daftar isi - Gereja Kristus Yesus

advertisement
Tahap 6, No. 11
September – Oktober 2014
DAFTAR ISI
Hosea • Yoel • Amos • Mazmur • Lukas
Redaksi ............................................................................................. 3
Mengenal Allah Melalui Kitab Hosea................................................ 4
Renungan Tanggal 1 – 8 September 2014 ........................................ 5
Mengenal Allah Melalui Kitab Yoel.................................................. 13
Renungan Tanggal 9 – 11 September 2014 .................................... 14
Mengenal Allah Melalui Kitab Amos............................................... 17
Renungan Tanggal 12 – 29 September 2014 .................................. 18
Mesias bagi Semua Kaum................................................................ 36
Renungan Tanggal 30 September - 23 Oktober 2014 ..................... 37
Reformasi Sistem Respons Manusia................................................ 61
Renungan Tanggal 24 - 31 Oktober 2014 . ...................................... 62
Daftar Gereja Sinode GKY ............................................................... 70
Diterbitkan oleh:
Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja
Sinode Gereja Kristus Yesus
Ketua:
Pdt. Joni Sugicahyono
Editor Umum: GI. Purnama
Penulis:
Pdt. Candra Gunawan, Pdt. Frans Lie,
GI Anton Ampu Lembang, GI Feri Irawan,
GI Franky Buntoro, GI Purnama
Alamat Redaksi
: Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180.
Telepon: (+62-21) 6010405-08.
Website: www.gky.or.id • e-Mail: [email protected]
Dapatkan dan bacalah renungan GEMA melalui:
1. Buku renungan.
2. Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur GEMA).
3. Unduh ke perangkat telepon genggam:
- www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201409.jar
(GEMA bahasa Indonesia bulan September 2014).
- www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201410.jar
(GEMA bahasa Indonesia bulan Oktober 2014).
4. Unduh ke perangkat Android dan Apple (iPhone, iPad, iPod
Touch):
- www.gky.or.id lalu klik download pada salah satu dari 2 pilihan
(Android atau IOS).
Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999
diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.
Redaksi 
Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Pemilu tahun 2014 telah berlalu dan kita berharap bahwa kita akan
segera melihat terjadinya perubahan menjadi lebih baik dalam pemerintahan di negeri ini. Akan tetapi, ternyata bahwa permasalahan menyangkut pemilu yang telah berlalu itu masih belum selesai. Masih
ada proses lanjutan yang sedang berlangsung di Mahkamah Konstitusi. Perubahan yang kita rindukan itu merupakan suatu keniscayaan
(sesuatu yang pasti akan terwujud). Akan tetapi, jalan menuju perubahan itu masih penuh dengan tanda tanya. Kondisi politik negeri ini
merupakan gambaran dari kondisi orang Kristen pada umumnya. Di
dalam Kristus, kita mewarisi janji-janji Allah yang menimbulkan pengharapan. Semua janji Allah pasti akan terlaksana. Akan tetapi, sebelum
janji-janji Allah itu terwujud seluruhnya, kita tetap harus menghadapi
berbagai pergumulan hidup yang kadang-kadang bisa menggoncangkan iman kita. Tanggung jawab kita (baik sebagai warga negara maupun sebagai anggota umat Allah) adalah berdoa dengan setia—baik
bagi pergumulan pribadi kita maupun bagi pergumulan kita sebagai
warga negara—serta menjalani hidup berdasarkan iman.
Pada edisi ini, kita akan membaca dan merenungkan tiga kitab yang
tergolong kitab nabi-nabi kecil (Hosea, Yoel, Amos), Injil Lukas, beberapa pasal kitab Mazmur, serta mengikuti renungan khusus berkaitan
dengan hari Refomasi. Perlu diketahui bahwa hari reformasi adalah
peringatan peristiwa yang terjadi pada tanggal 31 Oktober 1517, saat
Martin Luther menempelkan 95 dalil—yang menguraikan kebobrokan
gereja saat itu—di pintu sebuah gereja di kota Wittenberg. Peristiwa
tersebut “dianggap” sebagai awal dimulainya reformasi yang menghasilkan pembentukan gereja-gereja Protestan. Setiap tahun, kita merenungkan peristiwa tersebut untuk mengingatkan bahwa kita—sebagai gereja yang belum sempurna—masih harus terus mereformasi
diri, baik sebagai institusi gereja maupun sebagai pribadi-pribadi yang
menjadi anggota gereja. Pada tahun ini, renungan seputar reformasi mengambil tema “Reformasi Sistem Respons Manusia”. Kita akan
mengevaluasi cara kita memberi respons terhadap daya tarik dosa
yang terkandung dalam tawaran-tawaran yang kita terima di dunia ini,
agar kita tidak membiarkan diri kita dibentuk oleh dunia ini, melainkan
kita memberi respons sesuai dengan kehendak Allah bagi kita. Semoga
GEMA edisi ini tetap menjadi berkat bagi kita semua.
Mengenal Allah Melalui Kitab Hosea
K
eistimewaan yang paling mencolok dari Kitab Hosea adalah pemberitaannya tentang kesetiaan Yahwe, padahal Israel selalu murtad. Pemberitaan itu diperagakan oleh Nabi Hosea tatkala ia atas perintah Tuhan harus
mengawini seorang perempuan sundal dan memperanakkan anak-anak
sundal dari perempuan itu, malah ia harus tetap mengasihinya meskipun isterinya telah berzinah. Demikianlah Yahwe akan tetap mengasihi umat-Nya
meskipun umat-Nya telah menyembah allah-allah lain (3:1).
Hosea berjuang mati-matian melawan ibadah kepada Baal yang dimaksudkan untuk menggantikan kepercayaan Israel yang sah. Ciri-ciri khas dari
pemberitaannya ialah menekankan kasih Allah yang didasarkan pada perjanjian-Nya (‘kasih setia’ 2:18; 6:6; 10:12) serta menekankan pengenalan
akan Allah, yakni kepercayaan kepada perbuatan-perbuatan besar yang
dilakukan Tuhan dahulu kala. Kasih dan pengenalan akan Allah itu jauh lebih penting dari pada ibadah (6:6; bandingkan dengan 4:6). Lagi pula, Allah
akan mengembalikan bangsa Israel kepada keadaan sediakala, ke padang
gurun (2:13; bandingkan dengan 12:10) yang merupakan gambaran tentang
adanya pengharapan baru (2:14) bahwa hubungan kasih antara Yahwe dan
Israel akan pulih seperti semula (2:15), sehingga mereka akan mengenal
Dia lagi (2:19). Pada waktu itu, Israel akan mengakui bahwa Yahwelah yang
memberi kesuburan dan kemakmuran, bukan Baal (2:7, 20-21; bandingkan
dengan 14:8-9).
Sebelum janji pemulihan itu terpenuhi, Allah masih mempunyai perkara
dengan Efraim (4:1), sebab kesalahannya di bidang sosial, politik, dan agama
adalah sangat besar, bahkan hampir tidak dapat diampuni lagi. ”Umat-Ku
binasa karena tidak mengenal Allah” (4:6). Segala dosa disingkapkan—baik
dosa rakyat maupun dosa para pemimpin rohani dan politik—tanpa ampun
dan tanpa sayang. Sekalipun demikian, Allah tetap mengasihi umat-Nya.
Kesetiaan-Nya mengatasi ketidaksetiaan mereka, demikian pula hambaNya. Allah mencari umat-Nya dan memenangkan kembali umat-Nya.
Hosea hidup di Kerajaan Utara. Tidak dapat disangkal bahwa nabi
kecil itu—yang walaupun terikat pada zamannya sendiri—terikat pada
Allah. Allah menyuruh dia membawa firman-Nya ke dalam setiap situasi.
Bertentangan dengan ketidaksetiaan Israel, Nabi Hosea memaklumkan
kesetiaan Allah kepada perjanjian-Nya. Berita-berita yang disampaikan
Hosea seharusnya menguatkan kita kembali untuk menghargai setiap
kasih karunia yang telah kita terima. [AAL]
Senin
Jangan Pernah Mendua
1
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 1-2
Uang, ketenaran, dan ketakutan dapat memotivasi orang untuk melakukan hal-hal “gila”. Beberapa orang tega menjual dirinya untuk mendapatkan kepuasan seks, sementara yang lain rela mengorbankan reputasi
dan seisi keluarganya demi satu menit menikmati ‘ranjang’ orang lain.
Gomer adalah seorang wanita, istri dari Hosea, nabi muda yang sedang
berkembang pada zamannya. Kisah Hosea dan Gomer merupakan penggambaran bahwa Allah melihat Israel sebagai istri-Nya. Oleh karena itu,
Allah telah memperingatkan agar Israel tidak mendua, “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Perintah pertama dari sepuluh hukum,
Keluaran 20:3). Ada beberapa pelajaran penting dari Hosea 1-2: Pertama,
moral yang kendur dari seorang wanita adalah modal ketidaksetiaan.
“Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah
anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dan membelakangi
TUHAN” (1:2b). Jelas bahwa perempuan itu memiliki kehidupan moral
yang sangat longgar dalam masyarakat. Perempuan yang tidak menaruh
kesetiaan pada pernikahannya adalah kepedihan bagi suaminya. Kedua,
ketidaksetiaan seorang istri menghasilkan buah penderitaan batin yang
tak henti-hentinya. Di pasal 2, sekilas terlihat bahwa Gomer tidak menumbuhkan rasa penyesalannya. Penghormatannya kepada suaminya
makin kabur. Sikap Gomer yang mendua mendatangkan penderitaan
bagi Nabi Hosea, suaminya. Penderitaan yang berkepanjangan itu dilukiskan dengan perkataan, “...sebab dia bukan istriKu” (2:1).
Pernikahan Nabi Hosea dan Gomer merupakan bahan pelajaran tentang hubungan Allah dengan umat-Nya. Firman Tuhan menunjukkan
bahwa pernikahan itu kudus, tetapi bisa dinajiskan oleh seorang wanita
yang bermoral rendah. Secara tidak langsung, peranan seorang istri
dalam rumah tangga sangat menentukan kokoh tidaknya pernikahan
tersebut. Istri yang tidak mendua adalah mahkota suaminya! [AAL]
Hosea 2:19a
“Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, ....”
Selasa
Mengasihi Sampai Begitu Dalam
2
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 3-4
Pernikahan adalah hadiah. Hadiah itu diharapkan dapat membahagiakan
dan memuaskan si penerima serta mengungkapkan perasaan terdalam
dari si pemberi. Pernikahan juga merupakan panggilan untuk melayani.
Pernyataan ini mungkin kurang populer dan kurang diperhatikan dalam
banyak pernikahan. Istri yang penuh kasih akan menghargai suaminya
sebagai pasangan yang seimbang di segala bidang kehidupan. Ia akan
menunjukkan keibuannya dengan memperlihatkan bahwa kemitraan
dengan suaminya tidak dapat diganggu gugat. Kewajiban istri dalam hal
ini adalah menyumbangkan pikiran, misalnya dalam hal pengambilan
keputusan, mengatasi konflik, mengusulkan rencana perkembangan
keluarga, dan mengelola kehidupan rumah tangga sehari-hari. Sayangnya, Gomer bukanlah tipe seorang istri yang ideal. Nabi Hosea menebus
Gomer dengan cara membelinya seharga lima belas syikal perak dan
satu setengah homer jelai, yakni seharga seorang budak pada masa
itu. Patutkah Gomer mendapatkan kasih Nabi Hosea yang sedemikian
dalam setelah ia mengkhianati dan menyakiti hati Nabi Hosea? Pertama, kasih melindungi mereka dari kemungkinan terluka. Gomer membuka ruang untuk lebih mudah terluka dan berlindung pada dinding
yang tidak aman dari serangan musuh. Nabi Hosea walau terluka tetap
mengasihi Gomer sedalam mungkin. Kedua, kita butuh dicintai. Gomer
harus mengalami masa karantina untuk tinggal diam (3:3). Ia tidak boleh bersundal lagi. Karantina ini bertujuan untuk melindungi Gomer. Apa
pun kondisi Gomer, ia tetap butuh dicintai.
Tindakan yang dilakukan Nabi Hosea adalah miniatur dari kasih Allah
kepada Israel. Kasih dan pengampunan seharusnya mudah didapatkan
dalam keluarga Kristen. Jangan biarkan dosa menghancurkan rumah
tangga kita. Dosalah yang membuat air mata terus mengalir. [AAL]
Hosea 3:1b
“...seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka
berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.”
Rabu
Bertobat Itu Harga Mati
3
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 5:1-6:6
Jika kita ingin tahu, betapa waktu begitu berharga:
Tanyakan arti 0,1 detik bagi seorang juara lari.
Tanyakan arti 1 detik bagi orang yang baru terhindar dari kecelakaan.
Tanyakan arti 1 menit bagi orang yang ketinggalan kereta.
Tanyakan arti 1 jam bagi sepasang kekasih saat bertemu.
Tanyakan arti 1 bulan bagi seorang ibu yang melahirkan prematur.
Tanyakan arti 1 tahun bagi murid yang tidak naik kelas.
Mereka semua akan mengatakan bahwa waktu itu sangat penting.
Namun, waktu (kesempatan) untuk bertobat belum tentu dianggap
penting di kalangan orang Kristen. Bila seseorang enggan untuk bertobat, apa yang terjadi? Pertama, Allah menarik diri dari mereka. Murtad
Israel dibalas dengan pengunduran diri Yahwe (5:6). Itulah tindakan-Nya
yang pertama di dalam usaha pendidikan-Nya terhadap Israel. Kedua,
Allah sendiri akan campur tangan. Bagian utara dari Kerajaan Israel, yakni daerah Efraim akan menjadi tandus (5:9). Baik Efraim maupun Yehuda
akan hancur dan binasa. Mereka akan menjadi bangsa yang menderita
yang keadaannya ditimbulkan oleh Allah sendiri. Ketiga, Allah memberikan kesempatan untuk sebuah pertobatan. Hosea 6:4 mengatakan,
“Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan
Kulakukan kepadamu, hai Yehuda?” Perikop ini sangat emosional. Allah
bergumul di dalam diri-Nya sendiri. Allah mengharapkan pertobatan
yang sungguh-sungguh, bukan penyesalan dengan mulut saja atau ketaatan lahiriah semata. Hanya sikap demikian yang berkenan kepada Allah
(6:6).
Selagi masih ada waktu untuk memperbaiki diri, selagi masih ada
firman yang mengingatkan dan menegur kita, bersyukurlah atas kemurahan hati Allah. Jangan palsukan ibadah-ibadah kita. [AAL]
Hosea 6:3
“Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh
mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, ...”
Kamis
Dipenjarakan dalam Dosa
4
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 6:7-7:16
Satu-satunya kesimpulan dari perikop ini ialah bahwa pertobatan
Israel adalah tetap tidak jujur. Mereka melupakan Allah. Mereka tidak
sadar bahwa Allah mengingat segala kejahatan mereka (7:2). Artinya,
Allah tidak lupa. Ia melihat apa yang dilakukan umat-Nya (6:10). Kata
‘mengingat’ berasal dari kata Ibrani zakar yang artinya ‘menyebut’. Allah
menyebut perbuatan-perbuatan mereka. Dengan demikian, tidak ada
sesuatu pun yang luput dari perhatian Allah. Sejumlah contoh konkret
menunjukkan bahwa umat-Nya dipenjarakan dalam dosa: Pertama,
“mereka telah melangkahi perjanjian” (6:7). Dosa para imam membuat
ibadah menjadi sekedar upacara tanpa dilandasi rasa takut akan Tuhan.
Mereka menyeleweng dari cinta kasih perjanjian dan pengenalan akan
Allah yang seharusnya mereka ajarkan. Kedua, “mereka telah berkhianat terhadap Aku” (6:7). Bukan hanya di dalam ibadah, di luar ibadah
pun dosa para imam diteruskan. Ketiga, mereka melakukan perbuatan
mesum (6:9) di hadapan Allah. Kesimpulan dari ketiga hal di atas, Nabi
Hosea menunjukkan gambaran dosa sebagai situasi putus asa yang
menakutkan. Rakyat tidak menyadari dosanya sendiri.
Di pasal 7, jelas bahwa tidak ada pemikiran tentang pertobatan kepada Yahwe. Di tengah segala pergolakan politik luar negeri (7:8-12),
mereka asyik bermanipulasi di dalam negeri. Seluruh komplotan yang
sengaja melakukan kejahatan di hadapan Tuhan itu disebut sebagai
‘orang-orang berzinah’ oleh Nabi Hosea (7:1-4). Penghianatan terhadap
raja dan rakyat serta penghianatan terhadap sekutu politik di luar negeri
berakhir sebagai penghianatan dan pemberontakan terhadap Tuhan.
Dosa dimulai ketika kita membuka ruang kehidupan kita dengan hal-hal
yang tidak dapat dipercayai, hal-hal yang tidak berguna dan membahayakan kehidupan kita. [AAL]
Hosea 7:15
“Sekalipun Aku telah melatih dan menguatkan lengan-lengan mereka,
namun mereka merancang kejahatan terhadap Aku.”
Jumat
Ketika Ketaatan Sulit Ditemui
5
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 8-9
Ada tiga alasan mengapa Israel akan diserang oleh kuasa musuh, dan
itu atas perintah Tuhan: Pertama, dasar-dasar kehidupan sebagai
bangsa kudus diingkari. “Busuk sangat perbuatan mereka” (9:9). Akar
dan kerangka kehidupan bangsa kudus itu adalah perjanjian dan juga
pengajaran (Torah) yang diberikan oleh Allah sendiri. Artinya, Allah telah
memberikan ruang dan petunjuk untuk hidup dalam kebebasan, semua
itu disangkal. Ikatan dengan Allah ditiadakan. Israel menjadi salah satu
bangsa ‘biasa’ saja, bukan lagi bangsa yang kudus. Kedua, cara bersekutu
dengan Allah dipandang ringan. Jelas kemunafikan tampak di kalangan
bangsa Israel. Istilah ‘mengenal Allah’ (8:2) telah berulangkali kita temukan sebagai pengertian inti dalam Kitab Hosea (2:19; 4:1; 5:3) dan artinya ialah persekutuan dengan Allah. Perkataan seperti ‘mengenal Allah’
biar pun masih diucapkan rakyat secara adat kebiasaan, namun ucapan
mereka adalah ucapan yang dangkal. Betapa munafik ucapan mereka
itu. Ketiga, keselamatan ditolak: “Israel telah menolak yang baik” (8:3a).
Yang baik adalah lawan kejahatan. Di akhir pasal 8 ditunjukkan secara
konkret bahwa bangsa Israel melakukan berbagai-penyelewengan. Mereka melangkahi Tuhan dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya. Di
pasal 9, khususnya di 9:7-9, jelaslah betapa kuatnya perlawanan terhadap sang nabi dan tindakannya. Ia dipandang sebagai pengganggu. Nabi
Hosea dimaki sebagai seorang gila, “Nabi adalah seorang pandir, orang
yang penuh roh adalah orang gila!” (9:7).
Sebagai orang percaya, kita senantiasa bertanya kepada diri sendiri,
apakah kita masih tetap dalam hubungan kasih pengantin terhadap
Tuhan kita, sehingga kita didorong untuk terus menyenangkan-Nya serta tetap suci dan mulia, atau sebaliknya kita menyerahkan diri kepada
ketidaktaatan karena tidak lagi mendengar suara Tuhan. [AAL]
Hosea 9:17
“Allahku akan membuang mereka,
sebab mereka tidak mendengarkan Dia.”
Sabtu
Kasih Menajamkan Ketulusan Kita
6
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 10-11
Dosa-dosa yang telah dihukum dalam pasal 8 kembali lagi direnungkan di sini, ‘sejak hari Gibea engkau telah berdosa, hai Israel! (10:9-10).
