil berbuat
baik dan menyembuhkan orang yang dikuasai iblis.
 Walaupun Yesus telah melakukan kebaikan, namun orangorang Yahudi telah membunuh Yesus dengan cara
menggantungNya di atas kayu salib sampai mati
 Kemudian Yesus bangkit pada hari yang ketiga dan
menampakan diri tidak kepada semua orang tetapi hanya kepada
para murid Nya.
 Dengan kebangkitan dan penampakan diri kepada para murid
inilah, para murid diutus untuk memberitakan bahwa Yesus lah
yang ditentukan oleh Allah untuk menjadi hakim bagi semua
orang, baik atas orang yang hidup maupun orang yang mati.
 Nabi-nabi juga bersaksi tentang Yesus, bahwa siapa percaya
kepadaNya, ia akan mendapatkan pengampunan dosa, karena
namaNya.
Melalui kisah hidup serta pelayanan Tuhan Yesus inilah yang menjadi
dasar iman kita, bahwa Tuhan Yesus akan menjadi hakim atas orang
[15]
yang hidup dan yang mati itu benar adanya. Yesuslah yang diurapi atau
disahkan oleh Allah melalui peristiwa pembaptisan Yohanes, diurapi
bukan hanya untuk melakukan pelayanan di dunia ini, tetapi juga diberi
wewenang oleh Allah untuk menjadi hakim atas semua orang yang
hidup dan yang mati.
Jemaat yang di kasihi Tuhan,
Dalam pengakuan Iman Rasuli di gereja kita mengakui bahwa Tuhan
akan datang untuk yang kedua kalinya. KedatanganNya yang kedua
dalam rangka untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Sebagai hakim, maka Yesus berhak menentukan seseorang itu dihukum
atau tidak. Dalam penghayatan iman, kita memahami bahwa Allah itu
adil dan kasih. Allah itu maha adil karena semua orang yang bersalah
harus dihukum. Jika kita melihat hal ini, tentu semua orang pasti
dihukum karena semua orang telah berdosa. Tetapi Allah itu juga maha
kasih dan kasih Allah dinyatakan dengan mengampuni manusia yang
berdosa. KasihNya dinyatakan dengan jalan mengutus PutraNya ke
dalam dunia ini untuk menebus dan mengampuni dosa manusia. Siapa
yang percaya kepadaNya akan selamat. Siapa yang percaya kepadaNya
tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Pertanyaan bagi kita
adalah iman atau percaya yang seperti apa yang dikehendaki Tuhan,
supaya selamat lepas dari hukuman Allah? Tentu percaya yang tidak
hanya berhenti kepada pengakuan verbal atau perkataan saja. Tetapi
percaya yang diwujudkan melalui tindakan, sehingga ketika akhir
zaman tiba, kita tidak ditolak oleh Tuhan. Seperti ajaran Tuhan kepada
para murid supaya waspada terhadap nabi-nabi palsu,” Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi
nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
[16]
pembuat kejahatan! (Bnd Matius 7:22-23) Demikian juga ketika akhir
zaman tiba, Tuhan datang mengumpulkan dan memisahkan antara
domba dan kambing. Yang domba sendiri dan yang kambing sendiri.
Kambing akan dihukum Allah karena dalam hidup tidak punya
kepedulian terhadap orang yang hina dan lemah, sedangkan pada
domba akan masuk ke dalam kerajaan Allah Bapa, karena mau peduli
dengan kasih memperhatikan orang-orang yang hina dan lemah ( bnd
Matius 25: 32-46).
Tuhan Yesus adalah hakim: untuk itu mari kita yang percaya beriman
kepadanya, kita wujudkan iman kita melalui sikap dan perbuatan nyata,
selalu berusaha dan berjuang melakukan apa yang menjadi FirmanNya.
Kita menjadi pribadi yang takut kepada Allah dan melakukan kebenaran
seperti yang terjadi pada diri Kornelius, sehingga ketika penghakiman
akhir zaman terjadi, kita semua dibebaskan dari hukuman karena
mendapat pembenaran dari Tuhan.
Jemaat yang di kasihi Tuhan.
Ketika kita menghayati bahwa Yesus adalah hakim yang adil, maka
dalam segala sesuatu yang terjadi dalam diri kita, apakah karena
difitnah, dianaiaya, dibenci, hendaklah kita senantiasa menyerahkan dan
berserah kepada Tuhan. Janganlah kita suka menghakimi supaya kita
tidak dihakimi. Oleh karena itu tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus
yang telah diurapi Tuhan melalui pembaptisan Yohanes, dan yang telah
melakukan banyak pelayanan kesembuhan, berbuat baik kepada semua
orang, walaupun akhirnya harus menderita salib karena dosa dan
kesalahan kita, mati dan akhirnya bangkit kembali dari kematian.
Tetaplah percaya kepada Tuhan yang hidup, Tuhan yang dapat
diandalkan, dan Tuhan yang akan menjadi hakim atas semua orang
yang hidup dan yang mati. Percayalah kepadaNya, maka kita akan
selamat. Tuhan, memberkati. Amin. ( JN)
[17]
RANCANGAN KOTBAH, 15 JANUARI 2017
Minggu Epifani II ; Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionari: Yesaya 49:1-7, Mazmur 40 :1-11,
I Korintus 1:1-9, Yohanes 1:29-42
Bacaan Kotbah: Mazmur 40:1-11
BERSAKSI TENTANG PERTOLONGAN TUHAN
Tujuan:
1. Jemaat dikuatkan bahwa di dalam Tuhan ada
sumber
pertolongan
2. Jemaat termotivasi untuk selalu bersaksi akan pertolongan
Tuhan kepadanya.
A. PENJELASAN TEKS
Ayat 2-4
: Pemazmur menceritakan pengalamannya yang telah
terjadi di masa yang lalu, bahwa ia dengan sabar menanti-nantikan
Tuhan dan Telinga Tuhanpun selalu peka mendengar doanya. Tuhan
menjenguk dan menolong dengan membawanya dari tempat bahaya
(lumpur rawa yang membinasakan) dan menempatkan dirinya secara
kukuh di atas bukit batu, serta menjelaskan tentang jalan-jalanNya.
Bukit batu adalah tempat yang aman bagi hewan-hewan kecil untuk
berlindung dari berbagai bahaya, misalnya: predator, hujan, panas dan
badai.Tuhan bagaikan bukit batu, artinya Tuhan adalah tempat
perlindungan yang paling aman bagi pemazmur. Disamping itu,Tuhan
juga memberikan nyanyian baru dalam mulutnya untuk memuliakan
Allah supaya banyak orang mendengar, menghormati dan
mempercayaiNya.
Ayat 5
: Nyanyian baru Pemazmur berisi tentang; 1).
Seruan Pemazmur kepada yang lain. Seseorang akan berbahagia bila
mau percaya kepada Tuhan dan tidak mempercayakan hidupnya kepada
[18]
orang-orang yang angkuh atau kepada orang-orang yang telah
menyimpang kepada kebohongan. 2). Pujian kepada Tuhan. Pengakuan
Pemazmur bahwa Tuhan telah melakukan banyak hal. Banyak
perbuatan ajaib yang dikerjakan Tuhan telah menjadi bukti bahwa tak
ada yang dapat disejajarkan dengan Allah. Allah adalah Allah yang
bertindak. Pemazmurpun ingin memberitakan perbuatan Tuhan tetapi
terlalu besar jumlahnya untuk dihitung, artinya Pemazmur mengakui
perbuatan Tuhan yang tak terhingga jumlahnya.
Ayat 7-9
: Pemazmur berbicara tentang ibadah kurban dan
ketaatan. Yang terpenting di antara semua rencana Allah yang
dinyatakan di telinga Pemazmur, ialah bahwa ibadah tidak mencapai
puncaknya semata-mata dalam pemberian persembahan kurban
binatang ataupun berpusat pada mezbah saja, melainkan dalam
kesediaan orang yang beribadah mau mendengarkan suara Allah serta
menyerahkan hidupnya dalam ketaatan setiap hari kepada Allah.
Ayat 10-11
: Berisi kesaksian Pemazmur. Bahwa karya
keselamatan yang telah diterima oleh Pemazmur telah diberitakan
kepada jemaah yang besar. Pengalaman iman yang ia terima tidak
disimpan dalam hati sebagai pengalaman pribadi saja, tetapi pemazmur
mengabarkannya kepada jemaah yang besar, baik tentang kesetiaan,
keadilan dan kebenaran Tuhan serta keselamatan yang telah ia terima
dari Tuhan.
B. KONTEKS MASA KINI.
Pilkada serentak akan dilaksanakan di sebagian negeri Indonesia.
Persaingan calon pemimpin daerah untuk menduduki jabatan nomor
satu di daerahnya sering dilakukan dengan tidak sehat. Saling
menjatuhkan dan mencemooh lawan politiknya, sehingga masyarakat
disuguhi dan dibiasakan untuk mendengar, dan membaca hal-hal yang
[19]
tidak baik. Baik di media sosial ataupun dimedia lainnya, misalnya:
Menghina, menghujat, memfitnah. Situasi seperti ini dapat merusak
kesatuan dan persatuan serta merusak kehidupan yang bermartabat.
Salah satu Tugas gereja adalah bersaksi ( Marturia ), kesaksian dapat
dilakukan dengan berkomunikasi, menceritakan kebaikan Tuhan yang
pernah dialami. Kesaksian juga dapat dilakukan ketika seseorang mau
beribadah dengan ketaatan hidup kepada Allah dan bukan hanya
terjebak pada ibadah ritual saja/ kurban.
C. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH.
1. Pembukaan
Jelaskan bahwa sebagian orang terbiasa bercerita tentang apa saja
saat dalam suasana ngobrol. Akan lebih baik waktu ngobrol diisi
dengan bercerita tentang tema yang dapat membangun kehidupan
seseorang, contohnya bersaksi tentang pertolongan Tuhan yang
telah dialaminya.
2. Isi
 Pengalaman pemazmur akan pertolongan Tuhan.
 Pentingnya ibadah bukan hanya dalam acara persembahan di
mezbah tetapi persembahan hidup dalam ketaatan kepada
Tuhan yang terus menerus.
 Kesaksian pemazmur akan pertolongan Tuhan dengan
menceritakan keberadaan Tuhan kepada orang lain.
3. Penutup.
Tekankan pada jemaat untuk menceritakan kebaikan Tuhan yang
telah diterimanya.
[20]
D. LITURGI
1. Ny Pembukaan
2. Nats pembimbing
3. Ny Jemaat
4. Berita Anugerah
5. Ny peneguhan
6. Ny Responsoria
7. Nats Persembahan
8. Ny persembahan
9. Ny penutup
: PKJ 04
: Yesaya 49:1-3
: KJ 427
: Yohanes 1:29-30
: PKJ 232
: PKJ 177
: I Korintus 1:5-6
: KJ 439
: PKJ 402
E. CONTOH KHOTBAH JADI
BERSAKSI TENTANG PERTOLONGAN TUHAN
Bacaan Kotbah: Mazmur 40:1-11
Jemaat yang dikasihi Tuhan.
Satu hal yang tidak bisa ditinggal oleh kita sebagai mahkluk sosial
adalah berkomunikasi. Baik di rumah, di sekolah, di lingkungan
masyarakat, di tempat kita kerja, pasti kita berbicara dengan orang lain.
Bicara mengenai apa saja, tentang siapa saja, baik menyangkut
kehidupan keluarga, kehidupan orang lain, pekerjaan, hobi, politik dan
seterusnya. Dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, disadari atau
tidak, kata-kata kita tentu dapat mempengaruhi mereka. Pembicaraan
bisa membuat orang tersinggung, bisa membuat orang marah, bisa
membuat orang tersenyum, bisa membuat orang bahagia, bisa membuat
seseorang patah semangat, bisa juga menjadikan seseorang bangkit dan
percaya diri, dan masih banyak lagi. Untuk itu akan lebih baik, bila
[21]
setiap pembicaraan kita dapat membuat diri kita dan orang lain menjadi
lebih baik. Misalnya bercerita tentang kisah sukses (succes story) atau
bercerita tentang kasih Tuhan yang nyata dalam hidup kita. Cerita
seperti ini, tentu dapat menyemangati orang lain, orang yang
mendengarnyapun akan senang. Dan inilah yang dilakukan oleh
Pemazmur :
bercerita dan bersaksi akan pertolongan Tuhan yang
pernah dialaminya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan.
Dalam bacaan kita pada saat ini, kita dapat mengetahui bagaimana
Pemazmur menceritakan pengalamannya yang telah terjadi di masa
yang lalu. Pada saat mengalami pergumulan berat, Pemazmur dengan
sabar menanti-nantikan Tuhan dan Telinga Tuhanpun selalu peka
mendengar doanya. Doa pemazmur dijawab Tuhan, di mana Tuhan
mau menjenguk serta menolongnya dengan membawa pemazmur keluar
dari tempat bahaya yang dilambangkan bagai lumpur rawa yang
membinasakan, serta menempatkan dirinya secara kokoh di atas bukit
batu. Bukit batu adalah tempat yang aman bagi hewan-hewan kecil
untuk berlindung dari berbagai bahaya, misalnya: predator, hujan, panas
dan badai. Tuhan bagaikan bukit batu, artinya Tuhan adalah tempat
perlindungan yang paling aman bagi pemazmur. Selain menolong,
Tuhan juga mengajarkan tentang jalan-jalanNya kepada Pemazmur,
artinya Tuhan memberikan petunjuk supaya pemazmur dapat berjalan
seturut dengan ajaran Tuhan. Dengan pengalaman ini, Pemazmur
bersaksi bahwa Tuhan juga memberikan nyanyian baru dalam mulutnya
untuk memuliakan Allah supaya banyak orang mendengar,
menghormati dan mempercayaiNya. Adapun Nyanyian baru itu berisi
tentang;
1. Seruan atau ajakan Pemazmur kepada yang lain. Seseorang akan
berbahagia bila mau percaya kepada Tuhan dan tidak mempercayakan
[22]
hidupnya kepada orang-orang yang angkuh atau kepada orang-orang
yang telah menyimpang kepada kebohongan.
2. Pujian kepada Tuhan. Pengakuan Pemazmur bahwa Tuhan telah
melakukan banyak hal. Banyak perbuatan ajaib yang dikerjakan Tuhan
telah menjadi bukti bahwa tak ada yang dapat disejajarkan dengan
Allah. Allah adalah Allah yang bertindak. Pemazmurpun ingin
memberitakan perbuatan Tuhan tetapi terlalu besar jumlahnya untuk
dihitung, artinya Pemazmur mengakui perbuatan Tuhan yang tak
terhingga jumlahnya.
Selanjutnya Pemazmur berbicara tentang ibadah kurban dan ketaatan.
Yang terpenting di antara semua rencana Allah yang dinyatakan di
telinga Pemazmur, ialah bahwa ibadah tidak mencapai puncaknya
semata-mata dalam pemberian persembahan kurban binatang ataupun
berpusat pada mezbah saja, melainkan dalam kesediaan orang yang
beribadah mau mendengarkan suara Allah serta menyerahkan hidupnya
dalam ketaatan setiap harinya. Akhirnya Pemazmur bersaksi kembali.
bahwa karya keselamatan yang telah diterima oleh Pemazmur telah
diberitakan kepada jemaah yang besar. pengalaman iman yang ia terima
tidak disimpan dalam hati sebagai pengalaman pribadi saja, tetapi
pemazmur mengabarkannya kepada jemaah yang besar, baik tentang
kesetiaan, keadilan dan kebenaran Tuhan serta keselamatan yang telah
ia terima dari Tuhan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Belajar dari pengalaman Pemazmur, setiap orang pasti tidak lepas
dengan pergumulan hidup. Dalam menghadapi pergumulan hidup kita
diajar untuk tetap menantikan Tuhan dalam doa-doa permohonan kita
kepadaNya. Kita menyakini bahwa Tuhan tidak diam, Tuhan tidak
tertidur, tetapi Tuhan akan menjawab setiap doa yang kita naikkan tepat
pada waktunya dan mungkin tidak terlalu cepat seperti yang kita
[23]
harapkan (Pengkotbah boleh membandingkan dengan budaya instan
yang artinya ingin mendapatkan hasil dengan cepat).
Kita akan menjadi umat yang berbahagia bila dalam hidup kita
senantiasa mengandalkan Tuhan dan bukan mengandalkan orang-orang
yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Dalam pengalaman kita
menerima pertolongan Tuhan pun, kita selalu bersyukur kepadaNya,
memuliakan namaNya melalui ibadah yang ditunjukkan dengan
ketaatan hidup kepada Allah. Disamping itu kitapun selalu bersaksi
dengan cara menceritakan segala perbuatan Tuhan yang baik ataupun
pertolongan Tuhan kepada kita, sehingga ketika orang mendengarnya
semakin banyak orang yang semakin yakin dan percaya kepadaNya dan
nama Tuhanpun dimuliakan di dalam hidupnya. Dengan demikian
pengalaman hidup kita bersama Tuhan dapat menjadi berkat bagi
sesama kita. Tuhan memberkati. Amin (JN)
[24]
RANCANGAN KOTBAH, 22 JANUARI 2017
Minggu Epifani III ; Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionari: Yesaya 9:1-4, Mazmur 27:1,4-9, I Korintus1:10-18
Matius 4:12-23
Bacaan Kotbah: Matius 4:12-23
“ Mari, Ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan Penjala Manusia!”
Tujuan
:
1. Agar jemaat mengetahui tujuan Allah atas hidupnya sebagai
pengikut Yesus Kristus
2. Agar jemaat dengan sukacita menerima tugas untuk menebarkan
jalanya di manapun ia berada.
A. LATAR BELAKANG TEKS
Penulis Injil Matius adalah Matius, salah seorang dari 12 murid Yesus.
Matius mengisahkan kehidupan Yesus mulai dari kelahiranNya hingga
saat-saat sebelum kenaikanNya ke Surga.
Matius dan Lukas memuat banyak peristiwa yang dituliskan Markus
sehingga dapat disimpulkan bahwa dua Kitab Injil ini menggunakan
Injil Markus sebagai salah satu sumber / referensi tulisannya. Pada
pihak lain, Matius dan Lukas juga menggunakan sumber-sumber yang
lain untuk menceritakan kisah kelahiran Tuhan Yesus dan masa kanakkanakNya. Markus tidak mengisahkan cerita ini.
Tema utama yang diangkat Matius adalah tentang hidup dan ajaranajaran Yesus. Injil ini juga berbicara tentang apa artinya menjadi
anggota umat Allah dan memberikan nasehat-nasehat tentang hidup
yang sesuai dengan kehendak Allah.
Matius menuliskan injilnya kepada mereka yang mengenal Perjanjian
Lama. Ia ingin membuktikan bahwa nubuatan-nubuatan dalam PL
[25]
digenapi di dalam Yesus Kristus. Inilah tujuan utamanya, membuktikan
kemesiasan Yesus Kristus.
Pembagian Kitab Injil Matius secara garis besar adalah sebagai berikut :
a) Pasal 1:1 – 4:11 memaparkan tema asal-usul Yesus dan
persiapan jalan bagi Yesus. Matius mencatat silsilah Yesus
Kristus (1:1-17), kelahiran ajaib (1:18-25), Orang Majus (2:112), Yesus ke Mesir dan kembalinya sebagai penggenapan
nubuat (2:13-2:23), serta persiapan jalan bagi Yesus oleh
Yohanes Pembaptis (3:1-4:11)
b) Pasal 4:12 - 25:46 memaparkan tentang Yesus yang
memberitaka kabar baik di
Galilea dan Yudea. Matius
menceritakan pemilihan para murid yang pertama (4:12-25),
Pengajaran Yesus di atas bukit ((5:1-7:29), penyembuhan orang
banyak dan berbagai mukjizat (8:1 - 9:38), Yesus mengutus 12
murid (10:1-42), Yesus berhadapan dengan para lawannya dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka (11:1-12:50), Yesus
menceritakan kisah-kisah tentang kerajaan Allah (13:1-58),
Yesus adalah Mesias (14:1-17:27), Yesus mengajar para murid
(18:1-34), Yesus berhadapan dengan para lawan di Yudea (19:123:39), Yesus mengajar tentang kerajaan Allah yang sedang
datang (24:1-25:46).
c) Pasal 26:1 – 28:20 memaparkan tentang Yesus mati dan
dibangkitkan untuk menggenapi rencana Allah.
B. PENJELASAN TEKS
Matius 4:12-16
Yesus pergi ke Kapernaum, di tepi danau.
Danau tersebut adalah Danau Galilea. Danau Galilea atau juga
disebut Danau Genesaret terletak di sebelah utara lembah Sungai
[26]
Yordan. Danau ini panjangnya sekitar 21 km dan lebarnya sekitar
12,8 km. Orang Romawi menyebutnya Danau Tiberias (Yoh 6:1,
21:1). Danau air tawar ini memisahkan sungai Yordan menjadi dua
bagian. Letak danau ini di antara dua pegunungan sehingga
temperatur mudah berubah dan sering terjadi hujan badai yang
datang dengan tiba-tiba. Perikanan merupakan industri terpenting
yang sesudah diasinkan dapat dijual sampai ke Yerusalem. Matius
dengan cermat menerangkan bahwa daerah tepi danau Galilea
merupakan wilayah Zebulon dan Naftali. Dua suku ini (Zebulon dan
Naftali) pada zaman Perjanjian Lama menetap di sebelah utara
Palestina. Pada masa Perjanjian Baru, banyak suku bangsa asing
(bukan bangsa Yahudi) menempati daerah tersebut. Matius
menghubungkan peristiwa Yesus di pantai danau Galilea sebagai
penggenapan nubuatan nabi Yesaya dalam Yesaya 8:23 – Yesaya
9:1.
Matius 4:17 Di tepi pantai danau Galilea itulah Yesus mulai
menyerukan pentingnya pertobatan (metanoia), yakni berbalik dari
kecintaan pada dosa menuju kebencian pada dosa, untuk mencintai
kekudusan, sebab kerajaan sorga sudah dekat.
Matius 4:18 Yesus menyusuri pantai, Ia bertemu dengan dua
bersaudara yakni Petrus dan Andreas. Mereka sedang menebarkan
jala mereka, sebab mereka adalah nelayan. Profesi sebagai penjala
ikan selama ini telah mereka tekuni dan sesudah mendengar ajakan
Yesus, mereka menjadi murid Yesus. Mereka siap menjala manusia.
Matius 4:19-21-22
Yesus dan dua murid barunya beranjak pergi
dan mereka berjumpa dengan dua saudara yakni Yakobus dan
Yohanes, anak-anak Zebedeus. Empat murid Yesus telah
meninggalkan jala mereka masing-masing, meninggalkan segala
sesuatu, lalu mengikut Yesus. Simon, Andreas, Yakobus dan
[27]
Yohanes menyerahkan diri mereka untuk melayani Sang Guru
dalam memberitakan tentang kerajaan Allah. Mereka meninggalkan
perahu mereka. Ikan-ikan yang banyak tak lagi membuat mereka
tertarik lagi. Mereka tertarik pada kerajaan Allah. Mereka mulai
bersiap menjala manusia.
Matius 4:23 Yesus dan empat muridNya berkeliling ke seluruh
Galilea, mengajar di rumah-rumah ibadah (sinagoge), memberitakan
injil kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan di antara bangsa itu.
Tema pokok teks Matius 4:12-23 adalah sebagai berikut:
1. Penjala ikan dijala oleh Yesus. Saat Petrus, Andreas,
Yakobus dan Yohanes menjala ikan, Yesus menjala mereka
dengan kasih-Nya.
2. Mengikut Yesus berarti berjalan bersamaNya, berperan serta
dalam pemberitaan injil kerajaan Allah dan menjala manusia
3. Empat karya utama Yesus adalah berjalan keliling
(koinonia/ berkunjung, menjumpai orang), mengajar
(didaskalia), memberitakan injil (marturia) dan menghapus
penderitaan (berdiakonia). Empat karya utama Yesus ini
kemudian dikenal dengan sebutan catur tugas gereja.
C. KONTEKS MASA KINI
1) Zaman modern melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Tetapi ia juga melahirkan banyak orang yang egois,
kikir dan gila harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi
harta dan kedudukan seseorang rela mengorbankan sesamanya,
keluarga bahkan agamanya. Padahal, orientasi pemenuhan
kebutuhan dan fasilitas hidup tidak membawa seseorang kepada
kesejahteraan jiwa. Persoalan dosa tidak akan pernah tersentuh
[28]
saat manusia belum merefleksikan situasi rohani yang sedang
mereka alami. Persoalan dosa hanya selesai saat seseorang
“dijala” oleh kuasa Allah sehingga menyadari kebutuhan rohani
mereka untuk berjalan bersama Tuhan.
2) Banyak orang berorientasi mencari pemenuhan jasmani saja dan
melupakan pemenuhan kebutuhan rohani.
3) Pentingnya pertobatan. Pertobatan mengubah orientasi hidup
seseorang dari berfokus pada cinta diri sendiri menjadi siap
mengasihi Tuhan dan sesama.
