INTISARI Saat ini pembangunan menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan kerusakan lingkungan. Hal ini juga terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dimana kabupaten dan kota yang memiliki pembangunan ekonomi tinggi mengalami penurunan pada kondisi lingkungan. Salah satu solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut adalah pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mengintegrasikan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa perkembangan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan serta untuk mengetahui status tingkat keberlanjutan di setiap kabupaten/kota di DIY tahun 2000-2010. Penelitian ini menerapkan metode analisa deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis scalling dan klasifikasi. Analisa deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap data-data indikator pembangunan berkelanjutan. Data indikator pembangunan berkelanjutan yang digunakan berjumlah 25 indikator. Indikator tersebut dikelompokan kedalam tiga jenis indikator yaitu indikator ekonomi, indikator sosial, dan indikator lingkungan. Teknik analisis scalling digunakan untuk menyamakan satuan dari berbagai jenis data. Tujuannya agar diperoleh data skor total dari berbagai jenis data. Klasifikasi digunakan untuk mengelompokan status tingkat keberlanjutan pembangunan wilayah antar kabupaten/kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) perkembangan pembangunan ekonomi terbaik adalah Kota Yogyakarta dengan skor total sebesar 1.175. Pada pembangunan sosial adalah Kabupaten Sleman dengan skor total sebesar 2.432. Kemudian pada pembangunan lingkungan adalah Kabupaten Gunungkidul dengan skor total sebesar 1.356. (2) Status keberlanjutan pembangunan wilayah dalam periode tahun 2000-2010 menempatkan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman termasuk kedalam kategori Tingkat Berkelanjutan Tinggi (TBT). Sedangkan Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul, dan Bantul berada dalam ketegori Tingkat Berkelanjutan Rendah (TBR). Kecuali Kabupaten Gunungkidul berada pada ketegori Tingkat Berkelanjutan Sedang (TBS) tahun 2005. Sedangkan Kabupaten Bantul tahun 2010 tergolong kategori Tingkat Berkelanjutan Tinggi (TBT). Bantul selalu mengalami tren pertumbuhan positif dalam perkembangan berkelanjutan. Kata Kunci: Pembangunan berkelajutan, status keberlanjutan, Tingkat Berkelanjutan Tinggi (TBT), Tingkat Berkelanjutan Sedang (TBS), Tingkat Berkelanjutan Rendah (TBR), scalling, DIY. iv ABSTRACT Nowdays, the development focuses on economic growth and ignore environmental damage. It is occures in Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) where regencies and cities have positive growth in economic but decrease in environmental. One of the solutions that might be solve this issue is sustainable development. It integrates economic, social, and environmental development. The aims of this research are to analyze economic, social, and environmental development and to fnd out the status of sustainability each regencies and cities in 2000-2010. This research applies descriptive quantitative analysis methode and uses scalling analysis technique and cassification. This methode to analyse 25 sustainability development indicators. Those 25 indicators are divided 3 groups; economic, social, and environment indicator. Scalling analysis is used to standarized data and classification methode is to classify the status of sustainability development each regency/city. The results show that (1) Yogyakarta is the best economic development with total score 1.175, Sleman in social development with total score 2.432, and Gunungkidul in environment development with total score 1.356. (2) In 20002010, Yogyakarta and Sleman are High Sustainability and others are Low Sustainability category with two exceptional cases; Gunungkidul is Medium Sustainability in 2005 and Bantul is High Sustainability in 2010. Bantul is the one and only regency that shows positive trends in sustainability development in DIY in the periode 2000-2010. Keywords: sustainable development, sustainability status, high sutainability, medium sustainability, low sustainability, scalling, DIY. v