HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Bayu Prakoso F. 100 100 020 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ABSTRAKSI HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Bayu Prakoso Partini Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] Setiap siswa berharap terhindar dari rasa cemas ketika berbicara di depan umum (kelas) namun kenyataannya banyak siswa yang mengalami kecemasan dan berbagai perasaan negatif seperti takut salah atau ditertawakan, malu, merasa tidak bisa dan rendah diri dan lain sebagainya. Kecemasan berbicara di muka umum dapat terjadi selain karena individu memiliki pola pikir negatif sehingga komunikasi yang dilakukan memberikan hasil negatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui : (1) Hubungan antara berpikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum; (2) Sumbangan berpikir positif terhadap kecemasan berbicara di depan umum; (3) Tingkat berpikir positif dan kecemasan berbicara di depan umum. Hipotesis yang diajukan: Ada hubungan negatif antara berpikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 2 Blora yang berjumlah 136 siswa. Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, Metode pengumpulan data menggunakan skala berpikir positif dan skala kecemasan berbicara di depan umum. Metode analisis data menggunakan teknik analisis regresi product moment. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi rxy = -0,589 , p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara berpikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima. Semakin tinggi berpikir positif maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum, demikian sebaliknya semakin rendah berpikir positif maka semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Sumbangan efektif berpikir positif terhadap kecemasan berbicara di depan umum sebesar 34,7. Berpikir positif pada subjek penelitian tergolong sedang ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 93,24 dan rerata hipotetik (RH) = 87,5. Kecemasan berbicara di depan umum pada subjek penelitian tergolong sedang, ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 69,18 dan rerata hipotetik (RH) = 70 Kata kunci: berpikir positif, kecemasan berbicara di depan umum . ii Penelitian PENGANTAR Perasaan cemas atau grogi saat Zimbardo pada Universitas Stanford di California, AS mulai berbicara di depan umum adalah (Rakhmat, hal yang seringkali dialami oleh kecemasan membuat individu merasa kebanyakan orang. Bahkan seseorang rendah diri, meremehkan diri sendiri, yang telah berpengalaman berbicara di menganggap dirinya tidak menarik dan depan umum pun tidak terlepas dari menganggap perasaaan menyenangkan ini. Menurut Osborne 2006) menyatakan dirinya untuk tidak orang lain. (2004) perasaan cemas ini muncul Individu yang cenderung mengalami karena takut secara fisik terhadap kecemasan pendengar, yaitu takut ditertawakan ketegangan otot dan adanya tingkat orang, takut bahwa dirinya akan kewaspadaan menjadi tontonan orang, takut bahwa Kemudian, individu tersebut akan apa yang akan dikemukakan mungkin menolak untuk bersosialisasi dengan tidak pantas untuk dikemukakan, dan orang lain, keadaan individu akan rasa takut bahwa mungkin dirinya membaik akan membosankan. Menurut Santoso berkurang. ditandai yang dengan sangat ketika tinggi. ketegangannya (1998) kecemasan berbicara di depan Hasil survey awal 30 subjek umum bersifat subjektif, biasanya mengenai kecemasan berbicara di ditandai dengan gejala fisik dan gejala depan kelas melalui tiga pertanyaan, psikologis. Termasuk dalam gejala diketahui fisik yaitu tangan berkeringat, jantung memberikan berdetak merasakan lebih cepat, dan kaki gemetaran. Kemudian, yang termasuk respon terbanyak jawaban cemas, yaitu “sering” lebih jelasnya dalam uraian berikut: gejala psikologis adalah takut akan 