Bab 2

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian teoritis
2.1.1 Rumah
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik
Indonesia No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sehat, adalah;
a. Rumah.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Rumah sebagai tempat membina keluarga, tempat
berlindung dari iklim dan tempat menjaga kesehatan keluarga.
b. Rumah Sehat.
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan
teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni
rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memugkinkan
penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
c. Perumahan.
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.
d. Permukiman.
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Menurut Arthur C.S. (Housing : Symbol, Structure, Site, 1990), filosofi
rumah sama dengan tubuh manusia yang membutuhkan penutup, berupa rumah
atau shelter.
Menurut Sam Davis (The Form of Housing), rumah kemudian akan
disebut menjadi perumahan apabila menjadi sekumpulan kesatuan di atas petakpetak lahan individu atau sebagai kelompok rumah gandeng atau sebagai
bangunan apartemen.
Menurut Y.B. Mangunwijaya (1995), rumah memang bisa dianggap
mesin, alat pergandaan produksi. Tetapi lebih dari itu, rumah adalah citra, cahaya
pantulan jiwa dan cita-cita kita. Ia adalah lambang yang membahasakan segala
yang manusiawi, indah dan agung dari dia yang membangunnya; kesederhanaan
dan kewajarannya yang memperteguh hati setiap manusia. Rumah memang kita
gunakan, namun lebih dari itu, rumah adalah cerminan jiwa yang bermartabat.
2.1.2 Pengertian pemasaran
Kotler dan Amstrong (2008) mengemukakan, pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran, dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Definisi pemasaran ini
didasarkan pada konsep yang terdiri atas;
 Kebutuhan, keinginan dan permintaan.
 Produk, nilai, biaya dan kepuasan.
 Pertukaran, transaksi dan hubungan.
 Pasar, pemasaran dan pemasar.
Kurtz (2008) mengemukakan, pemasaran adalah fungsi organisasi dan
sebuah proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengirimkan nilai
untuk konsumen dan mengatur hubungan dengan konsumen sebagai cara
menguntungkan perusahaan dan juga pihak berkepentingan.
Tjiptono (2007) mengemukakan, pemasaran memiliki kontak paling besar
dalam lingkungan eksternal dan memegang peranan penting dalam pengembangan
strategi. Dalam peranan strategisnya pemasaran mencakup setiap usaha untuk
mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkunganya dalam rangka
mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok yakni bisnis
apa yang akan dimasuki di masa mendatang dan bagaimana bisnis yang dipilih
tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan persaingan atas dasar
perspektif distribusi, produk, harga dan promosi (bauran promosi). Pemasaran
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh menjadi
keinginan manusia. Proses pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah
yang disebut dengan konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product),
penetapan harga (price), pengiriman barang (place) dan mempromosikan barang
(promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran disebut pemasar.
Pemasar ini sebaiknya mengetahui mengenai prinsip dan konsep pemasaran agar
kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai kebutuhan dan keinginan manusia
terutama pihak konsumen yang dituju.
Hammel dan Prahalad (2007) mengemukakan, bahwa tujuan dari strategi
tidak
hanya
meniru
produk,
proses
dan
metode
pesaing,
melainkan
mengembangkan untuk menciptakan peluang masa yang akan datang dan
mengeksploitasinya. Strategi pemasaran dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu
sarana yang disebut dengan Marketing Mix.
Menurut Ratih Hurriyati (2008) menyatakan bahwa bauran pemasaran
merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir, dan
digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran
dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.1.2.1 Teori Bauran Pemasaran (marketing mix).
Kotler dan Keller (2009) mengklasifikasikan Marketing Mix menjadi
empat besar kelompok yang disebut dengan 4P tentang pemasaran yaitu Price
(harga), Place (distribusi & lokasi), Promotion (promosi), dan Product (produk).
Pengertian dari masing-masing variabel tersebut adalah;
1. Price (Harga)
Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa harga adalah elemen
dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga
sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk. Pemasaran
produk perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi
harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price
quality inferences) dan petunjuk harga (price clues). Pada setiap produk atau jasa
yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain
biaya, keuntungan, praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan
harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan, mark-up, mark-down, dan
sebagainya.