Terdapat suatu kenangan kepada sejarah yang memperlihatkan bahwa
dosa umat Allah telah berakar di dalam masa lampau. Sebutan ‘hari Gibea’ menunjuk kepada peristiwa terjadinya perbuatan tidak senonoh
(menjijikkan) yang dilakukan oleh orang-orang Benyamin terhadap
seorang Lewi serta akibat (hukuman) yang dialami oleh segenap suku
Benyamin (Hakim-hakim 19-21). Kenang-kenangan sejarah masa lampau itu jelas kelihatan dalam kitab Hosea pasal 11 ini. Misalnya “Ketika
Israel masih muda, Kukasihi dia...” (11:1). inilah masa permulaan kasih
antara bapa dan anak. Di dalam seluruh Perjanjian Lama, peristiwa Keluaran dari Mesir merupakan pengakuan pokok dalam kepercayaan Israel.
Ikatan mesra seperti hubungan ayah dan anak menandakan perjanjian
antara Yahwe (TUHAN) dengan Israel. Kenang-kenangan sejarah tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Allah memilih Israel untuk menjadi hamba-Nya; Ia telah mendidik, membebaskan, dan mengasih Israel,
agar Israel menjadi pelayan yang berguna. Israel dipanggil untuk hidup
dan bekerja di tanah yang dijanjikan sesuai dengan keadilan Allah dan
menurut kasih satu sama lain. Hanya dengan jalan itulah, Israel akan
mempunyai masa depan. Akan tetapi, Israel menipu Allah sehingga mereka sendiri terpaksa harus ‘memakan buah kebohongannya’ (10:13a).
Jemaat Kristen terpanggil untuk hidup sesuai dengan kasih karunia
Allah dan menumbuhkan buah-buah kebenaran sehingga orang lain
dapat ikut mendapat anugerah (bandingkan dengan 2 Korintus 9:10).
Jangan lupakan kasih yang mula-mula, kasih yang tulus justru menajamkan ketulusan kita kepada-Nya. Tanpa kasih hidup kita tidak akan berkenan kepada Allah. [AAL]
Hosea 11:1
“Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia,
dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.”
10
Minggu
Dosa Berdampak Luas
7
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 12:1-14:1
Pasal 12 ini menoleh ke belakang sampai kepada zaman nenek moyang
(para bapa leluhur). Untuk memperlihatkan bahwa oleh perbuatan mereka, khususnya oleh perbuatan Yakub, kesalahan telah mulai meresap
ke dalam tubuh Israel. Inti pokok pasal ini adalah ‘penipuan’ (12:1, 2, 4,
8, 15). Yakub yang hidup dalam kebohongan menunjukkan pergumulan
yang sama dengan umat Allah yang hidup dalam kebohongan. Karena
itu, dalam 12:1, “dengan kebohongan Aku telah dikepung oleh Efraim,”
Allah seakan-akan mengeluh atas ketidakjujuran Israel Utara dan penduduknya. Mereka mengatakan bahwa mereka mengabdi kepada-Nya,
tetapi kenyataannya ialah bahwa mereka melayani Baal.
Kehidupan yang penuh dusta itu sangatlah mencolok dan berbeda
dengan karakter Allah yang setia, yang dapat dipercaya (tidak penipu).
Sikap penipu dari umat-Nya dikonkretkan lagi dengan perkataan “Efraim
menjaga angin, dan mengejar angin timur” (12:2) yang menunjukkan
bahwa sikap demikian adalah sia-sia belaka (bandingkan dengan 8:7;
Pengkhotbah 1:14). Oleh karena itu, segala praktik keagamaan serta
praktik sosial dan politik mereka tidak membawa hasil, tetapi hanya
memperbanyak dusta dan pemusnahan. Di sini kita belajar bahwa dusta
mendatangkan pemusnahan, bersifat destruktif (merusak).
Hosea 13 memperlihatkan pertentangan antara ketidaksetiaan bangsa itu dengan kesetiaan Allah. Pasal 14 adalah pasal paling radikal dari
seluruh Kitab Hosea yang memberitakan bahwa Allah akan menghukum
umat-Nya. Bangsa Asyur tidak dapat menyelamatkan mereka (14:4).
Seruan untuk bertobat kepada Allah sudah tidak diperdengarkan lagi.
Biarlah bacaan Alkitab hari ini mengejutkan hati kita, yaitu bahwa dosa
yang kita perbuat pasti—cepat atau lambat—akan berdampak luas dan
sangat menyakitkan. Tidak ada hal lain yang lebih menakutkan selain
murka Allah yang menyala-nyala. Jauhilah murka Allah! [AAL]
Hosea 13:9
“Aku membinasakan engkau, hai Israel....”
11
Senin
Belajar Dari Kesalahan
8
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 14:2-10
Bacaan Alkitab hari ini diawali dengan kata ‘bertobatlah’. Apakah arti
“bertobat”? Pertama, bertobat berarti kembali kepada Tuhan. Pertobatan itu harus ditandai dengan penyesalan (14:3). Allah menghendaki
‘kata-kata penyesalan’, bukan pertobatan yang palsu, yang dangkal dan
murahan, melainkan pertobatan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.
Bersama dengan Nabi Hosea, mereka boleh mengucapkan apa yang
nabi katakan berdasarkan pernyataan firman Tuhan tentang pengampunan, “ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang
baik” (14:3). Kedua, bertobat berarti meninggalkan segala sesuatu yang
sampai sekarang masih diandalkan. Segala kuasa semu harus segera disingkirkan dari hadapan Tuhan. Israel tidak boleh bersandar pada kekuatan Kerajaan Asyur maupun Kerajaan Mesir yang berkuasa pada masa
itu (7:11; 8:9; 12:2). Israel yang sungguh-sungguh mau bertobat harus
meninggalkan kepercayaan akan patung-patung berhala.
Akhir-akhir ini banyak sekali anak-anak Tuhan rela meninggalkan
imannya karena kemapanan hidup, harta materi yang berkelimpahan,
jabatan posisi yang menggiurkan. Kesetiaan dan ketaatan makin langka
kita temui di kalangan kekristenan, kasih makin pudar, gereja bahkan hanya menjadi tempat perlindungan untuk menutupi segala keangkuhan
hidup kita. Kita melayani, tetapi tanpa kehancuran jiwa dan remuk hati.
Kita memberi persembahan, tetapi hanya sebatas upacara seremonial
gerejawi. Biarlah kita semakin peka terhadap firman-Nya, sehingga kita
tidak mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang kita buat itu
berdampak, namun pertobatan yang disadari dengan sungguh-sungguh
juga memberi pengaruh dalam kehidupan. [AAL]
Hosea 14:3
“Bawalah sertamu kata-kata penyesalan,
dan bertobatlah kepada TUHAN! Katakanlah kepada-Nya:
“Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik,
maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.”
12
Mengenal Allah Melalui Kitab Yoel
T
idak seperti kebanyakan kitab nabi-nabi yang memberikan informasi
latar belakang yang cukup dalam pendahuluan kitabnya, kitab Yoel hampir-hampir nihil dalam hal tersebut, kecuali informasi bahwa Yoel adalah
seorang nabi Tuhan, anak dari Petuel (1:1) . Banyaknya nubuatan Nabi Yoel
yang berkenaan dengan Yerusalem dan Bait Allah menunjukkan bahwa ia
adalah seorang nabi yang diutus Tuhan kepada Kerajaan Yehuda (1:9, 13-14;
2:15-17, 23, 32; 3:1, 5-6, 16-17, 20-21). Penafsir modern menggambarkan
Nabi Yoel sebagai seorang “nabi Bait Suci” atau “nabi peribadatan,” yang
berarti bahwa ia mempunyai kedudukan yang diakui berkenaan dengan
agama resmi Israel, dan yang menjadi pusat perhatiannya adalah Bait Suci.
Selain itu, Nabi Yoel juga memiliki pengetahuan yang luas tentang pertanian
dan wabah-wabah yang berhubungan dengan pertanian (1:4, 7, 10; 2:22,
23, 25; 3:13, 18)..
Di kalangan para sarjana Alkitab sendiri masih belum ada kesepakatan mengenai penanggalan kitab Yoel ini. Sebagian beranggapan bahwa
kitab ini ditulis pada era sebelum pembuangan (antara abad ke-9 BC
sampai abad ke-6 BC). Sebagian lain beranggapan bahwa kitab ini ditulis
setelah pembuangan (setelah abad ke-5 BC). Calvin sendiri menyatakan
posisinya bahwa kenihilan data bukan masalah besar karena arti penting
doktrinnya begitu jelas dan bersifat universal (1:3).
Bagian awal kitab Yoel membicarakan tentang bencana tulah belalang yang akan melanda seluruh area kehidupan bangsa Israel (pasal
1). Bencana itu sebenarnya merupakan metafora (kiasan) dari penghakiman Allah pada Hari Tuhan yang akan datang, yaitu berupa bencana
dan kehancuran yang jauh melebihi bencana yang ditimbulkan oleh tulah belalang (pasal 2). Melalui metafora ini, Yoel mengajak bangsa Israel
untuk bertobat dari dosa-dosanya dan berbalik kepada Tuhan, sehingga
pada Hari Tuhan yang akan datang itu, umat tidak menerima penghukuman, melainkan berkat dan pemulihan dari Tuhan (pasal 3).
Konsep tentang Hari Tuhan mendominasi keseluruhan kitab Yoel.
Hari Tuhan seharusnya menyadarkan umat pada masa kini bahwa Allah
mampu melakukan intervensi terhadap dunia ini untuk menegakkan
kedaulatan-Nya. Penghukuman Allah tetap berlaku bagi musuh-musuh
Allah, termasuk bagi umat-Nya yang masih hidup dalam dosa pemberontakan. Namun, Hari Tuhan merupakan pengharapan pasti bagi umat
yang setia untuk bersabar menantikan zaman berkat yang baru, sebab
Allah yang menjanjikannya adalah setia. [FI]
13
Selasa
Berkabung Atas Dosa
9
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Yoel 1
Pesan Tuhan melalui Nabi Yoel ini dimulai dengan berita bencana
yang belum pernah terjadi sebelumnya dan yang harus diingat oleh
anak cucu mereka (1:2-3). Bencana yang dimaksud adalah bencana
kekeringan disertai dengan serangan dari kelompok belalang (1:4)
yang merupakan bentuk penghukuman Tuhan atas umat-Nya yang
berdosa. Istilah nama-nama belalang ini (belalang pengerip, belalang
pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap) mengacu pada empat fase perkembangan belalang dengan penekanan pada kengerian
yang ditimbulkan dari serangan kelompok belalang ini. Mengingat
sumber perekonomian bangsa Israel sangat bergantung pada hasil
pertanian, kehancuran dari segi pertanian ini sama artinya dengan
kehancuran bagi kehidupan masyarakat Israel. Dampak bencana
yang mengerikan ini adalah tidak lagi tersedia anggur baru untuk
pesta (1:5), tidak ada lagi korban sajian dan korban curahan untuk
penyelenggaraan ibadah (1:9), bahkan para petani menjadi frustasi
dan meratap (1:11). Akhirnya, dampak bencana ini menimpa secara
menyeluruh pada manusia (1:16), binatang (1:18-20) dan tumbuhtumbuhan (1:17).
Penghukuman Tuhan menuntut umat supaya berkabung atas
dosa-dosa mereka, karena bencana tulah belalang ini masih belum
sebanding dengan kedatangan hari Tuhan (1:15), di mana hukuman
yang lebih mengerikan akan menimpa mereka yang tidak mau bertobat. Terkadang kemewahan, kenyamanan dan kesejahteraan bisa
membuat seseorang terlena dan menjauh dari Tuhan. Bisa jadi Tuhan
sengaja mendatangkan bencana dan keterpurukan ekonomi sehingga
umat-Nya berbalik dari dosa dan bertobat dengan sungguh-sungguh.
[FI]
Yoel 1:15
“Wahai, hari itu! Sungguh, hari Tuhan sudah dekat,
datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.”
14
Rabu
Pemulihan Umat yang Bertobat
10
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Yoel 2
Bencana tulah belalang di tanah Israel hanyalah sebuah metafora
untuk menunjukkan penghukuman Tuhan yang dahsyat bagi mereka
yang tidak mau bertobat pada hari Tuhan. Dalam 2:2-11, diperlihatkan bagaimana hukuman yang sangat mengerikan itu akan diberikan kepada mereka yang tidak mau bertobat. Jika dilihat dari tuturan Nabi Yoel, maka dosa-dosa umat menunjuk pada keagamaan
yang palsu, yaitu ibadah yang setengah hati serta kesalehan yang
tampak dari luar, namun bukan berasal dari hati. Itulah sebabnya,
Nabi Yoel mengatakan bahwa pertobatan sejati itu adalah dengan
cara mengoyakkan hati dan bukan pakaian saja (2:13). Sementara
bagi umat yang bertobat (2:12-17), Tuhan berjanji akan menjauhkan dari serangan bangsa lain, hasil pertanian dan peternakan yang
melimpah dan memulihkan kondisi akibat bencana tulah belalang
(2:18-27). Bahkan, Tuhan akan mencurahkan Roh-Nya kepada umat
yang bertobat dalam arti bahwa Tuhan akan menyertai umat-Nya
kembali (2:28-29). Dalam relasi yang dipulihkan dengan Tuhan,
Tuhan menyatakan keselamatan-Nya (2:32).
Tuhan bisa memakai banyak cara, termasuk melalui bangsabangsa lain sebagai alat penghukuman-Nya bagi mereka yang tetap
tinggal dalam dosa. Mengingat hukuman Tuhan juga menimpa mereka yang mengaku umat Tuhan, maka kita perlu menyadari apakah
kita sudah menjadi umat yang mengalami pertobatan? Pemulihan
Tuhan bagi umat yang bertobat bukan sekadar pemulihan secara
fisik, tetapi yang lebih penting adalah pemulihan hati dan relasi
dengan Tuhan. [FI]
Yoel 2:13
“Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,
berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab
Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih
setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.”
15
Kamis
Berkat dan Hukuman di Hari Tuhan
11
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Yoel 3
Konsep tentang hari Tuhan yg akan terjadi tentunya berbeda perspektif bagi mereka yang mau bertobat dengan bagi mereka yang
tidak mau bertobat. Penghukuman disediakan bukan hanya bagi
umat yang tetap tinggal dalam dosa-dosanya, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan (3:1-16). Dalam 3:11-12,
diberikan gambaran tentang bagaimana Tuhan sendiri yang akan
memimpin peperangan melawan bangsa-bangsa di lembah Yosafat.
Di tempat itulah, Tuhan menghakimi bangsa-bangsa. Peperangan ini
pada akhirnya menunjukkan siapakah Tuhan itu (3:17). Empat ayat
terakhir (3:18-21) menjadi ayat penegasan yang memberikan gambaran secara eskatologis bahwa hari Tuhan yang akan datang itu
akan penuh dengan berkat yang luar biasa bagi mereka yang bertobat dan dipulihkan oleh Tuhan. Berkat itu meliputi pemulihan hasil
tanah (3:18), ketiadaan ancaman dari bangsa-bangsa sekitar (3:19),
kediaman Yehuda dan Yerusalem yang kekal (3:20) dan Tuhan berdiam di Sion selamanya (3:21).
Tuhan yang menggemakan penghukuman yang mengerikan pada
hari Tuhan adalah Tuhan yang sama yang memanggil kita untuk bertobat serta memberikan pengampunan dan berkat. Sebagai Tuhan yang
mampu mendatangkan berkat dan hukuman, Tuhan memberikan kengerian bagi mereka yang tidak mau percaya kepada-Nya. Bagi umatNya yang sejati, Ia memberikan pengharapan yang kekal dan pasti.
Sebagai umat yang sejati, maka tiap orang percaya tidak lagi berfokus
pada kengerian penghukuman sebagai hal yang menakutkan karena
fokus kita sekarang pada keajaiban kasih karunia Tuhan yang memberi
keselamatan dan pemeliharaan hingga kesudahannya. Bersyukurlah
atas janji pemulihan dari Tuhan bagi tiap orang percaya. [FI]
Yoel 3:16b
“Tetapi TUHAN adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya,
dan benteng bagi orang Israel.”
16
Mengenal Allah Melalui Kitab Amos
A
mos adalah seorang nabi Allah yag berasal dari Tekoa, sebuah desa
di wilayah Yehuda. Dia bekerja sebagai peternak domba. Berdasarkan
1:1, Amos bernubuat pada masa pemerintahan Raja Uzia (Yehuda) dan
Raja Yerobeam II (Israel), yaitu masa saat kedua kerajaan mengalami masa
kejayaan, namun juga masa saat penyembahan berhala, kebejatan moral,
korupsi dan penindasan terhadap rakyat miskin terjadi. Pada akhirnya,
Allah menghukum Kerajaan Israel dengan membawanya masuk dalam
pembuangan oleh bangsa Asyur (722-721 BC).
Amos dipanggil oleh Allah untuk pergi dari Yehuda ke Utara—ke
wilayah kerajaan Israel—untuk menyampaikan berita penghukuman
dan keselamatan dari Allah. Meskipun ia tahu bahwa beritanya akan
ditolak dan ditentang oleh kalangan petinggi kerajaan Israel, ia berani
menyampaikan berita tentang kejatuhan bangsa Israel dan bangsabangsa lain di sekitarnya sebagai bentuk penghukuman Allah.
Dalam keseluruhan kitab Amos, paparan kegagalan bangsa Israel
dalam menyembah Allah yang benar dan ketidakadilan sosial yang
dilakukan oleh bangsa Israel menjadi alasan utama mengapa Allah
murka kepada bangsa Israel. Sebagai kitab nubuat, maka tema utama
kitab Amos ini adalah penghakiman universal dari Allah. Penghukuman Allah bukan hanya ditujukan kepada bangsa Israel yang berdosa,
melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah.
Hal ini sekaligus menunjukkan kedaulatan Allah atas semua bangsa.
Namun, di tengah penghukuman-Nya, Allah tetap akan memulihkan
sisa umat-Nya yang sungguh-sungguh mencari Tuhan dan bertekun
dalam melakukan perbuatan baik dengan memberikan pengharapan
dan berkat bagi umat di masa depan.
Kitab Amos ini mengingatkan umat Allah pada masa kini untuk
menjalankan ibadah bukan sebagai ritual keagamaan belaka dengan kesalehan yang palsu, melainkan menjalankan ibadah sebagai wujud kasih kepada Allah. Kita juga diajak oleh sang nabi untuk
menjauhkan diri dari rupa-rupa perbuatan jahat yang merugikan
sesama, serta aktif menyatakan kebenaran dan keadilan Allah di
tengah-tengah bangsa ini sehingga gereja memiliki dampak yang
positif dan membangun bagi masyarakat. Sebagaimana kita dituntut untuk hidup benar, maka kita yang hidup sesuai dengan kebenaran firman Allah akan diganjar dengan berkat-bekat rohani yang
melimpah dari Allah. [FI]
17
Jumat
Penghukuman TUHAN Adil
12
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 1-2
Kitab Amos dibuka dengan perkataan nabi “TUHAN mengaum dari
Sion” (1:2) sebagai bentuk auman murka Tuhan yang menyala-nyala
atas kejahatan bangsa-bangsa. Menariknya, penghukuman itu tidak
hanya ditujukan kepada bangsa-bangsa lain, namun Yehuda dan Israel
juga tidak luput dari penghukuman Tuhan. Ini menunjukkan bahwa
penghukuman TUHAN itu berlangsung adil atas semua bangsa, tanpa terkecuali bagi bangsa Israel yang meyakini bahwa mereka adalah
bangsa pilihan TUHAN. Bentuk pengulangan “karena tiga ..., bahkan
empat” menunjukkan bahwa dosa dan kekerasan hati bangsa-bangsa
tersebut sudah mencapai puncaknya, sehingga Allah bertindak menghukum mereka.
Sangat wajar jika bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal hukum
TUHAN melakukan kejahatan yang keji, namun tidak seharusnya kejahatan yang sama dilakukan oleh bangsa Israel yang mengenal hukum TUHAN. Yehuda menolak berpegang pada hukum TUHAN (2:4),
sedangkan Israel menindas orang lemah, mencari keuntungan diri,
melakukan perzinahan dan percabulan, dan bersenang-senang atas
harta gadaian sesamanya (2:6-8). Semuanya itu pada akhirnya mendatangkan hukuman atas mereka (2:13-16).
