BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran memegang peranan penting dalam perusahaan karena dalam pelaksanannya berhubungan langsung dengan konsumen serta lingkungan luar perusahaan lainnya. Menurut Kotler dan Keller (2009:17), aktivitas pemasaran diarahkan untuk menciptakan pertukaran yang memungkinkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller dalam bukunya “Manajemen Pemasaran” (2009:5) adalah sebagai berikut : “Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan serta bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain”. Sedangkan menurut American Marketing Assosiationn (AMA) yang dikutip oleh Kotler dan Keller dalam buku “Manajemen Pemasaran” (2009:5): “Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk mrnciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk menggelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya”. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai produk atau jasa kepada pelanggan dan menggelola hubungan baik dengan pelanggan. 2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:5), manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berfikir tentang cara-cara untuk mencapai respon yang diinginkan dengan pihak lain. Karenanya kita memandang manajemen pemasaran (marketing manejemen sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul). Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:5) adalah : “Manajemen pemasaran seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Manjemen Pemasaran menurut Alma (2013:130) : “Manajemen Pemasaran adalah proses untuk peningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaaan”. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu ilmu memilih pasar sasaran yang sesuai, untuk meninggkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, serta untuk menjalin hubungan yang baik dengan pelanggam di pasaran sasaran tersebut. 2.2 Pengertian Bauran Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong (2003 : 78), Bauran Pemasaran adalah perangkat alat pemasaran taktis dan dapat dikendalikan produk, harga, distribusi, dan promosi yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran. Pendekatan pemasaran 4P tradisional (product, place, prices, promotion) seperti yang di ungkapkan di atas berhasil dengan baik untuk barang, tetapi elemen-elemen atau variabelvariabel tambahan perlu pemasaran jasa yaitu, orang (people), bukti fisik (physical evidence), proses (process) (Kotler 2005 : 116). Variabel yang merupakan unsure bauran pemasaran (marketing mix) : a. Produk (product) Menurut Alma (2000 : 98) pengertian produk adalah “Seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik toko yang menjual pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya”. Produk yang ditawarkan perusahaan harus disertakan dengan pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen atau perantara pemasaran. Jadi produk itu bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja, seperti makanan, minuman dan sebagainya akan tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud seperti pelayanan jasa. Menurut Kotler, (2002 : 212) para pemasar perlu berfikir melalui lima tingkatan produk sebagai berikut : 1. Manfaat inti (core benefit), yaitu jasa atau manfaat fundamental uang benar-benar dibeli oleh pelanggan. 2. Produk generic (generic product), yaitu versi dasar dari produk tersebut. 3. Produk yang dilengkapi (augmented product), yaitu dengan layanan dan manfaat tambahan yang membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing. 4. Produk potensial (potential product), yaitu semua kemungkinan akan dilakukan pada produk di kemudian hari. tambahan transformasimyang 5. Produk yang diharapkan (expected product), yaitu sekumpulan atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui oleh pembeli saat mereka membeli produk tersebut. Produk dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan daya tahan dan kewujudannya menurut Kotler, (2002 : 215) adalah: 1. Barang tidak tahan lama, yaitu barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam suatu atau beberapa penggunaan. 2. Barang tahan lama, yaitu barang berwujud yang umumnya dapat digunakan cukup lama. 3. Jasa, yaitu serangkaian aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. b. Harga (Price) Menurut Swastha (1997 : 211) “ Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.” Menurut Kotler, (2002 : 296) : Harga adalah satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghsilkan pendapatan dan merupakan satu dari elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel, dimana ia dapat diubah dengan cepat. Menurut Kotler (2002 : 297) terdapat enam prosedur langkah untuk menetap harga sebagai berikut : 1. Memilih tujuan penetapan harga 2. Menentukan permintaan 3. Memperkirakan biaya 4. Menganalisa biaya, harga, dan penawaran pesaing 5. Memilih metode penetapan harga 6. Memilih harga akhir Dari definisi tersebut kita dapat mengetahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. c. Tempat/Lokasi (Place) Bagi perusahaan, lokasi bermakna sebagai suatu tempat dimana jasa tersebut disediakan. Lokasi yang baik adalah lokasi yang mudah dicapai tanpa memerlukan biaya yang besar dan juga waktu yang lama untuk mencapainya. Menurut Lupiyodi (2001 : 62), ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu : 1. Konsumen mendatangi si pemberi jasa 2. Pemberi jasa mendatangi konsumen 3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung d. Promosi (Promotion) Menurut Kotler dan Armstrong (2003 : 79) : “Promosi artinya aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sarana berikutnya”. Menurut Pyne (2000 : 189-190), program komunikasi promosi terdiri dari : 1) Identifikasi khalayak sasaran 2) Menentukan tujuan-tujuan promosi 3) Pengembangan pesan 4) Seleksi bauran komunikasi Menurut Payne(2000 : 203) : “Promosi adalah sejumlah kegiatan dapat dilakukan dengan tujuan untuk mendongkrak penjualan”. Alat-alat promosi penjualan dapat ditunjukkan kepada tiga khalayak : 1. Pelanggan – tawaran-tawaran gratis, sampel, demonstrasi, kupon, ganti rugi kontan, hadiah, kontes dan jaminan. 2. Perantara – barang-barang gratis, diskon, tunjangan periklanan bersama, kontes distribusi dan penghargaan. 3. Wiraniaga – bonus, penghargaan, kontes, dan hadiah bagi yang memiliki kinerja terbaik. e. Orang (People) Orang merupakan sumber daya manusia yang perlu dipelihara dan dikembangkan agar dapat memberikan sumbangsih bagi perusahaan. Dalam perusahaan jasa, orang/karyawan merupakan bagian kerja dari sebuah perusahaan yang dapat memberikan pelayanan bagi konsumen. Menurut Nasution (2001 : 62), pengertian pelayanan adalah : “suatu kebijaksanaan yang diterapkan perusahaan atau perseorangan akibat dari pemasaran yang dilakukan dengan maksud konsumen/pelanggan mendapat kepuasan atas produk yang dibeli atau dikonsumsikan. f. Proses (Process) Proses menyangkut dari cara kerja perusahaan dalam memberika pelayanan kepada konsumen dalam penyediaan hidangan. Menurut Tjiptono (2000 : 146) proses adalah “Perusahaan jasa yang superior”. Proses kerja ini diawali dari konsumen masuk hingga keluar dari perusahaan. Proses kerja ini menyangkut dari kecepatan dan ketepatan kerja. Jika proses itu cepat dilakukan maka konsumen akan terpuaskan. g. Bukti Fisik (Physical evidence) Tempat atau bukti fisik adalah satu sifat marketing mix yang tidak tetap dan berubahubah. Manajemen pemasaran yang baik memberikan kepuasan kepada konsumen. Perusahaan tidak akan menjual produk yang sembarangan, ia menjual atau membeli barang produk yang bermutu dalam waktu tepat dan harga yang layak serta ditempat yang menyenangkan. 