SINODE GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN Jl. Yos Sudarso 15 Polos Metro Pusat. Lampung. 34111 Tlp. (0725) 42598 Facebook : http://facebook.com/gksbs Fans Page FB : @rumahbersama Email : [email protected] Website : http://gksbs.org Twitter : @gksbs [1] PENGANTAR Rekan-rekan sejawat dalam pelayanan pemberitaan firman Tuhan yang saya hormati dan kasihi, senang sekali dapat menjumpai rekan-rekan sekalian dengan Bahan Kotbah Sumber Air Hidup GKSBS semester ganjil (Januari-Juni) 2017. Penulisan bahan kotbah ini melalui proses panjang, yang diawali dengan mengumpulkan para calon penulis kotbah, mempelajari Leksionary tahun A untuk dibagi-bagi dalam pembahasan perikop, sebagian untuk penulisan Bahan PA dan materi Ibadah Anak, dan sebagian untuk penulisan bahan SAH. Proses penulisan dilanjutkan dengan mendiskusikan umpan balik dari para pemerhati penggunaan SAH GKSBS lalu berbagi tugas penulisan. Penulisan awal dilaksanakan di rumah masing-masing penulis untuk kemudian dipresentasikan dalam pertemuan penulis kotbah SAH 2017. Dalam presentasi, masing-masing penulis harus terbuka untuk dikoreksi bersama dan menerima masukan-masukan berharga dari para penulis lainnya. Hasil dari proses ini kemudian diedit secara khusus oleh seorang editor, diserahkan kepada bagian Penerbitan Sinode GKSBS untuk laik cetak dan didistribusikan ke seluruh wilayah pelayanan GKSBS. Rangkaian panjang proses penulisan tersebut diharapkan menghasilkan tulisan yang lebih baik dari tulisan sebelumnya. Bahan Kotbah Semester Ganjil 2017 ini disajikan dalam bentuk Rancangan Kotbah dan dilengkapi dengan Contoh Bahan Kotbah Jadi. Contoh Kotbah Jadi diharapkan dapat dikembangkan oleh rekan-rekan sekalian. Menyadari konteks yang semakin cepat berubah, bapak/ibu dapat menyesuaikan kotbah dengan situasi dan pergumulan konkret yang ada agar kotbah rekan-rekan semakin mendarat dan lebih kontekstual. Akan sangat baik apabila Yth berkenan membaca Rancangan Kotbahnya terlebih dahulu, membuat kotbah sendiri dan membandingkannya dengan Contoh Kotbah [2] Jadi. Sermon sebagaimana telah berjalan di beberapa jemaat sungguh sangat membantu dan menggairahkan proses pembuatan kotbah sendiri. Peran para Pendeta yang berbagi pengetahuan akan sangat dibutuhkan dalam sermon ini. Jangan ragu untuk membahasakan dalam bahasa rekanrekan sendiri agar kotbah lebih hidup. Para penulis yang menjadi kontributor SAH semester ganjil 2017 ini antara lain : Pdt Joko Nawanto (JN), Pdt Prasetyanto Aji (PA), Pdt Alfred Ruben Gordon Taek (Argt), Pdt Heri Surawan (HSW) dan Pdt Bambang Nugroho Hadi (BNH). Akhirnya, semoga bahan kotbah ini sungguh menjadi berkat. Selamat melayani, Tuhan memberkati. Metro, November 2016 Salam & Hormat kami Pdt. Alexius Hariyanto,S.Pd,M.Div Sekretaris MPS GKSBS [3] DAFTAR ISI Minggu Tanggal Hal Kotbah Tahun Baru 2017 1 Januari 2017 5 Epifania I Epifania II Epifania III Epifania IV Epifania V Epifania VI Epifania VII Epifania VIII 8 Januari 2017 15 Januari 2017 22 Januari 2017 29 Januari 2017 5 Pebruari 2017 12 Pebruari 2017 19 Pebruari 2017 26 Pebruari 2017 10 18 25 36 47 59 69 83 Trinitas I Trinitas II Trinitas III 11 Juni 2017 18 Juni 2017 25 Juni 2017 93 105 116 [4] KOTBAH MINGGU, 01 JANUARI 2017 TAHUN BARU: Warna Liturgi PUTIH Bacaan : Mazmur 90: 1-12 “WAKTU SEMAKIN BERTAMBAH, JADILAH SEMAKIN BIJAKSANA” Jemaat yang mengasihi Tuhan, Sebuah ilustrasi tentang waktu: Ada seorang turis asing di Yogyakarta mau pergi berwisata ke candi Prambanan. Dirinya memutuskan pergi ke Prambanan dengan menggunakan kereta api Pramex. Dia pesan tiket dan berangkat dari stasiun Lempuyangan. Ketika turis asing ini sudah naik di kereta, keretapun segera berangkat karena kereta tidak bisa menunggu lama, hanya beberapa menit saja kereta berhenti. Sementara kereta berjalan turis asing ini berjalan mencari tempat duduk yang dianggapnya nyaman. Dirinya berjalan dari satu gerbong ke gerbong lain, sibuk mencari tempat yang dianggap baik bagi dirinya. Keretapun terus berjalan, dirinyapun masih belum menemukan tempat yang dianggapnya cocok. Setelah berjalan sekitar sekitar 12 menit, dirinya baru menemukan tempat yang dianggapnya cocok. Kemudian turis asing ini menaruh barang bawaannya dan duduk, belum lama duduk (kurang dari 5 menit) tiba-tiba kereta api berhenti. Dan ternyata kereta api sudah sampai di stasiun Prambanan. Alangkah terkejutnya si Turis tersebut. Dia bilang dengan dirinya sendiri” alangkah bodohnya saya ini, kalau tahu seperti ini saya akan menikmati perjalananku, dengan tidak sibuk mencari tempat duduk ” Dirinya terkejut, karena tahu-tahu sudah nyampai, dirinya tidak menyangka akan secepat itu sampai tujuan. [5] Jemaat yang dikasihi Tuhan, Demikian juga dengan kita, kadang kita tidak sadar kalau waktu berjalan terus. Kadang kita terkejut dan baru sadar bahwa kita sudah sampai memasuki tahun 2017, kita terkejut tahu-tahu kok sudah SMA, tahu-tahu kok sudah kuliah, tahu-tahu kok mau menikah , tahu-tahu kok sudah punya anak, tahu-tahu kok mau pensiun, tahu-tahu kok rambut kita sudah mulai memutih. Kita terkejut, tahu-tahu kok sudah punya cucu, dan kadang juga baru sadar kalau waktu kesempatan untuk hidup semakin berkurang. Jemaat yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan, Waktu terus berjalan, manusia tidak dapat menghentikan waktu dan tidak dapat memutar kembali waktu yang sudah dijalaninya. Dengan waktu yang terus berpacu, lalu tidak sedikit manusia mengukur keberhasilannya dengan apa yang dirinya punya, misalnya; sudah punya anak berapa? Sudah punya apa? Sudah tahun 2017, apakah yang sudah kau miliki? (“wes sakmrono sakmrene opo ono sing wes nyanthel?) mungkin ini tidak salah. Jarang yang berefleksi dengan pertanyaan;” apakah aku sudah semakin matang dan bertambah bijaksana? Jemaat yang mengasihi Tuhan, Di sadari atau tidak, dengan berjalannya waktu pengalaman hidup seseorang semakin bertambah, tetapi usia juga semakin berkurang, karena manusia hidup dibatasi oleh ruang dan waktu. Ruang manusia terbatas, waktu hidup manusia juga terbatas. Manusia sebagai mahkluk yang fana mempunyai banyak keterbatasan. Dan keterbatasan sebagai manusia fana ini disadari oleh Musa dalam doanya kepada Allah seperti yang tertulis dalam kitab mazmur yang kita baca pada saat ini. [6] Jemaat yang saya kasihi, Dalam bacaan kita saat ini, kita bisa mengerti bahwa Mazmur ini berisi doa Musa. Dalam doa ini, Musa menyatakan: 1. Bahwa Tuhan sebagai penolong yang kuasaNya turun temurun. Musa menghayati bahwa Allah adalah kekal. Keberadaan Allah sudah ada sebelum dunia diciptakan, keberadaan Allah yang kekal ini dapat dijadikan dasar sebagai tempat perteduhanan. (ayat 1dan 2). 2. Selain itu Musa juga menggambarkan tentang keberadaan manusia yang fana dan berdosa. Keberadaan manusia yang berasal dari debu dan akan kembali kepada debu. Hal ini mau menunjukkan bahwa manusia itu fana dan umurnya terbatas. Awal dan akhir hidup manusia itu ditentukan oleh Tuhan, waktu yang terbatas ada ditangan Tuhan. Kefanaan hidup manusia oleh Musa digambarkan dengan: 1. Seperti giliran jaga di waktu malam. Giliran jaga cepat berganti dan terasa hanya sebentar, giliran jaga diwaktu malam tidak terasa karena pagipun segera terbit. 2. Seperti mimpi; kita semua pasti pernah bermimpi, mimpi hanya sekejab ketika bangun, mimpipun menjadi hilang. 3. Seperti rumput yang bertumbuh di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu. Inilah gambaran manusia yang singkat umur hidupnya. Disamping menggambarkan keberadaan manusia yang fana, Musa juga menggambarkan manusia sebagai mahkluk yang berdosa. Dalam keberadaan manusia yang seperti ini, Allah menjadi murka/ marah. Dalam murka Allah ,manusia menjadi menderita, waktuwaktu yang berjalan hanya diisi dengan peluh. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dosa menjadikan manusia hidup menderita. Tetapi dalam keyakinan Musa, bahwa Allah sebagai pembenci dosa tetap bersedia membimbing manusia untuk hidup dalam kebenaran. Sebagai manusia yang fana yang mempunyai keterbatasan hidup, [7] Musa memberi ukuran hidup manusia berumur 70 tahun, kalau lebih 80 tahun dan kebanggannya adalah kesukaran dan penderitaan. Menghayati kekekalan Allah dan kefanaan atau keterbatasan usia manusia, maka dalam doanya Musa meminta kebijaksanaan. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”(ayat 12). Diberi hati yang bijaksana artinya bagaimana dirinya menyadari sebagai mahkluk yang fana, yang punya keterbatasan, sehingga dirinya juga tahu bagaimana harus menjalani hidup. Ketika manusia mengetahui bahwa waktunya adalah singkat dan terbatas, maka manusia akan mengatur dan menggunakan waktunya dengan baik. Menggunkan waktu dengan bijaksana tentu dapat terjadi ketika ada pimpinan Tuhan di dalamnya. Jemaat kekasih Tuhan, Pada saat ini kita sudah meninggalkan tahun 2016, banyak hal yang telah kita lewati ditahun lalu. Saat ini kita sudah memasuki Tahun 2017 dan akan melaluinya. Oleh karena itu seperti Firman Tuhan pada saat ini, bahwa Allah adalah kekal yang berkuasa atas waktu dan hidup kita. Untuk itu dalam menjalani tahun 2017 kita harus tetap mengandalkan Allah sebagai tempat perteduhan kita, sebagai sumber pertolongan kita. Pada saat kita mengalami persoalan dan penderitaan tetaplah bersandar kepada Tuhan sebagai sumber pertolongan. Selain itu, dalam memasuki dan menjalani tahun 2017, kita juga diajar untuk selalu menghitung hari-hari pemberian Tuhan, artinya bagaimana kita harus selalu bijak dalam menggunkan waktu yang akan kita lalui. Dengan Menggunakan waktu dengan benar, mengatur waktu dengan baik dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab, maka kita juga tidak akan menyesal dikemudian hari. Menggunakan waktu dan mengisi hari-hari ke depan dengan bijaksana, berarti bagaimana kita mengisi waktu bukan hanya sekedar mencari materi, disibukan dengan banyak hal yang kurang berguna, tetapi bagaimana dengan waktu yang ada [8] kita juga mengerti kehendak Tuhan atas waktu kita yang terbatas ini, seperti yang dinasihatkan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan ( Efesus 5:15-17). Untuk itu, mari kita syukuri pengalaman hidup tahun 2016 yang telah kita lewati, karena banyak pelajaran hikmah yang dapat kita temukan dan mari kita memasuki dan menjalani tahun 2017 dengan selalu mengisi hari-hari pemberian Tuhan dengan bijaksana, sehingga hidup kitapun berkenan dihadapan Tuhan dan nama Tuhanpun dimuliakan. Biarlah waktu terus melaju dan jadilah semakin bijaksana. Tuhan memberkati. Amin. ( JN) Liturgi: Nas Pembimbing Berita Anugerah Ayat Persembahan : Efesus 5: 15-17 : Efesus 5: 1-2 : Amsal 3: 9-10 Nyanyian : 1. Pembukaan PKJ : 192 2. Pujian KJ : 331 3. Penenguhan PKJ: 227 4. Respon PKJ: 274 5. PersembahanKJ : 367 6. Penutup KJ 416 [9] RANCANGAN KHOTBAH, 08 JANUARI 2017 Minggu Epifani I ; Warna Liturgi Putih Bacaan Leksionari:Yesaya 42:1-9. Mazmur 29. Kisah Rasul 10:34-43, Matius 3:13-17 Bacaan Kotbah: Kisah Para Rasul 10: 34-43 Tema: YESUS ADALAH HAKIM BAGI SEMUA ORANG Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Yesus Kristus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 2. Jemaat semakin dikuatkan imannya, bahwa di dalam Dia ada keselamatan. A. LATAR BELAKANG TEKS Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas melanjutkan tulisannya yang pertama, yaitu Injil Lukas. Dalam kitab ini dijelaskan kisah para rasul yang menyebarkan berita Injil kepada dunia agar percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Pekabaran Injil dimulai dari Yerusalem sampai ke seluruh bumi. Pergerakan pekabaran Injil dimulai pada saat hari Pentakosta, dimana janji Allah digenapi dengan peristiwa turunnya Roh kudus. Dengan gerakan pekabaran Injil ini ternyata melahirkan komunitas-komunitas gereja yang mulai berkembang dan menyebar ke berbagai daerah, semua itu diyakini karena pekerjaan Roh Kudus. Yang lebih menarik lagi dalam kitab Kisah Para Rasul ini juga diceritakan tentang pertobatan Saulus sebagai seorang ahli Taurat yang menganiaya jemaat dan menghambat gerakan kekristenan menjadi pengikut Yesus setelah perjumpaanya dengan Yesus. Saulus yang bertobat dipakai oleh Tuhan menjadi seorang Rasul yang kemudian dikenal dengan nama Paulus. Ia menjadi alat Tuhan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus [10] kepada orang-orang bukan Yahudi. Melalui Rasul Paulus inilah gerakkan pekabaran Injil meluas sampai ke Roma. Susunan kitab Kisah Para Rasul. Roh Kudus memberikan Kuasa kepada Para Rasul Yesus (1:12:47) Jemaat di Yerusalem ( 3:1-8:3) Injil diberitakan di Yudea dan Samaria ( 8:4- 9:31 Injil diberitakan di Dunia bukan Yahudi ( 9:32-15:35) Injil diberitakan di Asia Kecil, Yunani dan Roma ( 15:3628:31) B. PENJELASAN TEKS Ayat 34-36 : Pembicaraan Petrus dimulai dengan suatu pernyataan mengenai sifat umum penyelamatan ,” Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya” Sabda penyelamatan Allah telah dikirim pertama-tama kepada bangsa Israel melalui Yesus Kristus yang adalah Tuhan atas segala-galanya. Ia mewartakan berita perdamaian, bahwa semua janji Perjanjian Lama telah terpenuhi sehingga Kerajaan Allah sudah semakin dekat. Di sini janji penebusan yang diberikan melalui Dia telah terlaksana. Ayat 37-41 : Kotbah Petrus menyangkut hidup Kristus di depan umum. Ia mulai dengan pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes untuk memenuhi suatu nubuat bahwa Mesias yang diurapi dengan Roh Kudus, mensyahkan diriNya sebagai Mesias berlangsung pada waktu itu. Selanjutnya Kristus memenuhi rencana perutusanNya dengan menyembuhkan orang sakit dan membebaskan mereka yang dikuasai iblis; mengenai semua hal itu para rasul menjadi saksinya. Meskipun demikian, orang Yahudi memperlakukan, menyiksa dan membunuhNya sebagai penjahat terkutuk. Tetapi Allah telah membangkitkan Dia pada hari ketiga dan menampakkan diri kepada para saksi yang sebelumnya [11] ditunjuk oleh Allah. Kepada para saksi mereka memberi tanda buktinya dengan makan dan minum bersama dengan mereka. Ayat 42 : Karena itu, Petrus ditugaskan untuk mewartakan peristiwa itu dan memberikan kesaksian bahwa Kristus adalah “Hakim atas orang-orang yang hidup dan yang mati” Ayat 43 : Petrus menyimpulkan dengan menyatakan bahwa dalam diri Kristus, segala nubuat telah terpenuhi dan bahwa semua orang yang percaya kepadaNya akan mendapat pengampunan dosa karena namaNya. C. KONTEK MASA KINI. Banyak terjadi ketidakadilan di tengah bangsa indonesia, hukum tajam ke bawah tumpul di atas. Wewenang untuk menyatakan seseorang benar atau salah dalam pengadilan adalah hakim, tetapi terkadang seseorang dipandang bersalah atau benar bukan karena proses pengadilan, melainkan karena desakan atau kepentingan di luar persidangan. Ajaran kekristenan mengakui adanya penghakiman dari pihak Illahi pada akhir zaman. Hal penghakiman juga dimuat dalam Pengakuan Iman Rasuli. D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH. 1. Pembukaan Kotbah diawali dengan penjelasan pentingnya seorang hakim dalam mengambil keputusan untuk membebaskan atau menghukum seseorang dalam proses pengadilan. 2. Isi Ceritakan karya penyelamatan Allah untuk semua orang di dalam Yesus Kristus Jelaskan bahwa Yesus akan menghakimi semua orang yang hidup dan yang yang mati [12] Di dalam Yesus Kristus ada keselamatan untuk mengampuni dosa. 3. Penutup. Tekankan bahwa semua orang akan dihakimi dan yang menghakimi adalah Yesus sesuai dengan pengakuan Iman Rasuli. Untuk itu jemaat diajar untuk tetap berpegang teguh pada iman yang telah diterimanya. E. LITURGI 1. Ny Pembukaan 2. Nats pembimbing 3. Ny Jemaat 4. Berita Anugerah 5. Ny peneguhan 6. Ny Responsoria 7. Nats Persembahan 8. Ny persembahan 9. Ny penutup : PKJ 192 : Mazmur 29. : KJ 19 : Yesaya 42:1-9. : PKJ 129 : KJ 277 : I Tawarikh 19:17 : PKJ 165 : KJ 402 F. CONTOH KOTBAH JADI YANG BISA DIKEMBANGKAN. YESUS ADALAH HAKIM YANG DITENTUKAN ALLAH Bacaan : Kisah Para Rasul 10: 34-43. Jemaat yang dikasihi Tuhan. Dalam dunia pengadilan, ketika ada seorang terdakwa yang akan dihakimi ada sebuah proses yang harus dijalani. Ada Jaksa penuntut umum, yang selalu mencari kelemahan dan kesalahan dalam rangka menemukan dasar alasan sehingga seorang terdakwa memang layak untuk dihukum. Di sisi lain, ada Pembela yang berusaha untuk [13] melindungi dengan melakukan pembelaan terhadap terdakwa dengan mencari banyak alasan sebagai dasar bahwa terdakwa bukanlah seorang yang bersalah dan harus dibebaskan atau kalaupun bersalah hukumannya menjadi ringan karena ada unsur-unsur yang meringankan. Dalam proses pengadilan ini, baik Jaksa Penuntut Umum maupun Pengacara yang membela tidak punya wewenang untuk memutuskan bahwa seseorang bersalah atau tidak, dihukum atau dibebaskan. Kewenangan untuk memutuskan seorang bersalah atau tidak, terletak pada Hakim. Ia akan dengan cermat mendengar dan mempertimbangkan informasi, data dan bukti-bukti yang dipaparkan oleh kedua belah pihak, baik dari Jaksa ataupun dari Pembela. Di sinilah peran pentingnya seorang hakim yang dapat menentukan “salah tidaknya” seorang terdakwa. Hakim di dunia ini adalah manusia, yang bisa dipengaruhi oleh faktor tertentu dalam mengambil keputusan sehingga dapat berlaku tidak adil dalam pengambilan keputusan. Hal ini tentu berbeda dengan pengadilan yang dilakukan oleh pihak Allah yang terjadi pada akhir zaman untuk semua orang. Bila Allah menjadi Hakim, Dia pasti akan bersikap adil. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Dalam perikop Kitab Suci yang kita baca saat ini, kita juga bisa melihat bagaimana rasul Petrus bersaksi bahwa yang akan menjadi hakim atas semua manusia yang hidup maupun yang mati adalah Yesus. Kesaksian rasul Petrus pada perikop bacaan kita saat ini, dilatarbelakangi oleh pemahaman orang Yahudi, bahwa keselamatan itu hanya untuk orang Yahudi saja karena mereka adalah umat pilihan Allah. Sedangkan orang bukan Yahudi dianggap bukan orang pilihan Allah sehingga tidak layak mendapatkan janji keselamatan Allah. Orang Yahudi sering mencap bahwa orang non Yahudi yang tidak bersunat sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Pemahaman seperti ini ternyata berdampak pada sebuah sikap yang membedakan satu dengan [14] yang lain dan membawa pada sebuah penghakiman atas orang lain. Pemahaman seperti ini juga dimiliki oleh Petrus dan pemahaman ini tentu salah. Tetapi ketika Kornelius seorang perwira pasukan dari Italia yang takut dan taat kepada Allah, disapa oleh Malaikat Tuhan dan bertemu dengan Petrus, Petruspun mulai mengerti bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut pada Dia dan mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya. Oleh karena itu Petrus bersaksi dengan cara mengajar dan bercerita kepada banyak orang tentang kehidupan Yesus, bahwa Tuhan Yesus telah melakukan banyak pekerjaan pelayanan diseluruh Yudea setelah peristiwa pembaptisanNya. Kesaksian Rasul Petrus kepada orang banyak mengenai Yesus Kristus setelah dibaptis adalah; Allah telah mengurapi dengan kuasa Roh kudus, sehingga dengan kuat kuasaNya, Yesus berjalan keliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan orang yang dikuasai iblis. Walaupun Yesus telah melakukan kebaikan, namun orangorang Yahudi telah membunuh Yesus dengan cara menggantungNya di atas kayu salib sampai mati Kemudian Yesus bangkit pada hari yang ketiga dan menampakan diri tidak kepada semua orang tetapi hanya kepada para murid Nya. Dengan kebangkitan dan penampakan diri kepada para murid inilah, para murid diutus untuk memberitakan bahwa Yesus lah yang ditentukan oleh Allah untuk menjadi hakim bagi semua orang, baik atas orang yang hidup maupun orang yang mati. Nabi-nabi juga bersaksi tentang Yesus, bahwa siapa percaya kepadaNya, ia akan mendapatkan pengampunan dosa, karena namaNya. Melalui kisah hidup serta pelayanan Tuhan Yesus inilah yang menjadi dasar iman kita, bahwa Tuhan Yesus akan menjadi hakim atas orang [15] yang hidup dan yang mati itu benar adanya. Yesuslah yang diurapi atau disahkan oleh Allah melalui peristiwa pembaptisan Yohanes, diurapi bukan hanya untuk melakukan pelayanan di dunia ini, tetapi juga diberi wewenang oleh Allah untuk menjadi hakim atas semua orang yang hidup dan yang mati. Jemaat yang di kasihi Tuhan, Dalam pengakuan Iman Rasuli di gereja kita mengakui bahwa Tuhan akan datang untuk yang kedua kalinya. KedatanganNya yang kedua dalam rangka untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Sebagai hakim, maka Yesus berhak menentukan seseorang itu dihukum atau tidak. Dalam penghayatan iman, kita memahami bahwa Allah itu adil dan kasih. Allah itu maha adil karena semua orang yang bersalah harus dihukum. Jika kita melihat hal ini, tentu semua orang pasti dihukum karena semua orang telah berdosa. Tetapi Allah itu juga maha kasih dan kasih Allah dinyatakan dengan mengampuni manusia yang berdosa. KasihNya dinyatakan dengan jalan mengutus PutraNya ke dalam dunia ini untuk menebus dan mengampuni dosa manusia. Siapa yang percaya kepadaNya akan selamat. Siapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Pertanyaan bagi kita adalah iman atau percaya yang seperti apa yang dikehendaki Tuhan, supaya selamat lepas dari hukuman Allah? Tentu percaya yang tidak hanya berhenti kepada pengakuan verbal atau perkataan saja. Tetapi percaya yang diwujudkan melalui tindakan, sehingga ketika akhir zaman tiba, kita tidak ditolak oleh Tuhan. Seperti ajaran Tuhan kepada para murid supaya waspada terhadap nabi-nabi palsu,” Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian [16] pembuat kejahatan! (Bnd Matius 7:22-23) Demikian juga ketika akhir zaman tiba, Tuhan datang mengumpulkan dan memisahkan antara domba dan kambing. Yang domba sendiri dan yang kambing sendiri. Kambing akan dihukum Allah karena dalam hidup tidak punya kepedulian terhadap orang yang hina dan lemah, sedangkan pada domba akan masuk ke dalam kerajaan Allah Bapa, karena mau peduli dengan kasih memperhatikan orang-orang yang hina dan lemah ( bnd Matius 25: 32-46). Tuhan Yesus adalah hakim: untuk itu mari kita yang percaya beriman kepadanya, kita wujudkan iman kita melalui sikap dan perbuatan nyata, selalu berusaha dan berjuang melakukan apa yang menjadi FirmanNya. Kita menjadi pribadi yang takut kepada Allah dan melakukan kebenaran seperti yang terjadi pada diri Kornelius, sehingga ketika penghakiman akhir zaman terjadi, kita semua dibebaskan dari hukuman karena mendapat pembenaran dari Tuhan. Jemaat yang di kasihi Tuhan. Ketika kita menghayati bahwa Yesus adalah hakim yang adil, maka dalam segala sesuatu yang terjadi dalam diri kita, apakah karena difitnah, dianaiaya, dibenci, hendaklah kita senantiasa menyerahkan dan berserah kepada Tuhan. Janganlah kita suka menghakimi supaya kita tidak dihakimi. Oleh karena itu tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus yang telah diurapi Tuhan melalui pembaptisan Yohanes, dan yang telah melakukan banyak pelayanan kesembuhan, berbuat baik kepada semua orang, walaupun akhirnya harus menderita salib karena dosa dan kesalahan kita, mati dan akhirnya bangkit kembali dari kematian. Tetaplah percaya kepada Tuhan yang hidup, Tuhan yang dapat diandalkan, dan Tuhan yang akan menjadi hakim atas semua orang yang hidup dan yang mati. Percayalah kepadaNya, maka kita akan selamat. Tuhan, memberkati. Amin. ( JN) [17] RANCANGAN KOTBAH, 15 JANUARI 2017 Minggu Epifani II ; Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionari: Yesaya 49:1-7, Mazmur 40 :1-11, I Korintus 1:1-9, Yohanes 1:29-42 Bacaan Kotbah: Mazmur 40:1-11 BERSAKSI TENTANG PERTOLONGAN TUHAN Tujuan: 1. Jemaat dikuatkan bahwa di dalam Tuhan ada sumber pertolongan 2. Jemaat termotivasi untuk selalu bersaksi akan pertolongan Tuhan kepadanya. A. PENJELASAN TEKS Ayat 2-4 : Pemazmur menceritakan pengalamannya yang telah terjadi di masa yang lalu, bahwa ia dengan sabar menanti-nantikan Tuhan dan Telinga Tuhanpun selalu peka mendengar doanya. Tuhan menjenguk dan menolong dengan membawanya dari tempat bahaya (lumpur rawa yang membinasakan) dan menempatkan dirinya secara kukuh di atas bukit batu, serta menjelaskan tentang jalan-jalanNya. Bukit batu adalah tempat yang aman bagi hewan-hewan kecil untuk berlindung dari berbagai bahaya, misalnya: predator, hujan, panas dan badai.Tuhan bagaikan bukit batu, artinya Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman bagi pemazmur. Disamping itu,Tuhan juga memberikan nyanyian baru dalam mulutnya untuk memuliakan Allah supaya banyak orang mendengar, menghormati dan mempercayaiNya. Ayat 5 : Nyanyian baru Pemazmur berisi tentang; 1). Seruan Pemazmur kepada yang lain. Seseorang akan berbahagia bila mau percaya kepada Tuhan dan tidak mempercayakan hidupnya kepada [18] orang-orang yang angkuh atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan. 2). Pujian kepada Tuhan. Pengakuan Pemazmur bahwa Tuhan telah melakukan banyak hal. Banyak perbuatan ajaib yang dikerjakan Tuhan telah menjadi bukti bahwa tak ada yang dapat disejajarkan dengan Allah. Allah adalah Allah yang bertindak. Pemazmurpun ingin memberitakan perbuatan Tuhan tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung, artinya Pemazmur mengakui perbuatan Tuhan yang tak terhingga jumlahnya. Ayat 7-9 : Pemazmur berbicara tentang ibadah kurban dan ketaatan. Yang terpenting di antara semua rencana Allah yang dinyatakan di telinga Pemazmur, ialah bahwa ibadah tidak mencapai puncaknya semata-mata dalam pemberian persembahan kurban binatang ataupun berpusat pada mezbah saja, melainkan dalam kesediaan orang yang beribadah mau mendengarkan suara Allah serta menyerahkan hidupnya dalam ketaatan setiap hari kepada Allah. Ayat 10-11 : Berisi kesaksian Pemazmur. Bahwa karya keselamatan yang telah diterima oleh Pemazmur telah diberitakan kepada jemaah yang besar. Pengalaman iman yang ia terima tidak disimpan dalam hati sebagai pengalaman pribadi saja, tetapi pemazmur mengabarkannya kepada jemaah yang besar, baik tentang kesetiaan, keadilan dan kebenaran Tuhan serta keselamatan yang telah ia terima dari Tuhan. B. KONTEKS MASA KINI. Pilkada serentak akan dilaksanakan di sebagian negeri Indonesia. Persaingan calon pemimpin daerah untuk menduduki jabatan nomor satu di daerahnya sering dilakukan dengan tidak sehat. Saling menjatuhkan dan mencemooh lawan politiknya, sehingga masyarakat disuguhi dan dibiasakan untuk mendengar, dan membaca hal-hal yang [19] tidak baik. Baik di media sosial ataupun dimedia lainnya, misalnya: Menghina, menghujat, memfitnah. Situasi seperti ini dapat merusak kesatuan dan persatuan serta merusak kehidupan yang bermartabat. Salah satu Tugas gereja adalah bersaksi ( Marturia ), kesaksian dapat dilakukan dengan berkomunikasi, menceritakan kebaikan Tuhan yang pernah dialami. Kesaksian juga dapat dilakukan ketika seseorang mau beribadah dengan ketaatan hidup kepada Allah dan bukan hanya terjebak pada ibadah ritual saja/ kurban. C. