Jadwal Rutin DOJCC Bali Gathering pertemuan Komunitas setiap minggu kecuali minggu ke - 4 di Basement Gereja FX pk. 11.30 Wita diawali makan siang bersama Sharing Group sebulan 2 x Formation Teaching sebulan sekali Celebration Meal (Makan malam bersama) Setiap Sabtu terakhir dalam bulan pk. 18.30 bergantian di rumah anggota Tugas Koor Misa English Setiap Minggu ke - 3 pk. 18.00 di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta Tugas Tatib di Gereja FX Sebulan sekali DOA Kontemplasi (Taize, Adorasi, dll) Setiap Rabu ke -3 Ruang Pastoran Gereja FX pk. 18.30 www.DOJCC.com ANEKA KEGIATAN DOJ MEI 2014 Gathering DOJ Minggu 4 Mei 2014 Tugas Tatib Mei 2014 Gathering DOJ Minggu 18 Mei 2014 Worskhop Doa bersama Rm Hady Setiawan, Pr Roadshow Rosario selama bulan Mei 2014 Celebration Meal Sabtu 24 Mei 2014 Formation Teaching dan Sharing Group Rabu 28 Mei 2014 Menjenguk Prodiakon Pak Tugiyo di RS Prima Medika Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE ! Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223) Kritik dan saran : [email protected] Fresh JUICE ! Team Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr Penasehat : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Yovie Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Agatha, Fransiska, Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Joseph MGL, Rm Wenz MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia, Fr David, Alin, Yudi, Betty, Fr. Anis, MGL, Betty, Daniel, Yance, Pras, Iwan Setiawan, Yustina, Rita, Lia, Siska Langganan & Marketing Iklan : Nathasa (0361- 85 11223) Distribusi : Anggota DOJ Bali Seluruh hasil Fresh Juice akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul Sumbangan dapat disalurkan ke : BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Harap sms / telpon 0361 - 8511223 untuk konfirmasi. Fresh JUICE ! managed by : www.DOJCC.com Syalommm.... Senang berjumpa lagi dengan temanteman semua. Semoga semua dalam keadaan baik dan bahagia. Salam kenal buat teman-teman yang baru di komunitas DOJ. Setahun sekali komunitas kita mengadakan Retret Hidup Dalam Roh Kudus. Retret ini sering dikenal sebagai Retret Awal. Karena memang dalam retret ini kembali kita diingatkan akan Kasih Allah, bagaimana Allah menyelamatkan kita. Dan setelah retret kita menjadi manusia yang baru. Manusia baru yang menjalani kehidupan yang sama dengan cara yang baru, yang lebih bersandar pada penyelenggaraan Tuhan. Bagi teman-teman yang sudah bergabung, retret ini juga menjadi sarana untuk mengingat kembali bagaimana Kasih mula-mula yang kita rasakan dari Tuhan. Yang membuat kita bisa kembali bersemangat dalam menjalani kehidupan dan pelayanan. Buku renungan harian Katolik Fresh Juice ini, merupakan tulisan sharing iman dari teman-teman anggota komunitas. Sebagai sarana saling menguatkan sesama anggota komunitas. Selamat menjadi Manusia Baru bersama Tuhan. Salam sejahtera...salam Fresh Juice Nathasa Berdoa Hari Minggu Komunikasi Sedunia Kis. 1:12-14; Mzm. 27:1,4,7-8a; 1Ptr. 4:13-16; Yoh. 17:1-11a Minggu 1 Juni 2014 Yoh 17:9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, ....sebab mereka adalah milik-Mu. Pada bacaan ini, dituliskan Tuhan Yesus yang sedang berdoa kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus yang berdoa untuk kita semua karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Terkadang kita juga sering meminta kepada sahabat-sahabat kita untuk mendoakan kita. Seperti saat kita sedang menghadapi masalah, sakit, ujian, mencari pekerjaan, dan lain-lain. “Bro, tolong doain saya ya biar besok lancar ujiannya”, “Sis, tolong doain kakak saya yang sedang sakit yaaa, semoga dia cepet sembuh”, Begitulah kita sering meminta tolong kepada sahabat-sahabat kita. Dalam bacaan hari ini Tuhan Yesus mendoakan para murid Nya kepada Allah Bapa tanpa perlu kita meminta terlebih dahulu. Tuhan Yesus tidak berdoa untuk dunia ini tetapi berdoa untuk kita semua. Tetapi ada orang-orang yang menyangka bahwa karena Kristus berdoa, maka Ia sesungguhnya bukan Allah. Sebab kalau Ia sendiri Allah, maka Ia tidak perlu berdoa? Namun pendangan ini melupakan bahwa di samping Kristus itu sungguh Allah, Ia juga adalah sungguh manusia, pada saat penjelmaan-Nya di dunia ini. Maka dengan demikian, Yesus berdoa, untuk mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita berdoa kepada Allah Bapa, seperti halnya ketika Ia mengajarkan kita untuk berdoa Bapa Kami. Di samping itu, Kristus juga mengajarkan kepada kita tentang persatuan-Nya dengan Allah Bapa, yaitu bahwa Ia dan Bapa adalah satu, Allah Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (Yoh 17-10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka). Mari kita berdoa agar Tuhan Yesus menjadi role model dalam kehidupan kita sehari-hari sehari-hari: Ya Allah Bapa, Allah yang maha kuasa. Utuslah Roh Kudus kepada diri kami masing-masing agar setiap apa yang kami pikirkan, katakan, dan perbuat, berkenan di hati Mu. Agar kami mencerminkan hidup Tuhan kami Yesus Kristus di dalam kehidupan kami. Amin. -Santo- Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 7 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Menang bersama Kristus Senin 2 Juni 2014 Yoh 16:33 “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Marselinus dan Petrus, Feliks dr Nikosia Kis. 19:1-8; Mzm. 68:2-3,4-5ac,6-7ab; Yoh. 16:29-33 Masih ingat dengan film Power Rangers, Ultraman, atau Doraemon? Ya, film animasi anakanak yang mengisahkan tentang kepahlawanan, menyelamatkan manusia dengan kekuatannya. Bisa berubah jadi raksasa, berubah jadi motor atau mobil dan bahkan bisa terbang. Begitu juga dengan film Superman, Batman, Spiderman, dan bagi yang suka drama korea yang sekarang lagi menjadi “trending topic” Man from the stars. Film dan drama ini membuat kita tercengang dan mengagumi kekuatan yang dimiliki pemain tersebut. Mungkin terkadang ada yang berpikir, seandainya saya punya kekuatan seperti Doraemon, yang memiliki baling-baling untuk terbang dan memiliki pintu kemana saja !! Pada bacaan hari ini Tuhan Yesus sendiri menyatakan, bahwa Dia telah mengalahkan dunia ! Ya benar, tapi bukan seperti Batman, Superman, Ultraman ataupun Doraemon. Tuhan Yesus mengalahkan dunia dengan mati di Salib. Kita baru saja melewati masa pra-paskah, dimana kita mengenang kembali pengorbanan Tuhan Yesus di sepanjang jalan salib. Tidak ada sedikitpun airmata atau keluhan yang Dia lontarkan. Dia menerima semua itu dalam diam dan cintaNya pada kita. Dengan semua itu, Dia menebus dosa kita, Dia menang atas maut, Dia bangkit dalam kemuliaan dan Dia diagungkan. Disaat kita berada dalam keadaan yang tidak kita inginkan, atau tidak sesuai rencana, pasti ada perasaan kecewa, sedih, dan marah. Satu yang perlu kita ingat, Tuhan Yesus telah mengalahkan dunia untuk kita. Tuhan Yesus sendiri pun harus berjuang, menahan rasa sakit, mendengar cemooh orang-orang, dipukul, disakiti, bahkan di hukum mati di atas kayu salib. Dapat kita saksikan dari setiap penderitaan Tuhan Yesus, apa yang didapatNya. Ya, Kemuliaan dan kemenangan atas dosa. Kita hanya perlu lebih sabar, lebih setia dan lebih taat. Jika di jalan kehidupan kita, kita sudah cukup lelah dan ingin menangis, menangislah !! Bila kita ingin teriak, teriaklah !! Lakukan apapun yang bisa meringankan beban hati kita. Dan yang terpenting adalah, tetap percaya bahwa Tuhan Yesus melihat setiap airmata, teriakan, dan luka kita. Tidak ada yang sia-sia di hadapanNya. Berjalan bersama Kristus, berjuang bersama Kristus dan menang bersama Kristus. HILDA Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 8 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com I’m YOURS Selasa 3 Juni 2014 Yoh 17:9 Aku berdoa untuk mereka. Peringatan Wajib St. Karolus Lwanga Kis. 20:17-27; Mzm. 68:10-11,2021; Yoh. 17:1-11a Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, ....sebab mereka adalah milik-Mu. ... So I won’t hesitate no more, no more It cannot wait I’m sure There’s no need to complicate Our time is short This is our fate, I’m yours Cuplikan dari lirik lagu I’m yours by Jason Mraz begitu simple, ringan dan asyikk untuk dinyanyikan.. ungkapan cinta pada sang kekasih..Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa kita juga ada yang memiliki..Siapakah Dia?? Dalam pengalaman hidup kita sehari-hari, kadangkala kita bertindak seperti para murid dalam melakukan suatu tugas pekerjaan atau rutinitas harian. Begitu besar tenaga yang kita keluarkan, begitu keras pikiran yang sudah di kerahkan. Namun kadang kita menemui kebuntuan. Apa yang kita lakukan dengan susah payah, kadang tidak membuahkan hasil apapun. Dan ujungujungnya adalah, frustasi, kecewa, bahkan ada yang sampai depresi. Tuhan Yesus sendiri berkata dalam injil hari ini bahwa ‘ Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu. Dia mengajak kita untuk kembali mempercayakan semua yang kita lakukan pada Tuhan. Dia tahu segala beban hidup kita sehari-hari. Setiap hal yang diijinkan terjadi, semuanya Dia tahu, Dia yang menciptakan kita Dia pula yang tahu segala kelemahan kita, karena kita adalah milikNya. Marilah kita mulai dan lakukan semua aktifitas harian kita dalam iman dan doa. Kepasrahan dan serah diri pada Tuhan pastilah akan memberikan buah-buah yang lebih indah. Di saat kita merasa sia-sia melakukan segala sesuatu, kembalilah pada Tuhan, karena Tuhan pasti tidak akan membiarkan anak-anakNya yang mengalami kesulitan. Percayalah bahwa dengan iman dan doa kita akan diberkati. Akhirnya istilah ora et labora, berdoa dan bekerja harus di jalankan secara bersama-sama. Karya dan doa harus selaras. Tidak mungkin jika kita mengharapkan sesuatu, namun kita hanya berdoa melulu tanpa adanya tindakan nyata dan kerja keras, dan begitu juga sebaliknya, tidak mungkin kita melakukan segala hal tanpa doa dan berkatNya. Kita semua datang kepada Yesus karena Dia adalah Roti Hidup yang turun dari surga. Dia datang untuk memberikan kehidupan, harapan kepada yang putus asa, dan kesembuhan kepada yang sakit. Dia datang untuk memberikan sukacita kepada kita. