BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan mampu memperoleh tingkat pengembalian investasi yang melebihi tingkat bunga yang harus dibayarkan. Definisi hutang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ”Uang yang dipinjam dari orang lain; kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima” Definisi hutang menurut PSAK 2009 paragraf 49 yakni ”Utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi”. Definisi hutang menurut Kieso dan Weygandt (2008:40) adalah: Pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu–kewajiban yang ditimbulkan oleh transaksi atau kejadian masa lalu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa depan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang merupakan rangkaian konsep pokok dan asas dalam penggunaan hutang untuk mendanai kegiatan usahanya. 6 7 Kebijakan tersebut akan memberi nilai tambah pada perusahaan yaitu dapat memaksimalkan nilai perusahaan, namun selain itu dapat juga menimbulkan risiko akan penggunaan hutang tersebut. Kebijakan hutang suatu perusahaan dapat dilihat dari seberapa besar aset dari perusahaan yang didanai dari hutang. Hutang / solvabilitas / leverage mengukur dua hal, yakni: 1. Proporsi hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai investasi 2. Kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya (khususnya dalam jangka panjang). Suatu variabel tentunya mempunyai keunggulan dan kelemahan ketika diterapkan di suatu perusahaan sebagai salah satu variabel yang dijadikan ukuran penilaian kondisi perusahaan tersebut. Begitu juga variabel hutang yang digunakan penulis dalam menentukan kebijakan perusahaan pertambangan, dimana menurut Brigham dan Houston (2006,5), utang mempunyai keunggulan dan kelemahan sebagai berikut: Keunggulan: 1. Bunga yang dibayarkan dapat menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya akan menurunkan biaya efektif utang tersebut. 2. Kreditor akan mendapatkan pengembalian dalam jumlah tetap, sehingga pemegang saham tidak harus membagi keuntungannnya jika bisnis berjalan dengan sangat baik. 8 Kelemahan: 1. Semakin tinggi rasio utang, maka perusahaan tersebut akan semakin beresiko, sehingga semakin tinggi pula biaya dari baik utang maupun ekuitasnya. 2. Jika sebuah perusahaan mengalami masa-masa sulit dan laba operasi tidak cukup untuk menutupi kekurangan tersebut, dan jika mereka tidak dapat melakukannya, maka akan terjadi kebangkrutan. Jika perusahaan menggunakan utang, maka secara tidak langsung, perusahaan akan membagi para investornya menjadi dua kelompok dan mengkonsentrasikan sebagian besar risiko bisnisnya pada suatu kelompok investor saja - pemegang saham biasa. Akan tetapi, para pemegang saham biasa akan menuntut adanya kompensasi karena mereka menanggung risiko yang lebih besar sehingga akan membutuhkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula. 2. Klasifikasi Hutang Untuk memudahkan pengelola, hutang pun dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Adapun klasifikasi hutang menurut pelaporannya yakni: 1. Hutang lancar (current liabilities) yakni hutang yang mempunyai jatuh tempo yang pendek biasanya kurang dari satu tahun. 2. Hutang jangka panjang yakni hutang yang biasanya dilunasi secara periodik yang disebut angsuran atau cicilan (installments). 9 Sedangkan klasifikasi hutang menurut pengukurannya yakni: 1. Hutang jangka pendek, 2. Hutang jangka panjang 3. Hutang bersyarat, yakni suatu hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain. Adapun mengenai kemungkinan timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi: 1. Probable: Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Reasonable posible: Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat terjadi dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Remote: Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak perlu dicatat dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan. 10 Suatu perusahaan menghadapi dua alternatif dalam pendanaan jangka panjangnya. Pada alternatif satu perusahaan mendanai dengan 100% saham (0% hutang), pada alternatif dua perusahaan mendanai dengan 50% hutang dan 50% saham (Mardiyanto, 2009). Manager merasa lebih menguntungkan apabila menggunakan sumber dana dari hutang daripada menerbitkan saham biasa baru. Hal tersebut terjadi karena hutang (debt financing) akan ditafsirkan oleh para investor sebagai sinyal (informasi) yang positif karena dengan berhutang para manajer sebenarnya sangat yakin akan keberhasilan investasinya sehingga enggan berbagi dengan para pemegang saham baru. Analisis rasio leverage menyiratkan bahwa perusahaan sebenarnya telah memiliki suatu target struktur modal atau proporsi hutang yang diyakini paling sesuai dengan kondisi perusahaan (misalnya, perusahaan menetapkan kebijakan pendanaan jangka panjang sebesar 40% utang, 60% ekuitas). Untuk mengetahui tingkat kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan, maka dalam penelitian ini penulils menggunakan Debt Ratio (Prastowo,2005:89), dengan rumus: Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang Total Ekuitas 11 B. Kebijakan Investasi 1. Pengertian Kebijakan Investasi Definisi investasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ”Penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan”. Definisi investasi menurut Kieso dan Weygandt (2008:40) adalah: Kenaikan aktiva bersih sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transfer sesuatu yang bernilai dari entitas lain kepada perusahaan tersebut untuk mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan (atau ekuitas) di dalamnya. Aktiva adalah bentuk yang paling umum diterima sebagai investasi oleh pemilik, tetapi investasi ini bisa juga meliputi jasa atau kepuasan atau konversi kewajiban perusahaan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan investasi merupakan rangkaian konsep pokok dan asas dalam mengelola investasi yang telah ditanamkan perusahaan dalam menjalankan usahanya. 