analisis faktor-fak loyalitas konsum community sma

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LOYALITAS KONSUMEN PADA INDOSAT SCHOOL
COMMUNITY SMA NEGERI 2 KOTA BOGOR
Oleh
YOSEP ABDULHALIM WARDANI
H24063344
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
Yosep Abdulhalim Wardani, H24063344. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Loyalitas Konsumen pada Indosat School Community SMA
Negeri 2 Kota Bogor. Di bawah bimbingan Jono M. Munandar
Tren pemasaran telah berubah dari yang dulu dikenal dengan pemasaran
web 1.0 yang terkonsentrasi secara vertikal terhadap konsumennya kini telah
berkembang menjadi pemasaran web 2.0 yang memfokuskan kegiatan bisnisnya
secara konsumen sentris. Salah satu bentuk strategi pemasaran yang banyak
diterapkan dewasa ini adalah community based marketing. PT. Indosat Tbk.
sebagai salah satu pemain besar penyedia jasa layanan seluler di Indonesia juga
telah menerapkan strategi pemasaran melalui basis komunitas binaan. Sejak tahun
2004 telah diresmikan Indosat community yang mewadahi para pengguna kartu
seluler keluaran Indosat, salah satunya adalah Indosat School Community.
Komunitas ini dibentuk untuk menumbuhkan loyalitas konsumennya sejak dini.
Tujuan penelitian ini; (1) Menganalisis tingkat perilaku konsumen, switching cost,
kepuasan konsumen, kesukaan pada merek dan komitmen anggota komunitas
Indosat, (2) Menganalisis pengaruh perilaku konsumen, switching cost, kepuasan
konsumen, kesukaan pada merek dan komitmen terhadap loyalitas konsumen, (3)
Menganalisis variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas
konsumen pada komunitas Indosat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software LISREL
8.50.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perilaku konsumen memiliki
hubungan positif terhadap loyalitas konsumen dengan nilai koefisien konstruk (γ)
sebesar 0,25 namun pengaruh yang terbentuk bersifat tidak nyata (tidak signifikan
pada toleransi α = 5 persen). Switching cost memiliki hubungan positif terhadap
loyalitas konsumen dengan nilai koefisien konstruk (γ) sebesar 0,44 namun
pengaruh yang terbentuk bersifat tidak nyata. Kepuasan konsumen memiliki
hubungan positif terhadap loyalitas konsumen dengan nilai koefisien konstruk (γ)
sebesar 0,77 dan besar pengaruh yang nyata (signifikan pada toleransi α = 5
persen). Preferensi konsumen memiliki hubungan negatif terhadap loyalitas
konsumen dengan nilai koefisien konstruk (γ) sebesar -0,58 dan pengaruh yang
tidak nyata. Komitmen memiliki hubungan positif terhadap loyalitas konsumen
dengan nilai koefisien konstruk (γ) sebesar 0,095 serta besar pengaruh yang tidak
nyata. Persamaan yang terbentuk adalah LYTS = 0.25PRLK + 0.44SCST +
0.77KPSN* - 0.58PRFN + 0.095KMTN, Errorvar.= 0.14, R² = 0.86. Kepuasan
konsumen memiliki pengaruh paling besar terhadap loyalitas, sehingga kegiatan
yang ditujukan bagi komunitas Indosat dapat diprioritaskan untuk membentuk
kepuasan konsumen (dengan indikator kepuasan adalah; keandalan, kesigapan,
keyakinan, berwujud dan perhatian).
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LOYALITAS KONSUMEN PADA INDOSAT SCHOOL
COMMUNITY SMA NEGERI 2 KOTA BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
YOSEP ABDULHALIM WARDANI
H24063344
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen
pada Indosat School Communiy SMA Negeri 2 Kota Bogor
Nama
: Yosep Abdulhalim Wardani
NIM
: H24063344
Menyetujui
Pembimbing,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar M.Sc)
NIP 19610123 198601 1 002
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar M.Sc)
NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pasuruan pada tanggal 25 April 1988. Penulis
merupakan anak keempat dari enam bersaudara pasangan bapak Wardoyo dan ibu
Anni Endah Sarworini. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK. KH. Wahid
Hasyim Bangil Pasuruan pada tahun 1994, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar
Negeri Dermo 1 Bangil. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bangil, kemudian melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bangil, dan masuk program IPA. Pada tahun
2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI), ditahun kedua perkuliahan penulis
diterima di Departemen Manajemen.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis pernah meraih juara 1
dalam Perbanas Marketing Debate Competition 2009, dan pada tahun yang sama
menjadi juara 1 dalam The 5th Marketing Game Universitas Trisakti. Selain itu
penulis juga aktif diberbagai kegiatan kemahasiswaan, sebagai direktur Finance
Himpunan Profesi Center of Management periode 2008/2009. Anggota klub teater
Fakultas, Ketua Entrepreneur Center BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen
periode 2008/2009, serta menjadi volunteer WWF-Indonesia tahun 2010. Penulis
juga pernah mengikuti program magang di kantor pemasaran PT. Krakatau Steel
pada tahun 2008 serta program magang Telkom Group pada tahun 2009.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan
rahmat
dan
karunia-Nya
kepada
penulis,
sehingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperolah gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas perkembangan dunia pemasaran yang terus
mengalami perubahan, berbagai bentuk strategi banyak bermunculan, salah
satunya dengan konsentrasi pada komunitas binaan. Strategi pemasaran dengan
basis komunitas mulai banyak diterapkan oleh perusahaan untuk menciptakan
loyalitas konsumennya, seperti yang dilakukan oleh PT Indosat Tbk. Oleh karena
itu akan sangat menarik untuk mempelajari hal tersebut. Skripsi ini berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Loyalitas Konsumen pada
Komunitas Indosat Kota Bogor”
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk
perbaikan yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Juli 2010
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Jono M. Munandar M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan
pengarahan kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong MS, dan R. Dikky Indrawan SP, MM, atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji. Hardiana
Widyastuti S.Hut, MM, atas kesediaannya meluangkan waktu sebagai dosen
Quality Control skripsi.
3. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Manajemen, FEM IPB.
4. Staf dan pegawai Indosat cabang Bogor.
5. Staf dan pengajar SMA Negeri 2 Kota Bogor, yang telah memberikan izin
untuk dijadikan tempat pengambilan data.
6. Bapak, ibu dan saudara-saudaraku yang telah memberikan kasih sayang serta
doa yang tulus.
7. Seluruh pangurus Yayasan Karya Salemba Empat atas semua bantuannya,
serta pengalaman yang tidak akan terlupakan.
8. Teman-teman di Departemen Manajemen angkatan 43, 44 dan 45 yang selalu
memberikan kebahagiaan.
9. Sahabat-sahabat terbaik, geng sahabat (Erni, Tania, Ephal), jong java (Akmal,
Apip, Win, Tunjung, Lia, Lisa, Dewi, Ofi) terima kasih atas persahabatannya
yang tulus. Ojan, Fifi, Yanti, Hana dan Erika yang telah membagi pengalaman
yang tak terlupakan. Teman sebimbingan, Reza, Radius, Ajid, Riki, Alvi, Eyi,
Jali dan Irwan.
10. Keluargaku di Bogor, Jati BDP43, Fajar KSH43, Pak Bob S3 KPM, Mas Deni
S2 THP, Rifki MSL44, Dwi THP43, mas Kuswan GMSK40, mas Reza
GFM40, abah, umi, teh Dewi, dan Ria, maaf telah banyak merepotkan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
SWT memberikan balasan atas segala kebaikannya.
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I.
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……….. .............................................. 9
II.
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10
2.1. Loyalitas …… ............................................................................... 10
2.2. Komunitas ……… ........................................................................ 14
2.3. Perilaku Konsumen ……………. ................................................. 15
2.4. Switching Cost ………. .................................................................. 19
2.5. Kepuasan Konsumen ………........................................................ 21
2.6. Kesukaan pada Merek ……………. ............................................. 24
2.7. Komitmen ………......................................................................... 25
2.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 27
2.9. Sructural Equation Modeling........................................................ 28
2.10. Penelitian Terdahulu .................................................................... 32
III.
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 35
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 35
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 37
3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 38
3.4. Metode Penarikan Sampel ............................................................ 38
3.5. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 39
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ………................................... 39
3.5.2 Structural Equation Modeling (SEM) .. ............................... 39
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 42
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................... 42
4.2. Gambaran Umum Anggota Indosat School Community ............... 44
4.2.1 Perilaku Konsumen .............................................................. 44
4.2.2 Switching Cost ..................................................................... 45
4.2.3 Kepuasan Konsumen ........................................................... 46
4.2.4 Preferensi Konsumen ........................................................... 48
vi
4.2.5 Komitmen ............................................................................ 49
4.2.6 Loyalitas Konsumen ............................................................ 49
4.3. Hasil dan Interpretasi Data ........................................................... 50
4.3.1 Hasil Analisis SEM .............................................................. 50
4.3.2 Hubungan Variabel Indikator dengan Variabel Laten ......... 58
4.4. Implikasi Manajerial .................................................................... 61
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 69
1. Kesimpulan ................................................................................................. 69
2. Saran ........................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71
LAMPIRAN....................................................................................................... 73
vii
DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Halaman
Perbedaan marketing 1.0, marketing 2.0, dan marketing 3.0........................ 1
Perbandingan antara mass marketing dan one-to-one marketing ............... 2
Top Brand Index (TBI) 2009 kategori simcard GSM prabayar ................... 5
Top Brand Index (TBI) 2010 kategori simcard GSM prabayar ................... 6
Top Brand Index (TBI) 2009 kategori simcard GSM pascabayar ............... 6
Top Brand Index (TBI) 2010 kategori simcard GSM pascabayar ............... 6
Kriteria skor rataan akhir ............................................................................. 30
Goodness of fit (GOF) model penelitian ...................................................... 51
Nilai hubungan variabel laten eksogen dan endogen ................................... 58
Nilai loading factor dan t-value seluruh indikator ....................................... 60
viii
DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Halaman
Empat jenis loyalitas (Griffin, 2005) ........................................................... 12
Tiga jenis bentuk keanggotaan dalan komunitas (Fournier, 2009) .............. 15
Konsep ekuitas merek (Andansari, 2009) .................................................... 26
Kerangka pemikiran penelitian .................................................................... 36
Kerangka hipotesis penelitian ...................................................................... 37
Diagram lintasan kerangka hubungan SEM ................................................. 41
Hasil estimasi model .................................................................................... 52
Hasil t-value model ...................................................................................... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1 Lembar kuesioner ........................................................................................ 73
2 Hasil uji validitas dan reliabilitas ................................................................. 76
3 Output LISREL ............................................................................................ 77
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tren pemasaran dalam dunia usaha kini terus mengalami perubahan.
Keberadaan para pemasar menjadi tumpuan perusahaan dalam menjual
produk/jasa kepada konsumen. Tren marketing akan senantiasa berubah dari
yang semula dikenal sebagai marketing 1.0, kini telah berubah menjadi
marketing 2.0, bahkan kedepannya akan terus berubah menjadi marketing 3.0
(Diantoro, 2010), perbedaan ketiga tren marketing tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perbedaan marketing 1.0, marketing 2.0, dan marketing 3.0
Marketing 1.0
Product-centric
Marketing
Objektif
perusahaan
Pemicu arus
pergerakan
Bagaimana
perusahaan
melihat
konsumen
Kunci konsep
pemasaran
Panduan
pemasaran
perusahaan
Nilai yang
dijual
perusahaan
Interaksi
dengan
konsumen
Industrial
revolution
Marketing 2.0
Customer-oriented
Marketing
Memuaskan dan
membuat konsumen
loyal
Teknologi informasi
dan komunikasi
Mass buyer
dangan kebutuhan
fisik
Konsumen yang
rasional dan
emosional
Pengembangan
produk
Diferensiasi
Nilai-nilai (value)
Spesifikasi produk
Positioning
perusahaan dan
produk
Fungsional
Fungsional dan
emosional
Transaksional
yang bersifat topdown
(one to many)
Hubungan intimasi
yang bersifat one to
one
Visi, misi dan
value dari
perusahaan
Fungsional,
emosional dan
spiritual
Kolaborasi antar
jejaring
konsumen (many
to many)
Menjual produk
Marketing 3.0
Values-driven
Marketing
Membuat dunia
yang lebih baik
Teknologi new
wave
Konsumen yang
secara holistik
memiliki mind,
hearth dan spirit
Sumber : Kartajaya dan Darwin 2010
Pemasaran 1.0 adalah model pemasaran yang menempatkan perusahaan
sebagai pusat kegiatan bisnis, konsumen hanya dihadapkan pada produk yang
siap untuk dibeli tanpa mengetahui proses ataupun tanpa dapat disesuaikan
dengan keinginan mereka sendiri secara individu. Pemasaran 2.0 adalah
model kegiatan bisnis yang menempatkan konsumen sebagai pusat
2
kegiatannya. Konsumen memiliki kedudukan yang sama dengan produsen,
sehingga produk yang ditawarkan perusahaan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan serta keinginan konsumennya secara individu, sedangkan
pemasaran 3.0 lebih menjual nilai kepada konsumen, pemasaran yang lebih
berwawasan lingkungan termasuk kedalam kategori ini. Pemasaran kini
berada pada era 2.0, dimana perusahaan memfokuskan kegiatan bisnisnya
secara konsumen sentris. Konsumen tidak lagi bisa diperlakukan sama satu
dengan yang lain. Hal ini dikarenakan batasan antara pengusaha dan
konsumen sudah semakin pudar, telah terjadi horizontalisasi diantara
keduanya. Perkembangan pemasaran ini telah bergeser dari pemasaran masal
(mass marketing) ke pemasaran tersegmetasi (segmented marketing), dimana
pemasar menetapkan secara cermat bagian pasar atau bahkan konsumen
secara individual. Pemasaran “one-to-one” telah menjadi tugas pokok bagi
banyak pemasar (Kotler dan Amstrong, 2001), perbedaan pemasaran masal
dengan pemasaran “one-to-one” dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Perbandingan antara mass marketing dan one-to-one marketing
Mass Marketing
One-to-One Marketing
Pelanggan secara rata-rata
Pelanggan individual
Pelanggan yang belum terdata
Profil pelanggan
Produk standar
Produk sesuai permintaan pasar
Produksi secara masal
Produksi sesuai permintaan
Distribusi secara masal
Distribusi secara individual
Periklanan secara masal
Pesan secara individual
Promosi secara masal
Insentif secara individual
Pesan disampaikan satu arah
Pesan disampaikan dua arah
Skala ekonomi
Lingkup ekonomi
Bagian dari pasar
Bagian dari pelanggan
Semua pelanggan
Pelanggan yang menguntungkan
Menarik pelanggan
Mempertahankan pelanggan
Sumber : Kotler dan Amstrong 2001
Model one-to-one marketing merupakan dasar dalam membina
hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Customer relationship
marketing memungkinkan perusahaan untuk memberikan pelayanan secara
3
seketika (real time) melalui hubungan yang dibentuk bersama pelanggan,
serta memberikan nilai secara efektif menggunakan informasi akun tiap
pelanggannya (Kotler, 2003). Berdasarkan informasi yang diperoleh
mengenai tiap pelanggannya, perusahaan dapat memberikan penawaran
produk/jasa atau program yang telah disesuaikan terlebih dahulu untuk setiap
pelanggannya. Data base konsumen merupakan alat yang sangat penting
untuk membangun individual customer relationship, dan menciptakan
loyalitas konsumen (Griffin, 2005).
Seiring perkembangan tersebut pembentukan loyalitas konsumen tidak
hanya dapat dibentuk melainkan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Melalui
basis
komunitas,
perusahaan
dapat
dengan
lebih
mudah
menjaga
konsumennya agar dapat bertahan dan terus menggunakan produk/jasa yang
ditawarkan. Akhir-akhir ini banyak dijumpai program yang diciptakan oleh
berbagai perusahaan dengan memfokuskan kegiatan pemasarannya melalui
basis komunitas, seperti yang dilakukan merek sabun pencuci piring
Sunlight, merek teh Sari Murni, merek susu Dancow, operator seluler Indosat
dan Telkomsel, dan masih terdapat banyak bentuk komunitas lainnya. Salah
satu diantaranya yang telah merintis basis komunitas dalam strategi
pemasarannya adalah PT Indosat tbk. Komunitas Indosat (Indosat
Community/IC) digagas pada tanggal 29 Agustus 2004, dan hingga kini
jumlah anggotanya semakin bertambah, mengingat berbagai fasilitas dan
kemudahan yang diberikan seperti diskon di merchant-merchant tertentu.
Indosat dengan serius menggarap komunitas ini untuk membentuk loyalitas
pengguna jasa layanannya. Keseriusan ini terlihat dari hasil survei yang
dilakukan majalah SWA tahun 2008 yang menempatkan IC sebagai
komunitas yang paling tinggi mendapatkan dukungan dari produsen terkait
yakni Indosat. Hasil yang dicapai Indosat dari komunitas ini pun cukup
memuaskan dengan indikator angka churn rate (tingkat perpindahan
penggunaan kartu seluler) pengguna Indosat adalah lebih kecil dari 4 persen
tiap bulannya (SWA November 2008), nilai ini termasuk kecil bila
dibandingkan churn rate industri telekomunikasi yang biasanya mencapai 1415 persen.
4
Ditengah persaingan industri telekomunikasi yang semakin ramai
dengan pemain baru, terdapat perusahaan yang melakukan hal yang sama
dengan membentuk komunitas sebagai basis strategi pemasarannya. Indosat
melalukan inovasi dengan membentuk komunitas sekolah Indosat (Indosat
School Community). Indosat membidik segmen pelajar untuk menumbuhkan
loyalitas konsumen sejak usia dini. Pembentukan komunitas sekolah akan
memberikan kemudahan akses perusahaan dalam mengedukasi konsumen.
Perusahaan pun akan dapat lebih mudah dalam membina komunitas karena
secara formal anggota merupakan satu komunitas dari sekolah bersangkutan.
Berbagai kegiatan dirancang untuk meningkatkan loyalitas anggota
komunitas sekolah. Sekolah berperan sebagai media penghubung antara
perusahaan dengan anggota komunitas. Loyalitas konsumen sejak usia dini
menjadi tujuan utama dalam pembentukan komunitas sekolah ini. Indosat
sebagai salah satu perusahaan dengan jumlah komunitas yang cukup besar
harus mampu mempertahankan konsumennya. Oleh karena itu perlu
dipelajari mengenai faktor pembentuk loyalitas konsumen. Dengan
memahami berbagai faktor serta karakteristik konsumennya maka akan
menjadikan Indosat lebih dekat dengan konsumen, dan dapat dijadikan
sebagai dasar pembuatan strategi untuk dijalankan, agar konsumen tidak
beralih kepada merek produk/jasa lain.
1.2. Perumusan Masalah
Pemasaran dengan basis komunitas yang dijalankan Indosat terus
mengalami perubahan dan tantangan, ini disebabkan oleh munculnya
operator/pemain baru dalam industri telekomunikasi. Disamping itu
maraknya program serupa yang menawarkan berbagai kemudahan dapat
memicu konsumen untuk beralih merek. Komunitas binaan Indosat terus
bertambah tiap tahunnya, salah satunya komunitas sekolah (Indosat School
Community). Komunitas sekolah ini dibentuk sebagai bagian dari strategi
dalam jangka panjang Indosat untuk mendapatkan konsumen yang loyal.
