Tahap 6, No. 11 September – Oktober 2014 DAFTAR ISI Hosea • Yoel • Amos • Mazmur • Lukas Redaksi ............................................................................................. 3 Mengenal Allah Melalui Kitab Hosea................................................ 4 Renungan Tanggal 1 – 8 September 2014 ........................................ 5 Mengenal Allah Melalui Kitab Yoel.................................................. 13 Renungan Tanggal 9 – 11 September 2014 .................................... 14 Mengenal Allah Melalui Kitab Amos............................................... 17 Renungan Tanggal 12 – 29 September 2014 .................................. 18 Mesias bagi Semua Kaum................................................................ 36 Renungan Tanggal 30 September - 23 Oktober 2014 ..................... 37 Reformasi Sistem Respons Manusia................................................ 61 Renungan Tanggal 24 - 31 Oktober 2014 . ...................................... 62 Daftar Gereja Sinode GKY ............................................................... 70 Diterbitkan oleh: Sub Bid. Pembinaan Warga Gereja Sinode Gereja Kristus Yesus Ketua: Pdt. Joni Sugicahyono Editor Umum: GI. Purnama Penulis: Pdt. Candra Gunawan, Pdt. Frans Lie, GI Anton Ampu Lembang, GI Feri Irawan, GI Franky Buntoro, GI Purnama Alamat Redaksi : Jl. Mangga Besar I/74, Jakarta 11180. Telepon: (+62-21) 6010405-08. Website: www.gky.or.id • e-Mail: [email protected] Dapatkan dan bacalah renungan GEMA melalui: 1. Buku renungan. 2. Online di website GKY (www.gky.or.id - bagian literatur GEMA). 3. Unduh ke perangkat telepon genggam: - www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201409.jar (GEMA bahasa Indonesia bulan September 2014). - www.fourteenfloor.com/files/gema-id-201410.jar (GEMA bahasa Indonesia bulan Oktober 2014). 4. Unduh ke perangkat Android dan Apple (iPhone, iPad, iPod Touch): - www.gky.or.id lalu klik download pada salah satu dari 2 pilihan (Android atau IOS). Gerakan Membaca Alkitab sejak tahun 1999 diterbitkan dwibulanan dalam bahasa Indonesia dan Mandarin. Redaksi Salam sejahtera dalam kasih Kristus. Pemilu tahun 2014 telah berlalu dan kita berharap bahwa kita akan segera melihat terjadinya perubahan menjadi lebih baik dalam pemerintahan di negeri ini. Akan tetapi, ternyata bahwa permasalahan menyangkut pemilu yang telah berlalu itu masih belum selesai. Masih ada proses lanjutan yang sedang berlangsung di Mahkamah Konstitusi. Perubahan yang kita rindukan itu merupakan suatu keniscayaan (sesuatu yang pasti akan terwujud). Akan tetapi, jalan menuju perubahan itu masih penuh dengan tanda tanya. Kondisi politik negeri ini merupakan gambaran dari kondisi orang Kristen pada umumnya. Di dalam Kristus, kita mewarisi janji-janji Allah yang menimbulkan pengharapan. Semua janji Allah pasti akan terlaksana. Akan tetapi, sebelum janji-janji Allah itu terwujud seluruhnya, kita tetap harus menghadapi berbagai pergumulan hidup yang kadang-kadang bisa menggoncangkan iman kita. Tanggung jawab kita (baik sebagai warga negara maupun sebagai anggota umat Allah) adalah berdoa dengan setia—baik bagi pergumulan pribadi kita maupun bagi pergumulan kita sebagai warga negara—serta menjalani hidup berdasarkan iman. Pada edisi ini, kita akan membaca dan merenungkan tiga kitab yang tergolong kitab nabi-nabi kecil (Hosea, Yoel, Amos), Injil Lukas, beberapa pasal kitab Mazmur, serta mengikuti renungan khusus berkaitan dengan hari Refomasi. Perlu diketahui bahwa hari reformasi adalah peringatan peristiwa yang terjadi pada tanggal 31 Oktober 1517, saat Martin Luther menempelkan 95 dalil—yang menguraikan kebobrokan gereja saat itu—di pintu sebuah gereja di kota Wittenberg. Peristiwa tersebut “dianggap” sebagai awal dimulainya reformasi yang menghasilkan pembentukan gereja-gereja Protestan. Setiap tahun, kita merenungkan peristiwa tersebut untuk mengingatkan bahwa kita—sebagai gereja yang belum sempurna—masih harus terus mereformasi diri, baik sebagai institusi gereja maupun sebagai pribadi-pribadi yang menjadi anggota gereja. Pada tahun ini, renungan seputar reformasi mengambil tema “Reformasi Sistem Respons Manusia”. Kita akan mengevaluasi cara kita memberi respons terhadap daya tarik dosa yang terkandung dalam tawaran-tawaran yang kita terima di dunia ini, agar kita tidak membiarkan diri kita dibentuk oleh dunia ini, melainkan kita memberi respons sesuai dengan kehendak Allah bagi kita. Semoga GEMA edisi ini tetap menjadi berkat bagi kita semua. Mengenal Allah Melalui Kitab Hosea K eistimewaan yang paling mencolok dari Kitab Hosea adalah pemberitaannya tentang kesetiaan Yahwe, padahal Israel selalu murtad. Pemberitaan itu diperagakan oleh Nabi Hosea tatkala ia atas perintah Tuhan harus mengawini seorang perempuan sundal dan memperanakkan anak-anak sundal dari perempuan itu, malah ia harus tetap mengasihinya meskipun isterinya telah berzinah. Demikianlah Yahwe akan tetap mengasihi umat-Nya meskipun umat-Nya telah menyembah allah-allah lain (3:1). Hosea berjuang mati-matian melawan ibadah kepada Baal yang dimaksudkan untuk menggantikan kepercayaan Israel yang sah. Ciri-ciri khas dari pemberitaannya ialah menekankan kasih Allah yang didasarkan pada perjanjian-Nya (‘kasih setia’ 2:18; 6:6; 10:12) serta menekankan pengenalan akan Allah, yakni kepercayaan kepada perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Tuhan dahulu kala. Kasih dan pengenalan akan Allah itu jauh lebih penting dari pada ibadah (6:6; bandingkan dengan 4:6). Lagi pula, Allah akan mengembalikan bangsa Israel kepada keadaan sediakala, ke padang gurun (2:13; bandingkan dengan 12:10) yang merupakan gambaran tentang adanya pengharapan baru (2:14) bahwa hubungan kasih antara Yahwe dan Israel akan pulih seperti semula (2:15), sehingga mereka akan mengenal Dia lagi (2:19). Pada waktu itu, Israel akan mengakui bahwa Yahwelah yang memberi kesuburan dan kemakmuran, bukan Baal (2:7, 20-21; bandingkan dengan 14:8-9). Sebelum janji pemulihan itu terpenuhi, Allah masih mempunyai perkara dengan Efraim (4:1), sebab kesalahannya di bidang sosial, politik, dan agama adalah sangat besar, bahkan hampir tidak dapat diampuni lagi. ”Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah” (4:6). Segala dosa disingkapkan—baik dosa rakyat maupun dosa para pemimpin rohani dan politik—tanpa ampun dan tanpa sayang. Sekalipun demikian, Allah tetap mengasihi umat-Nya. Kesetiaan-Nya mengatasi ketidaksetiaan mereka, demikian pula hambaNya. Allah mencari umat-Nya dan memenangkan kembali umat-Nya. Hosea hidup di Kerajaan Utara. Tidak dapat disangkal bahwa nabi kecil itu—yang walaupun terikat pada zamannya sendiri—terikat pada Allah. Allah menyuruh dia membawa firman-Nya ke dalam setiap situasi. Bertentangan dengan ketidaksetiaan Israel, Nabi Hosea memaklumkan kesetiaan Allah kepada perjanjian-Nya. Berita-berita yang disampaikan Hosea seharusnya menguatkan kita kembali untuk menghargai setiap kasih karunia yang telah kita terima. [AAL] Senin Jangan Pernah Mendua 1 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 1-2 Uang, ketenaran, dan ketakutan dapat memotivasi orang untuk melakukan hal-hal “gila”. Beberapa orang tega menjual dirinya untuk mendapatkan kepuasan seks, sementara yang lain rela mengorbankan reputasi dan seisi keluarganya demi satu menit menikmati ‘ranjang’ orang lain. Gomer adalah seorang wanita, istri dari Hosea, nabi muda yang sedang berkembang pada zamannya. Kisah Hosea dan Gomer merupakan penggambaran bahwa Allah melihat Israel sebagai istri-Nya. Oleh karena itu, Allah telah memperingatkan agar Israel tidak mendua, “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Perintah pertama dari sepuluh hukum, Keluaran 20:3). Ada beberapa pelajaran penting dari Hosea 1-2: Pertama, moral yang kendur dari seorang wanita adalah modal ketidaksetiaan. “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dan membelakangi TUHAN” (1:2b). Jelas bahwa perempuan itu memiliki kehidupan moral yang sangat longgar dalam masyarakat. Perempuan yang tidak menaruh kesetiaan pada pernikahannya adalah kepedihan bagi suaminya. Kedua, ketidaksetiaan seorang istri menghasilkan buah penderitaan batin yang tak henti-hentinya. Di pasal 2, sekilas terlihat bahwa Gomer tidak menumbuhkan rasa penyesalannya. Penghormatannya kepada suaminya makin kabur. Sikap Gomer yang mendua mendatangkan penderitaan bagi Nabi Hosea, suaminya. Penderitaan yang berkepanjangan itu dilukiskan dengan perkataan, “...sebab dia bukan istriKu” (2:1). Pernikahan Nabi Hosea dan Gomer merupakan bahan pelajaran tentang hubungan Allah dengan umat-Nya. Firman Tuhan menunjukkan bahwa pernikahan itu kudus, tetapi bisa dinajiskan oleh seorang wanita yang bermoral rendah. Secara tidak langsung, peranan seorang istri dalam rumah tangga sangat menentukan kokoh tidaknya pernikahan tersebut. Istri yang tidak mendua adalah mahkota suaminya! [AAL] Hosea 2:19a “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, ....” Selasa Mengasihi Sampai Begitu Dalam 2 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 3-4 Pernikahan adalah hadiah. Hadiah itu diharapkan dapat membahagiakan dan memuaskan si penerima serta mengungkapkan perasaan terdalam dari si pemberi. Pernikahan juga merupakan panggilan untuk melayani. Pernyataan ini mungkin kurang populer dan kurang diperhatikan dalam banyak pernikahan. Istri yang penuh kasih akan menghargai suaminya sebagai pasangan yang seimbang di segala bidang kehidupan. Ia akan menunjukkan keibuannya dengan memperlihatkan bahwa kemitraan dengan suaminya tidak dapat diganggu gugat. Kewajiban istri dalam hal ini adalah menyumbangkan pikiran, misalnya dalam hal pengambilan keputusan, mengatasi konflik, mengusulkan rencana perkembangan keluarga, dan mengelola kehidupan rumah tangga sehari-hari. Sayangnya, Gomer bukanlah tipe seorang istri yang ideal. Nabi Hosea menebus Gomer dengan cara membelinya seharga lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai, yakni seharga seorang budak pada masa itu. Patutkah Gomer mendapatkan kasih Nabi Hosea yang sedemikian dalam setelah ia mengkhianati dan menyakiti hati Nabi Hosea? Pertama, kasih melindungi mereka dari kemungkinan terluka. Gomer membuka ruang untuk lebih mudah terluka dan berlindung pada dinding yang tidak aman dari serangan musuh. Nabi Hosea walau terluka tetap mengasihi Gomer sedalam mungkin. Kedua, kita butuh dicintai. Gomer harus mengalami masa karantina untuk tinggal diam (3:3). Ia tidak boleh bersundal lagi. Karantina ini bertujuan untuk melindungi Gomer. Apa pun kondisi Gomer, ia tetap butuh dicintai. Tindakan yang dilakukan Nabi Hosea adalah miniatur dari kasih Allah kepada Israel. Kasih dan pengampunan seharusnya mudah didapatkan dalam keluarga Kristen. Jangan biarkan dosa menghancurkan rumah tangga kita. Dosalah yang membuat air mata terus mengalir. [AAL] Hosea 3:1b “...seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.” Rabu Bertobat Itu Harga Mati 3 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 5:1-6:6 Jika kita ingin tahu, betapa waktu begitu berharga: Tanyakan arti 0,1 detik bagi seorang juara lari. Tanyakan arti 1 detik bagi orang yang baru terhindar dari kecelakaan. Tanyakan arti 1 menit bagi orang yang ketinggalan kereta. Tanyakan arti 1 jam bagi sepasang kekasih saat bertemu. Tanyakan arti 1 bulan bagi seorang ibu yang melahirkan prematur. Tanyakan arti 1 tahun bagi murid yang tidak naik kelas. Mereka semua akan mengatakan bahwa waktu itu sangat penting. Namun, waktu (kesempatan) untuk bertobat belum tentu dianggap penting di kalangan orang Kristen. Bila seseorang enggan untuk bertobat, apa yang terjadi? Pertama, Allah menarik diri dari mereka. Murtad Israel dibalas dengan pengunduran diri Yahwe (5:6). Itulah tindakan-Nya yang pertama di dalam usaha pendidikan-Nya terhadap Israel. Kedua, Allah sendiri akan campur tangan. Bagian utara dari Kerajaan Israel, yakni daerah Efraim akan menjadi tandus (5:9). Baik Efraim maupun Yehuda akan hancur dan binasa. Mereka akan menjadi bangsa yang menderita yang keadaannya ditimbulkan oleh Allah sendiri. Ketiga, Allah memberikan kesempatan untuk sebuah pertobatan. Hosea 6:4 mengatakan, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda?” Perikop ini sangat emosional. Allah bergumul di dalam diri-Nya sendiri. Allah mengharapkan pertobatan yang sungguh-sungguh, bukan penyesalan dengan mulut saja atau ketaatan lahiriah semata. Hanya sikap demikian yang berkenan kepada Allah (6:6). Selagi masih ada waktu untuk memperbaiki diri, selagi masih ada firman yang mengingatkan dan menegur kita, bersyukurlah atas kemurahan hati Allah. Jangan palsukan ibadah-ibadah kita. [AAL] Hosea 6:3 “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, ...” Kamis Dipenjarakan dalam Dosa 4 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 6:7-7:16 Satu-satunya kesimpulan dari perikop ini ialah bahwa pertobatan Israel adalah tetap tidak jujur. Mereka melupakan Allah. Mereka tidak sadar bahwa Allah mengingat segala kejahatan mereka (7:2). Artinya, Allah tidak lupa. Ia melihat apa yang dilakukan umat-Nya (6:10). Kata ‘mengingat’ berasal dari kata Ibrani zakar yang artinya ‘menyebut’. Allah menyebut perbuatan-perbuatan mereka. Dengan demikian, tidak ada sesuatu pun yang luput dari perhatian Allah. Sejumlah contoh konkret menunjukkan bahwa umat-Nya dipenjarakan dalam dosa: Pertama, “mereka telah melangkahi perjanjian” (6:7). Dosa para imam membuat ibadah menjadi sekedar upacara tanpa dilandasi rasa takut akan Tuhan. Mereka menyeleweng dari cinta kasih perjanjian dan pengenalan akan Allah yang seharusnya mereka ajarkan. Kedua, “mereka telah berkhianat terhadap Aku” (6:7). Bukan hanya di dalam ibadah, di luar ibadah pun dosa para imam diteruskan. Ketiga, mereka melakukan perbuatan mesum (6:9) di hadapan Allah. Kesimpulan dari ketiga hal di atas, Nabi Hosea menunjukkan gambaran dosa sebagai situasi putus asa yang menakutkan. Rakyat tidak menyadari dosanya sendiri. Di pasal 7, jelas bahwa tidak ada pemikiran tentang pertobatan kepada Yahwe. Di tengah segala pergolakan politik luar negeri (7:8-12), mereka asyik bermanipulasi di dalam negeri. Seluruh komplotan yang sengaja melakukan kejahatan di hadapan Tuhan itu disebut sebagai ‘orang-orang berzinah’ oleh Nabi Hosea (7:1-4). Penghianatan terhadap raja dan rakyat serta penghianatan terhadap sekutu politik di luar negeri berakhir sebagai penghianatan dan pemberontakan terhadap Tuhan. Dosa dimulai ketika kita membuka ruang kehidupan kita dengan hal-hal yang tidak dapat dipercayai, hal-hal yang tidak berguna dan membahayakan kehidupan kita. [AAL] Hosea 7:15 “Sekalipun Aku telah melatih dan menguatkan lengan-lengan mereka, namun mereka merancang kejahatan terhadap Aku.” Jumat Ketika Ketaatan Sulit Ditemui 5 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 8-9 Ada tiga alasan mengapa Israel akan diserang oleh kuasa musuh, dan itu atas perintah Tuhan: Pertama, dasar-dasar kehidupan sebagai bangsa kudus diingkari. “Busuk sangat perbuatan mereka” (9:9). Akar dan kerangka kehidupan bangsa kudus itu adalah perjanjian dan juga pengajaran (Torah) yang diberikan oleh Allah sendiri. Artinya, Allah telah memberikan ruang dan petunjuk untuk hidup dalam kebebasan, semua itu disangkal. Ikatan dengan Allah ditiadakan. Israel menjadi salah satu bangsa ‘biasa’ saja, bukan lagi bangsa yang kudus. Kedua, cara bersekutu dengan Allah dipandang ringan. Jelas kemunafikan tampak di kalangan bangsa Israel. Istilah ‘mengenal Allah’ (8:2) telah berulangkali kita temukan sebagai pengertian inti dalam Kitab Hosea (2:19; 4:1; 5:3) dan artinya ialah persekutuan dengan Allah. Perkataan seperti ‘mengenal Allah’ biar pun masih diucapkan rakyat secara adat kebiasaan, namun ucapan mereka adalah ucapan yang dangkal. Betapa munafik ucapan mereka itu. Ketiga, keselamatan ditolak: “Israel telah menolak yang baik” (8:3a). Yang baik adalah lawan kejahatan. Di akhir pasal 8 ditunjukkan secara konkret bahwa bangsa Israel melakukan berbagai-penyelewengan. Mereka melangkahi Tuhan dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya. Di pasal 9, khususnya di 9:7-9, jelaslah betapa kuatnya perlawanan terhadap sang nabi dan tindakannya. Ia dipandang sebagai pengganggu. Nabi Hosea dimaki sebagai seorang gila, “Nabi adalah seorang pandir, orang yang penuh roh adalah orang gila!” (9:7). Sebagai orang percaya, kita senantiasa bertanya kepada diri sendiri, apakah kita masih tetap dalam hubungan kasih pengantin terhadap Tuhan kita, sehingga kita didorong untuk terus menyenangkan-Nya serta tetap suci dan mulia, atau sebaliknya kita menyerahkan diri kepada ketidaktaatan karena tidak lagi mendengar suara Tuhan. [AAL] Hosea 9:17 “Allahku akan membuang mereka, sebab mereka tidak mendengarkan Dia.” Sabtu Kasih Menajamkan Ketulusan Kita 6 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 10-11 Dosa-dosa yang telah dihukum dalam pasal 8 kembali lagi direnungkan di sini, ‘sejak hari Gibea engkau telah berdosa, hai Israel! (10:9-10). Terdapat suatu kenangan kepada sejarah yang memperlihatkan bahwa dosa umat Allah telah berakar di dalam masa lampau. Sebutan ‘hari Gibea’ menunjuk kepada peristiwa terjadinya perbuatan tidak senonoh (menjijikkan) yang dilakukan oleh orang-orang Benyamin terhadap seorang Lewi serta akibat (hukuman) yang dialami oleh segenap suku Benyamin (Hakim-hakim 19-21). Kenang-kenangan sejarah masa lampau itu jelas kelihatan dalam kitab Hosea pasal 11 ini. Misalnya “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia...” (11:1). inilah masa permulaan kasih antara bapa dan anak. Di dalam seluruh Perjanjian Lama, peristiwa Keluaran dari Mesir merupakan pengakuan pokok dalam kepercayaan Israel. Ikatan mesra seperti hubungan ayah dan anak menandakan perjanjian antara Yahwe (TUHAN) dengan Israel. Kenang-kenangan sejarah tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya Allah memilih Israel untuk menjadi hamba-Nya; Ia telah mendidik, membebaskan, dan mengasih Israel, agar Israel menjadi pelayan yang berguna. Israel dipanggil untuk hidup dan bekerja di tanah yang dijanjikan sesuai dengan keadilan Allah dan menurut kasih satu sama lain. Hanya dengan jalan itulah, Israel akan mempunyai masa depan. Akan tetapi, Israel menipu Allah sehingga mereka sendiri terpaksa harus ‘memakan buah kebohongannya’ (10:13a). Jemaat Kristen terpanggil untuk hidup sesuai dengan kasih karunia Allah dan menumbuhkan buah-buah kebenaran sehingga orang lain dapat ikut mendapat anugerah (bandingkan dengan 2 Korintus 9:10). Jangan lupakan kasih yang mula-mula, kasih yang tulus justru menajamkan ketulusan kita kepada-Nya. Tanpa kasih hidup kita tidak akan berkenan kepada Allah. [AAL] Hosea 11:1 “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.” 