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati setiap karya-karya dan pekerjaan kita sehari-hari DOA : Tuhan, terima kasih melalui Injil hari ini, Engkau mengingatkan kami, agar kami selalu mengimani Engkau sebagai pemberi berkat dalam hidup kami. Ingatkanlah kami ya Tuhan, jika kami mulai meninggalkan Engkau. Engkau datang untuk memberikan sukacita kepada kami. Semoga sukacita yang kami peroleh mampu dibagikan kepada sesama, sehingga banyak orang mengalami kasihMu. Amin. Lulu Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 9 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Tugas Perutusan Rabu 4 Juni 2014 Yoh. 17:18 Sama seperti Engkau Yakobus dr Viterbo, Petrus dr Verona Yohanes Baptista Skalabrini telah mengutus Aku ke dalam dunia, Kis. 20:28-38; Mzm. demikian pula Aku telah mengutus 68:29-30,33-35a,35b-36c; Yoh. mereka ke dalam dunia. 17:11b-19 Setiap kali kita mengikuti misa ekaristi, romo selalu menutup misa dengan kalimat, ‘Marilah pergi, kita diutus’ dan umat mejawab ‘Amin’. Selama ini saya tidak pernah menyadari kalimat tersebut, karena dari kecil, sudah terbiasa mengikuti ekaristi dan bila romo mengucapan kalimat tsb, artinya misa sdh selesai dan sudah bisa pulang. Sampai sekitar 2011, ketika dalam sebuah retret kami, saya memainkan sebuah peran drama tentang ‘pintu surga’. Dalam cerita ada 4 orang yang mencari pintu surga, mereka berempat saling mengenal, dimana 3 orang tidak tahu tentang Yesus, serta seorang lagi rajin ke gereja dan otomatis sangat mengenal siapa Yesus. Saat menghadap penjaga pintu surga yaitu St. Petrus, anak yang rajin ke gereja, menjadi gagal masuk surga, karena meski rajin ke gereja, dia tidak pernah mengenalkan Yesus kepada teman-temannya. Saat itu saya seperti disadarkan, saya selalu menjawab ‘amin’ saat romo mengucapkan pergilah kita diutus, tapi selama ini, saya sama sekali tidak menyadari arti kalimat tersebut. Sebagai pengikut Kristus, kita bukan sekedar memiiki agama katolik tertulis di KTP. Akan tetapi sebagai pengikut Kristus, kita mendapat tugas penting, diutus mengenalkan Bapa kepada dunia, sama seperti Yesus di utus kedunia, maka setelah Yesus kembali kepada Bapa, kita yang diutus Yesus meneruskan pekerjaan tsb. Bukan suatu pekerjaan mudah, dan tidak semudah mengucapkan Amin saat romo menyebutkan pergilah kita diutus. Bila kita bersekolah, mendapat tugas sekolah, maka kita berusaha sebaik-baiknya mengerjakan tugas tsb supaya memperoleh nilai yang bagus dari guru. Bila kita bekerja di perusahaan, mendapat tugas dari atasan, maka kita akan berusaha mengerjakan tugas tsb dengan maksimal agar atasan kita puas dan kinerja kerja akan dinilai bagus. Lalu bagaimanakah dengan tugas dari Yesus ini…? Apakah kita pun sudah mengerjakan dengan maksimal, ataukah lupa dengan tugas perutusan kita ataukah kita tanpa sadar menjawab Tuhan dengan… ini aku Tuhan, utuslah dia alias menunjuk kepada orang lain untuk mengerjakan tugas tsb. Apapun yg sudah kita kerjakan untuk tugas perutusan dari Yesus pada akhirnya, Tuhanlah yang akan menilai semuanya, sebagai guru sebagai atasan, bukan sesama kita manusia yang akan menilai. Tetapi Tuhan sendiri yang akan memberi nilai pada tugas yang sudah kita kerjakan. Selamat mengerjakan tugas perutusan, dan capailah nilai maksimal dari Tuhan Rita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 10 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Isi Hati Peringatan Wajib S. Bonifasius Kis. 22:30; 23:6-11; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Yoh. 17:20-26 Kamis 5 Juni 2014 Yoh. 17:25 Bapa yang adil, dunia tidak mengenal Engkau, tetapi AKu mengenal Engkau dan mereka ini tahu, bahwa Engkau mengutus Aku Hari ini kita disuguhkan dengan bacaan dari injil Yohanes yang membeberkan isi hati Tuhan Yesus yang paling dalam kepada Bapa-Nya, ketika Dia hendak menghadapi akhir-akhir dari hidup dan misi-Nya di dunia, khususnya setelah kebangkitan-Nya dan menjelang kenaikanNya ke surga. Isi hati-Nya ini ditulis oleh Yohanes dengan sangat menarik dalam bentuk sebuah doa dan sekaligus mengekpresikan relasi yang begitu hangat dan intim antara Tuhan Yesus dengan Bapa-Nya di surga. Melalui tulisannya, Yohanes ingin supaya setiap orang beriman atau yang percaya kepada Tuhan Yesus untuk memiliki kualitas relasi yang sama seperti Tuhan Yesus dan Bapa-Nya. Yohanes percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dinantikan oleh bangsa Israel dan yang dijanjikan Allah Bapa untuk menebus dosa-dosa dunia. Relasi ini diungkapkan dengan sangat indah dan penuh iman oleh Yohanes dalam injilnya berupa doa Tuhan Yesus yang menghendaki terwujudnya keadilan Allah di muka bumi ini. Sebagaimana dalam kutipan berikut Tuhan Yesus berdoa, “Bapa yang adil, dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau dan mereka ini tahu, bahwa Engkau mengutus Aku” (Yoh. 17:25). Keadilan Allah yang dipahami atau yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus sangatlah berbeda dengan pemahaman dan pengertian dunia mengenai keadilan. Keadilan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus adalah supaya dunia mengenal Allah yang adalah satu-satunya sumber dan tujuan serta kebahagiaan hidup yang sejati. Allah yang satu dan sama yang adalah Bapa-Nya juga sekaligus sahabat-Nya yang paling intim dan dekat menjadi model dari relasi iman Gereja Katolik dan seluruh anggotanya. Yesus ingin supaya umat milik-Nya masing-masing mengenal Allah serta memiliki relasi pribadi yang mendalam dan intim dengan Bapa-Nya di surga. Sehingga dengan mengenal Allah Bapa di surga, kita menjadi alat di tangan Tuhan Yesus untuk membuat dunia percaya, bahwa Tuhan Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup untuk kehidupan kini dan kelak. Melalui bacaan hari ini, saya dan anda ditantang untuk melihat sejauh mana kita membangun relasi pribadi dengan Bapa di surga saat ini? Apakah kita memiliki pengalaman kedekatan relasi pribadi dalam doa dan pelayanan dengan Bapa di surga? Sejauh mana saya dan anda mengenal kehadiran Allah Bapa dalam doa dan hidup kita sehari-hari? Marilah kita berdoa kepada Bapa di surga agar kita dianugrahi rahmat untuk mengenal dan mencintai Bapa di surga seperti yang telah diajarkan atau ditunjukan oleh Tuhan Yesus dalam hidup dan pelayanan-Nya selama bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Tuhan Yesus jadikan kami alat ditangan-Mu untuk mewujudkan keadilan Allah di muka bumi ini. Amin. Fr. Anis, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 11 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Do you love ME ? Jumat 6 Juni 2014 Norbertus Kis. 25:13-21; Mzm. 103:1-2,11-12,1920ab; Yoh. 21:15-19 Yoh 21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Tahu lagu lawas ini kah? “Bila kau benar-benar sayang padaku, bila kau benar benar cinta. Tak perlu kaukatakan semua itu cukup Tingkah Laku !” Well... Sepertinya injil hari ini bernyanyi seperti itu ya? :-) :-) Saya teringat ketika putri saya lahir, ketika saya memeluknya pertama kali. Ada perasaan haru, bahagia, cinta yang luar biasa. Dan saya membayangkan, jika saat itu Yesus pun berada di sana, di samping saya saat itu, lalu IA bertanya : Siska, apakah engkau mencintai Aku? Saat itu, pasti saya jawab dgn kemantapan yang amat sangat YA Yesus aku sangatttt mencintaiMu. Dan kata Yesus : gembalakanlah domba kecilku ini. Dienggggg... Langkah selanjutnya yang meminta aksi dan bukan sebatas kata-kata mungkin lebih sulit. Bagaimana mungkin saya bisa menjadi seorang gembala yang membimbing, memimpin dan menjaga, jika Saya saja belum benar-benar taat pada Gembala saya? Ada jawaban Yesus di akhir, yang saya pikir mampu menjawab pertanyaan ini, yaitu : “Ikutlah AKU” Ketika diberikan tugas turut serta dalam penggembalaan, dengan kemanusiawian kita, pastilah kita tidak akan pernah mampu. Tetapi ajakanNya untuk turut serta dalam penggembalaan adalah ajakan untuk berproses mencintai DIA. Yesus adalah Gembala sejati, dengan kita menyadari bahwa IA selalu ada di dalam kita dan mengijinkanNYA berkarya sebebas-bebasnya, maka melalui ketidaksempurnaan kita, Allah pun bisa berkarya dan kita bisa belajar mencintaiNYA dengan lebih lagi, yaitu dengan menggembalakan domba-domba yang IA Cintai. Siska Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 12 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Itu bukan Urusanmu, Ikutlah Aku Anna dr S. Bartolomeus Kis 28:16-20, 30-31, Mzm 11:4,5,7, Yoh 21:20-25 Sabtu 7 Juni 2014 Yoh21:22: Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Tuhan menciptakan manusia itu unik. Tidak ada 2 orang manusia yang diciptakan persis sama, bahkan anak kembar yang serupapun masih mempunyai beberapa perbedaan, seperti warna kesukaan, bakat, hobi dstnya. Dalam injil hari ini , Yesus seakan berkata pada Petrus:” Engkau adalah Petrus dan Yohanes adalah Yohanes. Aku tidak dapat memperlakukan kamu berdua dengan cara yang sama. Aku harus menghargai individualitasmu masing-masing, dan karunia-karuniamu yang istimewa.” Menurut pandangan kita, kadang Allah kelihatannya seolah memperlakukan orang lain dengan kasih yang melebihi kasih-Nya kepada kita sendiri. Sebetulnya hal ini tidak mungkin terjadi karena Allah adalah Kasih. Kasih Allah itu tanpa batas kepada setiap orang, tanpa terkecuali, karena itu kita harus belajar untuk menerima kasih-Nya bagi kita dengan cara Dia mengasihi kita, walaupun kadang kita tidak memahaminya. Karena pengetahuan kita yang terbatas itu maka Yesus tidak ingin kita mencampuri urusan orang lain, karena Yesus tahu bahwa kita tidak bisa sungguh mengerti dan memahami hal yang sedang terjadi , sehingga ikut campur kita dapat saja memperburuk situasi orang yang bersangkutan dan diri kita sendiri. Seperti kepada Petrus, Yesus juga berkata kepada kita Tetapi engkau: Ikutlah Aku.” Mengikuti Yesus berarti mempercayakan seluruh dan sepenuhnya, hidup dan masa depan kita disini dan kelak kedalam tangan kasihNya. Mengikuti Yesus juga berarti siap untuk dipimpin ke arah hidup yang baru, yang sesuai dengan kehendakNya bahkan juga kepada jalan yang tidak kita kehendaki. Namum yang terpenting dalam mengikutiNya adalah bahwa kita mengasihiNya setiap hari , tetap setia pada sabda yang telah ditaruh-Nya dalam hati kita masing-masing, dan menyerahkan segalanya pada penyelenggaraan(-ilahi)-Nya dalam ketaatan, tanpa harus membanding-bandingkan apa yang dilakukan dan dialami oleh orang lain. Walaupun kita dipanggil untuk mengasihi Yesus dengan ukuran yang sama, namun tidak harus dengan jalan yang sama. Petrus memahami bahwa mengikuti Yesus berarti sesuatu yang berbeda bagi dirinya dan “murid yang dikasihi Yesus”. Petrus dipanggil untuk mati sebagai martir Kristus sedangkan murid yang lain tidak, hal ini terjadi karena Allah mempunyai berbagai karunia dan peranan yang berbeda-beda bagi setiap anggota tubuh Kristus. Doa:Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur dan berterimakasih kepadaMu, atas Rachmat dan KasihMu yang berlimpah dalam hidup kami. Melalui PutraMu, Yesus, Engkau telah mengajarkan pada kami, bahwa tiada Kasih yang lebih besar dari Kasih PutraMu kepada kami yang telah wafat di salib demi keselamatan kami. Kami mohon agar kami dapat dengan sungguh mengasihi Yesus diatas segalanya dan mengasihi sesama kami seperti diri sendiri. Amin. Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 13 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Kado Roh Kudus Minggu 8 Juni 2014 Yoh. 20:22, Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus…” Hari Raya Pentakosta Kis. 2:1-11; Mzm. 104:1ab, 24ac, 29-31, 34; 1Kor 12:3-7, 12-13; Yoh. 20:19-23 Kebanyakan dari kita tahu bahwa hari Raya Pentakosta merupakah hari jadi atau hari lahirnya Gereja. Kalau Gereja berulang tahun, tentunya dia mendapatkan hadiah. Kalau kita ingat, ketika hari raya Kamis Putih, gereja diberikan “hadiah” oleh Tuhan Yesus yakni dua sakramen yakni sakramen imamat dan ekaristi. Hari ini Gereja diberikan hadiah oleh Tuhan Yesus sendiri yakni hadiah ROH KUDUS. Pada bacaan injil hari ini, Yesus berkata kepada para muridNya dengan hembusan nafasNya yang kudus, “TERIMALAH ROH KUDUS.” Wow…. Nah, siapakah Gereja itu? Gereja itu adalah Anda dan Saya, kita semua yang sudah dibaptis. Yesus berkata kepada tiap pribadi dari kita yakni untuk menerima hadiah ROH KUDUS. Roh Kudus adalah Roh Tuhan Yesus sendiri yang membangkitkan Yesus dari kematian. Nah, tentunya hadiah yang pernah kita terima pada hari-hari ulang tahun, hari pernikahan kita, hari tahbisan, atau hari-hari khusus lainnya biasanya dibungkus dengan kertas kado yang begitu indah. Demikian pula dengan hadiah yang kita terima dari Tuhan Yesus, yakni ROH KUDUS masih “terbungkus” dan kita harus membukanya. Banyak dari kita belum berani membuka “kado” tersebut karena memang hadiah tersebut mempunyai efek yang luar biasa. Dari kesaksian yang kita dengar dari para Rasul, para santosanta, dan orang-orang suci lainnya, ketika mereka membuka “kado” Roh Kudus itu, mereka langsung hidup dalam ROH KUDUS. Hidup mereka diubah! Sungguh kado yang luar biasa. Nah, banyak dari kita yang masih takut untuk membuka “kado” tersebut karena merasa lebih “nikmat” hidup di dalam hidup yang lama dan tidak berani untuk menggeluti hidup yang “baru” di dalam Roh Kudus. Setelah kita menerima dan membuka “kado” Roh Kudus, orang lain akan melihat buat-buah manis yang bisa dinikmati. Buah pengampunan, buah kerendahan hati, buah kasih sayang, buah kesetiaan dan lain sebagainya. Pertanyaan bagi kita semua, setelah kita menerima “kado” Roh Kudus, beranikah kita membukanya? Dan siap untuk diubah oleh KuasaNya untuk memeluk hidup yang baru? Jawaban ada di setiap hati Anda. Rm. Vincent, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 14 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Berbahagiakah kita ? Efrem, Yosef de Anchieta 1Raj. 17:1-6; Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8; Mat. 5:1-12. Senin 9 Juni 2014 Mat 5:1-12 “ Berbahagialah orang yg miskin dihadapan Allah, karena merekalah yg empunya kerajaan Surga” “Tidak apa apa kita hidup pas-pasan, yang penting keluarga kita bahagia”… pasti beberapa dari kita pernah mendengar kata-kata tersebut, atau mungkin sering malah. Malah ada yang melanjutkan “banyak keluarga yang kaya hidupnya tidak bahagia”. Saya membaca salah satu buku karangan ilusionist terbesar pertama di Indonesia, sebenarnya kita memiliki 3 pilihan untuk hidup bahagia tersebut yang belum saya sebut di atas: 1. Hidup pas pasan tapi bahagia 2. Hidup kaya tapi tidak bahagia Pilihan ke3 yg tidak pernah dikatakan oleh orang orang 3. Hidup kaya tapi bahagia. Kenyataannya bahwa banyak juga orang kaya yang bahagia kan? Kita hanya dibrainwash oleh orang-orang terdekat kita (mungkin orangtua) dengan pembelaan diri hidup pas pasan tapi bahagia. Menurut saya jaman sekarang hidup pas pasan aja tidak cukup untuk bahagia (kenyataannya). Married perlu dana yg lumayan, hamil sampe anak lahir biayanya besar, anak sudah lahir kudu siapin biaya untuk sekolah, biaya asuransi dll. Nah kalo pas pasan pasti pusing kan? kalo ada uang kita tinggal pilih mau melahirkan di RS mana, mau sekolahin anak disekolah yang kita ingin. Biaya sekolah yang mahal. Dan lain lain. Saya rasa Tuhan Yesus juga tidak melarang kita untuk kaya, ayat yg saya ambil tsb adalah “miskin dihadapan Allah” jadi bukan miskin secara materi, walau ada juga ayat dikitab yang lain “ lebih susah orang kaya masuk kedalam kerajaan Surga” tapi bukan berarti orang kaya tidak bisa masuk kedalam kerajaan Surga kan? Mari yang kepingin pilihan yang ketiga bersama-sama kita bekerja keras diiringi Doa, karena Ia akan memberi saat kita meminta, dan membuka pintu saat kita mengetuk. Prast Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 15 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Menjadi Terang Selasa 10 Juni 2014 Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disurga. 1 Raj 17:7-16 ; Mzm 4:2-3, 4-5, 7-8 ; Mat 5:13-16 Pada awal saya memutuskan bergabung dalam suatu komunitas, saya bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam kepribadian. Ketika menghadapi orang yang membuat saya tidak nyaman, saya berpikir dan merasa ini bukan tempat saya. Tapi seiring dengan waktu, Tuhan membuka mata dan hati saya. Saya melihat dan tersentuh dengan banyak hal-hal baik di setiap pribadi yang saya temui, yang membuat saya kagum dan mensyukuri banyak hal. Ada ketulusan, keramahan, kerendahan hati, semangat pelayanan, kebijaksanaan, dan banyak lainnya. Kebaikan-kebaikan dari tiap pribadi tersebut, sungguh menginspirasi saya untuk belajar memunculkan kebaikan-kebaikan itu dalam diri saya. Kebaikan-kebaikan dalam perbuatan kita bagaikan terang, jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tulus, akan menyentuh hati orang lain disekeliling kita, dan membuat orang lain merasa bersyukur pada Tuhan dan tergerak untuk berbuat hal yang sama. Jesus Bless Us Lia Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 16 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Kasih Yang Terutama Peringatan Wajib St. Barnabas, Rasul Kis. 11:21b-26; 13:1-3; Mzm. 98:2-3ab,3c-4,5-6; Mat. 10:7-13 Rabu 11 Juni 2014 Mat.10:8 Kamu telah memperolehnya dengan cuma – cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma – cuma. Setiap dari kita Tuhan berikan karunia masing – masing sesuai kebutuhannya. Karunia tidaklah harus tampak besar seperti mengadakan mukjizat ataupun menyembuhkan orang sakit. Kadang dalam setiap pelayanan yang kita lakukan dalam komunitas, ada banyak rasa tidak percaya diri, rendah diri apa yang bisa saya lakukan ketika suara saya tidak semerdu para singer, ketika saya tidak bisa mendoakan orang seperti para pendoa. Bukankah karunia itu bermacam – macam jumlahnya? Menjadi pendengar yang baik untuk saya pribadi adalah sebuah karunia hebat yang bisa Tuhan berikan. Bayangkan begitu kuatnya seseorang berjam-jam hanya mendengarkan masalah orang lain dan menjadi tempat sandaran baginya. Karena sejatinya, karunia atau anugerah terbesar yang sudah Allah berikan pada kita adalah kasihNya sendiri. Ia terlebih dahulu mencintai kita dengan memberikan PutraNya satu – satunya untuk kita. Ya, untuk menyelamatkan kita. Tuhan bisa menjadikan siapapun menjadi alat dan pelayanNya yang hebat, memuliakan namaNya melalui berbagai pelayanan dan mukjizat, tapi tanpa kasih, semua pasti sia – sia. Tunjukan kasihmu pada orang – orang di sekitarmu, bagilah kasih itu yang sudah Tuhan berikan secara cuma – cuma, maka orang akan merasakan betapa hebatnya Tuhan kita, ketika kita bisa mengampuni orang yang menyakiti kita, ketika kita bisa menolong orang asing yang membutuhkan walaupun kita tidak mengenalnya sama sekali. Sekecil apapun karunia yang kita miliki, tidak pernah ada ukuran hebat atau tidaknya di mata Tuhan, karena Tuhan sendiri yang memberikannya pada kita jadi sudah pasti karunia itu akan berguna untuk orang lain. Jangan batasi diri kita untuk setiap karunia yang sudah kita miliki dan akan Tuhan tambahkan. Alin Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 17 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Apa Marah itu Dosa ? Kamis 12 Juni 2014 Mat 5:25 “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan Laurensius Maria Salvi, Florida 1Raj. 18:41-46; Mzm. 65:10abcd,10e-11,12-13; Mat. 5:20-26 Suatu hari seorang suami bertanya kepada istrinya, “Ketika saya marah sama kamu, kamu kok tidak pernah melawan. Bagaimana caranya kamu mengendalikan amarahmu? Sang istri menjawab, ”Ah..aku pergi membersihkan WC.” Lalu tanya si suami: Bagaimana hal itu bisa membantu? “ Saya menggunakan sikat gigimu menyikat WC!” sahut sang istri. Anger management itu sangatlah penting. Yesus memperingatkan kita bahwa jika kita marah dengan saudara kita, kita patut dihukum (Mt 5:22). Ini bukan berarti bahwa perasaan kesal, jengkel atau marah itu dosa. Malahan tidak wajar kan kalau kita tidak merasa marah saat orang yang kita kasihi misalnya, dilukai, dihina dan diinjak-injak. Perasaan marah karena ketidakadilan yang terjadi itu baik adanya. Yesus yang tidak ada satu noda dosa pun pernah marah dan mengusir para pedagang di bait Allah. Dia juga sering