mengelola rantai pasokan dan informasi

advertisement
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
ISSN 1411 - 1497
MENGELOLA RANTAI PASOKAN DAN INFORMASI
DALAM MEMENANGKAN PERSAINGAN
Oleh :
Hery Prasetya
STIE Bank BPD Jateng Semarang
ABSTRACT
Dalam mengatur atau memanage aliran material/produk
dan teknologi informasi dari seluruh aktivitas perusahaan
diperlukan suatu konsep yang disebut dengan Supply Chain
Management (SCM). SCM adalah modifikasi praktek tradisional
dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke arah
koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut.
Pendekatan SCM sangat menyadari bahwa sebagian besar
bisnis dari sebuah industri harus dikerjakan atas dasar kerjasama
dengan pihak luar. Apabila perusahaan ingin sukses dalam
kompetisinya, mau tidak mau kemampuannya bekerjasama dengan
pihak luar harus ditingkatkan. Kosekuensinya, hanya perusahaanperusahaan yang mampu menjalin dan memelihara hubungan
dengan pihak luar tersebut yang akan bisa bertahan dalam
persaingan pasar. Keunggulan kompetitif dari SCM adalah
bagaimana perusahaan mampu memanage aliran barang atau
produk dalam suatu rantai pasokan, sehingga jaringan kegiatan
produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat bekerja
bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen.
Keyword : SCM, Teknologi Informasi dan Persaingan
PENDAHULUAN
Persaingan yang sangat ketat
dalam era globalisasi sekarang ini
menuntut para pengelola bisnis untuk
menciptakan model-model baru
dalam pengelolaan aliran produk dan
informasi. Kebanyakan kegiatan dan
tanggung jawab perusahaan hanya
sampai pada keluarnya produk dari
gudang. Padahal prinsip seperti ini
adalah keliru.
Perusahaan haruslah bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian proses mulai dari perancangan
produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan,
distribusi/transportasi ke distributor,
wholesaler, pedagang kecil, retailer,
pelayanan pada pelanggan, proses
pembayaran dan sampai pada konsumen akhir. Untuk mengatur atau
memanage aliran material atau produk, informasi dari seluruh aktivitas
perusahaan diperlukan konsep yang
44
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
disebut dengan Supply Chain Management (SCM).
SCM pada dasarnya bukan
suatu konsep baru. Konsep ini merupakan pengembangan lebih lanjut
dari manajemen distribusi produk
untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini juga menekankan
pada pola terpadu menyangkut proses aliran produk dari suplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen akhir. Konsep SCM melihat
rangkaian aktivitas antara suplier
hingga konsumen akhir adalah dalam
satu kesatuan tanpa sekat yang besar.
Mekanisme
informasi
antara
berbagai komponen tersebut berlangsung secara transparan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa
SCM adalah suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan
pola-pola pendistribusian produk
secara tradisional. Pola baru ini
menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi dan logistik.
Banyak perusahaan-perusahaan ternama di dunia yang telah
sukses dalam mengimplementasikan
konsep-konsep SCM. Seperti P & G,
McDonald, Wal-Mart, Volkswagen,
Dell Computers, Sun Microsystem,
Hawlet Packard dan IBM adalah
sebagian nama-nama perusahaan
besar yang telah sukses meraup
keuntungan besar atas kesuksesannya
mengimplementasikan
konsepkonsep SCM. Namun dibalik cerita
sukses tersebut pastilah banyak
perusahaan yang gagal. Terlepas dari
sukses dan gagal tersebut, konsep
SCM harus dipahami oleh para
pelaku
bisnis
terutama
yang
menangani aliran material atau
produk dan informasi terlepas dari
ISSN 1411 - 1497
posisi relatifnya terhadap konsumen
akhir.
Latar
Belakang
Konsep SCM

Munculnya
Praktek Tradisional
Munculnya SCM dilatar belakangi oleh praktek tradisional dalam
bisnis serta perubahan lingkungan
bisnis. Produk atau jasa yang kita
gunakan adalah hasil dari serangkaian proses panjang yang melewati
beberapa tahapan fisik maupun non
fisik. Sebuah produk akan sampai ke
tangan konsumen akhir setelah
setidaknya melalui beberapa proses
dari pencarian bahan baku, proses
produksi dan proses distribusi atau
transportasi. Proses-proses ini melibatkan berbagai pihak yang berhubungan antara satu dengan yang
lainnya. Penyedia bahan baku (pemasok) mensuplai kebutuhan produksi
para perusahaan manufaktur yang
akan mengolah bahan baku tersebut
menjadi produk jadi. Produk jadi
disampaikan ke pemakai akhir lewat
pusat-pusat distribusi, ritel, pedagang
kecil dan sebagainya. Rangkaian
pihak-pihak yang menangani aliran
produk inilah yang dinamakan
dengan istilah Supply Chain (SC).