2.3.Pengertian Customer Relationship Management Di era persaingan bebas saat ini telah diramalkan bahwa hingga tiga sampai empat tahun kedepan perusahaan-perusahaan yang tengah berkembang akan mengeluarkan biaya dan tenaga lebih dalam untuk pembangunan sistem CRM. CRM memerlukan fokus yang jelas terhadap atribut suatu jasa yang dapat menghasilkan nilai yang mengesankan bagi konsumen, sehingga mereka menjadi pelanggan yang loyal. Sebagai sebuah tool system CRM merupakan alternatif yang sangat baik dalam upaya kita lebih mendekatkan diri dengan pelanggan. CRM memungkinkan kita untuk dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian bagi produk, penawaran, harga, serta promosi terhadap masing-masing pelanggannya. Hal ini membuat pelanggan merasa diperlakukan secara khusus. Dengan memberikan usaha ekstra berupa perhatian pada pelanggan (customer focus) sama besar dengan kita memberikan perhatian pada kualitas produk (product focus) maka kita akan dapat menciptakan loyalitas pelanggan yang mana dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan serta kemajuan perusahaan. Customer Relationship Management (CRM) telah berkembang menjadi paradigma bagi perusahaan dalam menciptakan kedekatan hubungan antara perusahaan dengan pelanggan. Kedekatan hubungan perusahaan dengan pelanggan dimaksudkan agar pelanggan tetap/lebih loyal, dan tetap mengkonsumsi produk atau jasa perusahaan, memerlukan setiap produk atau jasa baru yang dikeluarkan perusahaan sert meminta pemenuhan produk atau jasa yang diperlukan. Oleh sebab itu perusahaan memerlukan pasar sasaran dengan tepat mengemas produknya untuk ditawarkan kepada pelanggan dan calon pelanggan. Yagdish N Sheth (2001.26) mendefinisikan CRM sebagai berikur : ”customer relationship management is a comprehensive strategy and process of acquiring, retaining and partnering with selective customers to create superior value to for the company and the customer”. Sedangkan pengertian customer relationship management (CRM) menurut Ade Paul Lucas (2001:3), adalah “suatu aktifitas yang melibatkan seluruh sumber daya manusia untuk mempertahankan pelanggan yang ada; suatu strategi mengelola dan menjaga hubungan dengan pelanggan; suatu usaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan”. Efektivitas pemasaran. Dengan CRM, efisiensi pemasaran dicapai karena proses bekerjasama dan kolaborasi (cooperative and collaborative process) membantu dalam mengurangi biaya-biaya transaksi dan menutup mengembangkan biaya-biaya perusahaan. Dua proses penting dari CRM termasuk proaktif mengembangkan pelanggan bisnis dan membangun hubungan dengan pelangganpelanggan penting. Hal tersebut mengarah terciptanya nilai superior. Oleh karena itu relationship merupakan modal awal bagi perusahaan dalam berbisnis apapun. CRM bukanlah data basemarketing traditional. CRM memerlukan sekelompok keterampilan yang baru yang berbeda dengan paradigm direct marketing yang lama. CRM melebihi dari product selling yang kita lihat dalam internet. CRM memerlukan alat-alat baru untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Lebih lengkap menurut Kotler dan Keller (2006,144), adalah : “Process of managing detaild information about individual customer and carefully managing all customer “Touch point” to maximize customer loyalty. A customer touch point is any occasion on which a customer encounters the brand and product-from actual experience to personal or mass communications to casual observation.” CRM dapat membantu manajemen meningkatkan laba dengan menerapkan strategi yang berfokus pada pelanggan. CRM berkonsentrasi pada apa yang di nilai pelanggan (what customer values), bukanlah pada apa yang perusahaan ingin jual. Banyak kegagalan program loyalitas terjadi karena organisasi perusahaan tidak mengetahui bagaimana pelanggan memperoleh manfaat dari program tersebut. 2.3.1 Komponen Customer Relationship Management Menurut blueprint ada tiga komponen CRM yaitu (CRM, Team: 2002) : 1. Customer Customer (pelanggan) adalah segala pihak yang pernah, akan dan sedang merasakan produk jasa dan layanan yang diberikan perusahaan, baik dalam proses melihat, membeli dan pemeliharaan. Perlu di ingat bahwa tidak semua pelanggan merupakan pelanggan potensial.Dimana 80% keuntungan perusahaan diperoleh dari 20% pelanggan potensial. 2. Relationship Dalam membangun relationship (hubungan) dengan pelanggan, perusahaan haruslah memahami mata rantai yang menghubungkan perusahaan dengan pelanggannya yaitu komunikasi dua arah. Tujuan dari hubungan sejati dengan pelanggan adalah kepuasan jangka panjang yang melampaui transaksi individual. Arena hubungan mengimplikasikan loyalitas, emosi dan perasaan positif terhadap sesuatu atau seseorang. 3. Management CRM harus berfokus pada pengelolaan dan pengelolaan dan peningkatan hubungan sejati dengan pelanggan dalam jangka panjang. CRM membantu perusahaan untuk membangun pemahaman yang mendalam tentang nilai yang diperoleh dari mengembangkan hubungan yang solid dan kontribusi hubungan tersebut bagi pengembangan keunggulan kompetitif perusahaan. Lucas (2011:166), membagi Customer Relationship Management (CRM) kedalam 3 (tiga) komponen utama, yaitu: 1. Manusia, dalam hal ini adalah karyawan sebagai pelaksana Customer Relationship Management (CRM). Didalam dimensi manusia, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah seperti struktur organisasi, peran dan tanggung jawab, budaya perusahaan, prosedur dan program change management secara menyeluruh. Perusahaan tidak boleh sama sekali meremehkan pentingnya keterlibatan staf garis depan dalam membangun dan menjalankan program Customer Relationship Management (CRM). 2. Proses, yaitu sistem dan prosedur yang membantu manusia untuk lebih mengenali dan menjalinhubungan dekat dengan pelanggan. Menurut Lucas pada komponen ini ada 3 (tiga) aktivitas yang harus dilalui yaitu: a. Tahap identifikasi, ditunjukan untuk menetukan kriteria secara tepat siapa konsumen yang akan di bidik, lebih tepatnya who will almost provitable consumer. Inti dari Customer Relationship Management (CRM) pada tahap ini adalah memilah dari sekian banyak pelanggan yang ada, pelanggan mana yang paling menguntungkan. b. Tahap diferensiasi, pada tahap ini pelanggan dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Hal ini ditunjukan agar perusahaan dapat membuat strategi layanan dan memfokuskan energinya pada kelompok yang tepat. c. Tahap interaksi, yaitu timbal balik antara pelanggan dengan perusahaan sehingga perusahaan dapat mempelajari lebih lanjut dan dalam mengenai keinginan dan kebutuhan pelanggan. d. Tahap personalisasi, lebih kepada mempelajari perilaku konsumen. Konsep Customer Relationship Management (CRM) secara sederhana adalah perlakuan pelanggan yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda. Filosopi yang mendalam adalah perlakuan dengan cara seperti yang ia inginkan produk atau jasa maupun program disesuaikan dengan keadaan secara terus menerus dengan menggunakan sebuah informasi yang telah didapat sebelumnya untuk membuat barang atau jasa yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. 3. Teknologi, diperkenakan untuk lebih membantu mempercepat dan mengoptimalkan faktor manusia dan proses dalam aktivitas Customer Relationship Management (CRM) sehari-hari. Meskipun demikian, kita harus melihat terlebih dahulu struktur bisnis, prilaku konsumen, karyawan, maupun budaya kerja, karena teknologi tidak dapat memecahkan persoalan begitu saja. Perlu disadari bahwa teknogi adalah alat penunjang dalam melengkapi nilai tambah Customer Relationship Management (CRM). 2.3.2 Tujuan dan manfaat Customer Relationship Management (CRM) Tujuan CRM antara lain: 1. Mengenali pelanggan terbaik dan mempercayanya dengan meningkatkan pemahaman perusahaan akan kebutuhan sebagai individu, memenuhi harapan mereka terhadap perusahaan, dan membuat hidup mereka berubah ( Brown, Stanley A.: 2001 ) 2. Menciptakan keunggulan kompetitif secara terus menerus terhadap merek, produk, atau bahkan perusahaan yang kita miiliki dibandingkan dengan merek, produk atau perusahaan pesaing ( CRM,team: 2002). 