4) Pengkotbah bisa menambahkan konteks masa kini untuk
memperkaya penerapan kotbah.
D. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pembukaan
Awali kotbah semenarik mungkin. Pengkotbah dapat
menceritakan tentang maksud Matius menuliskan kitab injilnya.
2. Isi
Pengkotbah menyampaikan Latar belakang teks dan Penjelasan
teks. Tekankan tentang :
1. Penjala ikan dijala oleh Yesus. Saat Petrus, Andreas,
Yakobus dan Yohanes menjala ikan, Yesus menjala mereka
dengan kasih-Nya.
2. Mengikut Yesus berarti berjalan bersamaNya, berperan serta
dalam pemberitaan injil kerajaan Allah dan menjala manusia
3. Empat karya utama Yesus adalah berjalan keliling
(koinonia/ berkunjung, menjumpai orang), mengajar
(didaskalia), memberitakan injil (marturia) dan menghapus
penderitaan (berdiakonia). Empat karya utama Yesus ini
kemudian dikenal dengan sebutan catur tugas gereja.
[29]
3. Penutup
Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman
Tuhan dalam kehidupan jemaat sehari-hari. Tekankan bahwa
Pengikut Yesus harus mau berjumpa sesamanya, mengajarkan
tentang kerajaan Allah, memberitakan injil dan menghapus
penderitaan manusia.
E. LITURGI
Nas Pembimbing
Berita Anugerah
Persembahan
: Matius 10:32-33
: Yohanes 3:16
: Amsal 11:24-26
Nyanyian :
1. KJ 21:1-2
2. KJ 19:1-5
3. KJ 33:1-3
4. KJ 34:1-3
5. KJ 403:1-4
6. KJ 363:1-2
[30]
F. CONTOH KOTBAH JADI
“MARI, IKUTLAH AKU, DAN KAMU AKAN KUJADIKAN
PENJALA MANUSIA !”
(Matius 4:12-23)
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Penulis Injil Matius adalah Matius, salah seorang dari 12 murid Yesus.
Matius mengisahkan kehidupan Yesus mulai dari kelahiranNya hingga
saat-saat sebelum kenaikanNya ke Surga.
Matius dan Lukas memuat banyak peristiwa yang dituliskan Markus
sehingga dapat disimpulkan bahwa dua Kitab Injil ini menggunakan Injil
Markus sebagai salah satu sumber / referensi tulisannya. Pada pihak lain,
Matius dan Lukas juga menggunakan sumber-sumber yang lain untuk
menceritakan kisah kelahiran Tuhan Yesus dan masa kanak-kanakNya.
Markus tidak mengisahkan cerita ini.
Tema utama yang diangkat Matius adalah tentang hidup dan ajaran-ajaran
Yesus. Injil ini juga berbicara tentang apa artinya menjadi anggota umat
Allah dan memberikan nasehat-nasehat tentang hidup yang sesuai dengan
kehendak Allah.
Matius menuliskan injilnya kepada mereka yang mengenal Perjanjian
Lama. Ia ingin membuktikan bahwa nubuatan-nubuatan dalam PL
digenapi di dalam Yesus Kristus. Inilah tujuan utamanya, yakni
membuktikan kemesiasan Yesus Kristus.
[31]
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Perikop kita Minggu ini mengisahkan tentang empat murid Yesus yang
pertama. Mereka adalah Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Secara
jujur, motif Yesus adalah demi perekrutan sebanyak mungkin orang agar
menjadi murid Yesus. Mereka dijadikan Yesus sebagai penjala manusia.
Tugas mereka adalah menjala manusia, maksudnya menawarkan kepada
orang-orang untuk bertobat, meyakinkan mereka akan pentingnya
pertobatan karena kerajaan sorga sudah datang dan tawaran menjadi
murid-muridNya (bdk. Matius 28:19). Kisahnya demikian.
Pada suatu hari, Yesus menyusuri pantai danau Galilea. Di tepi pantai
danau Galilea itulah Yesus mulai menyerukan pentingnya pertobatan
(metanoia), yakni berbalik dari kecintaan pada dosa menuju kebencian
pada dosa dan lalu mencintai kekudusan, sebab kerajaan sorga sudah
dekat. Yesus pergi ke Kapernaum, di tepi danau.
Danau itu dikenal sebagai Danau Galilea atau juga disebut Danau
Genesaret yang terletak di sebelah utara lembah Sungai Yordan. Danau ini
panjangnya sekitar 21 km dan lebarnya sekitar 12,8 km. Orang Romawi
menyebutnya Danau Tiberias. Danau air tawar ini memisahkan sungai
Yordan menjadi dua bagian. Letak danau ini di antara dua pegunungan
sehingga temperatur mudah berubah dan sering terjadi hujan badai yang
datang dengan tiba-tiba. Perikanan merupakan industri terpenting yang
sesudah diasinkan dapat dijual sampai ke Yerusalem. Matius dengan
cermat menerangkan bahwa daerah tepi danau Galilea merupakan wilayah
Zebulon dan Naftali. Dua suku ini (Zebulon dan Naftali) pada zaman
Perjanjian Lama menetap di sebelah utara Palestina. Pada masa Perjanjian
Baru, banyak suku bangsa asing (bukan bangsa Yahudi) menempati
daerah tersebut. Matius menghubungkan peristiwa Yesus di pantai danau
Galilea sebagai penggenapan nubuatan nabi Yesaya.
[32]
Mulai dari Galilea, Yesus menyerukan pertobatan, katanya “Bertobatlah,
sebab kerajaan sorga sudah dekat ! (Matius 4:17)” Bertobat (dalam bahasa
aslinya metanoia) berarti berbalik arah. Tadinya membelakangi Allah
kemudian menghadap Allah dan memfokuskan hidup kepada kehendak
Allah dan rancanganNya atas dunia. Yesus berseru-seru di sepanjang
jalan, di pasar, di kampung-kampung dan di pantai danau Gailea. Dimana
orang berkumpul, Yesus menyerukan pentingnya pertobatan sebab
kerajaan sorga sudah dekat.
Saat menyusuri pantai Danau Galilea itu, Yesus bertemu dengan dua
bersaudara yakni Petrus dan Andreas. Mereka sedang menebarkan jala
mereka, sebab mereka adalah nelayan. Profesi sebagai penjala ikan selama
ini telah mereka tekuni dan sesudah mendengar ajakan Yesus, “Mari,
ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia !” Merekapun
mengikut Yesus dan menjadi muridNya.
Yesus dan dua murid barunya beranjak pergi dan mereka berjumpa
dengan dua saudara yakni Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus.
Empat murid Yesus telah meninggalkan jala mereka masing-masing,
meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Simon, Andreas,
Yakobus dan Yohanes menyerahkan diri mereka untuk melayani Sang
Guru dalam memberitakan tentang kerajaan Allah. Mereka meninggalkan
perahu mereka. Ikan-ikan yang banyak tak lagi membuat mereka tertarik
lagi. Mereka tertarik pada kerajaan Allah. Mereka mulai bersiap menjala
manusia.
Mereka mengikuti Yesus berkeliling ke seluruh Galilea, mendengar
pengajaran Yesus di rumah-rumah ibadah Yahudi (yang disebut
sinagoge), ikut memberitakan injil kerajaan Allah serta menjadi saksi
bagaimana Yesus melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara
bangsa itu.
[33]
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Banyak orang begitu bersemangat dalam bekerja, mencari pemenuhan
jasmani. Mereka begitu sibuk memenuhi jala mereka dengan ikan-ikan.
Segala usaha diarahkan pada pencarian rejeki. Kesibukan mengais dan
menumpuk uang kadang membuat mereka tidak memikirkan tentang
dosa. Sebagian malah berprinsip, mencari rejeki yang haram aja susah
apalagi yang halal. Memang zaman modern pada satu sisi melahirkan
banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tetapi pada sisi lain ia
juga melahirkan pribadi-pribadi egois, kikir dan gila harta, pangkat dan
kedudukan. Bila perlu, demi harta dan kedudukan seseorang rela
mengorbankan sesama, keluarga bahkan agamanya. Padahal, orientasi
pemenuhan kebutuhan dan fasilitas hidup tidak membawa seseorang
kepada kesejahteraan jiwa. Sebagian orang ada yang kemudian sadar
bahwa sukacita itu tidak terdapat pada kebendaan. Mereka mencari di
rumah-rumah ibadah. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam,
tetapi bila sungguh-sungguh mengharapkan kebahagiaan, hanya motivasi
murni yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber Kehidupan dan
keselamatan jiwa mereka. Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi
mereka. Motivasi mengikut Yesus haruslah motivasi murni yakni rasa
syukur dan takjub karena merasakan kasih Yesus yang telah memberikan
anugerah pengampunan melalui jalan pertobatan. Inilah cara menyambut
anugerah keselamatan yang ditawarkan kepada kita. Yesus datang
memang untuk menyerukan pertobatan. Persoalan dosa hanya selesai
saat seseorang “dijala” oleh kuasa Allah sehingga menyadari pentingnya
pertobatan dan mengalami perubahan orientasi hidup dan memutuskan
untuk berjalan bersama Tuhan.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Dengan datang kepada Yesus dan menerima kasihNya seseorang berubah
orientasi hidupnya. Seperti Yesus berbagi kehidupan dan masa depan
[34]
dengan umat manusia, seseorang yang telah berjumpa dengan Yesus,
memahami makna kata-kataNya “Bertobatlah sebab kerajaan sorga sudah
dekat !” Kemudian menyambut tawaranNya, “Mari ikutlah Aku. Dan
kamu akan kujadikan penjala manusia !”
Mengikut Yesus berarti berjalan bersamaNya, berperan serta dalam
pemberitaan injil kerajaan Allah dan menjala manusia. Empat karya utama
Yesus semasa di dunia sebagai manusia adalah berjalan keliling
(koinonia/ berkunjung, menjumpai orang), mengajar (didaskalia),
memberitakan injil (marturia) dan menghapus penderitaan (berdiakonia).
Empat karya utama Yesus ini kemudian dikenal dengan sebutan catur
tugas gereja. Sebagaimana Kristus berjalan keliling, berkunjung dan
menjumpai orang, demikian pula kita para pengikutNya. Kita bersekutu di
dalam namaNya. Pengajaran yang diseenggarakan oleh gereja lokal harus
didukung seluruh anggota jemaat. Kelas katekisasi, PA, Bible Study
begitu penting, sepenting Ibadah Minggu dan Kebaktian Anak.
Pemberitaan Injil melalui bidstond, Kebaktian pemberian nama bayi,
bersaksi secara pribadi kepada orang lain dengan santun, aktif dalam
kegiatan kebersamaan lintas agama tak boleh pudar. Demikian pula gerak
diakonia untuk menghapus penderitaan sesama terus kita lakukan tanpa
kenal lelah. Catur tugas gereja adalah catur tugas seluruh orang percaya.
Saudara dan saya harus mengerjakannya dengan setia.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan,
Kita sudah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Kita sudah menikmati
pengampunan dosa. Kita semua sudah dijala oleh Yesus. Seperti Simon,
Andreas, Yakobus dan Yohanes, kitapun mendapatkan tawaran yang
sama. Tuhan Yesus bersabda: “jangan takut, mulai dari sekarang, engkau
akan menjala manusia.” Biarlah Tuhan senantiasa mengaruniakan sukacita
dan kehidupan. Selamat menjala manusia! Tuhan memberkati. Amin.
(BNH)
[35]
RANCANGAN KOTBAH, 29 JANUARI 2017
Minggu Epifani IV ; Warna Liturgi Hijau
Bacaan Leksionari: Mikha 6:1-8, Mazmur 15,
I korintus 1:18-31, Matius 5:1-12
Bacaan Kotbah: Mikha 6:1-8
“BERLAKU ADIL, MENCINTAI KESETIAAN
DAN HIDUP RENDAH HATI DI HADAPAN ALLAH”
TUJUAN
:
1. Agar jemaat bersemangat terus untuk berlaku adil
2. Agar jemaat mencintai kesetiaan.
3. Agar jemaat hidup rendah hati di hadapan Allah.
A. LATAR BELAKANG TEKS
Dalam bahasa Ibrani, Mikha berarti “siapakah seperti Tuhan”. Kitab ini
berisi berita pokok bahwa tidak ada yang lebih berkuasa daripada
Tuhan Allah. Allah menghukum pemimpin-pemimpin dunia dan
bangsa-bangsa yang menentang Allah. siapapun yang mengabaikan
kepedulian dan keadilanNya akan dihukum. Allah juga mengampuni
dan menyelamatkan orang yang bertobat, mengaku dosanya dan
kembali kepada Tuhan (7:9,18-19)
Meskipun latar belakangnya dari kota kecil, bagi Mikha tak jadi soal. Ia
tetap berani melakukan kritik kepada para pemimpin ibu kota Israel dan
Yehuda. Keberanian Mikha tetap dikenal dan dibicarakan orang lebih
dari 100 tahun kemudian yakni pada zaman Yeremia (Yer 26:18).
Perikop terkenal adalah nubuatan tentang kehadiran gembala dari
Betlehem yang akan menjaga domba-dombanya dan pemberi damai
[36]
bagi dunia. Perikop ini dikutip oleh para ahli kitab untuk memberi
jawab kepada Herodes tentang tempat kelahiran Mesias (Matius 2:1-6.)
Pembagian Kitab Nabi Mikha secara garis besar adalah sebagai berikut
:
a) Pasal 1:1 – 3:12 memaparkan tentang berita hukuman atas Israel
dan Yehuda
b) Pasal 4:1-5:15 memaparkan tentang berita harapan untuk umat
Allah
c) Pasal 6:1-7:7 berbicara tentang Tuhan yang menggugat umat Israel
ke pengadilan karena dosa mereka
d) Pasal 7:8-20 mengisahkan Tuhan yang mengampuni orang-orang
yang bertobat dan mengaku dosanya.
B. PENJELASAN TEKS
Tuhan Allah meminta Israel untuk menjelaskan tindakan-tindakan
mereka yang jahat. Mereka telah melupakan bagaimana Tuhan
menyelamatkan mereka pada waktu lalu dan kini mereka berdosa
kepada Allah, melupakan apa yang benar dan apa yang sebenarnya
dikehendaki Allah (6:8), Yerusalem dan penduduknya akan dihukum
(6:16), namun Mikha tetap berharap Allah akan menyelamatkan mereka
dan mendengar doa umatNya (7:7).
Tema Pokok teks Mikha 6 : 1-8 secara garis besar adalah sebagai
berikut :
Ayat 1 – 2 Tuhan mempunyai pengaduan : dalam pengadilan ini,
Tuhan menjadikan gunung-gunung, bukit-bukit dan seluruh bumi
menjadi saksi dalam persidangan melawan Israel.
[37]
Ayat 3
Allah menyampaikan pokok / tema / delik aduan.
Ayat 4- 5 Allah menyelamatkan Israel berulang kali. Baik karyaNya
membebaskan Israel dari Mesir, melindungi Israel dari sumpah serapah
dan kutuk Balak raja Moab melalui dukun bernama Bileam. Bahkan
Bileam malah berbalik memberkati Israel.
Ayat 6-7 Kurban manusia yakni anak sulung yang dibakar bagi
beberapa bangsa di sekitar Israel dilakukan untuk mendapat berkat dari
dewa mereka. Bangsa Israel begitu panik dan berpikir persembahan
anak sulung akan memperbaiki hubungan mereka dengan Allah.
Padahal, pengorbanan manusia ini dilarang dalam Taurat (Im 18:21,
20:2-5, Ul 18:10) dan dikutuk oleh para nabi (Yes 57:5, Yer 19:5, Yeh
16:20). Umat Israel sungguh merasakan keputusasaan, bingung mencari
solusi atas persoalan mereka.
Ayat 8
Allah tidak menerima kurban-kurban dan persembahan yang
diberikan umat jika mereka tak melakukan keadilan, kesetiaan dan
kasih kepada sesama mereka.
C. KONTEKS MASA KINI
1. Keadilan dan kesetiaan adalah nilai-nilai humanitas/kemanusiaan
yang harus terus diperjuangkan.
2. Banyak dijumpai ketidakadilan dalam hidup sehari-hari, misalnya
upah buruh di bawah UMR, percaloan, pungli, jual beli ijazah,
sogok-menyogok untuk mendapat pekerjaan, hukum yang dapat
dibeli.
3. Berlaku tidak adil perlu dilihat sebagai dosa yang menguratmengakar menjadi dosa komunal.
4. Nilai kesetiaan rentan dikhianati dalam keluarga, lingkup pekerjaan,
hubungan pertemanan dan bahkan dalam relasi manusia dengan
Tuhan.
[38]
5. Kerendahhatian di hadapan Tuhan sangat penting untuk terus
dilakukan dan diperjuangkan.
6. Pengampunan dosa adalah realitas yang mungkin dicapai bagi orang
yang berlaku adil dan menjaga kesetiaan.
7. Tersedia harapan bagi setiap orang yang datang kepada Tuhan.
Tuhan akan mengelilingi
mereka dengan kasih, setia dan
keadilanNya.
D. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH
1. Pembukaan
Awali kotbah semenarik mungkin. Jelaskan makna Mikha dari sisi
etimologis/makna kata. Bisa dilanjutkan dengan memperkenalkan
siapakah Mikha itu.
2. Isi
Pengkotbah menyampaikan Latar belakang teks dan Penjelasan
teks. Tekankan tentang :
1. Dosa ketidakadilan dan ketidaksetiaan menghalangi rahmat
Allah
2. Pengampunan dosa adalah realitas yang mungkin dicapai bagi
orang yang berlaku adil dan menjaga kesetiaan.
3. Tersedia harapan bagi setiap orang yang datang kepada Tuhan.
Tuhan akan mengelilingi mereka dengan kasih, setia dan
kedilanNya.
3. Penutup
Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan
dalam kehidupan jemaat sehari-hari. Tekankan bahwa
pengampunan dosa tersedia bagi setiap orang. Setiap orang yang
[39]
datang kepada Tuhan akan dikelilingi
keadilanNya.
dengan kasih, setia dan
E. LITURGI
Nyanyian Persiapan
Nas Pembimbing
Nyanyian Jemaat
Berita anugerah
Nyanyian Peneguhan
Nyanyan Responsoria
Nas Persembahan
Ny Persembahan
Nyanyian penutup
: KJ 64:1-2 /PKJ 2 2X
: Mazmur 1 : 1-6.
: KJ 21 : 1-2/PKJ 242:1-2
: I Yohanes 3 : 1-2
: KJ 54: 1-3 / PKJ 184:1
: KJ 203 : 1-4
: Roma 11 :36
: KJ 289 :1-2,8-9.
: KJ 410 :1
F. CONTOH KOTBAH JADI
“BERLAKU ADIL, MENCINTAI KESETIAAN
DAN HIDUP RENDAH HATI DI HADAPAN ALLAH”
(Mikha 6:1-8)
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Dalam bahasa Ibrani, Mikha berarti “siapakah seperti Tuhan”. Berita
pokok Kitab Mikha adalah bahwa tidak ada yang lebih berkuasa daripada
Tuhan Allah. Kemahakuasaan Allah dan kedaulatanNya atas dunia dan
bangsa-bangsa dinyatakan dalam penghukumanNya atas mereka yang
menentang Allah. Siapapun yang menganggap sepi kepedulian dan
[40]
keadilan Allah akan dihukum. Tetapi Allah juga mengampuni dan
menyelamatkan orang yang bertobat, mengaku dosanya dan kembali
kepada Tuhan.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Mikha berasal dari sebuah kota kecil Moresyet, sekitar 38 KM di sebelah
Selatan Yerusalem. Meski berasal dari kota kecil, baginya tak jadi soal. Ia
tetap berani melakukan kritik kepada para pemimpin negeri Israel di Ibu
Kota Samaria dan para pemimpin negeri Yehuda di Ibu Kota Yerusalem.
Nabi Mikha menyerukan kembali apa yang disampaikan nabi-nabi
sebelum dia yakni Hosea dan Amos. Para pemimpin dan penduduk
Samaria akan dihukum Allah karena menyembah ilah lain dan berlaku
tidak adil kepada orang-orang miskin. Apa yang disampaikan Mikha
digenapi tahun 722-721 SM saat tentara Asyur menyerang dan
mengalahkan Israel dan merebut Samaria. Mikha menubuatkan hal yang
sama atas Yehuda. Yerusalem akan diluluhlantakkan bila mereka tidak
bertobat. Tahun 701 SM orang-orang Asyur datang mengepung kota-kota
Yehuda tapi karena terjadi pertobatan, maka Tuhan menolong dan
melindungi mereka. Akhirnya, pada tahun 586 SM Yerusalem
dihancurkan Babel karena Yehuda berbalik melawan Tuhan.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus,
Kehancuran Samaria dan Yerusalem bukan akhir cerita. Walau Allah
bertindak sebagai Hakim, tapi Ia tetap peduli kepada umatNya. Kelak,
mereka akan kembali membangun bait suci dan dikembalikan Tuhan ke
tanah mereka. Hal ini digenapi tahun 539 SM saat Persia memukul kalah
Babel dan mengijinkan umat Yehuda kembali ke tanah air mereka.
[41]
Saudara-saudariku, ..
Nabi Mikha menubuatkan tentang bencana dan harapan. Perikop kita,
Mikha 6:1-8, mengisahkan cerita mengenai Tuhan yang menggelar sidang
perkara dan memanggil gunung, bukit dan semesta alam menjadi saksi
dalam persidangan. Allah sedang berhadapan dengan umatNya. Allah
menyampaikan pokok / tema / delik aduan. Allah telah menyelamatkan
Israel berulang kali. Baik karyaNya membebaskan
Israel
dari
Mesir, melindungi Israel dari sumpah serapah dan kutuk Balak raja Moab
melalui dukun bernama Bileam bin Beor. Bahkan karena kuasa Tuhan,
Bileam dipaksa berbalik memberkati Israel.
Tuhan Allah menuntut Israel menjelaskan tindakan-tindakan mereka yang
jahat. Mereka telah melupakan bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka
pada waktu lalu dan kini mereka berdosa kepada Allah, melupakan apa
yang benar dan apa yang sebenarnya dikehendaki Allah. “UmatKu,
apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah
Kulelahkan? Jawablah Aku !” kata Tuhan. Kemarahan Tuhan itu
disebabkan sikap umatNya yang keterlaluan. Mereka melakukan sihir,
ramal, membuat patung tuangan dan bersujud menyembah kepadanya
(Mikha 5:11-12). Mereka terbiasa menggunakan neraca palsu,
mengecilkan efa, menggunakan timbangan tipu dalam urusan dagang
mereka sehingga menyengsarakan orang miskin (6:10-11). Allah kecewa
kepada umat yang dikasihiNya.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan,...
Pada saat umat Tuhan kehilangan kemuliaan mereka sebagai bangsa yang
jaya akibat dari dosa mereka, mereka bingung dan ingin kembali
mencapai masa keemasan seperti dahulu kala. Apa yang harus mereka
lakukan? Berharap kepada para pemimpin dan bangsawan tak ada
gunanya. Mereka disibukkan dengan teror dari negara-negara tetangga
yang datang menyerang silih berganti. Mereka menjadi sapi perahan
[42]
bangsa-bangsa lainnya. Kebanggaan mereka sebagai bangsa / umat
pilihan sudah tidak lagi mereka miliki. Allah begitu terasa jauh bagi
mereka.
Umat Israel dan Yehuda tidak lagi menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Mereka akhirnya larut pada kebiasaan negeri-negeri tetangga mereka. Di
sekitar mereka, bangsa-bangsa Kanaan mencari berkat dari dewa-dewi
mereka, negeri-negeri di sekitar Israel melakukan kurban manusia yakni
anak sulung yang dibakar sebagai persembahan. Saat situasi tidak
menentu, bangsa Israel begitu panik dan berpikir bahwa persembahan
anak sulung akan memperbaiki hubungan mereka dengan Allah. Allah
disejajarkan dengan dewa-dewa Kanaan. Allah sekedar dimengerti
sebagai salah satu dewa yang ada. Padahal, pengorbanan manusia ini
dilarang dalam Taurat (Im 18:21, 20:2-5, Ul 18:10) dan dikutuk oleh para
nabi (Yes 57:5, Yer 19:5, Yeh 16:20). Umat Israel sungguh merasakan
keputusasaan, bingung mencari solusi atas persoalan mereka. Nabi Mikha
menyerukan, bahwa Allah tidak menerima kurban-kurban seperti itu.
Bahkan
persembahan apapun yang diberikan umat tidak akan
menggetarkan hati Tuhan jika mereka tak melakukan keadilan dan kasih
kepada sesama mereka.
Saudara-saudariku di dalam Tuhan,...
Berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Allah
itulah tema kotbah kita Minggu ini. Mikha menyerukan pentingnya
pertobatan bagi Yehuda. Mereka harus memulainya dengan belajar
berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan.