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH. 1. Pembukaan Jelaskan bahwa sebagian orang terbiasa bercerita tentang apa saja saat dalam suasana ngobrol. Akan lebih baik waktu ngobrol diisi dengan bercerita tentang tema yang dapat membangun kehidupan seseorang, contohnya bersaksi tentang pertolongan Tuhan yang telah dialaminya. 2. Isi Pengalaman pemazmur akan pertolongan Tuhan. Pentingnya ibadah bukan hanya dalam acara persembahan di mezbah tetapi persembahan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang terus menerus. Kesaksian pemazmur akan pertolongan Tuhan dengan menceritakan keberadaan Tuhan kepada orang lain. 3. Penutup. Tekankan pada jemaat untuk menceritakan kebaikan Tuhan yang telah diterimanya. [20] D. LITURGI 1. Ny Pembukaan 2. Nats pembimbing 3. Ny Jemaat 4. Berita Anugerah 5. Ny peneguhan 6. Ny Responsoria 7. Nats Persembahan 8. Ny persembahan 9. Ny penutup : PKJ 04 : Yesaya 49:1-3 : KJ 427 : Yohanes 1:29-30 : PKJ 232 : PKJ 177 : I Korintus 1:5-6 : KJ 439 : PKJ 402 E. CONTOH KHOTBAH JADI BERSAKSI TENTANG PERTOLONGAN TUHAN Bacaan Kotbah: Mazmur 40:1-11 Jemaat yang dikasihi Tuhan. Satu hal yang tidak bisa ditinggal oleh kita sebagai mahkluk sosial adalah berkomunikasi. Baik di rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, di tempat kita kerja, pasti kita berbicara dengan orang lain. Bicara mengenai apa saja, tentang siapa saja, baik menyangkut kehidupan keluarga, kehidupan orang lain, pekerjaan, hobi, politik dan seterusnya. Dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, disadari atau tidak, kata-kata kita tentu dapat mempengaruhi mereka. Pembicaraan bisa membuat orang tersinggung, bisa membuat orang marah, bisa membuat orang tersenyum, bisa membuat orang bahagia, bisa membuat seseorang patah semangat, bisa juga menjadikan seseorang bangkit dan percaya diri, dan masih banyak lagi. Untuk itu akan lebih baik, bila [21] setiap pembicaraan kita dapat membuat diri kita dan orang lain menjadi lebih baik. Misalnya bercerita tentang kisah sukses (succes story) atau bercerita tentang kasih Tuhan yang nyata dalam hidup kita. Cerita seperti ini, tentu dapat menyemangati orang lain, orang yang mendengarnyapun akan senang. Dan inilah yang dilakukan oleh Pemazmur : bercerita dan bersaksi akan pertolongan Tuhan yang pernah dialaminya. Jemaat yang dikasihi Tuhan. Dalam bacaan kita pada saat ini, kita dapat mengetahui bagaimana Pemazmur menceritakan pengalamannya yang telah terjadi di masa yang lalu. Pada saat mengalami pergumulan berat, Pemazmur dengan sabar menanti-nantikan Tuhan dan Telinga Tuhanpun selalu peka mendengar doanya. Doa pemazmur dijawab Tuhan, di mana Tuhan mau menjenguk serta menolongnya dengan membawa pemazmur keluar dari tempat bahaya yang dilambangkan bagai lumpur rawa yang membinasakan, serta menempatkan dirinya secara kokoh di atas bukit batu. Bukit batu adalah tempat yang aman bagi hewan-hewan kecil untuk berlindung dari berbagai bahaya, misalnya: predator, hujan, panas dan badai. Tuhan bagaikan bukit batu, artinya Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman bagi pemazmur. Selain menolong, Tuhan juga mengajarkan tentang jalan-jalanNya kepada Pemazmur, artinya Tuhan memberikan petunjuk supaya pemazmur dapat berjalan seturut dengan ajaran Tuhan. Dengan pengalaman ini, Pemazmur bersaksi bahwa Tuhan juga memberikan nyanyian baru dalam mulutnya untuk memuliakan Allah supaya banyak orang mendengar, menghormati dan mempercayaiNya. Adapun Nyanyian baru itu berisi tentang; 1. Seruan atau ajakan Pemazmur kepada yang lain. Seseorang akan berbahagia bila mau percaya kepada Tuhan dan tidak mempercayakan [22] hidupnya kepada orang-orang yang angkuh atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan. 2. Pujian kepada Tuhan. Pengakuan Pemazmur bahwa Tuhan telah melakukan banyak hal. Banyak perbuatan ajaib yang dikerjakan Tuhan telah menjadi bukti bahwa tak ada yang dapat disejajarkan dengan Allah. Allah adalah Allah yang bertindak. Pemazmurpun ingin memberitakan perbuatan Tuhan tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung, artinya Pemazmur mengakui perbuatan Tuhan yang tak terhingga jumlahnya. Selanjutnya Pemazmur berbicara tentang ibadah kurban dan ketaatan. Yang terpenting di antara semua rencana Allah yang dinyatakan di telinga Pemazmur, ialah bahwa ibadah tidak mencapai puncaknya semata-mata dalam pemberian persembahan kurban binatang ataupun berpusat pada mezbah saja, melainkan dalam kesediaan orang yang beribadah mau mendengarkan suara Allah serta menyerahkan hidupnya dalam ketaatan setiap harinya. Akhirnya Pemazmur bersaksi kembali. bahwa karya keselamatan yang telah diterima oleh Pemazmur telah diberitakan kepada jemaah yang besar. pengalaman iman yang ia terima tidak disimpan dalam hati sebagai pengalaman pribadi saja, tetapi pemazmur mengabarkannya kepada jemaah yang besar, baik tentang kesetiaan, keadilan dan kebenaran Tuhan serta keselamatan yang telah ia terima dari Tuhan. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Belajar dari pengalaman Pemazmur, setiap orang pasti tidak lepas dengan pergumulan hidup. Dalam menghadapi pergumulan hidup kita diajar untuk tetap menantikan Tuhan dalam doa-doa permohonan kita kepadaNya. Kita menyakini bahwa Tuhan tidak diam, Tuhan tidak tertidur, tetapi Tuhan akan menjawab setiap doa yang kita naikkan tepat pada waktunya dan mungkin tidak terlalu cepat seperti yang kita [23] harapkan (Pengkotbah boleh membandingkan dengan budaya instan yang artinya ingin mendapatkan hasil dengan cepat). Kita akan menjadi umat yang berbahagia bila dalam hidup kita senantiasa mengandalkan Tuhan dan bukan mengandalkan orang-orang yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Dalam pengalaman kita menerima pertolongan Tuhan pun, kita selalu bersyukur kepadaNya, memuliakan namaNya melalui ibadah yang ditunjukkan dengan ketaatan hidup kepada Allah. Disamping itu kitapun selalu bersaksi dengan cara menceritakan segala perbuatan Tuhan yang baik ataupun pertolongan Tuhan kepada kita, sehingga ketika orang mendengarnya semakin banyak orang yang semakin yakin dan percaya kepadaNya dan nama Tuhanpun dimuliakan di dalam hidupnya. Dengan demikian pengalaman hidup kita bersama Tuhan dapat menjadi berkat bagi sesama kita. Tuhan memberkati. Amin (JN) [24] RANCANGAN KOTBAH, 22 JANUARI 2017 Minggu Epifani III ; Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionari: Yesaya 9:1-4, Mazmur 27:1,4-9, I Korintus1:10-18 Matius 4:12-23 Bacaan Kotbah: Matius 4:12-23 “ Mari, Ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan Penjala Manusia!” Tujuan : 1. Agar jemaat mengetahui tujuan Allah atas hidupnya sebagai pengikut Yesus Kristus 2. Agar jemaat dengan sukacita menerima tugas untuk menebarkan jalanya di manapun ia berada. A. LATAR BELAKANG TEKS Penulis Injil Matius adalah Matius, salah seorang dari 12 murid Yesus. Matius mengisahkan kehidupan Yesus mulai dari kelahiranNya hingga saat-saat sebelum kenaikanNya ke Surga. Matius dan Lukas memuat banyak peristiwa yang dituliskan Markus sehingga dapat disimpulkan bahwa dua Kitab Injil ini menggunakan Injil Markus sebagai salah satu sumber / referensi tulisannya. Pada pihak lain, Matius dan Lukas juga menggunakan sumber-sumber yang lain untuk menceritakan kisah kelahiran Tuhan Yesus dan masa kanakkanakNya. Markus tidak mengisahkan cerita ini. Tema utama yang diangkat Matius adalah tentang hidup dan ajaranajaran Yesus. Injil ini juga berbicara tentang apa artinya menjadi anggota umat Allah dan memberikan nasehat-nasehat tentang hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Matius menuliskan injilnya kepada mereka yang mengenal Perjanjian Lama. Ia ingin membuktikan bahwa nubuatan-nubuatan dalam PL [25] digenapi di dalam Yesus Kristus. Inilah tujuan utamanya, membuktikan kemesiasan Yesus Kristus. Pembagian Kitab Injil Matius secara garis besar adalah sebagai berikut : a) Pasal 1:1 – 4:11 memaparkan tema asal-usul Yesus dan persiapan jalan bagi Yesus. Matius mencatat silsilah Yesus Kristus (1:1-17), kelahiran ajaib (1:18-25), Orang Majus (2:112), Yesus ke Mesir dan kembalinya sebagai penggenapan nubuat (2:13-2:23), serta persiapan jalan bagi Yesus oleh Yohanes Pembaptis (3:1-4:11) b) Pasal 4:12 - 25:46 memaparkan tentang Yesus yang memberitaka kabar baik di Galilea dan Yudea. Matius menceritakan pemilihan para murid yang pertama (4:12-25), Pengajaran Yesus di atas bukit ((5:1-7:29), penyembuhan orang banyak dan berbagai mukjizat (8:1 - 9:38), Yesus mengutus 12 murid (10:1-42), Yesus berhadapan dengan para lawannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka (11:1-12:50), Yesus menceritakan kisah-kisah tentang kerajaan Allah (13:1-58), Yesus adalah Mesias (14:1-17:27), Yesus mengajar para murid (18:1-34), Yesus berhadapan dengan para lawan di Yudea (19:123:39), Yesus mengajar tentang kerajaan Allah yang sedang datang (24:1-25:46). c) Pasal 26:1 – 28:20 memaparkan tentang Yesus mati dan dibangkitkan untuk menggenapi rencana Allah. B. PENJELASAN TEKS Matius 4:12-16 Yesus pergi ke Kapernaum, di tepi danau. Danau tersebut adalah Danau Galilea. Danau Galilea atau juga disebut Danau Genesaret terletak di sebelah utara lembah Sungai [26] Yordan. Danau ini panjangnya sekitar 21 km dan lebarnya sekitar 12,8 km. Orang Romawi menyebutnya Danau Tiberias (Yoh 6:1, 21:1). Danau air tawar ini memisahkan sungai Yordan menjadi dua bagian. Letak danau ini di antara dua pegunungan sehingga temperatur mudah berubah dan sering terjadi hujan badai yang datang dengan tiba-tiba. Perikanan merupakan industri terpenting yang sesudah diasinkan dapat dijual sampai ke Yerusalem. Matius dengan cermat menerangkan bahwa daerah tepi danau Galilea merupakan wilayah Zebulon dan Naftali. Dua suku ini (Zebulon dan Naftali) pada zaman Perjanjian Lama menetap di sebelah utara Palestina. Pada masa Perjanjian Baru, banyak suku bangsa asing (bukan bangsa Yahudi) menempati daerah tersebut. Matius menghubungkan peristiwa Yesus di pantai danau Galilea sebagai penggenapan nubuatan nabi Yesaya dalam Yesaya 8:23 – Yesaya 9:1. Matius 4:17 Di tepi pantai danau Galilea itulah Yesus mulai menyerukan pentingnya pertobatan (metanoia), yakni berbalik dari kecintaan pada dosa menuju kebencian pada dosa, untuk mencintai kekudusan, sebab kerajaan sorga sudah dekat. Matius 4:18 Yesus menyusuri pantai, Ia bertemu dengan dua bersaudara yakni Petrus dan Andreas. Mereka sedang menebarkan jala mereka, sebab mereka adalah nelayan. Profesi sebagai penjala ikan selama ini telah mereka tekuni dan sesudah mendengar ajakan Yesus, mereka menjadi murid Yesus. Mereka siap menjala manusia. Matius 4:19-21-22 Yesus dan dua murid barunya beranjak pergi dan mereka berjumpa dengan dua saudara yakni Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Empat murid Yesus telah meninggalkan jala mereka masing-masing, meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Simon, Andreas, Yakobus dan [27] Yohanes menyerahkan diri mereka untuk melayani Sang Guru dalam memberitakan tentang kerajaan Allah. Mereka meninggalkan perahu mereka. Ikan-ikan yang banyak tak lagi membuat mereka tertarik lagi. Mereka tertarik pada kerajaan Allah. Mereka mulai bersiap menjala manusia. Matius 4:23 Yesus dan empat muridNya berkeliling ke seluruh Galilea, mengajar di rumah-rumah ibadah (sinagoge), memberitakan injil kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Tema pokok teks Matius 4:12-23 adalah sebagai berikut: 1. Penjala ikan dijala oleh Yesus. Saat Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes menjala ikan, Yesus menjala mereka dengan kasih-Nya. 2. Mengikut Yesus berarti berjalan bersamaNya, berperan serta dalam pemberitaan injil kerajaan Allah dan menjala manusia 3. Empat karya utama Yesus adalah berjalan keliling (koinonia/ berkunjung, menjumpai orang), mengajar (didaskalia), memberitakan injil (marturia) dan menghapus penderitaan (berdiakonia). Empat karya utama Yesus ini kemudian dikenal dengan sebutan catur tugas gereja. C. KONTEKS MASA KINI 1) Zaman modern melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Tetapi ia juga melahirkan banyak orang yang egois, kikir dan gila harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi harta dan kedudukan seseorang rela mengorbankan sesamanya, keluarga bahkan agamanya. Padahal, orientasi pemenuhan kebutuhan dan fasilitas hidup tidak membawa seseorang kepada kesejahteraan jiwa. Persoalan dosa tidak akan pernah tersentuh [28] saat manusia belum merefleksikan situasi rohani yang sedang mereka alami. Persoalan dosa hanya selesai saat seseorang “dijala” oleh kuasa Allah sehingga menyadari kebutuhan rohani mereka untuk berjalan bersama Tuhan. 2) Banyak orang berorientasi mencari pemenuhan jasmani saja dan melupakan pemenuhan kebutuhan rohani. 3) Pentingnya pertobatan. Pertobatan mengubah orientasi hidup seseorang dari berfokus pada cinta diri sendiri menjadi siap mengasihi Tuhan dan sesama. 4) Pengkotbah bisa menambahkan konteks masa kini untuk memperkaya penerapan kotbah. D. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pembukaan Awali kotbah semenarik mungkin. Pengkotbah dapat menceritakan tentang maksud Matius menuliskan kitab injilnya. 2. Isi Pengkotbah menyampaikan Latar belakang teks dan Penjelasan teks. Tekankan tentang : 1. Penjala ikan dijala oleh Yesus. Saat Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes menjala ikan, Yesus menjala mereka dengan kasih-Nya. 2. Mengikut Yesus berarti berjalan bersamaNya, berperan serta dalam pemberitaan injil kerajaan Allah dan menjala manusia 3. Empat karya utama Yesus adalah berjalan keliling (koinonia/ berkunjung, menjumpai orang), mengajar (didaskalia), memberitakan injil (marturia) dan menghapus penderitaan (berdiakonia). Empat karya utama Yesus ini kemudian dikenal dengan sebutan catur tugas gereja. [29] 3. Penutup Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan dalam kehidupan jemaat sehari-hari. Tekankan bahwa Pengikut Yesus harus mau berjumpa sesamanya, mengajarkan tentang kerajaan Allah, memberitakan injil dan menghapus penderitaan manusia. E. LITURGI Nas Pembimbing Berita Anugerah Persembahan : Matius 10:32-33 : Yohanes 3:16 : Amsal 11:24-26 Nyanyian : 1. KJ 21:1-2 2. KJ 19:1-5 3. KJ 33:1-3 4. KJ 34:1-3 5. KJ 403:1-4 6. KJ 363:1-2 [30] F. CONTOH KOTBAH JADI “MARI, IKUTLAH AKU, DAN KAMU AKAN KUJADIKAN PENJALA MANUSIA !” (Matius 4:12-23) Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Penulis Injil Matius adalah Matius, salah seorang dari 12 murid Yesus. Matius mengisahkan kehidupan Yesus mulai dari kelahiranNya hingga saat-saat sebelum kenaikanNya ke Surga. Matius dan Lukas memuat banyak peristiwa yang dituliskan Markus sehingga dapat disimpulkan bahwa dua Kitab Injil ini menggunakan Injil Markus sebagai salah satu sumber / referensi tulisannya. Pada pihak lain, Matius dan Lukas juga menggunakan sumber-sumber yang lain untuk menceritakan kisah kelahiran Tuhan Yesus dan masa kanak-kanakNya. Markus tidak mengisahkan cerita ini. Tema utama yang diangkat Matius adalah tentang hidup dan ajaran-ajaran Yesus. Injil ini juga berbicara tentang apa artinya menjadi anggota umat Allah dan memberikan nasehat-nasehat tentang hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Matius menuliskan injilnya kepada mereka yang mengenal Perjanjian Lama. Ia ingin membuktikan bahwa nubuatan-nubuatan dalam PL digenapi di dalam Yesus Kristus. Inilah tujuan utamanya, yakni membuktikan kemesiasan Yesus Kristus. [31] Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Perikop kita Minggu ini mengisahkan tentang empat murid Yesus yang pertama. Mereka adalah Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes. Secara jujur, motif Yesus adalah demi perekrutan sebanyak mungkin orang agar menjadi murid Yesus. Mereka dijadikan Yesus sebagai penjala manusia. Tugas mereka adalah menjala manusia, maksudnya menawarkan kepada orang-orang untuk bertobat, meyakinkan mereka akan pentingnya pertobatan karena kerajaan sorga sudah datang dan tawaran menjadi murid-muridNya (bdk. Matius 28:19). Kisahnya demikian. Pada suatu hari, Yesus menyusuri pantai danau Galilea. Di tepi pantai danau Galilea itulah Yesus mulai menyerukan pentingnya pertobatan (metanoia), yakni berbalik dari kecintaan pada dosa menuju kebencian pada dosa dan lalu mencintai kekudusan, sebab kerajaan sorga sudah dekat. Yesus pergi ke Kapernaum, di tepi danau. Danau itu dikenal sebagai Danau Galilea atau juga disebut Danau Genesaret yang terletak di sebelah utara lembah Sungai Yordan. Danau ini panjangnya sekitar 21 km dan lebarnya sekitar 12,8 km. Orang Romawi menyebutnya Danau Tiberias. Danau air tawar ini memisahkan sungai Yordan menjadi dua bagian. Letak danau ini di antara dua pegunungan sehingga temperatur mudah berubah dan sering terjadi hujan badai yang datang dengan tiba-tiba. Perikanan merupakan industri terpenting yang sesudah diasinkan dapat dijual sampai ke Yerusalem. Matius dengan cermat menerangkan bahwa daerah tepi danau Galilea merupakan wilayah Zebulon dan Naftali. Dua suku ini (Zebulon dan Naftali) pada zaman Perjanjian Lama menetap di sebelah utara Palestina. Pada masa Perjanjian Baru, banyak suku bangsa asing (bukan bangsa Yahudi) menempati daerah tersebut. Matius menghubungkan peristiwa Yesus di pantai danau Galilea sebagai penggenapan nubuatan nabi Yesaya. [32] Mulai dari Galilea, Yesus menyerukan pertobatan, katanya “Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat ! (Matius 4:17)” Bertobat (dalam bahasa aslinya metanoia) berarti berbalik arah. Tadinya membelakangi Allah kemudian menghadap Allah dan memfokuskan hidup kepada kehendak Allah dan rancanganNya atas dunia. Yesus berseru-seru di sepanjang jalan, di pasar, di kampung-kampung dan di pantai danau Gailea. Dimana orang berkumpul, Yesus menyerukan pentingnya pertobatan sebab kerajaan sorga sudah dekat. Saat menyusuri pantai Danau Galilea itu, Yesus bertemu dengan dua bersaudara yakni Petrus dan Andreas. Mereka sedang menebarkan jala mereka, sebab mereka adalah nelayan. Profesi sebagai penjala ikan selama ini telah mereka tekuni dan sesudah mendengar ajakan Yesus, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia !” Merekapun mengikut Yesus dan menjadi muridNya. Yesus dan dua murid barunya beranjak pergi dan mereka berjumpa dengan dua saudara yakni Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Empat murid Yesus telah meninggalkan jala mereka masing-masing, meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes menyerahkan diri mereka untuk melayani Sang Guru dalam memberitakan tentang kerajaan Allah. Mereka meninggalkan perahu mereka. Ikan-ikan yang banyak tak lagi membuat mereka tertarik lagi. Mereka tertarik pada kerajaan Allah. Mereka mulai bersiap menjala manusia. Mereka mengikuti Yesus berkeliling ke seluruh Galilea, mendengar pengajaran Yesus di rumah-rumah ibadah Yahudi (yang disebut sinagoge), ikut memberitakan injil kerajaan Allah serta menjadi saksi bagaimana Yesus melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. [33] Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Banyak orang begitu bersemangat dalam bekerja, mencari pemenuhan jasmani. Mereka begitu sibuk memenuhi jala mereka dengan ikan-ikan. Segala usaha diarahkan pada pencarian rejeki. Kesibukan mengais dan menumpuk uang kadang membuat mereka tidak memikirkan tentang dosa. Sebagian malah berprinsip, mencari rejeki yang haram aja susah apalagi yang halal. Memang zaman modern pada satu sisi melahirkan banyak kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tetapi pada sisi lain ia juga melahirkan pribadi-pribadi egois, kikir dan gila harta, pangkat dan kedudukan. Bila perlu, demi harta dan kedudukan seseorang rela mengorbankan sesama, keluarga bahkan agamanya. Padahal, orientasi pemenuhan kebutuhan dan fasilitas hidup tidak membawa seseorang kepada kesejahteraan jiwa. Sebagian orang ada yang kemudian sadar bahwa sukacita itu tidak terdapat pada kebendaan. Mereka mencari di rumah-rumah ibadah. Motivasi seseorang mencari Tuhan bisa beragam, tetapi bila sungguh-sungguh mengharapkan kebahagiaan, hanya motivasi murni yang bisa menghantar seseorang kepada Sumber Kehidupan dan keselamatan jiwa mereka. Pengikut Yesus harus menyucikan motivasi mereka. Motivasi mengikut Yesus haruslah motivasi murni yakni rasa syukur dan takjub karena merasakan kasih Yesus yang telah memberikan anugerah pengampunan melalui jalan pertobatan. Inilah cara menyambut anugerah keselamatan yang ditawarkan kepada kita. Yesus datang memang untuk menyerukan pertobatan. Persoalan dosa hanya selesai saat seseorang “dijala” oleh kuasa Allah sehingga menyadari pentingnya pertobatan dan mengalami perubahan orientasi hidup dan memutuskan untuk berjalan bersama Tuhan. