1 5 M ARE T 201 3 34567 ARTIKEL PELAJARAN 29 APRIL–5 MEI ”Tidak Ada Balok Sandungan” bagi Orang yang Mengasihi Yehuwa HALAMAN 3 ˙ NYANYIAN: 45, 32 6-12 MEI Apakah Saudara Memiliki ”Hati untuk Mengenal” Yehuwa? HALAMAN 8 ˙ NYANYIAN: 62, 60 13-19 MEI Setelah ”Mengenal Allah” —Apa Selanjutnya? HALAMAN 13 ˙ NYANYIAN: 81, 135 20-26 MEI Yehuwa—Tempat Tinggal Kita HALAMAN 19 ˙ NYANYIAN: 51, 95 27 MEI–2 JUNI Junjunglah Nama Besar Yehuwa HALAMAN 24 ˙ NYANYIAN: 27, 101 ARTIKEL PELAJARAN ˇ ”Tidak Ada Balok Sandungan” bagi Orang yang Mengasihi Yehuwa Semua orang Kristen sedang berlari dalam perlombaan yang hadiahnya adalah kehidupan abadi. Namun, karena mewarisi dosa, kita semua bisa tersandung. Artikel ini akan membantu kita mengenali lima jenis balok sandungan dan menjelaskan cara menghindarinya sehingga kita bisa memenangkan perlombaan. FINLANDIA SAMPUL: Finlandia memiliki garis pantai yang panjang dan banyak pulau. Di sana juga ada ribuan danau, terutama di bagian tengah dan timur Finlandia. Beberapa penyiar yang melayani sementara di tempat-tempat yang lebih membutuhkan kadang-kadang menggunakan perahu untuk mengabar ˇ Apakah Saudara Memiliki ”Hati untuk Mengenal” Yehuwa? Kitab Yeremia memberi tahu kita banyak hal tentang hati. Artikel ini akan menjelaskan kepada kita apa artinya ’hati yang tidak bersunat’ dan bagaimana hal itu bisa berbahaya, bahkan bagi orang Kristen. Artikel ini juga membahas bagaimana kita bisa memiliki ”hati untuk mengenal” Yehuwa.—Yer. 9:26; 24:7. PENDUDUK: 5.375.276 ˇ Setelah ”Mengenal Allah”—Apa Selanjutnya? Langkah-langkah apa saja yang perlu diambil untuk mengenal Allah dan agar dikenal oleh-Nya? Mengapa orang Kristen terus bertumbuh walaupun ia sudah matang secara rohani, dan bagaimana caranya? Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. RASIO: 1 Saksi berbanding 283 penduduk PERINTIS BIASA: 1.824 ˇ Yehuwa—Tempat Tinggal Kita ARTIKEL LAIN 18 Terimalah Penghiburan —Hiburlah Orang Lain 29 Apakah Itu Benar-Benar Tulisan Yosefus? 30 Jangan Pernah Putus Asa! Kita tinggal di dunia yang secara rohani membenci kita, namun kita tidak perlu takut. Artikel ini menunjukkan apa artinya kita memiliki tempat tinggal yang paling aman, yaitu Yehuwa. ˇ Junjunglah Nama Besar Yehuwa Apa artinya menjadi bagian dari umat yang menyandang nama Allah? Apa artinya berjalan dengan nama itu? Dan, bagaimana Allah memandang orang-orang yang tidak menghormati namaNya? Artikel ini akan menjawabnya. 34567 Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. March 15, 2013 Jil. 134, No. 6 Semimonthly INDONESIAN The Watchtower (ISSN 0043-1087) is published semimonthly by Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.; L. Weaver, Jr., President; G. F. Simonis, Secretary-Treasurer; 25 Columbia Heights, Brooklyn, NY 11201-2483, and in Indonesia by Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia, PO Box 2105, Jakarta 10001. Periodicals Postage Paid at Brooklyn, NY, and at additional mailing offices. POSTMASTER: Send address changes to Watchtower, 1000 Red Mills Road, Wallkill, NY 12589-3299. 5 2013 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. Hak cipta dilindungi. Printed in Japan. ”TIDAK ADA BALOK SANDUNGAN” BAGI ORANG YANG MENGASIHI YEHUWA ”Berlimpahlah kedamaian bagi orang-orang yang mencintai hukummu, dan tidak ada balok sandungan bagi mereka.” —MZ. 119:165. APA JAWABAN SAUDARA? Orang Kristen ikut dalam perlombaan apa? Apa hadiahnya? Apa saja yang bisa menjadi balok sandungan bagi orang Kristen? Apa maksudnya ”tidak ada balok sandungan” bagi orang yang mengasihi hukum Yehuwa? SEJAK remaja, Mary Decker sudah terkenal sebagai pelari kelas dunia. Ia dijagokan akan menyabet medali emas pada final lomba lari 3.000 meter di Olimpiade Musim Panas 1984. Namun, ia tidak pernah melewati garis finis itu. Ia tersandung kaki pelari lain dan tersungkur hingga keluar lintasan. Sambil berlinang air mata, Mary yang cedera digotong keluar arena lomba. Tetapi, ia pantang menyerah. Dalam waktu kurang dari setahun, ia pulih dan ikut berlomba lagi. Tahun 1985, ia memecahkan rekor dunia untuk lomba lari 1.600 meter putri. 2 Sebagai orang Kristen, kita ikut dalam perlombaan lari kiasan. Kita berlari dengan tujuan untuk menang. Perlombaan yang kita ikuti bukanlah lari jarak pendek yang mengutamakan kecepatan. Ini juga bukan sekadar lari santai. Tetapi, perlombaan ini bagaikan maraton, yang membutuhkan kegigihan untuk menang. Dalam suratnya kepada sidang di Korintus, kota yang terkenal dengan perlombaan atletiknya, rasul Paulus menggunakan perumpamaan tentang seorang pelari. Ia menulis, ”Tidak tahukah kamu bahwa dalam perlombaan, semua pelari berlari, tetapi hanya satu yang menerima hadiah? Larilah sedemikian rupa agar kamu dapat memperolehnya.”—1 Kor. 9:24. 3 Alkitab menginstruksikan kita untuk ikut dalam perlombaan lari kiasan ini. (Baca 1 Korintus 9:25-27.) Hadiahnya adalah kehidupan abadi, di surga bagi orang Kristen terurap atau di bumi bagi para peserta lainnya. Berbeda dengan perlombaan atletik lainnya, dalam 1. Bagaimana semangat seorang pelari bisa menggambarkan tekad kita untuk tidak menyerah? 2. Orang Kristen ikut dalam perlombaan apa? Apa tujuan kita dalam perlombaan itu? 3. Bagaimana caranya agar bisa menang dalam perlombaan untuk kehidupan abadi? 3 Seandainya Saudara jatuh, terimalah bantuan dan bangkitlah! perlombaan ini semua peserta yang berlari sampai akhir akan mendapat hadiah. (Mat. 24:13) Peserta dinyatakan kalah kalau dia tidak mengikuti aturan atau tidak mencapai garis finis. Selain itu, inilah satu-satunya perlombaan yang hadiahnya adalah kehidupan abadi. 4 Berlari sampai ke garis finis itu tidak mudah. Untuk mencapainya dibutuhkan disiplin dan tekad. Hanya Yesus Kristus yang berhasil melewati garis finis tanpa tersandung satu kali pun. Sedangkan, menurut Yakobus sang murid, semua pengikut Kristus ”sering kali tersandung”. (Yak. 3:2) Benar! Kita semua terimbas oleh ketidaksempurnaan kita sendiri dan orang lain. Jadi, kadang-kadang kita bisa tersandung, terhuyung-huyung, dan melambat. Kita bahkan bisa jatuh; tetapi kita bangkit dan berlari lagi. Ada yang jatuh terjerembap sampaisampai harus dibantu untuk bangkit dan kembali berlomba sampai garis finis. Ya, kita memang bisa tersandung atau jatuh, bahkan berulang kali.—1 Raj. 8:46. 4. Mengapa perlombaan untuk memperoleh kehidupan abadi itu tidak mudah? 4 SEKALIPUN TERSANDUNG, TERUSLAH BERLOMBA 5 Apa yang kita lakukan sewaktu ”tersandung” atau ”jatuh” bisa menunjukkan orang macam apa kita. Ada orang-orang yang tersandung atau jatuh tetapi bertobat dan terus melayani Allah. Ada juga yang tidak mau bertobat. Amsal 24:16 mengatakan, ”Orang adil-benar mungkin jatuh bahkan tujuh kali, namun ia pasti akan bangkit; tetapi orangorang fasik akan dibuat tersandung oleh malapetaka.” 6 Orang-orang yang percaya kepada Yehuwa bisa tersandung atau terjatuh, misalnya karena melemah dalam ibadat atau karena kesukaran. Namun, Yehuwa tidak akan membiarkan mereka terus terpuruk sehingga tidak dapat pulih. Kita yakin bahwa Yehuwa akan membantu kita ”bangkit” agar kita dapat terus melayani Dia sebaik mungkin. Jaminan itu tentu menenteramkan hati semua orang yang dengan tulus mengasihi 5, 6. (a) Apa maksudnya ”tidak ada balok sandungan” bagi orang Kristen? Apa yang akan membantunya bangkit? (b) Mengapa ada orang yang tidak ”bangkit” setelah tersandung? MENARA PENGAWAL Yehuwa! Orang fasik tidak memiliki keinginan untuk bangkit. Mereka tidak berupaya mendapatkan bantuan dari roh kudus Allah dan umat-Nya, atau mereka menolak bantuan yang ditawarkan. Sebaliknya, bagi orangorang yang ’mencintai hukum Yehuwa’, tidak ada balok sandungan yang dapat menjatuhkan mereka sampai-sampai tidak bisa meneruskan perlombaan untuk kehidupan. —Baca Mazmur 119:165. 7 Ada orang-orang yang melakukan dosa yang tidak serius, bahkan berulang kali, karena memiliki kelemahan. Namun, mereka tetap adil-benar di mata Yehuwa jika mereka ”bangkit” lagi, yaitu dengan tulus bertobat dan berupaya keras untuk terus melayani dengan loyal. Hal ini nyata dari cara Allah berurusan dengan orang Israel pada zaman dahulu. (Yes. 41:9, 10) Amsal 24:16 yang dikutip tadi tidak berfokus pada hal negatif—saat kita ”jatuh”—tetapi berfokus pada hal positif, yaitu saat kita ”bangkit” dengan bantuan Allah kita yang berbelas kasihan. (Baca Yesaya 55:7.) Allah Yehuwa dan Yesus yakin bahwa kita akan melakukan yang terbaik. Maka, mereka dengan baik hati memotivasi kita untuk ”bangkit”.—Mz. 86:5; Yoh. 5:19. 8 Sekalipun seorang pelari tersandung atau terjatuh dalam lomba lari maraton, ia masih punya waktu untuk mencapai garis finis jika ia segera bangkit. Dalam perlombaan untuk kehidupan abadi, kita tidak tahu ”hari dan jamnya” perlombaan akan berakhir. (Mat. 24:36) Akan tetapi, semakin jarang kita tersandung, semakin besar kemungkinannya kita bisa berlari dengan kecepatan konstan hingga garis finis. Jadi, bagaimana caranya agar kita tidak tersandung? SANDUNGAN YANG DAPAT MENGHAMBAT KEMAJUAN 9 Mari kita bahas lima balok sandungan yang mungkin kita alami—kelemahan pribadi, keinginan daging, perlakuan tidak adil 7, 8. Mengapa seseorang yang ”jatuh” bisa te- tap diperkenan Allah? 9. Balok sandungan apa saja yang akan kita ba- has? 15 MARET 2013 dari rekan seiman, kesengsaraan atau penganiayaan, dan ketidaksempurnaan orang lain. Namun, ingatlah bahwa sekalipun kita mungkin tersandung, Yehuwa sangat sabar dan tidak akan langsung mencap kita tidak loyal. 10 Kelemahan pribadi dapat disamakan dengan batu-batu yang ada di lintasan. Dengan memerhatikan kejadian-kejadian dalam kehidupan Raja Daud dan rasul Petrus, kita bisa melihat dua macam kelemahan, yaitu kurangnya pengendalian diri dan takut akan manusia. 11 Raja Daud menunjukkan bahwa ia punya kelemahan dalam mengendalikan diri. Hal ini terlihat dari perbuatannya dengan Batsyeba dan reaksi kerasnya terhadap penghinaan Nabal. Ya, ia kurang mengendalikan diri, tetapi ia tidak menyerah dalam berupaya menyenangkan Yehuwa. Dengan bantuan orang lain, ia bisa pulih lagi secara rohani. —1 Sam. 25:5-13, 32, 33; 2 Sam. 12:1-13. 12 Petrus punya kelemahan yaitu takut akan manusia, dan kadang hal ini membuatnya tersandung; namun, ia tetap loyal kepada Yesus dan Yehuwa. Misalnya, ia menyangkal Majikannya di hadapan umum, bukan hanya sekali melainkan tiga kali. (Luk. 22: 54-62) Pada kesempatan lain, Petrus memperlakukan orang Kristen non-Yahudi seolah-olah mereka tidak sebaik orang Kristen Yahudi yang bersunat. Namun, rasul Paulus tahu bahwa tidak boleh ada pembedaan golongan dalam sidang. Jadi, sikap Petrus itu keliru. Agar tindakan Petrus tidak memecahbelah persaudaraan, Paulus langsung menasihati Petrus dengan terus terang. (Gal. 2:1114) Apakah Petrus merasa tersinggung lalu berhenti dari perlombaan untuk kehidupan? Tidak. Ia menanggapi nasihat Paulus dengan serius, menerapkannya, dan terus berlomba. 13 Problem kesehatan juga termasuk kelemahan pribadi yang bisa menjadi balok 10, 11. Daud harus berjuang melawan kelemahan apa? 12. Sekalipun tersandung, bagaimana Petrus terus berlomba? 13. Bagaimana kelemahan jasmani bisa membuat seseorang tersandung? 5 sandungan. Hal ini bisa mengganggu kita dalam perlombaan rohani dan bahkan membuat kita goyah dan lelah. Misalnya, setelah 17 tahun dibaptis, seorang saudari di Jepang sakit parah. Ia begitu sibuk mengurusi penyakitnya sampai-sampai melemah secara rohani. Belakangan, ia menjadi tidak aktif. Dua penatua datang mengunjunginya. Katakata mereka yang baik hati membangkitkan semangat saudari ini. Ia pun mulai berhimpun lagi. Ia mengenang, ”Saya sangat terharu dan mencucurkan air mata karena saudara-saudara menyambut saya dengan hangat.” Saudari kita ini kembali berlomba. 14 Keinginan daging telah membuat banyak orang tersandung. Sewaktu keinginan seperti itu menggoda kita, kita perlu bertindak dengan tegas agar bisa tetap bersih secara mental, moral, dan rohani. Ingatlah nasihat Yesus untuk secara kiasan ’membuang’ apa pun yang dapat membuat kita tersandung, bahkan mata atau tangan kita. Bukankah hal itu mencakup pikiran dan tindakan yang amoral, yang telah membuat beberapa orang berhenti dari perlombaan?