Berlaku adil kepada sesama harus dilakukan. Memandang sesama sebagai
subjek dan bukan objek yang dapat diperas atau diambil suatu keuntungan
daripadanya. Dengan berlaku adil kepada sesama mendorong kita untuk
menyambut sesama kita sebagai saudara yang satu level dengan kita dan
[43]
sama-sama bermartabat di hadapan Allah. Berlaku adil dapat dijabarkan
sebagai upaya agar setiap orang mendapatkan hak-hak dasar mereka tanpa
ada pengurangan dari siapapun. Berlaku adil juga berarti adanya
kesediaan untuk berbagi sumber daya, peluang dan kesempatan untuk
maju sehingga semua memiliki pengharapan. Kita harus berlaku adil
kepada anak-anak kita, pasangan hidup, rekan sekerja, kawan, saudara,
dan orang-orang yang menggantungkan hidup kepada kita. Memberikan
hak orang lain sebagaimana mestinya dan memastikan semua beroleh
damai sejahtera.
Sama seperti berlaku adil, mencintai kesetiaan juga harus dilakukan. Hal
ini dimulai dari belajar setia dalam perkara-perkara kecil yang
diperhadapkan kepada kita. Hal itu bisa berupa tanggung jawab kecil atas
sebuah pekerjaan, dititipi informasi yang dipercayakan kepada kita untuk
kita jaga kerahasiaannya, kesetiaan kepada pekerjaan kita masing-masing,
kesetiaan kepada keluarga, kesetiaan kepada kesepakatan bersama dalam
komunitas/organisasi tertentu di mana kita ada, dsb. Kita harus berlaku
setia dan menjadi pribadi yang komitmen / janji/ loyalitasnya dapat
dipegang. Orang yang mencintai kesetiaan, integritasnya pasti baik. Ada
kesesuaian kata dengan tindakannya.
Berlaku adil, mencintai kesetiaan saja tidak cukup. Hiduplah dengan
rendah hati di hadapan Allah. Inilah pesan dari nabi Mikha kepada umat
Allah. Hanya orang yang sadar diri yang beroleh hati yang rendah. Tidak
ada orang sombong yang rendah hati. Hanya mereka yang sudah berdamai
dengan diri sendiri dan dengan Tuhan yang bisa memiliki sifat rendah hati
di hadapan Allah. Orang yang rendah hati telah menyadari betapa
berbahayanya segala dosa, cela dan kesalahannya. Orang yang rendah hati
akan mengerti betapa panjang, dan lebar, dan tinggi, dan dalam, dan
luasnya kasih pengampunan Allah dalam hidupnya. Tak ada yang bisa
dibanggakan. Tak ada yang pantas untuk dipamerkan. Berlaku rendah hati
[44]
bukanlah seni bertingkahlaku yang menyenangkan, melainkan mengalir
dari dalam hati yang telah merasakan sentuhan kasih Allah.
Saudara-saudariku, ..
Pesan firman Tuhan hari ini kepada kita adalah sebagai berikut:
Pertama, mari kita berlaku adil kepada anak-anak kita, pasangan hidup,
rekan sekerja, kawan, saudara, dan orang-orang yang menggantungkan
hidup kepada kita.
Kedua, mari berlaku setia dan menjadi pribadi yang dapat dipegang kata
dan janjinya. Kesetiaan dalam perkara-perkara kecil mengindikasikan
bahwa kita bisa dipercaya dalam perkara-perkara yang lebih besar
Ketiga, mari kita sadar diri sebagai makhluk yang bergantung penuh
kepada anugerah dan belas kasihan Tuhan. Kita bukanlah siapa-siapa,
tanpa Tuhan. Tuhan berdaulat penuh atas kita. Kelebihan, talenta dan
sumber daya insani yang kita miliki bukan untuk disombongkan karena
semuanya adalah anugerah dan pemberian Allah. Semua harus dimobilisir
untuk kemuliaan Allah. Ingat, bahwa kita adalah orang-orang yang
berhutang. Kita sudah lebih dahulu dikasihi Allah maka kita mengasihi.
Allah lebih dahulu melayakkan kita maka kita selayaknya memberi diri
dipakai sebagai alat ditanganNya.
Mengikut Kristus tidak berarti kita selalu mengalami situasi yang baikbaik saja. Tapi bagaimanapun situasi yang dialami, kita harus selalu
bersukacita dan berpengharapan. Bila kita sedang berada dalam situasi
kehidupan yang tak sesuai dengan harapan, saat kehilangan, berdukacita,
ditimpa sakit penyakit, mengalami kegagalan, jangan pernah berputus
asa. Selalu ada harapan di dalam Tuhan. Tetap berlaku adil, menjaga
[45]
kesetiaan dan rendah hati di hadapan Tuhan dan nantikan pertolonganNya
yang akan diberikan tepat pada waktuNya.
Tuhan Sumber anugerah mengampuni, menolong dan memberkati kita.
Amin. (BNH)
[46]
RANCANGAN KHOTBAH, 05 FEBRUARI 2017
EPIFANI V ; WARNA LITURGI HIJAU
Leksionari: Yesaya 58: 1 – 9 (9b – 12), Mzm. 112:1– 9(10),
1 Korintus 2: 1–12(13–16)
BACAAN: Matius 5: 13–16
KAMU ADALAH “GARAM” DAN “TERANG” BAGI DUNIA
Tujuan:
1. Anggota jemaat memahami dan sadar tentang identitasnya sebagai
garam dan terang bagi dunia.
2. Anggota jemaat termotivasi untuk mewujudkan peran dan fungsinya
sebagai garam dan terang bagi dunia.
A. LATAR BELAKANG TEKS
Injil Matius diperuntukkan bagi orang-orang Kristen yang berlatar
belakang Yahudi. Namun demikian isinya juga keterbukaan terhadap
bangsa-bangsa lain yaitu bangsa bukan Yahudi sehingga injil Matius
memiliki sifat yang universal. Selain itu, keuniversalan injil ini juga
nampak pada Amanat Agung yang ada di dalam pasal 28. Matius 5: 13 20 adalah bagian dari ucapan berbahagia khotbah di bukit yang berisi
pengajaran penting yang Yesus sampaikan kepada banyak orang.
Mengajar dengan menggunakan perumpamaan dilakukan Yesus dengan
memberikan ilustrasi atau simbol-simbol kepada pendengar. Ilustrasi
atau simbol-simbol yang dipakai oleh Yesus biasanya sesuatu yang
mudah ditemukan di dalam kehidupan.
B. PENJELASAN TEKS
Matius 5 Ayat 13: metafora ”garam” yang digunakan oleh Yesus untuk
menegaskan identitas, fungsi dan peran murid-muridNya di tengah[47]
tengah dunia. Garam dapat dijumpai dengan mudah di dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam nats ini diceritakan bagaimana seharusnya para
pengikut Yesus ibarat garam dalam kehidupan ini. Fungsi penting
garam digunakan di dalam berbagai hal seperti untuk pemupukan tanah,
mengawetkan bahan makanan, dan terutama memberi rasa pada
makanan sehingga makanan tersebut tidak hambar. Orang Romawi
menganggap garam sebagai benda yang paling bersih dan jernih, karena
ia berasal dari benda yang juga paling bersih dan jernih yaitu matahari
dan laut. Garam merupakan kurban yang paling disukai dan paling
berharga dari para dewa. Salah satu ciri khas dalam dunia yang kita
tempati sekarang ini, ialah adanya penurunan standar nilai hidup dan
norma-norma. Dalam keadaan seperti itu, orang Kristen harus tetap
berusaha menjaga hidup berpegang pada nilai dan norma yang tertinggi,
yaitu firman Tuhan. Para murid Yesus seharusnya tetap menjaga
hidupnya bersih di tengah masyarakat dimanapun dia berada. Sebagai
garam memberikan cita rasa cita rasa sehingga kehidupan ini sungguh
bermakna dan layak untuk dijalani serta tidak hambar. Ayat ini
menggunakan pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh pendengar,
yaitu: “Bagaimana jika garam itu tidak asin lagi atau telah menjadi
tawar?” selanjutnya Yesus memberikan jawaban bahwa garam itu tidak
berguna, akan dibuang dan diinjak-injak orang. Sama halnya dengan
jika para murid kehilangan jati diri, pastilah akan menjadi sia-sia.
Matius 5 Ayat 14 dan 15: “Terang” sangat dibutuhkan ditengah
kegelapan dan dalam kehidupan ini. Yesus menyuruh para pendengar
untuk menjadi seperti diri-Nya, hal ini dikarenakan bahwa Yesus adalah
terang (bnd. Yoh.9:5). Pada zaman dulu pada umumnya di dalam rumah
orang Palestina gelap tanpa penerangan sehingga dibutuhkan
penerangan (lampu/dian) yang diletakkan di tempat yang memadai agar
berfungsi untuk menerangi ruangan. Menyalakan pelita dan tidak
menutupinya dengan gantang. (Gantang (modios) adalah sejenis
tempayan untuk mengukur/penakar biji-bijian. Satu gantang rata-rata
[48]
setara dengan 8,75 liter). Yesus mengharapkan agar para muridmuridNya hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri. Memberikan
terang dalam kegelapan dan memancarkan terang sehingga melalui
kehidupannya sebanyak mungkin orang disekitarnya merasakan berkat
dan kasih Tuhan yang tidak terbatas. Dalam konteks sekarang ini;
terang yang dimaksudkan adalah kekristenan yang ada seharusnya tidak
disembunyikan dari orang lain tetapi mampu untuk menjadikan dirinya
berkat terhadap sekitarnya. Terang itu juga merupakan pembimbing
atau penuntun di dalam kegelapan, dan ini juga sebagai tanda atau
petunjuk bahwa orang Kristen harus bisa menyinari dan memberi terang
kepada sesamanya untuk menuntunnya kepada jalan kebenaran dan
kehidupan.
Matius 5 Ayat 16: Kata baik yang terdapat dalam ayat ini dikenal di
dalam bahasa Yunani dalam dua bentuk imperatif (= perintah) ( Yunani:
aghatos dan kalos ). Artinya, orang yang mendengarkan perintah ini
seharusnya mewujudkan hidup dalam segala kebaikan kepada semua
orang dimanapun dia berada karena dalam teks ini dikatakan bercahaya
di depan semua orang. Ada hubungan timbal balik antara yang
menunjukkan dan melihat terang itu. Orang yang hidupnya menjadi
terang dan bersinar akan membuat orang lain mendapat berkat dan
menjadikan orang lain memuji Tuhan dan memuliakanNya. Ada
sesuatu keunikan yang melekat dalam keberadaannya dan dimiliki
manusia semenjak manusia diciptakan Allah yaitu: ia adalah gambaran
Allah (Bnd. Kejadian 1:26) yang menegaskan manusia dalam identitas
dan panggilan hidup untuk menjadi garam dan terang bagi dunia.
C. KONTEKS MASA KINI.
1. Penegasan identitas sebagai manusia “kristen” menjadi kebutuhan
penting sebab disitulah letak kesadaran panggilan hidup sebagai
[49]
orang kristen yang sewajarnya mewujud-nyatakan melalui kebaikan
dan kasih Allah untuk hidup mulia dan bermartabat.
2. Pengenalan seseorang tentang siapakah Tuhan Allah dalam
hidupnya akan membentuk identitas dirinya dan mencerminkan
perilaku hidupnya. Ketika manusia mengenal sesungguhnya
siapakah Tuhan Allah bagi hidupnya, maka ia pun akan tahu dan
mengenal siapakah sesungguhnya dirinya. Namun, ternyata banyak
orang belum mengenal identitas dirinya dengan benar sehingga
banyak perwujudan perilaku hidup yang tidak manusiawi dan tidak
bermartabat. Budaya kekerasan dan balas dendam masih terus
berlangsung, pengampunan menjadi barang yang mahal, kebencian
seolah-olah menjadi sebuah seni kehidupan. Menghukum, menipu,
menindas bahkan mencelakai dan membunuh orang menjadi
sebuah kesenangan demi kepuasan.
3. Nilai-nilai luhur dan norma hidup berdasarkan firman Tuhan yang
seharusnya menjadi prinsip dasar untuk menjamin agar kehidupan
dapat berlangsung dan dijalankan dengan baik dan bermakna sudah
semakin luntur.
D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH.
1. Pembukaan:
~ pengkotbah dapat mengawali dengan mengajak jemaat untuk
melihat posisi teks Matius 5: 13 – 16 melalui ayat-ayat sebelum dan
sesudahnya.
Posisi Matius 5:13-16 cukup menarik untuk diperhatikan. Teks ini
muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan
(5:10-12). Dengan kata lain, situasi yang sedang dipikirkan
bukanlah situasi yang mudah dan nyaman. Ada resiko berat yang
menanti ketika seseorang mengikut Yesus.
[50]
Selanjutnya, teks ini sekaligus juga diletakkan sebelum Tuhan
Yesus menuntut agar kesalehan kita melebihi legalisme orang-orang
Farisi terhadap Taurat (5:17-20; ayat 20 “hidup keagamaan” =
kesalehan). Posisi semacam ini menyiratkan bahwa kehidupan kita
akan selalu dipantau oleh orang lain dan dibandingkan dengan
kepercayaan yang lain. Kita tidak hanya diperintahkan untuk
menyamai, melainkan melebihi mereka di dalam kesalehan. Ini
bukan tugas yang mudah.
Jika di tengah situasi yang mudah dan nyaman saja orang-orang
Kristen seringkali gagal memainkan peran sebagai garam dan
terang, bagaimana jika kita dituntut untuk menunjukkan itu di
tengah-tengah penganiayaan dan tekanan? Mampukah kita
menyediakan teladan konkrit dari kekristenan melalui kehidupan
kita di tengah dunia?
~ Tuhan Yesus sering menyampaikan maksud pengajaranNya
menggunakan metafora, simbol, atau perumpamaan.
~ Pentingnya Garam dan terang bagi kebutuhan manusia
2. Isi
~ Jelaskan apa makna garam dan terang sesuai konteks Injil Matius
Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus
diperlukan. Beberapa literatur Yahudi kuno menyatakan secara
eksplisit bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa garam (dan
terang). Ini bukan tentang barang atau benda yang hanya diperlukan
setiap bulan atau setiap tahun. Ini bukan hanya diperlukan oleh
segelintir orang di budaya tertentu. Setiap hari orang membutuhkan
garam untuk memasak. Setiap hari orang membutuhkan terang pada
waktu malam hari atau pada saat gelap. Jadi, walaupun konteks
spesifik yang sedang dipikirkan adalah penganiayaan dan tekanan,
peranan sebagai garam dan terang berlaku secara universal dan
[51]
permanen. Di manapun dan kapanpun peranan kita akan selalu
relevan.
~ Apa kena-mengenanya
pengikut/para murid Yesus.
hal
tersebut
dengan
keberadaan
~ Kaitkan dengan konteks masa kini kehidupan kita/jemaat sebagai
umat Tuhan.
~ Kita sering mendengar banyak orang Kristen mengatakan: “kita
harus menjadi garam dan terang dunia”. Ungkapan seperti ini
ternyata tidak sepenuhnya tepat. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa
kita adalah garam dan terang. Ini lebih tentang identitas kita di
tengah-tengah dunia, bukan sekadar peranan, sebab peranan justru
muncul dari kejelasan identitas. Persoalan di dunia bukan terjadi
karena tidak ada garam atau terang, tetapi karena garam itu telah
menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang. Poin ini
dipertegas dengan pemunculan kata ganti orang hymeis sebagai
subjek eksplisit. Secara hurufiah struktur kalimat hymeis este berarti
“kalian, kalian adalah” (pengulangan subjek). Makna yang tersirat
adalah “kalian, bukan yang lain”. Sebagai pengikut Kristus dan
warga kerajaan Allah, kita berbeda dengan orang-orang dunia. Kita
memiliki identitas khusus. Berdasarkan identitas itulah kita
memainkan peranan di dalam dunia ini.
3. Penutup.
Kuatkan motivasi jemaat untuk menampilkan diri dengan identitas
yang jelas sebagai orang-orang yang telah menerima terang dan
anugerah keselamatan dalam iman kepada Tuhan Yesus. Dengan
kejelasan identitas tersebut jemaat memainkan peran dan fungsinya
untuk memberi pengaruh yang baik dan menjadi penyalur berkat
[52]
Allah bagi sesamanya. Sehingga, keberadaan setiap orang percaya
membawa damai sejahtera dan kasih Allah dirasakan.
E. LITURGI
1. Ny Pembukaan
2. Nats pembimbing
3. Ny Jemaat
4. Berita Anugerah
5. Ny peneguhan
6. Ny Responsoria
7. Nats Persembahan
8. Ny persembahan
9. Ny penutup
: PKJ 11: 1, 2
: Mazmur 113: 1 - 4
: PKJ 17: 1, 2
: Yesaya 58: 6 - 8
: PKJ 128: 1, 2
: PKJ 272: 1 - 3
: Mazmur 112: 1 - 3
: PKJ 147: 1 - secukupnya
: PKJ 180: 3 x
F. CONTOH KOTBAH JADI.
KAMU ADALAH “GARAM” DAN “TERANG”
BACAAN: Matius 5: 13 – 16
Jemaat Tuhan yang terkasih,
Tentunya kita semuanya tahu bahwa teks Matius 5: 13 – 16 yang kita baca
ini merupakan salah satu bagian Alkitab yang sudah sangat kita kenal.
Namun sayangnya, teks yang paling akrab di telinga kita seringkali justru
menjadi teks yang biasa-biasa saja. Kita tidak tertantang untuk
menyelidikinya lagi secara lebih cermat. Tidak heran, keindahan dari teks
tersebut dengan mudah terlewatkan.
[53]
Jemaat yang terkasih,
Marilah kita mencoba melihat fungsi garam dalam teks ini sesuai dengan
budaya kuno pada waktu itu. Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan
garam untuk dua keperluan: mengawetkan dan memberi rasa pada
makanan. Jika ini benar, maka dunia diasumsikan sedang berada dalam
keadaan yang mendekati kebusukan dan ketawaran. Kejahatan ada di
mana-mana. Ketidakpedulian merajalela. Di tengah situasi semacam ini,
kita dipanggil untuk menunjukkan jati diri kita. Kita mempertahankan apa
yang baik dan mencegahnya dari kebusukan. Kita memberi rasa enak pada
dunia ini melalui kesalehan hidup kita yang sudah ditransformasi oleh
kuasa Injil Yesus Kristus.
Kita tidak diminta Tuhan untuk menghasilkan rasa asin bagi diri kita
sendiri. Sebagai garam, kita sudah asin. Identitas di dalam Kristus adalah
sumber rasa asin kita. Kita hanya perlu berbagi rasa asin kepada dunia
sambil menjaga diri sendiri agar tetap asin. Kegagalan melakukan peranan
ini adalah sebuah tragedi yang fatal. Istilah “menjadi tawar” (mōranthē)
secara hurufiah berarti “menjadi bodoh,” karena kata dasar mōrainō
memang mengandung arti “menjadi atau menunjukkan diri bodoh” (1 Kor
1:20; Rm 1:22). Tidaklah wajar apabila sebuah benda disebut garam tetapi
benda itu tidak memiliki rasa asin di dalamnya.
Bagi orang modern di berbagai belahan dunia yang teknologinya sudah
sedemikian maju, metafora garam di ayat ini mungkin membingungkan.
Kita terbiasa dengan produk garam yang seluruh bagiannya dapat
dilarutkan dalam air atau kuah. Tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
Tetapi untuk memahami tentang garam yang menjadi tawar, kita perlu
memahami garam pada zaman dahulu. Dalam budaya Yahudi biasanya
garam diambil dari Laut Mati. Garam tersebut tidak murni, karena
tercampur dengan berbagai mineral atau zat lain. Pada saat dilarutkan ke
dalam air waktu memasak, bagian yang mengandung garam (sodium
[54]
klorida) seringkali larut terlebih dahulu, sehingga hanya tersisa zat atau
mineral lainnya. Jika ini terjadi, maka semua sisa mineral itu sudah tidak
berguna lagi. Sisa itu akan dibuang ke tengah jalan dan diinjak-injak
orang. Begitu pula dengan orang-orang Kristen yang gagal memainkan
peranan sebagai garam dunia. Mereka bukan hanya menjadi “tidak
berguna,” melainkan diremehkan oleh dunia. Kita akan dipermalukan. Itu
terjadi karena kita sendiri telah membuat diri terlihat bodoh (menjadi
tawar).
Jemaat yang terkasih,
Yesus juga menyebutkan bahwa para murid-Nya adalah terang. Dalam
injil yang lain disebutkan bahwa terang dunia adalah Yesus Kristus
sendiri (Yoh 8:12; 9:5; 12:35). Yesus adalah terang yang sesungguhnya,
sedangkan para pengikut Kristus sebagai cerminan terang Kristus. Kita
adalah “terang di dalam Tuhan” (Ef 5:8). Kita adalah terang yang lebih
kecil yang berguna untuk menuntun orang lain menuju pada terang
sesungguhnya yang lebih besar. Sama seperti Yohanes Pembaptis, kita
hanyalah pelita yang sementara (Yoh 5:35) yang mengarahkan orang pada
Kristus sebagai terang dunia. Sebagai cerminan terang dunia, kita
terpanggil untuk memainkan peranan di tengah kegelapan dunia.
Meminjam ungkapan Paulus, identitas sebagai terang dimaksudkan:
“supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah
yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan
yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia” (Flp 2:15). Kegelapan dunia bukan untuk
diratapi dan didoakan saja. Kita terpanggil untuk mengalahkan kegelapan
melalui kesalehan.
Sebagian penafsir Alkitab mengaitkan “terang dunia” ini dengan ajaran
komunitas Qumran pada zaman Tuhan Yesus. Mereka juga menyebut diri
sebagai anak-anak terang. Perbedaannya, mereka tinggal menyendiri dan
[55]
terpisah dari dunia. Kesalehan mereka hanya terlihat dalam lingkup
terbatas komunitasnya. Tidak demikian dengan para pengikut Tuhan
Yesus. Mereka dituntut untuk tetap hidup di dalam dunia yang gelap.
Justru di tengah kegelapan inilah keberadaan mereka menjadi terlihat dan
bermanfaat. Kita adalah terang dunia. Peranan ini tidak sulit untuk
dilakukan apabila kita hidup sesuai identitas kita di dalam Kristus. Kita
diibaratkan sebuah kota yang ada di puncak bukit (ayat 14). Kota ini
dipenuhi oleh pelita di malam hari. Dengan posisi seperti ini tidak
mungkin kota tersebut tidak terlihat oleh yang lain. Hanya kebodohan
yang membuat kota itu tidak terlihat, yaitu apabila orang menyalakan
pelita, tetapi lantas menutupi pelita itu dengan gantang (ayat 15). Jika ini
yang terjadi, rumah tetap dalam keadaan gelap. Jika tiap rumah seperti ini,
kota yang di puncak bukit pun akan tidak terlihat. Dengan kata lain, hanya
kebodohan kita sendiri yang membuat dunia tidak dapat melihat terang
dalam kehidupan kita.
Sama seperti garam yang menjadi tawar, demikian pula kita telah
bertindak konyol apabila kita secara sengaja menutupi terang Kristus
dalam kehidupan kita. Sebaliknya, apabila kita menunjukkan terang itu,
yaitu melalui perbuatan baik kita, Bapa di surga akan dipermuliakan (ayat
16). Orang akan tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah (5:9). Orang
akan didorong untuk datang kepada Bapa. Walaupun Bapa berada di surga
(ayat 16 “Bapamu yang di surga”), tetapi keberadaan Bapa akan terlihat
jelas melalui panggilan hidup dalam kesalehan di dalam dunia ini.
Pendeknya, semua kebaikan yang terwujud dari kehidupan kita dapat
menjadi jembatan bagi orang lain untuk datang kepada Allah (1 Pet 2:1112; 3:1-2).
Jemaat yang terkasih,
Kita semua dipilih Tuhan sebagai garam dan terang dunia untuk
menggarami dan menerangi dunia agar dunia mengalami damai sejahtera
[56]
dan kasih Allah. Dengan fungsi dan peran garam dan terang sebagai dua
hal yang sangat penting sekaligus dibutuhkan dalam kehidupan manusia,
maka seharusnya kita mau terus berupaya untuk melakukan apa yang
diharapkan oleh Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Garam berfungsi
untuk memberi rasa pada makanan atau masakan. Garam dapat
menimbulkan rasa sedap, sehingga dapat juga dikatakan berfungsi
sebagai pemberi rasa, dan apabila tidak ada garam, maka makanan tidak
akan memiliki rasa atau akan hambar. “Kamu adalah garam dunia”
mengandung arti bahwa kita harus dapat berfungsi bagi dunia ini untuk
memberi rasa dan makna tentang kehidupan seperti garam memberi rasa
pada makanan.