2. Klasifikasi Investasi Berdasarkan tujuannya, investasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Investasi jangka pendek, tujuannya untuk menghindari terjadinya kas yang menganggur. 2. Investasi jangka panjang, tujuannya yakni: • Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin bahan atau pasar yang diperlukan. • Untuk memperoleh bagian laba (dividen) • Untuk mendapatkan capital gain 12 • Untuk menguasai pesaing • Untuk membentuk dana tertentu Adapun bentuk investasi jangka panjang digolongkan menjadi: 1. Investasi jangka panjang dalam bentuk saham 2. Investasi jangka panjang dalam bentuk obligasi 3. Investasi jangka panjang lainnya. Untuk mengetahui tingkat kebijakan investasi yang dilakukan perusahaan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus Asset Growth (Utomo,2009), yakni: Asset Growth (AG) = Total Asset t – Total Asset t-1 Total Asset t-1 C. Laba 1. Pengertian Laba Definisi Laba menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ”selisih lebih antara harga penjualan yang lebih besar dari harga pembelian atau biaya produksi; keuntungan (yang diperoleh dengan menjual barang lebih tinggi dari pembeliannya, membungakan uang, dsb)”. Definisi Laba menurut Kieso dan Weygandt (2008:40) adalah: Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. 13 Menurut Belkeouni (2006), Tujuan pelaporan laba yakni: • Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen • Penggunaan angka laba historis untuk membantu peramalan arah perusahaan di masa depan atau pembagian dividen di masa mendatang. • Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman keputusan manajemen di masa depan. 2. Klasifikasi laba Laba adalah salah satu yang paling penting dalam sebuah perusahaan, laba itupun terdiri atas beberapa jenis, yaitu: • Laba kotor, yakni selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan. • Laba operasional, yakni hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dalam perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. • Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax), yakni laba sebelum dikurangi pajak yang merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. • Laba setelah pajak atau EAT (Earning After Tax), yakni laba setelah dikurangi berbagai pajak. Adapun jenis laba yang digunakan dalam penelitian ini yakni Laba setelah pajak atau EAT atau Net Income (laba bersih). Dimana laba yang diterima perusahaan sudah dikurangi biaya-biaya dan pajak atas laba tersebut. 14 Definisi Laba bersih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ”selisih antara jumlah keseluruhan pendapatan dan jumlah keseluruhan biaya dalam jangka waktu tertentu”. Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (2008:143), ”Laba bersih berasal dari pendapatan, beban keuntungan, dan kerugian”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laba bersih merupakan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan setelah dikurangi beban keuntungan dan pajak. Metode pengukuran laba ini dikenal sebagai pendekatan transaksi (transaction approach) karena berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba yang telah terjadi selama periode akuntansi. Pendekatan alternatif lainnya yang paling umum, selain pendekatan transaksi adalah pendekatan pemeliharaan modal (capital maintenance approach). Menurut pendekatan ini, laba suatu periode ditentukan berdasarkan perubahan ekuitas, setelah disesuaikan dengan modal (misalnya, investasi oleh pemilik) atau distribusi modal (misalnya, dividen). Kelemahan utama pendekatan pemeliharaan modal adalah bahwa komponen-komponen laba tidak diukur secara jelas. Internal Revenue Service menggunakan pendekatan pemeliharaan modal untuk mengidentifikasi laba yang tidak dilaporkan dan mengacu pendekatan ini sebagai ”net worth check”. Laba juga dapat diklasifikasikan menurut pelanggan, lini produk, atau fungsi. Atau menurut kategori operasi dan non operasi, berlanjut dan yang 15 dihentikan, serta biasa dan tidak biasa. Istilah ”tidak biasa” mengacu pada transaksi dan kejadian lain yang berasal dari luar operasi bisnis normal perusahaan. D. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sudah dilakukan oleh Utomo (2009) yang menganalisis pengaruh kebijakan hutang, kebijakan investasi, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan manufaktur. Penelitian tersebut mempunyai kesimpulan bahwa kebijakan hutang tidak mempengaruhi nilai perusahaan manufaktur. Begitu pula dengan kebijakan investasi yang dinyatakan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Lain halnya dengan keputusan pendanaan yang diproksikan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur. Nuringsih (2010) menganalisis pengaruh profitabilitas, kebijakan hutang dan kepemilikan institusional terhadap kepemilikan manajerial dan pengaruhnya terhadap risiko. Kesimpulan dari penelitian tersebut yakni profitabilitas tidak mempengaruhi kepemilikan manajerial, sedangkan kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial dan kepemilikan berpengaruh negatif terhadap risiko. manajerial tersebut yang