berkata-kata keras terhadap para ahli Taurat yang keras hatinya. Yang Yesus maksudkan disini adalah tindakan ekspresi amarah kita yang bisa membuat kita berdosa. Contohnya perkataan-perkataan yang sifatnya menghakimi, ketidakmauan kita untuk berdamai, keras kepala dan selalu mau menang dan merasa benar sendiri. Yang Yesus mau adalah kita terbuka untuk berdialog untuk mencari jalan damai. Di komunitas religious, karena mungkin berpikir bahwa marah itu dosa, banyak ekspresi kemarahan terjadi secara pasif-agresif. Artinya misalnya jika saya marah, saya tidak berbicara langsung kepada saudara saya (dengan baik baik) tetapi saya diam saja, menghukum saudara saya dengan ‘silent treatment’. Atau saya senyum-senyum tetapi dibelakang berbicara buruk. Atau mungkin dengan tidak sadar ataupun sengaja saya terlambat datang ke pertemuan, tidak mau makan bersama, atau tidak mau bekerja sama dengannya, dan bikin banyak alasan untuk menghindar sehingga membuat segala sesuatu menjadi sulit bagi saudara saya. Lebih parah lagi kalau saya berlaku seperti si istri diatas yang kalau marah tidak ngobrol tetapi memakai sikat gigi suaminya sebagai pembersih WC! Wah bahaya kan! Teman teman terkasih dalam Kristus, mari kita mau belajar mengendalikan amarah kita. Biarlah perasaan amarah kita tidak membuat kita menjadi hakim sesama, tetapi malah mendekatkan kita dengan saudari-saudara kita lewat dialog-dialog yang mendamaikan kita semua. Ya Allah Bapa disurga, kami beryukur atas segala emosi yang Engkau berikan, juga perasaan marah, jengkel, atau kekesalan yang kadang kami rasakan. Curahkanlah Roh KudusMu supaya kami bisa mengendalikan amarah kami dan mengekspresikannya sesuai dengan kehendakMu, karena yang Engkau inginkan bukanlah perselisihan tetapi kedamaian diantara kami semua anakanakMu, Dalam nama Tuhan Yesus PutraMu kami memohon. Amin. Fr David Lemewu mgl Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 18 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Kawin Cerai Peringatan Wajib St. Antonius dr Padua 1Raj. 19:9a,11-16; Mzm. 27:7-8a,8b9abc,13-14; Mat. 5:27-32 Mat 5:32 Jumat 13 Juni 2014 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah...” Perikop hari ini mengingatkan kita dengan maraknya artis kawin cerai disaat ini, tetapi bukan hanya artis orang-orang disekitar kita banyak yang melakukan kawin cerai. Sungguh saya bersyukur dengan iman katolik, karena di katolik jika ada perceraian sungguh sangat susah dan sulit pengurusan surat-suratnya dari gereja bahkan yang saya dengar sampai roma. Kira-kira beberapa bulan lalu ketika saya ke Lombok dan seperti biasa tidak menyia-nyiakan waktu kumpul-kumpul dengan sahabat-sahabat lama. Kebetulan saya punya beberapa teman dekat dari SMP yang sampai sekarang kadang kami kumpul, dan diantara mereka hanya saya yang Katolik. Dan lebih detailnya hanya saya juga yang belum menikah, temanteman saya ini kebanyakan sudah 2 sampai 3 kali menikah. Dan bagi mereka ini begitu enjoy dengan kehidupan mereka yang terus kawin cerai, bahkan ada yang punya 3 anak dengan bapak yang berbeda-beda. Dan yang lebih parah ada diantara mereka yang masih punya suami tetapi punya lelaki idaman lain… Aduuuh sampai bingung saya nasihati teman ini, bagi mereka itu sah-sah saja dan tidak berdosa dengan dalil rumah tangganya tidak harmonis lagi. Jujur saya sangat kasihan dengan suaminya, karena suaminya adalah teman baik saya juga begitu juga dengan keluarga suaminya sudah seperti keluarga saya sendiri. Dan dibali saya melihat juga kehidupan beberapa teman saya disini juga hampir sama dengan teman-teman di Lombok. Terkadang saya sedih melihat kehidupan mereka seperti itu, bahkan ada seorang teman saya setelah berpisah dengan suaminya saat anak mereka yang pertama lahir kemudian setelah anaknya SMP dia menikah lagi dengan orang asing lalu mereka punya anak, namun setelah itu dia ditinggal suaminya kembali ke negara asalnya, akhirnya pernikahan mereka nggantung dan teman saya ini harus membiayai kehidupan 2 anak seorang diri. Dari pengalaman-pengalaman ini membuat saya semakin bisa mempelajari, Tuhan menyatukan dua manusia dengan dua hati dan dua karakter. Sekarang bagaimana kita terus berdoa untuk selalu bisa memahami dan menerima karakter pasangan kita. Memang tidak mudah menyatukan 2 hati menjadi satu hati tetapi sekarang kita belajar untuk menerima pasangan kita apa adanya dan belajar merendahkan hati kita untuk bisa menerima perbedaan. Maka pada saat menikah pasti Tuhan semakin membaharui hati kita terhadap pasangan kita… Amien… Rina Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 19 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Demi Nama Tuhan Sabtu 14 Juni 2014 Mat. 5:34 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah ...” Elisa, Gerardus 1Raj. 19:19-21; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10; Mat. 5:33-37 Sering kali kita mendengar orang mengatakan, “Kalau tidak percaya, aku sumpah demi Tuhan,” Lalu membuat tanda salib. Orang itu berlaku seperti itu, karena kemungkinan dia takut dan cemas akan kebenaran ceritera yang dia ceriterakan. Dia berkata dan membuat tanda salib agar orang mengerti bahwa dia mengatakan suatu kebenaran. Yang menjadi pertanyaan, apakah dia sendiri yakin akan kebenaran ceritera itu? Apakah kebenaran cerita itu tergantung dari kepercayaan orang lain? Hari ini kita disajikan dengan kisah dari Penginjil Mateus tentang sumpah dan bagaimana mengatakan yang benar dan tidak. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah tahta Allah… Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Yesus dengan teguh mengatakan hal ini di hadapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, “Janganlah bersumpah palsu.” … kemudian Ia mengatakan lagi bahwa janganlah bersumpa demi langit dan bumi dan segala sesuatu. Yesus ingin mengingatkan mereka akan perilaku mereka. Mereka sering meyakinkan orang lain dengan menyebut nama Allah dan Taurat. Namun mereka sendiri tidak yakin akan apa yang mereka katakan atau lakukan. Yesus ingin membuka mata hati mereka untuk melihat dan merenungkan perilaku hidup mereka. Yesus mengajak mereka untuk selalu berpegang teguh akan hukun dan kebenarannya kemudian melaksanakannya di dalam hidup mereka. Melalui kisah yang menarik ini, marilah kita merenungkan hidup kita masing-masing dan bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah aku secara pribadi sungguh percaya akan kebenaran tentang Yesus dan perbuatan ajaibNya? Apakah aku secara pribadi sungguh mengalami kedekatan Tuhan? Atau apakah aku mengikuti perayaan Ekaristi, berdoa dan memberikan sumbangan itu untuk meyakin orang lain bahwa aku berbuat baik? Doa: Yesus yang baik, bukalah mata hatiku untuk melihat dan merenungkan karyaMu di dalam hidupku. Yakinkanlah aku untuk benar-benar percaya bahwa Engkau datang dan menjamah aku secara pribadi. Buatlah aku percaya akan jamahan itu, gunakanlah aku sebagai alat untuk menyampaikan urapan dan jamahan kasih itu kepada orang lain. Bukan demi aku tetapi demi kemuliaan namaMu yang Agung, Amin. Rm. Joseph, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 20 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Menghakimi HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS Kel. 34:4b-6,8-9; MT Dan. 3:52,53,54,55,56; 2Kor. 13:11-13; Yoh. 3:16-18 Minggu 15 Juni 2014 Yoh. 3:17 “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya...“ Di Maumere, Flores, tempat saya melayani sebagai Imam sekarang, ada kebiasaan merayakan misa malam nara krus. Ini adalah misa peringatan arwah yang biasanya jatuh pada malam keempat setelah tiga malam berturut-turut keluarga berdoa sambil begadang tak kunjung putus di rumah duka. Pada malam keempat, salib yang akan ditempatkan di kubur itu diberi nama dan diberkati untuk kemudian keesokan harinya ditanam (pa‘at krus). Kemudian keluarga yang berduka mencuci muka (bopo waen) atau membersihkan diri dari pakaian kabung. Setelah itu baru mereka menjalani hidup seperti biasa. Jadi malam nara krus bisa diartikan sebagai malam rekonsiliasi dimana masalah yang mungkin ada antara si mati dengan kita yang masih hidup dianggap selesai agar arwahnya bisa beristirahat dalam damai. Nah, saya diminta untuk merayakan misa malam nara krus untuk seorang ibu muda yang mati bunuh diri. Menurut rumor yang beredar, sang suamilah yang menjadi penyebab si ibu ini nekat menggantung diri. Suasana misa cukup tegang, ada beberapa raut wajah yang mungkin masih menyimpan rasa tidak puas. Saya pun sempat bingung, bagaimana saya harus berkhotbah dalam situasi yang demikian. Jangan sampai khotbah saya dijadikan dasar untuk menghakimi sang suami atau pun bisa digunakan sang suami untuk menyerang pihak keluarga isterinya bahwaapa pun alasannya, menggantung diri itu sama dengan dosa dan karena itu si mati pasti masuk neraka. Ketika memulai misa saya tak henti-hentinya mencoba membayangkan apa yang Yesus akan katakan kalau Ia sendiri hadir saat ini? Itulah doa saya, dan puji Tuhan, Ia yang memanggil saya itu memang setia, Ia sendiri yang menaruh kata-kata penghiburan yang bisa diterima oleh keluarga dari kedua belah pihak. Yang ingin saya sharing-kan pada kesempatan Pesta Allah Tritunggal ini adalah panggilan untuk setiap kita yang telah dibaptis ini. Ingatlah ketika kita dibaptis kita pun diundang untuk berhubungan dalam tingkatan yang sama seperti Yesus dengan Bapa-Nya. Kita manusia lemah dan berdosa, tetapi dilayakkan lewat kematian Putera Allah sendiri untuk masuk dalam lingkaran hubungan kasih Bapa-Putera-Roh Kudus. Tugas kita adalah membuat kasih Allah Tritunggal bisa juga dirasakan oleh orang-orang yang berhubungan dengan kita setiap hari atau orang-orang yang kita layani setiap hari baik itu di rumah, di Gereja atau di lingkungan kerja kita setiap hari. Seperti Yesus diutus bukan untuk menghakimi demikian pula kita diajak untuk tidak cepat menghakimi orang lain. Sebab hanya satu perintah yang paling besar, yaitu Kasihilah Allahmu dan sesamamu seperti dirimu sendiri, tidak lebih dan tidak kurang. Kita tidak dipanggil untuk menghakimi orang lain, jadi siapakah kita kalau kita berani menghakimi orang lain? Masih ingat ketika Paus Fransiskus ditanya soal apakah homosexual person akan masuk neraka atau tidak, beliau menjawab who am I to judge. Hendaklah ini juga menjadi pertanyaan reflektif untuk kita semua ketika kita tergoda untuk menghakimi orang lain. Ask yourself, who am I to judge? Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 21 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Senin 16 Juni 2014 Jangan pernah takut untuk memberi Mat 5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Lutgardis, Anicetus Koplin, Yohanes Fransiskus Regis 1Raj. 21:1-16; Mzm. 5:2-3,5-6,7; Mat. 5:38-42. Ketika saya melihat Facebook teman, ada sebuah video yang membuat saya penasaran. Akhirnya saya mencoba membukanya. Di bagian judul atasnya tertulis : “The True meaning of life in just 3 beautiful minutes.” Dikisahkan dalam video tersebut, seorang pemuda melakukan rutinitas yang sama setiap harinya. Ia menolong seorang nenek mendorong gerobak jualannya, kemudian memberi setengah dari makanannya ke seekor anjing, memberi uang kepada seorang ibu dan anaknya yang mengemis, dan menaruh sebuah pisang di depan pintu rumah seorang nenek. Hampir setiap hari ia melakukan hal yang sama. Hal ini bertolak belakang dengan keinginannya. Ia selalu berdoa suatu saat bisa kaya dan berhasil. Tapi, setiap hari dia melakukan hal yang bagi orang lain useless atau sia-sia belaka. Ending dari cerita tersebut, dia tidak mempedulikan seberapa banyak uang yang ia miliki. Ia mendapatkan rasa kepuasan dan kebahagiaan, yang tidak dapat ia rasakan dengan memilki banyak uang. Ia bisa melihat anak dari ibu yang mengemis tersebut dapat sekolah, kemudian nenek yang mendapatkan buah pisang memeluknya sebagai ungkapan kasih sayang. Di dalam kehidupan sehari-hari, saya dan anda terkadang takut untuk memberi lebih dari apa yang kita miliki. Untuk hidup sendiri aja masih susah, kenapa harus mempedulikan orang lain !! Injil hari ini mengajak kita untuk berani memberi dan berbuat lebih kepada orang yang membutuhkan bantuan di sekitar kita. Dengan member kita tidak akan kehilangan, melainkan Tuhan akan memberikan gantinya dengan berkat dan rahmat, yang terkadang di luar perkiraan kita sebagai manusia biasa. Yesus saja telah rela mati memberikan nyawa-Nya untuk menebus dosa kita, apakah dengan memberi sesuatu yang kecil, kita tidak mau dan terkesan menghindar ?? Semoga kita bisa belajar dari Yesus, yang all out memberikan kasih dan rahmat-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya. KRIS Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 22 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Menggapai Surga 1Raj.21:17-29; Mzm.51:3-4,5-6a,11,16; Mat. 5:43-48. Mat 5:44, Selasa 17 Juni 2014 “Tetapi Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu, .... dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Sedang merenungkan Bacaan Injil hari ini, saya teringat mimpi sekitar 13 tahun lalu. Waktu itu setelah Misa peringatan satu tahun ayah saya 5 Desember 2000, malamnya saya bermimpi, melihat ayah saya berdiri di dalam gereja St. Theresia-Kefamenanu, gereja di Paroki asal kami dibaptis, memegang dua daun Palma utuh. Lalu saya melihat ibu saya sudah bersih dan cantik, berjalan memasuki halaman gereja tersebut. Sesampainya ibu di tangga gereja, ayah keluar sebentar dan memberikan daun Palma yang satunya kepada ibu. Beliau masuk lagi ke dalam gereja tetap memegang daun Palmanya, dan dari dalam ia memandang ibu saya penuh kerinduan. Saya memandang kedua orang tua saya itu dan mengerti, betapa mereka tetap saling mencintai sekali pun berada di dunia yang berbeda. Dua tahun setelah mimpi itu, ibu saya meninggal dengan tenang pada hari Senin (1 April 2002), hari ke-2 Paskah. Ada dua hal yang saya maknai dari mimpi itu. Pertama, tentang hari Raya Minggu daun Palma yang ditetapkan Gereja; bahwa Hari Raya itu bukan hanya dirayakan umat di Bumi, tetapi juga umat yang telah berada di Surga. Bahkan kalau kita hanya merayakan setahun sekali, di sana sepanjang masa mereka bersorak-sorak bagi Raja Kekal; kalau kita di bumi menggunakan potongan ujung daun Palma, mereka menggunakan daun Palma utuh. Makna kedua, ayah saya yang telah terlebih dahulu mengecap kebahagiaan di Sana, meminta kepada Tuhan agar memurnikan ibu saya supaya bila ia dipanggil, boleh juga menikmati kebahagiaan seperti bahagianya ayah. Saya pun jadi teringat sebuah tulisan dalam Injil, ‘Iman seorang istri menguduskan suaminya dan sebaliknya iman seorang suami menguduskan istrinya.’ (1 Korintus 7:14). Ada satu hal yang saya ingat dari ayah saya, ia selalu menolong orang terutama yang kesusahan. Sekali pun suatu hari orang itu menjadi sukses dan berlaku sombong terhadap ayah saya, bila orang itu susah dan datang lagi, ayah tidak pernah mengingat masa lalu, ia kembali membantu orang itu. Berbeda dengan ibu saya yang agak pendendam. Jadi bila ibu saya mulai ngomel, mulut ayah terkatup rapat. Tetapi kalau dirasanya omelan ibu mulai berlebihan, dia akan membentak dan seketika ibu saya pun terdiam. “Walau pun hanya belaskasih Allah sajalah yang membuat kita bisa memperoleh segala sesuatu; Mintalah juga rahmat ketulusan dan kebaikan hati, agar sempurna seperti Bapa kita di surga dan kita bisa menggapai surga.” narita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 23 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 O..O.. Gadget ku tahu.... Rabu 18 Juni 2014 Mat 6:16 “… Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya” 2Raj. 2:1,6-14; Mzm. 31:20,21,24; Mat. 6:1-6,16-18 Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Apapun yang kita lakukan dalam hidup akan mendapatkan upah. Perbuatan yang baik akan mendapatkan upah yang baik. Namun upah yang baik seperti apa yang ingin kita dapatkan? Upah duniawi atau upah surgawi? Tuhan mengajarkan kita untuk melakukan doa, puasa dan amal dengan tulus, tidak untuk mencari nama, setia dan penuh totalitas. Memang di jaman media seperti sekarang, menjadi tidak jelas apakah suatu perbuatan tulus (re : untuk kemuliaan Tuhan) atau untuk kemuliaan diri. Karena hampir semua doa, puasa dan amal kita “diketahui oleh tangan kiri” kita. “Aku masih misa” ketikku di bbm menjawab pertanyaan teman. Aku membiarkan waktu pribadiku dengan Tuhan terganggu. Aku hanya memberikan telingaku kepada teman yang lagi berbeban berat, namun tidak mataku, aku tidak focus karena sambil mengecek status facebook. Statusku juga perlu kuupdate, “Kunjungan ke panti asuhan” berikut photo-photo perlu di upload. Lho bukannya Tuhan juga yang mengajarkan “Hendaklah terangMu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Mat 5:16). Benar. Lalu bedanya apa? Jawabannya ada di kedalaman hati. Is it about me? Or is it about Him? Karena jika kita lebih memilih untuk mendapatkan pengakuan manusia, kita telah mendapatkan upah kita. Namun jika memang puasa, doa dan perbuatan amal kita tulus dan murni, Bapa menyediakan upah surgawi untuk kita. Semoga Roh Kudus memurnikan setiap niat baik : doa, puasa dan amal kita. Bunda Teresa mengatakan kemiskinan karena tidak diinginkan, tidak dicintai, adalah kemiskinan yang terhebat. Mari mengambil waktu untuk sesama di sekitar kita yang nyata daripada tenggelam dengan gadget kita di dunia maya. Mari saling mengingatkan, untuk senantiasa mawas diri apakah teknologi yang kita gunakan masih menuntun kita dalam terang ataukah menuntun kita ke kegelapan. Yustina Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 24 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Bisikan Roh Kudus Kamis 19 Juni 2014 Mat. 6:7 “Apabila kamu berdoa, janganlah memakai banyak kata-kata” Romualdus Sir. 48:1-14; Mzm. 97:1-2,3-4,5-6,7; Mat. 6:7-15. BcO Hag. 2:10-23 Bacaan suci hari ini mengingatkan saya akan pengalamanku beberapa tahun lalu sewaktu di Canberra. Suatu hari, saya melakukan retret pribadi selam tiga hari sendirian. Kesempatan itu merupakan sebuah anugerah yang terindah dalam hidupku, terutama saya merasa begitu dekat Tuhan dan merasakan hangatnya kehadiran-Nya ketika saya berdoa. Pada suatu kesempatan doa, tiba-tiba pikiranku terinspirasi oleh sebuah peristiwa tragis dalam kita suci mengenai Tuhan Yesus sehari sebelum sengsara dan wafat-Nya. Aku teringat akan situasi ketika Tuhan Yesus sedang berdoa di taman Getsmani. Dalam doa-Nya Tuhan Yesus begitu lama dan penuh dengan rasa takut untuk menghadapinya. Dalam hatiku bertanya, “Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam doaNya pada saat itu”? Saya merenungkannya dan membiarkan rohku terbuka terhadap bisikan serta kehadiran Roh Kudus selama waktu doaku saat itu. Saya tidak menggunakan rumusan atau caracara doa tertentu, tapi membiarkan Roh Kudus yang membimbingku selama doa berlangsung. Yang dilakukan saat itu adalah duduk diam dan mendengarkan serta membiarkan suara-suara dalam hatiku. Setelah berlangsung selama kurang lebih satu jam, saya mulai mendengar bisikan dari dalam hatiku berupa jawaban akan pertanyanku pada saat itu. Dan jawaban itu adalah doa Bapa Kami. Dan seluruh hidup doa dan pelayanan-Nya Tuhan Yesus melakukan kehendak BapaNya di surga. Doa Bapa kami adalah doa harian-Nya ketika Ia meluangkan waktu-Nya sendirian setelah mewartakan Kabar Sukacita Bapa-Nya kepada dunia dan manusia bersama murid-muridNya. Nilai doa tidak terletak pada jumlah kata dan pengulangan rumus-rumus doa, seolah-olah kita melakukan suatua tugas. Nilai doa terletak pada terutama pada sikap hati yang percaya dan mencintai Allah. Kita harus berusaha mengangkat pikiran dan hati kita kepada Allah sebagai Bapa dan sebagai sahabat, Allah yang mencintai kita dan selalu menunggu kita berbagi rasa dalam suatu saat hening dengan Dia. Berdoa tidak berarti banyak bicara melainkan menyerahkan kehidupan kita ke dalam tangan Allah. Yesus memberikan Doa Bapa Kami kepada para murid-Nya sebagai contoh doa sempurna yang berasal dari hati anak-anak Allah, yang mengungkapkan apa yang seharusnya diminta oleh mereka dan apa urutan permohonan-permohonan mereka. Doa juga bisa berarti