Kehadiran kita ditantang untuk dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan dan membawa sukacita bagi sesama. Sehingga dapat
menjadikan suasana hidup yang hambar menjadi sedap kembali, suasana
yang dingin menjadi hangat dan mendatangkan rasa damai sejahtera serta
kasih. Kalau para murid dipanggil untuk menjadi garam dan terang,
berarti para murid juga harus menjadi orang yang selalu mendatangkan
suasana yang berbeda, kehangatan, damai sejahtera dan kasih. Sebagai
pengikut Kristus kita dapat menghadirkan pengaruh dan perubahan bagi
sekeliling kita. Pengaruh yang dimaksud tentu untuk menciptakan damai
dan kesatuan dalam Tuhan, bukan memberi pengaruh agar orang lain
mendukung kita melakukan kecurangan dan kejahatan. Perilaku, sikap
hidup kita selayaknya menjadi berkat dan sukacita untuk sesama. Melalui
kehidupan kita yang memuliakan Bapa di Sorga kita dimampukan untuk
mendatangkan perubahan pemulihan dari hal yang rusak menjadi baik,
ibarat tanah rusak, tandus dan kering yang disuburkan dengan pemberian
garam kepada tanah yang tandus.
Saudara dan saudariku di dalam Tuhan,
[57]
Firman Tuhan, doa dan ibadah menjadi pondasi iman setiap orang Kristen
dalam membangun kepribadian dan sikap yang benar kepada Allah dan
sesama. Mengasihi Tuhan dan sesama adalah suatu keharusan bagi kita
dan melalui perbuatan yang benar kita menjadi berbeda dari sekeliling
kita. Jangan sampai ibadah kita hanya formalitas dan rutinitas semata
tanpa penerapan yang benar. Tentu untuk mewujudkan itu, Tuhan harus
menjadi andalan kita, maka kita tidak berusaha sendiri menghadirkan
garam dan terang itu, melainkan campur tangan Tuhanlah yang
memampukan kita menghadirkannya. Perbuatan benar dan baik yang kita
lakukan adalah agar oleh kita nama Bapa disurga dimuliakan. Jadi
pahami dan hidupilah bahwa kita diutus Tuhan bukan untuk “Menjadi “
Garam dan Terang, namun kita semua “adalah” Garam dan Terang itu.
Amin.(HSW)
[58]
RANCANGAN KHOTBAH, 12 FEBRUARI 2017
EPIFANI VI ; WARNA LITURGI HIJAU
(Leksionari: Ulangan 30: 15 – 20; Mzm. 119: 1 – 8;
1 Korintus 3: 1 – 9; Matius 5: 21 – 37)
BACAAN: Ulangan 30: 15 – 20
PILIHAN YANG MENENTUKAN
Tujuan:
1. Anggota jemaat memahami dan menyadari bahwa sepanjang
kehidupan ini setiap orang senantiasa diperhadapkan pada pilihanpilihan.
2. Anggota jemaat mampu menentukan pilihan hidup berdasarkan
pengalaman imannya tentang kebaikan Tuhan.
A. LATAR BELAKANG TEKS
Kitab Ulangan menempati posisi penting dalam Perjanjian Lama. Kitab
kelima dari lima kitab Taurat Musa berisi “pengajaran”. Dalam kitab
Ulangan menggambarkan bagaimana Musa dengan bijaksana dan tegas
memperingatkan orang Israel akan apa yang mesti dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan apabila mereka memasuki tanah perjanjian, yaitu tanah
Kanaan. Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang
Israel, adalah negeri yang penuh dengan susu dan madu. Apabila orang
Israel yang telah menerima keselamatan oleh kekuatan tangan-Nya maka
mereka akan menikmati semua kebaikan dan keuntungan dari Tanah
Kanaan yang subur dan makmur. Namun, apabila orang Isreal tidak setia
kepada Tuhan dengan beribadah kepada illah lain, maka mereka akan
mendapat murka Tuhan, dan Tanah Kanaan akan menjadi kutuk bagi
mereka.
[59]
B. PENJELASAN TEKS
Perikop ini masuk pada pidato Musa bagian ketiga, Israel harus
memelihara perjanjian-Nya dengan Tuhan (29:2-30:20). Ada semacam
tradisi orangtua semakin ujur dan semakin dekat pada kematiannya ia selalu
menyampaikan pesan-pesan kepada keturunannya baik secara pribadipribadi maupun umum. Demikian juga Musa yang telah memimpin bangsa
Israel, sebelum Israel memasuki tanah Perjanjian, tanah Kanaan, Musa
mengumpulkan umat Israel untuk membekali mereka memasuki tanah
Kanaan. Ditengah-tengah umat Israel, Musa berpidato dengan mengulang
kembali perjalanan yang telah mereka lewati dimana kuasa Tuhanlah yang
memimpin mereka; Musa juga mengingatkan mereka apa saja yang akan
mereka temui di Kanaan, disana terdapat kemakmuran dan kekayaan yang
berlipat, tetapi mereka juga harus waspada terhadap kepercayaan yang
dianut bangsa-bangsa disekitar Kanaan supaya mereka tidak terpengaruh
dan meninggalkan Allah yang telah menunjukkan kuasa dan hukum untuk
membawa mereka keluar dari perhambaan Mesir.
Ayat 15-18: Musa menghadapkan kepada umat Israel kehidupan dan
keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Dengan jelas disebutkan bahwa
hanya dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, berpegang
pada perintah, ketetapan dan peraturanNya umat Israel akan memperoleh
kehidupan dan keberuntungan. Ada waktu yang diberikan kepada bangsa
Israel untuk memilih yaitu, “pada hari ini”, jadi bukan besok atau hari yang
akan datang. Bagi orang yang hidup sesuai dengan perintah-Nya maka
akan memperoleh berkat dari Tuhan ke manapun mereka melangkah. Oleh
sebab itu, ada tiga hal yang harus mereka lakukan : Pertama, Mengasihi
Tuhan Allah (bnd. Matius 22:37-39). Kedua, Hidup menurut jalan yang
diperintahkan-Nya dan berpegang pada perintah-Nya. Ketiga, Tidak
menyembah allah lain dan beribadah kepadanya. Sebab ketika mereka
memilih untuk berpaling dari Tuhan dan menyembah kepada allah lain
[60]
mereka akan mengalami kematian dan kecelakaan. Dengan demikian,
Tuhan memberi umat-Nya sebuah pilihan antara hidup atau mati: Mereka
dapat mengasihi Allah dan mematuhi perintah-Nya atau menyembah dan
melayani ilah yang lain (ay.16).
Ayat 19-20, Ketika pilihan ini diperhadapkan Allah kepada bangsa-Nya,
maka Allah memanggil langit dan bumi sebagai saksi. Tentu saja setiap
pilihan akan mengakibatkan konsekuensi, itu sebabnya sudah seharusnya
mereka haruslah memilih yang terbaik, sebab konsekuensi pilihan tersebut
bukan hanya mengena kepada yang memilih namun juga kepada keturunan
mereka. Bangsa Israel harus teguh dalam pilihannya yang benar, jangan
goyah atau gampang tergoda, bahkan jangan sampai salah pilih, karena
ketika mereka salah memilih maka akan binasa.
C. KONTEKS MASA KINI.
1.
Dalam kehidupan setiap hari, setiap saat dan waktu manusia
diperhadapkan pada pilihan-pilihan hidup yang mengharuskan untuk
menentukan pilihan tentang apa yang akan diucapkan dan dilakukan,
bahkan juga dalam bersikap terhadap realitas di sekelilingnya.
2.
Kurangnya referensi pengetahuan dan pengalaman dalam memilih
membuat orang dapat keliru dalam menentukan pilihan penting dalam
hidupnya. Atau bisa saja, seseorang tidak bisa menentukan pilihan
sikapnya karena hal tersebut dan banyaknya pilihan-pilihan yang
tersedia disekitarnya.
D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH.
1. Pembukaan:
Kotbah diawali dengan bertanya kepada jemaat tentang apakah yang
dilakukan sesaat sesudah bangun pagi? (tunggu sampai ada beberapa
[61]
jawaban yang disampaikan) dari jawaban tersebut tegaskan bahwa: sejak
pagi dari bangun tidur setiap kita sudah diperhadapkan pada pilihan untuk
sesuatu yang akan kita lakukan atau kerjakan. Dan ternyata pilihan itu
berbeda-beda bagi setiap orang (sebutkan beberapa jawaban dari
pertanyaan awal).
Tekankan kembali: demikianlah pentingnya menentukan pilihan-pilihan
yang tepat atas segala sesuatu dalam kehidupan kita untuk mencapai tujuan
dan masa depan.
2. Isi
- Sampaikan bahwa perjalanan umat Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan
merupakan pengalaman penyertaan dan pertolongan Allah atas kehidupan
umatNya.
~ Mejelang masuk ke tanah Kanaan, Musa yang telah memimpin umat
selama perjalanan yang telah dilalui akhirnya memberikan nasihat dalam
pidatonya (lihat penjelasan teks)
~ Musa mempersilakan umat-Nya untuk menentukan pilihan antara
kehidupan atau kematian; berkat ataukah kutuk; kebaikan, kesejahteraan
atau kecelakaan dan kebinasaan; mau beribadah kepada Allah ataukah illah
lain. Sesuai dengan pengalaman akan penyertaan dan pertolongan Tuhan
yang telah dirasakan dan dilihat dalam perjalanan yang banyak menghadapi
cobaan dan tantangan. Maka Musa mengajurkan umat Israel untuk tetap
memilih Hidup, berkat dan beribadah kepada Allah.
~ Sampaikan Aplikasi pilihan yang dianjurkan Musa kepada umat Israel
untuk umat Tuhan pada masa sekarang ini.
[62]
3. Penutup.
Ditegaskan kembali kepada jemaat untuk menentukan pilihan hidupnya
berdasarkan pengalaman imannya tentang keselamatan, berkat,
pertolongan, dan kebaikan Tuhan.
Akhiri kotbah dengan memberikan motivasi jemaat agar menjadikan
pilihan hidup di dalam Tuhan sebagai pilihan yang tepat dan benar.
E. LITURGI
1. Ny Pembukaan
2. Nats pembimbing
3. Ny Jemaat
4. Berita Anugerah
5. Ny peneguhan
6. Ny Responsoria
7. Nats Persembahan
8. Ny persembahan
9. Ny penutup
: PKJ 4
: Mazmur 119: 1 - 3
: PKJ 184: 1
: 1 Korintus 3: 16 – 19
: PKJ 202
: PKJ 212
: Matius 5: 23 - 26
: PKJ 265: 1 : PKJ 285
F. CONTOH KOTBAH JADI.
PILIHAN YANG MENENTUKAN
BACAAN: Ulangan 30: 15 – 20
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Apakah yang bapak/ibu/saudara lakukan sesaat sesudah bangun pagi?
(tunggu sampai ada beberapa jawaban yang disampaikan) dari jawaban
tersebut tegaskan bahwa: sejak pagi dari bangun tidur setiap kita sudah
diperhadapkan pada pilihan untuk sesuatu yang akan kita lakukan atau
kerjakan. Dan ternyata pilihan itu berbeda-beda bagi setiap orang (sebutkan
[63]
beberapa jawaban dari pertanyaan awal). Demikian juga halnya dengan
bangsa Israel ketika mau memasuki tanah Kanaan, Musa memberikan
nasihat untuk memilih.
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian bukanlah
perjalanan yang mudah. Setelah mereka diselamatkan Allah dari Mesir
tidak serta merta hidup mereka langsung indah dan penuh kesenangan, tetap
saja perjuangan berat harus mereka alami. Mulai dari melewati laut
Teberau, menjalani padang gurun serta menghadapi peperangan. Hal ini
menunjukkan bahwa hidup bersama Tuhan tetap akan banyak tantangan,
hanya saja jika manusia sudah percaya dan hidup di dalam Tuhan ketika
menghadapi tantangan dan mengalami pergumulan, dia hanya mau
mengadukan dan mengandalkan Tuhan untuk mengatasi masalahnya.
Hal itu terbukti, bahwa orang Israel yang patuh kepada perintah
Tuhanlah yang dapat sampai dan masuk ke tanah perjanjian itu, sementara
orang yang memilih untuk tidak patuh harus mengalami kebinasaan di
tengah padang gurun. Tuhan memang adalah Pencipta dan berkuasa atas
ciptaan-Nya, namun bukan berarti Tuhan bertindak otoriter kepada manusia
dan mengendalikan manusia seperti robot. Allah tetap memberikan manusia
itu kehendak bebas untuk menjalani hidupnya. Sebelum manusia jatuh ke
dalam dosa, Allah memberikan kuasa bagi manusia untuk mengelola dan
menguasai ciptaan lain (sebagai mandataris). Namun manusia itu memilih
menuruti godaan Iblis untuk melanggar firman Allah. Itu berarti kehendak
bebas itu di salahgunakan, dan akibatnya manusia jatuh ke dalam dosa dan
penghukuman. Untuk itulah Allah melalui Musa memerintahkan bangsa itu
memilih untuk melakukan perintah Allah ketika mereka nantinya berada
dan tinggal di tanah perjanjian itu.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
[64]
Ada sebuah pepatah jawa mengatakan, “Yen isuk dele, sore tempe”
(kalau pagi kedelai, sore sudah jadi tempe). Pepatah ini merupakan
gambaran orang yang tidak memiliki pendirian dan tidak konsisten (mudah
berubah-ubah) pada pilihan hidupnya. Firman Tuhan dalam perikop ini
mengajak bangsa Israel untuk mengambil komitmen antara memilih patuh
dan taat kepada Tuhan atau taat kepada keinginan dan tawaran duniawi.
Perikop ini merupakan bagian dari pidato terakhir Musa sebelum dia
digantikan oleh Yosua dan sebelum mereka memasuki tanah perjanjian.
Posisi bangsa itu berada di Moab dan Musa berdiri sekali lagi di hadapan
bangsa Israel, untuk memperhadapkan bangsa itu dalam mengambil
pilihan yang paling menentukan bagi kehidupan mereka dan masa
depan mereka. Dalam ayat 15 jelas dikatakan bahwa, “Ingatlah, aku
menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan,
kematian dan kecelakaan”. Melalui firman ini, dalam kehidupan sehari-hari
umat Israel diberi Tuhan pilihan untuk memilih apakah mereka mau
beroleh hidup dan keberuntungan atau malah lebih memilih kematian dan
kecelakaan. Lebih jelas firman Tuhan katakan dalam ayat 16 bahwa setiap
orang yang mau hidup dalam perintah Tuhan dan mau diatur oleh firman
Tuhan, maka dia akan beroleh hidup dan bertambah banyak dan diberkati
oleh TUHAN Allah di negeri ke mana mereka masuk untuk mendudukinya.
Memang, mengikut Tuhan itu tidak gampang, karena kita akan
diperhadapkan dengan banyak tantangan, namun meskipun tidak gampang,
mengikut Tuhan itu indah dan tentu penuh berkat dan sukacita bagi yang
mensyukurinya. Akan tetapi, jika mereka memilih untuk tidak patuh
terhadap perintah Tuhan dan lebih patuh terhadap berhala dan menduakan
Tuhan, maka sudah jelas hukuman dan kecelakaan bahkan kebinasaan akan
menjadi bahagian dari hidupnya (ay. 18). Peringatan keras ini disampaikan
Musa agar bangsa Israel tidak menduakan Tuhan dengan menyembah
berhala. Sebenarnya bangsa Israel sudah tahu bahwa Allah itu adalah Allah
yang sangat benci kepada orang yang menduakan-Nya. Bahkan, dalam
perintah yang kedua dari sepuluh perintah Allah (Dasa Titah) jelas
[65]
dikatakan agar bangsa itu tidak membuat bagi mereka patung yang
menyerupai apapun dan dimanapun untuk disembah, karena Allah adalah
Allah yang cemburu. Karena, jika hal itu terjadi pasti mendukakan hati
Tuhan dan mendatangkan hukuman atas umatNya.
Jadi firman Tuhan ini jelas mengatakan bahwa jika ingin beroleh
hidup dan keberuntungan, orang percaya tentu haruslah menuruti Sabda
Tuhan. Menuruti bukan berarti hanya karena ikut-ikutan dengan orang lain,
namun dengan sadar dan rela hati melakukan Firman Tuhan. Sadar dan rela
karena ada pengenalan diri, ada pengenalan akan kasih Tuhan, sehingga
muncul komitmen untuk mengikut Tuhan dan patuh terhadap perintah-Nya.
Pilihan yang harus diambil oleh bangsa Israel bukan pilihan yang
main-main, sebab kata Musa: "Aku memanggil langit dan bumi menjadi
saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan
dan kematian, berkat dan kutuk" (ayat 19a). Mereka harus memilih antara
"kehidupan" atau "kematian", antara "berkat" atau "kutuk". Tuhan memang
memberi kesempatan untuk hidup bebas. Namun, kebebasan orang percaya
memilih itu seperti kebebasan ikan di dalam akuarium atau di dalam kolam,
ikan bebas berenang di dalamnya tetapi jika ia keluar pasti akan kering dan
mati. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang terikat hanya untuk
lingkungan kemuliaan Tuhan saja, keluar dari lingkup itu pasti akan mati.
Kita bebas menjalani hidup namun harus tetap seturut dengan kehendak
Tuhan, karena di luar Dia, maka kematian, kutuk dan kebinasaan yang akan
menjadi bagiannya. Musa dengan tegas mengakatakan, “Pilihlah
kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu”. Dari
perintah ini dapat kita pahami bahwa yang taat akan firman Tuhan akan
beroleh hidup, bahkan lebih dari pada itu, anak-anaknya juga akan
terberkati. Untuk itu, Musa mengingatkan bangsa itu agar senantiasa tinggal
dalam kehidupan yang benar dan mengajarkan ajaran Tuhan pada anakanak mereka, sehingga berkat itu akan mereka terima secara turuntemurun. Dengan mengasihi TUHAN Allah, mendengarkan suara-Nya dan
[66]
berpaut pada-Nya, maka mereka akan hidup dan lanjut umur di tanah yang
dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka, yakni
kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Panjang umur adalah anugrah Allah
yang harus di syukuri, sebagai kesempatan menikmati berkat berkat Tuhan
dalam waktu yang panjang. Panjang umur juga berarti kesempatan untuk
hidup bergaul dengan Tuhan selama hidup dibumi juga tetap terpelihara
dengan baik.
Jemaat yang terkasih,
Dahulu bangsa Israel telah menerima keselamatan dari Allah ketika
Allah membebaskan bangsa itu dari belenggu perbudakan dan penjajahan
Mesir serta membawa mereka ke tanah Kanaan, tanah perjanjian. Dalam
perikop ini bangsa itu sudah hampir memasuki tanah perjanjian itu dan
sudah berada Gunung Nebo dataran Moab sekitar 30-40 km dari tanah
Kanaan. Dan sebelum memasuki Kanaan Musa mempersiapkan bangsa itu
dengan mengajarkan mereka untuk tetap setia kepada Tuhan dan tidak
menduakan Tuhan ketika mereka telah menduduki tanah perjanjian yang
penuh dengan kebahagiaan itu. Artinya untuk masuk hingga ke tujuan
utama itu, bangsa itu harus tetap dibekali dengan perintah Tuhan. Mereka
yang taat akan masuk dalam kebahagiaan. Sama halnya dengan kita orang
percaya. Dari belenggu dosa kita telah dibebaskan dengan darah Yesus.
Dengan demikian, kita kembali menjadi bagian dalam Kerajaan Allah.
Namun untuk sampai dan masuk kesana, tentu banyak tantangan yang harus
kita hadapi dalam hidup ini. Kita juga diperhadapkan dengan 2 pilihan.
Matius 7:13-14, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah
pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang
yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang
menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya”.
Memilih jalan Tuhan atau kehidupan berarti kita juga memilih berkat,
hidup, dan keuntungan. Mazmur 37:25, “Dahulu aku muda, sekarang telah
[67]
menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau
anak cucunya meminta-minta roti”. Daud melihat kehidupan panjang umur,
sampai masa tua orang yang benar hidupnya tidak pernah di tinggalkan. Dia
tidak kesepian, tidak ketakutan, sebab Tuhan selalu bersama dengan umatNya yang patuh pada-Nya. Yang paling luar biasa Daud berhasil dengan
kebenarannya membentuk anak anak benar dan menjadi raja bagi bangsa
yang besar itu, maka hidupnya senantiasa penuh ucapan syukur. Sama
dengan hidup kita, sebagai orang percaya tidak cukup hanya kita yang
melakukan kehendak Allah, namun harus diajarkan kepada anak-cucu
secara turun-temurun, sehingga aliran berkat Tuhan juga mengalir dengan
terus-menerus dalam keluarga kita.
Materi/harta yang melimpah bisa saja menjadi jalan menuju
kehancuran yang membinasakan. Hal ini dapat terjadi ketika orang
berfokus pada berkat secara materiil. Allah ingin agar bangsa Israel
nantinya tetap bersyukur dan dekat dengan Tuhan ketika mereka sudah
sampai di tanah yang penuh susu, madu dan tanah subur itu. Allah tidak
ingin mereka terbuai dengan kenikmatan dan kelimpahan Kanaan sehingga
mereka menjadi serakah dan meninggalkan Tuhan. Tuhan mau agar mereka
yang mengendalikan kemakmuran itu, bukan malah sebaliknya. Hal ini juga
sampai kepada kita, sebagai orang yang telah menerima segala kebaikan
Tuhan, jangan pernah terbuai sehingga lupa bersyukur kepada Tuhan.
Jangan sampai harta kekayaan dan kemakmuran itu mengendalikan kita,
namun kitalah yang harus mengendalikannya sehingga menjadi kemuliaan
bagi nama Tuhan dan sukacita bagi kita. Ketahuilah bahwa apa kita miliki
saat ini belum seberapa dibanding berkat yang akan tambahkan lagi jika
kita tetap memilih untuk setia kepada-Nya. Kiranya Tuhanlah yang
memampukan kita tetap teguh dan setia kepada Tuhan. “Pilihlah
kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu”.
Amin. ( HSW)
[68]
RANCANGAN KHOTBAH, 19 FEBRUARI 2017
EPIFANI VII ; WARNA LITURGI HIJAU
Leksionari: Imamat 19:1-2, 9-18; Mazmur 119:33-40, 1 Korintus 3:10-11,
16-23; Matius 5:38-48.
Bacaan Kotbah: Matius 5:38-48.
SEMPURNA SEPERTI BAPA
TUJUAN:
1. Jemaat memahami bahwa dirinya adalah anak-anak yang dikasihi
Bapa didalam Yesus Kristus.
2. Jemaat memahami bahwa sempurna seperti Bapa yang dimaksud
adalah sempurna dalam mempraktekkan kasihNya.
3. Jemaat setelah merenungkan firman Tuhan ini dapat melaksanakan
kasih yang sempurna seperti kasih Bapa dalam kehidupannya
sehari-hari.
A. PENAFSIRAN TEKS:
Perikop ini merupakan bagian dari kotbah Yesus Kristus di bukit. Yesus
Kristus berkata kepada pengikutNya, "Kamu telah mendengar
firman: mata ganti mata dan gigi ganti gigi". Maksudnya ialah kalau
mereka yang tersakiti memang menghendaki, mereka akan menuntut
pembalasan itu secara hukum: mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Kita menemukan hal ini dalam Keluaran 21:24, Imamat 24:20 dan
Ulangan 19:21. Dalam semua ayat tersebut, pelaksananya adalah
pejabat yang bertindak sebagai hakim. Tindakan pembalasan ini tidak
langsung dilakukan oleh korban maupun sembarang orang. Hukum
tersebut memberikan petunjuk kepada para hakim bangsa Yahudi
mengenai hukuman apa yang harus ditimpakan dalam kasus-kasus yang
menyebabkan cacat fisik. Bukanlah nyawa ganti mata atau anggota
[69]
badan ganti gigi, melainkan apa yang adil dan sebanding. Itupun jika
yang merasa jadi korban menghendaki untuk menuntutnya. Namun,
sebagian guru-guru Yahudi, bersikeras bahwa pembalasan setimpal itu
perlu dilaksanakan, bahkan oleh perorangan sekalipun. Bagi mereka,
tidak ada tempat bagi pengampunan atau ganti rugi. Bahkan sampai saat
mereka berada di bawah pemerintahan peradilan Romawi pun, di mana
dengan sendirinya hukum pengadilan mereka tidak berlaku lagi, mereka
tetap saja menginginkan hal yang tampak kasar dan bengis. Tuhan
Yesus Kristus mengerti hal itu. Oleh karena itu, Ia mengajarkan yang
benar sebagaimana yang diinginkan Tuhan Allah, sebagai perintah
Perjanjian Baru yakni perintah untuk mengasihi.