Berita penghukuman ini menjadi cermin bagi orang Kristen masa
kini. Sungguh menyedihkan jika orang Kristen berperilaku sama dengan
orang dunia dengan segala nafsu duniawinya. Selama manusia—bahkan orang Kristen sekalipun—tidak mau mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup benar, penghukuman TUHAN pasti berlaku bagi
mereka. Godaan dosa di zaman akhir ini makin kuat menyeret orang
Kristen untuk jatuh di dalamnya. Hanya dengan kembali kepada firmanNya setiap orang percaya dapat hidup berkenan kepada TUHAN. [FI]
Amos 1:2a
“TUHAN mengaum dari Sion dan dari Yerusalem
Ia memperdengarkan suara-Nya.”
18
Sabtu
TUHAN Tidak Asal Menghukum
13
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 3
Sebagai suatu negara yang sedang ada dalam era kejayaannya,
Israel tentu tidak akan dengan mudah memercayai nubuat yang
disampaikan oleh Nabi Amos mengenai kehancuran dan penghukuman TUHAN atas Kerajaan Israel. Akan tetapi, tentu berita
penghukuman TUHAN ini bukanlah diucapkan tanpa ada alasan
yang kuat. Bentuk kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban (karena jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah
jelas, yaitu “tidak”) yang disampaikan Nabi Amos dalam 3:2-8
ini disampaikan dalam bentuk sebab-akibat untuk menyatakan
bahwa pasti ada penyebab dari segala sesuatu. Karena itu, pasti
ada alasan yang kuat juga mengapa TUHAN seperti singa yang
mengaum? Segala dosa dan kejahatan Israel yang dipaparkan
dalam pasal 2 menjadi alasan yang kuat mengapa TUHAN menghukum Israel. Nabi Amos bukan hanya mengingatkan akan dosa
dan kejahatan Israel, namun juga menyampaikan bahwa penghukuman TUHAN melalui Asyur dan Mesir yang menyerang Israel
akan berdampak pada kehancuran Kerajaan Israel (3:11-12).
Suatu hal yang menyedihkan jika orang percaya tidak peka
akan dosa. Kenyamanan dan kemakmuran terkadang membutakan mata rohani sebagian orang Kristen, sehingga mereka
mengabaikan kebenaran dan berani berbuat dosa yang menjijikkan di hadapan Tuhan demi mengejar semua itu. Jika Tuhan
pada saat-Nya menyatakan penghukuman-Nya, Tuhan pasti memiliki alasan yang kuat atas penghukuman-Nya. Namun, sebelum Tuhan menghukum, bukankah lebih baik bila orang percaya
lebih dahulu sadar akan keberdosaannya? [FI]
Amos 3:7
“Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu
tanpa menyatakan keputusan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.”
19
Minggu
Kepalsuan Hidup Umat TUHAN
14
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 4
Terkadang, sebagian orang secara sangat naif menganggap bahwa
semua orang kaya memperoleh kekayaan dari buah pekerjaannya
yang benar selama ini. Semua orang yang beribadah ke gereja dianggap sebagai orang percaya yang sungguh-sungguh. Nyatanya,
Nabi Amos memperlihatkan realita umat Israel yang berbeda pada
masa itu. Perempuan-perempuan kaya yang digambarkan dengan
lembu-lembu Basan justru mendapatkan kekayaan dari hasil memeras dan menginjak orang miskin (4:1). Demikian juga, umat yang
beribadah di Betel dan Gilgal sebagai pusat peribadatan umat di
Kerajaan Israel bukan menyembah Allah yang benar, melainkan menyembah patung lembu emas (4:4; bandingkan dengan 1 Raja-raja
12:28-29), Baal, dan dewa-dewa kekejian lainnya. Tidakkah semua
itu menunjukkan kepalsuan hidup umat Israel? Hidup mereka tampak di luar diberkati TUHAN dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan keagamaan, tetapi di dalamnya hanyalah kepalsuan belaka
yang menimbulkan penghukuman TUHAN atas mereka.
Seruan Nabi Amos agar mereka bersiap bertemu dengan Allah
mereka (4:12) sebenarnya menunjukkan bahwa meskipun Allah
akan menghukum Israel yang berdosa, namun Allah masih memberikan kesempatan bagi Israel untuk bertobat dari segala kepalsuan penyembahan yang tidak berkenan di hati-Nya. Pertobatan
yang sejati tentu harus dimulai dengan melepaskan segala topeng
kepalsuan hidup orang percaya. Hidup orang Kristen itu indah jika
kita mau bersyukur menikmati berkat yang memang berasal dari
hasil yang benar dan diberkati Tuhan dan beribadah dengan hati
yang menyembah kepada Allah yang benar. [FI]
Amos 5:14
“Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup,
dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam,
akan menyertai kamu”
20
Senin
Ketika Sang Nabi Meratap
15
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 5
Sebuah ratapan tentunya biasa kita dengar ketika terjadi bencana,
tragedi atau suasana perkabungan karena meninggalnya orang yang
sangat dikasihi. Akan tetapi, bagaimana jika ratapan itu justru terjadi
pada situasi sebaliknya? Nabi Amos meratap justru ketika Kerajaan
Israel ada dalam masa kejayaannya. Dalam ratapannya, Nabi Amos
memperingatkan bahwa Israel akan mengalami kehancuran (5:2-3) dan
pembuangan jauh ke seberang, yaitu ke Damsyik (5:27). Setidaknya,
sampai tiga kali Nabi Amos menyerukan pertobatan bagi Israel dalam
pasal 5 ini saja (5:4-6, 14-15, 24). Pengulangan seruan pertobatan ini
menunjukkan bahwa umat harus segera sadar akan keberdosaan mereka dan kembali kepada TUHAN. Bukan tanpa alasan bahwa Nabi Amos
meratap atas Israel dalam kejayaannya. Kenikmatan akan kemewahan
duniawi melalui cara menindas orang miskin dan beribadah kepada
ilah lain telah membuat hati mereka degil. Karena semua perilaku itu
seolah-olah tidak menuai konsekuensi hukuman langsung, dan malahan membawa keberuntungan secara materi, membuat Israel makin
jatuh dalam dosa.
Kedegilan hati Israel mengingatkan setiap orang percaya bahwa
dosa biasanya dimulai dari perasaan nyaman dan senang terhadap segala kenikmatan dari dunia meski itu mengorbankan kebenaran. Rasa
nyaman yang berasal dari perbuatan dosa itu semakin membawa kita
pada kejatuhan yang semakin dalam. Pada akhirnya, segala sukacita
atas kenikmatan dunia itu akan berganti dengan ratapan ketika Tuhan
menyatakan keadilan dan penghakiman-Nya. Segeralah sadar akan kejatuhanmu. Berbalik dan merataplah sebelum penghukuman itu terjadi atas dirimu! [FI]
Amos 5:24
“Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air
dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.”
21
Selasa
Bahaya Ketidakpekaan Rohani
16
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 6
Hal yang sangat membahayakan dalam diri seorang Kristen adalah
ketika merasa kehidupannya selama ini baik-baik saja, padahal
kenyataannya dia memiliki masalah serius dalam kehidupan rohaninya. Tidak heran kalau tiba-tiba saja kita melihat seorang yang
semula merupakan aktivis gereja kemudian meninggalkan Tuhan
dan kehidupannya semakin jauh dari kebenaran. Masalah yang terjadi sebenarnya adalah soal ketidakpekaan. Ketidakpekaan ini juga
dialami oleh umat Israel ketika mereka merasa bahwa kondisi negara aman dan sejahtera. Nabi Amos mengingatkan bahwa perasaan
sukacita dan rasa aman itu palsu dan sementara karena TUHAN
akan menjatuhkan penghukuman-Nya dengan segera kepada mereka (6:13). Isyarat penghukuman TUHAN yang pertama adalah lewat gempa bumi yang dahsyat yang terjadi di tanah Israel (6:9-11,
bandingkan dengan ayat 1). Isyarat penghukuman yang kedua bagi
bangsa Israel adalah melalui kebangkitan bangsa lain yang di kemudian hari diketahui adalah bangsa Asyur yang akan menindas dan
membawa Israel masuk dalam pembuangan.
Ketidakpekaan secara rohani menjadi tahap awal kejatuhan
seorang Kristen. Siapa pun kita, bahkan termasuk pemimpin rohani
pun tidak akan terluput dari kejatuhan akibat ketidakpekaan pada
dosa dan pelanggaran. Mari kita kembangkan kepekaan yang terus
menerus untuk melihat apakah hati kita tetap berpaut pada Allah
atau pada ilah-ilah lain zaman ini yang menyeret kita makin jauh
dari TUHAN. [FI]
Amos 6:1
“Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orangorang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orangorang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang
kepada mereka kaum Israel biasa datang!”
22
Rabu
Sikap Menerima Teguran TUHAN
17
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 7-8
Dibutuhkan keberanian bagi Nabi Amos untuk menyampaikan lima
penglihatan dari TUHAN kepada umat Israel, mengingat bahwa kelima penglihatan tersebut berisi berita tentang penghukuman dan
kehancuran Israel. Dua penglihatan pertama, yaitu penglihatan
tentang belalang dan api, merujuk pada bencana kelaparan dan
kekeringan. Namun, setelah Nabi Amos berdoa memohon, TUHAN
mengabulkan doanya sehingga bencana itu tidak terjadi. Namun,
melalui penglihatan ketiga, yaitu penglihatan tentang tali sipat yang
biasa dipakai untuk mengukur standar tegak lurus suatu bangunan,
TUHAN mendapati bahwa segala perilaku bangsa Israel sudah tidak sesuai dengan standar dan Allah tidak akan memaafkan Israel
karena dosa dan kejahatan mereka yang sangat besar (7:8). Melalui
penglihatan keempat, yaitu bakul yang berisi buah-buahan musim
kemarau, TUHAN ingin menyampaikan bahwa seperti buah-buahan
yang sudah matang itu, penghukuman terhadap Israel juga tidak
akan ditunda-tunda lagi oleh TUHAN. Ketika penghukuman Allah itu
terjadi, barulah umat akan menyesal serta merasakan kehausan dan
kelaparan untuk mendengarkan Firman TUHAN (8:11). Keberanian
Nabi Amos menyampaikan berita penghukuman ini tidak membuat
umat bertobat. Sebaliknya, ia diperlakukan tidak baik oleh Amazia,
Imam di Betel. Namun, Nabi Amos tetap teguh dan setia dalam menyampaikan berita penghukuman ini.
Terkadang Tuhan memakai orang lain di sekitar kita untuk menjadi sarana guna menegur dosa-dosa kita. Sangat disayangkan jika
teguran Tuhan itu kita abaikan. Teguran Tuhan justru menunjukkan
bahwa Ia sayang kepada kita dan ingin agar kita bertobat. [FI]
Amos 7:8b
“Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat
di tengah-tengah umat-Ku Israel;
Aku tidak akan memaafkannya lagi.”
23
Kamis
Pemulihan Pondok Daud
18
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Amos 9
Paparan Alkitab akan Allah yang adil dan kudus tidak akan pernah
terlepas dari paparan akan hakikat kasih Allah. Demikian juga dalam
berita penghukuman, Allah seringkali menyelipkan berita pemulihan
bagi umat yang mau berbalik dari dosa. Demikian juga ketika Nabi
Amos menyampaikan penglihatan kelima, yaitu dihancurkannya mezbah penyembahan umat Israel di Betel. Penglihatan ini merupakan
tanda bahwa Israel sebagai bangsa yang dipilih Allah didapati tidak
berbeda dengan bangsa-bangsa lain yang menyembah berhala. Kegagalan Israel untuk setia kepada TUHAN membuat murka Allah itu
dinyatakan kepada semua umat yang berdosa tanpa terluput satu
pun (9:8-10). Namun, dalam kesetiaan Allah akan janji-Nya, Ia menyediakan janji pemulihan bagi “Pondok Daun” yang telah roboh itu (9:
11). Artinya umat yang sungguh-sungguh bertobat akan mendapatkan
pemulihan dari TUHAN. Janji pemulihan bagi “Pondok Daun” ini secara
terbatas digenapi dalam masa setelah pembuangan, yaitu pada zaman
Ezra dan Nehemia. Penuntasan janji Allah ini diawali dengan kelahiran
Yesus Kristus (Lihat Lukas 1:32-33), dan klimaksnya terjadi pada akhir
zaman nanti.
Berita penghukuman Allah ini juga memiliki relevansi dengan orang
percaya pada masa kini. Allah tetap sama dalam standar keadilan dan
kekudusan-Nya. Artinya, penghukuman-Nya akan tetap dikerjakan
bagi mereka yang terus-menerus hidup dalam dosa dan ketidakbenaran. Akan tetapi, dalam kasih-Nya, Allah tetap akan memulihkan orang
percaya yang mau sungguh-sungguh bertobat dan datang kepada-Nya.
[FI]
Amos 9:11
“Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali
pondok Daud yang telah roboh;
Aku akan menutup pecahan dindingnya,
dan akan mendirikan kembali reruntuhannya.”
24
Jumat
Ingatlah akan Kasih Setia TUHAN
19
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 36
Dunia tempat kita hidup bukanlah tempat yang aman. Setiap hari kita
melihat dan mendengar berita tentang kejahatan yang semakin merajalela. Keadaan ini terjadi karena manusia tidak memiliki hati yang takut
akan TUHAN. Manusia lebih memilih untuk mengikuti keinginan hatinya
untuk berbuat dosa. Situasi seperti inilah yang melatarbelakangi perenungan Daud dalam Mazmur 36.
Mazmur ini dimulai dengan sorotan terhadap kehidupan orang fasik.
Mereka tidak memiliki rasa takut akan Allah sebab mereka memberi diri
untuk terus mendengarkan tutur dosa yang berbicara dalam lubuk hati
mereka. Karena itu, hati mereka menjadi tumpul. Mereka tidak memiliki kepekaan dan kemampuan mengenali maupun membenci kesalahan
mereka sendiri. Akibatnya, mereka melakukan berbagai macam tindak
kejahatan baik dengan perkataan mereka yang penuh dengan tipu daya
maupun ketidakmampuan mereka untuk berbuat baik. Di tengah kefasikan manusia, Pemazmur mengajak kita untuk merenungkan betapa berharganya kasih setia TUHAN. Bahwa kasih setia Tuhan bagi orang benar
tak terbatas dan tak terukur. Bahwa keadilan-Nya pasti akan ditegakkan. Di dalam kasih setia-Nya yang tak terbatas dan tak terukur, orangorang benar merasa aman, puas dan sukacita. Keyakinan Pemazmur ini
didasarkan pada pemahaman bahwa TUHAN-lah Sumber Hidup. Atas
dasar keyakinan ini pula, Pemazmur berdoa kepada TUHAN memohon
perlindungan dari orang-orang Fasik. Di dalam dunia yang berdosa ini,
di mana kejahatan merajalela, kita dapat menemukan pengharapan di
dalam kasih setia dan keadilan-Nya. Bahwa kasih setia-Nya memberi
rasa aman dan keadilan-Nya pasti ditegakkan. [CG]
Mazmur 36:6-7
“Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan.
Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah,
hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat.
Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN.”
25
Sabtu
Kebahagiaan Orang Fasik Semu
20
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 37
Kita seringkali menghadapi kenyataan bahwa orang benar hidup menderita
sementara orang fasik hidup sukses dan makmur. Kenyataan ini membuat
kita merasa iri dan marah kepada orang fasik karena mereka bebas berbuat
jahat (curang, menipu, merancangkan kejahatan terhadap orang benar),
tetapi hidup mereka seperti tidak pernah mengalami kesusahan. Kenyataan
hidup yang kita dengar dan saksikan sehari-hari tidak jauh berbeda dengan
zaman pemazmur.
Di dalam dunia, tempat kefasikan merajalela, Pemazmur menasehati umat Allah untuk tidak iri dan marah kepada orang yang berbuat jahat.
Mengapa? Pemazmur memberikan beberapa alasan. Pertama, orang yang
berbuat jahat tidak akan bertahan lama. Mereka seperti rumput yang
segera lisut, seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang segera layu. Kedua, mereka akan dilenyapkan dan dibinasakan. Ketiga, kejahatan yang dirancangkan orang fasik terhadap orang benar akan menimpa mereka sendiri. Karena
itu, berhentilah marah kepada orang fasik. Itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebaliknya, serahkanlah hidup Anda kepada Tuhan dan lakukanlah
yang baik, maka TUHAN akan bertindak. Tuhan tahu memelihara umat-Nya.
Ia akan memberkati dan memberi upah kepada orang benar.
Kita mudah tawar hari kalau melihat orang fasik bebas berbuat jahat,
tetapi hidupnya berhasil, sementara orang yang hidup jujur dan benar
seringkali susah dan menderita. Ingatlah bahwa Tuhan pasti akan menghukum orang fasik dan memberi upah kepada orang benar. [CG]
Mazmur 37:27-29
“Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,
maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya;
sebab TUHAN mencintai hukum
dan Ia tidak akan meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya.
Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara,
tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. Orang-orang
benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.”
26
Minggu
Tuhan, Kasihanilah Aku
21
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 38-39
Mazmur 38-39 merupakan suatu doa, yaitu doa Pemazmur agar
TUHAN tidak terus menghukum dan menghajarnya karena dosa
dan kesalahan yang telah dia lakukan (38:2; 39:11). Pemazmur menyadari bahwa ia menderita karena dosa dan kesalahannya (38:45, 18; 39:11). Penderitaan akibat dosa itu membuatnya mengalami
sakit-penyakit. Sakit-penyakit yang diderita begitu parah sehingga
tidak ada yang sehat pada anggota tubuhnya. Seakan-akan belum
cukup, penderitaannya terasa semakin berat saat orang-orang yang
diharapkan memberikan penghiburan kepadanya justru menjauh
darinya karena sakit-penyakit itu, bahkan orang-orang fasik merencanakan kehancurannya. Meskipun demikian, ia tidak membuka mulutnya. Ia menyadari bahwa ia sudah cukup menderita karena perbuatan dosanya, maka ia tidak mau membuat dirinya semakin berdosa
kepada Tuhan dengan kata-katanya. Di dalam penderitaannya yang
berat, ia dengan rendah hati mengaku dosa dan berharap agar Tuhan
menjawab doanya dengan melepaskannya dari segala kesalahannya.
Penderitaan yang berat karena dosa itu membawanya pada suatu kesadaran akan betapa fana dirinya.
Dosa selalu mendatangkan penderitaan. Penderitaan itu bisa
berupa sakit secara fisik, secara mental maupun secara rohani. Untuk membereskan masalah dosa, maka dosa harus diakui di hadapan
TUHAN supaya beroleh pengampunan dan pemulihan. [CG]
Mazmur 39:13-14
“Dengarkanlah doaku, ya Tuhan,
dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong,
janganlah berdiam diri melihat air mataku!
Sebab aku menumpang pada-Mu,
aku pendatang seperti semua nenek moyangku.
Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku,
supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!”
27
Senin
TUHAN Pasti Menolong
22
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 40
Di dalam Mazmur 40, Daud menceritakan pergumulan berat yang
menekan hidupnya. Pergumulan berat itu digambarkan oleh Daud
seperti orang yang berada dalam lobang kebinasaan dan lumpur
rawa. Gambaran tentang lobang kebinasaan dan lumpur rawa menunjukkan keadaan bahaya yang mengancam jiwanya. Dalam keadaan seperti ini, wajar kalau Daud ingin segera beroleh jalan keluar.
Akan tetapi, jalan keluar dari TUHAN seringkali tidak datang secepat
yang dia inginkan. Meski jalan keluar tidak segera diperoleh, namun
Daud tetap menanti-nantikan TUHAN. Penantiannya akan TUHAN tidak mengecewakan. Tuhan mendengar teriaknya minta tolong dan
menyelamatkannya. Oleh karena itu, Daud mengungkapkan rasa syukur atas perbuatan TUHAN yang ajaib dalam hidupnya di masa lalu.