Komunitas Indosat telah terbentuk sejak tahun 2004, untuk mengetahui posisi
produk Indosat dipasar dapat dilihat melalui angka Top Brand Index (TBI)
yang merupakan kombinasi penilaian produk dilihat berdasarkan tiga aspek,
5
aspek pertama yang dinilai adalah mind share yaitu penilaian konsumen
tentang produk pada kategori tertentu dan menilai sejauh mana produk dapat
dikenal oleh konsumen. Aspek kedua yaitu market share produk perusahaan
pada industri yang menilai bagian pasar yang telah diperoleh perusahaan dari
keseluruhan konsumen di industri. Aspek ketiga adalah tingkat pertumbuhan
produk perusahaan yang mengukur pertumbuhan produk perusahaan tiap
tahunnya sehingga dapat tergambar kinerja perusahaan dalam satu tahun.
Berdasarkan ketiga aspek tersebut data yang diperoleh diolah menjadi bentuk
penilaian Top Brand Index (TBI). Bentuk penilaian ini di Indonesia
dikembangkan oleh Frontier Consulting Group dan dilakukan setiap tahun.
Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa produk keluaran Indosat belum mampu
menjadi yang terbaik berdasar ketiga kriteria penilaian. Produk keluaran
Telkomsel yaitu Simpati memperoleh nilai TBI tertinggi tahun 2009 sebesar
42,90, sedangkan produk dari Indosat yakni IM3 dan Mentari masing-masing
hanya memperoleh angka TBI sebesar 17,90 dan 15,80, nilai-nilai tersebut
mengindikasikan bahwa perlu dilakukan pembenahan strategi Indosat untuk
dapat memenangkan persaingan.
Tabel 3. Top Brand Index (TBI) 2009 kategori simcard GSM prabayar
No.
Merek
Top Brand Index (dalam %)
1 Simpati
42.90
2 IM3
17.90
3 Mentari
15.80
4 Bebas
13.10
5 Kartu As
7.10
6 Jempol
1.30
7 Three (3)
0.60
8 Axis
0.50
Sumber : Majalah Marketing edisi Februari 2009
Tahun 2010, produk keluaran Indosat justru mengalami penurunan
angka TBI, IM3 turun menjadi 17,50 dan Mentari turun menjadi 9,50.
Pesaing terbesar Indosat yakni Telkomsel, justru mengalami peningkatan
angka TBI untuk produk Simpati. Simpati dinilai telah berhasil menerapkan
strategi secara tepat. Pada tahun 2010 banyak program pemasaran yang
dirancang Simpati. Mulai dari tarif yang semakin murah, termasuk berbagai
6
bonus yang diberikan kepada pelanggannya, strategi tersebut nampaknya
tepat diterapkan ditahun 2010, besar angka TBI tahun 2010 bisa dilihat pada
tabel 4 berikut.
Tabel 4. Top Brand Index (TBI) 2010 kategori simcard GSM prabayar
No.
Merek
Top Brand Index (dalam %)
1 Simpati
49.90
2 IM3
17.50
3 XL prabayar
13.30
4 Mentari
9.50
5 Kartu As
6.50
6 Three (3)
1.50
7 Axis
1.10
Sumber : Majalah Marketing edisi Februari 2010
Top Brand Index juga menilai kategori simcard GSM pascabayar. TBI
2009 menempatkan produk Telkomsel yakni Kartu Halo pada puncak TBI
dengan persentase sebesar 63,30, sedangkan produk Indosat yaitu Matrix
berada dibawah Kartu Halo dengan persentase sebesar 20,80. XPlor
menempati posisi ketiga dengan TBI sebesar 14,50. Data dapat dilihat pada
tabel 5 berikut.
Tabel 5. Top Brand Index (TBI) 2009 kategori simcard GSM pascabayar
No.
Merek
Top Brand Index (dalam %)
1 Kartu Halo
63.60
2 Matrix
20.80
3 XPlor
14.50
Sumber : Majalah Marketing edisi Februari 2009
Untuk tahun 2010, Matrix mengalami peningkatan TBI menjadi 23,90,
sedangkan Kartu Halo mengalami penurunan menjadi 55,10, kartu Xplor
milik PT. Excelcomindo juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
14,50 menjadi 20,10 dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Top Brand Index (TBI) 2010 kategori simcard GSM pascabayar
No.
Merek
Top Brand Index (dalam %)
1 Kartu Halo
55.10
2 Matrix
23.90
3 XPlor
20.10
Sumber : Majalah Marketing edisi Februari 2010
7
Berdasarkan data yang diperoleh ini dapat memberikan gambaran bahwa
strategi pemasaran dengan basis komunitas yang dirintis Indosat sejak 2004,
belum memberikan hasil yang diharapkan, banyak hal yang dapat
mempengaruhi hasil tersebut, salah satunya adalah tingkat loyalitas para
pengguna produk Indosat, khususnya yang tergabung dalam komunitas
binaan (Indosat Community).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap
suatu
merek.
Sutisna
(2001),
menyebutkan
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi loyalitas konsumen antara lain perilaku konsumen dalam
membeli produk/jasa, switching cost (biaya beralih merek), kepuasan
konsumen terhadap merek produk/jasa bersangkutan, kesukaan konsumen
pada merek dan komitmen konsumen pada merek. Perusahaan yang mampu
memahami konsumen berdasarkan lima kriteria tersebut akan mendapatkan
konsumen yang loyal. Griffin (2005) menyebutkan, loyalitas konsumen
terlihat dari pembelian ulang yang secara secara teratur dilakukan, selain itu
konsumen akan memiliki kecenderungan untuk membeli lini produk lain
yang ditawarkan perusahaan terkait. Tahap berikutnya konsumen akan
menjadi media pemasaran bagi perusahaan karena konsumen yang puas baik
secara disadari atau tidak akan otomatis mereferensikan atau mengajak orang
lain untuk menggunakan prodak serupa. Loyalitas konsumen juga terlihat
dari sikap negatif kepada merek lain. Loyalitas konsumen sangat penting
untuk menjadikan perusahaan dapat bertahan dalam persaingan di Industri.
Dalam strategi pemasaran dengan basis komunitas perusahaan ingin
menumbuhkan loyalitas konsumen secara lebih intens melalui hubungan
yang terbentuk dengan konsumen. Indosat mencoba melakukan edukasi
terhadap konsumennya sejak dini dengan membentuk komunitas sekolah
Indosat, dengan harapan perusahaan akan mengetahui hal-hal yang menjadi
kebutuhan konsumennya. Penerapan strategi dengan basis komunitas Indosat
dinilai belum memperlihatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu
perusahaan harus mampu memahami konsumennya. Salah satu pendekatan
yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas konsumen untuk mendapatkan konsumen yang loyal
8
dalam jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh perilaku konsumen, switching cost, kepuasan
konsumen, kesukaan pada merek dan komitmen terhadap loyalitas
konsumen?
2. Variabel apakah yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
loyalitas konsumen pada Indosat School Community ?
3. Bagaimanakah perilaku konsumen, switching cost, kepuasan konsumen,
kesukaan pada merek, dan komitmen anggota Indosat School Community?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Menganalisis pengaruh perilaku konsumen, switching cost, kepuasan
konsumen, kesukaan pada merek dan komitmen terhadap loyalitas
konsumen.
2. Menganalisis variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
loyalitas konsumen pada Indosat School Community.
3. Menganalisis perilaku konsumen, switching cost, kepuasan konsumen,
kesukaan pada merek, dan komitmen anggota Indosat School Community.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
perusahaan maupun bagi pendidikan. Bagi perusahaan, dapat memberikan
informasi mengenai efektivitas strategi pemasaran melalui komunitas binaan.
Selain itu juga untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi loyalitas
anggota komunitas terhadap merek keluaran perusahaan, sehingga dapat
menjadi media evaluasi sebelum membuat keputusan pemasaran. Sedangkan
bagi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk
penelitian lebih lanjut khususnya mengenai pemasaran berbasis komunitas
dan penelitian tentang loyalitas konsumen.
9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Batasan yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Komunitas Indosat yang dipelajari adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota
Bogor (Indosat School Community SMAN 2 Bogor).
2. Responden dalam penelitian ini adalah pengguna kartu seluler Indosat dan
terdaftar sebagai anggota Indosat School Community SMA Negeri 2 Kota
Bogor.
3. Penentuan pesaing terdekat Indosat adalah Telkomsel dan XL (Majalah
Marketing Februari 2010).
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Loyalitas
Kotler (2003), mendefinisikan merek sebagai sebuah nama, istilah,
tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari berbagai aspek tersebut, dengan
tujuan untuk memberi identitas sebuah barang atau jasa perusahaan, dan
untuk membedakannya dari pesaing. Straub dan Attner dalam Kennedy dan
Soemanagara (2006) mendefinisikan merek dalam pengertian yang hampir
serupa, merek merupakan sebuah nama, simbol, desain, atau kombinasi dari
aspek tersebut untuk memberi identitas suatu barang atau jasa perusahaan.
Straub dan Attner membagi merek menjadi tiga, yaitu:
1. Nama (brand name), bentuk kata, huruf atau gabungan keduanya yang
digunakan untuk memberi ciri khas. Contoh : Sari Kuring, Accord, Sony,
Aiwa dan sebagainya.
2. Tanda (brand mark), simbol atau desain yang digunakan untuk memberi
ciri dan membedakannya. Contoh huruf M pada McDonald’s, simbol
orang berkuda pada kaos Ralphpolo, dan buaya pada pakaian Lacoste.
3. Karakter (trade character), simbol yang menunjukkan kualitas manusia.
Contoh Mr. Ronald Mc Donald untuk produk McDonald’s.
Konsumen yang merasa puas terhadap produk atau merek yang
dikonsumsinya memiliki kemungkinan untuk membeli ulang produk tersebut.
Pembelian yang terus menerus dari produk dan merek yang sama akan
menunjukkan loyalitas pelanggan (Sumarwan, 2002). Loyalitas pelanggan
adalah suatu komitmen yang kuat dari pelanggan sehingga bersedia
melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara
konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan
usaha-usaha pemasaran dari produk lain yang berusaha membuat mereka
beralih untuk membeli produk lain tersebut (Griffin, 2005). Jadi loyalitas
pelanggan adalah suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap menggunakan
produk atau pelayanan dari penyedia tertentu.
11
Untuk mencapai pelanggan yang loyal, perusahaan harus dapat
menawarkan produk atau jasa yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan
menyenangkan perasaannya, sehingga pelanggan ingin melakukan tindakan
pembelian. Seorang pelanggan akan melalui beberapa tahapan untuk sampai
menjadi loyal. Proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian
yang berbeda untuk masing-masing tahapan karena setiap tahapan memiliki
kebutuhan yang berbeda. Jika setiap perusahaan memperhatikan masingmasing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, maka
perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membentuk calon
pembeli menjadi pelanggan loyal dan klien perusahaan. Tahap untuk menjadi
pelanggan yang loyal terbagi kedalam tujuh tahap, yaitu:
1. Suspect (tersangka)
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa
perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspect karena yakin bahwa
mereka akan membeli tapi belum mengetahui apapun mengenai
perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan.
2. Prospect (yang diharapkan)
Orang yang memiliki kebutuhan akan barang atau jasa tertentu, dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya. Walaupun belum melakukan
pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang
atau jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan
barang atau jasa tersebut kepadanya.
3. Disqualified prospect (yang tidak berkemampuan)
Prospect yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu
tatapi tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa
tersebut, atau tidak mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa tersebut.
4. First time customer (pembeli baru)
Pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya, mereka masih
merupakan pelanggan baru perusahaan.
12
5. Repeat customer (pembeli berulang-ulang)
Pelanggan yang melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua
kali atau lebih, atau membeli dua macam produk atau jasa yang berbeda
dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
6. Clients (pelanggan tetap)
Pelanggan yang membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Pembelian dilakukan secara teratur.
Hubungan mereka dengan pelanggan sudah kuat dan berlangsung lama
yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh daya tarik produk
perusahaan pesaing.
7. Advocates (pelanggan tetap dan pendukung)
Seperti layaknya clients, advocates membeli seluruh barang atau jasa
yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhannya serta melakukan pembelian
secara teratur. Disamping itu mereka juga memberikan rekomendasi
tentang barang atau jasa yang mendorong orang lain untuk melakukan
pembelian
terhadap
barang
atau
jasa
perusahaan.
Advocates
membicarakan barang atau jasa tersebut dan melakukan usaha pemasaran
serta membawa pelanggan baru untuk perusahaan.
Pelanggan yang loyal merupakan aset tidak ternilai bagi perusahaan
karena karakteristik dari pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut :
1. Repeat purchase, yaitu melakukan pembelian ulang secara teratur.
2. Purchase across product lines, yaitu membeli antar lini produk atau jasa.
3. Refer other, yaitu mereferensikan atau mengajak orang lain.
4. Immunity, yaitu menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
Ada empat jenis loyalitas berdasarkan tingkat pembelian kembali dan
nilai tambah relatif yang diberikan yaitu : loyalitas premium, loyalitas latent,
loyalitas inersia, dan tidak loyal, dapat dilihat pada Gambar 1.
Tingkat Pembelian Kembali
Nilai Tambah
Relatif
Tinggi
Rendah
Tinggi
Loyalitas Premium
Loyalitas Latent
Rendah
Loyalitas Inersia
Tidak Loyal
Gambar 1. Empat jenis loyalitas (Griffin, 2005)
13
Pemasar harus mampu memahami kondisi konsumen yang semakin
pandai dalam memilih merek, dibutuhkan strategi pemasaran yang baik untuk
dapat mempertahankan loyalitas konsumen. Menurut Sutisna (2001) terdapat
lima macam cara yang dapat digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen,
kelima aspek tersebut yaitu :
1. Pengukuran perilaku
Pengukuran ini termasuk pendekatan instrumental conditioning yang
memandang bahwa pembelian konsisten sepanjang waktu dapat
menunjukkan loyalitas merek. Loyalitas konsumen diukur berdasarkan
pembelian yang dilakukan konsumen.
2. Pengukuran switching cost
Pengukuran ini merupakan indikasi loyalitas pelanggan terhadap
suatu merek, sebab pada umumnya biaya untuk beralih merek sangat
mahal dan berisiko besar, sehingga tingkat perpindahan konsumen akan
rendah.
3. Pengukuran kepuasan
Walaupun kepuasan pelanggan tidak menjamin loyalitas, tetap ada
kaitan penting antara kepuasan dan loyalitas. Bila ketidakpuasan
pelanggan terhadap suatu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup
alasan konsumen beralih mengonsumsi merek lain kecuali bila terdapat
faktor-faktor penarik yang sangat kuat.
4. Pengukuran kesukaan terhadap merek
Pengukuran ini dilakukan dengan melihat kesukaan terhadap merek,
kepercayaan, perasaan hormat atau bersahabat dengan merek yang
membangkitkan kehangatan dalam perasaan pelanggan. Hal tersebut dapat
menyulitkan pesaing dalam menarik pelanggan yang sudah mencintai
merek pada tahap ini. Ukuran rasa kesukaan dapat tercermin melalui
kemauan untuk membayar dengan harga yang lebih mahal untuk
memperoleh merek tersebut.
5. Pengukuran komitmen
Merek yang mempunyai brand equity tinggi akan memiliki sejumlah
besar pelanggan dengan komitmen yang tinggi pula. Pengukuran
14
komitmen ini didasari oleh teori kognitif, dimana loyalitas konsumen
merupakan komitmen merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh
perilaku pembelian yang terus menerus.
2.2. Komunitas
Pemasaran mendefinisikan segmentasi sebagai proses memanfaatkan
peluang dengan membagi-bagi pasar menjadi beberapa bagian atau segmen.
Pasar dipetakan berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya,
sehingga perusahaan dapat melihat dengan jelas pasar yang akan dimasuki.
Segmentasi adalah sebuah seni mengidentifikasi dan memanfaatkan peluangpeluang yang ada di pasar dengan melihat pasar secara kreatif (Kartajaya dan
Darwin, 2010), namun dalam perkembangannya banyak pemasar yang
menjalankan
strateginya
tidak
berdasarkan
segmen,
pembagian
pasar/konsumen kini banyak dibagi berdasarkan komunitas masing-masing
dimana konsumen tersebut berada. Maka mulailah berkembang berbagai
strategi pemasaran dengan basis komunitas.
Fournier dalam Marketeers (2009) membagi komunitas menjadi tiga
bentuk yaitu pools, hubs dan webs. Bentuk pools adalah komunitas yang
paling organik dan natural, misalnya komunitas tukang ojek yang ada
dimana-mana. Mereka punya interest dan aktivitas yang sama, tetapi sulit
untuk dikumpulkan. Komunitas tipe kedua adalah tipe hubs, dimana
komunitas-komunitas yang ada pada saat-saat tertentu ditarik ke pusat oleh
sesuatu (orang, event, dll). Misalnya komunitas penggemar musik yang
tersebar dimana-mana akan ditarik ke sebuah music event akbar lewat
sponsorship grup musik. Namun bentuk ini memiliki kelemahan karena
keterikatannya hanya bersifat temporer. Betuk komunitas yang paling bagus
adalah webs, yaitu bentuk yang sebenarnya berdiri sendiri (seperti pools)
tetapi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan pusat atau brand
perusahaan.
Pambudi (2008) mendefinisikan komunitas merek sebagai kumpulan
dari
orang-orang atau
komunitas
yang memiliki
kesamaan dalam
menggunakan suatu merek tertentu. Adapun latar belakang pembentukannya
ada yang secara alami tumbuh dari konsumen pengguna suatu merek tertentu
15
yang membentuk komunitas (secara organik), dan ada pula yang sengaja
dibentuk oleh perusahaan pemilik merek tertentu yang menggunakan
komunitas sebagai bagian dari strategi pemasarannya.
Pools
Hubs
Webs
Gambar 2. Tiga jenis bentuk keanggotaan dalam komunitas (Fournier, 2009)
2.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan berbagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut
(Engel, Blackweel dan Miniard, 1994). Sedangkan menurut Sumarwan
(2002) perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka. Pembelian yang dilakukan konsumen tersebut sangat
dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis (Kotler
dan Armstrong, 2003), sebagian besar dari faktor tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh pemasar, namun harus dipertimbangkan. Faktor yang
mempengaruhi pembelian konsumen tersebut adalah :
1. Faktor budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam
perilaku konsumen. Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku
konsumen. Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses
belajar. Sewaktu tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak belajar
mengenai nilai, persepsi, keinginan dan perilaku dasar dari keluarga dan
lembaga penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat memiliki
budaya dan pengaruh budaya pada perilaku konsumen yang beragam
antara satu negara dengan negara lainnya. Kegagalan menyesuaikan diri
16
dengan perbedaan itu akan menghasilkan pemasaran yang tidak efektif
atau kesalahan yang memalukan. Setiap budaya terdiri dari sub-sub
budaya, atau kelompok-kelompok orang yang memiliki sistem nilai yang
sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan. Subbudaya meliputi
kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis yang
serupa. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar yang penting
dan pemasar sering mendesain produk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Faktor budaya ini juga mencakup
masalah kelas sosial, yang menunjukkan perbedaan preferensi produk dan
merek.
2. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti
kelompok kecil, keluarga, peran sosial dan status. Kelompok merupakan
kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan
individu atau tujuan bersama (Sumarwan, 2002). Selain kelompok,
keluarga juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian.
Keterlibatan setiap anggota keluarga memiliki peran yang berbeda
tergantung pada jenis barang yang akan dibeli. Seseorang merupakan
bagian dari beberapa kelompok, keluarga, klub, organisasi dll. Posisi
orang tersebut dalam tiap kelompok dapat didefinisikan berdasarkan peran
dan statusnya. Tiap peran membawa status yang menggambarkan
penghargaan umum terhadap peran tersebut oleh masyarakat. Konsumen
terkadang memilih produk yang menunjukkan status mereka di
masyarakat.
3. Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya
hidup, kepribadian dan konsep diri. Sepanjang hidupnya orang akan
mengubah barang dan jasa yang dibelinya. Selera terhadap makanan,
pakaian, perabotan dan rekreasi sering terkait dengan umur. Pembeli juga
dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga dari muda hingga tua. Pemasar
17
harus mampu menyesuaikan strateginya pada setiap pasar sasaran yang
dituju. Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa dibeli. Para pemasar
harus mampu mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat
diatas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Bahkan perusahaan
dapat berspesialisasi membuat produk untuk melayani pekerjaan tertentu.
Pemasaran juga bergantung pada kondisi perekonomian konsumen. Saat
memasarkan barang yang sensitif terhadap pendapatan, pemasar harus
memperhatikan tren pendapatan, tabungan, dan tingkat suku bunga. Jika
indikator ekonomi menunjukkan titik resesi pemasar akan mengambil
langkah untuk mendesain ulang, mereposisi dan mengganti harga pokok
mereka dengan cepat. Indikator berikutnya adalah gaya hidup yang
didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu
serta uang (Engel, Blackweel dan Miniard 1994). Gaya hidup adalah
fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial,
demografi dan variabel lainnya. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan
yang mencerminkan nilai konsumen. Definisi lain menyebutkan gaya
hidup sebagai pola hidup seseorang yang tergambarkan pada aspek
psikografisnya dengan komponen berupa kegiatan, minat dan pendapat.
Jika digunakan secara tepat konsep gaya hidup dapat membantu pemasar
memahami perubahan nilai konsumen dan bagaimana perubahan itu
mempengaruhi perilaku pembelian. Indikator terakhir dalam faktor pribadi
adalah tentang kepribadian dan konsep diri. Setiap kepribadian yang
berbeda-beda pada setiap orang akan mempengaruhi perilaku pembelian
orang tersebut. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang
menghasilkan tanggapan yang secara konsisten dan terus menerus
terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan
sifat-sifat seperti kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat
pertahanan, kemampuan beradaptasi dan agresivitas. Kepribadian berguna
dalam menganalisa perilaku konsumen untuk produk dan pilihan merek
tertentu.
18
4. Faktor psikologis
Pilihan pembelian dipengaruhi oleh empat indikator psikologis yaitu
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap. Motivasi
merupakan dorongan yang kuat dalam diri seseorang untuk mencari
kepuasan atas kebutuhannya. Terdapat dua teori motivasi yang paling
terkenal yaitu teori motivasi Freud dan teori motivasi Maslow. Freud
mengasumsikan bahwa seseorang sangat tidak sadar akan kekuatan
psikologis yang membentuk perilaku mereka. Ia melihat manusia tumbuh
dan menelan banyak dorongan. Dorongan itu tidak akan hilang dan tidak
akan bisa dikendalikan dengan sempurna. Semua itu akan muncul dalam
mimpi, kesalahan bicara, ke perilaku neurotic dan obsesif, atau akhirnya
menjadi sakit jiwa. Berbeda dengan Freud, Maslow menjelaskannya dalam
sebuah teori kebutuhan manusia yang tersusun dalam sebuah hierarki dari
yang paling mendesak hingga yang paling tidak mendesak. Hierarki
kebutuhan Maslow tersusun dari tingakatan yang paling bawah yaitu
kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan diri, dan yang paling atas adalah kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri. Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan yang
paling penting terlebih dahulu, pada saat kebutuhan tersebut terpenuhi,
kebutuhan itu akan berhenti sebagai motivator dan dia akan berusaha
memenuhi kebutuhan paling penting selanjutnya. Indikator selanjutnya
dari faktor psikologis adalah persepsi yang didefinisikan sebagai proses
seseorang dalam menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan
stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh.
Stimuli adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera seperti
produk, kemasan, merek, iklan, harga dan lain-lain (Simamora, 2005).
Orang yang memperoleh rangsangan yang sama dapat membentuk
persepsi yang berbeda-beda, karena adanya tiga proses perceptual yaitu
perhatian selektif, distorsi selektif dan retensi selektif. Seseorang
mendapatkan rangsangan yang banyak sekali setiap harinya. Perhatian
selektif merupakan kecenderungan orang untuk menyaring informasi yang
mereka dapatkan. Distorsi deskriptif mendeskripsikan kecenderungan
19
konsumen untuk menginterpretasikan informasi yang sesuai dengan cara
mendukung apa yang telah mereka percayakan. Retensi selektif
memungkinkan seseorang untuk selalu mengingat hal yang berkaitan
dengan produk/jasa yang diinginkannya. Indikator ketiga dalam faktor
psikologis adalah pembelajaran yang menunjukkan perubahan perilaku
seseorang karena pengalaman, sedangkan indikator terakhir dalam faktor
psikologis adalah keyakinan dan sikap. Keyakinan adalah pemikiran
deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai suatu hal, sedangkan
sikap menggambarkan evaluasi, perasaan dan kecenderungan yang
konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide.
Sikap menempatkan seseorang kedalam kerangka pikiran menyukai atau
tidak menyukai sesuatu yang kemudian dapat mendekatkan atau
menjauhkannya terhadap hal tersebut. Sikap sukar dirubah, sikap
mempunyai pola dan mengubah satu sikap akan membutuhkan
penyesuaian yang sulit terhadap sikap yang lain. Oleh karena itu setiap
pemasar harus mampu menyesuaikan produk/jasanya dengan sikap yang
telah ada sebelumnya.
2.4. Switching Cost
Menurut Sutisna (2001) switching cost merupakan indikasi loyalitas
pelanggan terhadap suatu merek, sebab pada umumnya biaya untuk beralih
merek sangat mahal dan berisiko besar, sehingga tingkat perpindahan
konsumen akan rendah. Oleh karena itu penekanan pada variabel ini terletak
pada komponen biaya serta risiko yang akan dialami konsumen saat
berpindah merek. Bustami dan Nurlela (2006) mendefinisikan biaya sebagai
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
hubungannya dengan pengambilan keputusan khususnya proses pembelian,
biaya dikelompokkan menjadi biaya relevan dan biaya tidak relevan.
1. Biaya relevan, merupakan biaya masa akan datang yang berbeda dalam
beberapa alternatif berbeda. Biaya relevan terdiri dari biaya diferensial,
biaya kesempatan, biaya tersamar, biaya nyata, biaya yang dapat dilacak.
20
a. Biaya diferensial adalah selisih biaya atau biaya yang berbeda dalam
beberapa alternatif pilihan. Biaya diferensial juga biasa disebut sebagai
biaya marginal atau biaya inkremental.
b. Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam
memilih suatu alternatif.
c. Biaya tersamar adalah biaya yang tidak kelihatan dalam catatan
akuntansi tetapi mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
d. Biaya nyata adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam memilih
suatu alternatif.
e. Biaya yang dapat dilacak adalah biaya yang dapat dilacak kepada
produk yang telah selesai.
2. Biaya tidak relevan, merupakan biaya yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apapun. Biaya ini dapat dibedakan menjadi
biaya masa lalu dan biaya terbenam.
a. Biaya masa lalu adalah biaya yang sudah dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apapun.
b. Biaya terbenam adalah biaya yang tidak dapat kembali.
Vaughan dalam Darmawi (2004) mengemukakan beberapa definisi dari
risiko. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian), menunjukkan
suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap
kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Risk is the possibility of loss
(risiko adalah kemungkinan kerugian), berarti bahwa probabilitas kejadian
berada diantar nol dan satu. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian).
Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian)
yang tidak diinginkan, atau tidak diduga. Dengan kata lain kemungkinan itu
sudah
menunjukkan
adanya
ketidakpastian.
Ketidakpastian
tersebut
merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhya risiko. Kondisi tidak pasti
tersebut dapat diakibatkan oleh jarak dan waktu, keterbatasan informasi yang
diperluakan, keterbatasan pengetahuan dan berbagai sebab lainnya (Darmawi,
2004).
21
2.5. Kepuasan Konsumen
Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau
hasil terhadap suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2003),
sedangkan Lovelock (2005) mendefinisikan kepuasan sebagai keadaan
emosional, reaksi pasca pembelian yang dapat berupa kemarahan,
ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan atau kesenangan.
Selanjutnya Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mengungkapkan bahwa
kepuasan yang diperoleh merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi, bahwa
sesuatu yang dipilih memenuhi atau melebihi harapannya. Sebuah proses
pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya
transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purna beli
(terutama dalam pengambilan keputusan yang luas). Dalam tahap ini
konsumen merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan
mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan
memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau
membeli produk lain di perusahaan sama di masa mendatang.
Menurut Kotler (2003), kinerja dan harapan dapat dijabarkan menjadi
tiga. Pertama jika kinerja berada dibawah harapannya maka konsumen
menjadi tidak puas. Kedua jika kinerja sama dengan harapannya maka
konsumen akan puas. Ketiga jika yang didapat konsumen melampaui
harapannya maka konsumen akan sangat senang. Apabila konsumen merasa
puas, maka dia akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk membeli
produk yang sama. Pelanggan yang puas cenderung akan memberikan
referensi yang baik terhadap produk kepada orang lain. Menurut Lovelock
(2005), pelanggan yang puas akan menyebarkan cerita positif dari mulut ke
mulut dan akan menjadi iklan berjalan dan berbicara bagi suatu perusahaan,
yang akan menurunkan biaya untuk menarik pelanggan baru.
Terdapat beberapa cara untuk mengukur kepuasan konsumen (Umar
2003), berikut terdapat enam konsep umum yang digunakan untuk mengukur
kepuasan konsumen :
22
1. Kepuasan konsumen keseluruhan.
Caranya yaitu dengan menanyakan mengenai tingkat kepuasan atas
produk/jasa bersangkutan serta menilai dan membandingkan dengan
tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan atas produk/jasa yang mereka
terima dari pesaing.
2. Dimensi kepuasan konsumen.
Prosesnya melalui empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi
kunci kepuasan konsumen. Kedua, meminta konsumen untuk menilai jasa
perusahaan berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau
keramahan staf pelayanan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan
menilai jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Keempat,
meminta konsumen menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka
ada dikelompok penting dalam menilai kepuasan konsumen secara
keseluruhan.
3. Konfirmasi harapan.
Pada cara ini kepuasan tidak diukur secara langsung namun disimpulkan
berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan konsumen dengan
kinerja aktual produk/jasa yang dijual perusahaan.
4. Minat pembelian ulang.
Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan
pembelian ulang atas produk/jasa yang sama yang dia konsumsi.
5. Kesediaan untuk merekomendasi.
Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi produk/jasa yang
pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi.
6. Ketidakpuasan konsumen.
Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya garasi, word of mouth
yang negatif, serta defection.
Untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen diperlukan informasi
dimensi kualitas produk/jasa yang akan diukur. Menurut Kotler (2003)
kualitas produk didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh konsumen atas
kebaikan kinerja barang atau jasa. Isu utama dalam menilai kinerja produk
23
adalah dimensi apa yang digunakan konsumen untuk melakukan evaluasinya.
Dimensi kualitas jasa maupun produk dijelaskan sebagai berikut :
1. Dimensi kualitas jasa
a. Keandalan, dimensi ini merupakan kondisi yang akan ditawarkan dan
mengenai harapan konsumen meliputi kemampuan untuk memberikan
pelayanan jasa secara terpercaya dan akurat.
b. Kesigapan, dimensi ini merupakan kesigapan karyawan dalam
membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, meliputi kesigapan karyawan dalam melayani konsumen,
kecepatan karyawan dalam menanggapi transaksi dan penanganan
keluhan konsumen.
c. Keyakinan,
dimensi
ini
meliputi
kemampuan
karyawan
atau
pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan,
perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan
dalam
memberikan
informasi,
kemampuan
dalam
memberikan
keamanan di dalam jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam
menanamkan
kepercayaan
dan
keyakinan
konsumen
terhadap
perusahaan. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi
kompetensi, kesopanan dan kredibilitas.
d. Berwujud, dimensi ini meliputi penampilan fisik, peralatan, personel
dan alat-alat komunikasi dari jasa yang ditawarkan.
e. Perhatian, dimensi
ini
meliputi kesediaan
untuk peduli
atau
memberikan perhatian secara individual kepada konsumen. Perhatian
tersebut dapat berupa kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan
usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan
konsumen. Dimensi ini dibangun dari sub dimensi akses, komunikasi
dan pemahaman pada konsumen.
2. Dimensi kualitas produk
a. Kinerja, kinerja utama dari karakteristik pengoperasian.
b. Fitur, jumlah panggilan dan tanda sebagai karakteristik utama
tampilan.
24
c. Reliabilitas, profitabilitas kerusakan atau tidak berfungsi.
d. Daya tahan, unsur produk.
e. Pelayanan, mudah dan cepat diperbaiki.
f. Estetika, mudah dilihat, dirasakan dan didengar.
g. Sesuai dengan spesifikasi, setuju dengan produk yang menunjukkan
tanda produksi.
h. Kualitas penerimaan, kategori tempat termasuk pengaruh citra merek
dan faktor-faktor tidak berwujud lainnya yang dapat mempengaruhi
persepsi konsumen atas kualitas.
2.6. Kesukaan pada Merek
Kesukaan pada merek (preferensi konsumen) merupakan suatu pilihan
suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk (barang dan jasa)
yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen
dari beberapa pilihan produk yang ada (Kotler 2003). Menurut Nicholson
dalam Fitriyana (2009), suatu konsep preferensi menyatakan bahwa jika
seseorang mengatakan dia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala
kondisi dibawah A tersebut lebih disukai daripada kondisi dibawah B.
hubungan preferensi konsumen biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat
dasar yaitu :
1. Kelengkapan (completeness), jika A dan B merupakan dua kondisi, maka
tiap orang harus selalu bisa menspesifikkan apakah A lebih disukai
daripada B, atau B lebih disukai daripada A, atau malah A dan B samasama disukai. Dengan properti ini tiap orang diasumsikan tidak pernah
bingung dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang baik
dan mana yang buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan
pilihan diantara dua alternatif.
2. Transitivitas (transitivity), jika seseorang mengatakan lebih menyukai A
daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka ia harus lebih menyukai
A daripada C. dengan demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan
preferensinya yang saling bertentangan. Properti diatas mengasumsikan
bahwa konsumen selalu dapat membuat peringkat atas semua situasi dan
25
kondisi mulai dari hal yang paling disukai hingga yang paling tidak
disukai.
3. Kesinambungan (continuity), jika seseorang menyukai A, akan terus
menyukai A.
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat
kegunaan dan nilai relatif yang penting tiap faktor yang terdapat pada objek
penelitian. Menurut Zeithaml et al, dalam Umar (2003) faktor yang dapat
mempengaruhi preferensi konsumen meliputi faktor yang dianalisis
menggunakan dimensi kualitas produk atau jasa, dalam penelitian ini akan
digunakan dimensi kualitas jasa yang meliputi keandalan, kesigapan,
keyakinan, berwujud, dan perhatian.
2.7. Komitmen
Merek yang mempunyai brand equity tinggi akan memiliki sejumlah
besar pelanggan dengan komitmen yang tinggi pula. Pengukuran komitmen
ini didasari oleh teori kognitif, dimana loyalitas konsumen merupakan
komitmen merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku
pembelian yang terus menerus (Sutisna, 2001). Ekuitas merek merupakan
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan
oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan.
Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus
berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Jika nama dan simbol
merek dirubah, beberapa atau semua aset dan liabilitas bisa terpengaruh dan
mengalami kerugian, kendati beberapa diantarnya mungkin sudah dialihkan
ke nama dan simbol baru. Aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas
merek akan berbeda antara satu konteks dengan konteks lainnya (Aaker
dalam Andansari, 2007). Ekuitas merek dapat dikelompokkan kedalam lima
kategori yaitu :
1. Kesadaran merek, menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli
untuk mengenali dan mengingat kembeli suatu merek, sebagai bagian dari
suatu kategori produk.
26
2. Asosiasi merek, merupakan segala kesan yang muncul di benak seorang
yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.
3. Kesan kualitas, adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang
diharapkan oleh konsumen.
4. Loyalitas merek, merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada
sebuah merek.
5. Aset-aset merek lainnya, akan sangat bernilai jika aset-aset itu
menghalangi dan mencegah para kompetitor menggerogoti loyalitas
konsumen. Aset merek lainnya seperti paten, cap dagang dan saluran
hubungan.
Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam
penggunan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
Kesan Kualitas
Asosiasi Merek
Loyalitas Merek
Ekuitas Merek
Kesadaran Merek
Aset Merek Lainnya
Memberikan nilai kepada
perusahaan dengan
menguatkan:
Memberikan nilai kepada
konsumen dengan
menguatkan:
1. Efisiensi dan efektivitas
program pemasaran
2. Loyalitas merek
3. Harga/laba
4. Perluasan merek
5. Peningkatan
perdagangan
6. Keuntungan kompetitif
1. Interpretasi/proses
informasi
2. Rasa percaya diri dalam
pembeli
3. Pencapaian kepuasan
dari konsumen
Gambar 3. Konsep ekuitas merek (Andansari, 2009)
Sumarwan (2002), menjelaskan bahwa komponen kognitif pembentuk
komitmen menggambarkan pengetahuan dan persepsi terhadap suatu objek
27
sikap. Pengetahuan dan persepsi tersebut diperoleh melalui pengalaman
langsung dari objek sikap tersebut dan informasi dari berbagai sumber
lainnya. Pengetahuan dan persepsi tersebut biasanya berbentuk kepercayaan
(belief) yang artinya konsumen mempercayai bahwa suatu objek sikap
memiliki berbagai atribut dan perilaku yang spesifik dan akan mengarahkan
kepada hasil yang spesifik.
2.8. Uji Validitas dan Reliabilitas
Data yang telah didapat melalui pengisian kuesioner dan wawancara
kepada responden selanjutnya diolah dengan software agar kesalahan dalam
penilitian dapat terminimalisir. Namun sebelum data diolah, alat pengumpul
data (kuesioner) diuji dulu validitas dan reabilitasnya.
