Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Gambaran Klinis Dan Radiologis Serta Status Imunologis Penderita Sinusitis Pada Anak Bara Langi Tambing Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=82285&lokasi=lokal -----------------------------------------------------------------------------------------Abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.LATAR BELAKANG Diagnosissinusitis pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah karena gejala klinisnya tidak khas, sehingga tidak jarang sukar dibedakan dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas lainnya. Pada pemeriksaan fisis pun sering tidak ditemukan kelainan yang khas (Schopner dan Rossi, 1973; Zaman, 1973; Wald, 1989). Sinus paranasalis berasal dari divertikulum rongga hidung, yang pada trimester ke-2 kehamilan mulai membentuk sinus maksilaris dan pada minggu ke-13 masa kehamilan membentuk sinus etmoidalis yang terdiri dari beberapa sel anterior dan posterior. Sinus maksilaris dan etmoidalis selanjutnya berkembang mengikuti perkembangan organ lainnya danbaru pada usia 3 tahun dapat dievaluasi secara radiologis (Bowen dkk.,1974). Sinus frontalis yang berasal dari salah satu sel anterior sinus etmoidalis belum dapat dibedakan dari sinus tersebut secara radiologis sebelum anak berusia 6-8 tahun (Wald, 1988). Sinus sfenoidalis sudah terbentuk sejak lahir, dan jarang terkena infeksi karena tempatnya yang terlindung dan tidak berhubungan dengan dunia luar. Sinus paranasalis berkembang dengan pesat hingga anak berusia sekitar 8 tahun, dan pada usia 14 tahun ukurannya sudah hampir sama dengan ukuran orang dewasa. Pemeriksaan radiologis sinus paranasalis merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang panting untuk menegakkan diagnosis sinusitis. Namun pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan, yaitu: Pemeriksaan radiologis hanya dapat dilakukan pada anak yang sinus paranasalisnya telah berkembang, yaitu pada anak yang berusia lebih dari 3 tahun (Bowen dkk., 1974). Interpretasi foto sinus paranasalis kadang sulit, dan kelainan radiologis sinus paranasalis dapat dikacaukan dengan beberapakeadaan tertentu misalnya mukosa sinusyang " redundan", tulang muka yang asimetris, dan pembengkakan jaringan lunak (Caf f ey, 1978). Penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara gambaran radiologis dan diagnosis klinis sinusitis pada anak, hasilnya masih saling berbeda (Tabel 4), sehingga belum dapat ditarik kesimpulan. Diagnosis pasti sinusitis adalah dengan pungsi sinus.Tetapi karena tindakan ini sukar dilakukan terutama pada anak kecil, dan memerlukan ketrampilan khusus serta dapat menimbulkan komplikasi, misalnya kerusakan ostium sinus, flagman pada pipi, emboli udara, emfisema pada pipi (Wald dkk., 1981; 2ainan, 1973), maka tindakan ini tidak secara rutin dilakukan sebagai prosedur diagnostik sinusitis pada anak. Pada penelitian yang mencari hubungan antara gambaran radiologis dan diagnosis sinusitis dan hasil fungsi sinus (Tabel 6) ditemukan, bahwa makin tebal mukosa sinus, makin besar kemungkinan terdapatnya cairan dalam rongga sinus, dan bila ditemukan gambaran batas udara cairan, umumnya pada pungsi sinus akan ditemukan cairan. Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, peran beberapa faktor predisposisi untuk terjadinya sinusitis pada anak perlu pula dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaansinusitis pada anak. Faktor-faktor tersebut adalah: (1)Faktor alergi. Reaksi alergi pada rongga hidung mengakibatkan obstruksi ostium karena edema mukosa dan hipersekresi dalam rongga sinus (Rachelefsky dkk., 1978; Drake dan Lee, 1987; Wald, 1989). (2)Faktor imunologis. Sinusitis kronis dan sinusitis yang berulang seringditemukan pada anak - anak dengan defisiensi imunologis (Healy, 1981; Shapiro, 1981; Umetsu dkk., 1985; Slavin, 1987; Wald, 1988). (3)Status gizi. Menurut Drake dan Lee (1987) serta Adams dkk.(1978) pada anak dengan status gizi kurang atau buruk sering ditemukan sinusitis akibat menurunnya daya tahan tubuh, walaupun peneliti belum menemukan kepustakaan tentang korelasi status gizi dan kejadian sinusitis pada anak. Sampai sekarang di Indonesia belum ada laporan penelitian yang menguraikan pelbagai karakteristik, gejala dan tanda klinis, serta kadar imunoglobulin pada anak yang diagnosis sinusitisnya ditegakkan secara radiologis