analisis perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN KACANG METE
DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh:
Aulia Rahma Kautsari
H 0808079
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN KACANG METE
DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN WONOGIRI
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Aulia Rahma Kautsari
H 0808079
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal: 26 Desember 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Anggota I
Anggota II
Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si.
NIP. 19671012 199302 1 001
Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si.
NIP. 19780715 200112 2 001
Setyowati, SP., MP.
NIP. 19710322 199601 2 001
Surakarta,
Januari 2013
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.
NIP. 19560225 198601 1 1001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional
Kabupaten Wonogiri”.
Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun
materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :
1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian UNS Surakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian UNS Surakarta, serta selaku Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan,
nasehat, dan petunjuk kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
4. Ibu Nuning Setyowati, SP. M.Sc. selaku Ketua Komisi Sarjana Program
Studidi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan petunjuk
kepada penulis.
6. Ibu Setyowati, SP., MP. selaku dosen penguji atas saran dan masukan kepada
penulis.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan segala urusan
administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi Penulis.
9. Kepala dan seluruh staff Kantor BAKESBANG POLINMAS Kabupaten
Wonogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, UPT Pasar Kota Wonogiri, UPT
Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan UPT Pasar Kecamatan Jatisrono yang telah
memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan
penulis.
10. Para pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
Pasar Kecamatan Jatisrono tempat saya melakukan penelitian, terimakasih
atas bantuan serta informasi-informasi yang diberikan.
11. Kedua orang tua tercinta: Bapak Pudjoko dan Ibu Warsini terimakasih atas
segala dukungan, perhatian, nasehat, semangat, dan doa yang telah diberikan
selama ini.
12. Mbak masku: Mbak Nina, Mbak Putik, Mas Guruh, Mas Six, Mas Heri, dan
Mbak Lena terimakasih atas semangat dan bantuan dalam segala hal.
13. Keponakan-keponakanku: Raso, Atta, Falah, Rafa, Arsa, dan Loly yang
memberi hiburan di keseharianku.
14. Sahabat-sahabatku: Dyah Puspitasari Purnaningtyas, Galuh Perwita Sari, Ayu
Nilasari, dan Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni yang selalu bersedia dengan
ikhlas memberi semangat, motivasi, dan saling mendoakan sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.
15. Sahabat-sahabatku: Lian, Zana, Yeyen, Arif, Zaki, Brian, dan Taufik yang
selalu memberi masukan dan semangat dalam segala hal.
16. Teman-temanku: Eriska, Tami, Riana, Riri, Ifa, Carrine, Mesti, Puput,
Nyitnyit, Suryani, Aik, Anin, Mas Nur, Abid, Ragil, Mas Nanda, Indra, Budi,
Heri dan seluruh teman-teman Agribisnis 2008, terima kasih atas
kebersamaan, kerjasama, persahabatan, dan persaudaraan yang indah ini.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17. Teman-teman Agribisnis 2008 yang telah banyak membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.
18. Teman-teman Agrobisnis 2007 dan Agribisnis 2009 Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi semangat, masukan,
dan tambahan pengetahuan.
19. Teman-teman SMP N 1 Wonogiri: Yustiti, Titin, Windy, dan temam-teman
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberi saran, bantuan,
dan motivasi kepada penulis.
20. Teman-teman SMA N 1 Wonogiri: Santi, Rista, Agung, Raras, Esam, Riza,
dan temam-teman, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberi saran, bantuan, dan motivasi kepada penulis.
21. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun di demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan dapat digunakan sebagai acuan
maupun tambahan referensi bagi para pembaca.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
RINGKASAN .................................................................................................
xii
SUMMARY ....................................................................................................
xiv
I. PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................................
1
1
3
5
5
II. LANDASAN TEORI ..................................................................................
A. Penelitian Terdahulu ...............................................................................
B. Tinjauan Pustaka ....................................................................................
1. Perilaku Konsumen ..........................................................................
2. Pemasaran dan Bauran Pemasaran....................................................
3. Pasar dan Pasar Tradisional ..............................................................
4. Komoditi Mete ..................................................................................
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .....................................................
D. Hipotesis..................................................................................................
E. Asumsi ....................................................................................................
F. Pembatasan Masalah ...............................................................................
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel.........................
6
6
8
8
15
17
19
26
28
29
29
29
III. METODE PENELITIAN ...........................................................................
A. Metode Dasar Penelitian .........................................................................
B. Metode Pengumpulan Data .....................................................................
1. Metode Penentuan Daerah dan Lokasi Penelitian.............................
2. Metode Pengambilan Sampel Responden .........................................
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................
1. Data Primer .......................................................................................
2. Data Sekunder ...................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
1. Observasi...........................................................................................
2. Wawancara ........................................................................................
36
36
36
36
37
39
39
39
39
39
39
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pencatatan .........................................................................................
E. Metode Analisis Data ..............................................................................
1. Analisis Deskriptif ............................................................................
2. Pengukuran Variabel .........................................................................
3. Lebar Interval ....................................................................................
4. Analisis Faktor ..................................................................................
5. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan oleh Konsumen
40
40
40
40
41
41
43
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ...........................................
A. Kondisi Geografis ...................................................................................
B. Keadaan Penduduk..................................................................................
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin .....................................
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur .................................
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ..............................
C. Keadaan Perekomian...............................................................................
44
44
45
45
46
48
49
51
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................
A. Karakteristik Responden Kacang Mete...................................................
1. Karakteristik Responden Kacang Mete Menurut Jenis
Kelamin .............................................................................................
2. Karakteristik Responden Menurut Umur ..........................................
3. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota
Keluarga ............................................................................................
4. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ....................
5. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ...................................
6. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah
Tangga ...............................................................................................
B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran
Kacang Mete ...........................................................................................
C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan
Dipertimbangkan Konsumen ..................................................................
D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Kacang Mete ...........................................................................................
1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional .........................
2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete ............................
3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete ...................................................
4. Jumlah Pembelian Kacang Mete .......................................................
5. Bauran Pemasaran dalam Pembelian Kacang Mete ..........................
53
53
53
53
55
55
57
59
60
65
75
76
76
77
78
79
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 88
A. Kesimpulan ............................................................................................. 88
B. Saran ..................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91
LAMPIRAN ....................................................................................................... 95
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong
Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri Tahun
2006-2010 .....................................................................................
20
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram) .............
21
Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji
Lambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg) .........................................
24
Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kacang Mete
Indonesia Tahun 1999-2009 ..........................................................
25
Tabel 5. Pengukuran Variabel Produk ........................................................
33
Tabel 6. Pengukuran Variabel Harga ..........................................................
34
Tabel 7. Pengukuran Variabel Promosi.......................................................
34
Tabel 8. Pengukuran Variabel Tempat........................................................
35
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Kelamin
Tahun 2006-2010 ..........................................................................
45
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Kelompok
Umur Tahun 2010 .........................................................................
47
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis
Tingkat Pendidikan tahun 2010 ....................................................
49
Tabel 12. Besarnya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Wonogiri Tahun 2010 ...................................................................
50
Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 .........
51
Tabel 14. Jumlah Pedagang dalam Pasar Umum (Pasar Tradisional di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 .................................................
52
Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin...
53
Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur .....................
54
Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga ......
55
Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan ................
56
Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan ................................
57
Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga
dalam Satu Bulan ..........................................................................
59
Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ..............
61
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri..............
62
Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ..............
63
Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri ..............
64
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy
and Bartlett’s Test .........................................................................
67
Tabel 26. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 1 .............................................
68
Tabel 27. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 2 .............................................
69
Tabel 28. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 3 .............................................
70
Tabel 29. Hasil Perhitungan Analisis Faktor 4 .............................................
71
Tabel 30. Communalities...............................................................................
71
Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor ............
72
Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel ............................
74
Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja
di Pasar Tradisional .......................................................................
76
Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli
Kacang Mete .................................................................................
77
Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang
Mete...............................................................................................
77
Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Pembelian Kacang
Mete...............................................................................................
78
Tabel 37. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat ..............................
79
Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk ...............................
82
Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi .............................
84
Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Harga .................................
86
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian Konsumen .......................................
10
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen .................................
13
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah......................
28
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
Halaman
Lampiran 1. Identitas Responden Kancang Mete ........................................
95
Lampiran 2. Profil Perilaku Konsumen Kacang Mete .................................
101
Lampiran 3. Identifikasi Faktor dalam Pembelian Kacang Mete ................
104
Lampiran 4. Identifikasi Indikator Persepsi dan atau Penilaian
Konsumen................................................................................
106
Lampiran 5. Hasil Analisis Persepsi dan atau Penilaian Konsumen
terhadap Bauran Pemasaran Kacang Mete ..............................
109
Lampiran 6. Hasil Analisis Faktor 1 ............................................................ 113
Lampiran 7. Hasil Analisis Faktor 2 ............................................................ 122
Lampiran 8. Hasil Analisis Faktor 3 ............................................................ 130
Lampiran 9. Hasil Analisis Faktor 4 ............................................................ 136
Lampiran 10. Kuisioner Penelitian ................................................................
142
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian .................................................................
146
Lampiran 12. Foto Penelitian .........................................................................
147
Lampiran 13. Peta Daerah Penelitian ............................................................ 149
Lampiran 14. Modul Analisis Faktor .............................................................
commit to user
xi
150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
Aulia Rahma Kautsari. H0808079. 2013. Analisis Perilaku Konsumen
dalam Pembelian Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri. Di
bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. dan Ibu Bekti Wahyu
Utami, S.P., M.Si. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kacang mete merupakan makanan ringan yang gurih dan enak. Selain
dikonsumsi sebagai makanan ringan, kacang mete juga dapat dimanfaatkan untuk
bermacam produk olahan seperti campuran pada industri roti, cokelat, es krim,
dan sebagainya. Banyaknya penggunaan dan rasanya yang enak membuat kacang
mete mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sampai saat ini, kacang mete lebih banyak
dibeli atau dikonsumsi sebagai makanan ringan pada acara keluarga atau saat hari
raya Idul Fitri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik konsumen kacang
mete, persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran kacang
mete, mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan variabelvariabel dominan yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang
mete, dan mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Metode
dasar penelitian menggunakan metode deskriptif analisis. Daerah penelitian
dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dengan penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode accidental sampling, di mana peneliti berada di
tempat penelitian untuk melakukan penyebaran kuesioner dan melakukan
wawancara kepada responden. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 96
orang pembeli yang didasarkan pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan
teknik pengumpulan data secara wawancara, pencatatan, dan observasi. Metode
analisis data dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu
analisis yang digunakan untuk mereduksi, meringkas dari banyak variabel
menjadi beberapa faktor. Analisis faktor menggunakan data yang berasal dari
pendapat responden terhadap 16 variabel kacang mete yang diamati.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan karakteristik
responden sebagian besar adalah perempuan (78,13%), dengan kelompok umur
keluarga paruh baya dengan anak (45 – 64 tahun) (57,29%), keluarga kecil dengan
jumlah anggota keluarga kurang dari sampai dengan 4 orang (60,42%), tingkat
pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) (48,96%), bekerja sebagai ibu rumah tangga
(29,17%), dan pendapatan 2.800.001 – 4.350.000 (48,96%). Persepsi dan atau
penilaian konsumen faktor produk penting bagi konsumen, faktor harga penting
bagi konsumen, faktor promosi cukup penting bagi konsumen, dan faktor tempat
penting bagi konsumen. Hasil analisis faktor menunjukkan ada 4 faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam pemembelian kacang mete di pasar tradisional
Kabupaten Wonogiri. Keempat faktor tersebut berdasarkan prioritasnya adalah
faktor tempat (17,746%), faktor produk (14,914%), faktor promosi (11,337%),
dan faktor harga (8,136%). Variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsumen untuk faktor tempat adalah variabel kebersihan pasar (factor loading
sebesar 0,711), faktor produk adalah variabel rasa (factor loading sebesar 0,722),
faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga (faktor loading sebesar 0,696),
dan faktor harga adalah variabel harga (factor loading sebesar 0,597). Perilaku
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian mempertimbangkan
alasan responden berbelanja di pasar tradisional karena dekat dengan rumah
(36,46%), konsumen kacang mete biasanya mengkonsumsi pada saat ada acara
keluarga (33,33%), frekuensi pembelian satu kali dalam 3 bulan (59,38%) dengan
jumlah pembelian kacang mete 2 kg (43,75%), dan faktor bauran pemasaran, yaitu
faktor tempat, produk, promosi, dan harga.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian, yaitu sebaiknya
pedagang menjual kacang mete dengan variasi kemasan (berat/isi), selalu menjaga
mutu kacang mete yang dijual sehingga konsumen tidak merasa kecewa dengan
kacang mete yang dibelinya, pedagang menjual kacang mete dengan variasi rasa,
dan meningkatkan promosi kacang mete yang sudah ada seperti pemberian label
pada kemasan kacang mete.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY
Aulia Rahma Kautsari. H0808079. 2013. Analysis of Consumer Behavior
to Buy Cashew Nuts at Traditional Market Wonogiri Regency. Under the guidance
of Mr. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. and Mrs. Bekti Wahyu Utami, S.P., M.Si.
Faculty of Agriculture of Sebelas Maret University, Surakarta.
Cashew is a tasty snack. Besides being able to consumed as a snack,
cashew also be used for kind of processed products mix such as bread, chocolate,
ice cream, and etc. The delicious taste makes cashews have a high economic
value. To date, more cashews purchased or consumed as snacks at family event or
Eid day.
The purpose of this study is to know the characteristics of consumers
cashews, perception and or consumer ratings toward the marketing mix of
cashews, examine the factors that considered by consumers and the dominant
variables considered in the decision to buy cashew nuts, and to know the
consumer behavior in making decision to buy cashew nuts at traditional market in
Wonogiri Regency.
The basic method of research is used analytical descriptive method.
Research areas implemented in Wonogiri Regency. Determining of the research
location is done purposively. Sampling method used in this study is accidental
sampling, where the researcher is in the place to carry out research questionnaires
and conduct interviews with respondents. The number of samples taken was 96
buyers based on the confidence level of 95%. The types of data used in this study
are the primary data and secondary data that collected with interview, recording,
and observation. The method of data analysis used is factor analysis. The factor
analysis is an analysis that is used to reduce, summarize the many variables into
several factors. Factor analysis using data derived from the opinions of
respondents to 16 variables observed cashew nuts.
Based on the research conducted showed that most of the characteristics of
the respondents were female (78,13%), by age group-aged families with children
(45-64 years) (57,29%), a small family with a number of family members up to
less than 4 people (60,42%), higher education (D1-D3, S1, and S2) (48.96%),
working as housewives (29.17%), and respondents who has income between
2.800.001-4.350.000 (48.96%). Perception and or consumer ratings toward the
marketing mix of cashews of the factors of product essential for consumers,
factors of price essential for consumers, factors of promotion essential enough for
consumers, and the factors of place are essential for consumers. The results of
factor analysis indicate that there are four factors that become the consumers
consideration in purchasing of cashew nuts at traditional markets in Wonogiri
Regency. Based on the priority, the factors are factor of place (17,746%), factor of
products (14,914%), factor of promotion (11,337%), and factor of price
(8,136%). While the most considered variable by consumers in buying cashew
nuts at traditional markets in Wonogiri Regency from each factors are hygiene
market variable for factor of place (factor loading of 0,711), taste variable for
factor of product (factor loading of 0,722), suitability prices variable for factor of
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
promotion (factor loading of 0,696), and price variable for factor of price (factor
loading as 0,597). Consumer behavior in the purchase decision process to
consider the reasons respondents shop at traditional markets because it is close to
home (36.46%), consumers generally consume nuts when there are family events
(33.33%), the frequency of one-time purchase within 3 months (59.38%), with
total purchases cashews 2 kg (43.75%), and marketing mix factors, ie place,
product, promotion, and price factors.
The advice can be given based on the results of the research that the
merchants selling cashew nuts with variety packs (weight or contents), always
maintain the quality of cashew nuts that are sold so that consumers do not feel
disappointed with cashews are bought, the merchant sells cashews with a variety
of flavors, and enhance the promotion of existing cashew nuts as the labeling on
the packaging of cashew nuts.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan
lapangan kerja, menyediakan bahan baku bagi industri hasil pertanian, dan
meningkatkan perolehan devisa negara dengan jalan meningkatkan jumlah
volume dan nilai ekspor hasil pertanian (Bank Indonesia, 2003). Sektor
pertanian terdiri dari subsektor-subsektor yaitu subsektor pertanian, subsektor
peternakan, subsektor perikanan, subsektor perkebunan, dan subsektor
kehutanan.
Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki
peran penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Tanaman jambu mete
(Anacardium occidentale L.) adalah salah satu komoditas sektor perkebunan
di Indonesia. Pada tahun 2000 areal tanam jambu mete di Indonesia seluas
535.745 hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan swasta.
Tanaman jambu mete banyak dikembangkan di daerah beriklim kering dan di
lahan-lahan kritis. Selain sebagai tanaman penghijauan, hasil utama tanaman
jambu mete adalah kacang mete yang termasuk komoditi mewah karena
harganya yang mahal (Samadi, 2007). Menurut Darsono (2004), apabila
dikembangkan secara serius tanaman jambu mete dapat memberikan manfaat
secara ekonomi yang sangat besar, baik bagi masyarakat maupun bagi negara.
Bagi
masyarakat,
pengembangan
jambu
mete
dapat
meningkatkan
pendapatan dan dapat memberi lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi negara
dapat memperoleh devisa dari ekspor jambu mete.
Darsono (2004) juga menyatakan bahwa di Jawa Tengah terdapat
11.828,68 Ha tanaman jambu mete yang tersebar di 31 kabupaten, 60%
berada di Kabupaten Wonogiri (7.059 Ha) merupakan jumlah terbesar di
Jawa Tengah dan diusahakan oleh 92.265 kepala keluarga petani Wonogiri.
Kabupaten Wonogiri juga menyumbang produk gelondong mete terbesar,
yaitu 3.011.000 Kg (61,90%) untuk Jawa Tengah (4.864.130 Kg). Menurut
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
data BPS (2010), pada tahun 2009 luas lahan perkebunan rakyat jambu mete
di Kabupaten Wonogiri adalah 20.505 Ha (77,94%) dari total luas lahan
perkebunan rakyat jambu mete di Jawa Tengah (26.308,7 Ha). Sedangkan
produksi jambu mete di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 7.177 ton
(81,52%) untuk Jawa Tengah (8.804,02 ton).
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah
yang memiliki produk unggulan berupa kacang mete yang dapat digunakan
untuk berbagai macam hidangan. Kacang mete dibeli untuk disajikan sebagai
makanan ringan dalam sebuah hajatan, acara keluarga, atau juga sebagai buah
tangan karena rasanya gurih dan enak. Permintaan kacang mete kebanyakan
dari industri makanan yang dimanfaatkan sebagai campuran pada industri
gula atau industri roti.
Kacang mete di Kabupaten Wonogiri lebih banyak diperdagangkan di
kios-kios pasar daripada di toko makanan di luar pasar. Hal ini karena sedikit
toko makanan di luar pasar yang menjual kacang mete, dan toserba atau
swalayan di Kabupaten Wonogiri hanya menjual kacang mete pada saat
tertentu seperti saat menjelang hari raya Idul Fitri. Menurut Mursitama
(2012), pasar tradisional memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Pertama,
secara fisik pasar berada reltif dekat dengan tempat tinggal, perkampungan,
atau perumahan. Jadi, dari sisi jarak dalam artian kedekatan fisik, pasar
tradisional ada di sekitar kita. Kedua, kedekatan antara penjual dan pembeli
lebih terasa karena interaksi mereka yang berulang-ulang dan mendalam.
Interaksi sosial yang hangat dan personal sering terjadi di pasar tradisional.
Transaksi yang berulang, tawar-menawar yang dilakukan dengan ‘taktik’
tertentu agar mendapatkan harga lebih murah atau bonus lebih banyak,
seringkali menciptakan ‘kedekatan’ yang maknanya tidak bisa direduksi
sebagai
sekedar
hubungan
antara
penjual
dan
pembeli.
Karena
keramahtamahan penjual, tak jarang pembeli pun sepakat dengan penawaran
penjual. Yang terjadi adalah saling menguntungkan.
Selain produk, di dalam pasar terdapat pemasar (penjual) dan calon
pembeli (konsumen) yang melakukan kegiatan belanja untuk memenuhi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
kebutuhannya. Menurut Kotler (1997), pemasar menggunakan bauran
pemasaran sebagai alat pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi
perilaku pembeli dalam memutuskan suatu kegiatan pembelian. Bauran
pemasaran dapat juga digunakan pemasar untuk mendapatkan informasi
mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen yang dapat
mempengaruhi keputusan pembelian produk. Sehingga pemasar mempunyai
strategi yang kuat dalam mempengaruhi reaksi konsumen dan dapat
mengoptimalkan penjualan kacang mete dengan memadukan faktor bauran
pemasaran tersebut. Bauran pemasaran yang dimaksud adalah faktor produk,
faktor harga, faktor promosi, dan faktor tempat.
Pemasar dapat menggunakan faktor bauran pemasaran, yaitu faktor
produk kacang mete, faktor harga kacang mete, faktor promosi penjualan
kacang mete, dan faktor tempat penjualan kacang mete, sehingga dapat
memahami perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian
kacang mete di pasar tradisional. Konsumen kacang mete di Kabupaten
Wonogiri melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional yang merupakan
salah satu tempat dimana produk kacang mete dapat diperjual-belikan.
Masyarakat di Kabupaten Wonogiri yang beragam dapat mempengaruhi tipe
perilaku konsumen dalam membeli kacang mete. Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku konsumen dalam
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
B. Perumusan Masalah
Kacang mete merupakan makanan yang digemari banyak masyarakat
karena rasanya yang gurih dan enak. Selain karena rasanya, kacang mete
memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Gizi yang
terkandung dalam kacang mete adalah lemak, protein, karbohidrat, gula,
selulosa, vitamin B1, vitamin E, abu, niacin, kalsium, fosfor, natrium, kalium,
magnesium, besi, tembaga, seng, mangan, dan pati Ascorbic Acid
(Cahyono, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Rasa kacang mete yang gurih dan lezat sangat cocok untuk makanan
ringan (camilan). Selain dapat dikonsumsi sebagai makanan ringan, kacang
mete juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk olahan seperti
campuran pada industri roti, cokelat, es krim, dan sebagainya. Banyaknya
penggunaan (pemanfaatan) dan rasanya yang enak membuat kacang mete
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (harga yang mahal). Banyak konsumen
yang tidak terbiasa mengkonsumsi kacang mete dikarenakan mengandung
lemak yang tinggi sehingga dapat menimbulkan kegemukan dan berbagai
jenis penyakit jika mengkonsumsinya secara berlebihan. Sampai saat ini, di
Kabupaten Wonogiri kacang mete lebih banyak dibeli atau dikonsumsi
sebagai camilan di saat hari raya Idul Fitri.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi seorang konsumen untuk
memutuskan produk yang akan dibelinya dapat mempengaruhi perilaku beli
konsumen tersebut. Pengetahuan yang baik tentang perilaku keputusan
konsumen terhadap suatu produk dapat berguna untuk pengembangan produk
agar lebih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Salah satu
upaya untuk memahami perilaku tersebut adalah dengan mengetahui faktorfaktor (dalam hal ini faktor bauran pemasaran) yang mempengaruhi
konsumen dalam keputusan membeli kacang mete. Setiap konsumen
memiliki alasan untuk membeli kacang mete termasuk karena faktor bauran
pemasaran dalam penjualan kecang mete. Oleh karena itu perlu adanya
penelitian tentang perilaku konsumen dalam membeli kacang mete.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimanakan presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri?
3. Faktor-faktor apa sajakah dipertimbangkan konsumen dan variabelvariabel
apa
sajakah
yang
dominan
commit to user
dipertimbangkan
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri?
4. Bagaimanakah perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik pribadi konsumen kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri.
2. Mengkaji presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di
pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
3. Mengkaji faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dan variabelvariabel dominan dipertimbangkan dalam pembelian kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri.
4. Mengetahui perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk membandingkan teori
yang telah didapat di kuliah dengan aplikasinya di dunia bisnis dan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen, penelitian dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan
yang berkaitan dengan perilaku konsumen kacang mete sebagai dasar
pertimbangan untuk menyusun perencanaan strategi pemasaran kacang
mete di Kabupaten Wonogiri.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
melakukan penelitian yang sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Febi Andana Permatasari (2007) yang berjudul Analisis
Perilaku Konsumen Buah Pisang Ambon di Pasar Tradisional di Kota
Palembang, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor
bauran pemasaran yaitu produk, harga, dan tempat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan pembelian buah pisang ambon, kecuali promosi.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli pisang ambon
di pasar tradisional di Kota Palembang dimulai dari faktor yang memberikan
pengaruh paling besar secara berurutan adalah faktor produk, faktor harga,
faktor tempat, dan faktor penampilan. Sedangkan variabel-variabel yang
dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli pisang ambon di pasar
tradisional di Kota Palembang untuk tiap-tiap faktor adalah faktor produk
yaitu variabel rasa buah, faktor harga yaitu variabel harga buah, faktor tempat
yaitu variabel jarak pasar, serta faktor penampilan yaitu variabel ketebalan
daging buah.
Penelitian Anik Widyaningsih (2008) yang berjudul Analisis Perilaku
Konsmen dalam Membeli Pepaya Bangkok (Carica papaya L.) di Pasar
Tradisional di Kabupaten Boyolali, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa
ada 4 faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli papaya
Bangkok di pasar tradisional di Kabupaten Boyolali. Keempat faktor yang
dipertimbangkan tersebut adalah faktor tempat sebesar 27,184%; faktor
produk 14,280%; faktor penampilan 10,386%; dan faktor harga 10,137%.