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
keabsahan suatu instrumen penelitian. Instrumen dianggap valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan mampu memperoleh data yang
tepat dari variabel yang diteliti. Uji validasi digunakan untuk menentukan
suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel
dengan variabel lain. Untuk mengukur korelasi antar pertanyaan dengan skor
total digunakan rumus korelasi product moment (Umar, 2001) yaitu :
r=
[ ∑
(∑
) (∑ ∑ )
(∑ ) ][ ∑
Keterangan :
.......................................................................(i)
(∑ ) ]
n = jumlah responden
X = skor masing-masing pertanyaan
Y = skor total
r = indeks validitas
Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikansi
(α) 0,05 maka pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid atau terdapat
konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan.
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur
seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang
konsisten (Umar, 2003). Uji reliabilitas alat dalam penelitian ini
menggunakan tekni cronbach.
28
Metode cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang
skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0100 atau bentuk skala 1-3, 1-5, atau 1-7. Rumus ini ditulis sebagai berikut
(Umar, 2003) :
(1 −
r11 =
Keterangan :
∑

) ………………………………………………….… (ii)
r11 = reliabilitas instrumen
t2 = varian total
k = banyak butir pertanyaan
b2 = jumah varian butir
Jumlah varian butir dicari terlebih dahulu dengan cara mencari nilai
varian tiap butir kemudian jumlahkan (Umar, 2003) seperti yang dipaparkan
dalam rumus berikut ini :
2 =
∑
(∑ )
………………………………………..……………………. (iii)
Keterangan :
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
2.9. Structural Equation Modeling
Instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitas, kemudian dilakukan
uji validitas untuk setiap respondennya, jika hasil yang didapatkan telah
memenuhi kriteria pengukuran maka selanjutnya data diolah menggunakan
program komputer yaitu software LISREL (Linier Structural Relationship).
Program ini digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel laten dan
hubungan antar variabel laten dengan variabel indikatornya. Menurut Wijanto
(2008), skala likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapatan, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian sosial. Cara
penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan skala likert dilakukan
dengan rumus :
X=
∑(
)
……………………….…………………………………… (iv)
Setelah memperoleh rataan skor dari masing-masing pernyataan,
kemudian dihitung skor rataan akhir untuk diperoleh skor rataan akhir dari
keseluruhan pertanyaan dengan rumus :
29
∑
X tot = ∑
…………………………………………….………….. (v)
Keterangan :
X
= Skor rataan pernyataan
= Frekuensi yang memilih pernyataan ke-i
= Jumlah responden yang memilih pernyataan tersebut
tot
= Skor rataan akhir
Skor
= 1 : Sangat tidak setuju
2 : Tidak setuju
4 : Setuju
5 : Sangat setuju
3 : Cukup setuju
Skor rataan digunakan untuk menggambarkan kondisi (penilaian)
responden secara keseluruhan untuk setiap atribut atau variabel, sehingga
penilaian yang diberikan bersifat lebih luas/menyeluruh. Skor rataan juga
digunakan untuk menyatukan penilaian pada satu indikator penelitian yang
mempunyai pertanyaan untuk pengukuran lebih dari satu. Tahap berikutnya
nilai skor rataan akhir yang diperoleh akan dibandingkan dengan kriteria
yang akan menggambarkan perilaku konsumen, switching cost, kepuasan,
preferensi dan komitmen konsumen. Kriteria yang digunakan adalah skor
rentang skala (RS) yang didapat dengan menggunakan rumus :
=
(
)
……………………………………………...…...................... (vi)
Keterangan :
m = Skor tertinggi yang digunakan (skor 5)
n = Skor terendah yang digunakan (skor 1)
b = Jumlah kelas (5 kelas)
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas, didapatkan
panjang rentang skala (RS) dengan jumlah kelas sebanyak lima adalah
sebesar 0,8. Selanjutnya kriteria yang diperoleh digunakan untuk mengukur
perilaku konsemen, switching cost, kepuasan, preferensi dan komitmen
konsumen. Kriteria tersebut menunjukkan tingkat kesetujuan responden
terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam instrument penelitian.
Kelima kriteria yang menyatakan tingkat kesetujuan responden terhadap
pernyataan dalam kuesioner penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
30
Tabel 7. Kriteria skor rataan akhir
No.
Skor Rataan
Keterangan
1
1,00-1,80
Sangat tidak setuju/ sangat rendah/ sangat buruk
2
1,81-2,60
Tidak setuju/ rendah/ buruk
3
2,61-3,40
Ragu-ragu/ cukup setuju/ cukup baik
4
3,41-4,20
Setuju/ tinggi/ baik
5
4,21-5,00
Sangat setuju/ sangat tinggi/ sangat baik
Metode structural equation modeling (SEM) digunakan karena pada
penelitian ini menganalisis variabel laten, dimana variabel ini merupakan
jenis variabel yang tidak dapat diamati secara empiris. Hal ini merupakan
perbedaan mendasar antara SEM dengan metode regresi linier berganda.
Metode SEM dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel
secara langsung maupun hubungan antar variabel secara tidak langsung
dengan menggunakan variabel intervening.
Luaran dari analisis SEM berupa model yang menggambarkan hubungan
berbagai variabel serta indikator yang diukur. Model penelitian yang
digunakan dapat dikatakan baik (fit) apabila telah memenuhi beberapa
kriteria derajat kesesuaian goodness of fit (GOF). Kriteria GOF yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Chi-square (CMIN)
Nilai chi-square menunjukkan adanya penyimpangan antara sample
covariance matrix dan model (fitted) covariance matrix. Ketika nilai yang
diperoleh adalah besar berarti mengindikasikan bahwa matriks hasil
dugaan model tidak sesuai dengan matriks data. Sebaiknya nilai chisquare relatif kecil, nilai chi-square sebesar nol menunjukkan bahwa
model memiliki fit yang sempurna (Ghozali dan Fuad, 2005).
b. Probabilitas chi-square (p-value)
P-value adalah probabilitas untuk memperoleh penyimpangan
(deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan oleh nilai chi-square, sehingga
nilai chi-square yang signifikan (kurang dari 0,05) menunjukkan bahwa
data empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang telah
31
dibangun berdasarkan structural equation modeling (SEM). P-value yang
tidak signifikan (lebih besar dari 0,05) adalah yang diharapkan, yang
menunjukkan bahwa data empiris telah sesuai dengan model.
c. CMIN/df (normed chi-square)
Indikator ini digunakan untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model
dengan membagi nilai CMIN dengan nilai df. Model yang fit akan
memiliki nilai CMIN/df yang lebih kecil atau sama dengan dua.
d. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model
dengan matriks kovarians populasinya. Nilai RMSEA yang kurang dari
0,05 mengindikasikan bahwa model fit, dan nilai RMSEA yang berkisar
antara 0,05 hingga kurang dari 0,08 menyatakan bahwa model memiliki
perkiraan kesalahan yang reasonable, sedangkan nilai RMSEA yang
berkisar antara 0,08 hingga 0,1 menunjukkan bahwa model fit yang
cukup (medioore), kemudian untuk nilai yang lebih besar dari 0,1
mengindikasikan bahwa model adalah jelek.
e. Goodness of Fit Index (GFI)
GFI merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam
menghasilkan observed covariance matrix. Nilai GFI harus berkisar
antara nol hingga satu. Nilai GFI yang lebih besar atau sama dengan 0,9
menunjukkan fit suatu model yang baik.
f. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)
Penilaian AGFI adalah sama seperti GFI , tetapi telah menyesuaikan
dengan pengaruh degrees of freedom pada suatu model. Sama seperti
GFI, nilai sebesar satu berarti bahwa model memiliki perfect fit,
sedangkan model yang fit adalah yang memiliki nilai AGFI lebih besar
atau sama dengan 0,9.
Instrumen penelitian menggunakan 19 pertanyaan yang terbagi menjadi
lima kelompok yaitu perilaku konsumen dengan indikator sebanyak empat
pertanyaan, switching cost dengan indikator sebanyak dua pertanyaan,
kepuasan konsumen dengan indikator sebanyak lima pertanyaan, preferensi
konsumen dengan tiga indikator pertanyaan dan komitmen konsumen
32
dengan indikator satu pertanyaan, variabel endogen yaitu loyalitas
konsumen menggunakan empat pertanyaan. Setiap pertanyaan diukur
menggunakan skala likert dengan kategori sebagai berikut:
Sangat setuju
: skor 5
Setuju
: skor 4
Cukup setuju
: skor 3
Tidak setuju
: skor 2
Sangat tidak setuju
: skor 1
Skor yang diperoleh dari seluruh pernyataan pada kuesioner selanjutnya
menjadi input bagi perhitungan metode Structural Equation Modeling
(SEM) dengan menggunakan program LISREL 8.50.
2.10. Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu disajikan sebagai pembanding dengan
penelitian-penelitian yang pernah ada terkait dengan topik dan alat analisis
yang penulis teliti. Rahmat Darmawan (2009) mengangkat topik penelitian
mengenai “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Loyalitas
Pelanggan Hypermarket Giant Taman Yasmin Bogor”. Tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk menganalisis tingkat persepsi pelanggan,
nilai pelanggan, daya saing, kualitas pelayanan jasa, dan loyalitas pelanggan
Giant Taman Yasmin. Kedua untuk menganalisis pengaruh persepsi
pelanggan, nilai pelanggan, daya saing, dan kualitas pelayanan jasa terhadap
loyalitas pelanggan Giant Taman Yasmin. Ketiga untuk menganalisis
variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap loyalitas
pelanggan Giant Taman Yasmin. Pengolahan data dalam penelitian
menggunakan software LISREL 8.30. hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat persepsi pelanggan, nilai pelanggan, daya saing, kualitas pelayanan
jasa dan loyalitas pelanggan di Giant Taman Yasmin tergolong baik atau
tinggi. Analisis SEM menyatakan bahwa keempat variabel berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan dengan nilai loading
factor (γ) dan t-value masing-masing variabel yaitu : persepsi pelanggan
sebesar 0,35 dan 4,03, nilai pelanggan sebesar 0,19 dan 3,17, daya saing
sebesar 0,24 dan 3,24 dan kualitas pelayanan jasa sebesar 0,38 dan 4,29.
33
Variabel kualitas pelayanan jasa memiliki pengaruh paling besar terhadap
loyalitas pelanggan Giant Taman Yasmin dengan nilai loading factor (γ)
sebesar 0,38.
Galih Hendro Asmoro (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Situasi Konsumen terhadap Perilaku Impuls Buying (studi kasus
Hypermarket Giant Taman Yasmin Bogor)”. Penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengidentifikasi perilaku pembelian impulsif konsumen Giant
Taman Yasmin. Kedua untuk menganalisis pengaruh karakteristik situasi
konsumen terhadap perilaku pembelian impulsif konsumen Giant Taman
Yasmin. Tujuan ketiga untuk menganalisis karakteristik situasi konsumen
yang paling berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Metode
pengolahan data menggunakan software LISREL 8.30 untuk mengetahui
hubungan antar variabel laten. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat
perilaku impuls buying konsumen Giant Taman Yasmin tergolong sedang.
Analisis SEM menyatakan karakteristik lingkungn fisik berpengaruh positif
dan signifikan terhadap perilaku impuls buying dengan nilai loading factor
(γ) sebesar 0,38 dan t-value sebesar 2,00, sedangkan keempat karakteristik
situasi konsumen lainnya memiliki nilai loading factor masing-masing
lingkungan sosial sebesar 0,087, karakteristik waktu sebesar -0,071, tujuan
sebesar -0,012 dan suasana hati sebesar -0,019 dimana keempat karakteristik
tersebut memiliki nilai t-value dibawah 1,98. Karakteristik lingkungan fisik
memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku impuls buying karena
memiliki nilai loading factor (γ) paling besar yaitu 0,38. Hasil penilaian
goodness of fit (GOF) menyatakan model memiliki nilai chi-square sebesar
53,41, p-value sebesar 0,383183, CMIN/df sebesar 1,047, RMSEA sebesar
0,022, GFI sebesar 0,94, dan nilai AGFI sebesar 0,90. Dari nilai-nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian
ini dinyatakan baik dan dapat diterima.
Nina Melati Putri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Kepuasan dan Loyalitas Konsumen terhadap Kartu Seluler IM3 (studi kasus:
Mahasiswa Program Strata-1 Institut Pertanian Bogor)”, menjelaskan bahwa
dari keseluruhan atribut yang diteliti, IM3 memiliki persepsi dimata
34
konsumen dalam hal tarif SMS yang terjangkau. Atribut pada kuadran I
(prioritas utama) adalah tarif telepon terjangkau, sinyal atau jaringan kuat,
kejernihan suara dan kecepatan dalam penyelesaian keluhan/masalah.
Kuadran II (pertahankan prestasi) berupa atribut kejelasan dan kelengkapan
informasi dalam berbagai media, harga voucer isi ulang yang murah, tarif
internet terjangkau, tarif SMS terjangkau dan jangkauan wilayah luas.
Kuadran III (prioritas rendah) adalah fitur dan layanan menarik, bonus dan
hadiah serta pelayanan prima. Kuadran IV (berlebihan) terdapat atribut
kemasan stater pack/kartu perdana menarik, harga stater pack/kartu perdana
murah dan kemudahan mendapatkan voucer isi ulang. Berdasarkan
perhitungan CSI tingkat kepuasan konsumen kartu seluler IM3 sebesar
74,40 persen, berada pada kategori puas (0,66-0,80). Konsumen kartu
seluler IM3 sudah memiliki loyalitas yang tinggi, ditunjukkan dengan
banyaknya responden yang termasuk kriteria advocates sebanyak 62 persen.
Rekomendasi untuk meningkatkan kepuasan terhadap konsumen kartu
seluler IM3 dari analisis IPA adalah memprioritaskan rekomendasi
perbaikan kinerja pada kuadran I yaitu tarif telepon terjangkau, sinyal atau
jaringan kuat, kejernihan suara dan kecepatan dalam penyelesaian
keluhan/masalah.
35
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Alur penelitian ini dimulai dari persaingan industri layanan seluler yang
semakin ramai oleh pemain-pemain baru. Persaingan tersebut menuntut
masing-masing pemain harus mampu menciptakan strategi yang unggul
dalam bersaing. Indosat sebagai salah satu pemain terbesar penyedia jasa
layanan operator seluler berhasil membaca kondisi pasar, dan mulai
menerapkan strategi pemasaran dengan basis komunitas. Komunitas yang
diberi nama Indosat Community, dibentuk dengan harapan konsumen akan
loyal kepada perusahaan. Salah satu kantor cabang Indosat yang mengelola
Indosat Community adalah kantor Indosat kota Bogor. Indosat gencar
melakukan pembinaan pada komunitas bentukannya. Untuk mengetahui
tingkat loyalitas konsumen diperlukan pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas, yakni perilaku konsumen, switching cost, kepuasan,
kesukaan pada merek, serta komitmen. Kelima faktor ini menjadi acuan
produsen dalam menentukan strategi pemasaran dalam membentuk loyalitas.
Faktor-faktor tersebut dapat dianalisis menggunakan metode structural
equation modeling (SEM) untuk menentukan hubungan masing-masing
faktor beserta indikator yang mempengaruhinya.
Hasil
analisis
tersebut
dapat
digunakan
sebagai
pertimbangan
perusahaan dalam menentukan kebijakan atau keputusan strategi pemasaran.
Rekomendasi yang diberikan menyangkut sejauh mana setiap indikator dapat
mempengaruhi loyalitas konsumen Indosat. Penelitian ini menguji sejumlah
hipotesis sementara yang telah ditentukan sebelumnya. Hipotesis digunakan
sebagai pendugaan sementara dalam penelitian untuk kemudian dibuktikan
kebenarannya. Setelah dilakukan analisis maka diketahui faktor mana yang
paling berpengaruh terhadap loyalitas serta faktor mana yang kurang atau
bahkan tidak berpengaruh. Dalam penelitian ini digunakan dua pesaing
terdekat Indosat yakni Telkomsel dan XL untuk menjaring informasi dari
konsumen. Kedua operator ini merupakan pesaing terdekat Indosat yang
36
akhir-akhir ini semakin gencar dalam mempromosikan produknya masingmasing.
Persaingan Industri Operator Seluler
Commuity Marketing Indosat
Indosat School
Community
Strategi Mempertahankan
Pelanggan
Perilaku
Konsumen
Switching
Cost
Kepuasan
Konsumen
Kesukaan
pada Merek
Komitmen
Analisis SEM
Loyalitas
Konsumen
Rekomendasi bagi Perusahaan
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Perilaku konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
loyaliats konsumen.
H2 : Switching cost berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
konsumen.
37
H3 : Kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
loyalitas konsumen.
H4 : Preferensi konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
loyalitas konsumen.
H5 : Komitmen konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
loyalitas konsumen.
Hipotesis yang dikemukakan diatas dapat dijelaskan dengan gambar
tentang kerangka hipotesis dibawah ini.
H1
Perilaku
H2
Switching cost
H3
Kepuasan
Loyalitas
H4
Preferensi
H5
Komitmen
Gambar 5. Kerangka hipotesis penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 2 Kota Bogor. Penentuan lokasi
ini didasarkan bahwa SMA Negeri 2 Kota Bogor pernah menjadi juara ke 2
(juara pertama diperoleh SMA di luar area Kota Bogor) dalam Indosat School
Community Competition 2009, sebuah kompetisi tahunan Indosat khusus
bagi komunitas sekolah binaannya. Komunitas SMA Negeri 2 Kota Bogor ini
selanjutnya dapat dijadikan contoh sekolah yang dinilai berhasil memberikan
pemasukan yang cukup potensial untuk komunitas sekolah di Kota Bogor.
Data yang diperoleh dari studi komunitas ini dapat dijadikan referensi dalam
pengembangan komunitas binaan untuk sekolah lain yang kemudian
dijadikan komunitas sekolah Indosat baru maupun untuk komunitas sekolah
yang telah ada. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu April dan Mei
2010.
38
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama.
Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang dapat berupa wawancara (interview), observasi,
maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai
dengan tujuannya. Data primer untuk penelitian didapat dari pengisian
kuesioner oleh responden serta melakukan wawancara. Kuesioner/angket
adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan
kepada responden, dengan harapan memberikan respon terhadap daftar
pertanyaan tersebut. Kuesioner penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan
seperti demografi responden, serta pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan penelitian. Responden adalah anggota komunitas Indosat SMA
Negeri 2 Kota Bogor. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada lampiran 1.
Data sekunder merupakan kumpulan data yang berisikan informasi yang
telah ada dan sebelumnya telah dikumpulkan untuk tujuan yang lain. Data ini
biasanya berupa data dokumentasi, arsip-arsip, studi pustaka, maupun artikel
dari media cetak atau internet. Data sekunder didapat dari data internal yang
dimiliki perusahaan, studi pustaka dan internet.
3.4. Metode Penarikan Sampel
Teknik penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik nonprobability sampling (teknik penarikan contoh tak berpeluang)
yaitu judgement (purposive) sampling. Teknik ini dipilih untuk mendapatkan
responden yang sesuai dengan tujuan penelitian. Responden dalam penelitian
adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Kota Bogor. Pemilihan ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki jumlah anggota Indosat
Community yang cukup besar, dibuktikan dengan menjadi juara 2 dalam
Indosat School Community Competition 2009. Ini sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan mempelajari loyalitas anggota Indosat Community.