3. Memberi pandauan kepada perusahaan dalam penggunaan teknologi dan sumber daya manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang tingkah laku dan nilai planggan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sebagai dasar untuk membangun hubungan sejati dengan pelanggan. Tujuan manajemen relasi pelanggan (Customer Relationship Management (CRM) menurut Hotler (2005:86) adalah menghasilkan equitas pelanggan (customer equity) yang tinggi. Dimana equitas pelanggan adalah total nilai seumur hidup semua pelanggan perusahaan yang di diskontokan. Yang jelas semakin setiap pelanggan, semakin tinggi equitas pelanggan. 2.3.4 Proses dari kerangka kerja Customer Relationship Management (CRM) Mempelajari hubungan pembeli dan penjual, diperlukan pengembangan model proses. Dalam kegiatan tersebut dibangun 4 (empat) tingkat atau sub proses kerangka kerja CRM, masing-masing adalah : proses formasi hubungan pelanggan (customer relationship formation process), proses pemeliharaan hubungan dan penguasaan (Relationship manajemen and govermance process), proses evaluasi untuk kerja (relational performance evaluation proses) dan proses perkembangan atau peningkatan manajemen hubungan pelanggan (CRM evolution or enhancement process) 2.3.5 Program customer relationship management Menurut Parvatiyar dan Shet dalam Vanessa gaffar (2007:43) ada tiga tipe dari program CRM yaitu: Customer types Mass marketing distributor Business and business markets Program types Continuity After marketing Continuous Special sourcing marketing loyalty program replisment ERC arrangement cross-selling Program One to one Pemission marketing Customer bisnis Key account global marketing personalization development account programs Partnering/ co- Affinity partnering co- Logistic partnering Strategic partnering marketing branding join marketing co-design codevelopment Sumber :Vanessa Gaffar, 2007, CRM dan MPR Hotel, 43, Alfabeta, Bandung 1. Program Pemasaran Berkelanjutan (Continuity Marketing Programs) Dasar dari program ini adalah untuk menjaga konsumen dan meningkatkan loyalitas dalam bentuk special servis jangka panjang yang memungkinkan terdapatnya potensial unuk meningkatkan nilai mutu. Untuk konsumen dalam pasar besar (mass market), program ini biasanya dalam bentuk keaggotaan atau membership dan program kartu loyalitas, dimana konsumen mendapatkan penghargaan dari keanggotaannya. Penghargaan ini dapat berupa hak sevis secara istimewa sampai dengan poin, diskon, dan hak pembelian silang produk. Untuk konsumen distributor, program marketing berkelanjutan dimana saja mulai dari just-intime inventory manajemen program dengan maksud mengefisienkan respon konsumen sampai dengan pesanan secara elektronik dan perencanaan sumber material (Law and Orton;1993) 2. Pemasaran Perseorangan (One to One Marketing) Pendekatan ini berdasarkan dari konsep account-based marketing. Salah satu programnya adalah memuaskan setiap kebutuhan konsumen secara unik dan individual (Peppers and Rogers; 1995) Untuk konsumen dalam pasar besar (mass markets), informasi individual setiap konsumen adalah memungkinkan untuk menekan biaya dengan menggunakan, mengembangkan teknologi informasi dan untuk menyimpan data kolektif konsumen dan produk. Dengan menggunakan alur informasi dan database interaksi konsumen, memungkinkan pemenuhan servis yang berbeda pada konsumen dalam setiap mass market. - Untuk konsumen distributor, marketing program dalam bentuk pengembangan bisnis konsumen. - Dalam pasar business-to business, program key account management banyak melibatkan konsumen dari berbagai daerah dengan skala nasional berdasarkan kebutuhan individual konsumen dan untuk konsumen dengan daerah operasi global menjadi program account management global. 3. Program Rekanan (Partnering program) Tipe ketiga dari program CRM adalah hubugan rekanan antara konsumen dan marketer dalam menyediakan kebutuhan konsumen akhir. - Untuk konsumen dalam mass-markets, ada dua jenis program rekanan yang biasa digunakan, yaitu co-branding. Dan daya tarik rekanan (affinity partnering). Dalam co-branding, marketer menggabungkan sumber dan kemampuan mereka untuk ditawarkan melalui produk lanjutan dan servis untuk konsumen mass-market. Affinity program sama halnya dengan co branding kecuali marketer tidak membuat produk baru untuk strategi yang telah disetujui. - Untuk konsumen distributor, rekanan dalam logistik dan kerjasama marketing mendukung untuk terciptanya implementasi dari program rekanan. - Dalam pasar business to business, program rekanan melibatkan co-design, codevelopment. 2.3.6 Model aplikasi dari pengetahuan Manajemen Customer Relationship Management Fokus pengelolaan melalui CRM untuk mendapatkan hasil yang optimal dan realistis, maka perlu dilakukan pemilihan focus kegiatan dengan model aplikasi CRM. Berdasarkan jurnal Li-shing HO dan Chen-Chia Chuang (2006;5) fokus kegiatan CRM itu sendiri terdiri dari : 1. Mendirikan layanan mekanisme servis yang baik (establishing a good customers service management mechanism) Yaitu penyedia segala kebutuhan konsumen, dimana penyediaan servis ini baik terhubung secara langsung dengan produk yang dihasilkan perusahaan maupun tidak. Servis ini meliputi servis sebelum penjualan (pre-sales service) sepert intalasi peralatan, peningkatan nilai dan servis setelah penjualan (after sales service) seperti konsumen service perawatan dan perbaikan produk, dll. 2. Membangun sistem servis konsumen (constructing the customer service system) Dengan penerapan CRM, membangun sistem servis sangat penting dan dibutuhkan oleh perusahaan guna menigkatkan kepuasan pelanggan dan keuntungan yang kontinyu. Adapun jenis servisnya, yaitu : a. Servis sebelum penjualan (pre-sales service) Pada kenyataannya, service terhadap konsumen yang melakukan pembelian dimulai saat pembelian itu belum dilakukan. Karena perhatian perusahaan membangun citra perusahaannya itu sendiri dan citra produk, survey keinginan pasar, desain dan pengembangan produk dan mempertahankan hubungan yang baik dengan konsumen. Perusahaan menjaga hubungan bisnisnya terutama dengan pelanggan lamanya dan membangun data dari para pelanggannya sebagai jalan untuk memahami tren pasar sebelum mereka melakukan pembelian. b. Titik servis penjualan (point of sales service) Servis ini dapat meningkatkan penjualan karena dengan kata lain konsumen dapat berinteraksi dengan perusahaaan. Tipe dari servis ini adalah layanan personal karena servis ini dapat memberikan pengetahuan mengenai produk dan pemenuhan kebutuhan konsumen secara langsung. Personil perusahaan dituntut untuk memiliki tingkah laku yang baik dan professional sebagai tenaga penjual yang baik dan perusahaan harus dapat menyelenggarakan program pelatihan membuat kantor penjualan. c. Servis setelah penjualan (After Sales) Servis ini meliputi perbaikan dan perawatan setelah penjualan kepada konsumen.Menanggapi keluhan konsumen dan penyelidikan terhadap operasional perusahaan. Service yang baik/unggul tidak hanya mengurangi ketidakpuasan konsumen trhadap produk tetapi juga sebagai penjaga dari loyalitas konsumen terhadap produk dan pada saat bersamaan dapat meningkatkan servis setelah penjualan yang baik perusahaan harus dapat mendesain sebaik mungkin dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dari setiap departemen. d. Desain servis (servis Design) Desain servis itu sendiri harus dapat berguna bagi desain produk dimasa yang akan dating. Pada saat yang bersamaan intalasi harus dapat konsisten dengan karakter produk dan servisnya. 