Secara tradisional, semua
aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan
tanpa atau dengan sedikit koordinasi.
Tiap bagian berusaha membuat
ukuran-ukuran tersendiri dalam
menentukan kesuksesan pekerjaannya. Hubungan antara pemasok dengan perusahaan yang disuplainya
juga hanya terbatas pada transaksi
jual beli. Pola-pola negosiasi benarbenar mementingkan pihak-pihak
secara individual dan bukan mengacu
pada kinerja keseluruhan pihak yang
45
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
menjadi pembentuk sebuah Supply
Chain secara holistik. Pemasok
berkeinginan untuk memindahkan
atau menjual produknya secepat dan
sebanyak mungkin dengan harga
yang tinggi, sementara perusahaan
yang disuplainya menginginkan
harga yang murah dan pengiriman
yang cepat.

Perubahan Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis selalu berubah dan perubahan tersebut semakin
lama semakin cepat. Akselerasi
perubahan ini disebabkan berkembangnya secara cepat faktor-faktor
penting antara lain :
1. Konsumen yang semakin kritis,
membutuhkan produk atau jasa
yang semakin berkualitas dengan
harga murah dan bisa diperoleh
dengan mudah dan cepat.
2. Infrastruktur telekomunikasi, informasi, transportasi dan perbankan yang semakin canggih
sehingga memungkinkan berkembangnya model-model baru
dalam manajemen aliran material
atau produk. Munculnya internet
misalnya,
memungkinkan
terjadinya
transaksi-transaksi
elektronik yang dikenal dengan
nama Electronic Commerce (ECommerce).
Praktek
ECommerce dapat dilakukan
karena informasi-informasi tersedia dan mudah diakses lewat
internet, pembayaran secara
aman bisa dilakukan secara aman
dan cepat dengan jasa pihak
ketiga.
3. Kesadaran akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan. Kalangan bisnis semakin ditekan
untuk memperhatikan aspek-
ISSN 1411 - 1497
aspek sosial dan lingkungan,
baik atas instruksi pemerintah
maupun atas kemauan kalangan
bisnis sendiri bahwa bisnisnya
tergantung pada konsumen yang
semakin tahu akan pentingnya
aspek lingkungan dalam hidup
mereka. Industri manufaktur
dewasa ini telah banyak yang
memasukkan konsep-konsep keramahan pada lingkungan mulai
dari proses perancangan produknya, proses produksi, sampai
pada proses distribusinya.
Ketiga faktor di atas, ditambah
dengan adanya globalisasi dan
perubahan peta ekonomi dunia ke
arah meningkatnya kemampuan ekonomi negara-negara dunia ketiga,
telah menciptakan banyak paradigma
baru dalam dunia bisnis. Salah satu
paradigma
penting
adalah
meningkatnya persaingan antar produk maupun jasa di pasaran. Hanya
produk atau jasa yang aspiratif terhadap kepentingan konsumen yang
pada akhirnya akan bisa bertahan.
Dengan praktek tradisional
bisnis yang tidak compatible lagi dan
persaingan yang semakin ketat akibat
perubahan-perubahan
lingkungan
bisnis, memaksa pelaku-pelaku baik
sektor industri maupun jasa untuk
memikirkan cara-cara baru dalam
memenangkan persaingan. Supply
Chain Management muncul sebagai
jawaban atas kebutuhan pelayanan
yang cepat, berkualitas dan murah.
46
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
Supply Chain Management (SCM)
SCM adalah suatu metode
penciptaan produk untuk disampaikan pada pengguna akhir dimana
didalamnya tercakup berbagai komponen, yaitu pemasok bahan baku,
unit manufaktur, gudang penyimpanan, transportasi, retailer dan penjualan akhir. Menurut Rajesh Uppal
(2001), bahwa SCM membantu dalam menentukan kapan, dimana dan
berapa jumlah bahan material yang
disiapkan, dikirim dan selanjutnya
untuk diproses lebih jauh dalam
rangka memenuhi permintaan konsumen dan memenuhi target persediaan.
Perusahaan-perusahaan yang
sukses adalah yang mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya yang rendah dalam
bidang persediaan dan penyerahan
produk, mengelola industri secara
cermat dan fleksibel melalui supply
chain management (SCM). Melalui
aktivitas-aktivitas SCM, organisasi
mempelajari bahwa mereka dapat
memperbaiki profitabilitas secara
drastis dengan memfokuskan pada
operasi lintas perusahaan dalam satu
kesatuan supply chain daripada
hanya berusaha sendiri dalam
organisasi tunggal.
