11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan.
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri atas tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainuntuk mencapai tujuan
tertentu (Sudarwan dan Danim, 2010:18). Melalui manajemen yang baik, daya guna
dan hasil guna unsur-unsur manajemen tersebut akan dapat ditingkatkan.
Manajemen menurut Yohannes (2006:1) adalah seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tidak berbeda jauh dengan pendapat sebelumnya, Hasibuan (2006:1)
mengartikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Secara prinsip dapat dilihat bahwa pada kenyataannya manajemen merupakan
kombinasi ilmu dan seni dalam berbagai proporsi yang berubah-ubah. Konsep
manajemen merupakan suatu konsep yang mencerminkan adanya kebiasaan yang
dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam organisasi.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Sastrohadiwiryo (2005:25-26) mengungkapkan lima fungsi manajemen yang
terdiri dari:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses dari rangkaian kegiatan untuk menetapkan terlebih
dahulu tujuan yang diharapkan pada suatu jangka waktu tertentu atau periode
waktu yang telah ditetapkan, serta tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tersebut.
11
12
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok
pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta
pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.
3. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah satu rangkaian kegiatan untuk memberi petunjuk atau
instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau beberapa bawahan, atau
kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pemotivasian (Motivating)
Pemberian motivasi adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan yang seorang
manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan kegairahan kerja serta
dorongan kepada karyawan untuk dapat melakukan suatu kegiatan sebagaimana
yang diharapkan.
5. Pengendalian (Controlling)\
Pengendalian adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk mengusahakan
agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui. Dengan demikian, apabila ada
kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan tahapan, perlu diadakan suatu
tindakan perbaikan (corrective action).
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Banyak para pakar mencoba mendefinisikan arti dari manajemen sumber daya
manusia. Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya adalah suatu prosedur
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan
dengan orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada
saat organisasi memerlukannya (Stoner, Freeman, dan Gilbert, 2005). Sedangkan
menurut Hasibuan (2006: 10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
13
Saat ini, sumber daya manusia semakin berperan besar dalam kesuksesan sebuah
organisasi. Hal ini tidak terlepas karena pertama, sumber daya manusia
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi-sumber daya manusia merancang
dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan produk,
mengalokasikan sumber daya finansial, serta menentukan seluruh tujuan dan strategi
organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran utama organisasi
dalam menjalankan bisnis. Seperti yang dikatakan oleh Simamora (2004:4-5),
manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok
karyawan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber
daya manusia merupakan fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam era
globalisasi sebagai unsur yang penting dan mutlak serta dianalisis dan dikembangkan
dengan cara tertentu dimana waktu, tenaga, dan kemampuannya benar-benar dapat
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun bagi kepentingan
individu.
2.2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia memiliki fungsi yang sangat luas. Menurut
Hasibuan (2006:21) fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi fungsi
manajerial dan funsi operasional yang terdiri dari:
1. Fungsi-fungsi Manajerial
a. Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja
secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam
membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan
program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi,
pengintergrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhetian karyawan.
Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan, masyarakat.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi setiap
karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
14
wewenang, intergrasi dan koordinasidalam bagan organisasi (organization
chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerja sama dan bekerja efektif secara efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua
tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan,
agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai rencana.
Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan
dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran,
kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga
situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi-fungsi Operasional
a. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan
orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan
yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun
masa depan.
c. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah
adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan
15
dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah
minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
d. Pengintergrasian
Pengintergrasian (intergration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,
karyawan
dapat
memenuhi
kebutuhan
dari
hasil
pekerjaannya.
Pengintergrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen
sumber daya manusia, karena mempersatukan dan kepentingan yang bertolak
belakang.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memlihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik akan
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
f. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini oleh keinginan karyawan, keinginan
perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebs-sebab lainnya.
2.3 Kompensasi
2.3.1 Pengertian Kompensasi
Sistem kompensasi yang efektif merupakan bagian penting dari manajemen
sumber daya manusia dalam sebuah perusahan. Hal ini dikarenakan kompensasi
dapat membantu menarik dan mempertahankan pekerja-pekerja yang berbakat.
Kompensasi adalah bentuk pembayaran dalam bentuk manfaat dan insentif untuk
memotivasi karyawan agar produktivitas kerja semakin meningkat (Yani, 2012:139).
Pendapat lain dikemukakan oleh Hasibuan (2005:133) yang menyatakan bahwa
kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau
tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan.