1. Pertanyaan pertama : Bila melakukan kesalahan, tingkah laku berbicara di depan yang tidak tenang dan tidak dapat presentasi berkonsentrasi dengan baik. Melalui pertanyaan tersebut diketahui saya kelas merasa untuk cemas. dari 30 subjek yang disurvey, terdapat 1 14 subjek (46,7%) menjawab sering, mengalami kecemasan untuk berbicara 13 subjek (43,3%) menjawab jarang secara langsung. dan hanya 3 subjek (10%) yang Salah satu faktor yang menjawab tidak pernah. Kesimpulan mempengaruhi kecemasan berbicara di dari depan umum adalah pola berpikir. pertanyaan pertama adalah mayoritas sering mengalam kecemasan Menurut Opt & Loffredo (2000) ketika presentasi di depan kelas. individu yang menggunakan pola pikir 2. Pertanyaan kedua : Tidak positif mempunyai kecemasan yang berbicara orang lebih rendah daripada individu yang banyak. Melalui pertanyaan tersebut berpola pikir negatif. Individu dengan diketahui yang pola pikir yang positif akan melihat disurvey, terdapat 14 subjek (46,7%) segala hal dari sisi positif, suka bekerja menjawab sering, 11 subjek (36,7%) keras menjawab jarang dan 5 subjek (16,7%) emosinya ketika berbicara di depan menjawab tidak pernah. Pertanyaan ke umum. Individu dengan pola pikir dua tersebut menyimpulkan bahwa negatif mayoritas subjek atau siswa tidak suka perasaaanya, lebih mudah stress dan berbicara di depan orang banyak. mengekspresikan kecemasan karena suka dari di 30 depan subjek 3. Pertanyaan ketiga: Saya dan dapat lebih mengendalikan menggunakan selalu fokus pada pendapatnya sendiri. memilih diam karena saya cemas Hal tersebut didukung kalau harus berbicara langsung. Hasil peneliti yang menunjukkan bahwa pertanyaan berpikir positif merupakan salah satu tersebut menyatakan bahwa dari 30 subjek terdapat 17 faktor subjek (56,7%) menjawab sering, 9 kecemasan berbicara di depan umum, subjek (30%) menjawab jarang dan 4 hal ini terungkap dalam pernyataan subjek (13,3%) sebagai berikut: Saya cemas berbicara menjawab tidak pernah. Kesimpulnya subjek atau siswa menunjukkan di mayoritas yang depan dapat hasil survey orang mempengaruhi banyak. Dari pernyataan tersebut diketahui faktor penyebabnya adalah: 12 siswa (40%) 2 karena takut salah, 15 siswa (50%) depan kelas, saat ujian, dan ketika karena tidak suka berbicara di depan berlatih bicara dengan orang asing. orang banyak, dan 3 siswa (10%) takut Pada saat diminta untuk berbicara di berbeda dengan pendapat orang lain. depan kelas, sebagian besar siswa Hasil mengungkapkan tersebut menunjukkan pola bahwa mereka berpikir (takut salah) merupakan salah merasa kaget dan ragu-ragu. Pada saat satu faktor yang berpengaruh terhadap mereka telah selesai berbicara dan kecemasan berbicara di depan umum. melakukan suatu kesalahan, mereka Setiap siswa berharap terhindar akan merasa malu dan takut dimana dari rasa cemas ketika berbicara di hal depan kekhawatiran umum kenyataannya (kelas) banyak namun siswa yang tersebut karena adanya terjadinya penilaian sosial yang negatif terhadap mereka mengalami kecemasan dan berbagai dan perasaan negatif seperti takut salah ketakutan akan gagal. atau ditertawakan, malu, merasa tidak bisa dan sebagainya. pendapat rendah dan Penelitian karena adanya Donsu (2005) lain menyatakan bahwa berpikir positif, Hal ini sesuai dengan diskusi kesadaran diri efektif dalam Devito diri disebabkan (1995) yang pengelolaan stress. Chaerani (1995) menyatakan kecemasan berbicara di meneliti muka umum dapat terjadi selain berpikir positif dan harga diri dengan karena individu memiliki pola pikir daya tahan stres dan diperoleh hasil negatif sehingga komunikasi yang bahwa ada hubungan positif antara dilakukan memberikan hasil negatif. berpikir positif dan harga diri dengan Sebagai contoh dalam sebuah diskusi daya kelompok umumnya siswa merasa Prawitasari tidak berani dan merasa cemas jika penelitian efektivitas terapi kognitif harus berbicara dihadapan teman- untuk temannya, berbicara ataupun ketika siswa diminta untuk maju dan berbicara di tentang tahan hubungan stres. (1991) mengunrangi Utami antara dan melakukan kecemasan di muka umum. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa 3 terapi kognitif efektif untuk mengatasi persoalannya secara optimis mengurangi kecemasan berbicara di maka sikap yang demikian itu telah muka umum. membantu mengubah saat-saat gelap Rahayu, (2004) menjadi lebih cerah, produktif dan penelitiannya, kreatif. Dengan demikian kecemasan bahwa semakin seseorang berpola berbicara di depan umum diharapkan pikir positif maka semakin rendah dapat diminimalisir jika individu atau kecemasan berbicara di depan umum, siswa selalu berpikir positif, karena sebaliknya semakin seseorang berpola dalam berpikir positif siswa tidak pikir negatif maka akan semakin tinggi hanya dapat membebaskan diri dari kecemasan berbicara di depan umum. rasa Hal ini dapat disebabkan karena tetapi individu memaparkan dkk hasil cemas yang akan mampu menghilangkan berbagai perasaan yang negatif dan memperkirakan hal- negatif takut hal ditertawakan, malu, merasa tidak bisa membangun yang negatif keikutsertaannya pesan-pesan sebagai dalam hasil interaksi juga berkepanjangan, seperti salah atau dan rendah diri dan lain sebagainya. komunikasi Peale (2001) menyatakan bahwa seseorang yang berpikir positif METODE akan memandang segala persoalan Subjek penelitian yaitu siswa- yang muncul dari sudut pandangan siswi kelas XI SMA Negeri 2 Blora yang positif. Individu yang berpikir yang positif Pengambilan mengatasi akan menanggapi persoalan secara dan berjumlah 136 sampel siswa. menggunakan lebih cluster random sampling, Metode optimis dan mengarahkan pikirannya pengumpulan data menggunakan skala pada hari depan yang gemilang. berpikir positif dan skala kecemasan Dengan demikian bila individu berada berbicara di depan umum. Metode dalam masa-masa penuh kesulitan, analisis data menggunakan teknik sehingga individu akan analisis product moment. mempunyai sikap untuk selalu menanggapi dan 4 komunikasi. Sesuai pendapat Opt & HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis Loffredo (2000) bahwa individu yang diperoleh nilai koefisien korelasi rxy =- menggunakan 0,589 ; p= 0,000 (p < 0,01). Hasil ini mempunyai kecemasan yang lebih menunjukkan ada hubungan negatif rendah daripada individu yang berpola yang sangat signifikan antara berpikir pikir negatif. Individu dengan pola positif dengan kecemasan berbicara di pikir yang positif akan melihat segala depan demikian hal dari sisi positif, suka bekerja keras hipotesis penelitian yang diajukan dan dapat mengendalikan emosinya dapat tinggi ketika berbicara di depan umum. berpikir positif maka semakin rendah Individu dengan yang berpikir negatif kecemasan berbicara di depan umum, lebih demikian pula sebaliknya semakin mengekspresikan kecemasan karena rendah berpikir positif maka semakin selalu fokus pada pendapatnya sendiri. tinggi kecemasan berbicara di depan Hal ini sesuai dengan penelitian umum. Verplanken umum. Dengan diterima. Semakin Hasil analisis data ini sesuai dengan penelitian pola mudah (2006) pikir stress positif dan mengenai kebiasaan seseorang untuk berpikiran yang dilakukan negatif dalam menilai dirinya sendiri Rahayu, dkk (2004) bahwa semakin (negative self-thinking habit). Negative seseorang maka self-thinking yang menjadi kebiasaan semakin rendah kecemasan berbicara serta terus menerus muncul secara di depan umum, sebaliknya semakin otomatis, sering dan menetap dalam seseorang berpikir negatif maka akan benak seseorang, tentunya tidak lagi semakin tinggi kecemasan berbicara di berkontribusi terhadap pembentukan depan umum. Hal ini dapat disebabkan konsep diri yang sehat. Sebaliknya hal