Prinsip SCM pada hakekatnya
adalah sinkronisasi dan koordinasi
aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan aliran material/produk, baik
yang ada dalam satu organisasi
maupun antar organisasi. Aliran
material/produk
dalam
satu
organisasi, misalkan sebuah industri
manufaktur, adalah sesuatu yang
komplek. Penanganannya membutuhkan campur tangan semua pihak,
ISSN 1411 - 1497
bukan hanya mereka-mereka yang
dilalui langsung oleh aliran material/produk secara fisik, tetapi juga
bagian-bagian lain seperti bagian
perancangan produk, pemasaran,
akuntansi dan sebagainya. Pada praktek
tradisional,
bagian-bagian
tersebut saling terpisah, bekerja
dengan ukuran-ukuran sendiri. Pada
SCM, semua bagian harus bekerja
sama membentuk tim yang disebut
dengan cross functional team. Salah
satu implementasi dari cross functional team adalah pada perancangan
produk. Bagian pemasaran, produksi,
perencanaan proses, pengadaan
material dan lain-lain duduk bersama
untuk membahas berbagai aspek dari
rancangan produk tersebut sehingga
akhirnya keluar produk baru yang
benar-benar mencerminkan selera
konsumen dan bisa diproduksi
dengan cepat dan mudah.
Sebenarnya sinkronisasi dan
koordinasi aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan aliran material/produk tidak hanya berada pada
bagian-bagian internal dalam suatu
organisasi. Pendekatan SCM sangat
menyadari bahwa sebagian besar
bisnis dari sebuah industri harus
dikerjakan atas dasar kerjasama dengan pihak luar. Apabila perusahaan
ingin sukses dalam kompetisinya,
mau tidak mau kemampuannya
bekerja sama dengan pihak luar
harus ditingkatkan. Bahan baku
sebagai bahan pokok dalam proses
produksi diperoleh dari para pemasok (pihak luar). Urusan pengiriman
bahan baku dari pemasok maupun
produk jadi ke para distributor
seringkali menggunakan jasa pihak
ketiga (pihak luar). Teknologi dan
sistem informasi mungkin juga
47
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
disediakan dan dipelihara oleh pihak
ketiga.
Pembayaran
transaksitransaksi bisnis dengan pihak ketiga
membutuhkan jasa perbankan (pihak
luar). Hampir semua aktivitas
akhirnya harus berkaitan dengan
pihak luar. Kosekuensinya, hanya
perusahaan-perusahaan yang mampu
menjalin dan memelihara hubungan
dengan pihak luar tersebut yang akan
bisa bertahan dalam persaingan
pasar.
Fokus utama dari SCM adalah sinkronisasi proses untuk kepuasan konsumen. Pelanggan dalam
konsep SCM adalah ”raja” yang
harus diberikan pelayanan sebaikbaiknya. Semua supply chain pada
hakekatnya memperebutkan pelanggan dari produk atau jasa yang
ditawarkan. Pihak-pihak yang berada dalam satu rantai supply chain
adalah pihak-pihak yang harus bekerja sama satu sama lain untuk
sedapat mungkin meningkatkan pelayanan dengan harga yang murah.
Persaingan dalam konteks SCM
adalah persaingan antar rantai,
bukan antar individu perusahaan.
Kelemahan praktek tradisional yang
bersifat adversial adalah terfokusnya
aktivitas maupun ukuran keberhasilan pada bagian-bagian kecil dari
supply chain yang seringkali justru
kontradiktif dengan tujuan akhir
untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir atau pelanggan.
Keunggulan kompetitif dari
SCM adalah bagaimana ia mampu
memanage aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply.
Dengan kata lain, model SCM
mengaplikasikan bagaimana suatu
jaringan kegiatan produksi dan dis-
ISSN 1411 - 1497
tribusi dari suatu perusahaan dapat
bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen. Tujuan
utama dari SCM adalah penyerahan/pengiriman produk secara tepat
waktu demi memuaskan konsumen,
mengurangi biaya, meningkatkan
segala hasil dari seluruh supply
chain, mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan
distribusi.