16
Lebih lanjut, Martoyo (2007:114) menyebutkan bahwa dalam suatu organisasi
pengaturan kompensasi merupakan faktor yang penting untuk dapat menarik,
memelihara, maupun mempertahankan tenaga kerja bagi kepentingan organisasi
yang bersangkutan. Menurut Garry Dessler yang dikutip Subekhi (2012:175)
kompensasi karyawan merupakan bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan
kepada karyawan dan timbil dari diperkerjannya karyawan itu. Kompensasi
wujudnya dapat bersifat finansial maupun nonfinansial. Pada dasarnya adalah suatu
wujud penghargaan atas jasa seseorang pada organisasi yang bersangkutan.
Pemberian suatu kompensasi akan dapat meningkatkan atau pun menurunkan
prestasi kerja, kepuasan kerja, maupun motivasi karyawan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa kompensasi
adalah segala sesuatu yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan baik dalam
bentuk uang sebagai ganti kontribusi yang telah diberikan oleh karyawan untuk
bekerjasama mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain kompensasi adalah
faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang–orang bekerja
pada suatu perusahaan.
2.3.2 Tujuan Pemberian Kompensasi
Pada dasarnya, Tujuan pemberian kompensasi adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup karyawan dalam menjalankan kehidupannya sehari- hari dan untuk
memberikan dukungan maupun motivasi baik moral maupun moril kepada karyawan
agar tetap semangat dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga karyawan mampu
menghasilkan atau menciptakan kinerja yang baik ataupun prestasi yang baik pula.
Ambar (2009:261) berpendapat bahwa tujuan dari kompensasi antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi.
2. Mendorong peningkatan produktivitas kerja.
3. Peningkatan kompensasi dengan kesuksesan organisasi.
4. Memikat pegawai dalam menahan pegawai yang kompeten.
Tidak berbeda jauh dari tujuan kompensasi sebelumnya, Hasibuan (2008:120)
mengemukakan bahwa kompensasi atau balas jasa umumnya bertujuan untuk
kepentingan perusahaan, karyawan dan pemerintah/masyarakat. Supaya tercapai dan
memberikan kepuasan bagi semua pihak hendaknya program kompensasi
berdasarkan prinsip adil dan wajar, undang- undang perburuhan serta memperhatikan
17
konsistensi inetrnal dan eksternal. Secara detail tujuan kompensasi tersebut antara
lain (2008:121):
1. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal anatara
majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan
baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
2. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik,
status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari
jabatannya.
3. Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
bawahannya.
5. Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.
6. Disiplin
Pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik.
Mereka akan menyadari dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku.
7. Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya
8. Pengaruh Pemerintah
Jika program sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti
batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
18
2.3.3 Jenis-Jenis Kompensasi
Menurut Nawawi (2005:316) secara garis besar kompensasi dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
Kompensasi Langsung
Penghargaan/ganjaran yang disebut gaji atau upah, yang dibayar secara tetap
berdasarkan tenggang waktu yang tetap.
2.
Kompensasi Tidak Langsung
Pemberian bagian keuntungan/manfaat bagi para pekerja di luar gaji atau upah
tetap, dapat berupa uang atau barang.
3.
Insentif
Penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar
produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaktu-waktu.
Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Syaifullah (2005:9) membagi kompensasi
menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Kompensasi berdasarkan bentuknya, terdiri atas kompensasi finansial dan
kompensasi nonfinansial.
Kompensasi finansial langsung terdiri atas bayaran (pay) yang diperoleh
seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, atau komisi. Sedangkan kompensasi
finansial tidak langsung yang merupakan tunjangan, meliputi semua imbalan
finansial yang tidak mencakup dalam kompensasi finansial langsung seperti
program asuransi tenaga kerja (jamsostek), pertolongan sosial, pembayaran biaya
sakit (berobat), cuti dan lain-lain.
Kompensasi nonfinansial merupakan imbalan dalam bentuk kepuasan
seseorang yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan baik
secara fisik atau psikologis dimana orang tersebut bekerja. Ciri dari kompensasi
nonfinansial ini meliputi kepuasan yang didapat dari pelaksanaan tugas-tugas
yang bermakna yang berhubungan dengan pekerjaan.
2. Kompensasi berdasarkan cara pemberiannya, terdiri atas kompensasi langsung
dan kompensasi tidak langsung.