—Baca Matius 5:29, 30. 15 Seorang saudara yang dibesarkan dalam keluarga Kristen menulis bahwa sejak dulu ia harus berjuang melawan homoseksualitas. Ia berkata, ”Saya selalu merasa canggung. Rasanya saya lain sendiri.” Pada umur 20 tahun, ia sudah menjadi perintis biasa dan hamba pelayanan di sidang. Lalu, ia membuat kesalahan serius sehingga mendapat disiplin dan mendapat bantuan dari para penatua. Ia bisa bangkit dan kembali berlomba secara rohani dengan berdoa, belajar Firman Allah, dan sibuk membantu orang lain. Bertahun-tahun kemudian, ia mengakui, ”Hasrat-hasrat itu kadang muncul lagi. Tetapi, saya tidak mau dikendalikan olehnya. Saya tahu bahwa Yehuwa tidak akan membiarkan kita digoda melampaui kesanggupan kita. Jadi, saya percaya bahwa Allah yakin saya bisa berhasil.” Saudara 14, 15. Tindakan tegas apa yang dibutuhkan ketika timbul keinginan yang salah? Berikan contoh. 6 ini mengakhiri kisahnya, ”Semua perjuangan saya akan terbayar di dunia baru. Itu yang saya inginkan! Sementara itu, saya akan terus berjuang.” Ia bertekad untuk terus berlomba. 16 Perlakuan tidak adil dari rekan seiman bisa membuat tersandung. Di Prancis, seorang saudara yang pernah menjadi penatua merasa bahwa ia telah diperlakukan tidak adil sehingga ia menjadi getir. Akibatnya, ia berhenti berhimpun dan menjadi tidak aktif. Dua penatua mengunjungi dia. Mereka dengan sabar mendengarkan dia menceritakan apa yang menurutnya ia alami. Mereka menganjurkan dia untuk melemparkan bebannya kepada Yehuwa dan menandaskan bahwa yang terpenting adalah menyenangkan Allah. Ia mendengarkan nasihat mereka dan segera aktif lagi dalam kegiatan sidang. Dengan demikian, ia kembali berlomba. 17 Semua orang Kristen hendaknya ingat bahwa Yesus Kristus-lah Kepala sidang yang Allah lantik, maka mereka tidak perlu memusingkan apa yang dilakukan manusia yang tidak sempurna. Yesus, yang matanya ”bagaikan api yang bernyala-nyala”, lebih tahu dan lebih memahami apa yang sebenarnya terjadi di sidang. (Pny. 1:13-16) Misalnya, bisa jadi kita menganggap ada ketidakadilan di sidang, tetapi sebenarnya kita tidak memahami sepenuhnya apa yang terjadi dan alasan di baliknya. Sedangkan, Yesus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ia akan menangani problem di sidang dengan cara terbaik dan pada waktu yang tepat. Jadi, kita hendaknya tidak tersandung oleh tindakan atau keputusan rekan seiman kita. 18 Dua balok sandungan lainnya adalah kesengsaraan atau penganiayaan dan ketidaksempurnaan orang lain di sidang. Dalam perumpamaannya tentang penabur, Yesus 16, 17. (a) Apa yang telah membantu seorang saudara yang merasa telah diperlakukan dengan tidak adil? (b) Apa yang perlu kita ingat agar tidak tersandung? 18. Bagaimana kita bisa bertahan menghadapi ujian iman dan situasi-situasi yang menyusahkan hati? MENARA PENGAWAL mengatakan ada orang-orang yang tersandung sewaktu mengalami ”kesengsaraan atau penganiayaan” karena menjadi umat Allah. Penganiayaan bisa datang dari keluarga, orang lain, atau kalangan pemerintah. Hal itu bisa berdampak buruk khususnya atas orang yang ’tidak membiarkan benih itu berakar dalam dirinya’, yaitu orang yang lemah imannya. (Mat. 13:21) Namun, jika kita bertekad untuk tetap setia, benih Kerajaan akan bertumbuh dan berakar kuat dalam diri kita sehingga iman kita semakin kuat. Sewaktu menghadapi penganiayaan, berupayalah untuk merenungkan hal-hal ”yang patut dipuji”. (Baca Filipi 4:6-9.) Dengan kekuatan dari Yehuwa, kita akan mampu bertahan menghadapi ujian iman dan tidak tersandung oleh situasi-situasi yang menyusahkan hati. 19 Sayangnya, beberapa orang berhenti dari perlombaan karena tersandung oleh ketidaksempurnaan orang lain. Perbedaan pendapat dalam hal-hal yang menyangkut hati nurani telah menjadi balok sandungan bagi mereka. (1 Kor. 8:12, 13) Jika seseorang menyinggung perasaan kita, apakah kita akan membesar-besarkan persoalannya? Alkitab menasihati orang Kristen agar berhenti menghakimi orang lain, rela mengampuni, dan tidak memaksakan hak pribadi. (Luk. 6:37) Sewaktu menghadapi batu sandungan, renungkanlah, ’Apakah saya menghakimi orang lain berdasarkan selera pribadi? Saya tahu saudara-saudari saya tidak sempurna, jadi apakah saya akan berhenti dari perlombaan untuk kehidupan karena ketidaksempurnaan mereka?’ Karena mengasihi Yehuwa, kita akan bertekad untuk tidak membiarkan apa pun yang orang lain lakukan menghalangi kita mencapai garis finis. TERUSLAH BERLARI DAN HINDARI SANDUNGAN 20 Apakah Saudara bertekad untuk ”berlari di lintasan sampai garis akhir”? (2 Tim. 19. Bagaimana agar kita tidak tersandung sewaktu orang lain menyinggung perasaan kita? 20, 21. Apa tekad Saudara dalam mengikuti perlombaan untuk kehidupan? 15 MARET 2013 Jangan biarkan apa pun membuat Saudara tidak mencapai garis finis! 4:7, 8) Kalau begitu, Saudara harus belajar pribadi. Gunakanlah Alkitab dan publikasi teokratis kita untuk melakukan riset, merenung, dan mengenali balok-balok sandungan yang mungkin Saudara hadapi. Berdoalah memohon roh suci agar Saudara memiliki stamina rohani yang kuat. Ingatlah, sekalipun seorang pelari sesekali tersandung atau terjatuh, ia tetap bisa menang. Ia bisa bangkit dan kembali berlomba. Ia bahkan bisa menjadikan sebuah batu sandungan sebagai batu loncatan, maksudnya menarik pelajaran dari ujian iman apa pun yang ia alami. 21 Menurut Alkitab, kita harus aktif dalam perlombaan untuk kehidupan itu. Ini bukan seperti naik bus yang akan membawa kita ke garis finis. Kita sendiri yang harus berlari dalam perlombaan untuk kehidupan. Dengan melakukannya, ’kedamaian yang limpah’ dari Yehuwa akan mendorong kita maju. (Mz. 119:165) Kita bisa yakin bahwa Yehuwa akan selalu memberkati kita sekarang. Dan, Ia akan memberikan berkat abadi kepada semua yang menyelesaikan perlombaan.—Yak. 1:12. 7 APAKAH SAUDARA MEMILIKI ”HATI UNTUK MENGENAL” YEHUWA? ”Aku akan memberi mereka hati untuk mengenal aku, bahwa akulah Yehuwa; mereka akan menjadi umatku.” —YER. 24:7. APA JAWABAN SAUDARA? Banyak orang Yahudi pada zaman Yeremia ”tidak bersunat hatinya”. Apa artinya hal itu? Mengapa kita semua hendaknya memeriksa hati kita? Bagaimana kita bisa memiliki ”hati untuk mengenal” Yehuwa? BANYAK orang suka makan buah ara, baik yang segar maupun yang dikeringkan. Orang Yahudi pada zaman dahulu pun menyukainya. (Nah. 3:12; Luk. 13:6-9) Buah ara mengandung banyak serat, antioksidan, dan mineral; maka, banyak orang mengatakan bahwa buah ara bagus untuk jantung. 2 Dalam perkataan-Nya melalui Yeremia, Yehuwa pernah mengaitkan buah ara dengan hati. Allah tidak sedang membicarakan khasiat buah ara. Kata-kata-Nya bermakna kiasan. Firman-Nya itu memiliki pengaruh besar atas hati kita dan hati orang-orang yang kita kasihi. Sambil membahas apa yang Ia katakan, mari kita pikirkan pelajaran apa yang dapat kita tarik sebagai orang Kristen. 3 Pertama-tama, mari kita perhatikan apa yang Allah sampaikan tentang buah ara pada zaman Yeremia. Pada tahun 617 SM, bangsa Yehuda terpuruk secara rohani. Allah memberi tahu apa yang akan terjadi di masa depan dengan memberikan penglihatan tentang dua macam buah ara, ”yang sangat baik” dan ”yang sangat jelek”. (Baca Yeremia 24:1-3.) Buah ara yang jelek memaksudkan Raja Zedekia dan orang-orang seperti dia yang akan disiksa oleh Raja Nebukhadnezar dan pasukannya. Tetapi, bagaimana dengan Yehezkiel, Daniel dan ketiga sahabatnya yang sudah berada di Babilon, serta sejumlah orang Yahudi yang juga akan segera dibawa ke sana? Mereka bagaikan buah ara yang baik. Beberapa dari antara mereka akan pulang untuk membangun kembali Yerusalem dan baitnya. Belakangan, itu benar-benar tergenap.—Yer. 24:8-10; 25:11, 12; 29:10. 4 Mengenai orang-orang yang digambarkan oleh buah ara yang baik, Yehuwa berkata, ”Aku akan memberi mereka hati untuk mengenal aku, bahwa akulah Yehuwa; mereka akan menjadi umatku.” (Yer. 24:7) Inilah ayat tema 1, 2. Mengapa buah ara menarik perhatian banyak orang? 3. Apa yang digambarkan oleh buah-buah ara dalam Yeremia pasal 24? 4. Mengapa kata-kata Allah tentang buah ara yang baik membesarkan hati kita? 8 MENARA PENGAWAL untuk artikel ini. Ayat tersebut benar-benar membesarkan hati kita! Allah bersedia memberikan ”hati untuk mengenal” Dia. Dalam pembahasan ini, hati berkaitan dengan kecenderungan seseorang. Pastilah Saudara ingin memiliki hati seperti itu dan ingin menjadi umat-Nya. Untuk itu, Saudara perlu mempelajari dan menerapkan Firman-Nya, bertobat dan berbalik, membaktikan diri kepada Allah, dan dibaptis dalam nama Bapak, Putra, dan roh kudus. (Mat. 28:19, 20; Kis. 3:19) Saudara bisa jadi telah mengambil langkah-langkah itu atau sudah rutin menghadiri perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa dan sedang mengambil langkahlangkah itu. 5 Meskipun kita sudah mengambil langkah-langkah itu, kita tetap perlu memerhatikan sikap dan tingkah laku kita. Mengapa? Alasannya dapat kita temukan dalam kata-kata Yeremia tentang hati. Beberapa pasal dalam buku Yeremia berbicara tentang bangsa-bangsa di sekitarnya, tetapi sebagian besarnya adalah tentang bangsa Yehuda sendiri selama pemerintahan lima rajanya. (Yer. 1:15, 16) Ya, Yeremia khususnya menulis tentang pria, wanita, dan anakanak yang sudah dibaktikan kepada Yehuwa. Nenek moyang mereka telah dengan sukarela memilih untuk menjadi bangsa yang dibaktikan itu. (Kel. 19:3-8) Dan pada zaman Yeremia, bangsa itu sendiri meneguhkan pembaktian mereka kepada Allah. Mereka mengatakan, ”Kami datang kepadamu, sebab engkaulah Allah kami, oh, Yehuwa.” (Yer. 3:22) Namun, menurut Saudara, bagaimana keadaan hati mereka? SUNAT HATI—APAKAH DIPERLUKAN? 6 Dokter-dokter zaman sekarang bisa menggunakan peralatan canggih untuk memeriksa organ-organ di dalam tubuh kita untuk mengetahui apakah kita sehat. Namun, Yehuwa dapat memeriksa jauh lebih dalam lagi, yaitu manusia batiniah kita. Ia mengatakan, ”Hati lebih licik daripada apa pun juga dan nekat. Siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, Yehuwa, menyelidiki hati, . . . untuk memberikan kepada masing-masing sesuai dengan jalan-jalannya, sesuai dengan buah perbuatannya.” (Yer. 17:9, 10) Allah dapat melihat keinginan, pikiran, kecenderungan, sikap, dan cita-cita kita. Allah akan ”menyelidiki hati” Saudara. Namun hingga taraf tertentu, Saudara pun bisa berupaya untuk memeriksa hati Saudara sendiri. 7 Sebelum melakukan pemeriksaan ini, kita dapat menanyai diri, ’Bagaimana kondisi hati kebanyakan orang Yahudi pada zaman Yeremia?’ Perhatikan jawabannya dalam kata-kata Yeremia yang aneh ini, ”Seluruh keturunan Israel tidak bersunat hatinya.” Ia tidak memaksudkan sunat yang biasa dilakukan atas laki-laki Yahudi, karena ia mengatakan, ” ’Lihat! Masanya akan datang,’ demikian ucapan Yehuwa, ’dan aku akan mengadakan perhitungan dengan setiap orang yang bersunat tetapi sebenarnya tidak bersunat.’ ” Jadi, orang-orang Yahudi yang bersunat ternyata Yehuwa anggap ”tidak bersunat hatinya”. (Yer. 9:25, 26) Apa artinya hal ini? 8 Kita bisa memahami arti dari ”tidak bersunat hatinya” dengan memerhatikan perintah Allah kepada orang Yahudi, ”Hai, orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, . . . singkirkan kulit khitan dari hatimu, agar kemurkaanku tidak keluar . . . karena buruknya perbuatan-perbuatanmu.” Tetapi, dari mana asalnya semua perbuatan buruk mereka itu? Dari dalam hati mereka. (Baca Markus 7:2023.) Ya, melalui Yeremia, Allah dengan tepat menunjukkan sumber perbuatan buruk orang-orang Yahudi. Hati mereka keras dan suka memberontak. Yehuwa tidak berkenan akan motif dan pikiran mereka. (Baca Yeremia 5:23, 24; 7:24-26.) Kepada mereka, Allah 7. Bagaimana Yeremia menggambarkan kondisi 5. Yeremia khususnya berbicara tentang hati si- hati kebanyakan orang Yahudi pada zamannya? apa? 6. Mengapa kata-kata Yehuwa tentang hati menarik perhatian kita? 8, 9. Sehubungan dengan kondisi hati mere- 15 MARET 2013 ka, apa yang perlu dilakukan oleh kebanyakan orang Yahudi? 