Fungsi Supply Chain Management
Dalam mengelola rantai pasokan perlu diketahui apa sebenarnya
fungsi dari SCM sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan yang menerapkannya. Ada
dua fungsi SCM yang dilakukan
oleh perusahaan, yaitu :
1. SCM secara fisik mengkonversi
bahan baku menjadi produk jadi
dan menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini
berkaitan dengan biaya-biaya
fisik, yaitu biaya material, biaya
penyimpanan, biaya produksi,
biaya transportasi dan sebagainya.
2. SCM sebagai mediasi pasar,
yakni memastikan bahwa apa
yang disuplai oleh rantai supply
chain mencerminkan aspirasi
pelanggan atau pemakai akhir
tersebut. Fungsi kedua ini berkaitan dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk,
serta biaya-biaya akibat tidak
terpenuhinya aspirasi konsumen
oleh produk yang disediakan
oleh sebuah rantai supply chain.
Biaya-biaya ini bisa berupa
biaya markdown, yakni penurunan harga produk yang tidak
laku dijual dengan harga nor-
48
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
mal, atau biaya kekurangan
supply yang dinamakan stockout
cost.
Prinsip-Prinsip Dalam Menerapkan Supply Chain Management
(SCM)
Prinsip utama yang harus
dipegang dalam melakukan sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah
supply chain adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar,
bukan hanya bagi tiap anggota rantai,
tetapi juga bagi keseluruhan sistem.
Kesuksesan implementasi prinsip ini
biasanya membutuhkan perubahanperubahan pada tingkatan strategis
maupun
taktis.
Sebaliknya,
kegagalan biasanya ditandai oleh
ketidakmampuan
manajemen
mendefinisikan
langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen supply
chain yang komplek ke arah yang
sama.
Anderson, Britt dan Favre
(1997) memberikan 7 prinsip dalam
SCM yang diperuntukkan bagi manajer dalam merumuskan keputusan
strategis, yaitu :
1. Mensegmentasikan
pelanggan
berdasarkan kebutuhannya.
2. Menyesuaikan jaringan logistik
untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda.
3. Mendengarkan signal pasar dan
jadikan signal tersebut sebagai
dasar dalam perencanaan kebutuhan, sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan
alokasi sumberdaya yang optimal.
4. Mendeferensiasikan produk pada
titik yang lebih dekat dengan
konsumen dan percepat konver-
ISSN 1411 - 1497
sinya disepanjang rantai supply
chain.
5. Mengelola sumber-sumber suplai
secara strategis untuk mengurangi biaya kepemilikan dari
material maupun jasa.
6. Mengembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai
supply chain yang mendukung
pengambilan keputusan berhirarki serta berikan gambaran
yang jelas dari aliran produk,
jasa maupun informasi.
7. Mengadopsi pengukuran kinerja
untuk sebuah supply chain secara
keseluruhan dengan maksud
untuk meningkatkan pelayanan
kepada konsumen akhir.
Strategi Dasar Dalam Supply
Chain Management (SCM)
Strategi yang paling mendasar
dari sebuah SCM berkaitan dengan
perancangan
konfigurasi
fisik
maupun
manajemennya.
Konfigurasi-konfigurasi tersebut ternyata
tidak bisa dilepaskan dari karakteristik produk maupun jasa yang
dihasilkan oleh sebuah supply chain.
Karakteristik produk dalam
konteks ini dicirikan oleh berbagai
aspek antara lain siklus hidupnya,
jumlah variasinya, stabilitas permintaannya dan sebagainya.
1. Produk-produk fungsional dicirikan oleh siklus hidupnya yang
panjang, variasinya sedikit dan
permintaannya yang relatif stabil
serta bisa diprediksi dengan
cukup baik. Produk-produk fungsional biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar, seperti garam, gula pasir,
deterjen, sabun, ballpoin, buku
49
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
tulis, minyak goreng dan lain
sebagainya.
2. Produk-produk inovatif, permintaan yang tidak stabil dan sulit
diramalkan, siklus hidupnya pendek. Produk inovatif biasanya
muncul sebagai akibat dari kemampuan teknologi dan inovasi
yang bagus. Contohnya : Televisi, Komputer dan lain sebagainya.
Pembagian kedua produk berdasarkan karakteristik-karakteristik
di atas mengidentifikasikan bahwa
kebutuhan akan perlakuan yang berbeda dalam aktivitas-aktivitas fisik
maupun dalam mediasi pasar sebuah
supply chain. Pada produk-produk
fungsional, fungsi mediasi pasar
lebih jarang dan lebih mudah dilakukan karena siklus hidup produknya
panjang akibat selera konsumen yang
tidak banyak berubah. Strategi yang
tepat untuk produk-produk fungsional adalah efisiensi. Efisiensi
membutuhkan dukungan struktural
supply chain yang ramping dan
terintegrasi dengan baik. Struktur
supply chain yang ramping dan
terintegrasi tersebut, oleh Christoper
(1999) dinamakan Lean Supply
Chain.