Seperti apa perintah Perjanjian Baru itu sebenarnya? Menurut Yesus
Kristus, sebagai anak-anak Bapa, kewajiban si penuntut ini adalah
bahwa dia harus mengampuni kesalahan yang telah dilakukan orang
lain terhadap dirinya dan tidak lagi bersikeras menuntut hukuman yang
melebihi apa yang baik bagi kepentingan umum. Di sini Tuhan Yesus
Kristus mengajarkan: kita tidak boleh membalas dendam (ayat 39). Aku
berkata kepadamu, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat
jahat kepadamu." Di sini, tindakan melawan orang yang berbuat jahat
dilarang dengan tegas. Namun, hal ini bukan berarti mencabut hukum
mengenai perlindungan diri sendiri dan pemeliharaan kita terhadap
keluarga. Kita boleh menghindari kejahatan dan melawannya sejauh ini
memang perlu bagi keamanan kita sendiri, tetapi kita tidak boleh
membalas kejahatan dengan kejahatan, menyimpan dendam,
membalas dendam, ataupun berlaku sama seperti mereka yang telah
bertindak jahat terhadap kita. Sebaliknya, kita harus melakukan hal
yang jauh melebihi mereka dengan cara mengampuni mereka. Hukum
pembalasan setimpal haruslah dibuat supaya sesuai dengan hukum
kasih. Jika ada orang yang melukai kita, maka menuntut ganti rugi
bukanlah hak kita melainkan hak Allah. Adakalanya ini juga menjadi
[70]
hak para wakil-Nya (dalam hal ini pejabat yang berwenang), jika ini
memang diperlukan demi memelihara ketenteraman umum. Tidaklah
benar kalau kita menyakiti saudara kita dengan alasan bahwa dialah
yang memulai terlebih dulu, sebab biasanya pukulan kedualah yang
menimbulkan pertengkaran. Saat kita dilukai, kita mempunyai
kesempatan menunjukkan bahwa kita ini sungguh-sungguh murid
Kristus, anak-anak Bapa yang sejati dengan cara mengampuninya dan
sabar. Tamparan di pipi, "Siapa pun yang menampar pipi kananmu."
Ini bukan saja menimbulkan rasa sakit, namun juga penghinaan dan
pelecehan; "berilah juga kepadanya pipi kirimu." Artinya, jangan
membalas sakit dan penghinaan itu, tetapi sebaliknya, bersiaplah untuk
menerima tamparan berikutnya lagi bila ada dan tanggunglah semuanya
itu dengan sabar. Jangan membalas perbuatan orang kasar itu dengan
setimpal, jangan menantangnya, atau bertindak melawannya. Bila
diperlukan demi ketenteraman umum, serahkan perkara itu
kepada pihak yang berwenang supaya si pelaku bisa berkelakuan
baik.
Gambaran lain dalam penjelasan Yesus Kristus mengenai praktek kasih
ini adalah tentang peradilan yang dituntutkan oleh seseorang karena
menginginkan baju kita. Kehilangan baju dan jubah merupakan
kerugian harta (ayat 40). Kepada orang yang hendak mengadukan
engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Ini
perkara yang tidak mudah. Dalam praktek sehari-hari, bukan hal aneh
lagi bila penanganan hukum dimanfaatkan untuk menimbulkan
kerugian yang sangat besar. Walaupun para hakim berlaku adil dan
sangat berhati-hati sekalipun, masih saja ada kemungkinan bagi orang
jahat yang tidak mengacuhkan sumpah dan mudah melakukan
pemalsuan, untuk merampas “jubah” seseorang melalui jalur hukum/
peradilan. Janganlah heran akan perkara itu, tetapi bila mengalami
kejadian seperti itu, daripada menggunakan hukum guna membalas
[71]
dendam, daripada mengajukan surat permohonan atau mati-matian
mempertahankan perkaramu yang sungguh-sungguh benar itu, biarlah
orang itu juga mengambil jubahmu sekalian. Jika persoalannya kecil
hingga bisa kita abaikan tanpa menimbulkan kerugian berarti bagi
keluarga kita, adalah baik untuk mengalah demi perdamaian.
Tuhan Yesus Kristus melanjutkan pengajarannya (ayat 41). "Siapa pun
yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah
bersama dia sejauh dua mil". Maksudnya adalah bahwa orang Kristen
sebagai anak-anak Bapa harus mengalah terhadap kerugian kecil dan
tidak mempermasalahkannya. Jika kerugian yang ditimbulkan
menyebabkan kita terpaksa mengadakan perbaikan, hal ini haruslah
dilakukan demi penyelesaian yang baik.
Kita harus bersikap dermawan dan murah hati (ayat 42), bukan saja
tidak boleh menyakiti sesama, malah sebaliknya, kita harus berusaha
sedapat mungkin untuk berbuat baik kepada mereka. Kita harus siap
memberi, "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Bila
memiliki kemampuan, anggaplah permintaan orang miskin sebagai
kesempatan untuk memberikan derma/ bantuan." Saat seseorang yang
benar-benar patut menerima derma muncul, kita harus bersedia
memberi pada kesempatan pertama. Berikanlah bagian kepada tujuh,
bahkan kepada delapan orang. Namun, perbuatan dermawan kita
haruslah dilakukan dengan sewajarnya, supaya jangan kita
memberikannya kepada orang yang malas dan tidak layak
menerimanya. Kita harus memberikannya kepada orang-orang yang
membutuhkannya dan memang layak menerimanya. "orang yang mau
meminjam dari padamu, janganlah kau tolak.” Kalau kita memang
diberi kemampuan dan berkah Tuhan, janganlah tolak orang-orang yang
membutuhkan dan jangan mengarang alasan untuk mengusir mereka.
Oleh karena itu, kita harus siap siaga dalam berbuat baik namun tetap
[72]
bijaksana kepada orang-orang yang memang betul- betul
membutuhkan, bukan orang yang malas mencari rejeki dengan cara
yang halal atau orang yang melakukan managemen keuangan yang
buruk demi kenikmatan sesaat.
Kasih yang diajarkan Yesus Kristus dalam perikop ini ialah kasih yang
masuk akal, yang mampu mengatasi kebencian. Kasih itu sejenis
dengan tindakan kasih Allah terhadap orang-orang yang memberontak,
sehingga menunjukkan bahwa orang yang mengasihi sedemikian itu
adalah benar-benar anak-anak Bapa. Perintah karena itu haruslah
kamu sempurna adalah dalam rangka meneladan kepada kasih
Allah Bapa. Sebagaimana kasih Allah Bapa itu sempurna, tidak
mengabaikan kelompok mana pun, demikianlah juga anak-anak Allah
Bapa.
B. KONTEKS MASA KINI :
1. Bulan Februari ada sebuah hari yang diberi nama hari valentin
(“hari kasih sayang”). Di kalangan anak muda, hari valentin
diidentikkan dengan hal-hal romantis untuk pasangannya. Menurut
situs internet Wikipedia, Hari Valentine (Valentine's Day) atau
disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah
sebuah hari dimana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh
cinta menyatakan cintanya atau merayakan cintanya, ada tradisi
pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita
dan sebaliknya. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar,
coklat dan kadangkala warna merah muda dan simbol jantung
diberikan.
2. Kondisi politik Indonesia yang memanas setiap menjelang Pilkada
(Pemilihan Kepala Daerah), Pileg (Pemilihan Legislatif) ataupun
Pilpres (Pemilihan Presiden), prinsip politik “tidak ada kawan yang
[73]
abadi, tidak ada musuh yang abadi”. Siapa yang sangat dibutuhkan
dan memiliki tujuan politik sama, maka harus dirangkul untuk
kepentingan tersebut. Sedangkan bila tidak sama dan dianggap
sebagai pesaing, maka bagaimanapun caranya harus dikalahkan,
bahkan saudarapun yang tidak seide, bisa-bisa akan disingkirkan.
3. Ada hukum yang kadang-kadang timpang sebelah, yang punya uang
dia akan menang.
4. Ada banyak kejadian dimana orang mau menolong sesamanya
walaupun berbeda latar belakang.
5. Ada beberapa kejadian perusakan gedung gereja dan pengusiran
jemaat namun jemaat tidak melawan dan tetap berusaha menjalin
silaturahmi dan mendoakannya.
C. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH:
1. Pendahuluan
Pengkotbah dapat menyampaikan dalam pembukaan kotbah
mengenai hari valentin atau bisa pula menambahkan ilustrasi atau
pengalaman-pengalaman yang bisa membawa jemaat untuk
memahami perikop yang dibaca, yang menyangkut sikap mengalah,
mengampuni dan mengasihi dengan tulus.
3. Isi
Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai
sumbernya, yang menekankan tentang isi kotbah di bukit, dalam
konteks ini ditekankan tentang jemaat sebagai anak-anak Bapa yang
harus sempurna melaksanakan kasihnya seperti Bapa dalam diri
Yesus. Dalamnya juga ada penerapan yang dapat dicontohkan
[74]
menyangkut situasi masa kini, praktek peradilan dan kepedulian
sesama. (Dalam berkotbah, pengkotbah bisa fokus pada 1 topik saja
dalam menjabarkannya).
4. Penutup
Pengkotbah mengingatkan kembali siapa sebenarnya Jemaat itu,
yakni anak-anak Bapa yang harus menunjukkan identitasnya dalam
melaksanakan kasihnya, sekaligus memberikan motivasi kepada
Jemaat bahwa setiap jemaat harus berpikir positif karena mereka
diberi kekuatan oleh Bapa agar mampu untuk melaksanakannya.
D. Liturgi
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Nats Persemb
: Matius 6:14-15
: Roma 8:15-16
: Roma 12:1
NYANYIAN-NYANYIAN
KJ 362 / PKJ 17
KJ 4 / PKJ 18
KJ 36 / PKJ 43
KJ 52 / PKJ 279
KJ 53 / PKJ 280
KJ 337 / PKJ 148
KJ 379/ PKJ 302
[75]
E. CONTOH KOTBAH JADI
SEMPURNA SEPERTI BAPA
Matius 5:38-48
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dikalangan pasangan suami isteri muda maupun anak-anak muda, dikenal
ada istilah “valentinan”. Menurut situs internet Wikipedia, Hari
Valentine (Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang
“diperingati” pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para
kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya atau
merayakan cintanya. Di hari tersebut ada tradisi pemberian segala macam
hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita dan sebaliknya. Hadiahhadiahnya biasa berupa bunga mawar, coklat dan kadangkala semua
barang dihias warna merah muda dan simbol jantung berwarna merah
muda. Hal yang wajar ketika orang jatuh cinta atau menyukai seseorang,
maka segala upaya akan dilakukan untuk menyenangkannya. Seseorang
mengasihi dan melakukan perbuatan baik kepada orang lain itu biasanya
terjadi ketika yang dikasihinya itu menyenangkan hati atau berbuat baik
padanya. Lantas, jika sikap dan kata-kata seseorang sering melukai atau
menyakiti hati kita, apakah kita bersedia menolong orang itu saat sungguh
butuh pertolongan kita? Kebanyakan orang tentu tidak suka atau
membenci bahkan bisa menjadi dendam. Di sisi lain, mungkin saja bisa
menerima perlakuan itu, walaupun belum tentu menyukainya, itupun jika
dirinya penuh dengan pengampunan. Kepada orang yang sering menyakiti
kita, suasana kasih sayang seperti “hari Valentine” tidak bisa/ sulit kita
rasakan saat berjumpa dengannya. Kenyataan hidup di dunia ini
menjelaskan bahwa seringkali kita lihat bahwa umat manusia yang merasa
tersakiti atau menyakiti.
[76]
Berbicara
tentang
kasih-mengasihi,
Tuhan
Yesus
pernah
mengkotbahkannya saat berkotbah di sebuah bukit. Ia memaparkan
firmanNya menyangkut praktek mengasihi dalam hubungan antar
manusia. Ia ingin agar setiap pengikutNya mempraktekkan kasih yang Ia
ajarkan sebagai anak-anak Bapa di sorga.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bagian Alkitab yang kita baca tadi merupakan bagian dari kotbah Yesus
Kristus di bukit. Yesus Kristus berkata kepada pengikutNya, "Kamu
telah mendengar firman: mata ganti mata dan gigi ganti gigi".
Maksudnya ialah kalau mereka yang tersakiti memang menghendaki,
mereka akan menuntut pembalasan itu secara hukum: mata ganti mata
dan gigi ganti gigi. Kita menemukan hal ini dalam Keluaran 21:24,
Imamat 24:20 dan Ulangan 19:21. Dalam semua ayat tersebut,
pelaksananya adalah pejabat yang bertindak sebagai hakim. Tindakan
pembalasan ini tidak langsung dilakukan oleh korban maupun sembarang
orang. Hukum tersebut memberikan petunjuk kepada para hakim bangsa
Yahudi mengenai hukuman apa yang harus ditimpakan dalam kasus-kasus
yang menyebabkan cacat fisik. Bukanlah nyawa ganti mata atau anggota
badan ganti gigi, melainkan apa yang adil dan sebanding. Itupun jika
yang merasa jadi korban menghendaki untuk menuntutnya. Namun,
sebagian guru-guru Yahudi, bersikeras bahwa pembalasan setimpal itu
perlu dilaksanakan, bahkan oleh perorangan sekalipun. Bagi mereka, tidak
ada tempat bagi pengampunan atau ganti rugi. Bahkan sampai saat mereka
berada di bawah pemerintahan peradilan Romawi pun, di mana dengan
sendirinya hukum pengadilan mereka tidak berlaku lagi, mereka tetap saja
menginginkan hal yang tampak kasar dan bengis itu. Tuhan Yesus Kristus
mengerti hal itu. Oleh karena itu, Ia mengajarkan yang benar sebagaimana
yang diinginkan Tuhan Allah, sebagai perintah Perjanjian Baru yakni
perintah untuk mengasihi.
[77]
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seperti apa perintah Perjanjian Baru itu sebenarnya? Menurut Yesus
Kristus, sebagai anak-anak Bapa, kewajiban si penuntut ini adalah bahwa
dia harus mengampuni kesalahan yang telah dilakukan orang lain
terhadap dirinya dan tidak lagi bersikeras menuntut hukuman yang
melebihi apa yang baik bagi kepentingan umum. Di sini Tuhan Yesus
Kristus mengajarkan: kita tidak boleh membalas dendam (ayat 39). Aku
berkata kepadamu, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat
jahat kepadamu." Di sini, tindakan melawan orang yang berbuat jahat
dilarang dengan tegas. Namun, hal ini bukan berarti mencabut hukum
mengenai perlindungan diri sendiri dan pemeliharaan kita terhadap
keluarga. Kita boleh menghindari kejahatan dan melawannya sejauh ini
memang perlu bagi keamanan kita sendiri, tetapi kita tidak boleh
membalas kejahatan dengan kejahatan, menyimpan dendam,
membalas dendam, ataupun berlaku sama seperti mereka yang telah
bertindak jahat terhadap kita. Sebaliknya, kita harus melakukan hal yang
jauh melebihi mereka dengan cara mengampuni mereka. Hukum
pembalasan setimpal haruslah dibuat supaya sesuai dengan hukum kasih.
Jika ada orang yang melukai kita, maka menuntut ganti rugi bukanlah hak
kita melainkan hak Allah. Adakalanya ini juga menjadi hak para wakilNya (dalam hal ini pejabat yang berwenang), jika ini memang diperlukan
demi memelihara ketenteraman umum. Tidaklah benar kalau kita
menyakiti saudara kita dengan alasan bahwa dialah yang memulai terlebih
dulu, sebab biasanya pukulan kedualah yang menimbulkan pertengkaran.
Saat kita dilukai, kita mempunyai kesempatan menunjukkan bahwa kita
ini sungguh-sungguh murid Kristus, anak-anak Bapa yang sejati dengan
cara mengampuninya dan sabar.
Saudara-saudara,
Yesus juga membahas tentang hukum tema menampar pipi. Tamparan di
pipi, Ini bukan saja menimbulkan rasa sakit, namun juga penghinaan dan
[78]
pelecehan; "Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu." Artinya, jangan membalas sakit dan
penghinaan itu, tetapi sebaliknya, bersiaplah untuk menerima tamparan
berikutnya lagi bila ada dan tanggunglah semuanya itu dengan sabar.
Jangan membalas perbuatan orang kasar itu dengan setimpal, jangan
menantangnya, atau bertindak melawannya. Bila diperlukan demi
ketenteraman umum, serahkan perkara itu kepada pihak yang berwenang
supaya si pelaku bisa berkelakuan baik. Walaupun mungkin saja hal ini
bisa menyebabkan kita dihina karena dianggap lemah, tidak memiliki
wibawa dan harga diri atau kehormatan. Kita mempercayai Allah dan
pemeliharaan-Nya untuk melindungi kita sementara kita melakukan
kewajiban kita.
Saudara-saudariku,.. Dalam masa pemilihan anggota legislatf, pemilihan
kepala daerah dan pemilihan presiden, biasanya banyak menggunakan
“politik hitam” (memfitnah lawan politik dengan berita-berita yang
menghancurkan). Tindakan ini bisa menjadi provokasi untuk saling
menghancurkan secara fisik, minimal membalas fitnah kembali. Kalau
semua terlibat seperti itu, maka kehancuran negara kita tinggal menunggu
waktu. Sebagai anak-anak Bapa, kita bisa mewarnainya dengan sikap
yang baik. Menasihati jika didengarkan, minimal memberi keteladanan
hidup dengan tidak melakukan yang seperti itu.
Gambaran lain dalam penjelasan Yesus Kristus mengenai praktek kasih
ini adalah tentang peradilan yang dituntutkan oleh seseorang karena
menginginkan baju kita. Kehilangan baju dan jubah merupakan kerugian
bagi harta (ayat 40). Kepada orang yang hendak mengadukan engkau
karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Ini perkara
yang tidak mudah. Dalam praktek sehari-hari, bukan hal aneh lagi bila
penanganan hukum dimanfaatkan untuk menimbulkan kerugian yang
sangat besar. Walaupun para hakim berlaku adil dan sangat berhati-hati
[79]
sekalipun, masih saja ada kemungkinan bagi orang jahat yang tidak
mengacuhkan sumpah dan mudah melakukan pemalsuan, untuk
merampas “jubah” seseorang melalui jalur hukum/ peradilan. Janganlah
heran akan perkara itu, tetapi bila mengalami kejadian seperti itu,
daripada menggunakan hukum guna membalas dendam, daripada
mengajukan surat permohonan atau mati-matian mempertahankan
perkaramu yang sungguh-sungguh benar itu, biarlah orang itu juga
mengambil jubahmu sekalian. Jika persoalannya kecil hingga bisa kita
abaikan tanpa menimbulkan kerugian berarti bagi keluarga kita, adalah
baik untuk mengalah demi perdamaian. Ini tentu bukan perkara mudah
untuk mengamini ajaran Tuhan ini, apalagi sekarang ini, oleh karena
Warga negara Indonesia sudah sadar hukum, maka sedikit-sedikit perkara
semua diajukan ke lembaga peradilan.
Tuhan Yesus Kristus melanjutkan pengajarannya (ayat 41). "Siapa pun
yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama
dia sejauh dua mil". Maksudnya adalah bahwa orang Kristen sebagai
anak-anak Bapa harus mengalah terhadap kerugian kecil dan tidak
mempermasalahkannya. Jika kerugian yang ditimbulkan menyebabkan
kita terpaksa mengadakan perbaikan, hal ini haruslah dilakukan demi
penyelesaian yang baik. Meskipun kita tidak boleh mencari masalah, kita
harus menyambutnya dengan ceria di tengah kewajiban kita dan berusaha
menanganinya sebaik-baiknya.
Kita harus bersikap dermawan dan murah hati (ayat 42), bukan saja tidak
boleh menyakiti sesama, malah sebaliknya, kita harus berusaha sedapat
mungkin untuk berbuat baik kepada mereka. Kita harus siap memberi,
"Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Bila memiliki
kemampuan, anggaplah permintaan orang miskin sebagai kesempatan
untuk memberikan derma." Saat seseorang yang benar-benar patut
menerima derma muncul, kita harus bersedia memberi pada kesempatan
[80]
pertama. Berikanlah bagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan
orang. Namun, perbuatan dermawan kita haruslah dilakukan dengan
sewajarnya, supaya jangan kita memberikannya kepada orang yang
malas dan tidak layak menerimanya. Kita harus memberikannya kepada
orang-orang yang membutuhkannya dan memang layak menerimanya.
"orang yang mau meminjam dari padamu, janganlah menolak.”
Kalau kita memang diberi kemampuan dan berkah Tuhan, janganlah tolak
orang-orang yang membutuhkan dan jangan mengarang alasan untuk
mengusir mereka. Oleh karena itu, kita harus siap siaga dalam berbuat
baik namun tetap bijaksana kepada orang-orang yang memang betulbetul membutuhkan, bukan orang yang malas mencari rejeki dengan cara
yang halal atau orang yang melakukan managemen keuangan yang buruk
demi kenikmatan sesaat.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kasih yang diajarkan Yesus Kristus dalam perikop ini ialah kasih yang
masuk akal, yang mampu mengatasi kebencian. Kasih itu sejenis dengan
tindakan kasih Allah terhadap orang-orang yang memberontak, sehingga
menunjukkan bahwa orang yang mengasihi sedemikian itu adalah benarbenar anak-anak Bapa. Perintah karena itu haruslah kamu sempurna
adalah dalam rangka meneladan kepada kasih Allah Bapa.
Sebagaimana kasih Allah Bapa itu sempurna, tidak mengabaikan
kelompok mana pun, demikianlah juga anak-anak Allah Bapa.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita mungkin pernah mendengar atau menyaksikan kejadian-kejadian ini:
* Disaat lembaran ALKITAB dijadikan bungkus tempe oleh seseorang,
mungkin itulah cara ALLAH mengingatkan umatnya untuk selalu
membaca FIRMANNYA. Tidak perlu kita teriak teriak supaya pelakunya
dipenjarakan atau mengajak orang lain untuk membunuhnya, karena
ALLAH dan Alkitab tidak perlu dibela.
[81]
* Disaat GEREJA DIBAKAR, mungkin itulah cara ALLAH
mengingatkan umatnya bahwa api neraka menunggu orang-orang yang
tidak percaya padaNYA.
* Disaat tangan-tangan kreatif membuat gambar TUHAN YESUS DAN
BUNDA MARIA disandal jepit, mungkin itulah cara ALLAH
mengingatkan umatnya bahwa YESUSLAH JALAN, KESELAMATAN
DAN HIDUP. DAN HORMATILAH AYAH DAN IBUMU AGAR
LANJUT UMURMU DI TANAH YG DIBERIKAN TUHAN
KEPADAMU.
* Disaat ada orang yang menggambar SETAN yang berwajah manusia
mengenakan kalung SALIB, disitu kita diingatkan ALLAH bahwa di
dunia ini telah muncul NABI-NABI PALSU DIMANA SESAMA
MANUSIA LEBIH MENAKUTKAN DARIPADA SETAN, DAN
UMAT ALLAH WAJIB MEMIKUL SALIBNYA
* Disaat GEREJA DITUTUP DAN DISEGEL, mungkin itulah cara
ALLAH mengingatkan umatnya bahwa ALLAH itu selalu hadir didalam
hati umatNYA, dimanapun mereka berada.
Selamat melaksanakan kasihNya secara sempurna sebab kita anak-anak
Bapa. Kiranya Tuhan ALLAH memberkati kita semua. Amin. (PA).
[82]
RANCANGAN KHOTBAH, 26 FEBRUARI 2017
EPIFANI VIII ; WARNA LITURGI PUTIH
Leksionari: Keluaran 24:12-18; Mazmur 2;
2 Petrus 1:16-21; Matius 17:1-9.
Bacaan Kotbah: Keluaran 24:12-18.
TERPIILIH UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN
TUJUAN:
1. Jemaat mengetahui bahwa kita adalah umat Israel rohani yang
terpilih menjadi umat kesayanganNya.
2. Jemaat mengetahui bahwa sebagai umat pilihanNya, kita harus taat
pada firmanNya.
3. Jemaat mengetahui bahwa hamba-hamba Tuhan yang terpilih
melayani umat adalah utusanNya agar jemaat melihat kemuliaan
Tuhan.
A. PENAFSIRAN TEKS:
Selama satu tahun bangsa Israel tinggal di Sinai terlaksanalah dua hal
yakni pertama, Israel menerima Hukum Allah dan memperoleh
pengajaran tentang jalan-jalan Allah dan yang kedua, orang-orang yang
lolos dari Mesir dipersatukan menjadi awal dari satu bangsa. Periode ini
paling penting untuk memahami kehendak dan maksud Allah
sebagaimana dinyatakan dibagian Perjanjian Lama selanjutnya. Inilah
inti dari apa yang sering disebut dalam Alkitab sebagai Taurat. Catatan
dari kehidupan mereka di Sinai serta Taurat yang diberikan kepada
mereka di sana bukan hanya merupakan pokok bahasan selanjutnya dari
Kitab Keluaran namun juga dari seluruh Kitab Imamat dan pasal-pasal
pertama dari Kitab Bilangan.
[83]
Umat Israel dikenal sebagai umat pilihan Allah, umat perjanjian. Israel
dipilih Allah bukan karena bangsa ini adalah bangsa yang paling baik
dibandingkan bangsa-bangsa lain, tetapi karena anugerah Allah semata.
Itulah pilihan Allah yang didasarkan pada kehendak bebasNya dengan
berbagai pertimbanganNya. Ia mau membawa umat Israel dalam suatu
babak baru kehidupan berkelimpahan di tanah perjanjian, yakni
Kanaan: negeri yang berlimpah susu dan madu, negeri yang diberkati
Allah. Dengan umat pilihanNya itu, Ia mau mengikat perjanjian.