9 mengatakan, ”Sunatlah dirimu bagi Yehuwa, dan singkirkan kulit khitan dari hatimu.” —Yer. 4:4; 18:11, 12. 9 Maka, orang-orang Yahudi pada zaman Yeremia perlu ’menyunat hati mereka’, seperti yang pernah dilakukan pada zaman Musa. (Ul. 10:16; 30:6) ’Menyingkirkan kulit khitan dari hati mereka’ berarti menyingkirkan hal-hal yang membuat hati mereka tidak tanggap, yaitu pikiran, hasrat, atau motif mereka yang bertentangan dengan perintah Allah.—Kis. 7:51. ”HATI UNTUK MENGENAL” DIA DEWASA INI 10 Betapa bersyukurnya kita karena Allah membantu kita memiliki pemahaman tentang hati! Namun, ada yang mungkin bertanya, ’Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini perlu memikirkan soal hati mereka?’ Ini tidak berarti bahwa kebanyakan orang Kristen di sidang menempuh jalan yang salah atau menjadi ”buah ara yang jelek”, sebagaimana orang-orang Yahudi dahulu. Sebaliknya, hamba-hamba Allah dewasa ini adalah umat yang bersih dan berbakti. Akan tetapi, renungkanlah permohonan Daud kepada Yehuwa ini, ”Selidikilah aku dengan cermat, oh, Allah, dan kenalilah hatiku. Periksalah aku, dan kenalilah pikiran-pikiranku yang menggelisahkan, dan lihat apakah ada jalan 10. Seperti Daud, apa yang hendaknya ingin kita lakukan? 10 yang menyakitkan pada diriku.”—Mz. 17:3; 139:23, 24. 11 Yehuwa ingin agar kita masing-masing mendapatkan perkenan-Nya dan mempertahankan itu. Tentang orang-orang yang adilbenar, Yeremia mengatakan, ”Oh, Yehuwa yang berbala tentara, engkau memeriksa orang yang adil-benar; engkau melihat ginjal dan hati.” (Yer. 20:12) Jika hati orang yang adil-benar saja diperiksa oleh Yang Mahakuasa, tidakkah kita sendiri perlu memeriksa diri dengan jujur? (Baca Mazmur 11:5.) Sewaktu melakukannya, kita mungkin mendapati adanya sikap, cita-cita, atau perasaan dalam batin yang perlu diperbaiki. Kita mungkin menyadari bahwa ada sesuatu yang membuat hati kita kurang tanggap, seolah-olah ada ’kulit khitan pada hati kita’, yang perlu kita singkirkan. Itu berarti kita perlu menyunat hati. Jika Saudara merasa perlu memeriksa hati, apa saja yang akan Saudara cermati? Dan, bagaimana Saudara dapat membuat penyesuaian yang dibutuhkan?—Yer. 4:4. 12 Satu hal yang pasti, Yehuwa tidak akan memaksa kita untuk berubah. Tentang ”buah ara yang baik”, Yehuwa mengatakan bahwa Ia akan ”memberi mereka hati untuk mengenal” Dia. Ia tidak mengatakan bahwa Ia akan mengubah hati mereka secara paksa. Mereka perlu memiliki keinginan untuk memiliki hati yang tanggap, yang menunjukkan bahwa mereka mengenal Allah. Tidakkah hal ini juga berlaku atas diri kita? 13 Yesus mengatakan, ”Dari hati keluar pikiran yang fasik, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, kesaksian palsu, hujah.” (Mat. 15:19) Jelaslah, jika hati seorang saudara tidak tanggap sehingga ia melakukan perzinaan atau percabulan dan tidak mau bertobat, ia bisa kehilangan perkenan Allah untuk selamanya. Tetapi, sekalipun perbuatan salah seperti itu tidak dilakukan, 11, 12. (a) Mengapa kita masing-masing perlu memeriksa hati? (b) Apa yang tidak akan Allah lakukan? 13, 14. Bagaimana hati seorang Kristen bisa membahayakan dirinya? MENARA PENGAWAL Kita akan mendapat berkat dengan memeriksa hati dan mengoreksi hasrat yang salah seseorang mungkin membiarkan hasrat yang salah menjadi semakin kuat dalam hatinya. (Baca Matius 5:27, 28.) Dalam situasi seperti inilah kita perlu memeriksa hati kita. Jika Saudara meneliti hati Saudara, apakah ada perasaan yang tidak patut terhadap lawan jenis, yaitu keinginan tersembunyi yang tidak diperkenan Allah dan yang perlu disingkirkan? 14 Atau, seorang saudara mungkin tidak benar-benar melakukan ”pembunuhan”, tetapi bisa jadi ia membiarkan kemarahan meracuni hatinya sampai-sampai ia membenci rekan Kristennya. (Im. 19:17) Apakah ia akan mengerahkan upaya untuk menyingkirkan perasaan itu, yang bisa membuat hatinya tidak tanggap?—Mat. 5:21, 22. 15 Syukurlah, sebagian besar orang Kristen tidak membiarkan hasrat-hasrat yang salah berkembang dalam hati mereka. Namun, Yesus juga menyebutkan tentang ”pikiran yang fasik”. Ini memaksudkan pandangan atau sikap yang bisa berdampak buruk atas berbagai aspek kehidupan. Misalnya, seseorang mungkin memiliki keloyalan yang salah kepada keluarganya. Memang, orang Kristen ingin memiliki ”kasih sayang alami” terhadap keluarga, tidak seperti banyak orang yang tidak menunjukkan 15, 16. (a) Berikan contoh bagaimana seorang Kristen bisa ”tidak bersunat hatinya”. (b) Menurut Saudara, mengapa Yehuwa tidak berkenan atas orang yang ”tidak bersunat hatinya”? 15 MARET 2013 kasih sayang seperti itu pada ”hari-hari terakhir” ini. (2 Tim. 3:1, 3) Namun, kita bisa saja menunjukkan kasih sayang itu dengan cara yang berlebihan. Banyak orang berpendapat bahwa ”darah lebih kental daripada air”. Jadi, mereka tidak bisa terima sewaktu ada anggota keluarga yang disakiti, sehingga mereka berpihak kepada keluarga mereka dan membelanya mati-matian. Coba pikirkan kemarahan yang hebat yang ada di balik perbuatan saudara-saudara Dina. (Kej. 34:13, 25-30) Dan, bayangkan apa yang ada dalam hati Absalom, yang mendorongnya untuk membunuh saudara tirinya, Amnon. (2 Sam. 13:1-30) Bukankah penyebab semua itu adalah ”pikiran yang fasik”? 16 Memang, orang Kristen dewasa ini tidak sampai membunuh. Namun, mungkinkah mereka memendam perasaan negatif terhadap saudara atau saudari yang menyakiti, atau yang mereka pikir telah menyakiti, keluarga mereka? Mereka mungkin tidak mau menerima undangan dari orang yang mereka pikir telah menyakiti keluarga mereka. Atau, mereka pun mungkin tidak mau mengundang orang tersebut ke rumah mereka. (Ibr. 13:1, 2) Perasaan negatif yang berlebihan dan keengganan untuk bergaul tersebut menunjukkan kurangnya kasih, dan itu tidak boleh dianggap sepele. Ya, jika Sang Pemeriksa hati mendapati hal-hal itu dalam hati seseorang, Ia akan menganggap dia ”tidak bersunat hatinya”. (Yer. 9:25, 26) Dan, 11 18 ingatlah bahwa Yehuwa mengatakan, ”Singkirkan kulit khitan dari hatimu.”—Yer. 4:4. MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN ”HATI UNTUK MENGENAL” ALLAH 17 Sewaktu Saudara memeriksa hati, bagaimana jika ternyata hati Saudara kurang tanggap terhadap nasihat Yehuwa dan hingga taraf tertentu ”tidak bersunat”? Dalam hati Saudara mungkin ada rasa takut akan manusia, hasrat untuk mendapatkan kedudukan atau kekayaan, atau bahkan kecenderungan untuk bersikap keras kepala dan memberontak. Namun, bukan hanya Saudara yang mengalaminya. (Yer. 7:24; 11:8) Yeremia menulis bahwa orang-orang Yahudi yang tidak setia pada zamannya memiliki ”hati yang suka melawan dan memberontak”. Ia menambahkan, ”Mereka tidak mengatakan dalam hati, ’Biarlah kita takut kepada Yehuwa, Allah kita, Pribadi yang memberi hujan deras dan hujan musim gugur.’ ” (Yer. 5:23, 24) Jadi, tidakkah itu berarti bahwa kita perlu memupuk rasa takut dan penghargaan kepada Yehuwa jika kita ingin ’menyingkirkan kulit khitan dari hati’ kita? Rasa takut yang sehat seperti itu dapat membantu kita memiliki hati yang lebih tanggap terhadap apa yang Allah minta dari kita. 17. Mengapa rasa takut kepada Yehuwa da- pat membantu kita memiliki hati yang lebih tanggap? 12 Jika kita terus mengerahkan upaya, Yehuwa akan memberi kita ”hati untuk mengenal” Dia. Justru inilah yang Ia janjikan kepada kaum terurap yang berada dalam perjanjian baru. Ia mengatakan, ”Aku akan menaruh hukumku dalam diri mereka, dan dalam hati mereka aku akan menuliskannya. Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatku.” Ia menambahkan, ”Mereka tidak lagi akan mengajar rekan dan saudaranya, dengan mengatakan, ’Hendaklah kamu mengenal Yehuwa!’ sebab mereka semua akan mengenal aku, dari yang paling kecil sampai yang paling besar di antara mereka . . . Sebab aku akan mengampuni kesalahan mereka, dan dosa mereka tidak akan kuingat lagi.”—Yer. 31:31-34.1 19 Kita menantikan berkat abadi dari perjanjian baru itu, baik di surga ataupun di bumi. Karena itu, kita hendaknya ingin mengenal Yehuwa dan menjadi umat-Nya. Berkat-berkat tersebut bisa kita dapatkan hanya jika dosa kita diampuni atas dasar tebusan Kristus. Karena Saudara bisa diampuni, Saudara hendaknya tergerak untuk mengampuni orang lain juga, termasuk orang-orang yang rasanya sulit diampuni. Saudara akan memiliki hati yang baik jika Saudara rela menyingkirkan perasaan-perasaan negatif dari hati Saudara. Dengan demikian, Saudara membuktikan bahwa Saudara tidak hanya ingin melayani Yehuwa, tetapi juga berupaya mengenalNya dengan lebih baik. Saudara akan menjadi seperti orang-orang yang Yehuwa sebutkan ini, ”Kamu akan mencari aku dan menemukan aku, sebab kamu akan mencari aku dengan segenap hatimu. Dan aku akan membiarkan diriku ditemukan olehmu.”—Yer. 29:13, 14. 1 Perjanjian baru ini dibahas dalam buku Firman Allah untuk Kita melalui Yeremia, pasal 14. 18. Apa yang Yehuwa janjikan kepada orangorang yang berada dalam perjanjian baru? 19. Harapan menakjubkan apa yang dimiliki orang-orang Kristen sejati? MENARA PENGAWAL SETELAH ”MENGENAL ALLAH” —APA SELANJUTNYA? ’Kamu telah mengenal Allah.’—GAL. 4:9. APA JAWABAN SAUDARA? Mengapa kita perlu secara rutin meninjau daftar periksa rohani kita? Mengapa orang Kristen yang matang perlu terus bertumbuh secara rohani? Mengapa kita hendaknya merenungkan iman dan pembaktian kita kepada Yehuwa? SEBELUM menerbangkan sebuah pesawat, seorang pilot perlu melakukan inspeksi dengan bantuan sebuah daftar periksa. Jika ia tidak memeriksa dengan cermat semua yang tercantum dalam daftar itu, risiko kecelakaan akan semakin besar. Apakah Saudara tahu pilot mana yang khususnya perlu diingatkan untuk mengisi daftar periksa setiap kali ia akan terbang? Pilot-pilot yang sangat berpengalaman! Pilot yang punya jam terbang tinggi bisa bersikap terlalu percaya diri sehingga tidak menginspeksi semua yang ada dalam daftar periksanya sebelum lepas landas. 2 Seperti seorang pilot yang mengutamakan keselamatan, Saudara juga bisa menggunakan daftar periksa untuk memastikan bahwa iman Saudara bisa diandalkan saat dibutuhkan. Entah Saudara baru dibaptis atau telah melayani Allah selama bertahun-tahun, sangatlah penting untuk memeriksa seberapa dalam iman dan pengabdian Saudara kepada Allah Yehuwa. Jika kita tidak rajin melakukan pemeriksaan secara teratur, kita bisa celaka secara rohani. Alkitab memperingatkan kita, ”Biarlah ia yang berpikir bahwa ia sedang berdiri, berhati-hati agar ia tidak jatuh.”—1 Kor. 10:12. 3 Orang Kristen di Galatia perlu memeriksa seberapa dalam iman mereka dan perlu menghargai kemerdekaan mereka secara rohani. Dengan memberikan tebusan, Yesus membuka jalan bagi orang-orang yang beriman kepadanya untuk mengenal Allah dengan cara baru. Mereka bisa menjadi putra-putra Allah! (Gal. 4:9) Agar terus menikmati hubungan itu, orang Galatia perlu menolak ajaran kaum Yudais, yang berkukuh bahwa Hukum Musa harus tetap dijalankan. Malah, orang non-Yahudi dalam sidang jemaat sebenarnya tidak pernah berada di bawah Hukum! Baik orang Yahudi maupun non-Yahudi perlu membuat kemajuan rohani. Ini berarti mereka perlu menyadari 1. Mengapa pilot menginspeksi pesawat dengan menggunakan daftar periksa sebelum lepas landas? 2. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan orang Kristen? 3. Apa yang perlu dilakukan orang Kristen di Galatia? 13 bahwa menjalankan Hukum Musa tidak lagi menjadi persyaratan untuk dinyatakan adilbenar oleh Allah. LANGKAH-LANGKAH AWAL UNTUK MENGENAL ALLAH 4 Nasihat rasul Paulus kepada orang Galatia dicatat dalam Alkitab untuk suatu tujuan: mengingatkan semua orang Kristen agar tidak meninggalkan kebenaran Alkitab dan kembali kepada perkara-perkara di belakang. Yehuwa mengilhami sang rasul untuk memotivasi semua penyembah-Nya, bukan hanya anggota sidang Galatia, untuk tetap setia. 