Menurut Kotler dan keller (2009) menyatakan bahwa dimensi harga terdiri
dari :
a. Daftar harga (List Price) adalah informasi mengenai harga produk yang
ditawarkan agar konsumen mempertimbangkan untuk membeli.
b. Diskon (Discount) adalah tingkat diskon / potongan harga yang diberikan
penjual kepada konsumen.
c. Potongan harga khusus (Allowance) adalah potongan harga khusus oleh
potongan harga yang diberikan produsen / penjual kepada konsumen pada
saat event tertentu.
d. Periode pembayaran (Payment period) adalah kemudahan pembayaran
yang diberikan penjual terhadap konsumennya berupa kelonggaran jangka
waktu pembayaran yang dilakukan konsumen dalam transaksi pembelian.
e. Syarat kredit (credit term) adalah sistem pembayaran secara kredit yang
diberikan produsen/ penjual terhadap konsumen dalam jangka waktu yang
telah ditentukan dengan tambahan pembayaran berupa bunga yang harus
dibayarkan.
Kebutuhan dan keinginan setiap orang dalam membeli rumah sangat
ditentukan oleh daya beli dan kemampuan pendapatan orang tersebut. Dengan
kata lain faktor keuangan seseorang yang disesuaikan dengan harga rumah sangat
menentukan tipe mau pun jenis perumahan yang akan dibeli. Kesanggupan
seseorang di dalam memiliki rumah sangat dipengaruhi pendapatan yang
diperolehnya.
Apabila
pendapatan
seseorang
meningkat
dan
kondisi
perekonomian tidak terjadi resesi serta inflasi kecenderungan untuk memiliki
rumah akan meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pendapatan
seseorang juga ada kaitannya dengan pekerjaan dan keadaan ekonomi seseorang
yang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi konsumen dalam melakukan
pembelian. Bahasan diatas mengindikasikan adanya pengaruh variabel harga
dalam menjelaskan niat beli (H1) konsumen.
2. Place (Distribusi & Lokasi)
Menurut Kotler dan Keller (2009), salah satu aspek pemilihan saluran
distribusi adalah menyangkut keputusan-keputusan tentang penggunaan penyalur
(pedagang besar, pengecer, agen, makelar), dan bagaimana menjalin kerjasama
yang baik dengan para penyalur tersebut.
Dalam saluran distribusi perumahan Jatinangor City Park menggunakan
jasa outsourcing. Dalam hal ini market agent PT.Dian Anton Selaras atau
(deeantspro) ditunjuk sebagai mitra eksklusif kerjasamanya. Ada pun tugas
market agent di dalam perusahaan adalah menangani seluruh kegiatan divisi
marketing seputaran kinerja guna mengejar target jual yang ditetapkan
perusahaan.
Menurut
Sudharto P.Hadi
(2005)
tahapan dalam
pengembangan
permukiman secara garis besar dibagi ke dalam tahap perencanaan awal dan pada
tahap operasional (ketika permukiman telah mulai dihuni). Dilihat dari sisi
lingkungan, setidaknya ada dua persoalan yang muncul ketika letak pembangunan
permukiman telah diputuskan.
 Pertama, apakah daerah tersebut layak secara ekologis. Karena banyak
permukiman yang dibangun di daerah yang seharusnya menjadi daerah
konservasi seperti di daerah perbukitan atau daerah resapan air. Sehingga
menimbulkan banjir dan berkurangnya cadangan air tanah.
 Kedua, permukiman yang dibangun oleh suatu badan usaha (real estate)
hampir seluruhnya menempati daerah pinggiran kota. Menurut Leaf (1995)
kondisi ini dianggap memperburuk dampak lingkungan di perkotaan.
Karena menciptakan penghuni kota yang bergantung pada alat transportasi
kendaraan bermotor, terutama mobil.
Fasilitas
UU No 4 Tahun 1992 dan PP No 29 Tahun 1986 tentang ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan merupakan salah satu sarana untuk melakukan
pencegahan terhadap suatu rencana kegiatan, misalnya proyek yang mungkin
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dalam undang - undang tersebut
pengelolaan lingkungan hidup diwajibkan berpegang pada azas pelestarian
lingkungan yang serasi dan seimbang bagi peningkatan kesejahteraan manusia.
Hal ini berarti kegiatan pembangunan proyek dan pengoperasian unit hasil proyek
harus berpatokan pada wawasan lingkungan. Untuk mencapai maksud tersebut
diusahakan dengan cara sebagai berikut (Soeharto, Iman, 1996) ;
a. Memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan lokasi proyek dan
alam di sekitarnya.
b. Mengelola
penggunaan
sumber
daya
secara
bijaksana
dengan
merencanakan, memantau, dan mengendalikan secara bijaksana.
c. Memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif.