karena individu membangun pesan- tersebut merupakan suatu disfungsi pesan yang negatif dan memperkirakan psikologis, yang selanjutnya dapat hal-hal yang negatif sebagai hasil menurunkan harga diri serta membuat keikutsertaannya seseorang rentan untuk mengalami berpikir positif dalam interaksi 5 gangguan kecemasan dan depresi. segala hal yang menimpanya, hal ini Lebih sesuai lanjut Verplanken (2006) penjelasan Vaughan, mengemukakan Negative self-thinking (Muthmainah, 2005) berpikir positif habit yang disfungsional memiliki tiga merupakan bentuk atau pola berpikir aspek sebagai berikut: (1) pemikiran yang berusaha untuk mencapai hal tentang diri yang muatannya negatif; yang terbaik dari keadaan terburuk, (2)frekuensi pemikiran dengan serupa itu secara sering; dan (3) bahwa pemikiran ini muncul tanpa disadari, pemecahannya. Orang yang berpikir tanpa disengaja, serta sulit untuk positif tidak mudah putus asa akibat dikontrol. hambatan yang dihadapi dan munculnya Ditambahkan oleh mengandalkan setiap kenyakinan masalah pasti ada bisa Russel menjadi semacam imunisasi psikologis dapat untuk menangkal segudang masalah merangsang timbulnya respon-respon dalam kehidupan sehari-hari. Dengan otomatis tertentu dari tubuh. Pikiran demikian orang yang berpikir positif tentang sesuatu yang menakutkan akan memungkinkan dapat merespon stres menyebabkan individu selalu dalam yang dialaminya dengan baik. Sebagai kondisi akan contoh, jika siswa menerapkan cara mempengaruhi kehidupannya sehari- berpikir positif, maka individu akan hari. Pikiran juga dapat mengajari akan terhindar dari rasa cemas ketika tubuh untuk menyembuhkan sesuatu. berbicara di depan kelas, tidak merasa Ketika malu, (2003) bahwa cemas, individu pikiran kemudian optimis terhadap atau takut ditertawakan. kemampuannya berbicara di depan Sebaliknya umum, maka individu tersebut akan jika siswa memiliki pola pikir negatif. merasa nyaman dalam menyampaikan materi-materi yang Peale hendak kecemasan dapat terjadi (2001) menyatakan bahwa seseorang yang berpikir positif disampaikan. akan memandang segala persoalan Individu yang berpikir positif yang muncul dari sudut pandangan selalu breusaha melihat sisi positif dari yang positif. Individu yang berpikir 6 positif akan mengatasi menanggapi persoalan dan secara yang lebih terdapat dalam aspek-aspek kecemasan. Misalnya 1) Aspek fisik optimis dan mengarahkan pikirannya dengan pada hari depan yang gemilang. semakin cepat, lutut gemetar, suara Dengan demikian bila individu berada bergetar, gelombang hawa panas atau dalam masa-masa penuh kesulitan, merasa seperti akan pingsan; 2) Aspek sehingga individu akan mempunyai proses mental dengan indikator antara sikap untuk selalu menanggapi dan lain mengulang kata, kalimat atau mengatasi persoalannya secara optimis pesan, hilang ingatan; 3) maka sikap yang demikian itu telah emosional, diantaranya rasa takut, rasa membantu mengubah saat-saat gelap tidak mampu, kehilangan kendali, menjadi lebih cerah, produktif dan panik dan rasa malu atau merasa kreatif. Oleh karena itu kecemasan dipermalukan berbicara di depan umum pada siswa pembicaraan. diharapkan dapat diminimalisir jika Sesuai dengan tahap setiap siswa mampu berpikir positif, perkembangan menurut Hurlock karena dengan berpikir positif siswa (2008) remaja tidak hanya dapat membebaskan diri perubahan yang sangat pesat, ciri-ciri dari rasa cemas yang berkepanjangan, yang terdapat dalam diri remaja dan tetapi juga indikator: usia detak setelah jantung Aspek berakhirnya mengalami akan mampu tugas perkembangannya melekat pada menghilangkan berbagai perasaan remaja adalah perubahan dari segi negatif takut seperti atau fisik, dari masa kanak-kanak menuju ditertawakan, malu, merasa tidak bisa ke arah dewasa, usia yang bermasalah, dan masa rendah diri salah dan lain mencari identitas, mencari