Fokus utama dalam mengelola
Lean Supply Chain adalah menekan
biaya-biaya fisik yang terjadi
disepanjang supply chain. Biayabiaya tersebut berupa biaya material,
produksi, distribusi, penyimpanan
dan sebagainya. Untuk itu dibutuhkan koordinasi yang baik antar
channel dalam sebuah supply chain,
termasuk di dalamnya koordinasi
untuk mengurangi dampak variabilitas dan ketidakpastian permintaan
maupun suplai. Distributor misalnya,
ISSN 1411 - 1497
hendaknya memberikan rencana
kebutuhan dalam jangka yang agak
panjang sehingga tidak terjadi
perubahan-perubahan
mendadak
yang mengakibatkan seluruh rantai,
terutama yang berada di sebelah
hulu, menjadi “nervous”.
Lain halnya dengan produkproduk fungsional, lean supply chain
bukanlah strategi yang tepat untuk
produk-produk inovatif. Keunggulan
kompetitif produk inovatif terletak
pada kemampuan supply chain untuk
merespon kebutuhan pasar yang
cepat berubah. Kunci keberhasilan
disini adalah apa yang dinamakan
agility.
Agility untuk suatu supply
chain memiliki implikasi kecepatan
merespon kebutuhan pasar secara
bersama-sama sebagai suatu tim.
Distributor yang handal tidak bisa
menjamin keunggulan bersaing apabila perusahaan yang mensuplai
produk-produk yang diditribusikannya tidak mampu secara tepat merespon perubahan yang disyaratkan oleh
pasar. Hubungan antar perusahaan
menjadi
faktor
kritis
dalam
menciptakan agility sebuah supply
chain.
Strategi supply chain yang
menekankan pada agility membutuhkan pola pikir yang cukup berbeda dengan pola pikir untuk strategi
supply chain yang mendasarkan pada
efisiensi. Untuk persediaan misalnya,
orientasinya bukan untuk meminimasi biaya-biaya persediaan, tetapi
lebih pada keputusan dimana persediaan harus disimpan. Seleksi
pemasok tidak didasarkan pada harga
yang ditawarkan, tetapi pada
kecepatan dan fleksibelitasnya.
50
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
Mengelola Rantai Pasokan
Agar dalam mengelola rantai
pasokan dapat berjalan lancar dan
sukses, perusahaan perlu melakukan
beberapa hal di bawah ini :
1. Kesepakatan tujuan bersama
Sebuah rantai pasokan yang
terintegrasi memerlukan lebih
dari sekedar kesepakatan pada
terminologi kontrak kerjasama
dari sebuah hubungan jual/beli.
Rekanan dalam rantai harus
menghargai bahwa satu-satunya
pihak yang menanamkan modal
pada sebuah rantai pasokan
adalah pelanggan akhir. Oleh
karena itu, menciptakan pemahaman timbal balik akan misi,
strategi dan sasaran dari organisasi yang turut serta sangat
penting. Rantai pasokan yang
terintegrasi menambahkan nilai
ekonomi dan memaksimalkan isi
total produk.
2. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal
yang sangat penting dalam rantai
pasokan yang efektif dan efisien.
Anggota rantai pasokan harus
masuk ke dalam hubungan yang
saling berbagi informasi, sebuah
hubungan
yang
dibangun
berdasarkan saling percaya.
Hubungan
antar
pemasok
cenderung akan berhasil, jika
risiko dan penghematan biaya
dibagi dan aktivitas seperti
penelitian konsumen, analisis
penjualan, prediksi dan perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama.
3. Budaya organisasi yang sesuai
Sebuah hubungan yang positif
diantara organisasi pembeli dan
ISSN 1411 - 1497
pemasok yang datang dengan
budaya organisasi yang sesuai
dapat merupakan keuntungan
nyata dalam membuat rantai
pasokan. Pemenang di antara
satu atau dua perusahaan mempromosikan kontak formal maupun informal dan kontak tersebut
berperan untuk meluruskan budaya organisasi, lebih lanjut
memperkuat hubungan tersebut.