Sedangkan fariabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
membeli papaya Bangkok di pasar tradisional di Kabupaten Boyolali untuk
tiap-tiap faktor adalah faktor tempat yaitu variabel kenyamanan pasar, faktor
produk yaitu variabel rasa buah, faktor penampilan yaitu variabel bentuk
buah, serta faktor harga adalah variabel harga buah.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Menurut penelitian Elisabet Endah Oktaviastui (2011) yang berjudul
Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Ikan Lele di Pasar Tradisional
Kabupaten Boyolali, hasil analisis faktor menunjukkan bahwa ada 4 faktor
yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar
tradisional Kabupaten Boyolali. Keempat faktor tersebut berdasarkan
prioritasnya adalah faktor tempat sebesar 16,987%; faktor produk 13,427%;
faktor harga 11,674%; dan faktor promosi 9,288%. Variabel-variabel yang
dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan lele di pasar
tradisional Kabupaten Boyolali untuk faktor tempat adalah variabel keamanan
pasar, faktor produk adalah variabel ukuran, faktor harga adalah variabel
harga, dan faktor promosi adalah variabel promosi.
Menurut penelitian Ulanda Destriana (2011) yang berjudul Analisis
Positioning Kacang Mete di Benak Konsumen dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus di PT. Sentra
Family Food Indonesia, Jakarta Barat), bertujuan untuk menganalisis posisi
produk kacang mete yang tertanam di benak konsumen, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian
kacang mete, dan merekomendasikan strategi pemasaran. Berdasarkan hasil
kuesioner yang disebar di DKI Jakarta, di mana 160 responden yang pernah
mengonsumsi kacang mete, sebagian besar berjenis kelamin perempuan
(67%) dengan usia 17-26 tahun (56%), belum menikah (60%), karyawan
swasta (30%) dan mahasiswa (28%) dengan pendapatan Rp 2.500.000 – Rp
3.500.000 (35%). Alasan konsumen membeli kacang mete adalah rasanya
yang enak dan bervarisai (64%), biasanya mengkonsumsi pada saat santai di
rumah (54%), membeli di supermarket dan mengetahui kacang mete merek
Caspy dari media umum dan keluarga (31%) dengan frekuensi pembelian
yang tidak tentu (90%).
Hasil analisis biplot menujukkan atribut dengan vektor mengarah pada
kacang mete merek Caspy adalah atribut harga yang artinya harga kacang
mete merek Caspy lebih terjangkau dibandingkan dengan merek pesaing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli kacang mete
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Faktor yang paling
dipentingkan konsumen adalah faktor perbedaan individu dengan variabel
yang paling dominan adalah gaya hidup dan variabel yang tidak terlalu
dipentingkan adalah alasan kesehatan. Rekomendasi strategi pemasaran yang
disarankan adalah produsen memasarkan produk kacang mete diberbagai
supermarket dan minimarket, melakukan promosi penjualan melalui media
elektronik seperti iklan di televisi dan radio, membuat kemasan dan label
yang berbeda dengan ukuran yang lebih beragam sesuai dengan target
konsumen.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen dalam
pembelian serta positioning kacang mete di benak konsumen dan faktorfaktor
yang
mempengaruhi
keputusan
pembelian
konsumen,
dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang terdapat dalam bauran pemasaran
dipertimbangkan oleh konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
Pengambilan keputusan konsumen tersebut dapat dianalisis menggunakan
analisis faktor sehingga hasilnya dapat digunakan pemasar untuk mengetahui
perilaku konsumennya. Sehingga dalam penelitian ini digunakan analisis
faktor untuk menganalisis faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan
konsumen dalam proses pengambilan keputusan membeli kacang mete di
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.
B. Tinjauan Pustaka
1.
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini
(Engel et. al., 1994). Menurut Mowen dan Minor (2007), perilaku
konsumen didefinisikan sebagai semua tindakan konsumen untuk
memperoleh, menggunakan, dan membuang barang atau jasa. Beberapa
perilaku
konsumen
adalah
membeli
sebuah
produk
atau
jasa,
memberikan informasi dari mulut ke mulut tentang sebuah produk atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
jasa kepada orang lain, dan mengumpulkan informasi sebelum
melakukan
pembelian. Definisi tentang perilaku konsumen juga
menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan serangkaian langkahlangkah, dimulai dengan tahap perolehan dan akusisi (acquisition phase),
lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan berakhir dengan tahap
disposisi (disposition phase) produk atau jasa. Pada saat menginvestigasi
tahap
perolehan
para
peneliti
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Salah satu faktor yang berkaitan
dengan pencarian dan penyeleksian barang dan jasa adalah simbolisme
produk
yaitu orang biasanya ingin mencari sebuah produk untuk
mengekspresikan diri mereka kepada orang lain tentang ide-ide tertentu
dari diri mereka.
Menurut Susanto (1999), para konsumen mempunyai perilaku
pembelian kompleks ketika mereka terlibat dalam suatu pembelian dan
menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Para
konsumen sangat terlibat bila suatu produk, mahal, jarang dibeli,
berisiko, dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi. Pembeli akan
melalui
suatu
proses
belajar
yang
pertama
ditandai
dengan
mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut, kemudian
pendirian dan pilihan pembelian dengan bijaksana. Oleh sebab itu,
pemasar perlu mengembangkan strategi-strategi yang membantu pembeli
dalam mempelajari atribut-atribut dari kelas produk tersebut, kepentingan
relatifnya, dan kedudukan merek perusahaan yang tinggi pada atribut
yang paling penting.
Konsumen memiliki kriteria (atribut) yang akan dievaluasi yang
dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk di suatu tempat, yaitu:
(1) lokasi; (2) sifat dan kualitas keragaman yang diberikan; (3) harga; (4)
iklan dan promosi; (5) personel penjualan; (6) pelayanan yang diberikan;
(7) atribut fisik toko; (8) sifat pelanggan toko; (9) atmosfer toko; dan (10)
pelayanan dan kepuasan sesudah transaksi (Engel et. al., 1995).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Penjual menggunakan bauran pemasaran sebagai alat pemasaran
yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku konsumen dalam
memutuskan suatu kegiatan pembelian. 4P (product, price, place,
promotion) mencerminkan pandangan penjual terhadap alat pemasaran
yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pandang
pembeli, setiap alat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat
bagi pelanggan. Robert Lauterborn menyarankan agar 4P penjual
merupakan tanggapan terhadap 4C pembeli, yaitu produk (product)
merupakan kebutuhan dan keinginan pembeli (costumer needs and
wants), harga (price) merupakan biaya bagi pembeli (cost to the
costomer),
tempat
(place)
merupakan
kemudahan
memperoleh
(convienience), dan promosi (promotion) merupakan komunikasi
(communication) (Kotler, 1997).
Menurut Kotler (1997), model perilaku pembelian konsumen
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Rangsangan
Pemasaran
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Rangsangan
lain
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Karakteristik
Pembeli
Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologis
Proses Keputusan
Pembelian
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi
Keputusan
Perilaku pasca-pembelian
Keoutusan
Pembelian
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan penyalur
Waktu pembelian
Jumlah pembelian
Gambar 1. Model Perilaku Pembelian Konsumen (Kotler, 1997)
Rangsangan pemasaran terdiri dari “empat P”, yaitu produk,
harga, tempat, dan promosi. Rangsangan yang lain terdiri dari kekuatankekuatan dan kejadian penting dalam lingkungan pembeli, seperti
ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua rangsangan ini melewati
kotak hitam pembeli (karakteristik pembeli dan proses pengambilan
keputusan) dan menhasilkan serangkaian tanggapan dari para pembeli
yang bisa diteliti sehingga diperoleh keputusan pembelian. Tanggapan
tersebut adalah pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu
pembelian, dan jumlah pembelian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), model keputusan
konsumen mencerminkan adanya proses kognitif atas pemecahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
masalah yang dialami oleh konsumen dan terdiri dari tiga komponen
utama yaitu input, proses, dan output.
a. Input
Komponen input yang ada meliputi pengaruh dari luar yang
berlaku sebagai sumber informasi dan mempengaruhi konsumen
melalui nilai dan perilaku yang berhubungan dengan produk. Yang
berperan penting dalam input adalah kegiatan bauran pemasaran yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada
konsumen
potensial
dan
juga
pengaruh
sosiokultural
untuk
menggiring konsumen dalam keputusan.
b. Proses
Dalam
proses
pembuatan
keputusan
konsumen
harus
diperhatikan beberapa faktor psikologis yang memiliki pengaruh
internal terhadap konsumen. Tiga tahapan proses yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian alternatif, dan evaluasi alternatif. Pencarian
informasi atas produk tergantung dari jenis produk yang dibeli,
dimana semakin kompleks atau rumit produk yang akan dibeli,
semakin banyak informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini ada tiga
tahapan proses pembuatan keputusan konsumen, yaitu: pengenalan
kebutuhan, pencarian alternatif pembelian, dan evaluasi alternatif.
c. Output
Pada bagian ini terdapat dua bentuk kegiatan pasca keputusan
pembelian yang sangat erat yaitu perilaku pembelian dan perilaku
pasca pembelian. Dalam perilaku pembelian, konsumen melakukan
dua tipe pembelian yaitu pembelian uji coba dan pembelian ulang.
Evaluasi pasca pembelian pada saat konsumen menggunakan produk,
terutama pada saat uji coba, mereka menilai kemampuan produk,
apakah sesuai dengan harapan mereka atau tidak. Ada tiga
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu: pertama, kemampuan produk
sesuai dengan standar yang telah ditentukan, menghasilkan reaksi
netral pada konsumen; kedua, kemampuan produk berada diatas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
standar
konsumen
sehingga
menghasilkan
kepuasan;
ketiga,
kemampuan produk berada dibawah standar yang telah ditentukan,
akan menghasilkan ketidakpuasan.
Berdasarkan faktor yang dipertimbangkan, menurut Hawkins
et.al. dalam Simamora (2003), pengambilan keputusan pembelian dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengambilan keputusan berdasarkan atribut produk (atribut-based
choice). Pengambilan keputusan ini memerlukan pengetahuan tentang
apa atribut suatu produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut.
Asumsinya, keputusan diambil secara rasional dengan mengevaluasi
atribut-atribut yang dipertimbangkan.
b. Pengambilan keputusan berdasarkan sikap (attitude-based choice).
Pengambilan keputusan ini diambil berdasarkan kesan umum, intuisi
maupun perasaan. Pengambilan keputusan seperti ini bisa terjadi pada
produk yang belum dikenal atau tidak sempat dievaluasi oleh
konsumen.
Menurut Setiadi (2010), keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, probadi, dan psikologi.
Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
pemasar tetapi diperhitungkan.
a. Faktor budaya, memberi pengaruh sangat luas dan mendalam terhadap
tingkah-laku konsumen. Dalam membeli terdapat beberapa peran
budaya, yaitu kebudayaan, sub budaya, serta klas sosial pembeli.
b. Faktor
sosial,
kelompok
mempengaruhi
acuan
konsumen
tingkah-laku
yaitu
konsumen
kelompok-kelompok
adalah
yang
mempengaruhi langsung atau tidak langsung sikap dan tingkah-laku
orang tersebut, keluarga seperti orang tua dan suami atau istri, serta
peranan serta status sosial pembeli.
c. Faktor pribadi, mempengaruhi tingkah-laku konsumen adalah usia dan
tahapan daur hidup seperti pekerjaan, keadaan ekonomi yang meliputi
pendapatan yang dapat dibelanjakan; tabungan; dan harta, gaya hidup,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
pekerjaan, serta kepribadian dan konsep diri yang berguna untuk
menganalisis tingkah laku konsumen.
d. Faktor
psikologis,
mempengaruhi
pembelian
seseorang
juga
dipengaruhi oleh motivasi yang merupakan kebutuhan yang cukup
mendesak
untuk
mengarahkan
seseorang
mencari
pemuasan
kebutuhan, persepsi merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk memilih; mengorganisasi; dan menafsirkan masukan informasi.
Menurut Kotler (1999), model keputusan
pembelian
dapat
digambarkan dalam sebuah model sebagai berikut:
Pengenalan
masalah
Pencarian
Evaluasi
Keputusan
Tingkah laku
informasi
alternatif
pembelian
setelah pembelian
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian
Tahapan-tahapan yang ditempuh oleh pembeli untuk meraih hasil
dan keputusan pembelian adalah:
a. Pengenalan masalah, merupakan awal proses pembelian. Ketika
pembeli mengenal masalah atau kebutuhan, maka pembeli menyadari
kebutuhannya. Kebutuhan bisa ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
maupun rangsangan dari dalam.
b. Pencarian informasi, merupakan tahap proses keputusan pembeli
dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak. Ketika
mencari informasi, konsumen mungkin akan memperoleh informasi
dari bebrapa sumber, yaitu 1) sumber pribadi (keluarga, kawankawan, tetangga, kenalan), 2) sumber komersial (iklan, wiraniaga,
penyalur, kemasan, pameran), 3) sumber publik (media massa,
lembaga konsumen), 4) sumber pengalaman (pengamatan dan
penggunaan produk).
c. Evaluasi alternatif, merupakan tahap proses keputusan pembeli
dimana konsumen menggunakan informasi untuk memperoleh pilihan
akhir terhadap merek produk.
d. Keputusan pembelian adalah membeli produk yang paling disukai,
tetapi terdapat dua faktor yang bisa timbul antara pembelian dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain yang
dapat mengubah alternatif pilihan konsumen, yaitu intensitas sikap
negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen dan motivasi
konsumen untuk memenuhi harapan orang lain. Faktor kedua adalah
faktor situasi yang tak terduga. Konsumen menciptakan hasrat
pembelian berdasarkan faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat
produk. Namun, situasi tak terduga mungkin muncul dan bisa
mengubah hasrat pembelian.
e. Tingkah-laku setelah pembelian, konsumen akan merasa puas atau
tidak puas setelah membeli produk. Hal ini merupakan hubungan
antara harapan konsumen dan prestasi produk yang dirasakannya.
Apabila produk sesuai dengan harapan konsumen akan puas dan
apabila produk kurang dari harapan konsumen tersebut tidak puas.
Kepuasan konsumen akan akan mempengaruhi apakah pembeli akan
membeli kembali produk tersebut atau tidak.
Pasar-pasar konsumen terdiri atas keluarga-keluarga yang
sebagian besar terlibat dalam pembelian barang-barang atau jasa-jasa.
Siklus kahidupan keluarga akan sangat berpengaruh di dalam pembelian
barang-barang.
Siklus
kehidupan
keluarga
yang
mempengaruhi
pembelian adalah: a. pemuda-pemudi yang belum menikah, b. pemudapemudi baru menikah (belum mepunyai anak), c. suami-istri (sudah
punya anak), dan selanjutnya (Sumawihardja et. al., 1991).
Umur dan tahap kehidupan keluarga mempengaruhi perilaku
konsumen dalam keputusan pembelian. Menurut Engel et. al. (1994),
siklus kehidupan keluarga mendeskripsikan pola yang didapatkan di
antara keluarga ketika mereka menikah, mempunyai anak, meninggalkan
rumah, kehilangan pasangan hidup, dan pensiun. Tahap-tahap ini
dideskripsikan bersama dengan perilaku konsumen yang dihubungkan
dengan masing-masing tahap. Tahap kehidupan utama dari rumah tangga
menggambarkan pangsa pasar yang penting dan dideskripsikan sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
a. Single muda (younger singles), yaitu kepala rumah tangga single dan
di bawah 45 tahun tanpa anak.
b. Pasangan muda (younger couples), yaitu pasangan yang sudah
menikah dengan kepala rumah tangga di bawah 45 tahun dan tanpa
anak.
c. Orang tua muda (younger parents), kepala rumah tangga di bawah 45
tahun dengan anak.
d. Keluarga paruh baya (mid-life families), yaitu kepala rumah tangga
antara usia 45 dan 64 tahun dengan anak ada dirumah atau didukung
secara keuangan oleh rumah tangga bersangkutan.
e. Rumah tangga separuh baya (mid-life household), yaitu kepala rumah
tangga antara usia 45 dan 64 tahun tanpa anak ada dirumah atau yang
didukung secara keuangan oleh rumah tangga bersangkutan.
f. Rumah tangga tua (older households), yaitu kepala rumah tangga
berusia 65 tahun atau lebih tua atau pensiun.
2.
Pemasaran dan Bauran Pemasaran
Proses yang melibatkan aliran produk melalui suatu sistem dari
produsen ke konsumen disebut pemasaran. Secara khusus, pemasaran
dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisis dan
ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen.
Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda, yang menambah
nilai produk pada
saat produk bergerak melalui sistem tersebut
(Downey dan Erickson, 1992). Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah
suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Arti pemasaran
sering disamakan dengan pengertian penjualan, perdagangan, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
distribusi. Padahal istilah tersebut hanya merupakan bagian dari kegiatan
pemasaran secara keseluruhan. Proses pemasaran itu sudah dimulai jauh
sebelum barang-barang diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan.
Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen jika menginginkan usaha berjalan terus agar konsumen
mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan (Natalisa, 2005).
Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi dan
menjuruskan semua kegiatan perusahaan yang meliputi penilaian dan
pengubahan daya beli konsumen menjadi permintaan yang efektif akan
sesuatu barang atau jasa, serta penyampaian barang atau jasa tersebut
kepada konsumen atau pemakai terakhir, sehingga perusahaan dapat
mencapai laba atau tujuan lain yang ditetapkannya. Bauran pemasaran
adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh unsur pemasaran dan
faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai sasaran perusahaan,
misalnya laba, laba harta, penjualan bagian pasar yang akan direbut, dan
sebagainya.
Untuk merencanakannya,
dibutuhkan suatu
kegiatan
mengkombinasikan atau mencampur semua faktor pemasaran yang
bersangkutan dengan bidang usaha perusahaan (Foster, 1985). Bauran
pemasaran (marketing mix) atau 4P adalah produk (product) atau jasa,
harga (price), tempat (place) atau saluran distribusi, dan promosi
(promotion) atau bauran komunikasi (Churchill, 2001).
Bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya. Beberapa
kemungkinan tersebut bisa dikumpulkan ke dalam empat kelompok yang
dikenal sebagai ”empat P”, yaitu product (produk), price (harga), place
(tempat), dan promotion (promosi). Produk adalah barang dan jasa yang
ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Harga adalah sejumlah
uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan produk.
Tempat adalah berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh
konsumen sasaran. Promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
menonjolkan
commit to user
keistimewaan-keistimewaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
produknya dan
membujuk konsumen sasaran agar membelinya
(Kotler, 1999).
3.
Pasar dan Pasar Tradisional
Pasar adalah lokasi geografis dimana penjual dan pembeli
bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan jasa.
Pasar merupakan keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya
perpindahan hak milik produk-produk tertentu (Sudiyono, 2004).
Menurut Kotler (1999), pasar adalah sekelompok pembeli potensial yang
mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia
dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan tersebut. Sebuah pasar dapat berkembang
berkat produk, jasa, atau barang lainnya yang bernilai.
Menurut Sumawihardja et al. (1991), pasar dapat diartikan
menurut berbagai segi dan pandangan, yaitu:
a. Menurut pengertian yuridis, pasar merupakan tempat atau bursa di
mana saham-saham diperjualbelikan.
b. Bagi pedagang, pasar merupakan suatu lokasi tempat produk-produk
itu diterima, dipilih, disimpan, dan dijual.
c. Bagi manajer penjualan, pasar merupakan tempat atau letak geografis
(kota, daerah) di mana ia harus merumuskan mengenai distributor,
mengenai produk yang dijual, periklanan, salesman, dan sebagainya.
d. Menurut ahli ekonomi, pasar adalah semua pembelian dan penjualan
yang mempunyai perhatian, baik secara riil maupun potensial terhadap
suatu produk atau golongan produk.
e. Bagi seorang pemasar, pasar adalah semua orang, kelompok usaha,
lembaga-lembaga perdagangan yang membeli atau cenderung untu
membeli suatu produk atau jasa.
Pasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pasar umum dan
pasar khusus. Pasar umum atau pasar terbuka adalah pasar yang semua
transaksinya dilakukan secara terbuka dan berlaku untuk umum. Pasar
umum meliputi pasar kaki lima, pasar tradisional, toko dan kios, pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
swalayan, pasar induk, dan pasar ekspor. Sementara pasar khusus atau
pasar tertutup hanya terbuka untuk pemasuk khusus yang melakukan
transaksi barang-barang tertentu dengan cara yang khusus juga. Pasar
khusus meliputi pabrik, hotel, restoran, rumah sakit, toko khusus, dan
perorangan (Dwiyatmo, 2006).
Menurut Winardi (1992) dalam Sirait (2006), istilah pasar
diartikan sebagai wadah (tempat) sekaligus wahana (proses) jual-beli
barang berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, pakaian,
sepatu dan sandal, sayur-mayur, dan buah yang kemudian disebut sebagai
pasar tradisional. Istilah pasar tradisional diartikan sebagai tempat
berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi
jual beli barang-barang yang ada di sana. Proses perpindahan hak milik
barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga,
pasar yang demikian disebut juga pasar konkret/sandang.
Penjual dalam pasar tradisional merrupakan lembaga pemasaran
yang disebut pengecer. Menurut Sudiyono (2004), pengecer adalah
lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yg bersifat
komersil yang merupakan kelanjutan proses produksi yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran yang sangat tergantung dari aktivitas
para pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen. Keberhasilan
pengecer menjual produk kepada konsumen sangat menentukan
keberhasilan lembaga-lembaga pemasaran pada rantai pemasaran
sebelumnya.
Proses pembelian dimulai saat pembeli (konsumen) mengenali
sebuah masalah atau kebutuhan. Konsumen memiliki sikap yang
berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan
dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut
yang memberikan manfaat yang dicarinya (Kotler, 1997).
Konsumen selalu membentuk gambaran atau kesan tertentu
terhadap barang, toko, harga, maupun iklan tertentu. Secara langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
gambaran atau kesan tersebut akan mempengaruhi sikap atau tingkah
laku mereka dalam pembelian atau konsumsi barang. Bila konsumen
belum pernah melihat toko, pabrik, atau perusahaan yang mengadakan
barang atau jasa, kesan mereka dapat timbul dari reputasi barang atau
jasa, atau pun dari iklan barang dan jasa tersebut (Foster, 1985).
4.
Komoditi Mete dan Kacang Mete
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan
tanaman yang berasal dari Brazil yang merupakan daerah beriklim tropis.
Sampai saat ini tanaman jambu mete tersebar di seluruh daerah tropis
Asia, Amerika, dan Afrika. Tanaman jambu mete banyak ditanam pada
daerah kritis. Dalam hal ini jambu mete merupakan tanaman penghijauan
yang menghasilkan. Biji jambu mete laku keras di pasaran, sedang
tangkai buahnya yang lezat dapat dibuat sirup atau abon mete
(Anonim a, 1986).
Menurut
Budi
Samadi
(2007),
tanaman
jambu
mete
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi
: Spermathophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Anacardiaceae
Marga
: Anacardium
Spesies
: Anacardium occidentate L.
Jambu mete termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau
juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk
mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun
lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang
pohon yang tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai
pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk,
dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih.
Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan buah
sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu
mete yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah batu yang
berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua
tersebut oleh kulit yang mengandung getah (Anonimb, 2005).
Menurut Budi Samadi (2007), pengolahan biji mete gelondong
meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Pengeringan biji mete gelondong dengan dijemur di bawah sinar
matahari,
b. Penyimpanan dalam ruangan sehingga biji mete dingin,
c. Pengupasan kulit biji mete grlondong
d. Pengeringan kacang mete dengan dijemur di bawah sinar matahari,
e. Pengupasan kulit ari kacang mete,
f. Sortasi dan grading.
Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang
menjadi primadona di Kabupaten Wonogiri. Berikut ini adalah data
tentang luas panen, produksi, dan rata-rata produksi gelondong
perkebunan rakyat jambu mete di Kabupaten Wonogiri:
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Gelondong
Perkebunan Rakyat Jambu Mete di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2006-2010
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Luas Panen
(ha)
14.096
12.135
12.971
12.971
12.903
Produksi Gelondong
(ton)
13.316
11.089
6.718
13.877
7.145
Rata-rata
(kg/ha)
945
902
623
960
553
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui perkembangan rata-rata
produksi gelondong mete dari tahun 2006 sampai 2010 mengalami
kenaikan dan penurunan. Produksi gelondongan jambu mete di
Kabupaten Wonogiri pada tahun 2006-2010 cenderung mengalami
fluktuasi, hal ini ditunjukan adanya penurunan produksi pada tahun 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
sebesar 4.371 ton yang kemudian pada tahun 2009 mengalami kenaikan
hingga 13.877 ton, dan pada tahun 2010 turun menjadi 7.145 ton.
Fluktuasi produksi gelondong mete ini disebabkan oleh kurangnya
keterpaduan dalam pengelolaan tanaman dan lahan, serta kurangnya
usaha pengadaan dan penyaluran sarana dan prasaran usahatani.