Ia mau menceritakan apa yang TUHAN telah perbuat atas hidupnya
kepada orang lain.
Dari pengalaman pernah ditolong TUHAN, Daud berkeyakinan
bahwa Allah dapat diandalkan. Kini, saat ia merasa begitu tertekan
karena para musuh mengepung dan menginginkan kematiannya, ia
berseru memohon agar TUHAN jangan berlambat melepaskannya dari
himpitan para musuhnya, supaya ketika mereka melihat pertolongan
TUHAN atasnya, mereka akan mundur, tidak terus menekan. Apakah
Anda memiliki pengalaman ditolong TUHAN pada masa lalu? Sudahkah Anda bersyukur dan menceritakan apa yang TUHAN telah perbuat
atas hidup Anda? Ia telah menolong kita pada masa lalu. Ia juga dapat
menolong kita dalam menghadapi pergumulan saat ini! [CG]
Mazmur 40:6
“Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku,
perbuatan-MU yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami.
Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau.
Aku mau memberitakan dan mengatakannya,
tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.”
28
Selasa
Doa Mohon Kesembuhan
23
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 41
Mazmur ini merupakan bagian dari ritual (upacara) permohonan kesembuhan di Bait Allah yang diangkat dari pergumulan Daud ketika
menghadapi pengkhianatan pada waktu sakit. Pada waktu Daud sakit
dan keadaannya begitu lemah, wajar kalau ia membutuhkan penghiburan dari orang lain. Akan tetapi, yang didapatkan justru hanya dusta
dan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Bebannya semakin berat karena musuh-musuhnya sangat menginginkan
kematiannya.
Di tengah pergumulan seperti di atas, Daud mempunyai keyakinan
bahwa Allah adalah Allah yang menyatakan belas kasihan. Ia tidak berlaku seperti orang-orang terdekatnya. Keyakinan itu mendorongnya untuk memohon belas kasihan Tuhan agar beroleh kesembuhan, karena
ia sadar bahwa sakit yang dialaminya adalah karena dosa. Menurutnya,
orang yang tidak pernah mau menolong sesama—apalagi yang lemah—
tidak mempunyai hak untuk mencari pertolongan TUHAN pada waktu
krisis. Ia yakin bahwa Allah akan memulihkannya dan menopangnya.
Oleh karena itu, ia berbahagia karena sebagai raja, ia telah memperhatikan orang yang lemah. Itulah sebabnya, pemazmur mengawali mazmur
ini dengan seruan berbahagia. Siapa yang berbahagia? Yaitu orang yang
memperhatikan orang lemah. Mengapa berbahagia? Karena Tuhan akan
melindungi dan memelihara nyawanya serta akan menyembuhkan dia
dari sakit yang ia derita. [CG]
Mazmur 41:2-4
“Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah,
TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka.
TUHAN akan melindungi dia dan memelihara nyawanya,
sehingga ia disebut berbahagia di bumi;
Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya!
TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit;
di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya.”
29
Rabu
Berharap Kepada TUHAN
dalam Kesesakan
24
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 42-43
Bagaimana perasaan Anda jika Anda tinggal di tengah lingkungan
orang yang tidak seiman yang tidak menyukai—bahkan mengolokolok—Anda karena Anda adalah seorang Kristen? Tentu situasi seperti itu sangat menekan hidup Anda, bukan? Situasi seperti inilah yang dirasakan oleh Pemazmur dalam Mazmur 42 dan 43 ini.
Mazmur ini merupakan sebuah mazmur yang menyatakan kerinduan seseorang dalam pembuangan untuk menikmati hadirat Allah.
Kerinduannya akan Allah itu begitu besar, ibarat rusa yang merindukan sungai yang berair. Akan tetapi, ia tidak dapat beribadah
kepada TUHAN dengan cara yang biasa dilakukannya di dalam Bait
Allah di Yerusalem.
Situasi bertambah berat ketika orang-orang yang tidak beriman
mengolok-olok dirinya, seakan-akan Allah Israel tidak mampu menolong mereka. Namun demikian, keadaan tertekan tidak membuat
sang pemazmur tenggelam. Ia bangkit dari perasaan yang menekan
hidupnya itu? Apa yang membuat ia dapat keluar dari situasi itu?
Pertama, ia mengingat masa lalu, ketika ia datang ke rumah Allah
dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Kedua, ia mengingat kebesaran Allah di dalam alam serta kasih setia Allah di dalam hidupnya.
Ingatannya mengenai masa lalu dan tentang kebesaran serta kasih
setia TUHAN mendorong pemazmur untuk berharap kepada Allah,
Penolongnya. Apakah saat ini Anda sedang mengalami tekanan hidup yang berat? Berharaplah kepada Allah. Ia sanggup menolong
Anda! [CG]
Mazmur 42:6
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya,
penolongku dan Allahku!”
30
Kamis
Tetap Setia meski Susah
25
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 44
Realita kehidupan tidak selalu mudah dimengerti. Adakalanya kita menemukan bahwa pengenalan kita tentang TUHAN sepertinya bertentangan dengan realita hidup yang kita alami. Pergumulan seperti ini juga
mewarnai penulisan Mazmur 44. Mazmur ini menggambarkan pergumulan umat Tuhan ketika mengalami krisis iman dan tekanan batin yang
berat karena penindasan dari bangsa lain yang TUHAN izinkan menimpa
hidup mereka.
Umat Allah telah mendengar dari nenek moyang mereka tentang
karya penyelamatan Allah di masa lalu, bagaimana Allah telah memimpin
mereka keluar dari Mesir dan memberikan mereka Tanah Perjanjian.
Itu bukan karena kekuatan pedang, tetapi karena kuasa dan kekuatan
Allah yang membela mereka. Oleh karena itu, umat Allah memuji dan
bersyukur kepada-Nya. Tetapi sekarang, sulit bagi mereka untuk memahami mengapa Allah mengizinkan penderitaan justru saat mereka tidak
melupakan Tuhan dan tidak mengkhianati perjanjian-Nya serta tidak
menyimpang dari jalan TUHAN. Mengapa Allah seolah-olah tertidur dan
tidak segera menolong mereka? Tidak sedikit orang beriman yang saleh
mengajukan pertanyaan tentang mengapa Allah mengizinkan orang
benar menderita. Di dalam keterbatasan kita untuk memahami jalanjalan TUHAN, ada satu hal yang harus kita yakini, yaitu bahwa Allah itu
baik. Ia selalu bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita. itulah
penghiburan bagi kita. [CG]
Mazmur 44:4-6
“Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri,
bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan,
melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu,
sebab Engkau berkenan kepada mereka. Engkaulah Rajaku dan Allahku
yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub. Dengan Engkaulah
kami menanduk para lawan kami, dengan nama-Mulah kami
menginjak-injak orang-orang yang bangkit menyerang kami.”
31
Jumat
Menantikan Kristus,
Sang Mempelai Pria
26
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 45
Mazmur 45 ini biasa dinyanyikan pada waktu upacara pernikahan
raja. Mazmur ini juga disebut sebagai mazmur Mesianik (mazmur
yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai Raja). Dua
dimensi dari mazmur ini terjadi karena orang Yahudi memahami
bahwa Mesias dari keturunan Daud akan duduk di takhta Daud untuk memerintah selama-lamanya. Sifat mesianik dari mazmur ini
dapat dilihat dari penggambaran pemazmur mengenai raja. Ia melukiskan sang raja dengan pujian yang begitu indah, “terelok di
antara anak-anak manusia”, penuh dengan “kemurahan” dan Allah
“memberkati” dia Bahkan, raja itu digambarkan sebagai pahlawan
agung yang menegakkan keadilan dan kebenaran. Ia menghancurkan dan menaklukan musuh-musuh di bawah kakinya. Semua gambaran tentang raja dalam mazmur ini juga menunjuk kepada Mesias
yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus.
Para penulis Perjanjian Baru melihat mazmur ini dalam kaitan
hubungan Kristus dan jemaat, yaitu bahwa Kristus adalah mempelai
pria dan gereja adalah mempelai wanita-Nya (Ibrani 1:8,9; Efesus
5:32; Wahyu 19:6,7; 21:2). Kita seharusnya menyadari status kita
sebagai mempelai wanita Kristus. Karena itu, saat kita menantikan
Kristus, Sang Mempelai Pria, tentu kita dituntut untuk hidup kudus dan tak dicemari oleh dosa. Apakah kesadaran akan status kita
sebagai mempelai wanita Kristus menolong kita dalam menjalani
hidup dengan benar sambil menantikan kedatangan-Nya kembali?
[CG]
Mazmur 45:8-9
“Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan;
sebab itu Allah, Allahmu telah mengurapi engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.
Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana;
dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau.”
32
Sabtu
Allah Bagi Kita Tempat Pertolongan
27
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 46-47
Mazmur 46 dan 47 disebut sebagai mazmur dari Bani Korah. Dalam
Mazmur 46, pemazmur mengajak umat Allah untuk merayakan
kehadiran Allah di Yerusalem sebagai kota Allah. Kehadiran Allah
memberikan rasa aman sehingga mereka tidak perlu takut terhadap ancaman yang dahsyat dari musuh-musuh mereka.
Mengapa mereka tidak perlu merasa takut? Mereka tidak perlu
merasa takut karena pengalaman masa lalu tentang bagaimana
Allah telah menolong mereka merupakan bukti bahwa Allah adalah
tempat perlindungan, sumber kekuatan, dan Penolong dalam kesesakan bagi umat-Nya. Keyakinan kita atas pertolongan TUHAN pada
masa lalu seharusnya memberikan rasa tenang dalam diri kita dalam
menghadapi tantangan di masa depan. Ia yang bersama dengan kita
adalah TUHAN Semesta Alam, maka kita tidak perlu takut dan gentar. Di dalam Mazmur 47, pemazmur mengajak segala bangsa untuk
memberikan respons terhadap kebesaran dan kedahsyatan TUHAN
dengan pujian. Allah menunjukkan kebesaran dan kedashyatan-Nya
dengan memerintah dan menaklukan bangsa-bangsa, serta memberikan tanah pusaka bagi umat-Nya. Tuhan bertindak demikian
supaya semua bangsa tahu dan mengakui bahwa Dialah Allah, Raja
di atas segala raja. Apakah pengenalan kita akan TUHAN dengan segala kebesaran dan kedahsyatan-Nya memberikan kepada kita rasa
aman untuk menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan
hidup? [CG]
Mazmur 46:2-4
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan,
sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah,
sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;
sekalipun ribut dan berbuih airnya,
sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.”
33
Minggu
Allah Kota Bentengku
28
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 48-49
Mazmur 48 ini sering disebut nyanyian Sion. Yerusalem adalah kota
kebanggaan Israel bukan saja karena ibukota mereka, tetapi karena di
bukit Sion, di Yerusalem, ada Bait Allah yang melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Mereka punya keyakinan bahwa selama
Yerusalem dan Bait Allah ada, berarti Allah juga hadir dan memberkati
mereka. Kehadiran Allah begitu nyata dalam kehidupan umat Allah.
Ketika bangsa-bangsa lain datang untuk menghancurkan bangsa Israel
dan umat Allah tidak mampu mengalahkan mereka, Allah sendiri yang
berperang bagi umat-Nya sehingga kegentaran dari Allah melanda musuh-musuh umat-Nya.
Mengingat pengalaman masa lalu tentang bagaimana Allah telah
menunjukan kasih setia dengan melindungi dan menyertai umatNya, pemazmur mendorong umat-Nya untuk memuji Allah. Di dalam
Mazmur 49, Pemazmur mengingatkan bahwa apa yang kita anggap
dapat menjadi pegangan hidup kita seperti kekayaan, hikmat, dan
kekuasaan tidak dapat membeli kehidupan. Hanya TUHAN yang dapat
membebaskan kita dari kebinasaan. Jadi, kita tidak perlu minder terhadap mereka yang membanggakan kekayaan, kepandaian dan kekuasaan atau kekuatan mereka, sebab semua itu tidak akan dibawa serta
pada waktu manusia mati. Tidak ada sesuatu pun yang dapat kita
banggakan selain daripada pengenalan kita akan Kristus. Apakah mengenal Kristus menjadi kebanggaan Anda? [CG]
Mazmur 48: 10-12
“Kami mengingat, ya Allah, kasih setia-Mu di dalam Bait-Mu.
Seperti nama-Mu, ya Allah,
demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung bumi;
tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.
Biarlah gunung Sion bersukacita;
biarlah anak-anak perempuan Yehuda bersorak-sorak
oleh karena penghukuman-Mu!”
34
Senin
TUHAN Melihat Hati
29
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 50-51
Mazmur 51 ini merupakan teguran Tuhan atas ibadah palsu umat-Nya.
Melalui mazmur ini, pemazmur mengajak umat Allah untuk melihat apa
yang harus dikoreksi dalam ibadah mereka kepada Allah supaya mereka
dapat mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada-Nya. Allah menolak anggapan dari umat-Nya bahwa Ia dapat dipuaskan dengan persembahan korban mereka, sementara mereka yang mempersembahkan
korban itu hidup dengan seenaknya, menolak teguran firman Tuhan,
bergaul dengan pencuri dan pezinah, serta bibir mereka mengucapkan
kata-kata yang jahat dan penuh tipu daya. Ibadah yang berkenan kepada
Allah bukan menyangkut korban persembahan, tetapi berkaitan dengan
kehidupan dari orang yang mempersembahkan korban. Apakah orang
yang mempersembahkan korban itu hidup benar dan persembahan itu
keluar dari hati yang penuh dengan ucapan syukur?
Tuhan selalu memperhatikan hati manusia. Bagaimana hati kita ketika datang kepada-Nya? Ketika Nabi Natan menegur Daud yang telah
berbuat dosa (berzinah dan membiarkan Uria—suami Batsyeba—mati
dalam pertempuran), Daud menerima teguran itu dengan kerendahhatian. Ia datang kepada TUHAN dengan hati yang hancur, mengaku
dosa dan kesalahannya, serta mohon pengampunan TUHAN. Daud
tahu bahwa orang yang datang kepada TUHAN dengan sikap hati yang
demikian tidak akan dipandang hina. Bagaimana sikap hati kita ketika
datang menghampiri TUHAN? Apakah kita datang dengan ketulusan dan
kerendahan hati karena menyadari bahwa kita tidak luput dari dosa dan
kesalahan? [CG]
Mazmur 51:3-5
“Kasihanilah aku ya Allah, menurut kasih setia-Mu.
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku
dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku,
aku senantiasa bergumul dengan dosaku.”
35
Mesias Bagi Semua Kaum
D
okter Lukas memberikan kepada kita kisah yang paling lengkap
mengenai Tuhan Yesus. Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul
merupakan dua buku yang ditulis oleh dokter Lukas yang memberikan kepada kita gambaran tentang sejarah kekristenan (sejarah gereja mula-mula). Kedua kitab ini ditujukan kepada orang
yang sama—yaitu Theophilus, seorang Romawi—dan keduanya dituliskannya dengan tujuan yang sama. Dokter Lukas membukukan
tulisannya setelah melalui penyelidikan yang saksama dan memperoleh dukungan dari sumber yang dapat diandalkan (lihat Lukas
1:1-3). Ia tidak hanya dapat dianggap sebagai penulis biografi dan
sejarah yang handal, tetapi juga seorang pemberita injil yang hendak meyakinkan pembacanya akan kebenaran mengenai peristiwaperistiwa yang terjadi di sekitar tahun-tahun penting kehidupan
Tuhan Yesus.
Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus digambarkan sebagai sosok
“manusia ideal” yang penuh perhatian dan sangat peduli terhadap pelbagai situasi kehidupan sosial. Dalam kitab ini, kita
sering menemukan Tuhan Yesus berinteraksi dengan orang
miskin, wanita, dan mereka yang dikucilkan maupun yang dipandang tidak layak. Semua ini menekankan bahwa Tuhan
Yesus adalah Juruselamat umat manusia yang mengasihi semua
orang tanpa kecuali.
Bila kita menyimak isi dari kitab (Injil) ini, akan terlihat beberapa ciri khas yang amat menonjol, antara lain: (1) Injil ini
terutama ditujukan kepada pembaca yang bukan orang Yahudi.
Hal ini dapat dilihat misalnya dari cara penulis merunut silsilah
Tuhan Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (3:23-38),
tidak hanya sampai kepada Abraham seperti yang dilakukan
oleh Matius (bandingkan dengan Matius 1:1-17). (2) Injil ini
adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa kehidupan Tuhan Yesus sejak menjelang kelahiran hingga kenaikanNya dan sekaligus merupakan kitab yang terpanjang dalam PB.
(3) Gaya penulisan serta kosa kata yang kaya dan indah membuktikan bahwa kitab ini memiliki nilai kesusasteraan yang
tinggi. [FL]
36
Selasa
Rahasia Dipakai Allah
30
Sept
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 1
Maria adalah seorang gadis belia yang sederhana, yang menurut ukuran
manusia tidaklah istimewa. Sekalipun demikian, ia mendapatkan “kasih karunia” (1:28) sehingga terpilih menjadi ibu dari Juruselamat dunia, Yesus.
Dengan hikmat dan kedaulatan-Nya, Allah memakai orang yang nampaknya biasa-biasa saja untuk tujuan yang luar biasa. Dengan memakai orang
yang sederhana, Allah menunjukkan bahwa tidak ada orang yang terlalu
lemah atau tidak berarti yang tidak dapat dipakai Allah. Sebaliknya, tidak
ada orang yang terlalu hebat atau mulia yang dapat membanggakan dirinya karena dipakai Allah (bandingkan dengan 1 Korintus 1:26-29).
Ketika Allah melimpahkan “kasih karunia-Nya” (anugerah khusus-Nya)
kepada seseorang, di situ tentu ada maksud tujuan Allah yang mulia melalui orang tersebut. Berkat Allah tidak dimaksudkan untuk berhenti pada
si penerima berkat, melainkan ada tuntutan dan tanggung jawab yang besar pula. Maria adalah wanita yang mendapatkan “kasih karunia”, tetapi
peran yang harus dimainkannya juga tidaklah sederhana. Ia harus menjalankan tugas yang teramat berat, mengalami banyak penderitaan dan
kepedihan (bandingkan dengan 2:35) sebagai konsekuensi dari “hamil
mendadak” (di luar nikah), serta menyaksikan Anak-nya di kemudian hari
ditolak dan disalibkan.
Rahasia kemenangan iman Maria ada pada kesediaannya untuk taat
dan percaya pada kehendak Allah. Dalam segala kesederhaan dan ketulusannya, Maria melihat dirinya sebagai seorang hamba Tuhan (1:38). Jati
diri ini terbukti bukan dari hasil studi teologis atau gelar akademis, tetapi
dari iman dan perbuatannya yang nyata untuk menerima kehendak Allah
di atas kenyamanan dan keamanan dirinya.
Apakah Anda merindukan kasih karunia (berkat) Allah dalam hidup
Anda? Bersediakah Anda untuk taat dan berserah pada-Nya? [FL]
Lukas 1:38a
Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
37
Rabu
Bukan Sekadar Juruselamat
1
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 2
Kristus Yesus lahir dalam sebuah kandang, tempat di mana ternak dipelihara. Kemungkinan, kandang itu adalah sebuah goa dan palungan
itu adalah tempat makan bagi ternak. Kelahiran Sang Juruselamat tentu
merupakan suatu peristiwa terbesar di alam semesta ini, namun terjadi
dalam keadaan yang paling sederhana. Tuhan Yesus adalah Raja segala
raja, tetapi ia memilih untuk lahir dan hidup tidak seperti seorang raja
atau bangsawan di tengah dunia ini.