5 Kita semua sebaiknya mengingat kembali bagaimana dulu kita dibebaskan dari perbudakan secara rohani dan menjadi seorang Saksi Yehuwa. Pikirkan dua pertanyaan ini: Ingatkah Saudara langkah-langkah apa yang telah Saudara ambil agar memenuhi syarat untuk dibaptis? Ingatkah Saudara bagaimana Saudara mengenal Allah dan dikenal oleh Dia sehingga menikmati kemerdekaan sejati secara rohani? 6 Pada dasarnya, ada sembilan langkah yang kita ambil. Langkah-langkah itu, yang bagaikan daftar periksa rohani, disebutkan dalam kotak, ”Langkah-Langkah untuk Bisa Dibaptis dan Terus Bertumbuh”. Dengan sering mengingat kembali sembilan langkah tersebut, kita akan dikuatkan untuk melawan keinginan untuk kembali kepada perkara-perkara dunia. Pilot yang berpengalaman akan selalu terbang dengan aman jika ia selalu menginspeksi pesawat dengan bantuan daftar periksanya sebelum terbang. Demikian pula, Saudara akan bisa melayani dengan setia jika Saudara selalu menggunakan daftar periksa rohani Saudara dengan teliti. ORANG YANG DIKENAL ALLAH TERUS BERTUMBUH 7 Daftar periksa seorang pilot akan mengingatkan dia bahwa ada kebiasaan rutin 4, 5. Nasihat apa yang Paulus berikan kepada orang Galatia? Mengapa hal itu juga penting bagi kita? 6. Daftar periksa apa yang akan kita bahas? 7. Pola apa yang perlu kita ikuti, dan mengapa? 14 yang harus ia lakukan setiap kali akan terbang. Kita pun dapat secara berkala memeriksa diri kita dan kebiasaan yang kita lakukan sejak dibaptis. Paulus menulis kepada Timotius, ”Teruslah pegang pola perkataan yang sehat yang engkau dengar dariku dengan iman dan kasih yang berhubungan dengan Kristus Yesus.” (2 Tim. 1:13) ”Perkataan yang sehat” itu terdapat dalam Firman Allah. (1 Tim. 6:3) Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”pola” secara harfiah berarti sketsa seorang seniman. Dari sketsa seorang seniman, kita bisa membayangkan bagaimana gambar itu nantinya. Demikian pula, ’pola kebenaran’ bagaikan sketsa yang bisa membantu kita memahami kehendak Allah dan menjalankannya. Jadi, mari kita perhatikan langkah-langkah yang kita ambil untuk bisa dibaptis dan memeriksa apakah kita sedang berpegang pada pola kebenaran. 8 Langkah pertama dalam daftar periksa kita adalah perlunya mendapatkan pengetahuan. Lalu, kita dapat memupuk iman kita. Namun, pengetahuan dan iman kita perlu terus bertumbuh. (2 Tes. 1:3) Pertumbuhan mencakup serangkaian perubahan. ”Bertumbuh” berarti bertambah, atau semakin besar. Jadi, setelah dibaptis, kita perlu terus bertumbuh secara rohani agar tidak menjadi bantut. 9 Pertumbuhan rohani kita dapat diumpamakan dengan pertumbuhan pohon. Sebuah pohon dapat bertumbuh menjadi sangat besar, khususnya jika akarnya dalam dan menjalar ke mana-mana. Sebagai contoh, beberapa pohon aras Lebanon yang indah dapat tumbuh sampai setinggi lebih dari 30 meter, dengan akar yang kuat dan dalam, dan ukuran lingkar batangnya bisa mencapai 12 meter. (Kid. 5:15) Setelah beberapa waktu, sebuah pohon mungkin tampaknya tidak bertumbuh lagi, tetapi sebenarnya pertumbuhannya masih berlangsung, hanya saja tidak terlalu kentara. Tahun demi tahun, 8, 9. (a) Sehubungan dengan iman dan pengetahuan, apa yang perlu kita lakukan? (b) Ilustrasikan pentingnya pertumbuhan rohani dan mengapa itu hendaknya tidak berhenti. MENARA PENGAWAL batang pohon semakin melebar dan akarnya semakin dalam dan menyebar. Hasilnya adalah pohon yang sangat kokoh. Demikian pula dengan pertumbuhan rohani seorang Kristen. Sewaktu kita baru belajar Alkitab dan kemudian dibaptis, kita tampak bertumbuh dengan cepat secara rohani. Saudara-saudari di sidang sangat senang melihat kemajuan kita. Kita bahkan mungkin memenuhi syarat untuk menjadi perintis atau untuk menerima hak istimewa lainnya. Pada tahuntahun selanjutnya, pertumbuhan rohani kita tidak terlalu kentara. Akan tetapi, kita masih perlu terus bertumbuh dalam iman dan pengetahuan sampai ”menjadi manusia dewasa, mencapai tingkat pertumbuhan yang merupakan ciri dari kepenuhan Kristus”. (Ef. 4:13) Jadi, kita bertumbuh seolah-olah dari tunas yang kecil menjadi orang Kristen yang matang, yang bagaikan pohon besar yang kokoh. 10 Namun, pertumbuhan kita hendaknya tidak berhenti sampai di situ. Pengetahuan kita perlu terus diperluas dan iman kita perlu terus diperdalam. Dengan demikian, kita akan berakar kuat dalam Firman Allah. (Ams. 12:3) Di dalam sidang, ada banyak saudara-saudari yang telah melakukannya. Misalnya, seorang saudara yang telah menjadi penatua selama lebih dari 30 tahun berkomentar bahwa ia masih terus bertumbuh secara rohani. Ia mengatakan, ”Penghargaan saya terhadap Alkitab semakin besar. Selalu saja ada kesempatan untuk menerapkan prinsip dan hukum Alkitab dengan berbagai cara. Saya juga semakin menghargai dinas saya.” SEMAKIN AKRAB DENGAN ALLAH 11 Pertumbuhan kita juga mencakup mendekat kepada Sahabat dan Bapak kita, Yehuwa. Ia ingin agar kita merasa dikasihi dan aman bagaikan perasaan seorang anak yang berada dalam pelukan orang tuanya, 10. Mengapa orang Kristen yang matang pun perlu terus bertumbuh? 11. Bagaimana caranya agar kita bisa mengenal Yehuwa dengan lebih akrab? 15 MARET 2013 Pohon terus bertumbuh. Demikian pula hendaknya orang Kristen atau perasaan seseorang yang didampingi sahabat sejatinya. Seperti yang Saudara ketahui, persahabatan dengan Yehuwa tidak terjalin hanya dalam semalam. Butuh waktu untuk bisa mengenal dan mengasihi Dia. Maka, agar bisa mengenal Yehuwa dengan lebih akrab, sisihkanlah waktu untuk membaca Firman-Nya setiap hari. Dan, bacalah setiap terbitan Menara Pengawal dan Sedarlah! serta publikasi Alkitab lainnya. 12 Doa yang tulus dan pergaulan yang sehat dapat membantu sahabat-sahabat Allah bertumbuh secara rohani. (Baca Maleakhi 3: 16.) ’Telinga Yehuwa tertuju kepada permohonan mereka.’ (1 Ptr. 3:12) Bagaikan orang tua yang pengasih, Yehuwa mendengarkan 12. Agar dikenal Yehuwa, apa yang perlu kita lakukan? 15 sewaktu kita berseru meminta bantuan dalam doa. Karena itu, kita perlu ’bertekun dalam doa’. (Rm. 12:12) Kita bisa tetap menjadi orang Kristen yang matang hanya kalau kita mendapat bantuan Allah. Tekanan dunia ini begitu besar sehingga kita tidak mungkin menghadapinya dengan kekuatan sendiri. Jika kita berhenti berdoa, kita tidak bisa mendapat kekuatan yang sebenarnya ingin Allah berikan. Dalam doa, apakah Saudara berbicara kepada Allah seperti kepada seorang sahabat? Apakah masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan dari doa Saudara? —Yer. 16:19. 13 Yehuwa senang kepada orang-orang yang ”mencari perlindungan kepadanya”; maka, setelah mengenal Allah pun, kita perlu terus bergaul dengan saudara-saudari di sidang yang juga mengenal Dia. (Nah. 1:7) Karena dunia ini sering mengecewakan kita, kita perlu berada di antara saudarasaudari yang bisa menguatkan kita. Mengapa? Karena saudara-saudari di sidang akan menggerakkan Saudara ”kepada kasih dan perbuatan yang baik”. (Ibr. 10:24, 25) Kasih timbal balik yang Paulus katakan kepada orang-orang Ibrani hanya bisa diwujudkan dalam suatu persaudaraan, yaitu para penyembah Yehuwa yang sepikiran. Ini hanya ada dalam sidang. Untuk menunjukkan kasih semacam itu, kita perlu bergaul dengan rekan-rekan Kristen kita. Secara berkala, tinjaulah daftar periksa Saudara, dan centanglah aspek ini: kehadiran dan partisipasi di perhimpunan. 14 Pada waktu kita baru menjadi orang Kristen, kita harus bertobat dan berbalik dari dosa-dosa kita. Namun, pertobatan harus dilakukan terus-menerus. Karena kita tidak sempurna, dosa masih mengintai dalam diri kita bagaikan ular yang siap menyerang. (Rm. 3:9, 10; 6:12-14) Marilah kita selalu waspada dan tidak mengabaikan kesalahan kita. Syukurlah, Yehuwa bersabar terhadap kita seraya kita dengan sungguhsungguh berjuang melawan kelemahan kita dan membuat perubahan yang dibutuhkan. (Flp. 2:12; 2 Ptr. 3:9) Salah satu caranya adalah dengan menggunakan waktu dan sumber daya kita dengan bijaksana; tidak terus mengejar kepentingan diri sendiri. Seorang saudari menulis, ”Saya dibesarkan dalam kebenaran, tetapi setelah dewasa, pandangan saya tentang Yehuwa agak berbeda dari pandangan orang lain. Saya merasa bahwa Ia harus ditakuti, dan bahwa saya tidak akan pernah bisa menyenangkan Dia.” Belakangan, saudari itu ”terombang-ambing secara rohani” karena melakukan kesalahankesalahan. ”Bukannya saya tidak mengasihi Yehuwa,” sambung saudari itu, ”saya hanya tidak mengenal Dia dengan baik. Namun, setelah saya sering berdoa dengan khusyuk, saya mulai berubah.” Ia menambahkan, ”Saya jadi merasa seperti anak kecil yang dituntun Yehuwa. Ia dengan lembut membantu saya melewati rintangan demi rintangan dan menunjukkan apa yang perlu saya lakukan.” 15 ” Ter uslah berbicara kepada orangorang” tentang kabar baik. Inilah kata-kata malaikat Allah kepada Petrus dan rasul-rasul lainnya setelah mereka secara mukjizat dibebaskan dari penjara. (Kis. 5:19-21) Ya, ikut serta dalam dinas setiap minggu adalah salah satu aspek dalam daftar periksa kita. Yesus dan Bapaknya memerhatikan iman dan dinas kita. (Pny. 2:19) Penatua yang disebutkan sebelumnya mengatakan, ”Dinas itu sudah makanan kita sehari-hari.” 16 Renungkanlah pembaktian Saudara. Milik Saudara yang paling berharga adalah hubungan Saudara dengan Yehuwa. Ia tahu siapa saja yang adalah milik-Nya. (Baca Yesaya 44:5.) Doakan dan periksalah seberapa 13. Mengapa pergaulan dengan rekan-rekan Kristen sangat penting bagi pertumbuhan rohani kita? 14. Mengapa bertobat dan berbalik dari dosa harus dilakukan terus-menerus? 16 15. Apa yang diperhatikan oleh Yesus dan Bapaknya? 16. Mengapa kita hendaknya merenungkan pembaktian kita kepada Yehuwa? MENARA PENGAWAL akrab dan seberapa kuat hubungan Saudara dengan Dia. Ingatlah juga tanggal pembaptisan Saudara. Hal ini akan mengingatkan Saudara bahwa Saudara telah mengambil keputusan terpenting dalam kehidupan sewaktu dibaptis. TETAPLAH DEKAT DENGAN YEHUWA MELALUI KETEKUNAN 17 Sewaktu menulis kepada orang Galatia, Paulus menekankan pentingnya ketekunan. (Gal. 6:9) Hal ini juga penting bagi orang Kristen dewasa ini. Saudara akan menghadapi cobaan, tetapi Yehuwa akan membantu Saudara. Teruslah berdoa meminta roh kudus. Saudara akan merasa lega saat Yehuwa mengganti dukacita dengan sukacita, dan keresahan dengan ketenangan. (Mat. 7:7-11) Renungkan hal ini: Jika burung-burung saja dipedulikan oleh Yehuwa, tidakkah Ia akan lebih peduli lagi terhadap Saudara karena Saudara mengasihi Dia dan membaktikan diri kepada-Nya? (Mat. 10:2931) Tidak soal seberapa sulit problem Saudara, jangan pernah mundur, jangan menyerah. Dikenal oleh Yehuwa benar-benar menghasilkan berkat yang limpah! 18 Jadi, jika Saudara baru mengenal Yehuwa dan dibaptis, apa selanjutnya? Teruslah berupaya mengenal Yehuwa dengan lebih baik dan bertumbuh ke arah kematangan rohani. Dan, jika Saudara telah dibaptis bertahun-tahun yang lalu, apa selanjutnya? Saudara juga harus terus menambah pengetahuan tentang Yehuwa dan memperdalamnya. Semoga kita tidak pernah berpuas diri atas hubungan yang sudah kita miliki dengan-Nya. Kita hendaknya meninjau kembali daftar periksa rohani kita secara berkala untuk memastikan bahwa kita terus mempererat hubungan dengan Yehuwa—Bapak, Sahabat, dan Allah kita yang pengasih. —Baca 2 Korintus 13:5, 6. LANGKAH-LANGKAH UNTUK BISA DIBAPTIS DAN TERUS BERTUMBUH 1 Pertama-tama, kita ”memperoleh pengetahuan” tentang Yehuwa dan Putra-Nya, Yesus Kristus.—Yoh. 17:3 2 Iman kita bertambah kuat seiring dengan bertambahnya pengetahuan kita. —Yoh. 3:16 3 Kita secara rutin berseru kepada Yehuwa dalam doa.—Kis. 2:21 4 Kita menyadari pentingnya bergaul dengan rekan seiman.—Ibr. 10:24, 25 5 Kita bertobat dari dosa-dosa kita. —Kis. 17:30 6 Kita berbalik, dan membenci perbuatan yang salah.—Kis. 3:19 7 Iman menggerakkan kita untuk berbicara kepada orang lain tentang kebenaran. —2 Kor. 4:13 8 Kita membaktikan diri kepada Yehuwa agar dapat meniru Yesus dengan sungguh-sungguh.—1 Ptr. 4:2 9 Kita melambangkan pembaktian kita dengan dibaptis dalam air.—1 Ptr. 3:21 17. Mengapa ketekunan dibutuhkan agar kita tetap dekat dengan Yehuwa? 18. Setelah ”mengenal Allah”, apa yang seka- rang ingin Saudara lakukan? 