10 Minggu Dosa Berdampak Luas 7 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 12:1-14:1 Pasal 12 ini menoleh ke belakang sampai kepada zaman nenek moyang (para bapa leluhur). Untuk memperlihatkan bahwa oleh perbuatan mereka, khususnya oleh perbuatan Yakub, kesalahan telah mulai meresap ke dalam tubuh Israel. Inti pokok pasal ini adalah ‘penipuan’ (12:1, 2, 4, 8, 15). Yakub yang hidup dalam kebohongan menunjukkan pergumulan yang sama dengan umat Allah yang hidup dalam kebohongan. Karena itu, dalam 12:1, “dengan kebohongan Aku telah dikepung oleh Efraim,” Allah seakan-akan mengeluh atas ketidakjujuran Israel Utara dan penduduknya. Mereka mengatakan bahwa mereka mengabdi kepada-Nya, tetapi kenyataannya ialah bahwa mereka melayani Baal. Kehidupan yang penuh dusta itu sangatlah mencolok dan berbeda dengan karakter Allah yang setia, yang dapat dipercaya (tidak penipu). Sikap penipu dari umat-Nya dikonkretkan lagi dengan perkataan “Efraim menjaga angin, dan mengejar angin timur” (12:2) yang menunjukkan bahwa sikap demikian adalah sia-sia belaka (bandingkan dengan 8:7; Pengkhotbah 1:14). Oleh karena itu, segala praktik keagamaan serta praktik sosial dan politik mereka tidak membawa hasil, tetapi hanya memperbanyak dusta dan pemusnahan. Di sini kita belajar bahwa dusta mendatangkan pemusnahan, bersifat destruktif (merusak). Hosea 13 memperlihatkan pertentangan antara ketidaksetiaan bangsa itu dengan kesetiaan Allah. Pasal 14 adalah pasal paling radikal dari seluruh Kitab Hosea yang memberitakan bahwa Allah akan menghukum umat-Nya. Bangsa Asyur tidak dapat menyelamatkan mereka (14:4). Seruan untuk bertobat kepada Allah sudah tidak diperdengarkan lagi. Biarlah bacaan Alkitab hari ini mengejutkan hati kita, yaitu bahwa dosa yang kita perbuat pasti—cepat atau lambat—akan berdampak luas dan sangat menyakitkan. Tidak ada hal lain yang lebih menakutkan selain murka Allah yang menyala-nyala. Jauhilah murka Allah! [AAL] Hosea 13:9 “Aku membinasakan engkau, hai Israel....” 11 Senin Belajar Dari Kesalahan 8 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Hosea 14:2-10 Bacaan Alkitab hari ini diawali dengan kata ‘bertobatlah’. Apakah arti “bertobat”? Pertama, bertobat berarti kembali kepada Tuhan. Pertobatan itu harus ditandai dengan penyesalan (14:3). Allah menghendaki ‘kata-kata penyesalan’, bukan pertobatan yang palsu, yang dangkal dan murahan, melainkan pertobatan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Bersama dengan Nabi Hosea, mereka boleh mengucapkan apa yang nabi katakan berdasarkan pernyataan firman Tuhan tentang pengampunan, “ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik” (14:3). Kedua, bertobat berarti meninggalkan segala sesuatu yang sampai sekarang masih diandalkan. Segala kuasa semu harus segera disingkirkan dari hadapan Tuhan. Israel tidak boleh bersandar pada kekuatan Kerajaan Asyur maupun Kerajaan Mesir yang berkuasa pada masa itu (7:11; 8:9; 12:2). Israel yang sungguh-sungguh mau bertobat harus meninggalkan kepercayaan akan patung-patung berhala. Akhir-akhir ini banyak sekali anak-anak Tuhan rela meninggalkan imannya karena kemapanan hidup, harta materi yang berkelimpahan, jabatan posisi yang menggiurkan. Kesetiaan dan ketaatan makin langka kita temui di kalangan kekristenan, kasih makin pudar, gereja bahkan hanya menjadi tempat perlindungan untuk menutupi segala keangkuhan hidup kita. Kita melayani, tetapi tanpa kehancuran jiwa dan remuk hati. Kita memberi persembahan, tetapi hanya sebatas upacara seremonial gerejawi. Biarlah kita semakin peka terhadap firman-Nya, sehingga kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang kita buat itu berdampak, namun pertobatan yang disadari dengan sungguh-sungguh juga memberi pengaruh dalam kehidupan. [AAL] Hosea 14:3 “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! Katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” 12 Mengenal Allah Melalui Kitab Yoel T idak seperti kebanyakan kitab nabi-nabi yang memberikan informasi latar belakang yang cukup dalam pendahuluan kitabnya, kitab Yoel hampir-hampir nihil dalam hal tersebut, kecuali informasi bahwa Yoel adalah seorang nabi Tuhan, anak dari Petuel (1:1) . Banyaknya nubuatan Nabi Yoel yang berkenaan dengan Yerusalem dan Bait Allah menunjukkan bahwa ia adalah seorang nabi yang diutus Tuhan kepada Kerajaan Yehuda (1:9, 13-14; 2:15-17, 23, 32; 3:1, 5-6, 16-17, 20-21). Penafsir modern menggambarkan Nabi Yoel sebagai seorang “nabi Bait Suci” atau “nabi peribadatan,” yang berarti bahwa ia mempunyai kedudukan yang diakui berkenaan dengan agama resmi Israel, dan yang menjadi pusat perhatiannya adalah Bait Suci. Selain itu, Nabi Yoel juga memiliki pengetahuan yang luas tentang pertanian dan wabah-wabah yang berhubungan dengan pertanian (1:4, 7, 10; 2:22, 23, 25; 3:13, 18).. Di kalangan para sarjana Alkitab sendiri masih belum ada kesepakatan mengenai penanggalan kitab Yoel ini. Sebagian beranggapan bahwa kitab ini ditulis pada era sebelum pembuangan (antara abad ke-9 BC sampai abad ke-6 BC). Sebagian lain beranggapan bahwa kitab ini ditulis setelah pembuangan (setelah abad ke-5 BC). Calvin sendiri menyatakan posisinya bahwa kenihilan data bukan masalah besar karena arti penting doktrinnya begitu jelas dan bersifat universal (1:3). Bagian awal kitab Yoel membicarakan tentang bencana tulah belalang yang akan melanda seluruh area kehidupan bangsa Israel (pasal 1). Bencana itu sebenarnya merupakan metafora (kiasan) dari penghakiman Allah pada Hari Tuhan yang akan datang, yaitu berupa bencana dan kehancuran yang jauh melebihi bencana yang ditimbulkan oleh tulah belalang (pasal 2). Melalui metafora ini, Yoel mengajak bangsa Israel untuk bertobat dari dosa-dosanya dan berbalik kepada Tuhan, sehingga pada Hari Tuhan yang akan datang itu, umat tidak menerima penghukuman, melainkan berkat dan pemulihan dari Tuhan (pasal 3). Konsep tentang Hari Tuhan mendominasi keseluruhan kitab Yoel. Hari Tuhan seharusnya menyadarkan umat pada masa kini bahwa Allah mampu melakukan intervensi terhadap dunia ini untuk menegakkan kedaulatan-Nya. Penghukuman Allah tetap berlaku bagi musuh-musuh Allah, termasuk bagi umat-Nya yang masih hidup dalam dosa pemberontakan. Namun, Hari Tuhan merupakan pengharapan pasti bagi umat yang setia untuk bersabar menantikan zaman berkat yang baru, sebab Allah yang menjanjikannya adalah setia. [FI] 13 Selasa Berkabung Atas Dosa 9 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Yoel 1 Pesan Tuhan melalui Nabi Yoel ini dimulai dengan berita bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya dan yang harus diingat oleh anak cucu mereka (1:2-3). Bencana yang dimaksud adalah bencana kekeringan disertai dengan serangan dari kelompok belalang (1:4) yang merupakan bentuk penghukuman Tuhan atas umat-Nya yang berdosa. Istilah nama-nama belalang ini (belalang pengerip, belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap) mengacu pada empat fase perkembangan belalang dengan penekanan pada kengerian yang ditimbulkan dari serangan kelompok belalang ini. Mengingat sumber perekonomian bangsa Israel sangat bergantung pada hasil pertanian, kehancuran dari segi pertanian ini sama artinya dengan kehancuran bagi kehidupan masyarakat Israel. Dampak bencana yang mengerikan ini adalah tidak lagi tersedia anggur baru untuk pesta (1:5), tidak ada lagi korban sajian dan korban curahan untuk penyelenggaraan ibadah (1:9), bahkan para petani menjadi frustasi dan meratap (1:11). Akhirnya, dampak bencana ini menimpa secara menyeluruh pada manusia (1:16), binatang (1:18-20) dan tumbuhtumbuhan (1:17). Penghukuman Tuhan menuntut umat supaya berkabung atas dosa-dosa mereka, karena bencana tulah belalang ini masih belum sebanding dengan kedatangan hari Tuhan (1:15), di mana hukuman yang lebih mengerikan akan menimpa mereka yang tidak mau bertobat. Terkadang kemewahan, kenyamanan dan kesejahteraan bisa membuat seseorang terlena dan menjauh dari Tuhan. Bisa jadi Tuhan sengaja mendatangkan bencana dan keterpurukan ekonomi sehingga umat-Nya berbalik dari dosa dan bertobat dengan sungguh-sungguh. [FI] Yoel 1:15 “Wahai, hari itu! Sungguh, hari Tuhan sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.” 14 Rabu Pemulihan Umat yang Bertobat 10 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Yoel 2 Bencana tulah belalang di tanah Israel hanyalah sebuah metafora untuk menunjukkan penghukuman Tuhan yang dahsyat bagi mereka yang tidak mau bertobat pada hari Tuhan. Dalam 2:2-11, diperlihatkan bagaimana hukuman yang sangat mengerikan itu akan diberikan kepada mereka yang tidak mau bertobat. Jika dilihat dari tuturan Nabi Yoel, maka dosa-dosa umat menunjuk pada keagamaan yang palsu, yaitu ibadah yang setengah hati serta kesalehan yang tampak dari luar, namun bukan berasal dari hati. Itulah sebabnya, Nabi Yoel mengatakan bahwa pertobatan sejati itu adalah dengan cara mengoyakkan hati dan bukan pakaian saja (2:13). Sementara bagi umat yang bertobat (2:12-17), Tuhan berjanji akan menjauhkan dari serangan bangsa lain, hasil pertanian dan peternakan yang melimpah dan memulihkan kondisi akibat bencana tulah belalang (2:18-27). Bahkan, Tuhan akan mencurahkan Roh-Nya kepada umat yang bertobat dalam arti bahwa Tuhan akan menyertai umat-Nya kembali (2:28-29). Dalam relasi yang dipulihkan dengan Tuhan, Tuhan menyatakan keselamatan-Nya (2:32). Tuhan bisa memakai banyak cara, termasuk melalui bangsabangsa lain sebagai alat penghukuman-Nya bagi mereka yang tetap tinggal dalam dosa. Mengingat hukuman Tuhan juga menimpa mereka yang mengaku umat Tuhan, maka kita perlu menyadari apakah kita sudah menjadi umat yang mengalami pertobatan? Pemulihan Tuhan bagi umat yang bertobat bukan sekadar pemulihan secara fisik, tetapi yang lebih penting adalah pemulihan hati dan relasi dengan Tuhan. [FI] Yoel 2:13 “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.” 15 Kamis Berkat dan Hukuman di Hari Tuhan 11 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Yoel 3 Konsep tentang hari Tuhan yg akan terjadi tentunya berbeda perspektif bagi mereka yang mau bertobat dengan bagi mereka yang tidak mau bertobat. Penghukuman disediakan bukan hanya bagi umat yang tetap tinggal dalam dosa-dosanya, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan (3:1-16). Dalam 3:11-12, diberikan gambaran tentang bagaimana Tuhan sendiri yang akan memimpin peperangan melawan bangsa-bangsa di lembah Yosafat. Di tempat itulah, Tuhan menghakimi bangsa-bangsa. Peperangan ini pada akhirnya menunjukkan siapakah Tuhan itu (3:17). Empat ayat terakhir (3:18-21) menjadi ayat penegasan yang memberikan gambaran secara eskatologis bahwa hari Tuhan yang akan datang itu akan penuh dengan berkat yang luar biasa bagi mereka yang bertobat dan dipulihkan oleh Tuhan. Berkat itu meliputi pemulihan hasil tanah (3:18), ketiadaan ancaman dari bangsa-bangsa sekitar (3:19), kediaman Yehuda dan Yerusalem yang kekal (3:20) dan Tuhan berdiam di Sion selamanya (3:21). Tuhan yang menggemakan penghukuman yang mengerikan pada hari Tuhan adalah Tuhan yang sama yang memanggil kita untuk bertobat serta memberikan pengampunan dan berkat. Sebagai Tuhan yang mampu mendatangkan berkat dan hukuman, Tuhan memberikan kengerian bagi mereka yang tidak mau percaya kepada-Nya. Bagi umatNya yang sejati, Ia memberikan pengharapan yang kekal dan pasti. Sebagai umat yang sejati, maka tiap orang percaya tidak lagi berfokus pada kengerian penghukuman sebagai hal yang menakutkan karena fokus kita sekarang pada keajaiban kasih karunia Tuhan yang memberi keselamatan dan pemeliharaan hingga kesudahannya. Bersyukurlah atas janji pemulihan dari Tuhan bagi tiap orang percaya. [FI] Yoel 3:16b “Tetapi TUHAN adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel.” 16 Mengenal Allah Melalui Kitab Amos A mos adalah seorang nabi Allah yag berasal dari Tekoa, sebuah desa di wilayah Yehuda. Dia bekerja sebagai peternak domba. Berdasarkan 1:1, Amos bernubuat pada masa pemerintahan Raja Uzia (Yehuda) dan Raja Yerobeam II (Israel), yaitu masa saat kedua kerajaan mengalami masa kejayaan, namun juga masa saat penyembahan berhala, kebejatan moral, korupsi dan penindasan terhadap rakyat miskin terjadi. Pada akhirnya, Allah menghukum Kerajaan Israel dengan membawanya masuk dalam pembuangan oleh bangsa Asyur (722-721 BC). Amos dipanggil oleh Allah untuk pergi dari Yehuda ke Utara—ke wilayah kerajaan Israel—untuk menyampaikan berita penghukuman dan keselamatan dari Allah. Meskipun ia tahu bahwa beritanya akan ditolak dan ditentang oleh kalangan petinggi kerajaan Israel, ia berani menyampaikan berita tentang kejatuhan bangsa Israel dan bangsabangsa lain di sekitarnya sebagai bentuk penghukuman Allah. Dalam keseluruhan kitab Amos, paparan kegagalan bangsa Israel dalam menyembah Allah yang benar dan ketidakadilan sosial yang dilakukan oleh bangsa Israel menjadi alasan utama mengapa Allah murka kepada bangsa Israel. Sebagai kitab nubuat, maka tema utama kitab Amos ini adalah penghakiman universal dari Allah. Penghukuman Allah bukan hanya ditujukan kepada bangsa Israel yang berdosa, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah. Hal ini sekaligus menunjukkan kedaulatan Allah atas semua bangsa. Namun, di tengah penghukuman-Nya, Allah tetap akan memulihkan sisa umat-Nya yang sungguh-sungguh mencari Tuhan dan bertekun dalam melakukan perbuatan baik dengan memberikan pengharapan dan berkat bagi umat di masa depan. Kitab Amos ini mengingatkan umat Allah pada masa kini untuk menjalankan ibadah bukan sebagai ritual keagamaan belaka dengan kesalehan yang palsu, melainkan menjalankan ibadah sebagai wujud kasih kepada Allah. Kita juga diajak oleh sang nabi untuk menjauhkan diri dari rupa-rupa perbuatan jahat yang merugikan sesama, serta aktif menyatakan kebenaran dan keadilan Allah di tengah-tengah bangsa ini sehingga gereja memiliki dampak yang positif dan membangun bagi masyarakat. Sebagaimana kita dituntut untuk hidup benar, maka kita yang hidup sesuai dengan kebenaran firman Allah akan diganjar dengan berkat-bekat rohani yang melimpah dari Allah. [FI] 17 Jumat Penghukuman TUHAN Adil 12 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 1-2 Kitab Amos dibuka dengan perkataan nabi “TUHAN mengaum dari Sion” (1:2) sebagai bentuk auman murka Tuhan yang menyala-nyala atas kejahatan bangsa-bangsa. Menariknya, penghukuman itu tidak hanya ditujukan kepada bangsa-bangsa lain, namun Yehuda dan Israel juga tidak luput dari penghukuman Tuhan. Ini menunjukkan bahwa penghukuman TUHAN itu berlangsung adil atas semua bangsa, tanpa terkecuali bagi bangsa Israel yang meyakini bahwa mereka adalah bangsa pilihan TUHAN. Bentuk pengulangan “karena tiga ..., bahkan empat” menunjukkan bahwa dosa dan kekerasan hati bangsa-bangsa tersebut sudah mencapai puncaknya, sehingga Allah bertindak menghukum mereka. Sangat wajar jika bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal hukum TUHAN melakukan kejahatan yang keji, namun tidak seharusnya kejahatan yang sama dilakukan oleh bangsa Israel yang mengenal hukum TUHAN. Yehuda menolak berpegang pada hukum TUHAN (2:4), sedangkan Israel menindas orang lemah, mencari keuntungan diri, melakukan perzinahan dan percabulan, dan bersenang-senang atas harta gadaian sesamanya (2:6-8). Semuanya itu pada akhirnya mendatangkan hukuman atas mereka (2:13-16). Berita penghukuman ini menjadi cermin bagi orang Kristen masa kini. Sungguh menyedihkan jika orang Kristen berperilaku sama dengan orang dunia dengan segala nafsu duniawinya. Selama manusia—bahkan orang Kristen sekalipun—tidak mau mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup benar, penghukuman TUHAN pasti berlaku bagi mereka. Godaan dosa di zaman akhir ini makin kuat menyeret orang Kristen untuk jatuh di dalamnya. Hanya dengan kembali kepada firmanNya setiap orang percaya dapat hidup berkenan kepada TUHAN. [FI] Amos 1:2a “TUHAN mengaum dari Sion dan dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya.” 18 Sabtu TUHAN Tidak Asal Menghukum 13 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 3 Sebagai suatu negara yang sedang ada dalam era kejayaannya, Israel tentu tidak akan dengan mudah memercayai nubuat yang disampaikan oleh Nabi Amos mengenai kehancuran dan penghukuman TUHAN atas Kerajaan Israel. Akan tetapi, tentu berita penghukuman TUHAN ini bukanlah diucapkan tanpa ada alasan yang kuat. Bentuk kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban (karena jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah jelas, yaitu “tidak”) yang disampaikan Nabi Amos dalam 3:2-8 ini disampaikan dalam bentuk sebab-akibat untuk menyatakan bahwa pasti ada penyebab dari segala sesuatu. Karena itu, pasti ada alasan yang kuat juga mengapa TUHAN seperti singa yang mengaum? Segala dosa dan kejahatan Israel yang dipaparkan dalam pasal 2 menjadi alasan yang kuat mengapa TUHAN menghukum Israel. Nabi Amos bukan hanya mengingatkan akan dosa dan kejahatan Israel, namun juga menyampaikan bahwa penghukuman TUHAN melalui Asyur dan Mesir yang menyerang Israel akan berdampak pada kehancuran Kerajaan Israel (3:11-12). Suatu hal yang menyedihkan jika orang percaya tidak peka akan dosa. Kenyamanan dan kemakmuran terkadang membutakan mata rohani sebagian orang Kristen, sehingga mereka mengabaikan kebenaran dan berani berbuat dosa yang menjijikkan di hadapan Tuhan demi mengejar semua itu. Jika Tuhan pada saat-Nya menyatakan penghukuman-Nya, Tuhan pasti memiliki alasan yang kuat atas penghukuman-Nya. Namun, sebelum Tuhan menghukum, bukankah lebih baik bila orang percaya lebih dahulu sadar akan keberdosaannya? [FI] Amos 3:7 “Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.” 