Pada malam ketika Ia dilahirkan, malaikat tidak mewartakan kelahiran-Nya kepada para penguasa di Yerusalem atau para pemimpin agama
di Bait Suci, melainkan kepada para gembala, kaum marginal, yang sedang menjaga kawanan ternaknya. Apa yang bagi dunia tidak terpandang, diperhatikan oleh Allah. Kristus datang dalam kerendahan agar
mereka yang paling hina menurut ukuran manusia pun boleh menghampiri Sang Juruselamat dunia. Kabar baik itu ditawarkan bukan hanya
untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seisi dunia, melampaui sekat budaya, suku, golongan, dan teritori (bandingkan dengan Yohanes 3:16).
Malaikat memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai “Juruselamat”. Sebagai Juruselamat, Ia sanggup menolong manusia dari dosa, cengkraman
Iblis, dunia yang jahat, serta dari hukuman dan kematian kekal. Ialah
jawaban bagi kebutuhan utama manusia: dulu, kini, dan esok.
Juruselamat itu adalah “Kristus, Tuhan”. Artinya, Yesus bukan hanya
datang untuk menjadi Penyelamat, tetapi juga menjadi Tuhan dalam kehidupan setiap orang percaya. Anda dipanggil bukan hanya untuk menerima keselamatan, tetapi juga untuk menerima Ke-Tuhan-an-Nya atas
kehidupan Anda. Apakah hidupmu menunjukkan penghormatan, ketaatan, dan kesetiaan pada Dia, Sang Tuan yang berkuasa itu? [FL]
Lukas 2:10b-11
“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu
kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”
38
Kamis
Peringatan Yang Selalu Bergema
2
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 3
Yohanes Pembaptis adalah nabi Tuhan yang terakhir dan terbesar. Pelayanannya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya 700 tahun sebelum dia
muncul (Yesaya 40:3-5). Ia muncul sebagai “pembuka jalan” bagi Sang
Mesias, Juruselamat dunia yang menjadi pusat dari seluruh nubuatan
Kitab Suci. Ia datang dengan membawa pesan yang tegas dan penting,
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2)
Sebagai pembuka jalan, Yohanes Pembaptis mendapatkan kehormatan
untuk menyiapkan bangsanya menyambut kedatangan Mesias dan memperkenalkan Dia kepada mereka. Ia berkhotbah tentang dosa dan menyuruh orang bertobat. Tidak peduli apakah para pendengarnya adalah orang
yang terpandang dan saleh seperti orang Farisi dan orang Saduki, mereka
juga harus bertobat dan menghasilkan buah yang seusai dengan pertobatan (Lukas 3:8). Golongan Farisi adalah kelompok elit keagamaan yang
sangat ketat menaati seluruh Perjanjian Lama serta penafsiran manusiawi
mereka. Mereka meyakini bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan
cara menaati hukum-hukum Allah secara harfiah. Sayangnya, ketaatan
yang mereka perlihatkan sering bersifat lahiriah, bukan dari hati yang tulus dan mengasihi. Golongan Saduki adalah golongan liberal yang tidak
menyukai perkara-perkara rohani. Sekalipun mengaku tunduk kepada hukum Allah, sesungguhnya mereka menyangkal banyak ajaran Perjanjian
Lama. Secara moral, kehidupan mereka lemah dan duniawi.
Pesan Yohanes Pembaptis sangat jelas. Kita tidak bisa memastikan
bahwa seseorang yang memiliki jabatan tinggi dalam keagamaan pasti
memiliki kerohanian yang baik. Bila kehidupan seseorang tidak menghasilkan perbuatan yang baik dan benar, sudah pasti hukuman menantikannya. [FL]
Lukas 3:9
“Kapak sudah tersedia pada akar pohon
dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,
akan ditebang dan dibuang ke dalam api”.
39
Jumat
Bersandar Pada Firman Allah
3
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 4
Hidup ini tidak selalu berjalan dengan lancar dan mulus, bahkan acapkali
tantangan dan cobaan datang menghadang. Itulah yang juga dialami oleh
Tuhan Yesus di awal kemunculan-Nya dalam pelayanan. Iblis berupaya
membelokkan jalan ketaatan Tuhan Yesus yang sempurna kepada kehendak Bapa. Namun, Tuhan Yesus berhasil menghadapi pencobaan tersebut,
sekaligus membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Mesias yang diurapi.
Pencobaan yang dihadapi Tuhan Yesus adalah: Pertama, anjuran untuk memakai urapan dan kedudukan-Nya untuk kepentingan diri sendiri
(4:3-4), Kedua, anjuran untuk memperoleh kemuliaan dan kuasa atas
bangsa-bangsa, sekaligus menolak untuk menerima salib dan jalan kesengsaraan (4:5-8). Ketiga, anjuran untuk menyesuaikan diri-Nya dengan harapan umat Israel yang popular serta menjadi seorang Mesias
yang “sensasional” (4:9-10).
Waspadalah bahwa semua pencobaan yang Iblis lontarkan pada
Tuhan Yesus masih dia pakai untuk menyerang para pemimpin gereja
agar memakai jabatan, kedudukan, dan kemampuan mereka bagi kepentingan diri sendiri; mencari popularitas dan membangun kerajaan
diri sendiri; dan untuk lebih menyenangkan manusia daripada memperkenankan hati Tuhan.
Tuhan Yesus memberikan teladan indah bagi kita lewat kemenangan-Nya atas pencobaan. Hidup dari firman Allah adalah sikap utama
yang ditunjukkan Tuhan Yesus. Firman Allah diutamakan dan merupakan otoritas dalam hidup Tuhan Yesus. Bagi-Nya, taat pada jalan dan tujuan Allah adalah lebih utama dari apa pun yang dapat ditawarkan dunia
kepada seseorang. Memburu sukses, kesenangan dan perkara-perkara
bendawi di luar kehendak Allah akan menimbulkan kekecewaan yang
pahit dan berakhir dengan kegagalan. [FL]
Matius 6:33
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
40
Sabtu
Tuhan Melihat Iman & Ketaatan
4
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 5
Orang seperti apakah yang biasanya dicari dan dipakai oleh Tuhan? Dunia
sering memandang rupa, popularitas, kemampuan, serta jabatan. Tapi,
Tuhan menghargai iman dan ketaatan. Murid-murid Tuhan Yesus kebanyakan adalah para nelayan yang sederhana. Tapi, ada sesuatu yang indah
dalam diri mereka, yaitu kepatuhan. Petrus, misalnya, adalah seorang yang
rela mematuhi perintah Tuhan Yesus ketika ia diminta untuk bertolak ke
tempat yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan (5:45), padahal Petrus punya alasan kuat untuk menganggap dirinya lebih tahu
soal menangkap ikan daripada Tuhan Yesus.
Orang yang sakit kusta tidak boleh mendekati orang lain. Namun, dalam
5:12-13, seorang yang penuh kusta mendatangi Tuhan Yesus dalam kesungguhannya dan Tuhan Yesus menyembuhkannya. Ia tidak berkata, “Tuan, jika
Tuan dapat” tetapi yang ia mengatakan, “Tuan, jika Tuan mau” (5:12). Baginya, jika Tuhan Yesus berkehendak, tiada yang sukar dan mustahil. Pada
masa itu, penyakit kusta adalah penyakit yang sangat mengerikan dan berakibat fatal. Namun, kuasa Tuhan Yesus lebih besar daripada sakit-penyakit
apa pun. Itulah yang diimani oleh orang yang sakit kusta itu.
Peristiwa berikutnya yang mencengangkan ialah saat seorang lumpuh
digotong oleh sahabat-sahabatnya untuk bertemu dengan Tuhan Yesus.
Mereka sampai naik ke atap rumah dan membongkarnya. Tuhan Yesus melihat iman yang hidup dan mujizat pun terjadi. Orang lumpuh itu bukan saja
disembuhkan dari sakitnya, tapi juga diampuni dosanya (5:18-25).
Tuhan Yesus mengampuni si orang lumpuh. Lewi atau Matius—si pemungut cukai—dan teman-temannya percaya kepada Tuhan Yesus yang disebut
sebagai “Sahabat ... orang berdosa” (5:27-29; Matius 9:9-13; 11:19). Para ahli
Taurat dan orang Farisi tidak mengalami kuasa dan pengampunan Tuhan karena mereka tidak percaya dan tidak mengakui bahwa diri mereka “sakit”. [FL]
Lukas 5:32
“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”.
41
Minggu
Untuk Apakah Hari Sabat?
5
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 6
Yesus tidak pernah membatalkan prinsip hari Sabat. Orang Farisi-lah
yang menuduh bahwa Tuhan Yesus telah melanggar hari Sabat. Yang
sebenarnya adalah bahwa Tuhan Yesus tidak menyetujui penafsiran
yang kaku dan ekstrem mengenai Sabat. Bagi Tuhan Yesus, praktik Sabat
bukanlah sekadar upacara keagamaan yang harus dilestarikan dengan
mengorbankan kebutuhan penting manusia.
Hari Sabat dimaksudkan agar manusia mengalami kesejahteraan rohani dan jasmani setelah enam hari bekerja yang seringkali melelahkan.
Allah mengkhususkan hari ketujuh (Sabat) agar manusia dapat beristirahat dari semua pekerjaan dan mempersembahkan diri kepada Allah,
menikmati waktu yang khusus untuk lebih dekat dan mengenal Allah.
Allah ingin agar melalui Sabat, kita menyadari bahwa kepercayaan dan
sukacita kita adalah di dalam Tuhan dan bukan di dalam dunia, kebiasaan
yang mementingkan diri sendiri, harta, atau kesenangan kita.
Orang Kristen dalam PB mengkhususkan hari pertama setiap minggu untuk menyembah Allah dan untuk memperingati hari kebangkitan Kristus (Kisah Para Rasul 20:7; 1 Korintus 16:2). Sebagaimana hari
Sabat dikhususkan oleh Allah sebagai hari yang kudus (Kejadian 2:3;
Keluaran 16:23; Yesaya 58:13), orang Kristen seharusnya menghayati
bahwa dirinya merupakan umat yang dikhususkan oleh Allah untuk hidup kudus di tengah angkatan yang sudah sesat (bandingkan dengan
Keluaran 31:13; 1 Petrus 2:9).
Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Lukas 6:5). Ia mempertegas
makna hari Sabat yang lebih mendalam lagi dengan mengajarkan kita
bahwa Hari Tuhan itu harus menjadi suatu kesempatan untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan, baik secara rohani
maupun jasmani (6:9-10). [FL]
Lukas 6:5
Kata Yesus lagi kepada mereka:
“Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”
42
Senin
Belas Kasih Yesus
6
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 7
Alkitab berulang kali menyatakan perasaan hati Sang Gembala Agung,
Yesus Kristus, yang begitu kuat dan menggerakkan-Nya: belas kasih. Berbeda dengan para pemimpin agama pada masa itu yang lebih suka menjalankan tradisi dan ajaran Taurat yang kaku dan dingin, Tuhan Yesus
mampu melihat ke kedalaman hati manusia yang terluka dan berduka,
termasuk ketika Ia berjumpa dengan seorang janda yang baru kehilangan anaknya (7:11-17). Tuhan Yesus mengerti kehancuran hati janda itu.
Janda itu sudah kehilangan suami. Kini, ia diperhadapkan dengan realita
yang pedih, yaitu kehilangan harapan satu-satunya, anak yang ia cintai.
Tergerak oleh belas kasihan, Tuhan Yesus secara proaktif menghampiri
janda yang berduka itu dan berkata kepadanya, “Jangan menangis!”
(7:13), lalu Tuhan Yesus membangkitkan anak muda itu.
Belas kasih Tuhan Yesus menunjukkan kasih Allah, khususnya pada
mereka yang sebatang kara di dunia ini. Allah juga disebut sebagai “Bapa
bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda” (Mazmur 68:6). Mereka berada dalam pemeliharaan-Nya (Mazmur 146:9). Begitu pedulinya
Tuhan Yesus, sehingga Ia berkenan memberkati orang yang menolong
dan menghormati mereka (Yesaya 1:17,19; Yeremia 7:6,7). Sebaliknya,
Ia melawan orang yang mengambil keuntungan dari atau merugikan
para janda dan anak yatim (Keluaran 22:22-24; Zakharia 7:10,14).
Gereja mula-mula juga menaruh perhatian yang mendalam terhadap pelayanan para janda. Untuk melancarkan pelayanan, dipilihlah 7
orang—yang mempunyai reputasi baik dan yang penuh Roh dan hikmat—bagi pelayanan diakonia terhadap para janda miskin (Kisah Para
Rasul 6:1-6). [FL]
Yakobus 1:27
“Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah,
Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu
dan janda-janda dalam kesusahan mereka,
dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”
43
Selasa
Seperti Apakah Tanah Hatimu?
7
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 8
Tuhan Yesus sering mengajar dengan memakai perumpamaan. Sebuah
perumpamaan adalah suatu kisah sederhana dari kehidupan sehari-hari
yang memiliki pengajaran, nilai-nilai kebenaran tentang Kerajaan Allah.
Hanya orang yang hatinya siap menerima kebenaran yang akan mengerti, dan kebenaran itu akan tertutup bagi yang tidak siap.
Cerita “perumpamaan tentang seorang penabur” ini (8:5-15) mengajarkan kepada kita bahwa tanggapan kita terhadap Firman Allah (diumpamakan sebagai benih) akan menentukan sejauh mana hidup kita
menghasilkan buah. Perhatikan bahwa benih yang ditaburkan—baik
yang jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak duri,
maupun di tanah yang baik—adalah benih yang baik, benih yang sama.
Demikian juga, orang yang menaburkan benih adalah juga orang yang
sama. Namun, yang membedakan hasilnya adalah kondisi “tanah hati”
yang mendengarkan firman Tuhan. Ada yang mendengar, tetapi tidak
percaya (8:12); ada yang percaya hingga mengecap kebaikan dari firman, tapi kemudian mundur lagi (8:13); dan ada pula yang sungguh
percaya dan diselamatkan, bertekun dan menghasilkan buah dengan
tingkat yang berbeda-beda (8:14-15).
Kebenaran di atas mengingatkan kita bahwa sangatlah penting untuk
memiliki hati yang terbuka, mau diajar dan melakukan firman Tuhan. Seseorang bisa saja setiap minggu mendengarkan kotbah yang bagus, tapi
jika tidak ada hati yang percaya dan tunduk, maka firman itu hanya akan
menjadi teori dan pengetahuan yang kering, bahkan mungkin menciptakan “ahli-ahli Taurat” masa kini, yang pandai mengajar dan mengkritik
orang lain, namun tidak menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan.
Bukan seberapa banyak yang Anda ketahui yang penting, tetapi seberapa sungguh Anda percaya dan taat. [FL]
1 Samuel 15:22-b
“Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan,
memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.”
44
Rabu
Yesuslah Roti Hidup
8
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 9
Mukjizat lima roti dan dua ikan dicatat dalam keempat Injil (Matius
14:13-21; Markus 6:34-44; Lukas 9:12-17; Yohanes 6:1-14). Mukjizat
ini dicatat bukan sekadar menceritakan kisah yang spektakuler tentang
bagaimana Tuhan Yesus sanggup memenuhi kebutuhan ribuan orang
yang lapar untuk mendapatkan makanan. Mujizat ini menunjuk kepada
diri Tuhan Yesus yang adalah roti hidup (Lihat Yohanes 6:35). Dialah yang
sanggup mencukupkan kebutuhan manusia, baik tubuh maupun jiwa.
Allah tidak sekadar peduli dengan kebutuhan jiwa/rohani kita, Dia
juga peduli dengan kebutuhan sehari-hari anak-anak-Nya. Tidak ada kebutuhan kita yang terlalu kecil yang tidak Allah pedulikan. Dalam “Doa
Bapa Kami”, Tuhan Yesus memahami bahwa kita tidak hanya membutuhkan pengampunan dan keselamatan ataupun perlindungan dari
bahaya dan cobaan, tapi kita juga membutuhkan makanan sehari-hari
yang mengisi perut kita dan memungkinkan kita beraktivitas. Kebutuhan fisik ini jelas adalah kebutuhan vital yang diizinkan Tuhan untuk kita
doakan/minta. Itulah sebabnya, ia juga mengajar murid-murid-Nya untuk menaikkan doa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya” (Matius 6:11).
Mujizat lima roti dan dua ikan ini memperlihatkan sebuah kesaksian
yang indah bahwa yang sedikit yang kita miliki dapat menjadi berkelimpahan apabila dipersembahkan dengan kasih dan ketulusan kepada
Tuhan dan diberkati oleh-Nya. Penjelasan bahwa lima roti dan dua ikan
itu merupakan persembahan dari seorang anak yang tidak disebutkan
namanya hanya disebut dalam Injil Yohanes (Yohanes 6:9), dan tidak
disinggung dalam kitab Injil yang lain. Hampir saja si anak yang memberikan bekalnya itu tidak disebutkan sama sekali. Namun, Tuhan selalu
mengingat apa yang kita berikan untuk pekerjaan-Nya, sekalipun manusia tidak mengetahui hal itu. [FL]
Yohanes 6:48
“Akulah roti hidup”.
45
Kamis
Menjadi Sesama Manusia
9
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 10
Ketika seorang ahli Taurat yang hendak mencobai Tuhan Yesus bertanya
kepada-Nya, “Guru apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?”. Tuhan Yesus malah menjawabnya dengan balik bertanya,
“Apa yang tertulis dalam hukum Taurat…?” (10:25-26). Jelas bahwa tidaklah sulit bagi orang tersebut untuk menjawab dari pengetahuannya
yang mendalam terhadap pengajaran kitab suci. Namun, sungguhkah
dia memahami apa yang diketahui dengan otak atau ingatannya? Nampaknya, jawaban ahli Taurat itu hanya sekadar pengetahuan yang dihafal, belum menyentuh hati dan belum terwujud dalam aksi.
“Dan siapakah sesamaku manusia?” (10:29), tanya si ahli Taurat yang
berusaha membenarkan dirinya dan tidak ingin kelihatan “bodoh”. Lalu,
Tuhan Yesus pun menceritakan “perumpamaan tentang orang Samaria
yang murah hati” itu. Tak pernah terpikirkan baginya bagaimana orang
Samaria yang selama ini menjadi musuh bebuyutan orang Yahudi dan
dianggap golongan masyarakat kelas dua (karena mereka tidak murni
berdarah Yahudi, sudah mengalami pernikahan campuran pada masa
pasca keruntuhan kerajaan Israel Utara yang ditaklukkan oleh Kerajaan
Asyur sekitar 722 BC) bisa menjadi penolong, menjadi sesama manusia
bagi orang Yahudi yang dirampok dan dipukul habis-habisan itu. Perumpamaan ini menegaskan bahwa berbuat baik dan berbelaskasihan tidak
boleh dibatasi oleh sekat-sekat suku, keyakinan, status sosial, maupun
batasan apa pun dalam kehidupan manusia.
Orang percaya yang telah diselamatkan berarti telah mengalami
anugerah Allah dan seharusnya memperlihatkan kehidupan yang berbelaskasihan terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan. Mengasihi Allah juga berarti mengasihi sesama manusia. Kedua hal ini tidak
dapat dipisahkan! [FL]
1 Yohanes 4: 21
“Dan perintah ini kita terima dari Dia:
Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya”
46
Jumat
Doa Bukan Sekadar Kata-Kata
10
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 11
Doa merupakan hal yang paling umum dan jamak dilakukan oleh setiap
orang percaya. Doa dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta oleh
siapa saja. Namun, doa juga bisa merupakan hal yang amat sulit dipanjatkan. Adakalanya kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa. Inilah paradoks doa, yaitu bahwa di satu sisi, tidak ada orang yang terlalu kecil dan
hina untuk berdoa kepada Allah; dan di sisi lain, tidak ada orang yang terlalu
hebat dan layak untuk berdoa kepada Tuhan. Siapapun kita, kita masih harus belajar dan bergumul dalam doa.