Menurut Cahyono (2009), kacang mete memiliki nilai nutrisi
cukup tinggi, terutama protein dan lemak sehingga dapat menjadi bahan
makanan yang berenergi tinggi pula. Komposisi (jumlah) nutrisi kacang
mete sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh dan
varietas jambu mete. Kandungan nutrisi kacang mete kering adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kacang Mete Kering (per 100 gram)
Nutrisi
Kadar air
Lemak
Protein
Karbohidrat
Vitamin B1 (thiamin)
Vitamin E (tucopherol)
Niacin (PP)
Kalsium(Ca)
Fosfor (P)
Natrium (Na)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
Besi (Fe)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Mangan (Mn)
Kandungan
2,5% - 7,5%
44,4% - 50,94%
15,78% - 28,83%
22% - 29%
0,56%
210 mg
3,68 mg
0,04%
0,88%
0,005%
0,57%
0,28%
0,008%
0,002%
0,004%
0,002%
Sumber: Cahyono, 2009
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan menjadikan masyarakat mempertimbangkan kandungan nutrisi
yang terdapat pada makanan sebelum mengkonsumsinya. Berdasarkan
Tabel 2. dapat diketahui bahwa kacang mete mengandung lemak, protein
dan karbohidrat yang tinggi dibandingkan dengan nutrisi yang lain yang
terkandung dalam 100 gram kacang mete kering. Selain itu, kacang mete
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
dan buah semunya juga mengandung gula, abu, selulosa, dan pati
Ascorbic Acid. Kandungan nutrisi dapat menjadi pertimbangan untuk
mengonsumsi kacang mete karena akan berpengaruh pada kesehatan
apabila mengonsumsinya terlalu banyak.
Selamjutnya menurut Cahyono (2009), kacang mete umumnya
memiliki berat rata-rata 5-6 gram, panjang 2,5-3,5 cm, lebar 2 cm, lebar 2
cm, dan tebal 1,0-1,5 cm. Kacang mete yang masih muda berwarna hijau
mengkilap atau hijau pucat. Bila kacang mete terseebut telah tua akan
berubah warna menjadi keabu-abuan dan bila telah mongering akan
menjadi cokelat keabu-abuan. Kacang mete terdiri atas kulit buah
(pericarp) dan biji mete (kernel). Biji mete terdiri atas dua keeping biji
berwarna putih. Kacang mete tergolong memiliki nilai gizi tinggi karena
kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi sehingga dapat menjadi
bahan makanan yang berenergi tinggi pula.
Menurut warnanya, biji kacang mete dibedakan menjadi:
a. Kacang mete putih (white kernels), yakni kacang mete berwarna putih
bersih, tidak terdapat bercak berwarna cokelat atau hitam.
b. Kacang mete agak putih (fancy kernels), yakni kacang mete berwarna
agak putih atau agak gosong.
c. Kacang mete setengah gosong (dessert kernels), yakni kacang mete
setengah gosong atau bercak-bercak hitam.
d. Kacang mete gosong (scorched kernels), yakni kacang mete yang
gosong berwarna cokelat muda sampai cokelat
akibat pemanasan
yang berlebihan.
Cahyono (2009) juga menyatakan bahwa menurut ukuran biji
kacang mete dibedakan menjadi:
a. Kacang mete utuh (whole kernels), yakni kacang mete utuh
seluruhnya dan tanpa cacat.
b. Kacang mete tidak utuh, yakni sebagian kecil sudah pecah (buus
kernels).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
c. Kacang mete belahan (splits kernels), yakni kacang mete setengah
utuh atau merupakan belahan kacang mete yang utuh.
d. Kacang mete remukan besar (large pieces kernels), kacang mete yang
pecah lebih dari dua bagian dengan ukuran di atas 0,6 cm dan tidak
lolos dengan ayakan 4 mesh.
e. Kacang mete remukan kecil (small pieces kernels), yakni kacang mete
yang pecah/remuk dengan ukuran antara 0,4 – 0,5 cm dan tidak lolos
dengan ayakan 6 mesh.
f. Kacang mete remukan halus (baby bits kernels), yakni kacang mete
yang pecah/remuk halus, tetapi tidak lolos ayakan 10 mesh.
Kriteria kacang mete yang berkualitas baik sebagai berikut: (a)
Kacang mete utuh seluruhnya tanpa cacat, tidak terdapat bintik hitam
atau cokelat karena serangan hama atau cendawan; (b) Kacang mete
cukup kering dengan kadar air maksimal 5%; (c) Kacang mete tua; (d)
Kacang mete tidak tercampur dengan biji yang busuk; (e) Kacang mete
berwarna putih, pucat atau kelabu terang; dan (f) Kacang mete tidak
tercampur kotoran atau benda-benda asing. Harga jual kacang mete ke
pengepul/pedagang besar umumnya lebih rendah dibandingkan dengan
harga jual langsung ke konsumen (Anonim c, 2008).
Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang
berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan
maupun yang tersirat (Susanto, 1999). Menurut Samadi (2007), dalam
dunia perdagangan, kacang mete digolongkan menjadi empat jenis mutu
biji mete, yaitu:
a. Mutu I, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95%
merupakan kacang mete utuh.
b. Mutu II, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas 95%
merupakan kacang mete belah dua.
c. Mutu III, yakni kacang mete yang sekurang-kurangnya terdiri atas
90% merupakan kacang mete pecah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
d. Mutu IV, yakni kacang mete merupakan campuran dari kacang mete
utuh, kacang mete belah dua, dan kacang mete pecah.
Petani jambu mete menjual hasil panen yang masih berupa biji
(gelondong) mete kepada pada pengumpul. Harga produsen untuk
subsektor tanaman perkebunan rakyat biji jambu mete Indonesial tahun
2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga Produsen Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Biji
Jambu Mete Tahun 2011 (Rp/100 Kg)
No.
Bulan
Harga Produsen (Rp/100 Kg)
1. Januari
723.322
2. Februari
705.315
3. Maret
687.767
4. April
714.378
5. Mei
713.764
6. Juni
708.138
7. Juli
740.707
8. Agustus
748.786
9. September
749.361
10. Oktober
751.661
11. November
753.564
12. Desember
763.564
Rata-rata
730.048
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2012
Harga produsen merupakan harga transaksi antara petani
(penghasil) dan pembeli (pedagang pengumpul/tengkulak) untuk setiap
komuditas di suatu tempat. Tabel 3. menunjukkan bahwa harga rata-rata
kacang mete di tingkat produsen adalah Rp 730.048 per 100 kg. Harga
produsen ini merupakan harga mete yang masih dalam bentuk
gelondong. Harga kacang mete yang dijual di pasaran sangat berbeda
dengan harga produsen, hal ini karena kacang mete telah mengalami
proses pengolahan yang panjang sehingga meningkatkan harga jual
kacang mete.
Prospek pengembangan tanaman jambu mete dapat dilihat dari
permintaan kacang mete, baik permintaan dalam negeri maupun luar
negeri. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi masih luasnya potensi
usaha pengolahan mete. Selama ini, kacang mete dari Indonesia sudah
diekspor ke berbagai negara di dunia, antara lain ke Amerika, Belanda,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Inggris, Jerman, Australia, Hongkong, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang,
India, Libanon, Malaysia, Italia, Kanada, Korea Selatan dan Swiss.
Sementara itu, permintaan kacang mete dalam negeri, khususnya kacang
mete yang berasal dari Kabupaten Wonogiri adalah dari pedagang besar
dan industri makanan yang ada di Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya
serta pedagang-pedagang eceran di pasar Solo, Klaten, Yogyakarta, dan
kota-kota terdekat lainnya. Perkembangan ekspor kacang mete Indonesia
tahun 1999-2009 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Gelondong Mete
Indonesia Tahun 1999-2009
Tahun
Volume (Ton)
Nilai (000 US$)
1999
34.520
43.507
2000
27.619
31.502
2001
41.313
28.929
2002
51.717
34.810
2003
60.429
43.534
2004
59.372
58.187
2005
69.415
68.972
2006
63.406
56.584
2007
83.646
82.833
2008
66.990
77.755
2009
68.767
82.650
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010
Tabel 4. menunjukkan bahwa ekspor gelondong mete tertinggi
selama periode 1999-2009 terjadi pada tahun 2007 dengan volume dan
nilai ekspor mencapai 83.646 ton atau US$ 82,833 juta. Setelah tahun
2007, ekspor mete cenderung menurun meskipun kembali meningkat
pada tahun 2009. Dari data tersebut, secara umum peluang ekspor mete
masih sangat menjanjikan bagi pasar internasional.
Menurut Saragih dan Haryadi (1994), kacang mete yang diekspor
biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%. Produk ini
biasanya dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan
karbondioksida. Kaleng pengemasan yang digunakan sebaiknya masih
baru, bersih, kering, kedap udara, dan bocor. Selain itu kaleng juga harus
bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Ekspor pertama produk mete Kabupaten Wonogiri dilakukan oleh
PT Gunamete Surakarta pada akhir 1970-an dengan cara ekspor tidak
langsung melalui eksportir di Jakarta. Baru pada akhir 1980-an produk
mete dari Kabupaten Wonogiri diekspor langsung ke luar negeri oleh
eksportir Surabaya (PT Sumber Alam) yang mempunyai pabrik
pengolahan di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, PT Balianakardia dan PT
Jawa Muna di Semarang, dan perusahaan lainnya (Darsono, 2004).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Konsumen
kacang
mete
di
Kabupaten
Wonogiri
memiliki
pertimbangan yang berbeda-beda dalam membeli kacang mete. Pertimbangan
konsumen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor inilah yang
akan mempengaruhi konsumen kacang mete dalam keputusan membeli. Para
pemasar dan produsen kacang mete harus mengetahui faktor-faktor yang
dipertimbangkan seorang konsumen dalam melakukan pembelian kacang
mete. Alasan konsumen dalam membeli suatu produk merupakan informasi
yang penting bagi seorang pemasar, agar pemasar dapat menentukan
keputusan pemasaran kacang mete yang tepat. Sedangkan bagi produsen,
alasan suatu konsumen dalam membeli suatu produk penting untuk dipelajari
agar produsen dapat menyediakan kacang mete yang sesuai keingunan
konsumen. Salah satu cara untuk memahami alasan pembelian konsumen
adalah dengan cara mengidentifikasi variabel dalam faktor-faktor (dalam hal
ini faktor bauran pemasaran) yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian kacang mete, khususnya di pasar tradisional
di Kabupaten Wonogiri.
Bauran pemasaran adalah empat faktor pokok dalam pemasaran yaitu,
produk, harga, promosi,
dan tempat.
Faktor-faktor
tersebut sangat
dipertimbangkan oleh konsumen dan akan mempengaruhi perilaku konsumen
dalam proses keputusan pembeliannya. Faktor bauran pemasaran diteliti
karena peneliti mendapat gambaran dari penelitian terdahulu yang meneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
faktor bauran pemasaran untuk mengetahui faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli produk.
Faktor bauran pemasaran merupakan kumpulan variabel berkaitan
yang akan dijelaskan faktor tersebut. Variabel-variabel tersebut dapat
dikendalikan dan digunakan oleh pemasar untuk mempengaruhi tanggapan
konsumen dalam pasar tradisional. Faktor produk terdiri dari variabel
kandungan gizi, ukuran (keutuhan), warna, dan rasa. Faktor harga terdiri dari
variabel harga kacang mete dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete,
faktor harga sangat dipertimbangkan konsumen dalam membuat keputusan
untuk membeli kacang mete. Faktor promosi terdiri dari variabel promosi,
variabel potongan harga, dan variabel pengalaman pembelian. Faktor tempat
terdiri dari variabel jarak pasar, lokasi pasar, ketersediaan (kemudahan
mendapatkan), kenyamanan, pelayangan, kebersihan dan keamanan pasar
yang akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli kacang mete.
Hal ini perlu karena berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan
konsumen untuk membeli kacang mete.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat skema kerangka
pemikiran pendekatan masalah yang disajikan pada Gambar 3, sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Pedagang Kacang
Mete
Proses Pengambilan
Keputusan
Kacang Mete
Faktor
Bauran
Pengenalan
Pemasaran
Produk
1. Produk
Karakteristik
a. Kandungan gizi
Pribadi
b. Keutuhan
Pencarian
c. Warna
Informasi
d. Rasa
2. Harga
Konsumen
a. Harga
Kacang Mete
b. Kesesuaian
Evaluasi
harga
Alternatif
3. Promosi
Lingkungan
a. Promosi
budaya, sosial,
b. Potongan harga
ekonomi, dan
c. Pengalaman
politik
Keputusan
pembelian
4. Tempat
a. Jarak pasar
b. Lokasi pasar
Perilaku konsumen
c. Ketersediaan
dalam pembelian
d. Kenyamanan
kacang mete
e. Pelayanan
Pedagang
f. Kebersihan
pasar
g. Keamanan pasar
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah
Keterangan:
: Variabel yang tidak dianalisis
D. Hipotesis
1.
Diduga faktor-faktor bauran pemasaran yang meliputi faktor produk,
faktor harga, faktor promosi, dan faktor tempat merupakan faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
2.
Diduga variabel rasa, harga, potongan harga, dan kebersihan pasar
merupakan variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam
membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
E. Asumsi
1.
Konsumen
kacang
mete
(responden)
bersifat
rasional
dengan
mengevaluasi variabel-variabel kacang mete yang dipertimbangkan.
2.
Konsumen kacang mete (responden) bertindak dan bersikap secara
rasional dalam membelanjakan uang yang dimilikinya dan mempunyai
pengetahuan yang lengkap tenteng harga.
3.
Mutu kacang mete yang dibeli konsumen adalah sama, yaitu kacang mete
bermutu super.
4.
Selera responden dianggap tetap selama periode penelitian.
F. Pembatasan Masalah
1.
Penelitian mengenai analisis perilaku konsumen dalam membeli kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dilakukan dengan
menganalisis faktor bauran pemasaran kacang mete, yaitu faktor produk
kacang mete, faktor harga kacang mete, faktor promosi penjualan kacang
mete, dan faktor tempat penjualan kacang mete.
2.
Produk kacang mete yang diteliti adalah produk kacang mete matang
(sudah digoreng).
3.
Penelitian ini terbatas pada konsumen yang membeli untuk dikonsumsi
dan tidak dijual kembali.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
a. Kandungan gizi (X1) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap zat gizi yang terkandung dalam kacang mete. Kandungan gizi
diukur dari pendapat konsumen terhadap gizi yang terdapat pada
kacang mete, yaitu sangat bagus, bagus, cukup, kurang bagus, dan tidak
bagus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
b. Keutuhan (X2) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap keutuhan kacang mete dalam satu kemasan. Keutuhan diukur
dari pendapat konsumen terhadap keutuhan kacang mete, yaitu sangat
penting, penting, biasa, kurang penting, tidak penting.
c. Warna (X3) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap
warna kacang mete yang dijual di pasar. Warna diukur dari pendapat
konsumen terhadap warna kacang mete, yaitu sangat penting, penting,
biasa, kurang penting, tidak penting.
d. Rasa (X 4) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap
rasa kacang mete yang dibeli, apakah rasa kacang mete sesuai dengan
selera responden yang sudah pernah mengkonsumsi kacang mete
sebelumnya. Rasa diukur dari pendapat konsumen terhadap rasa kacang
mete, yaitu sangat penting, penting, biasa, kurang penting, tidak
penting.
e. Harga (X5) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap
besarnya uang yang digunakan untuk membeli kacang mete. Harga
diukur dari pendapat konsumen terhadap harga kacang mete, yaitu
murah, agak murah, wajar, mahal, sangat mahal.
f. Kesesuaian harga (X 6) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap kesesuaian harga kacang mete dengan mutu kacang mete.
Kesesuaian harga diukur dari pendapat konsumen terhadap mutu
kacang mete, yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, kurang sesuai,
tidak sesuai.
g. Promosi (X7) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap
bagian dari sistem pemasaran yang memberikan informasi kepada
konsumen terhadap kacang mete. Promosi diukur dari pendapat
konsumen terhadap promosi kacang mete, yaitu sangat menarik,
menarik, cukup menarik, kurang menarik, tidak menarik.
h. Potongan harga (X8) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap potongan dari besarnya uang yang harus dibayarkan untuk
membeli kacang mete. Potongan harga diukur dari pendapat konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
terhadap promosi kacang mete, yaitu sangat banyak, banyak, wajar,
kurang banyak, tidak ada potongan harga.
i. Pengalaman pembelian (X 9) adalah serangkaian makna atau kesan
konsumen terhadap pengalaman pembelian kacang mete dalam
mempertimbangkan pembelian kacang mete. Pengalaman pembelian
diukur dari pendapat konsumen terhadap pengalaman pembelian kacang
mete dalam mempertimbangkan pembelian kacang mete, yaitu sangat
penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting.
j. Jarak pasar (X10) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap jarak yang ditempuh dari rumah atau tempat tinggal untuk
mencapai pasar tradisional yang menjual kacang mete. Variabel ini
diukur dengan satuan (ukuran) kilometer (km), yaitu sangat dekat (<1
km), dekat (1-2 km), sedang (3-4 km), jauh (5-6 km), sangat jauh (>6
km).
k. Lokasi pasar (X11) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap lokasi (tempat) menjual kacang mete. Lokasi pasar diukur dari
pendapat konsumen terhadap lokasi pasar tradisional yaitu sangat
strategis, strategis, cukup strategis, kurang strategis, dan tidak strategis.
l. Ketersediaan (X12) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap ketersediaan (kemudahan mendapatkan) kacang mete di pasar
tradisional. Ketersediaan diukur dari pendapat konsumen terhadap
ketersediaan kacang mete di pasar tradisional, yaitu sangat mudah,
mudah, wajar, agak sulit, sangat sulit
m. Kenyamanan pasar (X13) adalah serangkaian makna atau kesan
konsumen terhadap perasaan nyaman yang diperoleh selama berada di
pasar tradisional. Kenyamanan pasar merupakan kenyamanan terhadap
penataan produk dalam pasar tradisional yang diukur menurut pendapat
konsumen terhadap kenyamanan pasar yaitu sangat nyaman, nyaman,
cukup nyaman, kurang nyaman, dan tidak nyaman.
n. Pelayanan (X14) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap pelayanan yang diberikan penjual kacang mete. Pelayanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
diukur dari pendapat konsumen terhadap pelayanan yang diberikan
pedagang, yaitu sangat memuaskan, memuaskan, cukup memuaskan,
kurang memuaskan, dan tidak memuaskan.
o. Kebersihan pasar (X15) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap kebersihan tempat (pasar) yang menjual kacang mete.
Kebersihan pasar diukur dari pendapat konsumen terhadap kebersihan
pasar yaitu sangat bersih, bersih, cukup bersih, kurang bersih, dan tidak
bersih.
p. Keamanan pasar (X16) adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap rasa aman yang diperoleh selama berada di pasar tradisional.
Keamanan pasar diukur dari pendapat konsumen terhadap kenyamanan
pasar tradisional yaitu sangat aman, aman, cukup aman, kurang aman,
dan tidak aman.
q. Faktor produk adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap faktor produk kacang mete (kandungan gizi, keutuhan, warna,
dan rasa kacang mete) di pasar tradisional. Faktor produk diukur dari
pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting,
kurang penting, tidak penting.
r. Faktor harga adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap
faktor harga kacang mete (harga dan kesesuaian harga) di pasar
tradisional. Faktor harga diukur dari pendapat konsumen yaitu, sangat
penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting.
s. Faktor promosi adalah serangkaian makna atau kesan konsumen
terhadap faktor promosi kacang mete (promosi, potongan harga, dan
pengalaman pembelian) di pasar tradisional. Faktor promosi diukur dari
pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting,
kurang penting, tidak penting.
t. Faktor tempat adalah serangkaian makna atau kesan konsumen terhadap
faktor tempat kacang mete (jarak pasar, lokasi pasar, ketersediaan,
kenyamanan pasar, pelayanan pedagang, kebersihan pasar, dan
keamanan pasar) di pasar tradisional. Faktor tempat diukur dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
pendapat konsumen yaitu, sangat penting, penting, cukup penting,
kurang penting, tidak penting.
2. Konsep Pengukuran Variabel
Konsep pengukuran variabel kualitatif dibuat dengan penyekalaan
(scaling) untuk mengurangi subjektivitas responden (konsumen). Skala
yang digunakan adalah skala likert yang merupakan teknik pengukuran
pilihan jawaban berjenjang mulai dari intensitas paling tinggi sampai
paling rendah. Ada lima pilihan jawaban pada setiap variabel, maka untuk
jawaban sangat bagus diberi skor 5 sedangkan tidak bagus diberi skor 1.
a. Persepsi Responden terhadap Faktor Produk Kacang Mete
Tabel 5. Pengukuran Variabel Produk
Indikator
Tingkat pengukuran
Kriteria
a) Kandungan
Tingkat kandungan gizi Sangat bagus
gizi
yang terkandung dalam Bagus
kacang mete
Cukup bagus
Kurang bagus
Tidak bagus
b) Keutuhan
Tingkat
kepentingan Sangat penting
keutuhan kacang mete
Penting
Biasa
Kurang penting
Tidak penting
c) Warna
Tingkat
kemenarikan Sangat penting
warna kacang mete
Penting
Biasa
Kurang penting
Tidak penting
d) Rasa
Tingkat
kepentingan Sangat penting
rasa kacang mete
Penting
Biasa
Kurang penting
Tidak penting
commit to user
Skor
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
b. Persepsi Responden terhadap Faktor Harga Kacang Mete
Tabel 6. Pengukuran Variabel Harga
Indikator
Tingkat pengukuran
a) Harga
Tingkat pertimbangan uang
yang harus digunakan
untuk membeli kacang
mete
b) Kesesuaian
harga
Kriteria
Murah
Agak murah
Wajar
Mahal
Sangat mahal
Tingkat kesesuain harga Sangat sesuai
dengan mutu kacang mete Sesuai
yang dibeli
Cukup sesuai
Kurang sesuai
Tidak sesuai
Skor
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
c. Persepsi Responden terhadap Faktor Promosi Kacang Mete
Tabel 7. Pengukuran Variabel Promosi
Indikator
Tingkat pengukuran
Kriteria
a) Promosi
Tingkat daya tarik promosi Sangat menarik
yang
dilakukan
oleh Menarik
pedagang kacang mete
Cukup menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
b) Potongan
Tingkat
banyaknya Sangat banyak
harga
potongan
harga
yang Banyak
diberrikan oleh pedagang Wajar
kacang mete
Kurang banyak
Tidak ada
c) Pengalaman Tingkat
pengalaman Sangat penting
pembelian
pembelian
untuk Penting
pertimbangan
pembelian Cukup penting
selanjutnya
Kurang penting
Tidak penting
commit to user
Skor
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
d. Persepsi Responden terhadap Faktor Tempat Penjualan Kacang Mete
Tabel 8. Pengukuran Variabel Tempat
Indikator
Tingkat pengukuran
Kriteria
a) Jarak pasar
Tingkat jarak pasar dari Sangat dekat (<1 km)
rumah responden
Dekat (1-2 km)
Sedang (3-4 km)
Jauh (5-6 km)
Sangat jauh (>6 km)
b) Lokasi pasar Tingkat kestrategisan Sangat strategis
lokasi
(tempat) Strategis
penjualan kacang mete Cukup strategis
Kurang strategis
Tidak strategis
c) Ketersediaan Tingkat ketersediaan Sangat mudah
(kemudahan
Mudah
mendapatkan) kacang Wajar
mete
di
pasar Agak sulit
tradisional
Sangat sulit
d) Kenyamanan Tingkat kenyamanan Sangat nyaman
yang
dirasakan Nyaman
responden
selama Cukup nyaman
berada di pasar
Kurang nyaman
Tidak nyaman
e) Pelayanan
Tingkat
kepuasan Sangat memuaskan
pedagang
respondent
terhadap Memuaskan
pelayanan
yang Cukup memuaskan
diberikan pedagang
Kurang memuaskan
Tidak memuaskan
f) Kebersihan
Tingkat
kebersihan Sangat bersih
pasar
pasar
Bersih
Cukup bersih
Kurang bersih
Tidak bersih
g) Keamanan
Tingkat rasa aman Sangat aman
pasar
responden
selama Aman
berada di pasar
Cukup aman
Kurang aman
Tidak aman
commit to user
Skor
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah
aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis, karena itu metode ini sering disebut metode analisis (Surakhmad,
1994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian
survei adalah pengumpulan data dari individu dari suatu populasi dalam
jangka waktu tertentu dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data (Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Penentuan Daerah dan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu sesuai
dengan tujuan penelitian, sehingga daerah penelitian yang diambil adalah
Kabupaten Wonogiri. Peneliti memilih Kabupaten Wonogiri sebagai
daerah penelitian dengan pertimbangan karena Kabupaten Wonogiri
memiliki produksi jambu mete yang besar sehingga ketersediaan kacang
mete dari Kabupaten Wonogiri banyak dan selalu terjaga. Hal ini
mempengaruhi permintaan konsumen dalam membeli kacang mete yang
semakin meningkat.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive),
yaitu di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional tersebut
terdapat di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Peneliti
memilih pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri sebagai lokasi penelitian
dengan pertimbangan masyarakat Kabupaten Wonogiri umumnya membeli
kacang mete di pasar tradisional karena pasar modern yang terdapat di
Kabupaten Wonogiri hanya menjual kacang mete pada saat menjelang hari
raya Idul Fitri, sehingga konsumen tidak selalu dapat membeli kacang
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
mete di pasar modern yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Pasar
tradisional tersebut terdapat di masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Wonogiri.
Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah pasar
Kota Wonogiri, pasar Kecamatan Ngadirojo, dan pasar Kecamatan
Jatisrono. Ketiga pasar tradisional tersebut dipilih karena berada di lokasi
yang strategis, yaitu dekat dengan jalan raya dan terminal angkutan umum
atau bus. Selain itu, ketiga pasar tradisional tersebut berada di dekat sentra
produksi mete yang berada di Kecamatan Jatisrono. Masyarakat
Kabupaten Wonogiri lebih cenderung berbelanja di pasar tradisional
daripada di pasar modern, dan kebiasaan ini sudah membudaya di
Kabupaten Wonogiri. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1999),
bahwa budaya merupakan salah satu yang mempengaruhi perilaku
konsumen.
2. Metode Penentuan Sampel Responden
Sampel responden yang digunakan dalam penelitian adalah sampel
konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Menurut
Slamet (2001), pengambilan sampel untuk besarnya populasi yang tidak
diketahui, besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
n = (Z)2
p.q
(SE) 2
Dimana: n
Z
= besarnya sampel yang akan ditarik
= besarnya satuan standar deviasi
p dan q = proporsi sub-sub sampel
SE
= standar error
Untuk menerapkan rumus di atas, confident interval ditentukan
sebesar 95%, maka besarnya Z = 1,96. Bila besarnya proporsi pada subsub sampel ditentukan p : q = 0,5 : 0,5 dan SE = ± 10% maka:
n = (1,96)2
= 96,4
0,5 (0,5)
(10)
2
= 96 (dibulatkan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini
adalah 96 responden yang tersebar di tiga wilayah lokasi pasar tradisional
di Kabupaten Wonogiri. Penyebaran kuesioner ataupun wawancara
dilakukan terhadap setiap konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang membeli
kacang mete dan berkenan untuk diwawancarai tanpa menetapkan
ketentuan atau karakteristik tertentu dari konsumen tersebut. Penelitian ini
menggunakan quota sampling, jumlah responden dibagi pada masingmasing pasar tradisional adalah pada pasar tradisional Kecamatan
Wonogiri adalah 32 responden, pasar tradisional Kecamatan Nadirojo
adalah 32 responden, dan pada pasar Kecamatan Jatisrono adalah 32
responden. Quota sampling digunakan karena jumlah populasi konsumen
kacang mete tidak diketahui. Menurut Supranto (2007), quota sampling
digunakan untuk memastikan bahwa kelompok dalam populasi telah
terwakili dengan berbagai karakteristik sampel sampai jumlah yang telah
ditentukan. Menurut Kinnear dan Taylor (2006) dalam pengambilan
sampel non-probabilitas, setiap unsur dalam populasi terpilih, sama sekali
tidak memiliki kesempatan yang diketahui. Sehingga peneliti tidak dapat
menghitung perbedaan nilai sampel dengan nilai populasi penarikan
sampel yang timbul.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah accidental
sampling. Metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan
pertimbangan yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu
(Arikunto, 2006). Accidental Sampling merupakan teknik pengambilan
sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti (mudah ditemui) bisa dijadikan sampel bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2005). Metode tersebut digunakan karena populasi dari
responden tidak dapat diketahui jumlahnya dan tidak ada kerangka sampel
yang dapat dibuat. Beberapa sampel yang dipilih diharapkan dapat
memberikan informasi berdasarkan pertimbangan yaitu responden yang
dipilih adalah responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional
Kabupaten Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari
responden yang membeli kacang mete di pasar tradisional Kabupaten
Wonogiri, data primer digunakan untuk analisis faktor-faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Data primer
diperoleh melalui wawancara, kuisioner, dan observasi. Sumber data
primer adalah konsumen kacang mete di pasar tradisional Kabupaten
Wonogiri yaitu Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
Pasar Kecamatan Jatisrono.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data jadi yang diperoleh dengan cara
mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi-instansi pemerintah
atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas
Perindagkop dan UKM Kabupaten Wonogiri, serta pencarian melalui
komputer secara on-line. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data
keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian, keadaan
penduduk dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang
jelas mengenai keadaan daerah yang diteliti.
b. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada responden (konsumen kacang mete)
dengan bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
c. Pencatatan
Teknik ini dilakukan dengan cara mencatat data, baik data dari
responden maupun data dan publikasi yang sudah ada pada lembagalembaga atau instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan dalam
penelitian.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis
dekriptif
digunakan
karena
analisis
ini
dapat
mendeskripsikan dan menjelaskan data hasil penelitian yang telah
dikumpulkan. Analisis deskriptif digunakan untuk:
a. Mendeskripsikan karakteristik konsumen kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri.
b. Mendeskripsikan persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran
pemasaran kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
c. Mendeskripsikan faktor-faktor yang dipertimbangkan dan variabelvariabel dominan yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri
d. Mendeskripsikan perilaku konsumen dalam
proses pengambilan
keputusan pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten
Wonogiri.
2. Pengukuran Variabel
Perilaku merupakan variabel kualitatif, maka pengukuran variabel
dalam penelitian ini memerlukan penyekalaan (scaling) untuk mengurangi
subyektifitas responden. Skala yang dipakai adalah skala likert. Skala
likert merupakan teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan
dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk
mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pertanyaan yang diberikan
kepada responden adalah pertanyaan tertutup. Pilihan dibuat berjenjang
mulai dari intensitas paling rendah hingga paling tinggi (Simamora, 2004).
Dalam penelitian ini dibuat lima pilihan jawaban, maka untuk tidak bagus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
diberi skor 1, kurang bagus diberi skor 2, cukup diberi skor 3, bagus diberi
skor 4, dan sangat bagus diberi skor 5.
3. Lebar Interval
Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari
variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori
yang telah ditentukan. Menurut Akbar dan Usman (2003) rumus lebar
interval adalah:
Lebar interval =
Keterangan:
Jangkauan
= nilai terbesar – nilai terkecil
Nilai terbesar
= jumlah pertanyaan x skor tertinggi
Nilai terkecil
= jumlah pertanyaan x skor terendah
4. Analisis Faktor
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang
dipertimbangkan
konsumen
dalam
pengambilan
keputusan
pembelian digunakan analisis faktor. Analisis faktor menganalisis interaksi
antar variabel. Semua variabel berstatus sama, tidak ada variabel
independen yang menjadi prediktor bagi variabel independen. Analisis
faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam
menjelaskan suatu masalah (Simamora, 2005). Analisis faktor dapat
mengidentifikasi struktur dari hubungan antar variabel atau respondenresponden dengan menguji korelasi antar variabel atau responden. Faktor
bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai kombinasi linier dari
variabel yang diteliti, sebagai berikut:
Fj = bj1Xs1 + bj2Xs2 + … + bjkXsk
Dimana:
Fj
= Skor faktor ke-j
bj
= Koefisien skor faktor bauran pemasaran kacang mete yang
terbentuk
Xsk = Variabel bauran pemasaran kacang mete yang telah distandarisasi
Variabel bauran pemasaran yang diamati, terdiri dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
a. Faktor Produk
X1
: kandungan gizi kacang mete
X2
: keutuhan kacang mete
X3
: warna kacang mete
X4
: rasa kacang mete
b. Faktor Harga
X5
: harga kacang mete
X6
: kesesuaian harga kacang mete
c. Faktor Promosi
X7
: promosi
X8
: potongan harga
X9
: pengalaman pembelian
d. Faktor Tempat
X10 : jarak pasar
X11 : lokasi pasar
X12 : ketersediaan kacang mete
X13 : kenyamanan pasar
X14 : pelayanan pedagang
X15 : kebersihan pasar
X16 : keamanan pasar
Pengolahan data yang diperoleh dari kuisioner kemudian diolah
secara komputerisasi dengan analisis faktor menggunakan program SPSS.
Hair et al. (1998) dalam Oktaviastui (2011) mengemukakan tahap-tahap
dalam analisis faktor sebagai berikut:
a. Pengolahan matriks korelasi atas semua variabel. Pada tahap ini untuk
memperoleh analisis faktor yang akurat, semua variabel harus
berkorelasi. Uji statistik yang digunakan Measure of Sampling
Adequacy (MSA).
b. Mencari dan meringkas variabel menjadi faktor-faktor inti. Prosedur ini
dilakukan agar dapat meringkas informasi yang terkandung dalam
variabel-variabel asli secara tepat. Faktor ditetapkan berdasarkan nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
eigenvalue, yaitu yang bernilai di atas 1. Eigenvalue menunjukkan
varians yang dijelaskan oleh faktor. Dengan ini diketahui faktor-faktor
yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian.
c. Melakukan rotasi untuk penyelesaian akhir. Rotasi faktor diperlukan
untuk menyederhanakan
matrik
faktor
sehingga mudah
untuk
diinterpretasikan. Variabel dianggap paling penting jika memiliki
loading tertinggi, sedangkan variabel lain dapat dimasukkan dalam
faktor jika memiliki kriteria signifikan. Dengan cara ini diketahui
variabel yang terkandung di dalam faktor variabel yang paling
dipertimbangkan dalam keputusan pembelian.
d. Menguji tingkat signifikan dari faktor loading dan menamai faktor.
Kriteria signifikan yang ditetapkan adalah signifikasi praktis dimana
loading di atas 0,5 adalah signifikan secara praktis. Loading di atas 0,5
juga menunjukkan instrument yang digunakan untuk mengukur variabel
valid. Sedangkan variabel dengan loading di bawah 0,5 menunjukkan
bahwa variabel hampir tidak dipertimbangkan. Variabel dengan loading
tertinggi dianggap lebih penting dan memiliki kontribusi terbesar untuk
menamai faktor. Penamaan faktor bisa dilakukan dengan melihat
variabel-variabel yang diwakili oleh faktor.
5. Analisis Variabel yang Dominan Dipertimbangkan oleh Konsumen
Untuk mengetahui variabel yang dominan dipertimbangkan oleh
konsumen dalam keputusan membeli kacang mete di pasar tradisional di
Kabupaten Wonogiri adalah dengan melihat faktor loading tertinggi dari
suatu variabel. Cara ini merupakan bagian dari tahapan yang dilakukan
dalam analisis faktor. Menurut Simamora (2005), faktor loading
menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor,
dimana semakin besar nilai faktor loading maka suatu variabel dan faktor
tersebut semakin dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian.
Faktor loading dibatasi antara 0,5 sampai dengan 1. Semakin mendekati
satu, semakin besar peranan variabel terhadap faktor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah yang berada 32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara
jarak ke ibukota propinsi (Kota Semarang) sejauh 133 km. Kabupaten ini
terletak di antara 7°32’ - 8°15’ Lintang Selatan dan 110°41’ - 111°8’ Bujur
Timur, dengan luas wilayah adalah 182.236,02 hektar. Keadaan alamnya
sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di
bagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air
dari Bengawan Solo. Secara klimatologis, Kabupaten Wonogiri beriklim
tropis, mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau dengan suhu
rata-rata 240-320C. Kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 88,75% –
92%, Curah hujan tertinggi tercatat 987 mm ddengan jumlah hari hujan 24
hari pada bulan Maret.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
2. Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
(Propinsi Jawa Timur).
3. Sebelah Selatan
: Kabupaten Pacitan (Propinsi Jawa Timur) dan
Samudra Indonesia.
4. Sebelah Barat
: Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara administrasi, Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25
kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan 294 desa/kelurahan, terdiri dari 251
desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terjauh adalah Kecamatan Paranggupito,
jarak dari ibukota kabupaten sejauh 68 km, sedangkan kecamatan terdekat
dengan
ibukota
kabupaten
adalah
Kecamatan
Selogiri.
Kecamatan
Karangtengah adalah kecamatan yang paling tinggi lokasinya, berada pada
ketinggian 600 mdpl dan paling rendah adalah Kecamatan Selogiri (106
mdpl). Kecamatan Puhpelem merupakan kecamatan tersempit dengan luas
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
wilayah 3.162 ha, sedangkan kecamatan terluas adalah Kecamatan
Pracimantoro. Penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Wonogiri berbedabeda, yaitu tanah untuk tegalan sebesar 69,607 ha (38,20%), sawah 33,734 ha
(18,51%), hutan negara 16,445 (9,02%), hutan rakyat 34,01 ha (1,87%),
bangunan/pekarangan 25,584 ha (14,04%), dan lainnya 33,465 ha (18,36%).
B. Keadaan Penduduk
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri
jumlah penduduk tahun 2010 menurut registrasi sebanyak 1.245.923 jiwa,
bertambah 11.043 jiwa dari tahun sebelumnya 1.234.880 jiwa. Dari jumlah
penduduk akhir tahun 2010 tersebut terdiri dari 625.901 laki-laki dan 620.022
perempuan. Dari jumlah penduduk akhir tahun 2010 yang tercatat maka
tingkat kepadatan penduduk per kilometer adalah 684 jiwa. Keadaan
penduduk di Kabupaten Wonogiri meliputi keadaan penduduk menurut jenis
kelamin, keadaan penduduk menurut kelompok umur, keadaan penduduk
menurut tingkat pendidikan,
dan keadaan penduduk menurut mata
pencaharian utama adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri tahun
2011, jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri menurut jenis kelamin tahun
2006-2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Jenis Kelamin
Tahun 2006-2010
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
563.035
564.872
593.089
588.025
609.159
603.518
620.386
614.495
625.901
620.022
Jumlah
(jiwa)
1.127.907
1.181.114
1.212.677
1.234.880
1.245.923
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2010
jumlah penduduk laki-laki tercatat mencapai 625.901 jiwa sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
jumlah penduduk perempuan sebanyak 620.022 jiwa. Pertambahan dan
penurunan jumlah penduduk dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
migrasi, kelahiran, dan kematian.
Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut :
SR
=
=
Jumlah Penduduk Laki-laki
x 100
Jumlah Penduduk Perempuan
625.901
x 100
620.022
= 100,95 = 101
Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu.
Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di
Kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka
terdapat 101 penduduk laki-laki.
Hal ini akan berpengaruh pada
pengambilan keputusan dalam pembelian berbagai keperluan rumah
tangga termasuk keputusan dalam pembelian kacang mete karena laki-laki
juga berperan dalam memberikan pendapat dan penilaian terhadap kualitas
dan fungsi produk. Selanjutnya perempuan akan mempertimbangkan dan
selanjutnya menentukan keputusan pembelian suatu produk.
2. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri tahun
2011, jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri menurut kelompok umur
tahun 2010 adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Kelompok
Umur Tahun 2010
Kelompok Umur (tahun)
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Jumlah
Jumlah (jiwa)
65.013
81.747
87.819
89.054
88.674
105.346
104.257
98.903
97.817
86.135
80.889
62.977
50.096
43.570
39.875
63.751
1.245.923
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2011
Menurut Kotler (1997), kelompok umur 10-19 tahun merupakan
konsumen dengan tipe prilaku trial buying sehingga dalam melakukan
konsumsi hanya bersifat mengikuti tren dan belum mempertimbangkan
atribut yang melekat pada pada produk. Sedangkan kelompok umur 20-65
tahun merupakan konsumen dengan tipe perilaku selektif dalam membeli
sehingga dalam melakukan konsumsi sudah mempertimbangkan berbagai
atribut yang melekat pada produk yang akan dikonsumsi.
Pengelompokan penduduk dalam usia produktif/penduduk yang
bekerja (15-59) tahun dan usia non-produktif/penduduk yang tidak bekerja
(0-14 tahun dan >59 tahun) biasanya menunjukkan perkembangan
kependudukan dan dapat pula digunakan untuk menghitung besarnya
Angka Beban Tanggungan (ABT) yang bisa digunakan dan dipakai
sebagai indikator ekonomi suatu daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Angka Beban Tanggungan (ABT) =
=
non produktif
x 100%
produktif
381.775
864.148
x 100%
= 44,18%
Berdasarkan
perhitungan
di
atas
diperoleh
Angka
Beban
Tanggungan (ABT) di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 44,18%.
Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten
Wonogiri harus menanggung atau memberi penghidupan kepada 44 orang
penduduk usia non produktif.
Menurut Anonime (2012), kategori angka beban tanggungan adalah
sebagai berikut:
a. Angka beban tanggungan tinggi:
b. Angka beban tanggungan sedang: 51 – 69
c. Angka beban tanggungan rendah:
Angka ketergantungan sebesar 44,18 ini dapat dikategorikan dalam
ketergantungan rendah. Hal ini dimungkinkan karena di Kabuparen
Wonogiri lapangan pekerjaan tersedia yang relatif cukup banyak menyerap
tenaga kerja. Jika angka beban tanggungan semakin tinggi maka akan
semakin besar pendapatan penduduk produktif yang harus dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tidak produktif.
3. Keadaan Penduduk menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen dan selanjutnya
pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya.
Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses
keputusan dan pola konsumsi seseorang. Keadaan penduduk Kabupaten
Wonogiri menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Kabupaten Wonogiri menurut Tingkat
Pendidikan tahun 2010
No.
1
2
3
4
5
6
Jumlah
(jiwa)
86.042
169.760
458.193
193.096
158.605
32.747
1.099.163
Tingkat Pendidikan
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Tidak/Belum Tamat SD
Tamat SD/MI
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi
Jumlah
Presentase
(%)
7,83
15,44
41,75
17,57
14,43
2,98
100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri
Tahun 2011
Tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri terbagi dalam 6
tingkatan. Tabel 11. menunjukkan jenjang pendidikan di Kabupaten
Wonogiri.
Sebagian
besar
penduduk
di
Kabupaten
Wonogiri
berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913
jiwa atau 41,75% dari jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Wonogiri.
Penduduk yang menamatkan pendidikan SLTP, SLTA, dan perguruan
tinggi di Kabupaten Wonogiri adalah sebesar 384.448 jiwa atau 34,98%.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Wonogiri sudah
menyelesaikan wajib belajar 9 tahun yang diprogramkan pemerintah.
Sehingga, dapat dikatakan tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri
cukup baik karena penduduk telah mendapatkan pendidikan.
Menurut Sumarwan (2003), tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berfikir, cara pandang
bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Tingkat pendidikan yang
berbeda akan menyebabkan selera konsumen berbeda sehingga pemasar
harus memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang
berbeda dan menciptakan produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian Tahun 2010
Keadaan
penduduk
menurut
mata
pencaharian
dapat
menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Jumlah penduduk
menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Tabel 12. Besarnya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Wonogiri Tahun 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tingkat Pendidikan
Petani
Buruh Tani
Pengusaha Kecil
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Pedagang
Angkutan
PNS/TNI/Polri
Lainnya
Jumlah
Jumlah
238.113
103.534
21.001
41.849
57.299
48.563
18.174
20.666
130.449
679.648
Presentase
35,04
15,23
3,09
6,16
8,43
7,15
2,67
3.04
19,19
100
Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2011
Penduduk Kabupaten Wonogiri paling banyak bekerja sebagai
petani sebanyak 238.113 jiwa. Hal ini dikarenakan di Kabupaten Wonogiri
terdapat banyak lahan pertanian dan menunjukkan bahwa sektor pertanian
memegang peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten
Wonogiri. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen akan
mempengaruh pendapatan yang diterimanya. Pekerjaan dan pendapatan
yang diterima tersebut akan mempengaruhi proses keputusan dan daya beli
dari seorang konsumen.
Konsumen wanita merupakan konsumen yang dalam beberapa
dekade terakhir ini mulai diperhitungkan oleh pemasar sebagai pasar
sasaran untuk beriklan. Wanita dianggap sebagai pasar yang memerlukan
cara pendekatan tersendiri dan memiliki tuntutan lebih untuk dapat
diyakinkan. Wanita khususnya ibu rumah tangga dan ibu bekerja selain
mengendalikan anggaran belanja keluarga ternyata juga membawa
pengaruh pada lingkungan sekitarnya, khususnya keluarga dari masingmasing suami dan istri, keluarga dekat, maupun keluarga di sekitarnya.
Wanita dalam hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
membentuk keputusan pihak keluarganya maupun di luar keluarga
(Kaihatu, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
C. Keadaan Perekonomian
Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis Sarana
KUD (Koperasi Unit Desa)
Bank Umum
BPR (Bank Perkreditan Rakyat)
Pasar
a. Umum
b. Desa
c. Hewan
Jumlah
25
12
13
28
68
9
Sumber : Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Sarana perekonomian yang tersedia, berhubungan dengan kemudahan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Berdasarkan Tabel 13.
dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang paling banyak terdapat di
Kabupaten Wonogiri adalah pasar. Di Kabupaten Wonogiri terdapat 28 pasar
umum, 68 pasar desa dan 9 pasar hewan. Pasar merupakan salah satu sarana
perekonomian yang paling penting karena keberadaan pasar-pasar ini akan
menunjang perekonomian Kabupaten Wonogiri, serta dapat memudahkan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Koperasi Unit Desa (KUD) berperan dalam menyediakan saprodi
maupun kebutuhan lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Selain itu, KUD juga berperan sebagai tempat jual beli hasil pertanian bagi
petani di daerah setempat. KUD di Kabupaten Wonogiri sampai saat ini
berjumlah 25 unit. Sarana perekonomian lain yang tidak kalah penting adalah
lembaga perkreditan, dalam hal ini bank. Bank yang dimaksud adalah Bank
Umum dan Bank Perkreditan, memiliki peranan yang sangat penting bagi
masyarakat. Kurangnya modal bagi masyarakat sering menjadi kendala dalam
usahanya. Oleh karena itu, dengan tersedianya bank di wilayah kabupaten dan
kecamatan, akan sangat membantu terutama sebagai penyedia kredit bagi
masyarakat.
Jumlah pedagang di pasar tradisional di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Tabel 14. Jumlah Pedagang dalam Pasar Umum (Pasar Tradisional) di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No.
Nama Pasar
Kecamatan
Jumlah Pedagang
1. Wonogiri
Wonogiri
295
2. Sidorejo
Wonogiri
16
3. Wonokarto
Wonogiri
16
4. Selogiri
Selogiri
50
5. Krisak
Selogiri
34
6. Ngadirojo
Ngadirojo
146
7. Nguntoronadi
Nguntoronadi
27
8. Wuryantoro
Wuryantoro
77
9. Manyaran
Manyaran
72
10. Eromoko
Eromoko
80
11. Pracimantoro
Pracimantoro
167
12. Baturetno
Baturetno
200
13. Batuwarno
Batuwarno
13
14. Tirtomoyo
Tirtomoyo
88
15. TNB Tirtomoyo
Tirtomoyo
27
16. Giriwoyo
Giriwoyo
27
17. Giritontro
Giritontro
13
18. Giribelah
Giritontro
25
19. Jatisrono
Jatisrono
196
20. Jatiroto
Jatiroto
46
21. Girimarto
Girimarto
77
22. Sidoharjo
Sidoharjo
180
23. Purwantoro
Purwantoro
182
24. Slogohimo
Slogohimo
212
25. Bulukerto
Bulukerto
32
26. Kismantoro
Kismantoro
16
27. Puhpelem
Puhpelem
37
28. Jatipurno
Jatipurno
15
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2011
Tabel 14. menujukkan banyaknya pasar tradisional di Kabupaten
Wonogiri, pasar tradisional tersebut terdapat di setiap kecamatan di
Kabupaten Wonogiri. Pasar tradisional merupakan tempat yang sangat
berpengaruh bagi perekonomian daerah karena setiap harinya penduduk
melakukan transaksi jual–beli untuk memenuhi kebutuhannya di pasar
tradisional tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Kacang Mete
Pengetahuan mengenai karakteristik responden diperlukan oleh
seorang pemasar agar dapat mengetahui konsumen yang menjadi sasaran
dalam penjualak produknya sehingga dapat memposisikan produk dengan
tepat. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian meliputi jenis
kelamin, umur responden, jumlah anggota keluarga responden, tingkat
pendidikan responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden.
1. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin
Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden, yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Responden
Presentase (%)
Laki-laki
22
21,87
Perempuan
74
78,13
Jumlah
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 15. menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih
banyak daripada responden laki-laki. Hal ini terjadi karena pada umumnya
perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian kebutuhan
pangan dan bertugas dalam melakukan kegiatan belanja. Menurut Engel et.
al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh
perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab
dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan
bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat
besar. Saat penelitian, banyak ditemui responden perempuan yang bekerja
dan juga menjadi ibu rumah tangga melakukan pembelian kacang mete di
pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur
Kelompok umur dari responden sangat penting dalam pemasaran.
Menurut Kotler (1999), salah satu faktor pribadi, yaitu umur akan
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Jumlah responden kacang
mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono menurut kelompok umur responden dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur
Responden
Presentase
Kelompok Umur
(orang)
(%)
< 45 tahun (lajang/bujang tanpa anak)
9
9,38
< 45 tahun (pasangan muda tanpa anak)
2
2,08
< 45 tahun (orang tua muda)
28
29,17
45 – 64 tahun (keluarga paruh baya
55
57,29
dengan anak)
45 – 64 tahun (rumah tangga separuh baya
1
1,04
tanpa anak)
1
1,04
Jumlah
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Umur konsumen kacang mete yang menjadi responden dalam
penelitian adalah berkisar antara umur 21-65 tahun. Tabel 16.
menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah
kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu responden berumur 45-64
tahun dan masih memiliki anak di rumah yaitu sebanyak 55 responden
(57,29%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden adalah responden yang sudah dewasa yang cenderung berpikir
rasional dalam keputusan pembelian kacang mete. Responden dalam
kelompok umur tersebut sudah memiliki pertimbangan tertentu dalam
mengambil keputusan pembelian. Kelompok umur lajang dan orang tua
muda memiliki pertimbangan pembelian yang dipengaruhi kebutuhan yang
lebih beragam. Kelompok umur rumah tangga separuh baya tanpa anak
dan rumah tangga tua yang (usia pensiun), memiliki kebutuhan akan
kesehatan semakin meningkat sehingga pada kelompok umur ini
responden
akan
mempertimbangkan
faktor
kesehatan
dalam
mengkonsumsi kacang mete. Menurut Susanto (1999), dalam kepala
rumah tangga berusia lebih tua, sudah pensiun, dan tidak ada anak yang
tinggal bersama di rumah akan terjadi penurunan dalam penghasilan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
berusaha mempertahankan rumah. Pengeluaran lebih berorientasi pada
peralatan kesehatan, produk perawatan yang mendukung kesehatan, tidur,
dan pencernaan.
3. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian kacang mete. Anggota
keluarga konsumen dapat memberikan
pengaruh terhadap proses
keputusan pembelian konsumen. Karakteristik responden menurut jumlah
anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga
Responden (orang)
Presentase (%)
58
60,42
5 – 7 orang (keluarga sedang)
37
38,54
> 7 orang (keluarga besar)
1
1,04
Jumlah
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Menurut BKKBN dalam Ernawati (2009), jumlah anggota keluarga
dapat dikelompokkan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota
keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan
jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah
anggota keluarga lebih dari 7 orang. Tabel 17. menunjukkan bahwa
sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil yang
mempunyai anggota keluarga berjumlah kurang dari sampai dengan 4
orang yaitu sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999),
anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh,
penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam
penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak
kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam
keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit.
4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menentukan
seseorang
dalam
menerima
pengetahuan
commit to user
dan
informasi
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir dan persepsinya
terhadap suatu masalah. Jumlah responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut tingkat
pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Responden (orang)
Presentase (%)
Pendidikan rendah
8
8,33
(SD dan SMP)
Pendidikan sedang
41
42,71
(SMA)
Pendidikan tinggi
47
48,96
(D1-D3,S1, dan S2)
Jumlah
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 18. menunjukkan bahwa responden memiliki latar belakang
pendidikan yang beragam. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah
jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden
(48,96%). Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas
pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan
pengetahuan
responden
akan
mempermudah
dalam
mendapatkan
informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden
yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan
mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di
pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan
yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan
juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
5. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden dapat mempengaruhi perilaku pembelian
produk karena memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jumlah responden
kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Responden (orang)
Formal
1. Karyawan Swasta
25
2. PNS
26
3. Pensiunan PNS
3
Informal
1. Petani
2
2. Wiraswasta
11
Tidak bekerja
1. Ibu rumah tangga
28
2. Pelajar/Mahasiswa
1
Jumlah
96
Presentase (%)
26,04
27,08
3,13
2,08
11,46
29,17
1,04
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 19. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan
formal sebanyak 54 responden (karyawan swasta, PNS, dan pensiunan
PNS), responden yang memiliki pekerjaan informal adalah sebanyak 13
responden (petani, dan wiraswasta), dan responden yang tidak bekerja
sebanyak 29 responden (pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga).
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
pekerjaan formal dan tergolong mapan karena telah memiliki pendapatan
yang tetap.
Sedangkan responden yang paling banyak adalah ibu rumah
tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya
adalah mengurus rumah tangga. Selain berpengaruh pada pendapatan yang
diterima, jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi cara pemenuhan
kebutuhan rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup
banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan
pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam
mempertimbangkan produk yang akan dibeli, dalam hal ini adalah
pembelian kacang mete.
Menurut J.K. Hart dalam Effendi dan Manning (1985), kesempatan
memperoleh penghasilan (pekerjaan) seseorang dapat dibedakan menjadi:
a. Kesempatan
memperoleh
penghasilan
formal,
yaitu
pekerjaan
responden yang mendapatkan penghasilan dari:
1) Gaji dari negara
2) Gaji dari sektor swasta
3) Tunjangan-tunjangan pensiun
b. Kesempatan memperoleh penghasilan informal, yaitu pekerjaan
responden yang mendapatkan penghasilan dari:
1) Kegiatan-kegiatan
primerr
dan
sekunder,
yaitu
pertanian,
perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha
sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alkohol.
2) Usaha tersier dengan modal relatif besar, yaitu perumahan,
transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, spekulasi
barang-barang dagang, kegiatan sewa menyewa.
3) Distribusi kecil-kecilan, yaitu pedagang pasar, pedagang kelontong,
pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pengangkut barang,
dan penyalur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
4) Jasa yang lain, yaitu pemusik (pengamen), pengusaha binatu,
penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, makelar dan
perantara.
5) Transaksi pribadi, yaitu pinjam-meminjam, pengemis.
6. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga karena
pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dalam konsumsi rumah
tangga. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya
beli konsumen. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah
tangga dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga
dalam Satu Bulan
Pendapatan per Bulan (Rp)
Responden (orang)
Presentase (%)
1.250.000 – 2.800.000
35
36,46
2.800.001 – 4.350.000
47
48,96
4.350.001 – 5.900.000
8
8,33
5.900.001 – 7.450.000
5
5,21
7.450.001 – 9.000.000
1
1,04
Jumlah
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan
hanya pendapatan yang diterima seorang individu, tetapi diukur dari semua
pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga konsumen. Sesuai
dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya
ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi
dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja.
Tabel 20. menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada
tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 yaitu 47
responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000
sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan
merupakan barang kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari,
maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut dalam membeli mete
untuk acara tertentu tidak menjadi masalah bagi responden. Pendapatan
rumah tangga merupakan jumlah seluruh pendapatan anggota keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
yang bekerja. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden di Pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai kalangan ekonomi
yang dapat dilihat dari tingkat pendapatannya, baik masyarakat dengan
keadaan ekonomi rendah sampai masyarakat ekonomi tinggi. Perilaku
konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sosial tempat
tinggal konsumen. Masyarakat yang melakukan kegiatan belanja di pasar
tradisional juga disebabkan oleh masih sedikitnya pasar modern di
Kabupaten Wonogiri dan di pasar modern kacang mete hanya dijual pada
saat tertentu seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran
Kacang Mete
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menginterpretasi setiap input yang dapat ditangkap
oleh indera (seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain) ke
dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004).
Persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan menggunakan rumus lebar
interval. Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari
variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang
telah ditentukan. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari
pendapat responden mengenai variabel-variabel produk kacang mete.
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, yang diteliti meliputi
faktor produk terdiri dari variabel kandungan gizi (X1); keutuhan (X2); warna
(X3); dan rasa kacang mete (X4), faktor harga terdiri dari variabel harga (X5)
dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6), faktor promosi terdiri
dari variabel promosi (X7); potongan harga (X8); dan pengalaman pembelian
(X9), faktor tempat terdiri dari variabel jarak pasar (X10); lokasi pasar (X11);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
ketersediaan (X12); kenyamanan pasar (X13); pelayanan (X14); kebersihan
pasar (X15); dan keamanan pasar (X16).
1. Faktor Produk
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor
inti
Faktor
Produk
Indikator
Kandungan
Gizi (X1)
Keutuhan
(X2)
Warna (X3)
Rasa (X4)
Total
Indikator
Krteria
Kelas
Tidak bagus
Kurang bagus
Cukup bagus
Bagus
Sangat bagus
Tidak penting
Kurang penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
4,00 - 7,20
7,21 - 10,41
10,42 - 13,62
13,63 -16,83
16,84 - 20,04
Responden
(orang)
0
11
45
37
3
0
0
13
53
30
0
0
17
60
19
0
0
2
44
50
0
0
7
50
39
Presentase
(%)
0
11,46
46,88
38,54
3,13
0
0
13,54
55,21
31,25
0
0
17,71
62,50
19,79
0
0
2,08
45,83
52,08
0
0
7,29
52,08
40,63
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap kandungan gizi kacang mete adalah
cukup
bagus
(46,88%).
Kacang
mete
merupakan
kacang
yang
mengandung protein dan lemak yang diperlukan oleh tubuh. Keutuhan
kacang mete adalah penting (55,21%). Keutuhan kacang mete merupakan
bentuk fisik dari kacang mete yang menarik bagi konsumen, sehingga
konsumen memilih kacang mete yang utuh. Warna kacang mete adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
penting (62,50%). Menurut konsumen, warna kacang mete dapat
mencerminkan rasa kacang mete. Warna kacang mete biasanya sesuai
dengan proses penggolahan (penggorengan) dan kematangannya. Rasa
kacang mete adalah sangat penting (52,08%). Konsumen membeli kacang
mete karena rasanya yang enak dan gurih. Faktor produk merupakan faktor
yang penting bagi konsumen kacang mete (52,08%).
2. Faktor Harga
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor harga kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor
inti
Faktor
Harga
Indikator
Harga (X5)
Kesesuaian
harga (X6)
Total Indikator
Krteria
Kelas
Sangat mahal
Mahal
Wajar
Agak murah
Murah
Tidak sesuai
Kurang sesuai
Cukup sesuai
Sesuai
Sangat sesuai
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
2 ,00- 3,60
3,61 - 5,21
5,22 - 6,82
6,83 - 8,43
8,44 - 10,04
Responden
(orang)
0
2
46
47
1
0
16
65
12
3
0
12
31
51
2
Presentase
(%)
0
2,08
47,92
48,96
1,04
0
16,67
67,71
12,50
3,13
0
12,50
32,29
53,13
2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap harga adalah agak murah (48,96%).
Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete sehingga harga
kacang mete yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri agak
murah. Kesesuaian harga adalah cukup sesuai (67,71%). Harga kacang
mete cukup sesuai dengan kacang mete yang dibeli, dengan harga yang
lebih mahal para konsumen mendapatkan kacang mete yang lebih bagus
daripada harga kacang mete yang lebih murah. Faktor harga merupakan
faktor yang penting bagi konsumen (53,13%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
3. Faktor Promosi
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor promosi
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 23.
Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor
inti
Faktor
Promosi
Indikator
Promosi (X7)
Potongan harga
(X8)
Pengalaman
pembelian (X9)
Total Indikator
Krteria
Tidak menarik
Kurang menarik
Cukup menarik
Menarik
Sangat menarik
Tidak ada
Kurang banyak
Wajar
Banyak
Sangat banyak
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Kelas
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
3,00 - 5,40
5,41 - 7,81
7,82 - 10,22
10,23 - 12,63
12,64 - 15,04
Responden
(orang)
0
1
48
42
5
27
4
58
6
1
0
0
17
54
25
0
6
49
39
2
Presentase
(%)
0
1,04
50,00
43,75
5,21
28,13
4,17
60,42
6,25
1,04
0
0
17,71
56,25
26,04
0
6,25
51,04
40,63
2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap promosi adalah cukup menarik
(50,00%). Promosi dari mulut ke mulut sering terjadi di antara konsumen.
Konsumen mendapatkan informasi tentang kacang mete dari saudara dan
teman. Label pada kemasan kacang mete member informasi mengenai
pedagang dan informasi produk kacang mete yang di beli. Potongan harga
adalah wajar (60,42%). Konsumen yang membeli kacang mete dalam
jumlah yang cukup banyak akan mendapatkan potongan harga dari
pedagang. Pengalaman pembelian adalah penting (56,25%). Dalam
pembelian kacang mete, apabila konsumen mendapatkan pengalaman tidak
baik misalnya, dalam satu kemasan kacang mete yang dibeli banyak yang
pecah-pecah dan banyak kacang mete yang dilem maka konsumen akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
mempertimbangkan untuk membeli di pedagang lain. Faktor promosi
merupakan faktor yang cukup penting bagi konsumen (51,04%).
4. Faktor Tempat
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor tempat
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 24.
Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor inti
Faktor
Tempat
Indikator
Jarak pasar
(X10)
Lokasi pasar
(X11)
Ketersediaan
(X12)
Kenyamanaan
pasar (X13)
Pelayanan
(X14)
Kebersihan
pasar (X15)
Keamanan
pasar (X16)
Total Indikator
Krteria
Sangat jauh (>6 km)
Jauh (5-6 km)
Sedang (3-4 km)
Dekat (1-2 km)
Sangat dekat (<1 km)
Tidak strategis
Kurang strategis
Cukup strategis
Strategis
Sangat strategis
Sangat sulit
Agak sulit
Wajar
Mudah
Sangat mudah
Tidak nyaman
Kurang nyaman
Cukup nyaman
Nyaman
Sangat nyaman
Tidak memuaskan
Kurang memuaskan
Cukup memuaskan
Memuaskan
Sangat memuaskan
Tidak bersih
Kurang bersih
Cukup bersih
Bersih
Sangat bersih
Tidak aman
Kurang aman
Cukup aman
Aman
Sangat aman
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
commit to user
Kelas
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
7,00 - 12,60
12,61 - 18,21
18,22 - 23,82
23,83 - 29,43
29,44 - 35,04
Responden
(orang)
12
5
31
41
7
0
0
18
63
15
0
1
17
69
9
0
0
60
34
2
0
7
56
29
4
0
9
64
22
1
0
2
47
45
2
0
0
30
64
2
Presentase
(%)
12,50
5,21
32,29
42,71
7,29
0
0
18,75
65,63
15,63
0
1,04
17,71
71,88
9,38
0
0
62,50
35,42
2,08
0
7,29
58,33
30,21
4,17
0
9,38
66,67
22,92
1,04
0
2,08
48,96
46,88
2,08
0
0
31,25
66,67
2,08
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Berdasarkan Tabel 24. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap jarak pasar adalah dekat (42,71%).
Pasar tradisional pada umumnya terdapat di dekat rumah. Lokasi pasar
adalah strategis (65,63%). Pasar tradisional strategis karena dekat dengan
jalan raya dan terminal angkutan umum sehingga konsumen mudah untuk
mencapainya. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional adalah mudah
(71,88%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete maka
pasar tradisional dekat dengan tempat industri sehingga ketersediaan
kacang mete cukup terjaga. Kenyamanan pasar adalah cukup nyaman
(62,50%). Penataan barang (produk) di dalam pasar yang teratur membuat
rasa nyaman bagi konsumen, selain itu tidak banyaknya pengamen
membuat konsumen tidak terganggu dalam melakukan kegiatan belanja.
Pelayangan pedagang adalah cukup memuaskan (58,33%). Pedagang pada
umumnya ramah dan mau memberikan informasi yang diperlukan
konsumen. Kebersihan pasar adalah cukup bersih (66,67%). Petugas
kebersihan pasar membersihkan pasar secara rutin dan pedagang selalu
menjaga kebersihan pasar. Keamanan pasar adalah cukup aman (48,96%).
Pada setiap pasar tradisional terdapat petugas keamanan dan pasar
tradisional dekat dengan pos polisi yang menjaga keamanan pasar
tradisional dan lingkungan di sekitarnya. Faktor tempat merupakan faktor
yang penting bagi konsumen (66,67%).
C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan
Dipertimbangkan Konsumen
Perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional
Kabupaten Wonogiri dianalisis menggunaka metode analisis faktor. Menurut
Rochaety et. al (2007), analisis faktor merupakan sebuah analisis yang
mencari
hubungan
interdependensi
antarvariabel,
sehingga
mampu
mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya.
Oleh karena itu, dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas maupun
variabel terikat. Manfaat dari analisis faktor adalah melakukan peringkasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
variabel berdasarkan tingkat keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan
diperoleh faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam analisis faktor berasal dari
pendapat responden mengenai atribut-atribut produk kacang mete. Analisis
faktor digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel-variabel
yang terangkum dalam faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan pembelian kacang mete.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete pada pasar
tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor bauran pemasaran yang diteliti
adalah produk, harga, promosi, dan tempat. Faktor produk yang diteliti terdiri
dari variabel kandungan gizi (X1), keutuhan (X2), warna (X3) dan rasa
kacang mete (X4). Faktor harga yang diteliti terdiri dari variabel harga (X5)
dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6). Faktor promosi yang
diteliti terdiri dari variabel promosi (X7), potongan harga (X8), dan
pengalaman pembelian (X9). Faktor tempat yang diteliti terdiri dari variabel
jarak pasar (X10), lokasi pasar (X11), ketersediaan (X12), kenyamanan pasar
(X13), pelayanan (X14), kebersihan pasar (X15), dan keamanan pasar (X16).
Enambelas variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian kacang mete tersebut dianalisis menggunakan analisis
faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and
Service Solution) 17.
Layak tidaknya analisis faktor untuk dilakukan analisis lebih lanjut
dapat diketahui dengan mengunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), Bartlett
Test of Sprericity, dan Measure of Sampling Adequacy. Analisis faktor dapat
dilakukan dengan persyaratan pokok yang harus dipenuhi yaitu nilai indeks
KMO tinggi, yaitu berkisar antara 0,5 sampai 1 (Simamora, 2005). Besarnya
nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and
Bartlett’s Test
Uji KMO dan Bartlett
KMO Measure of Sampling Adequacy
Bartlett’s Test of Sphericity
- Approx. Chi-Square
- Derajat Kebebasan (Df)
- Signifikansi (Sig)
Hasil Penelitian
0,625
156,193
78,000
0,000
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Menurut Simamora (2005), KMO uji yang nilainya berkisar anara 0
sampai 1 mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO
tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1), maka analisis faktor layak dilakukan.
Sebaliknya, kalau nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak
dilakukan. Ketentuan tersebut berdasarkan pada:
1. Jika probabilitas (sig) kurang dari 0,05, maka variabel dapat dianalisis
lebih lanjut
2. Jika probabilitas (sig) lebih dari 0,05, maka variabel tidak dapat dianalisis
lebih lanjut.
Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 17, diperoleh nilai KMO
Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,625 dengan signifikansi sebesar
0,000. Nilai 0,625 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,00 lebih kecil dari
0,05, maka variabel dan data dapat dianalisis lebih lanjut.
Besarnya Measures of Sampling Adequacy (MSA) merupakan uji
statistik yang digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel dapat
dilihat pada tabel anti images correlation matrices pada SPSS. Besarnya
MSA masing-masing variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Tabel 26. Hasil Pengujian Analisis Faktor 1
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Potongan harga
Pengalaman pembelian
Jarak pasar
Lokasi pasar
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,518
0,444
0,586
0,488
0,469
0,601
0,601
0,413
0,543
0,382
0,331
0,614
0,586
0,471
0,606
0,582
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Menurut Anonim d (2011), besarnya angka MSA adalah antara 0
sampai 1, jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel
ketentuannya sebagai berikut:
1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
2. Jika MSA
dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
3. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak
dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan.
Tabel 26. menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai MSA lebih
dari 0,5 adalah variabel kandungan gizi, warna, kesesuaian harga, promosi,
pengalaman
pembelian,
ketersediaan,
kenyamanan,
kebersihan,
dan
keamanan pasar sehingga variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut.
Sedangkan variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, lokasi
pasar, dan pelayanan pasar mempunyai MSA kurang dari 0,5, maka variabel
tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian ulang. Menurut
Anonimd (2011), apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA di
bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan
proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian
variabel yang harus dikeluarkan adalah lokasi pasar, sehingga variabel lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Lokasi
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri pada umumnya berada di lokasi
yang strategis, yaitu di tepi jalan raya dan dekat atau bersebelahan dengan
terminal angkutan umum. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo,
dan Pasar Kecamatan Jatisrono tersebut menyediakan produk yang bervariasi
dan lengkap, kemudahan dalam mendapatkan produk yang diinginkan, dan
memberikan kepuasan saat berbelanja.
Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel
lokasi pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-2 dapat dilihat
pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Pengujian Analisis Faktor 2
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Potongan harga
Pengalaman pembelian
Jarak pasar
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,485
0,471
0,614
0,484
0,492
0,635
0,646
0,413
0,561
0,384
0,657
0,629
0,466
0,639
0,633
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 27. menunjukkan bahwa dari hasil pengujian analisis faktor
yang ke-2 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5
yaitu variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, dan
pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA
terkecil yaitu variabel jarak pasar. Sehingga, variabel jarak pasar tidak
menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen. Konsumen yang
berbelanja di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono diketahui berasal dari berbagai wilayah Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Wonogiri yang dapat dilihat dari jarak pasar dengan tempat tinggal
konsumen.
Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel
jarak pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-3 dapat dilihat
pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Pengujian Analisis Faktor 3
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Potongan harga
Pengalaman pembelian
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,606
0,579
0,620
0,602
0,486
0,602
0,653
0,395
0,553
0,640
0,649
0,455
0,618
0,653
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 28. menunjukkan bahwa hasil pengujian analisis faktor yang ke3 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu
variabel harga, potongan harga, dan pelayanan pasar. Variabel yang
dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, yaitu variabel potongan
harga. Sehingga, variabel potongan harga tidak menjadi variabel dari faktor
promosi yang dipertimbangkan oleh konsumen. Pedagang kacang mete jarang
memberikan
potongan
harga
kepada
konsumen,
apabila
pedagang
memberikan potongan harga, besarnya hampir sama untuk setiap pedagang
dan nilainya tidak terlalu besar. Pedagang kacang mete tidak mengambil
keuntungan yang besar bila dibandingkan dengan resiko yang harus diterima
jika kacang mete yang dijualnya tidak laku karena sebagian orang masih
menganggap kacang mete sebagai produk mewah.
Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel
potongan harga, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-4 dapat
dilihat pada Tabel 29.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 29. Hasil Pengujian Analisis Faktor 4
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,626
0,602
0,621
0,632
0,521
0,641
0,691
0,549
0,681
0,691
0,561
0,612
0,650
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 29. menunjukkan bahwa semua variabel pada analisis ke-4
mempunyai MSA lebih dari 0,5 sehingga ketigabelas variabel tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut. Setelah menemukan variabel yang dapat dianalisis,
selanjutnya dilanjutkan dengan communalities. Communalities merupakan
jumlah total variasi dari sebuah variabel penelitian yang bisa dijelaskan faktor
umum. Dari nilai communalities dapat diketahui hubungan antara variabel
dengan faktor-faktor yang nantinya dibentuk. Communalities untuk tiap
variabel dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Communalities
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
Initial
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Extraction
0,373
0,666
0,629
0,533
0,451
0,558
0,463
0,501
0,558
0,531
0,481
0,548
0,514
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 30. menunjukkan besarnya communalities untuk masing-masing
variabel berbeda. Communalities untuk variabel kandungan gizi nilainya
0,373 yang artinya sekitar 37,3 % varian dari variabel kandungan gizi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan untuk variabel
keutuhan nilainya 0,666 artinya sekitar 66,6 % varian dari variabel keutuhan
dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk, begitu juga untuk variabelvariabel yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil
communalities sebuah variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan
faktor yang terkait, dan semakin besar communalities sebuah variabel, maka
semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Setelah diketahui nilai communalities, selanjutnya dapat dilihat pada
nilai eigen value. Kriteria suatu faktor dipertimbangkan oleh konsumen
terhadap keputusan dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional Pasar
Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono,
dapat diketahui dengan melihat nilai eigen value dari suatu faktor. Eigen
value untuk faktor yang dipertimbangkan konsumen terhadap keputusan
pembelian kacang mete harus lebih dari 1. Angka eigenv alue menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor yang terbentuk dalam menghitung
varian dari variabel-variabel penelitian yang dianalisis. Besarnya eigen value
dan proporsi varians untuk masing-masing faktor yang terbentuk dapat dilihat
pada Tabel 31. sebagai berikut:
Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor
Faktor inti
1 (tempat)
2 (produk)
3 (promosi)
4 (harga)
Total
Eigen value
2,307
1,939
1,474
1,058
6,778
Proporsi Varian
17,746 %
14,914 %
11,337 %
8,136 %
52,132 %
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Pada analisis data terdapat 13 variabel yang dilibatkan, jadi akan ada
13 yang diusulkan dalam analisis faktor. Setiap faktor mewakili variabelvariabel yang dianalisis. Kemampuan setiap faktor mewakili variabel-variabel
yang dianalisis, ditunjukkan oleh besarnya varians yang dijelaskan (eigen
value). Tabel 31. menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang menjadi
faktor inti dari faktor bauran pemasaran. Hal ini terjadi karena 4 faktor
tersebut memiliki nilai eigen value lebih dari 1, sedanngkan 9 faktor yang lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
tidak menjadi faktor inti karena nilai eigen value kurang dari 1. Dengan
demikian pada penelitian ini terbentuk 4 faktor yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten
Wonogiri. Faktor 1 mampu menjelaskan 17,746% varian ke-13 variabel
penelitian, faktor 2 mampu menjelaskan 14,914% varian ke-13 variabel
penelitian, faktor 3 mampu menjelaskan 11,337% varian ke-13 variabel
penelitian, faktor 4 mampu menjelaskan 8,136% varian ke-13 variabel
penelitian. Total varian yang mampu dijelaskan keempat faktor tersebut
adalah 52,132%, yang berarti penelitian ini mampu menjelaskan faktor yang
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota
Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono
sebesar 52,132%. Sedangkan sisanya 47,868% merupakan faktor lain yang
tidak tercakup dalam hasil analisis faktor misalnya karakteristik dari
konsumen itu sendiri, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktorfaktor lain.