Banyaknya sampel yang harus dipenuhi adalah minimum berjumlah 100 dan
39
selanjutnya menggunakan perbandingan lima observasi atau sampel untuk
setiap estimated parameter. Penelitian ini menggunakan 19 estimated
parameter, sehingga diperlukan sedikitnya 95 responden atau sampel (19 x 5
observasi atau sampel). Untuk lebih memperkuat hasil, maka dalam
penelitian ini digunakan sebanyak 100 responden, dimana jumlah tersebut
merupakan jumlah yang sudah memenuhi untuk dilakukan analisis SEM.
Penelitian dengan menggunakan metode structural equation modeling (SEM)
memiliki kriteria tertentu dalam penentuan jumlah sampel yang akan
digunakan. Metode ini membutuhkan jumlah sampel minimum sebanyak
lima kali jumlah indikator penelitian, sedangkan untuk hasil yang terbaik
membutuhkan jumlah sampel sebanyak sepuluh kali jumlah indikator dalam
penelitian.
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil uji validitas instrumen menunjukkan bahwa semua
pernyataan yang diberikan telah valid dengan nilai r hitung lebih besar
dari r tabel (0,361), signifikansi yang digunakan (α) sebesar lima
persen. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,910 yang menunjukkan instrumen penelitian reliabel
(cronbach’s alpha lebih besar dari 0,700) dan dapat digunakan sebagai
alat dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan analisis SEM, setiap
responden juga dianalisis validitasnya dengan menggunakan analisis
diskriminan, dan didapatkan semua responden valid dan hasil dapat
digunakan untuk analisis lebih lanjut.
3.5.2 Structural Equation Modeling (SEM)
Penelitian dengan metode structural equation modeling (SEM)
menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel endogen dan variabel
eksogen. Pada penelitian ini batasan variabel endogen dan eksogen
yang digunakan adalah sebagai berikut :
40
a.
Variabel Eksogen yaitu variabel perilaku konsumen (ξ1), switching
cost (ξ2), kepuasan konsumen (ξ3), preferensi konsumen (ξ4) dan
komitmen konsumen terhadap merek (ξ5).
1. Perilaku konsumen (ξ1), terdiri dari indikator-indikator
X1 : Budaya
X2 : Sosial
X3 : Pribadi
X4 : Psikologi
2. Switching cost (ξ2), terdiri dari indikator-indikator
X5 : Harga
X6 : Risiko
3. Kepuasan konsumen (ξ3), terdiri dari indikator-indikator
X7 : Keandalan
X8 : Kesigapan
X9 : Keyakinan
X10: Berwujud
X11: Perhatian
4. Preferensi konsumen (ξ4), terdiri dari indikator-indikator
X12: Kelengkapan
X13: Transitivitas
X14: Kesinambungan
5. Komitmen konsumen pada merek (ξ5), terdiri dari indikator
X15: Komitmen
b.
Variabel endogen yang digunakan adalah variabel loyalitas
konsumen (η), dengan variabel indikator :
Y1 : Pembelian berulang (repeat purchase)
Y2 : Membeli lini produk yang lain (purchase across product lines)
Y3 : Menyarankan ke orang lain (refer other)
Y4 : Kekebalan dari merek lain (immunity)
Sebelum melakukan pengolahan data, perlu digambarkan terlebih
dahulu
bentuk lintasan model penelitian. Diagram lintas kerangka
hubungan perilaku konsumen, switching cost, kepuasan, preferensi,
41
komitmen konsumen terhadap merek dan loyalitas konsumen disajikan
pada gambar 6. Hubungan yang terbentuk antara variabel dengan
indicator penyusunnya dinotasikan dengan lambang lamda (λ).
Hubungan yang terbentuk antara variabel laten eksogen terhadap
variabel laten endogen dinotasikan dengan lambang gamma (γ). Nilai
lamda terbesar menunjukkan pengaruh terkuat dalam setiap variabel
laten yang diukur. Sedangkan nilai gamma terbesar menunjukkan
pengaruh terkuat dari variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Perubahan model estimasi hanya dilakukan jika terdapat salah satu
kriteria model fit yang belum terpenuhi.
X1
λ
X2
ξ1
X3
X4
γ
X5
ξ2
X6
X7
λ
X8
X9
Y1
Y2
ξ3
η
Y3
X10
Y4
X11
X12
X13
ξ4
X14
X15
ξ5
Gambar 6. Diagram lintasan kerangka hubungan SEM
42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Indosat Tbk didirikan pada 10 November 1967, sebagai perusahaan
bermodal asing untuk penyedia layanan telekomunikasi internasional. Indosat
mulai beroperasi secara komersial pada September 1969, untuk membangun,
mentransfer dan mengoperasikan International Telecommunication Satellite
Organization (Intelsat), sebuah stasiun bumi di Indonesia yang digunakan
untuk mengakses satelit wilayah Samudra Hindia dimiliki Intelsa selama 20
tahun. PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 di
bawah pengawasan PT Indosat Tbk. Dan mulai beroperasi pada tahun 1994
sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat
menjadikannya sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang
mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix.
Berdasarkan perubahan peraturan dalam industri telekomunikasi
Indonesia di tahun 1999 dan 2000, Indosat mulai merubah desain strategi
yang awalnya pemain utama dalam penyedia layanan telekomunikasi
internasional
menjadi
perusahaan
yang
memimpin
dalam
jaringan
komunikasi dan penyedia layanan yang terintegrasi di Indonesia. Pada tahun
2000, pemerintah membuat undang-undang mengenai telekomunikasi, hal ini
mempengaruhi bisnis yang dilakukan oleh Indosat. Pada tahun 2001, sebagai
inisiatif pemerintah dalam restrukturisasi industri telekomunikasi, Indosat
mengadakan kerja sama dengan Telkom untuk mengurangi beberapa
pembagian saham, termasuk akuisisi Indosat oleh Telkom sebesar 22.5
persen pada Satelindo, akuisisi Telkom oleh Indosat sebesar 35 persen pada
Telkomsel dan akuisisi Indosat oleh Telkom sebesar 37,2 persen pada
kepemilikan Lintasarta.
Pada Desember 2002, pemerintah menjual saham Indosat kepada
Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. Penjualan 41,94 persen saham
Indosat tersebut menimbulkan banyak kontroversi. Pemerintah RI terus
berupaya untuk membeli kembali (buyback) saham Indosat tersebut agar
pemerintah menjadi pemegang saham yang mayoritas dan menjadikan
43
kembali Indosat sebagai BUMN, namun hingga kini upaya pemerintah
tersebut belum terealisasi akibat banyaknya kendala.
November 2003, Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT IM3, dan
Bimagraha. Semenjak memasuki pasar seluler melalui Satelindo dan
peluncuran IM3 yang diintergrasikan dengan perusahaan lain, pelayanan
seluler menjadi penyumbang terbesar dalam pendapatan Indosat. Pada 31
Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar Telecom Q.S.C. (Qtel)
secara tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited (ICLM) dan
Indonesia Communications Pte Ltd (ICLS) sebesar 40,81 persen, sementara
Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29
persen dan 44,90 persen. Pada tahun 2009 Qtel memiliki 65 persen saham
Indosat melalui tender offer (memiliki tambahan 24,19 persen saham seri B
dari publik). Pada tahun 2008 Qatar Telecom telah memiliki 40,81 persen
saham PT Indosat Tbk.
Adapun visi yang dimiliki oleh PT Indosat Tbk adalah :
“Menjadi perusahaan penyedia solusi informasi dan komunikasi pilihan”
 Menawarkan produk, layanan dan solusi informasi dan komunikasi
yang bermutu.
 Menjadi top of mind pelanggan dalam penyediaan produk, layanan dan
solusi informasi dan komunikasi.
 Menyediakan produk dan layanan yang dapat meningkatkan kualitas
hidup dari masyarakat yang dilayani.
Adapun misi yang dimiliki oleh PT Indosat Tbk adalah :
 Menyediakan dan mengembangkan produk, jasa, dan solusi yang
inovatif dan berkualitas dan yang memberikan nilai yang terbaik bagi
pelanggan.
 Meningkatkan shareholder value secara terus-menerus.
 Mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi stakeholder.
44
4.2. Gambaran Umum Anggota Indosat School Community
4.2.1 Perilaku konsumen
Siswa menerangkan bahwa mereka menggunakan produk Indosat
dikarenakan orang disekitar tempat tinggal mereka banyak yang
menggunakan produk yang serupa. Motivasi mereka menggunakan
produk tersebut dipengaruhi olah lingkungan disekitar mereka yang
telah lebih dahulu menggunakan produk tersebut (pengaruh lingkungan
secara geografis). Sebanyak 38 persen siswa menyatakan setuju dengan
pernyataan
sebagian
besar
orang
disekitar
tempat
tinggalnya
menggunakan produk Indosat, 27 persen menyatakan sangat setuju, 25
persen menyatakan cukup setuju, 10 persen menyatakan tidak setuju,
dan tidak satu siswapun yang menyatakan sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
Untuk indikator sosial, pada kuesioner diberikan pernyataan yang
menyebutkan
bahwa
teman-teman
menyarankan
mereka
untuk
menggunakan produk Indosat. Sebanyak 34 persen siswa menyatakan
setuju dengan pernyataan yang diberikan, 31 persen menyatakan cukup
setuju, 13 persen menyatakan sangat setuju, 21 persen menyatakan
tidak setuju dan 1 persen menyatakan sangat tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan. Dapat disimpulkan bahwa faktor sosial yang
paling mempengaruhi keputusan pembelian oleh siswa adalah
kelompok kecil, yaitu orang disekitarnya yang menyarankan untuk
menggunakan produk Indosat.
Siswa menilai bahwa produk keluaran Indosat sangat sesuai
digunakan oleh remaja khususnya pelajar. Positioning Indosat telah
sampai kepada target konsumennya yaitu remaja. Sebanyak 44 persen
siswa setuju dengan pernyataan yang diberikan, 36 persen sangat setuju,
16 persen cukup setuju, 2 persen tidak setuju dan 2 persen sangat tidak
setuju denga pernyataan yang diberikan. Faktor umur dan siklus hidup
harus menjadi perhatian perusahaan. Penentuan posisi perusahaan harus
disesuaikan dengan target konsumennya, dalam hal ini Indosat dengan
45
target pelajar, dan telah sesuai antara yang diinginkan perusahaan
dengan hasil yang diperoleh di lapangan.
Para siswa juga sangat tertarik dengan iklan yang diberikan
Indosat. Mereka menilai iklan produk-produk Indosat sangat menarik.
Persepsi pelajar tentang produk umumnya masih sangat dipengaruhi
iklan yang mereka terima. Sebanyak 37 persen siswa menilai iklan
Indosat menarik, 34 persen menilai cukup menarik, 25 persen menilai
sangat menarik, 4 persen menilai tidak menarik dan tidak satupun siswa
yang menganggap iklan Indosat sangat tidak menarik.
Berdasarkan perhitungan skor terhadap variabel perilaku konsumen
didapatkan skor akhir sebesar 3,78. Nilai ini masuk dalam rantang
setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen (siswa) dalam menggunakan produk Indosat adalah
kondisi sekitar tempat tinggal mereka (geografis), orang-orang dekat
mereka (kelompok kecil), pertimbangan umur (positioning produk),
serta persepsi mereka terhadap produk yang sangat dipengaruhi oleh
iklan.
4.2.2 Switching cost
Responden menilai bahwa mereka mendapatkan tarif yang lebih
murah saat bergabung dengan program komunitas. Sebanyak 44 persen
siswa setuju dengan pernyataan tersebut, 25 persen cukup setuju, 23
persen sangat setuju, 8 persen tidak setuju, dan tidak terdapat siswa
yang menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Responden menilai bahwa terdapat keuntungan bagi mereka dengan
menggunakan produk Indosat terlebih ketika mereka bergabung dengan
Indosat School Community. Dengan mereka merasa nyaman dan senang
dengan tarif/biaya yang dikenakan, maka tidak ada alasan bagi mereka
untuk berganti menggunakan produk lain.
Responden juga mengungkapkan alasan mereka tidak berganti
kartu adalah karena mereka tidak mau mengambil risiko. Mereka
menyatakan tidak terlalu menganal merek lain. Sebanyak 35 persen
menyatakan cukup setuju dengan pernyataan tersebut, 28 persen setuju,
46
20 tidak setuju, 11 persen sangat setuju, dan 6 persen sangat tidak
setuju dengan pernyataan yang diberikan.
Faktor kenyamanan yang mereka dapatkan setelah menggunakan
produk Indosat khususnya tarif yang diberikan, membuat mereka tidak
mempunyai alasan untuk berpindah menggunakan produk lain. Mereka
juga tidak mau mengambil resiko untuk berganti kartu. Selain
penggunaan yang mayoritas telah lebih dari satu tahun, mereka juga
tidak mau tertipu karena tidak terlalu kenal dengan merek lain.
Berdasarkan perhitungan skor terhadap variabel switching cost maka
didapatkan total skor sebesar 3,5 yang masuk dalam rentang setuju
dengan
pernyataan-pernyataan
yang
diberikan.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa program komunitas menarik minat siswa untuk
bergabung dan terus menggunakan produk Indosat. Mereka juga
termasuk konsumen yang tidak mau mengambil risiko dengan bergantiganti kartu seluler, karena menganggap kerugian yang didapatkan akan
terlalu besar saat berganti kartu.
4.2.3 Kepuasan konsumen
Responden menyatakan bahwa pelayanan dan fasilitas yang
diberikan Indosat telah sesuai dengan informasi yang didapatkan
sebelumnya. Sebanyak 47 persen siswa cukup setuju dengan pernyataan
tersebut, 29 persen setuju, 13 persen tidak setuju, 8 persen sangat
setuju, dan 3 persen responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
yang diberikan. Semua hal yang dijanjikan perusahaan telah dirasa
sesuai dengan yang dirasakan konsumen, sehingga dapat dikatakan
bahwa pelayanan Indosat dapat diandalkan.
Indosat School Community menjadi media dalam menyampaikan
keluhan kepada perusahaan. Sebanyak 44 persen responden cukup
setuju dengan pernyataan yang diberikan, 43 persen setuju, 9 persen
tidak setuju, 4 persen sangat setuju dan tidak terdapat siswa yang
manyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan yang diberikan.
Komunitas sekolah Indosat memiliki pembimbing atau penanggung
jawab dalam setiap komunitas. Penanggung jawab ini menjadi media
47
penghubung antara komunitas dengan perusahaan, sehingga anggota
komunitas dapat mengadukan keluhan atau keinginan mereka secara
langsung kepada perusahaan melalui penanggung jawab tersebut.
Responden menilai Indosat memiliki kesigapan yang baik dalam
menanggapi keluhan konsumen.
Sebanyak 53 persen siswa menilai pegawai Indosat memiliki
pengatahuan yang baik tentang produk yang dijual Indosat. Sebanyak
31 persen menilai pengetahuan pegawai cukup baik, 9 persen menilai
sangat baik, 5 persen menilai tidak baik dan 2 persen menilai sangat
tidak baik. Nilai yang tinggi tersebut menumbuhkan keyakinan
konsumen terhadap kualitas produk dan layanan yang diberikan
Indosat.
Indosat School Community memiliki media khusus dalam
berkomunikasi dengan anggotanya, yaitu dengan menggunakan media
majalah yang bernama MySchool. Majalah ini terbit setiap bulan dan
diberikan kepada anggota komunitas secara cuma-cuma. Sebanyak 44
persen siswa menilai majalah ini menjadi media komunikasi yang
efektif bagi komunitas, 30 persen menilai cukup efektif, 22 persen
menilai sangat efektif, 3 persen menyatakan tidak efektif, dan 1 persen
menyatakan sangat tidak efektif. Majalah MySchool memberikan
berbagai informasi seputar dunia remaja, fashion, musik prestasiprestasi siswa dan berbagai informasi menarik lainnya. MySchool juga
memberikan kesempatan bagi anggota komunitas untuk mengemukakan
idenya melalui tulisan. Mereka dapat pula menyampaikan keluhan
kepada perusahaan melalui media tersebut.
Indosat School Community memiliki penanggung jawab untuk
setiap sekolah. Penanggung jawab tersebut yang mempunyai intensitas
lebih dibanding pegawai lainnya dalam berkomunikasi dengan anggota
komunitas. Sebanyak 51 persen responden menilai pegawai tersebut
dapat berkomunikasi dengan baik, 35 persen menilai pegawai
berkomunikasi dengan cukup baik, 9 persen menilai sangat baik, 5
48
persen menilai tidak baik, dan tidak seorang siswapun yang menilai
pegawai Indosat berkomunikasi dengan sangat tidak baik.
Berdasarkan perhitungan skor total untuk variabel kepuasan
konsumen didapatkan nilai sebesar 3,554 yang masuk pada rentang
setuju. Sehingga dapat disimpulkan responden menilai Indosat dapat
diandalkan, memiliki kesigapan yang baik dalam menanggapi keluhan,
mampu memberikan keyakinan pada konsumen, memiliki media
komunikasi yang baik dengan kemampuan berkomunikasi pegawai
yang baik pula.
4.2.4 Preferensi konsumen
Preferensi konsumen mengukur konsumen berdasarkan tiga
indikator,
yaitu
kelengkapan,
transitivitas
dan
kesinambungan.
Responden menyatakan lebih menyukai kartu Indosat daripada kartu
Telkomsel karena fitur dan layanan yang lebih baik. Sebanyak 38
persen responden menyatakan cukup setuju dengan pernyataan tersebut,
34 persen menyatakan setuju, 16 persen sangat setuju, 10 persen tidak
setuju, dan 3 persen sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Responden menyatakan lebih menyukai kartu Indosat daripada
kartu XL, kartu XL lebih disukai dari kartu Telkomsel, maka responden
lebih menyukai kartu Indosat daripada kartu Telkomsel. Sebanyak 39
persen siswa setuju dengan pernyataan tersebut, 31 persen cukup setuju,
15 persen sangat setuju, 13 persen tidak setuju, dan 2 persen sangat
tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan.
Responden menyatakan senang bergabung dengan Indosat School
Community dan akan terus bergabung dikomunitas tersebut. Sebanyak
43 persen responden setuju dengan pernyataan tersebut, 32 persen
cukup setuju, 20 persen sangat setuju, 5 persen tidak setuju, dan tidak
terdapat responden yang menyatakan sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
Berdasarkan perhitungan skor total untuk variabel kepuasan
konsumen didapatkan nilai sebesar 3,62 yang masuk pada rentang
setuju. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anggota komunitas
49
menggunakan produk Indosat karena mereka menyukai fitur dan
layanan yang diberikan, pelayanan dinilai baik. Pelayanan yang baik
tersebut membuat anggota komunitas sekolah Indosat menjadi senang
bergabung dalam komunitas dan akan terus menjadi anggota pada
komunitas tersebut.