Dalam kompensasi langsung, imbalan moneter diberikan oleh pengusaha.
Gaji pokok dan gaji variabel merupakan bentuk paling umum dari kompensasi
langsung ini. Kompensasi tidak langsung biasanya terdiri dari tunjangan
karyawan.
19
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Hasibuan (2008:12-129), faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya
kompensasi antara lain:
1. Penawaran dan Permintaan
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan perkerjaan
(permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih
sedikit daripada lowongan pekerjaan maka kompensasi relatif semakin besar.
2. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik,
maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika
kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang, maka tingkat
kompensasi relatif kecil.
3. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh
maka tingkat kompensasi relatif kecil.
4. Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan
semakin besar. Sebaliknya kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka
kompensasinya kecil.
5. Pemerintah dengan Undang-undang dan Keppres Pemerintah dengan Undangundang dan Keppres menetapkan besarnya batas upah/balas jasa minimum.
Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha tidak sewenangwenang menetapkan besarnya
balas jasa bagi karyawan. Pemerintah
berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang.
6. Biaya Hidup/Cost of living
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah semakin
besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah maka tingkat
kompensasi/upah relatif kecil. Seperti tingkat upah di Jakarta lebih besar dari di
Bandung, karena tingkat biaya hidup di Jakarta lebih besar daripada di Bandung.
7. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/kompensasi
lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan yang lebih rendah
20
akan memperoleh gaji/kompensasi yang kecil. Hal ini wajar karena seseorang
yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang besar harus mendapatkan
gaji/kompensasi yang lebih besar pula.
8. Pendidikan dan Pengalaman Kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas
jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik.
Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang
kurang maka tingkat gaji/kompensasinya kecil.
9. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat
upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full
employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju (depresi) maka
tingkat upah rendah, karena terdapat banyak penganggur (unemployment).
10. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko (finansial,
keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar karena
membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika
jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan risiko (finansial, kecelakaannya) kecil,
tingkat upah/balas jasanya relatif rendah. Misalnya, pekerjaan merakit komputer
balas jasanya lebih besar daripada mengerjakan mencetak batu bata.
2.3.5 Tahap-Tahap Penetapan Kompensasi
Perusahaan dalam menetapkan upah karyawan diperlukan beberapa tahapan yang
harus dilalui. Menurut Rivai (2005:366), tahapan–tahapan menetapkan kompensasi
adalah:
1. Mengevaluasi tiap pekerjaan dengan menggunakan informasi analisis pekerjaan,
untuk menjamin keadilan internal yang didasarkan pada nilai relatif setiap
pekerjaan.
2. Melakukan survei upah dan gaji untuk menentukan keadilan eksternal yang
didasarkan pada upah pembayaran dipasar kerja.
3. Menilai harga tiap pekerjaan untuk menentukan pembayaran upah yang
didasarkan pada keadilan internal dan eksternal.
21
Sedangkan Dessler (2005:425) berpendapat terdapat ada lima tahapan yang perlu
dilalui perusahaan sebelum menetapkan tingkat upah karyawan yaitu:
1. Adakan survei gaji.
2. Menetapkan nilai masing- masing pekerjaan melalui evaluasi kerja.
3. Mengelompokkan pekerjaan- pekerjaan yang serupa ke dalam
Jenjangnya (paygrades).
4. Menetapkan harga masing- masing paygrades melalui kurva gaji.
5. Menyempurnakan tingkat upah.
2.4 Budaya Organisasi
2.4.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi cenderung bersifat nonformal atau tidak tertulis dan tidak
langsung tetapi mempunyai peranan penting sebagai cara berpikir, menerima
keadaan dan merasakan sesuatu dalam perusahaan tersebut. Wirawan (2007:10)
menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan norma, nilai-nilai, asumsi,
kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi dan sebagainya yang dikembangkan
dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota baru serta diterapkan
dalam aktivitas organisasi dalam mempengaruhi pola pikir, sikap, dan prilaku
anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan
mencapai tujuan organisasi.
Definisi
budaya
organisasi
menurut
Mangkunegara
(2008:113)
adalah
seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan
dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya
untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Sedangkan
menurut Drucker yang dikutip oleh Tika (2006:4), budaya organisasi adalah pokok
penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan
secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian diwariskan kepada anggotaanggota baru berbagai cara sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan
dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait seperti diatas.