Dua hal penting yang perlu diperhatikan sebagai dasar pertimbangan
lokasi (Surowiyono, Tutu TW, 2007) adalah kondisi lingkungan secara geografis
dan kondisi lingkungan menurut kebutuhan strategis.
a. Secara geografis
Setidaknya ada tiga hal pokok yang dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk mencegah risiko besar yang dapat terjadi, yaitu :
 Kelengkapan administrasi.
 Kondisi geografi.
 Kondisi geologi.
b. Kebutuhan strategis.
 Kebutuhan Kepala Keluarga.
 Kebutuhan Ibu Rumah Tangga.
 Kebutuhan Untuk Anak.
Dimensi fasilitas yang sesuai dengan UU No 4 Tahun 1992, selain
membangun unit rumah, pengembang juga diwajibkan untuk :
a. Membangun
jaringan
prasarana
lingkungan
rumah
mendahului
pembangunan rumah, memelihara dan mengelolanya sampai pengesahan
dan penyerahan kepada Pemerintah Daerah.
b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan utilitas umum.
c. Melakukan penghijauan lingkungan.
d. Menyediakan tanah untuk sarana lingkungan.
e. Membangun rumah.
Dimensi lingkungan kawasan perumahan harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain :
a. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara).
b. Dapat disediakan air bersih (air minum).
c. Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya.
d. Mempunyai aksesbilitas yang baik.
e. Mudah dan aman mencapai tempat kerja.
f. Tidak berada di bawah permukaan air setempat.
g. Mempunyai kemiringan yang rata.
Selain saluran distribusi penulis memasukkan indikator lokasi di
perumahaan sebagai faktor yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Faktor lingkungan merupakan faktor tambahan yang tidak bisa diabaikan karena
faktor ini merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah perumahan
tersebut layak untuk dihuni seperti keamanannya, kebersihannya, kelengkapannya
fasilitas umum dan sebagainya. Fasilitas perumahaan yang lengkap dengan
adanya seperti sarana ibadah, keamanan, olahraga dan lain sebagainya merupakan
hal yang harus dipenuhi oleh perumahaan. Fasilitas yang ada di perumahaan harus
di rawat bahkan ditambah sesuai kebutuhan pelanggan atau penghuni
perumahaan. Pemerintah dengan wewenang yang dimilikinya memberikan arahan,
standar peraturan dan ketentuan yang harus diwujudkan oleh pihak pengembang.
Pembangunan perumahan dapat dilaksanakan oleh pemerintah ataupun pihak
swasta. Menurut UU RI No.4 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat (2), rumah mempunyai
arti bangunan dan lingkungan tempat tinggal dilengkapi dengan sarana dan
prasarana fasilitas yang memenuhi syarat-syarat guna mendukung kehidupan
manusia. Bahasan diatas mengindikasikan adanya pengaruh variabel fasilitas
dalam menjelaskan niat beli (H2) konsumen.
3. Promotion (Promosi)
Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa promosi adalah
berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen
secara langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk atau brand yang
dijual. Artinya promosi ikut serta mendukung munculnya niat beli (H3)
konsumen, dengan promosi, setidaknya konsumen mengetahui peluang atau
kesempatan untuk memiliki rumah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), menjelaskan dimensi-dimensi dari
promosi, yaitu :
a. Advertising (Periklanan) adalah bentuk komunikasi yang dilakukan
pemasar untuk menginformasikan, dan membujuk pasar dan target
pasaran. Dengan biaya yang rendah, periklanan dapat menjangkau banyak
pembeli yang tersebar diberbagai tepat (pasar sasaran). Dengan periklanan
yang baik, menciptakan kepercayaan yang baik pula dari publik terhadap
perusahaan yang melakukan kegiatan iklan termasuk melalui brosur dan
papan reklame.
b. Sales Promotion (Promosi Penjualan) adalah insentif jangka panjang yang
ditawarkan kepada pelanggan ataupun masyarakat dan perantara untuk
merangsang datangnya pembelian produk tersebut. Adapun kegiatan
promosi penjualan diantaranya pemberian contoh produk melalui website,
ataupun memberikan sesuatu yang gratis di awal launching produk baru,
diskon yang memiliki batas waktu, serta kuis atau undian berhadiah yang
dapat merangsang ataupun memancing pelanggan untuk membeli produk
tersebut.