Pengembangan Baru Dari SCM
SCM akan segera menjadi
keharusan bagi setiap perusahaan
yang ingin bertahan, bukan bagi
perusahaan yang ingin memimpin
kompetisi di pasaran. Seiring dengan menyebarnya konsep-konsep
SCM di dunia industri, baik jasa
maupun manufaktur, konsep-konsep
yang lebih canggih yang merupakan
pengembangan dari SCM akan bermunculan, yaitu :
1. Fourth Party Logistic (4PL),
dikembangkan oleh Anderson
consultant. Konsepnya adalah
memanfaatkan pihak ketiga
untuk mengatur hubungan antara sebuah perusahaan manufaktur dengan perusahaan shipment.
2. JIT II, dikembangkan oleh Bose
corporation. Prinsip dari JIT II
adalah adanya kemitraan yang
erat antara perusahaan dengan
pemasoknya. Pemasok, pada
konsep JIT II ini, akan memiliki
wakil di perusahaan yang disuplainya. Wakil tersebut nantinya
akan punya otoritas untuk
membuat order bahan baku atau
komponen yang disuplai oleh
perusahaannya, menggantikan
peran bagian pembelian yang
51
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
ada pada praktek yang lumrah
dewasa ini.
3. Vendor
Manage
Inventory
(VMI), yang merupakan salah
satu variasi dari JIT II. Konsep
ini banyak digunakan oleh para
pemasok yang mensuplai ritel.
Selama ini ritel berkewajiban
untuk membuat order pembelian
untuk menjaga kelangsungan
ketersediaan setiap item yang
dijual. Pada VMI, pemasoklah
yang nantinya berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk menentukan kapan suatu item
harus dikirim ke ritelnya, berdasarkan informasi tingkat penjualan dan ketersediaan stok
yang ada di ritel tersebut.
4. Global Pipeline Management
(GPM). Menurut Hewitt (1999)
mengatakan bahwa kelemahan
utama dari SCM adalah kebutuhan untuk melakukan koordinasi rencana-rencana kerja antar
pihak-pihak yang berbeda organisasi. Banyak organisasi yang
gagal
mengimplementasikan
SCM karena ketidakmampuannya melakukan koordinasi antar
organisasi. Konsep GPM didasarkan pada teori kontrol,
dimana aliran material/produk
akan optimal bila dikontrol dari
satu titik. Sejalan dengan konsep ini, GPM merekomendasikan bahwa aliran material/produk hendaknya dikendalikan oleh satu pihak atau
channel dalam supply chain dan
semua channel yang lain mengikuti dan mendukung dengan
memberikan informasi yang
diperlukan.
ISSN 1411 - 1497
Penggunaan Teknologi Internet
dan E-Commerce Dalam SCM
Teknologi internet dan web
merupakan topik terhangat dalam
SCM akhir-akhir ini. Disamping itu
internet dan e-commerce juga merupakan bagian yang paling penting
dari pelaksanaan sistem SCM. Sistem SCM memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Aliran informasi bergerak sangat
cepat dan akurat antara elemen
jaringan supply chain seperti :
Pabrik,
Suppliers,
Pusat
Distribusi, Konsumen dan sebagainya.
2. Informasi bergerak sangat cepat
untuk menanggapi perpindahan
produk.
3. Setiap elemen dapat mengatur
dirinya.
4. Terjadi integrasi dalam proses
permintaan dan penyelesaian
produk.
5. Kemampuan internet.
Penggunaan internet yang
makin populer mendorong setiap
perusahaan dapat bekerjasama untuk
membangun suatu supply chain sehingga terbentuklah apa yang disebut dengan virtual company. Melalui teknologi ini, suatu perusahaan
yang begitu unggul dalam bidang
pemasaran dapat bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan kecil
lainnya yang mungkin memiliki
keunggulan dalam bidang manufacturing, penjualan, distribusi dan
sebagainya. Contoh dari bisnis yang
menggunakan internet adalah ECommerce. Disini komunikasi terjadi antara perusahaan dengan konsumer, atau disebut Business To
Consumer (B2C). Contoh dari B2C
52
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
ini adalah Amazon.com dan Dell
Computer.
Amazon.com adalah sebuah
toko buku online yang menjual
buku-buku yang dapat memenuhi
permintaan konsumen dalam membeli buku yang diinginkan dengan
cepat. Perusahaan tersebut tidak
perlu lagi menjual buku-bukunya
melalui retailer guna memenuhi
permintaan konsumen. Konsumen
dapat membeli buku dari PC di
rumah pada homepage Amazon.com. Pembeli dapat mencari
buku-buku spesial dari jutaan judul
buku melalui katalog yang ada di
komputer. Kemudian, dalam beberapa hari buku yang dipesan telah
dikirim di rumah. Pembayaran dari
pembelian buku tersebut cukup dengan menggunakan kartu kredit.