Menurut Goldhear yang dikutip oleh Wiryanto (2005:55), sebuah organisasi
sekurang-kurangnya harus meliputi empat pendekatan antara lain:
22
1. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan
metode-metode ilmiah dalam meningkatkan produktifitas.studi pengendalian
secara ilmiah memungkinkan manajemen mengidentifikasi cara-cara atau alat
untuk meningkatkan produktifitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan
keuntungan.
2. Pendekatan Hubungan Antar Manusia
Pendekatan hubungan antar manusia berkembang sebagai reaksi terhadap
perhatian eksklusif faktor fisik dalam mengukur keberhasilan organisasi.salah
satu asumsi dasar pendekatan hubungan antar manusia adalah kenaikan
kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktifitas.Seorang karyawan
yang bahagia adalah karyawan yang produktif.Oleh karena itu, fungsi
manajemen adalah menjaga agar karyawan terus merasa puas.
Pemimpin
menciptakan
norma-norma
dan
para
anggota
kelompok
mengikutinya gilirannya mempengaruhi pekerkja,sehingga mereka merasa
senang dan akan menjadi produktif.Pendekatan hubungan antar manusia sangat
menghargai pemimpin demokratis. Pemimpin tipe ini mendorong anggotanya
untuk berpartisipasi dalam menjalankan organisasi dengan memberikan saransaran,umpan balik, dan menyelesaikan masalah dan keluhan mereka
sendiri.Semua anggota organisasi harus berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan yang pada akhirnya mempengaruhi mereka.Komunikasi merupakan
salah
satu
alat
penting
manajemen
dalam
usaha
mencapai
hasil
tersebut.Pendekatan hubungan antar manusia mengakui pentingnya kelompok
sosial,informal didalam organisasi dan memberikan pertimbangan khusus
kepada komunikasi antar pribadi di dalam sub kelompok organisasi itu.
3. Pendekatan System
Pendekatan sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari pendekatan
ilmiah dengan pendekatan hubungan antar manusia.Pendekatan ini memandang
manusia sebagai suatu sistem, dimana semua bagian berinteraksi dan setiap
bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi di pandang sebagai suatu
sistem yang terbuka terhadap informasi baru, responsive terhadap lingkungan,
bersifat dinamis dan selalu berubah.
23
Pendekatan sistem menganggap sebagai bahwa kedua faktor, yakni faktor
fisik dan psikologis sebagai pendekatan manajemen ilmiah, adalah penting,
setiap faktor mempemgaruhi faktor lainnya, semua harus dipertimbangkan jika
menginginkan organisasi dapat berfungsi dengan baik.dalam pendekatan ini,
komunikasi membuat sistem tersebut vital dan tetap hidup. Bila suatu sistem
harus bertahan, maka semua bagian-bagiannya harus dikoordinasikan dan dan
semua kegiatannya disinkronkan. Komunikasi akan menguhubungkan berbagai
bagian lainnya dan mengasilkan ide baru.
4. Pendekatan Budaya
Pendekatan budaya adalah pendekatan kontemporer tentang organisasi.
Pendekatan budaya beranggapan bahwa perusahaan harus dipandang sebagai
suatu kesatuan sosial atau budaya. Pada umumnya suatu kelompok atau kultur
sosial selalu memiliki peraturan seperti : perilaku,peran dan nila-nilai.Demikian
pula halnya suatu organisasi. Oleh karena itu organisasi harus mengidentifikasi
jenis kultur,norma-norma atau nilai-nilai yang dianutnya. Tujuan dan analisis ini
adalah
nuntuk
memanahmi
bagaimana
organisasi
mempengaruhi
dan
dipengaruhi oleh anggotanya dalam budaya organisasi tersebut.
Persefektif budaya memandang organisasi dan para pekerjanya memiliki
seperangkat nilai-nilai dan tujuan yang sama. Seperti halnya warga negara di
dalam sebuah negara.Demikian pula halnya para pekerja menyumbangkan
pertumbuhan dan kemakmuran organisasi. Bagaimana pun juga para pekerja
akan menikmati pertumbuhan dan kemakmuran tersebut. Moral produktifitas
pekerja berkaitan erat satu sama lain.Keduanya tidak merupakan tujuan yang
terpisah tetapi secara integral berkaitan.