Empat faktor yang dihasilkan merupakan kumpulan dari variabelvariabel yang merupakan unsur pembentuk faktor tersebut. Penamaan
masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen kacang mete di
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri didasarkan pada variabel-variabel
yang menyusun faktor tersebut. Setelah diketahui empat faktor yang sesuai
untuk menyederhanakan ke-13 variabel penelitian yang diteliti, maka dari
analisis data dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh tabel rotated
component matrix. Tabel tersebut menunjukkan distribusi ke-13 variabel pada
empat faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel rotated
component matrix adalah factor loading yang menunjukkan besarnya korelasi
antara suatu variabel dengan masing-masing faktor yang terbentuk. Factor
loading memberikan informasi tentang variabel mana yang berkorelasi
signifikan dengan faktor tertentu. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk
menginterpretasikan faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor
dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya korelasi setiap baris
dengan melihat besar nilai korelasi yang lebih besar dari 0,5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Factor loading dari ke-13 variabel tersebut selanjutnya dirotasikan
dengan metode varimax, yaitu metode rotasi oethogonal (sudut putar 90o)
yang menyederhanakan kolom dari matrik faktor agar hanya didapat satu
faktor loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Nilai faktor loading yang
telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel
1
Nama
Faktor
Tempat
Proporsi
Varian
17,746%
2
Produk
14,914%
3
Promosi
11,337%
4
Harga
8,136%
Faktor
Variabel yang Terlibat
pada Faktor Inti
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan pasar
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Harga
Nilai
Korelasi
0,621
0,695
0,332
0,711
0,549
0,546
0,672
0,702
0,722
0,696
0,524
0,681
0,597
Eigen value
2,307
1,939
1,474
1,058
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 32. menunjukkan bahwa dari hasil analisis faktor terdapat 4
faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar
tradisional di Kabupaten Wonogiri dengan variabel-variabel yang terkandung
di dalamnya. Faktor dengan total varian tertinggi merupakan faktor yang
paling dominan. Sehingga jika diurutkan menurut total variannya, faktor
tempat menempati urutan pertama yaitu dengan total varian sebesar 17,746%,
kemudian urutan kedua adalah faktor produk dengan total varian sebesar
14,914%, urutan selanjutnya yaitu faktor promosi dengan total varian sebesar
11,337%, dan yang terakhir adalah faktor harga dengan total varian 8,136%.
Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima, karena faktor
bauran pemasan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete di
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.
Pada tabel tersebut juga menunjukkan variabel-variabel yang dominan
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete pada masingmasing faktor. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
nilai faktor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Variabel yang
paling dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel
kebersihan pasar yaitu sebesar 0,711, variabel yang paling dipertimbangkan
konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa yaitu sebesar 0,722,
variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah
variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete yaitu sebesar 0,696, dan
variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor harga adalah
variabel harga yaitu sebesar 0,597. Sebelum dianalisis variabel kesesuaian
harga termasuk dalam faktor harga, tetapi setelah dianalisis variabel
kesesuaian harga termasuk ke dalam faktor promosi. Hal ini dikarenakan
kesesuaian harga kacang mete mengandung unsur promosi dalam penjualan
kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.
Hipotesis kedua menyebutkan bahwa variabel yang dominan dari
faktor produk adalah variabel rasa, dari faktor harga adalah variabel harga,
dari faktor promosi adalah variabel potongan harga, dan faktor tempat adalah
variabel kebersihan pasar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis kedua ditolak, karena variabel potongan harga bukan merupakan
variabel yang dominan dari faktor promosi yang dipertimbangkan konsumen.
D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat
penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang
kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan
kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan
konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota
Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang
diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan
responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah
pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
kacang mete di pasar tradisional, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan
harga.
1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional
Responden memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan
kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen di Pasar
Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan
Jatisrono menurut alasan responden berbelanja dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja
di Pasar Tradisional
Alasan Konsumen
Strategis
Dekat dengan rumah
Harga lebih murah
Pelayanan pedagang
Langganan
Dekat dengan tempat kerja
Jumlah
Responden (orang)
25
35
19
2
13
2
96
Presentase (%)
26,04
36,46
19,79
2,08
13,55
2,08
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 33. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri,
Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki
alasan yang beragam dalam berbelanja di pasar tradisional. Alasan
terbanyak yang diberikan responden dalam berbelanja di pasar tradisional
tersebut adalah karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%).
Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk
mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi,
maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat
menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar
sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja
dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete
Responden memiliki alasan yang berbeda satu dengan yang lainnya
dalam mengkonsumsi kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena
adanya kebutuhan responden dalam mengkonsumsi kacang mete. Perilaku
beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden dalam membeli
kacang mete dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli
Kacang Mete
Alasan Konsumen
Camilan
Acara keluarga
Hari raya
Hajatan
Pengajian
Menjamu tamu
Jumlah
Responden (orang)
7
32
23
22
10
2
96
Presentase (%)
7,29
33,33
23,96
22,92
10,42
2,08
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 34. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri,
Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki
alasan yang beragam dalam membeli kacang mete. Sebagian besar
responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu
sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar
responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang
disajikan
dalam
mengkonsumsi
acara
keluarga.
kacang
mete
Tidak
untuk
banyak
camilan
responden
sehari-hari
yang
karena
dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan
mempengaruhi kesehatan konsumen.
3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete
Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan
Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut frekuensi pembelian
kacang mete dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang
Mete
Frekuensi Pembelian dalam 3
Bulan (kali)
1
2
3
Jumlah
Responden
(orang)
57
36
3
96
Presentase
(%)
59,38
37,50
3,13
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 35. menunjukkan bahwa frakuensi pembelian kacang mete
yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian
dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian
dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di
acara-acara tertentu. Sehingga, selain rasanya yang enak, menyajikan
kacang mete dapat menjadi kebanggaan bagi konsumen karena harga
kacang mete yang lebih mahal dari kacang tanah yang biasa disajikan
dalam sebuah acara.
4. Jumlah Pembelian Kacang Mete
Jumlah pembelian kacang mete dapat berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga responden dan kebutuhan responden. Perilaku beli
konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono menurut jumlah pembelian kacang mete dapat dilihat
pada Tabel 36.
Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Kacang Mete dalam
Setiap Pembelian
Jumlah dalam Setiap
Responden
Presentase
Pembelian (Kg)
(orang)
(%)
1
35
36,46
2
42
43,75
3
12
12,50
>3
7
7,29
Jumlah
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 36. menunjukkan bahwa jumlah pembelian kacang mete
yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu
sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi
keluarga, responden menyesuaikan jumlah kacang mete yang dibeli
dengan
banyaknya
jumlah
anggota
keluarga
responden
yang
mengkonsumsi kacang mete. Selain itu, untuk sajian dalam sebuah acara
yang akan diadakan, jumlah kacang mete yang dibeli disesuaikan dengan
jumlah tamu yang akan datang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga
atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah
pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan
responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara, seperti acara
keluarga atau saat hari raya. Kacang mete sebanyak 2 kg sudah memenuhi
kebutuhan unruk suatu acara karena kacang mete biasanya dikemas dalam
kemasan kecil sehingga dalam 1 kg dapat menghasilkan 70 kemasan kecil
kacang mete atau lebih sesuai dengan keinginan konsumen.
5. Korelasi antara Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian Kacang
Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Menurut Simamora (2005), analisis faktor dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan
antarresponden
struktur
dengan
hubungan
menguji
antarvariabel
korelasi
ataupun
antarvariabel
atau
antarresponden. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis perilaku
konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten
Wonogiri, diketahui bahwa dalam proses pengambilan keputusan
pembelian mempertimbangkan faktor bauran pemasaran. Pada penelitian
ini,
hasil
analisis
faktor
menunjukkan
bahwa
konsumen
mempertimbangkan empat faktor bauran pemasaran yaitu faktor tempat,
faktor produk, faktor harga, dan faktor promosi bauran pemasaran dalam
proses pengambilan keputusan konsumen dalam pemembelian kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
a. Faktor Tempat
Nilai factor loading dari variabel tempat yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 33. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat
Variabel yang Terlibat pada Faktor
Nama Faktor Inti
Inti
Tempat
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan pasar
Nilai Korelasi
0,621
0,695
0,332
0,711
0,549
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan
responden dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Tabel 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
menunjukkan variabel yang terdapat pada faktor tempat adalah variabel
ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar,
kebersihan pasar, dan keamanan pasar.
Berdasarkan Tabel 37. variabel pertama atau variabel yang
paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah
variabel kebersihan pasar dengan factor loading sebesar 0,711.
Konsemen pada umumnya menyukai berbelanja di pasar tradisional
yang bersih. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa Pasar Kota
Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono
termasuk pasar yang bersih. Kebersihan pasar tersebut dapat tercipta
dengan adanya kesadaran para penjual untuk selalu menjaga kebersihan
tempat berjualannya, kesadaran konsumen juga sangat penting karena
konsumen harus ikut membantu menjaga kebersihan pasar tradisional
dengan membuang sampah pada tempat sampah yang telah banyak
disediakan di pasar, selain itu petugas kebersihan pasar yang secara
tertib dan teratur membersihkan area pasar dari sampah-sampah yang
ada dan mengangkut sampah dari tempat sampah ke dalam
penampungan yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke
pembuangan akhir.
Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
tempat adalah variabel kenyamanan pasar dengan factor loading 0,695.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai suasana pasar
tradisional yang nyaman. Kenyamanan pasar (penataan produk di pasar)
dapat dirasakan oleh konsumen karena penataan tempat berdagang yang
disesuaikan dengan jenis produk yang dijual sehingga menciptakan
keteraturan di dalam pasar. Penataan tempat ini juga membantu
mempermudah dalam menjaga kebersihan pasar karena sampah-sampah
dari berbagai jenis produk tidak bercampur, sehingga kenyamanan
pasar dapat terjamin. Selain itu, tidak banyak pengamen dan pedagang
asongan yang berkeliling sehingga tidak mengganggu konsumen dalam
berbelanja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,621. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional di
Kabupaten
Wonogiri
dipertimbangkan
oleh
konsumen
karena
ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan kacang mete yang
lebih terjamin dibandingkan di tempat lain seperti di pasar modern.
Variabel keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen pada
faktor tempat adalah variabel keamanan pasar dengan factor loading
sebesar 0,549. Keamanan pasar dipetimbangkan konsumen karena pada
umumnya konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional yang
aman. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono adalah pasar tradisional yang aman jarang terjadi
tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau tindak kejahatan
lainnya. Selain itu, terdapat petugas keamanan (satpam) untuk menjaga
keamanan di tradisional tersebut, serta di dekat pasar terdapat pos polisi
yang menjaga keamanan lingkungan di sekitar pasar yang ramai.
Variabel pelayanan pasar (pedagang) merupakan variabel
dengan factor loading di bawah 0,5 (factor loading 0,332), sehingga
variabel tersebut dianggap hampir tidak dipertimbangkan oleh
konsumen dalam kegiatan pembelian kacang mete. Hal ini dikarenakan
pelayanan pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan
Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut konsumen cukup
baik dan memuaskan seperti halnya pelayanan di pasar tradisional
lainnya yang berada di Kabupaten Wonogiri. Pelayanan yang diberikan
pedagang adalah keramahan pedagang kepada konsumen. Menurut Rao
dan Monroe dalam Yoo, et.al., (2000), toko dengan citra yang baik
akan lebih menarik perhatian dan kunjungan dari konsumen potensial.
Pada beberapa toko menyediakan kepuasan konsumen yang lebih besar
dan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut secara aktif dan positif
diantara para konsumen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
b. Faktor Produk
Nilai faktor loading dari variabel produk yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk
Variabel yang Terlibat pada Faktor
Nama Faktor Inti
Inti
Produk
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Nilai Korelasi
0,546
0,672
0,702
0,722
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang
terdapat pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi, keutuhan,
warna, dan rasa kacang mete. Berdasarkan Tabel 38. variabel pertama
atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada
faktor produk adalah variabel rasa kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,722. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa kacang
mete memiliki rasa yang khas sehingga menjadi daya tarik utama. Rasa
kacang mete Wonogiri dikenal lebih gurih daripada rasa kacang mete
dari Sumbawa, karena getah yang terkandung dalam kacang mete
Sumbawa lebih banyak dari kacang mete Wonogiri, sehingga saat
dimakan menjadi lebih ulet. Konsumen akan memilih rasa kacang mete
sesuai dengan selera masing-masing konsumen, kacang mete yang
pernah dikonsumsi akan mempengaruhi keputusan pembelian. Rasa
kacang mete dipengaruhi oleh bumbu dan proses menggoreng, bumbu
yang kabanyakan garam ata bawang putih membuat kacang mete
menjadi lebih asin atau terasa sedikit pahit. Hal ini mempengaruhi
selera konsumen sehingga mempertimbangkan rasa kacang mete yang
ditawarkan oleh pedagang. Selain itu, lama penyimpanan kacang mete
juga mempengaruhi rasanya, kacang mete yang sudah lama akan
memiliki bau yang tengik, sehingga ketersediaan kacang mete yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
baru juga dapat mempengaruhi selera konsumen tentang rasa kacang
mete.
Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
produk adalah variabel warna kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,702. Warna kacang mete merupakan faktor yang penting
karena mempengaruhi penampilan kacang
mete dan
kepuasan
konsumen. Konsumen lebih menyukai kacang mete yang berwarna
kuning keemasan daripada masih berwarna putih atau sudah berwarna
cokelat. Kacang mete yang berwarna putih dinilai kurang matang,
sedangkan yang berwarna cokelat dinilai terlalu matang sehingga
mengurangi kenikmatannya.
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
produk adalah variabel keutuhan kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,672. Selain variabel warna, keutuhan kacang mete juga
mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen.
Keutuhan kacang mete juga berpengaruh pada harga jual kacang mete
tersebut. Dalam satu kemasan, kacang mete yang utuh dan besar atau
sering disebut dengan kacang mete kualitas super dijual dengah harga
yang lebih tinggi daripada dalam satu kemasan terdapat kacang mete
yang utuh, belah dan pecah. Beberapa pedagang mensiasati keutuhan
kacang mete dengan menempelkan kacang mete belah dengan tepung
kanji sehingga terlihat utuh. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi
kenikmatan kacang mete dan kepusan konsumen, sehingga konsumen
akan berhati-hati dalam memilih kacang mete yang akan dibelinya.
Variabel keempat yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
produk adalah variabel kandungan gizi kacang mete dengan factor
loading sebesar 0,546. Kandungan gizi yang yang dimaksud adalah
kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan karbohidrat,
protein, dan lemak kacang mete yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan
protein dan lemak yang diperlukan tubuh. Kandungan lemak pada
kacang mete merupakan lemak tak jenuh yang merupakan lemak baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
bagi tubuh. Akan tetapi, sebaiknya kacang mete dikonsumsi dalam
batas wajar (tidak kebanyakan) karena akan berpengaruh pada
kesehatan tubuh.
Menurut Carol O’Neil dalam Satriani (2012), mengungkapkan
bahwa orang-orang yang mengkonsumsi beragam jenis kacang seperti
almond, kacang mete, dan kacang kenari menunjukkan berat badan,
body mass index (BMI), dan lingkar pinggang yang lebih rendah
ketimbang
mereka
yang tidak
mengkonsumsi kacang-kacangan
tersebut. Para pengkonsumsi kacang ini juga berisiko lebih rendah
terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme.
Para ahli merekomendasikan konsumsi 1,5 ons kacang per hari, atau
tiga sendok makan kacang-kacangan sebagai bagian dari diet sehat.
c. Faktor Promosi
Nilai factor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi
Nama Faktor Inti
Promosi
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Nilai
Korelasi
0,696
0,524
0,681
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang
terdapat pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga, promosi
penjualan, potongan harga, dan pengalaman pembelian kacang mete.
Berdasarkan Tabel 39. variabel pertama atau variabel yang paling
dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah
variabel kesesuaian haga kacang mete dengan factor loading sebesar
0,696. Kesesuain harga dengan mutu kacang mete menjadi variabel dari
faktor promosi yang penting bagi konsumen karena harga kacang mete
merupakan cerminan dari mutu kacang mete yang dijual. Konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
akan memilih harga yang sedikit lebih tinggi dengan mutu kacang mete
yang bagus daripada harga yang murah tetapi mutu kacang mete kurang
bagus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen.
Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
promosi adalah variabel pengalaman pembelian kacang mete dengan
factor loading sebesar 0,681. Pengalaman pembelian oleh konsumen
penting dalam proses keputusan pembelian kacang mete di pasar
tradisional.
Pengalaman
pembelian
ini
dipertimbangkan
karena
konsumen ingin mendapatkan kacang mete dengan mutu yang baik dan
sesuai dengan seleranya. Tidak jarang konsumen merasa tertipu karena
pedagang mencampur kacang mete bermutu baik dengan kacang mete
yang kurang bagus, atau kacang mete belah dilem menggunakan tepung
kanji sehingga terlihat utuh. Hal tersebut membuat konsumen lebih hatihati dan cermat dalam membeli kacang mete.
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
promosi adalah variabel promosi penjualan kacang mete dengan factor
loading sebesar 0,524. Terdapat beberapa promosi dalam penjualan
kacang mete, yaitu promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan
konsumen satu kepada konsumen yang lainnya, kemasan kacang mete
yang menggunakan label, dan adanya beberapa artikel di surat kabar
lokal mengenai kacang mete yang di jual di salah satu kios pasar
tradisional.
Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan,
label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian kemasan pangan. Sekuang-kurangnya dalam label memuat: a)
nama produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi besih, d) nama
dan alamat produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa. Namun selain hal tersebut pemerintah dapat menetapkan
keterangan lain yang dapat dicantumkan dalam label, mengenai tata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
cara penggunaan, kandungan gizi pangan, ataupun efek samping pangan
bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap
penyakit tertentu, atau mereka yang sedang menjalani program diet.
d. Faktor Harga
Nilai faktor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi
Variabel yang Terlibat pada Faktor
Nama Faktor Inti
Inti
Harga
Harga
Nilai
Korelasi
0,597
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam
pembelian kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan
Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah faktor harga. Menurut
Wahyudi dalam Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk
dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena
terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek
persepsian.
Hal
ini
menyebabkan
semakin
tinggi
nilai
yang
dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula
kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga
menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. Faktor
harga terdiri dari variabel harga dengan factor loading sebesar 0,597.
Variabel harga dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli kacang
mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Walaupun harga
kacang mete tergolong tinggi dibandingkan dengan harga kacangkacangan yang lain, tetapi harga kacang mete di pasar tradisional
cenderung lebih murah dibandingkan harga kacang mete yang dijual di
toko oleh-oleh di luar pasar tradisional. Perbedaan harga kacang mete di
pasar tradisional dengan harga di luar pasar tradisional tidak
mempengaruhi mutu kacang mete yang dijual.
Pada saat penelitian terdapat perbedaan harga kacang mete di
pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Harga kacang mete di pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
tradisional Kabupaten Wonogiri termasuk dalam harga yang wajar
karena Kabupaten Wonogiri merupakan daerah produksi kacang mete,
selain itu harga kacang mete pada setiap pasar tradisional tidak jauh
berbeda. Setiap pedagang kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki harga
jual yang berbeda-beda. Harga kacang mete yang tertinggi adalah
Rp 85.000 dan terendah adalah Rp 65.000, dengan fluktuasi harga
kacang mete mencapai Rp 20.000. Hal ini dipengaruhi oleh waktu
pembelian dan tempat pembelian kacang mete. Waktu pembelian
kacang mete berpengaruh terhadap harga, saat penelitian dimulai adalah
setelah Hari Raya Idul Fitri sehingga harga kacang mete masih tinggi
karena masih banyak konsumen yang membeli kacang mete dan belum
musim panen kacang mete, akan tetapi harga kacang mete berangsurangsur turun. Turunnya harga mete ini dipengaruhi dengan semakin
berkurangnya konsumen yang membeli kacang mete dan musim panen
kacang mete telah dimulai. Tempat pembelian kacang mete juga
berpengaruh terhadap harga, kacang mete yang dijual di Pasar Kota
Wonogiri memiliki harga yang lebih tinggi daripada harga kacang mete
di Pasar Kecamatan Ngadirijo dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Pasar
Kota Wonogiri berada jauh dari daerah produksi kacang mete sehingga
memerlukan biaya distribusi yang lebih besar dari Pasar Kecamatan
Ngadirojo dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang berada di dekat daerah
produksi kacang mete.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Kacang Mete
Pengetahuan mengenai karakteristik responden diperlukan oleh
seorang pemasar agar dapat mengetahui konsumen yang menjadi sasaran
dalam penjualak produknya sehingga dapat memposisikan produk dengan
tepat. Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian meliputi jenis
kelamin, umur responden, jumlah anggota keluarga responden, tingkat
pendidikan responden, pekerjaan responden, dan pendapatan responden.
1. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin
Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 responden, yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Responden Kacang Mete menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Responden
22
74
96
Presentase (%)
21,87
78,13
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 15. menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan lebih
banyak daripada responden laki-laki. Hal ini terjadi karena pada umumnya
perempuan merupakan pengambil keputusan dalam pembelian kebutuhan
pangan dan bertugas dalam melakukan kegiatan belanja. Menurut Engel et.
al. (1994), keputusan pembelian produk makanan lebih didominasi oleh
perempuan, karena pada umumnya perempuan yang bertanggung jawab
dalam penyediaan konsumsi rumah tangga. Sehingga dapat dikatakan
bahwa peran perempuan dalam pengambilan keputusan pembelian sangat
besar. Saat penelitian, banyak ditemui responden perempuan yang bekerja
dan juga menjadi ibu rumah tangga melakukan pembelian kacang mete di
pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur
Kelompok umur dari responden sangat penting dalam pemasaran.
Menurut Kotler (1999), salah satu faktor pribadi, yaitu umur akan
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Jumlah responden kacang
mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono menurut kelompok umur responden dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
< 45 tahun (lajang/bujang tanpa anak)
< 45 tahun (pasangan muda tanpa anak)
< 45 tahun (orang tua muda)
45 – 64 tahun (keluarga paruh baya
dengan anak)
45 – 64 tahun (rumah tangga separuh baya
tanpa anak)
Jumlah
Responden
(orang)
9
2
28
Presentase
(%)
9,38
2,08
29,17
55
57,29
1
1,04
1
96
1,04
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Umur konsumen kacang mete yang menjadi responden dalam
penelitian adalah berkisar antara umur 21-65 tahun. Tabel 16.
menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah
kelompok umur keluarga paruh baya, yaitu responden berumur 45-64
tahun dan masih memiliki anak di rumah yaitu sebanyak 55 responden
(57,29%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
responden adalah responden yang sudah dewasa yang cenderung berpikir
rasional dalam keputusan pembelian kacang mete. Responden dalam
kelompok umur tersebut sudah memiliki pertimbangan tertentu dalam
mengambil keputusan pembelian. Kelompok umur lajang dan orang tua
muda memiliki pertimbangan pembelian yang dipengaruhi kebutuhan yang
lebih beragam. Kelompok umur rumah tangga separuh baya tanpa anak
dan rumah tangga tua yang (usia pensiun), memiliki kebutuhan akan
kesehatan semakin meningkat sehingga pada kelompok umur ini
responden
akan
mempertimbangkan
faktor
kesehatan
dalam
mengkonsumsi kacang mete. Menurut Susanto (1999), dalam kepala
rumah tangga berusia lebih tua, sudah pensiun, dan tidak ada anak yang
tinggal bersama di rumah akan terjadi penurunan dalam penghasilan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
berusaha mempertahankan rumah. Pengeluaran lebih berorientasi pada
peralatan kesehatan, produk perawatan yang mendukung kesehatan, tidur,
dan pencernaan.
3. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian kacang mete. Anggota
keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh terhadap proses
keputusan pembelian konsumen. Karakteristik responden menurut jumlah
anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga
5 – 7 orang (keluarga sedang)
> 7 orang (keluarga besar)
Jumlah
Responden (orang)
58
37
1
96
Presentase (%)
60,42
38,54
1,04
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Menurut BKKBN dalam Ernawati (2009), jumlah anggota keluarga
dapat dikelompokkan menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota
keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan
jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah
anggota keluarga lebih dari 7 orang. Tabel 17. menunjukkan bahwa
sebagian besar konsumen kacang mete merupakan keluarga kecil yang
mempunyai anggota keluarga berjumlah kurang dari sampai dengan 4
orang yaitu sebanyak 58 responden (60,42%). Menurut Kotler (1999),
anggota keluarga akan mempengaruhi dalam proses pengambilan
keputusan pembelian antara lain sebagai inisiator, pemberi pengaruh,
penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli dan pengguna. Dalam
penelitian ini semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak
kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga konsumsi kacang mete dalam
keluarga sedang dan keluarga besar semakin sedikit.
4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menentukan
seseorang
dalam
menerima
pengetahuan
commit to user
dan
informasi
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir dan persepsinya
terhadap suatu masalah. Jumlah responden di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut tingkat
pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Pendidikan rendah
(SD dan SMP)
Pendidikan sedang
(SMA)
Pendidikan tinggi
(D1-D3,S1, dan S2)
Jumlah
Responden (orang)
Presentase (%)
8
8,33
41
42,71
47
48,96
96
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 18. menunjukkan bahwa responden memiliki latar belakang
pendidikan yang beragam. Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah
jenjang pendidikan tinggi (D1-D3,S1, dan S2) sebanyak 47 responden
(48,96%). Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka semakin luas
pula pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pendidikan dan
pengetahuan
responden
akan
mempermudah
dalam
mendapatkan
informasi tentang kacang mete yang ada di pasaran. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari teman, media masa, maupun media sosial. Responden
yang biasa melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional akan
mengetahui informasi yang berkaitan dengan kacang mete yang dijual di
pasar. Menurut Sumarwan (2003), konsumen yang memiliki pendidikan
yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan
juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
5. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden dapat mempengaruhi perilaku pembelian
produk karena memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jumlah responden
kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
Pasar Kecamatan Jatisrono menurut jenis pekerjaannya dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik Responden menurut Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Formal
1. Karyawan Swasta
2. PNS
3. Pensiunan PNS
Informal
1. Petani
2. Wiraswasta
Tidak bekerja
1. Ibu rumah tangga
2. Pelajar/Mahasiswa
Jumlah
Responden (orang)
Presentase (%)
25
26
3
26,04
27,08
3,13
2
11
2,08
11,46
28
1
96
29,17
1,04
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 19. menunjukkan bahwa responden yang memiliki pekerjaan
formal sebanyak 54 responden (karyawan swasta, PNS, dan pensiunan
PNS), responden yang memiliki pekerjaan informal adalah sebanyak 13
responden (petani, dan wiraswasta), dan responden yang tidak bekerja
sebanyak 29 responden (pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga).