3. Mengatur Operasional Servis Setelah Penjualan (Managing after service operations) Ketidakpuasan pelanggan merupakan hilangnya pelanggan potensial bagi perusahaan terlebih lagi saat ini merupakan era teknologi internet.Informasi negative tentang produk dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi bisnis perusahaan. Faktor lain untuk menjaga loyalitas pelanggan adalah dengan servis yang unggul. Servis ini dapat berupa : A. Manajemen kepastian kepuasan (satisfaction ascertainment management) Tujuan utama dari servis ini adalah menjamin bahwa servis yang diberikan lengkap dan pada saat yang bersamaan untuk membuat konsumen lebih dihormati dan dihargai sehingga tercipta loyalitas yang kuat. Sikap proaktif dari perusahaan merupakan jalan utamanya, hal ini berupa : 1. Respon kuisioner product ( product questionnaire responses) Yaitu pemberian pertanyaan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, dimana feed back yang dihasilkan merupakan data bagi perusahaan untuk tujuan pengembangan produk. 2. Pengiriman surat pengakuan (Mailing of acknowledgement Latters) Yaitu pengiriman surat terhadap konsumen dengan tujuan membangun loyalitas dan mengembangkan jaringan konsumen untuk produk dan perusahaan, dan pada saat yang bersamaan untuk membuka peluang penjualan yang lain. 3. Verifikasi dengan telepon (Telephone verification work) Yaitu melakukan hubungan dengan konsumen secara langsung melalui telepon. 4. Kunjungan tenaga penjualan (personal sales calls) Tindakan yang paling utama yaitu salah satu karyawan melakukan hubungan dengan menelepon konsumen untuk mengetahui dan memahami kondisi konsumen. Dengan bertatapan muka secara langsung dapat memuaskan pelanggan dan juga menyelesaikan keluhan secara tepat. A. Mengelola keluhan konsumen (customer complaint management) dalam masalah mengelola keluhan pelanggan, perusahaan seharusnya mempunyai panduan untuk menghadapi pelanggan dan melakukan keluhan setelah penjualan, guna meningkatkan loyalitas. Adapun pengaduannya, yaitu : 1. Memenangkan keadaan konsumen (pacity customer mood) 2. Memperlakukan setiap masalah dengan cepat (treat every matter as urgent) 3. Menjadi simpatik dan pengertian (be simpatic and understanding) 4. Pemberian pengganti (deliver compensatory meansures) 5. Menindak lanjuti setiap hasil servis (follow up result of each service) Implementasi yang efektif dari CRM membutuhkan sistem jalur informasi yang sama di setiap unit. Perangkat hubungan antar database, penyimpanan dan pengelolaan data sangatlah berguna bagi sistem CRM dan pengambilan keputusan. Dalam pengimplementasian CRM harus didukung dengan solusi yang interaktif untuk keuntungan dan analisis pelanggan, segmentasi pelanggan, keinginan yang berkelanjutan, perencanaan keuangan, peluang manajemen, kontak manajemen, komunikasi pemasaran yang terintergrasi, strategi penanganan konsumen, dan pemecahan masalah pelanggan (Parvatiar and Shet; 2001) Definisi yang lain pada Peelen (2005, p4) menyebutkan bahwa CRM adalah sebuah proses yang meliputi semua aspek dalam mengidentifikasi pelanggan, menciptakan pengetahuan tentang pelanggan, membangun hubungan dengan pelanggan, dan membentuk pendapat pelanggan tentang organisasi dan produknya. Menurut Peelen (2005,p4 ), di dalam definisi ini tidak dibahas mengenai peran teknologi dalam CRM. Definisi ini lebih memperhatikan pelanggan dan sasaran yang ingin diraih (vis- a- vis the customer). 2.4 Perguruan Tinggi Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah banyaknya jumlah yang dibarengi dengan mutu sumber daya manusia yang berpendidikan, yang berarti adanya kemampuan suatu bangsa dalam menghasilkan inovasi dan atau pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta penerapannya untuk menyelesaikan berbagai masalah. Salah satu lembaga yang diberi tugas untuk menghasilkan sumberdaya manusia untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni adalah perguruan tinggi. Akan tetapi melihat daya tampung dan jumlah peminat yang tidak seimbang, maka peranan masyarakat menjadi sangat dibutuhkan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 8 yang berbunyi: “Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan”. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan terlihat dari banyaknya masyarakat yang mendirikan perguruan tinggi swasta untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.” Universitas Widyatama menjadi universitas yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang profesional dibidangnya dan dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam lingkungan global merupakan visi yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar maupun dalam pelayanan terhadap mahasiswanya. Menyelenggarakan program pendidikan yang menunjang pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pelaksana kegiatan belajar mengajar dan penelitian yang efektif dan efisien untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif juga mengupayakan keterkaitan dan relevansi seluruh kegiatan akademis dan pembentukan manusia berbudi luhur untuk melakukan kerjasama dan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri agar proses pembelajaran selalu mutakhir merupakan misi yang dijunjung tinggi oleh Universitas Widyatama dalam setiap pelaksanaan belajarmengajar maupun dalam pelayanan terhadap mahasiswa. 2.5 Citra perguruan tinggi Kotlerdan Fox yang dikutip oleh Sutisna (2002:83) menerangkan definisi mengenai citra: “Citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek.” Menurut Sutisna dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran” (2002:83): “Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu.” Seperti yang dikemukakan Bernstein dalam Sutisna (2002:85), Image adalah realitas. Oleh karena itu, program pengembangan dan perbaikan citra perguruan tinggi harus didasarkan pada realitas.Jika citra tidak sesuai dengan realitas dan kinerja kita baik, itu adalah kesalahan kita dalam berkomunikasi.Sebaliknya, jika citra sesuai dengan realitas dan merefleksikan kinerja kita yang kurang baik, itu berarti kesalahan kita dalam mengelola organisasi. Citra adalah realitas. Oleh karena itu, jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Periklanan yang tidak didasarkan pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi daripada kenyataan yang dirasakan. Akibatnya, ketidakpuasan akan muncul dan akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk. Jika masalah citra perguruan tinggi adalah problem yang nyata, hanya tindakan nyata yang dapat menolong. Masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan kinerja organisasi yaitu kualitas teknis atau fungsional yang sebenarnya menyebabkan masalah citra. Penting disadari bahwa citra itu ada dalam realitas. Citra bukan apa yang dikomunikasikan, jika citra yang dikomunikasikan tidak sesuai dengan realitas. Komunikasi organisasi yang dirasakan tidak dipercaya, akan merusak citra bahkan mungkin lebih parah lagi. Jika terdapat masalah citra, manajemen harus menganalisis sifat-sifat masalah secara keseluruhan sebelum melakukan tindakan. 