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para tokoh mengenai budaya
organisasi terdapat unsur-unsur dalam budaya organisasi, yaitu pertama pedoman
yang dianut dimana pedoman mengandung nilai-nilai yang telah lama berlaku dan
disepakati oleh para anggota suatu organisasi. Kedua, budaya organisasi sebagai
pedoman dalam mengatasi masalah eksternal maupun internal. Ketiga, pewarisan
dan adaptasi. Budaya dalam organisasi diwariskan kepada anggota baru sebagai
pedoman mereka untuk bertindak dan berperilaku.
24
2.4.2 Tipe Budaya Organisasi
Kreitner dan Kinicki (2006:85) mengemukakan adanya tiga tipe umum budaya
organisasi yaitu:
1. Constructive Culture
Di mana pekerja didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan bekerja pada
tugas dan proyek dengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan
kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung
keyakinan normatif terkait dengan prestasi, aktualisasi diri, dorongan
kemanusiaan, dan afiliasi.
2. Passive-defensive culture
Mempunyai karakteristik menolak keyakinan bahwa pekerja harus berinteraksi
dengan orang lain dengan cara yang tidak menantang keamanan kerja mereka
sendiri. Budaya ini memperkuat keyakinan normatif dikaitkan dengan penilaian,
kebiasaan, ketergantungan dan penghindaran.
3. Aggresive-defensive culture
Mendorong pekerja mendekati tugas dengan cara memaksa dengan maksud
melindungi status dan kemanan kerja mereka. Tipe budaya ni lebih mempunyai
karakteristik keyakinan normatif mencerminkan oposisi, kekuatan, kompetitif
dan perfeksionis.
Berbeda dengan tipe di atas, Kusdi (2011:73) mengutip pernyataan Denison
mengemukakan ada 4 (empat) tipe budaya organisasi antara lain:
1. Kultur Adaptif
Dicirikan oleh fokus strategis pada lingkungan eksternal, di mana organisasi
mengandalkan fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan tuntutan konsumen.
2. Kultur Misi
Memfokuskan strateginya pada lingkungan eksternal, tetapi tidak memerlukan
perubahan cepat dan responsif terhadap perubahan kebutuhan konsumen.
3. Kultur Keterlibatan
Kultur organisasi yang fokus strategisnya adalah lingkungan internal, yaitu
membangun keterlibatan dan partisipasi anggota-anggota organisasi walaupun
lingkungan eksternal yang dihadapi sesungguhnya selalu berubah dengan cepat.
4. Kultur Konsistensi
Memiliki fokus strategis internal dan menikmati lingkungan yang relatif stabil.
25
2.4.3 Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi budaya organisasi menurut Sutrisno (2011:10) mengutip pernyataan
Robbins adalah sebagai berikut:
1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya kerja
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi.
3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu
yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.
4. Budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Selanjutnya dalam bukun Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan, Tika (2006:14) menyatakan terdapat sepuluh fungsi utama budaya
organisasi.
1. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain.
Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu
organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain.
2. Sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini
merupakan bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Mereka
bangga sebagai seorang pegawai suatu organisasi atau perusahaan. Para pegawai
mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan memiliki rasa tanggung jawab atas
kemajuan perusahaannya.
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan dimana
lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan
diatur secara efektif.
4. Sebagai mekanisme dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku
anggota-anggota
organisasi.
Dengan
dilebarkannya
mekanisme
control.
Didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya anggota
organisasi oleh organisasi, maka bersama yang diberikan oleh suatu budaya
yang kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan kearah yang sama.
5. Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan integrator karena adanya
sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya
perusahaan-perusahaan besar dimana dimana setiap unit terdapat sub budaya
baru.
26
6. Membentuk perilaku bagi anggota-anggota organisasi. Dimaksudkan agar
anggota-anggota organisasi dapat memahami bagaimana mencapai suatu tujuan
organisasi.
7. Sebagai saran untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi. Budaya
organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkunagn
eksternal dan masalah integrasi internal.
8. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pemasaran, stegmentasi pasar,
penentuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut.
9. Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat
komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antar anggota
organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek- aspek
komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat material dan
perilaku.
10. Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi bisa menjadi penghambat
dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu
mengatasi maslah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi
internal.
2.4.4 Karakteristik Budaya Organisasi
Karakteristik-karakteristik budaya organisasi menurut Robbin yang dikutip oleh
Tika (2006:10) adalah:
1. Inisiatif Individual
Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dipunyai
setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat, inisiatif individual
tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang
menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau
perusahaan.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi
kepada anggota atau para pegawai agar dapat bertindak agresif dan inovatif
untuk memajukan organisasi atau perusahaan serta berani mengambil resiko
terhadap apa yang dilakukannnya.