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
pekerjaan formal dan tergolong mapan karena telah memiliki pendapatan
yang tetap.
Sedangkan responden yang paling banyak adalah ibu rumah
tangga sebanyak 28 responden (29,17%), yang kegiatan setiap harinya
adalah mengurus rumah tangga. Selain berpengaruh pada pendapatan yang
diterima, jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi cara pemenuhan
kebutuhan rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki waktu yang cukup
banyak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan melakukan
pembelian barang konsumsi keluarga, sehingga lebih cermat dalam
mempertimbangkan produk yang akan dibeli, dalam hal ini adalah
pembelian kacang mete.
Menurut J.K. Hart dalam Effendi dan Manning (1985), kesempatan
memperoleh penghasilan (pekerjaan) seseorang dapat dibedakan menjadi:
a. Kesempatan
memperoleh
penghasilan
formal,
yaitu
pekerjaan
responden yang mendapatkan penghasilan dari:
1) Gaji dari negara
2) Gaji dari sektor swasta
3) Tunjangan-tunjangan pensiun
b. Kesempatan memperoleh penghasilan informal, yaitu pekerjaan
responden yang mendapatkan penghasilan dari:
1) Kegiatan-kegiatan
primerr
dan
sekunder,
yaitu
pertanian,
perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengannya, pengrajin usaha
sendiri, pembuat sepatu, penjahit, pengusaha bird an alkohol.
2) Usaha tersier dengan modal relatif besar, yaitu perumahan,
transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, spekulasi
barang-barang dagang, kegiatan sewa menyewa.
3) Distribusi kecil-kecilan, yaitu pedagang pasar, pedagang kelontong,
pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pengangkut barang,
dan penyalur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
4) Jasa yang lain, yaitu pemusik (pengamen), pengusaha binatu,
penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, makelar dan
perantara.
5) Transaksi pribadi, yaitu pinjam-meminjam, pengemis.
6. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan memiliki peranan penting dalam rumah tangga karena
pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dalam konsumsi rumah
tangga. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya
beli konsumen. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah
tangga dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga
dalam Satu Bulan
Pendapatan per Bulan (Rp)
1.250.000 – 2.800.000
2.800.001 – 4.350.000
4.350.001 – 5.900.000
5.900.001 – 7.450.000
7.450.001 – 9.000.000
Jumlah
Responden (orang)
35
47
8
5
1
96
Presentase (%)
36,46
48,96
8,33
5,21
1,04
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan
hanya pendapatan yang diterima seorang individu, tetapi diukur dari semua
pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga konsumen. Sesuai
dengan Sumarwan (2003), daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya
ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi
dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja.
Tabel 20. menunjukkan bahwa responden terbanyak terdapat pada
tingkat pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000 yaitu 47
responden (48,96%). Pendapatan rumah tangga Rp 2.800.001 – 4.350.000
sudah termasuk cukup di Kabupaten Wonogiri karena kacang mete bukan
merupakan barang kebutuhan pokok dan tidak dikonsumsi sehari-hari,
maka responden dengan tingkat pendapatan tersebut dalam membeli mete
untuk acara tertentu tidak menjadi masalah bagi responden. Pendapatan
rumah tangga merupakan jumlah seluruh pendapatan anggota keluarga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
yang bekerja. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa responden di Pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri terdiri dari berbagai kalangan ekonomi
yang dapat dilihat dari tingkat pendapatannya, baik masyarakat dengan
keadaan ekonomi rendah sampai masyarakat ekonomi tinggi. Perilaku
konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor budaya dan faktor lingkungan sosial tempat
tinggal konsumen. Masyarakat yang melakukan kegiatan belanja di pasar
tradisional juga disebabkan oleh masih sedikitnya pasar modern di
Kabupaten Wonogiri dan di pasar modern kacang mete hanya dijual pada
saat tertentu seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
B. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Bauran Pemasaran
Kacang Mete
Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menginterpretasi setiap input yang dapat ditangkap
oleh indera (seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain) ke
dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004).
Persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran kacang mete di pasar
tradisional Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan menggunakan rumus lebar
interval. Lebar interval digunakan untuk mendeskripsikan indikator dari
variabel-variabel bauran pemasaran termasuk dalam kategori-kategori yang
telah ditentukan. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari
pendapat responden mengenai variabel-variabel produk kacang mete.
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri, yang diteliti meliputi
faktor produk terdiri dari variabel kandungan gizi (X1); keutuhan (X2); warna
(X3); dan rasa kacang mete (X4), faktor harga terdiri dari variabel harga (X5)
dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6), faktor promosi terdiri
dari variabel promosi (X7); potongan harga (X8); dan pengalaman pembelian
(X9), faktor tempat terdiri dari variabel jarak pasar (X10); lokasi pasar (X11);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
ketersediaan (X12); kenyamanan pasar (X13); pelayanan (X14); kebersihan
pasar (X15); dan keamanan pasar (X16).
1. Faktor Produk
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor produk
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Produk
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor
inti
Faktor
Produk
Indikator
Kandungan
Gizi (X1)
Keutuhan
(X2)
Warna (X3)
Rasa (X4)
Total
Indikator
Krteria
Tidak bagus
Kurang bagus
Cukup bagus
Bagus
Sangat bagus
Tidak penting
Kurang penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Kelas
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
4,00 - 7,20
7,21 - 10,41
10,42 - 13,62
13,63 -16,83
16,84 - 20,04
Responden
(orang)
0
11
45
37
3
0
0
13
53
30
0
0
17
60
19
0
0
2
44
50
0
0
7
50
39
Presentase
(%)
0
11,46
46,88
38,54
3,13
0
0
13,54
55,21
31,25
0
0
17,71
62,50
19,79
0
0
2,08
45,83
52,08
0
0
7,29
52,08
40,63
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap kandungan gizi kacang mete adalah
cukup bagus
(46,88%).
Kacang
mete
merupakan
kacang
yang
mengandung protein dan lemak yang diperlukan oleh tubuh. Keutuhan
kacang mete adalah penting (55,21%). Keutuhan kacang mete merupakan
bentuk fisik dari kacang mete yang menarik bagi konsumen, sehingga
konsumen memilih kacang mete yang utuh. Warna kacang mete adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
penting (62,50%). Menurut konsumen, warna kacang mete dapat
mencerminkan rasa kacang mete. Warna kacang mete biasanya sesuai
dengan proses penggolahan (penggorengan) dan kematangannya. Rasa
kacang mete adalah sangat penting (52,08%). Konsumen membeli kacang
mete karena rasanya yang enak dan gurih. Faktor produk merupakan faktor
yang penting bagi konsumen kacang mete (52,08%).
2. Faktor Harga
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor harga kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Harga
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor
inti
Faktor
Harga
Indikator
Harga (X5)
Kesesuaian
harga (X6)
Total Indikator
Krteria
Kelas
Sangat mahal
Mahal
Wajar
Agak murah
Murah
Tidak sesuai
Kurang sesuai
Cukup sesuai
Sesuai
Sangat sesuai
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
2 ,00- 3,60
3,61 - 5,21
5,22 - 6,82
6,83 - 8,43
8,44 - 10,04
Responden
(orang)
0
2
46
47
1
0
16
65
12
3
0
12
31
51
2
Presentase
(%)
0
2,08
47,92
48,96
1,04
0
16,67
67,71
12,50
3,13
0
12,50
32,29
53,13
2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap harga adalah agak murah (48,96%).
Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete sehingga harga
kacang mete yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri agak
murah. Kesesuaian harga adalah cukup sesuai (67,71%). Harga kacang
mete cukup sesuai dengan kacang mete yang dibeli, dengan harga yang
lebih mahal para konsumen mendapatkan kacang mete yang lebih bagus
daripada harga kacang mete yang lebih murah. Faktor harga merupakan
faktor yang penting bagi konsumen (53,13%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
3. Faktor Promosi
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor promosi
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 23.
Tabel 23. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Promosi
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor
inti
Faktor
Promosi
Indikator
Promosi (X7)
Potongan harga
(X8)
Pengalaman
pembelian (X9)
Total Indikator
Krteria
Tidak menarik
Kurang menarik
Cukup menarik
Menarik
Sangat menarik
Tidak ada
Kurang banyak
Wajar
Banyak
Sangat banyak
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Kelas
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
3,00 - 5,40
5,41 - 7,81
7,82 - 10,22
10,23 - 12,63
12,64 - 15,04
Responden
(orang)
0
1
48
42
5
27
4
58
6
1
0
0
17
54
25
0
6
49
39
2
Presentase
(%)
0
1,04
50,00
43,75
5,21
28,13
4,17
60,42
6,25
1,04
0
0
17,71
56,25
26,04
0
6,25
51,04
40,63
2,08
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap promosi adalah cukup menarik
(50,00%). Promosi dari mulut ke mulut sering terjadi di antara konsumen.
Konsumen mendapatkan informasi tentang kacang mete dari saudara dan
teman. Label pada kemasan kacang mete member informasi mengenai
pedagang dan informasi produk kacang mete yang di beli. Potongan harga
adalah wajar (60,42%). Konsumen yang membeli kacang mete dalam
jumlah yang cukup banyak akan mendapatkan potongan harga dari
pedagang. Pengalaman pembelian adalah penting (56,25%). Dalam
pembelian kacang mete, apabila konsumen mendapatkan pengalaman tidak
baik misalnya, dalam satu kemasan kacang mete yang dibeli banyak yang
pecah-pecah dan banyak kacang mete yang dilem maka konsumen akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
mempertimbangkan untuk membeli di pedagang lain. Faktor promosi
merupakan faktor yang cukup penting bagi konsumen (51,04%).
4. Faktor Tempat
Persepsi dan atau penilaian konsumen terhadap faktor tempat
kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 24.
Tabel 24. Persepsi dan atau Penilaian Konsumen terhadap Faktor Tempat
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Faktor inti
Faktor
Tempat
Indikator
Jarak pasar
(X10)
Lokasi pasar
(X11)
Ketersediaan
(X12)
Kenyamanaan
pasar (X13)
Pelayanan
(X14)
Kebersihan
pasar (X15)
Keamanan
pasar (X16)
Total Indikator
Krteria
Sangat jauh (>6 km)
Jauh (5-6 km)
Sedang (3-4 km)
Dekat (1-2 km)
Sangat dekat (<1 km)
Tidak strategis
Kurang strategis
Cukup strategis
Strategis
Sangat strategis
Sangat sulit
Agak sulit
Wajar
Mudah
Sangat mudah
Tidak nyaman
Kurang nyaman
Cukup nyaman
Nyaman
Sangat nyaman
Tidak memuaskan
Kurang memuaskan
Cukup memuaskan
Memuaskan
Sangat memuaskan
Tidak bersih
Kurang bersih
Cukup bersih
Bersih
Sangat bersih
Tidak aman
Kurang aman
Cukup aman
Aman
Sangat aman
Tidak penting
Kurang penting
Cukup penting
Penting
Sangat penting
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
commit to user
Kelas
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
1,00 - 1,80
1,91 - 2,71
2,72 - 3,52
3,53 - 4,33
4,34 - 5,00
7,00 - 12,60
12,61 - 18,21
18,22 - 23,82
23,83 - 29,43
29,44 - 35,04
Responden
(orang)
12
5
31
41
7
0
0
18
63
15
0
1
17
69
9
0
0
60
34
2
0
7
56
29
4
0
9
64
22
1
0
2
47
45
2
0
0
30
64
2
Presentase
(%)
12,50
5,21
32,29
42,71
7,29
0
0
18,75
65,63
15,63
0
1,04
17,71
71,88
9,38
0
0
62,50
35,42
2,08
0
7,29
58,33
30,21
4,17
0
9,38
66,67
22,92
1,04
0
2,08
48,96
46,88
2,08
0
0
31,25
66,67
2,08
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Berdasarkan Tabel 24. dapat diketahui bahwa menurut persepsi dan
atau penilaian konsumen terhadap jarak pasar adalah dekat (42,71%).
Pasar tradisional pada umumnya terdapat di dekat rumah. Lokasi pasar
adalah strategis (65,63%). Pasar tradisional strategis karena dekat dengan
jalan raya dan terminal angkutan umum sehingga konsumen mudah untuk
mencapainya. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional adalah mudah
(71,88%). Kabupaten Wonogiri merupakan penghasil kacang mete maka
pasar tradisional dekat dengan tempat industri sehingga ketersediaan
kacang mete cukup terjaga. Kenyamanan pasar adalah cukup nyaman
(62,50%). Penataan barang (produk) di dalam pasar yang teratur membuat
rasa nyaman bagi konsumen, selain itu tidak banyaknya pengamen
membuat konsumen tidak terganggu dalam melakukan kegiatan belanja.
Pelayangan pedagang adalah cukup memuaskan (58,33%). Pedagang pada
umumnya ramah dan mau memberikan informasi yang diperlukan
konsumen. Kebersihan pasar adalah cukup bersih (66,67%). Petugas
kebersihan pasar membersihkan pasar secara rutin dan pedagang selalu
menjaga kebersihan pasar. Keamanan pasar adalah cukup aman (48,96%).
Pada setiap pasar tradisional terdapat petugas keamanan dan pasar
tradisional dekat dengan pos polisi yang menjaga keamanan pasar
tradisional dan lingkungan di sekitarnya. Faktor tempat merupakan faktor
yang penting bagi konsumen (66,67%).
C. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dan Variabel yang Dominan
Dipertimbangkan Konsumen
Perilaku konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional
Kabupaten Wonogiri dianalisis menggunaka metode analisis faktor. Menurut
Rochaety et. al (2007), analisis faktor merupakan sebuah analisis yang
mencari
hubungan
interdependensi
antarvariabel,
sehingga
mampu
mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya.
Oleh karena itu, dalam analisis faktor tidak terdapat variabel bebas maupun
variabel terikat. Manfaat dari analisis faktor adalah melakukan peringkasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
variabel berdasarkan tingkat keeratan hubungan antar variabel, sehingga akan
diperoleh faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap variabel lainnya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan dalam analisis faktor berasal dari
pendapat responden mengenai atribut-atribut produk kacang mete. Analisis
faktor digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel-variabel
yang terangkum dalam faktor bauran pemasaran yang dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan pembelian kacang mete.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete pada pasar
tradisional di Kabupaten Wonogiri. Faktor bauran pemasaran yang diteliti
adalah produk, harga, promosi, dan tempat. Faktor produk yang diteliti terdiri
dari variabel kandungan gizi (X1), keutuhan (X2), warna (X3) dan rasa
kacang mete (X4). Faktor harga yang diteliti terdiri dari variabel harga (X5)
dan kesesuaian harga dengan mutu kacang mete (X6). Faktor promosi yang
diteliti terdiri dari variabel promosi (X7), potongan harga (X8), dan
pengalaman pembelian (X9). Faktor tempat yang diteliti terdiri dari variabel
jarak pasar (X10), lokasi pasar (X11), ketersediaan (X12), kenyamanan pasar
(X13), pelayanan (X14), kebersihan pasar (X15), dan keamanan pasar (X16).
Enambelas variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian kacang mete tersebut dianalisis menggunakan analisis
faktor dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and
Service Solution) 17.
Layak tidaknya analisis faktor untuk dilakukan analisis lebih lanjut
dapat diketahui dengan mengunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), Bartlett
Test of Sprericity, dan Measure of Sampling Adequacy. Analisis faktor dapat
dilakukan dengan persyaratan pokok yang harus dipenuhi yaitu nilai indeks
KMO tinggi, yaitu berkisar antara 0,5 sampai 1 (Simamora, 2005). Besarnya
nilai KMO dapat dilihat pada Tabel 25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Tabel 25. KMO (Kaiser Meyer Olkin) Measures of Sampling Adequacy and
Bartlett’s Test
Uji KMO dan Bartlett
KMO Measure of Sampling Adequacy
Bartlett’s Test of Sphericity
- Approx. Chi-Square
- Derajat Kebebasan (Df)
- Signifikansi (Sig)
Hasil Penelitian
0,625
156,193
78,000
0,000
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Menurut Simamora (2005), KMO uji yang nilainya berkisar anara 0
sampai 1 mempertanyakan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO
tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1), maka analisis faktor layak dilakukan.
Sebaliknya, kalau nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak
dilakukan. Ketentuan tersebut berdasarkan pada:
1. Jika probabilitas (sig) kurang dari 0,05, maka variabel dapat dianalisis
lebih lanjut
2. Jika probabilitas (sig) lebih dari 0,05, maka variabel tidak dapat dianalisis
lebih lanjut.
Berdasarkan hasil analisis dengan SPSS 17, diperoleh nilai KMO
Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,625 dengan signifikansi sebesar
0,000. Nilai 0,625 berada di atas 0,5 dan signifikansi 0,00 lebih kecil dari
0,05, maka variabel dan data dapat dianalisis lebih lanjut.
Besarnya Measures of Sampling Adequacy (MSA) merupakan uji
statistik yang digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel dapat
dilihat pada tabel anti images correlation matrices pada SPSS. Besarnya
MSA masing-masing variabel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Tabel 26. Hasil Pengujian Analisis Faktor 1
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Potongan harga
Pengalaman pembelian
Jarak pasar
Lokasi pasar
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,518
0,444
0,586
0,488
0,469
0,601
0,601
0,413
0,543
0,382
0,331
0,614
0,586
0,471
0,606
0,582
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Menurut Anonimd (2011), besarnya angka MSA adalah antara 0
sampai 1, jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel
ketentuannya sebagai berikut:
1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.
2. Jika MSA
dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut.
3. Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak
dapat dianalisis lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan.
Tabel 26. menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai MSA lebih
dari 0,5 adalah variabel kandungan gizi, warna, kesesuaian harga, promosi,
pengalaman
pembelian,
ketersediaan,
kenyamanan,
kebersihan,
dan
keamanan pasar sehingga variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut.
Sedangkan variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, lokasi
pasar, dan pelayanan pasar mempunyai MSA kurang dari 0,5, maka variabel
tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian ulang. Menurut
Anonimd (2011), apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA di
bawah 0,5, maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan
proses penilaian tetap harus dilakukan pengulangan. Dengan demikian
variabel yang harus dikeluarkan adalah lokasi pasar, sehingga variabel lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
pasar tidak menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam
pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Lokasi
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri pada umumnya berada di lokasi
yang strategis, yaitu di tepi jalan raya dan dekat atau bersebelahan dengan
terminal angkutan umum. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo,
dan Pasar Kecamatan Jatisrono tersebut menyediakan produk yang bervariasi
dan lengkap, kemudahan dalam mendapatkan produk yang diinginkan, dan
memberikan kepuasan saat berbelanja.
Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel
lokasi pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-2 dapat dilihat
pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Pengujian Analisis Faktor 2
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Potongan harga
Pengalaman pembelian
Jarak pasar
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,485
0,471
0,614
0,484
0,492
0,635
0,646
0,413
0,561
0,384
0,657
0,629
0,466
0,639
0,633
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 27. menunjukkan bahwa dari hasil pengujian analisis faktor
yang ke-2 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5
yaitu variabel keutuhan, rasa, harga, potongan harga, jarak pasar, dan
pelayanan pasar. Variabel yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA
terkecil yaitu variabel jarak pasar. Sehingga, variabel jarak pasar tidak
menjadi variabel yang dipertimbangkan konsumen. Konsumen yang
berbelanja di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono diketahui berasal dari berbagai wilayah Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Wonogiri yang dapat dilihat dari jarak pasar dengan tempat tinggal
konsumen.
Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel
jarak pasar, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-3 dapat dilihat
pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Pengujian Analisis Faktor 3
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Potongan harga
Pengalaman pembelian
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,606
0,579
0,620
0,602
0,486
0,602
0,653
0,395
0,553
0,640
0,649
0,455
0,618
0,653
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 28. menunjukkan bahwa hasil pengujian analisis faktor yang ke3 masih terdapat variabel yang mempunyai MSA kurang dari 0,5 yaitu
variabel harga, potongan harga, dan pelayanan pasar. Variabel yang
dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, yaitu variabel potongan
harga. Sehingga, variabel potongan harga tidak menjadi variabel dari faktor
promosi yang dipertimbangkan oleh konsumen. Pedagang kacang mete jarang
memberikan
potongan
harga
kepada
konsumen,
apabila
pedagang
memberikan potongan harga, besarnya hampir sama untuk setiap pedagang
dan nilainya tidak terlalu besar. Pedagang kacang mete tidak mengambil
keuntungan yang besar bila dibandingkan dengan resiko yang harus diterima
jika kacang mete yang dijualnya tidak laku karena sebagian orang masih
menganggap kacang mete sebagai produk mewah.
Pengulanan proses pengujian dilakukan tanpa memasukkan variabel
potongan harga, sehingga nilai MSA dari hasil pengujian yang ke-4 dapat
dilihat pada Tabel 29.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 29. Hasil Pengujian Analisis Faktor 4
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
MSA
0,626
0,602
0,621
0,632
0,521
0,641
0,691
0,549
0,681
0,691
0,561
0,612
0,650
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 29. menunjukkan bahwa semua variabel pada analisis ke-4
mempunyai MSA lebih dari 0,5 sehingga ketigabelas variabel tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut. Setelah menemukan variabel yang dapat dianalisis,
selanjutnya dilanjutkan dengan communalities. Communalities merupakan
jumlah total variasi dari sebuah variabel penelitian yang bisa dijelaskan faktor
umum. Dari nilai communalities dapat diketahui hubungan antara variabel
dengan faktor-faktor yang nantinya dibentuk. Communalities untuk tiap
variabel dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Communalities
Variabel-variabel
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Harga
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan Pasar
Initial
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Extraction
0,373
0,666
0,629
0,533
0,451
0,558
0,463
0,501
0,558
0,531
0,481
0,548
0,514
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 30. menunjukkan besarnya communalities untuk masing-masing
variabel berbeda. Communalities untuk variabel kandungan gizi nilainya
0,373 yang artinya sekitar 37,3 % varian dari variabel kandungan gizi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Sedangkan untuk variabel
keutuhan nilainya 0,666 artinya sekitar 66,6 % varian dari variabel keutuhan
dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk, begitu juga untuk variabelvariabel yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil
communalities sebuah variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan
faktor yang terkait, dan semakin besar communalities sebuah variabel, maka
semakin kuat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Setelah diketahui nilai communalities, selanjutnya dapat dilihat pada
nilai eigen value. Kriteria suatu faktor dipertimbangkan oleh konsumen
terhadap keputusan dalam membeli kacang mete pada pasar tradisional Pasar
Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono,
dapat diketahui dengan melihat nilai eigen value dari suatu faktor. Eigen
value untuk faktor yang dipertimbangkan konsumen terhadap keputusan
pembelian kacang mete harus lebih dari 1. Angka eigenv alue menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor yang terbentuk dalam menghitung
varian dari variabel-variabel penelitian yang dianalisis. Besarnya eigen value
dan proporsi varians untuk masing-masing faktor yang terbentuk dapat dilihat
pada Tabel 31. sebagai berikut:
Tabel 31. Angka Eigen value dan Proporsi Varian dari Tiap Faktor
Faktor inti
1 (tempat)
2 (produk)
3 (promosi)
4 (harga)
Total
Eigen value
2,307
1,939
1,474
1,058
6,778
Proporsi Varian
17,746 %
14,914 %
11,337 %
8,136 %
52,132 %
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Pada analisis data terdapat 13 variabel yang dilibatkan, jadi akan ada
13 yang diusulkan dalam analisis faktor. Setiap faktor mewakili variabelvariabel yang dianalisis. Kemampuan setiap faktor mewakili variabel-variabel
yang dianalisis, ditunjukkan oleh besarnya varians yang dijelaskan (eigen
value). Tabel 31. menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang menjadi
faktor inti dari faktor bauran pemasaran. Hal ini terjadi karena 4 faktor
tersebut memiliki nilai eigen value lebih dari 1, sedanngkan 9 faktor yang lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
tidak menjadi faktor inti karena nilai eigen value kurang dari 1. Dengan
demikian pada penelitian ini terbentuk 4 faktor yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam membeli kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten
Wonogiri. Faktor 1 mampu menjelaskan 17,746% varian ke-13 variabel
penelitian, faktor 2 mampu menjelaskan 14,914% varian ke-13 variabel
penelitian, faktor 3 mampu menjelaskan 11,337% varian ke-13 variabel
penelitian, faktor 4 mampu menjelaskan 8,136% varian ke-13 variabel
penelitian. Total varian yang mampu dijelaskan keempat faktor tersebut
adalah 52,132%, yang berarti penelitian ini mampu menjelaskan faktor yang
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota
Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono
sebesar 52,132%. Sedangkan sisanya 47,868% merupakan faktor lain yang
tidak tercakup dalam hasil analisis faktor misalnya karakteristik dari
konsumen itu sendiri, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik dan faktorfaktor lain.