19 Minggu Kepalsuan Hidup Umat TUHAN 14 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 4 Terkadang, sebagian orang secara sangat naif menganggap bahwa semua orang kaya memperoleh kekayaan dari buah pekerjaannya yang benar selama ini. Semua orang yang beribadah ke gereja dianggap sebagai orang percaya yang sungguh-sungguh. Nyatanya, Nabi Amos memperlihatkan realita umat Israel yang berbeda pada masa itu. Perempuan-perempuan kaya yang digambarkan dengan lembu-lembu Basan justru mendapatkan kekayaan dari hasil memeras dan menginjak orang miskin (4:1). Demikian juga, umat yang beribadah di Betel dan Gilgal sebagai pusat peribadatan umat di Kerajaan Israel bukan menyembah Allah yang benar, melainkan menyembah patung lembu emas (4:4; bandingkan dengan 1 Raja-raja 12:28-29), Baal, dan dewa-dewa kekejian lainnya. Tidakkah semua itu menunjukkan kepalsuan hidup umat Israel? Hidup mereka tampak di luar diberkati TUHAN dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan keagamaan, tetapi di dalamnya hanyalah kepalsuan belaka yang menimbulkan penghukuman TUHAN atas mereka. Seruan Nabi Amos agar mereka bersiap bertemu dengan Allah mereka (4:12) sebenarnya menunjukkan bahwa meskipun Allah akan menghukum Israel yang berdosa, namun Allah masih memberikan kesempatan bagi Israel untuk bertobat dari segala kepalsuan penyembahan yang tidak berkenan di hati-Nya. Pertobatan yang sejati tentu harus dimulai dengan melepaskan segala topeng kepalsuan hidup orang percaya. Hidup orang Kristen itu indah jika kita mau bersyukur menikmati berkat yang memang berasal dari hasil yang benar dan diberkati Tuhan dan beribadah dengan hati yang menyembah kepada Allah yang benar. [FI] Amos 5:14 “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup, dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu” 20 Senin Ketika Sang Nabi Meratap 15 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 5 Sebuah ratapan tentunya biasa kita dengar ketika terjadi bencana, tragedi atau suasana perkabungan karena meninggalnya orang yang sangat dikasihi. Akan tetapi, bagaimana jika ratapan itu justru terjadi pada situasi sebaliknya? Nabi Amos meratap justru ketika Kerajaan Israel ada dalam masa kejayaannya. Dalam ratapannya, Nabi Amos memperingatkan bahwa Israel akan mengalami kehancuran (5:2-3) dan pembuangan jauh ke seberang, yaitu ke Damsyik (5:27). Setidaknya, sampai tiga kali Nabi Amos menyerukan pertobatan bagi Israel dalam pasal 5 ini saja (5:4-6, 14-15, 24). Pengulangan seruan pertobatan ini menunjukkan bahwa umat harus segera sadar akan keberdosaan mereka dan kembali kepada TUHAN. Bukan tanpa alasan bahwa Nabi Amos meratap atas Israel dalam kejayaannya. Kenikmatan akan kemewahan duniawi melalui cara menindas orang miskin dan beribadah kepada ilah lain telah membuat hati mereka degil. Karena semua perilaku itu seolah-olah tidak menuai konsekuensi hukuman langsung, dan malahan membawa keberuntungan secara materi, membuat Israel makin jatuh dalam dosa. Kedegilan hati Israel mengingatkan setiap orang percaya bahwa dosa biasanya dimulai dari perasaan nyaman dan senang terhadap segala kenikmatan dari dunia meski itu mengorbankan kebenaran. Rasa nyaman yang berasal dari perbuatan dosa itu semakin membawa kita pada kejatuhan yang semakin dalam. Pada akhirnya, segala sukacita atas kenikmatan dunia itu akan berganti dengan ratapan ketika Tuhan menyatakan keadilan dan penghakiman-Nya. Segeralah sadar akan kejatuhanmu. Berbalik dan merataplah sebelum penghukuman itu terjadi atas dirimu! [FI] Amos 5:24 “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” 21 Selasa Bahaya Ketidakpekaan Rohani 16 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 6 Hal yang sangat membahayakan dalam diri seorang Kristen adalah ketika merasa kehidupannya selama ini baik-baik saja, padahal kenyataannya dia memiliki masalah serius dalam kehidupan rohaninya. Tidak heran kalau tiba-tiba saja kita melihat seorang yang semula merupakan aktivis gereja kemudian meninggalkan Tuhan dan kehidupannya semakin jauh dari kebenaran. Masalah yang terjadi sebenarnya adalah soal ketidakpekaan. Ketidakpekaan ini juga dialami oleh umat Israel ketika mereka merasa bahwa kondisi negara aman dan sejahtera. Nabi Amos mengingatkan bahwa perasaan sukacita dan rasa aman itu palsu dan sementara karena TUHAN akan menjatuhkan penghukuman-Nya dengan segera kepada mereka (6:13). Isyarat penghukuman TUHAN yang pertama adalah lewat gempa bumi yang dahsyat yang terjadi di tanah Israel (6:9-11, bandingkan dengan ayat 1). Isyarat penghukuman yang kedua bagi bangsa Israel adalah melalui kebangkitan bangsa lain yang di kemudian hari diketahui adalah bangsa Asyur yang akan menindas dan membawa Israel masuk dalam pembuangan. Ketidakpekaan secara rohani menjadi tahap awal kejatuhan seorang Kristen. Siapa pun kita, bahkan termasuk pemimpin rohani pun tidak akan terluput dari kejatuhan akibat ketidakpekaan pada dosa dan pelanggaran. Mari kita kembangkan kepekaan yang terus menerus untuk melihat apakah hati kita tetap berpaut pada Allah atau pada ilah-ilah lain zaman ini yang menyeret kita makin jauh dari TUHAN. [FI] Amos 6:1 “Celaka atas orang-orang yang merasa aman di Sion, atas orangorang yang merasa tenteram di gunung Samaria, atas orangorang terkemuka dari bangsa yang utama, orang-orang yang kepada mereka kaum Israel biasa datang!” 22 Rabu Sikap Menerima Teguran TUHAN 17 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 7-8 Dibutuhkan keberanian bagi Nabi Amos untuk menyampaikan lima penglihatan dari TUHAN kepada umat Israel, mengingat bahwa kelima penglihatan tersebut berisi berita tentang penghukuman dan kehancuran Israel. Dua penglihatan pertama, yaitu penglihatan tentang belalang dan api, merujuk pada bencana kelaparan dan kekeringan. Namun, setelah Nabi Amos berdoa memohon, TUHAN mengabulkan doanya sehingga bencana itu tidak terjadi. Namun, melalui penglihatan ketiga, yaitu penglihatan tentang tali sipat yang biasa dipakai untuk mengukur standar tegak lurus suatu bangunan, TUHAN mendapati bahwa segala perilaku bangsa Israel sudah tidak sesuai dengan standar dan Allah tidak akan memaafkan Israel karena dosa dan kejahatan mereka yang sangat besar (7:8). Melalui penglihatan keempat, yaitu bakul yang berisi buah-buahan musim kemarau, TUHAN ingin menyampaikan bahwa seperti buah-buahan yang sudah matang itu, penghukuman terhadap Israel juga tidak akan ditunda-tunda lagi oleh TUHAN. Ketika penghukuman Allah itu terjadi, barulah umat akan menyesal serta merasakan kehausan dan kelaparan untuk mendengarkan Firman TUHAN (8:11). Keberanian Nabi Amos menyampaikan berita penghukuman ini tidak membuat umat bertobat. Sebaliknya, ia diperlakukan tidak baik oleh Amazia, Imam di Betel. Namun, Nabi Amos tetap teguh dan setia dalam menyampaikan berita penghukuman ini. Terkadang Tuhan memakai orang lain di sekitar kita untuk menjadi sarana guna menegur dosa-dosa kita. Sangat disayangkan jika teguran Tuhan itu kita abaikan. Teguran Tuhan justru menunjukkan bahwa Ia sayang kepada kita dan ingin agar kita bertobat. [FI] Amos 7:8b “Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat-Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi.” 23 Kamis Pemulihan Pondok Daud 18 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Amos 9 Paparan Alkitab akan Allah yang adil dan kudus tidak akan pernah terlepas dari paparan akan hakikat kasih Allah. Demikian juga dalam berita penghukuman, Allah seringkali menyelipkan berita pemulihan bagi umat yang mau berbalik dari dosa. Demikian juga ketika Nabi Amos menyampaikan penglihatan kelima, yaitu dihancurkannya mezbah penyembahan umat Israel di Betel. Penglihatan ini merupakan tanda bahwa Israel sebagai bangsa yang dipilih Allah didapati tidak berbeda dengan bangsa-bangsa lain yang menyembah berhala. Kegagalan Israel untuk setia kepada TUHAN membuat murka Allah itu dinyatakan kepada semua umat yang berdosa tanpa terluput satu pun (9:8-10). Namun, dalam kesetiaan Allah akan janji-Nya, Ia menyediakan janji pemulihan bagi “Pondok Daun” yang telah roboh itu (9: 11). Artinya umat yang sungguh-sungguh bertobat akan mendapatkan pemulihan dari TUHAN. Janji pemulihan bagi “Pondok Daun” ini secara terbatas digenapi dalam masa setelah pembuangan, yaitu pada zaman Ezra dan Nehemia. Penuntasan janji Allah ini diawali dengan kelahiran Yesus Kristus (Lihat Lukas 1:32-33), dan klimaksnya terjadi pada akhir zaman nanti. Berita penghukuman Allah ini juga memiliki relevansi dengan orang percaya pada masa kini. Allah tetap sama dalam standar keadilan dan kekudusan-Nya. Artinya, penghukuman-Nya akan tetap dikerjakan bagi mereka yang terus-menerus hidup dalam dosa dan ketidakbenaran. Akan tetapi, dalam kasih-Nya, Allah tetap akan memulihkan orang percaya yang mau sungguh-sungguh bertobat dan datang kepada-Nya. [FI] Amos 9:11 “Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya.” 24 Jumat Ingatlah akan Kasih Setia TUHAN 19 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 36 Dunia tempat kita hidup bukanlah tempat yang aman. Setiap hari kita melihat dan mendengar berita tentang kejahatan yang semakin merajalela. Keadaan ini terjadi karena manusia tidak memiliki hati yang takut akan TUHAN. Manusia lebih memilih untuk mengikuti keinginan hatinya untuk berbuat dosa. Situasi seperti inilah yang melatarbelakangi perenungan Daud dalam Mazmur 36. Mazmur ini dimulai dengan sorotan terhadap kehidupan orang fasik. Mereka tidak memiliki rasa takut akan Allah sebab mereka memberi diri untuk terus mendengarkan tutur dosa yang berbicara dalam lubuk hati mereka. Karena itu, hati mereka menjadi tumpul. Mereka tidak memiliki kepekaan dan kemampuan mengenali maupun membenci kesalahan mereka sendiri. Akibatnya, mereka melakukan berbagai macam tindak kejahatan baik dengan perkataan mereka yang penuh dengan tipu daya maupun ketidakmampuan mereka untuk berbuat baik. Di tengah kefasikan manusia, Pemazmur mengajak kita untuk merenungkan betapa berharganya kasih setia TUHAN. Bahwa kasih setia Tuhan bagi orang benar tak terbatas dan tak terukur. Bahwa keadilan-Nya pasti akan ditegakkan. Di dalam kasih setia-Nya yang tak terbatas dan tak terukur, orangorang benar merasa aman, puas dan sukacita. Keyakinan Pemazmur ini didasarkan pada pemahaman bahwa TUHAN-lah Sumber Hidup. Atas dasar keyakinan ini pula, Pemazmur berdoa kepada TUHAN memohon perlindungan dari orang-orang Fasik. Di dalam dunia yang berdosa ini, di mana kejahatan merajalela, kita dapat menemukan pengharapan di dalam kasih setia dan keadilan-Nya. Bahwa kasih setia-Nya memberi rasa aman dan keadilan-Nya pasti ditegakkan. [CG] Mazmur 36:6-7 “Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN.” 25 Sabtu Kebahagiaan Orang Fasik Semu 20 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 37 Kita seringkali menghadapi kenyataan bahwa orang benar hidup menderita sementara orang fasik hidup sukses dan makmur. Kenyataan ini membuat kita merasa iri dan marah kepada orang fasik karena mereka bebas berbuat jahat (curang, menipu, merancangkan kejahatan terhadap orang benar), tetapi hidup mereka seperti tidak pernah mengalami kesusahan. Kenyataan hidup yang kita dengar dan saksikan sehari-hari tidak jauh berbeda dengan zaman pemazmur. Di dalam dunia, tempat kefasikan merajalela, Pemazmur menasehati umat Allah untuk tidak iri dan marah kepada orang yang berbuat jahat. Mengapa? Pemazmur memberikan beberapa alasan. Pertama, orang yang berbuat jahat tidak akan bertahan lama. Mereka seperti rumput yang segera lisut, seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang segera layu. Kedua, mereka akan dilenyapkan dan dibinasakan. Ketiga, kejahatan yang dirancangkan orang fasik terhadap orang benar akan menimpa mereka sendiri. Karena itu, berhentilah marah kepada orang fasik. Itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebaliknya, serahkanlah hidup Anda kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, maka TUHAN akan bertindak. Tuhan tahu memelihara umat-Nya. Ia akan memberkati dan memberi upah kepada orang benar. Kita mudah tawar hari kalau melihat orang fasik bebas berbuat jahat, tetapi hidupnya berhasil, sementara orang yang hidup jujur dan benar seringkali susah dan menderita. Ingatlah bahwa Tuhan pasti akan menghukum orang fasik dan memberi upah kepada orang benar. [CG] Mazmur 37:27-29 “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; sebab TUHAN mencintai hukum dan Ia tidak akan meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.” 26 Minggu Tuhan, Kasihanilah Aku 21 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 38-39 Mazmur 38-39 merupakan suatu doa, yaitu doa Pemazmur agar TUHAN tidak terus menghukum dan menghajarnya karena dosa dan kesalahan yang telah dia lakukan (38:2; 39:11). Pemazmur menyadari bahwa ia menderita karena dosa dan kesalahannya (38:45, 18; 39:11). Penderitaan akibat dosa itu membuatnya mengalami sakit-penyakit. Sakit-penyakit yang diderita begitu parah sehingga tidak ada yang sehat pada anggota tubuhnya. Seakan-akan belum cukup, penderitaannya terasa semakin berat saat orang-orang yang diharapkan memberikan penghiburan kepadanya justru menjauh darinya karena sakit-penyakit itu, bahkan orang-orang fasik merencanakan kehancurannya. Meskipun demikian, ia tidak membuka mulutnya. Ia menyadari bahwa ia sudah cukup menderita karena perbuatan dosanya, maka ia tidak mau membuat dirinya semakin berdosa kepada Tuhan dengan kata-katanya. Di dalam penderitaannya yang berat, ia dengan rendah hati mengaku dosa dan berharap agar Tuhan menjawab doanya dengan melepaskannya dari segala kesalahannya. Penderitaan yang berat karena dosa itu membawanya pada suatu kesadaran akan betapa fana dirinya. Dosa selalu mendatangkan penderitaan. Penderitaan itu bisa berupa sakit secara fisik, secara mental maupun secara rohani. Untuk membereskan masalah dosa, maka dosa harus diakui di hadapan TUHAN supaya beroleh pengampunan dan pemulihan. [CG] Mazmur 39:13-14 “Dengarkanlah doaku, ya Tuhan, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku. Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!” 27 Senin TUHAN Pasti Menolong 22 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 40 Di dalam Mazmur 40, Daud menceritakan pergumulan berat yang menekan hidupnya. Pergumulan berat itu digambarkan oleh Daud seperti orang yang berada dalam lobang kebinasaan dan lumpur rawa. Gambaran tentang lobang kebinasaan dan lumpur rawa menunjukkan keadaan bahaya yang mengancam jiwanya. Dalam keadaan seperti ini, wajar kalau Daud ingin segera beroleh jalan keluar. Akan tetapi, jalan keluar dari TUHAN seringkali tidak datang secepat yang dia inginkan. Meski jalan keluar tidak segera diperoleh, namun Daud tetap menanti-nantikan TUHAN. Penantiannya akan TUHAN tidak mengecewakan. Tuhan mendengar teriaknya minta tolong dan menyelamatkannya. Oleh karena itu, Daud mengungkapkan rasa syukur atas perbuatan TUHAN yang ajaib dalam hidupnya di masa lalu. Ia mau menceritakan apa yang TUHAN telah perbuat atas hidupnya kepada orang lain. Dari pengalaman pernah ditolong TUHAN, Daud berkeyakinan bahwa Allah dapat diandalkan. Kini, saat ia merasa begitu tertekan karena para musuh mengepung dan menginginkan kematiannya, ia berseru memohon agar TUHAN jangan berlambat melepaskannya dari himpitan para musuhnya, supaya ketika mereka melihat pertolongan TUHAN atasnya, mereka akan mundur, tidak terus menekan. Apakah Anda memiliki pengalaman ditolong TUHAN pada masa lalu? Sudahkah Anda bersyukur dan menceritakan apa yang TUHAN telah perbuat atas hidup Anda? Ia telah menolong kita pada masa lalu. Ia juga dapat menolong kita dalam menghadapi pergumulan saat ini! [CG] Mazmur 40:6 “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-MU yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau. Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.” 28 Selasa Doa Mohon Kesembuhan 23 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 41 Mazmur ini merupakan bagian dari ritual (upacara) permohonan kesembuhan di Bait Allah yang diangkat dari pergumulan Daud ketika menghadapi pengkhianatan pada waktu sakit. Pada waktu Daud sakit dan keadaannya begitu lemah, wajar kalau ia membutuhkan penghiburan dari orang lain. Akan tetapi, yang didapatkan justru hanya dusta dan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Bebannya semakin berat karena musuh-musuhnya sangat menginginkan kematiannya. Di tengah pergumulan seperti di atas, Daud mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah Allah yang menyatakan belas kasihan. Ia tidak berlaku seperti orang-orang terdekatnya. Keyakinan itu mendorongnya untuk memohon belas kasihan Tuhan agar beroleh kesembuhan, karena ia sadar bahwa sakit yang dialaminya adalah karena dosa. Menurutnya, orang yang tidak pernah mau menolong sesama—apalagi yang lemah— tidak mempunyai hak untuk mencari pertolongan TUHAN pada waktu krisis. Ia yakin bahwa Allah akan memulihkannya dan menopangnya. Oleh karena itu, ia berbahagia karena sebagai raja, ia telah memperhatikan orang yang lemah. Itulah sebabnya, pemazmur mengawali mazmur ini dengan seruan berbahagia. Siapa yang berbahagia? Yaitu orang yang memperhatikan orang lemah. Mengapa berbahagia? Karena Tuhan akan melindungi dan memelihara nyawanya serta akan menyembuhkan dia dari sakit yang ia derita. [CG] Mazmur 41:2-4 “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah, TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka. TUHAN akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya! TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya.” 29 Rabu Berharap Kepada TUHAN dalam Kesesakan 24 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 42-43 Bagaimana perasaan Anda jika Anda tinggal di tengah lingkungan orang yang tidak seiman yang tidak menyukai—bahkan mengolokolok—Anda karena Anda adalah seorang Kristen? Tentu situasi seperti itu sangat menekan hidup Anda, bukan? Situasi seperti inilah yang dirasakan oleh Pemazmur dalam Mazmur 42 dan 43 ini. Mazmur ini merupakan sebuah mazmur yang menyatakan kerinduan seseorang dalam pembuangan untuk menikmati hadirat Allah. Kerinduannya akan Allah itu begitu besar, ibarat rusa yang merindukan sungai yang berair. Akan tetapi, ia tidak dapat beribadah kepada TUHAN dengan cara yang biasa dilakukannya di dalam Bait Allah di Yerusalem. Situasi bertambah berat ketika orang-orang yang tidak beriman mengolok-olok dirinya, seakan-akan Allah Israel tidak mampu menolong mereka. Namun demikian, keadaan tertekan tidak membuat sang pemazmur tenggelam. Ia bangkit dari perasaan yang menekan hidupnya itu? Apa yang membuat ia dapat keluar dari situasi itu? Pertama, ia mengingat masa lalu, ketika ia datang ke rumah Allah dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Kedua, ia mengingat kebesaran Allah di dalam alam serta kasih setia Allah di dalam hidupnya. Ingatannya mengenai masa lalu dan tentang kebesaran serta kasih setia TUHAN mendorong pemazmur untuk berharap kepada Allah, Penolongnya. Apakah saat ini Anda sedang mengalami tekanan hidup yang berat? Berharaplah kepada Allah. Ia sanggup menolong Anda! [CG] Mazmur 42:6 “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” 30 Kamis Tetap Setia meski Susah 25 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 44 Realita kehidupan tidak selalu mudah dimengerti. Adakalanya kita menemukan bahwa pengenalan kita tentang TUHAN sepertinya bertentangan dengan realita hidup yang kita alami. Pergumulan seperti ini juga mewarnai penulisan Mazmur 44. Mazmur ini menggambarkan pergumulan umat Tuhan ketika mengalami krisis iman dan tekanan batin yang berat karena penindasan dari bangsa lain yang TUHAN izinkan menimpa hidup mereka. Umat Allah telah mendengar dari nenek moyang mereka tentang karya penyelamatan Allah di masa lalu, bagaimana Allah telah memimpin mereka keluar dari Mesir dan memberikan mereka Tanah Perjanjian. Itu bukan karena kekuatan pedang, tetapi karena kuasa dan kekuatan Allah yang membela mereka. Oleh karena itu, umat Allah memuji dan bersyukur kepada-Nya. Tetapi sekarang, sulit bagi mereka untuk memahami mengapa Allah mengizinkan penderitaan justru saat mereka tidak melupakan Tuhan dan tidak mengkhianati perjanjian-Nya serta tidak menyimpang dari jalan TUHAN. Mengapa Allah seolah-olah tertidur dan tidak segera menolong mereka? Tidak sedikit orang beriman yang saleh mengajukan pertanyaan tentang mengapa Allah mengizinkan orang benar menderita. Di dalam keterbatasan kita untuk memahami jalanjalan TUHAN, ada satu hal yang harus kita yakini, yaitu bahwa Allah itu baik. Ia selalu bersama kita dan tidak pernah meninggalkan kita. itulah penghiburan bagi kita. [CG] Mazmur 44:4-6 “Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka. Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub. Dengan Engkaulah kami menanduk para lawan kami, dengan nama-Mulah kami menginjak-injak orang-orang yang bangkit menyerang kami.” 31 Jumat Menantikan Kristus, Sang Mempelai Pria 26 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 45 Mazmur 45 ini biasa dinyanyikan pada waktu upacara pernikahan raja. Mazmur ini juga disebut sebagai mazmur Mesianik (mazmur yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai Raja). Dua dimensi dari mazmur ini terjadi karena orang Yahudi memahami bahwa Mesias dari keturunan Daud akan duduk di takhta Daud untuk memerintah selama-lamanya. Sifat mesianik dari mazmur ini dapat dilihat dari penggambaran pemazmur mengenai raja. Ia melukiskan sang raja dengan pujian yang begitu indah, “terelok di antara anak-anak manusia”, penuh dengan “kemurahan” dan Allah “memberkati” dia Bahkan, raja itu digambarkan sebagai pahlawan agung yang menegakkan keadilan dan kebenaran. Ia menghancurkan dan menaklukan musuh-musuh di bawah kakinya. Semua gambaran tentang raja dalam mazmur ini juga menunjuk kepada Mesias yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus. Para penulis Perjanjian Baru melihat mazmur ini dalam kaitan hubungan Kristus dan jemaat, yaitu bahwa Kristus adalah mempelai pria dan gereja adalah mempelai wanita-Nya (Ibrani 1:8,9; Efesus 5:32; Wahyu 19:6,7; 21:2). Kita seharusnya menyadari status kita sebagai mempelai wanita Kristus. Karena itu, saat kita menantikan Kristus, Sang Mempelai Pria, tentu kita dituntut untuk hidup kudus dan tak dicemari oleh dosa. Apakah kesadaran akan status kita sebagai mempelai wanita Kristus menolong kita dalam menjalani hidup dengan benar sambil menantikan kedatangan-Nya kembali? [CG] Mazmur 45:8-9 “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu. Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau.” 32 Sabtu Allah Bagi Kita Tempat Pertolongan 27 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 46-47 Mazmur 46 dan 47 disebut sebagai mazmur dari Bani Korah. Dalam Mazmur 46, pemazmur mengajak umat Allah untuk merayakan kehadiran Allah di Yerusalem sebagai kota Allah. Kehadiran Allah memberikan rasa aman sehingga mereka tidak perlu takut terhadap ancaman yang dahsyat dari musuh-musuh mereka. Mengapa mereka tidak perlu merasa takut? Mereka tidak perlu merasa takut karena pengalaman masa lalu tentang bagaimana Allah telah menolong mereka merupakan bukti bahwa Allah adalah tempat perlindungan, sumber kekuatan, dan Penolong dalam kesesakan bagi umat-Nya. Keyakinan kita atas pertolongan TUHAN pada masa lalu seharusnya memberikan rasa tenang dalam diri kita dalam menghadapi tantangan di masa depan. Ia yang bersama dengan kita adalah TUHAN Semesta Alam, maka kita tidak perlu takut dan gentar. Di dalam Mazmur 47, pemazmur mengajak segala bangsa untuk memberikan respons terhadap kebesaran dan kedahsyatan TUHAN dengan pujian. Allah menunjukkan kebesaran dan kedashyatan-Nya dengan memerintah dan menaklukan bangsa-bangsa, serta memberikan tanah pusaka bagi umat-Nya. Tuhan bertindak demikian supaya semua bangsa tahu dan mengakui bahwa Dialah Allah, Raja di atas segala raja. Apakah pengenalan kita akan TUHAN dengan segala kebesaran dan kedahsyatan-Nya memberikan kepada kita rasa aman untuk menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup? [CG] Mazmur 46:2-4 “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.” 33 Minggu Allah Kota Bentengku 28 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 48-49 Mazmur 48 ini sering disebut nyanyian Sion. Yerusalem adalah kota kebanggaan Israel bukan saja karena ibukota mereka, tetapi karena di bukit Sion, di Yerusalem, ada Bait Allah yang melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Mereka punya keyakinan bahwa selama Yerusalem dan Bait Allah ada, berarti Allah juga hadir dan memberkati mereka. Kehadiran Allah begitu nyata dalam kehidupan umat Allah. Ketika bangsa-bangsa lain datang untuk menghancurkan bangsa Israel dan umat Allah tidak mampu mengalahkan mereka, Allah sendiri yang berperang bagi umat-Nya sehingga kegentaran dari Allah melanda musuh-musuh umat-Nya. Mengingat pengalaman masa lalu tentang bagaimana Allah telah menunjukan kasih setia dengan melindungi dan menyertai umatNya, pemazmur mendorong umat-Nya untuk memuji Allah. Di dalam Mazmur 49, Pemazmur mengingatkan bahwa apa yang kita anggap dapat menjadi pegangan hidup kita seperti kekayaan, hikmat, dan kekuasaan tidak dapat membeli kehidupan. Hanya TUHAN yang dapat membebaskan kita dari kebinasaan. Jadi, kita tidak perlu minder terhadap mereka yang membanggakan kekayaan, kepandaian dan kekuasaan atau kekuatan mereka, sebab semua itu tidak akan dibawa serta pada waktu manusia mati. Tidak ada sesuatu pun yang dapat kita banggakan selain daripada pengenalan kita akan Kristus. Apakah mengenal Kristus menjadi kebanggaan Anda? [CG] Mazmur 48: 10-12 “Kami mengingat, ya Allah, kasih setia-Mu di dalam Bait-Mu. Seperti nama-Mu, ya Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung bumi; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan. Biarlah gunung Sion bersukacita; biarlah anak-anak perempuan Yehuda bersorak-sorak oleh karena penghukuman-Mu!” 34 Senin TUHAN Melihat Hati 29 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 50-51 Mazmur 51 ini merupakan teguran Tuhan atas ibadah palsu umat-Nya. Melalui mazmur ini, pemazmur mengajak umat Allah untuk melihat apa yang harus dikoreksi dalam ibadah mereka kepada Allah supaya mereka dapat mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada-Nya. Allah menolak anggapan dari umat-Nya bahwa Ia dapat dipuaskan dengan persembahan korban mereka, sementara mereka yang mempersembahkan korban itu hidup dengan seenaknya, menolak teguran firman Tuhan, bergaul dengan pencuri dan pezinah, serta bibir mereka mengucapkan kata-kata yang jahat dan penuh tipu daya. Ibadah yang berkenan kepada Allah bukan menyangkut korban persembahan, tetapi berkaitan dengan kehidupan dari orang yang mempersembahkan korban. Apakah orang yang mempersembahkan korban itu hidup benar dan persembahan itu keluar dari hati yang penuh dengan ucapan syukur? Tuhan selalu memperhatikan hati manusia. Bagaimana hati kita ketika datang kepada-Nya? Ketika Nabi Natan menegur Daud yang telah berbuat dosa (berzinah dan membiarkan Uria—suami Batsyeba—mati dalam pertempuran), Daud menerima teguran itu dengan kerendahhatian. Ia datang kepada TUHAN dengan hati yang hancur, mengaku dosa dan kesalahannya, serta mohon pengampunan TUHAN. Daud tahu bahwa orang yang datang kepada TUHAN dengan sikap hati yang demikian tidak akan dipandang hina. Bagaimana sikap hati kita ketika datang menghampiri TUHAN? Apakah kita datang dengan ketulusan dan kerendahan hati karena menyadari bahwa kita tidak luput dari dosa dan kesalahan? [CG] Mazmur 51:3-5 “Kasihanilah aku ya Allah, menurut kasih setia-Mu. hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.” 35 Mesias Bagi Semua Kaum D okter Lukas memberikan kepada kita kisah yang paling lengkap mengenai Tuhan Yesus. Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul merupakan dua buku yang ditulis oleh dokter Lukas yang memberikan kepada kita gambaran tentang sejarah kekristenan (sejarah gereja mula-mula). Kedua kitab ini ditujukan kepada orang yang sama—yaitu Theophilus, seorang Romawi—dan keduanya dituliskannya dengan tujuan yang sama. Dokter Lukas membukukan tulisannya setelah melalui penyelidikan yang saksama dan memperoleh dukungan dari sumber yang dapat diandalkan (lihat Lukas 1:1-3). Ia tidak hanya dapat dianggap sebagai penulis biografi dan sejarah yang handal, tetapi juga seorang pemberita injil yang hendak meyakinkan pembacanya akan kebenaran mengenai peristiwaperistiwa yang terjadi di sekitar tahun-tahun penting kehidupan Tuhan Yesus. Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus digambarkan sebagai sosok “manusia ideal” yang penuh perhatian dan sangat peduli terhadap pelbagai situasi kehidupan sosial. Dalam kitab ini, kita sering menemukan Tuhan Yesus berinteraksi dengan orang miskin, wanita, dan mereka yang dikucilkan maupun yang dipandang tidak layak. Semua ini menekankan bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat umat manusia yang mengasihi semua orang tanpa kecuali. Bila kita menyimak isi dari kitab (Injil) ini, akan terlihat beberapa ciri khas yang amat menonjol, antara lain: (1) Injil ini terutama ditujukan kepada pembaca yang bukan orang Yahudi. Hal ini dapat dilihat misalnya dari cara penulis merunut silsilah Tuhan Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (3:23-38), tidak hanya sampai kepada Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (bandingkan dengan Matius 1:1-17). (2) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa kehidupan Tuhan Yesus sejak menjelang kelahiran hingga kenaikanNya dan sekaligus merupakan kitab yang terpanjang dalam PB. (3) Gaya penulisan serta kosa kata yang kaya dan indah membuktikan bahwa kitab ini memiliki nilai kesusasteraan yang tinggi. [FL] 36 Selasa Rahasia Dipakai Allah 30 Sept Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 1 Maria adalah seorang gadis belia yang sederhana, yang menurut ukuran manusia tidaklah istimewa. Sekalipun demikian, ia mendapatkan “kasih karunia” (1:28) sehingga terpilih menjadi ibu dari Juruselamat dunia, Yesus. Dengan hikmat dan kedaulatan-Nya, Allah memakai orang yang nampaknya biasa-biasa saja untuk tujuan yang luar biasa. Dengan memakai orang yang sederhana, Allah menunjukkan bahwa tidak ada orang yang terlalu lemah atau tidak berarti yang tidak dapat dipakai Allah. Sebaliknya, tidak ada orang yang terlalu hebat atau mulia yang dapat membanggakan dirinya karena dipakai Allah (bandingkan dengan 1 Korintus 1:26-29). Ketika Allah melimpahkan “kasih karunia-Nya” (anugerah khusus-Nya) kepada seseorang, di situ tentu ada maksud tujuan Allah yang mulia melalui orang tersebut. Berkat Allah tidak dimaksudkan untuk berhenti pada si penerima berkat, melainkan ada tuntutan dan tanggung jawab yang besar pula. Maria adalah wanita yang mendapatkan “kasih karunia”, tetapi peran yang harus dimainkannya juga tidaklah sederhana. Ia harus menjalankan tugas yang teramat berat, mengalami banyak penderitaan dan kepedihan (bandingkan dengan 2:35) sebagai konsekuensi dari “hamil mendadak” (di luar nikah), serta menyaksikan Anak-nya di kemudian hari ditolak dan disalibkan. Rahasia kemenangan iman Maria ada pada kesediaannya untuk taat dan percaya pada kehendak Allah. Dalam segala kesederhaan dan ketulusannya, Maria melihat dirinya sebagai seorang hamba Tuhan (1:38). Jati diri ini terbukti bukan dari hasil studi teologis atau gelar akademis, tetapi dari iman dan perbuatannya yang nyata untuk menerima kehendak Allah di atas kenyamanan dan keamanan dirinya. Apakah Anda merindukan kasih karunia (berkat) Allah dalam hidup Anda? Bersediakah Anda untuk taat dan berserah pada-Nya? [FL] Lukas 1:38a Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” 37 Rabu Bukan Sekadar Juruselamat 1 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 2 Kristus Yesus lahir dalam sebuah kandang, tempat di mana ternak dipelihara. Kemungkinan, kandang itu adalah sebuah goa dan palungan itu adalah tempat makan bagi ternak. Kelahiran Sang Juruselamat tentu merupakan suatu peristiwa terbesar di alam semesta ini, namun terjadi dalam keadaan yang paling sederhana. Tuhan Yesus adalah Raja segala raja, tetapi ia memilih untuk lahir dan hidup tidak seperti seorang raja atau bangsawan di tengah dunia ini. Pada malam ketika Ia dilahirkan, malaikat tidak mewartakan kelahiran-Nya kepada para penguasa di Yerusalem atau para pemimpin agama di Bait Suci, melainkan kepada para gembala, kaum marginal, yang sedang menjaga kawanan ternaknya. Apa yang bagi dunia tidak terpandang, diperhatikan oleh Allah. Kristus datang dalam kerendahan agar mereka yang paling hina menurut ukuran manusia pun boleh menghampiri Sang Juruselamat dunia. Kabar baik itu ditawarkan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seisi dunia, melampaui sekat budaya, suku, golongan, dan teritori (bandingkan dengan Yohanes 3:16). Malaikat memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai “Juruselamat”. Sebagai Juruselamat, Ia sanggup menolong manusia dari dosa, cengkraman Iblis, dunia yang jahat, serta dari hukuman dan kematian kekal. Ialah jawaban bagi kebutuhan utama manusia: dulu, kini, dan esok. Juruselamat itu adalah “Kristus, Tuhan”. Artinya, Yesus bukan hanya datang untuk menjadi Penyelamat, tetapi juga menjadi Tuhan dalam kehidupan setiap orang percaya. Anda dipanggil bukan hanya untuk menerima keselamatan, tetapi juga untuk menerima Ke-Tuhan-an-Nya atas kehidupan Anda. Apakah hidupmu menunjukkan penghormatan, ketaatan, dan kesetiaan pada Dia, Sang Tuan yang berkuasa itu? [FL] Lukas 2:10b-11 “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” 38 Kamis Peringatan Yang Selalu Bergema 2 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 3 Yohanes Pembaptis adalah nabi Tuhan yang terakhir dan terbesar. Pelayanannya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya 700 tahun sebelum dia muncul (Yesaya 40:3-5). Ia muncul sebagai “pembuka jalan” bagi Sang Mesias, Juruselamat dunia yang menjadi pusat dari seluruh nubuatan Kitab Suci. Ia datang dengan membawa pesan yang tegas dan penting, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2) Sebagai pembuka jalan, Yohanes Pembaptis mendapatkan kehormatan untuk menyiapkan bangsanya menyambut kedatangan Mesias dan memperkenalkan Dia kepada mereka. Ia berkhotbah tentang dosa dan menyuruh orang bertobat. Tidak peduli apakah para pendengarnya adalah orang yang terpandang dan saleh seperti orang Farisi dan orang Saduki, mereka juga harus bertobat dan menghasilkan buah yang seusai dengan pertobatan (Lukas 3:8). Golongan Farisi adalah kelompok elit keagamaan yang sangat ketat menaati seluruh Perjanjian Lama serta penafsiran manusiawi mereka. Mereka meyakini bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan cara menaati hukum-hukum Allah secara harfiah. Sayangnya, ketaatan yang mereka perlihatkan sering bersifat lahiriah, bukan dari hati yang tulus dan mengasihi. Golongan Saduki adalah golongan liberal yang tidak menyukai perkara-perkara rohani. Sekalipun mengaku tunduk kepada hukum Allah, sesungguhnya mereka menyangkal banyak ajaran Perjanjian Lama. Secara moral, kehidupan mereka lemah dan duniawi. Pesan Yohanes Pembaptis sangat jelas. Kita tidak bisa memastikan bahwa seseorang yang memiliki jabatan tinggi dalam keagamaan pasti memiliki kerohanian yang baik. Bila kehidupan seseorang tidak menghasilkan perbuatan yang baik dan benar, sudah pasti hukuman menantikannya. [FL] Lukas 3:9 “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api”. 