Murid-murid mengerti bahwa doa memainkan peranan yang sentral dalam
hidup dan pelayanan Guru Agung mereka, Yesus Kristus. Di tengah kesibukan
pelayanan yang tak habis-habisnya kepada orang banyak, Tuhan Yesus tidak
lupa menyingkir untuk berdoa secara pribadi kepada Bapa-Nya (lihat Matius
14:23). Dalam pergumulan yang hebat menjelang naik ke atas kayu salib, Tuhan
Yesus menyempatkan diri berdoa kepada Bapa di Taman Getsemani (lihat Matius 26:36; Markus 14:32). Melihat kehidupan doa Tuhan Yesus yang “militan”,
tidak mengherankan kalau kemudian para murid datang dan berkata kepada
Tuhan Yesus: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, …” (Lukas 11:1). Permintaan inilah
yang kemudian “melahirkan” pengajaran “Doa Bapa Kami” (11:2; bandingkan
dengan Matius 6:9-13 untuk versi yang lebih lengkap/panjang). Doa tersebut
sebenarnya sering disebut sebagai “Doa Tuhan” (The Lord’s Prayer).
Tuhan Yesus senang berdoa karena Ia tahu bahwa seharusnya doa bukan
sekadar permintaan, tetapi suatu relasi (hubungan) yang intim dengan Bapa
di Surga. Besarnya kasih dan kerinduan hati Anda kepada Tuhan terlihat dari
bagaimana Anda menikmati doa, yaitu hubungan yang intim dengan-Nya. Biarlah doa Anda diperkaya dan diwarnai oleh empat hal berikut ini: pemujaan
(Adoration), pengakuan dosa (Confession), pengucapan syukur (Thanksgiving),
dan permohonan (Supplication), disingkat ACTS. [FL]
Lukas 11:13
“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!”
47
Sabtu
Orang Kaya yang Bodoh
11
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 12
Sebuah lagu anak sekolah minggu, “Apa yang dicari orang siang, malam,
pagi, petang? Uang, uang, uang …” merupakan realita yang tak bisa dipungkiri. Alkitab mengatakan, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta
uang …” (1 Timotius 6:10). Ironisnya, seorang motivator keuangan memutarbalikkan ayat itu dengan mengatakan bahwa akar segala kejahatan
adalah kekurangtahuan akan uang. Bila uang menjadi “tuhan” dalam kehidupan, tidaklah mengherankan bila segala macam cara bisa dihalalkan
untuk mendapatkan uang.
Cerita “orang kaya yang bodoh” memperlihatkan suatu ironi, yaitu pintar
tapi bodoh. Dalam pandangan manusia, orang kaya itu tidak bodoh—ia pintar bekerja, memiliki rencana jangka panjang, dan merupakan manajer yang
sanggup mengelola hartanya dengan cerdik sehingga bisa terus berkembang
(12:17-18). Ia juga dapat menyusun strategi yang lihai untuk menikmati kesenangan (12:19). Lebih tepat bila orang kaya itu disebut sebagai seorang
taipan yang cerdik, sukses dan senang. Tetapi dalam pandangan Allah, dia
adalah orang yang bodoh (12:20). Ia bodoh karena menjadikan harta dan
keuntungan sebagai hasrat dan tujuan kehidupannya. Ia bodoh karena tidak terpikirkan baginya untuk menggunakan harta yang dimilikinya untuk
menolong dan memberkati sesama yang membutuhkan. Semua itu hanya
untuk “aku, aku dan aku”, dirinya sendiri. Ia bodoh karena ia melupakan
Tuhan, Sang Pemberi Berkat yang seharusnya disembah dan dihormati. Tak
terpikirkan olehnya untuk bersyukur dan mencari Tuhan. Ia merasa tidak
memerlukan Tuhan. Walaupun ia memiliki harta yang banyak, ia “tidak kaya
di hadapan Allah” (12:21). Selidikilah hatimu di hadapan Tuhan: “Apakah
hasrat dan tujuan hidupmu? Apakah Anda mencari dahulu kerajaan Allah
dan kebenaran-Nya? Apakah Anda kaya di hadapan Allah?” [FL]
Matius 6:20
“Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;
di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya
dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”
48
Minggu
Hasilkanlah Buah Pertobatan!
12
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 13
Kisah pohon ara yang tidak berbuah (13:6-9) diceritakan untuk memperkuat peringatan yang diberikan Tuhan Yesus sebelumnya, “Jikalau
kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
(13:5b). Jikalau pohon ara yang diharapkan berbuah itu tidak menghasilkan buah, ia akan ditebang (13:9).
Perumpamaan ini terutama merujuk pada bangsa atau umat Yahudi. Mereka dipilih sebagai milik kepunyaan Allah. Mereka mendapatkan segala keistimewaan untuk mengenal dan melayani Allah melebihi bangsa-bangsa yang lain. Namun, apa yang mereka hasilkan?
Ternyata yang mereka hasilkan bukan pujian dan kebanggaan bagi
Allah, melainkan ketidaktaatan dan menjadi celaan. Mereka seperti
pohon ara yang ditanam dengan baik di kebun anggur, tetapi tidak
menghasilkan buah.
Perumpamaan ini juga berbicara mengenai semua orang yang sudah menikmati sarana anugerah dan segala hak istimewa gerejawi
di dunia yang kelihatan ini. Orang-orang seperti ini harus menguji
apakah sikap, pikiran, dan tujuan hidup mereka sudah sesuai dengan
iman pengakuan mereka? Apakah mereka sudah menghasilkan “buah
pertobatan” yang Allah harapkan dari mereka?
Allah adalah Allah yang panjang sabar, Ia masih memberikan kesempatan, menunggu dan menunggu, agar umat-Nya menghasilkan
buah yang mendatangkan pujian dan kemuliaan bagi-Nya. Akan tetapi, akan tiba waktunya bahwa Allah tidak akan bersabar lagi terhadap
orang-orang percaya yang tidak berbuah. Jika kesabaran Allah dilecehkan, akan terbuka jalan bagi murka Allah yang tiada akhir (13:28). [FL]
Matius 3:8,10
“jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
Kapak sudah tersedia pada akar pohon
dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik,
pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.”
49
Senin
Harga Kemuridan
13
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 14
“No pain no gain”, barangkali Anda pernah mendengar semboyan yang terkenal ini. Demikian juga, dalam mengikut Tuhan Yesus ada semboyan, “tiada
mahkota tanpa salib”, artinya tidak akan ada kemenangan tanpa perjuangan
dan pengorbanan. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa barangsiapa ingin mengikuti Dia dan menjadi murid-Nya harus memutuskan lebih dahulu apakah ia
telah siap membayar harganya. Mengikut Tuhan Yesus tidak dapat dipisahkan dari memikul salib. Salib merupakan lambang penderitaan (1 Petrus.2:21;
4:13), kehinaan (Ibrani 12:2), serta penyangkalan diri (Matius 16:24). Apabila
kita telah siap mengikut Tuhan Yesus dan menjadi murid-Nya, kita seharusnya
siap menghadapi empat macam pergumulan dan penderitaan:
Pertama, menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa
dengan menyalibkan semua keinginan untuk berbuat dosa (Roma.6:6-8;
Galatia 2:19b-20; 6:14; Titus 2:12). Kedua, menderita dalam peperangan
terhadap Iblis dan kuasa kegelapan sewaktu kita memperluas Kerajaan
Allah (2 Korintus 1:4-5; Efesus 6:12). Ketiga, menanggung kebencian dan
ejekan dari dunia ini (Ibrani 11:25-26) ketika kita berusaha memisahkan
diri kita dari dunia yang bobrok ini. Keempat, mungkin kita akan menerima
ejekan dan penganiayaan dari pemimpin agama yang menganggap dirinya
beribadah, namun tidak berpegang pada kebenaran firman Tuhan, melainkan hanya berdasarkan tradisi agama dan gagasan manusiawi yang sempit
(bandingkan dengan Markus 8:15, 31).
Siapkah Anda menjadi seorang murid sejati? Sesungguhnya tidak ada
seorang pun yang sanggup membayar harga yang mahal seperti yang diminta oleh Tuhan Yesus jika tidak bersandar kepada-Nya. Hanya dengan
bersandar kepada-Nya kita dapat menanggung semua itu (Filipi 4:13). Itu
juga berarti bahwa kita tinggal di dalam Dia (Yohanes 15:5) , mengandalkan
Dia, bukan bersandar kepada kepintaran diri sendiri (Amsal 3:5-6). [FL]
Filipi 1:29
“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Krsitus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
50
Selasa
Untuk Orang Yang Berdosa
14
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 15
Ayat kunci dalam Injil Lukas menyatakan bahwa “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (19:10). Tiga perumpamaan
dalam pasal 15 menegaskan misi kedatangan Tuhan Yesus ke bumi dan menyatakan kerinduan hati Allah untuk menyelamatkan yang terhilang.
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari di sini, yaitu bahwa: Pertama, mencari orang berdosa dengan maksud membawanya kepada keselamatan adalah hal terpenting bagi Allah (15:4, 8, 20, 24). Kedua, akan
ada sukacita di sorga atas setiap jiwa yang diselamatkan (15:7, 10). Ketiga, tidak ada harga yang terlalu mahal untuk dikorbankan dibandingkan
dengan jiwa yang diselamatkan (15:4,8).
Orang berdosa atau orang yang meninggalkan Tuhan adalah seperti
anak bungsu dalam “perumpamaan tentang anak yang hilang”. Walaupun segala upaya dilakukan untuk memuaskan hasrat hatinya dengan
berfoya-foya dan memburu kesenangan dosa, namun hasil akhirnya
pastilah kekosongan dan kekecewaan. Hidup dalam dosa tidak pernah
mendatangkan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya.
Perumpamaan ini menegaskan hati Bapa yang ternyata senantiasa
menantikan dan merindukan agar orang berdosa bertobat dan berpaling kepada-Nya. Ketika pendosa bersedia dengan rendah hati mengakui
dosanya dan mengambil langkah untuk datang kepada Bapa, niscaya
tangan-Nya yang penuh kasih pun terulur untuk mendekap-nya dalam
pelukan kehangatan Bapa.
Tidak peduli betapa pun dalamnya seorang pendosa telah jatuh dan
bagaimana pun keadaannya, belas kasih Allah dan penebusan dalam
Kristus serta kuasa Roh Kudus pasti sanggup memperbarui dan menjadikannya sebagai “anak-anak Allah” (Lihat Yohanes 1:12). [FL]
Markus 2:17
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka:
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku
datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
51
Rabu
Kaya yang Sesungguhnya
15
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 16
Bagaimana sikap dan pandangan kita terhadap kepemilikan akan menentukan kehidupan kita kelak. Tuhan Yesus menjelaskan hal ini melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur yang mengelola harta milik tuannya
dengan cerdik, sehingga ia tetap dapat menjalani hidupnya dengan berkecukupan dan nyaman ketika ia dipecat dari jabatannya (16:1-8). Tindakan bendahara ini salah karena dia memanfaatkan harta yang bukan miliknya. Akan
tetapi, dia cerdik karena ia memikirkan masa depan. Bila segala yang kita miliki—terutama harta—kita kelola dengan baik dan kita pakai untuk perbuatan
saleh dan kebaikan sesama, kita akan menuai keuntungan dari perbuatan kita
di dunia yang akan datang. Jika kita memakai harta kita dengan sembrono,
semata-mata untuk memenuhi nafsu kedagingan kita dan kita mengabaikan
sesama kita yang membutuhkan, hukuman pasti menanti kita (lihat cerita
orang kaya dan Lazarus yang miskin dalam 16:19-31).
Pandangan umum di antara orang Yahudi pada zaman itu ialah bahwa
menjadi kaya adalah tanda dari berkat dan perkenan Allah serta bahwa
menjadi miskin adalah tanda dari ketidaksetiaan pada pihak orang yang bersangkutan dan ketidaksenangan pada pihak Allah. Orang Farisi juga berpikir
demikian dan mencemooh Tuhan Yesus karena kemiskinan-Nya (16:14).
Alkitab tidak menentang orang kaya, asal ia tidak menjadi tamak dan menjadikan kekayaan sebagai sandaran hidup. Kekayaan sejati bagi orang percaya adalah memiliki iman dan kasih yang dinyatakan dalam penyangkalan
diri dan mengikut Tuhan Yesus (lihat 1 Korintus 13:1-7; Filipi 2:3-5). Merekalah yang memperoleh kemerdekaan dari perkara-perkara dunia dengan
meyakini bahwa Allah adalah Bapa mereka yang tidak akan meninggalkan
mereka (2 Korintus 9:8; Filipi 4:19). [FL]
Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu
dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman:
“Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan
Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”.
52
Kamis
Bersandar Pada Kesetiaan Allah
16
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 17
Setiap orang yang mau melayani Tuhan haruslah menyadari bahwa
sebaik apa pun yang mereka sedang atau telah lakukan bagi pekerjaan Tuhan, mereka tidak pernah memiutangi Tuhan (seakan Tuhan
berhutang padanya atau harus berterima kasih padanya). Sebaliknya,
setiap pelayan Tuhan harus melayani Tuhan dengan penuh kerendahhatian di dalam pelayanan apa pun yang mereka lakukan bagi Tuhan
(17:7-10).
Kita semua adalah para pelayan Tuhan. Sebagai pelayan, kita wajib
melaksanakan segala sesuatu semampu kita demi kehormatan Tuhan.
Segenap kekuatan dan waktu kita harus dipakai bagi Dia, sebab kita
bukan milik diri kita sendiri karena kita telah dibeli dan harganya telah
lunas dibayar (1 Korintus 6:20). Apa pun yang kita lakukan bagi Kristus, walaupun nampaknya lebih banyak daripada yang dilakukan orang
lain, semua itu merupakan kewajiban yang harus kita kerjakan. Kita
tidak mempunyai hak untuk menyombongkan diri seakan-akan kita
berjasa karena berhasil menyelesaikan pekerjaan Tuhan.
Jangan pernah beranggapan bahwa kita sudah berjasa sehingga
orang lain harus memuji dan berterima kasih kepada kita, sebab kesempatan melayani Tuhan justru merupakan kehormatan dan kepercayaan yang Ia berikan kepada kita. Tatkala kita sudah melayani-Nya,
sekalipun benar bahwa kita telah melakukan pelayanan yang terbaik,
tetap saja kita harus mengakui dengan rendah hati bahwa kita hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna.
Setiap kali Anda selesai melakukan suatu pelayanan untuk Allah,
bersyukurlah karena Allah masih berkenan memakai Anda. Anggaplah
pelayanan yang Anda lakukan itu sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih Anda kepada Tuhan yang telah lebih dahulu mengasihi
dan melayani Anda (1 Yohanes 4:19). [FL]
Yohanes 12:26-b
“Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa”
53
Jumat
Orang Farisi & Pemungut Cukai
17
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 18
Dalam “Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai”, Yesus
membongkar kebusukan yang tersembunyi rapi dalam diri orang Farisi yang
menganggap dirinya lebih benar dari semua orang yang lain. Dalam doanya, orang Farisi mengatakan banyak hal baik mengenai dirinya sendiri, yang
mungkin saja benar. Ia tidak pernah melakukan dosa yang keji (menurut
anggapan orang pada umumnya), yaitu ia bukan perampok, bukan lintah
darat, tidak berbuat jahat terhadap siapa pun, bahkan ia berpuasa dua kali
seminggu, memberi sepersepuluh dari segala penghasilannya sesuai dengan hukum Taurat (18:11-12). Semua yang dilakukannya baik dan layak
dipuji. Meskipun demikian, ia tidak berkenan di hadapan Allah.
Walaupun ia memulai doanya dengan “mengucap syukur”, namun
kelihatannya doa tersebut hanya sekadar tindakan lahiriah (basa-basi).
Ia tidak berkata, “Karena anugerah Allah aku adalah sebagaimana aku
ada sekarang” seperti halnya Paulus. Yang ada dalam pikirannya hanyalah dirinya dan kebaikannya sendiri, sehingga ia berpikir bahwa ia tidak
membutuhkan apa pun, termasuk anugerah dan pertolongan Allah.
Sebaliknya, pemungut cukai itu sangat merendahkan diri. Dia datang
dengan hati yang hancur serta dengan sikap pertobatan dan kerinduan
akan Allah. Ia menyadari ketidaklayakan dirinya di hadapan Allah yang
suci dan mulia. Walaupun doanya singkat, tapi sarat dengan permohonan yang tulus dan terus-menerus akan rahmat pengasihan Allah.
Di luar dugaan para orang Farisi, ternyata Tuhan Yesus mengatakan
bahwa pemungut cukai itulah yang pulang dengan dibenarkan oleh Allah
dan orang lain (orang Farisi) itu tidak. Lalu Tuhan Yesus menyimpulkannya dengan mengatakan, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
(18:14). [FL]
Mazmur 51:19
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;
hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.
54
Sabtu
Yang Hilang Didapatkan-Nya
18
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 19
Di tengah kesibukan-Nya, bahkan hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya, Tuhan Yesus masih memiliki kepedulian dan mencari yang
terhilang (19:10). Inilah tujuan kedatangan-Nya (bandingkan dengan
15:3-7; Yehezkiel 34:16). Kisah pertobatan Zakheus kembali menegaskan kebenaran ini. Meskipun Tuhan Yesus dikerumuni banyak orang, Dia
tidak kehabisan waktu dan perhatian terhadap pribadi perorangan. Dia
bahkan melihat orang yang berada di atas pohon (Lukas 19:5)!
Sebagai seorang pemungut cukai, kemungkinan besar, Zakheus mencari nafkah dengan mengumpulkan pajak lebih besar daripada yang seharusnya ia peroleh dari rakyat. Pada masa itu, pemungut cukai dianggap sebagai tukang peras dan antek penjajah Romawi. Oleh karena itu,
para pemungut cukai biasa dipandang rendah dan dimusuhi oleh masyarakat. Tuhan Yesus seringkali melihat dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang. Orang banyak melihat luarnya, tetapi Ia mampu melihat sampai ke dalam hati seseorang. Ia melihat bahwa meskipun
Zakheus dianggap hina dan tidak disukai masyarakat, Zakheus memiliki
kerinduan dan keterbukaan terhadap Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pun tidak mengabaikan dia, bahkan berkenan menumpang di rumah “orang
berdosa” itu (19:7).
Perjumpaan dengan Sang Juru Selamat membawa pertobatan sejati
pada diri Zakheus. Ia tidak merasa sayang untuk memberikan setengah
dari hartanya kepada orang miskin dan ia rela mengganti rugi orang yang
diperasnya (19:8). Inilah bukti dari iman sejati yang telah mengubah
hidupnya. Seorang yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan
pasti tidak akan terus–menerus tinggal dalam dosa: kelicikan berubah
menjadi ketulusan, kebohongan berubah menjadi kejujuran, dan pemerasan berubah menjadi kemurahan hati terhdap orang lain. [FL]
Yakobus 2:26
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah
iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
55
Minggu
Hidup Kebangkitan di Surga
19
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 20
Kaum Saduki mencoba menjerat Tuhan Yesus dengan sebuah pertanyaan
tentang kebangkitan orang mati, jika sekiranya ada kebangkitan, siapakah di
antara ketujuh orang laki-laki yang menikahi wanita itu yang akan menjadi
suaminya pada hari kebangkitan (20:33). Di luar dugaan mereka, jawaban
Tuhan Yesus menyingkapkan bahwa kehidupan setelah kematian sungguh
ada dan berbeda dengan kehidupan ragawi di bumi ini. Di surga tidak ada
perkawinan seperti di bumi ini.