Empat faktor yang dihasilkan merupakan kumpulan dari variabelvariabel yang merupakan unsur pembentuk faktor tersebut. Penamaan
masing-masing faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen kacang mete di
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri didasarkan pada variabel-variabel
yang menyusun faktor tersebut. Setelah diketahui empat faktor yang sesuai
untuk menyederhanakan ke-13 variabel penelitian yang diteliti, maka dari
analisis data dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh tabel rotated
component matrix. Tabel tersebut menunjukkan distribusi ke-13 variabel pada
empat faktor yang terbentuk. Angka-angka yang terdapat pada tabel rotated
component matrix adalah factor loading yang menunjukkan besarnya korelasi
antara suatu variabel dengan masing-masing faktor yang terbentuk. Factor
loading memberikan informasi tentang variabel mana yang berkorelasi
signifikan dengan faktor tertentu. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk
menginterpretasikan faktor secara subyektif. Proses penentuan faktor
dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya korelasi setiap baris
dengan melihat besar nilai korelasi yang lebih besar dari 0,5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Factor loading dari ke-13 variabel tersebut selanjutnya dirotasikan
dengan metode varimax, yaitu metode rotasi oethogonal (sudut putar 90o)
yang menyederhanakan kolom dari matrik faktor agar hanya didapat satu
faktor loading tertinggi untuk tiap-tiap variabel. Nilai faktor loading yang
telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Nilai Factor Loading untuk Tiap-tiap Variabel
1
Nama
Faktor
Tempat
Proporsi
Varian
17,746%
2
Produk
14,914%
3
Promosi
11,337%
4
Harga
8,136%
Faktor
Variabel yang Terlibat
pada Faktor Inti
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan pasar
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Harga
Nilai
Korelasi
0,621
0,695
0,332
0,711
0,549
0,546
0,672
0,702
0,722
0,696
0,524
0,681
0,597
Eigen value
2,307
1,939
1,474
1,058
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 32. menunjukkan bahwa dari hasil analisis faktor terdapat 4
faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli kacang mete di pasar
tradisional di Kabupaten Wonogiri dengan variabel-variabel yang terkandung
di dalamnya. Faktor dengan total varian tertinggi merupakan faktor yang
paling dominan. Sehingga jika diurutkan menurut total variannya, faktor
tempat menempati urutan pertama yaitu dengan total varian sebesar 17,746%,
kemudian urutan kedua adalah faktor produk dengan total varian sebesar
14,914%, urutan selanjutnya yaitu faktor promosi dengan total varian sebesar
11,337%, dan yang terakhir adalah faktor harga dengan total varian 8,136%.
Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima, karena faktor
bauran pemasan dipertimbangkan dalam keputusan pembelian kacang mete di
pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.
Pada tabel tersebut juga menunjukkan variabel-variabel yang dominan
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kacang mete pada masingmasing faktor. Variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
nilai faktor loading yang tertinggi pada masing-masing faktor. Variabel yang
paling dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah variabel
kebersihan pasar yaitu sebesar 0,711, variabel yang paling dipertimbangkan
konsumen pada faktor produk adalah variabel rasa yaitu sebesar 0,722,
variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah
variabel kesesuaian harga dengan mutu kacang mete yaitu sebesar 0,696, dan
variabel yang paling dipertimbangkan konsumen pada faktor harga adalah
variabel harga yaitu sebesar 0,597. Sebelum dianalisis variabel kesesuaian
harga termasuk dalam faktor harga, tetapi setelah dianalisis variabel
kesesuaian harga termasuk ke dalam faktor promosi. Hal ini dikarenakan
kesesuaian harga kacang mete mengandung unsur promosi dalam penjualan
kacang mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri.
Hipotesis kedua menyebutkan bahwa variabel yang dominan dari
faktor produk adalah variabel rasa, dari faktor harga adalah variabel harga,
dari faktor promosi adalah variabel potongan harga, dan faktor tempat adalah
variabel kebersihan pasar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
hipotesis kedua ditolak, karena variabel potongan harga bukan merupakan
variabel yang dominan dari faktor promosi yang dipertimbangkan konsumen.
D. Perilaku Konsumen dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Kacang Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Studi mengenai perilaku konsumen akan menjadi dasar yang sangat
penting dalam pemasaran dan memainkan peranan penting dalam merancang
kebijakan publik. Bagi penguasa bidang ekonomi, suatu negara memerlukan
kajian ini untuk merumuskan kebijakannya dalam kerangka perlindungan
konsumen (Setiadi, 2010). Perilaku beli konsumen kacang mete di Pasar Kota
Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang
diteliti meliputi alasan responden berbelanja di pasar tradisional, alasan
responden membeli kacang mete, frekuensi pembelian kacang mete, jumlah
pembelian kacang mete, dan faktor bauran pemasaran dalam penjualan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
kacang mete di pasar tradisional, yaitu faktor tempat, produk, promosi, dan
harga.
1. Alasan Responden Berbelanja di Pasar Tradisional
Responden memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan
kegiatan berbelanja di pasar tradisional. Perilaku beli konsumen di Pasar
Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan
Jatisrono menurut alasan responden berbelanja dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Berbelanja
di Pasar Tradisional
Alasan Konsumen
Strategis
Dekat dengan rumah
Harga lebih murah
Pelayanan pedagang
Langganan
Dekat dengan tempat kerja
Jumlah
Responden (orang)
25
35
19
2
13
2
96
Presentase (%)
26,04
36,46
19,79
2,08
13,55
2,08
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 33. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri,
Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki
alasan yang beragam dalam berbelanja di pasar tradisional. Alasan
terbanyak yang diberikan responden dalam berbelanja di pasar tradisional
tersebut adalah karena dekat dengan rumah, sebanyak 35 orang (36,46%).
Pasar tradisional yang dekat dari rumah memudahkan responden untuk
mencapainya, baik dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi,
maupun menggunakan angkutan umum. Selain itu, responden dapat
menghemat biaya transportasi dan waktu perjalanan yang sebentar
sehingga responden tetap dapat melakukan kewajiban lain seperti bekerja
dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
2. Alasan Responden dalam Membeli Kacang Mete
Responden memiliki alasan yang berbeda satu dengan yang lainnya
dalam mengkonsumsi kacang mete. Hal ini dapat disebabkan karena
adanya kebutuhan responden dalam mengkonsumsi kacang mete. Perilaku
beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Pasar Kecamatan Jatisrono menurut alasan responden dalam membeli
kacang mete dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Perilaku Beli Konsumen menurut Alasan Responden Membeli
Kacang Mete
Alasan Konsumen
Camilan
Acara keluarga
Hari raya
Hajatan
Pengajian
Menjamu tamu
Jumlah
Responden (orang)
7
32
23
22
10
2
96
Presentase (%)
7,29
33,33
23,96
22,92
10,42
2,08
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 34. menunjukkan bahwa responden di Pasar Kota Wonogiri,
Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki
alasan yang beragam dalam membeli kacang mete. Sebagian besar
responden membeli kacang mete karena adanya acara keluarga, yaitu
sebanyak 32 orang (33,33%). Hal ini dikarenakan sebagian besar
responden menjadikan kacang mete sebagai makanan ringan yang
disajikan dalam
mengkonsumsi
acara
keluarga. Tidak
kacang
mete
untuk
banyak
camilan
responden
sehari-hari
yang
karena
dihkawatirkan dengan mengkonsumsi kacang mete sebagai camilan akan
mempengaruhi kesehatan konsumen.
3. Frekuensi Pembelian Kacang Mete
Perilaku beli konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan
Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut frekuensi pembelian
kacang mete dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Perilaku Beli Konsumen menurut Frekuensi Pembelian Kacang
Mete
Frekuensi Pembelian dalam 3
Bulan (kali)
1
2
3
Jumlah
Responden
(orang)
57
36
3
96
Presentase
(%)
59,38
37,50
3,13
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 35. menunjukkan bahwa frakuensi pembelian kacang mete
yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 1 kali dalam 3 bulan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
yaitu sebanyak 57 orang (59,38%). Dalam penelitian, frekuensi pembelian
dicatat dalam 3 bulan karena kacang mete belum menjadi konsumsi harian
dan hanya dikonsumsi pada saat ada acara keluarga atau menjadi sajian di
acara-acara tertentu. Sehingga, selain rasanya yang enak, menyajikan
kacang mete dapat menjadi kebanggaan bagi konsumen karena harga
kacang mete yang lebih mahal dari kacang tanah yang biasa disajikan
dalam sebuah acara.
4. Jumlah Pembelian Kacang Mete
Jumlah pembelian kacang mete dapat berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga responden dan kebutuhan responden. Perilaku beli
konsumen di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono menurut jumlah pembelian kacang mete dapat dilihat
pada Tabel 36.
Tabel 36. Perilaku Beli Konsumen menurut Jumlah Kacang Mete dalam
Setiap Pembelian
Jumlah dalam Setiap
Pembelian (Kg)
1
2
3
>3
Jumlah
Responden
(orang)
35
42
12
7
96
Presentase
(%)
36,46
43,75
12,50
7,29
100
Sumber: Analisis Data Primer Tahun 2012
Tabel 36. menunjukkan bahwa jumlah pembelian kacang mete
yang paling banyak adalah 2 kg dalam setiap kali pembelian, yaitu
sebanyak 42 orang (43,75%). Pembelian kacang mete untuk konsumsi
keluarga, responden menyesuaikan jumlah kacang mete yang dibeli
dengan
banyaknya
jumlah
anggota
keluarga
responden
yang
mengkonsumsi kacang mete. Selain itu, untuk sajian dalam sebuah acara
yang akan diadakan, jumlah kacang mete yang dibeli disesuaikan dengan
jumlah tamu yang akan datang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga
atau jumlah tamu yang mengkonsumsi kacang mete, maka jumlah
pembelian juga akan semakin banyak karena menyesuaikan kebutuhan
responden tersebut. Jumlah pembelian kacang mete sebanyak 2 kg sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
cukup untuk memenuhi konsumsi dalam sebuah acara, seperti acara
keluarga atau saat hari raya. Kacang mete sebanyak 2 kg sudah memenuhi
kebutuhan unruk suatu acara karena kacang mete biasanya dikemas dalam
kemasan kecil sehingga dalam 1 kg dapat menghasilkan 70 kemasan kecil
kacang mete atau lebih sesuai dengan keinginan konsumen.
5. Korelasi antara Bauran Pemasaran dengan Keputusan Pembelian Kacang
Mete di Pasar Tradisional Kabupaten Wonogiri
Menurut Simamora (2005), analisis faktor dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan
antarresponden
struktur
dengan
hubungan
menguji
antarvariabel
korelasi
ataupun
antarvariabel
atau
antarresponden. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis perilaku
konsumen dalam pembelian kacang mete di pasar tradisional Kabupaten
Wonogiri, diketahui bahwa dalam proses pengambilan keputusan
pembelian mempertimbangkan faktor bauran pemasaran. Pada penelitian
ini,
hasil
analisis
faktor
menunjukkan
bahwa
konsumen
mempertimbangkan empat faktor bauran pemasaran yaitu faktor tempat,
faktor produk, faktor harga, dan faktor promosi bauran pemasaran dalam
proses pengambilan keputusan konsumen dalam pemembelian kacang
mete di pasar tradisional Kabupaten Wonogiri.
a. Faktor Tempat
Nilai factor loading dari variabel tempat yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 33. Nilai Factor Loading untuk Variabel Tempat
Nama Faktor Inti
Tempat
Variabel yang Terlibat pada Faktor
Inti
Ketersediaan kacang mete
Kenyamanan pasar
Pelayanan pasar
Kebersihan pasar
Keamanan pasar
Nilai Korelasi
0,621
0,695
0,332
0,711
0,549
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor tempat merupakan faktor utama yang dipertimbangkan
responden dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Tabel 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
menunjukkan variabel yang terdapat pada faktor tempat adalah variabel
ketersediaan kacang mete, kenyamanan pasar, pelayanan pasar,
kebersihan pasar, dan keamanan pasar.
Berdasarkan Tabel 37. variabel pertama atau variabel yang
paling dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor tempat adalah
variabel kebersihan pasar dengan factor loading sebesar 0,711.
Konsemen pada umumnya menyukai berbelanja di pasar tradisional
yang bersih. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa Pasar Kota
Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono
termasuk pasar yang bersih. Kebersihan pasar tersebut dapat tercipta
dengan adanya kesadaran para penjual untuk selalu menjaga kebersihan
tempat berjualannya, kesadaran konsumen juga sangat penting karena
konsumen harus ikut membantu menjaga kebersihan pasar tradisional
dengan membuang sampah pada tempat sampah yang telah banyak
disediakan di pasar, selain itu petugas kebersihan pasar yang secara
tertib dan teratur membersihkan area pasar dari sampah-sampah yang
ada dan mengangkut sampah dari tempat sampah ke dalam
penampungan yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke
pembuangan akhir.
Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
tempat adalah variabel kenyamanan pasar dengan factor loading 0,695.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai suasana pasar
tradisional yang nyaman. Kenyamanan pasar (penataan produk di pasar)
dapat dirasakan oleh konsumen karena penataan tempat berdagang yang
disesuaikan dengan jenis produk yang dijual sehingga menciptakan
keteraturan di dalam pasar. Penataan tempat ini juga membantu
mempermudah dalam menjaga kebersihan pasar karena sampah-sampah
dari berbagai jenis produk tidak bercampur, sehingga kenyamanan
pasar dapat terjamin. Selain itu, tidak banyak pengamen dan pedagang
asongan yang berkeliling sehingga tidak mengganggu konsumen dalam
berbelanja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
tempat adalah variabel ketersediaan kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,621. Ketersediaan kacang mete di pasar tradisional di
Kabupaten
Wonogiri
dipertimbangkan
oleh
konsumen
karena
ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan kacang mete yang
lebih terjamin dibandingkan di tempat lain seperti di pasar modern.
Variabel keempat yang dipertimbangkan oleh konsumen pada
faktor tempat adalah variabel keamanan pasar dengan factor loading
sebesar 0,549. Keamanan pasar dipetimbangkan konsumen karena pada
umumnya konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional yang
aman. Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar
Kecamatan Jatisrono adalah pasar tradisional yang aman jarang terjadi
tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau tindak kejahatan
lainnya. Selain itu, terdapat petugas keamanan (satpam) untuk menjaga
keamanan di tradisional tersebut, serta di dekat pasar terdapat pos polisi
yang menjaga keamanan lingkungan di sekitar pasar yang ramai.
Variabel pelayanan pasar (pedagang) merupakan variabel
dengan factor loading di bawah 0,5 (factor loading 0,332), sehingga
variabel tersebut dianggap hampir tidak dipertimbangkan oleh
konsumen dalam kegiatan pembelian kacang mete. Hal ini dikarenakan
pelayanan pedagang di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan
Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono menurut konsumen cukup
baik dan memuaskan seperti halnya pelayanan di pasar tradisional
lainnya yang berada di Kabupaten Wonogiri. Pelayanan yang diberikan
pedagang adalah keramahan pedagang kepada konsumen. Menurut Rao
dan Monroe dalam Yoo, et.al., (2000), toko dengan citra yang baik
akan lebih menarik perhatian dan kunjungan dari konsumen potensial.
Pada beberapa toko menyediakan kepuasan konsumen yang lebih besar
dan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut secara aktif dan positif
diantara para konsumen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
b. Faktor Produk
Nilai faktor loading dari variabel produk yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Nilai Factor Loading untuk Variabel Produk
Nama Faktor Inti
Produk
Variabel yang Terlibat pada Faktor
Inti
Kandungan gizi
Keutuhan
Warna
Rasa
Nilai Korelasi
0,546
0,672
0,702
0,722
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor produk merupakan faktor kedua yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang
terdapat pada faktor produk adalah variabel kandungan gizi, keutuhan,
warna, dan rasa kacang mete. Berdasarkan Tabel 38. variabel pertama
atau variabel yang paling dominan dipertimbangkan konsumen pada
faktor produk adalah variabel rasa kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,722. Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa kacang
mete memiliki rasa yang khas sehingga menjadi daya tarik utama. Rasa
kacang mete Wonogiri dikenal lebih gurih daripada rasa kacang mete
dari Sumbawa, karena getah yang terkandung dalam kacang mete
Sumbawa lebih banyak dari kacang mete Wonogiri, sehingga saat
dimakan menjadi lebih ulet. Konsumen akan memilih rasa kacang mete
sesuai dengan selera masing-masing konsumen, kacang mete yang
pernah dikonsumsi akan mempengaruhi keputusan pembelian. Rasa
kacang mete dipengaruhi oleh bumbu dan proses menggoreng, bumbu
yang kabanyakan garam ata bawang putih membuat kacang mete
menjadi lebih asin atau terasa sedikit pahit. Hal ini mempengaruhi
selera konsumen sehingga mempertimbangkan rasa kacang mete yang
ditawarkan oleh pedagang. Selain itu, lama penyimpanan kacang mete
juga mempengaruhi rasanya, kacang mete yang sudah lama akan
memiliki bau yang tengik, sehingga ketersediaan kacang mete yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
baru juga dapat mempengaruhi selera konsumen tentang rasa kacang
mete.
Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
produk adalah variabel warna kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,702. Warna kacang mete merupakan faktor yang penting
karena mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan
konsumen. Konsumen lebih menyukai kacang mete yang berwarna
kuning keemasan daripada masih berwarna putih atau sudah berwarna
cokelat. Kacang mete yang berwarna putih dinilai kurang matang,
sedangkan yang berwarna cokelat dinilai terlalu matang sehingga
mengurangi kenikmatannya.
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
produk adalah variabel keutuhan kacang mete dengan factor loading
sebesar 0,672. Selain variabel warna, keutuhan kacang mete juga
mempengaruhi penampilan kacang mete dan kepuasan konsumen.
Keutuhan kacang mete juga berpengaruh pada harga jual kacang mete
tersebut. Dalam satu kemasan, kacang mete yang utuh dan besar atau
sering disebut dengan kacang mete kualitas super dijual dengah harga
yang lebih tinggi daripada dalam satu kemasan terdapat kacang mete
yang utuh, belah dan pecah. Beberapa pedagang mensiasati keutuhan
kacang mete dengan menempelkan kacang mete belah dengan tepung
kanji sehingga terlihat utuh. Akan tetapi hal tersebut akan mengurangi
kenikmatan kacang mete dan kepusan konsumen, sehingga konsumen
akan berhati-hati dalam memilih kacang mete yang akan dibelinya.
Variabel keempat yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
produk adalah variabel kandungan gizi kacang mete dengan factor
loading sebesar 0,546. Kandungan gizi yang yang dimaksud adalah
kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan karbohidrat,
protein, dan lemak kacang mete yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan
protein dan lemak yang diperlukan tubuh. Kandungan lemak pada
kacang mete merupakan lemak tak jenuh yang merupakan lemak baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
bagi tubuh. Akan tetapi, sebaiknya kacang mete dikonsumsi dalam
batas wajar (tidak kebanyakan) karena akan berpengaruh pada
kesehatan tubuh.
Menurut Carol O’Neil dalam Satriani (2012), mengungkapkan
bahwa orang-orang yang mengkonsumsi beragam jenis kacang seperti
almond, kacang mete, dan kacang kenari menunjukkan berat badan,
body mass index (BMI), dan lingkar pinggang yang lebih rendah
ketimbang mereka yang tidak mengkonsumsi kacang-kacangan
tersebut. Para pengkonsumsi kacang ini juga berisiko lebih rendah
terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolisme.
Para ahli merekomendasikan konsumsi 1,5 ons kacang per hari, atau
tiga sendok makan kacang-kacangan sebagai bagian dari diet sehat.
c. Faktor Promosi
Nilai factor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi
Nama Faktor Inti
Promosi
Variabel yang Terlibat pada Faktor Inti
Kesesuaian harga
Promosi
Pengalaman pembelian
Nilai
Korelasi
0,696
0,524
0,681
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor promosi merupakan faktor ketiga yang dipertimbangkan
konsumen dalam membeli kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Variabel yang
terdapat pada faktor promosi adalah variabel kesesuaian harga, promosi
penjualan, potongan harga, dan pengalaman pembelian kacang mete.
Berdasarkan Tabel 39. variabel pertama atau variabel yang paling
dominan dipertimbangkan konsumen pada faktor promosi adalah
variabel kesesuaian haga kacang mete dengan factor loading sebesar
0,696. Kesesuain harga dengan mutu kacang mete menjadi variabel dari
faktor promosi yang penting bagi konsumen karena harga kacang mete
merupakan cerminan dari mutu kacang mete yang dijual. Konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
akan memilih harga yang sedikit lebih tinggi dengan mutu kacang mete
yang bagus daripada harga yang murah tetapi mutu kacang mete kurang
bagus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepuasan konsumen.
Variabel kedua yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
promosi adalah variabel pengalaman pembelian kacang mete dengan
factor loading sebesar 0,681. Pengalaman pembelian oleh konsumen
penting dalam proses keputusan pembelian kacang mete di pasar
tradisional. Pengalaman
pembelian ini dipertimbangkan
karena
konsumen ingin mendapatkan kacang mete dengan mutu yang baik dan
sesuai dengan seleranya. Tidak jarang konsumen merasa tertipu karena
pedagang mencampur kacang mete bermutu baik dengan kacang mete
yang kurang bagus, atau kacang mete belah dilem menggunakan tepung
kanji sehingga terlihat utuh. Hal tersebut membuat konsumen lebih hatihati dan cermat dalam membeli kacang mete.
Variabel ketiga yang dipertimbangkan konsumen pada faktor
promosi adalah variabel promosi penjualan kacang mete dengan factor
loading sebesar 0,524. Terdapat beberapa promosi dalam penjualan
kacang mete, yaitu promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan
konsumen satu kepada konsumen yang lainnya, kemasan kacang mete
yang menggunakan label, dan adanya beberapa artikel di surat kabar
lokal mengenai kacang mete yang di jual di salah satu kios pasar
tradisional.
Menurut undang-undang no. 7 tahun 1996 tentang pangan,
label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian kemasan pangan. Sekuang-kurangnya dalam label memuat: a)
nama produk, b) bahan yang digunakan, c) berat atau isi besih, d) nama
dan alamat produsen, e) keterangan halal, f) tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa. Namun selain hal tersebut pemerintah dapat menetapkan
keterangan lain yang dapat dicantumkan dalam label, mengenai tata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
cara penggunaan, kandungan gizi pangan, ataupun efek samping pangan
bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap
penyakit tertentu, atau mereka yang sedang menjalani program diet.
d. Faktor Harga
Nilai faktor loading dari variabel promosi yang telah dirotasi
dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Nilai Factor Loading untuk Variabel Promosi
Nama Faktor Inti
Harga
Variabel yang Terlibat pada Faktor
Inti
Harga
Nilai
Korelasi
0,597
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012
Faktor terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam
pembelian kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar Kecamatan
Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono adalah faktor harga. Menurut
Wahyudi dalam Darmayanti (2009), untuk meningkatkan citra produk
dapat dilakukan dengan menggunakan strategi harga yang tepat, karena
terdapat hubungan positif antara tingkat harga dengan kualitas merek
persepsian.
Hal ini menyebabkan
semakin
tinggi nilai
yang
dipersepsikan terhadap suatu produk maka akan semakin tinggi pula
kemungkinan seseorang untuk membeli produk. Oleh karena itu, harga
menjadi faktor yang terakhir dipertimbangkan oleh konsumen. Faktor
harga terdiri dari variabel harga dengan factor loading sebesar 0,597.
Variabel harga dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli kacang
mete di pasar tradisional di Kabupaten Wonogiri. Walaupun harga
kacang mete tergolong tinggi dibandingkan dengan harga kacangkacangan yang lain, tetapi harga kacang mete di pasar tradisional
cenderung lebih murah dibandingkan harga kacang mete yang dijual di
toko oleh-oleh di luar pasar tradisional. Perbedaan harga kacang mete di
pasar tradisional dengan harga di luar pasar tradisional tidak
mempengaruhi mutu kacang mete yang dijual.
Pada saat penelitian terdapat perbedaan harga kacang mete di
pasar tradisional Kabupaten Wonogiri. Harga kacang mete di pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
tradisional Kabupaten Wonogiri termasuk dalam harga yang wajar
karena Kabupaten Wonogiri merupakan daerah produksi kacang mete,
selain itu harga kacang mete pada setiap pasar tradisional tidak jauh
berbeda. Setiap pedagang kacang mete di Pasar Kota Wonogiri, Pasar
Kecamatan Ngadirojo, dan Pasar Kecamatan Jatisrono memiliki harga
jual yang berbeda-beda. Harga kacang mete yang tertinggi adalah
Rp 85.000 dan terendah adalah Rp 65.000, dengan fluktuasi harga
kacang mete mencapai Rp 20.000. Hal ini dipengaruhi oleh waktu
pembelian dan tempat pembelian kacang mete. Waktu pembelian
kacang mete berpengaruh terhadap harga, saat penelitian dimulai adalah
setelah Hari Raya Idul Fitri sehingga harga kacang mete masih tinggi
karena masih banyak konsumen yang membeli kacang mete dan belum
musim panen kacang mete, akan tetapi harga kacang mete berangsurangsur turun. Turunnya harga mete ini dipengaruhi dengan semakin
berkurangnya konsumen yang membeli kacang mete dan musim panen
kacang mete telah dimulai. Tempat pembelian kacang mete juga
berpengaruh terhadap harga, kacang mete yang dijual di Pasar Kota
Wonogiri memiliki harga yang lebih tinggi daripada harga kacang mete
di Pasar Kecamatan Ngadirijo dan Pasar Kecamatan Jatisrono. Pasar
Kota Wonogiri berada jauh dari daerah produksi kacang mete sehingga
memerlukan biaya distribusi yang lebih besar dari Pasar Kecamatan
Ngadirojo dan Pasar Kecamatan Jatisrono yang berada di dekat daerah
produksi kacang mete.
commit to user
Download