5 PEMBUATAN SALURAN DRAINASE MENGGUNAKAN BAJAK MOLE PADA LAHAN PERTANIAN Latar Belakang Masalah Pembuatan saluran drainase menggunakan bajak mole dibawah permukaan tanah pada kedalaman 40 cm, mempunyai tingkat kesulitan tersendiri, terutama untuk mengatur kedalaman bajak mole sesuai dengan setpoin yang diinginkan. Profil permukaan tanah dan kekuatan geser tanah tanah sangat mempengarhui pembuatan saluran drainase mole. Tujuan Penelitian a. Menghasilkan rancangan alat berupa sistem kontrol terprogram untuk menggerakan silinder hidrolik sebagai penggerak bajak mole, b. Memperoleh elevasi kedalaman hasil olah bajak mole pada sudut kemiringan 0%, 0.1% dan0.2 %, serta simpangan antara setpoin dan posisi bajak mole. Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Lama Penelitian ( Agustus 2012 - Bulan Februari 2014) No Tempat Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 A S O N D J F M A M J J A S O N D J 1 Laboratorium Teknik Elektro dan Teknik Mesin Fakultas Teknik UIKA Bogor Digunakan untuk merancang konstruksi dudukan silinder hidrolik dan bajak mole 2 Laboratorium Instrumentasi dan Perbengkelan IPB Perancangan sensor pengirim dan penerima, Elektronika dan sistim kontrol hidrolik skala Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian Departemen Untuk pelaksanaan ujian Teknik Mesin dan 3 lapangan ( out door), Biosistem, FATETA IPB, Manual dan Otomatis di Laboratorium lapangan Siswadhi Soeparjo Tahap 1 Tahap 2 Tahap 2 Alat dan bahan Alat yang digunakan: Satu (1) set Traktor Satu set ekternal hidrolik traktor Satu set selonoid Satu set accu battere Alat ukur tekanan 1 set Monitoring laptop Fujitsu Selang hidrolik dan asesorisnya Satu set ECU Satu set sensor jarak Silinder Hidrolik Satu set tool elektronika Besi kontruksi bajak mole Bajak mole Satu Set teodolit Bahan penelitian: Minyak Hidrolik Satu set Mistar Ukur Lapangan penelitaan : : : : : : : : : : : : : : 55 kW, Holand kapasitas 50 liter/menit, 250 bar 30 A, 4 aliran ( 2 in 2 out) 12 V, 7,6 Ah untuk transmitter 250 bar layar 11”, Hardisc 250GB,ram/rom 8 GB Fleksibel 3/8” ATMEGA Arduino 238 Ultarsonik, 3 m Pnj 50 cm, dia 10 cm, dia torak 5cm, 10 ton Solder, tang, obeng, kabel, VCB, timah Plat ST 37, p:1200mm, t: 25mm, l: 250mm, Tinggi 125 cm, lebar 250 cm, tebal 25 mm DT. Nikon NE-205 ( 2nd) : : : : : Pertamina, SAE 20, 50 liter Patok ukur, tali dan kelengkapannya Penggaris stenlis, 60 cm Panjang lapangan uji 30 m Lebar 16 meter Pengukuran Profil Permukaan Tanah Sinar green laser Tongkat ukur Kaki segitiga Titik Pengukuran Kontur permukaan tanah Tanah Penentuan Lintasan Jalur Traktor b c d e f g h i j k l m n o A a 1,5 m Titik Pemasangan Patok dan Jalur Traktor B 1,5 m 30 m C 1,5 m D Metode Pengolahan bajak mole Pengujian Pengolahan bajak mole Metode Pengukuran elevasi Menggunakan Mistar Ukur Menggali tanah disamping hasil olah bajak Metode Pengujian Fisik dan Mekanik Tanah 1. Mengambil sampel tanah pada beberapa titik ditiap lintasan. 