Setelah perjanjian itu ditetapkan, masih perlu diberikan suatu bentuk
lahiriah yang nyata bagi perjanjian yang baru saja diadakan dengan
umat-Nya tersebut. Ia membangun sebuah ikatan persekutuan yang jelas
dimana Dia dapat menyatakan diri kepada umat-Nya dan mereka dapat
menghampiri Dia. Dia bukanlah Allah yang mau memaksakan
kehendakNya, tetapi Ia ingin umat Israel juga menyatakan persetujuan
untuk menjadi umat kesayanganNya. Inti perjanjian itu menekankan
hubungan antara Allah dengan bangsa Israel: Allah menjadi Tuhan
umat Israel dan Israel menjadi milik kesayanganNya. Allah
menawarkan dalam Keluaran 19:4-6a : “Kamu sendiri telah melihat
apa yang telah Ku lakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana aku
telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu
kepadaKu. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan
firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi
harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah
yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiku kerajaan
imam dan bangsa yang kudus.”
Bangsa Israel menyatakan bersedia melakukan apa yang Tuhan Allah
perintahkan, pertanda mereka setuju mangadakan perjanjian itu
(Keluaran19:8).
[84]
Perjanjian berhubungan dengan aturan. Israel mau menjadi umat
kesayangan Allah, mau menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus,
maka ia harus menaati aturan agar dapat menjalani hidup dengan
perilaku imam dan hidup dalam kekudusan untuk menyenangkan hati
Allah. Dengan persetujuan itu, Allah memberikan isi perjanjian berupa
aturan. Kesepuluh Hukum harus ditaati Israel bersama berbagai
peraturan-peraturan praktis yang dapat kita baca dalam Keluaran 20-24.
Sebagai umat yang mau mengadakan perjanjian mereka harus menaati
peraturan sebagai isi dari perjanjian yang telah disepakati. Bahkan
mereka mengadakan upacara pengikatan perjanjian penuh khidmat
(Keluaran 24:1-8). Dalam keseluruhan bagian kitab Keluaran19-24, kita
temukan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan aturan dan
untuk melaksanakan perjanjian itu dibutuhkan ketaatan.
Untuk itu Musa dipanggil naik ke atas gunung untuk waktu yang lama.
Berbagai petunjuk ilahi itu meliputi semua rincian, sebab semuanya
penting dalam hubungannya dengan rancangan Allah. Pada saat yang
sama, ketidakhadiran Musa merupakan sebuah ujian terhadap
kesungguhan dari dedikasi dan sumpah yang baru saja diucapkan
bangsa itu.
Loh batu yang akan diberikan bertuliskan Dasa Titah. Hukum dan
perintah mungkin termasuk juga berbagai petunjuk (Taurat) bagi
tempat ibadah dan para imam serta hukum-hukum yang kini terdapat
dalam Imamat dan Ulangan. Perikop ini juga memperlihatkan prinsip
pendelegasian yang dilakukan Musa berdasarkan perintah Tuhan. Ada
aturan dalam bentuk hukum dan perintah yang jelas dan tertulis, yang
diberikan Tuhan kepada Musa sekaligus untuk diajarkan kepada bangsa
Israel. Disini Musa juga mengajak Yosua mendampinginya. Yosua
mendampingi Musa naik ke gunung walaupun tidak berada di dekat
Musa ketika Tuhan memberikan hukum-hukum itu. Yosua sedang
[85]
dipersiapkan Tuhan menjadi pemimpin untuk menggatikan Musa pada
masa depan. Yosua telah membantu Musa dalam perang dan sekarang
membantu dalam hal rohani. Kepada Harun dan Hur, Musa
mendelegasikan tugas dan otoritas untuk mengawasi dan mengatur
bangsa Israel.
Hal lain yang juga menarik dalam perikop ini adalah tampaknya
kemuliaan Tuhan yang dapat disaksikan oleh umat Israel, sedangkan
Musa tidak terlihat karena tertutup awan. Dengan demikian, Tuhan
bermaksud memakai situasi ini, baik pendelegasian juga hukum dan
perintahNya agar umat Israel mengarahkan diri kepada Tuhan, bukan
kepada sosok manusia yang kelihatan hebat. Tuhan memakai hukum
dan perintah beserta orang-orang yang dipilih-Nya agar umatNya
mengarahkan diri hanya kepada Tuhan.
B. KONTEKS MASA KINI :
1. Adanya orang Kristen yang masih mengaku Kristen, pergi menjauh
dari persekutuan dengan Tuhan dan jemaat serta melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Injil Tuhan.
2. Adanya beberapa orang Kristen yang oleh sebab tertentu keluar dari
kekristenan dan beralih kepercayaan lain.
3. Ada beberapa orang yang menjadi (masuk) Kristen.
4. Ada pelayan Tuhan yang tidak memberikan keteladanan hidup bagi
anggota jemaat.
5. Banyak pelayan Tuhan yang masih memiliki semangat dan
keteladanan hidup dalam melaksanakan tugasnya.
C. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH:
I. Pendahuluan
Pengkotbah dapat menyampaikan ilustrasi atau pengalamanpengalaman yang bisa membawa jemaat untuk memahami perikop
[86]
yang dibaca, misalnya seseorang dalam memilih pasangannya ada
perjanjian dan aturan yang disepakati bersama agar hubungan tetap
baik selamanya. Lalu dihubungkan dengan Tuhan memilih Israel
sebagai umat kesayanganNya yang juga ada ikatan perjanjian dan
aturan untuk ditaati.
II. Isi
Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai
sumbernya, yang menekankan tentang kapasitas Musa sebagai hamba
Allah, Yosua yang dipersiapkan dalam kepemimpinan masa depan,
serta Harun dan Hur sebagai delegasi Musa dalam mengatur umat
Israel selagi Musa di gunung Sinai. Isi teks ini dihubungkan pula
dengan pengalaman hidup sehari-hari.
III. Penutup
Pengkotbah mengingatkan kembali siapa sebenarnya Jemaat itu
sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa mereka diberi
kekuatan oleh Bapa agar mampu untuk melaksakannya.
D. LITURGI
Nats Pembimbing
Berita Anugrah
Nats Pers
: Mazmur 1 : 1-6
: I Yohanes 3 : 1-2
: 2 Korintus 8:12-15
NYANYIAN-NYANYIAN
KJ 64:1-2 / PKJ 2 2X
KJ 21 : 1-2/PKJ 242:1-2
PKJ 255: 1 / KJ 66: 1-3
KJ 427 : 1-4/ KJ 280:1-3
KJ 289 :1-2, 8-9.
KJ 410 :1
[87]
E. CONTOH KOTBAH JADI
TERPIILIH UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,
Pada masa kini, lazimnya dalam memilih suami atau isteri (pasangan
hidup) adalah hak masing-masing anak. Orang tua kadang-kadang hanya
memberikan masukan-masukan atau bahkan langsung saja menyetujui. Itu
adalah hak anak dalam menentukan pasangannya. Oleh karena itu,
seseorang yang memilih pasangannya pastilah sudah memiliki
pertimbangan-pertimbangan yang masak, sekaligus itu merupakan haknya
pribadi. Terkadang orang lain tidak bisa memahami mengapa seseorang
memilih pasangannya. Lalu ketika dua insan lelaki dan perempuan ini
setuju untuk hidup bersama, maka janji dan aturan disepakati bersama
untuk kelanggengan hubungan mereka. Inipun terjadi ketika Tuhan Allah
sang Pencipta langit bumi dan segala isinya memilih Israel sebagai umat
kesayanganNya. Manusia mencoba untuk mengetahui alasan mengapa
Tuhan Allah memilih Israel, namun manusia tidak akan pernah bisa
memahami. Semua kembali pada rahasia Tuhan Allah, itulah hak mutlak
Tuhan Allah. Sebagaimana dua insan yang menikah, itu pula yang terjadi
ketika Tuhan Allah menjalin hubungan kasih dengan Israel. Janji dan
aturan dibuat agar menjadi berkat bagi Israel dan untuk kemuliaan Tuhan
Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Umat Israel dikenal sebagai umat pilihan Allah, umat perjanjian. Israel
dipilih Allah bukan karena bangsa ini adalah bangsa yang paling baik
dibandingkan bangsa-bangsa lain. Tetapi karena anugerah Allah semata.
Itulah pilihan Allah yang didasarkan pada kehendak bebasNya dengan
berbagai pertimbanganNya. Sama seperti ketika seorang lelaki memilih
[88]
isteri. Ia mau membawa umat pilihanNya itu dalam suatu babak baru
kehidupan berkelimpahan di tanah perjanjian, yakni Kanaan: negeri yang
berlimpah susu dan madu, negeri yang diberkati Allah. Demikian
sayangnya Ia kepada umat Israel, Ia ingin mengikat perjanjian antara Dia
dan umat Israel. Dia bukanlah Allah yang mau memaksakan
kehendakNya, tetapi Ia ingin umat Israel juga menyatakan persetujuan
untuk menjadi umat kesayanganNya. Inti perjanjian itu menekankan
hubungan antara Allah dengan bangsa Israel: Allah menjadi Tuhan umat
Israel dan Israel menjadi milik kesayanganNya. Allah menawarkannya
dalam Keluaran 19:4-6a :
“Kamu sendiri telah melihat apa yang telah Ku lakukan kepada orang
Mesir, dam bagaimana aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali
dan membawa kamu kepadaKu. Jadi sekarang, jika kamu sungguhsungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu,
maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala
bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi
bagiku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Bangsa Israel menyatakan
bersedia melakukan apa yang Tuhan Allah perintahkan, pertanda mereka
setuju mengadakan perjanjian itu (Keluaran 19:8).
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perjanjian berhubungan dengan aturan. Begitupun Israel, bersedia
mengikat perjanjian, berarti ia harus menaati semua aturan yang Allah
tetapkan. Israel mau menjadi umat kesayangan Allah, mau menjadi
kerajaan imam dan bangsa yang kudus, maka ia harus menaati aturan agar
dapat menjalani hidup dengan perilaku imam dan hidup dalam kekudusan
untuk menyenangkan hati Allah. Dengan persetujuan itu, Allah
memberikan isi perjanjian berupa aturan. Kesepuluh Hukum harus ditaati
Israel bersama berbagai peraturan-peraturan praktis yang dapat kita baca
dalam Keluaran 20-24. Sebagai umat yang mau mengadakan perjanjian
mereka harus menaati peraturan sebagai isi dari perjanjian yang telah
[89]
disepakati. Bahkan mereka mengadakan upacara pengikatan perjanjian
penuh khidmat (Kel 24:1-8). Dalam pasal-pasal tersebut kita temukan
bahwa
perjanjian
memang
berkaitan
dengan aturan
dan
untuk melaksanakan perjanjian itu dibutuhkan ketaatan. Umat Israel
harus menaati aturan yang difirmankan Allah. Dan Kita sebagai orang
Kristen pun harus menaati kehendak Tuhan Allah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Setelah umat Israel mengadakan suatu perjanjian dengan Allah, maka
mereka mencoba untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka
yakni sebagai umat perjanjian yang dikasihi Allah. Mereka harus siap
bertata laku seperti apa yang Tuhan kehendaki, sesuai dengan perintah
Tuhan dalam serangkaian aturan yang telah difirmankan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita dapat menemukan dalam perikop yang kita renungkan ini sebagai
petunjuk bagaimana sikap kita untuk memulai babak baru dalam
kehidupan kita.
Pertama, kita belajar dari Musa. Musa selalu mendengar dan taat pada
firman Tuhan. Ketika Tuhan Allah berfirman, dengan segera ia
melakukan firman itu. Untuk memasuki babak baru dalam kehidupan kita,
mau mendengar dan taat sangatlah dibutuhkan. Kita harus taat dan segera
melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan. Berdasarkan perintah Tuhan
yang sesuai dengan isi Alkitab, seorang pemimpin jemaat/ pelayan Tuhan
harus mau mendengar, menaati dan segera melakukan yang terbaik dalam
pelayanan sesuai dengan kebutuhan jemaat dan kemuliaan namaNya.
Musa adalah hamba Tuhan yang mempersiapkan segala sesuatu. Ia
mempersiapkan Harun dan Hur untuk menyelesaikan masalah. Ia juga
mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Untuk memasuki babak
baru dalam kehidupan kita, kitapun harus mempersiapkan segala sesuatu.
Sepasang kekasih yang bersepakat untuk menikah haruslah
[90]
mempersiapkan rancangan acara pernikahan, rancangan masa depan
ketika nanti berumah tangga dan memikirkan persoalan-persoalan yang
mungkin terjadi sehingga bisa dipertimbangkan dan diatasi sedini
mungkin. Mereka harus mempertimbangkan dan mempersiapkan banyak
hal, terutama mempersiapkan diri masing-masing untuk bertemu Allah
dalam kehidupan rumah tangga yang dipenuhi berbagai aturan baru.
Musa adalah orang yang sabar. Ia punya kesabaran menanti waktu
Tuhan. Musa harus menunggu Tuhan memanggilnya selama 6 hari, dan
harus tinggal 40 hari 40 malam untuk menerima hukum dan perintah
Tuhan. Sungguh membutuhkan kesabaran. Lalu kira-kira apa yang ia
lakukan selama 6 hari ia menunggu? Pasti sambil menunggu, ia
mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Ia merenung: apakah ia
dan orang Israel mampu melakukan semua perintah Tuhan? Ia dalam
perenungan yang sungguh menunggu Tuhan berkenan memanggilnya.
Kita sebagai manusia yang sedang menanti setiap babak baru dalam hidup
ini pun butuh waktu untuk mempersiapkan diri dan harus sabar.
Mampukah kita menaati peraturan-peraturan yang ada? Sulit memang,
tapi Tuhan pasti memberkati agar segala sesuatu terasa ringan.
Kedua, belajar dari kesetiaan Yosua. Yosua adalah pelayan Musa yang
selalu setia mendampingi Musa. Mungkin kala itu, ia terkesan tidak
terlalu penting karena tidak dikisahkan lebih lanjut apakah Yosua
mendampingi Musa sampai ke puncak gunung. Tetapi ketika Musa harus
segera melaksanakan firman Tuhan, ia mendampinginya. Dari Yosua kita
belajar kesetiaan untuk melakukan yang terbaik bagi sesama kita.
Melakukan yang terbaik bagi atasan kita dalam pekerjaan, melakukan
yang terbaik bagi isteri kita sebagai sosok yang dihargai dan dicintai,
melakukan yang terbaik bagi sosok suami yang kita hormati dan cintai
dan melakukan yang terbaik untuk orang tua.
[91]
Ketiga, meminta pendapat dan bantuan kepada orang yang tepat untuk
berbagai persoalan. Dalam ayat 14, Musa berpesan kepada para tua-tua
yakni pemimpin umat Israel untuk tinggal di suatu tempat dan apabila
ada perkara/ persoalan datanglah kepada Harun, saudara Musa dan Hur,
pemuka bangsa Israel yang kala itu ditugaskan sebagai hakim mereka. Ya,
memang persoalan tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia dan
Allah dapat mempercayakan penyelesaiannya kepada orang-orang khusus
yang dianggap mampu membantu sesamanya. Kita butuh orang-orang
yang tepat untuk membantu kita. Untuk memulai babak baru dalam
kehidupan, pasti tak luput dari masalah. Kalau kita merasa sulit
mengatasinya, mintalah bantuan kepada orang-orang yang tepat, orangorang yang dapat dipercayai. Namun jangan lupa, sebagaimana kemuliaan
Tuhan tampak di atas gunung Sinai yang dapat disaksikan oleh umat
Israel, sedangkan Musa tidak terlihat karena tertutup awan, maka fokus
kita hanya kepada Allah dan bukan kepada manusia yang sekedar alatNya.
Bersyukurlah kepada Tuhan Allah karena Ia berkenan memakai manusia
sebagai saluran pertolonganNya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apabila kita siap memasuki babak baru dalam kehidupan, pandanglah
Allah dalam kemuliaanNya karena Ia mau menyatakan hal-hal yang luar
biasa bagi kehidupan kita, asalkan kita mau hidup kudus, melakukan halhal yang berkenan di hadapan Allah, menjaga relasi dengan Allah setiap
waktu dalam doa dan ibadah, dan hidup menurut aturan yang
diperintahkan Tuhan. Niscaya kita dapat melihat dan merasakan
kemuliaan dan kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Dan dengan
kemahakuasaanNya kitapun mampu melakukan yang terbaik bagi sesama,
baik bagi isteri, suami, pekerjaan, pendidikan dan lainnya dalam setiap
babak baru kehidupan kita. Tuhan memakai hukum dan perintah beserta
orang-orang yang dipilih-Nya agar umatNya mengarahkan diri hanya
kepada Tuhan. Tuhan menolong kita. Amin. (PA).
[92]
RANCANGAN KHOTBAH, 11 JUNI 2017
TRINITAS I ; WARNA LITURGI HIJAU
Leksionari: Kejadian 1:1-2, 4a; Mazmur 8;
2 Korintus 13:11-13; Matius 28:16-20.
Bacaan Kotbah: 2 Korintus 13:11-13.
YANG MAU MENDENGAR DAN MELAKUKAN AKAN
DIBERKATI
TUJUAN:
1. Jemaat dapat mengetahui bahwa yang mau mendengar nasihat yang
baik dan melakukannya akan diberkati oleh Tuhan Allah.
2. Jemaat mampu melaksanakan nasihat-nasihat baik dari para pelayan
Tuhan maupun langsung dari Alkitab agar memperoleh damai
sejahtera dari Allah Bapa.
A. PENAFSIRAN TEKS:
Rasul Paulus mengakhiri suratnya dengan desakan, salam dan berkat.
Semua ini dimaksudkan untuk menekankan mengenai dasar dan
pentingnya kedisiplinan menjadi jemaat yang beriman sekaligus
kesatuan diantara jemaat Korintus dan antara jemaat Korintus dengan
dirinya. Penekanan kesatuan itu didasarkan bahwa mereka satu tubuh
Yesus Kristus. Ada lima hal yang ditekankan Paulus untuk jemaat
Korintus yaitu: (1) bersukacitalah ("bergembiralah”) Bagaikan seorang
ayah yang ingin anaknya bertumbuh menjadi dewasa, demikian pesan
Allah melalui Rasul Paulus kepada jemaat Korintus agar menjadi orang
percaya yang dewasa. Bersukacitalah adalah bagian dari sikap dewasa
seseorang dalam
menghadapi
pergumulan.
Ditengah-tengah
pergumulan yang dialami oleh jemaat Korintus sebagaimana diuraikan
dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan mengatakan tetaplah
bersukacita. Bersukacita dalam pengharapan berarti mengimani Allah
[93]
akan memberikan pertolongan dalam melewati pergumulan itu dengan
kemenangan.; (2) usahakan dirimu sempurna ("memulihkan kepada
keadaan semula") Kata menjadi sempurna, berarti setiap orang perlu
menguji diri sendiri, menyelidiki, apakah tetap teguh dalam iman,
apakah benar-benar tetap sebagai orang Kristen sejati. Rasul Paulus
meminta jemaat Korintus untuk memeriksa kerohanian mereka.
Pergumulan dan permasalahan jangan membuat kalah atau menurun.
Rasul Paulus menyebut pesan Allah sesuai pengalaman hidupnya,
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Korintus 12:9). Ia juga mengatakan,
“Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan
inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna” (2
Korintus 13:9). (3) terimalah segala nasihatku; maksudnya adalah
agar jemaat Korintus menerima nasihat yang bersumber dari firman
dan Roh Kudus. Para rasul dipakai oleh Allah untuk menguatkan orang
percaya dan bukan untuk menjatuhkan. Firman Tuhan memberi nasihat
yang perlu setiap hari. Persekutuan dan teman-teman seiman adalah
tempat Roh Kudus bekerja. (4) sehati sepikirlah kamu (pikirkan hal
yang sama) Jemaat Korintus juga harus sehati sepikir dalam
menghadapi permasalahan yang ada. Rasul Paulus mengingatkan bahwa
orang-orang di Korintus harus menghadapi permasalahan mereka
sendiri, apakah tindakan, perilaku dan situasi mereka masih cocok dan
sesuai dengan pesan Injil. (5) hiduplah dalam damai sejahtera.
Pertentangan di antara jemaat membuat mereka tidak lagi bersukacita,
penuh dengan irihati, egoisme, kesombongan dan permusuhan. Tidak
ada lagi damai sejahtera dalam hati jemaat dan persekutuan mereka.
Namun mereka tidak dapat lari dari persoalan itu. Memang,
dibandingkan dengan lari dari persoalan yang membuat masalah tidak
selesai dan hanya tertunda dan terus menghantui, lebih baik
menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. Kunci dari
pemecahan masalah itu hanya satu, yakni dengan iman bahwa masalah
[94]
bisa diselesaikan dengan pertolongan Tuhan (Filipi 4:13). Dan damai
sejahtera Allah dipersatukan dalam sebuah janji masa depan dan
keberhasilan yang indah. Paulus menyatakan perlunya jemaat Korintus
untuk saling mendukung dengan memberi salam dengan cium
kudus. Dalam PB frasa cium kudus ini muncul sebanyak 5 kali (Rm
16:16; 1 Kor 16:20; 2Kor 13:12; 1 Tes 5:26; dan 1 Ptr 5:14). Ciuman
dalam lingkungan kekristenan mula-mula lebih bernuansa teologis
ketimbang sosial dan tidak pernah dimaksudkan sebagai tindakan erotis.
Dalam
cium
kudus,
ada
makna
kesatuan,
penerimaan, pengampunan, kesetaraan dan kasih persaudaraan di antara
sesama anggota jemaat dalam Kristus. Memang ada hal penting yang
perlu disampaikan bahwa dikemudian hari praktik ini menimbulkan
penyimpangan dalam jemaat. Hal ini terindikasi dari kecaman Bapakbapak Gereja terhadap penyalahgunaan cium kudus dalam ibadah
sebagai kesempatan untuk meluapkan birahi. Praktik menyimpang ini
juga terlihat dilakukan sekitar akhir tahun 1970-an oleh para
penganut Children of God yang sempat masuk ke Indonesia. Cium yang
kudus yang dimaksudkan Paulus sebenarnya ialah cium yang lazim
dalam ibadat dan yang melambangkan persaudaraan Kristen, bukan
berdasar nafsu ketertarikan sexual. Ini bisa dibandingkan juga yang
terdapat dalam Roma 16:16, 1 Korintus 16:20 dan 1 Tesalonika 5:26.
Paulus kemudian mengakhiri suratnya dengan berkat, yang
mengingatkan jemaat Korintus akan kesatuan mereka dengan Allah Tri
Tunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus. KesatuanNya mengalirkan berkat
anugerah, kasih dan persekutuan.
B. KONTEKS MASA KINI :
1. Adanya orang Kristen yang masih mengaku Kristen, pergi menjauh
dari persekutuan dengan Tuhan dan jemaat serta melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Injil Tuhan.
[95]
2. Adanya beberapa orang Kristen yang oleh sebab tertentu keluar dari
kekristenan dan beralih kepercayaan lain.
3. Ada beberapa orang yang menjadi Kristen.
4. Ada pelayan Tuhan yang tidak memberikan keteladanan hidup bagi
anggota jemaat.
5. Banyak pelayan Tuhan yang masih memiliki semangat dan
keteladanan hidup dalam melaksanakan tugasnya.
6. Adanya Jemaat yang bergumul mengenai ketidaksepahaman ide,
ajaran dan lainnya, yang menumbuhkan perpecahan jemaat, baik
satu jemaat lokal, antar jemaat dalam satu denominasi maupun antar
denominasi gereja.
7. Adanya kesatuan dan saling bekerjasama dalam jemaat, antar jemaat
maupun antar denominasi gereja.
C. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH:
I. Pendahuluan
Pengkotbah dapat menyampaikan ilustrasi atau pengalamanpengalaman yang bisa membawa jemaat untuk memahami perikop
yang dibaca, misalnya tentang mau mendengar dan melaksanakan
nasihat tentang program diet. Jika menaatinya maka akan membawa
sejahtera bagi dirinya. Ilustrasi ini lalu dihubungkan dengan nasihat
rasul Paulus kepada jemaat Korintus dimana bila menaati nasihatnya
maka mereka akan memperoleh damai sejahtera dari Tuhan Allah.
II. Isi
Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai
sumbernya, yang menekankan tentang maksud nasihat-nasihat rasul
Paulus kepada Jemaat Korintus. Isi teks ini dihubungkan pula dengan
pengalaman hidup sehari-hari.
[96]
III.
Penutup
Pengkotbah mengingatkan kembali siapa sebenarnya Jemaat itu
sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa mereka diberi
kekuatan oleh Tuhan Allah agar mampu mendengar setiap nasihat
baik dan dengan disiplin melaksanakannya.