15 MARET 2013 17 Terimalah Penghiburan—Hiburlah Orang Lain Karena tidak sempurna, kita semua bisa sakit, bahkan menderita penyakit yang parah. Jadi, sewaktu hal itu menimpa kita, bagaimana kita bisa tabah menghadapinya? Salah satu bantuan yang penting adalah penghiburan dari keluarga, sahabat, dan rekan seiman. Kata-kata yang pengasih dan penuh empati dari seorang sahabat bisa menyembuhkan dan menyegarkan kita bagaikan salep yang meredakan sakit. (Ams. 16:24; 18:24; 25:11) Namun, orang Kristen hendaknya tidak hanya ingin mendapat penghiburan. Mereka juga hendaknya berinisiatif untuk ”menghibur mereka yang mengalami segala macam kesengsaraan dengan penghiburan yang [mereka] sendiri terima dari Allah”. (2 Kor. 1:4; Luk. 6:31) Antonio, seorang pengawas distrik di Meksiko, membuktikan sendiri kebenaran kata-kata itu. Sewaktu didiagnosis menderita limfoma, sejenis kanker darah, Antonio merasa sangat tertekan. Meski begitu, ia berupaya menekan perasaan negatifnya. Bagaimana caranya? Ia berupaya mengingat-ingat lagu Kerajaan dan menyanyikannya agar bisa merenungkan liriknya. Ia juga memperoleh penghiburan melalui doa yang ia ucapkan dengan suara keras dan melalui pembacaan Alkitab. Namun, Antonio menyadari bahwa bantuan terbesar ternyata datang dari rekan-rekan seiman. Ia mengatakan, ”Sewaktu saya dan istri sangat gundah, kami meminta seorang kerabat yang adalah penatua untuk datang dan berdoa bagi kami. Kami pun merasa damai di hati dan sangat terhibur.” Ia menambahkan, ”Malah, berkat dukungan keluarga dan saudara-saudari seiman, kami bisa mengatasi perasaan-perasaan negatif kami dalam waktu singkat.” Pastilah Antonio sangat bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti itu, yang penuh perhatian dan pengasih! Bantuan lain yang tersedia pada waktu problem melanda adalah roh kudus yang telah Allah janjikan. Rasul Petrus mengatakan bahwa roh kudus Allah adalah ”karunia cuma-cuma”. (Kis. 2:38) Karunia itu diberikan dengan limpah pada waktu banyak orang diurapi dengan roh kudus pada Pentakosta 33 M. Meskipun Petrus berbicara tentang kaum terurap, karunia roh kudus juga tersedia bagi kita semua. Karunia ini tidak akan pernah habis, maka mintalah sebanyak-banyaknya. —Yes. 40:28-31. 18 TUNJUKKAN MINAT YANG TULUS KEPADA YANG MENDERITA Rasul Paulus sering menghadapi kesukaran, bahkan pernah beberapa kali hampir mati. (2 Kor. 1:8-10) Akan tetapi, Paulus tidak terlalu khawatir kehilangan nyawanya. Ia merasa terhibur karena tahu bahwa Allah menyertainya. Ia menulis, ”Diagungkanlah Allah dan Bapak dari Tuan kita, Yesus Kristus, Bapak belas kasihan yang lembut dan Allah segala penghiburan, yang menghibur kami dalam semua kesengsaraan kami.” (2 Kor. 1:3, 4) Paulus tidak terus mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, cobaan yang dideritanya membantu dia mengembangkan empati. Dengan demikian, dia bisa menghibur orang-orang yang menderita. Setelah sehat kembali, Antonio bisa kembali melayani dalam pekerjaan keliling. Selama ini, ia sering menunjukkan minat kepada rekan-rekan seimannya. Tetapi sejak saat itu, ia dan istrinya mengerahkan upaya ekstra untuk mengunjungi dan menguatkan orang-orang yang sakit. Misalnya, setelah mengunjungi seorang saudara yang bergumul melawan penyakit yang berat, Antonio mendapati bahwa saudara itu tidak mau berhimpun. ”Dia bukannya tidak mengasihi Yehuwa atau saudarasaudara,” kata Antonio, ”tetapi dia sangat tertekan akibat penyakitnya dan merasa tidak berguna.” Salah satu hal yang dilakukan Antonio untuk menguatkan saudara yang sakit itu adalah memintanya memanjatkan doa dalam suatu acara ramah-tamah. Sekalipun merasa kurang percaya diri, ia mau melakukannya. Antonio menceritakan, ”Doanya bagus sekali, dan setelah itu, sikapnya benar-benar berubah. Dia merasa berguna lagi.” Ya, sedikit banyak, kita semua pernah mengalami problem yang membuat kita menderita. Tetapi, seperti yang Paulus katakan, karena mengalami problem-problem itu kita pun bisa menghibur orang-orang yang menderita. Jadi, marilah kita bersikap tanggap sewaktu melihat rekan Kristen kita menderita dan tirulah Allah kita, Yehuwa, dengan menjadi sumber penghiburan bagi orang lain. MENARA PENGAWAL YEHUWA—TEMPAT TINGGAL KITA ”Oh, Yehuwa, engkaulah tempat tinggal yang sesungguhnya bagi kami dari generasi ke generasi.”—MZ. 90:1. APA JAWABAN SAUDARA? Bagaimana Yehuwa terbukti sebagai ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi para patriark yang setia? Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kesetiaan Abraham? APAKAH Saudara merasa aman dan nyaman tinggal di dunia ini? Jika jawabannya tidak, Saudara tidak sendirian! Sejak dahulu, semua orang yang benar-benar mengasihi Yehuwa merasa bagaikan penduduk asing di dunia ini. Misalnya, di tanah Kanaan, para penyembah Allah yang setia tinggal di kemah dan hidup berpindah-pindah. Mereka ”menyatakan di depan umum bahwa mereka adalah orang-orang asing dan penduduk sementara”. —Ibr. 11:13. 2 Demikian pula dengan para pengikut Kristus yang terurap, yang memiliki ’kewarganegaraan di surga’. Mereka menganggap diri mereka sebagai ”orang-orang asing dan penduduk sementara” di dunia ini. (Flp. 3:20; 1 Ptr. 2:11) ”Domba-domba lain” Kristus juga ”bukan bagian dari dunia, sebagaimana [Yesus dulu] bukan bagian dari dunia”. (Yoh. 10:16; 17:16) Meski demikian, ini tidak berarti umat Allah tidak punya ”tempat tinggal”. Malah, kita punya tempat tinggal yang paling aman dan menyenangkan, yang hanya bisa dilihat dengan mata iman. Musa menulis, ”Oh, Yehuwa, engkaulah tempat tinggal yang sesungguhnya bagi kami dari generasi ke generasi.” (Mz. 90:1) Bagaimana Yehuwa terbukti sebagai ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi hamba-hamba-Nya yang loyal zaman dahulu? Bagaimana Ia menjadi ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi umat-Nya dewasa ini? Dan, bagaimana Ia akan menjadi satu-satunya tempat tinggal yang aman di masa depan? YEHUWA—”TEMPAT TINGGAL YANG SESUNGGUHNYA” BAGI HAMBA-NYA DULU Bagaimana kita membuktikan bahwa kita menjadikan Yehuwa ’tempat tinggal kita yang sesungguhnya’? 3 Seperti banyak ibarat dalam Alkitab, Mazmur 90:1 memuat topik, gambaran, dan titik kesamaan. Topiknya adalah Yehuwa. Gambarannya adalah tempat tinggal. 1, 2. Apa yang dirasakan hamba-hamba Allah selama tinggal di dunia ini? Tempat tinggal apa yang mereka miliki? 3. Topik, gambaran, dan titik kesamaan apa yang terdapat da- lam Mazmur 90:1? 19 ”Aku tidak akan meninggalkanmu” Dan, ada banyak kesamaan antara Yehuwa dan tempat tinggal. Misalnya, Yehuwa menjadi perlindungan bagi umat-Nya. Hal ini cocok, karena Ia adalah kasih. (1 Yoh. 4:8) Ia juga adalah Allah kedamaian, yang membuat hamba-hamba-Nya yang loyal ”tinggal dengan aman”. (Mz. 4:8) Misalnya, perhatikan apa yang Ia lakukan bagi para patriark yang setia, dimulai dari Abraham. 4 Abraham, yang kala itu bernama Abram, mungkin bertanya-tanya mengapa Yehuwa mengatakan, ”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu . . . ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu.” Kalaupun Abraham merasa khawatir, pastilah kekhawatirannya segera sirna ketika Yehuwa selanjutnya mengatakan, ”Aku akan membuat bangsa yang besar darimu, dan aku akan memberkati engkau serta membuat 4, 5. Bagaimana Allah terbukti menjadi ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi Abraham? 20 namamu besar . . . Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan dia yang menyumpahi engkau akan aku kutuk.”—Kej. 12:1-3. 5 Melalui kata-kata itu, Yehuwa berjanji bahwa Ia sendiri akan menjadi tempat tinggal yang aman bagi Abraham dan keturunannya. (Kej. 26:1-6) Yehuwa menepati janji-Nya. Misalnya, berkat campur tangan Allah, Firaun dari Mesir dan Raja Abimelekh dari Gerar tidak jadi menodai Sara dan tidak membunuh Abraham. Ia juga melindungi Ishak dan Ribka dari situasi serupa. (Kej. 12:14-20; 20:1-14; 26:6-11) Alkitab mengatakan, ”[Yehuwa] tidak membiarkan seorang manusia pun mencurangi mereka, tetapi demi kepentingan mereka, ia menegur raja-raja, dengan berfirman, ’Jangan menjamah orang-orang yang kuurapi, dan kepada nabi-nabiku jangan melakukan yang jahat.’ ”—Mz. 105:14, 15. 6 Di antara nabi-nabi itu ada Yakub, cucu Abraham. Sewaktu Yakub hendak mencari istri, Ishak bapaknya berpesan, ”Jangan mengambil istri dari putri-putri Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-aram ke rumah Betuel, bapak ibumu, dan dari sana ambillah bagimu seorang istri dari antara putri-putri Laban.” (Kej. 28:1, 2) Yakub menaati Ishak. Ia meninggalkan keluarganya di Kanaan, dan ia agaknya pergi sendirian sejauh ratusan kilometer ke daerah Haran. (Kej. 28:10) Bisa jadi, ia bertanya-tanya, ’Kapan saya bisa pulang lagi? Apakah paman akan menyambut saya? Apakah saya bisa mendapatkan istri yang takut akan Allah?’ Kalaupun Yakub khawatir, pastilah kekhawatirannya segera sirna ketika ia tiba di Luz, kira-kira 100 kilometer dari Beer-syeba. Apa yang terjadi di Luz? 7 Di Luz, Yehuwa menampakkan diri kepada Yakub melalui mimpi. Ia berkata, ”Lihat, aku menyertai engkau dan aku akan 6. Apa pesan Ishak kepada Yakub? Kemungkinan, bagaimana perasaan Yakub setelah itu? 7. Melalui sebuah mimpi, bagaimana Allah menguatkan Yakub? MENARA PENGAWAL menjagamu di sepanjang jalan yang kautempuh dan aku akan mengembalikanmu ke negeri ini, karena aku tidak akan meninggalkanmu sampai aku benar-benar telah melakukan apa yang kufirmankan kepadamu.” (Kej. 28:15) Tentulah kata-kata itu menguatkan dan menenteramkan hati Yakub! Dapatkah Saudara membayangkan Yakub melanjutkan perjalanannya dan dengan semangat menanti-nantikan bagaimana Yehuwa menepati janji-Nya? Jika Saudara meninggalkan rumah, mungkin untuk melayani di negeri lain, Saudara tentu bisa memahami perasaan Yakub yang campur aduk. Namun, Saudara pasti telah merasakan sendiri perhatian Yehuwa bagi Saudara. 8 Sesampainya Yakub di Haran, Laban pamannya menyambut dia dengan hangat dan belakangan memberikan Lea dan Rakhel untuk menjadi istrinya. Namun, setelah beberapa waktu, Laban berupaya memanfaatkan Yakub dengan mengubah upahnya sampai sepuluh kali! (Kej. 31: 41, 42) Meski demikian, Yakub sabar menanggung ketidakadilan ini. Ia yakin bahwa Yehuwa akan terus memerhatikan dia. Dan, Allah tidak mengecewakannya! Ya, sewaktu Allah menyuruh Yakub pulang ke Kanaan, sang patriark sudah memiliki ”banyak kambing-domba, hamba-hamba lelaki dan perempuan, unta, dan keledai”. (Kej. 30:43) Dengan penuh syukur, Yakub berdoa, ”Aku tidak selayaknya menerima segala kebaikan hati yang penuh kasih dan segala kesetiaan yang telah kautunjukkan kepada hambamu, karena hanya dengan tongkatku aku menyeberangi Sungai Yordan ini, namun sekarang aku telah menjadi dua perkemahan.”—Kej. 32:10. 9 Ya, betapa benarnya kata-kata Musa ini, ”Oh, Yehuwa, engkaulah tempat tinggal yang sesungguhnya bagi kami dari generasi ke generasi”! (Mz. 90:1) Kata-kata ini masih berlaku sampai sekarang. Yehuwa, yang pada-Nya ”tidak ada perubahan karena perputaran bayang-bayang”, masih menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi hamba-hamba-Nya yang loyal. (Yak. 1:17) Bagaimana caranya? 8, 9. Dengan cara apa Yehuwa terbukti menjadi ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi Yakub? Pelajaran apa yang dapat kita petik dari contoh itu? masih menjadi tempat tinggal yang aman bagi hamba-hamba-Nya? 11. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari para patriark? 