Supply chain untuk mendukung bisnis model Amazon ini
adalah lebih sederhana daripada
toko buku tradisional. Dengan
mengganti toko-toko retail dengan
homepage internet, mereka dapat
mengurangi total biaya inventori,
mereka juga dapat menghapus biaya
pembangunan gedung toko retail
disetiap kota dan mereka bisa tumbuh dengan cepat karena mereka
mampu menjangkau konsumen seluruh dunia secara cepat.
Dell Computer, adalah sebuah
perusahaan manufaktur PC mengikuti Compaq dan IBM untuk menjual secara langsung PC-nya melalui
internet. Pada saat yang sama,
perusahaan-perusahaan pembuat PC
lainnya menjual produknya melalui
toko retail. Pada toko retail, konsumen biasanya membeli PC terkadang sangat sulit untuk mendapatkan secara benar apa yang diingin-
ISSN 1411 - 1497
kan (pilihan sangat banyak karena
tidak dibatasi gudang seperti layaknya toko retail). Selain itu, Dell
tidak perlu melakukan penyimpanan
di gudang. Dell menjual produk
biaya rendah bervolume tinggi
secara langsung ke pelanggan.
Perakitan dimulai segera setelah
menerima pesanan dari pelanggan
tersebut. Pelanggan diperbolehkan
untuk memilih konfigurasi PC yang
direkomendasikan atau mendesain
sesuai dengan keinginan mereka.
Proses pendesainan ini memungkinkan Dell untuk memuaskan pelanggan dengan memberikan produk
yang sesuai dengan permintaan spesifik mereka. Pilihan-pilihan tersebut sangat mudah ditampilan di
Internet dan Dell bisa menarik para
pelanggan yang menyukai pilihan
ini. Dell juga menggunakan Web
page yang dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan pelanggan
dengan bisnis yang besar guna
menelusuri pembelian yang dilakukan di masa lampau dan menempatkan pesanan yang konsisten
dengan kebutuhan mereka saat ini.
SCM dan Teknologi Informasi
Dalam Industri Manufaktur
Dalam lingkungan manufaktur perbaikan terhadap produktivitas
mengalami pembenahan terusmenerus dan hal itu telah menjadi
isu besar bagi setiap orang. Sejak
komputer ditemukan dan digunakan
secara luas dalam industri perdagangan, teknologi informasi telah
menyodorkan berbagai macam solusi dalam rangka perbaikan tingkat
produktivitas. Sejak hadirnya MRP
(Material Requirement Planning),
komputer menambahkan sistem pe-
53
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
rencanaan guna mendukung bidang
manufaktur. MRP telah berkembang
begitu pesat di seluruh dunia dan
pada setiap industri manufaktur
sebagaimana komputer berkembang
menjadi populer. Penagihan atas
barang yang sebelumnya dilakukan
dengan menggunakan kertas, kini
semuanya dilakukan secara digital
dan ditayangkan dalam komputer,
sehingga bisa diperhitungkan berapa
jumlah barang untuk memenuhi
perencanaan produksi atas produk
akhir. Setelah penggunaan MRP
menjadi populer metode itu sendiri
mengalami pembenahan secara bertahap menjadi MRP II (Manufacture
Resource Planning), CIM (Computer Integrated Manufacturing), ERP
(Enterprise Resource Planning) dan
sebagainya. Dalam MRP II kapasitas manufaktur dipertimbangkan dalam perencanaan produksi oleh
karena itu berbagai akses yang
berkaitan dengan masalah penyediaan produk yang terjadi di bawah
MRP dengan suatu perencanaan
yang besar dapat dihindari.
CIM (Computer Integrated
Manufacturing) adalah gagasan
yang menggabungkan sistem produksi dengan sistem penjualan.
Sebelumnya, bagian penjualan dan
bagian operasi berjalan secara terpisah dengan sekumpulan data
transfer mingguan dan bulanan. Dengan memadukan sistem penjualan
dan operasi melalui pertukaran data
harian atau dalam komputer yang
tersentralisasi, berbagai perubahan
yang terjadi dalam jumlah penjualan
dapat terefleksi dalam perencanaan
produksi. Hal ini sangat penting
dalam mengatasi fluktuasi pasar.