sebagainya.Secara umum siswa-siswi hubungan yang lebih matang dengan SMA N 2 Blora memiliki kecemasan teman berbicara di depan umum tergolong fisiknya, sedang. Artinya subjek mengalami emosional, mencari peran dan perilaku beberapa gejala atau indikator seperti sosial yang bertanggungjawab dalam 7 sebaya, menerima mencapai keadaan kemandirian rangka menuju ambang kedewasaan. depan umum di luar variabel berpikir Kondisi tersebut menunjukkan berpikir positif. positif maupun kecemasan berbicara di 3. Berpikir positif pada subjek depan umum pada subjek penelitian penelitian masih dapat berubah sesuai dengan ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = tahap 93,24 dan rerata hipotetik (RH) = 87,5. perkembangan yang dilalui remaja pada tahap selanjutnya. tergolong sedang Kecemasan berbicara di depan umum pada KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan subjek sedang, penelitian ditunjukkan tergolong oleh rerata empirik (RE) = 69,18 dan rerata 1. Nilai koefisien korelasi rxy = hipotetik (RH) = 70 . -0,589 ; p= 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan ada hubungan negatif Saran yang sangat signifikan antara berpikir Bagi positif dengan kecemasan berbicara di maka semakin penelitian serta memperhatikan faktor- rendah faktor kecemasan berbicara di depan umum, lain yang selain berpikir positif misalnya pola rendah berpikir positif maka semakin asuh orangtua, lingkungan pergaulan, tinggi kecemasan berbicara di depan tipe kepribadian. umum. 2. Sumbangan efektif berpikir positif terhadap kecemasan berbicara depan umum sebesar mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum demikian pula sebaliknya semakin di selanjutnya diharapkan memperluas ruang lingkup depan umum. Semakin tinggi berpikir positif peneliti 34,7% ditunjukkan koefisien determinan (r2) sebesar 0,347, yang berarti masih terdapat 65,3% faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di 8 Keberhasilan. Jakarta: Bumi Aksara. DAFTAR PUSTAKA Devito, J.A. (1995). The International Communication Book. 7th Edition. New York: Harper Collins College. Peale, N. V. (2001). Berpikir Positive. Jakarta: Bina Aksara Rupa Rahayu, Donsu, J. (2005). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Dan Diskusi Kesadaran Diri Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Pengelolaan Stres Pasien Diabetes Mellitus Di RS DR. Sarjito Yogyakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. I. T., Ardani, T.A. & Sulistyaningsih. (2003). Hubungan Pola Pikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP, Vol. 1, No. 2, 131-134. Rakhmat, J. (2006). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Karya. Hurlock, E.B.(2008). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Rogers, N. (2008). Berani Bicara di Depan Publik, Edisi Revisi. Bandung : Penerbit Nuansa. Russel, B. (2003). Mind Power, Menjelajah Kekuatan Pikiran. Penerjemah: D. Hamdi Ridlo. Bandung: Penerbit Nuansa Mutmainah (2005). Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi Tes Dengan Optimisme, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial. Tesis (tidak diterbtikan) Yogyakarta : Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Santoso, H. P. Raharjo, T. Sulystiani, H. D. Lukmantoro, T. & Rakhmad, W. D. (1998). Tingkat Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Dalam Lingkup Akademis. Laporan Penelitian Komunikasi. Semarang:Universitas Diponegoro. Opt, S. K. & Loffredo, D. A. (2000). Rethinking Communication Apprehension: A MyersBriggs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), 556-570. Osborne, J. W. (2004). Kiat Berbicara di Depan Umum Untuk Eksekutif Jalan Menuju Utami 9 M.S. & Prawitasari, J.E. (1991). Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara di Muka Umum. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi UGM. XXV 1.65.76