c. Public Relations (Hubungan Masyarakat) adalah usaha atau upaya untuk
menarik perhatian yang positif dari masyarakat terhadap perusahaan
tersebut serta produk-produknya dengan adanya berita baru, konferensi
pers di event-event tertentu, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat
menarik perhatian para masyarakat.
d. Direct Marketing (Pemasaran Langsung) adalah suatu bentuk promosi
secara langsung dengan cara memasarkan produk atau barang agar
mendapatkan reaksi secara langsung dari konsumen. Pemasaran langsung
bukan berarti harus face to face tetapi lebih kepada pemasaran yang
ditujukan secara langsung kepada konsumen tertentu. Pemasaran langsung
juga bisa menggunakan telepon, email, ataupun media media yang bisa
digunakan untuk menawarkan penjualan produk tersebut. Dengan cara
seperti itu, pelanggan pasti bereaksi akan hal tersebut.
4. Product (Produk)
Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa produk adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk
penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi dan servis sesudah
penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan
dan keinginan pasarnya. Jika masalah ini telah diselesaikannya, maka keputusankeputusan tentang harga, distribusi dan promosi dapat diambil.
Dimensi produk Menurut Kotler dan Amstrong (2008), bauran produk
terdiri atas :
a. Keanekaragaman produk (product variety).
b. Kualitas produk (quality product).
c. Rancangan produk (design).
d. Ciri-ciri produk (features).
e. Merek produk (brand name).
f. Kemasan produk (packaging).
g. Tingkat pelayanan (service).
h. Garansi (warranties).
i. Ukuran produk (size).
j. Pengembalian (return).
Product brand image (Citra merek produk)
Brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi
memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut (Ferrinadewi, 2008:165).
Citra merek produk merupakan gambaran produk di mata konsumen berdasarkan
pengetahuan, tanggapan, serta pengalaman konsumen terhadap produk yang
bersangkutan. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk,
mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal
(Schiffman dan Kanuk 2008:173). Alasan inilah yang mendorong perusahaan
untuk memperkuat posisi mereknya agar tercipta brand image yang positif dan
menancap kuat di benak konsumen karena melalui brand image (citra merek),
konsumen mampu mengenali sebuah produk, mengevaluasi kualitas, mengurangi
resiko pembelian, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan dari diferensiasi
produk tertentu (Lin dkk, 2007:122). Disinilah kita melihat sejauh mana merek
dapat memengaruhi penilaian konsumen dengan Brand Image (Citra Merek) dari
produk tersebut. Artinya semakin baik Brand Image produk yang dijual maka
akan berdampak pada keputusan pembelian oleh konsumen. Bahasan diatas
mengindikasikan adanya pengaruh variabel citra merek produk dalam
menjelaskan niat beli (H4) konsumen.
2.1.2.2 Teori perilaku konsumen
1. Pengertian perilaku konsumen
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka
dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen
adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya
mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang (Cahyo Prabowo :
2009).
 Dua wujud perilaku konsumen :
1. Personal Consumer : Konsumen ini membeli atau menggunakan barang
atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : Konsumen ini membeli atau menggunakan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi
tersebut.
Para konsumen sangat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat
pendidikan, pola perpindahan tempat, selera. Sangat bermanfaat bagi para
pemasar untuk membeda-bedakan kelompok konsumen yang memang berbedabeda, dan mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen itu.
2. Proses munculnya niat beli pada konsumen
Produsen mendalami berbagai hal yang mempengaruhi pembeli dan
mengembangkan
suatu
pengertian
tentang bagaimana
konsumen
dalam
kenyataannya membuat keputusan pada waktu membeli sesuatu. Produsen
diharuskan mengetahui siapakah yang membuat keputusan itu, bagaimana tipe
keputusan pembelian, dan bagaimana langkah-langkah dalam proses membeli
tersebut.
Beberapa peranan seseorang dalam mempengaruhi sebuah keputusan
pembelian (Philip Kotler 1993 : 252) ;
1. Pengambil
inisiatif
(initiator)
adalah
orang
yang
pertama-tama
menyarankan atau memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
2. Orang yang mempengaruhi (influences) adalah orang yang pandangan atau
nasihatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
3. Pembuat keputusan (decides) adalah seseorang yang pada akhirnya
menentukan sebagian besar atau keseluruhan keputusan membeli: apakah
jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli, atau dimana membeli.