Ada beberapa pengajaran penting yang bisa kita ambil dari jawaban
Tuhan Yesus kepada kaum Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan
(20:27): Pertama, dalam kehidupan sekarang di bumi, perkara kawin dan
dikawinkan adalah realita, hal yang lazim (20:34). Perkawinan diperlukan
untuk kelanjutan umat manusia. Kedua, dalam kehidupan yang akan datang
di surga, dalam kekekalan, orang tidak akan mati dan anak-anak tidak lagi
dilahirkan (20:35-36). Oleh karena itu, tidak diperlukan adanya perkawinan
dan kelahiran. Ketiga, kehidupan yang berbeda di dunia yang akan datang
hanya akan dialami oleh “mereka yang dianggap layak” (20:35), yaitu orang
benar yang dibangkitkan dalam anugerah untuk mendapat bagian di surga,
bukan oleh usaha dan jasa seseorang. Keempat, Tuhan Yesus sama sekali
tidak bermaksud mengatakan bahwa pernikahan itu buruk—sehingga di
surga orang tidak lagi kawin dan dikawinkan—tetapi bahwa di surga tidak
dibutuhkan perkawinan dan kehidupan di surga berbeda—serta jauh lebih
indah—dari pernikahan yang bahagia di bumi ini. Kelima, jangan menyimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan keluarga di bumi—suami, istri, anak-anak—tidak saling mengenal di surga. Meskipun tidak ada
ikatan perkawinan, kasih yang melimpah akan selalu ada di surga, bahkan
jauh lebih melimpah daripada kasih yang kita rasakan di bumi ini. [FL]
Kolose 3:1
“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada,
duduk di sebelah kanan Allah.”
56
Senin
Siap Sedia Akan Akhir Zaman
20
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 21
Ketika orang-orang mengagumi Bait Allah yang indah dan megah pada
masa itu, Tuhan Yesus justru mengungkapkan kepada murid-murid-Nya
bahwa “akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain” (21:6). Mendengar penyingkapan
bencana tragis yang akan terjadi itu, bisa dipahami bila murid-murid terkejut dan bertanya mengenai kapan hal itu akan terjadi dan apa tandanya
(21:7). Tuhan Yesus tidak langsung menjawab soal kapan dan bagaimana
kehancuran Bait Allah serta kedatangan akhir zaman, tetapi Dia memperjelas gambaran yang mengerikan dari akhir zaman, seperti pergolakan
bangsa-bangsa, peperangan yang semakin hebat, bencana alam, wabah
penyakit dan kelaparan, penganiayaan, dan penyesatan.
Penekanan Tuhan Yesus bukanlah mengenai “kapan-nya”, tetapi kepada persiapannya, yaitu bagaimana orang percaya harus mengantisipasi
(menyiapkan diri untuk menghadapi) datangnya akhir zaman. Nubuat
Tuhan Yesus ini dapat menunjuk kepada dua peristiwa: Pertama, bencana jangka pendek, yakni kehancuran Bait Allah—pusat keagamaan
Israel—yang digenapi 40 tahun kemudian (pada tahun 70) setelah Jendral Titus dari Roma mengepung kota Yerusalem selama 134 hari. Kedua,
bencana yang akan terjadi di akhir zaman. Apa yang harus dilakukan oleh
orang percaya? Ada beberapa petunjuk yang diberikan Tuhan Yesus: Pertama, jangan tersesat oleh pengajaran palsu (21:8). Kedua, jangan terkejut (karena tidak siap, 21:9). Ketiga, jangan memikirkan pembelaan bila
menghadapi pengadilan (21:14). Artinya, jangan kuatir dan menjadi defensive (bersikap membentengi diri), melainkan percayakan diri kepada
pemeliharaan Tuhan dan pertolongan Roh Kudus. Keempat, memakai kesempatan untuk bersaksi (21:13). [FL]
Lukas 21:36
“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya
kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
57
Selasa
Kegagalan Bukanlah Akhir
21
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 22
Peristiwa penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali terhadap Tuhan Yesus
sering dipakai untuk menggambarkan kegagalan iman yang memalukan
dari seorang pengikut Kristus. Bukankah beberapa jam sebelumnya, Petrus dengan penuh keyakinan berkata bahwa ia bersedia masuk penjara,
bahkan mati demi Tuhan Yesus (22:33)? Bagaimana mungkin bahwa
pada malam Tuhan Yesus ditangkap, ia sekonyong-konyong berbalik 180
derajat dari komitmennya untuk tetap setia, dan ia menjadi pribadi yang
menyangkal bahwa ia mengenal Tuhan Yesus (22:57, 58, 60)?
Petrus sesungguhnya adalah sosok yang memiliki keberanian besar.
Siapakah murid yang masih mengikuti Tuhan Yesus (sekalipun dari kejauhan), padahal murid-murid yang lain tidak ada yang berani, bahkan
ada yang lari terbirit-birit? Siapakah yang berani membela Tuhan Yesus
dan menghunuskan pedangnya pada salah seorang anggota gerombolan yang hendak menangkap Tuhan Yesus? Siapakah yang berani berada
di tengah kerumunan orang banyak yang berkumpul di dekat halaman
Imam Besar Kayafas yang sangat ingin menyalibkan Tuhan Yesus? Semuanya itu jelas menyingkapkan sisi keberanian Petrus.
Petrus adalah seorang yang berani dan berkomitmen, namun bisa
lemah dan jatuh. Sungguh menarik untuk menyimak bahwa Tuhan Yesus
bukan hanya tahu bila Petrus akan menyangkal Dia, tetapi Ia juga telah
mendoakan Petrus (22:32).
Kegagalan tidak-lah harus tinggal terus sebagai kegagalan. Tuhan
Yesus percaya bahwa Petrus akan insaf. Tuhan Yesus juga tidak pernah
kehilangan pengharapan terhadap diri kita, sekalipun kadang-kadang
kita gagal dan mengecewakan Dia. Kegagalan merupakan pengalaman
yang berharga bila kita mau jujur terhadap diri sendiri, mengakuinya,
memohon pertolongan Tuhan, dan bangkit kembali. [FL]
Mazmur 37:24
“Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,
sebab TUHAN menopang tangannya.”
58
Rabu
Satu Misi Banyak Tanggapan
22
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 23
Saat Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan, ada berbagai respons: Pertama,
Herodes—yang sudah lama mendengar bahwa Tuhan Yesus banyak melakukan mujizat—berharap untuk melihat bukti berita tersebut, tetapi Tuhan Yesus
tidak mau mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Akhirnya, raja yang jahat
ini mengolok-olok Tuhan Yesus karena keinginannya tidak terpenuhi (23:11).
Kedua, Pilatus—yang tahu bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah sehingga
tidak pantas dihukum mati—mengorbankan keadilan dengan menghukum
orang yang tidak bersalah dan bersahabat dengan orang fasik (23:24-25) agar
bisa menyenangkan orang banyak.
Ketiga, Barnabas—pelaku kriminal yang pantas dihukum mati, namun
dibebaskan karena Tuhan Yesus yang tidak bersalah menempati posisinya
(23:25)—mungkin tak pernah bersyukur dan tidak ikut melihat bahwa Tuhan
Yesus menggantikan dirinya. Ia begitu senang terbebas dari hukuman mati, namun hidupnya tetap terbelenggu oleh dosa dan kehidupan lamanya.
Keempat, Orang banyak—yang ikut berteriak untuk meminta agar Tuhan
Yesus disalibkan (23:21-23), lalu menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus menghadapi kematian (termasuk menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus berdoa memohon pengampunan bagi mereka, 23:34)—akhirnya memukul-mukul diri sebagai tanda penyesalan (23:48) setelah sadar bahwa Tuhan Yesus adalah orang
yang baik dan benar, namun diperlakukan dengan tidak adil.
Kelima, Penjahat—yang diampuni setelah menunjukkan sikap pertobatan
saat sadar bahwa dirinya bersalah dan pantas dihukum—menunjukkan iman
yang besar ketika meminta Tuhan Yesus mengingat dirinya (23:42), padahal
saat itu Tuhan Yesus tidak tampak sebagai Sosok yang dapat menyelamatkan.
Keenam, Yusuf dari Arimatea—yang sebelumnya mengikuti Tuhan Yesus
secara sembunyi-sembunyi—akhirnya menunjukkan keberanian yang besar
ketika secara terang-terangan menurunkan tubuh Tuhan Yesus dari salib dan
memberikan kuburan miliknya untuk mayat Tuhan Yesus. [FL]
Roma 5:6
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita….”
59
Kamis
Menjadi Saksi Kemenangan-Nya
23
Okt
Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 24
Kematian Tuhan Yesus memenuhi tuntutan keadilan dan hukum, “sebab upah dosa adalah maut” (Roma 6:23), sedangkan kebangkitan
Tuhan Yesus memberi pengharapan bagi manusia yang seharusnya dihukum, sekaligus membuktikan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang
hidup. Kuasa maut telah dikalahkan, kuasa dosa telah dipatahkan, dan
Iblis telah ditaklukkan melalui peristiwa kebangkitan-Nya. Rasul Paulus
menghayati kemenangan Kristus dengan berseru, “Tetapi syukur kepada
Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Korintus 15:57).
Kemenangan Kristus belum dihayati oleh para pengikut-Nya. Batu
telah terguling, tubuh Tuhan Yesus sudah hilang, tetapi mereka masih
kebingungan karena meragukan kebenaran berita tersebut (Lukas 24:11,
25) Mengapa? Karena mereka melupakan firman-Nya. Saat ini, malaikat
tidak akan datang dan mengingatkan kita akan firman-Nya; Roh Kuduslah yang mengerjakan pelayanan itu (Yohanes 14:26). Sangat penting
bagi kita untuk berserah kepada Roh Kudus dan membiarkan Dia mengingatkan kita akan kebenaran firman-Nya, sehingga kita dikuatkan untuk
mengalami hidup yang berkemenangan.
Ketika kedua murid yang dalam perjalanan ke Emaus bertemu dengan
Tuhan Yesus, mereka tidak sadar karena hati mereka masih sedih, sampai Tuhan Yesus menjelaskan mengenai apa yang harus terjadi dengan
Mesias yang dinubuatkan dalam Kitab Suci. Hati mereka pun kembali
berkobar-kobar. Kedua murid itu, dan kemudian murid-murid yang lain
juga, akhirnya mendapatkan kembali iman mereka. Tuhan Yesus telah
membuka mata dan pengertian mereka (Lukas 24:31, 45) melalui penyingkapan Kitab Suci (24: 7, 32) agar semua yang telah diterangi dapat
membuka mulut menceritakan Kristus kepada orang lain (24:48). inilah
amanat-Nya, pesan-Nya bagi kita sebelum Ia terangkat ke sorga. [FL]
Lukas 24:48
“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
60
Reformasi Sistem Respons Manusia
P
ada zaman ini, penggunaan alat dengan sistem respons otomatis semakin luas karena bersifat praktis dan efisien. Alat seperti itu memerlukan
serangkaian sensor untuk membaca situasi, program yang menentukan
respons, serta sistem motorik yang melaksanakan respons. Bila alat tersebut diprogram dan dirangkai dengan baik, hasilnya adalah kepraktisan dan
efisiensi tinggi—karena memang alat tersebut diciptakan demi kepraktisan
dan efisiensi tinggi. Misalnya, ketika sebuah sensor melirik Anda yang sedang berjalan menuju pintu utama sebuah mall, alat itu akan memerintahkan agar pintu dibuka sehingga Anda hanya perlu melangkahkan kaki dengan ringan tanpa perlu membuka dan menutup pintu.
Gambaran di atas berlaku pula untuk manusia. Manusia mempunyai
berbagai indera yang membaca situasi, otak yang berpikir dan mengambil keputusan, serta anggota tubuh yang berkata, melangkah, dan bertindak sesuai dengan keputusan otak. Hasilnya adalah bahwa keinginan,
kebiasaan, pemikiran, dan ideologi seseorang dapat terwujud, bahkan
tersebar dalam berbagai situasi di dunia.
Celakanya, sistem respons manusia telah dicemari dosa, sehingga
manusia cenderung menyebarkan dosa dalam berbagai situasi. Sebaliknya, bila sistem respons manusia dapat dimenangkan dan dikuasai
oleh Roh Kudus, manusia dapat menjadi penyebar kekudusan dalam
berbagai situasi di dunia. Selain itu, menjadi penyebar kekudusan itu
penting demi terwujudnya tujuan penciptaan manusia. Oleh sebab itu,
reformasi sistem respons manusia menjadi hal yang tidak dapat ditawar.
Bila dibandingkan dengan gambaran dalam kitab Wahyu, dosa bersifat sistemik. Penyebarannya dikoordinasi oleh Iblis (Wahyu 12), sebagai
sosok yang berpengalaman tinggal dalam keberdosaan. Penyebaran ini
mencakup aspek pemerintahan politis dan religius (Wahyu 13). Selain
itu, Iblis mempunyai banyak pengikut, baik para malaikat yang jatuh
maupun manusia yang mencintai dosa. Singkatnya, dosa memiliki akses atas segala situasi dunia, yang pada akhirnya juga mempunyai akses
terhadap diri kita.
Untuk menghadapi keadaan demikian, kita perlu mengembangkan
sistem respons yang bersifat rohani. Alkitab merupakan sumber komponen respons yang berharga untuk kita gali dan terapkan sebagai usaha
membangun sistem respons ini. Menjelang peringatan reformasi ini,
marilah kita membangun dan memperkaya diri dengan hal ini. [FB]
61
Jumat
Mata yang Jernih
Bacaan Alkitab hari ini: Matius 6:22-23
24
Okt
Pra-Reformasi
“Mata adalah pelita tubuh,” demikianlah ungkapan untuk menyatakan betapa pentingnya fungsi mata. Untuk dapat memutuskan tindakan dengan
tepat, seseorang perlu melihat keadaan sekitar dengan jelas. Kesalahan melihat dapat berakibat fatal, mencakup kehilangan nyawa. Misalnya, pada waktu
berkendara malam hari, ketika seorang pengemudi salah melihat lubang dan
dianggap sebagai aspal, kendaraan dapat mengalami kecelakaan fatal. Jika
guyuran hujan deras menghalangi pandangan pengemudi terhadap pejalan
kaki yang menyeberang, tabrakan sulit dihindari. Oleh sebab itu, mata harus
berfungsi dengan baik agar seseorang dapat menjalani hidup dengan baik.
Mata yang berfungsi dengan baik adalah mata yang melihat obyek dengan apa adanya. Lubang adalah lubang, jalan adalah jalan, orang adalah
orang, gelap adalah gelap, dan terang adalah terang. Dari kacamata rohani,
mata tidak boleh memberikan informasi bahwa sesuatu yang jahat adalah
baik karena informasi itu akan menjebak. Mata tidak boleh melihat sesuatu
yang baik sebagai hal yang jahat karena pemahaman itulah yang akan menjaga dan menyelamatkan kita.
Dalam konteks Matius 6:19-24, kita diajar untuk mengarahkan mata
kita pada hal-hal surgawi. Hal-hal surgawi ini memang tidak terlepas dari
hal-hal duniawi yang ada di sekitar kita (keluarga, pekerjaan, studi, berkat,
kesehatan dan sebagainya). Pertanyaannya adalah, “Apakah kita mampu
menemukan dan meraih harta surgawi dari situasi di sekeliling kita?” Latihlah diri kita untuk melihat talenta dari Allah waktu kita menjalani pekerjaan
dan studi, melihat kasih sejati melalui relasi keluarga, melihat desakan untuk bersyukur karena berkat dan kesehatan kita, dan sebagainya. Jangan
biarkan diri kita hanya berhenti pada melihat hal-hal yang fana saja, yang
terjadi bila kita tidak bertumbuh dan terjebak oleh hal-hal itu. [FB]
Matius 5:29
“Maka jika matamu ... menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu,
karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada
tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.”
62
Sabtu
Telinga yang Peka
Bacaan Alkitab hari ini: Amsal 2:1-5
25
Okt
Pra-Reformasi
Berbeda dengan mata yang bisa tidak melihat, telinga pasti mendengar
setiap suara yang masuk. Namun, masalah yang timbul berkaitan dengan
perbedaan antara mendengar dan mendengarkan. Manusia mempunyai
‘filter’ tersendiri di telinganya, sehingga ia hanya ingin mendengarkan halhal yang menyenangkan dan memuaskan keinginannya. Akibatnya, tidak
setiap suara yang masuk dan terdengar diperhatikan. Celakanya, ‘filter’
tersebut justru meloloskan suara-suara yang tidak baik dan menghalangi
suara-suara yang baik (bandingkan dengan 2 Tim. 4:3-4).
Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila firman Tuhan mengajarkan
kita untuk sungguh-sungguh mendengarkan perkataan bernilai dan tidak
mendengarkan suara yang tidak bermakna. Tuhan Yesus berkata, “Siapa
mempunyai telinga, hendaklah ia mendengar!” (Markus 4:9, 23; Lukas 8:8;
14:35). Seruan itu diulangi sampai tujuh kali terhadap setiap gereja yang
disebut dalam kitab Wahyu (2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22).
Agar kita bisa lebih peka terhadap suara Tuhan, kita perlu memulai dengan kerinduan menikmati hikmat (Ams. 2:1-2). Hikmat adalah petunjuk
tentang bagaimana hidup harus dijalani. Karena hidup ini berasal dari Allah,
Allah-lah yang mempunyai petunjuk itu, sehingga harus kepada Allah-lah
kita mencari hikmat. Seperti yang kita ketahui, petunjuk itu Allah berikan
dalam bentuk firman Tuhan, sehingga kepada firman Tuhan-lah kita harus
membuka telinga lebar-lebar dan bukan kepada suara-suara asing.
Lalu, apakah di luar Alkitab tidak ada hal yang bermanfaat? Sebenarnya,
segala pengetahuan umum yang benar juga berasal dari Allah. Namun, kita
perlu standar untuk menilai apakah yang kita dengar merupakan petunjuk
yang kita butuhkan atau yang menyesatkan. Kita butuh hikmat dari firman
Tuhan sebagai ‘filter’! Arahkanlah minat Anda untuk mendengar firman
Tuhan, maka telinga kita akan mendapat petunjuk hidup yang kita butuhkan (Amsal 2:5). [FB]
Markus 4:9b
“Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
63
Minggu
Mulut yang Terkendali
Bacaan Alkitab hari ini: Yakobus 3:1-12
26
Okt
Pra-Reformasi
Kendali – suatu hal yang tidak asing – adalah sesuatu yang kita inginkan, sekaligus bisa berbahaya. Sebuah alat kendali mungkin terlihat murahan, tetapi yang
dikendalikan bisa saja merupakan sesuatu yang besar dan bernilai. Misalnya,
alat kendali mainan radio kontrol helikopter mungkin terlihat murahan. Namun,
helikopter yang dikendalikannya dapat benar-benar terbang dan bergerak. Bila
tidak dikendalikan dengan baik, mainan itu dapat melukai orang atau merusak
barang. Dalam skala yang lebih ekstrim, sebuah drone (pesawat terbang kendali
milik kalangan militer) dapat diterbangkan ke suatu daerah dan menjatuhkan
bom sungguhan hanya dengan sentuhan ringan pada alat pengendalinya.
Konsep kendali ini bukan “barang baru”, tetapi sudah ada pada masa penulisan kitab Yakobus, yaitu kendali yang berupa “kekang” pada mulut kuda dan
“kemudi yang amat kecil” pada kapal besar (3:2-5). Konsep ini digunakan untuk
mengingatkan kita akan pentingnya menguasai dan mengendalikan hidup kita
dengan mulut sebagai remote, kekang atau kemudi. Jawaban atau perkataan
mulut kita dapat menentukan dengan siapa kita menjalani puluhan tahun kehidupan berkeluarga, menentukan apakah kita akan pindah kerja dan ke mana
kita akan pindah, menentukan jumlah penghasilan kita, bahkan menentukan
hidup mati kita, baik secara jasmani dalam dunia ini maupun secara rohani
dalam kekekalan. Oleh sebab itu, kendalikanlah perkataan mulut kita!
Bila kita memperhatikan 3:9-12, masalah yang diangkat bukan karena perkataan baik yang tidak dapat diucapkan, tetapi karena perkataan jahat yang
tidak dapat dihentikan terucap. Jadi, janganlah kita berbangga diri bila dapat
mengucapkan banyak “Haleluya”, “ Puji Tuhan”, “Semoga selamat”, “Tuhan
memberkati”, dan sebagainya. Bergumullah untuk menghentikan sebanyak
mungkin kata-kata cibiran, cercaan, makian, hinaan maupun kutukan, baik di
dunia nyata maupun dunia maya. Dapatkanlah kembali kendali atas diri kita
sendiri! [FB]
Yakobus 3:2b
“Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya,
ia adalah orang sempurna.”