bisikan Roh Kudus di dalam hati kita seperti kata St. Paulus. Namun kita membutuhkan bisikan ini berulang-ulang agar dapat dibuka jalan dihati kita yang sekeras batu, sama seperti tetesan air yang melubangi batu yang paling keras. Setelah kita mengulangi doa Bapa Kami atau salam Maria dengan tekun, pada suatu hari nanti kita dapat mendoakannya dengan cara yang benar-benar selaras dengan kehendak Allah. Ia sendiri menantikan bisikan ini, satu-satunya kekuatan yang dapat menggerakan Dia dari dalam, karena sesungguhnya berasal dari dalam hati-Nya sendiri. Doa: Bapa di surga terima kasih atas doa yang telah diberikan oleh Putra-Mu kepada kami dengan menyapa Engkau sebagai Bapa Kami, semoga oleh kuasa Roh Kudus, kami layak dan menjadi anak-anak-Mu yang dengan senang dan gembira hati untuk selalu melakukan kehendak-Mu, kini dan selamanya. Amin. Fr. Anis, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 25 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Kita boleh menjadi Kaya Jumat 20 Juni 2014 2Raj. 11:1-4,9-18,20; Mzm. 132:11,12,13-14,17-18; Mat. 6:19-23 Mat 6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Bacaan pada hari ini sangat menarik, mengenai harta. Siapa sih di dunia ini yang tidak butuh harta? Saya yakin semua pasti butuh. Namun mengapa bacaan hari ini mengatakan “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”? Yuk lihat sama – sama Menurut teman – teman harta, atau dalam hal ini uang, penting tidak? Saya yakin jawabannya bervariasi. Ada yang bilang penting, ada yang tidak. Namun faktanya adalah, sekalipun Anda bilang tidak, harta itu penting. Bila ada yang bilang tidak penting, saya sangat bersedia untuk menerima harta dari Anda :-D Bila tidak ada oksigen, kita akan mati, dan bila tidak ada uang / harta, kita akan setengah mati . Hehehe.. Permasalahan sebenarnya adalah bukannya pada hartanya, tetapi pada kemana hati kita terpusat. Sebagai contoh: Bunda Teresa. Apakah untuk dapat menjalankan pelayanannya Beliau tidak membutuhkan uang? Tentu butuh bukan? Dan, syukur kepada Tuhan, banyak donatur yang membantu Bunda Teresa untuk menjalankan misinya. Maka, dapat dikatakan, Bunda Teresa memiliki banyak uang / harta. Tetapi hati Beliau, tidak tertuju pada harta tersebut, melainkan untuk berbagi dengan sesama. Hal inilah yang menurut saya menjadi inti bacaan pada hari ini. Bukannya kita tidak boleh kaya, tidak. Selama kita hidup di dunia ini, kita tetap butuh harta duniawi. Tetapi, ingatlah, bahwa uang bukanlah tujuan. Uang berfungsi sebagai alat tukar. Uang sebagai sarana untuk kita berbuat sesuatu, untuk diri kita, keluarga, dan masyarakat. Uang juga membantu kita untuk melakukan pelayanan – pelayanan, seperti yang dilakukan oleh Bunda Teresa. Jadi, marilah kita mulai sadar, bahwa kita layak dan boleh untuk kaya, namun tetap ingat pada tujuan semula, yaitu tidak mengikatkan hati kepada harta di dunia. Daniel Anugroho, S.E, C.Ht-QHI Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 26 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Khawatir Peringatan Wajib S.Aloisius Gonzaga. 2 Taw. 24:17-25, Mzm 89:4-5,29-30,31-32,33-34, Mat.6:24-34. Sabtu 21 Juni 2014 Mat 6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai .... namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Siapa yang tidak merasa khawatir, orang pintar, bodoh, kaya, miskin, tua atau muda, mulai dari pembantu sampai president semuanya merasa khawatir. Yang bodoh khawatir karena banyak hal yang tidak ia ketahui, yang pintar khawatir karena ia tahu terlalu banyak hal. Yang miskin khawatir karena ia merasa tidak cukup dan yang kaya khawatir karena ia takut kehilangan. Yang tua khawatir karena harus menghadapi maut dan yang muda khawatir karena harus menghadapi masa depan, jadi dapat dikatakan hampir semua orang pernah mengalami rasa khawatir. Kekhawatiran itu sebenarnya adalah sesuatu yang sia-sia, tidak dapat mengubah keadaan dan yang terpenting dapat menghilangkan sukacita surgawi karena bertentangan dengan iman. Dengan kata lain, memang sudah dalam rencana Allah bahwa manusia itu diciptakan untuk hidup bergantung total kepadaNya. Kita hanya perlu menyerahkan semua padaNya, dan Dialah yang akan memelihara kita. Kita tidak perlu khawatir tentang apa pun juga, tapi sudah tentu ini bukan alasan untuk bermalas-malasan. Burung itu hidup bergantung pada pemeliharaan Allah tetapi ia terbang dari pagi sampai sore mencari makanan. Kita bekerja dan menjalankan bagian kita, tetapi kita tidak perlu stress atau khawatir setelah kita melakukan bagian kita karena Allah sudah berjanji bahwa Dia akan memelihara kita. Kekhawatiran sebenarnya juga menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dengan iman kita, karena iman dan kekhawatiran itu bertolak belakang. Kalau kita beriman, kita tidak akan khawatir, justru karena kita khawatir, itu menunjukkan bahwa kita tidak beriman atau ada masalah dengan iman kita. Seorang anak, tidak akan pernah khawatir apakah bapanya akan menberinya makan. Dia tahu, saat dia lapar, makanan akan tersedia. Dalam hubungan anak dan orang tua, anak itu sama sekali tidak punya kekhawatiran, dia yakin orang tuanya akan menyediakan. Seorang anak hidup dalam keyakinan akan kasih orang tua kepadanya. Yang menjadi masalah kita adalah, kurangnya keyakinan bahwa Allah itu mengasihi kita sebagaimana seorang bapa mengasihi anaknya. Kita tidak yakin akan hal itu, kerana itu kita ragu apakah Allah benarbenar akan memelihara kita. Ini juga menunjukkan bahwa hubungan kita dengan Bapa di surga itu kurang nyata . Jadi supaya kita tidak khawatir, kita perlu terlebih dahulu mengenal siapa Dia yang kita percaya. Kita harus menjalin hubungan anak-bapa yang nyata lewat pengalaman supaya kita tiba pada suatu tingkat di mana kita yakin bahwa Allah Bapa itu sangat mengasihi kita dan karena kasih-Nya itu pada kita, Dia akan memelihara dan memperhatikan kita, dan karena itu, kita tidak perlu khawatir. Doa: Bapa Surgawi tambahkanlah imam kami supaya kami sungguh percaya akan KasihMu pada kami, sehingga kami tidak akan merasa khawatir lagi dalam situasi apapun juga. Amin Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 27 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Minggu 22 Juni 2014 Yesus tak biarkan kita lapar dan haus Yoh. 6:55 “Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman.” Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Ul. 8:2-3, 14b-16a; Mzm. 147:12-15, 19-20; 1Kor 10:16-17; Yoh. 6:51-58 Ketika saya masih di seminari menengah Roh Kudus Tuka, Bali saya masih teringat akan sebuah patung yang terletak di depan panggung di mana anak-anak seminari biasanya mengadakan pentas. Patung tersebut adalah patung burung pelikan yang menggigit dadanya sendiri sehingga mengucur air dan darah yang mengalir dan mengucur ke bawah sehingga anak-anaknya bisa makan dan tidak mati kelaparan dan kehausan. Tentunya lambang ini mengingatkan kita akan Yesus yang mengurbankan diriNya sendiri untuk menyelamatkan kita dari dosa dan maut. Di atas salib, Yesus tergantung antara langit dan bumi dan ketika seorang prajurit menusuk lambung Yesus, mengalirlah air dan darah. Yesus memberikan diriNya sendiri sehabis-habisnya untuk kita sehingga kita tidak “kelaparan” dan “kehausan”. Tentunya di hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, kita diingatkan kembali bahwa yang kita sambut di dalam komuni kudus adalah benar-benar Tubuh dan Darah Yesus sendiri yang sudah “diubah” (trans-substantial) pada waktu konsekrasi oleh seorang imam yang merupakan wakil Kristus. Yang kita kecap dan rasakan memang tetap sebuah roti gandum dan anggur, tetapi yang kita rasakan dan alami untuk jiwa kita adalah Tubuh dan Darah Kristus. Inilah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika dia bersabda, “Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman.” Kalau Yesus sendiri yang mengatakan demikian, tentunya tidak ada lagi keraguan ketika kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur yang menyegarkan jiwa dan raga kita. Maka marilah kita lebih menghayati bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan kita kehausan dan kelaparan sehingga jiwa kita tetap segar seperti Freshjuice yang selalu menyegarkan jiwa kita. Dengan menyambut komuni kudus, kita diingatkan kembali betapa besar cinta kasih Yesus kepada kita anak-anakNya seperti lambang patung burung pelikan yang memberikan makanan kepada anak-anaknya supaya tidak mati, melainkan selalu hidup. Marilah kita semua, ketika menyambut Tubuh Kristus yang suci, kita diingatkan kembali betapa besar cinta kasih Tuhan kepada kita yang tak pernah membiarkan jiwa kita haus dan lapar sehingga hidup rohani kita selalu terjaga dan sehat. Rm. Vincent, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 28 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Mengenali kelemahan diri Yosephus Cafasso 2Raj. 17:5-8,13-15a,18; Mzm. 60:3,45,12-13; Mat. 7:1-5 Senin 23 Juni 2014 Mat. 7:2 “ … dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” Setiap murid Kristus yang memiliki sabda-Nya dalam kelimpahan pastinya mengenal kasih sebagai hukum yang terutama (bdk. Mat. 5:44) dan tahu betapa pentingnya mengamalkan kebenaran kerajaan Allah (bdk. Mat. 6:33). Tetapi kemudian karena memperoleh kekayaan ini sangat mungkin jadinya seorang murid merasa “lebih” dalam hal rohani dan berpikir “boleh” memberi penilaian atau kritik tidak saja pada orang yang tidak mengenal Tuhan atau berasal dari agama lain, tapi juga di dalam komunitas sendiri, yang kenyataannya tidak hanya terdiri dari orang-orang benar, namun terutama, orang-orang berdosa. Yesus mengajarkan bahwa tidak seorangpun boleh menghakimi saudaranya. Ketika kita menghakimi, di dalam hati atau secara terbuka, kita menyatakan saudara kita bersalah dan pantas dihukum. Lebih dari itu, sebenarnya kita telah ‘menghukum’ dia di dalam hati kita. Tidak heran bila sikap kita berubah terhadap seorang saudara setelah kita ‘menghakimi’nya tanpa yang bersangkutan tahu apa kesalahannya, atau hanya karena mendengar omongan orang tentang dia. Sebaliknya