PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN FINANCIAL LAVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA PERUSAHAAN SUB SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2014 Reza Rezita1, Surya Dharma2,Rika Desiyanti3 Department of Management , Faculty of Economics , University of Bung Hatta E-Mail : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT Income smoothing is a state that indicates the likelihood of the company’s consistent in generating profits. This study aimed to examine the effect of the company’s profitability, company size and financial of the company on income contained in the sub sector consumption listed on the stock exchange Indonesia. In this study had a sample of 26 companies in the period 2011-2014. Data analysis method use regresi (pooled least square methods) and classical assumption. From the analysis of the size and profitability of the company does not affect the income smoothing activities. And only financial leverage which have an influence on income smoothing activities of the company. From the results of the above condusions that the company’s size and profitability is not a tool used to determine corporate income smoothing activities. Keywords : Company size, Profitability, Financial Leverage and Income Smoothing. Perataan laba merupakan sebuah keadaan yang menunjukan adanya kecenderungan terjadinya konsisten perusahaan didalam menghasilkan laba. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Profitabilitas Perusahaan, Ukuran Perusahaan (Size) dan Financial Leverage terhadap Perataan Laba perusahaan yang terdapat di sub sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini memiliki sampel 26 perusahaan tahun periode 2011-2014. Metode analisis data yang digunakan regresi (Pooled Least Square Methods) dan uji asumsi klasik. Dari hasil analisis terdapat ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap kegiatan perataan laba. Dan hanya financial leverage yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perataan laba perusahaan. Dari hasil kesimpulan diatas bahwa ukuran perusahaan (size) dan profitabilitas bukan alat yang digunakan untuk menentukan kegiatan perataan laba perusahaan. Kata kunci : Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas, Financial Leverage dan Perataan Laba. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir tingkat pertumbuhan perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia terus mengalami peningkatan, tercatat ditahun 2009 total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 423 perusahaan, jumlah tersebut mengalami peningkatan yang signifikan ditahun 2013 yang lalu, menjadi 468 perusahaan. Semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukan semakin tingginya kepercayaan investor baik lokal maupun mancanegara terhadap iklim investasi di Indonsia. Meningkatnya jumlah perusahaan pada setiap sektor industri mendorong munculnya persaingan yang tajam untuk meraih simpatik dari investor. Sebagian besar perusahaan menciptakan berbagai strategi yang jitu untuk memenangkan atau bertahan ditengah persaingan yang tajam, setiap perusahaan menciptakan keunggulan dalam bersaing seluruh stakeholders, Kegiatan perataan laba memang menguntungkan bagi perusahaan, terutama manajer, akan tetapi pihak yang dirugikan justru lebih bayak seperti 1 stakeholders. Para stakeholders yang terdiri dari investor, pemerintah, supplier, masyarakat dan pihak pihak yang berkepentingan lainnya tentu akan tertipu dengan informasi yang publikasikan oleh pihak internal, terutama informasi yang berhubungan dengan laba, terjadinya perataan laba tentu akan meningkatkan risiko bagi stakeholders terutama investor dalam berinvestasi. Saleh dan Teriansisi (2003) mendefinisikan perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk berpengaruh positif terhadap praktek manajemen laba, hasil yang diperoleh mengisyaratkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan semakin mendorong kecenderungan terjadinya kegiataan perataan laba (income smoothing). Rahmawati (2004) mengungkapkan kegiatan perataan laba sebagai wujud dari kegiatan manajemen laba didalam perusahaan dapat dipengaruhi oleh variabel profitabilitas, ukuran perusahaan dan financial leverage. Masing-masing variabel memiliki arah pengaruh yang berbeda terhadap praktek manajemen laba didalam perusahaan. Rendy dan Handoyo (2013) mengungkapkan bahwa praktek perataan laba didalam perusahaan dipengaruhi oleh sejumlah variabel yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan dan financial leverage. Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Sartono (2010:122) profitabilitas menunjukan efektifitas perusahaan dalam mengelola aset keuangan. Menunrut Subramayam et al (2008) kecenderungan praktek perataan laba juga dipengaruhi oleh nilai ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukan besarnya nilai kekayaan yang tersimpan didalam perusahaan. Untuk mengukur ukuran perusahaan (size) dapat dilakukan dengan menggunakan dua proxy yaitu total penjualan, total aset dan market capitalization. Djaddang (2012) menemukan bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap kegiataan perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan akan semakin mendorong meningkatnya praktek perataan laba didalam sebuah perusahaan. Pada saat memutuskan melaksanakan praktek pertaan laba salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah leverage. Menurut Sartono (2010:130) leverage merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam mengelola hutang. Untuk mengukur leverage maka digunakan debt to equity ratio. Menurut Djaddang (2012) leverage yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap praktek perataan laba didalam perusahaan. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Rahmawati (2004) yang menemukan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap praktek perataan laba (income smoothing). Temuan tersebut menunjukan bahwa ketika hutang perusahaan terus meningkat akan mendorong ketakutan dalam diri manajer untuk melakukan praktek manajemen laba. Berdasarkan uraian ringkas latar belakang masalah dan fenomena peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian replikasi yang telah dilakukan oleh Rendy dan Handoyo (2013). Pada penelitian ini terdapat sejumlah perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan pertama kategori industri yang digunakan relatif berbeda. Pengukuran variabel profitabilitas yang digunakan menggunakan penelitian return on equity berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan return on assets. Perbedaan juga terlihat dari periode observasi, pada penelitian ini periode observasi yang digunakan lebih panjang. Secara umum penelitian ini bersifat empiris yang berjudul: Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan dan financial leverage terhadap perataan laba perusahaan sub sektor konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2011-2014. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Rendi dan Handoyo (2013) meneliti tentang Pengaruh Faktor Fundamental dan Faktor Teknikal Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktek manajemen laba, hasil yang diperoleh mengisyaratkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan semakin mendorong kecenderungan 2 terjadinya kegiataan perataan laba (income smoothing). Perataan Laba Perataan laba merupakan salah satu istilah yang cukup popular dikalangan businessman. Menurut Saleh dan Teriansisi (2003:45) perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik seara artificial (melalui metode akuntansi) maupun secara real (melalui transaksi). Belkauoi (2008:38) memberikan definisi mengenai perataan laba sebagai tindakan yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan untuk melakukan pengelolaan terhadap kecenderungan posisi laba yang dimiliki perusahaan. Pengelolaan dilakukan atas dasar manipulasi yang terjadi akibat adanya proses asimetris information didalam perusahaan. Secara umum dapat kita artikan perataan laba dapat didefinisikan sebagai sengaja mengurangi fluktuasi tentang beberapa tingkat pendapatan yang saat ini dianggap normal bagi perusahaanperusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa mendatang. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. 2.1.1 Penggolongan Pelataan Laba Dwiatmini dan Nurkholis (2001) menggolongkan perataan laba kedalam dua tipe yaitu:perataan alami (natural smoothing), perataan laba disengaja (internationality smoothing). Rumus indeks Eckel adalah koefisien variasi laba (standar deviasi laba dibagi rata-rata laba) dibagi dengan koefisien variasi penjualan (standar deviasi penjualan dibagi rata-rata penjualan). Perusahaan diidentifikasi melakukan penstabilan laba jika indeks Eckel nya kurang dari 1 (satu). 