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Dengan datang kepada Yesus dan menerima kasihNya seseorang berubah orientasi hidupnya. Seperti Yesus berbagi kehidupan dan masa depan [34] dengan umat manusia, seseorang yang telah berjumpa dengan Yesus, memahami makna kata-kataNya “Bertobatlah sebab kerajaan sorga sudah dekat !” Kemudian menyambut tawaranNya, “Mari ikutlah Aku. Dan kamu akan kujadikan penjala manusia !” Mengikut Yesus berarti berjalan bersamaNya, berperan serta dalam pemberitaan injil kerajaan Allah dan menjala manusia. Empat karya utama Yesus semasa di dunia sebagai manusia adalah berjalan keliling (koinonia/ berkunjung, menjumpai orang), mengajar (didaskalia), memberitakan injil (marturia) dan menghapus penderitaan (berdiakonia). Empat karya utama Yesus ini kemudian dikenal dengan sebutan catur tugas gereja. Sebagaimana Kristus berjalan keliling, berkunjung dan menjumpai orang, demikian pula kita para pengikutNya. Kita bersekutu di dalam namaNya. Pengajaran yang diseenggarakan oleh gereja lokal harus didukung seluruh anggota jemaat. Kelas katekisasi, PA, Bible Study begitu penting, sepenting Ibadah Minggu dan Kebaktian Anak. Pemberitaan Injil melalui bidstond, Kebaktian pemberian nama bayi, bersaksi secara pribadi kepada orang lain dengan santun, aktif dalam kegiatan kebersamaan lintas agama tak boleh pudar. Demikian pula gerak diakonia untuk menghapus penderitaan sesama terus kita lakukan tanpa kenal lelah. Catur tugas gereja adalah catur tugas seluruh orang percaya. Saudara dan saya harus mengerjakannya dengan setia. Saudara-saudariku di dalam Tuhan, Kita sudah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Kita sudah menikmati pengampunan dosa. Kita semua sudah dijala oleh Yesus. Seperti Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes, kitapun mendapatkan tawaran yang sama. Tuhan Yesus bersabda: “jangan takut, mulai dari sekarang, engkau akan menjala manusia.” Biarlah Tuhan senantiasa mengaruniakan sukacita dan kehidupan. Selamat menjala manusia! Tuhan memberkati. Amin. (BNH) [35] RANCANGAN KOTBAH, 29 JANUARI 2017 Minggu Epifani IV ; Warna Liturgi Hijau Bacaan Leksionari: Mikha 6:1-8, Mazmur 15, I korintus 1:18-31, Matius 5:1-12 Bacaan Kotbah: Mikha 6:1-8 “BERLAKU ADIL, MENCINTAI KESETIAAN DAN HIDUP RENDAH HATI DI HADAPAN ALLAH” TUJUAN : 1. Agar jemaat bersemangat terus untuk berlaku adil 2. Agar jemaat mencintai kesetiaan. 3. Agar jemaat hidup rendah hati di hadapan Allah. A. LATAR BELAKANG TEKS Dalam bahasa Ibrani, Mikha berarti “siapakah seperti Tuhan”. Kitab ini berisi berita pokok bahwa tidak ada yang lebih berkuasa daripada Tuhan Allah. Allah menghukum pemimpin-pemimpin dunia dan bangsa-bangsa yang menentang Allah. siapapun yang mengabaikan kepedulian dan keadilanNya akan dihukum. Allah juga mengampuni dan menyelamatkan orang yang bertobat, mengaku dosanya dan kembali kepada Tuhan (7:9,18-19) Meskipun latar belakangnya dari kota kecil, bagi Mikha tak jadi soal. Ia tetap berani melakukan kritik kepada para pemimpin ibu kota Israel dan Yehuda. Keberanian Mikha tetap dikenal dan dibicarakan orang lebih dari 100 tahun kemudian yakni pada zaman Yeremia (Yer 26:18). Perikop terkenal adalah nubuatan tentang kehadiran gembala dari Betlehem yang akan menjaga domba-dombanya dan pemberi damai [36] bagi dunia. Perikop ini dikutip oleh para ahli kitab untuk memberi jawab kepada Herodes tentang tempat kelahiran Mesias (Matius 2:1-6.) Pembagian Kitab Nabi Mikha secara garis besar adalah sebagai berikut : a) Pasal 1:1 – 3:12 memaparkan tentang berita hukuman atas Israel dan Yehuda b) Pasal 4:1-5:15 memaparkan tentang berita harapan untuk umat Allah c) Pasal 6:1-7:7 berbicara tentang Tuhan yang menggugat umat Israel ke pengadilan karena dosa mereka d) Pasal 7:8-20 mengisahkan Tuhan yang mengampuni orang-orang yang bertobat dan mengaku dosanya. B. PENJELASAN TEKS Tuhan Allah meminta Israel untuk menjelaskan tindakan-tindakan mereka yang jahat. Mereka telah melupakan bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka pada waktu lalu dan kini mereka berdosa kepada Allah, melupakan apa yang benar dan apa yang sebenarnya dikehendaki Allah (6:8), Yerusalem dan penduduknya akan dihukum (6:16), namun Mikha tetap berharap Allah akan menyelamatkan mereka dan mendengar doa umatNya (7:7). Tema Pokok teks Mikha 6 : 1-8 secara garis besar adalah sebagai berikut : Ayat 1 – 2 Tuhan mempunyai pengaduan : dalam pengadilan ini, Tuhan menjadikan gunung-gunung, bukit-bukit dan seluruh bumi menjadi saksi dalam persidangan melawan Israel. [37] Ayat 3 Allah menyampaikan pokok / tema / delik aduan. Ayat 4- 5 Allah menyelamatkan Israel berulang kali. Baik karyaNya membebaskan Israel dari Mesir, melindungi Israel dari sumpah serapah dan kutuk Balak raja Moab melalui dukun bernama Bileam. Bahkan Bileam malah berbalik memberkati Israel. Ayat 6-7 Kurban manusia yakni anak sulung yang dibakar bagi beberapa bangsa di sekitar Israel dilakukan untuk mendapat berkat dari dewa mereka. Bangsa Israel begitu panik dan berpikir persembahan anak sulung akan memperbaiki hubungan mereka dengan Allah. Padahal, pengorbanan manusia ini dilarang dalam Taurat (Im 18:21, 20:2-5, Ul 18:10) dan dikutuk oleh para nabi (Yes 57:5, Yer 19:5, Yeh 16:20). Umat Israel sungguh merasakan keputusasaan, bingung mencari solusi atas persoalan mereka. Ayat 8 Allah tidak menerima kurban-kurban dan persembahan yang diberikan umat jika mereka tak melakukan keadilan, kesetiaan dan kasih kepada sesama mereka. C. KONTEKS MASA KINI 1. Keadilan dan kesetiaan adalah nilai-nilai humanitas/kemanusiaan yang harus terus diperjuangkan. 2. Banyak dijumpai ketidakadilan dalam hidup sehari-hari, misalnya upah buruh di bawah UMR, percaloan, pungli, jual beli ijazah, sogok-menyogok untuk mendapat pekerjaan, hukum yang dapat dibeli. 3. Berlaku tidak adil perlu dilihat sebagai dosa yang menguratmengakar menjadi dosa komunal. 4. Nilai kesetiaan rentan dikhianati dalam keluarga, lingkup pekerjaan, hubungan pertemanan dan bahkan dalam relasi manusia dengan Tuhan. [38] 5. Kerendahhatian di hadapan Tuhan sangat penting untuk terus dilakukan dan diperjuangkan. 6. Pengampunan dosa adalah realitas yang mungkin dicapai bagi orang yang berlaku adil dan menjaga kesetiaan. 7. Tersedia harapan bagi setiap orang yang datang kepada Tuhan. Tuhan akan mengelilingi mereka dengan kasih, setia dan keadilanNya. D. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH 1. Pembukaan Awali kotbah semenarik mungkin. Jelaskan makna Mikha dari sisi etimologis/makna kata. Bisa dilanjutkan dengan memperkenalkan siapakah Mikha itu. 2. Isi Pengkotbah menyampaikan Latar belakang teks dan Penjelasan teks. Tekankan tentang : 1. Dosa ketidakadilan dan ketidaksetiaan menghalangi rahmat Allah 2. Pengampunan dosa adalah realitas yang mungkin dicapai bagi orang yang berlaku adil dan menjaga kesetiaan. 3. Tersedia harapan bagi setiap orang yang datang kepada Tuhan. Tuhan akan mengelilingi mereka dengan kasih, setia dan kedilanNya. 3. Penutup Paparkan konteks masa kini. Kemukakan relevansi Firman Tuhan dalam kehidupan jemaat sehari-hari. Tekankan bahwa pengampunan dosa tersedia bagi setiap orang. Setiap orang yang [39] datang kepada Tuhan akan dikelilingi keadilanNya. dengan kasih, setia dan E. LITURGI Nyanyian Persiapan Nas Pembimbing Nyanyian Jemaat Berita anugerah Nyanyian Peneguhan Nyanyan Responsoria Nas Persembahan Ny Persembahan Nyanyian penutup : KJ 64:1-2 /PKJ 2 2X : Mazmur 1 : 1-6. : KJ 21 : 1-2/PKJ 242:1-2 : I Yohanes 3 : 1-2 : KJ 54: 1-3 / PKJ 184:1 : KJ 203 : 1-4 : Roma 11 :36 : KJ 289 :1-2,8-9. : KJ 410 :1 F. CONTOH KOTBAH JADI “BERLAKU ADIL, MENCINTAI KESETIAAN DAN HIDUP RENDAH HATI DI HADAPAN ALLAH” (Mikha 6:1-8) Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Dalam bahasa Ibrani, Mikha berarti “siapakah seperti Tuhan”. Berita pokok Kitab Mikha adalah bahwa tidak ada yang lebih berkuasa daripada Tuhan Allah. Kemahakuasaan Allah dan kedaulatanNya atas dunia dan bangsa-bangsa dinyatakan dalam penghukumanNya atas mereka yang menentang Allah. Siapapun yang menganggap sepi kepedulian dan [40] keadilan Allah akan dihukum. Tetapi Allah juga mengampuni dan menyelamatkan orang yang bertobat, mengaku dosanya dan kembali kepada Tuhan. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Mikha berasal dari sebuah kota kecil Moresyet, sekitar 38 KM di sebelah Selatan Yerusalem. Meski berasal dari kota kecil, baginya tak jadi soal. Ia tetap berani melakukan kritik kepada para pemimpin negeri Israel di Ibu Kota Samaria dan para pemimpin negeri Yehuda di Ibu Kota Yerusalem. Nabi Mikha menyerukan kembali apa yang disampaikan nabi-nabi sebelum dia yakni Hosea dan Amos. Para pemimpin dan penduduk Samaria akan dihukum Allah karena menyembah ilah lain dan berlaku tidak adil kepada orang-orang miskin. Apa yang disampaikan Mikha digenapi tahun 722-721 SM saat tentara Asyur menyerang dan mengalahkan Israel dan merebut Samaria. Mikha menubuatkan hal yang sama atas Yehuda. Yerusalem akan diluluhlantakkan bila mereka tidak bertobat. Tahun 701 SM orang-orang Asyur datang mengepung kota-kota Yehuda tapi karena terjadi pertobatan, maka Tuhan menolong dan melindungi mereka. Akhirnya, pada tahun 586 SM Yerusalem dihancurkan Babel karena Yehuda berbalik melawan Tuhan. Saudara-saudariku di dalam Tuhan Yesus Kristus, Kehancuran Samaria dan Yerusalem bukan akhir cerita. Walau Allah bertindak sebagai Hakim, tapi Ia tetap peduli kepada umatNya. Kelak, mereka akan kembali membangun bait suci dan dikembalikan Tuhan ke tanah mereka. Hal ini digenapi tahun 539 SM saat Persia memukul kalah Babel dan mengijinkan umat Yehuda kembali ke tanah air mereka. [41] Saudara-saudariku, .. Nabi Mikha menubuatkan tentang bencana dan harapan. Perikop kita, Mikha 6:1-8, mengisahkan cerita mengenai Tuhan yang menggelar sidang perkara dan memanggil gunung, bukit dan semesta alam menjadi saksi dalam persidangan. Allah sedang berhadapan dengan umatNya. Allah menyampaikan pokok / tema / delik aduan. Allah telah menyelamatkan Israel berulang kali. Baik karyaNya membebaskan Israel dari Mesir, melindungi Israel dari sumpah serapah dan kutuk Balak raja Moab melalui dukun bernama Bileam bin Beor. Bahkan karena kuasa Tuhan, Bileam dipaksa berbalik memberkati Israel. Tuhan Allah menuntut Israel menjelaskan tindakan-tindakan mereka yang jahat. Mereka telah melupakan bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka pada waktu lalu dan kini mereka berdosa kepada Allah, melupakan apa yang benar dan apa yang sebenarnya dikehendaki Allah. “UmatKu, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku !” kata Tuhan. Kemarahan Tuhan itu disebabkan sikap umatNya yang keterlaluan. Mereka melakukan sihir, ramal, membuat patung tuangan dan bersujud menyembah kepadanya (Mikha 5:11-12). Mereka terbiasa menggunakan neraca palsu, mengecilkan efa, menggunakan timbangan tipu dalam urusan dagang mereka sehingga menyengsarakan orang miskin (6:10-11). Allah kecewa kepada umat yang dikasihiNya. Saudara-saudariku di dalam Tuhan,... Pada saat umat Tuhan kehilangan kemuliaan mereka sebagai bangsa yang jaya akibat dari dosa mereka, mereka bingung dan ingin kembali mencapai masa keemasan seperti dahulu kala. Apa yang harus mereka lakukan? Berharap kepada para pemimpin dan bangsawan tak ada gunanya. Mereka disibukkan dengan teror dari negara-negara tetangga yang datang menyerang silih berganti. Mereka menjadi sapi perahan [42] bangsa-bangsa lainnya. Kebanggaan mereka sebagai bangsa / umat pilihan sudah tidak lagi mereka miliki. Allah begitu terasa jauh bagi mereka. Umat Israel dan Yehuda tidak lagi menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Mereka akhirnya larut pada kebiasaan negeri-negeri tetangga mereka. Di sekitar mereka, bangsa-bangsa Kanaan mencari berkat dari dewa-dewi mereka, negeri-negeri di sekitar Israel melakukan kurban manusia yakni anak sulung yang dibakar sebagai persembahan. Saat situasi tidak menentu, bangsa Israel begitu panik dan berpikir bahwa persembahan anak sulung akan memperbaiki hubungan mereka dengan Allah. Allah disejajarkan dengan dewa-dewa Kanaan. Allah sekedar dimengerti sebagai salah satu dewa yang ada. Padahal, pengorbanan manusia ini dilarang dalam Taurat (Im 18:21, 20:2-5, Ul 18:10) dan dikutuk oleh para nabi (Yes 57:5, Yer 19:5, Yeh 16:20). Umat Israel sungguh merasakan keputusasaan, bingung mencari solusi atas persoalan mereka. Nabi Mikha menyerukan, bahwa Allah tidak menerima kurban-kurban seperti itu. Bahkan persembahan apapun yang diberikan umat tidak akan menggetarkan hati Tuhan jika mereka tak melakukan keadilan dan kasih kepada sesama mereka. Saudara-saudariku di dalam Tuhan,... Berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Allah itulah tema kotbah kita Minggu ini. Mikha menyerukan pentingnya pertobatan bagi Yehuda. Mereka harus memulainya dengan belajar berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan. Berlaku adil kepada sesama harus dilakukan. Memandang sesama sebagai subjek dan bukan objek yang dapat diperas atau diambil suatu keuntungan daripadanya. Dengan berlaku adil kepada sesama mendorong kita untuk menyambut sesama kita sebagai saudara yang satu level dengan kita dan [43] sama-sama bermartabat di hadapan Allah. Berlaku adil dapat dijabarkan sebagai upaya agar setiap orang mendapatkan hak-hak dasar mereka tanpa ada pengurangan dari siapapun. Berlaku adil juga berarti adanya kesediaan untuk berbagi sumber daya, peluang dan kesempatan untuk maju sehingga semua memiliki pengharapan. Kita harus berlaku adil kepada anak-anak kita, pasangan hidup, rekan sekerja, kawan, saudara, dan orang-orang yang menggantungkan hidup kepada kita. Memberikan hak orang lain sebagaimana mestinya dan memastikan semua beroleh damai sejahtera. Sama seperti berlaku adil, mencintai kesetiaan juga harus dilakukan. Hal ini dimulai dari belajar setia dalam perkara-perkara kecil yang diperhadapkan kepada kita. Hal itu bisa berupa tanggung jawab kecil atas sebuah pekerjaan, dititipi informasi yang dipercayakan kepada kita untuk kita jaga kerahasiaannya, kesetiaan kepada pekerjaan kita masing-masing, kesetiaan kepada keluarga, kesetiaan kepada kesepakatan bersama dalam komunitas/organisasi tertentu di mana kita ada, dsb. Kita harus berlaku setia dan menjadi pribadi yang komitmen / janji/ loyalitasnya dapat dipegang. Orang yang mencintai kesetiaan, integritasnya pasti baik. Ada kesesuaian kata dengan tindakannya. Berlaku adil, mencintai kesetiaan saja tidak cukup. Hiduplah dengan rendah hati di hadapan Allah. Inilah pesan dari nabi Mikha kepada umat Allah. Hanya orang yang sadar diri yang beroleh hati yang rendah. Tidak ada orang sombong yang rendah hati. Hanya mereka yang sudah berdamai dengan diri sendiri dan dengan Tuhan yang bisa memiliki sifat rendah hati di hadapan Allah. Orang yang rendah hati telah menyadari betapa berbahayanya segala dosa, cela dan kesalahannya. Orang yang rendah hati akan mengerti betapa panjang, dan lebar, dan tinggi, dan dalam, dan luasnya kasih pengampunan Allah dalam hidupnya. Tak ada yang bisa dibanggakan. Tak ada yang pantas untuk dipamerkan. Berlaku rendah hati [44] bukanlah seni bertingkahlaku yang menyenangkan, melainkan mengalir dari dalam hati yang telah merasakan sentuhan kasih Allah. Saudara-saudariku, .. Pesan firman Tuhan hari ini kepada kita adalah sebagai berikut: Pertama, mari kita berlaku adil kepada anak-anak kita, pasangan hidup, rekan sekerja, kawan, saudara, dan orang-orang yang menggantungkan hidup kepada kita. Kedua, mari berlaku setia dan menjadi pribadi yang dapat dipegang kata dan janjinya. Kesetiaan dalam perkara-perkara kecil mengindikasikan bahwa kita bisa dipercaya dalam perkara-perkara yang lebih besar Ketiga, mari kita sadar diri sebagai makhluk yang bergantung penuh kepada anugerah dan belas kasihan Tuhan. Kita bukanlah siapa-siapa, tanpa Tuhan. Tuhan berdaulat penuh atas kita. Kelebihan, talenta dan sumber daya insani yang kita miliki bukan untuk disombongkan karena semuanya adalah anugerah dan pemberian Allah. Semua harus dimobilisir untuk kemuliaan Allah. Ingat, bahwa kita adalah orang-orang yang berhutang. Kita sudah lebih dahulu dikasihi Allah maka kita mengasihi. Allah lebih dahulu melayakkan kita maka kita selayaknya memberi diri dipakai sebagai alat ditanganNya. Mengikut Kristus tidak berarti kita selalu mengalami situasi yang baikbaik saja. Tapi bagaimanapun situasi yang dialami, kita harus selalu bersukacita dan berpengharapan. Bila kita sedang berada dalam situasi kehidupan yang tak sesuai dengan harapan, saat kehilangan, berdukacita, ditimpa sakit penyakit, mengalami kegagalan, jangan pernah berputus asa. Selalu ada harapan di dalam Tuhan. Tetap berlaku adil, menjaga [45] kesetiaan dan rendah hati di hadapan Tuhan dan nantikan pertolonganNya yang akan diberikan tepat pada waktuNya. Tuhan Sumber anugerah mengampuni, menolong dan memberkati kita. Amin. (BNH) [46] RANCANGAN KHOTBAH, 05 FEBRUARI 2017 EPIFANI V ; WARNA LITURGI HIJAU Leksionari: Yesaya 58: 1 – 9 (9b – 12), Mzm. 112:1– 9(10), 1 Korintus 2: 1–12(13–16) BACAAN: Matius 5: 13–16 KAMU ADALAH “GARAM” DAN “TERANG” BAGI DUNIA Tujuan: 1. Anggota jemaat memahami dan sadar tentang identitasnya sebagai garam dan terang bagi dunia. 2. Anggota jemaat termotivasi untuk mewujudkan peran dan fungsinya sebagai garam dan terang bagi dunia. A. LATAR BELAKANG TEKS Injil Matius diperuntukkan bagi orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi. Namun demikian isinya juga keterbukaan terhadap bangsa-bangsa lain yaitu bangsa bukan Yahudi sehingga injil Matius memiliki sifat yang universal. Selain itu, keuniversalan injil ini juga nampak pada Amanat Agung yang ada di dalam pasal 28. Matius 5: 13 20 adalah bagian dari ucapan berbahagia khotbah di bukit yang berisi pengajaran penting yang Yesus sampaikan kepada banyak orang. Mengajar dengan menggunakan perumpamaan dilakukan Yesus dengan memberikan ilustrasi atau simbol-simbol kepada pendengar. Ilustrasi atau simbol-simbol yang dipakai oleh Yesus biasanya sesuatu yang mudah ditemukan di dalam kehidupan. B. PENJELASAN TEKS Matius 5 Ayat 13: metafora ”garam” yang digunakan oleh Yesus untuk menegaskan identitas, fungsi dan peran murid-muridNya di tengah[47] tengah dunia. Garam dapat dijumpai dengan mudah di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam nats ini diceritakan bagaimana seharusnya para pengikut Yesus ibarat garam dalam kehidupan ini. Fungsi penting garam digunakan di dalam berbagai hal seperti untuk pemupukan tanah, mengawetkan bahan makanan, dan terutama memberi rasa pada makanan sehingga makanan tersebut tidak hambar. Orang Romawi menganggap garam sebagai benda yang paling bersih dan jernih, karena ia berasal dari benda yang juga paling bersih dan jernih yaitu matahari dan laut. Garam merupakan kurban yang paling disukai dan paling berharga dari para dewa. Salah satu ciri khas dalam dunia yang kita tempati sekarang ini, ialah adanya penurunan standar nilai hidup dan norma-norma. Dalam keadaan seperti itu, orang Kristen harus tetap berusaha menjaga hidup berpegang pada nilai dan norma yang tertinggi, yaitu firman Tuhan. Para murid Yesus seharusnya tetap menjaga hidupnya bersih di tengah masyarakat dimanapun dia berada. Sebagai garam memberikan cita rasa cita rasa sehingga kehidupan ini sungguh bermakna dan layak untuk dijalani serta tidak hambar. Ayat ini menggunakan pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh pendengar, yaitu: “Bagaimana jika garam itu tidak asin lagi atau telah menjadi tawar?” selanjutnya Yesus memberikan jawaban bahwa garam itu tidak berguna, akan dibuang dan diinjak-injak orang. Sama halnya dengan jika para murid kehilangan jati diri, pastilah akan menjadi sia-sia. Matius 5 Ayat 14 dan 15: “Terang” sangat dibutuhkan ditengah kegelapan dan dalam kehidupan ini. Yesus menyuruh para pendengar untuk menjadi seperti diri-Nya, hal ini dikarenakan bahwa Yesus adalah terang (bnd. Yoh.9:5). Pada zaman dulu pada umumnya di dalam rumah orang Palestina gelap tanpa penerangan sehingga dibutuhkan penerangan (lampu/dian) yang diletakkan di tempat yang memadai agar berfungsi untuk menerangi ruangan. Menyalakan pelita dan tidak menutupinya dengan gantang. (Gantang (modios) adalah sejenis tempayan untuk mengukur/penakar biji-bijian. Satu gantang rata-rata [48] setara dengan 8,75 liter). Yesus mengharapkan agar para muridmuridNya hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri. Memberikan terang dalam kegelapan dan memancarkan terang sehingga melalui kehidupannya sebanyak mungkin orang disekitarnya merasakan berkat dan kasih Tuhan yang tidak terbatas. Dalam konteks sekarang ini; terang yang dimaksudkan adalah kekristenan yang ada seharusnya tidak disembunyikan dari orang lain tetapi mampu untuk menjadikan dirinya berkat terhadap sekitarnya. Terang itu juga merupakan pembimbing atau penuntun di dalam kegelapan, dan ini juga sebagai tanda atau petunjuk bahwa orang Kristen harus bisa menyinari dan memberi terang kepada sesamanya untuk menuntunnya kepada jalan kebenaran dan kehidupan. Matius 5 Ayat 16: Kata baik yang terdapat dalam ayat ini dikenal di dalam bahasa Yunani dalam dua bentuk imperatif (= perintah) ( Yunani: aghatos dan kalos ). Artinya, orang yang mendengarkan perintah ini seharusnya mewujudkan hidup dalam segala kebaikan kepada semua orang dimanapun dia berada karena dalam teks ini dikatakan bercahaya di depan semua orang. Ada hubungan timbal balik antara yang menunjukkan dan melihat terang itu. Orang yang hidupnya menjadi terang dan bersinar akan membuat orang lain mendapat berkat dan menjadikan orang lain memuji Tuhan dan memuliakanNya. Ada sesuatu keunikan yang melekat dalam keberadaannya dan dimiliki manusia semenjak manusia diciptakan Allah yaitu: ia adalah gambaran Allah (Bnd. Kejadian 1:26) yang menegaskan manusia dalam identitas dan panggilan hidup untuk menjadi garam dan terang bagi dunia. C. KONTEKS MASA KINI. 1. Penegasan identitas sebagai manusia “kristen” menjadi kebutuhan penting sebab disitulah letak kesadaran panggilan hidup sebagai [49] orang kristen yang sewajarnya mewujud-nyatakan melalui kebaikan dan kasih Allah untuk hidup mulia dan bermartabat. 2. Pengenalan seseorang tentang siapakah Tuhan Allah dalam hidupnya akan membentuk identitas dirinya dan mencerminkan perilaku hidupnya. Ketika manusia mengenal sesungguhnya siapakah Tuhan Allah bagi hidupnya, maka ia pun akan tahu dan mengenal siapakah sesungguhnya dirinya. Namun, ternyata banyak orang belum mengenal identitas dirinya dengan benar sehingga banyak perwujudan perilaku hidup yang tidak manusiawi dan tidak bermartabat. Budaya kekerasan dan balas dendam masih terus berlangsung, pengampunan menjadi barang yang mahal, kebencian seolah-olah menjadi sebuah seni kehidupan. Menghukum, menipu, menindas bahkan mencelakai dan membunuh orang menjadi sebuah kesenangan demi kepuasan. 