39 Jumat Bersandar Pada Firman Allah 3 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 4 Hidup ini tidak selalu berjalan dengan lancar dan mulus, bahkan acapkali tantangan dan cobaan datang menghadang. Itulah yang juga dialami oleh Tuhan Yesus di awal kemunculan-Nya dalam pelayanan. Iblis berupaya membelokkan jalan ketaatan Tuhan Yesus yang sempurna kepada kehendak Bapa. Namun, Tuhan Yesus berhasil menghadapi pencobaan tersebut, sekaligus membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Mesias yang diurapi. Pencobaan yang dihadapi Tuhan Yesus adalah: Pertama, anjuran untuk memakai urapan dan kedudukan-Nya untuk kepentingan diri sendiri (4:3-4), Kedua, anjuran untuk memperoleh kemuliaan dan kuasa atas bangsa-bangsa, sekaligus menolak untuk menerima salib dan jalan kesengsaraan (4:5-8). Ketiga, anjuran untuk menyesuaikan diri-Nya dengan harapan umat Israel yang popular serta menjadi seorang Mesias yang “sensasional” (4:9-10). Waspadalah bahwa semua pencobaan yang Iblis lontarkan pada Tuhan Yesus masih dia pakai untuk menyerang para pemimpin gereja agar memakai jabatan, kedudukan, dan kemampuan mereka bagi kepentingan diri sendiri; mencari popularitas dan membangun kerajaan diri sendiri; dan untuk lebih menyenangkan manusia daripada memperkenankan hati Tuhan. Tuhan Yesus memberikan teladan indah bagi kita lewat kemenangan-Nya atas pencobaan. Hidup dari firman Allah adalah sikap utama yang ditunjukkan Tuhan Yesus. Firman Allah diutamakan dan merupakan otoritas dalam hidup Tuhan Yesus. Bagi-Nya, taat pada jalan dan tujuan Allah adalah lebih utama dari apa pun yang dapat ditawarkan dunia kepada seseorang. Memburu sukses, kesenangan dan perkara-perkara bendawi di luar kehendak Allah akan menimbulkan kekecewaan yang pahit dan berakhir dengan kegagalan. [FL] Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” 40 Sabtu Tuhan Melihat Iman & Ketaatan 4 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 5 Orang seperti apakah yang biasanya dicari dan dipakai oleh Tuhan? Dunia sering memandang rupa, popularitas, kemampuan, serta jabatan. Tapi, Tuhan menghargai iman dan ketaatan. Murid-murid Tuhan Yesus kebanyakan adalah para nelayan yang sederhana. Tapi, ada sesuatu yang indah dalam diri mereka, yaitu kepatuhan. Petrus, misalnya, adalah seorang yang rela mematuhi perintah Tuhan Yesus ketika ia diminta untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan (5:45), padahal Petrus punya alasan kuat untuk menganggap dirinya lebih tahu soal menangkap ikan daripada Tuhan Yesus. Orang yang sakit kusta tidak boleh mendekati orang lain. Namun, dalam 5:12-13, seorang yang penuh kusta mendatangi Tuhan Yesus dalam kesungguhannya dan Tuhan Yesus menyembuhkannya. Ia tidak berkata, “Tuan, jika Tuan dapat” tetapi yang ia mengatakan, “Tuan, jika Tuan mau” (5:12). Baginya, jika Tuhan Yesus berkehendak, tiada yang sukar dan mustahil. Pada masa itu, penyakit kusta adalah penyakit yang sangat mengerikan dan berakibat fatal. Namun, kuasa Tuhan Yesus lebih besar daripada sakit-penyakit apa pun. Itulah yang diimani oleh orang yang sakit kusta itu. Peristiwa berikutnya yang mencengangkan ialah saat seorang lumpuh digotong oleh sahabat-sahabatnya untuk bertemu dengan Tuhan Yesus. Mereka sampai naik ke atap rumah dan membongkarnya. Tuhan Yesus melihat iman yang hidup dan mujizat pun terjadi. Orang lumpuh itu bukan saja disembuhkan dari sakitnya, tapi juga diampuni dosanya (5:18-25). Tuhan Yesus mengampuni si orang lumpuh. Lewi atau Matius—si pemungut cukai—dan teman-temannya percaya kepada Tuhan Yesus yang disebut sebagai “Sahabat ... orang berdosa” (5:27-29; Matius 9:9-13; 11:19). Para ahli Taurat dan orang Farisi tidak mengalami kuasa dan pengampunan Tuhan karena mereka tidak percaya dan tidak mengakui bahwa diri mereka “sakit”. [FL] Lukas 5:32 “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”. 41 Minggu Untuk Apakah Hari Sabat? 5 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 6 Yesus tidak pernah membatalkan prinsip hari Sabat. Orang Farisi-lah yang menuduh bahwa Tuhan Yesus telah melanggar hari Sabat. Yang sebenarnya adalah bahwa Tuhan Yesus tidak menyetujui penafsiran yang kaku dan ekstrem mengenai Sabat. Bagi Tuhan Yesus, praktik Sabat bukanlah sekadar upacara keagamaan yang harus dilestarikan dengan mengorbankan kebutuhan penting manusia. Hari Sabat dimaksudkan agar manusia mengalami kesejahteraan rohani dan jasmani setelah enam hari bekerja yang seringkali melelahkan. Allah mengkhususkan hari ketujuh (Sabat) agar manusia dapat beristirahat dari semua pekerjaan dan mempersembahkan diri kepada Allah, menikmati waktu yang khusus untuk lebih dekat dan mengenal Allah. Allah ingin agar melalui Sabat, kita menyadari bahwa kepercayaan dan sukacita kita adalah di dalam Tuhan dan bukan di dalam dunia, kebiasaan yang mementingkan diri sendiri, harta, atau kesenangan kita. Orang Kristen dalam PB mengkhususkan hari pertama setiap minggu untuk menyembah Allah dan untuk memperingati hari kebangkitan Kristus (Kisah Para Rasul 20:7; 1 Korintus 16:2). Sebagaimana hari Sabat dikhususkan oleh Allah sebagai hari yang kudus (Kejadian 2:3; Keluaran 16:23; Yesaya 58:13), orang Kristen seharusnya menghayati bahwa dirinya merupakan umat yang dikhususkan oleh Allah untuk hidup kudus di tengah angkatan yang sudah sesat (bandingkan dengan Keluaran 31:13; 1 Petrus 2:9). Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Lukas 6:5). Ia mempertegas makna hari Sabat yang lebih mendalam lagi dengan mengajarkan kita bahwa Hari Tuhan itu harus menjadi suatu kesempatan untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan, baik secara rohani maupun jasmani (6:9-10). [FL] Lukas 6:5 Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” 42 Senin Belas Kasih Yesus 6 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 7 Alkitab berulang kali menyatakan perasaan hati Sang Gembala Agung, Yesus Kristus, yang begitu kuat dan menggerakkan-Nya: belas kasih. Berbeda dengan para pemimpin agama pada masa itu yang lebih suka menjalankan tradisi dan ajaran Taurat yang kaku dan dingin, Tuhan Yesus mampu melihat ke kedalaman hati manusia yang terluka dan berduka, termasuk ketika Ia berjumpa dengan seorang janda yang baru kehilangan anaknya (7:11-17). Tuhan Yesus mengerti kehancuran hati janda itu. Janda itu sudah kehilangan suami. Kini, ia diperhadapkan dengan realita yang pedih, yaitu kehilangan harapan satu-satunya, anak yang ia cintai. Tergerak oleh belas kasihan, Tuhan Yesus secara proaktif menghampiri janda yang berduka itu dan berkata kepadanya, “Jangan menangis!” (7:13), lalu Tuhan Yesus membangkitkan anak muda itu. Belas kasih Tuhan Yesus menunjukkan kasih Allah, khususnya pada mereka yang sebatang kara di dunia ini. Allah juga disebut sebagai “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda” (Mazmur 68:6). Mereka berada dalam pemeliharaan-Nya (Mazmur 146:9). Begitu pedulinya Tuhan Yesus, sehingga Ia berkenan memberkati orang yang menolong dan menghormati mereka (Yesaya 1:17,19; Yeremia 7:6,7). Sebaliknya, Ia melawan orang yang mengambil keuntungan dari atau merugikan para janda dan anak yatim (Keluaran 22:22-24; Zakharia 7:10,14). Gereja mula-mula juga menaruh perhatian yang mendalam terhadap pelayanan para janda. Untuk melancarkan pelayanan, dipilihlah 7 orang—yang mempunyai reputasi baik dan yang penuh Roh dan hikmat—bagi pelayanan diakonia terhadap para janda miskin (Kisah Para Rasul 6:1-6). [FL] Yakobus 1:27 “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” 43 Selasa Seperti Apakah Tanah Hatimu? 7 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 8 Tuhan Yesus sering mengajar dengan memakai perumpamaan. Sebuah perumpamaan adalah suatu kisah sederhana dari kehidupan sehari-hari yang memiliki pengajaran, nilai-nilai kebenaran tentang Kerajaan Allah. Hanya orang yang hatinya siap menerima kebenaran yang akan mengerti, dan kebenaran itu akan tertutup bagi yang tidak siap. Cerita “perumpamaan tentang seorang penabur” ini (8:5-15) mengajarkan kepada kita bahwa tanggapan kita terhadap Firman Allah (diumpamakan sebagai benih) akan menentukan sejauh mana hidup kita menghasilkan buah. Perhatikan bahwa benih yang ditaburkan—baik yang jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak duri, maupun di tanah yang baik—adalah benih yang baik, benih yang sama. Demikian juga, orang yang menaburkan benih adalah juga orang yang sama. Namun, yang membedakan hasilnya adalah kondisi “tanah hati” yang mendengarkan firman Tuhan. Ada yang mendengar, tetapi tidak percaya (8:12); ada yang percaya hingga mengecap kebaikan dari firman, tapi kemudian mundur lagi (8:13); dan ada pula yang sungguh percaya dan diselamatkan, bertekun dan menghasilkan buah dengan tingkat yang berbeda-beda (8:14-15). Kebenaran di atas mengingatkan kita bahwa sangatlah penting untuk memiliki hati yang terbuka, mau diajar dan melakukan firman Tuhan. Seseorang bisa saja setiap minggu mendengarkan kotbah yang bagus, tapi jika tidak ada hati yang percaya dan tunduk, maka firman itu hanya akan menjadi teori dan pengetahuan yang kering, bahkan mungkin menciptakan “ahli-ahli Taurat” masa kini, yang pandai mengajar dan mengkritik orang lain, namun tidak menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan. Bukan seberapa banyak yang Anda ketahui yang penting, tetapi seberapa sungguh Anda percaya dan taat. [FL] 1 Samuel 15:22-b “Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” 44 Rabu Yesuslah Roti Hidup 8 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 9 Mukjizat lima roti dan dua ikan dicatat dalam keempat Injil (Matius 14:13-21; Markus 6:34-44; Lukas 9:12-17; Yohanes 6:1-14). Mukjizat ini dicatat bukan sekadar menceritakan kisah yang spektakuler tentang bagaimana Tuhan Yesus sanggup memenuhi kebutuhan ribuan orang yang lapar untuk mendapatkan makanan. Mujizat ini menunjuk kepada diri Tuhan Yesus yang adalah roti hidup (Lihat Yohanes 6:35). Dialah yang sanggup mencukupkan kebutuhan manusia, baik tubuh maupun jiwa. Allah tidak sekadar peduli dengan kebutuhan jiwa/rohani kita, Dia juga peduli dengan kebutuhan sehari-hari anak-anak-Nya. Tidak ada kebutuhan kita yang terlalu kecil yang tidak Allah pedulikan. Dalam “Doa Bapa Kami”, Tuhan Yesus memahami bahwa kita tidak hanya membutuhkan pengampunan dan keselamatan ataupun perlindungan dari bahaya dan cobaan, tapi kita juga membutuhkan makanan sehari-hari yang mengisi perut kita dan memungkinkan kita beraktivitas. Kebutuhan fisik ini jelas adalah kebutuhan vital yang diizinkan Tuhan untuk kita doakan/minta. Itulah sebabnya, ia juga mengajar murid-murid-Nya untuk menaikkan doa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11). Mujizat lima roti dan dua ikan ini memperlihatkan sebuah kesaksian yang indah bahwa yang sedikit yang kita miliki dapat menjadi berkelimpahan apabila dipersembahkan dengan kasih dan ketulusan kepada Tuhan dan diberkati oleh-Nya. Penjelasan bahwa lima roti dan dua ikan itu merupakan persembahan dari seorang anak yang tidak disebutkan namanya hanya disebut dalam Injil Yohanes (Yohanes 6:9), dan tidak disinggung dalam kitab Injil yang lain. Hampir saja si anak yang memberikan bekalnya itu tidak disebutkan sama sekali. Namun, Tuhan selalu mengingat apa yang kita berikan untuk pekerjaan-Nya, sekalipun manusia tidak mengetahui hal itu. [FL] Yohanes 6:48 “Akulah roti hidup”. 45 Kamis Menjadi Sesama Manusia 9 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 10 Ketika seorang ahli Taurat yang hendak mencobai Tuhan Yesus bertanya kepada-Nya, “Guru apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. Tuhan Yesus malah menjawabnya dengan balik bertanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat…?” (10:25-26). Jelas bahwa tidaklah sulit bagi orang tersebut untuk menjawab dari pengetahuannya yang mendalam terhadap pengajaran kitab suci. Namun, sungguhkah dia memahami apa yang diketahui dengan otak atau ingatannya? Nampaknya, jawaban ahli Taurat itu hanya sekadar pengetahuan yang dihafal, belum menyentuh hati dan belum terwujud dalam aksi. “Dan siapakah sesamaku manusia?” (10:29), tanya si ahli Taurat yang berusaha membenarkan dirinya dan tidak ingin kelihatan “bodoh”. Lalu, Tuhan Yesus pun menceritakan “perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati” itu. Tak pernah terpikirkan baginya bagaimana orang Samaria yang selama ini menjadi musuh bebuyutan orang Yahudi dan dianggap golongan masyarakat kelas dua (karena mereka tidak murni berdarah Yahudi, sudah mengalami pernikahan campuran pada masa pasca keruntuhan kerajaan Israel Utara yang ditaklukkan oleh Kerajaan Asyur sekitar 722 BC) bisa menjadi penolong, menjadi sesama manusia bagi orang Yahudi yang dirampok dan dipukul habis-habisan itu. Perumpamaan ini menegaskan bahwa berbuat baik dan berbelaskasihan tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat suku, keyakinan, status sosial, maupun batasan apa pun dalam kehidupan manusia. Orang percaya yang telah diselamatkan berarti telah mengalami anugerah Allah dan seharusnya memperlihatkan kehidupan yang berbelaskasihan terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan. Mengasihi Allah juga berarti mengasihi sesama manusia. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan! [FL] 1 Yohanes 4: 21 “Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” 46 Jumat Doa Bukan Sekadar Kata-Kata 10 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 11 Doa merupakan hal yang paling umum dan jamak dilakukan oleh setiap orang percaya. Doa dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta oleh siapa saja. Namun, doa juga bisa merupakan hal yang amat sulit dipanjatkan. Adakalanya kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa. Inilah paradoks doa, yaitu bahwa di satu sisi, tidak ada orang yang terlalu kecil dan hina untuk berdoa kepada Allah; dan di sisi lain, tidak ada orang yang terlalu hebat dan layak untuk berdoa kepada Tuhan. Siapapun kita, kita masih harus belajar dan bergumul dalam doa. Murid-murid mengerti bahwa doa memainkan peranan yang sentral dalam hidup dan pelayanan Guru Agung mereka, Yesus Kristus. Di tengah kesibukan pelayanan yang tak habis-habisnya kepada orang banyak, Tuhan Yesus tidak lupa menyingkir untuk berdoa secara pribadi kepada Bapa-Nya (lihat Matius 14:23). Dalam pergumulan yang hebat menjelang naik ke atas kayu salib, Tuhan Yesus menyempatkan diri berdoa kepada Bapa di Taman Getsemani (lihat Matius 26:36; Markus 14:32). Melihat kehidupan doa Tuhan Yesus yang “militan”, tidak mengherankan kalau kemudian para murid datang dan berkata kepada Tuhan Yesus: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, …” (Lukas 11:1). Permintaan inilah yang kemudian “melahirkan” pengajaran “Doa Bapa Kami” (11:2; bandingkan dengan Matius 6:9-13 untuk versi yang lebih lengkap/panjang). Doa tersebut sebenarnya sering disebut sebagai “Doa Tuhan” (The Lord’s Prayer). Tuhan Yesus senang berdoa karena Ia tahu bahwa seharusnya doa bukan sekadar permintaan, tetapi suatu relasi (hubungan) yang intim dengan Bapa di Surga. Besarnya kasih dan kerinduan hati Anda kepada Tuhan terlihat dari bagaimana Anda menikmati doa, yaitu hubungan yang intim dengan-Nya. Biarlah doa Anda diperkaya dan diwarnai oleh empat hal berikut ini: pemujaan (Adoration), pengakuan dosa (Confession), pengucapan syukur (Thanksgiving), dan permohonan (Supplication), disingkat ACTS. [FL] Lukas 11:13 “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!” 