1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak
merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya
pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan
penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Tugas mulia
administrasi perpajakan, terutama administrasi pajak pusat, diemban oleh
Direktorat Jenderal Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah yang secara
struktural berada di bawah Departemen Keuangan. Dengan visi menjadi model
pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan
kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, Direktorat Jenderal
Pajak menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, adalah untuk menghimpun
penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian
pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat
efektifitas dan efisiensi yang tinggi.
Salah satu jenis pajak yang merupakan sumber penerimaan negara adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang menggantikan Pajak Penjualan (PPn) sejak
1 April 1985. yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.11 Tahun 1994 dan
Undang-Undang No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM. Undang-undang
1
2
ini disebut Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Dasar pemikiran
pengenaan pajak ini pada dasarnya adalah untuk mengenakan pajak pada tingkat
kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi, yang pengenaannya dilakukan secara
tidak langsung kepada konsumen.
Ditinjau dari definisi antara perusahaan dan negara mempunyai
beberapa kesamaan kepentingan yaitu bagaimana supaya keduanya dapat menjaga
kelangsungan hidup sehingga kesejahteraan masyarakat maupun organisasi
perusahaan dapat tercapai. Salah satu caranya adalah dengan cara meningkatkan
sumber penerimaan dan mengontrol semua pengeluaran-pengeluaran yang terjadi.
Dan keduanya merupakan suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Jika kesejahteraan masyarakat terjamin maka sumber
pendapatan masyarakat meningkat, kalau sumber pendapatan meningkat daya beli
masyarakat meningkat, maka sektor dunia usaha akan bergairah pula dan jika hal
ini tejadi maka penerimaan negara dari sisi pajak juga meningkat pula.
Pajak pertambahan nilai menurut Mardiasmo ( 2010 ) : pajak yang
dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ataupun Jasa Kena Pajak
(JKP) didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha pajak ini memiliki
ciri khas, yaitu mempunyai nilai tambah. Pajak Pertambahan Nilai lebih dikenal
dengan sebutan pajak atas konsumsi (tax on consumption). Perhitungan pajak
pertambahan nilai ( PPN ) dilakukan antara selisih antara pajak keluaran dan pajak
masukan yang tarifnya sudah ditentukan 10% dari barang atau jasa yang
dikeluarkan maupun yang diterima. Penyetoran PPN dilakukan pembayaran ke
Bank presepsi melalui SSP ( Surat Setor Pajak ), dan Pelaporan PPN dilakukan
3
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa ( SPT-Masa PPN) bukan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Pertambahan Nilai karena SPT Masa PPN lebih
kumulatif. Artinya, laporan keuangan dihitung tahunan, tapi perhitungan pajaknya
dihitung bulanan, karena setiap bulannya banyak transaksi dan pajak dihitung dari
atau ditanggung konsumen.
Surat Pemberitahuan merupakan sarana wajib Pajak untuk menetapkan atau
menghitung sendiri besarnya pajak terutang. SPT Masa merupakan laporan
bulanan mengenai perhitungan dari :
1.
Pajak Masukan berdasarkan realisasi pembelian Barang Kena Pajak
(BKP) atau realisasi Jasa Kena Pajak (JKP)
2.
Pajak Keluaran berdasarkan realisasi pengeluaran Barang Kena
Pajak (BKP) atau realisasi Jasa Kena Pajak (JKP).
3.
Penyetoran pajak atau kompensasi.
Penulis mengambil data PPN pada PT. ANGZCOMMERZ INDONESIA
karena perusahaan sebagai Wajib Pajak sudah memenuhi syarat Subjek dan Objek
Pajak Pertambahan Nilai yang sudah berada cukup lama beroperasi di Indonesia
dengan kegiatannya sebagai distributor pintu. Prosedur perlakuan PPN yang
dilakukan PT. ANGZCOMMERZ INDONESIA mulai dari perhitungan sampai
pelaporan sudah banyak yang sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara
perpajakan, tapi ada beberapa hal yang belum sepenuhnya dilakukan oleh PT.
ANGZCOMMERZ INDONESIA. Oleh karena itu penulis memilih perusahaan ini
bertujuan untuk menganalisis prosedur penerapan akuntansi pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai ( PPN ) dan pengaruhnya terhadap laporan keuangannya agar
4
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang
No.42 tahun 2009 tentang PPN.
Berdasarkan pertimbangan dan uraian diatas, maka penulis mencoba
membahas lebih lanjut mengenai pelaksanaan Akuntansi Pengenaan PPN yang
dilakukan oleh wajib pajak. Mengingat pentingnya pembiayaan pembangunan
dengan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai , maka dalam penyusunan laporan
ini penulis mengambil judul :
“ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
PADA PT. ANGZCOMMERZ INDONESIA DI SURABAYA”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dalam perusahaan
sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku ?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada Perusahaan Dagang Pintu “
PT. ANGZCOMMERZ INDONESIA di Surabaya ? ”
5
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji dan menganalisis penerapan yang benar mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku khususnya PPN
perusahaan yang telah penulis jadikan obyek penelitian.
2. Untuk menguji dan menganalisis sampai sejauh mana implementasi
penerapan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pengaruhnya
terhadap laporan keuangan yang dilakukan perusahaan dan Pengaruhnya
terhadap laporan Keuangannya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan skripsi ini adalah :
1. Bagi Perusahaan, diharapkan hasil penelitian tersebut dapat digunakan
sebagai bahan informasi khususnya bagian akuntansi (perpajakan) dalam
penerapan PPN yang sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara
perpajakan yang berlaku, sehingga menjadi kontrol terhadap pengeluaran
keuangan perusahaan tersebut menjadi lebih baik dan benar.
2. Bagi Penulis, akan menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
implementasi penerapan teori perpajakan yang telah diperoleh dibangku
kuliah kedalam praktek perpajakan pada perusahaan yang sebenarnya.
3. Bagi Akademis, sebagai wacana pengetahuan dan digunakan sebagai
bahan referensi dan pembanding untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Download