ISSN 1411 - 1497
ERP (Enterprise Resource
Planning) adalah kemasan bisnis
software yang mengatur seluruh
dasar bisnis dalam perusahaan
manufaktur dalam suatu lingkungan
yang sama. Area bisnis yang
dilingkup oleh ERP adalah akuntansi keuangan, akuntansi pengendalian, penjualan, manajemen material, pembelian, perencanaan produksi, manajemen sumberdaya manusia dan sebagainya. Semua aplikasi bisnis dapat dinyatakan dalam
sebuah komputer kecil sama dengan
komputer mainframe IBM dan pelanggan dapat dengan mudah membiasakan dirinya dengan sistem ini
dalam praktek bisnisnya. Data antara setiap bagian dalam perusahaan
dapat menjadi transparan. Hal ini
membuat supply chain dalam suatu
perusahaan dapat menjadi lebih
sederhana dan efisien.
Ada banyak paket software
dari SCM yang sesuai dengan kondisi pasar. Perusahaan yang telah
menerapkan SCM sangat sukses dalam memperbaiki tingkat produktivitasnya dan tentunya meningkatkan keuntungan secara dramatis.
KESIMPULAN
SCM adalah suatu konsep
menyangkut pola pendistribusian
produk yang mampu menggantikan
pola-pola pendistribusian produk
secara tradisional. Pola baru ini
menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi dan logistik.
SCM membantu dalam menentukan
kapan, dimana dan berapa jumlah
bahan material yang disiapkan,
dikirim dan selanjutnya untuk diproses lebih jauh dalam rangka memenuhi permintaan konsumen dan
54
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
memenuhi target persediaan. SCM
adalah sebuah pendekatan untuk
bekerja sama dengan pemasok yang
meliputi tidak hanya pembelian
tetapi juga pendekatan menyeluruh
untuk mengembangkan nilai maksimal rantai pasokan.
Keunggulan kompetitif dari
SCM adalah bagaimana ia mampu
memanage aliran barang atau produk dalam suatu rantai supply.
Dengan kata lain, model SCM
mengaplikasikan bagaimana suatu
jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat
bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen. Tujuan
utama dari SCM adalah penyerahan/pengiriman produk secara tepat
waktu demi memuaskan konsumen,
mengurangi biaya, meningkatkan
segala hasil dari seluruh supply
chain, mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan
distribusi.
Perusahaan-perusahaan yang
sukses adalah yang mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya yang rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk, mengelola industri
secara cermat dan fleksibel melalui
supply chain management (SCM).
Prinsip SCM pada hakekatnya adalah sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aliran material/produk,
baik yang ada dalam satu organisasi
maupun antar organisasi. Kosekuensinya, hanya perusahaan-perusahaan
yang mampu menjalin dan memelihara hubungan dengan pihak luar
tersebut yang akan bisa bertahan
dalam persaingan pasar. Manajemen
ISSN 1411 - 1497
rantai pasokan menyediakan sebuah
peluang besar bagi perusahaan untuk mengembangkan keunggulan
kompetitifnya, sering dengan menggunakan e-commerce.
DAFTAR PUSTAKA
Chopra, Sunil, dan Peter Meindl
(2001), Supply Chain Management : Strategy, Planning
and Operation. Upper Saddle
River, NJ: Prentice Hall
Handfield, robert B., dan Ernest l.,
Nichols Jr (2003), Introduction to Supply Chain Management, Edisi 2, Upper Saddle
River, NJ: Prentice Hall.
Heizer, Jay dan Render, Barry
(2005). Operation Management, Edisi Tujuh, Penerbit
Salemba Empat.
Hermawan, K (1996), “Value
Creation : Strategi Memenangkan Persaingan Bisnis
Global”, dalam Manajemen
Usahawan Edisi Juni, No. 06
http/www.supplychain.com
http/www.supplychainmanagement.
com
Kumar, Nirmalya (1996), “The
Power of Trust in Manufacturer-Retailer Relationship”,
Harvard Bussiness Review,
November – Desember.
Nanus, James A and James C.
Anderson
(1996),
“Rethinking Distribution Adaptive
Channel”,
Harvard
Bussiness Review Paperback
Pujawan, I Nyoman. (1999),
“Dasar-dasar dan Strategi
Supply Chain Management”,
Paper
55
P3M
STIE BANK BPD JATENG
Prestasi Vol. 5 No. 2 - Desember 2009
ISSN 1411 - 1497
Shin, H., DA. Collier dan DD.
Wilson (2000). “Supply Management Orientation and
Supplier/Buyer Performance”, Journal of Operation
Management, Vol. 18 No. 3,
April.
Svensson, Goran. (2000), ”A
Conceptual Framework for
The Analysis of Vulnerability
in Supply Chain”, Journal of
Physical
Distribution
&
Logistics Management, Vol.
30 No. 9, May.
Stern, W Louis and Frederck D
Sturdivant (1994), “Customerdriven Distribution System” in
Robust Sales Management,
Harvard Bussiness Review
Paperback.
56
Download