4.2.5 Komitmen
Komitmen konsumen dalam menggunakan produk Indosat dapat
dilihat dari seberapa kenal konsumen dengan merek tersebut. Dari hasil
pengisian kuesioner didapat bahwa responden sangat mengenal kartu
Indosat yang mereka pakai. Sebanyak 49 persen responden setuju
dengan pernyataan tersebut, 30 persen cukup setuju, 15 persen tidak
setuju, 13 persen sangat setuju, dan 2 persen menyatakan sangat tidak
setuju dengan pernyataan yang diberikan. Berdasarkan perhitungan skor
total dari variabel komitmen, didapatkan nilai sebesar 3,76 yang masuk
pada rentang setuju. Dengan demikian dapat dikatakan pemahaman
responden terhadap merek sangat baik, dari sini dapat terlihat komitmen
konsumen dalam menggunakan produk, mereka tidak hanya sebatas
menggunakan, tetapi juga mencari informasi hingga timbul pemahaman
tentang produk yang digunakan.
4.2.6 Loyalitas konsumen
Loyalitas konsumen dapat terlihat dari beberapa sikap. Instrumen
dalam penelitian ini menyatakan beberapa pernyataan yang mengukur
loyalitas tersebut. Sebanyak 46 persen responden setuju, jika kartu
Indosat mereka hilang, maka mereka akan membelinya kembali atau
mengurusnya kembali, sebanyak 27 persen sangat setuju dengan
pernyataan tersebut, 18 persen menyatakan cukup setuju, 7 persen tidak
setuju dan 2 persen menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan
yang diberikan.
Selain menggunakan jasa layanan utama dari Indosat (telepon, sms,
internet), responden akan menggunakan fasilitas lain yang ditawarkan
Indosat, seperti berlangganan ring back tone (RBT), games, wallpaper,
50
ringtone dll. Sebanyak 35 persen responden cukup setuju dengan hal
tersebut, 26 persen menyatakan setuju, 22 persen tidak setuju, 11 persen
sangat tidak setuju, dan 6 persen sangat setuju dengan pernyataan yang
diberikan.
Responden yang loyal, juga akan merekomendasikan kepada
keluarga, kerabat dan teman untuk menggunakan produk Indosat.
Sebanyak 43 persen siswa setuju dengan hal tersebut, 6 persen siswa
cukup setuju, 11 persen siswa sangat setuju, 9 persen siswa tidak setuju
dan sebanyak 1 persen siswa sangat tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
Pengukuran loyalitas yang terakhir yaitu dengan melihat kekebalan
mereka terhadap merek lain. Responden akan tetap menggunakan kartu
Indosat walaupun operator lain menawarkan berbagai keunggulan
produk mereka. Sebanyak 41 persen responden setuju dengan
pernyataan tersebut, 31 persen cukup setuju, 19 persen sangat setuju, 8
persen tidak setuju dan sebanyak 1 persen responden sangat tidak setuju
dengan pernyataan tersebut.
Indikator loyalitas konsumen memiliki total nilai skor sebesar
3,515 yang termasuk kedalam rentang setuju. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa anggota Indosat School Community SMA Negeri 2
Kota Bogor yang loyal akan melakukan pembelian berulang produk
Indosat, melakukan pembelian terhadap lini produk lain keluaran
Indosat, menyarankan kepada orang lain untuk menggunakan produk
Indosat dan mereka kebal dari pengaruh merek kartu seluler yang lain
4.3. Hasil dan Interpretasi Data
4.3.1 Hasil analisis SEM
Analisis SEM digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian
ini, yaitu mengetahui tingkat loyalitas konsumen terhadap produk
Indosat dalam sebuah komunitas, pada penelitian ini komunitas yang
diteliti adalah Indosat School Community SMA Negeri 2 Kota Bogor.
Model persamaan struktural digunakan untuk mengetahui bentuk dan
besar pengaruh antara veriabel laten bebas (independen), yaitu perilaku
51
konsumen (ξ1), switching cost (ξ2), kepuasan konsumen (ξ3), preferensi
konsumen (ξ4), serta komitmen konsumen (ξ5) dengan variabel laten
terikat (dependen) yaitu loyalitas konsumen (η). Untuk menyatakan
tingkat kelayakan sebuah model dalam analisis SEM, digunakan
beberapa kriteria pengukuran goodness of fit (GOF). Kriteria-kriteria
tersebut dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Goodness of fit (GOF) model penelitian
Goodness of Fit Index
Chi-Square (CMIN)
Derajat kebebasan (df)
CMIN/df
RMSEA
p-value
GFI
AGFI
Cut-off value
Kecil
Positif
≤2
≤ 0,08
≥ 0,05
≥ 0,9
≥ 0,9
Hasil uji
140,76
137
1,02745
0,017
0,39543
0,98
0,97
Keterangan
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Semua kriteria yang disyaratkan dalam sebuah model telah dapat
dipenuhi dalam model penelitian, berdasarkan kriteria tersebut maka
dapat dikatakan bahwa model dalam penelitian ini atau H0 : ∑ = ∑(θ)
telah baik dalam merepresentasikan data, sehingga model dapat
diterima dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Model yang telah layak (fit) kemudian diinterpretasikan. Model ini
memberikan informasi mengenai hubungan antara variabel laten
eksogen terhadap variabel laten endogen. Serta menginformasikan
hubungan antara variabel laten dengan masing-masing indikator yang
menyusunnya. Model yang telah fit ditampilkan pada gambar 7. Hasil
estimasi model memberikan informasi mengenai hubungan yang
terbentuk antara variabel laten endogen dan variabel laten eksogen serta
melihat hubungan antara variabel laten dengan indikator pembentuknya.
Hubungan yang terbentuk adalah positif ataupun negatif. Gambar 7
belum dapat menjelaskan kuat tidaknya pengaruh hubungan tersebut.
Untuk mengetahui besar pengaruh yang terbentuk (nilai signifikansi)
dapat dilihat dari nilai t-velue model pada Gambar 8.
52
Gambar 7. Hasil estimasi model
Gambar 8. Hasil t-value model
Hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan software
LISREL
8.50
menyatakan
bahwa
perilaku
konsumen
(ξ1)
mempengaruhi loyalitas konsumen (η) secara positif. Hubungan positif
ini dapat terlihat dari nilai koefisien konstruk (γ) antara keduanya
sebesar 0,25. Hal ini berarti bahwa jika kondisi yang mempengaruhi
53
perilaku konsumen dinaikkan sebesar 1 satuan sedangkan kondisi lain
diasumsikan tetap, maka akan berakibat pada peningkatan loyalitas
konsumen sebesar 0,25 satuan, demikian pula sebaliknya jika kondisi
yang mempengaruhi perilaku konsumen diturunkan sebesar 1 satuan
sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap maka akan berakibat pada
penurunan loyalitas konsumen sebesar 0,25 satuan. Satuan yang
dimaksud adalah bobot dalam pemberian skor kuesioner oleh
responden. Variabel perilaku konsumen mempunyai hubungan positif
terhadap loyalitas konsumen namun tidak memiliki pengaruh yang
nyata karena nilai t-value lebih kecil dari 1,98 (pada taraf kepercayaan
sebesar 95 persen) yaitu sebesar 0,63 sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis H1 yang menyatakan terdapat hubungan positif dan
signifikan antara perilaku konsumen terhadap loyalitas konsumen
ditolak. Perilaku konsumen terbentuk dari faktor budaya, sosial, pribadi,
dan psikologi sehingga akan sangat berbeda dalam memahami
konsumen perindividu. Berdasarkan hasil perhitungan skor kuesioner
untuk variabel perilaku konsumen didapatkan nilai sebesar 3,78 yang
masuk dalam kategori setuju dengan pernyataan yang diberikan,
sehingga perusahaan diharapkan mampu memahami kebutuhan dan
keinginan konsumennya yang memiliki latar belakang berbeda guna
meningkatkan loyalitas konsumen.
Variabel laten kedua yang diamati dalam penelitian adalah
Switching cost (ξ2), variabel ini memiliki hubungan positif terhadap
loyalitas konsumen (η) dengan nilai koefisien konstruk (γ) sebesar 0,44.
Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi switching cost
dinaikkan sebesar satu satuan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap,
maka akan mengakibatkan kenaikan loyalitas konsumen sebesar 0,44
satuan, demikian pula berlaku sebaliknya
jika kondisi
yang
mempengaruhi switching cost diturunkan sebesar satu satuan sedangkan
kondisi lain diasumsikan tetap maka akan mengakibatkan penurunan
loyalitas konsumen sebesar 0,44 satuan. Variabel switching cost
memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen namun memiliki
54
pengaruh yang tidak nyata, terlihat dari nilai t-value sebesar 0,66. Nilai
tersebut lebih kecil dari 1,98 sehingga hubungan yang terbentuk tidak
signifikan atau switching cost berpengaruh tidak nyata terhadap
pembentukan loyalitas konsumen, sehingga hipotesis H2 yang
menyatakan terdapat hubungan positif dan signifikan antara switching
cost terhadap loyalitas konsumen ditolak. Faktor biaya dan risiko masih
menjadi perhatian bagi konsumen kartu seluler. Mayoritas responden
dalam penelitian ini menggunakan kartu seluler IM3 dengan alasan tarif
yang ditawarkan dapat dijangkau kalangan pelajar. Jangka waktu
penggunaan kartu yang lebih dari satu tahun juga menjadi pertimbangan
untuk terus menggunakan kartu seluler tersebut. Berdasarkan
perhitungan skor kuesioner untuk variabel switching cost didapat nilai
sebesar 3,5 yang masuk dalam rentang setuju terhadap pernyataan yang
diberikan, perusahaan perlu memperhatikan variabel switching cost
untuk menciptakan konsumen yang loyal. Hubungan yang positif antar
kedua variabel dapat dijadikan dasar kebijakan penetapan tarif, bahwa
semakin konsumen merasa cocok dengan tarif yang diberikan maka
loyalitas pun akan terbentuk dengan sendirinya, selain itu konsumen
operator seluler tidak terlalu peka terhadap harga/tarif, mereka kini
mulai baralih kepada produk yang mampu memberikan pelayanan serta
kualitas yang baik.
Variabel laten ketiga yang diamati dalam penelitian ini adalah
kepuasan konsumen (ξ3), variabel ini memiliki hubungan positif
terhadap loyalitas konsumen (η) dengan nilai koefisien konstruk (γ)
sebesar 0,77. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi kepuasan
konsumen dinaikkan sebesar satu satuan sedangkan kondisi lain
diasumsikan tetap, maka akan mengakibatkan kenaikan loyalitas
konsumen sebesar 0,77 satuan, demikian pula berlaku sebaliknya jika
kondisi yang mempengaruhi kepuasan konsumen diturunkan sebesar
satu satuan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap maka akan
mengakibatkan penurunan loyalitas konsumen sebesar 0,77 satuan.
Variabel kepuasan konsumen memiliki hubungan positif terhadap
55
loyalitas dengan pengaruh yang nyata. Signifikansi nilai t-value berada
diatas nilai 1,98 yaitu sebesar 2,15 sehingga dapat dikatakan hubungan
yang terbentuk adalah signifikan, dan hipotesis H3 yang menyatakan
terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan terhadap
loyalitas konsumen dapat diterima. Perhitungan skor kuesioner untuk
variabel kepuasan konsumen adalah sebesar 3,554 yang masuk dalam
rentang setuju dengan pernyataan yang diberikan. Berdasarkan nilainilai tersebut maka dapat tergambar bahwa perusahaan telah dapat
memberikan pelayanan yang optimal, dari indikator kepuasan yang
diuji yaitu keandalan, kesigapan, keyakinan, berwujud dan perhatian
memiliki apresiasi yang baik dari konsumen. Konsumen merasa
kebutuhan yang dicarinya telah dapat dipenuhi oleh perusahaan, dan
dengan hadirnya komunitas binaan (Indosat school community),
konsumen (pelajar) mampu menyampaikan pendapat secara langsung
kepada perusahaan. Perusahaan juga sangat diuntungkan dengan
komunitas ini, perusahaan dapat tahu lebih dalam tentang kebutuhan
konsumennya, sehingga strategi yang diterapkan dapat sesuai dengan
yang diinginkan.
Preferensi konsumen (ξ4) adalah varibel laten keempat yang
diamati dalam penelitian ini. Berbeda dengan ketiga variabel laten
sebelumya, preferensi konsumen memiliki hubungan yang negatif
terhadap loyalitas konsumen (η) dengan nilai koefisien konstruk (γ)
sebesar -0,58. Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi
preferensi konsumen dinaikkan sebesar satu satuan sedangkan kondisi
lain diasumsikan tetap, maka akan mengakibatkan penurunan loyalitas
konsumen sebesar 0,58 satuan, demikian pula berlaku sebaliknya jika
kondisi yang mempengaruhi kepuasan konsumen diturunkan sebesar
satu satuan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap maka justru akan
mengakibatkan peningkatan loyalitas konsumen sebesar 0,58 satuan.
Preferensi konsumen memiliki hubungan negatif terhadap loyalitas
konsumen namun hubungan yang terbentuk tidak nyata dikarenakan
nilai t-value kecil berada diantara -1,98 dan 1,98 yaitu sebesar -0,76.
56
Berdasarkan kriteria nilai tersebut maka hipotesis H4 yang menyatakan
terdapat hubungan positif dan signifikan antara preferensi konsumen
terhadap loyalitas konsumen ditolak. Berdasarkan perhitungan skor
kuesioner preferensi konsumen memiliki nilai sebesar 3,62 yang masuk
dalam rentang setuju dengan pernyataan yang diberikan. Kuesioner
yang diberikan menjabarkan beberapa pernyataan tentang preferensi
berdasarkan teori Nicholson yang mengasumsikan tiga sifat dasar
preferensi yaitu kelengkapan (completeness), transitivitas (transitivity)
dan kesinambungan (continuity), ketiga sifat dasar ini mempunyai
pendekatan pemahaman hanya sebatas pada konsep logika matematis.
Kuesioner yang disajikan hanya menguji sebatas pada preferensi produk
dibedakan atas merek, hal inilah yang mengakibatkan hubungan yang
terbentuk adalah negatif, responden (siswa) dihadapkan pada pilihan
yang general pada suatu pilihan. Terdapat berbagai cara dalam
mengukur preferensi, salah satu pendekatan dalam mengukur tingkat
preferensi konsumen adalah melalui dimensi kualitas produk/jasa,
sehingga analisis yang dihasilkan akan lebih dalam. Konsumen tidak
hanya memilih produk/jasa sebatas pada merek, atribut pada
produk/jasa akan lebih dapat menjelaskan keputusan pembelian
konsumen.
Variabel eksogen terakhir yang diamati dalam penelitian ini adalah
komitmen (ξ5). Komitmen mempunyai hubungan positif terhadap
loyalitas konsumen (η), dengan koefisien konstruk (γ) sebesar 0,095.
Hal ini berarti jika kondisi yang mempengaruhi komitmen dinaikkan
sebesar satu satuan sedangkan kondisi lain diasumsikan tetap, maka
akan mengakibatkan kenaikan loyalitas konsumen sebesar 0,095 satuan,
demikian pula berlaku sebaliknya jika kondisi yang mempengaruhi
komitmen diturunkan sebesar satu satuan sedangkan kondisi lain
diasumsikan tetap maka akan mengakibatkan penurunan loyalitas
konsumen sebesar 0,095 satuan. Hubungan yang terjadi antara variabel
komitmen terhadap loyalitas konsumen memiliki tingkat pengaruh yang
tidak nyata, nilai t-value yang terbentuk adalah sebesar 0,49 jauh
57
dibawah batas signifikansi sebesar 1,98 dengan demikian maka
hipotesis H5 yang menyatakan terdapat hubungan positif dan signifikan
antara komitmen dan loyalitas konsumen ditolak. Berdasarkan hasil
perhitungan skor kuesioner, variabel komitmen dinilai sebesar 3,76
yang berarti bahwa responden setuju terhadap pernyataan yang
diberikan. Kecilnya hubungan antar kedua veriabel disebabkan bahwa
responden belum merasakan manfaat secara langsung ketika telah
bergabung dengan Indosat school community.
Tujuan lain dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel
yang memiliki pengaruh paling besar terhadap loyalitas konsumen pada
Indosat school community SMAN 2 Kota Bogor. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa variabel kepuasan konsumen (ξ3) memiliki
kontribusi paling besar dalam membentuk loyalitas konsumen.
Koefisien konstruk (γ) kepuasan konsumen lebih tinggi dibandingkan
koefisien konstruk variabel lainnya yaitu sebesar 0,77 dengan nilai tvalue sebesar 2,15 (lebih besar dari 1,98) yang menunjukkan kepuasan
konsumen berpengaruh secara signifikan. Persamaan matematis yang
dihasilkan dari pengolahan data menggunakan metode structural
equation modeling (SEM) adalah sebagai berikut :
LYTS = 0.25PRLK + 0.44SCST + 0.77KPSN* - 0.58PRFN + 0.095KMTN,
Errorvar = 0.14, R² = 0.86
Keterangan :
LYTS : Loyalitas
PRLK : Perilaku konsumen
SCST : Switching cost
KPSN : Kepuasan Konsumen
PRFN : Preferensi konsumen
KMTN : Komitmen
Tanda bintang (*) menunjukkan bahwa variabel tersebut signifikan
pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai R2 sebesar 0,86 menunjukkan
bahwa sebesar 86 persen variabel bebas telah dapat menjelaskan
keragaman variabel terikat yaitu loyalitas konsumen. Loyalitas
konsumen juga dijelaskan oleh variabel lain diluar model sebesar 14
persen (nilai errorvar), ini disebabkan karena masih terdapat faktorfaktor lain yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Nilai hubungan
58
antar peubah laten eksogen terhadap peubah laten endogen (loyalitas
konsumen) dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 9. Nilai hubungan variabel laten eksogen dan endogen
Variabel
Koefisien konstruk
Standar error
Signifikansi
Perilaku konsumen
Scitching cost
Kepuasan konsumen
Preferensi konsumen
Komitmen
0,25
0,44
0,77
-0,58
0,095
0,40
0,67
0,36
0,76
0,19
0,63
0,66
2,15
-0,76
0,49
4.3.2 Hubungan variabel indikator dengan variabel laten
Metode Stuctural Equation Modeling (SEM) juga dapat digunakan
dalam menganalisis hubungan antara variabel laten terhadap indikatorindikator pangukurnya. Pengolahan data yang dilakukan menghasilkan
nilai loading factor (λ) yang menunjukkan seberapa besar pengaruh
variabel indikator dalam membentuk variabel laten. Nilai loading factor
yang paling besar berarti menunjukkan bahwa indikator tersebut
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk variabel
laten.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa indikator psikologi
(X1) mempunyai pengaruh terbesar pada perilaku konsumen (ξ1),
dengan nilai λ sebesar 0,72. Faktor psikologi sangat erat kaitannya
dengan persepsi tiap individu, berdasarkan hasil penelitian siswa
cenderung menganggap bahwa Indosat school community sebagai
wadah bagi pelajar yang aktif dan gaul. Persepsi yang dinilai baik
tersebut mendorong pelajar untuk bergabung dalam komunitas dan
saling berinteraksi didalamnya. Interaksi yang terjalin sesama anggota d
membentuk
perilaku
yang
nantinya
dapat
mengarah
kepada
pembentukan loyalitas terhadap produk perusahaan. Nilai loading
factor terbesar pada variabel switching cost (ξ2) terdapat pada indikator
harga (X5) yaitu 0,63. Faktor harga menjadi aspek yang sangat peka
bagi konsumen yang belum mempunyai penghasilan sendiri seperti
pelajar, sehingga faktor ini sangat menentukan keberadaan produk
dipasaran. Pelajar yang tergabung dalam Indosat School Community
59
merasa diuntungkan dengan program yang berkaitan dengan komunitas,
seperti IM3 cs-an yang memberikan tarif lebih murah saat bergabung
atau membentuk sebuah komunitas. Tarif yang dapat dijangkau pelajar
membuat faktor ini memiliki kontribusi besar dalam membentuk
variabel switching cost dibandingkan faktor risiko.