27
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan
harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi
ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat
mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
Kekompakan unsur-unsur tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas
pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan, serta dukungan yang jelas
terhadap bawahan.
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peeaturan atau norma- norma
yang berlaku didalam suatu organisasi atau perusahaan.
7. Identitas
Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan
dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan
bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.
8. Sistem imbalan
Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi dan sebagainya)
didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas, sikap
pilih kasih, dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
Sejauh mana para karyawan atau pegawai di dorong untuk mengembangkan
konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena
yang sering terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Namun, perbedaan
pendapat dan kritik tersebut bias digunakan untuk melakukan perbaikan atau
perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
28
10. Pola komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola
komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.
2.5 Kompetensi
2.5.1 Pengertian Kompetensi
Istilah kompetensi menurut Webster Dictionary mulai muncul pada Tahun 1596.
Istilah ini diambil dari kata latin “Competere” yang artinya “to be suitabel”.
Kemudian ini secara sunstansial mengalami perubahan dengan masuknya berbagai
isu dan pembahasan mengenai konsep kompetensi dari berbagai literatur. Pengertian
kompetensi menurut Wibowo (2007:86) adalah keterampilan atau pengetahuan yang
dicirikan oleh profesionalisme dalam bidang tertentu sebagai sesuatu yang
terpenting, sebagai unggulan di bidang tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya, Dharma (2005:102) mengutip
perkataan Amstrong mengartikan kompetensi sebagai dimensi prilaku dari sebuah
peran atau prilaku yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan
pekerjaannya secara memuaskan. Spencer dan Spencer (dalam Wibowo, 2007:87)
menyatakan bahwa kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan
mengindikasikan cara berprilaku atau berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung
untuk periode waktu cukup lama. Kompetensi terletak pada bagian dalam setiap
manusia dan selamanya ada pada kepribadian seseorang yang dapat memprediksikan
tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan tugas pekerjaan atau
jobs task Spencer yang dikutip oleh Moeheriono (2009:4).
2.5.2 Tujuan Kompetensi
Hutapea dan Nurianna (2008:16-19) mengungkapkan tujuan kompetensi dalam
organisasi atau perusahaan pada umumnya adalah:
1. Pembentukan pekerjaan (job design)
Kompetensi teknis dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi, peran, dan
tanggung jawab pekerjaan di suatu organisasi. Besarnya fungsi, peran, dan
tanggung jawab tersebut tergantung dari tujuan perusahaan, besar kecilnya
perusahaan, tingkat atau level pekerjaan dalam organisasi serta jenis usaha.
29
Sedangkan kompetensi prilaku digunakan untuk menggambarkan tuntutan
pekerjaan atas prilaku pemangku jabatan agar dapat melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan prestasi luar biasa.
2. Evaluasi pekerjaan (job evaluation)
Kompetensi dapat dijadikan salah satu faktor pembobot pekerjaan, yang
digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan serta tantangan pekerjaan
merupakan komponen yang memberikan porsi terbesar dalam menentukan
bobot suatu pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah
komponen dasar pembentuk kompetensi.
3. Rekrutmen dan seleksi (recruitment and selection)
Pembentukan organisasi biasanya diikuti dengan pembentukan pekerjaan serta
penentuan persyaratan atau kua lifikasi orang yang layak melaksanaka n
pekerjaan tersebut. Kompetensi dapat digunakan sebagai salah satu komponen
dalam persyaratan jabatan, yang kemudian dijadikan pedoman untuk
menyeleksi calon karyawan yang akan menduduki jabatan atau melaksanakan
pekerjaan tersebut.
4. Pembentukan dan pengembangan organisasi (organization design and
development)
Organisasi yang kukuh adalah organisasi yang mempunyai kerangka fondasi
yang kuat. Kekuatan kerangka dan fondasi ditentukan oleh kemampuan teknis,
nilai atau budaya organisasi serta semangat kerja atau motivasi orang-orang
yang bekerja dalam organisasi. Kompetensi dapat menjadi fondasi yang kuat
untuk pembentukan dan pengembangan organisasi kearah organisasi yang
produktif dan kreatif apabila semua orang kearah organisasi.
