4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lumut Lumut merupakan

advertisement
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lumut
Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk kedalam divisi Bryophyta,
menurut So (1995) dalam Damayanti (2006), lumut memiliki keanekaragaman dan
keindahan yang sangat tinggi dan tidak kalah saing dengan tumbuhan tinggi lainnya,
serta memiliki variasi habitat yang luas. Lumut dapat tumbuh menutupi bebatuan,
batang pohon, dinding, batu bata, kadang membentuk hamparan seperti karpet hijau.
Lumut dapat dengan mudah dibedakan dengan tumbuhan berpembuluh, dimana lumut
tidak memiliki sistem pengangkut air dan makanan, kecuali pada suku Polytrichaceae,
selain itu lumut tidak mempunyai akar, melekat pada substrat dengan rhizoid.
2.2 Lumut Daun (Musci)
Menurut Goffinet et al., (2001) dalam Glime (2006), lumut daun merupakan kelas
terbesar dari Bryophyta terdiri dari 84% famili dan 98% jenis, jumlah ini
menggambarkan bahwa lumut daun memiliki keanekaragaman yang tidak diragukan
lagi. Damayanti (2006) menambahkan, lumut daun dapat dengan mudah dibedakan
dengan lumut hati berdaun yaitu dari susunan daunnya yang spiral dan bentuk
sporofitnya. Selain itu, jenis lumut daun lebih tahan terhadap kekeringan
dibandingkan dengan jenis lumut hati. Batang lumut daun memiliki cabang dengan
bentuk yang bermacam-macam. Struktur tubuh yang dimiliki lumut daun lebih
kompleks dibandingkan kelompok lainnya.
2.3 Karakteristik Lumut Daun (Musci)
Universitas Sumatera Utara
5
Habit
Berdasarkan letak sporofitnya lumut daun dibagi ke dalam dua kelompok, akrokarpus
dan pleurokarpus. Akrokarpus adalah arkegonia dan sporofitnya berasal dari ujung
batang, biasanya pola pertumbuhannya erect tidak ada yang mats, pecabangannya
sedikit. Pleurokarpus arkegonia dan sporofitnya berasal dari batang-batang lateral,
biasanya pola pertumbuhannya mats, wefts, dense tufts, pendents, dendroid atau
frondose (Gradstein et al., 2009a). Damayanti (2006) menambahkan, akrokarpus
merupakan lumut yang tumbuh secara tegak, sedangkan pleurokarpus lumut yang
tumbuh secara menjalar atau merayap.
Batang
Batang juga merupakan karakter yang dapat membedakan jenis. Menurut Tan &
Chuan (2008), lumut dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk morfologi batang dan
daun yang diamati di bawah mikroskop. Damayanti (2006) menambahkan, pada
Polytrichaceae batang sudah memiliki sistem pembuluh primitif berupa sel-sel
hydroid dengan ukuran yang besar dan memiliki lapisan dinding sel tebal, yang
berfungsi untuk mengangkut air, selain itu juga terdapat sel pengangkut makanan
(hasil metabolisme) yang disebut leptoid.
Daun
Menurut Gradstein et al., (2009a), daun memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dan memegang peranan sangat penting dalam identifikasi. Biasanya daun tersusun
spiral di sekitar batang atau cabang, orientasi daun juga sangat bervariasi, secara
garis besar daun dapat berbentuk oval, lanset, oblong-lanset, linear (garis), oblong,
dan orbicular (bulat). Menurut Vanderpoorten & Goffined (2009), beberapa contoh
bentuk daun yang umum ditemui dapat dilihat pada Gambar 1.
Universitas Sumatera Utara
6
A
B
C
D
E
Gambar 1. (A) Oblong-Lanceolate, (B) Lanceolate, (C) Oblong, (D) OvateLanceolate, (E) Oblong-Obovate.
Bentuk ujung daun juga memiliki variasi seperti obtuse (tumpul), acute
(runcing), retuse (terbelah), truncate (romping), acuminate (meruncing), dan
mucronate (berduri), dengan bentuk pinggir daun mulai dari entire (rata), crenate
(beringgit), dentate (bergigi), spinose (berduri), serrate (bergerigi), double serrate
(bergerigi ganda). Secara umum helain daun terdiri dari satu lapisan sel, kecuali pada
costa (tulang daun) sel memanjang dan menebal, dengan bentuk single (satu tulang
daun), bicostate (dua tulang daun), percurrent (tulang daun berakhir sampai ujung
daun), ekscurrent (tulang daun memanjang sampai ujung pinggir daun), ecostate
(tanpa tulang daun) (Gradstein et al, 2009a).
