BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Modal Kerja 2.1.1.1. Pengertian Modal Kerja Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari – hari. Pengertian modal kerja menurut beberapa ahli, antara lain : a. Menurut Sawir ( 2005 : 129 ) ” Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari – hari ”. b. Menurut Sofyan Safri Harahap ( 2001 : 288 ) ” Modal kerja adalah aktiva lancar dikurang hutang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan terhadap aktiva tidak lancar atau untuk membayar hutang tidak lancar”. c. Menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 57 ) terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu : 1). Konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur – unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja bruto ( gross working capital ), 8 Universitas Sumatera Utara 9 2). Konsep kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar – benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih ( net working capital ), 3). Konsep fungsional. Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan ( income ). Pada dasarnya dana – dana yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini ( current income ) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. 2.1.1.2. Jenis – Jenis Modal Kerja Menurut Kamaruddin Ahmad ( 2002 : 04 ) modal kerja dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut: a. Modal kerja permanen ( permanent working capital ) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam : 1). Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontiniuitas usahanya, 2). Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal, b. Modal kerja variabel ( variabel working capital ) yaitu moda kerja yang jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahaan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain : 1). Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah disebabkan karena fluktuasi musim, 2). Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur, 3). Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah – ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya ( misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak ). Universitas Sumatera Utara 10 Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga terjadi dana yang menganggur, tetapi jumlah modal kerja terlalu kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan. 2.1.1.3. Fungsi Modal Kerja Beberapa fungsi modal kerja antara lain adalah sebagai berikut : a. Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan, b. Modal kerja yang cukup kemungkinan perusahaan untuk membayar semua hutang lancar tepat pada waktunya, c. Modal kerja yang cukup kemungkinan perusahaan ” credit standing ” perusahaan yaitu peniliaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan untuk memelihara kredit. 2.1.1.4. Sumber Modal Kerja Menurut Sofyan Safri Harahap ( 2001 : 288 ) menyatakan bahwa : ”Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam hutang jangka panjang dan modal Universitas Sumatera Utara 11 sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang naik”. Sumber – sumber modal kerja menurut Munawir ( 2002 : 120 ) adalah sebagai berikut : a. Hasil operasi perusahaan yaitu jumlah laba bersih yang nampak dalam laporan laba – rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan dan laba dari perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan, maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. b. Keuntungan dari penjualan surat – surat berharga. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja. c. Penjualan aktiva tidak lancar. Modal kerja dapat bertambah dari penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dan aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar penjualan tersebut. d. Penjualan saham atau obligasi untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat pula mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Dari uraian tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa sumber sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah : 1). Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham, 2). Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi, Universitas Sumatera Utara 12 3). Ada penambahan hutang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya. Sedangkan penggunaan – penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut : a). Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan, b). Pembayaran hutang – hutang jangka panjang, c). Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap. 2.1.1.5. Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja ( working capital turnover period ) dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen – komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing – masing komponen modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Perputaran Modal kerja = Penjualan x 100% AktivaLancar − Hu tan gLancar Universitas Sumatera Utara 13 2.1.2. Return Spread Return spread adalah selisih antara profitabilitas perusahaan dengan suku bunga bank jika spread tersebut tinggi maka likuiditas juga tinggi. Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang lebih besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dananya untuk mendanai kegiatan investasinya dari pada menanam dananya di bank. Kegiatan investasi tersebut pada umumnya memerlukan dana yang relatif besar, dan perusahaan harus menyediakan dana untuk itu jika tidak ingin memperbesar ketergantungannya pada dana eksternal. Jika spread tinggi maka manajer akan mempertinggi lukuiditas agar dana yang berada di kas juga tinggi, dengan harapan dana tersebut akan dapat digunakan untuk mendanai investasi ketika suatu saat diperlukan, karena dengan melakukan investasi tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dananya hanya disimpan di bank. Return spread merupakan selisih antara return yang dihasilkan oleh aset perusahaan dengan return aset bebas resiko. Formula yang digunakan untuk menghitung return spread adalah : Return spread = return aset yang dihasilkan perusahaan (ROA) – return bebas resiko ( Suku Bunga SBI) Universitas Sumatera Utara 14 2.1.3. Likuiditas 2.1.3.1. Pengertian Likuiditas Likuiditas adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, besarnya perbandingan atau rasio terbaik antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah sekitar 2:1. Angka tersebut tidaklah mutlak, besarnya ratio dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan kebijakan keuangan masing-masing. Menurut Munawir ( 2002 : 31 ) mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut : ” Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 25 ), tentang masalah likuiditas menyatakan bahwa : ” Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat – alat pembayaran ( alat – alat likuid ) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban fanancialnya yang harus segera dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ” likuid ”, artinya perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Tetapi apabila terjadi sebaliknya, berarti perusahaan dalam keadaan ” ilikuid ”. Universitas Sumatera Utara 15 2.1.3.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Pengukuran likuiditas dilakukan dengan membandingkan harta lancar dengan hutang lancar. Faktor – faktor yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut : a. Besarnya investasi pada harga tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang. Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Kalau makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk harta tetap, maka sisanya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit sehingga rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan harta tetap yang meningkat. b. Volume kegiatan perusahaan Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang – hutang. Tetapi jika hal – hal lain tetap, investasi jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan. Universitas Sumatera Utara 16 c. Pengendalian harta lancar Apabila pengendalian kurang baik terhadap besarnya investasi dalam persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang. Kesimpulannya ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian investasi semacam itu akan dapat memperbaiki rasio likuiditas. Memperbaiki likuiditas hanya dapat dilaksanakan dengan : 1). .Menambah lebih banyak dana jangka panjang, baik dari pemegang saham ataupun dengan pinjaman, 2). Mengembalikan posisi investasi dengan menjual beberapa harta tetap, 3). Mengatur harta lancar secara lebih efisien. 2.1.3.3. Cara Meningkatkan Tingkat Likuiditas Menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 28 ), apabila kita mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat ukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut : a. Dengan hutang lancar ( current liabilities ) tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar ( current assets ), b. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah hutang lancar, c. Dengan mengurangi jumlah hutang lancar bersama – sama dengan mengurangi aktiva lancar. Hal ini dapat berlaku jika current ratio itu lebih dari satu. Universitas Sumatera Utara 17 2.1.3.4. Rasio Likuiditas Untuk dapat mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan dipergunakan analisis rasio likuiditas. Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2001 : 301 ) mengemukakan bahwa : ” Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio – rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos – pos aktiva lancar dan hutang lancar”. Berikut adalah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan : a. Rasio Lancar ( Current Ratio ) Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar Rasio Lancar = x 100% Hutang Lancar Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban – kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apakah rasio lancar Universitas Sumatera Utara 18 ini 1 : 1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar. b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid (cepat). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = x 100% Hutang Lancar c. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan dapat segera diuangkan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kas + Efek Rasio Kas = x 100% Hutang Lancar Universitas Sumatera Utara 19 2.1.4. Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Return Spread terhadap Likuiditas Menurut Munawir ( 2001 : 31 ) menyatakan bahwa ” Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangan pada saat ditagih ”. Menurut Ahmad ( 2002 : 7 ) menyatakan bahwa ” Periode perputaran modal kerja ( working capital turnover period ) dihitung sejak suatu kas diinvestasikan dalam komponen – komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas ”. Sedangkan menurut Djarwanto ( 2004 : 149 ) menyatakan bahwa ” Perusahaan dikatakan mempunyai posisi likuiditas yang kuat apabila mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan yang normal ”. Dari teori di atas dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Semakin cepat perputaran modal kerja, semakin baik tingkat likuiditas perusahaan karena tersedia aktiva lancar untuk membayar hutang lancar tepat pada waktunya. Return spread berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas, hal ini berarti semakin tinggi return spread antara return aktiva bebas resiko dengan return aktiva maka likuiditas perusahaan juga akan semakin tinggi. Universitas Sumatera Utara 20 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti ( Tahun ) Novrida Fransisca S. Judul Variabel Pengaruh perputaran modal kerja, Investasi aktiva tetap dan return spread terhadap likuiditas perusahaan industri barang konsumsi yang Go Public di Indonesia - Independen : Perputaran modal kerja, Investasi aktiva tetap, Return spread - Dependen : Likuiditas Christine Sinar Pengaruh Yosephine ( perputaran 2009 ) modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Hendra Perputaran Pandapotan modal kerja dan Sinaga ( 2011 ) return spread terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di BEI - - Independen Perputaran modal kerja Dependen Likuiditas Hasil - Secara parsial perputaran modal kerja dan aktiva tetap berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan. -Secara parsial return spread tidak berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. : - Secara Parsial perputaran modal kerja : berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. - Indenpenden : Perputaran modal kerja, return spread Dependen : Likuiditas perusahaan Secara parsial perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan. - Secara parsial return spread tidak Universitas Sumatera Utara berpengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan. 21 2.3. Kerangaka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 Modal Kerja ( X1 ) Return Spread (X2 ) H2 Likuiditas Perusahaan (Y) H3 Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual Keterangan : Variabel X1 : Perputaran modal kerja Variabel X2 : Return Spread Variabel Y : Likuiditas Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan Universitas Sumatera Utara menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel terikat. 22 Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Perputaran modal kerja yang semakin cepat berarti semakin efisien penggunaan total aktiva tersebut. Volume penjualan yang dicapai akan mempengaruhi perputaran modal kerja perusahaan. Semakin banyak penjualan yang dilakukan, berarti semakin tinggi pula jumlah kas atau piutang yang diperoleh. Itu berarti akan semakin tinggi jumlah total aktiva lancar. Jika total aktiva lancar bertambah tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikipun akan semakin tinggi, dengan kata lain semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan. Return spread adalah selisih antara profitabilitas perusahaan dengan suku bunga bank jika spread tersebut tinggi maka likuiditas juga tinggi. Pada kondisi spread tinggi berarti perusahaan memperoleh profit yang lebih besar dibanding suku bunga bank, artinya perusahaan lebih baik menggunakan dananya untuk mendanai kegiatan investasinya dari pada Universitas Sumatera Utara menanam dananya di bank. Kegiatan investasi tersebut pada umumnya memerlukan dana yang relatif besar, dan perusahaan harus menyediakan dana untuk itu jika tidak ingin memperbesar ketergantungannya pada dana 23 eksternal. Jika spread tinggi maka manajer akan mempertinggi lukuiditas agar dana yang berada di kas juga tinggi, dengan harapan dana tersebut akan dapat digunakan untuk mendanai investasi ketika suatu saat diperlukan, karena dengan melakukan investasi tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang lebih tinggi jika dibandingkan dananya hanya disimpan di bank. Hal ini berarti return spread mempengaruhi likuiditas perusahaan. 2.3.2. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan. H2 : Return spread berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan. H3 : Perputaran modal kerja dan return spread berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Universitas Sumatera Utara