5. Membentuk dan memperkuat nilai dan budaya perusahaan (company culture)
Peran kompetensi prilaku sangat diperlukan untuk membentuk dan
mengembangkan nilai budaya perusahaan (culture) sistem budaya kerja yang
produktif. Pembentukan nilai-nilai produktif dalam organisasi akan mudah
tercapai apabila pemilihan nilai-nilai budaya perusahaan sesuai dengan
kompetensi inti perusahaan.
30
6. Pembelajaran organisasi (organizational learning)
Peran
kompetensi bukan
hanya
untuk
menambah
pengetahuan dan
keterampilan, melainkan juga untuk membentuk karakter pembelajaran yang
akan menopang proses pembelajaran yang berkesinambungan.
7. Manajemen karier dan penilaian potensi karyawan (career management &
employee’s assessment)
Kerangka dan tindakan kompetensi dapat digunakan untuk membantu
perusahaan atau organisasi menciptakan pengembangan ruang karir bagi
karyawan untuk mencapai jenjang karir yang sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Melalui assessment centre (pusat penilaian potensi karyawan),
penggunaan kompetensi dapat mendorong pengembangan karier yang lebih
terpola dan sejalan dengan kebutuhan perusahaan.
8. Sistem imbal jasa (reward system)
Sistem imbal jasa akan memperkuat dan diperkuat oleh kerangka pekerjaan
yang berbasis kompetensi. Artinya, pemberian imbalan jasa yang dihubungkan
dengan pencapaian kompetensi individu akan mendukung pelaksanaan sistem
kompetensi yang digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan. Sebaliknya,
sistem kompetensi yang baik akan membantu mengefektifkan sistem imbal jasa
yang berlaku dalam perusahaan.
2.5.3 Kategori Kompetensi
Pernyataan Zwell yang dikutip oleh Wibowo (2007:93) menyatakan lima kategori
dasara kompetensi yang terdiri dari:
1. Task achievement merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan
kinerja baik. Misalnya orientasi pada hasil, mengelola kinerja, mempengaruhi,
inisiatif, efisiensi produksi, inovasi, dan lain sebagainya.
2. Relationship merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan
komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan kebutuhannya.
Kompetensi yang berhubungan dengan relationship meliputi, kerja sama,
orientasi pada pelayanan, kepedulian antarpribadi, kecerdasan organisasional,
membangun hubungan, penyelesaian konflik, dan lain-lain.
3. Personal
attribute
merupakan
kompetensi
intrinsik
individu
dan
menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa, belajar, dan berkembang.
31
Personal attribute merupakan kompetensi yang meliputi: integritas dan
kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan, dll.
4. Managerial merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan
pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang.
5. Leadership merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin
organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi.
Kompetensi yang berkenaan dengan ini meliputi berpikir strategis, orientasi
kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun komitmen organisasional,
membangun fokus dan maksud, dasar, dan nilai-nilai.
2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Menurut Mangkunegara (2011:67), terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
kompetensi seorang karyawan yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowladge+Skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ
diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai prestasi yang diharapkan. Oleh karena itu perlu ditemukan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan dari pegawai yang
terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
Adapun faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kompetensi kerja
karyawan adalah:
1. Kondisi fisik: adalah proses memperkembangkan kemampuan-kemampuan
aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara sistematik dan ditingkatkan secara
progresif untuk mempertahankan atau miningkatkan kebugaran agar tercapai
kemampuan kerja fisik yang optimal.
2. Peralatan: benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan sehari- hari.
32
3. Pendidikan: Pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
4. Pelatihan: sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam
pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera.
5. Semangat kerja: sikap kesediaan perasaan yang kemungkinan seseorang
karyawan untuk menghasilkan kerja yang optimal dan lebih tanpa menambah
keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam
kegiatan usaha kelompok lingkungan pekerjaannya.
2.6 Kinerja Karyawan
2.6.1 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja adalah
hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, misalnya syandar target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan disepakati bersama.
Menurut Miner yang dikutip Sutrisno (2011:170) kinerja adalah bagaimana
seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Sedangkan Suntoro yang dikutip oleh Tika (2006:121)
mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu.
Kinerja karyawan merupakan tingkat pencapaian atau hasil kerja seseoran dari
sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu. Beberapa ahli mendefinisikan kinerja karyawan sebagai berikut:
1. Cardosa dalam Mangkunegara (2006:9) ungkapan seperti output, efisiensi serta
efektifitas sering dibutuhkan dengan produktifitas.