Bentuk Sel Daun
Menurut Gradstein et al., (2009a), sel daun berbeda-beda pada setiap lumut daun,
bentuk, ukuran dan susunannya. Bentuknya mulai dari quadrat, oval, isodiametrik,
rhomboidal, hexagonal, dan rectangular. Menurut Vanderpoorten & Goffined (2009),
beberapa bentuk sel daun dapat dilihat pada Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 2. Bentuk sel lamina (a) hexagonal, (b) Quadrat-isodeometric, (c) Elongatelinear, tipe sel quadrat yang membesar pada bagian dasar daun.
Pada bagian pinggir basal daun terdapat sel yang memiliki ukuran, bentuk,
dan warna yang berbeda dari sel lainya yang disebut sel alar (Gradstein et al, 2009b).
Menurut Tan & Chuan (2008), suku Sematophyllaceae, Dicranaceae, Hypnaceae,
sebagian besar anggotanya memiliki sel alar.
Sporofit Dan Gametofit
Lumut daun memiliki gemetofit yang telah terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan
bentuk-bentuk seperti batang, cabang dan daun. Sporofit berumur panjang, terdiri dari
kaki yang berfungsi untuk menyerap nutrient dari gametofit, dan kapsul yang
disanggah oleh suatu tangkai yang disebut seta (Hasan & Aryanti, 2004).
2.4 Manfaat Lumut
Lumut memiliki peranan yang sangat penting, baik dari peranan ekonomi, kesehatan,
estetika, makanan hewan, dan ekologi. Secara ekonomi lumut digunakan sebagai
bahan kemasan sayuran dan bunga, bahan pembuatan popok bayi, lumut yang biasa
digunakan adalah Sphagnum, karena memiliki tekstur yang lembut. Pada masyarakat
tertentu mereka menggunakan genus Polytrichum sebagai kostum seremonial
(Hallingback & Hodgetts, 2000).
Universitas Sumatera Utara
8
Menurut Tan (2003) dalam Hasan & Aryanti (2006), Sphagnum juga
digunakan sebagai media alternatif untuk mengerami telur buaya oleh para petani di
Philipina. Bahkan lumut yang dikeringkan digunakan sebagai bahan bakar dan bahan
untuk konstruksi rumah-rumah didaerah panas, tapi tidak bisa digunakan di wilayah
Asia Tenggara.
Para ahli sudah mulai banyak meneliti komposisi zat yang terkandung pada
lumut, beberapa diantaranya mengandung antibiotik, dan zat lain yang memiliki
khasiat obat (Damayanti, 2006). Menurut Gradstein & Tan (2009), Sphagnum juga
merupakan obat herbal dari China untuk mengobati luka dan juga antiseptik.
Hallingback & Hodgetts (2000) menambahkan, banyak dari ekstrak lumut yang
mengandung senyawa fenolik yang menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Choyal & Sharma (2011) menambahkan, lumut daun memiliki zat antibotik untuk
membunuh bakteri Vibrio penyebab penyakit kolera dan bakteri Salmonella penyebab
tipus.
Keunikan dan keindahan lumut juga memberikan nilai lebih, terutama bagi
penggemar seni, lumut memiliki potensi sebagai tanaman hias, karena bentuk dan
keragaman jenisnya (Damayanti, 2006). Gradstein & Tan (2009) menambahkan,
beberapa jenis seperti Vesicularia, lumut hati Monoselium reverum dijual kemudian
digunakan sebagai dekorasi dan tanaman aquarium.
Secara ekologi lumut memiliki peranan yang sangat penting, karena
merupakan tumbuhan perintis, tempat tinggal bagi organisme lain, memiliki peran
yang penting dalam menjaga porositas tanah dan kelembaban tanah karena
kemampuannya dalam menahan dan menyerap air. Lumut juga merupakan indikator
pencemaran udara, spesies-spesies tertentu sangat peka terhadap perubahan komposisi
gas di udara, jika udara sudah penuh dengan polutan lumut tidak bisa tumbuh dengan
baik bahkan bisa mati (Damayanti, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Download