2. Melakukan uji laboratorium Jenis Pengujian Standar Tujuan Water conten ASTM D 2216-90 Specific Gravity Unit Weigh Atterberg Limit ASTM D 854-91 ASTM C -29 ASTM D-4318-84 Mengetahui kondisi kelembaban contoh tanah asli. Mengetahui berat jenis contoh tanah( Gs) Mengetahui berat persatuan volume Menentukan batas plastis dan batas cair, dipakai untuk klasifikasi tanah berbutir halus Unconfined Sireght compressive ASTM D – 2166 Direct Shear Test ASTM D3080 Sieve Analysis Hidrometer Analysis ASTM D-421 ASTM D -100 Hand Boring ASTM D 1452-80 Mengetahui kekuatan tekanan bebas tanah kohesif pada kondisi tanah asli maupun dipadatkan(diolah) Mengetahui besarnya kekuatan tanah terhadaf gaya horizontal Untuk mengetahui distribusi ukuran butiran tanah Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter lebih kecil Mengetahui jenis dan komposisi tanah secara visual Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Hasil dan Bahasan Jenis Pengujian Water conten Hasil 31.2 Satuan % Specific Gravity 2.55 gr/cm3 Unit Weigh: Berat isi tanah basah Berat isi tanah kering Isi pori Derajat kejenuhan Nilai porositas Unconfined compressive Sireght 1,58 0,04 16,17 79.15 44,76 3.278 gr/cm3 gr/cm3 % % kg/cm2 Direct Shear Test (s) Nilai C Tan 3,389 3,29 44,99 kg/cm2 kg/cm2 o Keterangan Pada permukaan tanah dengan kedalaman 10, 20,30 dan 40 cm, diperlukan perbaikan untuk pembuangan air permukaan. Berat jenis tanah cukup baik untuk menopang berat beban. Tanah tidak terlalu jenuh air Tanah mempunyai kekuatan geser tidak diari (undrained), termasuk golongan lempung kenyal (stiff clay) yang berpengaruh cukup sedang. Tanah mempunyai kekuatan geser yang cukup tinggi terhadap gaya horizontal. Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Sieve Analysis: Jumlah berat tertahan disaringan No 3 Prosentasi lolos 0 100 gr % Jumlah berat tertahan disaringan No 4 Prosentasi lolos 1,9 99,62 gr % Jumlah berat tertahan disaringan No 8 Prosentasi lolos 7,3 84,92 gr % • Jumlah berat tertahan disaringan No 30 Prosentasi lolos 21,9 56,06 gr % Jumlah berat tertahan disaringan No 40 Prosentasi lolos 51,4 30,32 gr % Jumlah berat tertahan disaringan No 50 Prosentasi lolos 79,2 28,74 gr % Jumlah berat tertahan disaringan No 100 67,1 Prosentasi lolos 15,32 gr % Jumlah berat tertahan disaringan No 200 45,2 Prosentasi lolos 6,28 gr % Tanah bergredasi buruk ( poorly graded), karena pembagian ukuran butiran tidak merata Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Hidrometer Analysis 11 - Akhir pengujian terdapat tanah disaringan No 200, hal ini terjadi karena sampel tanah mengendap dan partikelnya kembali menyatu ketika terendam selama 24 jam. 42,19 16,04 26,16 % % % Klasifikasi tanah berprilaku sebagai tanah liat, kurang organik, dengan indeks plastisitas tinggi - - Kedalaman 0,2 – 0,4 - - Kedalaman 0,4 – 0,6 - - Tanah kuning kecoklatan, bergradasi halus, tidak gembur, lengket Tanah kuning muda bergradasi halus, tidak gembur, lengket Tanah kuning muda bergradasi halus, tidak gembur, lengket 16,8 28,4 55,52 % % % Atterberg Limit: Batas cair ( liquied limits) Batas plastis( Plastis Limit) Indeks Plastisitas ( Plastiscity index) Pengujian Hand boring: Kedalaman 0 – 0,2 cm Pasir Debu Liat/lempung Hasil uji sampel, bahwa tanah berprilaku sangat liat, kurang organik. Hasil dan Bahasan Pengukuran profil tanah Pengukuran profil lintasan traktor (cm) No Lintasan dan jarak patok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Lintasan A Lintasan B Lintasan C Lintasan D Lintasan E Lintasan F Lintasan G Lintasan H Lintasan I Lintasan J Lintasan K Lintasan L Lintasan M Lintasan N Lintasan O Lintasan P 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 2 0 0 0 2 1 1 0 1 2 2 0 3 0 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 5 3 1 4 4 2 2 2 4 2 1 3 2 3 4 1 7 5 3 5 