47 Sabtu Orang Kaya yang Bodoh 11 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 12 Sebuah lagu anak sekolah minggu, “Apa yang dicari orang siang, malam, pagi, petang? Uang, uang, uang …” merupakan realita yang tak bisa dipungkiri. Alkitab mengatakan, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang …” (1 Timotius 6:10). Ironisnya, seorang motivator keuangan memutarbalikkan ayat itu dengan mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah kekurangtahuan akan uang. Bila uang menjadi “tuhan” dalam kehidupan, tidaklah mengherankan bila segala macam cara bisa dihalalkan untuk mendapatkan uang. Cerita “orang kaya yang bodoh” memperlihatkan suatu ironi, yaitu pintar tapi bodoh. Dalam pandangan manusia, orang kaya itu tidak bodoh—ia pintar bekerja, memiliki rencana jangka panjang, dan merupakan manajer yang sanggup mengelola hartanya dengan cerdik sehingga bisa terus berkembang (12:17-18). Ia juga dapat menyusun strategi yang lihai untuk menikmati kesenangan (12:19). Lebih tepat bila orang kaya itu disebut sebagai seorang taipan yang cerdik, sukses dan senang. Tetapi dalam pandangan Allah, dia adalah orang yang bodoh (12:20). Ia bodoh karena menjadikan harta dan keuntungan sebagai hasrat dan tujuan kehidupannya. Ia bodoh karena tidak terpikirkan baginya untuk menggunakan harta yang dimilikinya untuk menolong dan memberkati sesama yang membutuhkan. Semua itu hanya untuk “aku, aku dan aku”, dirinya sendiri. Ia bodoh karena ia melupakan Tuhan, Sang Pemberi Berkat yang seharusnya disembah dan dihormati. Tak terpikirkan olehnya untuk bersyukur dan mencari Tuhan. Ia merasa tidak memerlukan Tuhan. Walaupun ia memiliki harta yang banyak, ia “tidak kaya di hadapan Allah” (12:21). Selidikilah hatimu di hadapan Tuhan: “Apakah hasrat dan tujuan hidupmu? Apakah Anda mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya? Apakah Anda kaya di hadapan Allah?” [FL] Matius 6:20 “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” 48 Minggu Hasilkanlah Buah Pertobatan! 12 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 13 Kisah pohon ara yang tidak berbuah (13:6-9) diceritakan untuk memperkuat peringatan yang diberikan Tuhan Yesus sebelumnya, “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (13:5b). Jikalau pohon ara yang diharapkan berbuah itu tidak menghasilkan buah, ia akan ditebang (13:9). Perumpamaan ini terutama merujuk pada bangsa atau umat Yahudi. Mereka dipilih sebagai milik kepunyaan Allah. Mereka mendapatkan segala keistimewaan untuk mengenal dan melayani Allah melebihi bangsa-bangsa yang lain. Namun, apa yang mereka hasilkan? Ternyata yang mereka hasilkan bukan pujian dan kebanggaan bagi Allah, melainkan ketidaktaatan dan menjadi celaan. Mereka seperti pohon ara yang ditanam dengan baik di kebun anggur, tetapi tidak menghasilkan buah. Perumpamaan ini juga berbicara mengenai semua orang yang sudah menikmati sarana anugerah dan segala hak istimewa gerejawi di dunia yang kelihatan ini. Orang-orang seperti ini harus menguji apakah sikap, pikiran, dan tujuan hidup mereka sudah sesuai dengan iman pengakuan mereka? Apakah mereka sudah menghasilkan “buah pertobatan” yang Allah harapkan dari mereka? Allah adalah Allah yang panjang sabar, Ia masih memberikan kesempatan, menunggu dan menunggu, agar umat-Nya menghasilkan buah yang mendatangkan pujian dan kemuliaan bagi-Nya. Akan tetapi, akan tiba waktunya bahwa Allah tidak akan bersabar lagi terhadap orang-orang percaya yang tidak berbuah. Jika kesabaran Allah dilecehkan, akan terbuka jalan bagi murka Allah yang tiada akhir (13:28). [FL] Matius 3:8,10 “jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” 49 Senin Harga Kemuridan 13 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 14 “No pain no gain”, barangkali Anda pernah mendengar semboyan yang terkenal ini. Demikian juga, dalam mengikut Tuhan Yesus ada semboyan, “tiada mahkota tanpa salib”, artinya tidak akan ada kemenangan tanpa perjuangan dan pengorbanan. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa barangsiapa ingin mengikuti Dia dan menjadi murid-Nya harus memutuskan lebih dahulu apakah ia telah siap membayar harganya. Mengikut Tuhan Yesus tidak dapat dipisahkan dari memikul salib. Salib merupakan lambang penderitaan (1 Petrus.2:21; 4:13), kehinaan (Ibrani 12:2), serta penyangkalan diri (Matius 16:24). Apabila kita telah siap mengikut Tuhan Yesus dan menjadi murid-Nya, kita seharusnya siap menghadapi empat macam pergumulan dan penderitaan: Pertama, menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa dengan menyalibkan semua keinginan untuk berbuat dosa (Roma.6:6-8; Galatia 2:19b-20; 6:14; Titus 2:12). Kedua, menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa kegelapan sewaktu kita memperluas Kerajaan Allah (2 Korintus 1:4-5; Efesus 6:12). Ketiga, menanggung kebencian dan ejekan dari dunia ini (Ibrani 11:25-26) ketika kita berusaha memisahkan diri kita dari dunia yang bobrok ini. Keempat, mungkin kita akan menerima ejekan dan penganiayaan dari pemimpin agama yang menganggap dirinya beribadah, namun tidak berpegang pada kebenaran firman Tuhan, melainkan hanya berdasarkan tradisi agama dan gagasan manusiawi yang sempit (bandingkan dengan Markus 8:15, 31). Siapkah Anda menjadi seorang murid sejati? Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang sanggup membayar harga yang mahal seperti yang diminta oleh Tuhan Yesus jika tidak bersandar kepada-Nya. Hanya dengan bersandar kepada-Nya kita dapat menanggung semua itu (Filipi 4:13). Itu juga berarti bahwa kita tinggal di dalam Dia (Yohanes 15:5) , mengandalkan Dia, bukan bersandar kepada kepintaran diri sendiri (Amsal 3:5-6). [FL] Filipi 1:29 “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Krsitus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”. 50 Selasa Untuk Orang Yang Berdosa 14 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 15 Ayat kunci dalam Injil Lukas menyatakan bahwa “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (19:10). Tiga perumpamaan dalam pasal 15 menegaskan misi kedatangan Tuhan Yesus ke bumi dan menyatakan kerinduan hati Allah untuk menyelamatkan yang terhilang. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari di sini, yaitu bahwa: Pertama, mencari orang berdosa dengan maksud membawanya kepada keselamatan adalah hal terpenting bagi Allah (15:4, 8, 20, 24). Kedua, akan ada sukacita di sorga atas setiap jiwa yang diselamatkan (15:7, 10). Ketiga, tidak ada harga yang terlalu mahal untuk dikorbankan dibandingkan dengan jiwa yang diselamatkan (15:4,8). Orang berdosa atau orang yang meninggalkan Tuhan adalah seperti anak bungsu dalam “perumpamaan tentang anak yang hilang”. Walaupun segala upaya dilakukan untuk memuaskan hasrat hatinya dengan berfoya-foya dan memburu kesenangan dosa, namun hasil akhirnya pastilah kekosongan dan kekecewaan. Hidup dalam dosa tidak pernah mendatangkan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Perumpamaan ini menegaskan hati Bapa yang ternyata senantiasa menantikan dan merindukan agar orang berdosa bertobat dan berpaling kepada-Nya. Ketika pendosa bersedia dengan rendah hati mengakui dosanya dan mengambil langkah untuk datang kepada Bapa, niscaya tangan-Nya yang penuh kasih pun terulur untuk mendekap-nya dalam pelukan kehangatan Bapa. Tidak peduli betapa pun dalamnya seorang pendosa telah jatuh dan bagaimana pun keadaannya, belas kasih Allah dan penebusan dalam Kristus serta kuasa Roh Kudus pasti sanggup memperbarui dan menjadikannya sebagai “anak-anak Allah” (Lihat Yohanes 1:12). [FL] Markus 2:17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” 51 Rabu Kaya yang Sesungguhnya 15 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 16 Bagaimana sikap dan pandangan kita terhadap kepemilikan akan menentukan kehidupan kita kelak. Tuhan Yesus menjelaskan hal ini melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur yang mengelola harta milik tuannya dengan cerdik, sehingga ia tetap dapat menjalani hidupnya dengan berkecukupan dan nyaman ketika ia dipecat dari jabatannya (16:1-8). Tindakan bendahara ini salah karena dia memanfaatkan harta yang bukan miliknya. Akan tetapi, dia cerdik karena ia memikirkan masa depan. Bila segala yang kita miliki—terutama harta—kita kelola dengan baik dan kita pakai untuk perbuatan saleh dan kebaikan sesama, kita akan menuai keuntungan dari perbuatan kita di dunia yang akan datang. Jika kita memakai harta kita dengan sembrono, semata-mata untuk memenuhi nafsu kedagingan kita dan kita mengabaikan sesama kita yang membutuhkan, hukuman pasti menanti kita (lihat cerita orang kaya dan Lazarus yang miskin dalam 16:19-31). Pandangan umum di antara orang Yahudi pada zaman itu ialah bahwa menjadi kaya adalah tanda dari berkat dan perkenan Allah serta bahwa menjadi miskin adalah tanda dari ketidaksetiaan pada pihak orang yang bersangkutan dan ketidaksenangan pada pihak Allah. Orang Farisi juga berpikir demikian dan mencemooh Tuhan Yesus karena kemiskinan-Nya (16:14). Alkitab tidak menentang orang kaya, asal ia tidak menjadi tamak dan menjadikan kekayaan sebagai sandaran hidup. Kekayaan sejati bagi orang percaya adalah memiliki iman dan kasih yang dinyatakan dalam penyangkalan diri dan mengikut Tuhan Yesus (lihat 1 Korintus 13:1-7; Filipi 2:3-5). Merekalah yang memperoleh kemerdekaan dari perkara-perkara dunia dengan meyakini bahwa Allah adalah Bapa mereka yang tidak akan meninggalkan mereka (2 Korintus 9:8; Filipi 4:19). [FL] Ibrani 13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”. 52 Kamis Bersandar Pada Kesetiaan Allah 16 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 17 Setiap orang yang mau melayani Tuhan haruslah menyadari bahwa sebaik apa pun yang mereka sedang atau telah lakukan bagi pekerjaan Tuhan, mereka tidak pernah memiutangi Tuhan (seakan Tuhan berhutang padanya atau harus berterima kasih padanya). Sebaliknya, setiap pelayan Tuhan harus melayani Tuhan dengan penuh kerendahhatian di dalam pelayanan apa pun yang mereka lakukan bagi Tuhan (17:7-10). Kita semua adalah para pelayan Tuhan. Sebagai pelayan, kita wajib melaksanakan segala sesuatu semampu kita demi kehormatan Tuhan. Segenap kekuatan dan waktu kita harus dipakai bagi Dia, sebab kita bukan milik diri kita sendiri karena kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar (1 Korintus 6:20). Apa pun yang kita lakukan bagi Kristus, walaupun nampaknya lebih banyak daripada yang dilakukan orang lain, semua itu merupakan kewajiban yang harus kita kerjakan. Kita tidak mempunyai hak untuk menyombongkan diri seakan-akan kita berjasa karena berhasil menyelesaikan pekerjaan Tuhan. Jangan pernah beranggapan bahwa kita sudah berjasa sehingga orang lain harus memuji dan berterima kasih kepada kita, sebab kesempatan melayani Tuhan justru merupakan kehormatan dan kepercayaan yang Ia berikan kepada kita. Tatkala kita sudah melayani-Nya, sekalipun benar bahwa kita telah melakukan pelayanan yang terbaik, tetap saja kita harus mengakui dengan rendah hati bahwa kita hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna. Setiap kali Anda selesai melakukan suatu pelayanan untuk Allah, bersyukurlah karena Allah masih berkenan memakai Anda. Anggaplah pelayanan yang Anda lakukan itu sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih Anda kepada Tuhan yang telah lebih dahulu mengasihi dan melayani Anda (1 Yohanes 4:19). [FL] Yohanes 12:26-b “Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa” 53 Jumat Orang Farisi & Pemungut Cukai 17 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 18 Dalam “Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai”, Yesus membongkar kebusukan yang tersembunyi rapi dalam diri orang Farisi yang menganggap dirinya lebih benar dari semua orang yang lain. Dalam doanya, orang Farisi mengatakan banyak hal baik mengenai dirinya sendiri, yang mungkin saja benar. Ia tidak pernah melakukan dosa yang keji (menurut anggapan orang pada umumnya), yaitu ia bukan perampok, bukan lintah darat, tidak berbuat jahat terhadap siapa pun, bahkan ia berpuasa dua kali seminggu, memberi sepersepuluh dari segala penghasilannya sesuai dengan hukum Taurat (18:11-12). Semua yang dilakukannya baik dan layak dipuji. Meskipun demikian, ia tidak berkenan di hadapan Allah. Walaupun ia memulai doanya dengan “mengucap syukur”, namun kelihatannya doa tersebut hanya sekadar tindakan lahiriah (basa-basi). Ia tidak berkata, “Karena anugerah Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang” seperti halnya Paulus. Yang ada dalam pikirannya hanyalah dirinya dan kebaikannya sendiri, sehingga ia berpikir bahwa ia tidak membutuhkan apa pun, termasuk anugerah dan pertolongan Allah. Sebaliknya, pemungut cukai itu sangat merendahkan diri. Dia datang dengan hati yang hancur serta dengan sikap pertobatan dan kerinduan akan Allah. Ia menyadari ketidaklayakan dirinya di hadapan Allah yang suci dan mulia. Walaupun doanya singkat, tapi sarat dengan permohonan yang tulus dan terus-menerus akan rahmat pengasihan Allah. Di luar dugaan para orang Farisi, ternyata Tuhan Yesus mengatakan bahwa pemungut cukai itulah yang pulang dengan dibenarkan oleh Allah dan orang lain (orang Farisi) itu tidak. Lalu Tuhan Yesus menyimpulkannya dengan mengatakan, “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (18:14). [FL] Mazmur 51:19 “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”. 54 Sabtu Yang Hilang Didapatkan-Nya 18 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 19 Di tengah kesibukan-Nya, bahkan hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya, Tuhan Yesus masih memiliki kepedulian dan mencari yang terhilang (19:10). Inilah tujuan kedatangan-Nya (bandingkan dengan 15:3-7; Yehezkiel 34:16). Kisah pertobatan Zakheus kembali menegaskan kebenaran ini. Meskipun Tuhan Yesus dikerumuni banyak orang, Dia tidak kehabisan waktu dan perhatian terhadap pribadi perorangan. Dia bahkan melihat orang yang berada di atas pohon (Lukas 19:5)! Sebagai seorang pemungut cukai, kemungkinan besar, Zakheus mencari nafkah dengan mengumpulkan pajak lebih besar daripada yang seharusnya ia peroleh dari rakyat. Pada masa itu, pemungut cukai dianggap sebagai tukang peras dan antek penjajah Romawi. Oleh karena itu, para pemungut cukai biasa dipandang rendah dan dimusuhi oleh masyarakat. Tuhan Yesus seringkali melihat dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang. Orang banyak melihat luarnya, tetapi Ia mampu melihat sampai ke dalam hati seseorang. Ia melihat bahwa meskipun Zakheus dianggap hina dan tidak disukai masyarakat, Zakheus memiliki kerinduan dan keterbukaan terhadap Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pun tidak mengabaikan dia, bahkan berkenan menumpang di rumah “orang berdosa” itu (19:7). Perjumpaan dengan Sang Juru Selamat membawa pertobatan sejati pada diri Zakheus. Ia tidak merasa sayang untuk memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan ia rela mengganti rugi orang yang diperasnya (19:8). Inilah bukti dari iman sejati yang telah mengubah hidupnya. Seorang yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan pasti tidak akan terus–menerus tinggal dalam dosa: kelicikan berubah menjadi ketulusan, kebohongan berubah menjadi kejujuran, dan pemerasan berubah menjadi kemurahan hati terhdap orang lain. [FL] Yakobus 2:26 “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” 55 Minggu Hidup Kebangkitan di Surga 19 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 20 Kaum Saduki mencoba menjerat Tuhan Yesus dengan sebuah pertanyaan tentang kebangkitan orang mati, jika sekiranya ada kebangkitan, siapakah di antara ketujuh orang laki-laki yang menikahi wanita itu yang akan menjadi suaminya pada hari kebangkitan (20:33). Di luar dugaan mereka, jawaban Tuhan Yesus menyingkapkan bahwa kehidupan setelah kematian sungguh ada dan berbeda dengan kehidupan ragawi di bumi ini. Di surga tidak ada perkawinan seperti di bumi ini. Ada beberapa pengajaran penting yang bisa kita ambil dari jawaban Tuhan Yesus kepada kaum Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan (20:27): Pertama, dalam kehidupan sekarang di bumi, perkara kawin dan dikawinkan adalah realita, hal yang lazim (20:34). Perkawinan diperlukan untuk kelanjutan umat manusia. Kedua, dalam kehidupan yang akan datang di surga, dalam kekekalan, orang tidak akan mati dan anak-anak tidak lagi dilahirkan (20:35-36). Oleh karena itu, tidak diperlukan adanya perkawinan dan kelahiran. Ketiga, kehidupan yang berbeda di dunia yang akan datang hanya akan dialami oleh “mereka yang dianggap layak” (20:35), yaitu orang benar yang dibangkitkan dalam anugerah untuk mendapat bagian di surga, bukan oleh usaha dan jasa seseorang. Keempat, Tuhan Yesus sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa pernikahan itu buruk—sehingga di surga orang tidak lagi kawin dan dikawinkan—tetapi bahwa di surga tidak dibutuhkan perkawinan dan kehidupan di surga berbeda—serta jauh lebih indah—dari pernikahan yang bahagia di bumi ini. Kelima, jangan menyimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan keluarga di bumi—suami, istri, anak-anak—tidak saling mengenal di surga. Meskipun tidak ada ikatan perkawinan, kasih yang melimpah akan selalu ada di surga, bahkan jauh lebih melimpah daripada kasih yang kita rasakan di bumi ini. [FL] Kolose 3:1 “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.” 