4. Pembeli (buyer) adalah seseorang yang melakukan pembelian yang
sebenarnya.
5. Pemakai (user) adalah seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau
memakai produk dan jasa.
 Tipe-tipe Perilaku Membeli :
1. Perilaku membeli yang kompleks yaitu perilaku membeli yang kompleks
bila mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari
perbedaan pentingdiantara beberapa merek produk yang ada. Biasanya
konsumen tidak banyak mengetahui tentang penggolongan produk dan
tidak banyak belajar tentang produk.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan yaitu perilaku
membeli yang hanya melihat sedikit perbedaan dalam merek. Keterlibatan
yang mendalam disebabkan oleh kenyataan bahwa barang yang di beli itu
mahal harganya, jarang dilakukan dan berisiko.
3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan yaitu perilaku membeli
konsumen yang acuh, tanpa memandang perbedaan nyata antara merek
satu dengan yang lain. Konsumen tidak melakukan pencarian informasi
yang luas tentang berbagai merek, menilai ciri-cirinya dan menimbangnimbang keputusan namun konsumen malah menerima informasi pasif
yang biasanya dari sebuah iklan di televisi atau koran.
4. Perilaku yang Mencari Keragaman yaitu perilaku membeli yang tingkat
keterlibatan konsumennya rendah, tetapi ditandai oleh perbedaan merek
yang nyata. Konsumen memiliki beberapa kepercayaan memilih satu
merek tanpa banyak penilaian dalam membeli.
Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian (Basu Swastha dan
Irawan 1990 : 120) ;
1. Menganalisa keinginan dan kebutuhan : Penganalisaan keinginan dan
kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan
kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.
2. Menilai sumber-sumber : Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat
berkaitan dengan lamanya waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk
membeli.
3. Menetapkan tujuan pembelian : Tahap ketika konsumen memutuskan
untuk tujuan apa pembelian dilakukan, yang bergantung pada jenis produk
dan kebutuhannya.
4. Mengidentifikasikan alternatif pembelian : Tahap ketika konsumen mulai
mengidentifikasikan berbagai alternatif pembelian .
5. Keputusan membeli : Tahap ketika konsumen mengambil keputusan
apakah membeli atau tidak. Jika dianggap bahwa keputusan yang diambil
adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan
menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kuantitas, waktu
pembelian dan cara pembayarannya.
6. Perilaku sesudah pembelian : Tahap terakhir yaitu ketika konsumen sudah
melakukan pembelian terhadap produk tertentu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli (Slamet Mulyana :
2009) ;
1. Kebudayaan
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek
kehidupan manusia. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang
diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan
pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
2. Kelas sosial
Pembagian masyarakat ke dalam golongan/kelompok berdasarkan
pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan, dan lokasi
tempat tinggal.
3. Kelompok referensi kecil
Kelompok kecil di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana
seseorang harus bersikap dan bertingkah laku, termasuk dalam tingkah laku
pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok pertemanan,
dll.
4. Keluarga
Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang
menyangkut:
a. Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
b. Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
c. Siapa yang melakukan pembelian.
d. Siapa pemakai produknya.
5. Pengalaman
Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya.
6. Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat
menentukan tanggapan untuk beringkah laku.
7. Sikap dan kepercayaan
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap
penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara
konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai tertentu
yang akan mempengaruhi perilakunya.
8. Konsep diri
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri,
dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.
2.1.3 Penelitian sebelumnya
Dalam pembuatan skripsi ini penulis mempelajari beberapa bahan kajian
dari penelitian yang pernah ada sebelumnya dan sudah dipublikasikan, hal ini
dilakukan sebagai pembelajaran, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut;
 Menurut penelitian Gloria Lariza H.Situmeang (2015) dalam tesis yang
berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
membeli rumah di perumahan BOUGENVILLE Jalan Sei Mencirim
Kecamatan Sunggal” dikatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam mempertimbangkan pembelian unit rumah ada 6 yaitu;
1.Faktor Harga, 2.Faktor Promosi, 3.Faktor Produk, 4.Faktor Pribadi,
5.Faktor Sosial, dan 6.Faktor Fasilitas. Dari analisis faktor dilanjutkan
dengan analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor yang paling
dominan memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian rumah dan
pada tingkat signifikansi α = 5%, faktor harga adalah faktor yang paling
dominan memengaruhi konsumen dalam melakukan niat pembelian rumah
di perumahan Bougenville.
