BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai beberapa teori yang mendasari dilakukannya penelitian ini.
Beberapa teori berkaitan dengan konsep produk yang merupakan obyek penelitian dijabarkan
lebih rinci.
A. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan suatu perangkat yang akan menentukan tingkat
keberhasilan pemasaran bagi perusahaan, dan semua ini ditujukan untuk memberikan
kepuasan pada segmen pasar atau konsumen yang dipilih. Pada hakekatnya bauran
pemasaran (marketing mix) adalah mengelola unsur-unsur marketing mix supaya dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan tujuan dapat menghasilkan dan
menjual produk dan jasa yang dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan konsumen.
Kotler (2000:18) mendefinisikan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran di dalam pasar sasaran.
Bauran pemasaran merupakan variabel-variabel terkendali yang dapat digunakan perusahaan
untuk mempengaruhi konsumen dari segmen pasar tertentu yang dituju perusahaan. Mc
Carthy dalam Kotler (2000:18) mempopulerkan sebuah klasifikasi empat unsur dari alat-alat
bauran pemasaran yang dikenal dengan empat P, yaitu produk (product), harga (price),
tempat (place), promosi (promotion).
B. Pengertian Produk
Produk merupakan bentuk fisik dan nonfisikyang memuat nilai dan manfaat yang di
tawarkan oleh produsen. Kualitas fisik suatu produk dapat diukur dari berbagai hal, yaitu :
bentuk, fitur, kinerja, konforman, keawetan, kehandalan, mudah diperbaiki, gaya dan desain.
Berdasarkan atas pengertian produk tersebut di atas, maka terdapat 3 aspek dari produk yang
perlu diperhatikan agar memudahkan dalam mempelajari strategi produk, adapun 3aspek
produk tersebut adalah:
1.
Produk Formal
Produk formal adalah produk yang merupakan penampilan atau perwujudan dari
produk inti maupun perluasan produknya. Produk formal inilah yang lebih dikenal oleh
kebanyakan pembeli sebagai daya tarik yang tampak langsung di mata konsumen.
Dalam hal ini ada 5 komponen yangterdapat dalam produk formal yaitu :
a.
Desain/bentuk
Menurut Prasetyowibowo (1999:5) desain produk merupakan salah satu unsur
memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh
masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga
terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya.Adapun
pengertian desain produk itu dikemukakan oleh Prawirosentono dalam bukunya
Manajemen Produksi (1996:1) “product design adalah rancang bangun dari suatu
produk (barang) yang akan diproduksi.”
b.
Daya tahan/Mutu
Kotler (2000:748) mendefinisikan mutu produk yakni karakteristik yang
melengkapi fungsi suatu produk dapat berupa bentuk modal atau struktur fisik suatu
produk yang lebih baik dibandingkan dengan produk lain yang sejenis.”
c. Daya tarik/Keistimewaan
Keistimewaan merupakan karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk.
Menjadi yang pertama memperkenalkaan keistimewaan baru merupakan cara
bersaing yang sangat efektif.
d.
Pengemasan/Bungkus
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahya
pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping
pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi.
e.
Nama Merek/Brand name
Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya
untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada
barangg dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya.
Merek yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu merek yang tinggi pada suatu
produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap merek yang
tinggi.
2.
Produk Inti
Produk inti merupakan manfaat inti yang di tampilkan oleh suatuproduk kepada
konsumen dalam memenuhi kebutuhan serta keinginannya. Di samping itu produk inti
dapat memberikan manfaat-manfaat tambahanyang lain lagi kepada konsumen. Manfaat
tambahan di luar produk inti itulahyang di sebut produk yang di perluas atau augmented
product.
3.
Produk menyeluruh
Produk menyeluruh merupakan produk yang diperluas mencakup berbagai
tambahan manfaat yang dapat di nikmati oleh konsumen dari produk inti yang di
belinya. Tambahan manfaat itu dapat berupapemasangan instalasi, pemeliharaan,
pemberian garansi sertapengirimannya. Oleh karena itu apabila produk semakin banyak
manfaat yang ditambahkan yang terkandung dalam suatu produk akan menjamin
keberhasilan produk tersebut di pasar.
C. Lima Tingkatan Produk
Menurut Kotler (2003:408) ada lima tingkatan produk, yaitu core benefit, basic product,
expected product, augmented product dan potential product. Penjelasan tentang kelima
tingkatan produk adalah :
1.
Core benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer really buying)
yaitu manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen.
2.
Basic product (namely a basic version of the product) yaitu bentuk dasar dari suatu
produk yang dapat dirasakan oleh panca indra.
3.
Expected product (namely a set of attributes and conditions that the buyers normally
expect and agree to when they purchase this product) yaitu serangkaian atribut-atribut
produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu
produk.