56 Senin Siap Sedia Akan Akhir Zaman 20 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 21 Ketika orang-orang mengagumi Bait Allah yang indah dan megah pada masa itu, Tuhan Yesus justru mengungkapkan kepada murid-murid-Nya bahwa “akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain” (21:6). Mendengar penyingkapan bencana tragis yang akan terjadi itu, bisa dipahami bila murid-murid terkejut dan bertanya mengenai kapan hal itu akan terjadi dan apa tandanya (21:7). Tuhan Yesus tidak langsung menjawab soal kapan dan bagaimana kehancuran Bait Allah serta kedatangan akhir zaman, tetapi Dia memperjelas gambaran yang mengerikan dari akhir zaman, seperti pergolakan bangsa-bangsa, peperangan yang semakin hebat, bencana alam, wabah penyakit dan kelaparan, penganiayaan, dan penyesatan. Penekanan Tuhan Yesus bukanlah mengenai “kapan-nya”, tetapi kepada persiapannya, yaitu bagaimana orang percaya harus mengantisipasi (menyiapkan diri untuk menghadapi) datangnya akhir zaman. Nubuat Tuhan Yesus ini dapat menunjuk kepada dua peristiwa: Pertama, bencana jangka pendek, yakni kehancuran Bait Allah—pusat keagamaan Israel—yang digenapi 40 tahun kemudian (pada tahun 70) setelah Jendral Titus dari Roma mengepung kota Yerusalem selama 134 hari. Kedua, bencana yang akan terjadi di akhir zaman. Apa yang harus dilakukan oleh orang percaya? Ada beberapa petunjuk yang diberikan Tuhan Yesus: Pertama, jangan tersesat oleh pengajaran palsu (21:8). Kedua, jangan terkejut (karena tidak siap, 21:9). Ketiga, jangan memikirkan pembelaan bila menghadapi pengadilan (21:14). Artinya, jangan kuatir dan menjadi defensive (bersikap membentengi diri), melainkan percayakan diri kepada pemeliharaan Tuhan dan pertolongan Roh Kudus. Keempat, memakai kesempatan untuk bersaksi (21:13). [FL] Lukas 21:36 “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” 57 Selasa Kegagalan Bukanlah Akhir 21 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 22 Peristiwa penyangkalan Petrus sebanyak tiga kali terhadap Tuhan Yesus sering dipakai untuk menggambarkan kegagalan iman yang memalukan dari seorang pengikut Kristus. Bukankah beberapa jam sebelumnya, Petrus dengan penuh keyakinan berkata bahwa ia bersedia masuk penjara, bahkan mati demi Tuhan Yesus (22:33)? Bagaimana mungkin bahwa pada malam Tuhan Yesus ditangkap, ia sekonyong-konyong berbalik 180 derajat dari komitmennya untuk tetap setia, dan ia menjadi pribadi yang menyangkal bahwa ia mengenal Tuhan Yesus (22:57, 58, 60)? Petrus sesungguhnya adalah sosok yang memiliki keberanian besar. Siapakah murid yang masih mengikuti Tuhan Yesus (sekalipun dari kejauhan), padahal murid-murid yang lain tidak ada yang berani, bahkan ada yang lari terbirit-birit? Siapakah yang berani membela Tuhan Yesus dan menghunuskan pedangnya pada salah seorang anggota gerombolan yang hendak menangkap Tuhan Yesus? Siapakah yang berani berada di tengah kerumunan orang banyak yang berkumpul di dekat halaman Imam Besar Kayafas yang sangat ingin menyalibkan Tuhan Yesus? Semuanya itu jelas menyingkapkan sisi keberanian Petrus. Petrus adalah seorang yang berani dan berkomitmen, namun bisa lemah dan jatuh. Sungguh menarik untuk menyimak bahwa Tuhan Yesus bukan hanya tahu bila Petrus akan menyangkal Dia, tetapi Ia juga telah mendoakan Petrus (22:32). Kegagalan tidak-lah harus tinggal terus sebagai kegagalan. Tuhan Yesus percaya bahwa Petrus akan insaf. Tuhan Yesus juga tidak pernah kehilangan pengharapan terhadap diri kita, sekalipun kadang-kadang kita gagal dan mengecewakan Dia. Kegagalan merupakan pengalaman yang berharga bila kita mau jujur terhadap diri sendiri, mengakuinya, memohon pertolongan Tuhan, dan bangkit kembali. [FL] Mazmur 37:24 “Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.” 58 Rabu Satu Misi Banyak Tanggapan 22 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 23 Saat Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan, ada berbagai respons: Pertama, Herodes—yang sudah lama mendengar bahwa Tuhan Yesus banyak melakukan mujizat—berharap untuk melihat bukti berita tersebut, tetapi Tuhan Yesus tidak mau mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Akhirnya, raja yang jahat ini mengolok-olok Tuhan Yesus karena keinginannya tidak terpenuhi (23:11). Kedua, Pilatus—yang tahu bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah sehingga tidak pantas dihukum mati—mengorbankan keadilan dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan bersahabat dengan orang fasik (23:24-25) agar bisa menyenangkan orang banyak. Ketiga, Barnabas—pelaku kriminal yang pantas dihukum mati, namun dibebaskan karena Tuhan Yesus yang tidak bersalah menempati posisinya (23:25)—mungkin tak pernah bersyukur dan tidak ikut melihat bahwa Tuhan Yesus menggantikan dirinya. Ia begitu senang terbebas dari hukuman mati, namun hidupnya tetap terbelenggu oleh dosa dan kehidupan lamanya. Keempat, Orang banyak—yang ikut berteriak untuk meminta agar Tuhan Yesus disalibkan (23:21-23), lalu menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus menghadapi kematian (termasuk menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus berdoa memohon pengampunan bagi mereka, 23:34)—akhirnya memukul-mukul diri sebagai tanda penyesalan (23:48) setelah sadar bahwa Tuhan Yesus adalah orang yang baik dan benar, namun diperlakukan dengan tidak adil. Kelima, Penjahat—yang diampuni setelah menunjukkan sikap pertobatan saat sadar bahwa dirinya bersalah dan pantas dihukum—menunjukkan iman yang besar ketika meminta Tuhan Yesus mengingat dirinya (23:42), padahal saat itu Tuhan Yesus tidak tampak sebagai Sosok yang dapat menyelamatkan. Keenam, Yusuf dari Arimatea—yang sebelumnya mengikuti Tuhan Yesus secara sembunyi-sembunyi—akhirnya menunjukkan keberanian yang besar ketika secara terang-terangan menurunkan tubuh Tuhan Yesus dari salib dan memberikan kuburan miliknya untuk mayat Tuhan Yesus. [FL] Roma 5:6 “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita….” 59 Kamis Menjadi Saksi Kemenangan-Nya 23 Okt Bacaan Alkitab hari ini: Lukas 24 Kematian Tuhan Yesus memenuhi tuntutan keadilan dan hukum, “sebab upah dosa adalah maut” (Roma 6:23), sedangkan kebangkitan Tuhan Yesus memberi pengharapan bagi manusia yang seharusnya dihukum, sekaligus membuktikan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang hidup. Kuasa maut telah dikalahkan, kuasa dosa telah dipatahkan, dan Iblis telah ditaklukkan melalui peristiwa kebangkitan-Nya. Rasul Paulus menghayati kemenangan Kristus dengan berseru, “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Korintus 15:57). Kemenangan Kristus belum dihayati oleh para pengikut-Nya. Batu telah terguling, tubuh Tuhan Yesus sudah hilang, tetapi mereka masih kebingungan karena meragukan kebenaran berita tersebut (Lukas 24:11, 25) Mengapa? Karena mereka melupakan firman-Nya. Saat ini, malaikat tidak akan datang dan mengingatkan kita akan firman-Nya; Roh Kuduslah yang mengerjakan pelayanan itu (Yohanes 14:26). Sangat penting bagi kita untuk berserah kepada Roh Kudus dan membiarkan Dia mengingatkan kita akan kebenaran firman-Nya, sehingga kita dikuatkan untuk mengalami hidup yang berkemenangan. Ketika kedua murid yang dalam perjalanan ke Emaus bertemu dengan Tuhan Yesus, mereka tidak sadar karena hati mereka masih sedih, sampai Tuhan Yesus menjelaskan mengenai apa yang harus terjadi dengan Mesias yang dinubuatkan dalam Kitab Suci. Hati mereka pun kembali berkobar-kobar. Kedua murid itu, dan kemudian murid-murid yang lain juga, akhirnya mendapatkan kembali iman mereka. Tuhan Yesus telah membuka mata dan pengertian mereka (Lukas 24:31, 45) melalui penyingkapan Kitab Suci (24: 7, 32) agar semua yang telah diterangi dapat membuka mulut menceritakan Kristus kepada orang lain (24:48). inilah amanat-Nya, pesan-Nya bagi kita sebelum Ia terangkat ke sorga. [FL] Lukas 24:48 “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” 60 Reformasi Sistem Respons Manusia P ada zaman ini, penggunaan alat dengan sistem respons otomatis semakin luas karena bersifat praktis dan efisien. Alat seperti itu memerlukan serangkaian sensor untuk membaca situasi, program yang menentukan respons, serta sistem motorik yang melaksanakan respons. Bila alat tersebut diprogram dan dirangkai dengan baik, hasilnya adalah kepraktisan dan efisiensi tinggi—karena memang alat tersebut diciptakan demi kepraktisan dan efisiensi tinggi. Misalnya, ketika sebuah sensor melirik Anda yang sedang berjalan menuju pintu utama sebuah mall, alat itu akan memerintahkan agar pintu dibuka sehingga Anda hanya perlu melangkahkan kaki dengan ringan tanpa perlu membuka dan menutup pintu. Gambaran di atas berlaku pula untuk manusia. Manusia mempunyai berbagai indera yang membaca situasi, otak yang berpikir dan mengambil keputusan, serta anggota tubuh yang berkata, melangkah, dan bertindak sesuai dengan keputusan otak. Hasilnya adalah bahwa keinginan, kebiasaan, pemikiran, dan ideologi seseorang dapat terwujud, bahkan tersebar dalam berbagai situasi di dunia. Celakanya, sistem respons manusia telah dicemari dosa, sehingga manusia cenderung menyebarkan dosa dalam berbagai situasi. Sebaliknya, bila sistem respons manusia dapat dimenangkan dan dikuasai oleh Roh Kudus, manusia dapat menjadi penyebar kekudusan dalam berbagai situasi di dunia. Selain itu, menjadi penyebar kekudusan itu penting demi terwujudnya tujuan penciptaan manusia. Oleh sebab itu, reformasi sistem respons manusia menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Bila dibandingkan dengan gambaran dalam kitab Wahyu, dosa bersifat sistemik. Penyebarannya dikoordinasi oleh Iblis (Wahyu 12), sebagai sosok yang berpengalaman tinggal dalam keberdosaan. Penyebaran ini mencakup aspek pemerintahan politis dan religius (Wahyu 13). Selain itu, Iblis mempunyai banyak pengikut, baik para malaikat yang jatuh maupun manusia yang mencintai dosa. Singkatnya, dosa memiliki akses atas segala situasi dunia, yang pada akhirnya juga mempunyai akses terhadap diri kita. Untuk menghadapi keadaan demikian, kita perlu mengembangkan sistem respons yang bersifat rohani. Alkitab merupakan sumber komponen respons yang berharga untuk kita gali dan terapkan sebagai usaha membangun sistem respons ini. Menjelang peringatan reformasi ini, marilah kita membangun dan memperkaya diri dengan hal ini. [FB] 61 Jumat Mata yang Jernih Bacaan Alkitab hari ini: Matius 6:22-23 24 Okt Pra-Reformasi “Mata adalah pelita tubuh,” demikianlah ungkapan untuk menyatakan betapa pentingnya fungsi mata. Untuk dapat memutuskan tindakan dengan tepat, seseorang perlu melihat keadaan sekitar dengan jelas. Kesalahan melihat dapat berakibat fatal, mencakup kehilangan nyawa. Misalnya, pada waktu berkendara malam hari, ketika seorang pengemudi salah melihat lubang dan dianggap sebagai aspal, kendaraan dapat mengalami kecelakaan fatal. Jika guyuran hujan deras menghalangi pandangan pengemudi terhadap pejalan kaki yang menyeberang, tabrakan sulit dihindari. Oleh sebab itu, mata harus berfungsi dengan baik agar seseorang dapat menjalani hidup dengan baik. Mata yang berfungsi dengan baik adalah mata yang melihat obyek dengan apa adanya. Lubang adalah lubang, jalan adalah jalan, orang adalah orang, gelap adalah gelap, dan terang adalah terang. Dari kacamata rohani, mata tidak boleh memberikan informasi bahwa sesuatu yang jahat adalah baik karena informasi itu akan menjebak. Mata tidak boleh melihat sesuatu yang baik sebagai hal yang jahat karena pemahaman itulah yang akan menjaga dan menyelamatkan kita. Dalam konteks Matius 6:19-24, kita diajar untuk mengarahkan mata kita pada hal-hal surgawi. Hal-hal surgawi ini memang tidak terlepas dari hal-hal duniawi yang ada di sekitar kita (keluarga, pekerjaan, studi, berkat, kesehatan dan sebagainya). Pertanyaannya adalah, “Apakah kita mampu menemukan dan meraih harta surgawi dari situasi di sekeliling kita?” Latihlah diri kita untuk melihat talenta dari Allah waktu kita menjalani pekerjaan dan studi, melihat kasih sejati melalui relasi keluarga, melihat desakan untuk bersyukur karena berkat dan kesehatan kita, dan sebagainya. Jangan biarkan diri kita hanya berhenti pada melihat hal-hal yang fana saja, yang terjadi bila kita tidak bertumbuh dan terjebak oleh hal-hal itu. [FB] Matius 5:29 “Maka jika matamu ... menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” 62 Sabtu Telinga yang Peka Bacaan Alkitab hari ini: Amsal 2:1-5 25 Okt Pra-Reformasi Berbeda dengan mata yang bisa tidak melihat, telinga pasti mendengar setiap suara yang masuk. Namun, masalah yang timbul berkaitan dengan perbedaan antara mendengar dan mendengarkan. Manusia mempunyai ‘filter’ tersendiri di telinganya, sehingga ia hanya ingin mendengarkan halhal yang menyenangkan dan memuaskan keinginannya. Akibatnya, tidak setiap suara yang masuk dan terdengar diperhatikan. Celakanya, ‘filter’ tersebut justru meloloskan suara-suara yang tidak baik dan menghalangi suara-suara yang baik (bandingkan dengan 2 Tim. 4:3-4). Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila firman Tuhan mengajarkan kita untuk sungguh-sungguh mendengarkan perkataan bernilai dan tidak mendengarkan suara yang tidak bermakna. Tuhan Yesus berkata, “Siapa mempunyai telinga, hendaklah ia mendengar!” (Markus 4:9, 23; Lukas 8:8; 14:35). Seruan itu diulangi sampai tujuh kali terhadap setiap gereja yang disebut dalam kitab Wahyu (2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22). Agar kita bisa lebih peka terhadap suara Tuhan, kita perlu memulai dengan kerinduan menikmati hikmat (Ams. 2:1-2). Hikmat adalah petunjuk tentang bagaimana hidup harus dijalani. Karena hidup ini berasal dari Allah, Allah-lah yang mempunyai petunjuk itu, sehingga harus kepada Allah-lah kita mencari hikmat. Seperti yang kita ketahui, petunjuk itu Allah berikan dalam bentuk firman Tuhan, sehingga kepada firman Tuhan-lah kita harus membuka telinga lebar-lebar dan bukan kepada suara-suara asing. Lalu, apakah di luar Alkitab tidak ada hal yang bermanfaat? Sebenarnya, segala pengetahuan umum yang benar juga berasal dari Allah. Namun, kita perlu standar untuk menilai apakah yang kita dengar merupakan petunjuk yang kita butuhkan atau yang menyesatkan. Kita butuh hikmat dari firman Tuhan sebagai ‘filter’! Arahkanlah minat Anda untuk mendengar firman Tuhan, maka telinga kita akan mendapat petunjuk hidup yang kita butuhkan (Amsal 2:5). [FB] Markus 4:9b “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” 63 Minggu Mulut yang Terkendali Bacaan Alkitab hari ini: Yakobus 3:1-12 26 Okt Pra-Reformasi Kendali – suatu hal yang tidak asing – adalah sesuatu yang kita inginkan, sekaligus bisa berbahaya. Sebuah alat kendali mungkin terlihat murahan, tetapi yang dikendalikan bisa saja merupakan sesuatu yang besar dan bernilai. Misalnya, alat kendali mainan radio kontrol helikopter mungkin terlihat murahan. Namun, helikopter yang dikendalikannya dapat benar-benar terbang dan bergerak. Bila tidak dikendalikan dengan baik, mainan itu dapat melukai orang atau merusak barang. Dalam skala yang lebih ekstrim, sebuah drone (pesawat terbang kendali milik kalangan militer) dapat diterbangkan ke suatu daerah dan menjatuhkan bom sungguhan hanya dengan sentuhan ringan pada alat pengendalinya. Konsep kendali ini bukan “barang baru”, tetapi sudah ada pada masa penulisan kitab Yakobus, yaitu kendali yang berupa “kekang” pada mulut kuda dan “kemudi yang amat kecil” pada kapal besar (3:2-5). Konsep ini digunakan untuk mengingatkan kita akan pentingnya menguasai dan mengendalikan hidup kita dengan mulut sebagai remote, kekang atau kemudi. Jawaban atau perkataan mulut kita dapat menentukan dengan siapa kita menjalani puluhan tahun kehidupan berkeluarga, menentukan apakah kita akan pindah kerja dan ke mana kita akan pindah, menentukan jumlah penghasilan kita, bahkan menentukan hidup mati kita, baik secara jasmani dalam dunia ini maupun secara rohani dalam kekekalan. Oleh sebab itu, kendalikanlah perkataan mulut kita! Bila kita memperhatikan 3:9-12, masalah yang diangkat bukan karena perkataan baik yang tidak dapat diucapkan, tetapi karena perkataan jahat yang tidak dapat dihentikan terucap. Jadi, janganlah kita berbangga diri bila dapat mengucapkan banyak “Haleluya”, “ Puji Tuhan”, “Semoga selamat”, “Tuhan memberkati”, dan sebagainya. Bergumullah untuk menghentikan sebanyak mungkin kata-kata cibiran, cercaan, makian, hinaan maupun kutukan, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dapatkanlah kembali kendali atas diri kita sendiri! [FB] Yakobus 3:2b “Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna.” 64 Senin Tangan yang Bersih Bacaan Alkitab hari ini: Efesus 4:17-24, 28 27 Okt Pra-Reformasi Bagi manusia, tangan mewakili keseluruhan perilakunya. Berbagai aktivitas dan kebiasaan dikerjakan dengan tangan. Tidak mengherankan bila “tingkat kebaikan” seseorang diwakili oleh tangannya. Orang yang baik diwakili dengan tangan yang bersih, dan sebaliknya. Itulah sebabnya, ketika Pilatus tidak mau dipersalahkan atas tindak pembunuhan terhadap Tuhan Yesus, ia mencuci tangannya (Matius 27:24). Bagi kita yang mengenal Allah