mungkin kita perlu bertanya pada hati kita, benarkah dengan cara ini kita mengasihi saudara kita? Perkataan Yesus yang keras menegur kemunafikan hati para murid adalah wujud kasihNya yang sejati. Hati yang dipenuhi prasangka buruk dan merasa diri ‘lebih’ tidak dapat dengan tulus membantu seorang saudara mengenali dan memperbaiki kesalahannya. Bila kita sungguh mengasihi saudara kita dan ingin membantunya dengan mengoreksi kesalahannya, ada baiknya kita memulainya dengan mengoreksi diri kita dalam kerendahan hati dengan bantuan rahmat Allah. Dengan bercermin pada setiap saudara yang Allah anugerahkan pada kita di dalam komunitas, kita dapat mengenali kelemahan kita sendiri dan dimurnikan. Karena ukuran yang kita pakai untuk mengukur ‘ketidakbenaran’ seorang saudara, akan diukurkan kepada kita (bdk. Mat. 7:2). Pada saatnya pemurnian yang kita alami akan menjadi cermin dan kesaksian bagi yang lain. Dari setiap hati yang telah dimurnikan dan dibebaskan dari ‘balok’ ketidaksempurnaan, belas kasihan Allah akan mengalir bagi setiap anggota komunitas: dalam koreksi persaudaraan dan pengampunan, dengan cara, perkataan dan tindakan yang bijaksana dan tepat. Berilah, ya Bapa, rahmat kerendahan hati untuk menyadari kekurangan dan kesalahan kami yang tersembunyi oleh kesombongan diri, agar dapat mengasihi sesama saudara kami dengan tulus, untuk bertumbuh dalam kasih persaudaraan yang sejati. Demi Kristus Tuhan kami. Amin. Sr. M. Grazia, OSB Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 29 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Selasa 24 Juni 2014 Kelahiran Yohanes Pembaptis Luk 1:57 “Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki.” Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis Yes. 49:1-6; Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15; Kis. 13:22-26; Luk. 1:57-66,80 Rencana Tuhan tak pernah gagal dan rencanaNya terwujud menurut waktuNya, bukan waktu kita; dan dengan caraNya, bukan dengan cara kita. Seperti yang dikatakan dalam bacaan kitab Maleakhi 3:1-2: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.” Dalam bacaan injil hari ini kita juga dapat melihat bahwa rencana Tuhan yang terwujud sedikit demi sedikit dengan lahirnya Yohanes Pembaptis. Zakharia menamai anaknya Yohanes dengan bimbingan Tuhan, tanpa takut dicemooh oleh saudara-saudaranya karena tidak mengikuti adat-istiadat yang ada. Rencana Tuhan terwujud melalui kedua orang-tua Yohanes yang berserah kepada kehendakNya atas rencana hidup anak mereka. Apakah rencana Tuhan untuk kita di tahun ini? Sudahkah kita mengenali dan berserah kepadaNya? Maukah kita menjadi ‘pancaindera’ Tuhan buat orang-orang disekitar kita, keluarga kita? Mari kita meminta Tuhan untuk memperbaharui iman, kasih dan pengharapan kita di tahun ini. Kita mau menyerahkan kehidupan kita, rencanarencana kita, harapan-harapan kita, keinginan-keinginan kita, hasrat-hasrat kita, doadoa kita, masalah-masalah kita ke dalam tanganNya. Kita mau mempersembahkan yang terbaik yang kita punyai buat Tuhan. Yohanes Yudi Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 30 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Dari Buahnya Rabu 25 Juni 2014 Mat 7:20 2Raj. 22:8-13; 23:1-3; Mzm. 119:33,34,35,36,37,40; Mat. 7:15-20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Paul sungguh sangat menyayangi Jenny putri satu satunya, apalagi setelah ibu Jenny meninggal setahun lalu karena kecelakaan lalulintas. Sekalipun usia Jenny sudah dewasa dan bisa hidup mandiri,tapi Paul ingin melihat Jenny selalu dalam keadaan aman, selalu dalam keadaan baik2 saja. Di malam hari dia sering menengok Jenny dikamarnya apakah dia sudah tidur lelap atau gelisah tidak bisa tidur karena suatu masalah. Suatu sore Jenny minta izin bahwa dia mungkin pulang agak terlambat karena mau menghadiri pesta ulangtahun teman dekatnya.Sebelum berangkat Paul minta supaya Jenny hati2 mengendarai mobil sekalipun dia sudah biasa membawa mobil kesekolah. Sampai jam 10 malam Paul menunggu di ruang tamu tapi Jenny belum juga pulang. Tiba-tiba telpon berdering dan dia mendengar suara yang membuat dia sangat terpukul.Ternyata putrinya mengalami kecelakaan, dan sedang ada di rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, dengan hati hancur lebur dia menyaksikan Jenny puteri semata wayang yang sangat disayanginya telah terbujur kaku dikamar mayat.Ternyata Jenny pulang dari pesta dan mengendarai mobil dalam keadaan mabuk serta menabrak pembatas jembatan. Berhari hari setelah kejadian itu Paul mendatangi semua toko yang menjual minuman keras, dengan tujuan dia mau menuntut toko yang berani menjual minuman keras kepada gadis dibawah umur. Tapi tidak satupun toko toko tersebut merasa pernah menjual minuman beralkohol kepada Jenny. Beberapa minggu setelah kecelakaan yang merenggut puteri kesangannya itu,ketika mengambil minuman keras yang ditaruhnya ditempat yang agak tersembunyi,tiba-tiba dia melihat secarik kertas dibawah sebuah botol. Dengan gemetar dia membaca “Papa,maafkan Jenny,karena Jenny telah mengambil sebotol minuman kesayangan papa, karena Jenny ingin merayakan pesta HUT teman yang paling dekat di hati Jenny dengan lebih meriah”. PAUL jatuh terduduk dilantai dan menangis seperti anak kecil. Ternyata semua nasehat, larangan ini dan itu yang ditujukan kepada puterinya, tidak didukung dengan perbuatan nyata oleh tingkah lakunya sendiri. Bagaimana bisa menyuruh anaknya tidak minum minuman keras kalau dia sendiri masih suka minum minuman keras, bahkan mungkin sampai mabuk? Sungguh satu pelajaran yang sangat mahal, tapi sesal kemudian tidaklah berguna. Amin. Iwan Setiawan Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 31 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Relasi kita dengan Tuhan Kamis 26 Juni 2014 Mat 7:23 “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Maria Magdalena Fontaine, Marguerite Rutan 2Raj. 24:8-17; Mzm. 79:1-2,3-5,8,9; Ada pepatah mengatakan, “tak kenal maka tak sayang.” Tetapi ada juga yang berprinsip “cinta pada pandangan pertama.” Ada orang yang tidak saling mengenal namun bisa yakin berkata sayang dan cinta, bahkan ada juga yang sudah menjalin cinta di ranjang tanpa mengenal pasangannya! Fenomena love chat atau pacaran lewat internet juga memberikan kesempatan untuk banyak memilih. Love chat beresiko kecil karena tidak malu ketemu muka, dan bisa sembunyi dibalik layar komputer dengan menayangkan topeng diri kita. Apalagi tidak ada komitmen kan?! Bisa kabur dan tidak merespons. Tapi apa kita mau relasi dengan pacar kita hanya dangkal sebatas di permukaan saja? Sebatas layar komputer? Di kota Efesus, tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi bernama Skewa pernah mencoba memakai nama Tuhan Yesus untuk mengusir roh jahat. Tetapi roh jahat malah menjawab: “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?” Akhirnya malah orang yang kerasukan itu membabat habis ketujuh anak Skewa tersebut sampai luka-luka dan lari dengan telanjang. (Kis. 19:15-16). Kelihatannya mereka hanya memakai nama Yesus untuk kepentingan diri sendiri, mungkin supaya kelihatan hebat dan dipuja orang. Mereka tidak kenal siapa Yesus secara pribadi, siapa Dia yang sebenarnya. Yesuspun tidak kenal mereka. Mudah-mudahan nasib saya tidak seperti mereka. Teman teman terkasih dalam Kristus, surga itu dibangun oleh Allah Tritunggal, yang mempunyai relasi kasih yang sangat harmonis dan mendalam antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Mereka yang masuk surga, sudah selayaknya adalah mereka yang mempunyai relasi yang mendalam dengan Allah Tritunggal, sehingga mampu melakukan kehendak Mereka dengan penuh sukacita dihati (cf. Mt 7:21). Contohnya, relasi suami istri yang baik selalu berdasarkan akan pengenalan satu sama lain yang mendalam. Bahkan mereka yang sudah bertahun-tahun mencintai satu sama lain, mengatakan bahwa relasi dan cinta mereka selalu diperdalam karena selalu ada aspek baru yang mereka temukan dari pasangan mereka. Maka relasi kita dengan Tuhan, yang jauh lebih penting untuk keselamatan jiwa kita, juga harus didasari akan pengetahuan yang mendalam akan satu sama lain. Tuhan mengenal kita, kita mengenal Tuhan. Semua ini butuh waktu dan usaha kan. Pengenalan yang mendalam itu tidak hanya sisi baiknya saja, seperti topeng yang mungkin kita pasang di-internet (ini tidak berarti bahwa internet dan semua informasi kita disana itu tidak baik lho), tetapi pengenalan apa adanya. Bagaimana ini bisa terjadi kalau kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama Tuhan. Berbincang bincang dengannya? Memberanikan diri mengatakan kepadanya kejelekan kita, kesukaan kita, perasaan kita, harapan kita, dan mengenal Bapa, Putra, Roh Kudus lewat Kitab suci, dan mendengar suaraNya? Pernahkah kita menghabiskan waktu bersama Tuhan tanpa kata-kata, seperti suami istri yang sudah lama hidup bersama? Satu jam hanya duduk menghabiskan waktu diam bersama. Siapkah kita bertemu muka denganNya? Fr David Lemewu mgl Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 32 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Bantal Guling Jumat 27 Juni 2014 HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS Ul. 7:6-11; Mzm. 103:1-2,3-4,67,8,10;1Yoh. 4:7-16; Mat. 11:25-30 Mat 11 : 28 : Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Bulan lalu, saya sempat dirawat di rumah sakit karena radang paru paru. Rasanya tersiksa berada di kamar rumah sakit sendirian, apalagi saat di ICU, karena teman teman tidak boleh menemani ataupun menjenguk. Semua dibatasi. Saat ini saya merasa sendiri, walau kini saya rasa, saya memang membutuhkan waktu untuk sendiri dahulu. Tapi saat di rumah sakit, sungguh saya merasa tidak nyaman dan tidak aman. Ketika kecil, setiap kali saya tidak merasa aman, saya tidur bersama ayah saya. Kebiasaannya adalah menempelkan punggung saya di punggungnya. Saya merasa tenang dan aman bila melakukan itu. Rasanya saya memberikan ketakutan dan keraguan saya pada ayah. Dalam injil ini, Tuhan Yesus, ayah kita, bapa kita, juga menyerahkan punggungnya untuk tempat kita