4.
Augmented product (namely that one includes additional service and benefit that
distinguish the company’s offer from competitor’s offer) yaitu sesuatu yang
membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang
ditawarkan oleh pesaing.
5.
Potential product (namely all of the argumentations and transformations that this
product that ultimately undergo in the future) yaitu semua argumentasi dan perubahan
bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa datang.
D. Daur Hidup Produk
Menurut Swastha (1984:127-132), daur hidup produk terdiri dari empat tahap, yaitu:
1.
Tahap perkenalan(introduction)
Pada tahap ini produk tersebut baru diperkenalkan oleh perusahaan kepada masyarakat.
Ciri khusus tahap ini adalah pertumbuhan penjualan yang lamban dan labanya masih
rendah atau terkadang rugi. Rendahnya laba atau kerugian itu disebabkan karena harus
menutupi biaya promosi dan distribusi yang tinggi. Padahal tingkat penjualan masih
relatif rendah.
2.
Tahap pertumbuhan(growth)
Pada tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap perkenalan yang berhasil. Pada
tahap ini ditandai atau mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Para pemakai awal mengadakan pembelian ulang dan diikuti oleh pembeli-pembeli
potensi.
b. Tingkat laba tinggi, sehingga menarik pesaing masuk dalam bisnis.
c. Harga tetap atau sedikit naik untuk melawan pesaing atau mendidik pasar.
d. Penjualan meningkat secara tajam, sehingga jumlah laba meningkat.
3.
Tahap Kedewasaan(maturity)
Tahap ini menunjukkan adanya masa kejenuhan. Pada tahap ini periklanan dan
promosi dagang diintensifkan, anggaran R & D ditambah dengan maksud agar
menemukan produk dengan versi yang lebih baru.
4.
Tahap penurunan(decline)
Pada tahap ini masyarakat sudah tidak lagi menyenangi produk tersebut sehingga
penjualan akan merosot tajam.
E. Dimensi Kualitas Produk
Menurut Mullins (2005:422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan
kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang
digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut
dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1.
Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah
produk.
2.
Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan
bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian
konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3.
Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari
konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4.
Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan
fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5.
Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan
terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6.
Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat
dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7.
Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa
konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan.
Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan,
reputasi, dan negara asal.
F. Faktor Penyebab Produk Cacat
Menurut Jiwa (2009), penyebab suatu produk dikatakan cacat ada tiga kategori, yaitu :
1.
Cacat produk atau manufaktur
Cacat yang paling tidak diharapkan oleh konsumen karena cacat jenis ini dapat
membahayakan harta benda, kesehatan, atau jiwa konsumen.
2.
Cacat desain
Salah satu hal yang merugikan bagi konsumen apabila desain dari produk yang
digunakan oleh konsumen tidak dipenuhi sebagaimana mestinya.
3.
Cacat instruksi atau peringatan
Cacat produk akibat tidak dilengkapi dengan peringatan-peringatan tertentu atau
instruksi penggunaan tertentu. Tanggung jawab atas cacat peringatan ini secara tegas
dibebankan kepada produsen, tetapi dengan syarat-syarat tertentu beban tanggung jawab
juga dapat dibebankan kepada pelaku usaha lainnya seperti importir produk, distributor,
atau pedagang pengecernya.
G. Cara Mengatasi Produk yang Cacat
Cara mengatasi produk yang cacat menurut S.P., R. Phenter, dan Safa, Faisal, (2004)
adalah dengan pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas bukan berarti bahwa kualitas
produk yang dikendalikan melainkan mengendalikan proses produksi agar kecacatan produk
yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan kembali. Pengendalian kualitas itu sendiri
bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sebuah perusahaan dengan
cara mengurangi faktor kesalahan, cacat produk, kegagalan, dan ketidaksesuaian spesifikasi.
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bauran Pemasaran
1.
2.
3.
4.
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Faktor-faktor
penyebab produk
mengalami
kecacatan.
Ga
Meminimalisir kain hasil
produksi yang rusak dan
tingkat pemesanan kain dari
konsumen juga semakin
meningkat
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Gambar alur pemikiran 2.1 di atas menjelaskan tentang poin-poin dari bauran pemasaran
yakni produk, harga, tempat dan distribusi.Di dalam penulisan tugas akhir ini, penulis
mengambil poin yang pertama yakni produk. Produk di sini yang dimaksud adalah produk
yang rusak atau cacat.
Di dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab
mengapa kain yang diproduksi bisa rusak atau cacat. Selanjutnya problem ini perlu diteliti
agar ke depannya perusahaan dapat meminimalisir terjadinya kain yang rusak dan juga dapat
meningkatkan jumlah pemesanan kain dari konsumen.
Download