D. LITURGI
Nats Pembimbing
: Amsal 3: 1-4
Berita Anugrah
: 1 Korintus 15: 57-58
Nats Persemb
:Amsal 3: 9-10
Nyanyian
:
KJ 21
PKJ 04
KJ 260
PKJ 187
KJ 338
PKJ 264
KJ 450
PKJ 147
KJ 422
PKJ 182
KJ 249
PKJ 230
E. CONTOH KOTBAH JADI
YANG MAU MENDENGAR DAN MELAKUKAN AKAN
DIBERKATI
2 Korintus 13:11-13
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ada pepatah yang hidup di kalangan orang yang harus diet ketat
(mengatur pola makan) yakni “kalau engkau ingin makan kue, makanlah
wortel”. Artinya, banyak hal yang membuat orang yang diet (mengatur
pola makannya) tergoda untuk memakan makanan-makanan yang diluar
[97]
program dietnya. Kalau ingin program dietnya berhasil, maka ia harus
menaati program diet dengan memakan makanan tertentu dan
menghindarkan diri dari makanan lain yang memang tidak boleh dimakan.
Diet biasanya dilakukan untuk penurunan berat badan dan mengatasi sakit
tertentu. Jika program diet yang dianjurkan oleh dokter atau ahli gizi
dilaksanakan dengan disiplin, maka keberhasilan tersebut membawa
kesehatan dan kesejahteraan bagi si pelaku diet.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pentingnya taat pada nasihat akan membawa kesejahteraan. Demikian
pula bagi jemaat Tuhan di Korintus, dalam penutupan suratnya, rasul
Paulus menekankan bahwa jika mereka mau mendengarkan nasihat dan
mendisiplinkan diri melakukan apa yang dinasihatkan olehnya yakni
“bersukacitalah, usahakan dirimu sempurna, terimalah segala nasihatku,
sehati sepikirlah kamu dan hiduplah dalam damai sejahtera” maka damai
sejahtera Allah akan menyertai mereka.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus mengirim suratnya berisi nasihat yang demikian:
pertama, bersukacita dan usahakanlah dirimu supaya sempurna (ayat
11a). Bagaikan seorang ayah yang ingin anaknya bertumbuh menjadi
dewasa, demikian pesan Allah melalui rasul Paulus kepada jemaat
Korintus dan kita semua agar menjadi orang percaya yang dewasa.
Ditengah-tengah pergumulan yang dialami oleh jemaat Korintus
sebagaimana diuraikan dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan
mengatakan tetaplah bersukacita. Demikian pula dalam persoalan dan
pergumulan hidup kita sehari-hari, kita juga harus tetap dalam sikap
bersyukur dan bersukacita, dalam arti bersukacita dalam pengharapan,
sabar dalam kesesakan dan bertekun dalam doa. Bersukacita dalam
pengharapan berarti kita mengimani Allah akan memberikan pertolongan
dalam melewati pergumulan itu dengan kemenangan. Kita juga diminta
[98]
agar dalam situasi kesesakan yang kita alami, kita tetap sabar terhadap diri
sendiri dan juga sabar pada pertolongan Allah. Sikap itu akan saling
mendukung ketika kita tambahkan bertekun dalam doa, sebab doa kepada
Allah kita yang hidup membuat kita terus terhubung dan kuasa-Nya akan
mengalir dalam kehidupan kita dan memampukan kita melewati
semuanya dengan baik. Kata menjadi sempurna, berarti setiap orang
perlu menguji diri sendiri, menyelidiki, apakah kita tetap teguh didalam
iman, apakah kita benar-benar tetap sebagai orang Kristen sejati.
Sebagaimana kita melakukan pemeriksaan umum tubuh fisik (general
check up) di rumah sakit/ klinik, rasul Paulus meminta kita untuk
memeriksa kerohanian kita. Kita harus mencari pertumbuhan kehadiran
Kristus dan kuasa-Nya di dalam kehidupan kita, sehingga dengan begitu
kita tahu bahwa kita adalah seorang Kristen sejati dan bukan penipu. Ada
prinsip, jika kita tidak mengambil langkah bertumbuh lebih dekat kepadaNya, berarti kita menarik diri lebih jauh dari-Nya, sebab iblis dan si jahat
terus bekerja. Pergumulan dan permasalahan jangan membuat kita kalah
atau menurun. Rasul Paulus menyebut pesan Allah sesuai pengalaman
hidupnya, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Korintus 12:9). Ia juga
mengatakan, “Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu
kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi
sempurna” (2 Korintus 13:9).
Menjadi sempurna adalah panggilan orang percaya. Menjadi sempurna
berarti menjadi serupa dengan Kristus. Sebagaimana kerinduan rasul
Paulus dinyatakan dengan kalimat, “Yang kukehendaki ialah mengenal
Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,
di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi
3:10). Kita tidak mungkin tidak berdosa sebab semua orang telah berbuat
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Namun oleh kasih karunia
kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus
Yesus. Manusia harus sekuat tenaga dan upaya untuk menjauhkan diri
[99]
dari dosa dan berusaha hidup seturut dengan firman-Nya. Tujuan semua
itu adalah agar serupa dengan Kristus dan menjadi sempurna seperti
firman-Nya, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna” (Roma 12:2).
Yang kedua: terimalah nasihat dan sehati sepikir (ayat 11b),
maksudnya adalah agar jemaat Korintus dan juga kita menerima
nasihat yang bersumber dari firman dan Roh Kudus. Para rasul dipakai
oleh Allah untuk menguatkan orang percaya dan bukan untuk
menjatuhkan. Firman Tuhan memberi kita nasihat yang perlu setiap hari.
Persekutuan dan teman-teman seiman adalah tempat Roh Kudus
bekerja. Tidak ada ruang dalam persekutuan untuk melemahkan sesama
rekan seiman. Kita perlu memperhatikan dan menguatkan teman-teman
yang membutuhkan. Kita juga perlu membuka diri atas pikiran orang lain.
Seseorang pemberi nasihat tidak harus lebih “pintar” dari yang diberi
nasihat. Ada hal-hal tertentu dan sudut pandang yang dimiliki seseorang
yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Seorang juara dunia dalam bidang
apapun perlu nasihat dari pelatihnya, sehingga dalam hal ini nasihat itu
penting dalam membuka wawasan dan metode berpikir. Apalagi
nasihatnya bersumber dari firman Tuhan, maka itu akan sangat baik.
Maka dengan ini jangan ragu memberi nasihat sebagaimana Rasul Paulus.
Lihat siapa teman kita yang membutuhkan. Itu adalah tugas panggilan dan
jangan malah membicarakannya dengan orang lain yang kemudian
menjadi gossip. Karena itu kita perlu melayani sesama untuk saling
menguatkan dan terus berbagi tentang Injil. Tujuan kita tidak semata-mata
hanya membuat orang lain menjadi percaya, tetapi melihat bagaimana
iman kita bertumbuh menjadi dewasa.
Jemaat Korintus juga harus sehati sepikir dalam menghadapi
permasalahan yang ada. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang-orang
[100]
di Korintus harus menghadapi permasalahan mereka sendiri, apakah
tindakan, perilaku dan situasi mereka masih cocok dan sesuai dengan
pesan Injil. Memang perlu kita sadari, ketika kualitas jemaat yang diminta
tidak ada, maka suatu saat permasalahan akan muncul kembali. Itu
bagaikan api dalam sekam. Ancaman akan datang kembali kepada gereja
kalau hanya dengan memoles-moles masalah, konflik, dan kesulitan yang
mereka hadapi. Gereja tidak boleh dibentuk dan hadir dari proses
kegagalan, kelalaian, penolakan, tersembunyi atau kepahitan. Gereja yang
sehati sepikir adalah produk ikutan dari kerja keras dalam kebersamaan
memecahkan masalah. Pesan Allah kepada jemaat Kristus memang seperti
godam yang memukul keras kesulitan mereka, demikian pulalah kita
harus menerapkan prinsip-prinsip firman Allah dalam persekutuan jemaat
dan bukan sekedar pendengarnya. Berpikir dan bertindak apresiatif
sangat diperlukan untuk membangun jemaat Tuhan Yesus Kristus
menjadi persekutuan yang semakin indah.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus memberi teladan dengan berusaha ikut dalam persoalan yang
dihadapi jemaat Korintus, meski ia dapat menolak terlibat sampai mereka
dapat menyelesaikan masalah perpecahan. Akan tetapi kasihnya yang
besar yang berdasar pada kasih Kristus tidak dapat membiarkan jemaat itu
bergumul sendirian. Rasul Paulus mengutarakan hal itu dengan tidak
mengutamakan jabatan kerasulannya. Kita dapat menggunakan otoritas,
perintah, atau ketentuan aturan hukum, organisasi, adat-istiadat atau
lainnya untuk menegur atau menghukum mereka yang terlibat masalah.
Atau, kita menjauh dengan membuat gossip dan mengarahkan
pembicaraan agar pendengar membenci mereka. Tetapi Rasul Paulus
melakukan upaya membangun hubungan dengan pendekatan yang
baik dan benar: berbagi, dialog dan peduli. Ini memang pendekatan
yang sulit dan menguras energi kita secara emosional, tetapi itu adalah
pendekatan terbaik dan efektif secara kristiani untuk saling membangun.
[101]
Yang ketiga: hiduplah dalam damai sejahtera (ayat 11b-12).
Pertentangan di antara jemaat membuat mereka tidak lagi bersukacita,
penuh dengan irihati, egoisme, kesombongan dan permusuhan. Tidak ada
lagi damai sejahtera di dalam hati jemaat dan persekutuan mereka. Namun
mereka tidak dapat lari dari persoalan itu. Memang, dibandingkan dengan
lari dari persoalan yang membuat masalah tidak selesai dan hanya
tertunda dan terus menghantui, lebih baik kita menghadapi dan
menyelesaikan masalah yang ada. Kunci dari pemecahan masalah itu
hanya satu, yakni dengan iman bahwa masalah bisa diselesaikan dengan
pertolongan Tuhan (Filipi 4:13). Allah memberikan kepada kita sebuah
situasi dan kondisi yang memungkinkan kita masuk ke dalam damai
sejahtera itu dengan caraNya yang unik.
Hidup dalam damai sejahtera hanya ada di dalam Yesus, sebagaimana
dikatakan-Nya: Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh
damai sejahtera dalam Aku (Yoh 16:33a). Kalau hanya dengan usaha atau
buatan manusia, damai sejahtera hanya dapat diperoleh bersifat
sementara. Damai sejahtera dari Allah bisa kita peroleh saat sudah
menerima dan masuk ke dalam Kerajaan Sorga dari Tuhan Yesus
(Markus, Lukas dan Yohanes memakai istilah Kerajaan Allah), sebab
damai sejahtera itu hanya ada di dalam kerajaan itu. Kerajaan sorga yang
penuh damai sejahtera itu sudah ada saat ini, bukan berarti bahwa kita
harus menunggu Kerajaan Sorga itu digenapi penuh dikemudian hari,
melainkan menerima dan menjadikan kerajaan sorga itu hadir saat ini
dalam diri setiap orang percaya. Tuhan Yesus berkata, "Kerajaan Allah
datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan:
Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan
Allah ada di antara kamu" (Luk 17:20b-21). Siapa yang sudah
menempatkan Yesus sebagai Raja dan bersemayam di dalam hidupnya,
dan menempatkan Kerajaan Kristus itu sudah hadir dalam kesehariannya,
maka sesungguhnya ia akan memiliki damai sejahtera. Alkitab
menegaskan, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan
[102]
minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
Kudus” (Rm 14:17).
Hidup dalam damai sejahtera perlu diperlihatkan dalam hubungan seharihari, oleh karena itu Rasul Paulus menyatakan perlunya jemaat Korintus
untuk saling mendukung satu sama lain.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebelum menutup suratnya Rasul Paulus memberi salam dari seluruh
orang kudus kepada jemaat Korintus. Kemudian ia memberi berkat.
Berkat ini kemudian terkenal dan lazim diucapkan oleh para pelayan
Tuhan pada akhir ibadah. Dalam berkat yang disampaikan oleh Rasul
Paulus didalam Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, menguatkan bahwa
Allah sangat mengasihi kita semua, baik dalam pergumulan, maupun
dalam sukacita dan kehidupan sehari-hari. Kasih Allah dan damai
sejahtera-Nya yang melampaui segala akal itu diperuntukkan bagi setiap
orang percaya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Melalui perikop ini kita diberikan pengajaran pentingnya kedisiplinan
iman dalam menghadapi apapun dalam kehidupan kita sehari-hari maupun
kehidupan bergereja kita. Dalam kehidupan berjemaat mungkin kita
mengalami berbagai persoalan dan permasalahan, akan tetapi nas minggu
ini mengingatkan kita harus bersukacita dalam menghadapi hal itu.
Persoalan yang datang dapat kita jadikan sebagai jalan untuk membuat
kita supaya lebih sempurna. Tuhan Yesus Kristus bekerja dalam setiap
persoalan. Memang dalam hal ini perlu keterbukaan dan evaluasi diri
sehingga bersedia menerima nasihat khususnya yang bersumber dari
firman Allah dan kuasa Roh Kudus. Badai permasalahan apa pun yang
kita hadapi hanya dapat diselesaikan dengan cara sehati sepikir. Segala iri
hati, kesombongan, dan egoisme harus dihilangkan. Dengan sehati sepikir
maka kita akan memperoleh berkat dan hidup dalam damai sejahtera,
[103]
sehingga Allah Tritunggal, sumber kasih dan damai sejahtera akan terus
memberkati kita melalui anugerah, kasih dan penyertaan-Nya hingga
akhir zaman.
Tuhan Yesus memberkati. Amin. (PA)
[104]
RANCANGAN KHOTBAH, 18 JUNI 2017
TRINITAS II ; WARNA LITURGI HIJAU
Bacaan Kotbah: Keluaran 19:2-8a.
Leksionari:Kejadian 18:1-15(21:1-7),Mazmur 116:1-2,12-19 Keluaran
19:2-8a; Mazmur 100, Roma 5:1-8,
Matius 9:35-10:8, (9-23)
“HARTA KESAYANGAN TUHAN”
Tujuan:
1. Jemaat mengerti bahwa umat Israel adalah harta kesayangan Tuhan
di antara semua ciptaan.
2. Jemaat memahami diri sebagai harta kesayangan Tuhan dan mampu
mencerminkan hidup yang layak sebagai buah dari umat
kesayangan Tuhan.
A. LATAR BELAKANG
Kitab Keluaran secara harfiah artinya “keluar” atau “jalan keluar”
(berangkat dari PL berbahasa Yunani /Septuaginta). Nama Keluaran ini
diberikan sebagai penegasan bahwa Allah memilih Musa untuk membawa
umat (orang Ibrani) untuk keluar dari perbudakan di Mesir.
Ada dua peristiwa penting yang dikisahkan dalam kitab Keluaran ini.
Pertama, Keluarnya umat dari Mesir yang diawali dengan lahirnya Musa.
Musa dipandang sebagai pangeran di Mesir yang membebaskan umat dari
perbudakan di sana. Peristiwa itu ditandai dengan berbagai tulah yang
didatangkan Allah untuk memaksa raja Mesir mengijinkan umat keluar.
Kedua, Peristiwa di Gunung Sinai. Di sana Allah memberi Sepuluh Firman
dan hukum-hukum lainnya kepada Musa dan umat. Maksud hukum-hukum
itu adalah agar umat dibimbing bagaimana beribadah kepada Allah dan
hidup bersama sebagai umat Allah. Melalui hukum-hukum itu umat diminta
[105]
untuk membuat Kemah Suci dan berbagai perlengkapan. Perjanjian yang
dibuat Allah dengan umat di Sinai didasarkan pada perjanjian Allah dengan
Abraham kala itu (Kel. 33:1-3; Kej. 12:1-3,17:1-8). Dan umat hanya akan
menerima berkat perjanjian itu apabila umat sungguh-sungguh setia kepada
Allah dan menuruti segala yang diperintahkan-Nya.
B. PENJELASAN TEKS
Saat itu umat Israel dalam perjalanan dari Mesir menuju tanah perjanjian.
Mereka sedang berkemah di gunung Sinai, di sanalah Musa menerima
hukum dan petunjuk dari Allah termasuk Sepuluh Firman, hukum yang
mengatur segala bentuk peribadatan dan kehidupan sehari-hari, di sana ada
petunjuk tentang kewajiban imam dan perlengkapan lainnya yang disimpan
di Bait Suci. Semua itu menjadi acuan yang membentuk atau sebagai dasar
perjanjian antara Tuhan dan umat Israel.
Ayat 2: Laporan yang disampaikan pada ayat 1 dan 2 adalah bahwa umat
Israel sejak berangkat dari Mesir sampai di padang gurun Sinai ini sudah
memakan waktu tiga bulan. Sebelumnya mereka melewati Rafidim.
Rafidim adalah tempat perhentian terakhir umat Israel antara Laut Teberau
dan gunung Sinai. Kemah orang Israel dibangun di padang gurun Sinai
persis menghadap gunung tersebut.
Ayat 3: Saat Musa naik ke gunung untuk menghadap Allah, maka Tuhan
berfirman agar ia mengatakannya kepada keturunan Yakub, kepada orang
Israel. Ini penegasan bahwa Israel adalah bagian dari garis keturunan umat
yang masuk dalam perjanjian Allah.
Ayat 4: isi perkataan Tuhan adalah bahwa keturunan Yakub dan orang
Israel telah melihat apa yang telah Tuhan lakukan kepada orang Mesir, dan
[106]
bagaimana Tuhan mendukung mereka di atas sayap rajawali dan membawa
mereka kepada-Nya.
Ayat 5: Bila mereka sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan,
berpegang pada perjanjian Tuhan maka mereka akan menjadi harta
kesayangan Tuhan di antara segala bangsa, karena Tuhanlah pemilik
bumi dan isinya. Menjadi harta kesayangan Tuhan adalah berkat besar.
Tetapi ada syarat ketaatan yang harus dijaga, sungguh-sungguh mendengar
dan memegang perjanjian dengan Tuhan. syarat ini hendak menegaskan
bahwa Allah tetap menjadi wibawa tertinggi.
Ayat 6: Umat Israel akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus.
Secara khusus memang keturunan Harun dari suku Lewi telah ditetapkan
sebagai imam, tetapi dalam hal ini umat Israel dipilih, dan ditetapkan secara
khusus sebagai bangsa yang kudus dan dalam rangka untuk melayani Allah.
Ayat 7: Musa memanggil para tua-tua dan menyampaikan apa yang telah
difirmankan Tuhan kepadanya di atas gunung Sinai itu.
Ayat 8: Tanggapan bangsa Israel ketika mendengar Firman Tuhan yang
ditujukan kepada mereka adalah: “Segala yang difirmankan Tuhan akan
kami lakukan.” Musa pun menyampaikan jawab umat itu kepada Tuhan.
Jawaban mereka ini bukan hanya mencerminkan janji individual tetapi juga
dalam konteks bangsa.
Melalui Musa,Tuhan menyampaikan:
1. “Lihat apa yang telah Aku lakukan kepada orang Mesir dan
bagaimana Aku mendukungmu serta membawamu kepada-Ku.”
Memperlihatkan tentang Tuhan yang berkuasa menaklukan Mesir
dan menopang Israel untuk menjadi milik kepunyaan-Nya.
2. “Karena itu kalau kamu sungguh-sungguh mendengarkan FirmanKu serta berpegang pada perjanjian-Ku maka kamu akan menjadi
[107]
Harta Kesayanganku di antara bangsa di muka bumi.”
Memperlihatkan bahwa Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya.
Di dalam bumi ada banyak ciptaan dan banyak bangsa. Hanya Israel
yang akan menjadi Harta Kesayangan kalau mereka mendengarkan
firman Tuhan dan berpegang pada perjanjian-Nya.
3. Umat Israel juga akan menjadi umat yang dipilih dan dikhususkan
serta ditetapkan untuk melayani Allah.
Respon: Setelah Musa menyampaikan, maka umat secara serempak
menjawab bahwa segala yang difirmankan Tuhan akan dilaksanakan.
C. KONTEKS MASA KINI
Seseorang atau sebuah kelompok akan menjadi pihak yang disenangi dan
dihargai apabila orang atau mereka mengikuti aturan main yang telah
menjadi kesepakatan. Aturan main dimaksud adalah berbagai ketetapan dan
termasuk nilai-nilai luhur yang berkembang. Dan sebaliknya seseorang atau
sebuah kelompok tidak akan mendapat tempat di hati pihak-pihak tertentu
bila dalam praktik hidupnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki
bersama. Mungkin orang atau kelompok tersebut dapat saja dikucilkan dari
komunitas.
Dalam kehidupan berkeluarga tidak menutup kemungkinan ada beberapa
keluarga yang cenderung memposisikan salah satu anaknya secara spesial
dibanding anak yang lain. Hal itu bisa disebabkan karena sejak
kelahirannya ada kelainan dalam diri anak itu sehingga ia diperlakukan
secara khusus dengan penuh cinta kasih dibanding kakak atau adiknya.
Atau, mungkin karena anak tersebut dari sisi kecerdasan intelektualnya
lebih menonjol dibanding kakak atau adiknya sehingga ia begitu
diperhatikan, ia sangat disayangi dan bahkan selalu mendapat perhatian
lebih dari orang tuanya. Bulan-bulan seperti ini (Juni-Juli) anak yang
[108]
mendapat perhatian khusus ini sudah mulai menyibukkan orangtuanya
untuk keberlanjutan studinya. Sekolah atau perguruan tinggi yang favorit
dan fasilitas yang cukup menjadi salah satu indikator bagaimana ia begitu
sangat diperhatikan dan disayang.
Itulah fenomena yang sering terjadi bahwa selalu ada alasan ketika
seseorang atau sebuah kelompok menjadi begitu sangat dikasihi atau
dihargai keberadaannya.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang berbeda dengan ciptaan lainnya.
Perbedaannya jelas semenjak proses penciptaan. Dilanjutkan dengan
pernyataan bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah. Kini
manusiapun tidak tergantikan oleh ciptaan lain sebagai ciptaan yang
spesial/mulia.
Meski demikian, tetap disadari bahwa manusia adalah makhluk yang
berdosa. Keberdosaan manusia semenjak berada dalam kandungan.
Manusia mengalami pemulihan tatkala mereka diterima oleh Allah melalui
Tuhan Yesus Kristus. Sebelumnya menjadi hamba dosa, pribadi yang
terbuang. Penerimaan ini kemudian menjadikan manusia menjadi harta
kesayangan Tuhan.
Ada orang yang terbuang atau disingkirkan oleh keadaannya atau oleh
alasan lain. Hidupnya merana dan merasa tidak memiliki masa depan yang
baik. Sesungguhnya dalam kondisi demikian, ia akan menjadi berarti dan
memiliki kepastian masa depan bila ia mendapatkan penerimaan dari orang
lain.
D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
1. Awali khotbah ini dengan pertanyaan: Bagaimana rasanya atau apa yang
dirasakan kalau ibu/bpk-sdr/i diberitahu oleh pihak lain bahwa ibu/bpk-sdr/i
[109]
adalah orang yang sangat spesial/sangat berarti dalam hidupnya? (Berikan
kesempatan kepada jemaat yang hadir untuk menjawab atau memberi
tanggapan). Setelah mendapat beberapa tanggapan dari warga jemaat,
pengkhotbah bisa melanjutkan dengan pertanyaan: Bila ibu/bpk-sdr/i
senang dan bersukacita karena menjadi orang yang spesial/orang yang
berarti bagi pihak lain, apa kira-kira yang akan dilakukan sebagai pribadi
yang spesial dan berarti itu? Cukup dengan senang dan bahagia sajakah
atau apa yang mesti dilakukan lagi?
2. Setelah pengkhotbah mendapat tanggapan dari jemaat atas pertanyaanpertanyaan di atas, maka pengkhotbah melanjutkan ulasannya dengan
menyampaikan bahwa Tema khotbah hari ini adalah “Harta Kesayangan
Tuhan”.
Pokok-pokok yang disampaikan pada bagian ini antara lain:
 Umat Israel diingatkan bahwa mereka bisa melepaskan diri dari
kekuatan raja Mesir, itu bukan karena hebat dan kuatnya mereka
tapi tangan kasih Tuhanlah yang berperkara.
 Bila umat Israel mau dengan sungguh-sungguh mendengarkan
firman Tuhan dan berpegang pada perjanjian-Nya (melakukan
segala ketetapan-Nya) maka mereka akan menjadi harta kesayangan
Tuhan.
 Respon umat setelah mendengarkan apa yang dikehendaki Tuhan
adalah: Kami akan melakukan semua yang difirmankan Tuhan.
3. Pengkhobah mengajak jemaat untuk bersedia menjadi harta kesayangan
Tuhan dengan mendengarkan Firman Tuhan dan melakukan segala yang
ditetapkan-Nya dengan cara membaca, merenungkan firman Tuhan setiap
saat dan gaya hidupnya sesuai dengan segala yang telah ditetapkan dalam
firman-Nya.
4. Jemaat disadarkan bahwa kita manusia berdosa dan pantas untuk
dihukum bahkan tersingkir dari hadapan Tuhan. Tetapi oleh anugerah-Nya
[110]
kita diselamatkan melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Dari situlah
kita menjadi harta kesayangan-Nya yang senantiasa dipelihara dan dijaga.