64
Senin
Tangan yang Bersih
Bacaan Alkitab hari ini: Efesus 4:17-24, 28
27
Okt
Pra-Reformasi
Bagi manusia, tangan mewakili keseluruhan perilakunya. Berbagai aktivitas
dan kebiasaan dikerjakan dengan tangan. Tidak mengherankan bila “tingkat
kebaikan” seseorang diwakili oleh tangannya. Orang yang baik diwakili dengan tangan yang bersih, dan sebaliknya. Itulah sebabnya, ketika Pilatus tidak
mau dipersalahkan atas tindak pembunuhan terhadap Tuhan Yesus, ia mencuci tangannya (Matius 27:24).
Bagi kita yang mengenal Allah dan anugerah-Nya, Allah menciptakan kita
kembali menjadi manusia baru (Efesus 4:23-24). Maksudnya, kita dicipta sesuai dengan rancangan semula yang tidak berdosa. Hal ini ditandai dengan
reformasi perilaku hidup kita—atau dapat disimbolkan dengan menghadirkan tangan yang bersih.
Itulah sebabnya, dalam 4:28, Rasul Paulus mengamanatkan perubahan
aktivitas tangan. Seorang pencuri bukan hanya harus berhenti mencuri, tetapi
juga harus bekerja agar mampu menjadi berkat bagi dirinya dan orang lain.
Hal senada disampaikan juga oleh Yakobus dengan istilah “tahirkanlah tanganmu!” (Yakobus 4:8).
Bila diteliti lebih jauh, perintah untuk mentahirkan tangan tersebut dikenakan pada orang yang mendua hati. Istilah mendua hati berarti tidak mengikuti
Allah dengan sepenuhnya atau seutuhnya. Berkaitan dengan perbuatan tangan,
perintah mentahirkan bermaksud bukan hanya menghasilkan sebanyak mungkin
perbuatan baik, tetapi juga menghapus perbuatan buruk. Bagi Allah, perbuatan
baik yang layak adalah yang tidak dicampur dengan perbuatan buruk.
Hari ini Allah mempercayakan satu hari lagi untuk berbuat baik bagiNya. Yang perlu kita lakukan bukan hanya mengimbangi agar perbuatan
baik kita jangan sampai kurang dibandingkan perbuatan buruk, tetapi kita
harus berjuang untuk mengurangi dan meniadakan perbuatan buruk. Dengan pertolongan Allah, kita sanggup menghasilkan perbuatan baik tanpa
bantuan dosa dan kompromi. Selamat berkarya! [FB]
Yakobus 4:8b
“Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa!”
65
Selasa
Langkah Kaki menuju Surga
Bacaan Alkitab hari ini: Amsal 1:15-19
28
Okt
Pra-Reformasi
Jika hidup manusia dapat digambarkan sebagai sebuah perjalanan, maka ada
manusia yang perjalanannya akan berakhir di surga, dan ada yang akan berakhir di neraka. Yang menentukan ke mana kehidupan kita berakhir adalah
pilihan atas perjalanan itu sendiri. Tuhan Yesus menggambarkan tentang adanya dua jalan; yang lebar ke neraka dan yang sempit ke surga.
Tentu setiap kita tidak ingin menutup mata di penghujung usia dan membukanya kembali di gerbang neraka. Oleh sebab itu, jalan sempit menuju surga adalah satu-satunya pilihan kita. Namun, keberadaan dua jalan tersebut
yang kelihatannya tumpang tindih dalam dunia sangat menyulitkan kita. Bahkan, orang yang relatif baik pun dapat tersesat ke neraka bila tidak berhasil
menemukan jalan sempit itu. Jadi, pertanyaan bagi kita adalah, “Seperti apa
jalan yang sempit itu?”
Jika ada orang yang mencintai kejahatan dan merugikan orang lain (1:1114), hidupnya justru akan berakhir tragis (1:17-19). Bukan orang lain, tetapi ia
sendiri yang akan dicelakakan oleh rencana jahatnya. Oleh sebab itu, penulis
Amsal mengamanatkan agar kita jangan melangkahkan kaki dalam jalan hidup orang jahat tersebut.
Mungkin bagi kita, memilih lingkungan (hunian, studi, pekerjaan, teman)
yang tidak jahat atau “rusak” sudah cukup, tetapi sebetulnya tidak demikian.
Dalam lingkungan yang relatif baik pun, banyak kejahatan terjadi. Bukankah
banyak pejabat melakukan korupsi? Tidakkah banyak pemilik niat busuk yang
mengenakan dasi dan jas? Apakah pelaku terorisme adalah orang ateis? Apakah—di gereja sekalipun—tidak ada trik untuk menjatuhkan orang lain?
Kitalah yang harus mewujudkan jalan itu melalui langkah hidup kita. Jadilah teladan untuk menerapkan dengan konsisten prinsip dan nilai Alkitabiah
dalam keseharian kita, karena di sanalah jalan sempit menuju surga itu terwujud. Bila kita bertahan untuk menjalaninya, nafas kita akan berakhir di depan
gerbang surga. [FB]
Amsal 4:27b
“Jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
66
Rabu
Pikiran yang Baik dan Positif
Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 4:8-9
29
Okt
Pra-Reformasi
Dari organ luar, mari kita bergerak ke organ dalam. Pada hari ini, kita akan
menyoroti otak kita—organ yang menyimpan ingatan masa lalu kita. Apakah hal-hal berkesan yang tersimpan kuat adalah hal yang baik atau tidak?
Ingatan kita—baik menyangkut hal yang baik maupun yang buruk—berpengaruh terhadap cara kita memberi respons. Seorang yang memiliki ingatan
masa kecil ditindas oleh pria dewasa berkumis akan cenderung menjaga jarak
dan menjauhi setiap pria berkumis yang ia temui, sekalipun pria berkumis itu
adalah seorang pendeta yang baik dan ramah. Sebaliknya, anak yang bebas
dari pengalaman traumatik akan dapat bergaul dengan bebas tanpa terhalang oleh masalah kumis.
Ingatan juga sangat mempengaruhi respons kita dalam berbicara maupun
bertindak terhadap berbagai hal. Rasul Paulus memahami pengaruh ingatan
ini, sehingga ia menasehati agar orang Kristen melindungi pikirannya dari pengaruh luar yang negatif. Perlindungan ini didapat dengan mengisi sebanyak
mungkin pikiran kita, bahkan memenuhinya dengan hal-hal yang baik dan
positif (4:8).
Peperangan untuk mengisi pikiran dengan hal yang baik dan positif terjadi
dalam sudut pandang yang kita miliki akan suatu hal. Pada dasarnya, respons
yang baik berasal dari sudut pandang positif, dan respons yang buruk berasal
dari sudut pandang negatif. Kita menyikapi sebagian hal dengan sudut pandang positif dan menyikapi hal lainnya dengan sudut pandang negatif. Marilah
kita membangun sudut pandang positif tentang berbagai hal, khususnya untuk hal-hal yang selama ini kita sikapi secara negatif. Kita dapat memulainya
dari apa yang kita pikirkan tentang orang tua dan anak kita, rekan kerja dan
atasan kita, rekan pelayan dan hamba Tuhan kita, termasuk terhadap para
pengendara motor yang meminta lajur kita. Jika kita setia melakukannya, dengan sendirinya, kita akan bersikap dengan tepat. [FB]
Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran
dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
67
Kamis
Sukacita Hati setelah Dukacita
Bacaan Alkitab hari ini: 2 Korintus 7:8-11
30
Okt
Pra-Reformasi
Salah satu tanda kemajuan kehidupan rohani seseorang adalah kepekaannya akan dosa. Kesadaran akan keberdosaan akan membuat seseorang berdukacita secara mendalam dan berbalik mengikuti Allah dengan
sungguh-sungguh. Setelah surat 1 Korintus dikirimkan, Rasul Paulus
pernah mengirim surat teguran yang keras yang dampaknya adalah dukacita massal yang membuat jemaat Korintus bertobat. [Sayangnya, surat itu sekarang telah hilang sehingga kita tidak mengetahui apa isi dan
kata-kata di dalamnya]. Oleh karena itu, Rasul Paulus tidak menyesal
telah mengirim surat itu, melainkan bersukacita (7:8-9).
Bagi Rasul Paulus, dukacita yang mengantar seseorang pada pertobatan adalah dukacita kudus yang membuahkan sukacita. Sebaliknya,
bila seseorang bersukacita atas hal duniawi yang berdosa, ia akan diantar pada dukacita sejati karena tidak pernah bertobat (7:10-11).
Manusia menganggap perasaan dukacita sebagai perasaan negatif,
dan sebaliknya sukacita dianggap sebagai perasaan positif. Wajar bila
kita mengutamakan untuk mengalami sukacita dan menghindari dukacita. Namun, sukacita yang harus dikejar adalah sukacita sejati atas pertobatan diri kita. Tidakkah kita menikmati indahnya hidup yang semakin
jauh dari dosa dan semakin dekat dengan Kristus.
Oleh sebab itu, bila pada hari ini kita melakukan kesalahan sehingga mendapat teguran, jangan terburu-buru menghilangkan perasaan
bersalah tanpa mengambil langkah perubahan hidup. Kita tidak akan
nyaman dengan kondisi demikian. Namun, bila kita memakai kondisi
tersebut untuk belajar, kita akan bersukacita atas anugerah Allah yang
mengajar kita bertumbuh. Jangan buang perasaan dukacita karena dosa,
tetapi biarkan Allah menggantinya dengan anugerah sukacita. [FB]
Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
68
Jumat
Kehendak-Mu, Hidupku
Bacaan Alkitab hari ini: Yohanes 4:34
31
Okt
Reformasi
Makanan dimengerti sebagai salah satu kebutuhan primer atau kebutuhan yang bersifat mendasar. Manusia tidak dapat bertahan hidup bila
kebutuhan mendasarnya tidak terpenuhi. Itulah sebabnya, ketika kita
menjalani aktivitas rutin seperti bersekolah, berkuliah, dan bekerja, jam
makan siang merupakan saat yang sangat ditunggu-tunggu. Dalam kegiatan gerejawi sekalipun, acara makan merupakan salah satu mata acara
yang diprioritaskan, bahkan seringkali didukung dengan alokasi dana
yang tidak kecil.
Namun, pada bagian Alkitab yang kita renungkan hari ini, Tuhan
Yesus menunjukkan “keanehan” dengan mengidentifikasi makanan-Nya
sebagai berupa melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa bagi diriNya. Sementara Dia berkata demikian, para murid sedang bersiap untuk
mengajak-Nya makan siang (4:31-33). Tidak mengherankan bila para
murid menjadi kebingungan apakah Tuhan Yesus masih memerlukan
makanan seperti biasa atau tidak. Mereka tidak paham bahwa situasi
lapar dan letih tersebut dipakai Tuhan Yesus untuk mengajarkan betapa
pentingnya melaksanakan kehendak Bapa dalam kehidupan di dunia ini.
Bagi-Nya, melakukan kehendak Bapa dalam hidup jauh lebih penting daripada sekadar bertahan hidup dengan makanan yang cukup.
Oleh sebab itu, marilah kita mereformasi setiap anggota tubuh kita
agar respons kita berfokus pada melaksanakan kehendak Allah. Hal ini
tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan pekerjaan, rumah tangga,
dan aktivitas sosial hanya untuk mendekam di gereja atau di tempattempat sunyi untuk berdoa. Sebaliknya, Allah ingin agar melalui setiap
aktivitas rutin, kita bertindak untuk melaksanakan kehendak Bapa. Kehidupan sehari-hari merupakan ruang belajar agar dalam setiap hal, respons kita memuliakan Allah. [FB]
1 Korintus 10:31
“Aku menjawab: ... jika engkau melakukan sesuatu ...,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah..”
69
DAFTAR GEREJA SINODE GKY
GKY BALIKPAPAN
- 25 Agustus 1996 Jl. Mayjen Sutoyo RT 44 No. 1A (Depan Radar AURI-Gunung Malang), Balikpapan 76113.
Telp. (0542) 441008. Fax (0542) 441108.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 17.00
GKY BANDAR LAMPUNG
- 30 Maret 2008 Hotel Grand Anugerah, Jl. Raden Intan No. 132, Bandar Lampung. Telp. (0721) 472474.
Sekretariat : Perum Aman Jaya, Jl. Slamet Riyadi Blok A No.15, Teluk Betung 35228.
Telp. (0721) 472474.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 08.00
- 20 Mei 2012 GKY BENGKULU
Jl.Ahmad Yani No.15A1-B, Bengkulu.
Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.17.00
GKY BUMI SERPONG DAMAI
- 7 Februari 1993 Nusa Loka Blok E-8 No. 7, Sektor 14, Serpong, Tangerang 15330.
Telp. (021) 5382274, 5383577. Fax (021) 5381942.
Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
GKY CIBUBUR
- 22 September 2006 Sentra Eropa Blok A No. 18, Kota Wisata Cibubur, Jakarta 16967. Telp. (021) 84931120.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY CIMONE
- 11 September 1983 Cimone Mas Permai I, Jl. Jawa No. 11A, Tangerang 15114. Telp. (021) 5525727.
Fax (021) 55794389.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY CITRA GARDEN
- 27 November 1994 Jl. Citra Garden II Blok O9 No. 1, Jakarta 11830. Telp. (021) 5453529, 54398490.
Fax (021) 54398093.
Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00
GKY GADING SERPONG
- 19 Desember 2010 Ruko L Agricola Blok B8-10, Paramount Serpong, Tangerang 15810.
Telp. (021) 29429530-31. Fax (021) 29429532.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 09.30, 17.00
GKY GERENDENG
- 24 Agustus 1986 Jl. Pos Gerendeng I, Tangerang 15113. Telp. (021) 5523925. Fax (021) 5589182.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 09.30
GKY GREEN VILLE
- 4 Januari 1981 Green Ville Blok AZ No. 1, Jakarta 11510. Telp. (021) 5605586 (Hunting). Fax (021) 5659353
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 10.00
GKY GUANGZHOU
- 6 November 2011 Zion Church (Lantai 2), Ren Ming Zhong Lu No. 392, Guangzhou. Stasiun MTR Ximenkou
Exit A. Mobile : +8613570099579.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00
GKY HONGKONG
- 1 Desember 2013 1 Haven of Hope Road, Tseung Kwan O, New Territories, Hong Kong
Mobile: + 8526 2786171, + 8526 1047093
Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 10.30
GKY JAMBI
Hotel Aston, Jl. Sultan Agung No. 99, Jambi
Telp. (0711) 922 9168
70
- 23 Februari 2014 Kebaktian Umum : Minggu, Pk.09.00
GKY KARAWACI
- 10 April 2005 Gedung Dynaplast Lt. 8, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Lippo Village, Karawaci 15811.
Telp. (021) 93823230
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.07.30, Pk. 10.00, 17.00
GKY KEBAYORAN BARU
- 26 April 1998 Jl. Kebayoran Baru No. 79, Jakarta 12120. Telp. (021) 72792735. Fax (021) 72793017.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00
GKY KELAPA GADING
- 6 Juni 1993 Jl. Boulevard Raya Blok TB II No. 1-4, Jakarta 14240. Telp. (021) 4520563-64
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
GKY KUTA BALI
- 5 Juli 1998 Jl. Sunset Road, Dewi Sri II, Kuta-Bali 80361. Telp. (0361) 488126, 7440078.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 08.00, 10.00, 18.00
GKY LUBUK LINGGAU
- 30 November 1997 Jl. Bukit Barisan 13, Lubuk Linggau 31622. Telp. (0733) 323989.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY MAKASSAR - 3 Oktober 1993 Jl. Andalas 57-59, Makassar 90517. Telp. (0411) 3652424, 3652526, 3624466.
Fax (0411) 3652444.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 18.00
GKY MANGGA BESAR
- 3 Juni 1945 Jl. Mangga Besar I No. 74, Jakarta 11180. Telp. (021) 6399585. Fax (021) 6499261.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
English Worship Service : Minggu, Pk. 09.30
GKY MEDAN
- 10 November 2006 -
Jl. Thamrin No. 53 No. 13, Medan 20232. Telp. (061) 4550678. Fax (061) 4550677.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.30
GKY MUARA BARU
- 1 Januari 1995 Jl. Pluit Raya Selatan, Ruko Grand Pluit Mall Blok B No.7-8, Muara Baru, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613711
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 10.00
GKY NIAS
- 18 Juli 2010 Jl. Baluse No. 6, Km 2,5 Simpang Megahill, Gunung Sitoli, Nias 22815. Telp. (0639) 21253.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00
GKY PALEMBANG
- 22 Juli 1984 Jl. Krakatau 445/129, Palembang 30125. Telp. (0711) 314037. Fax (0711) 350476.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY PALOPO
- 12 Juni 1995 Jl. Durian 79, Palopo 91921. Telp. (0471) 22201.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY PAMULANG
- 14 Februari 1993 Jl. Reny Jaya Blok S-IV/15, Pamulang, Tangerang 15416. Telp. (021) 7434179.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY PANTAI INDAH KAPUK
- 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00,
GKY PEKANBARU
- 15 Januari 2006 Jl. Tuanku Tambusai, Komp. Puri Nangka Sari F10-11, Pekanbaru 28000.
Telp. (0761) 571132. Fax (0761) 571142.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.00
GKY PLUIT
- 13 Januari 1974 Jl. Pluit Permai Dalam I No. 9, Jakarta 14450. Telp. (021) 6696826. Fax (021) 6621312.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00
- 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00,
71
GKY PONTIANAK
- 18 November 2007 Komp. Ruko Ahmad Yani, Sentra Bisnis Megamal G21-22, Pontianak 78124.
Telp. (0561) 743930. Fax (0561) 743931. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk.10.00, Pk.17.00
GKY PURI INDAH
- 6 Oktober 1991 Jl. Kembang Elok VI Blok I No. 9, Jakarta 11610. Telp. (021) 58300321 (hunting). Fax (021) 58300320.
Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00
GKY SIANTAN
- 29 September 1996 Jl. Gusti Situt Machmud Gg. Selat Karimata II Blok G No.7-8, Pontianak 78242, Telp. (0561) 885897
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00
GKY SINGAPURA
- 29 Jun 2008 Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore
188536. Mobile : +65 9761 0900
- Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.10.00.
Le Danz, 222 Queen Street #01-01/02, Singapore 188550.
- Kebaktian Umum II: Minggu, Pk.14.30.
Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore
188536. Mobile : +65 9761 0900
GKY SUNTER
- 13 Juli 1986 Jl. Metro Kencana VI Blok Q No.43, Jakarta 14350. Telp. (021) 65831877. Fax (021) 65831871.
Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY SURABAYA
- 4 November 2007 Jl. Pemuda 19-21, Grand Surabaya Hotel (Ex Garden Hotel Lama), sebelah Bank Mandiri, depan Wisma BII,
Surabaya. Telp. (031) 5995399
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00
GKY SYDNEY
- 8 Maret 2009 UTS Haymarket CM05C.01.31 (Building 5C, Level 1, Lecture Theatre 31), 31 Quay Street - Haymarket
(di sebelah pintu masuk Market City parking). Sydney, Australia, NSW 2000.
Mobile : +61 0425888915. Home : +61 0280655180
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 11.00
GKY TANJUNG PINANG
Jl. Ir. Sutami No. 59, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882.
Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00
GKY TELUK GONG - 2 November 1986 Jl. Teluk Gong Raya No.1, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
GKY VILLA TANGERANG INDAH
- 25 Desember 1994 Villa Tangerang Indah Blok EF 1 No. 2-4, Tangerang 15132. Telp. (021) 5513267. Fax (021) 5532852.
Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 18.00
GKY YOGYAKARTA
- 15 September 1996 Auditorium Sekolah Bhinneka Tunggal Ika, Jl. Kranggan No. 11A, Yogyakarta 55233.
Sekretariat : Jl. Kranggan No. 7, Yogyakarta 55233. Telp. (0274) 7110147. Fax (0274) 6415509.
Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00
72
Download