15 MARET 2013 YEHUWA—’TEMPAT TINGGAL KITA YANG SESUNGGUHNYA’ 10 Coba bayangkan. Di pengadilan, Saudara memberikan kesaksian yang memberatkan sebuah organisasi kriminal internasional. Pemimpinnya adalah seorang pembunuh dan penipu yang sangat pintar, berkuasa, dan kejam. Bagaimana perasaan Saudara sewaktu melangkah keluar dari pengadilan? Aman? Tentu tidak! Saudara pasti akan meminta perlindungan. Hal ini menggambarkan situasi hamba-hamba Yehuwa. Mereka dengan berani bersaksi membela Yehuwa dan tanpa gentar menelanjangi musuh besar-Nya yang keji, Setan! (Baca Penyingkapan 12:17.) Tetapi, apakah Setan berhasil membungkam umat Allah? Tidak! Kita justru terus bertumbuh subur secara rohani. Mengapa? Karena Yehuwa masih menjadi tempat kita berlindung—”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi kita—khususnya pada hari-hari terakhir ini. (Baca Yesaya 54:14, 17.) Sekalipun demikian, Yehuwa dapat menjadi tempat tinggal kita yang aman hanya jika kita tidak mau dipancing Setan keluar dari sana. 11 Sekali lagi, mari kita belajar dari contoh para patriark. Meski tinggal di tanah Kanaan, mereka tetap terpisah dari penduduk setempat dan membenci jalan hidup orangorang itu yang fasik dan amoral. (Kej. 27:46) Mereka tidak membutuhkan serentetan peraturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh. Apa yang mereka pahami tentang Yehuwa dan kepribadian-Nya sudah cukup untuk membimbing kehidupan mereka. Karena mereka menganggap Yehuwa sebagai 10. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa 21 Malaikat-malaikat mendukung dan melindungi hamba-hamba Allah tempat tinggal mereka, mereka tidak mau dekat-dekat dengan dunia. Sebaliknya, mereka berupaya sebisa-bisanya untuk menjauhinya. Benar-benar teladan yang bagus! Apakah Saudara berupaya meniru para patriark itu sewaktu memilih hiburan dan teman bergaul? Sayangnya, beberapa orang dalam sidang menunjukkan bahwa, hingga taraf tertentu, mereka senang tinggal di dunia Setan. Jika Saudara juga merasa seperti itu, walaupun hanya sedikit, bawakanlah hal itu dalam doa. Ingatlah, dunia ini milik Setan. Dunia ini adalah cerminan sifatnya yang dingin dan egois.—2 Kor. 4:4; Ef. 2:1, 2. 12 Agar dapat melawan siasat licik Setan, kita perlu memanfaatkan semua bantuan 12. (a) Bagaimana Yehuwa menyediakan ban- tuan bagi rumah tangga-Nya? (b) Bagaimana perasaan Saudara terhadap bantuan itu? 22 rohani yang Yehuwa sediakan bagi rumah tangga-Nya, yaitu orang-orang yang menjadikan Dia tempat tinggal mereka. Bantuan ini Ia sediakan melalui perhimpunan, ibadat keluarga, dan ”pemberian berupa manusia”—para gembala yang Allah lantik untuk menghibur dan mendukung kita sewaktu menghadapi problem kehidupan. (Ef. 4: 8-12) Saudara George Gangas, yang pernah menjadi anggota Badan Pimpinan selama bertahun-tahun, menulis, ”Sewaktu saya berada di antara [umat Allah], saya merasa tenteram seperti bersama keluarga, di firdaus rohani.” Apakah itu yang juga Saudara rasakan? 13 Ada sifat lain dari para patriark yang patut kita tiru. Itu adalah kerelaan mereka untuk berbeda dari orang-orang di sekitar mereka. Seperti disebutkan di paragraf 1, mereka ”menyatakan di depan umum bahwa mereka adalah orang-orang asing dan penduduk sementara di negeri itu”. (Ibr. 11:13) Apakah Saudara juga bertekad untuk berbeda? Memang, hal itu tidak selalu mudah. Tetapi, dengan bantuan Allah dan rekan-rekan Kristen, Saudara pasti bisa. Ingatlah, Saudara tidak sendirian. Semua yang ingin melayani Yehuwa harus melawan Setan dan dunia ini! (Ef. 6:12) Namun, kita bisa menang jika kita percaya kepada Yehuwa dan menjadikan Dia tempat tinggal kita yang aman. 14 Yang tak kalah penting: Kita perlu meniru Abraham dengan terus memikirkan hadiah yang akan Saudara dapatkan. (2 Kor. 4:18) Rasul Paulus menulis bahwa Abraham ”menantikan kota yang mempunyai fondasi yang tetap, kota yang dibangun dan dibuat oleh Allah”. (Ibr. 11:10) ”Kota” itu adalah Kerajaan Mesianik. Tentu saja, Abraham harus menantikan ”kota” itu. Tetapi, dapat dikatakan, kita tidak perlu menantikannya. Kerajaan itu telah memerintah di surga. Terlebih lagi, ada banyak sekali bukti yang 13. Pelajaran penting apa yang kita dapatkan dari Ibrani 11:13? 14. ”Kota” apa yang dinantikan oleh hambahamba Yehuwa? MENARA PENGAWAL menunjukkan bahwa Kerajaan itu akan segera berkuasa atas bumi. Apakah Saudara benar-benar percaya bahwa Kerajaan itu ada? Apakah hal itu memengaruhi jalan hidup Saudara, pandangan Saudara terhadap dunia ini, dan apa yang Saudara utamakan? —Baca 2 Petrus 3:11, 12. ’TEMPAT TINGGAL KITA YANG SESUNGGUHNYA’ MENJELANG AKHIR DUNIA INI 15 Dengan mendekatnya akhir dunia Setan, ”sengatan-sengatan penderitaan” akan semakin parah. (Mat. 24:7, 8) Segala sesuatu pasti akan memburuk selama kesengsaraan besar. Banyak sarana penunjang kehidupan akan runtuh, dan orang-orang akan sangat ketakutan. (Hab. 3:16, 17) Karena putus asa, mereka seolah-olah mencari perlindungan ”dalam gua-gua dan dalam celah batu di gunung-gunung”. (Pny. 6:15-17) Namun, tidak ada gua aksara maupun organisasi politik dan perdagangan yang bagaikan gunung yang akan bisa melindungi mereka. 16 Namun, umat Yehuwa akan terus merasa aman di bawah naungan ’tempat tinggal mereka yang sesungguhnya’, Allah Yehuwa. Seperti nabi Habakuk, mereka ”akan sangat bersukacita karena Yehuwa”. Mereka ”akan bersukacita karena Allah keselamatan [mereka]”. (Hab. 3:18) Bagaimana Yehuwa akan terbukti sebagai ”tempat tinggal yang sesungguhnya” selama masa yang sulit itu? Kita nantikan saja. Tetapi, kita bisa yakin akan hal ini: Seperti bangsa Israel sewaktu keluar dari Mesir, ”kumpulan besar” akan tetap terorganisasi dan siap menaati arahan dari Allah. (Pny. 7:9; baca Keluaran 13:18.) Bagaimana Yehuwa akan memberikan arahan itu? Kemungkinan melalui sidang. Ya, ribuan sidang di seputar dunia tampaknya ada hubungannya dengan ’kamar-kamar dalam’ yang akan memberikan 15. Apa yang akan dialami oleh orang-orang yang mengandalkan dunia ini? 16. Bagaimana hendaknya kita memandang perhimpunan, dan mengapa? 15 MARET 2013 perlindungan, seperti dinubuatkan di Yesaya 26:20. (Baca.) Apakah Saudara menganggap perhimpunan itu penting? Apakah Saudara langsung menaati arahan yang Yehuwa berikan melalui sidang?—Ibr. 13:17. 17 Yehuwa juga terbukti sebagai ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bahkan bagi hamba-Nya yang setia yang mungkin mati sebelum kesengsaraan besar mulai. Bagaimana caranya? Ratusan tahun setelah kematian para patriark, Yehuwa berkata kepada Musa, ”Aku adalah Allah . . . Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” (Kel. 3:6) Yesus mengutip kata-kata tersebut, lalu menambahkan, ”Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab bagi dia mereka semua hidup.” (Luk. 20:38) Ya, bagi Yehuwa, hamba-Nya yang mati setia itu seolah-olah masih hidup; mereka pasti akan Ia bangkitkan.—Pkh. 7:1. 18 Di dunia baru yang sudah dekat, Yehuwa akan menjadi ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi umat-Nya dengan cara yang istimewa. Penyingkapan 21:3 mengatakan, ”Lihat! Kemah Allah ada di tengahtengah umat manusia, dan ia akan berdiam bersama mereka.” Mula-mula, Yehuwa akan tinggal bersama rakyat-Nya di bumi dengan diwakili oleh Kristus Yesus. Pada akhir seribu tahun, Yesus akan menyerahkan Kerajaan kepada Bapaknya setelah ia mewujudkan sepenuhnya kehendak Allah atas bumi. (1 Kor. 15:28) Setelah itu, umat manusia yang sudah sempurna tidak lagi membutuhkan Yesus sebagai perantara; Yehuwa akan ada bersama mereka. Sungguh luar biasa masa depan yang terbentang di hadapan kita! Maka, sementara itu, marilah kita berjuang untuk meniru orang-orang yang setia di masa lampau dengan menjadikan Yehuwa sebagai ’tempat tinggal kita yang sesungguhnya’. 17. Bagaimana Yehuwa menjadi ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bahkan bagi hamba-Nya yang loyal yang telah mati? 18. Di dunia baru, bagaimana Yehuwa akan terbukti menjadi ”tempat tinggal yang sesungguhnya” bagi umat-Nya dengan cara yang istimewa? 23 JUNJUNGLAH NAMA BESAR YEHUWA ”Aku akan memuliakan namamu sampai waktu yang tidak tertentu.” —MZ. 86:12. DAPATKAH SAUDARA MENJELASKAN? Apa artinya mengenal nama Allah? GEREJA-GEREJA Susunan Kristen pada umumnya tidak mau menggunakan nama Allah. Misalnya, Alkitab Revised Standard Version menyatakan dalam kata pengantarnya, ”Penggunaan nama diri apa pun untuk satu-satunya Allah yang esa . . . sama sekali tidak patut bagi iman universal Gereja Kristen.” 2 Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa merasa bangga menyandang nama Allah dan memuliakannya. (Baca Mazmur 86:12; Yesaya 43:10.) Selain itu, kita bisa memahami makna nama itu dan sengketa universal yang berkaitan dengan penyuciannya. Bagi kita, itu adalah suatu hak istimewa. (Mat. 6:9) Namun, kita perlu terus menghargai hak istimewa itu. Maka, mari kita perhatikan tiga pertanyaan penting ini: Apa artinya mengenal nama Allah? Bagaimana Yehuwa bertindak sesuai dengan nama besar-Nya, dan dengan demikian membuat nama itu lebih mulia? Juga, bagaimana kita dapat berjalan dengan nama Yehuwa? APA ARTINYA MENGENAL NAMA ALLAH 3 Dengan cara apa saja Yehuwa menyingkapkan makna nama-Nya? Apa artinya berjalan dengan nama Yehuwa? Mengenal nama Allah tidak hanya berarti mengetahui bahwa nama-Nya adalah ”Yehuwa”, tetapi juga mengetahui Allah macam apa Dia. Hal itu mencakup sifat-sifat, kehendak, dan perbuatan Yehuwa yang dicatat dalam Alkitab, misalnya kepada hamba-hamba-Nya. Memang, Yehuwa menyingkapkan semua ini secara bertahap, sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kehendak-Nya. (Ams. 4:18) Yehuwa tentu memberitahukan nama-Nya kepada pasangan manusia pertama, sebab Hawa menyebutkan nama itu sewaktu ia melahirkan Kain. (Kej. 4:1) Para patriark yang setia seperti Nuh, Abraham, Ishak, dan Yakub mengetahui nama Allah. Dan, mereka pun semakin mengenal pribadi yang diwakili oleh nama itu seraya Yehuwa memberkati, memelihara, dan menyingkapkan kepada mereka hal-hal yang 1, 2. Tidak seperti gereja-gereja Susunan Kristen, bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa memandang nama Allah? 3. Apa artinya mengenal nama Allah? 24 MENARA PENGAWAL hendak Ia wujudkan. Kepada Musa, Allah juga menyingkapkan sesuatu yang sangat istimewa tentang nama-Nya. 4 Baca Keluaran 3:10-15. Sewaktu Musa berumur 80 tahun, Allah memerintahkan dia, ’Bawalah umatku, putra-putra Israel, keluar dari Mesir.’ Sebagai tanggapan, Musa dengan penuh respek mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat penting. Ia seolah-olah berkata, ’Siapa nama-Mu?’ Mengingat nama Allah sudah dikenal sejak dulu, mengapa Musa mengajukan pertanyaan itu? Tampaknya, ia ingin lebih mengenal pribadi yang memiliki nama itu, agar ia dapat meyakinkan umat Allah bahwa Ia benarbenar akan membebaskan mereka. Kekhawatiran Musa beralasan. Orang Israel telah lama menjadi budak. Mereka mungkin bertanya-tanya apakah Allah bapak-bapak leluhur mereka mampu membebaskan mereka. Ya, beberapa orang Israel bahkan menyembah dewa-dewi Mesir!—Yeh. 20:7, 8. 5 Apa jawaban Yehuwa atas pertanyaan Musa? Ia berkata, ”Inilah yang harus kaukatakan kepada putra-putra Israel, ’AKU AKAN MENJADI telah mengutus aku kepadamu.’ ”1 Ia menambahkan, ”Yehuwa, Allah bapakbapak leluhurmu . . . telah mengutus aku kepadamu.” Allah menyingkapkan bahwa Ia akan menjadi apa pun yang Ia inginkan demi melaksanakan tujuan-Nya, bahwa Ia akan selalu menepati kata-kata-Nya. Maka, di ayat 15, Yehuwa sendiri mengatakan, ”Inilah namaku sampai waktu yang tidak tertentu, dan dengan inilah aku akan diingat, dari generasi ke generasi.” Tentulah kata-kata itu menguatkan iman Musa serta membuatnya sangat takjub! 1 Nama Allah adalah suatu bentuk kata kerja Ibrani yang berarti ”menjadi”. Karena itu, ”Yehuwa” berarti ”Ia Menyebabkan Menjadi”.—Kej. 2:4. (Lihat Terjemahan Dunia Baru, Apendiks 1, par. 1.) 4. Mengapa Musa menanyakan nama Allah? Mengapa kekhawatirannya beralasan? Musa mengetahui makna nama Allah, dan hal itu menguatkan imannya YEHUWA BERTINDAK SESUAI DENGAN MAKNA NAMANYA 6 Tidak lama setelah menugasi Musa, Yehuwa bertindak sesuai dengan makna namaNya dengan ”menjadi” Pembebas Israel. Ia mempermalukan Mesir dengan menimpakan sepuluh tulah yang hebat dan memperlihatkan bahwa dewa-dewi Mesir—termasuk Firaun—tidak berdaya melawan-Nya. (Kel. 12:12) Lalu, Yehuwa membelah Laut Merah, menuntun orang Israel menyeberanginya, dan menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya. (Mz. 136:13-15) Di ”padang belantara yang luas dan membangkitkan rasa takut”, Yehuwa menjadi Pemelihara kehidupan dengan menyediakan makanan dan air bagi umat-Nya, yang mungkin berjumlah 5. Dalam jawaban-Nya kepada Musa, bagaima- na Yehuwa menyingkapkan makna dari namaNya? 