3. Nilai-nilai luhur dan norma hidup berdasarkan firman Tuhan yang seharusnya menjadi prinsip dasar untuk menjamin agar kehidupan dapat berlangsung dan dijalankan dengan baik dan bermakna sudah semakin luntur. D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH. 1. Pembukaan: ~ pengkotbah dapat mengawali dengan mengajak jemaat untuk melihat posisi teks Matius 5: 13 – 16 melalui ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Posisi Matius 5:13-16 cukup menarik untuk diperhatikan. Teks ini muncul sesudah Tuhan Yesus membicarakan tentang penganiayaan (5:10-12). Dengan kata lain, situasi yang sedang dipikirkan bukanlah situasi yang mudah dan nyaman. Ada resiko berat yang menanti ketika seseorang mengikut Yesus. [50] Selanjutnya, teks ini sekaligus juga diletakkan sebelum Tuhan Yesus menuntut agar kesalehan kita melebihi legalisme orang-orang Farisi terhadap Taurat (5:17-20; ayat 20 “hidup keagamaan” = kesalehan). Posisi semacam ini menyiratkan bahwa kehidupan kita akan selalu dipantau oleh orang lain dan dibandingkan dengan kepercayaan yang lain. Kita tidak hanya diperintahkan untuk menyamai, melainkan melebihi mereka di dalam kesalehan. Ini bukan tugas yang mudah. Jika di tengah situasi yang mudah dan nyaman saja orang-orang Kristen seringkali gagal memainkan peran sebagai garam dan terang, bagaimana jika kita dituntut untuk menunjukkan itu di tengah-tengah penganiayaan dan tekanan? Mampukah kita menyediakan teladan konkrit dari kekristenan melalui kehidupan kita di tengah dunia? ~ Tuhan Yesus sering menyampaikan maksud pengajaranNya menggunakan metafora, simbol, atau perumpamaan. ~ Pentingnya Garam dan terang bagi kebutuhan manusia 2. Isi ~ Jelaskan apa makna garam dan terang sesuai konteks Injil Matius Metafora garam dan terang menyiratkan sesuatu yang terus-menerus diperlukan. Beberapa literatur Yahudi kuno menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa garam (dan terang). Ini bukan tentang barang atau benda yang hanya diperlukan setiap bulan atau setiap tahun. Ini bukan hanya diperlukan oleh segelintir orang di budaya tertentu. Setiap hari orang membutuhkan garam untuk memasak. Setiap hari orang membutuhkan terang pada waktu malam hari atau pada saat gelap. Jadi, walaupun konteks spesifik yang sedang dipikirkan adalah penganiayaan dan tekanan, peranan sebagai garam dan terang berlaku secara universal dan [51] permanen. Di manapun dan kapanpun peranan kita akan selalu relevan. ~ Apa kena-mengenanya pengikut/para murid Yesus. hal tersebut dengan keberadaan ~ Kaitkan dengan konteks masa kini kehidupan kita/jemaat sebagai umat Tuhan. ~ Kita sering mendengar banyak orang Kristen mengatakan: “kita harus menjadi garam dan terang dunia”. Ungkapan seperti ini ternyata tidak sepenuhnya tepat. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita adalah garam dan terang. Ini lebih tentang identitas kita di tengah-tengah dunia, bukan sekadar peranan, sebab peranan justru muncul dari kejelasan identitas. Persoalan di dunia bukan terjadi karena tidak ada garam atau terang, tetapi karena garam itu telah menjadi tawar dan terang itu telah ditutupi oleh gantang. Poin ini dipertegas dengan pemunculan kata ganti orang hymeis sebagai subjek eksplisit. Secara hurufiah struktur kalimat hymeis este berarti “kalian, kalian adalah” (pengulangan subjek). Makna yang tersirat adalah “kalian, bukan yang lain”. Sebagai pengikut Kristus dan warga kerajaan Allah, kita berbeda dengan orang-orang dunia. Kita memiliki identitas khusus. Berdasarkan identitas itulah kita memainkan peranan di dalam dunia ini. 3. Penutup. Kuatkan motivasi jemaat untuk menampilkan diri dengan identitas yang jelas sebagai orang-orang yang telah menerima terang dan anugerah keselamatan dalam iman kepada Tuhan Yesus. Dengan kejelasan identitas tersebut jemaat memainkan peran dan fungsinya untuk memberi pengaruh yang baik dan menjadi penyalur berkat [52] Allah bagi sesamanya. Sehingga, keberadaan setiap orang percaya membawa damai sejahtera dan kasih Allah dirasakan. E. LITURGI 1. Ny Pembukaan 2. Nats pembimbing 3. Ny Jemaat 4. Berita Anugerah 5. Ny peneguhan 6. Ny Responsoria 7. Nats Persembahan 8. Ny persembahan 9. Ny penutup : PKJ 11: 1, 2 : Mazmur 113: 1 - 4 : PKJ 17: 1, 2 : Yesaya 58: 6 - 8 : PKJ 128: 1, 2 : PKJ 272: 1 - 3 : Mazmur 112: 1 - 3 : PKJ 147: 1 - secukupnya : PKJ 180: 3 x F. CONTOH KOTBAH JADI. KAMU ADALAH “GARAM” DAN “TERANG” BACAAN: Matius 5: 13 – 16 Jemaat Tuhan yang terkasih, Tentunya kita semuanya tahu bahwa teks Matius 5: 13 – 16 yang kita baca ini merupakan salah satu bagian Alkitab yang sudah sangat kita kenal. Namun sayangnya, teks yang paling akrab di telinga kita seringkali justru menjadi teks yang biasa-biasa saja. Kita tidak tertantang untuk menyelidikinya lagi secara lebih cermat. Tidak heran, keindahan dari teks tersebut dengan mudah terlewatkan. [53] Jemaat yang terkasih, Marilah kita mencoba melihat fungsi garam dalam teks ini sesuai dengan budaya kuno pada waktu itu. Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan garam untuk dua keperluan: mengawetkan dan memberi rasa pada makanan. Jika ini benar, maka dunia diasumsikan sedang berada dalam keadaan yang mendekati kebusukan dan ketawaran. Kejahatan ada di mana-mana. Ketidakpedulian merajalela. Di tengah situasi semacam ini, kita dipanggil untuk menunjukkan jati diri kita. Kita mempertahankan apa yang baik dan mencegahnya dari kebusukan. Kita memberi rasa enak pada dunia ini melalui kesalehan hidup kita yang sudah ditransformasi oleh kuasa Injil Yesus Kristus. Kita tidak diminta Tuhan untuk menghasilkan rasa asin bagi diri kita sendiri. Sebagai garam, kita sudah asin. Identitas di dalam Kristus adalah sumber rasa asin kita. Kita hanya perlu berbagi rasa asin kepada dunia sambil menjaga diri sendiri agar tetap asin. Kegagalan melakukan peranan ini adalah sebuah tragedi yang fatal. Istilah “menjadi tawar” (mōranthē) secara hurufiah berarti “menjadi bodoh,” karena kata dasar mōrainō memang mengandung arti “menjadi atau menunjukkan diri bodoh” (1 Kor 1:20; Rm 1:22). Tidaklah wajar apabila sebuah benda disebut garam tetapi benda itu tidak memiliki rasa asin di dalamnya. Bagi orang modern di berbagai belahan dunia yang teknologinya sudah sedemikian maju, metafora garam di ayat ini mungkin membingungkan. Kita terbiasa dengan produk garam yang seluruh bagiannya dapat dilarutkan dalam air atau kuah. Tidak ada yang tertinggal sedikitpun. Tetapi untuk memahami tentang garam yang menjadi tawar, kita perlu memahami garam pada zaman dahulu. Dalam budaya Yahudi biasanya garam diambil dari Laut Mati. Garam tersebut tidak murni, karena tercampur dengan berbagai mineral atau zat lain. Pada saat dilarutkan ke dalam air waktu memasak, bagian yang mengandung garam (sodium [54] klorida) seringkali larut terlebih dahulu, sehingga hanya tersisa zat atau mineral lainnya. Jika ini terjadi, maka semua sisa mineral itu sudah tidak berguna lagi. Sisa itu akan dibuang ke tengah jalan dan diinjak-injak orang. Begitu pula dengan orang-orang Kristen yang gagal memainkan peranan sebagai garam dunia. Mereka bukan hanya menjadi “tidak berguna,” melainkan diremehkan oleh dunia. Kita akan dipermalukan. Itu terjadi karena kita sendiri telah membuat diri terlihat bodoh (menjadi tawar). Jemaat yang terkasih, Yesus juga menyebutkan bahwa para murid-Nya adalah terang. Dalam injil yang lain disebutkan bahwa terang dunia adalah Yesus Kristus sendiri (Yoh 8:12; 9:5; 12:35). Yesus adalah terang yang sesungguhnya, sedangkan para pengikut Kristus sebagai cerminan terang Kristus. Kita adalah “terang di dalam Tuhan” (Ef 5:8). Kita adalah terang yang lebih kecil yang berguna untuk menuntun orang lain menuju pada terang sesungguhnya yang lebih besar. Sama seperti Yohanes Pembaptis, kita hanyalah pelita yang sementara (Yoh 5:35) yang mengarahkan orang pada Kristus sebagai terang dunia. Sebagai cerminan terang dunia, kita terpanggil untuk memainkan peranan di tengah kegelapan dunia. Meminjam ungkapan Paulus, identitas sebagai terang dimaksudkan: “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Flp 2:15). Kegelapan dunia bukan untuk diratapi dan didoakan saja. Kita terpanggil untuk mengalahkan kegelapan melalui kesalehan. Sebagian penafsir Alkitab mengaitkan “terang dunia” ini dengan ajaran komunitas Qumran pada zaman Tuhan Yesus. Mereka juga menyebut diri sebagai anak-anak terang. Perbedaannya, mereka tinggal menyendiri dan [55] terpisah dari dunia. Kesalehan mereka hanya terlihat dalam lingkup terbatas komunitasnya. Tidak demikian dengan para pengikut Tuhan Yesus. Mereka dituntut untuk tetap hidup di dalam dunia yang gelap. Justru di tengah kegelapan inilah keberadaan mereka menjadi terlihat dan bermanfaat. Kita adalah terang dunia. Peranan ini tidak sulit untuk dilakukan apabila kita hidup sesuai identitas kita di dalam Kristus. Kita diibaratkan sebuah kota yang ada di puncak bukit (ayat 14). Kota ini dipenuhi oleh pelita di malam hari. Dengan posisi seperti ini tidak mungkin kota tersebut tidak terlihat oleh yang lain. Hanya kebodohan yang membuat kota itu tidak terlihat, yaitu apabila orang menyalakan pelita, tetapi lantas menutupi pelita itu dengan gantang (ayat 15). Jika ini yang terjadi, rumah tetap dalam keadaan gelap. Jika tiap rumah seperti ini, kota yang di puncak bukit pun akan tidak terlihat. Dengan kata lain, hanya kebodohan kita sendiri yang membuat dunia tidak dapat melihat terang dalam kehidupan kita. Sama seperti garam yang menjadi tawar, demikian pula kita telah bertindak konyol apabila kita secara sengaja menutupi terang Kristus dalam kehidupan kita. Sebaliknya, apabila kita menunjukkan terang itu, yaitu melalui perbuatan baik kita, Bapa di surga akan dipermuliakan (ayat 16). Orang akan tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah (5:9). Orang akan didorong untuk datang kepada Bapa. Walaupun Bapa berada di surga (ayat 16 “Bapamu yang di surga”), tetapi keberadaan Bapa akan terlihat jelas melalui panggilan hidup dalam kesalehan di dalam dunia ini. Pendeknya, semua kebaikan yang terwujud dari kehidupan kita dapat menjadi jembatan bagi orang lain untuk datang kepada Allah (1 Pet 2:1112; 3:1-2). Jemaat yang terkasih, Kita semua dipilih Tuhan sebagai garam dan terang dunia untuk menggarami dan menerangi dunia agar dunia mengalami damai sejahtera [56] dan kasih Allah. Dengan fungsi dan peran garam dan terang sebagai dua hal yang sangat penting sekaligus dibutuhkan dalam kehidupan manusia, maka seharusnya kita mau terus berupaya untuk melakukan apa yang diharapkan oleh Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Garam berfungsi untuk memberi rasa pada makanan atau masakan. Garam dapat menimbulkan rasa sedap, sehingga dapat juga dikatakan berfungsi sebagai pemberi rasa, dan apabila tidak ada garam, maka makanan tidak akan memiliki rasa atau akan hambar. “Kamu adalah garam dunia” mengandung arti bahwa kita harus dapat berfungsi bagi dunia ini untuk memberi rasa dan makna tentang kehidupan seperti garam memberi rasa pada makanan. Kehadiran kita ditantang untuk dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membawa sukacita bagi sesama. Sehingga dapat menjadikan suasana hidup yang hambar menjadi sedap kembali, suasana yang dingin menjadi hangat dan mendatangkan rasa damai sejahtera serta kasih. Kalau para murid dipanggil untuk menjadi garam dan terang, berarti para murid juga harus menjadi orang yang selalu mendatangkan suasana yang berbeda, kehangatan, damai sejahtera dan kasih. Sebagai pengikut Kristus kita dapat menghadirkan pengaruh dan perubahan bagi sekeliling kita. Pengaruh yang dimaksud tentu untuk menciptakan damai dan kesatuan dalam Tuhan, bukan memberi pengaruh agar orang lain mendukung kita melakukan kecurangan dan kejahatan. Perilaku, sikap hidup kita selayaknya menjadi berkat dan sukacita untuk sesama. Melalui kehidupan kita yang memuliakan Bapa di Sorga kita dimampukan untuk mendatangkan perubahan pemulihan dari hal yang rusak menjadi baik, ibarat tanah rusak, tandus dan kering yang disuburkan dengan pemberian garam kepada tanah yang tandus. Saudara dan saudariku di dalam Tuhan, [57] Firman Tuhan, doa dan ibadah menjadi pondasi iman setiap orang Kristen dalam membangun kepribadian dan sikap yang benar kepada Allah dan sesama. Mengasihi Tuhan dan sesama adalah suatu keharusan bagi kita dan melalui perbuatan yang benar kita menjadi berbeda dari sekeliling kita. Jangan sampai ibadah kita hanya formalitas dan rutinitas semata tanpa penerapan yang benar. Tentu untuk mewujudkan itu, Tuhan harus menjadi andalan kita, maka kita tidak berusaha sendiri menghadirkan garam dan terang itu, melainkan campur tangan Tuhanlah yang memampukan kita menghadirkannya. Perbuatan benar dan baik yang kita lakukan adalah agar oleh kita nama Bapa disurga dimuliakan. Jadi pahami dan hidupilah bahwa kita diutus Tuhan bukan untuk “Menjadi “ Garam dan Terang, namun kita semua “adalah” Garam dan Terang itu. Amin.(HSW) [58] RANCANGAN KHOTBAH, 12 FEBRUARI 2017 EPIFANI VI ; WARNA LITURGI HIJAU (Leksionari: Ulangan 30: 15 – 20; Mzm. 119: 1 – 8; 1 Korintus 3: 1 – 9; Matius 5: 21 – 37) BACAAN: Ulangan 30: 15 – 20 PILIHAN YANG MENENTUKAN Tujuan: 1. Anggota jemaat memahami dan menyadari bahwa sepanjang kehidupan ini setiap orang senantiasa diperhadapkan pada pilihanpilihan. 2. Anggota jemaat mampu menentukan pilihan hidup berdasarkan pengalaman imannya tentang kebaikan Tuhan. A. LATAR BELAKANG TEKS Kitab Ulangan menempati posisi penting dalam Perjanjian Lama. Kitab kelima dari lima kitab Taurat Musa berisi “pengajaran”. Dalam kitab Ulangan menggambarkan bagaimana Musa dengan bijaksana dan tegas memperingatkan orang Israel akan apa yang mesti dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan apabila mereka memasuki tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan. Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang Israel, adalah negeri yang penuh dengan susu dan madu. Apabila orang Israel yang telah menerima keselamatan oleh kekuatan tangan-Nya maka mereka akan menikmati semua kebaikan dan keuntungan dari Tanah Kanaan yang subur dan makmur. Namun, apabila orang Isreal tidak setia kepada Tuhan dengan beribadah kepada illah lain, maka mereka akan mendapat murka Tuhan, dan Tanah Kanaan akan menjadi kutuk bagi mereka. [59] B. PENJELASAN TEKS Perikop ini masuk pada pidato Musa bagian ketiga, Israel harus memelihara perjanjian-Nya dengan Tuhan (29:2-30:20). Ada semacam tradisi orangtua semakin ujur dan semakin dekat pada kematiannya ia selalu menyampaikan pesan-pesan kepada keturunannya baik secara pribadipribadi maupun umum. Demikian juga Musa yang telah memimpin bangsa Israel, sebelum Israel memasuki tanah Perjanjian, tanah Kanaan, Musa mengumpulkan umat Israel untuk membekali mereka memasuki tanah Kanaan. Ditengah-tengah umat Israel, Musa berpidato dengan mengulang kembali perjalanan yang telah mereka lewati dimana kuasa Tuhanlah yang memimpin mereka; Musa juga mengingatkan mereka apa saja yang akan mereka temui di Kanaan, disana terdapat kemakmuran dan kekayaan yang berlipat, tetapi mereka juga harus waspada terhadap kepercayaan yang dianut bangsa-bangsa disekitar Kanaan supaya mereka tidak terpengaruh dan meninggalkan Allah yang telah menunjukkan kuasa dan hukum untuk membawa mereka keluar dari perhambaan Mesir. Ayat 15-18: Musa menghadapkan kepada umat Israel kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Dengan jelas disebutkan bahwa hanya dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya umat Israel akan memperoleh kehidupan dan keberuntungan. Ada waktu yang diberikan kepada bangsa Israel untuk memilih yaitu, “pada hari ini”, jadi bukan besok atau hari yang akan datang. Bagi orang yang hidup sesuai dengan perintah-Nya maka akan memperoleh berkat dari Tuhan ke manapun mereka melangkah. Oleh sebab itu, ada tiga hal yang harus mereka lakukan : Pertama, Mengasihi Tuhan Allah (bnd. Matius 22:37-39). Kedua, Hidup menurut jalan yang diperintahkan-Nya dan berpegang pada perintah-Nya. Ketiga, Tidak menyembah allah lain dan beribadah kepadanya. Sebab ketika mereka memilih untuk berpaling dari Tuhan dan menyembah kepada allah lain [60] mereka akan mengalami kematian dan kecelakaan. Dengan demikian, Tuhan memberi umat-Nya sebuah pilihan antara hidup atau mati: Mereka dapat mengasihi Allah dan mematuhi perintah-Nya atau menyembah dan melayani ilah yang lain (ay.16). Ayat 19-20, Ketika pilihan ini diperhadapkan Allah kepada bangsa-Nya, maka Allah memanggil langit dan bumi sebagai saksi. Tentu saja setiap pilihan akan mengakibatkan konsekuensi, itu sebabnya sudah seharusnya mereka haruslah memilih yang terbaik, sebab konsekuensi pilihan tersebut bukan hanya mengena kepada yang memilih namun juga kepada keturunan mereka. Bangsa Israel harus teguh dalam pilihannya yang benar, jangan goyah atau gampang tergoda, bahkan jangan sampai salah pilih, karena ketika mereka salah memilih maka akan binasa. C. KONTEKS MASA KINI. 1. Dalam kehidupan setiap hari, setiap saat dan waktu manusia diperhadapkan pada pilihan-pilihan hidup yang mengharuskan untuk menentukan pilihan tentang apa yang akan diucapkan dan dilakukan, bahkan juga dalam bersikap terhadap realitas di sekelilingnya. 2. Kurangnya referensi pengetahuan dan pengalaman dalam memilih membuat orang dapat keliru dalam menentukan pilihan penting dalam hidupnya. Atau bisa saja, seseorang tidak bisa menentukan pilihan sikapnya karena hal tersebut dan banyaknya pilihan-pilihan yang tersedia disekitarnya. D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH. 1. Pembukaan: Kotbah diawali dengan bertanya kepada jemaat tentang apakah yang dilakukan sesaat sesudah bangun pagi? (tunggu sampai ada beberapa [61] jawaban yang disampaikan) dari jawaban tersebut tegaskan bahwa: sejak pagi dari bangun tidur setiap kita sudah diperhadapkan pada pilihan untuk sesuatu yang akan kita lakukan atau kerjakan. Dan ternyata pilihan itu berbeda-beda bagi setiap orang (sebutkan beberapa jawaban dari pertanyaan awal). Tekankan kembali: demikianlah pentingnya menentukan pilihan-pilihan yang tepat atas segala sesuatu dalam kehidupan kita untuk mencapai tujuan dan masa depan. 2. Isi - Sampaikan bahwa perjalanan umat Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan merupakan pengalaman penyertaan dan pertolongan Allah atas kehidupan umatNya. ~ Mejelang masuk ke tanah Kanaan, Musa yang telah memimpin umat selama perjalanan yang telah dilalui akhirnya memberikan nasihat dalam pidatonya (lihat penjelasan teks) ~ Musa mempersilakan umat-Nya untuk menentukan pilihan antara kehidupan atau kematian; berkat ataukah kutuk; kebaikan, kesejahteraan atau kecelakaan dan kebinasaan; mau beribadah kepada Allah ataukah illah lain. Sesuai dengan pengalaman akan penyertaan dan pertolongan Tuhan yang telah dirasakan dan dilihat dalam perjalanan yang banyak menghadapi cobaan dan tantangan. Maka Musa mengajurkan umat Israel untuk tetap memilih Hidup, berkat dan beribadah kepada Allah. ~ Sampaikan Aplikasi pilihan yang dianjurkan Musa kepada umat Israel untuk umat Tuhan pada masa sekarang ini. [62] 3. Penutup. Ditegaskan kembali kepada jemaat untuk menentukan pilihan hidupnya berdasarkan pengalaman imannya tentang keselamatan, berkat, pertolongan, dan kebaikan Tuhan. Akhiri kotbah dengan memberikan motivasi jemaat agar menjadikan pilihan hidup di dalam Tuhan sebagai pilihan yang tepat dan benar. E. LITURGI 1. Ny Pembukaan 2. Nats pembimbing 3. Ny Jemaat 4. Berita Anugerah 5. Ny peneguhan 6. Ny Responsoria 7. Nats Persembahan 8. Ny persembahan 9. Ny penutup : PKJ 4 : Mazmur 119: 1 - 3 : PKJ 184: 1 : 1 Korintus 3: 16 – 19 : PKJ 202 : PKJ 212 : Matius 5: 23 - 26 : PKJ 265: 1 : PKJ 285 F. CONTOH KOTBAH JADI. PILIHAN YANG MENENTUKAN BACAAN: Ulangan 30: 15 – 20 Jemaat yang dikasihi Tuhan, Apakah yang bapak/ibu/saudara lakukan sesaat sesudah bangun pagi? (tunggu sampai ada beberapa jawaban yang disampaikan) dari jawaban tersebut tegaskan bahwa: sejak pagi dari bangun tidur setiap kita sudah diperhadapkan pada pilihan untuk sesuatu yang akan kita lakukan atau kerjakan. Dan ternyata pilihan itu berbeda-beda bagi setiap orang (sebutkan [63] beberapa jawaban dari pertanyaan awal). Demikian juga halnya dengan bangsa Israel ketika mau memasuki tanah Kanaan, Musa memberikan nasihat untuk memilih. Jemaat yang dikasihi Tuhan, Perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian bukanlah perjalanan yang mudah. Setelah mereka diselamatkan Allah dari Mesir tidak serta merta hidup mereka langsung indah dan penuh kesenangan, tetap saja perjuangan berat harus mereka alami. Mulai dari melewati laut Teberau, menjalani padang gurun serta menghadapi peperangan. Hal ini menunjukkan bahwa hidup bersama Tuhan tetap akan banyak tantangan, hanya saja jika manusia sudah percaya dan hidup di dalam Tuhan ketika menghadapi tantangan dan mengalami pergumulan, dia hanya mau mengadukan dan mengandalkan Tuhan untuk mengatasi masalahnya. Hal itu terbukti, bahwa orang Israel yang patuh kepada perintah Tuhanlah yang dapat sampai dan masuk ke tanah perjanjian itu, sementara orang yang memilih untuk tidak patuh harus mengalami kebinasaan di tengah padang gurun. Tuhan memang adalah Pencipta dan berkuasa atas ciptaan-Nya, namun bukan berarti Tuhan bertindak otoriter kepada manusia dan mengendalikan manusia seperti robot. Allah tetap memberikan manusia itu kehendak bebas untuk menjalani hidupnya. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Allah memberikan kuasa bagi manusia untuk mengelola dan menguasai ciptaan lain (sebagai mandataris). Namun manusia itu memilih menuruti godaan Iblis untuk melanggar firman Allah. Itu berarti kehendak bebas itu di salahgunakan, dan akibatnya manusia jatuh ke dalam dosa dan penghukuman. Untuk itulah Allah melalui Musa memerintahkan bangsa itu memilih untuk melakukan perintah Allah ketika mereka nantinya berada dan tinggal di tanah perjanjian itu. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, [64] Ada sebuah pepatah jawa mengatakan, “Yen isuk dele, sore tempe” (kalau pagi kedelai, sore sudah jadi tempe). Pepatah ini merupakan gambaran orang yang tidak memiliki pendirian dan tidak konsisten (mudah berubah-ubah) pada pilihan hidupnya. Firman Tuhan dalam perikop ini mengajak bangsa Israel untuk mengambil komitmen antara memilih patuh dan taat kepada Tuhan atau taat kepada keinginan dan tawaran duniawi. Perikop ini merupakan bagian dari pidato terakhir Musa sebelum dia digantikan oleh Yosua dan sebelum mereka memasuki tanah perjanjian. Posisi bangsa itu berada di Moab dan Musa berdiri sekali lagi di hadapan bangsa Israel, untuk memperhadapkan bangsa itu dalam mengambil pilihan yang paling menentukan bagi kehidupan mereka dan masa depan mereka. Dalam ayat 15 jelas dikatakan bahwa, “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan”. Melalui firman ini, dalam kehidupan sehari-hari umat Israel diberi Tuhan pilihan untuk memilih apakah mereka mau beroleh hidup dan keberuntungan atau malah lebih memilih kematian dan kecelakaan. Lebih jelas firman Tuhan katakan dalam ayat 16 bahwa setiap orang yang mau hidup dalam perintah Tuhan dan mau diatur oleh firman Tuhan, maka dia akan beroleh hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN Allah di negeri ke mana mereka masuk untuk mendudukinya. Memang, mengikut Tuhan itu tidak gampang, karena kita akan diperhadapkan dengan banyak tantangan, namun meskipun tidak gampang, mengikut Tuhan itu indah dan tentu penuh berkat dan sukacita bagi yang mensyukurinya. Akan tetapi, jika mereka memilih untuk tidak patuh terhadap perintah Tuhan dan lebih patuh terhadap berhala dan menduakan Tuhan, maka sudah jelas hukuman dan kecelakaan bahkan kebinasaan akan menjadi bahagian dari hidupnya (ay. 18). Peringatan keras ini disampaikan Musa agar bangsa Israel tidak menduakan Tuhan dengan menyembah berhala. Sebenarnya bangsa Israel sudah tahu bahwa Allah itu adalah Allah yang sangat benci kepada orang yang menduakan-Nya. Bahkan, dalam perintah yang kedua dari sepuluh perintah Allah (Dasa Titah) jelas [65] dikatakan agar bangsa itu tidak membuat bagi mereka patung yang menyerupai apapun dan dimanapun untuk disembah, karena Allah adalah Allah yang cemburu. Karena, jika hal itu terjadi pasti mendukakan hati Tuhan dan mendatangkan hukuman atas umatNya. Jadi firman Tuhan ini jelas mengatakan bahwa jika ingin beroleh hidup dan keberuntungan, orang percaya tentu haruslah menuruti Sabda Tuhan. Menuruti bukan berarti hanya karena ikut-ikutan dengan orang lain, namun dengan sadar dan rela hati melakukan Firman Tuhan. Sadar dan rela karena ada pengenalan diri, ada pengenalan akan kasih Tuhan, sehingga muncul komitmen untuk mengikut Tuhan dan patuh terhadap perintah-Nya. Pilihan yang harus diambil oleh bangsa Israel bukan pilihan yang main-main, sebab kata Musa: "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk" (ayat 19a). Mereka harus memilih antara "kehidupan" atau "kematian", antara "berkat" atau "kutuk". Tuhan memang memberi kesempatan untuk hidup bebas. Namun, kebebasan orang percaya memilih itu seperti kebebasan ikan di dalam akuarium atau di dalam kolam, ikan bebas berenang di dalamnya tetapi jika ia keluar pasti akan kering dan mati. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang terikat hanya untuk lingkungan kemuliaan Tuhan saja, keluar dari lingkup itu pasti akan mati. Kita bebas menjalani hidup namun harus tetap seturut dengan kehendak Tuhan, karena di luar Dia, maka kematian, kutuk dan kebinasaan yang akan menjadi bagiannya. Musa dengan tegas mengakatakan, “Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu”. Dari perintah ini dapat kita pahami bahwa yang taat akan firman Tuhan akan beroleh hidup, bahkan lebih dari pada itu, anak-anaknya juga akan terberkati. Untuk itu, Musa mengingatkan bangsa itu agar senantiasa tinggal dalam kehidupan yang benar dan mengajarkan ajaran Tuhan pada anakanak mereka, sehingga berkat itu akan mereka terima secara turuntemurun. Dengan mengasihi TUHAN Allah, mendengarkan suara-Nya dan [66] berpaut pada-Nya, maka mereka akan hidup dan lanjut umur di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Panjang umur adalah anugrah Allah yang harus di syukuri, sebagai kesempatan menikmati berkat berkat Tuhan dalam waktu yang panjang. Panjang umur juga berarti kesempatan untuk hidup bergaul dengan Tuhan selama hidup dibumi juga tetap terpelihara dengan baik. Jemaat yang terkasih, Dahulu bangsa Israel telah menerima keselamatan dari Allah ketika Allah membebaskan bangsa itu dari belenggu perbudakan dan penjajahan Mesir serta membawa mereka ke tanah Kanaan, tanah perjanjian. Dalam perikop ini bangsa itu sudah hampir memasuki tanah perjanjian itu dan sudah berada Gunung Nebo dataran Moab sekitar 30-40 km dari tanah Kanaan. Dan sebelum memasuki Kanaan Musa mempersiapkan bangsa itu dengan mengajarkan mereka untuk tetap setia kepada Tuhan dan tidak menduakan Tuhan ketika mereka telah menduduki tanah perjanjian yang penuh dengan kebahagiaan itu. Artinya untuk masuk hingga ke tujuan utama itu, bangsa itu harus tetap dibekali dengan perintah Tuhan. Mereka yang taat akan masuk dalam kebahagiaan. Sama halnya dengan kita orang percaya. Dari belenggu dosa kita telah dibebaskan dengan darah Yesus. Dengan demikian, kita kembali menjadi bagian dalam Kerajaan Allah. Namun untuk sampai dan masuk kesana, tentu banyak tantangan yang harus kita hadapi dalam hidup ini. Kita juga diperhadapkan dengan 2 pilihan. Matius 7:13-14, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya”. Memilih jalan Tuhan atau kehidupan berarti kita juga memilih berkat, hidup, dan keuntungan. Mazmur 37:25, “Dahulu aku muda, sekarang telah [67] menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti”. Daud melihat kehidupan panjang umur, sampai masa tua orang yang benar hidupnya tidak pernah di tinggalkan. Dia tidak kesepian, tidak ketakutan, sebab Tuhan selalu bersama dengan umatNya yang patuh pada-Nya. Yang paling luar biasa Daud berhasil dengan kebenarannya membentuk anak anak benar dan menjadi raja bagi bangsa yang besar itu, maka hidupnya senantiasa penuh ucapan syukur. Sama dengan hidup kita, sebagai orang percaya tidak cukup hanya kita yang melakukan kehendak Allah, namun harus diajarkan kepada anak-cucu secara turun-temurun, sehingga aliran berkat Tuhan juga mengalir dengan terus-menerus dalam keluarga kita. Materi/harta yang melimpah bisa saja menjadi jalan menuju kehancuran yang membinasakan. Hal ini dapat terjadi ketika orang berfokus pada berkat secara materiil. Allah ingin agar bangsa Israel nantinya tetap bersyukur dan dekat dengan Tuhan ketika mereka sudah sampai di tanah yang penuh susu, madu dan tanah subur itu. Allah tidak ingin mereka terbuai dengan kenikmatan dan kelimpahan Kanaan sehingga mereka menjadi serakah dan meninggalkan Tuhan. Tuhan mau agar mereka yang mengendalikan kemakmuran itu, bukan malah sebaliknya. Hal ini juga sampai kepada kita, sebagai orang yang telah menerima segala kebaikan Tuhan, jangan pernah terbuai sehingga lupa bersyukur kepada Tuhan. Jangan sampai harta kekayaan dan kemakmuran itu mengendalikan kita, namun kitalah yang harus mengendalikannya sehingga menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan dan sukacita bagi kita. Ketahuilah bahwa apa kita miliki saat ini belum seberapa dibanding berkat yang akan tambahkan lagi jika kita tetap memilih untuk setia kepada-Nya. Kiranya Tuhanlah yang memampukan kita tetap teguh dan setia kepada Tuhan. “Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu”. Amin. ( HSW) [68] RANCANGAN KHOTBAH, 19 FEBRUARI 2017 EPIFANI VII ; WARNA LITURGI HIJAU Leksionari: Imamat 19:1-2, 9-18; Mazmur 119:33-40, 1 Korintus 3:10-11, 16-23; Matius 5:38-48. Bacaan Kotbah: Matius 5:38-48. SEMPURNA SEPERTI BAPA TUJUAN: 1. Jemaat memahami bahwa dirinya adalah anak-anak yang dikasihi Bapa didalam Yesus Kristus. 2. Jemaat memahami bahwa sempurna seperti Bapa yang dimaksud adalah sempurna dalam mempraktekkan kasihNya. 3. Jemaat setelah merenungkan firman Tuhan ini dapat melaksanakan kasih yang sempurna seperti kasih Bapa dalam kehidupannya sehari-hari. A. PENAFSIRAN TEKS: Perikop ini merupakan bagian dari kotbah Yesus Kristus di bukit. Yesus Kristus berkata kepada pengikutNya, "Kamu telah mendengar firman: mata ganti mata dan gigi ganti gigi". Maksudnya ialah kalau mereka yang tersakiti memang menghendaki, mereka akan menuntut pembalasan itu secara hukum: mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Kita menemukan hal ini dalam Keluaran 21:24, Imamat 24:20 dan Ulangan 19:21. Dalam semua ayat tersebut, pelaksananya adalah pejabat yang bertindak sebagai hakim. Tindakan pembalasan ini tidak langsung dilakukan oleh korban maupun sembarang orang. Hukum tersebut memberikan petunjuk kepada para hakim bangsa Yahudi mengenai hukuman apa yang harus ditimpakan dalam kasus-kasus yang menyebabkan cacat fisik. Bukanlah nyawa ganti mata atau anggota [69] badan ganti gigi, melainkan apa yang adil dan sebanding. Itupun jika yang merasa jadi korban menghendaki untuk menuntutnya. Namun, sebagian guru-guru Yahudi, bersikeras bahwa pembalasan setimpal itu perlu dilaksanakan, bahkan oleh perorangan sekalipun. Bagi mereka, tidak ada tempat bagi pengampunan atau ganti rugi. Bahkan sampai saat mereka berada di bawah pemerintahan peradilan Romawi pun, di mana dengan sendirinya hukum pengadilan mereka tidak berlaku lagi, mereka tetap saja menginginkan hal yang tampak kasar dan bengis. Tuhan Yesus Kristus mengerti hal itu. Oleh karena itu, Ia mengajarkan yang benar sebagaimana yang diinginkan Tuhan Allah, sebagai perintah Perjanjian Baru yakni perintah untuk mengasihi. Seperti apa perintah Perjanjian Baru itu sebenarnya? Menurut Yesus Kristus, sebagai anak-anak Bapa, kewajiban si penuntut ini adalah bahwa dia harus mengampuni kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap dirinya dan tidak lagi bersikeras menuntut hukuman yang melebihi apa yang baik bagi kepentingan umum. Di sini Tuhan Yesus Kristus mengajarkan: kita tidak boleh membalas dendam (ayat 39). Aku berkata kepadamu, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu." Di sini, tindakan melawan orang yang berbuat jahat dilarang dengan tegas. Namun, hal ini bukan berarti mencabut hukum mengenai perlindungan diri sendiri dan pemeliharaan kita terhadap keluarga. Kita boleh menghindari kejahatan dan melawannya sejauh ini memang perlu bagi keamanan kita sendiri, tetapi kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, menyimpan dendam, membalas dendam, ataupun berlaku sama seperti mereka yang telah bertindak jahat terhadap kita. Sebaliknya, kita harus melakukan hal yang jauh melebihi mereka dengan cara mengampuni mereka. Hukum pembalasan setimpal haruslah dibuat supaya sesuai dengan hukum kasih. Jika ada orang yang melukai kita, maka menuntut ganti rugi bukanlah hak kita melainkan hak Allah. Adakalanya ini juga menjadi [70] hak para wakil-Nya (dalam hal ini pejabat yang berwenang), jika ini memang diperlukan demi memelihara ketenteraman umum. Tidaklah benar kalau kita menyakiti saudara kita dengan alasan bahwa dialah yang memulai terlebih dulu, sebab biasanya pukulan kedualah yang menimbulkan pertengkaran. Saat kita dilukai, kita mempunyai kesempatan menunjukkan bahwa kita ini sungguh-sungguh murid Kristus, anak-anak Bapa yang sejati dengan cara mengampuninya dan sabar. Tamparan di pipi, "Siapa pun yang menampar pipi kananmu." Ini bukan saja menimbulkan rasa sakit, namun juga penghinaan dan pelecehan; "berilah juga kepadanya pipi kirimu." Artinya, jangan membalas sakit dan penghinaan itu, tetapi sebaliknya, bersiaplah untuk menerima tamparan berikutnya lagi bila ada dan tanggunglah semuanya itu dengan sabar. Jangan membalas perbuatan orang kasar itu dengan setimpal, jangan menantangnya, atau bertindak melawannya. Bila diperlukan demi ketenteraman umum, serahkan perkara itu kepada pihak yang berwenang supaya si pelaku bisa berkelakuan baik. Gambaran lain dalam penjelasan Yesus Kristus mengenai praktek kasih ini adalah tentang peradilan yang dituntutkan oleh seseorang karena menginginkan baju kita. Kehilangan baju dan jubah merupakan kerugian harta (ayat 40). Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Ini perkara yang tidak mudah. Dalam praktek sehari-hari, bukan hal aneh lagi bila penanganan hukum dimanfaatkan untuk menimbulkan kerugian yang sangat besar. Walaupun para hakim berlaku adil dan sangat berhati-hati sekalipun, masih saja ada kemungkinan bagi orang jahat yang tidak mengacuhkan sumpah dan mudah melakukan pemalsuan, untuk merampas “jubah” seseorang melalui jalur hukum/ peradilan. Janganlah heran akan perkara itu, tetapi bila mengalami kejadian seperti itu, daripada menggunakan hukum guna membalas [71] dendam, daripada mengajukan surat permohonan atau mati-matian mempertahankan perkaramu yang sungguh-sungguh benar itu, biarlah orang itu juga mengambil jubahmu sekalian. Jika persoalannya kecil hingga bisa kita abaikan tanpa menimbulkan kerugian berarti bagi keluarga kita, adalah baik untuk mengalah demi perdamaian. Tuhan Yesus Kristus melanjutkan pengajarannya (ayat 41). "Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil". Maksudnya adalah bahwa orang Kristen sebagai anak-anak Bapa harus mengalah terhadap kerugian kecil dan tidak mempermasalahkannya. Jika kerugian yang ditimbulkan menyebabkan kita terpaksa mengadakan perbaikan, hal ini haruslah dilakukan demi penyelesaian yang baik. Kita harus bersikap dermawan dan murah hati (ayat 42), bukan saja tidak boleh menyakiti sesama, malah sebaliknya, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk berbuat baik kepada mereka. Kita harus siap memberi, "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Bila memiliki kemampuan, anggaplah permintaan orang miskin sebagai kesempatan untuk memberikan derma/ bantuan." Saat seseorang yang benar-benar patut menerima derma muncul, kita harus bersedia memberi pada kesempatan pertama. Berikanlah bagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang. Namun, perbuatan dermawan kita haruslah dilakukan dengan sewajarnya, supaya jangan kita memberikannya kepada orang yang malas dan tidak layak menerimanya. Kita harus memberikannya kepada orang-orang yang membutuhkannya dan memang layak menerimanya. "orang yang mau meminjam dari padamu, janganlah kau tolak.” Kalau kita memang diberi kemampuan dan berkah Tuhan, janganlah tolak orang-orang yang membutuhkan dan jangan mengarang alasan untuk mengusir mereka. Oleh karena itu, kita harus siap siaga dalam berbuat baik namun tetap [72] bijaksana kepada orang-orang yang memang betul- betul membutuhkan, bukan orang yang malas mencari rejeki dengan cara yang halal atau orang yang melakukan managemen keuangan yang buruk demi kenikmatan sesaat. Kasih yang diajarkan Yesus Kristus dalam perikop ini ialah kasih yang masuk akal, yang mampu mengatasi kebencian. Kasih itu sejenis dengan tindakan kasih Allah terhadap orang-orang yang memberontak, sehingga menunjukkan bahwa orang yang mengasihi sedemikian itu adalah benar-benar anak-anak Bapa. Perintah karena itu haruslah kamu sempurna adalah dalam rangka meneladan kepada kasih Allah Bapa. Sebagaimana kasih Allah Bapa itu sempurna, tidak mengabaikan kelompok mana pun, demikianlah juga anak-anak Allah Bapa. B. KONTEKS MASA KINI : 1. Bulan Februari ada sebuah hari yang diberi nama hari valentin (“hari kasih sayang”). Di kalangan anak muda, hari valentin diidentikkan dengan hal-hal romantis untuk pasangannya. Menurut situs internet Wikipedia, Hari Valentine (Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari dimana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya atau merayakan cintanya, ada tradisi pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita dan sebaliknya. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar, coklat dan kadangkala warna merah muda dan simbol jantung diberikan. 2. Kondisi politik Indonesia yang memanas setiap menjelang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), Pileg (Pemilihan Legislatif) ataupun Pilpres (Pemilihan Presiden), prinsip politik “tidak ada kawan yang [73] abadi, tidak ada musuh yang abadi”. Siapa yang sangat dibutuhkan dan memiliki tujuan politik sama, maka harus dirangkul untuk kepentingan tersebut. Sedangkan bila tidak sama dan dianggap sebagai pesaing, maka bagaimanapun caranya harus dikalahkan, bahkan saudarapun yang tidak seide, bisa-bisa akan disingkirkan. 3. Ada hukum yang kadang-kadang timpang sebelah, yang punya uang dia akan menang. 4. Ada banyak kejadian dimana orang mau menolong sesamanya walaupun berbeda latar belakang. 5. Ada beberapa kejadian perusakan gedung gereja dan pengusiran jemaat namun jemaat tidak melawan dan tetap berusaha menjalin silaturahmi dan mendoakannya. C. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH: 1. Pendahuluan Pengkotbah dapat menyampaikan dalam pembukaan kotbah mengenai hari valentin atau bisa pula menambahkan ilustrasi atau pengalaman-pengalaman yang bisa membawa jemaat untuk memahami perikop yang dibaca, yang menyangkut sikap mengalah, mengampuni dan mengasihi dengan tulus. 3. Isi Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai sumbernya, yang menekankan tentang isi kotbah di bukit, dalam konteks ini ditekankan tentang jemaat sebagai anak-anak Bapa yang harus sempurna melaksanakan kasihnya seperti Bapa dalam diri Yesus. Dalamnya juga ada penerapan yang dapat dicontohkan [74] menyangkut situasi masa kini, praktek peradilan dan kepedulian sesama. (Dalam berkotbah, pengkotbah bisa fokus pada 1 topik saja dalam menjabarkannya). 4. Penutup Pengkotbah mengingatkan kembali siapa sebenarnya Jemaat itu, yakni anak-anak Bapa yang harus menunjukkan identitasnya dalam melaksanakan kasihnya, sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa setiap jemaat harus berpikir positif karena mereka diberi kekuatan oleh Bapa agar mampu untuk melaksanakannya. D. Liturgi Nats Pembimbing Berita Anugerah Nats Persemb : Matius 6:14-15 : Roma 8:15-16 : Roma 12:1 NYANYIAN-NYANYIAN KJ 362 / PKJ 17 KJ 4 / PKJ 18 KJ 36 / PKJ 43 KJ 52 / PKJ 279 KJ 53 / PKJ 280 KJ 337 / PKJ 148 KJ 379/ PKJ 302 [75] E. CONTOH KOTBAH JADI SEMPURNA SEPERTI BAPA Matius 5:38-48 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Dikalangan pasangan suami isteri muda maupun anak-anak muda, dikenal ada istilah “valentinan”. Menurut situs internet Wikipedia, Hari Valentine (Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang “diperingati” pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya atau merayakan cintanya. Di hari tersebut ada tradisi pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita dan sebaliknya. Hadiahhadiahnya biasa berupa bunga mawar, coklat dan kadangkala semua barang dihias warna merah muda dan simbol jantung berwarna merah muda. Hal yang wajar ketika orang jatuh cinta atau menyukai seseorang, maka segala upaya akan dilakukan untuk menyenangkannya. Seseorang mengasihi dan melakukan perbuatan baik kepada orang lain itu biasanya terjadi ketika yang dikasihinya itu menyenangkan hati atau berbuat baik padanya. Lantas, jika sikap dan kata-kata seseorang sering melukai atau menyakiti hati kita, apakah kita bersedia menolong orang itu saat sungguh butuh pertolongan kita? Kebanyakan orang tentu tidak suka atau membenci bahkan bisa menjadi dendam. Di sisi lain, mungkin saja bisa menerima perlakuan itu, walaupun belum tentu menyukainya, itupun jika dirinya penuh dengan pengampunan. Kepada orang yang sering menyakiti kita, suasana kasih sayang seperti “hari Valentine” tidak bisa/ sulit kita rasakan saat berjumpa dengannya. Kenyataan hidup di dunia ini menjelaskan bahwa seringkali kita lihat bahwa umat manusia yang merasa tersakiti atau menyakiti. [76] Berbicara tentang kasih-mengasihi, Tuhan Yesus pernah mengkotbahkannya saat berkotbah di sebuah bukit. Ia memaparkan firmanNya menyangkut praktek mengasihi dalam hubungan antar manusia. Ia ingin agar setiap pengikutNya mempraktekkan kasih yang Ia ajarkan sebagai anak-anak Bapa di sorga. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Bagian Alkitab yang kita baca tadi merupakan bagian dari kotbah Yesus Kristus di bukit. Yesus Kristus berkata kepada pengikutNya, "Kamu telah mendengar firman: mata ganti mata dan gigi ganti gigi". Maksudnya ialah kalau mereka yang tersakiti memang menghendaki, mereka akan menuntut pembalasan itu secara hukum: mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Kita menemukan hal ini dalam Keluaran 21:24, Imamat 24:20 dan Ulangan 19:21. Dalam semua ayat tersebut, pelaksananya adalah pejabat yang bertindak sebagai hakim. Tindakan pembalasan ini tidak langsung dilakukan oleh korban maupun sembarang orang. Hukum tersebut memberikan petunjuk kepada para hakim bangsa Yahudi mengenai hukuman apa yang harus ditimpakan dalam kasus-kasus yang menyebabkan cacat fisik. Bukanlah nyawa ganti mata atau anggota badan ganti gigi, melainkan apa yang adil dan sebanding. Itupun jika yang merasa jadi korban menghendaki untuk menuntutnya. Namun, sebagian guru-guru Yahudi, bersikeras bahwa pembalasan setimpal itu perlu dilaksanakan, bahkan oleh perorangan sekalipun. Bagi mereka, tidak ada tempat bagi pengampunan atau ganti rugi. Bahkan sampai saat mereka berada di bawah pemerintahan peradilan Romawi pun, di mana dengan sendirinya hukum pengadilan mereka tidak berlaku lagi, mereka tetap saja menginginkan hal yang tampak kasar dan bengis itu. Tuhan Yesus Kristus mengerti hal itu. Oleh karena itu, Ia mengajarkan yang benar sebagaimana yang diinginkan Tuhan Allah, sebagai perintah Perjanjian Baru yakni perintah untuk mengasihi. [77] Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Seperti apa perintah Perjanjian Baru itu sebenarnya? Menurut Yesus Kristus, sebagai anak-anak Bapa, kewajiban si penuntut ini adalah bahwa dia harus mengampuni kesalahan yang telah dilakukan orang lain terhadap dirinya dan tidak lagi bersikeras menuntut hukuman yang melebihi apa yang baik bagi kepentingan umum. Di sini Tuhan Yesus Kristus mengajarkan: kita tidak boleh membalas dendam (ayat 39). Aku berkata kepadamu, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu." Di sini, tindakan melawan orang yang berbuat jahat dilarang dengan tegas. Namun, hal ini bukan berarti mencabut hukum mengenai perlindungan diri sendiri dan pemeliharaan kita terhadap keluarga. Kita boleh menghindari kejahatan dan melawannya sejauh ini memang perlu bagi keamanan kita sendiri, tetapi kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, menyimpan dendam, membalas dendam, ataupun berlaku sama seperti mereka yang telah bertindak jahat terhadap kita. Sebaliknya, kita harus melakukan hal yang jauh melebihi mereka dengan cara mengampuni mereka. Hukum pembalasan setimpal haruslah dibuat supaya sesuai dengan hukum kasih. Jika ada orang yang melukai kita, maka menuntut ganti rugi bukanlah hak kita melainkan hak Allah. Adakalanya ini juga menjadi hak para wakilNya (dalam hal ini pejabat yang berwenang), jika ini memang diperlukan demi memelihara ketenteraman umum. Tidaklah benar kalau kita menyakiti saudara kita dengan alasan bahwa dialah yang memulai terlebih dulu, sebab biasanya pukulan kedualah yang menimbulkan pertengkaran. Saat kita dilukai, kita mempunyai kesempatan menunjukkan bahwa kita ini sungguh-sungguh murid Kristus, anak-anak Bapa yang sejati dengan cara mengampuninya dan sabar. Saudara-saudara, Yesus juga membahas tentang hukum tema menampar pipi. Tamparan di pipi, Ini bukan saja menimbulkan rasa sakit, namun juga penghinaan dan [78] pelecehan; "Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." Artinya, jangan membalas sakit dan penghinaan itu, tetapi sebaliknya, bersiaplah untuk menerima tamparan berikutnya lagi bila ada dan tanggunglah semuanya itu dengan sabar. Jangan membalas perbuatan orang kasar itu dengan setimpal, jangan menantangnya, atau bertindak melawannya. Bila diperlukan demi ketenteraman umum, serahkan perkara itu kepada pihak yang berwenang supaya si pelaku bisa berkelakuan baik. Walaupun mungkin saja hal ini bisa menyebabkan kita dihina karena dianggap lemah, tidak memiliki wibawa dan harga diri atau kehormatan. Kita mempercayai Allah dan pemeliharaan-Nya untuk melindungi kita sementara kita melakukan kewajiban kita. Saudara-saudariku,.. Dalam masa pemilihan anggota legislatf, pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden, biasanya banyak menggunakan “politik hitam” (memfitnah lawan politik dengan berita-berita yang menghancurkan). Tindakan ini bisa menjadi provokasi untuk saling menghancurkan secara fisik, minimal membalas fitnah kembali. Kalau semua terlibat seperti itu, maka kehancuran negara kita tinggal menunggu waktu. Sebagai anak-anak Bapa, kita bisa mewarnainya dengan sikap yang baik. Menasihati jika didengarkan, minimal memberi keteladanan hidup dengan tidak melakukan yang seperti itu. Gambaran lain dalam penjelasan Yesus Kristus mengenai praktek kasih ini adalah tentang peradilan yang dituntutkan oleh seseorang karena menginginkan baju kita. Kehilangan baju dan jubah merupakan kerugian bagi harta (ayat 40). Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Ini perkara yang tidak mudah. Dalam praktek sehari-hari, bukan hal aneh lagi bila penanganan hukum dimanfaatkan untuk menimbulkan kerugian yang sangat besar. Walaupun para hakim berlaku adil dan sangat berhati-hati [79] sekalipun, masih saja ada kemungkinan bagi orang jahat yang tidak mengacuhkan sumpah dan mudah melakukan pemalsuan, untuk merampas “jubah” seseorang melalui jalur hukum/ peradilan. Janganlah heran akan perkara itu, tetapi bila mengalami kejadian seperti itu, daripada menggunakan hukum guna membalas dendam, daripada mengajukan surat permohonan atau mati-matian mempertahankan perkaramu yang sungguh-sungguh benar itu, biarlah orang itu juga mengambil jubahmu sekalian. Jika persoalannya kecil hingga bisa kita abaikan tanpa menimbulkan kerugian berarti bagi keluarga kita, adalah baik untuk mengalah demi perdamaian. Ini tentu bukan perkara mudah untuk mengamini ajaran Tuhan ini, apalagi sekarang ini, oleh karena Warga negara Indonesia sudah sadar hukum, maka sedikit-sedikit perkara semua diajukan ke lembaga peradilan. Tuhan Yesus Kristus melanjutkan pengajarannya (ayat 41). "Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil". Maksudnya adalah bahwa orang Kristen sebagai anak-anak Bapa harus mengalah terhadap kerugian kecil dan tidak mempermasalahkannya. Jika kerugian yang ditimbulkan menyebabkan kita terpaksa mengadakan perbaikan, hal ini haruslah dilakukan demi penyelesaian yang baik. Meskipun kita tidak boleh mencari masalah, kita harus menyambutnya dengan ceria di tengah kewajiban kita dan berusaha menanganinya sebaik-baiknya. Kita harus bersikap dermawan dan murah hati (ayat 42), bukan saja tidak boleh menyakiti sesama, malah sebaliknya, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk berbuat baik kepada mereka. Kita harus siap memberi, "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Bila memiliki kemampuan, anggaplah permintaan orang miskin sebagai kesempatan untuk memberikan derma." Saat seseorang yang benar-benar patut menerima derma muncul, kita harus bersedia memberi pada kesempatan [80] pertama. Berikanlah bagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang. Namun, perbuatan dermawan kita haruslah dilakukan dengan sewajarnya, supaya jangan kita memberikannya kepada orang yang malas dan tidak layak menerimanya. Kita harus memberikannya kepada orang-orang yang membutuhkannya dan memang layak menerimanya. "orang yang mau meminjam dari padamu, janganlah menolak.” Kalau kita memang diberi kemampuan dan berkah Tuhan, janganlah tolak orang-orang yang membutuhkan dan jangan mengarang alasan untuk mengusir mereka. Oleh karena itu, kita harus siap siaga dalam berbuat baik namun tetap bijaksana kepada orang-orang yang memang betulbetul membutuhkan, bukan orang yang malas mencari rejeki dengan cara yang halal atau orang yang melakukan managemen keuangan yang buruk demi kenikmatan sesaat. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kasih yang diajarkan Yesus Kristus dalam perikop ini ialah kasih yang masuk akal, yang mampu mengatasi kebencian. Kasih itu sejenis dengan tindakan kasih Allah terhadap orang-orang yang memberontak, sehingga menunjukkan bahwa orang yang mengasihi sedemikian itu adalah benarbenar anak-anak Bapa. Perintah karena itu haruslah kamu sempurna adalah dalam rangka meneladan kepada kasih Allah Bapa. Sebagaimana kasih Allah Bapa itu sempurna, tidak mengabaikan kelompok mana pun, demikianlah juga anak-anak Allah Bapa. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kita mungkin pernah mendengar atau menyaksikan kejadian-kejadian ini: * Disaat lembaran ALKITAB dijadikan bungkus tempe oleh seseorang, mungkin itulah cara ALLAH mengingatkan umatnya untuk selalu membaca FIRMANNYA. Tidak perlu kita teriak teriak supaya pelakunya dipenjarakan atau mengajak orang lain untuk membunuhnya, karena ALLAH dan Alkitab tidak perlu dibela. [81] * Disaat GEREJA DIBAKAR, mungkin itulah cara ALLAH mengingatkan umatnya bahwa api neraka menunggu orang-orang yang tidak percaya padaNYA. * Disaat tangan-tangan kreatif membuat gambar TUHAN YESUS DAN BUNDA MARIA disandal jepit, mungkin itulah cara ALLAH mengingatkan umatnya bahwa YESUSLAH JALAN, KESELAMATAN DAN HIDUP. DAN HORMATILAH AYAH DAN IBUMU AGAR LANJUT UMURMU DI TANAH YG DIBERIKAN TUHAN KEPADAMU. * Disaat ada orang yang menggambar SETAN yang berwajah manusia mengenakan kalung SALIB, disitu kita diingatkan ALLAH bahwa di dunia ini telah muncul NABI-NABI PALSU DIMANA SESAMA MANUSIA LEBIH MENAKUTKAN DARIPADA SETAN, DAN UMAT ALLAH WAJIB MEMIKUL SALIBNYA * Disaat GEREJA DITUTUP DAN DISEGEL, mungkin itulah cara ALLAH mengingatkan umatnya bahwa ALLAH itu selalu hadir didalam hati umatNYA, dimanapun mereka berada. Selamat melaksanakan kasihNya secara sempurna sebab kita anak-anak Bapa. Kiranya Tuhan ALLAH memberkati kita semua. Amin. (PA). [82] RANCANGAN KHOTBAH, 26 FEBRUARI 2017 EPIFANI VIII ; WARNA LITURGI PUTIH Leksionari: Keluaran 24:12-18; Mazmur 2; 2 Petrus 1:16-21; Matius 17:1-9. Bacaan Kotbah: Keluaran 24:12-18. TERPIILIH UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN TUJUAN: 1. Jemaat mengetahui bahwa kita adalah umat Israel rohani yang terpilih menjadi umat kesayanganNya. 2. Jemaat mengetahui bahwa sebagai umat pilihanNya, kita harus taat pada firmanNya. 3. Jemaat mengetahui bahwa hamba-hamba Tuhan yang terpilih melayani umat adalah utusanNya agar jemaat melihat kemuliaan Tuhan. A. PENAFSIRAN TEKS: Selama satu tahun bangsa Israel tinggal di Sinai terlaksanalah dua hal yakni pertama, Israel menerima Hukum Allah dan memperoleh pengajaran tentang jalan-jalan Allah dan yang kedua, orang-orang yang lolos dari Mesir dipersatukan menjadi awal dari satu bangsa. Periode ini paling penting untuk memahami kehendak dan maksud Allah sebagaimana dinyatakan dibagian Perjanjian Lama selanjutnya. Inilah inti dari apa yang sering disebut dalam Alkitab sebagai Taurat. Catatan dari kehidupan mereka di Sinai serta Taurat yang diberikan kepada mereka di sana bukan hanya merupakan pokok bahasan selanjutnya dari Kitab Keluaran namun juga dari seluruh Kitab Imamat dan pasal-pasal pertama dari Kitab Bilangan. [83] Umat Israel dikenal sebagai umat pilihan Allah, umat perjanjian. Israel dipilih Allah bukan karena bangsa ini adalah bangsa yang paling baik dibandingkan bangsa-bangsa lain, tetapi karena anugerah Allah semata. Itulah pilihan Allah yang didasarkan pada kehendak bebasNya dengan berbagai pertimbanganNya. Ia mau membawa umat Israel dalam suatu babak baru kehidupan berkelimpahan di tanah perjanjian, yakni Kanaan: negeri yang berlimpah susu dan madu, negeri yang diberkati Allah. Dengan umat pilihanNya itu, Ia mau mengikat perjanjian. Setelah perjanjian itu ditetapkan, masih perlu diberikan suatu bentuk lahiriah yang nyata bagi perjanjian yang baru saja diadakan dengan umat-Nya tersebut. Ia membangun sebuah ikatan persekutuan yang jelas dimana Dia dapat menyatakan diri kepada umat-Nya dan mereka dapat menghampiri Dia. Dia bukanlah Allah yang mau memaksakan kehendakNya, tetapi Ia ingin umat Israel juga menyatakan persetujuan untuk menjadi umat kesayanganNya. Inti perjanjian itu menekankan hubungan antara Allah dengan bangsa Israel: Allah menjadi Tuhan umat Israel dan Israel menjadi milik kesayanganNya. Allah menawarkan dalam Keluaran 19:4-6a : “Kamu sendiri telah melihat apa yang telah Ku lakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Bangsa Israel menyatakan bersedia melakukan apa yang Tuhan Allah perintahkan, pertanda mereka setuju mangadakan perjanjian itu (Keluaran19:8). [84] Perjanjian berhubungan dengan aturan. Israel mau menjadi umat kesayangan Allah, mau menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus, maka ia harus menaati aturan agar dapat menjalani hidup dengan perilaku imam dan hidup dalam kekudusan untuk menyenangkan hati Allah. Dengan persetujuan itu, Allah memberikan isi perjanjian berupa aturan. Kesepuluh Hukum harus ditaati Israel bersama berbagai peraturan-peraturan praktis yang dapat kita baca dalam Keluaran 20-24. Sebagai umat yang mau mengadakan perjanjian mereka harus menaati peraturan sebagai isi dari perjanjian yang telah disepakati. Bahkan mereka mengadakan upacara pengikatan perjanjian penuh khidmat (Keluaran 24:1-8). Dalam keseluruhan bagian kitab Keluaran19-24, kita temukan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan aturan dan untuk melaksanakan perjanjian itu dibutuhkan ketaatan. Untuk itu Musa dipanggil naik ke atas gunung untuk waktu yang lama. Berbagai petunjuk ilahi itu meliputi semua rincian, sebab semuanya penting dalam hubungannya dengan rancangan Allah. Pada saat yang sama, ketidakhadiran Musa merupakan sebuah ujian terhadap kesungguhan dari dedikasi dan sumpah yang baru saja diucapkan bangsa itu. Loh batu yang akan diberikan bertuliskan Dasa Titah. Hukum dan perintah mungkin termasuk juga berbagai petunjuk (Taurat) bagi tempat ibadah dan para imam serta hukum-hukum yang kini terdapat dalam Imamat dan Ulangan. Perikop ini juga memperlihatkan prinsip pendelegasian yang dilakukan Musa berdasarkan perintah Tuhan. Ada aturan dalam bentuk hukum dan perintah yang jelas dan tertulis, yang diberikan Tuhan kepada Musa sekaligus untuk diajarkan kepada bangsa Israel. Disini Musa juga mengajak Yosua mendampinginya. Yosua mendampingi Musa naik ke gunung walaupun tidak berada di dekat Musa ketika Tuhan memberikan hukum-hukum itu. Yosua sedang [85] dipersiapkan Tuhan menjadi pemimpin untuk menggatikan Musa pada masa depan. Yosua telah membantu Musa dalam perang dan sekarang membantu dalam hal rohani. Kepada Harun dan Hur, Musa mendelegasikan tugas dan otoritas untuk mengawasi dan mengatur bangsa Israel. Hal lain yang juga menarik dalam perikop ini adalah tampaknya kemuliaan Tuhan yang dapat disaksikan oleh umat Israel, sedangkan Musa tidak terlihat karena tertutup awan. Dengan demikian, Tuhan bermaksud memakai situasi ini, baik pendelegasian juga hukum dan perintahNya agar umat Israel mengarahkan diri kepada Tuhan, bukan kepada sosok manusia yang kelihatan hebat. Tuhan memakai hukum dan perintah beserta orang-orang yang dipilih-Nya agar umatNya mengarahkan diri hanya kepada Tuhan. B. KONTEKS MASA KINI : 1. Adanya orang Kristen yang masih mengaku Kristen, pergi menjauh dari persekutuan dengan Tuhan dan jemaat serta melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Injil Tuhan. 2. Adanya beberapa orang Kristen yang oleh sebab tertentu keluar dari kekristenan dan beralih kepercayaan lain. 3. Ada beberapa orang yang menjadi (masuk) Kristen. 4. Ada pelayan Tuhan yang tidak memberikan keteladanan hidup bagi anggota jemaat. 5. Banyak pelayan Tuhan yang masih memiliki semangat dan keteladanan hidup dalam melaksanakan tugasnya. C. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH: I. Pendahuluan Pengkotbah dapat menyampaikan ilustrasi atau pengalamanpengalaman yang bisa membawa jemaat untuk memahami perikop [86] yang dibaca, misalnya seseorang dalam memilih pasangannya ada perjanjian dan aturan yang disepakati bersama agar hubungan tetap baik selamanya. Lalu dihubungkan dengan Tuhan memilih Israel sebagai umat kesayanganNya yang juga ada ikatan perjanjian dan aturan untuk ditaati. II. Isi Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai sumbernya, yang menekankan tentang kapasitas Musa sebagai hamba Allah, Yosua yang dipersiapkan dalam kepemimpinan masa depan, serta Harun dan Hur sebagai delegasi Musa dalam mengatur umat Israel selagi Musa di gunung Sinai. Isi teks ini dihubungkan pula dengan pengalaman hidup sehari-hari. III. Penutup Pengkotbah mengingatkan kembali siapa sebenarnya Jemaat itu sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa mereka diberi kekuatan oleh Bapa agar mampu untuk melaksakannya. D. LITURGI Nats Pembimbing Berita Anugrah Nats Pers : Mazmur 1 : 1-6 : I Yohanes 3 : 1-2 : 2 Korintus 8:12-15 NYANYIAN-NYANYIAN KJ 64:1-2 / PKJ 2 2X KJ 21 : 1-2/PKJ 242:1-2 PKJ 255: 1 / KJ 66: 1-3 KJ 427 : 1-4/ KJ 280:1-3 KJ 289 :1-2, 8-9. KJ 410 :1 [87] E. CONTOH KOTBAH JADI TERPIILIH UNTUK MELAKSANAKAN KEHENDAK TUHAN Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Pada masa kini, lazimnya dalam memilih suami atau isteri (pasangan hidup) adalah hak masing-masing anak. Orang tua kadang-kadang hanya memberikan masukan-masukan atau bahkan langsung saja menyetujui. Itu adalah hak anak dalam menentukan pasangannya. Oleh karena itu, seseorang yang memilih pasangannya pastilah sudah memiliki pertimbangan-pertimbangan yang masak, sekaligus itu merupakan haknya pribadi. Terkadang orang lain tidak bisa memahami mengapa seseorang memilih pasangannya. Lalu ketika dua insan lelaki dan perempuan ini setuju untuk hidup bersama, maka janji dan aturan disepakati bersama untuk kelanggengan hubungan mereka. Inipun terjadi ketika Tuhan Allah sang Pencipta langit bumi dan segala isinya memilih Israel sebagai umat kesayanganNya. Manusia mencoba untuk mengetahui alasan mengapa Tuhan Allah memilih Israel, namun manusia tidak akan pernah bisa memahami. Semua kembali pada rahasia Tuhan Allah, itulah hak mutlak Tuhan Allah. Sebagaimana dua insan yang menikah, itu pula yang terjadi ketika Tuhan Allah menjalin hubungan kasih dengan Israel. Janji dan aturan dibuat agar menjadi berkat bagi Israel dan untuk kemuliaan Tuhan Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Umat Israel dikenal sebagai umat pilihan Allah, umat perjanjian. Israel dipilih Allah bukan karena bangsa ini adalah bangsa yang paling baik dibandingkan bangsa-bangsa lain. Tetapi karena anugerah Allah semata. Itulah pilihan Allah yang didasarkan pada kehendak bebasNya dengan berbagai pertimbanganNya. Sama seperti ketika seorang lelaki memilih [88] isteri. Ia mau membawa umat pilihanNya itu dalam suatu babak baru kehidupan berkelimpahan di tanah perjanjian, yakni Kanaan: negeri yang berlimpah susu dan madu, negeri yang diberkati Allah. Demikian sayangnya Ia kepada umat Israel, Ia ingin mengikat perjanjian antara Dia dan umat Israel. Dia bukanlah Allah yang mau memaksakan kehendakNya, tetapi Ia ingin umat Israel juga menyatakan persetujuan untuk menjadi umat kesayanganNya. Inti perjanjian itu menekankan hubungan antara Allah dengan bangsa Israel: Allah menjadi Tuhan umat Israel dan Israel menjadi milik kesayanganNya. Allah menawarkannya dalam Keluaran 19:4-6a : “Kamu sendiri telah melihat apa yang telah Ku lakukan kepada orang Mesir, dam bagaimana aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepadaKu. Jadi sekarang, jika kamu sungguhsungguh mendengarkan firmanKu dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Bangsa Israel menyatakan bersedia melakukan apa yang Tuhan Allah perintahkan, pertanda mereka setuju mengadakan perjanjian itu (Keluaran 19:8). Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Perjanjian berhubungan dengan aturan. Begitupun Israel, bersedia mengikat perjanjian, berarti ia harus menaati semua aturan yang Allah tetapkan. Israel mau menjadi umat kesayangan Allah, mau menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus, maka ia harus menaati aturan agar dapat menjalani hidup dengan perilaku imam dan hidup dalam kekudusan untuk menyenangkan hati Allah. Dengan persetujuan itu, Allah memberikan isi perjanjian berupa aturan. Kesepuluh Hukum harus ditaati Israel bersama berbagai peraturan-peraturan praktis yang dapat kita baca dalam Keluaran 20-24. Sebagai umat yang mau mengadakan perjanjian mereka harus menaati peraturan sebagai isi dari perjanjian yang telah [89] disepakati. Bahkan mereka mengadakan upacara pengikatan perjanjian penuh khidmat (Kel 24:1-8). Dalam pasal-pasal tersebut kita temukan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan aturan dan untuk melaksanakan perjanjian itu dibutuhkan ketaatan. Umat Israel harus menaati aturan yang difirmankan Allah. Dan Kita sebagai orang Kristen pun harus menaati kehendak Tuhan Allah. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Setelah umat Israel mengadakan suatu perjanjian dengan Allah, maka mereka mencoba untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka yakni sebagai umat perjanjian yang dikasihi Allah. Mereka harus siap bertata laku seperti apa yang Tuhan kehendaki, sesuai dengan perintah Tuhan dalam serangkaian aturan yang telah difirmankan. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kita dapat menemukan dalam perikop yang kita renungkan ini sebagai petunjuk bagaimana sikap kita untuk memulai babak baru dalam kehidupan kita. Pertama, kita belajar dari Musa. Musa selalu mendengar dan taat pada firman Tuhan. Ketika Tuhan Allah berfirman, dengan segera ia melakukan firman itu. Untuk memasuki babak baru dalam kehidupan kita, mau mendengar dan taat sangatlah dibutuhkan. Kita harus taat dan segera melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan. Berdasarkan perintah Tuhan yang sesuai dengan isi Alkitab, seorang pemimpin jemaat/ pelayan Tuhan harus mau mendengar, menaati dan segera melakukan yang terbaik dalam pelayanan sesuai dengan kebutuhan jemaat dan kemuliaan namaNya. Musa adalah hamba Tuhan yang mempersiapkan segala sesuatu. Ia mempersiapkan Harun dan Hur untuk menyelesaikan masalah. Ia juga mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Untuk memasuki babak baru dalam kehidupan kita, kitapun harus mempersiapkan segala sesuatu. Sepasang kekasih yang bersepakat untuk menikah haruslah [90] mempersiapkan rancangan acara pernikahan, rancangan masa depan ketika nanti berumah tangga dan memikirkan persoalan-persoalan yang mungkin terjadi sehingga bisa dipertimbangkan dan diatasi sedini mungkin. Mereka harus mempertimbangkan dan mempersiapkan banyak hal, terutama mempersiapkan diri masing-masing untuk bertemu Allah dalam kehidupan rumah tangga yang dipenuhi berbagai aturan baru. Musa adalah orang yang sabar. Ia punya kesabaran menanti waktu Tuhan. Musa harus menunggu Tuhan memanggilnya selama 6 hari, dan harus tinggal 40 hari 40 malam untuk menerima hukum dan perintah Tuhan. Sungguh membutuhkan kesabaran. Lalu kira-kira apa yang ia lakukan selama 6 hari ia menunggu? Pasti sambil menunggu, ia mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Ia merenung: apakah ia dan orang Israel mampu melakukan semua perintah Tuhan? Ia dalam perenungan yang sungguh menunggu Tuhan berkenan memanggilnya. Kita sebagai manusia yang sedang menanti setiap babak baru dalam hidup ini pun butuh waktu untuk mempersiapkan diri dan harus sabar. Mampukah kita menaati peraturan-peraturan yang ada? Sulit memang, tapi Tuhan pasti memberkati agar segala sesuatu terasa ringan. Kedua, belajar dari kesetiaan Yosua. Yosua adalah pelayan Musa yang selalu setia mendampingi Musa. Mungkin kala itu, ia terkesan tidak terlalu penting karena tidak dikisahkan lebih lanjut apakah Yosua mendampingi Musa sampai ke puncak gunung. Tetapi ketika Musa harus segera melaksanakan firman Tuhan, ia mendampinginya. Dari Yosua kita belajar kesetiaan untuk melakukan yang terbaik bagi sesama kita. Melakukan yang terbaik bagi atasan kita dalam pekerjaan, melakukan yang terbaik bagi isteri kita sebagai sosok yang dihargai dan dicintai, melakukan yang terbaik bagi sosok suami yang kita hormati dan cintai dan melakukan yang terbaik untuk orang tua. [91] Ketiga, meminta pendapat dan bantuan kepada orang yang tepat untuk berbagai persoalan. Dalam ayat 14, Musa berpesan kepada para tua-tua yakni pemimpin umat Israel untuk tinggal di suatu tempat dan apabila ada perkara/ persoalan datanglah kepada Harun, saudara Musa dan Hur, pemuka bangsa Israel yang kala itu ditugaskan sebagai hakim mereka. Ya, memang persoalan tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia dan Allah dapat mempercayakan penyelesaiannya kepada orang-orang khusus yang dianggap mampu membantu sesamanya. Kita butuh orang-orang yang tepat untuk membantu kita. Untuk memulai babak baru dalam kehidupan, pasti tak luput dari masalah. Kalau kita merasa sulit mengatasinya, mintalah bantuan kepada orang-orang yang tepat, orangorang yang dapat dipercayai. Namun jangan lupa, sebagaimana kemuliaan Tuhan tampak di atas gunung Sinai yang dapat disaksikan oleh umat Israel, sedangkan Musa tidak terlihat karena tertutup awan, maka fokus kita hanya kepada Allah dan bukan kepada manusia yang sekedar alatNya. Bersyukurlah kepada Tuhan Allah karena Ia berkenan memakai manusia sebagai saluran pertolonganNya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Apabila kita siap memasuki babak baru dalam kehidupan, pandanglah Allah dalam kemuliaanNya karena Ia mau menyatakan hal-hal yang luar biasa bagi kehidupan kita, asalkan kita mau hidup kudus, melakukan halhal yang berkenan di hadapan Allah, menjaga relasi dengan Allah setiap waktu dalam doa dan ibadah, dan hidup menurut aturan yang diperintahkan Tuhan. Niscaya kita dapat melihat dan merasakan kemuliaan dan kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Dan dengan kemahakuasaanNya kitapun mampu melakukan yang terbaik bagi sesama, baik bagi isteri, suami, pekerjaan, pendidikan dan lainnya dalam setiap babak baru kehidupan kita. Tuhan memakai hukum dan perintah beserta orang-orang yang dipilih-Nya agar umatNya mengarahkan diri hanya kepada Tuhan. Tuhan menolong kita. Amin. (PA). [92] RANCANGAN KHOTBAH, 11 JUNI 2017 TRINITAS I ; WARNA LITURGI HIJAU Leksionari: Kejadian 1:1-2, 4a; Mazmur 8; 2 Korintus 13:11-13; Matius 28:16-20. Bacaan Kotbah: 2 Korintus 13:11-13. YANG MAU MENDENGAR DAN MELAKUKAN AKAN DIBERKATI TUJUAN: 1. Jemaat dapat mengetahui bahwa yang mau mendengar nasihat yang baik dan melakukannya akan diberkati oleh Tuhan Allah. 2. Jemaat mampu melaksanakan nasihat-nasihat baik dari para pelayan Tuhan maupun langsung dari Alkitab agar memperoleh damai sejahtera dari Allah Bapa. A. PENAFSIRAN TEKS: Rasul Paulus mengakhiri suratnya dengan desakan, salam dan berkat. Semua ini dimaksudkan untuk menekankan mengenai dasar dan pentingnya kedisiplinan menjadi jemaat yang beriman sekaligus kesatuan diantara jemaat Korintus dan antara jemaat Korintus dengan dirinya. Penekanan kesatuan itu didasarkan bahwa mereka satu tubuh Yesus Kristus. Ada lima hal yang ditekankan Paulus untuk jemaat Korintus yaitu: (1) bersukacitalah ("bergembiralah”) Bagaikan seorang ayah yang ingin anaknya bertumbuh menjadi dewasa, demikian pesan Allah melalui Rasul Paulus kepada jemaat Korintus agar menjadi orang percaya yang dewasa. Bersukacitalah adalah bagian dari sikap dewasa seseorang dalam menghadapi pergumulan. Ditengah-tengah pergumulan yang dialami oleh jemaat Korintus sebagaimana diuraikan dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan mengatakan tetaplah bersukacita. Bersukacita dalam pengharapan berarti mengimani Allah [93] akan memberikan pertolongan dalam melewati pergumulan itu dengan kemenangan.; (2) usahakan dirimu sempurna ("memulihkan kepada keadaan semula") Kata menjadi sempurna, berarti setiap orang perlu menguji diri sendiri, menyelidiki, apakah tetap teguh dalam iman, apakah benar-benar tetap sebagai orang Kristen sejati. Rasul Paulus meminta jemaat Korintus untuk memeriksa kerohanian mereka. Pergumulan dan permasalahan jangan membuat kalah atau menurun. Rasul Paulus menyebut pesan Allah sesuai pengalaman hidupnya, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Korintus 12:9). Ia juga mengatakan, “Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna” (2 Korintus 13:9). (3) terimalah segala nasihatku; maksudnya adalah agar jemaat Korintus menerima nasihat yang bersumber dari firman dan Roh Kudus. Para rasul dipakai oleh Allah untuk menguatkan orang percaya dan bukan untuk menjatuhkan. Firman Tuhan memberi nasihat yang perlu setiap hari. Persekutuan dan teman-teman seiman adalah tempat Roh Kudus bekerja. (4) sehati sepikirlah kamu (pikirkan hal yang sama) Jemaat Korintus juga harus sehati sepikir dalam menghadapi permasalahan yang ada. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang-orang di Korintus harus menghadapi permasalahan mereka sendiri, apakah tindakan, perilaku dan situasi mereka masih cocok dan sesuai dengan pesan Injil. (5) hiduplah dalam damai sejahtera. Pertentangan di antara jemaat membuat mereka tidak lagi bersukacita, penuh dengan irihati, egoisme, kesombongan dan permusuhan. Tidak ada lagi damai sejahtera dalam hati jemaat dan persekutuan mereka. Namun mereka tidak dapat lari dari persoalan itu. Memang, dibandingkan dengan lari dari persoalan yang membuat masalah tidak selesai dan hanya tertunda dan terus menghantui, lebih baik menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. Kunci dari pemecahan masalah itu hanya satu, yakni dengan iman bahwa masalah [94] bisa diselesaikan dengan pertolongan Tuhan (Filipi 4:13). Dan damai sejahtera Allah dipersatukan dalam sebuah janji masa depan dan keberhasilan yang indah. Paulus menyatakan perlunya jemaat Korintus untuk saling mendukung dengan memberi salam dengan cium kudus. Dalam PB frasa cium kudus ini muncul sebanyak 5 kali (Rm 16:16; 1 Kor 16:20; 2Kor 13:12; 1 Tes 5:26; dan 1 Ptr 5:14). Ciuman dalam lingkungan kekristenan mula-mula lebih bernuansa teologis ketimbang sosial dan tidak pernah dimaksudkan sebagai tindakan erotis. Dalam cium kudus, ada makna kesatuan, penerimaan, pengampunan, kesetaraan dan kasih persaudaraan di antara sesama anggota jemaat dalam Kristus. Memang ada hal penting yang perlu disampaikan bahwa dikemudian hari praktik ini menimbulkan penyimpangan dalam jemaat. Hal ini terindikasi dari kecaman Bapakbapak Gereja terhadap penyalahgunaan cium kudus dalam ibadah sebagai kesempatan untuk meluapkan birahi. Praktik menyimpang ini juga terlihat dilakukan sekitar akhir tahun 1970-an oleh para penganut Children of God yang sempat masuk ke Indonesia. Cium yang kudus yang dimaksudkan Paulus sebenarnya ialah cium yang lazim dalam ibadat dan yang melambangkan persaudaraan Kristen, bukan berdasar nafsu ketertarikan sexual. Ini bisa dibandingkan juga yang terdapat dalam Roma 16:16, 1 Korintus 16:20 dan 1 Tesalonika 5:26. Paulus kemudian mengakhiri suratnya dengan berkat, yang mengingatkan jemaat Korintus akan kesatuan mereka dengan Allah Tri Tunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus. KesatuanNya mengalirkan berkat anugerah, kasih dan persekutuan. B. KONTEKS MASA KINI : 1. Adanya orang Kristen yang masih mengaku Kristen, pergi menjauh dari persekutuan dengan Tuhan dan jemaat serta melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Injil Tuhan. [95] 2. Adanya beberapa orang Kristen yang oleh sebab tertentu keluar dari kekristenan dan beralih kepercayaan lain. 3. Ada beberapa orang yang menjadi Kristen. 4. Ada pelayan Tuhan yang tidak memberikan keteladanan hidup bagi anggota jemaat. 5. Banyak pelayan Tuhan yang masih memiliki semangat dan keteladanan hidup dalam melaksanakan tugasnya. 6. Adanya Jemaat yang bergumul mengenai ketidaksepahaman ide, ajaran dan lainnya, yang menumbuhkan perpecahan jemaat, baik satu jemaat lokal, antar jemaat dalam satu denominasi maupun antar denominasi gereja. 7. Adanya kesatuan dan saling bekerjasama dalam jemaat, antar jemaat maupun antar denominasi gereja. C. SARAN PENYUSUNAN KOTBAH: I. Pendahuluan Pengkotbah dapat menyampaikan ilustrasi atau pengalamanpengalaman yang bisa membawa jemaat untuk memahami perikop yang dibaca, misalnya tentang mau mendengar dan melaksanakan nasihat tentang program diet. Jika menaatinya maka akan membawa sejahtera bagi dirinya. Ilustrasi ini lalu dihubungkan dengan nasihat rasul Paulus kepada jemaat Korintus dimana bila menaati nasihatnya maka mereka akan memperoleh damai sejahtera dari Tuhan Allah. II. Isi Pengkotbah dapat menyebutkan pendalaman teks dengan pelbagai sumbernya, yang menekankan tentang maksud nasihat-nasihat rasul Paulus kepada Jemaat Korintus. Isi teks ini dihubungkan pula dengan pengalaman hidup sehari-hari. [96] III. Penutup Pengkotbah mengingatkan kembali siapa sebenarnya Jemaat itu sekaligus memberikan motivasi kepada Jemaat bahwa mereka diberi kekuatan oleh Tuhan Allah agar mampu mendengar setiap nasihat baik dan dengan disiplin melaksanakannya. D. LITURGI Nats Pembimbing : Amsal 3: 1-4 Berita Anugrah : 1 Korintus 15: 57-58 Nats Persemb :Amsal 3: 9-10 Nyanyian : KJ 21 PKJ 04 KJ 260 PKJ 187 KJ 338 PKJ 264 KJ 450 PKJ 147 KJ 422 PKJ 182 KJ 249 PKJ 230 E. CONTOH KOTBAH JADI YANG MAU MENDENGAR DAN MELAKUKAN AKAN DIBERKATI 2 Korintus 13:11-13 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Ada pepatah yang hidup di kalangan orang yang harus diet ketat (mengatur pola makan) yakni “kalau engkau ingin makan kue, makanlah wortel”. Artinya, banyak hal yang membuat orang yang diet (mengatur pola makannya) tergoda untuk memakan makanan-makanan yang diluar [97] program dietnya. Kalau ingin program dietnya berhasil, maka ia harus menaati program diet dengan memakan makanan tertentu dan menghindarkan diri dari makanan lain yang memang tidak boleh dimakan. Diet biasanya dilakukan untuk penurunan berat badan dan mengatasi sakit tertentu. Jika program diet yang dianjurkan oleh dokter atau ahli gizi dilaksanakan dengan disiplin, maka keberhasilan tersebut membawa kesehatan dan kesejahteraan bagi si pelaku diet. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Pentingnya taat pada nasihat akan membawa kesejahteraan. Demikian pula bagi jemaat Tuhan di Korintus, dalam penutupan suratnya, rasul Paulus menekankan bahwa jika mereka mau mendengarkan nasihat dan mendisiplinkan diri melakukan apa yang dinasihatkan olehnya yakni “bersukacitalah, usahakan dirimu sempurna, terimalah segala nasihatku, sehati sepikirlah kamu dan hiduplah dalam damai sejahtera” maka damai sejahtera Allah akan menyertai mereka. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Rasul Paulus mengirim suratnya berisi nasihat yang demikian: pertama, bersukacita dan usahakanlah dirimu supaya sempurna (ayat 11a). Bagaikan seorang ayah yang ingin anaknya bertumbuh menjadi dewasa, demikian pesan Allah melalui rasul Paulus kepada jemaat Korintus dan kita semua agar menjadi orang percaya yang dewasa. Ditengah-tengah pergumulan yang dialami oleh jemaat Korintus sebagaimana diuraikan dalam pasal-pasal sebelumnya, firman Tuhan mengatakan tetaplah bersukacita. Demikian pula dalam persoalan dan pergumulan hidup kita sehari-hari, kita juga harus tetap dalam sikap bersyukur dan bersukacita, dalam arti bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan dan bertekun dalam doa. Bersukacita dalam pengharapan berarti kita mengimani Allah akan memberikan pertolongan dalam melewati pergumulan itu dengan kemenangan. Kita juga diminta [98] agar dalam situasi kesesakan yang kita alami, kita tetap sabar terhadap diri sendiri dan juga sabar pada pertolongan Allah. Sikap itu akan saling mendukung ketika kita tambahkan bertekun dalam doa, sebab doa kepada Allah kita yang hidup membuat kita terus terhubung dan kuasa-Nya akan mengalir dalam kehidupan kita dan memampukan kita melewati semuanya dengan baik. Kata menjadi sempurna, berarti setiap orang perlu menguji diri sendiri, menyelidiki, apakah kita tetap teguh didalam iman, apakah kita benar-benar tetap sebagai orang Kristen sejati. Sebagaimana kita melakukan pemeriksaan umum tubuh fisik (general check up) di rumah sakit/ klinik, rasul Paulus meminta kita untuk memeriksa kerohanian kita. Kita harus mencari pertumbuhan kehadiran Kristus dan kuasa-Nya di dalam kehidupan kita, sehingga dengan begitu kita tahu bahwa kita adalah seorang Kristen sejati dan bukan penipu. Ada prinsip, jika kita tidak mengambil langkah bertumbuh lebih dekat kepadaNya, berarti kita menarik diri lebih jauh dari-Nya, sebab iblis dan si jahat terus bekerja. Pergumulan dan permasalahan jangan membuat kita kalah atau menurun. Rasul Paulus menyebut pesan Allah sesuai pengalaman hidupnya, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Korintus 12:9). Ia juga mengatakan, “Sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna” (2 Korintus 13:9). Menjadi sempurna adalah panggilan orang percaya. Menjadi sempurna berarti menjadi serupa dengan Kristus. Sebagaimana kerinduan rasul Paulus dinyatakan dengan kalimat, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Filipi 3:10). Kita tidak mungkin tidak berdosa sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Namun oleh kasih karunia kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Manusia harus sekuat tenaga dan upaya untuk menjauhkan diri [99] dari dosa dan berusaha hidup seturut dengan firman-Nya. Tujuan semua itu adalah agar serupa dengan Kristus dan menjadi sempurna seperti firman-Nya, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Yang kedua: terimalah nasihat dan sehati sepikir (ayat 11b), maksudnya adalah agar jemaat Korintus dan juga kita menerima nasihat yang bersumber dari firman dan Roh Kudus. Para rasul dipakai oleh Allah untuk menguatkan orang percaya dan bukan untuk menjatuhkan. Firman Tuhan memberi kita nasihat yang perlu setiap hari. Persekutuan dan teman-teman seiman adalah tempat Roh Kudus bekerja. Tidak ada ruang dalam persekutuan untuk melemahkan sesama rekan seiman. Kita perlu memperhatikan dan menguatkan teman-teman yang membutuhkan. Kita juga perlu membuka diri atas pikiran orang lain. Seseorang pemberi nasihat tidak harus lebih “pintar” dari yang diberi nasihat. Ada hal-hal tertentu dan sudut pandang yang dimiliki seseorang yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Seorang juara dunia dalam bidang apapun perlu nasihat dari pelatihnya, sehingga dalam hal ini nasihat itu penting dalam membuka wawasan dan metode berpikir. Apalagi nasihatnya bersumber dari firman Tuhan, maka itu akan sangat baik. Maka dengan ini jangan ragu memberi nasihat sebagaimana Rasul Paulus. Lihat siapa teman kita yang membutuhkan. Itu adalah tugas panggilan dan jangan malah membicarakannya dengan orang lain yang kemudian menjadi gossip. Karena itu kita perlu melayani sesama untuk saling menguatkan dan terus berbagi tentang Injil. Tujuan kita tidak semata-mata hanya membuat orang lain menjadi percaya, tetapi melihat bagaimana iman kita bertumbuh menjadi dewasa. Jemaat Korintus juga harus sehati sepikir dalam menghadapi permasalahan yang ada. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang-orang [100] di Korintus harus menghadapi permasalahan mereka sendiri, apakah tindakan, perilaku dan situasi mereka masih cocok dan sesuai dengan pesan Injil. Memang perlu kita sadari, ketika kualitas jemaat yang diminta tidak ada, maka suatu saat permasalahan akan muncul kembali. Itu bagaikan api dalam sekam. Ancaman akan datang kembali kepada gereja kalau hanya dengan memoles-moles masalah, konflik, dan kesulitan yang mereka hadapi. Gereja tidak boleh dibentuk dan hadir dari proses kegagalan, kelalaian, penolakan, tersembunyi atau kepahitan. Gereja yang sehati sepikir adalah produk ikutan dari kerja keras dalam kebersamaan memecahkan masalah. Pesan Allah kepada jemaat Kristus memang seperti godam yang memukul keras kesulitan mereka, demikian pulalah kita harus menerapkan prinsip-prinsip firman Allah dalam persekutuan jemaat dan bukan sekedar pendengarnya. Berpikir dan bertindak apresiatif sangat diperlukan untuk membangun jemaat Tuhan Yesus Kristus menjadi persekutuan yang semakin indah. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Rasul Paulus memberi teladan dengan berusaha ikut dalam persoalan yang dihadapi jemaat Korintus, meski ia dapat menolak terlibat sampai mereka dapat menyelesaikan masalah perpecahan. Akan tetapi kasihnya yang besar yang berdasar pada kasih Kristus tidak dapat membiarkan jemaat itu bergumul sendirian. Rasul Paulus mengutarakan hal itu dengan tidak mengutamakan jabatan kerasulannya. Kita dapat menggunakan otoritas, perintah, atau ketentuan aturan hukum, organisasi, adat-istiadat atau lainnya untuk menegur atau menghukum mereka yang terlibat masalah. Atau, kita menjauh dengan membuat gossip dan mengarahkan pembicaraan agar pendengar membenci mereka. Tetapi Rasul Paulus melakukan upaya membangun hubungan dengan pendekatan yang baik dan benar: berbagi, dialog dan peduli. Ini memang pendekatan yang sulit dan menguras energi kita secara emosional, tetapi itu adalah pendekatan terbaik dan efektif secara kristiani untuk saling membangun. [101] Yang ketiga: hiduplah dalam damai sejahtera (ayat 11b-12). Pertentangan di antara jemaat membuat mereka tidak lagi bersukacita, penuh dengan irihati, egoisme, kesombongan dan permusuhan. Tidak ada lagi damai sejahtera di dalam hati jemaat dan persekutuan mereka. Namun mereka tidak dapat lari dari persoalan itu. Memang, dibandingkan dengan lari dari persoalan yang membuat masalah tidak selesai dan hanya tertunda dan terus menghantui, lebih baik kita menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada. Kunci dari pemecahan masalah itu hanya satu, yakni dengan iman bahwa masalah bisa diselesaikan dengan pertolongan Tuhan (Filipi 4:13). Allah memberikan kepada kita sebuah situasi dan kondisi yang memungkinkan kita masuk ke dalam damai sejahtera itu dengan caraNya yang unik. Hidup dalam damai sejahtera hanya ada di dalam Yesus, sebagaimana dikatakan-Nya: Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku (Yoh 16:33a). Kalau hanya dengan usaha atau buatan manusia, damai sejahtera hanya dapat diperoleh bersifat sementara. Damai sejahtera dari Allah bisa kita peroleh saat sudah menerima dan masuk ke dalam Kerajaan Sorga dari Tuhan Yesus (Markus, Lukas dan Yohanes memakai istilah Kerajaan Allah), sebab damai sejahtera itu hanya ada di dalam kerajaan itu. Kerajaan sorga yang penuh damai sejahtera itu sudah ada saat ini, bukan berarti bahwa kita harus menunggu Kerajaan Sorga itu digenapi penuh dikemudian hari, melainkan menerima dan menjadikan kerajaan sorga itu hadir saat ini dalam diri setiap orang percaya. Tuhan Yesus berkata, "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu" (Luk 17:20b-21). Siapa yang sudah menempatkan Yesus sebagai Raja dan bersemayam di dalam hidupnya, dan menempatkan Kerajaan Kristus itu sudah hadir dalam kesehariannya, maka sesungguhnya ia akan memiliki damai sejahtera. Alkitab menegaskan, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan [102] minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm 14:17). Hidup dalam damai sejahtera perlu diperlihatkan dalam hubungan seharihari, oleh karena itu Rasul Paulus menyatakan perlunya jemaat Korintus untuk saling mendukung satu sama lain. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Sebelum menutup suratnya Rasul Paulus memberi salam dari seluruh orang kudus kepada jemaat Korintus. Kemudian ia memberi berkat. Berkat ini kemudian terkenal dan lazim diucapkan oleh para pelayan Tuhan pada akhir ibadah. Dalam berkat yang disampaikan oleh Rasul Paulus didalam Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, menguatkan bahwa Allah sangat mengasihi kita semua, baik dalam pergumulan, maupun dalam sukacita dan kehidupan sehari-hari. Kasih Allah dan damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal itu diperuntukkan bagi setiap orang percaya. Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Melalui perikop ini kita diberikan pengajaran pentingnya kedisiplinan iman dalam menghadapi apapun dalam kehidupan kita sehari-hari maupun kehidupan bergereja kita. Dalam kehidupan berjemaat mungkin kita mengalami berbagai persoalan dan permasalahan, akan tetapi nas minggu ini mengingatkan kita harus bersukacita dalam menghadapi hal itu. Persoalan yang datang dapat kita jadikan sebagai jalan untuk membuat kita supaya lebih sempurna. Tuhan Yesus Kristus bekerja dalam setiap persoalan. Memang dalam hal ini perlu keterbukaan dan evaluasi diri sehingga bersedia menerima nasihat khususnya yang bersumber dari firman Allah dan kuasa Roh Kudus. Badai permasalahan apa pun yang kita hadapi hanya dapat diselesaikan dengan cara sehati sepikir. Segala iri hati, kesombongan, dan egoisme harus dihilangkan. Dengan sehati sepikir maka kita akan memperoleh berkat dan hidup dalam damai sejahtera, [103] sehingga Allah Tritunggal, sumber kasih dan damai sejahtera akan terus memberkati kita melalui anugerah, kasih dan penyertaan-Nya hingga akhir zaman. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (PA) [104] RANCANGAN KHOTBAH, 18 JUNI 2017 TRINITAS II ; WARNA LITURGI HIJAU Bacaan Kotbah: Keluaran 19:2-8a. Leksionari:Kejadian 18:1-15(21:1-7),Mazmur 116:1-2,12-19 Keluaran 19:2-8a; Mazmur 100, Roma 5:1-8, Matius 9:35-10:8, (9-23) “HARTA KESAYANGAN TUHAN” Tujuan: 1. Jemaat mengerti bahwa umat Israel adalah harta kesayangan Tuhan di antara semua ciptaan. 2. Jemaat memahami diri sebagai harta kesayangan Tuhan dan mampu mencerminkan hidup yang layak sebagai buah dari umat kesayangan Tuhan. A. LATAR BELAKANG Kitab Keluaran secara harfiah artinya “keluar” atau “jalan keluar” (berangkat dari PL berbahasa Yunani /Septuaginta). Nama Keluaran ini diberikan sebagai penegasan bahwa Allah memilih Musa untuk membawa umat (orang Ibrani) untuk keluar dari perbudakan di Mesir. Ada dua peristiwa penting yang dikisahkan dalam kitab Keluaran ini. Pertama, Keluarnya umat dari Mesir yang diawali dengan lahirnya Musa. Musa dipandang sebagai pangeran di Mesir yang membebaskan umat dari perbudakan di sana. Peristiwa itu ditandai dengan berbagai tulah yang didatangkan Allah untuk memaksa raja Mesir mengijinkan umat keluar. Kedua, Peristiwa di Gunung Sinai. Di sana Allah memberi Sepuluh Firman dan hukum-hukum lainnya kepada Musa dan umat. Maksud hukum-hukum itu adalah agar umat dibimbing bagaimana beribadah kepada Allah dan hidup bersama sebagai umat Allah. Melalui hukum-hukum itu umat diminta [105] untuk membuat Kemah Suci dan berbagai perlengkapan. Perjanjian yang dibuat Allah dengan umat di Sinai didasarkan pada perjanjian Allah dengan Abraham kala itu (Kel. 33:1-3; Kej. 12:1-3,17:1-8). Dan umat hanya akan menerima berkat perjanjian itu apabila umat sungguh-sungguh setia kepada Allah dan menuruti segala yang diperintahkan-Nya. B. PENJELASAN TEKS Saat itu umat Israel dalam perjalanan dari Mesir menuju tanah perjanjian. Mereka sedang berkemah di gunung Sinai, di sanalah Musa menerima hukum dan petunjuk dari Allah termasuk Sepuluh Firman, hukum yang mengatur segala bentuk peribadatan dan kehidupan sehari-hari, di sana ada petunjuk tentang kewajiban imam dan perlengkapan lainnya yang disimpan di Bait Suci. Semua itu menjadi acuan yang membentuk atau sebagai dasar perjanjian antara Tuhan dan umat Israel. Ayat 2: Laporan yang disampaikan pada ayat 1 dan 2 adalah bahwa umat Israel sejak berangkat dari Mesir sampai di padang gurun Sinai ini sudah memakan waktu tiga bulan. Sebelumnya mereka melewati Rafidim. Rafidim adalah tempat perhentian terakhir umat Israel antara Laut Teberau dan gunung Sinai. Kemah orang Israel dibangun di padang gurun Sinai persis menghadap gunung tersebut. Ayat 3: Saat Musa naik ke gunung untuk menghadap Allah, maka Tuhan berfirman agar ia mengatakannya kepada keturunan Yakub, kepada orang Israel. Ini penegasan bahwa Israel adalah bagian dari garis keturunan umat yang masuk dalam perjanjian Allah. Ayat 4: isi perkataan Tuhan adalah bahwa keturunan Yakub dan orang Israel telah melihat apa yang telah Tuhan lakukan kepada orang Mesir, dan [106] bagaimana Tuhan mendukung mereka di atas sayap rajawali dan membawa mereka kepada-Nya. Ayat 5: Bila mereka sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan, berpegang pada perjanjian Tuhan maka mereka akan menjadi harta kesayangan Tuhan di antara segala bangsa, karena Tuhanlah pemilik bumi dan isinya. Menjadi harta kesayangan Tuhan adalah berkat besar. Tetapi ada syarat ketaatan yang harus dijaga, sungguh-sungguh mendengar dan memegang perjanjian dengan Tuhan. syarat ini hendak menegaskan bahwa Allah tetap menjadi wibawa tertinggi. Ayat 6: Umat Israel akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Secara khusus memang keturunan Harun dari suku Lewi telah ditetapkan sebagai imam, tetapi dalam hal ini umat Israel dipilih, dan ditetapkan secara khusus sebagai bangsa yang kudus dan dalam rangka untuk melayani Allah. Ayat 7: Musa memanggil para tua-tua dan menyampaikan apa yang telah difirmankan Tuhan kepadanya di atas gunung Sinai itu. Ayat 8: Tanggapan bangsa Israel ketika mendengar Firman Tuhan yang ditujukan kepada mereka adalah: “Segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan.” Musa pun menyampaikan jawab umat itu kepada Tuhan. Jawaban mereka ini bukan hanya mencerminkan janji individual tetapi juga dalam konteks bangsa. Melalui Musa,Tuhan menyampaikan: 1. “Lihat apa yang telah Aku lakukan kepada orang Mesir dan bagaimana Aku mendukungmu serta membawamu kepada-Ku.” Memperlihatkan tentang Tuhan yang berkuasa menaklukan Mesir dan menopang Israel untuk menjadi milik kepunyaan-Nya. 2. “Karena itu kalau kamu sungguh-sungguh mendengarkan FirmanKu serta berpegang pada perjanjian-Ku maka kamu akan menjadi [107] Harta Kesayanganku di antara bangsa di muka bumi.” Memperlihatkan bahwa Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya. Di dalam bumi ada banyak ciptaan dan banyak bangsa. Hanya Israel yang akan menjadi Harta Kesayangan kalau mereka mendengarkan firman Tuhan dan berpegang pada perjanjian-Nya. 3. Umat Israel juga akan menjadi umat yang dipilih dan dikhususkan serta ditetapkan untuk melayani Allah. Respon: Setelah Musa menyampaikan, maka umat secara serempak menjawab bahwa segala yang difirmankan Tuhan akan dilaksanakan. C. KONTEKS MASA KINI Seseorang atau sebuah kelompok akan menjadi pihak yang disenangi dan dihargai apabila orang atau mereka mengikuti aturan main yang telah menjadi kesepakatan. Aturan main dimaksud adalah berbagai ketetapan dan termasuk nilai-nilai luhur yang berkembang. Dan sebaliknya seseorang atau sebuah kelompok tidak akan mendapat tempat di hati pihak-pihak tertentu bila dalam praktik hidupnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki bersama. Mungkin orang atau kelompok tersebut dapat saja dikucilkan dari komunitas. Dalam kehidupan berkeluarga tidak menutup kemungkinan ada beberapa keluarga yang cenderung memposisikan salah satu anaknya secara spesial dibanding anak yang lain. Hal itu bisa disebabkan karena sejak kelahirannya ada kelainan dalam diri anak itu sehingga ia diperlakukan secara khusus dengan penuh cinta kasih dibanding kakak atau adiknya. Atau, mungkin karena anak tersebut dari sisi kecerdasan intelektualnya lebih menonjol dibanding kakak atau adiknya sehingga ia begitu diperhatikan, ia sangat disayangi dan bahkan selalu mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Bulan-bulan seperti ini (Juni-Juli) anak yang [108] mendapat perhatian khusus ini sudah mulai menyibukkan orangtuanya untuk keberlanjutan studinya. Sekolah atau perguruan tinggi yang favorit dan fasilitas yang cukup menjadi salah satu indikator bagaimana ia begitu sangat diperhatikan dan disayang. Itulah fenomena yang sering terjadi bahwa selalu ada alasan ketika seseorang atau sebuah kelompok menjadi begitu sangat dikasihi atau dihargai keberadaannya. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang berbeda dengan ciptaan lainnya. Perbedaannya jelas semenjak proses penciptaan. Dilanjutkan dengan pernyataan bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah. Kini manusiapun tidak tergantikan oleh ciptaan lain sebagai ciptaan yang spesial/mulia. Meski demikian, tetap disadari bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa. Keberdosaan manusia semenjak berada dalam kandungan. Manusia mengalami pemulihan tatkala mereka diterima oleh Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Sebelumnya menjadi hamba dosa, pribadi yang terbuang. Penerimaan ini kemudian menjadikan manusia menjadi harta kesayangan Tuhan. Ada orang yang terbuang atau disingkirkan oleh keadaannya atau oleh alasan lain. Hidupnya merana dan merasa tidak memiliki masa depan yang baik. Sesungguhnya dalam kondisi demikian, ia akan menjadi berarti dan memiliki kepastian masa depan bila ia mendapatkan penerimaan dari orang lain. D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH 1. Awali khotbah ini dengan pertanyaan: Bagaimana rasanya atau apa yang dirasakan kalau ibu/bpk-sdr/i diberitahu oleh pihak lain bahwa ibu/bpk-sdr/i [109] adalah orang yang sangat spesial/sangat berarti dalam hidupnya? (Berikan kesempatan kepada jemaat yang hadir untuk menjawab atau memberi tanggapan). Setelah mendapat beberapa tanggapan dari warga jemaat, pengkhotbah bisa melanjutkan dengan pertanyaan: Bila ibu/bpk-sdr/i senang dan bersukacita karena menjadi orang yang spesial/orang yang berarti bagi pihak lain, apa kira-kira yang akan dilakukan sebagai pribadi yang spesial dan berarti itu? Cukup dengan senang dan bahagia sajakah atau apa yang mesti dilakukan lagi? 2. Setelah pengkhotbah mendapat tanggapan dari jemaat atas pertanyaanpertanyaan di atas, maka pengkhotbah melanjutkan ulasannya dengan menyampaikan bahwa Tema khotbah hari ini adalah “Harta Kesayangan Tuhan”. Pokok-pokok yang disampaikan pada bagian ini antara lain: Umat Israel diingatkan bahwa mereka bisa melepaskan diri dari kekuatan raja Mesir, itu bukan karena hebat dan kuatnya mereka tapi tangan kasih Tuhanlah yang berperkara. Bila umat Israel mau dengan sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan dan berpegang pada perjanjian-Nya (melakukan segala ketetapan-Nya) maka mereka akan menjadi harta kesayangan Tuhan. Respon umat setelah mendengarkan apa yang dikehendaki Tuhan adalah: Kami akan melakukan semua yang difirmankan Tuhan. 3. Pengkhobah mengajak jemaat untuk bersedia menjadi harta kesayangan Tuhan dengan mendengarkan Firman Tuhan dan melakukan segala yang ditetapkan-Nya dengan cara membaca, merenungkan firman Tuhan setiap saat dan gaya hidupnya sesuai dengan segala yang telah ditetapkan dalam firman-Nya. 4. Jemaat disadarkan bahwa kita manusia berdosa dan pantas untuk dihukum bahkan tersingkir dari hadapan Tuhan. Tetapi oleh anugerah-Nya [110] kita diselamatkan melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Dari situlah kita menjadi harta kesayangan-Nya yang senantiasa dipelihara dan dijaga. E. LITURGI Nats Pembimbing Berita Anugerah Nats Persembahan Lagu-lagu: 1. PKJ. 8:1-6 2. PKJ. 23:1 3. PKJ. 124:1-3 4. PKJ. 244:1-2 5. PKJ. 149:1 dst 6. PKJ. 274:1-3 : Mazmur 100:1-5 : Roma 5:5-11 : Mazmur 116:12-14 F. CONTOH KHOTBAH JADI MENJADI HARTA KESAYANGAN TUHAN Keluaran 19:2-8a Ibu, bapak, sdr/I yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Bagaimana rasanya atau apa yang dirasakan kalau anda diberitahu oleh pihak lain bahwa anda adalah orang yang sangat spesial/sangat berarti dalam hidupnya? (Berikan kesempatan kepada jemaat yang hadir untuk menjawab atau memberi tanggapan). Bila ibu/bpk-sdr/i senang dan bersukacita karena menjadi orang yang spesial/orang yang berarti bagi pihak lain, maka apa kira-kira yang akan dilakukan sebagai pribadi yang spesial dan berarti itu? Cukup dengan senang dan bahagia sajakah atau apa yang mesti dilakukan lagi? [111] Tema perenungan firman Tuhan ini adalah “Menjadi Harta kesayangan Tuhan”. Siapakah yang dimaksud atau yang dipandang sebagai “harta kesayangan Tuhan” dalam konteks bacaan kita? Ibu,bapak, sdr/i….jangan GR dulu... karena yang dimaksud harta kesayangan Tuhan dalam perikop ini adalah umat Israel. Setelah tiga bulan mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, ketika mereka berada di padang gurun Sinai, maka naiklah nabi Musa ke atas gunung itu (Sinai) menghadap Allah. Dan Tuhan Allahpun berfirman kepada Musa demikian: Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: Kamu sendiri telah melihat apa yang telah Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab aku yang empunya seluruh bumi. Tuhan Allah melalui nabi Musa bermaksud mengingatkan umat Israel bahwa TUHANlah yang berperkara, Dialah yang berkuasa membebaskan mereka dari penindasan di Mesir. Tuhanlah yang mengangkat dan membawa mereka berada dalam kendali-Nya. Mereka kini sudah bebas dan sedang dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian untuk sepenuhnya menikmati pembebasan tersebut. Dalam perjalanan ini, umat Israel ditawarkan sebuah predikat khusus sebagai harta kesayangan Tuhan, kalau mereka mau mendengarkan firman Tuhan dan berpegang pada janji-Nya maka mereka akan diposisikan sebagai harta kesayangan Tuhan. Sebagai harta kesayangan Tuhan mereka ditetapkan secara khusus untuk melayani Allah. Umat Israel akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Walaupun secara khusus memang keturunan Harun dari suku Lewi [112] telah ditetapkan sebagai imam, tetapi dalam hal ini umat Israel dipilih, dan ditetapkan secara khusus sebagai bangsa yang kudus dan dalam rangka untuk melayani Allah dan menjadi terang bagi segala bangsa. Kesempatan emas untuk mendapatkan posisi sebagai harta kesayangan Tuhan ini tidak disia-siakan oleh bangsa Israel. Mereka secara serempak mengatakan kepada Tuhan melalui Musa: “Segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan.” Sebuah tanggapan positif yang diperlihatkan bangsa Israel kepada Tuhan Allah yang sudah membebaskan mereka dari Mesir. Apabila kita membaca perikop ini (Kel. 19) secara menyeluruh maka kita akan menemukan bahwa sebelum Kesepuluh Firman (Kel. 20) sesungguhnya ada sebuah proses yang harus dilalui oleh Musa dan bangsa Israel. Tidak hanya soal prosedural yang harus ditaati tetapi ada komitmen besar yang dituntut Tuhan yakni kalau mereka mau untuk menjadi harta kesayangan Tuhan, maka mereka harus berkomitmen untuk mendengarkan firman-Nya dan berpegang pada perjanjian-Nya. Ibu, bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Rupanya untuk menjadi atau menerima predikat sebagai “harta kesayangan Tuhan” bukan soal gampang. Walau tampaknya menjadi sesuatu yang lebih dari pihak lain pasti menjadi harapan banyak pihak. Menjadi terkenal, menjadi terhebat dan lainnya. Menjadi “harta kesayangan Tuhan” membutuhkan sebuah komitmen yang tinggi dari bangsa Israel sendiri. Komitmen yang harus sungguh-sungguh dipertahankan dalam kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa yakni bersedia mendengarkan firman Tuhan dan mau pegang teguh pada janji Tuhan. Tuhan inginkan ada tekad yang kuat dalam diri bangsa Israel, sembari mereka harus mengingat bagaimana Tuhan yang setia pada janjiNya telah membebaskan mereka dari Mesir. Sembari mengingat peristiwa [113] itu, harapannya adalah bahwa bangsa ini mau dengan segenap hati untuk dengar-dengaran akan firman Tuhan dan ingat pada janji-Nya. Tekad dan komitmen awal sangat diharapkan bisa diperlihatkan oleh bangsa Israel sebelum mereka diangkat menjadi harta kesayangan. Tekad dan komitmennya adalah mau dengar Firman Tuhan dan pegang teguh janji-Nya. Sukacita besar dan menjadi sebuah kebanggaan bila mereka kemudian menjadi harta kesayangannya Tuhan. Ibu, bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Bersediakah anda menjadi harta kesayangan Tuhan? Saya yakin bahwa pasti kita semua sangat ingin menjadi harta kesayangan Tuhan. Pasti ada sukacita besar dalam diri kita kalau kita ini menjadi pihak yang berharga, bernilai dan dan yang sangat dikasihi dan disayangi Tuhan. Kita menjadi kepunyaan Tuhan atau menjadi ciptaan Tuhan yang paling disayangi. Wah pasti seluruh sendi kehidupan kita bersukacita dan sangat berbahagia. Kenapa? Karena, dari sekian ciptaan Tuhan baik itu manusia maupun ciptaan yang lain, kitalah yang mendapatkan kesempatan emas ini. Kalau demikian kita semua rindu menjadi milik kepunyaan Tuhan yang disayangi atau yang dikasihi, maka Tuhan meminta kita untuk memiliki tekad dan komitmen. Yaitu bersedia diri untuk mendengarkan, merenungrenungkan firman Tuhan. Hal ini dapat dijadikan sebagai gaya hidup umat Tuhan dalam kehidupan kita sekarang di dunia ini. Selanjutnya bertekad dan berkomitmen untuk mau pegang teguh pada perjanjian Tuhan. Kalau dalam pengalaman hidup sebagai manusia, banyak orang mengobarkan janji dan janji itu hanya tinggallah janji. Bagi Tuhan, tidak demikian. Tuhan setia pada janji-Nya. Tuhan menghendaki umat atau kita jangan lepas janji Tuhan. Kadang ada banyak godaan datang membuat kita lupa atau dengan sadar melepas janji Tuhan. Karena itu Tuhan bilang kalau kamu mau menjadi harta kesayangan-Ku maka kamu harus tetap pegang janji-Ku. Janji bagi bangsa Israel tentu soal keturunan seperti bintang di langit dan [114] pasir di tepi laut, janji bagi bangsa Isarel tentu soal tanah perjanjian dan janji berkat yang lainnya. Hari ini saudara dan saya diingatkan bahwa kita adalah harta kesayanganNya Tuhan. Terbukti Yesus Kristus dikorbankan agar kita bebas dari ancaman dosa (maut). Sedemikian sayang dan cinta-Nya Tuhan Allah kepada kita, maka Tuhan Yesus yang tak bersalah dan tak berdosa itu dikorbankan untuk menempatkan kita pada posisi yang amat baik itu. Sekarang apa yang harus kita lakukan sebagai harta kesayangannya Tuhan? Sebagaimana bangsa Israel, kita mendapat peran khusus yakni menjadi orang-orang terpilih untuk melayani Tuhan. Peran kita sebagai orang yang dikhususkan untuk melayani Tuhan dalam kehidupan kita hari demi hari. Kita bulatkan tekad untuk terus setia hidup berpadanan dengan firman-Nya, mencerminkan perintah-Nya dan melayani Tuhan sesuai kapasitas, talenta dan segala yang kita miliki. Tuhan memberkati. Amin. (Argt) [115] RANCANGAN KHOTBAH, 25 JUNI 2017 TRINITAS III ; WARNA LITURGI HIJAU Leksionari: kejadian 21: 8-21 & Mazmur 86:1-10,16-17, Yeremia 20:7-13&Maz 69:7-10,(11-15),16-18, Roma 6:1b-11, Matius 10:39 Bacaan Kotbah: Roma 6:1b-11 Mati Bagi Dosa, Hidup Untuk Allah Tujuan: 1. Jemaat mengerti dan memahami makna hidupnya di dunia ini. 2. Jemaat memahami diri sebagai pribadi yang menyatu dalam Tuhan Yesus Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. 3. Jemaat memiliki sikap yang tegas dan pasti untuk tetap setia dan taat pada kehendak Tuhan. A. LATAR BELAKANG TEKS Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus pada sekitar tahun 55-56 M. Jemaat penerima (Roma) terdiri atas orang bukan Yahudi yang baru kenal dan beriman pada Kristus. Selain itu orang Kristen Yahudi yang baru saja pulang setelah beberapa tahun dibuang. Di Roma ini ada beberapa pemahaman mengenai Injil. Di satu sisi peran dan fungsi hukum Taurat menjadi sangat penting dan sangat ditaati, sementara Injil pun disampaikan di tempat ini. Hal ini tentu sangat mempengaruhi sikap mereka. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, ia mengajarkan bahwa Injil itu didasarkan pada janji Allah kepada Abraham yang karena imannya dibenarkan oleh Allah. Hukum Taurat diberikan agar mereka [116] bisa menjalani hidup ini dengan baik. Selanjutnya Allah dalam Yesus Kristus hadir untuk menebus dosa umat manusia dan umat manusia dibenarkan oleh Allah karena imannya. Atas dasar pemahaman itulah maka rasul Paulus menegaskan bahwa hanya mereka yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus yang dapat diterima sepenuhnya oleh Allah. B. PENJELASAN TEKS Pasal 6 ini hanya bisa dipahami dengan baik kalau kita menerawang apa yang sedang terjadi di pasal sebelumnya khususnya pasal 5. Pokok perdebatan di awal pasal 6 sebenarnya timbul dari kalimat terakhir pasal 5 (ayt.20) “…..di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.” Perdebatan di awal pasal 6 ini kira-kira demikian: Penentang: Kamu baru saja mengatakan, bahwa kasih karunia Allah cukup besar untuk memberi pengampunan untuk setiap dosa. Paulus: Begitulah. Penentang: Dengan demikian kamu mengatakan, bahwa kasih karunia Allah adalah sesuatu yang amat ajaib di bumi ini. Paulus: Begitulah. Penentang: [117] Baiklah, marilah kita berbuat dosa. Makin banyak kita berbuat dosa, makin bertambahlah kasih karunia itu dilimpahkan. Berdosa itu tidak apa, karena Allah akan selalu mengampuni. Selanjutnya bisa katakan, bahwa dosa adalah hal yang baik, karena itu memberi kesempatan kasih karunia Allah dinyatakan. Kesimpulan dari argumen ini adalah dosa menghasilkan sesuatu yang termulia di dalam dunia ini. Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Dosa adalah sebuah tindakan melawan Allah dan melanggar firman Allah. Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai “dalam Kristus” oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada alam hidup bersama dengan Kristus. Karena orang percaya sejati telah memisahkan diri secara pasti dari dosa, mereka tidak akan terus hidup di dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus, mereka bukan orang percaya sejati. Paulus tegas mengatakan bahwa tidak seperti yang dipahami di atas. Kita sudah mati karena dosa, oleh karena itu tidak mungkin hidup oleh dosa juga. Semua yang telah dibaptis dalam Kristus juga telah dibaptiskan dalam kematian-Nya. Yesus menciptakan manusia yang sama sekali baru dengan memberi mereka karunia Roh Kudus. Secara tegas Paulus menyampaikan bahwa dibaptis berarti mati bagi dosa dan dibangkitkan kepada hidup, sebagaimana Yesus telah mati dan kemudian [118] dibangkitkan kepada hidup oleh Allah. Dan berada dalam hidup yang baru. Bagi orang percaya, baptisan melambangkan kematian dan kebangkitan orang percaya bersama dengan Kristus, namun bukan itu saja. Bila kita menjadi satu dengan peristiwa kematian-Nya maka juga menjadi satu dan sama seperti kebangkitan-Nya. Paulus memakai dua istilah: Pertama, “Manusia lama”. Istilah ini menunjuk pada manusia yang belum diperbaharui, keadaan seseorang yang sebelumnya, kehidupan yang di dalam dosa. Manusia lama ini sudah disalibkan (dimatikan) dengan Kristus di atas salib, supaya orang percaya dapat menerima hidup baru dalam Kristus dan menjadi orang yang baru. Kedua, “Tubuh dosa” istilah ini menunjuk pada tubuh manusia yang dikuasai oleh keinginan-keinginan berdosa. Kini perbudakannya kepada dosa sudah dipatahkan. Sejak saat inilah, orang percaya tidak boleh membiarkan cara hidup yang lama menguasai hidup dan tubuh mereka lagi. Manusia lama kita telah turut disalibkan. Paulus berbicara soal hidup yang dalam dosa, dipertentangkan dengan hidup yang baru dalam Kristus. Ia hendak mengatakan bahwa bagi mereka yang telah menerima baptisan dan mengungkapkan percayanya kepada Yesus, kehidupan lama mereka dalam dosa telah mati bersama Yesus di bukit Golgota. Mereka yang mati bersama Kristus juga akan dibangkitkan kepada hidup serta hidup bersama dengan Kristus, yakni menikmati hidup kekal. Walaupun Kristus tidak berbuat dosa, Dia menderita dan dihina oleh kuasa dosa demi kita. Dengan kematian-Nya, Dia mati terhadap pengaruh dosa; dengan kebangkitan-Nya, Dia mengalahkan kuasa kematian. Demikian pula mereka yang meninggal dengan Dia dalam [119] kematian-Nya bebas dari kuasa dosa untuk hidup dalam hidup yang baru. C. KONTEKS MASA KINI Dosa atau hidup dalam dosa seolah bukanlah sesuatu yang menakutkan. Orang justru lebih suka melakukan dosa walau mengetahui dengan pasti bahwa ada upah yang akan dialaminya atau diterimanya. Belum lagi ada pemahaman bahwa Tuhan kita maha baik dan suka mengampuni. Pengajaran tentang kasih karunia dan pengampunan ini telah dipahami secara berbeda dalam ajaran Hyper-Grace, yang belakangan ini berkembang. Ada banyak jemaat yang masih berpandangan misalnya dalam hal pernikahan dengan mengatakan: keluar saja dari keyakinan Kristen supaya bisa menikah dengan si dia, nanti setelah itu masuk lagi kan tidak apa-apa karena di gereja ada pelayanan pertobatan. Tidak hanya soal pernikahan, mungkin karena soal pekerjaan, jabatan dan lain sebagainya. Ada juga anggota jemaat yang memang secara tidak sengaja akhirnya jatuh dalam dosa tetapi cepat-cepat memohon pengampunan dari Tuhan dan memperbaiki kembali relasinya dengan Tuhan. Namun juga tidak sedikit jemaat yang berusaha untuk tetap berpegang teguh dalam iman percayanya kepada Tuhan. Tidak sedikitpun tergoyahkan. Selalu berupaya menjaga dirinya agar tidak terjerumus masuk dalam dosa. D. SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH Khotbah diawali dengan pertanyaan “untuk apakah kita hidup di dunia ini?” Pertanyaan disampaikan agar mengarahkan pada jemaat tentang [120] hidup ini harus dimaknai secara mendalam, tidak sekedar hidup untuk memenuhi yang diinginkan atau dibutuhkan. Khotbah dilanjutkan dengan menjelaskan tentang arti dan makna hidup manusia di dunia ini. Selanjutnya menguraikan secara lengkap ayat 111 teks tersebut. Disamping itu ditekankan agar jangan mengandalkan kasih karunia Allah untuk hidup dalam dosa. Dilanjutkan dengan menyampaikan beberapa kebiasaan yang sering terjadi di dalam kehidupan persekutuan jemaat Tuhan. Misalnya menganggap biasa kalau berbuat dosa. Tinggalkan Yesus hanya untuk menikah, nanti setelah itu masuk lagi menjadi Kristen karena pemahaman Tuhan Maha Pengampun. Khotbah diakhiri dengan memberikan penekanan kepada jemaat agar tetap dan terus memperjuangkan cara hidup baru dalam kehidupan di dunia ini. E. LITURGI Nats Pembimbing : Mazmur 86:8-12 Berita Anugerah : Roma 6:22-23 Nats Persembahan : Roma 15:1-3 Lagu: 1. PKJ. 11:1-3 2. PKJ. 19:1-3 3. PKJ. 46:1-3 4. PKJ. 199:1-2 5. PKJ. PKJ. 216:1 dst 6. PKJ. 259:1-2 [121] F. CONTOH KHOTBAH JADI MATI BAGI DOSA, HIDUP UNTUK ALLAH Roma 6:1b-11 Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri atau kepada orang lain: “Untuk apakah kita hidup di dunia ini?” (Beri kesempatan bila ada jemaat yang ingin menjawab). Ada beraneka macam jawaban yang disampaikan atas pertanyaan tersebut. Ada yang menjawab bahwa hidup di dunia ini untuk makan, bertumbuh dan berkembang. Ada yang menjawab hidup di dunia ini untuk belajar, sekolah, kuliah, bekerja, mencari jodoh, menikah, mempunyai anak (keturunan) dan lain sebagainya. Sayangnya kebanyakan jawaban di atas tidak bermuara pada akhir hidup manusia. Kebanyakan orang tidak tahu atau mungkin purapura tidak tahu bahwa suatu saat kematian akan menjemputnya, sehingga sesungguhnya hidup ini harus dimaknai secara baik dan mendalam. Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Perikop Kitab Suci saat ini mengajak kita untuk melihat/memandang arti/makna kehidupan kita di dunia ini. Kita hidup di dunia yang penuh dengan dosa, dimana banyak orang begitu sangat menikmati hidup di dalam dosa. Oleh karena itu muncullah pertanyaan, apakah kita boleh hidup dan bertekun dalam dosa? Bukankah Tuhan kita adalah Tuhan Yang Maha Baik, yang akan mencurahkan atau memberikan kasih karunia-Nya untuk mengampuni dosa-dosa kita (ayt.1). Belakangan ini dalam kekristenan berkembang pemahaman sempalan tentang HyperGrace dan Radical Grace yang diajarkan oleh Joseph Prince, gembala senior di New Creation Church, Singapura, bahwa kasih karunia bersifat semua dan selamanya; semua dosa diampuni tanpa kita harus bertanggung jawab lagi atas dosa kita sekarang; tidak perlu lagi pengampunan dan [122] permohonan pengampunan. Dampak ajaran ini, orang bisa saja hidup dalam dosa terus, toh kita sudah dan akan terus diampuni. Rasul Paulus sebagai penulis kitab Roma ini dengan sangat tegas dan jelas (menggunakan tanda seru): “Sekali-kali tidak!” Ini artinya bahwa orang percaya tidak boleh lagi hidup di dalam dosa. Itu artinya orang percaya tidak boleh lagi hidup dalam kuasa dan pengaruh dosa (ayt.2). Jika kita telah mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah di dalam diri Tuhan Yesus Kristus, diantaranya dengan mengaku percaya kepadaNya (biasa dilakukan atau diungkapkan pada pelayanan Sakramen Baptis dan Sidi), dengan demikian sejatinya kita juga mengambil bagian dalam seluruh kehidupan Yesus yang telah Tuhan Yesus jalani semasa hidup di dunia ini. Kita (saudara dan saya) mengambil bagian dalam kematianNya, supaya kita dapat dibangkitkan dalam kebangkitan-Nya dan hidup dalam hidup yang baru bersama Tuhan (ayt.3-5). Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Bila demikian itu yang terjadi, maka kita pun harus benar-benar mengerti dan memahami dengan benar bahwa kematian Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib sesungguhnya adalah dalam rangka menggantikan posisi kita (yang seharusnya disalib karena dosa-dosa kita), sehingga kita tidak boleh lagi menyerahkan tubuh dan kehidupan kita kepada dosa (ayt.6). Kita yang telah mati (dalam kematian bersama-sama dengan kematian Kristus), telah bebas (atau lebih tepat: dibebaskan) dari kuasa dosa (ayt.7), dan jika kita telah mati dengan Kristus, kita juga akan hidup dengan-Nya karena Kristus telah mengalahkan kuasa maut sehingga kuasa maut tidak berkuasa lagi atas-Nya dan juga atas kehidupan kita yang sungguhsungguh percaya kepada-Nya (ayt.8-9). Rasul Paulus mengingatkan juga kepada kita saat ini bahwa Tuhan Yesus Kristus hanya mati satu kali saja di atas kayu salib (ayt.10). Dia tidak [123] mungkin mati berkali-kali di atas kayu salib. Karena kematian-Nya dan kebangkitan-Nya tersebut, kita yang menjadi pengikut Kristus juga dapat hidup karena Kristus. Oleh karena kita telah dihidupkan bersama-sama dengan Dia, maka kita juga harus hidup untuk Dia (Tuhan Yesus Kristus) dan untuk Allah (yang telah mengutus Yesus Kristus bagi kita). Kita telah meninggalkan kehidupan lama yang berada dalam kuasa dan kendali dosa dan menggantikannya dengan kehidupan baru dimana kita harus hidup untuk Allah (ayt.11). Maka kemudian pertanyaannya bagi kita adalah bagaimana konkritnya untuk mati bagi dosa dan hidup untuk Allah? Ibu,bapak, sdr/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Caranya adalah membuat komitmen dalam pribadi masing-masing untuk menjauhi dosa yang dulu atau yang pernah kita lakukan. Kita semua pasti punya kelemahan masing-masing yang rentan bagi kita untuk terjerumus jatuh dalam dosa. Sebisa mungkin kita dapat menjauhi segala sesuatu yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa, dan berusahalah untuk dapat hidup benar dan kudus bagi Tuhan. Ingatlah bahwa kita telah ditebus dengan harga yang sangat mahal, yaitu dengan darah Yesus Kristus sendiri (1 Ptr. 1:19), sehingga kita pun Saudara dan saya harus hidup dengan benar dan memuliakan Allah selama kita masih diijinkan untuk menikmati hidup di dunia ini. Hal penting yang perlu diluruskan dalam pemahaman kita adalah janganlah mengandalkan kasih karunia Allah untuk menjadikan alasan berbuat dosa. Kecendurangan yang terjadi dalam kehidupan beriman adalah kadangkala kita tidak begitu serius melawan dosa. Ada pandangan yang sama persis bahwa Tuhan kita kan Maha Pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih karunia-Nya. Konsep berpikir yang demikian justru membuat kita [124] semakin mudah jatuh bahkan larut dalam dosa. Misalnya ada pandangan yang mengatakan: Keluar dulu dari Kristen, nanti setelah menikah dengan dia baru kembali lagi menjadi Kristen, ndak apa-apa karena di gereja ada pelayanan pertobatan. Tidak hanya soal pernikahan, tetapi soal pekerjaan dan jabatan, orang dengan mudahnya mengingkari Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib, tapi yang bangkit kembali dan memberikan jaminan kehidupan kekal. Sebagai orang yang telah menerima kasih karunia pengampunan, maka hidup kita haruslah menyatakan banyak perubahan yang berbeda dengan dunia ini. “….supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah….janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini…” (Roma 12:12). Karena Kristus ada dalam kita, hidup kita adalah persekutuan dengan Allah, hidup yang berkenan kepada Allah adalah hidup kudus. Dalam baptisan, orang percaya hidup sebagai manusia baru, yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut kehendak khalik-Nya. Terpujilah Kristus Yesus, haleluya…Amin. (Argt) [125] [126] [127] [128]