2.1.2 Pengukuran Perataan Laba Menurut Belkaoui (2008:321) perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi yang berbeda. Manajemen dengan bijaksana mengelompokkan item laba tertentu kedalam kategori yang berbeda. Untuk mengukur tingkat perataan laba maka digunakan suatu pendekatan yang disebut income variability approach. Pendekatan ini digunakan untuk membedakan tindakan atau perilaku manajemen yang dapat menyebabkan timbulnya penstabilan laba secara artificial dengan perataan laba yang bersifat riil dan natural. Model yang digunakan untuk digunakan untuk memisahkan perusahaan yang melakukan penstabilan laba (smoothers) dan yang tidak melakukan penstabilan laba (non smoothers) adalah indeks Eckel. Perataan laba yaitu perataan laba yang terjadi akibat proses menghasilkan laba. Perataan laba disengaja (intertionality smoothing) merupakan hasil dari artificial smoothing maupun real smoothing. Artificial smoothing muncul ketika manajemen memanipulasi waktu pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Manajemen laba menunjukan kecenderungan yang dilakukan oleh manajer untuk melakukan berbagai tindakan manipulasi keuntungan atau laba yang dimiliki perusahaan untuk berbagai kepentingan, seperti untuk meningkatkan reputasi diri manajer atau untuk menghindari nilai pajak yang besar. Kegiatan manajemen laba dapat diukur dengan perataan laba atau disebut dengan income smoothing. Perataan laba juga menunjukan strategi yang dilakukan manajemen untuk melakukan kecurangan terhadap laba yang diperoleh manajer. Keberanian manajer melakukan manipulasi terhadap laba terjadi karena adanya asimetris information dimana manajer adalah individu yang memiliki kelengkapan informasi yang lebih baik. 3 Hipotesis Variabel Dependen (Y) H1 Rasio profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Perataan Laba Menurut Ross (2011:67) perataan laba merupakan sebuah keadaan yang menunjukan adanya kecenderungan terjadinnya konsisten perusahaan didalam menghasilkan laba. H2 Financial Leverage perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. H3 Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. METODE PENELITIAN Populasi adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2014 yang lalu. Secara keseluruhan total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 – 2014. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi. Berdasarkan data yang peneliti peroleh perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2014 terlihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Data Perusahaan Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Sektor Konsumsi Food and Beverages Tobbaco Consumer Goods Total Total Perusahaan 19 4 3 26 Perusahaan Sumber www.idx.co.id (2014) Berdasarkan data kelompok industri konsumsi di Bursa Efek Indonesia teridentifikasi perusahaan yang bergerak disektor konsumsi berjumlah 26 perusahaan. Oleh sebab itu sampel yang digunakan didalam penelitian ini berjumlah 26 perusahaan. Variabel Independen (X) 1. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan = aktiva lancar + aktiva tetap 2. Profitabilitas Perusahaan Laba Bersih Re turn on Equity x 100 % Modal Sendiri 3. Financial Leverage Total Hutang DER = X 100% Modal sendiri HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel Min Penelitian Ukuran 8619 Perusahaa n Return on Equity 31.81 Financial Leverage 49.09 Indeks 1.15 Eckel Maks Rata-Rata 1090 09 9.267.384 15.83 -39.84 9.47 0.65 Std Dev 16.5 09.5 72 33.1 61 5.01 -0.20 0.25 0.27 Sumber : data olahan 2015 PENGUJIAN ASUMSI KLASIK Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui pola keragaman varian yang mendukung masing-masing variabel penelitian. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan uji absolute residual normality. Untuk menentukan normal atau tidaknya masing masing variabel penelitian ditentukan lewat bantuan Jurgue Bera Test. Normalnya masing masing variabel ditentukan dari nilai probability masing-masing variabel yang harus berada diatas 0,05. 4 Tabel 2 Hasil Pengujian Normalitas Residual Variabel Prob Alpha Profitabil 0.07 0,05 itas 72 Ukuran 0.18 Perusaha 0,05 00 an Financial 0.01 0,05 Leverage 216 Perataan 0.08 0,05 Laba 37 Sumber : data olahan 2015 Keterangan Pada Tabel 3 terlihat bahwa masingmasing variabel independen yang akan dibentuk kedalam model regresi berganda telah tebebas dari gejala multikolinearitas, karena masingmasing variabel independen memiliki nilai koefisien korelasi (r) dibawah 0,80. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan. Normal Normal Normal Normal Uji Autokorelasi Pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian telah berdistribusi normal karena memiliki nilai probability di diikutsertakan selanjutnya. atas 0,05 sehingga untuk pengolahan dapat data Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen satu dengan variabel independen lainnya. Gejala multikolinearitas akan terjadi bila hubungan yang terbentuk antara variabel independen relatif kuat atau melebihi (r = 0,80). Tahapan pengujan hipotesis dapat dilanjutkan setelah seluruh variabel independen terbebas dari gejala multikolinearitas. Tahapan pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan statistic correlation. Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Penelitian SIZE ROE Koefisi en r -0,0031 Cut Off 0,80 SIZE LEVERAG E ROE LEVERAG E 0,2806 0,80 0,1314 0,80 Sumber : data olahan 2015 Kesimpulan Tidak Terjadi Multikolinearit as Tidak Terjadi Multikolinearit as Tidak Terjadi Multikolinearit as Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui pola kesalahan penganggu (serial correlation) pada setiap periode observasi data. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW). Menurut Winarno (2009:27) gejala autokorelasi tidak akan terjadi bila nilai DW yang dihasilkan berada antara 1,54 sampai dengan 2,46. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terlihat hasil pada Tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4 Hasil Pengujian Autokorelasi Keterangan Durbin Watson (DW) Sumber : data olahan 2015 Koefisien 1.837199 Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai DW yang dihasilkan adalah 1.837199, hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai DW yang diperoleh berada diantara 1,54 sampai dengan 2,46 hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa gejala autokorelasi positif atau pun negatif tidak terjadi didalam model penelitian saat ini. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilakukan. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahi pola keragaman varian pada masing-masing variabel yang akan dibentuk kedalam sebuah model regresi berganda. Tahapan pengujian hipotesis dapat segera dilakukan setelah seluruh variabel penelitian terbebas dari gejala heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji white. Berdasarkan hasil 5 pengujian heteroskedastisitas yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 5 dibawah ini: Tabel 5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Uji White Obs*R Prob Alpha Keterangan -square 5.052 0.168 0,05 Bebas heteroskedastis itas Sumber : data olahan 2015 Pada Tabel 5 terlihat bahwa hasil pengujian heteroskedastisitas melalui uji white diperoleh nilai Prob Obs*R-squared sebesar 5.052. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai probability 0.168 > alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian yang akan dibentuk kedalam model regresi berganda telah terbebas gejala heteroskedastistas. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilakukan. Return on Equity 0,05 -0.002 Financial Leverage F-Prob R2 0.085 0,025 0,108 0.18 00 0.00 30 0,05 Tidak Signifi kan Signifi kan Sumber : data olahan 2015 Pada Tabel 6 terlihat bahwa masing masing variabel independen telah memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat kedalam sebuah persamaan berganda pooled least square seperti terlihat dibawah ini: Y = 0,292 – 0,012X1 – 0,002X2 + 0,085X3 Situasi tersebut membuat manajer merasa takut melakukan sejumlah penyimpangan atau kecurangan dengan menggunakan laba, karena kondisi tersebut justru akan merugikan posisi perusahaan secara menyeluruh, akibatnya profitabilitas yang diukur dengan return on equity bukanlah variabel yang berkontribusi bagi praktek perataan laba di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis PEMBAHASAN PENELITIAN Setelah seluruh variabel penelitian berdistribusi normal, serta terbebasnya masingmasing variabel dari seluruh gejala asumsi klasik, maka tahapan pengujian hipotesis dapat segera dilakukan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan secara empiris pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage terhadap perataan laba yang diukur dengan indeks eckel pada perusahaan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pooled regression dengan menggunakan model fixed. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 6 dibawah ini: Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Penelitian Koef Regres i Pro b Alph a Kesim pulan 0.03 01 0,05 - 0.292 0,05 -0.012 0.18 52 Tidak Signifi kan (Constan) Size Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba (Size) Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa ukuran perusahaan bukanlah variabel yang mempengaruhi kegiatan perataan laba pada perusahaan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Temuan yang diperoleh tersebut tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Penyimpangan hasil yang diperoleh disebabkan oleh posisi aset perusahaan yang relatif optimal, keadaan tersebut mendorong sulitnya bagi manajer untuk menggunakan aset sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan perataan laba. Pengaruh Profitabilitas (Return on Equity) Terhadap Perataan Laba Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap kegiatan perataan laba pada perusahaan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hasil yang diperoleh tidak konsisten dengan teori atau pun sejumlah hasil penelitian terdahulu. Penyimpangan hasil yang diperoleh 6 terjadi karena kemampuan perusahaan konsumsi dalam menghasilkan laba relatif memburuk, hal tersebut dapat diamati dari rata rata statistik deskriptif, nilai rata-rata return on equity yang dihasilkan adalah sebesar -39,84. Pengaruh Financial Leverage (Debt Equity Ratio) Terhadap Perataan Laba Sesuai dengan hasil pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa financial leverage yang diukur dengan debt equity ratio berpengaruh positf terhadap kegiatan perataan laba pada perusahaan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Temuan yang diperoleh tersebut menunjukan kebutuhan dana yang besar mendorong perusahaan untuk meningkatkan porsi hutang, situasi tersebut menjadi senjata atau alat bagi manajer untuk melakukan sejumlah kecurangan seperti kegiatan perataan laba. Kelebihan informasi yang dimiliki manajer dibandingkan oleh stakeholders mendorong kemungkinan terjadi perataan laba dengan menggunakan posisi hutang yang dimiliki perusahaan semakin tinggi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan pengujian hipotesis, maka diajukan beberapa kesimpulan penting yang merupakan jawaban dari permasalahan yang diajukan didalam penelitian ini yaitu: Ukuran perusahaan (size) yang diukur dengan total aset, Profitabilitas yang diukur dengan return on equity tidak berpengaruh terhadap kegiatan perataan laba pada perusahaan konsumsi di Bursa Efek Indonesia dan hanya variabel Financial Leverage yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh terhadap kegiatan perataan laba pada perusahaan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. SARAN Berdasarkan kepada kesimpulan dan keterbatasan hasil penelitian maka diajukan beberapa saran yang tentunya dapat memberikan manfaat positif bagi: 1. Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk memperbesar jumlah ukuran sampel perusahaan yang digunakan dengan cara menggunakan klasifikasi industri dan prosedur penentuan sampel yang akan digunakan, saran tersebut penting untuk meningkatkan ketepatan akurasi hasil penelitian yang diperoleh. 2. Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk mencoba menambahkan minimal satu variabel baru yang belum digunakan didalam penelitian ini seperti elemen pengukuran kinerja yang fundamental seperti likuiditas, activity ratio. DAFTAR PUSTAKA Belkaoui, Ahmed Riahi. 2008 Accounting Theory 5th Edition. Versi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Djaddang, Syahril. 2012. Hubungan Perataan Laba (Income Smoothing) dengan Ekspektasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi /Th IX/02/Mei/2012,: 14-24 Dwiatmini, S dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. TEMA. Vol. 2(1) Rahmawati, Dina. 2004. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Praktek Praktik Perataan Laba, Skripsi Jurusan Akuntansi. Semarang: Universitas Dipenegoro, Rendi, Rinaldi dan Hondoyo. 2013. Pengaruh Faktor Fundamental dan Faktor Teknikal Terhadap Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Surabaya. Jurnal Akuntansi Keuangan Volume (1): 2 Ross, Westerfeld Jeffe. 2015. Corporate Finance 5th Editions. Mc Graw-Hill: Iriwn Sartono, Agus. 2010. Dasar Dasar Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Badan Penerbit Universitas Ekonomi UGM. Saleh, Mohamad dan Teriansisi. 2003. Asimestris Informasi dan Hubungannya dengan perataan laba. Jurnal Akuntansi 7 Volume (III): 2 Universitas Gunadarma, Jakarta. Subramanyam, K.R Wild, John, dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Delapan, Buku Dua. Alih Bahasa: Yanivi dan Nurwahyu. Jakarta: Salemba Empat. Winarno, Wing. Wahyu. 2009. Ekonometrika dan statiska dengan Eviews. Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu ManajemenYKPN . 8