5 3 3 2 5 2 2 3 2 4 6 1 10 8 5 7 6 3 4 2 6 3 3 3 4 3 7 4 13 10 5 8 8 3 4 3 8 4 4 4 5 5 8 6 12 12 8 9 8 3 5 4 8 4 3 5 4 5 8 8 12 12 10 10 9 5 5 5 9 5 4 7 5 7 8 7 12 13 11 10 9 6 6 6 9 6 5 8 9 9 9 9 11 13 11 11 10 7 6 6 10 7 6 9 10 9 9 10 10 14 12 11 10 7 7 6 10 7 6 11 11 10 9 10 10 14 12 12 11 8 7 7 11 7 7 11 11 10 9 10 10 14 13 12 10 8 7 7 10 8 8 10 11 11 10 11 11 14 13 12 12 9 8 7 11 9 9 12 12 11 10 11 Keterangan 11 14 Untuk uji tanpa kontrol 13 12 12 Untuk uji dengan 9 kontrol 8 Kemiringan bajak 7 mole 0 % atau 0,0o 10 Untuk uji dengan 10 kontrol 9 Kemiringan bajak 12 mole 0.1% 12 Untuk uji dengan 11 kontrol 10 Kemiringan bajak 11 mole 0.2% Hasil pengujian elevasi bajak mole tanpa kontroller Pengukuran cara manual Pengukuran lintasan A 15 Kedalaman (cm) 10 5 0 -5 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 -10 -15 -20 -25 Jarak (cm) Profil lintasan A Setpoin Posisi bajak mole Kedalaman (cm) Pengukuran lintasan B 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Jarak (cm) Profil lintasan B Setpoin Posisi bajak mole 3500 Hasil pengujian elevasi bajak mole menggunakan kontroller kemiringan 0%, pengukuran cara manual Pengukuran lintasan E 15 Kedalaman (cm) 10 5 0 -5 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 -10 -15 -20 -25 Jarak (cm) Profil lintasan E Set poin Posisi bajak mole Pengukuran lintasn F 15 Kedalaman (cm) 10 5 0 -5 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 -10 -15 -20 -25 Jarak (cm) Profil lintasan F Setpoin Posisi bajak mole 3500 Hasil pengujian elevasi bajak mole menggunakan kontroller kemiringan 0.1% Pengukuran lintasan I Kedalaman (cm) 20 10 0 -10 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 -20 -30 Jarak (cm) Profil lintasan I Setpoin Posisi bajak mole Pengukuran lintasan J Kedalaman (cm) 20 10 0 -10 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 -20 -30 Jarak (cm) Profil lintasan J Setpoin Posisi bajak mole 3500 Hasil pengujian elevasi bajak mole menggunakan kontroller kemiringan 0.2 % Kedalaman (cm) Pengukuran lintasan M 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 -25 -30 -35 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Jarak (cm) Profil lintasan M Setpoin Posisi bajak mole 3500 Analisis Simpangan antara setpoin terhadap posisi bajak mole Lintasan A B C D E F G H I J K L M N O P Simpangan ( antara setpoin) terhadap elevasi mole (%) 2,29 3,69 4,22 4,10 1,00 0,63 0,79 0,48 0,84 0,57 0,40 0,51 0,99 1,04 0,63 0,87 Kemiringan Tanpa kontrol Dengan kontrol kemiringan 0% Dengan kontrol kemiringan 0.1% Dengan kontrol kemiringan 0.2% Kesimpulan 1. 2. Berdasarkan hasil pengujian, pembuatan saluran drainase bajak mole, ketika tidak menggunakan sistem kontrol, profil permukaan tanah sangat mempengaruhi hasil olah kedalaman bajak mole. Menggunakan sistem kontrol kedalaman terprogram, antara set poin dengan posisi bajak mole pada setiap lintasan, dengan kemiringan bajak mole 0%, 0.1% dan 0.2%, profil permukaan tanah sangat kecil mempengaruhi sistem kontrol. Terlihat dari hasil analisis simpangan masing-masing lintasan. Output penelitian: Hariansyah M, Radite P.A Setiawan, Asep Sapei, Desrial dan Dewa Made Subrata, 2014. Kontrol Sistem Design And Testing For Depth Soiler-Sub Programmed, telah dikirim ke ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences (ISSN 1819-6608). Amerika, (dalam proses) review. www//aprnjournals.com/jeas/index.htm