E. LITURGI
Nats Pembimbing
Berita Anugerah
Nats Persembahan
Lagu-lagu:
1. PKJ. 8:1-6
2. PKJ. 23:1
3. PKJ. 124:1-3
4. PKJ. 244:1-2
5. PKJ. 149:1 dst
6. PKJ. 274:1-3
: Mazmur 100:1-5
: Roma 5:5-11
: Mazmur 116:12-14
F. CONTOH KHOTBAH JADI
MENJADI HARTA KESAYANGAN TUHAN
Keluaran 19:2-8a
Ibu, bapak, sdr/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bagaimana rasanya atau apa yang dirasakan kalau anda diberitahu oleh
pihak lain bahwa anda adalah orang yang sangat spesial/sangat berarti
dalam hidupnya? (Berikan kesempatan kepada jemaat yang hadir untuk
menjawab atau memberi tanggapan). Bila ibu/bpk-sdr/i senang dan
bersukacita karena menjadi orang yang spesial/orang yang berarti bagi
pihak lain, maka apa kira-kira yang akan dilakukan sebagai pribadi yang
spesial dan berarti itu? Cukup dengan senang dan bahagia sajakah atau apa
yang mesti dilakukan lagi?
[111]
Tema perenungan firman Tuhan ini adalah “Menjadi Harta kesayangan
Tuhan”. Siapakah yang dimaksud atau yang dipandang sebagai “harta
kesayangan Tuhan” dalam konteks bacaan kita? Ibu,bapak, sdr/i….jangan
GR dulu... karena yang dimaksud harta kesayangan Tuhan dalam perikop
ini adalah umat Israel.
Setelah tiga bulan mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian,
ketika mereka berada di padang gurun Sinai, maka naiklah nabi Musa ke
atas gunung itu (Sinai) menghadap Allah. Dan Tuhan Allahpun berfirman
kepada Musa demikian: Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub
dan kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa
yang telah Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah
mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan
berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta
kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab aku yang
empunya seluruh bumi.
Tuhan Allah melalui nabi Musa bermaksud mengingatkan umat Israel
bahwa TUHANlah yang berperkara, Dialah yang berkuasa membebaskan
mereka dari penindasan di Mesir. Tuhanlah yang mengangkat dan
membawa mereka berada dalam kendali-Nya.
Mereka kini sudah bebas dan sedang dalam perjalanan menuju Tanah
Perjanjian untuk sepenuhnya menikmati pembebasan tersebut. Dalam
perjalanan ini, umat Israel ditawarkan sebuah predikat khusus sebagai harta
kesayangan Tuhan, kalau mereka mau mendengarkan firman Tuhan dan
berpegang pada janji-Nya maka mereka akan diposisikan sebagai harta
kesayangan Tuhan.
Sebagai harta kesayangan Tuhan mereka ditetapkan secara khusus untuk
melayani Allah. Umat Israel akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang
kudus. Walaupun secara khusus memang keturunan Harun dari suku Lewi
[112]
telah ditetapkan sebagai imam, tetapi dalam hal ini umat Israel dipilih, dan
ditetapkan secara khusus sebagai bangsa yang kudus dan dalam rangka
untuk melayani Allah dan menjadi terang bagi segala bangsa.
Kesempatan emas untuk mendapatkan posisi sebagai harta kesayangan
Tuhan ini tidak disia-siakan oleh bangsa Israel. Mereka secara serempak
mengatakan kepada Tuhan melalui Musa: “Segala yang difirmankan Tuhan
akan kami lakukan.” Sebuah tanggapan positif yang diperlihatkan bangsa
Israel kepada Tuhan Allah yang sudah membebaskan mereka dari Mesir.
Apabila kita membaca perikop ini (Kel. 19) secara menyeluruh maka kita
akan menemukan bahwa sebelum Kesepuluh Firman (Kel. 20)
sesungguhnya ada sebuah proses yang harus dilalui oleh Musa dan bangsa
Israel. Tidak hanya soal prosedural yang harus ditaati tetapi ada komitmen
besar yang dituntut Tuhan yakni kalau mereka mau untuk menjadi harta
kesayangan Tuhan, maka mereka harus berkomitmen untuk mendengarkan
firman-Nya dan berpegang pada perjanjian-Nya.
Ibu, bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rupanya untuk menjadi atau menerima predikat sebagai “harta kesayangan
Tuhan” bukan soal gampang. Walau tampaknya menjadi sesuatu yang lebih
dari pihak lain pasti menjadi harapan banyak pihak. Menjadi terkenal,
menjadi terhebat dan lainnya.
Menjadi “harta kesayangan Tuhan” membutuhkan sebuah komitmen yang
tinggi dari bangsa Israel sendiri. Komitmen yang harus sungguh-sungguh
dipertahankan dalam kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa yakni
bersedia mendengarkan firman Tuhan dan mau pegang teguh pada janji
Tuhan. Tuhan inginkan ada tekad yang kuat dalam diri bangsa Israel,
sembari mereka harus mengingat bagaimana Tuhan yang setia pada janjiNya telah membebaskan mereka dari Mesir. Sembari mengingat peristiwa
[113]
itu, harapannya adalah bahwa bangsa ini mau dengan segenap hati untuk
dengar-dengaran akan firman Tuhan dan ingat pada janji-Nya.
Tekad dan komitmen awal sangat diharapkan bisa diperlihatkan oleh
bangsa Israel sebelum mereka diangkat menjadi harta kesayangan. Tekad
dan komitmennya adalah mau dengar Firman Tuhan dan pegang teguh
janji-Nya. Sukacita besar dan menjadi sebuah kebanggaan bila mereka
kemudian menjadi harta kesayangannya Tuhan.
Ibu, bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bersediakah anda menjadi harta kesayangan Tuhan? Saya yakin bahwa
pasti kita semua sangat ingin menjadi harta kesayangan Tuhan. Pasti ada
sukacita besar dalam diri kita kalau kita ini menjadi pihak yang berharga,
bernilai dan dan yang sangat dikasihi dan disayangi Tuhan. Kita menjadi
kepunyaan Tuhan atau menjadi ciptaan Tuhan yang paling disayangi. Wah
pasti seluruh sendi kehidupan kita bersukacita dan sangat berbahagia.
Kenapa? Karena, dari sekian ciptaan Tuhan baik itu manusia maupun
ciptaan yang lain, kitalah yang mendapatkan kesempatan emas ini.
Kalau demikian kita semua rindu menjadi milik kepunyaan Tuhan yang
disayangi atau yang dikasihi, maka Tuhan meminta kita untuk memiliki
tekad dan komitmen. Yaitu bersedia diri untuk mendengarkan, merenungrenungkan firman Tuhan. Hal ini dapat dijadikan sebagai gaya hidup umat
Tuhan dalam kehidupan kita sekarang di dunia ini. Selanjutnya bertekad
dan berkomitmen untuk mau pegang teguh pada perjanjian Tuhan. Kalau
dalam pengalaman hidup sebagai manusia, banyak orang mengobarkan
janji dan janji itu hanya tinggallah janji. Bagi Tuhan, tidak demikian. Tuhan
setia pada janji-Nya. Tuhan menghendaki umat atau kita jangan lepas janji
Tuhan. Kadang ada banyak godaan datang membuat kita lupa atau dengan
sadar melepas janji Tuhan. Karena itu Tuhan bilang kalau kamu mau
menjadi harta kesayangan-Ku maka kamu harus tetap pegang janji-Ku.
Janji bagi bangsa Israel tentu soal keturunan seperti bintang di langit dan
[114]
pasir di tepi laut, janji bagi bangsa Isarel tentu soal tanah perjanjian dan
janji berkat yang lainnya.
Hari ini saudara dan saya diingatkan bahwa kita adalah harta kesayanganNya Tuhan. Terbukti Yesus Kristus dikorbankan agar kita bebas dari
ancaman dosa (maut). Sedemikian sayang dan cinta-Nya Tuhan Allah
kepada kita, maka Tuhan Yesus yang tak bersalah dan tak berdosa itu
dikorbankan untuk menempatkan kita pada posisi yang amat baik itu.
Sekarang apa yang harus kita lakukan sebagai harta kesayangannya Tuhan?
Sebagaimana bangsa Israel, kita mendapat peran khusus yakni menjadi
orang-orang terpilih untuk melayani Tuhan. Peran kita sebagai orang yang
dikhususkan untuk melayani Tuhan dalam kehidupan kita hari demi hari.
Kita bulatkan tekad untuk terus setia hidup berpadanan dengan firman-Nya,
mencerminkan perintah-Nya dan melayani Tuhan sesuai kapasitas, talenta
dan segala yang kita miliki. Tuhan memberkati. Amin. (Argt)
[115]
RANCANGAN KHOTBAH, 25 JUNI 2017
TRINITAS III ; WARNA LITURGI HIJAU
Leksionari: kejadian 21: 8-21 & Mazmur 86:1-10,16-17,
Yeremia 20:7-13&Maz 69:7-10,(11-15),16-18,
Roma 6:1b-11, Matius 10:39
Bacaan Kotbah: Roma 6:1b-11
Mati Bagi Dosa, Hidup Untuk Allah
Tujuan:
1. Jemaat mengerti dan memahami makna hidupnya di dunia ini.
2. Jemaat memahami diri sebagai pribadi yang menyatu dalam Tuhan
Yesus Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
3. Jemaat memiliki sikap yang tegas dan pasti untuk tetap setia dan
taat pada kehendak Tuhan.
A. LATAR BELAKANG TEKS
Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus pada sekitar tahun 55-56 M.
Jemaat penerima (Roma) terdiri atas orang bukan Yahudi yang baru
kenal dan beriman pada Kristus. Selain itu orang Kristen Yahudi yang
baru saja pulang setelah beberapa tahun dibuang. Di Roma ini ada
beberapa pemahaman mengenai Injil. Di satu sisi peran dan fungsi
hukum Taurat menjadi sangat penting dan sangat ditaati, sementara Injil
pun disampaikan di tempat ini. Hal ini tentu sangat mempengaruhi
sikap mereka.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, ia mengajarkan bahwa
Injil itu didasarkan pada janji Allah kepada Abraham yang karena
imannya dibenarkan oleh Allah. Hukum Taurat diberikan agar mereka
[116]
bisa menjalani hidup ini dengan baik. Selanjutnya Allah dalam Yesus
Kristus hadir untuk menebus dosa umat manusia dan umat manusia
dibenarkan oleh Allah karena imannya. Atas dasar pemahaman itulah
maka rasul Paulus menegaskan bahwa hanya mereka yang beriman
kepada Tuhan Yesus Kristus yang dapat diterima sepenuhnya oleh
Allah.
B. PENJELASAN TEKS
Pasal 6 ini hanya bisa dipahami dengan baik kalau kita menerawang apa
yang sedang terjadi di pasal sebelumnya khususnya pasal 5. Pokok
perdebatan di awal pasal 6 sebenarnya timbul dari kalimat terakhir pasal
5 (ayt.20) “…..di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia
menjadi berlimpah-limpah.” Perdebatan di awal pasal 6 ini kira-kira
demikian:
Penentang:
Kamu baru saja mengatakan, bahwa kasih karunia Allah cukup besar
untuk memberi pengampunan untuk setiap dosa.
Paulus:
Begitulah.
Penentang:
Dengan demikian kamu mengatakan, bahwa kasih karunia Allah adalah
sesuatu yang amat ajaib di bumi ini.
Paulus:
Begitulah.
Penentang:
[117]
Baiklah, marilah kita berbuat dosa. Makin banyak kita berbuat dosa,
makin bertambahlah kasih karunia itu dilimpahkan. Berdosa itu tidak
apa, karena Allah akan selalu mengampuni. Selanjutnya bisa katakan,
bahwa dosa adalah hal yang baik, karena itu memberi kesempatan kasih
karunia Allah dinyatakan.
Kesimpulan dari argumen ini adalah dosa menghasilkan sesuatu yang
termulia di dalam dunia ini.
Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih
karunia itu? Dosa adalah sebuah tindakan melawan Allah dan
melanggar firman Allah. Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa
orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman
karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi
penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan
menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai
“dalam Kristus” oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian
mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada
alam hidup bersama dengan Kristus. Karena orang percaya sejati telah
memisahkan diri secara pasti dari dosa, mereka tidak akan terus hidup
di dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus, mereka
bukan orang percaya sejati.
Paulus tegas mengatakan bahwa tidak seperti yang dipahami di atas.
Kita sudah mati karena dosa, oleh karena itu tidak mungkin hidup oleh
dosa juga.
Semua yang telah dibaptis dalam Kristus juga telah dibaptiskan dalam
kematian-Nya. Yesus menciptakan manusia yang sama sekali baru
dengan memberi mereka karunia Roh Kudus. Secara tegas Paulus
menyampaikan bahwa dibaptis berarti mati bagi dosa dan dibangkitkan
kepada hidup, sebagaimana Yesus telah mati dan kemudian
[118]
dibangkitkan kepada hidup oleh Allah. Dan berada dalam hidup yang
baru.
Bagi orang percaya, baptisan melambangkan kematian dan kebangkitan
orang percaya bersama dengan Kristus, namun bukan itu saja. Bila kita
menjadi satu dengan peristiwa kematian-Nya maka juga menjadi satu
dan sama seperti kebangkitan-Nya.
Paulus memakai dua istilah: Pertama, “Manusia lama”. Istilah ini
menunjuk pada manusia yang belum diperbaharui, keadaan seseorang
yang sebelumnya, kehidupan yang di dalam dosa. Manusia lama ini
sudah disalibkan (dimatikan) dengan Kristus di atas salib, supaya orang
percaya dapat menerima hidup baru dalam Kristus dan menjadi orang
yang baru. Kedua, “Tubuh dosa” istilah ini menunjuk pada tubuh
manusia yang dikuasai oleh keinginan-keinginan berdosa. Kini
perbudakannya kepada dosa sudah dipatahkan. Sejak saat inilah, orang
percaya tidak boleh membiarkan cara hidup yang lama menguasai hidup
dan tubuh mereka lagi.
Manusia lama kita telah turut disalibkan. Paulus berbicara soal hidup
yang dalam dosa, dipertentangkan dengan hidup yang baru dalam
Kristus. Ia hendak mengatakan bahwa bagi mereka yang telah
menerima baptisan dan mengungkapkan percayanya kepada Yesus,
kehidupan lama mereka dalam dosa telah mati bersama Yesus di bukit
Golgota. Mereka yang mati bersama Kristus juga akan dibangkitkan
kepada hidup serta hidup bersama dengan Kristus, yakni menikmati
hidup kekal.
Walaupun Kristus tidak berbuat dosa, Dia menderita dan dihina oleh
kuasa dosa demi kita. Dengan kematian-Nya, Dia mati terhadap
pengaruh dosa; dengan kebangkitan-Nya, Dia mengalahkan kuasa
kematian. Demikian pula mereka yang meninggal dengan Dia dalam
[119]
kematian-Nya bebas dari kuasa dosa untuk hidup dalam hidup yang
baru.
C. KONTEKS MASA KINI
Dosa atau hidup dalam dosa seolah bukanlah sesuatu yang menakutkan.
Orang justru lebih suka melakukan dosa walau mengetahui dengan pasti
bahwa ada upah yang akan dialaminya atau diterimanya. Belum lagi ada
pemahaman bahwa Tuhan kita maha baik dan suka mengampuni.
Pengajaran tentang kasih karunia dan pengampunan ini telah dipahami
secara berbeda dalam ajaran Hyper-Grace, yang belakangan ini
berkembang.
Ada banyak jemaat yang masih berpandangan misalnya dalam hal
pernikahan dengan mengatakan: keluar saja dari keyakinan Kristen
supaya bisa menikah dengan si dia, nanti setelah itu masuk lagi kan
tidak apa-apa karena di gereja ada pelayanan pertobatan. Tidak hanya
soal pernikahan, mungkin karena soal pekerjaan, jabatan dan lain
sebagainya.
Ada juga anggota jemaat yang memang secara tidak sengaja akhirnya
jatuh dalam dosa tetapi cepat-cepat memohon pengampunan dari Tuhan
dan memperbaiki kembali relasinya dengan Tuhan.
Namun juga tidak sedikit jemaat yang berusaha untuk tetap berpegang
teguh dalam iman percayanya kepada Tuhan. Tidak sedikitpun
tergoyahkan. Selalu berupaya menjaga dirinya agar tidak terjerumus
masuk dalam dosa.
D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH
Khotbah diawali dengan pertanyaan “untuk apakah kita hidup di dunia
ini?” Pertanyaan disampaikan agar mengarahkan pada jemaat tentang
[120]
hidup ini harus dimaknai secara mendalam, tidak sekedar hidup untuk
memenuhi yang diinginkan atau dibutuhkan.
Khotbah dilanjutkan dengan menjelaskan tentang arti dan makna hidup
manusia di dunia ini. Selanjutnya menguraikan secara lengkap ayat 111 teks tersebut. Disamping itu ditekankan agar jangan mengandalkan
kasih karunia Allah untuk hidup dalam dosa.
Dilanjutkan dengan menyampaikan beberapa kebiasaan yang sering
terjadi di dalam kehidupan persekutuan jemaat Tuhan. Misalnya
menganggap biasa kalau berbuat dosa. Tinggalkan Yesus hanya untuk
menikah, nanti setelah itu masuk lagi menjadi Kristen karena
pemahaman Tuhan Maha Pengampun.
Khotbah diakhiri dengan memberikan penekanan kepada jemaat agar
tetap dan terus memperjuangkan cara hidup baru dalam kehidupan di
dunia ini.
E. LITURGI
Nats Pembimbing
: Mazmur 86:8-12
Berita Anugerah
: Roma 6:22-23
Nats Persembahan
: Roma 15:1-3
Lagu:
1. PKJ. 11:1-3
2. PKJ. 19:1-3
3. PKJ. 46:1-3
4. PKJ. 199:1-2
5. PKJ. PKJ. 216:1 dst
6. PKJ. 259:1-2
[121]
F. CONTOH KHOTBAH JADI
MATI BAGI DOSA, HIDUP UNTUK ALLAH
Roma 6:1b-11
Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri atau kepada orang lain:
“Untuk apakah kita hidup di dunia ini?” (Beri kesempatan bila ada
jemaat yang ingin menjawab). Ada beraneka macam jawaban yang
disampaikan atas pertanyaan tersebut. Ada yang menjawab bahwa hidup
di dunia ini untuk makan, bertumbuh dan berkembang. Ada yang
menjawab hidup di dunia ini untuk belajar, sekolah, kuliah, bekerja,
mencari jodoh, menikah, mempunyai anak (keturunan) dan lain
sebagainya. Sayangnya kebanyakan jawaban di atas tidak bermuara pada
akhir hidup manusia. Kebanyakan orang tidak tahu atau mungkin purapura tidak tahu bahwa suatu saat kematian akan menjemputnya, sehingga
sesungguhnya hidup ini harus dimaknai secara baik dan mendalam.
Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Perikop Kitab Suci saat ini mengajak kita untuk melihat/memandang
arti/makna kehidupan kita di dunia ini. Kita hidup di dunia yang penuh
dengan dosa, dimana banyak orang begitu sangat menikmati hidup di
dalam dosa. Oleh karena itu muncullah pertanyaan, apakah kita boleh
hidup dan bertekun dalam dosa? Bukankah Tuhan kita adalah Tuhan
Yang Maha Baik, yang akan mencurahkan atau memberikan kasih
karunia-Nya untuk mengampuni dosa-dosa kita (ayt.1). Belakangan ini
dalam kekristenan berkembang pemahaman sempalan tentang HyperGrace dan Radical Grace yang diajarkan oleh Joseph Prince, gembala
senior di New Creation Church, Singapura, bahwa kasih karunia bersifat
semua dan selamanya; semua dosa diampuni tanpa kita harus bertanggung
jawab lagi atas dosa kita sekarang; tidak perlu lagi pengampunan dan
[122]
permohonan pengampunan. Dampak ajaran ini, orang bisa saja hidup
dalam dosa terus, toh kita sudah dan akan terus diampuni.
Rasul Paulus sebagai penulis kitab Roma ini dengan sangat tegas dan jelas
(menggunakan tanda seru): “Sekali-kali tidak!” Ini artinya bahwa orang
percaya tidak boleh lagi hidup di dalam dosa. Itu artinya orang percaya
tidak boleh lagi hidup dalam kuasa dan pengaruh dosa (ayt.2).
Jika kita telah mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah di dalam
diri Tuhan Yesus Kristus, diantaranya dengan mengaku percaya kepadaNya (biasa dilakukan atau diungkapkan pada pelayanan Sakramen Baptis
dan Sidi), dengan demikian sejatinya kita juga mengambil bagian dalam
seluruh kehidupan Yesus yang telah Tuhan Yesus jalani semasa hidup di
dunia ini. Kita (saudara dan saya) mengambil bagian dalam kematianNya, supaya kita dapat dibangkitkan dalam kebangkitan-Nya dan hidup
dalam hidup yang baru bersama Tuhan (ayt.3-5).
Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Bila demikian itu yang terjadi, maka kita pun harus benar-benar mengerti
dan memahami dengan benar bahwa kematian Tuhan Yesus Kristus di
atas kayu salib sesungguhnya adalah dalam rangka menggantikan posisi
kita (yang seharusnya disalib karena dosa-dosa kita), sehingga kita tidak
boleh lagi menyerahkan tubuh dan kehidupan kita kepada dosa (ayt.6).
Kita yang telah mati (dalam kematian bersama-sama dengan kematian
Kristus), telah bebas (atau lebih tepat: dibebaskan) dari kuasa dosa (ayt.7),
dan jika kita telah mati dengan Kristus, kita juga akan hidup dengan-Nya
karena Kristus telah mengalahkan kuasa maut sehingga kuasa maut tidak
berkuasa lagi atas-Nya dan juga atas kehidupan kita yang sungguhsungguh percaya kepada-Nya (ayt.8-9).
Rasul Paulus mengingatkan juga kepada kita saat ini bahwa Tuhan Yesus
Kristus hanya mati satu kali saja di atas kayu salib (ayt.10). Dia tidak
[123]
mungkin mati berkali-kali di atas kayu salib. Karena kematian-Nya dan
kebangkitan-Nya tersebut, kita yang menjadi pengikut Kristus juga dapat
hidup karena Kristus. Oleh karena kita telah dihidupkan bersama-sama
dengan Dia, maka kita juga harus hidup untuk Dia (Tuhan Yesus Kristus)
dan untuk Allah (yang telah mengutus Yesus Kristus bagi kita). Kita telah
meninggalkan kehidupan lama yang berada dalam kuasa dan kendali dosa
dan menggantikannya dengan kehidupan baru dimana kita harus hidup
untuk Allah (ayt.11).
Maka kemudian pertanyaannya bagi kita adalah bagaimana konkritnya
untuk mati bagi dosa dan hidup untuk Allah?
Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Caranya adalah membuat komitmen dalam pribadi masing-masing untuk
menjauhi dosa yang dulu atau yang pernah kita lakukan. Kita semua pasti
punya kelemahan masing-masing yang rentan bagi kita untuk terjerumus
jatuh dalam dosa. Sebisa mungkin kita dapat menjauhi segala sesuatu
yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa, dan berusahalah untuk dapat
hidup benar dan kudus bagi Tuhan. Ingatlah bahwa kita telah ditebus
dengan harga yang sangat mahal, yaitu dengan darah Yesus Kristus
sendiri (1 Ptr. 1:19), sehingga kita pun Saudara dan saya harus hidup
dengan benar dan memuliakan Allah selama kita masih diijinkan untuk
menikmati hidup di dunia ini.
Hal penting yang perlu diluruskan dalam pemahaman kita adalah
janganlah mengandalkan kasih karunia Allah untuk menjadikan alasan
berbuat dosa.
Kecendurangan yang terjadi dalam kehidupan beriman adalah kadangkala
kita tidak begitu serius melawan dosa. Ada pandangan yang sama persis
bahwa Tuhan kita kan Maha Pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih
karunia-Nya. Konsep berpikir yang demikian justru membuat kita
[124]
semakin mudah jatuh bahkan larut dalam dosa. Misalnya ada pandangan
yang mengatakan: Keluar dulu dari Kristen, nanti setelah menikah dengan
dia baru kembali lagi menjadi Kristen, ndak apa-apa karena di gereja ada
pelayanan pertobatan. Tidak hanya soal pernikahan, tetapi soal pekerjaan
dan jabatan, orang dengan mudahnya mengingkari Tuhan Yesus Kristus
yang telah mati di kayu salib, tapi yang bangkit kembali dan memberikan
jaminan kehidupan kekal.
Sebagai orang yang telah menerima kasih karunia pengampunan, maka
hidup kita haruslah menyatakan banyak perubahan yang berbeda dengan
dunia ini. “….supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada
Allah….janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini…” (Roma 12:12). Karena Kristus ada dalam kita, hidup kita adalah persekutuan dengan
Allah, hidup yang berkenan kepada Allah adalah hidup kudus. Dalam
baptisan, orang percaya hidup sebagai manusia baru, yang terus menerus
diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut
kehendak khalik-Nya. Terpujilah Kristus Yesus, haleluya…Amin. (Argt)
[125]
[126]
[127]
[128]
Download