2.5.1 Citra Perusahaan Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada publik sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkannya pada objek dan mendorong prioritas pelaksanaan. Yang di kutip dalam jurnal Citra perusahaan oleh Iman Mulyana Dwi Suwandi (2007:2) mengemukakan “Citra adalah total presepsi terhadap suatu objek yang di bentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu”. Citra didefinisikan oleh Buchari Alma (2009 :317) “Citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu”. Karakteristik dari jasa yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dipisah-pisahkan, berbedabeda, dan cepat rusak merupakan faktor yang membedakan pengolahan dan produk dan pengolahan jasa. Citra suatu perusahaan (Corporate Image) yang meliputi namabaik perusahaan, reputasi, ataupun keahlian merupakan faktor yang seting mempengaruhi keputusan pembeli pada sektor jasa dibandingkan dengan sektor produk. Membina dan mempertahankan suatu citra yang kuat sangat penting artinya bagi suatu organisasi jasa jika ingin menarik konsumen dan mempertahankan loyalitasnya (Jasfar,2005:183) yang dikutip dalam tesis pengaruh presepsi pelanggan atas citra perusahaan dan nilai pelanggan PT. SGS Indonesia (Sebuah Studi pada Perusahaan Jasa sertifikat dalam Konteks B2B) yang disusun oleh Bambang suryalaksana (2006:33), citra perusahaan merupakan opini keseluruhan atau opini global dari pelanggan terhadap perusahaan atau organisasi. Pelanggan akan cenderung loyal ketika dia berfikir bahwa citra perusahaan tersebut tinggi. “Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan”. Menurut Lawrance L. steinmetz yang dikutip oleh Siswanto Sutojo (2004 : 1) “Citra adalah pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukan kesan suatu objek terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpercaya. Besarnya kepercayaan objek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung. Citra perguruan tinggi menunjukan kesan objek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber infornasi terpercaya. Dalam penelitian Lewis (2006) yang di kuip dalam penelitian Bambang Suryalaksana (2006 : 33) corporate image diukur melalui indikator : Fulfills the promise that it make to its customers (pemenuhan janji) Good reputation (reputasi yang baik) Better image than competittors (citra lebih baik dari pesaing) Contributing to society (memberikan kontribusi kepada mamsyarakat) Sementara itu dalam penelitian Cleopatra (2004), yang dikutip dalam penelitian Bambang suryalaksana (2006 : 33) corporate image diukur melalui hal-hal berikut : Prodive courteous and friendly services (penyedia jasa memberikan tingkat kesopanan dan pelayanan yang bersahabat) A good impression (tingkat kesan yang baik secara keeluruhan) Sedangkan menurut Siswanto Sutojo (2004 : 3) mengemukakan citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut : 1. daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (mid and long term sustainable competitive position), 2. menjadi perisai selama masa krisis (an insurance for adverse times), 3. menjadi daya tarik eksekutif handal (attracting the best executives available), 4. meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (increasing the effectiveness of marketing instruments), 5. penghematan biaya operasional (cost savings) Menurut Rhenald kasali (2003:30) yang dikutip dalam Jurnal Citra Perusahaan oleh Iman Mulyana Dwi Suwandi (2007:2) mengemukakan “citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang di dalamnya terus mengembangkan kreativitas bahwa memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain”. Buchari Alma (2009:318) menegaskan bahwa “citra dibentuk berdasarkan impresi, berdasar pengalaman yang dialami sesorang terhadap sesuatu sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan”. Sedangkan pentingnya citra perusahaan dalam pandangan dan mengatakan bahwa “…citra atau merek perusahaan yang baik merupakan keunggulan bersaing yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen”. Perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah mempunyai pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang diawali adanya keputusan pembelian. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra perusahaan yang baik penting sebagai sumber daya internal objek dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan. Proses terbentuknya citra perusaaan menurut Hawkins et all diperhatikan pada gambar : Image Attention Exposure Comprehensive Behavior GAMBAR 2.1 Proses terbentuknya citra perusahaan Sumber :Hawkins et all (2000) Consumer Behavior : Building Market Strategy Berdasarkan gambar prosesnyaterbentuknya citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan. Pertama, objek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian objek memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada objek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku objek sasaran dalam hubungan dengan perasaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap.Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran. Rhenald Kasali mengemukakan, “pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna “ (2003:28). Menurut Shierly Harrison (1995:71) informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut : 1. Personality keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya. 2. Reputation Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri ataupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank. 3. Value Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan. Karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan. 4. Corporate identity Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan. Dapat dipahami efektifitas upaya perusahaan dalam komunikasinya dengan publik sasaran yang membentuk citra perusahaan yang penting berisi empat elemen yang dikemukakan. 2.5.2 Citra Merek Sutisna (2002:83) dalam bukunya yang berjudul “Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran”, menjelaskan definisi dari citra merek: ”Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.” Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai suatu merek dan persepsi konsumen terhadap merek tersebut. Rod Davey dan Anthony Jacks (2003:40) juga mengemukakan definisi mengenai citra merek: “Citra merek adalah cara pelanggan melihat jangkauan produk keseluruhan, atau bahkan produk tunggal, yang berkaitan dengan mereka sendiri. Citra biasanya yang paling kuat pada barang bergengsi dan bernilai tinggi, ketika usaha ekstra dengan pembedaan produk menghasilkan profit ekstra.” 2.5.3 Dimensi Citra Perguruan Tinggi Agar perusahaan dapat memiliki citra merek yang baik, maka perusahaan harus memahami, mengeksplorasi, dan memanfaatkan unsur-unsur yang membentuk citra merek perusahaan. Menurut Gary Hamel dan CK Prahalad yang dikemukakan oleh Kartajaya (2000:480), terdapat beberapa tingkatan merek: 1. Recognition; Tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal, maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah. 2. Reputation; Tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti memiliki track record yang baik. 3. Affinity; Suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan produk dengan memiliki persepsi kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik. 4. Loyalty; Mengenai seberapa besar kesetiaan konsumen yang menggunakan merek bersangkutan. 