2. Kusrianto dalam Mangkunegara (2006:9) perbandingan hasil yang dicapapi
dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya perjam).
3. Prabu dalam Mangkunegara (2006:9) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh sesorang karywan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
33
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
karyawan adalah kemampuan dalam melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, atau dapat juga diartikan bahwa kinerja adalah hasil yang
dicapai seseorang berdasarkan standar tertentu dalam suatu pekerjaan selama periode
waktu tertentu.
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Prawirosentono yang dikutip Sutrisno (2011:176) faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja karyawan antara lain sebagai berikut:
1. Efektivitas dan Efisiensi
Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya
kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dari kelompok atau
organisasi bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan
yang direncanakan. Sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan
yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2. Otoritas dan Tanggung Jawab
Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan
dengan baik, tanpa adanya tumpang-tindih tugas. Masing-masing karyawan yang
ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi haknya dan tanggung
jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan
tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja
karyawan tersebut.
3. Disiplin
Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada
pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin
meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan
dan karyawan.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap
inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan, kalau
memang dia atasan yang baik.
34
Berbeda
dengan
pendapat
sebelumnya,
Mangkunegara
(2005:16-17)
mengungkapkan faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu
dalam organisasi antara lain:
1.
Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisik (jasmani). Dengan
adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu
tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini
merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2.
Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor Lingkungan Organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai
prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian
jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menanantang, pola
komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relative memadai.
2.6.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Karena adanya
kebijakan atau program penilaian kinerja, berarti organisasi telah memanfaatkan
secara baik sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja
individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara
keseluruhan. Menurut Wiabisono (2006:37), penilaian kinerja adalah proses
penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya
yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Pada dasarnya ada
dua model penilaian kinerja:
1. Penilaian sendiri (Self Assesment)
Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk
mengukur dan memahami perbedaaan individu. Ada dua teori yang
menyarankan peran sentral dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku
individu. Teori tersebut adalah teori kontrol dan interaksi simbolik.
35
Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh Carver dan Scheier yang dikutip
olehWibowo (2007), individu harus menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai
tujuan mereka. Mereka harus (1) menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2)
mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), dan
(3) berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi perbedaan ini.
Selanjutnya, disarankan agar individu perlu melihat dimana dan bagaimana
mereka mencapai tujuan mereka. Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang
dilakukan, mereka mempunyai kesempatan melakukan perbaikan dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan mereka.
Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita mengembangkan
konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada kepercayaan
kita tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi kita. Teori ini
menegaskan pentingnya memahami pendapat orang lain disekitar mereka
terhadap perilaku mereka. Interaksi simbolik juga memberikan peran sentral
bagi interpretasi individu tentang dunia sekitarnya. Jadi individu tidak
memberikan respon secara langsung dan naluriah terhadap kejadian, tetapi
memberikan interpretasi terhadap kejadian tersebut Preposisi ini penting sebagai
pedoman interpretasi tentang penilaian sendiri yang digunakan dalam mengukur
atau menilai kinerja personel dalam organisasi.
Penilaian sendiri dilakukan bila personel mampu melakukan penilaian
terhadap proses dari hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari
tugas organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian,
pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan
pendidikan. Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil
karya sendiri menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Wibowo, 2007:27).
2. Penilaian 360 derajat (360 Degree Assessment).
Teknik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat dipercaya karena
dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra dan atasan personel Data
penilaian merupakan nilai kumulatif dari penilaian ketiga penilai. Hasil penilaian
saling diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadi kerancuan, bila
penilaian kinerja hanya dilakukan oleh personel sendiri saja (Wibowo, 2007:27).
36
2.7 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat dibuat sebuah kerangka pemkirina sebagai berikut:
Kompensasi (X1)
Budaya Organisasi
(X2)
H1
H2
Kinerja Karyawan (Y)
H3
Kompetensi (X3)
H4
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran
Sumber: Olahan Penulis, 2015
Dari kerangka pemikiran di atas, dapat diuraikan penjelasan sebagai berikut:
terdapat tiga ariabel independen “X” yang terdiri dari kompensasi, budaya
organisasi, dan kompetensi serta satu variabel dependen “Y” yaitu kinerja. Adapun
yang menjadi hipotesa dalam penelitian ini adalah:
H1: Kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
H2: Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
H3: Kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
H4: Kompensasi, budaya organisasi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
Download