Perhatian (X11) merupakan indikator yang mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan variabel kepuasan konsumen (ξ3) dengan
nilai 0,80. Bentuk perhatian dapat terlihat dari kemudahan anggota
komunitas dalam berkomunikasi dengan pengelola komunitas (Indosat).
Indosat School Community mempunyai media tersendiri dalam
mengkomunikasikan informasi dari Indosat kepada anggota komunitas
yaitu dengan menggunakan majalah barnama MySchool khusus bagi
sekolah yang membentuk Indosat School Community. Majalah tersebut
digunakan sebagai salah satu media dalam berkomunikasi. Berbagai
bentuk perhatian yang diberikan membuat konsumen puas dengan
pelayanan yang telah diberikan. Variabel preferensi konsumen (ξ4)
paling dipengaruhi oleh indikator kesinambungan (X14) dengan nilai
loading factor 0,83. Indikator ini memberikan informasi bahwa
responden menyukai layanan yang diberikan Indosat dan merasa senang
bergabung dengan Indosat School Community, oleh karena itu mereka
akan terus menggunakan layanan Indosat dan bergabung dalam
komunitas binaan tersebut. Variabel laten komitmen (ξ5) hanya diukur
dengan satu indikator yaitu komitmen (X15), besar loading factor yang
tebentuk adalah 0,98. Komitmen konsumen pada produk dan komunitas
dapat menimbulkan kecintaan pada produk serta komunitas, rasa cinta
ini merupakan dasar dari loyalitas konsumen.
Variabel laten terakhir yang diamati adalah loyalitas konsumen (η),
indikator yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap variabel ini
adalah (Y3) yaitu menyarankan ke orang lain, jadi dapat dikatakan
bahwa jika konsumen telah loyal pada suatu produk/jasa maka dia akan
menyarankan orang lain agar menggunakan produk/jasa yang telah
lebih dulu dia gunakan. Hasil analisis memperlihatkan nilai t-value
60
seluruh variabel laten berada diatas 1,98 (nilai error lima persen) yang
berarti bahwa hubungan seluruh indikator tersebut signifikan secara
nyata. Nilai loading factor dan t-value seluruh indikator dapat dilihat
pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Nilai loading factor dan t-value seluruh indikator
Variabel
laten
Perikaku
konsumen
Switching
cost
Kepuasan
konsumen
Preferensi
konsumen
Komitmen
Loyalitas
konsumen
Indikator
Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologi
Harga
Risiko
Keandalan
Kesigapan
Keyakinan
Berwujud
Perhatian
Kelengkapan
Transitivitas
Kesinambungan
Komitmen
Pembelian berulang
Membeli lini produk lain
Menyarankan ke orang lain
Kekebalan dari merek lain
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
Y1
Y2
Y3
Y4
Loading
factor (λ)
t-value
0,55
0,62
0,59
0,72
0,63
0,60
0,57
0,53
0,66
0,63
0,80
0,61
0,77
0,83
0,98
0,64
0,51
0,81
0,76
12,02
13,17
12,73
14,35
7,28
7,21
13,56
12,72
15,30
15,07
17,71
12,83
14,79
15,50
10,53
6,32
7,97
7,81
Pada tabel ini dapat dilihat keseluruhan nilai loading factor dan tvalue untuk setiap indikator penelitian. Untuk indikator pembelian
ulang, nilai t-value dapat diperkirakan dengan membandingkan nilai
loading factor yang mendekati indikator tersebut. Nilai loading factor
Y1 sebesar 0,64 terletak diantara nilai loading factor Y2 dan Y4, maka
nilai t-value Y1 dapat diperkirakan sebesar nilai diantara Y2 dan Y4, jadi
nilainya terletak antara 6,32-7,81. Dengan nilai tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa nilai t-value signifikan pada selang kepercayaan 95
persen (t-value ≥ 1,98), jadi seluruh indikator memiliki nilai t-velue
yang signifikan.
61
4.4. Implikasi Manajerial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat satu variabel laten
eksogen yang berpengaruh secara nyata terhadap loyalitas konsumen,
variabel tersebut adalah kepuasan konsumen. Variabel perilaku konsumen,
switching cost, dan komitmen memiliki hubungan positif terhadap loyalitas
namun dengan pengaruh yang tidak nyata, sedangkan preferensi konsumen
memiliki hubungan negatif serta pengaruh yang tidak nyata pula.
Berdasarkan hasil tersebut maka terdapat beberapa implikasi manajerial yang
bisa direkomendasikan kepada perusahaan untuk menyusun strategi dalam
menciptakan loyalitas konsumen. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
sebesar 86 persen variabel bebas telah dapat menjelaskan keragaman variabel
terikat yaitu loyalitas konsumen, loyalitas konsumen juga dijelaskan oleh
variabel lain diluar model sebesar 14 persen (nilai errorvar), berdasarkan nilai
tersebut dapat diperoleh informasi bahwa seluruh variabel memiliki pengaruh
terhadap terbentuknya loyalitas konsumen, namun dengan porsi pengaruh
yang berbeda-beda. Perusahaan harus dapat mempertimbangkan keseluruhan
variabel dalam menyusun strategi pemasaran yang paling sesuai dengan basis
kelompok binaannya. Akan sangat berbeda penanganan komunitas satu
dengan yang lain, terlebih untuk Indosat School Community dengan anggota
pelajar yang masih rentan untuk berganti-ganti produk, oleh karena itu semua
aspek perlu mendapat perhatian yang nyata.
A. Perilaku konsumen
Perilaku konsumen memiliki hubungan positif dengan pengaruh
yang tidak nyata terhadap loyalitas konsumen. Faktor geografis menjadi
alasan konsumen menggunakan produk Indosat. Keputusan pembelian
tersebut tidak memberikan pengaruh besar terhadap loyalitas konsumen.
Jika alasan tersebut menjadi alasan utama mereka menggunakan produk,
maka Indosat memiliki peluang untuk mendapatkan loyalitas dari
komunitas tempat mereka tinggal. Dengan menggunakan komunitas
sekolah Indosat, perusahaan dapat melakukan pembinaan dengan lebih
intens lagi. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam komunitas.
Perusahaan dapat mendukung berbagai kegiatan siswa dalam komunitas
62
tersebut. Ketika anggota komunitas telah merasa nyaman dengan
kegiatan-kegiatan serta keberadaan komunitas maka para siswa akan
menceritakan hal positif tentang perusahaan pada orang disekitar tempat
tinggal mereka. Loyalitas yang dibangun di dalam komunitas sekolah
akan membawa dampak pada komunitas disekitar tempat tinggal siswa
masing-masing. Salah satu faktor yang membentuk budaya adalah agama,
kelompok ras, dan kewarganegaraan, oleh karena itu contoh bentuk
kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mendukung kegiatan komunitas
sekolah seperti kegiatan sahur on the road, perayaan hari besar
keagamaan di lingkungan sekolah, kegiatan pengembangan bakat serta
minat siswa (kompetisi olah raga dan seni) serta berbagai kegiatan
pendukung lainnya. Dalam membina komunitas sekolah dengan anggota
remaja maka kegiatan harus dibuat sesuai dengan nilai yang mereka
pandang terhadap pengguna produk Indosat yang dinilai memiliki
pergaulan yang luas.
Sebagian besar siswa mendapat saran dari teman-teman mereka
untuk menggunakan produk Indosat. Hal ini tidak berpengaruh secara
nyata kepada loyalitas konsumen. Sebagian siswa menyarankan kepada
teman untuk menggunakan produk Indosat dikarenakan tarif yang murah,
Indosat telah memiliki sisi positif untuk mendapatkan perhatian
konsumen dari aspek tarif, namun perusahaan juga harus memperhatikan
kualitas layanan. Dengan harga terjangkau yang diberikan, perusahaan
juga harus mampu menjamin kualitas jasa yang ditawarkannya. Sehingga
kedepannya konsumen akan menyarankan rekannya untuk menggunakan
produk Indosat tidak hanya karena alasan tarif, namun juga karena alasan
kualitas yang baik.
Responden menganggap produk Indosat sangat sesuai digunakan
oleh remaja (faktor umur dan siklus), namun ini tidak berpengaruh secara
nyata pada loyalitas konsumen. Anggapan tersebut nampaknya terlalu
umum bagi siswa. Faktor psikologi juga dapat dilihat dari faktor
pekerjaan. Angota komunitas sekolah Indosat adalah pelajar, maka status
mereka sebagai pelajar dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
63
menciptakan penghargaan yang lebih bagi mereka. Sebagai contoh
langkah yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan
diskon pada outlet-outlet tertentu bagi pelajar pengguna produk Indosat.
Atau berbagai diskon di berbagai outlet ketika mereka telah bergabung
dengan komunitas sekolah Indosat.
Anggota komunitas memiliki persepsi yang baik terhadap iklan
Indosat. Mereka menilai iklan produk keluaran indosat sangat menarik.
Perusahaan harus mempertahankan kualitas iklan yang telah baik dimata
konsumen. Namun untuk mendapatkan konsumen yang loyal iklan yang
bagus saja tidak cukup. Dalam beriklan perusahaan juga harus
memperhatikan kualitas informasi yang disampaikan, sehingga dengan
tampilan yang menarik dan kualitas informasi yang lengkap tanpa
berusaha mengelabuhi konsumen, maka persepsi konsumen terhadap
Indosat akan jauh lebih baik lagi.
B. Switching cost
Switching cost memiliki hubungan positif terhadap loyalitas
konsumen meskipun tidak berpengaruh secara nyata bagi konsumen.
Konsumen yang merupakan pelajar sangat tergantung kepada tarif
layanan dalam memilih operator seluler. Indosat telah memberikan
kemudahan melalui program komunitas binaan untuk memberikan tarif
lebih murah serta nilai tambah bagi anggotanya. Perusahaan telah
melakukan strategi harga murah bagi jasa layanannya, namun pada
kenyataannya faktor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap para siswa didapatkan bahwa
mereka senang dengan tarif murah yang ditawarkan karena masih dapat
dijangkau pelajar, namun hal yang harus diperbaiki adalah kualitas
jaringan yang dimiliki. Konsumen kerap merasa dirugikan ketika terjadi
gangguan, frekuensi terjadinya gangguan sinyal dapat dikatakan sering.
Faktor inilah yang mengindikasikan bahwa tarif murah tidak menjadi
jaminan konsumen akan loyal pada Indosat. Perlu dilakukan berbagai
perbaikan, khususnya dalam penyediaan fasilitas penunjang serta jaringan
operator.
64
Konsumen juga menyatakan enggan untuk berganti kartu karena
belum terlalu mengenal merek kartu seluler lain. Namun pada
kenyataannya ini tidak berpengaruh nyata. Kejadian yang memungkinkan
konsumen untuk berpindah merek kartu seluler (baik secara sementara
maupun permanen), seperti ketika terjadi kerusakan atau kehilangan
kartu, maka butuh waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya, waktu
inilah yang membuka peluang konsumen untuk mencoba merek lain.
Oleh karena itu peningkatan kualitas layanan harus ditingkatkan.
Persediaan kartu dan nomor harus selalu tersedia bagi konsumen
kapanpun mereka membutuhkannya, sehingga akan menutup peluang
konsumen untuk berganti merek kartu seluler lain.
C. Kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen terhadap jasa layanan yang diberikan indosat
memiliki hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan. Variabel
kepuasan konsumen dapat dijabarkan kedalam lima indikator yaitu
indikator keandalan, kesigapan, keyakinan, berwujud, dan perhatian.
Kelima indikator tersebut mempunyai besar pengaruh yang berbeda-beda.
Indikator yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap pembentukan
kepuasan konsumen adalah indikator perhatian. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa konsumen menginginkan para karyawan Indosat
untuk dapat berkomunikasi dengan baik kepada pelanggan. Bentuk
perhatian berupa kemudahan dalam berhubungan dengan perusahaan
harus dapat dipenuhi. Perusahaan harus mampu mengoptimalkan kinerja
call center untuk dapat dihubungi konsumen, sehingga akan memudahkan
konsumen ketika membutuhkan informasi. Informasi yang baik juga
harus didukung oleh kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Setiap
karyawan harus mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik,
khususnya dalam menghadapi konsumen yang tergabung dalam Indosat
school Community. Penanggung jawab komunitas dari perusahaan harus
memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik, karena merekalah yang
akan secara rutin bertemu dengan anggota komunitas sekolah. Anggota
Indosat School Community juga harus mendapatkan perhatian secara
65
komunitas, tidak hanya sebatas pada individu masing-masing. Perusahaan
dapat lebih mengintensifkan kegiatan-kegiatan dalam komunitas.
Intensitas serta dukungan yang diberikan perusahaan akan berdampak
baik pada kepuasan konsumen yang tentunya akan bermuara pada
loyalitas mereka sebagai anggota komunitas serta pengguna setia jasa
layanan perusahaan.
Indikator kedua yang paling berpengaruh dalam pembentukan
kepuasan konsumen adalah keyakinan konsumen. Perusahaan harus
mampu memberikan informasi yang dapat memberikan keyakinan serta
jaminan kepada konsumennya. Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah dengan memberikan pendidikan tentang produk/jasa yang
ditawarkan perusahaan (product knowledge). Setiap pegawai harus
memiliki pengetahuan tantang produk yang memadai sehingga konsumen
akan yakin dengan produk/jasa yang dijual perusahaan. Pengetahuan
tentang produk yang memadai juga harus ditunjang dengan kemampuan
komunikasi yang baik serta sikap yang santun dalam berhadapan dengan
konsumen, kombinasi aspek tersebut akan meyakinkan konsumen bahwa
produk/jasa perusahaan akan dapat memenuhi serta memuaskan
kebutuhan mereka. Penanggung jawab komunitas juga harus mampu
menjelaskan dengan baik keuntungan yang akan didapatkan siswa ketika
bergabung dengan komunitas sekolah, dengan demikian siswa pun akan
yakin dan mau bergabung dengan komunitas sekolah Indosat.
Indikator ketiga yang berpengaruh dalam menciptakan kepuasan
konsumen adalah indikator berwujud yang meliputi tampilan fisik,
peralatan, personel, dan alat komunikasi yang digunakan dalam jasa yang
ditawarkan. Tampilan fisik yang dapat dikembangkan dibedakan menjadi
dua yaitu :
1. Tampilan stater pack serta voucer isi ulang.
Untuk tampilan stater pack serta voucer isi ulang, perusahaan
dapat mengikuti perkembangan atau trending topic yang banyak
dibahas di masyarakat, seperti menyisipkan tema piala dunia dalam
produk atau tema-tema lain yang sedang digemari masyarakat.
66
2. Tampilan gerai Indosat.
Untuk tampilan Gerai juga harus dibuat semenarik mungkin,
terdapat kursi tunggu yang memadai serta nyaman, penggunaan tema
event tertentu juga akan memberikan pengalaman yang berbeda bagi
konsumen. Selain tampilan fisik yang harus diperhatikan, tampilan
personel/karyawan juga harus diperhatikan pula. Tampilan bersih dan
rapi akan memberikan citra yang baik bagi perusahaan sehingga
konsumen akan merasa yakin ketika pemberi informasi berpenampilan
dengan meyakinkan.
Faktor yang paling dominan dalam pembentukan indikator berwujud
adalah faktor penggunaan alat komunikasi yang digunakan dalam jasa
yang ditawarkan. Indosat School Community menggunakan media
tersendiri dalam berkomunikasi dengan anggotanya, salah satu media
yang digunakan adalah majalah MySchool yang dibagikan setiap
bulannya kepada anggota komunitas. Perusahaan dapat mengoptimalkan
penggunaan media ini sebagai sarana mencari informasi dari konsumen
melalui tulisan ataupun artikel dalam majalah tersebut. Anggota
komunitas dapat dilibatkan dalam mengoreksi pelayanan produk/jasa
perusahaan
yang disampaikan lewat
majalah, dengan demikian
perusahaan akan tahu secara langsung keluhan konsumennya serta
masukan yang mereka inginkan. Indosat School Community yang
beranggotakan pelajar sangat dekat dengan dunia maya, oleh karena itu
penggunaan media online akan sangat efektif dalam menjangkau semua
anggota komunitas.
Indikator keempat yang menyusun kepuasan konsumen adalah
indikator keandalan. Indikator ini menilai sejauh mana pelayanan
perusahaan telah sesuai dengan harapan yang diinginkan konsumen.
Konsumen akan membandingkan atau mengevaluasi informasi dan
pelayanan yang mereka terima apakah telah sesuai dengan janji yang
ditawarkan sebelumnya. Perusahaan harus terus menjaga kualitas layanan
yang diberikan. Informasi yang diberikan harus sesuai dengan kondisi
yang terjadi sebenarnya, sehingga konsumen akan merasa diuntungkan
67
dengan informasi yang diberikan. Iklan produk perusahaan juga harus
memperhatikan kepentingan konsumen, perusahaan harus menghindari
kebohongan pada konsumen, serta menghilangkan tindakan yang
berusaha mengelabuhi konsumen melalui iklan yang tidak jelas informasi
yang disampaikannya. Perusahaan yang selalu beriklan atau berkata jujur
akan mendapatkan penilaian positif dari konsumen. Konsumen akan
merasa puas ketika pelayanan yang didapatkan telah sesuai dengan yang
informasi yang didapatkan.
Indikator kelima yang membentuk kepuasan konsumen adalah
indikator kesigapan. Pegawai Indosat khususnya yang melayani di Gerai
harus memiliki ketrampilan yang baik dalam melayani pelanggan.
Perusahaan harus mampu menanggapai transaksi di Gerai dengan sigap
dan cepat. Adakalanya konsumen menyatakan kekecewan karena butuh
waktu yang lama dalam menanggapi keluhan (misal kerusakan kartu
SIM), tidak jarang konsumen diminta untuk menunggu beberapa hari
dalam memrosesnya, waktu tunggu ini yang membuka peluang konsumen
untuk mencoba produk lain, oleh karena itu perusahaan harus mampu
memanajemen dengan baik semua kebutuhan perusahaan, agar setiap
transaksi yang terjadi dapat diselesaikan dengan tepat dan cepat.
Pelayanan yang sigap juga diperlukan dalam membina komunitas.
Perusahaan
diharapkan
mampu
memahami
kebutuhan
anggota
komunitasnya. Melalui media MySchool perusahaan akan mengetahui
kebutuhan konsumennya, sehingga penggunaan media ini harus
dioptimalkan seperti dengan mengeluarkan buletin yang lebih ringan dan
dengan intensitas yang lebih sering pula (seperti buletin mingguan atau
dwi-mingguan).