bersandar. Tidak hanya itu, iya merelakan dirinya untuk mati untuk kita.Dengan tegas Ia berkata, “Datanglah kamu yang berbeban berat, mari aku bantu, bagi bebanmu padaKu”. Injil hari ini pernah membuat saya menangis ketika Father Terry membawakan dalam misa hari minggu, “Let me have your burden. Share with Me” Beberapa malam terakhir ini, ketika saya masih merasa tidak aman, saya berdoa pada Tuhan Yesus,agar Tuhan mau membawa semua beban ini. Dan sebelum tidur, saya menaruh bantal guling di punggung saya, menempelkannya di punggung saya, dan ini membuat saya bisa tertidur pulas setelahnya. Bantal guling ‘melingdungi’ dan membuat saya merasa ‘aman’. Kenangan itu membawa rasa damai. Jeff Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 33 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Kerendahan Hati Sabtu 28 Juni 2014 Mat. 8:5-6 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Peringatan Wajib Hati Tersuci SP Maria dan St. Ireneus 2Tim. 2:22b-26; Mzm. 74:1-2,3-5a,5b-7,20-21; Mat. 8:5-17 Suatu ketika setelah aku merayakan Misa di Rumah Sakit itu, aku mengunjungi Mikhael, 89 thn. Ketika aku memperkenalkan diri bahwa aku seorang Romo, dia menolak bertemu aku. Dia tidak ingin dukunjungi oleh seorang Romo Katolik. Dia mengatakah bahwa dia tidak ingin diganggu, apa lagi dari seorang romo katolik. Suatu waktu, ketika aku mengunjungi dia, dia langsung membentak aku, “Mengapa anda keras kepala datang mengunjungi aku?” Dengan suara yang halus, aku mengatakan, “aku ingin berceritera dengan anda.” “Aku tidak tahu tentang gereja katolik,” katanya. “Aku telah meninggalkan gereja sekitar 60 tahun yang lalu, di masa remajaku. Akupun tidak ingin lagi berbicara tentang gereja.” Lalu aku katakan, “Aku ke sini bukan untuk berceritera tentang gereja. Aku ingin berceritera dengan kamu.” Dia lalu tersenyum dan mengatakan, “Engkau adalah orang pertama yang adalah seorang Roma yang berkeras kepala untuk berbicara dengan aku. Dia lalu bertanya, “Dapatkah aku mengaku dosa dan menerima Yesus? Aku tidak tahu bagaimana caranya mengaku dosa” Dengan senang hati aku mengatakan, “Baik sekali, anda dapat.” Lalu aku menuntun dia untuk mengaku dan menerima komuni. Injil hari ini mengisahkan tentang seorang perwira yang memohon bantuan Yesus menyembuhkan seorang hambanya. Perwira ini berlari mendapatkan Yesus. Walaupun seorang perwira, dia menunjukkan suatu perhormatan kepada Yesus. Dia merendahkan diri di depan Yesus dan meminta pertolongan Yesus. Dia mengatakan, ““Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesuspun ingin berkunjung ke rumahnya. Namun sang perwira mengatakan ketidak-layakannya dan memohon kekuatan penyembuhan Yesus. Seketika itu juga hambanya sembuh. Aku mengajak kita sekalian untuk merenungkan perilaku sang perwira. Sebenarnya penyakit dari hamba itu mengarahkan kita kepada pribadi sang perwira itu sendiri. Mungkin hamba itu adalah penyakit dari perwira itu sendiri. Dia baru akan menyadarinya bahwa dia sangat membutuhkan pertolongan Yesus. Dengan itu dia datang dan memohon untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Pertanyaan buat kita hari ini apakah kita mampu membuka hati kita dan merendahkan hati kita di hadapa Tuhan dan sesama seperti Mikhael di dalam sharing aku atau sang perwira di dalam kisah injil hari ini? Rm. Joseph, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 34 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com Pengikut Kristus yang Bahagia Mat. 16:16 Minggu 29 Juni 2014 HARI RAYA ST. PETRUS dan ST. PAULUS, Rasul Kis. 12:1-11; Mzm. 34:2-3,45,6-7,8-9; 2Tim. 4:6-8,17-18; Mat. 16:13-19 “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!“ Ada satu kesamaan antara St Petrus dan St Paulus, yaitu keberanian untuk mengijinkan iman akan Kristus diterima pula oleh orang-orang bukan Yahudi. Awalnya pengikut Kristus pada masa Gereja Perdana itu hanya terdiri dari orang-orang Yahudi saja. Bahkan mereka yang dari kalangan bukan Yahudi dipaksa untuk harus menerima adat istiadat Yahudi terlebih dahulu sebelum diterima masuk dalam lingkungan pengikut Kristus. Jadi mereka harus disunat lebih dahulu, harus makan makanan yang tidak haram dan mengikuti aturan adat istiadat Yahudi yang sama sekali asing bagi mereka. Persoalan ini lama-lama menjadi besar dan mereka memutuskan untuk mengadakan Konsili pertama dalam sejarah Gereja di Yerusalem. Topik yang dibicarakan adalah apakah karya keselamatan yang telah dimulai oleh Yesus itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi atau bisa juga untuk seluruh umat manusia. Ketika diskusi sedang berlanjut Petrus kemudian menceriterakan pengalamannya di ketika berkunjung ke Yope (Kis. 10:1-48), dan bagaimana ia sendiri terkejut bahwa Roh Kudus pun bisa turun atas orang-orang tak bersunat (Kis. 10:45). Karena kesaksian Petrus ini maka pengikut Kristus dari kalangan orang-orang Yahudi pun kemudian memuliakan Allah dan yakin bahwa „kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup“ (Kis. 11:18). Nah, kalau Petrus mulai terbuka untuk menerima bahwa Roh Kudus pun bisa turun ke atas bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka St Paulus adalah orang yang membawa visi Petrus ini menjadi nyata. Paulus (bersama Barnabas) kemudian mengkhususkan diri untuk karya pewartaan Injil bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Dengan demikian visi Petrus dan kerja keras Paulus itulah yang memungkinkan iman akan Kristus sampai juga kepada kita sekarang ini. Lalu sekarang apa makna pesta ini untuk kita? Kita dihadapkan pada zaman yang berubah, dimana iman akan Kristus, tidak lagi menjadi pilihan populer. Orang tidak perlu menjadi pengikut Kristus kalau ingin menjadi orang baik. Atheist pun banyak yang baik, bahkan ada yang lebih baik dari pengikut Kristus sendiri. Tentu tidak semua kita dipanggil menjadi Petrus dan Paulus di zaman modern ini, yang punya kuasa untuk meyakinkan bangsa-bangsas lain dengan khotbah-khotbah atau mukjizat-mukjizat yang mereka buat. Kita manusia biasa, tetapi tidak berarti dengan keadaan kita yang „biasa-biasa“ saja ini kita berhenti untuk mewartakan karya keselematan Allah lewat Yesus Kristus. Yang kita bisa buat adalah, menjadi pengikut Kristus yang bahagia, bahkan Paus Fransiskus mengatakan bukan hanya bahagia tetapi yang “sukacita“. Kita tidak hanya dipanggil menjadi pengikut kristus yang sekedar happy tapi joyful. Tidak ada kesaksian yang lebih ampuh di zaman modern ini, selain kesaksian hidup. Bahwa dengan mengakui Kristus sebagai Mesias anak Allah yang hidup, kita pun menunjukkan di dalam hidup bahwa dengan mengikuti Kristus kita bukan hanya bisa hidup, tetapi hidup bahagia, bukan hanya bahagia, tetapi bersukacita ... baik atau tidak baik waktunya. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 35 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 Say YES to GOD Senin 30 Juni 2014 Mat.8:22 Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepadaNya: Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Raymundus Lullus Am. 2:6-10,13-16; Mzm. 50:16bc-17,18-19,20-21,22-23; Mat. 8:18-22 Di bab ini diceritakan seseorang yang ingin mengikut Yesus, dia meminta ijin untuk menguburkan ayahnya terlebih dulu. Tapi Yesus berkata, “Ikutlah Aku dan biarlah orang – orang mati menguburkan orang mati mereka.” Pertanyaan manusiawi kenapa Yesus setega itu tidak membolehkan seorang anak mengubur ayahnya, padahal itu perbuatan yang baik. Jawaban guru agama saya waktu SMA adalah sama seperti ketika ada seorang anak muda yang bertanya bagaimana cara mengikut Yesus dan Yesus bilang kepada pemuda itu untuk meninggalkan segala apa yang dia miliki. Artinya meninggalkan segala kelekatan kita dengan apapun yang ada di dunia. Dan saya juga menyetujui penjelasan itu karena memang ketika kita jadi pengikut Kristus, bukankah setiap hari harus pikul salib yang pastinya tidak mudah. Tapi kemudian, saya mendapat penjelasan dari sisi berbeda. Suatu hari, saya membaca buku yang dipinjamkan teman saya, The Purpose Driven Life by Rick Warren. Buku ini best seller, lebih dari 24 juta copy terjual di seluruh dunia. Inti dari buku ini adalah untuk menemukan apa sebenarnya tujuan kita diciptakan ke dunia? Saya belum tahu, karena masih belum selesai membacanya. Di bab 9, judulnya adalah “What Makes God Smiles?” . Dan yang menarik adalah sebagian penjelasannya berdasarkan kisah Nabi Nuh. Tuhan bilang bahwa Nuh membuatnya tersenyum ketika manusia lain di dunia hanya memikirkan kesenangannya sendiri dan melupakan Tuhan. Dan Tuhan menyuruhnya membangun bahtera karena Dia akan menurunkan air bah ke muka bumi dan membinasakan semua yang ada kecuali Nuh, keluarganya, dan binatang – binatang yang harus ia bawa serta sesuai perintah Tuhan. Faktanya saat itu adalah Nuh tidak pernah melihat setetes hujan pun turun, Nuh tinggal sangat jauh dari perairan, tidak mengerti cara membuat kapal, dan bingung bagaimana caranya membawa seluruh binatang yang Tuhan perintahkan untuk diselamatkan. Tapi apakah dia menolak perintah Tuhan? Tidak. Nuh mengiyakan dengan ketidaktahuannya. Butuh 120 tahun lamanya untuk Nuh membangun bahtera itu, bayangkan selama 120 tahun tersebut banyaknya tantangan yang Nuh hadapi, dianggap orang gila karena sepanjang tahun tersebut tidak pernah ada hujan setetespun. Tapi Nuh tetap menyelesaikan apa yang diperintahkan Tuhan dan memang benar terjadi air bah yang melenyapkan isi dunia. Tuhan tidak punya kewajiban untuk mengatakan alasan kenapa Dia menyuruh kita melakukan sesuatu. Justru kita harus mematuhinya terlebih dahulu, maka pengertian akan datang kemudian. Kadang kita justru menanyakan dulu kepada Tuhan untuk apa kita harus melakukan perintahNya, memaksa Tuhan secara halus untuk menjawab kita baru melakukannya. Kenyataannya kita tidak akan pernah mengerti maksud Tuhan sebelum kita mematuhi perintahNya. Trusting God completely means having faith that He knows what is best for our life. Obey Him first, and you will understand later. Maia Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 36 Fresh Juice ! Vol. 55 / 2014 www.DOJCC.com