2.6 Loyalitas 2.6.1 PengertianLoyalitas Perusahaan tidak dapat bertahan jika hanya dengan menarik perhatian pelanggan baru karena lingkungan sangat cepat berubah. Salah satu cara untuk terus bertahan dalam persaingan adalah dengan membangun hubungan jangka panjang dengan stake holders. Menurut Alrubaiee (2008) tantangan yang dihadapi semua pelaku pasar adalah meningkatkan loyalitas pelanggan (customer loyalty). Kutipan Siddiqi (2011) dari Walsh (2005) menyebutkan bahwa lebih baik untuk menjaga pelanggan yang sudah ada daripada memperoleh pelanggan baru. Loyalitas merupakan suatu konsep yang sangat penting di dalam strategi pemasaran, khususnya dalam kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tapi tingkat persaingan ketat. Banyak perusahaan menyadari bahwa kegiatan mempertahankan pelanggan lebih memberikan keuntungan dibandingkan jika perusahaanharus menarik pelanggan baru lagi. Orientasi jangka panjang yang menekankan komitmen pada pelanggan menjadi hal yang amat penting dan harus diperhatikan oleh perusahaan. Loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang terhadap suatu objek. Loyalitas menggambarkan kesediaan pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa secara berulang-ulang dan secara eksklusif, dan dengan sukarela merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada konsumenlain (Lovelock dan Wright, 2005:133). Definisi loyalitas tersebut berdasarkan pada dua pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Dalam pendekatan perilaku, perlu dibedakan antara loyalitas dan perilaku beli ulang. Perilaku beli ulang dapat diartikan sebagai perilaku pelanggan yang hanya membeli suatu produk atau jasa secara berulang-ulang, tanpa menyertakan aspek perasaan dan pemilikan di dalamnya. Sebaliknya loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada suatu produk atau jasa, yang berarti bahwa aspek sikap tercakup di dalamnya. Loyalitas seperti ini yang diharapkan terdapat pada setiap mahasiswa melalui penerapan relationship marketing dari Universitas Widyatama Bandung. Loyalitas dapat dikembangkan sepanjang waktu jika parameter untuk hubungan direncanakan dan diterapkan dengan benar, dimana loyalitas merupakan respon perilaku, diekspresikan dalam jangka waktu yang panjang, dan menghasilkan komitmen. Loyalitas dapat memberikan jaminan masa depan perusahaan yang lebih baik. Hubungan yang dekat dan berlangsung lama dengan para konsumen biasanyamenunjukan adanya pengurangan biaya layanan, dikarenakan pengetahuan perusahaan mengenai kebutuhan-kebutuhan pelanggan semakin bertambah, sehingga perusahaan pada akhirnya mampu untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada biaya yang lebih rendah loyalitas dapat berwujud dalam hambatan untuk berpindah produkatau jasa, keinginan untuk merekomendasikan kepada orang lain, komentar yang baik dalam komunikasi word of mouth, kemauan mendorong orang lain untuk berbisnis dengan perusahaan yang bersangkutan, dan kemauan membeli kembali. Loyalitas pelanggan tersebut disebabkan adanya hambatan perpindahan (switching barrier) yang besar. Disamping itu, loyalitas pelanggan juga dapat timbul karena pelanggan puas terhadap suatu barang atau jasa, sehingga ada kecenderungan untuk melanjutkan hubungan tersebut. Dalam penelitian ini loyalitas ditunjukan melalui hambatan untuk berpindah ke pesaing, keinginan untuk merekomendasikan kepada orang lain, komentar yang baik, dan mendorong orang lain agar mau berbisnis atau kegiatan yang saling menguntungkan dengan Universitas Widyatama Bandung. Loyalitas terjadi ketika seorang seorang individu mempunyai ketertarikan dalam menjaga hubungan yang dekat, biasanya merupakan hasil dari serangkaian pengalaman positif di masa lalu. Pengalaman ini dapat berupa hal yang berwujud (tangible), misalnya kualitas produk, kemudahan penggunaan layanan yang efektif. Kemudian yang tidak berwujud (intangible), misalnya komunikasi yang penuh kehangatan, citra perusahaan yang dapat dipercaya (Lovelock dan Wright, 2005). Salah satu faktor penting dalam membangun loyalitas adalah niat mendukung produk atau jasa dengan melakukan rekomendasi yang positif (positive word of mouth communication) berdasarkan pengalamannya. Loyalitas sangat diperlukan agar perusaahaan dapat bertahan hidup, dalam hal ini loyalitas mahasiswa ditunjukan dengan komunikasi yang tetap terjaga dengan baik dan perilaku mahasiswa dalam melakukan word of mouth kepada rekannya dalam merekomendasikan Universitas Widyatama Bandung sebagai pilihan yang tepat untuk melanjutkan pendidikannya. Oliver (1999) menyatakan bahwa loyalitas berkembang mengikuti empat tahapan, yaitu : 1. Tahap pertama yaitu loyalitas kognitif dimana pelanggan menggunakan informasi keunggulan suatu produk atau jasa atas produk atau jasa lainnya. Loyalitas kognitif didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya,manfaat, dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak baik, pelanggan akan mudah pindah ke produk lain. 2. Tahap kedua yaitu loyalitas afektif dimana sikap merupakan fungsi dari kognisi pada periode awal pembelian (masa sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah dengan kepuasan di periode berikutnya (masa setelah konsumsi). Munculnya loyalitas afektif didorong oleh faktor kepuasan yang menimbulkan kesukaan dan menjadi objek sebagai preferensi. Kepuasan pelanggan berkorelasi tinggi dengan niat pembelian ulang di waktu mendatang. 3. Tahap ketiga yaitu loyalitas konatif yang menunjukan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu. Niat merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa sebelum konsumsi) dan sikap pada masa mendatang setelah konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu loyalitas yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. 4. Tahap keempat yaitu loyalitas tindakan, aspek konatif atau niat untuk melakukan, berkembang menjadi perilaku dan tindakan. Niat yang diikuti oleh motivasi, merupakan kondisi yang mengarah pada kesiapan bertindak dan keinginan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan tindakan tersebut. Pelanggan yang terintegrasi penuh pada tahap loyalitas tindakan dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang rendah tingkat kerentanannya untuk berpindah ke produk lain. Loyalitas adalah suatu komitmen yang dipegang teguh untuk kembali membei atau berlangganan suatu produk atau jasa yang disukai secara terus-menerus di masa mendatang,dengan demikian menimbulkan pembelian dengan sama merek atau sama jenis. Menurut Ahmad Mardalis yang dikutip dari jurnal eprints dengan judul meraih loyalitas pelanggan mengatakan bahwa loyalitas pelanggan perlu diperoleh karena pelanggan yang setia akan aktif berpromosi, memberikan rekomendasi, dan menjadikan produk sebagai pilihan utama dan tidak berpindah. Berdasarkan pendapat Griffiin (2005) yang dikutip oleh Setiawan (2011;24), Loyalitas pelanggan adalah merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan, dibandingkan dengan kepuasan pelanggan. Ada beberapa sudut pandang loyalitas pelanggan, yaitu kesetiaan pada merek, toko, dan perusahaan. Beberapa pelanggan bisa saja setia pada beberapa merek dari produk tertentu atau setia pada satu merek sementara terkadang membeli dari merek lain. Ada juga pelanggan yang tidak menunjukan loyalitas pada merek apapun, mereka membeli ketika produk ada atau mereka membeli apapun yang dijual tanpa memperhatikan merek. Salah satu tolak ukur loyalitas pelanggan dicerminkan oleh frekuensi pembelian ulang. Semakin tinggi frekuensi pembelian ulang seorang pelanggan menunjukkan semakin tingginya tingkat loyalitas pelanggan tersebut. Saat ini, sebagian besar perusahaan terkemuka mengembangkan loyalitas pelanggan dan program retensi. Selain menawarkan nilai tinggi secara konsisten dan kepuasan, pemasar dapat menggunakan alat pemasaran khusus untuk mengembangkan ikatan kuat dengan konsumen. Studi menunjukkan perbedaan besar dalam loyalitas pelanggan yang kurang puas, cukup puas, dan benar-benar puas. Bahkan sedikit penurunan dari citra perguruan tinggi yang dapat menciptakan sebuah penurunan besar dalam loyalitas. 2.6.2 Dimensi Loyalitas Dalam menjalankan bisnis, perusahaan besar sekalipun dapat melakukan kesalahan kecil yang mungkin merupakan tanggung jawab pelanggan. Setiap masalah serupa yang terjadi akan membangun hubungan dengan pelanggan. Jika perusahaan dapat menangani masalah dengan tepat maka pelanggan akan lebih setia karena perusahaan menunjukan keseriusannya dalam hal kepuasan pelanggan. Dan juga sebaliknya jika perusahaan tidak menangani masalah dengan tepat, akan menimbulkan akibat yang lebih buruk. Walsh (2005) dalam kutipan Siddiqi (2011) menyatakan keuntungan dari loyalitas pelanggan adalah: 1. Biaya pelayanan untuk pelanggan setia lebih sedikit dari pelanggan baru. 2. Pelanggan yang setia akan membayar biaya yang lebih tinggi untuk produk yang diinginkannya. 