Pendampingan
juga
diperlukan
dalam
membina
komunitas, perlu ditunjuk satu pendamping yang mampu secara intens
membina komunikasi dengan komunitas. Komunikasi yang lancar akan
menjadikan perusahaan tidak hanya menunggu bola yang datang
kepadanya, hubungan yang terjadi adalah perusahaan menjemput bola
secara langsung dari konsumen baik berupa pemasukan materi maupun
mendengar keluhan secara langsung dari konsumen.
68
D. Preferensi konsumen
Preferensi konsumen terhadap merek kartu seluler keluaran Indosat
mempunyai hubungan negatif, mengindikasikan bahwa konsumen belum
terlalu mengenal merek yang selama ini mereka gunakan. Perusahaan
diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan yang baik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan bergabung dalam komunitas pun
belum menjamin loyalitas konsumen. Prinsip Customer Relationship
Marketing harus diterapkan dengan baik untuk menciptakan hubungan
yang dekat antara perusahaan dan anggota komunitas. Oleh karena itu
tugas penanggung jawab komunitas harus dengan jelas menerangkan
keunggulan produk Indosat, dan menjelaskan kelebihan menjadi anggota
komunitas dibanding ketika mereka tidak tergabung dalam komunitas.
Bergabung dengan komunitas belum tentu menumbuhkan loyalitas.
Kualitas dan intensitas kegiatan dalam komunitas harus diperbaiki.
Perusahaan harus membuat kegiatan yang benar-benar dibutuhkan dan
bermanfaat bagi anggota komunitas. Dengan pendidikan yang baik
kepada anggota komunitas dan hubungan baik yang terjalin akan
menumbuhkan rasa saling memiliki dalam komunitas dan rasa cinta
terhadap produk Indosat.
E. Komitmen
Komitmen konsumen kepada merek dan komunitas memiliki
hubungan positif terhadap loyalitas konsumen namun tidak berpengaruh
nyata. Indosat harus mampu menciptakan komunitas yang dicintai oleh
anggotanya. Anggota komunitas harus lebih sering dilibatkan pada acara
Indosat, untuk menciptakan sense of belonging pada komunitasnya, maka
setiap anggota harus lebih dahulu saling mengenal. Oleh karena itu
dibutuhkan kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan banyak orang serta
pendampingan oleh penanggung jawab komunitas setiap sekolah harus
dilakukan dengan jadwal serta kegiatan yang teratur.
69
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
A. Perilaku konsumen memiliki hubungan positif terhadap loyalitas
konsumen namun pengaruh yang terbentuk bersifat tidak nyata (pada
selang kepercayaan sebesar 95 persen). Switching cost memiliki hubungan
positif terhadap loyalitas konsumen namun pengaruh yang terbentuk
bersifat tidak nyata. Kepuasan konsumen memiliki hubungan positif
terhadap loyalitas konsumen dengan besar pengaruh yang nyata (pada
selang kepercayaan sebesar 95 persen). Preferensi konsumen memiliki
hubungan negatif terhadap loyalitas konsumen dengan pengaruh yang
tidak nyata. Komitmen memiliki hubungan positif terhadap loyalitas
konsumen dengan pengaruh yang tidak nyata.
B. Variabel yang paling mempengaruhi loyalitas konsumen pada Indosat
School Community SMA Negeri 2 Kota Bogor secara berturut-turut adalah
kepuasan konsumen, preferensi konsumen, switching cost, perilaku
konsumen dan komitmen.
C. Perilaku konsumen pada Indosat School Community SMA Negeri 2 Kota
Bogor paling dipengaruhi oleh faktor psikologi. Switching cost paling
dipengaruhi oleh faktor harga. Kepuasan konsumen paling dipengaruhi
oleh faktor perhatian. Preferensi kosumen paling dipengaruhi oleh faktor
kesinambungan. Komitmen mempunyai nilai loading factor sebesar 0,98.
2. Saran
Strategi ataupun perbaikan kinerja harus dikonsentrasikan pada faktorfaktor yang berpengaruh secara nyata terhadap loyalitas konsumen. Kepuasan
konsumen memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas. Faktor perhatian
ditingkatkan dengan cara lebih mengoptimalkan kegiatan-kegiatan dalam
Indosat School Community. Faktor keyakinan ditingkatkan dengan cara
menambah pengetahuan serta keterampilan tenaga penunjang Indosat, guna
memberikan pelayanan terbaik dalam membangun komunitas. Faktor
berwujud perlu ditingkatkan dengan cara mengoptimalkan penggunaan
70
majalah MySchool sebagai sarana berkomunikasi dengan siswa. Faktor
keandalan perlu ditingkat dengan cara memberikan informasi sesuai dengan
kondisi sebenarnya, terutama dalam beriklan. Faktor kesigapan dapat
ditingkatkan dengan cara menjadikan komunitas sebagai media dalam
menggali informasi dari konsumen.
71
DAFTAR PUSTAKA
Andansari, K. 2007. Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di
Kota Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bustami, B dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Diantoro, A. 2010. Materi dalam Seminar Integrated Marketing Communication.
1-3 Maret. Universitas Indonesia.
Engel, J.F, R.D, Blackweel dan P.W, Miniard, 1994. Perilaku Konsumen. Edisi ke
Enam. Binarupa Aksara, Jakarta.
Fitriyana, D. 2009. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi
Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan “Fishing Valley” Bogor.
Skripsi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Fournier, S. 2009. Indosat Community marketing from Pools to Hubs and Webs.
Marketeers edisi Juli-Agustus. Markplus Inc, Jakarta.
Ghozali, I. dan Fuad. 2005. Structural Equation Modeling Teori Konsep dan
Aplikasi dengan Program LISREL 8.50. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Griffin, J. 2005. Customer Loyalty Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan. Erlangga, Jakarta.
Kartajaya, H dan W. Darwin. 2010. Connect Surfing New Wave Marketing. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kennedy, J.E. dan R.D.Soemanagara. 2006. Marketing Communication. PT
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Kotler, P dan G. Armstrong. 2003. Dasar-dasar Pemasaran, Edisi 9 jilid 1. PT
Indeks, Jakarta.
Kotler, P. 2003. Marketing Management, Eleventh Edition, Prentice Hall Inc,
New Jersey.
Lovelock, C.H. dan L.K. Wright. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. PT
INDEKS, Jakarta.
72
Pambudi, T.S. 2008. Hidup di Tengah Komunitas. SWA edisi November. SWA
Sembada, Jakarta.
Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. PT Ghalia Indah, Bogor.
Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Umar, H. 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. PT Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Wijanto, S.H. 2008. Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
73
LAMPIRAN
73
Lampiran 1. Lembar Kuesioner
TANGGAL PENGISIAN
KUESIONER:
NO.
KUESIONER PENELITIAN
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Loyalitas Konsumen
pada Komunitas Indosat Kota Bogor
Kuesioner ini merupakan salah satu instrumen penelitian dalam penyusunan
skripsi yang dilakukan oleh:
Nama
: Yosep Abdulhalim Wardani
NIM
: H24063344
Departemen
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Manajemen
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Terimakasih atas kesediaan saudara untuk menjadi salah satu responden
dalam pengisian kuesioner ini. Informasi yang didapatkan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Atas bantuannya, saya
ucapkan terima kasih.
A. Screening Responden
Petunjuk pengisisan : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih.
1. Apakah anda menggunakan kartu seluler keluaran Indosat (IM3, Mentari,
Matrix, StarOne) dan terdaftar dalam Indosat School Community ?
a. Ya
b. Tidak
(Jika jawaban “Ya”, maka lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya. Jika jawaban
“Tidak”, maka hentikan pengisian kuesioner ini. Terimakasih atas bantuan
anda).
B. Identitas Responden
Nama Lengkap
: ……………………….
Sekolah/kelas
: ……………………….
Jenis kelamin
:L/P
No. Handphone
: ……………………….
Merek Simcard
: ……………………….
74
Petunjuk pengisian
: Pilih jawaban yang anda nilai paling sesuai dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang
tersedia.
Keterangan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
:
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
CS
: Cukup Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
Pernyataan
STS
TS
CS
S
Lanjutan lampiran 1
C. Pertanyaan Utama
SS
PERILAKU KONSUMEN
Orang orang disekitar tempat tinggal saya banyak yang menggunakan produk Indosat
Teman-teman menyarankan saya untuk menggunakan produk Indosat
Produk Indosat sangat sesuai digunakan oleh remaja
Menurut saya iklan produk Indosat sangat menarik
SWITCHING COST
Saya mendapatkan tarif yang lebih murah saat bergabung dengan program komunitas (seperti cs-an)
Saya tidak mau mengambil risiko berganti kartu karena saya tidak terlalu mengenal merek lain
KEPUASAN KONSUMEN
Pelayanan (pegawai) dan fasilitas (termasuk tarif) yang diberikan Indosat sesuai dengan informasi yang saya
dapatkan
Indosat community menjadi media (sarana) untuk menyampaikan pendapat (termasuk keluhan ke Indosat)
74
75
12
13
14
15
16
17
18
19
Pernyataan
Pegawai Indosat memiliki pengetahuan yang baik tentang produk yang dijual Indosat
Majalah MySchool menjadi media komunikasi yang efektif bagi Indosat community
Pegawai Indosat mampu berkomunikasi dengan baik
PREFERENSI MEREK
Saya lebih menyukai kartu Indosat daripada kartu Telkomsel karena fitur dan layanan yang lebih baik
Saya lebih menyukai Kartu Indosat daripada kartu XL, kartu XL lebih saya sukai dari kartu Telkomsel, maka
saya lebih menyukai kartu Indosat daripada kartu Telkomsel
Saya senang bergabung dengan Indosat Community dan akan terus bergabung dikomunitas ini
KOMITMEN
Saya sangat mengenal merek kartu Indosat yang saya pakai
LOYALITAS KONSUMEN
Jika kartu Indosat saya hilang, maka saya akan membelinya kembali atau mengurusnya kembali
Saya akan membeli/menggunakan fasilitas lain yang ditawarkan Indosat, seperti RBT, games, wallpaper,
ringtone dll
Saya akan merekomendasikan kepada keluarga, kerabat dan teman untuk menggunakan produk Indosat
Saya akan tetap menggunakan kartu Indosat walaupun operator lain menawarkan berbagai keunggulan produk
mereka
STS
TS
CS
S
SS
Lanjutan lampiran 1
No.
9
10
11
Saran untuk Indosat School Community…………………………………………….
TERIMA KASIH
75
76
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pertanyaan
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Pertanyaan 6
Pertanyaan 7
Pertanyaan 8
Pertanyaan 9
Pertanyaan 10
Pertanyaan 11
Pertanyaan 12
Pertanyaan 13
Pertanyaan 14
Pertanyaan 15
Pertanyaan 16
Pertanyaan 17
Pertanyaan 18
Pertanyaan 19
r Hitung
0,588
0,623
0,563
0,678
0,558
0,558
0,610
0,523
0,618
0,607
0,757
0,566
0,695
0,745
0,692
0,584
0,522
0,736
0,684
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
%
100
Excluded(a)
Total
100.0
0
.0
100
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.910
N of Items
19
77
Lampiran 3. Output LISREL
DATE: 5/30/2010
TIME: 10:12
L I S R E L
8.50
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2001
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\yosep\Skripsi\SEM\skor
tinggi.spj:
loyalitas
Observed variabels X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
X15 Y1 Y2 Y3 Y4
Correlation matrix from file D:\yosep\Skripsi\SEM\skor.cor
Latent Variabels PRLK SCST KPSN PRFN KMTN LYTS
Relationships
X1 X2 X3 X4 = PRLK
X5 X6 = SCST
X7 X8 X9 X10 X11 = KPSN
X12 X13 X14 = PRFN
X15 = KMTN
Y1 Y2 Y3 Y4 = LYTS
LYTS = PRLK SCST KPSN PRFN KMTN
Sample size = 100
Path Diagram
OPTIONS ME=UL AD=OFF IT=999
End of Problem
Sample Size =
100
loyalitas
Correlation Matrix
Y1
Y2
Y3
Y4
X1
X2
X3
X4
Y1
-------1.00
0.28
0.45
0.54
0.37
0.32
0.53
0.39
Y2
--------
Y3
--------
Y4
--------
X1
--------
X2
--------
1.00
0.48
0.37
0.23
0.34
0.11
0.17
1.00
0.62
0.38
0.41
0.33
0.48
1.00
0.35
0.34
0.31
0.47
1.00
0.41
0.33
0.35
1.00
0.31
0.40
78
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
0.37
0.31
0.20
0.14
0.47
0.32
0.37
0.23
0.34
0.46
0.42
0.22
0.02
0.31
0.33
0.38
0.25
0.55
0.08
0.29
0.37
0.39
0.34
0.38
0.41
0.39
0.51
0.50
0.62
0.39
0.48
0.50
0.48
0.40
0.47
0.42
0.21
0.43
0.38
0.54
0.30
0.38
0.59
0.45
0.26
0.33
0.18
0.21
0.23
0.37
0.35
0.34
0.32
0.39
0.26
0.31
0.20
0.15
0.37
0.31
0.43
0.42
0.40
0.40
0.46
0.39
X4
--------
X5
--------
X6
--------
X7
--------
X8
--------
1.00
0.41
0.42
0.38
0.24
0.31
0.58
0.47
0.35
0.49
0.48
0.41
1.00
0.38
0.30
0.32
0.28
0.30
0.35
0.20
0.43
0.52
0.36
1.00
0.43
0.24
0.29
0.25
0.29
0.46
0.46
0.37
0.25
1.00
0.35
0.47
0.29
0.48
0.30
0.32
0.39
0.39
1.00
0.44
0.31
0.46
0.35
0.36
0.33
0.42
X10
--------
X11
--------
X12
--------
X13
--------
X14
--------
1.00
0.42
0.38
0.44
0.45
0.45
1.00
0.38
0.52
0.62
0.57
1.00
0.65
0.42
0.38
1.00
0.57
0.48
1.00
0.53
Correlation Matrix
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X3
-------1.00
0.51
0.37
0.30
0.31
0.25
0.37
0.33
0.32
0.26
0.42
0.46
0.31
Correlation Matrix
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X9
-------1.00
0.26
0.61
0.36
0.38
0.46
0.42
Correlation Matrix
X15
X15
-------1.00
loyalitas
Number of Iterations = 52
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
Measurement Equations
Y1 = 0.64*LYTS, Errorvar.= 0.60 , R² = 0.40
(0.13)
4.59
Y2 = 0.51*LYTS, Errorvar.= 0.74 , R² = 0.26
(0.081)
(0.13)
6.32
5.58
Y3 = 0.81*LYTS, Errorvar.= 0.34 , R² = 0.66
(0.10)
(0.14)
79
7.97
2.43
Y4 = 0.76*LYTS, Errorvar.= 0.43 , R² = 0.57
(0.097)
(0.12)
7.81
3.62
X1 = 0.55*PRLK, Errorvar.= 0.70 , R² = 0.30
(0.045)
(0.11)
12.02
6.34
X2 = 0.62*PRLK, Errorvar.= 0.62 , R² = 0.38
(0.047)
(0.12)
13.17
5.28
X3 = 0.59*PRLK, Errorvar.= 0.65 , R² = 0.35
(0.047)
(0.11)
12.73
5.76
X4 = 0.72*PRLK, Errorvar.= 0.48 , R² = 0.52
(0.050)
(0.13)
14.35
3.63
X5 = 0.63*SCST, Errorvar.= 0.61 , R² = 0.39
(0.086)
(0.16)
7.28
3.74
X6 = 0.60*SCST, Errorvar.= 0.64 , R² = 0.36
(0.084)
(0.15)
7.21
4.12
X7 = 0.57*KPSN, Errorvar.= 0.67 , R² = 0.33
(0.042)
(0.11)
13.56
6.10
X8 = 0.53*KPSN, Errorvar.= 0.71 , R² = 0.29
(0.042)
(0.11)
12.72
6.35
X9 = 0.66*KPSN, Errorvar.= 0.56 , R² = 0.44
(0.043)
(0.11)
15.30
5.01
X10 = 0.63*KPSN, Errorvar.= 0.60 , R² = 0.40
(0.042)
(0.11)
15.07
5.43
X11 = 0.80*KPSN, Errorvar.= 0.35 , R² = 0.65
(0.045)
(0.11)
17.71
3.11
X12 = 0.61*PRFN, Errorvar.= 0.63 , R² = 0.37
(0.048)
(0.12)
12.83
5.19
X13 = 0.77*PRFN, Errorvar.= 0.41 , R² = 0.59
80
(0.052)
14.79
(0.12)
3.43
X14 = 0.83*PRFN, Errorvar.= 0.31 , R² = 0.69
(0.054)
(0.13)
15.50
2.41
X15 = 0.98*KMTN, Errorvar.= 0.036, R² = 0.96
(0.093)
(0.18)
10.53
0.20
Structural Equations
LYTS = 0.25*PRLK + 0.44*SCST + 0.77*KPSN - 0.58*PRFN + 0.095*KMTN,
Errorvar.= 0.14 , R² = 0.86
(0.40)
(0.67)
(0.36)
(0.76)
(0.19)
(0.076)
0.63
0.66
2.15
-0.76
0.49
1.87
Correlation Matrix of Independent Variabels
PRLK
-------1.00
SCST
--------
SCST
0.85
(0.15)
5.71
1.00
KPSN
0.83
(0.08)
10.89
0.76
(0.13)
6.01
1.00
PRFN
0.87
(0.09)
9.84
0.90
(0.15)
6.16
0.85
(0.08)
11.08
1.00
KMTN
0.57
(0.10)
5.95
0.51
(0.14)
3.61
0.72
(0.10)
7.24
0.64
(0.09)
6.78
PRLK
KPSN
--------
PRFN
--------
KMTN
--------
1.00
Covariance Matrix of Latent Variabels
LYTS
PRLK
SCST
KPSN
PRFN
KMTN
LYTS
-------1.00
0.82
0.77
0.89
0.75
0.64
PRLK
--------
SCST
--------
KPSN
--------
PRFN
--------
KMTN
--------
1.00
0.85
0.83
0.87
0.57
1.00
0.76
0.90
0.51
1.00
0.85
0.72
1.00
0.64
1.00
81
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 137
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 140.76 (P =
0.40)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 3.76
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 36.00)
Minimum Fit Function Value = 0.83
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.038
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.36)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.017
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.052)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.94
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.49
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.45 ; 2.82)
ECVI for Saturated Model = 3.84
ECVI for Independence Model = 26.44
Chi-Square for Independence Model with 171 Degrees of Freedom =
2580.02
Independence AIC = 2618.02
Model AIC = 246.76
Saturated AIC = 380.00
Independence CAIC = 2686.52
Model CAIC = 437.83
Saturated CAIC = 1064.98
Normed Fit Index (NFI) = 0.97
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.03
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.78
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.02
Relative Fit Index (RFI) = 0.96
Critical N (CN) = 217.09
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066
Standardized RMR = 0.066
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.70
Time used:
1.188 Seconds
Download