15 MARET 2013 6, 7. Bagaimana Yehuwa bertindak sesuai de- ngan makna nama-Nya? 25 dua sampai tiga juta orang atau bahkan lebih! Ia bahkan membuat pakaian dan kasut mereka tidak rusak. (Ul. 1:19; 29:5) Ya, tidak ada yang dapat menghalangi tujuan-Nya tercapai. Maka, hal itu membuktikan bahwa Yehuwa bertindak sesuai dengan makna namaNya yang tiada bandingnya itu. Belakangan, Ia mengatakan kepada Yesaya, ”Aku—akulah Yehuwa, dan selain aku, tidak ada juru selamat lain.”—Yes. 43:11. 7 Yosua, penerus Musa, juga menyaksikan perbuatan Yehuwa yang menakjubkan di Mesir dan di padang belantara. Karena itu, menjelang kematiannya, Yosua dengan penuh keyakinan mengatakan kepada rekanrekan sebangsanya, ”Kamu tahu benar dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu bahwa tidak satu kata pun dari antara semua perkataan baik yang diucapkan Yehuwa, Allahmu, kepadamu yang tidak ditepati. Semuanya telah menjadi kenyata- an bagimu. Tidak satu kata pun yang tidak ditepati.” (Yos. 23:14) Ya, tidak diragukan lagi, Yehuwa menepati semua yang telah Ia katakan. 8 Dewasa ini, Yehuwa juga menepati katakata-Nya. Melalui Putra-Nya, Ia menubuatkan bahwa pada hari-hari terakhir berita Kerajaan akan diumumkan ”di seluruh bumi yang berpenduduk”. (Mat. 24:14) Selain Allah Yang Mahakuasa, siapa lagi yang dapat menubuatkan pekerjaan semacam itu, memastikan hal itu terlaksana, dan menggunakan banyak ”orang biasa yang tidak terpelajar” untuk melaksanakannya? (Kis. 4:13) Maka, sewaktu ikut melakukan pekerjaan ini, kita sebenarnya ikut menggenapi nubuat Alkitab. Dengan berdoa, ”Biarlah namamu disucikan. Biarlah kerajaanmu datang. Biarlah kehendakmu terjadi, seperti di surga, demikian pula di atas bumi”, kita memuliakan Bapak kita dan menunjukkan bahwa kita memang menginginkan hal itu terwujud.—Mat. 6:9, 10. Firaun tidak mau mengakui Yehuwa sebagai Allah Yang Mahakuasa NAMANYA YANG BESAR 9 Tak lama setelah Israel keluar dari Mesir, Yehuwa menjalankan peran baru. Melalui perjanjian Hukum, Ia menjadi ’pemilik dan suami’ bagi umat-Nya. Ia akan memenuhi semua kebutuhan mereka seperti layaknya seorang suami. (Yer. 3:14) Orang Israel pun menjadi istri-Nya secara kiasan, yaitu umat yang menyandang nama-Nya. (Yes. 54: 5, 6) Jika mereka dengan rela tunduk kepada-Nya dan menaati perintah-perintah-Nya, Ia akan menjadi ’Suami’ yang sempurna bagi mereka. Ia akan memberkati, melindungi, dan memberi mereka kedamaian. (Bil. 6:22-27) Dengan demikian, nama besar Yehuwa akan dimuliakan di antara bangsabangsa. (Baca Ulangan 4:5-8; Mazmur 86:710.) Ya, sepanjang sejarah bangsa Israel, banyak orang asing ikut memeluk ibadat sejati. 8. Pada zaman kita, bagaimana Yehuwa bertindak sesuai dengan makna nama-Nya? 9, 10. Melalui cara Ia memperlakukan Israel, apa lagi yang Yehuwa tunjukkan tentang kepribadian-Nya? MENARA PENGAWAL Mereka seolah-olah menyuarakan kata-kata yang sama dengan kata-kata Rut orang Moab itu kepada Naomi, ”Bangsamu akan menjadi bangsaku, dan Allahmu, Allahku.”—Rut 1:16. 10 Selama kira-kira 1.500 tahun, Yehuwa menyingkapkan banyak hal baru tentang kepribadian-Nya melalui cara Ia memperlakukan Israel. Meskipun bangsa itu suka memberontak, berulang kali Yehuwa menunjukkan bahwa Ia adalah ”Allah yang berbelaskasihan” dan ”lambat marah”. Ia sangat panjang sabar. (Kel. 34:5-7) Namun, kesabaran Yehuwa ada batasnya. Kesabaran-Nya habis ketika bangsa Yahudi menolak dan membunuh Putra-Nya. (Mat. 23:37, 38) Keturunan mereka tidak lagi menjadi umat yang menyandang nama-Nya. Bagi Yehuwa, mereka mati secara rohani, bagaikan pohon yang layu. (Luk. 23:31) Bagaimana hal ini memengaruhi sikap mereka terhadap nama Allah? 11 Sejarah menunjukkan bahwa belakangan orang Yahudi mulai memiliki pandangan yang keliru tentang nama Allah. Mereka percaya bahwa nama itu terlalu kudus untuk diucapkan. (Kel. 20:7) Lama-kelamaan, nama Allah tidak dipakai lagi dalam Yudaisme. Pastilah hati Yehuwa sangat pedih melihat nama-Nya diperlakukan dengan tidak respek. (Mz. 78:40, 41) Namun, Allah, ”yang namanya Cemburu”, tidak akan terus mengizinkan nama-Nya disandang oleh orang-orang yang telah menolak Dia dan telah Dia tolak. (Kel. 34:14) Dari hal ini, kita bisa menarik pelajaran penting bahwa nama Pencipta kita harus diperlakukan dengan penuh respek. UMAT BARU YANG MENYANDANG NAMA ALLAH 12 Melalui Yeremia, Yehuwa menyingkapkan bahwa Ia akan mengadakan ”perjanjian baru” dengan suatu bangsa baru, yaitu Israel rohani. Yeremia menubuatkan bahwa 11. Bagaimana sampai bangsa Yahudi tidak lagi menyandang nama Allah? 12. Sesuai dengan nubuat, bagaimana Yehu- wa membentuk suatu umat yang menyandang nama-Nya? 15 MARET 2013 semua anggota bangsa itu, ”dari yang paling kecil sampai yang paling besar di antara mereka”, akan ”mengenal Yehuwa”. (Yer. 31: 31, 33, 34) Nubuat itu mulai tergenap ketika Allah meneguhkan perjanjian baru pada Pentakosta 33 M. Bangsa baru itu, yaitu ”Israel milik Allah”, mencakup baik orang Yahudi maupun non-Yahudi. Yehuwa menyebut mereka ”umat yang disebut dengan namaku”. —Gal. 6:16; baca Kisah 15:14-17; Mat. 21:43. 13 Sebagai ”umat yang disebut dengan nama [Allah]”, para anggota bangsa rohani itu menggunakan nama Allah. Misalnya, mereka tentu menggunakannya sewaktu mengutip dari Kitab-Kitab Ibrani.1 Jadi, pada Pentakosta 33 M, sewaktu rasul Petrus berbicara kepada orang Yahudi dan proselit yang datang dari berbagai negeri, ia beberapa kali menggunakan nama Allah. (Kis. 2:14, 20, 21, 25, 34) Orang-orang Kristen masa awal menjunjung nama Yehuwa, maka Ia memberkati pengabaran mereka. Dewasa ini, Yehuwa juga memberkati pelayanan kita karena kita dengan bangga menyatakan nama-Nya dan menunjukkan kepada para peminat bahwa nama itu ada dalam Alkitab mereka sendiri. Dengan demikian, kita memperkenalkan Allah yang benar kepada mereka. Benarbenar suatu hak istimewa bagi mereka dan bagi kita! Perkenalan semacam ini sering kali menjadi awal dari persahabatan yang indah dengan Yehuwa, yang akan semakin kuat dan berlangsung selamanya. 14 Kemurtadan belakangan menjangkiti sidang Kristen masa awal, terutama setelah kematian para rasul. (2 Tes. 2:3-7) Guruguru palsu bahkan mengikuti tradisi Yahudi 1 Teks Ibrani yang digunakan orang Kristen masa awal memuat Tetragramaton. Bukti-bukti menunjukkan bahwa nama itu juga ada dalam beberapa salinan awal Septuaginta, yaitu terjemahan Kitab-Kitab Ibrani dalam bahasa Yunani. 13. (a) Apakah orang Kristen masa awal menggunakan nama Allah? Jelaskan. (b) Bagaimana Saudara memandang kesempatan untuk menggunakan nama Allah dalam pelayanan Saudara? 14, 15. Meskipun kemurtadan merebak, bagaimana Allah menjaga nama-Nya tetap ada? 27 dengan tidak menggunakan nama Allah. Namun, apakah Yehuwa akan membiarkan nama-Nya dihapus sama sekali? Mustahil! Memang pengucapan yang tepat tidak diketahui lagi, tetapi nama itu tetap ada sampai sekarang. Sepanjang sejarah, nama itu muncul dalam berbagai terjemahan Alkitab maupun dalam tulisan para pakar Alkitab. Misalnya, tahun 1757, Charles Peters menulis bahwa jika dibandingkan dengan gelargelar lain untuk Allah, nama Yehuwa ”tampaknya merupakan nama yang paling tepat untuk menggambarkan kodrat-Nya”. Tahun 1797, dalam bukunya tentang ibadat kepada Allah, Hopton Haynes mengawali bab 7 dengan kata-kata, ”YEHUWA adalah nama diri ALLAH di kalangan orang Yahudi; satu-satunya yang mereka sembah; yang juga disembah Kristus dan para Rasulnya.” Henry Grew (1781-1862) tidak hanya menggunakan nama Allah, tetapi juga menyatakan bahwa nama itu telah dicela dan harus disucikan. Begitu juga George Storrs (1796-1879), seorang rekan dekat Charles T. Russell. Ia menggunakan nama Allah, seperti halnya Russell. 15 Tahun 1931 sangat penting bagi SiswaSiswa Alkitab Internasional, sebutan umat Allah kala itu. Pada tahun itu, mereka menerima nama Saksi-Saksi Yehuwa, yang diambil dari Alkitab. (Yes. 43:10-12) Dengan begitu, mereka menyatakan kepada dunia bahwa mereka bangga menjadi ”suatu umat bagi namanya”, yang memuliakan nama-Nya. (Kis. 15:14) Semua ini mengingatkan kita akan kata-kata Yehuwa di Maleakhi 1:11, ”Dari tempat terbitnya matahari bahkan sampai terbenamnya, namaku akan besar di antara bangsa-bangsa.” BERJALANLAH DENGAN NAMA YEHUWA 16 Nabi Mikha menulis, ”Semua suku bangsa, masing-masing akan berjalan dengan nama allahnya; tetapi kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, ya, selama-lamanya.” (Mi. 4:5) Dengan mengizinkan Siswa-Siswa Alkitab menggunakan namaNya, Yehuwa memberi mereka kehormatan besar. Hal itu juga merupakan bukti yang membesarkan hati bahwa Ia memperkenan mereka. (Baca Maleakhi 3:16-18.) Namun, bagaimana dengan Saudara sendiri? Apakah Saudara berupaya keras untuk ”berjalan dengan nama Yehuwa”? Tahukah Saudara apa artinya itu? 17 Berjalan dengan nama Allah mencakup tiga hal. Pertama, kita harus mengumumkan nama itu kepada orang lain, sebab hanya orang-orang yang ’berseru kepada nama Yehuwa yang akan diselamatkan’. (Rm. 10:13) Kedua, kita perlu meniru sifat-sifat Yehuwa, terutama kasih-Nya. (1 Yoh. 4:8) Dan yang ketiga, kita berjalan dengan nama Allah jika kita dengan senang hati menaati hukum-hukum-Nya dan tidak mendatangkan cela atas nama suci Bapak kita. (1 Yoh. 5:3) Apakah Saudara bertekad untuk ”berjalan dengan nama Yehuwa sampai waktu yang tidak tertentu”? 18 Tidak lama lagi, semua orang yang mengabaikan atau menentang Yehuwa akan dipaksa untuk mengakui bahwa Dia-lah satu-satunya Allah yang benar. (Yeh. 38:23) Mereka adalah orang-orang seperti Firaun, yang mengatakan, ”Siapakah Yehuwa itu, sehingga aku harus menaati perkataannya?” Dia tidak perlu menunggu lama untuk mendapat jawabannya! (Kel. 5:1, 2; 9:16; 12:29) Akan tetapi, kita mengenal Allah karena keinginan sendiri. Kita bangga menyandang nama-Nya dan menjadi umat-Nya yang taat. Jadi, kita bisa menatap masa depan dengan penuh keyakinan akan penggenapan janji di Mazmur 9:10 ini, ”Orang yang mengetahui namamu akan percaya kepadamu, karena engkau pasti tidak akan meninggalkan orang yang mencarimu, oh, Yehuwa.” 17. Apa saja yang tercakup dalam berjalan de- ngan nama Allah? 18. Mengapa semua yang menjunjung nama be- 16. Karena menyandang nama Yehuwa, bagai- mana seharusnya perasaan kita? 28 sar Yehuwa bisa menatap masa depan dengan penuh keyakinan? MENARA PENGAWAL Apakah Itu Benar-Benar Tulisan Yosefus? Dalam Buku XX dari karyanya, Jewish Antiquities, sejarawan abad pertama bernama Flavius Yosefus menyebutkan tentang kematian dari ”Yakobus, saudara Yesus yang disebut Kristus”. Banyak pakar menganggap pernyataan ini asli. Namun, ada yang meragukan keaslian dari pernyataannya yang lain tentang Yesus dalam karya yang sama. Bagian itu, yang dikenal sebagai Testimonium Flavianum, berbunyi: ”Nah, kira-kira pada waktu itu ada Yesus, seorang manusia yang bijaksana, itu pun jika ia boleh disebut sebagai manusia, mengingat bahwa dia telah melakukan banyak hal yang menakjubkan—guru bagi orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang hati. Banyak orang tertarik kepadanya, baik orang Yahudi maupun orang Kafir. Dialah [Sang] Kristus; dan ketika Pilatus, atas desakan pria-pria terkemuka di antara kami, telah menghukumnya pada salib, orang-orang yang mengasihi dia sejak semula tidak meninggalkan dia, karena dia hidup kembali dan muncul di hadapan mereka pada hari ketiga, sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh para nabi Allah yang menubuatkan hal-hal ini dan puluhan ribu hal-hal menakjubkan lainnya tentang dia; dan kaum Kristen, yang mendapat nama itu darinya, masih ada sampai sekarang.”