3. Bagi perusahaan, pelanggan yang setia akan menjadi agen mulut-ke-mulut. Terdapat empat macam dimensi loyalitas konsumen menurut Griffin, yaitu: Makes regular repeat purchases: Rata-rata pembelian ulang, - Membeli ulang produk atau jasa dengan banyak - Membeli jasa atau produk tambahan Purchases across product and service lines: membeli produk dan pelayanan yang sama, - Membeli produk atau jasa pada perusahaan yang sama. Refers others: memberi rekomendasi atau mempromosikan produk kepada orang lain. - Merekomendasikan penyedia jasa atau produk kepada orang lain - Menyampaikan hal positif ke orang lain Demonstrates immunity to the pull of the competition: menunjukkan kekebalan (akan produk yang dimaksud) dalam persaingan, - Mendemonstrasikan keunggulan produk - Menguji jasa layanan atau produk yang lain Tahap pertumbuhan loyalitas pelanggan menurut Griffin (2002; p35) menyatakan bahwa tingkat loyalitas terdiri dari : 1. Suspect, meliputi orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan. 2. Prospect, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu, dan mempunyai keyakinan untuk membelinya. 3. Disqulified Prospect, adalah prospect yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mengkonsumsi. 4. First Time Customers, adalah konsumen yang membeli untuk pertama kalinya. 5. Repeat Customers, adalah konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk. 6. Clients, adalah pembeli semua barang atau jasa yang mereka butuhkan dan ditawarkan perusahaan, mereka membeli secara teratur. 7. Advocates, membeli seluruh barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhannya serta melakukan pembelian secara teratur sebagai tambahan mereka mendorong orang lain untuk membeli barang atau jasa tersebut. 2.6.3 Komponen Loyalitas Menurut Zeithaml et. al. (1996) tujuan akhir keberhasilan perusahaan menjalin hubungan relasi dengan pelanggannya adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat. Dengan dimensi pembelian lini produk, dan referensi maka indikator dari loyalitas yang kuat adalah: 1. Say positive things, adalah mengatakan hal yang positif tentang produk yang telah diterima. 2. Recommend friend, adalah merekomendasikan produk yang telah diterima kepada teman atau orang lain. 2.7 Hubungan Antar Variabel 2.7.1 Hubungan Customer Relationship Management (X1) dengan loyalitas Mahasiswa (Y) Hubungan yang baik pada pelanggan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan perusahaannya dalam industri. Ketika perusahaan dalam mempertahankan perusahaannya dalam industri. Ketika perusahaan telah berkomitmen untuk mempertahankan pelanggan melalui pelayanan pelanggan yang istimewa dan mendorong terciptanya hubungan pelanggan sejati, dimana komitmen tersebut membutuhkan biaya terkait dengan daya tarik karyawan, ketahanan dan training, seperti juga biaya untuk menyediakan elemen-elemen dari total penawaran yang dinilai oleh pelanggan (Barnes, 2003;59). Dalam kegiatan bisnis, hal yang paling penting bukan hanya proses transaksi atau proses pemindahan pemikiran barang dan jasa, tetapi juga membangun interaksi dengan konsumen untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dalam proses transaksi tersebut. Seperti yang sudah diketahui, perilaku ramah dalam interaksi layanan meningkatkan keberhasilan bisnis. Untuk itu perlu adanya penetapan Customer Relationship Management (CRM). Dalam penelitiannya, longet al. (2013) mengutip pendapat penting dari Bhattacharya (2011), bahwa: “CRM is implemented in an organization to reduce cost and increasecompany performance, which means profitability result through customer loyality”. Hal tersebut jelas menunjukan dengan adanya penerapan customer relationship management, selain mampu mengurangi biaya dan kenaikan loyalitas konsumen, juga mampu menciptakan pelanggan yang loyal. Yahya (2011:88) mengungkapkan, telah banyak penelitian yang memperhatikan bahwa hubungan antara dimensi customer relationship managements secara parsial dan simultan dengan loyalitas pelanggan cukup signifikan. Selain hubungan secara positif, dampak atau pengaruh customer relationship management pada loyalitas pelanggan terbukti positif. Artinya semakin baik implementasi customer relationship management dalam suatu unit usaha, maka berdampak positif dalam loyalitas pelanggan. 2.7.2 Hubungan Citra Perguruan Tinggi (X2) dengan Loyalitas Mahasiswa (Y) Perusahaan harus mampu untuk melakukan pelayanan yang lebih terbaik kepada pelanggannya. Perusahaan harus mampu untuk memahami apa yang diinginkan konsumen sehingga konsumen tahu dan bisa menilai dari apa yang kita jual. Customer Relationship Management adalah alat bantu dalam berkomunikasi, pelanggan pada dasarnya ingin diperlakukan secara berbeda, karena pelayanan yang memuaskan akan membuat konsumen menjadi loyal. Loyalitas terbentuk dari pengalaman konsumen (Costabile, 2002). Pengalaman merupakan hasil dari psikologis pelangganan dan tercipta apabila ada keterlibatan pelanggan selama proses pra pembelian maupun pada saat pembelian baik dalam bentuk dorongan motivasi maupun bentuk bentuk dorongan motivasi maupun multidimensional (Ferrinadewi,2005) Customer Relationship Management berguna untuk mendapatkan data-data konsumen (database costumer) yang digunakan untuk mengetahui informasi tentang pelanggan kita. Dengan konsumen kita dapat mengetahui informasi apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Perusahaan menerapkan Customer Relationship Management yang salah satunya yaitu dengan menerapkan program-program kesetiaan, misalnya kupon berhadiah, doorprize, club card dan lainnya. Tujuan dari diadakannya program kesetiaan ini adalah untuk memelihara loyalitas pelanggan. Menurut M. Wahab (Manajemen;2002:34), bahwa loyalitas pelanggan akan kita dapatkan dengen melangsungkan hubungan dengan konsumen, berkomunikasi dan berkoordinasi secara langsung dengan mereka. Inti dari Customer Relationship Management bukan hanya melayani, tapi karena perusahaan memiliki data konsumen, maka perusahaan harus melayani, tapi karena perusahaan memiliki data konsumen, maka perusahaan harus melayani dengan lebih baik, sehingga konsumen akan loyal. a.Kerangka pemikiran dan Hipotesis 2.8.1 Kerangka pemikiran Customer Relationship Management merupakan pendekatan bagi perusahaan untuk mengidentifikasikan, memikat, memperoleh, mempertahankan pelanggan melalui seperangkat sumber daya yang terintegrasi. Perkembangan teknologi pada akhirnya dapat mengkombinasikan tujuan perusahaan yang berbasis industri dengan CRM melalui berbagai aplikasi berbasis web yang dapat menunjang kegiatan service, sales, dan marketing produk suku cadang untuk mendapatkan konsumen secara bebas dan mudah dengan prinsip penekanan biaya. Yagdish N Sheth (2001 : 6) mendefinisikan CRM sebagai berikut : “Customer Relationship Management is a comprehensive strategy and process of acquiring, retaining and partnering with selective customers to create superior value for the company and the customer”. Melengkapi definisi diatas, CRM bertujuan memperbaiki produktivitas pemasaran. Produktivitas pemasaran tercapai dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran. Dengan CRM, efisiensi pemasaran dicapai karena proses kerjasama dan kolaborasi (cooperative and collaborative process) membantu dalam mengurangi biaya-biaya transaksi dan menutup mengembangkan biaya- biaya perusahaan. Dua proses penting dari CRM termasuk proaktif mengembangkan pelanggan bisnis dan membangun hubungan dengan pelanggan-pelanggan penting. Hal tersebut mengarah terciptanya nilai superior. Oleh karena itu relationship merupakan modal awal bagi perusahaan dalam berbisnis apapun. Banyak perusahaan berfokus pada