 Menurut penelitian Harminingtayas (2012) dalam jurnal yang berjudul
“Analisis faktor pelayanan, fasilitas, promosi dan lingkungan terhadap
kepuasan penghuni perumahan Permata Puri Ngalian, Semarang”
dikatakan, hasil penelitian faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan. Faktor fasilitas mempunyai pengaruh yang
paling besar disusul oleh faktor lingkungan perumahan yang memengaruhi
niat beli konsumen.
 Menurut penelitian Mustafid (2009), dalam jurnal yang berjudul “Faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian rumah sederhana
di Bandar Lampung” dikatakan, hasil dari analisis yang dilakukan dengan
menggunakan regresi linier berganda adalah bahwa variabel bebas yaitu
harga jual rata-rata produk perusahaan, perusahaan pesaing, dan biaya
promosi mempengaruhi volume penjualan sebesar 64,71% sedangkan
35,29% dipengaruhi oleh faktor lain. Variabel promosi dalam jurnal ini
menjadi sumber rujukan yang ikut memengaruhi niat beli konsumen.
 Menurut penelitian Rizki Nurafdal Mustikarillah (2011) dalam skripsi
yang berjudul “Pengaruh Brand Image terhadap Pengambilan Keputusan
Pembelian Mobil Toyota Rush pada PT.HADJI KALLA di Makasar”
dikatakan, pengaruh Brand Image terhadap niat beli mobil Toyota Rush
tergolong kuat dilihat dari nilai r = 0,780. Selain itu, berdasarkan hasil
perhitungan koefisien korelasi menunjukkan nilai rsquare = 0,608
menunjukkan bahwa sebesar 60,8% pengambilan keputusan dan niat beli
mobil Toyota rush dipengaruhi oleh citra merek produk, sedangkan
sisanya 39,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
 Menurut penelitian Agustinus Primananda (2010) dalam skripsi yang
berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
membeli rumah (studi kasus di perumahan Bukit Semarang Baru,
Semarang)” dikatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
mempertimbangkan pembelian unit rumah ada 4 yaitu; 1.Faktor Harga,
2.Faktor Lokasi, 3.Faktor Bangunan, 4.Faktor Lingkungan. Pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa variabel harga,
lokasi, bangunan, dan lingkungan yang diteliti, secara signifikan
mempengaruhi keputusan pembelian. Sedangkan pada uji f menunjukkan
signifikan < 0,05. Hal ini berarti variable harga, lokasi, bangunan, dan
lingkungan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap niat beli.
Sedangkan koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R2 73,9%.
Artinya, variabel niat beli dapat dijelaskan oleh adanya variabel harga,
lokasi, bangunan, dan lingkungan.
2.2 Kerangka pemikiran
Strategi pemasaran digunakan sebagai alat fundamental yang direncanakan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing
yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran
yang digunakan untuk melayani pasar sasaran. Strategi pemasaran adalah
keseluruhan program perusahaan untuk menentukan target pasar dan memuaskan
konsumen dengan membangun kombinasi elemen terkait, yaitu; Harga (X1),
Fasilitas (X2), Promosi (X3), Citra Merek Produk (X4), Niat Beli (Y). Maka
dari itu, peneliti mencoba menganalisa lebih lanjut dan guna memudahkan suatu
penelitian, dibawah ini digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut;
Harga (X1)
Fasilitas (X2)
Niat Beli (Y)
Promosi (X3)
Citra Merek Produk (X4)
Kerangka Pemikiran Teoritis diatas menjelaskan bahwa Niat Beli (Y)
dipengaruhi oleh 4 faktor yang dirasa penting untuk diteliti lebih lanjut. Faktorfaktor tersebut secara tidak sadar saling berurutan dan berpengaruh penting
sebagai pertimbangan konsumen dalam mempengaruhi niat beli rumah.
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian, dirumuskan
dalam pernyataan yang dapat diuji dan menjelaskan hubungan dua perubah atau
lebih (Hermawan Wasito, 1993). Karena hipotesis masih merupakan jawaban
sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya.
 Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Harga berpengaruh positif terhadap niat beli.
H2 : Fasilitas berpengaruh positif terhadap niat beli.
H3 : Promosi berpengaruh positif terhadap niat beli.
H4 : Citra Merek Produk berpengaruh positif terhadap niat beli.
Download