—Josephus—The Complete Works, terjemahan William Whiston. Sejak akhir abad ke-16, muncullah perdebatan yang sengit antara orang-orang yang meyakini keaslian tulisan ini dan orang-orang yang meragukan bahwa itu adalah tulisan Yosefus sendiri. Seorang sejarawan Prancis sekaligus pakar kesusastraan Romawi dan Yunani bernama Serge Bardet berupaya untuk menemukan titik temu dalam perdebatan ini, yang telah menjadi bagaikan benang kusut selama empat abad belakangan. Dia menerbitkan hasil risetnya dalam buku yang berjudul Le Testimonium Flavianum—Examen historique ´ considerations historiographiques (Testimonium Flavianum—Penelitian Sejarah Melalui Pendekatan Sejarah). Yosefus memang bukan penulis yang beragama Kristen. Dia seorang sejarawan Yahudi; maka perbantahan itu berkisar pada sebutan ”Sang Kristus” yang dia berikan untuk Yesus. Setelah menganalisis hal ini, Bardet menegaskan bahwa penggunaan gelar ini sesuai ”dengan penggunaan kata sandang [tentu] dalam bahasa 15 MARET 2013 Yunani sewaktu menyebut nama-nama orang”. Bardet menambahkan bahwa dari sudut pandang agama Yahudi dan Kristen, ”penggunaan sebutan Christos oleh Yosefus bukan hanya tidak mustahil”, tetapi juga merupakan petunjuk bahwa Kristus betul-betul ada dan ”para kritikus salah besar karena telah mengabaikan hal ini”. Mungkinkah tulisan itu sebenarnya telah ditambahtambahi oleh seorang penipu yang berupaya menjiplak gaya Yosefus? Berdasarkan bukti sejarah dan tulisan itu sendiri, Bardet menyimpulkan bahwa penjiplakan seperti itu sama sekali tidak mungkin. Kalaupun ada yang bisa melakukannya, orang itu haruslah memiliki ”bakat memalsu yang tiada tandingannya di antara orang-orang zaman dahulu”, atau dengan kata lain, tidak mungkin ada yang bisa melakukannya karena gaya Yosefus sangat unik. Jadi, mengapa hal ini diributkan? Untuk menunjukkan inti permasalahannya, Bardet menyatakan bahwa ”keraguan terhadap keaslian Testimonium—jika dibandingkan dengan sebagian besar teks kuno lainnya—sebenarnya muncul hanya karena ada orang-orang yang mempertanyakan Testimonium”. Lalu, dia juga mengatakan bahwa pandangan yang dimiliki selama berabadabad itu lebih didasarkan pada ”motif terselubung”, dan bukannya pada kesimpulan yang dibuat setelah melakukan analisis terhadap tulisan itu sendiri, yang sebenarnya sangat mendukung keasliannya. Apakah hasil analisis Bardet ini akan mengubah pendapat para pakar terhadap Testimonium Flavianum atau tidak, kita lihat saja nanti. Tetapi, hal itu telah berhasil meyakinkan Pierre Geoltrain, seorang pakar terkenal di bidang Yudaisme Helenistik dan Kekristenan kuno. Selama ini, dia menganggap bahwa Testimonium tersebut sudah ditambah-tambahi. Dia bahkan mengolok-olok orang yang percaya bahwa tulisan itu asli. Namun, belakangan dia berubah pikiran. Dia menyimpulkan bahwa karya Bardet inilah yang mengubah pendapatnya. Geoltrain kini mengatakan bahwa mulai sekarang tidak seorang pun boleh meragukan bahwa itu adalah tulisan Yosefus. Tentu saja, Saksi-Saksi Yehuwa punya alasan yang lebih meyakinkan untuk memercayai bahwa Yesus adalah Kristus, yaitu kata-kata Alkitab sendiri.—2 Tim. 3:16. 29 Hampir 40 tahun setelah pertama kali bertemu dengan Saksi, akhirnya Georgina menyaksikan suaminya dibaptis Jangan Pernah Putus Asa! Apakah Saudara sudah menjadi Saksi Yehuwa selama bertahun-tahun dan ingin sekali agar teman hidup Saudara juga menjadi penyembah Yehuwa? Atau apakah Saudara merasa kecil hati karena pelajar Alkitab Saudara, yang Isi surat Alice untuk Stella, ”Apa Zus masih ingat orang yang dulu pernah Zus kasih studi tahun 1974? Sayalah orangnya, dan saya dibaptis di kebaktian distrik baru-baru ini” awalnya sangat berminat, akhirnya tidak menjadi Saksi Yehuwa? Beberapa pengalaman dari Inggris berikut ini akan menunjukkan bahwa Saudara tidak perlu putus asa. Saudara juga akan mengetahui apa yang bisa Saudara lakukan untuk membantu orang-orang yang belum menyambut kebenaran, seolah-olah Saudara ’melemparkan roti ke permukaan air’.—Pkh. 11:1. KETEKUNAN—FAKTOR YANG SANGAT PENTING Ketekunan adalah salah satu faktor yang sangat penting agar bisa berhasil. Saudara perlu berpaut pada kebenaran dan setia kepada Yehuwa. (Ul. 10:20) Itulah yang dilakukan Georgina. Ketika ia mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa tahun 1970, suaminya, Kyriacos, menjadi sangat marah. Ia berupaya melarang Georgina belajar dan melarang SaksiSaksi datang ke rumahnya. Ia juga menyingkirkan semua publikasi Saksi-Saksi Yehuwa yang ia temukan. Ketika Georgina mulai ikut berhimpun, Kyriacos bertambah marah. Pernah suatu hari, ia mendatangi Balai Kerajaan untuk membuat keributan. Seorang saudari memerhatikan bahwa Kyriacos lebih fasih berbicara bahasa Yunani daripada bahasa Inggris. Maka, saudari itu menelepon seorang saudara yang adalah orang Yunani dari sidang lain untuk datang dan membantu. Berkat keramahan saudara itu, Kyriacos menjadi lebih tenang, dan bahkan selama beberapa bulan ia bersedia belajar Alkitab. Tetapi tak lama kemudian, Kyriacos berhenti belajar. Selama tiga tahun berikutnya, Georgina terus ditentang. Kyriacos mengancam akan meninggalkan dia kalau dia sampai dibaptis. Pada hari Georgina akan dibaptis, ia berdoa dengan sangat khusyuk kepada Yehuwa agar Kyriacos tidak meninggalkan dia. Sewaktu para Saksi datang menjemputnya untuk berangkat ke kebaktian, Kyriacos mengatakan kepada mereka, ”Kalian pergi saja duluan. Kami akan menyusul kalian, naik mobil kami sendiri.” Kyriacos ternyata hadir di acara pagi dan menyaksikan istrinya dibaptis! Setelah itu, Kyriacos tidak terlalu menentang istrinya lagi. Ia mulai membuat perubahan-perubahan besar. Hampir 40 tahun setelah pertama kali bertemu dengan Saksi, akhirnya Georgina menyaksikan suaminya dibaptis! Apa yang memotivasi Kyriacos? Ia mengatakan, ”Saya sangat bersyukur karena Georgina begitu teguh.” Georgina mengatakan, ”Walaupun ditentang suami, saya tidak mau berhenti menyembah Allah saya. Sementara itu, saya terus berdoa kepada Yehuwa, dan saya tidak pernah putus asa.” 15 MARET 2013 PENTINGNYA KEPRIBADIAN BARU Faktor lain yang bisa membantu teman hidup Saudara adalah kepribadian Kristen. Rasul Petrus menasihati para istri Kristen, ”Tunduklah kepada suamimu, agar jika ada yang tidak taat kepada firman itu, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui tingkah laku istri mereka.” (1 Ptr. 3:1) Christine menaati nasihat itu, sekalipun ia harus menunggu bertahun-tahun sampai suaminya bisa dimenangkan. Ketika Christine menjadi seorang Saksi lebih dari 20 tahun yang lalu, John suaminya tidak percaya kepada Allah. John tidak peduli dengan agama, namun ia bisa melihat bahwa Christine menganggap kepercayaan barunya itu sangat penting. ”Saya lihat bahwa agamanya membuat dia bahagia,” kata John. ”Dia jadi lebih mandiri dan lebih bisa diandalkan. Hal itu membantu saya melewati masa-masa sulit.” Christine tidak pernah memaksa suaminya menerima kebenaran. Suaminya berkomentar, ”Sejak awal, Christine tahu bahwa sebaiknya ia tidak menyinggung soal agama dengan saya, dan ia dengan sabar membiarkan saya belajar sesuai keinginan saya.” Kalau ada artikel-artikel di Menara Pengawal atau Sedarlah! yang ia yakin akan cocok dengan minat John, seperti tentang sains dan alam, Christine menunjukkan itu kepadanya sambil berkata, ”Kamu pasti suka baca ini.” Setelah pensiun, John sering berkebun. Maka, ia mempunyai lebih banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang lebih mendalam tentang kehidupan. Ia bertanya-tanya, ’Apakah kita ada karena serangkaian kebetulan, atau apakah kita diciptakan untuk tujuan tertentu?’ Suatu hari, seorang saudara mengobrol dengan John dan berkata, ”Bagaimana kalau kita belajar Alkitab bersama?” ”Karena saya sudah mulai percaya kepada Allah,” kata John, ”saya terima tawarannya.” Syukurlah Christine tidak pernah putus asa! Setelah dia menunggu selama 20 tahun dan terus berdoa agar John mau menerima kebenaran, akhirnya John dibaptis. Sekarang, mereka berdua melayani Yehuwa dengan bersemangat. John berkomentar, ”Ada dua hal yang khususnya membuat saya berubah—kebaikan hati dan keramahan para Saksi. Dan, kalau teman hidup kita itu Saksi Yehuwa, dia pasti akan loyal, dapat diandalkan, dan rela berkorban.” Ya, Christine menerapkan kata-kata di 1 Petrus 3:1, dan itu memang ampuh! 31 BENIH MENGHASILKAN BUAH BERTAHUN-TAHUN KEMUDIAN Bagaimana jika ada pelajar Alkitab yang kehilangan minatnya karena satu atau lain hal? Raja Salomo menulis, ”Pada pagi hari taburkanlah benihmu dan sampai malam hari jangan biarkan tanganmu beristirahat; sebab engkau tidak tahu di mana ini akan berhasil, di sini atau di sana, atau apakah kedua-duanya akan sama baik.” (Pkh. 11:6) Kadang-kadang, benih kebenaran baru bertunas setelah bertahuntahun. Seseorang mungkin akhirnya menyadari pentingnya mendekat kepada Allah. (Yak. 4:8) Ya, suatu hari Saudara bisa jadi akan mendapat kejutan yang menyenangkan. Contohnya Alice, yang pindah dari India ke Inggris. Tahun 1974, dia mulai belajar Alkitab. Bahasa ibunya adalah Hindi, tetapi dia ingin melatih bahasa Inggrisnya. Alice menerima PAR selama beberapa tahun dan beberapa kali ikut berhimpun di sidang berbahasa Inggris. Dia tahu bahwa yang dia pelajari itu adalah kebenaran, tetapi dia tidak menganggapnya serius. Selain itu, fokusnya adalah untuk mencari banyak uang dan dia senang berpesta. Akhirnya, Alice berhenti belajar. Hampir 30 tahun kemudian, Stella, yang dulu memandu PAR dengan Alice, menerima surat darinya. Isinya antara lain, ”Apa Zus masih ingat orang yang dulu pernah Zus kasih studi tahun 1974? Sayalah orangnya, dan saya dibaptis di kebaktian distrik baru-baru ini. Pengaruh Zus sangat besar dalam hidup saya. Zus sudah menanamkan benih kebenaran dalam diri saya, dan meskipun waktu itu saya belum siap untuk membaktikan diri kepada Allah, benih itu tetap tersimpan dalam pikiran dan hati saya.” Bagaimana bisa begitu? Alice menjelaskan bahwa ia mengalami depresi setelah suaminya meninggal tahun 1997. Ia berdoa kepada Allah. Kira-kira sepuluh menit kemudian, dua saudari berbahasa Punjabi datang ke rumahnya dan meninggalkan risalah Apa Harapan Bagi Orang-Orang Tercinta yang Sudah Meninggal? Alice merasa doanya terjawab, dan ia memutuskan untuk mencari Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi di mana? Ia menemukan buku hariannya yang lama yang berisi alamat sidang berbahasa Punjabi yang pernah Stella s Unduh gratis majalah ini dan bacaan lain yang tersedia di www.jw.org/id berikan kepadanya. Alice pergi ke Balai Kerajaan dan disambut dengan hangat oleh saudara-saudari berbahasa Punjabi. ”Sesampainya di rumah pun saya masih tetap merasa damai di hati, dan itu membantu melegakan saya dari depresi,” kata Alice. Dia mulai ikut berhimpun dengan teratur dan belajar Alkitab lagi. Ia juga belajar bahasa Punjabi. Tahun 2003, ia dibaptis. Ia menutup suratnya kepada Stella dengan kata-kata, ”Terima kasih banyak ya, Zus sudah menanam benih itu 29 tahun yang lalu dan menjadi teladan untuk saya.” Pelajaran apa yang bisa Saudara petik dari beberapa pengalaman tadi? Bisa jadi, benih baru bertunas setelah waktu yang lama, lebih lama daripada yang Saudara harapkan. Namun, jika seseorang lapar seca ”Terima kasih banyak ya, Zus sudah menanam benih itu 29 tahun yang lalu dan menjadi teladan untuk saya.”—Alice ra rohani, jujur, dan rendah hati, Yehuwa akan membuat kebenaran bertumbuh dalam hatinya. Ingatlah kata-kata Yesus dalam perumpamaannya, ”Benih itu bertunas serta menjadi tinggi, bagaimana terjadinya [si penabur] tidak tahu. Tanah itu sendirilah yang menghasilkan buah secara bertahap, pertama-tama tunas, kemudian bulir, akhirnya bulir yang penuh dengan biji-bijian.” (Mrk. 4:27, 28) Pertumbuhan seperti itu berlangsung secara bertahap dan terjadi ’dengan sendirinya’. Memang, setiap pemberita Kerajaan tidak tahu bagaimana terjadinya hal itu. Maka, teruslah menabur dengan limpah. Dan, Saudara pun akan menuai dengan limpah. Selain itu, jangan remehkan pentingnya doa. Georgina dan Christine terus berdoa kepada Yehuwa. Jika Saudara ’bertekun dalam doa’ dan tidak pernah putus asa, ”lama setelah itu” Saudara akan menemukan lagi ’roti’ yang telah Saudara lemparkan ke permukaan air.—Rm. 12:12; Pkh. 11:1. Alkitab Terjemahan Dunia Baru juga dapat dibaca di Internet w13 03/15-IN