kepuasan tinggi karena banyak pelanggan yang tidak merasa puas, mudah berubah pikiran bila mendapat tawaran yang lebih baik. Produk merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang menjadi fokus utama konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Kualitas Produk yang baik membuat konsumen yakin untuk memilih suatu produk yang dianggap sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Dengan kualitas produk yang baik diharapkan akan menciptakan kepuasan konsumen dan menjadikan konsumen yang loyal. Tjiptono (2001:111) mendefinisikan loyalitas sebagai berikut: Loyalitas adalah situasai dimana konsumen bersifat positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Untuk menumbuhkan konsumen yang loyal Griffin (2005:35) mengemukakan tahap-tahap untuk mencapai konsumen yang loyal,yaitu: a. Tahap satu: suspect. Tersangka (suspect) adalah orang yang membutuhkan yang mungkin membeli produk atau jasa anda. Kita menyebutnya tersangka karena kita masih belum cukup yakin. b. Tahap dua: prospek. Prospek adalah orang yang membutuhkan produk dan jasa anda dan memiliki kemampuan membeli. Meskipun prospek belum membeli dari anda, ia mungkin telah mendengar tentang anda, atau ada seseorang yang merekomendasikan anda kepadanya. Prospek mungkin tahu siapa anda, dimana anda, dan apa yang anda jual, tetapi mereka belum membeli dari anda. c. Tahap tiga: prospek yang dikualifikasi. Prospek yang dikualifikasi adalah prospek yang telah cukup anda pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memeiliki kemampuan membeli produk anda. d. Tahap empat: pelanggan pertama kali adalah orang yang telah membeli dari anda satu kali. Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan anda dan sekaligus pelanggan pesaing anda. e. Tahap lima: pelanggan berulang. Pelanggan berulang adalah orang-orang yang tealh membeli dari anda dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah mereka telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk atau jasa yang berbeda pada dua kesempatan lebih. f. Tahap enam: klien. Klien membeli apapun yang anda jual dan yang dapat ia gunakan serat membelinya secara teratur. Tetapi, penganjur juga pendorong orang lain untuk membeli dari anda. Anda memeliki hubungan yang kuat dan berlanjut, yang menjadikannya kebal terhadap tarikan pesaing. g. Tahap tujuh: penganjur (advocate). Seperti klien, pendukung membeli apapun yang anda jual dan dapat ia gunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi, penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli dari anda. Ia membicarakan anda, melakukan pemasaran bagi anda, dan membawa pelanggan kepada anda. Tabel 2.1 Penelitian terdahulu Jenis No Penulis Judul Hasil penelitian tempat variabel tujuan penelitian 1. Noor CRM dalam - Implementasi CRM pada Bank Bank 1. Untuk menjelaskan Eksplanato Variabel CRM Richa Eka Mewujudkan Jatim mampu memberi kontribusi Jatim pengaruh CRM terhadap ry research (X) yang Maulidiah Kepuasan cukup besar dalam menciptakan Cabang kepuasan nasabah Bank Nasabah dan kepuasan nasabah dan loyalitas Malang Jatim baik secara parsial Dampaknya nasabah meskipun terdapat maupun simultan. 2. terhadap variabel yang perlu mendapat Untuk menjelaskan Loyalitas perhatian. - Didapatkan hubungan pengaruh CRM terhadap Nasabah dan pengaruh yang signifikan Loyalitas nasabah Bank Produ sebagai (Studi pada antara variabel dalam konsep Jatim baik secara parsial proses (X2), Nasabah Bank CRM terhadap loyalitas nasabah maupun simultan. 3. Tanggung Jatim Cabang dan hasil pengujian mampu Untuk menjelaskan jawab Malang). menunjukkan sifat hubungan pengaruh kepuasan Variabel bebas dan variabel nasabah terhadap terikat adalah kuat hasil pengujian loyalitas nasabah Bank menunjukkan kepuasan nasabah Jatim. terdiri dari Proses menciptakan nilai (X1), perusahan (X3), Loyalitas (Y), dan kepuasan sebagai variabel bebas mampu nasabah (Z). menunjukkan hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas nasabah. 2. Hakikatu Pengaruh - Variabel ekuitas merek tidak PT.Telk 1.Untuk mengetahui Penelitian variabel CRM n Nurun CRM berpengaruh secara signifikan om seberapa besar ekuitas kuantitatif (X) yang Viani terhadap terhadap loyalitas pelanggan, - Kandat pelanggan loyalitas variabel ekuitas relasional sangat el mempengaruhi loyalitas pelanggan berpengaruh secara signifikan. cabang pelanggan. 2.Untuk (Studi pada Malang mengetahui variabel PT.Telkom ). CRM (ekuitas nilai, terdiri dari ekuitas nilai (X1), merek (X2), Kandatel merek, relasional) relasional (X3) cabang manakah yang dan loyalitas Malang). berpengaruh paling pelanggan (Y) dominant terhadap loyalitas pelanggan. 3. Siti Sri Pengaruh 1. Berdasarkan hasil analisis BPRS 3. Untuk menganalisis Penelitian variabel Winarti Customer secara simultan variabel customer Bumi variabel Customer kuantitatif Customer Relationship relationship management Rinjani Relationship management berpengaruh signifikan terhadap Batu Jl. Management yang terdiri terhadap pertahanan nasabah (Y) di BPRS Dewi dari ekuitas nilai (X1), Nasabah di Bumi Rinjani Batu (Y). Hal ini Sartika ekuitas merek (X2), BPRS Bumi dapat dilihat dari F hitung sebesar No. 10 ekuitas relasional (X3) Rin 33,335 dengan tingkat signifikansi Batu mempunyai pengaruh ekuitas nilai 0,000 dapat dikatakan bahwa simultan terhadap (X1), ekuitas variabel customer relationship pertahanan nasabah (Y) ? merek (X2), management meliputi variabel 4. Untuk menganalisis ekuitas ekuitas nilai (X1) ekuitas merek variabel Customer (X2), dan ekuitas relation (X3) Relationship mempengaruhi pertahanan Management yang terdiri nasabah (Y) secara signifikan. dari ekuitas nilai (X1), 2. Berdasarkan hasil analisis regr ekuitas merek (X2), linier berganda kolom ekuitas relasional (X3) menunjukkan bahwa variabel mempunyai pengaruh relationship management yang parsial terhadap meliputi variabel ekuitas nilai pertahanan nasabah Relationship Management (X) yang terdiri dari relasional (X3) dan pertahanan (X1) ekuitas merek (X2), dan ekuitas relation (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertahanan nasabah (Y). ). Hal ini dapat diketahui dari masing-masing variabel tersebut memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 nasabah (Y). Customer Relationship Management - Penanganan Keluhan Kemampuan menyelesaikan Masalah Kesigapan Keamanan Pemberian Diskon kesopanan Loyalitas pelanggan - Citra merek - - Asosiasi (atribut,manfaat,dan sikap) Kesukaan Kekuatan Keunikan Merek Melakukan pembelian secara teratur Memberi diluar lini produk atau jasa Merekomendasikan produk lain Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing Gambar 2.2 Paradigma penelitian 2.8.2 Hipotesis Menurut Umar Serakan (2006: 135) hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat di uji. Dari penelitian di atas, dapat dikatakan penelitian sebagai dugaan sementara mengenai hubungan variabel yang akan di uji kebenarannya. Karena sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan. Hipotesis H1 : Ho : Variabel customer relationship management tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tingkat citra merek. Ha : Variabel customer relationship management ada pengaruh secara signifikan terhadap variabel citra merek. Hipotesis H2 : Ho: Variabel citra merek tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. Ha : Variabel citra merek ada pengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan. Hipotesis H3 : Ho : Variabel customer relationship management tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Ha : Variabel customer relationship management ada pengaruh secara signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan. Customer Relationship Management Loyalitas Citra perguruan tinggi Gambar 2.3 Kerangka pemikiran