dan anugerah-Nya, Allah menciptakan kita kembali menjadi manusia baru (Efesus 4:23-24). Maksudnya, kita dicipta sesuai dengan rancangan semula yang tidak berdosa. Hal ini ditandai dengan reformasi perilaku hidup kita—atau dapat disimbolkan dengan menghadirkan tangan yang bersih. Itulah sebabnya, dalam 4:28, Rasul Paulus mengamanatkan perubahan aktivitas tangan. Seorang pencuri bukan hanya harus berhenti mencuri, tetapi juga harus bekerja agar mampu menjadi berkat bagi dirinya dan orang lain. Hal senada disampaikan juga oleh Yakobus dengan istilah “tahirkanlah tanganmu!” (Yakobus 4:8). Bila diteliti lebih jauh, perintah untuk mentahirkan tangan tersebut dikenakan pada orang yang mendua hati. Istilah mendua hati berarti tidak mengikuti Allah dengan sepenuhnya atau seutuhnya. Berkaitan dengan perbuatan tangan, perintah mentahirkan bermaksud bukan hanya menghasilkan sebanyak mungkin perbuatan baik, tetapi juga menghapus perbuatan buruk. Bagi Allah, perbuatan baik yang layak adalah yang tidak dicampur dengan perbuatan buruk. Hari ini Allah mempercayakan satu hari lagi untuk berbuat baik bagiNya. Yang perlu kita lakukan bukan hanya mengimbangi agar perbuatan baik kita jangan sampai kurang dibandingkan perbuatan buruk, tetapi kita harus berjuang untuk mengurangi dan meniadakan perbuatan buruk. Dengan pertolongan Allah, kita sanggup menghasilkan perbuatan baik tanpa bantuan dosa dan kompromi. Selamat berkarya! [FB] Yakobus 4:8b “Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa!” 65 Selasa Langkah Kaki menuju Surga Bacaan Alkitab hari ini: Amsal 1:15-19 28 Okt Pra-Reformasi Jika hidup manusia dapat digambarkan sebagai sebuah perjalanan, maka ada manusia yang perjalanannya akan berakhir di surga, dan ada yang akan berakhir di neraka. Yang menentukan ke mana kehidupan kita berakhir adalah pilihan atas perjalanan itu sendiri. Tuhan Yesus menggambarkan tentang adanya dua jalan; yang lebar ke neraka dan yang sempit ke surga. Tentu setiap kita tidak ingin menutup mata di penghujung usia dan membukanya kembali di gerbang neraka. Oleh sebab itu, jalan sempit menuju surga adalah satu-satunya pilihan kita. Namun, keberadaan dua jalan tersebut yang kelihatannya tumpang tindih dalam dunia sangat menyulitkan kita. Bahkan, orang yang relatif baik pun dapat tersesat ke neraka bila tidak berhasil menemukan jalan sempit itu. Jadi, pertanyaan bagi kita adalah, “Seperti apa jalan yang sempit itu?” Jika ada orang yang mencintai kejahatan dan merugikan orang lain (1:1114), hidupnya justru akan berakhir tragis (1:17-19). Bukan orang lain, tetapi ia sendiri yang akan dicelakakan oleh rencana jahatnya. Oleh sebab itu, penulis Amsal mengamanatkan agar kita jangan melangkahkan kaki dalam jalan hidup orang jahat tersebut. Mungkin bagi kita, memilih lingkungan (hunian, studi, pekerjaan, teman) yang tidak jahat atau “rusak” sudah cukup, tetapi sebetulnya tidak demikian. Dalam lingkungan yang relatif baik pun, banyak kejahatan terjadi. Bukankah banyak pejabat melakukan korupsi? Tidakkah banyak pemilik niat busuk yang mengenakan dasi dan jas? Apakah pelaku terorisme adalah orang ateis? Apakah—di gereja sekalipun—tidak ada trik untuk menjatuhkan orang lain? Kitalah yang harus mewujudkan jalan itu melalui langkah hidup kita. Jadilah teladan untuk menerapkan dengan konsisten prinsip dan nilai Alkitabiah dalam keseharian kita, karena di sanalah jalan sempit menuju surga itu terwujud. Bila kita bertahan untuk menjalaninya, nafas kita akan berakhir di depan gerbang surga. [FB] Amsal 4:27b “Jauhkanlah kakimu dari kejahatan.” 66 Rabu Pikiran yang Baik dan Positif Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 4:8-9 29 Okt Pra-Reformasi Dari organ luar, mari kita bergerak ke organ dalam. Pada hari ini, kita akan menyoroti otak kita—organ yang menyimpan ingatan masa lalu kita. Apakah hal-hal berkesan yang tersimpan kuat adalah hal yang baik atau tidak? Ingatan kita—baik menyangkut hal yang baik maupun yang buruk—berpengaruh terhadap cara kita memberi respons. Seorang yang memiliki ingatan masa kecil ditindas oleh pria dewasa berkumis akan cenderung menjaga jarak dan menjauhi setiap pria berkumis yang ia temui, sekalipun pria berkumis itu adalah seorang pendeta yang baik dan ramah. Sebaliknya, anak yang bebas dari pengalaman traumatik akan dapat bergaul dengan bebas tanpa terhalang oleh masalah kumis. Ingatan juga sangat mempengaruhi respons kita dalam berbicara maupun bertindak terhadap berbagai hal. Rasul Paulus memahami pengaruh ingatan ini, sehingga ia menasehati agar orang Kristen melindungi pikirannya dari pengaruh luar yang negatif. Perlindungan ini didapat dengan mengisi sebanyak mungkin pikiran kita, bahkan memenuhinya dengan hal-hal yang baik dan positif (4:8). Peperangan untuk mengisi pikiran dengan hal yang baik dan positif terjadi dalam sudut pandang yang kita miliki akan suatu hal. Pada dasarnya, respons yang baik berasal dari sudut pandang positif, dan respons yang buruk berasal dari sudut pandang negatif. Kita menyikapi sebagian hal dengan sudut pandang positif dan menyikapi hal lainnya dengan sudut pandang negatif. Marilah kita membangun sudut pandang positif tentang berbagai hal, khususnya untuk hal-hal yang selama ini kita sikapi secara negatif. Kita dapat memulainya dari apa yang kita pikirkan tentang orang tua dan anak kita, rekan kerja dan atasan kita, rekan pelayan dan hamba Tuhan kita, termasuk terhadap para pengendara motor yang meminta lajur kita. Jika kita setia melakukannya, dengan sendirinya, kita akan bersikap dengan tepat. [FB] Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” 67 Kamis Sukacita Hati setelah Dukacita Bacaan Alkitab hari ini: 2 Korintus 7:8-11 30 Okt Pra-Reformasi Salah satu tanda kemajuan kehidupan rohani seseorang adalah kepekaannya akan dosa. Kesadaran akan keberdosaan akan membuat seseorang berdukacita secara mendalam dan berbalik mengikuti Allah dengan sungguh-sungguh. Setelah surat 1 Korintus dikirimkan, Rasul Paulus pernah mengirim surat teguran yang keras yang dampaknya adalah dukacita massal yang membuat jemaat Korintus bertobat. [Sayangnya, surat itu sekarang telah hilang sehingga kita tidak mengetahui apa isi dan kata-kata di dalamnya]. Oleh karena itu, Rasul Paulus tidak menyesal telah mengirim surat itu, melainkan bersukacita (7:8-9). Bagi Rasul Paulus, dukacita yang mengantar seseorang pada pertobatan adalah dukacita kudus yang membuahkan sukacita. Sebaliknya, bila seseorang bersukacita atas hal duniawi yang berdosa, ia akan diantar pada dukacita sejati karena tidak pernah bertobat (7:10-11). Manusia menganggap perasaan dukacita sebagai perasaan negatif, dan sebaliknya sukacita dianggap sebagai perasaan positif. Wajar bila kita mengutamakan untuk mengalami sukacita dan menghindari dukacita. Namun, sukacita yang harus dikejar adalah sukacita sejati atas pertobatan diri kita. Tidakkah kita menikmati indahnya hidup yang semakin jauh dari dosa dan semakin dekat dengan Kristus. Oleh sebab itu, bila pada hari ini kita melakukan kesalahan sehingga mendapat teguran, jangan terburu-buru menghilangkan perasaan bersalah tanpa mengambil langkah perubahan hidup. Kita tidak akan nyaman dengan kondisi demikian. Namun, bila kita memakai kondisi tersebut untuk belajar, kita akan bersukacita atas anugerah Allah yang mengajar kita bertumbuh. Jangan buang perasaan dukacita karena dosa, tetapi biarkan Allah menggantinya dengan anugerah sukacita. [FB] Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” 68 Jumat Kehendak-Mu, Hidupku Bacaan Alkitab hari ini: Yohanes 4:34 31 Okt Reformasi Makanan dimengerti sebagai salah satu kebutuhan primer atau kebutuhan yang bersifat mendasar. Manusia tidak dapat bertahan hidup bila kebutuhan mendasarnya tidak terpenuhi. Itulah sebabnya, ketika kita menjalani aktivitas rutin seperti bersekolah, berkuliah, dan bekerja, jam makan siang merupakan saat yang sangat ditunggu-tunggu. Dalam kegiatan gerejawi sekalipun, acara makan merupakan salah satu mata acara yang diprioritaskan, bahkan seringkali didukung dengan alokasi dana yang tidak kecil. Namun, pada bagian Alkitab yang kita renungkan hari ini, Tuhan Yesus menunjukkan “keanehan” dengan mengidentifikasi makanan-Nya sebagai berupa melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa bagi diriNya. Sementara Dia berkata demikian, para murid sedang bersiap untuk mengajak-Nya makan siang (4:31-33). Tidak mengherankan bila para murid menjadi kebingungan apakah Tuhan Yesus masih memerlukan makanan seperti biasa atau tidak. Mereka tidak paham bahwa situasi lapar dan letih tersebut dipakai Tuhan Yesus untuk mengajarkan betapa pentingnya melaksanakan kehendak Bapa dalam kehidupan di dunia ini. Bagi-Nya, melakukan kehendak Bapa dalam hidup jauh lebih penting daripada sekadar bertahan hidup dengan makanan yang cukup. Oleh sebab itu, marilah kita mereformasi setiap anggota tubuh kita agar respons kita berfokus pada melaksanakan kehendak Allah. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan pekerjaan, rumah tangga, dan aktivitas sosial hanya untuk mendekam di gereja atau di tempattempat sunyi untuk berdoa. Sebaliknya, Allah ingin agar melalui setiap aktivitas rutin, kita bertindak untuk melaksanakan kehendak Bapa. Kehidupan sehari-hari merupakan ruang belajar agar dalam setiap hal, respons kita memuliakan Allah. [FB] 1 Korintus 10:31 “Aku menjawab: ... jika engkau melakukan sesuatu ..., lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah..” 69 DAFTAR GEREJA SINODE GKY GKY BALIKPAPAN - 25 Agustus 1996 Jl. Mayjen Sutoyo RT 44 No. 1A (Depan Radar AURI-Gunung Malang), Balikpapan 76113. Telp. (0542) 441008. Fax (0542) 441108. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 17.00 GKY BANDAR LAMPUNG - 30 Maret 2008 Hotel Grand Anugerah, Jl. Raden Intan No. 132, Bandar Lampung. Telp. (0721) 472474. Sekretariat : Perum Aman Jaya, Jl. Slamet Riyadi Blok A No.15, Teluk Betung 35228. Telp. (0721) 472474. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 08.00 - 20 Mei 2012 GKY BENGKULU Jl.Ahmad Yani No.15A1-B, Bengkulu. Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.17.00 GKY BUMI SERPONG DAMAI - 7 Februari 1993 Nusa Loka Blok E-8 No. 7, Sektor 14, Serpong, Tangerang 15330. Telp. (021) 5382274, 5383577. Fax (021) 5381942. Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 GKY CIBUBUR - 22 September 2006 Sentra Eropa Blok A No. 18, Kota Wisata Cibubur, Jakarta 16967. Telp. (021) 84931120. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY CIMONE - 11 September 1983 Cimone Mas Permai I, Jl. Jawa No. 11A, Tangerang 15114. Telp. (021) 5525727. Fax (021) 55794389. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY CITRA GARDEN - 27 November 1994 Jl. Citra Garden II Blok O9 No. 1, Jakarta 11830. Telp. (021) 5453529, 54398490. Fax (021) 54398093. Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00 GKY GADING SERPONG - 19 Desember 2010 Ruko L Agricola Blok B8-10, Paramount Serpong, Tangerang 15810. Telp. (021) 29429530-31. Fax (021) 29429532. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 09.30, 17.00 GKY GERENDENG - 24 Agustus 1986 Jl. Pos Gerendeng I, Tangerang 15113. Telp. (021) 5523925. Fax (021) 5589182. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 09.30 GKY GREEN VILLE - 4 Januari 1981 Green Ville Blok AZ No. 1, Jakarta 11510. Telp. (021) 5605586 (Hunting). Fax (021) 5659353 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 10.00 GKY GUANGZHOU - 6 November 2011 Zion Church (Lantai 2), Ren Ming Zhong Lu No. 392, Guangzhou. Stasiun MTR Ximenkou Exit A. Mobile : +8613570099579. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00 GKY HONGKONG - 1 Desember 2013 1 Haven of Hope Road, Tseung Kwan O, New Territories, Hong Kong Mobile: + 8526 2786171, + 8526 1047093 Kebaktian Umum : Minggu, Pk. 10.30 GKY JAMBI Hotel Aston, Jl. Sultan Agung No. 99, Jambi Telp. (0711) 922 9168 70 - 23 Februari 2014 Kebaktian Umum : Minggu, Pk.09.00 GKY KARAWACI - 10 April 2005 Gedung Dynaplast Lt. 8, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Lippo Village, Karawaci 15811. Telp. (021) 93823230 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk.07.30, Pk. 10.00, 17.00 GKY KEBAYORAN BARU - 26 April 1998 Jl. Kebayoran Baru No. 79, Jakarta 12120. Telp. (021) 72792735. Fax (021) 72793017. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00 GKY KELAPA GADING - 6 Juni 1993 Jl. Boulevard Raya Blok TB II No. 1-4, Jakarta 14240. Telp. (021) 4520563-64 Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 GKY KUTA BALI - 5 Juli 1998 Jl. Sunset Road, Dewi Sri II, Kuta-Bali 80361. Telp. (0361) 488126, 7440078. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 08.00, 10.00, 18.00 GKY LUBUK LINGGAU - 30 November 1997 Jl. Bukit Barisan 13, Lubuk Linggau 31622. Telp. (0733) 323989. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY MAKASSAR - 3 Oktober 1993 Jl. Andalas 57-59, Makassar 90517. Telp. (0411) 3652424, 3652526, 3624466. Fax (0411) 3652444. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 18.00 GKY MANGGA BESAR - 3 Juni 1945 Jl. Mangga Besar I No. 74, Jakarta 11180. Telp. (021) 6399585. Fax (021) 6499261. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 English Worship Service : Minggu, Pk. 09.30 GKY MEDAN - 10 November 2006 - Jl. Thamrin No. 53 No. 13, Medan 20232. Telp. (061) 4550678. Fax (061) 4550677. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.30 GKY MUARA BARU - 1 Januari 1995 Jl. Pluit Raya Selatan, Ruko Grand Pluit Mall Blok B No.7-8, Muara Baru, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613711 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 10.00 GKY NIAS - 18 Juli 2010 Jl. Baluse No. 6, Km 2,5 Simpang Megahill, Gunung Sitoli, Nias 22815. Telp. (0639) 21253. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00 GKY PALEMBANG - 22 Juli 1984 Jl. Krakatau 445/129, Palembang 30125. Telp. (0711) 314037. Fax (0711) 350476. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY PALOPO - 12 Juni 1995 Jl. Durian 79, Palopo 91921. Telp. (0471) 22201. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY PAMULANG - 14 Februari 1993 Jl. Reny Jaya Blok S-IV/15, Pamulang, Tangerang 15416. Telp. (021) 7434179. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY PANTAI INDAH KAPUK - 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, GKY PEKANBARU - 15 Januari 2006 Jl. Tuanku Tambusai, Komp. Puri Nangka Sari F10-11, Pekanbaru 28000. Telp. (0761) 571132. Fax (0761) 571142. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 10.00 GKY PLUIT - 13 Januari 1974 Jl. Pluit Permai Dalam I No. 9, Jakarta 14450. Telp. (021) 6696826. Fax (021) 6621312. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.00, 09.30, 17.00 - 8 Februari 2009 Jl. Pantai Indah Selatan II Blok V No. 1C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14460.Telp. (021) 33393737. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 71 GKY PONTIANAK - 18 November 2007 Komp. Ruko Ahmad Yani, Sentra Bisnis Megamal G21-22, Pontianak 78124. Telp. (0561) 743930. Fax (0561) 743931. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk.10.00, Pk.17.00 GKY PURI INDAH - 6 Oktober 1991 Jl. Kembang Elok VI Blok I No. 9, Jakarta 11610. Telp. (021) 58300321 (hunting). Fax (021) 58300320. Kebaktian Umum I, II, III, IV : Minggu, Pk. 06.30, 08.00, 10.30, 17.00 GKY SIANTAN - 29 September 1996 Jl. Gusti Situt Machmud Gg. Selat Karimata II Blok G No.7-8, Pontianak 78242, Telp. (0561) 885897 Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 08.00, 17.00 GKY SINGAPURA - 29 Jun 2008 Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore 188536. Mobile : +65 9761 0900 - Kebaktian Umum I: Minggu, Pk.10.00. Le Danz, 222 Queen Street #01-01/02, Singapore 188550. - Kebaktian Umum II: Minggu, Pk.14.30. Grace (Singapore Chinese Christian) Church, 14 Queen Street, nearest MRT: Bras Basah MRT, Singapore 188536. Mobile : +65 9761 0900 GKY SUNTER - 13 Juli 1986 Jl. Metro Kencana VI Blok Q No.43, Jakarta 14350. Telp. (021) 65831877. Fax (021) 65831871. Kebaktian Umum I, II & IV, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY SURABAYA - 4 November 2007 Jl. Pemuda 19-21, Grand Surabaya Hotel (Ex Garden Hotel Lama), sebelah Bank Mandiri, depan Wisma BII, Surabaya. Telp. (031) 5995399 Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 09.00 GKY SYDNEY - 8 Maret 2009 UTS Haymarket CM05C.01.31 (Building 5C, Level 1, Lecture Theatre 31), 31 Quay Street - Haymarket (di sebelah pintu masuk Market City parking). Sydney, Australia, NSW 2000. Mobile : +61 0425888915. Home : +61 0280655180 Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 09.00, 11.00 GKY TANJUNG PINANG Jl. Ir. Sutami No. 59, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882. Kebaktian Umum I : Minggu, Pk. 16.00 GKY TELUK GONG - 2 November 1986 Jl. Teluk Gong Raya No.1, Jakarta 14450. Telp. (021) 6613422/23. Fax (021) 6680882. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 GKY VILLA TANGERANG INDAH - 25 Desember 1994 Villa Tangerang Indah Blok EF 1 No. 2-4, Tangerang 15132. Telp. (021) 5513267. Fax (021) 5532852. Kebaktian Umum I, II : Minggu, Pk. 07.30, 18.00 GKY YOGYAKARTA - 15 September 1996 Auditorium Sekolah Bhinneka Tunggal Ika, Jl. Kranggan No. 11A, Yogyakarta 55233. Sekretariat : Jl. Kranggan No. 7, Yogyakarta 55233. Telp. (0274) 7110147. Fax (0274) 6415509. Kebaktian Umum I, II, III : Minggu, Pk. 07.30, 10.00, 17.00 72