BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penurunan angka kematian ibu masih merupakan tantangan di Indonesia dan
Dunia. Estimasi angka kematian
ibu
di dunia pada tahun 2013 adalah
210/100.000 kelahiran hidup(World Health Organization, 2014). Penurunan angka
kematian ibu di dunia tidak diikuti dengan penurunan kematian ibu di Indonesia.
Angka kematian ibu di Indonesia meningkat dari 220/100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2010 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013,
sementara cakupan pemeriksaan kehamilan K4 meningkat dari 82% pada tahun
2005- 2012 menjadi 95,2%
pada
tahun
2013. Secara nasional K4 belum
mencapai target rencana strategi menteri kesehatan namun terdapat 4 provinsi
yang telah mencapai target rencana yaitu DKI Jakarta 95,7%, Jambi 93,6%,
Sumatra selatan 93,2%, dan Bali 93 %
(BAPPENAS, 2010; WHO, 2013 ;
Kemenkes, 2014).
Kematian ibu di dunia 72.5% disebabkan oleh penyebab langsung dan 27.5%
oleh penyebab tidak langsung. Penyebab kematian langsung diantaranya
perdarahan 27,3%, hipertensi 14,0%, pada kehamilan dan sepsis 10,7%, aborsi
7,9%, emboli 3,2 % dan penyebab kematian langsung lainnya 9,6% (Say et al.,
2014). Di Indonesia penyebab utama kematian ibu diantaranya perdarahan,
penyakit hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi meskipun persentase ibu hamil
yang menerima penjelasan mengenai komplikasi selama kehamilan meningkat
dari 39% pada tahun 2007 menjadi 53% pada tahun 2012 (SDKI, 2013;
Kemenkes, 2014).
Upaya menurunkan angka kematian dan kesakitan pada maternal yaitu
dengan cara meningkatkan pelayanan atenatal untuk mendeteksi dan menangani
kasus resiko tinggi, pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga
kesehatan, pelayanan terampil pasca persalinan dan kelahiran, serta pelayanan
emergency obstetric dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK)
yang dapat dijangkau (Kemenkes, 2013). Ibu yang mendapatkan empat kali atau
1
2
lebih pemeriksaan antenatal terbukti secara signifikan menurunkan resiko
kematian neonatal (Singh et al., 2013).
Intervensi prenatal terbukti efektif dalam mendeteksi dini kondisi yang dapat
menyebabkan kematiann ibu (Carroli et al., 2001). Pelayanan prenatal merupakan
upaya mendeteksi dini ibu hamil yang memiliki risiko tinggi komplikasi
kehamilan, elemen penting dalam pelaksanaan antenatal care diantaranya
organisasi, aturan pelayanan kesehatan di pemerintah maupun swasta, dan tenaga
kesehatan (Bergsjo, 2001).
Di Indonesia pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh tenaga medis profesional
yakni dokter umum, dokter ahli keBidanan dan kandungan, perawat dan Bidan
(Depkes, 2013). Pelayanan pemeriksaan kesehatan di Indonesia terdiri dari 27,3%
Bidan (Kemenkes RI, 2014). Di Eropa dan USA Pasien membuat keputusan dan
memilih fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya menilai pada outcome, tetapi
juga pada jenis karakteristik tenaga pelayanan kesehatan (Victoor et al., 2012). Di
United State ibu hamil melaporkan adanya tantangan untuk memanfaatkan
pelayanan prenatal yakni pada dimensi struktural seperti sikap tenaga kesehatan
dalam memberi pelayanan prenatal, tantangan ini dapat di atasi dengan mengubah
kebijakan klinik dan format pelayanan prenatal. (Phillippi, 2009).
Pemanfaatan pelayanan antenatal sudah baik oleh ibu hamil tetapi kualitas
pelayanan antenatal masih sangat bervariasi sehingga ibu hamil akan memilih
fasilitas yang memberikan pelayanan baik (Tann et al., 2007). Dimensi utama
pada aspek struktural dalam pelayanan prenatal yakni kualitas pemeriksaan
prenatal, proses perawatan klinis dan hubungan interpersonal seperti menunjukkan
sikap yang baik, memberi dukungan emosional, gaya dalam berinteraksi, dan
penggunaan waktu yang tepat merupakan hal yang penting untuk membangun
hubungan saling percaya antara ibu hamil dan petugas pelayanan prenatal (Sword
et al., 2012).
Di puskemas Singkulang kualitas tenaga Bidan yang memberikan pelayanan
prenatal belum optimal disebabkan masih adanya perbedaan definisi operational,
kemampuan klinis yang bervariasi, dan kesenjangan atau pemahaman yang belum
lengkap pada petugas terkait pelayanan prenatal (Andriani et al., 2014). Status
3
kesehatan ibu hamil mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil yang
diterima (Duong et al., 2004). Outcome yang di terima pasien dipengaruhi oleh
karakteristik pasien seperti masalah kesehatan, struktur organisasi kesehatan, dan
penerimaan intervensi kesehatan sehingga outcome pasien secara signifikan
mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan pembuat formulasi kebijakan
pelayanan kesehatan. (Liu et al., 2014).
Pedoman praktek ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
mengurangi perbedaan dalam implemantasi dan hasil pada perawatan medis serta
menutup celah antara perawatan yang sebenarnya dan perawatan tergantung pada
perspektif individu yang sangat luas (Curtis et al., 2004). Secara tegas pedoman
dapat memperbaiki praktek klinik ketika diperkenalkan dalam konteks evaluasi
yang sesungguhnya dan sebagai ukuran dalam memperbaiki pelaksanaan yang
bervariasi (Jeremy et al., 1993).
Terdapat perbedaan pelayanan antenatal antara fasilitas kesehatan puskesmas
dan swasta, serta kualifikasi tenaga kesehatan. Ibu hamil mendapatkan prosedur
antenatal lebih baik di fasilitas kesehatan puskesmas (80.7%) di bandingkan
fasilitas kesehatan swasta (60%)(Barber, 2006). Antara tenaga kesehatan di
puskesmas dan swasta memiliki kualitas pelayanan yang baik pada struktur dan
aspek interpersonal, akan tetapi kualitas tenaga kesehatan swasta lebih baik di
bandingkan dengan puskesmas pada aspek teknik/ praktek (Boller et al., 2003).
Persentase penggunaan puskesmas menurun pada penggunaan layanan
antenatal sebaliknya ibu hamil lebih banyak menggunakan Bidan praktek sebagai
sumber layanan antenatal (Hasanbasri, 2015). Pada sektor puskesmas maupun
swasta memberikan 16 standar pelayanan antenatal, tetapi ibu hamil lebih banyak
mendapatkan procedure antenatal di fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas di
bandingkan dengan pelayanan kesehatan di swasta. (Li et al., 2013).
Faktor yang mempengaruhi Perfomance dokter dalam bekerja salah satunya
lama seseorang dalam praktek (Rhee, 1976). Kinerja Bidan desa dalam
melaksanakan pelayanan ibu hamil sangat berhubungan dengan pengalaman kerja
(Quayyum, 2008).
4
Adanya perbedaan kualitas seseorang dapat disebabkan oleh tidak adanya
kesempatan mendapatkan pelatihan dan pendidikan lanjutan (Brian et al., 2001).
Keikutsertaan pelatihan berhubungan dengan kinerja Bidan desa dalam
memberikan pelayanan kehamilan, prosedur prenatal lebih dilakukan oleh Bidan
yang mengikuti pelatihan dibandingkan Bidan yang tidak mengikuti pelatihan
(Saman, 2006).
Terdapat perbedaan tingkat kepuasan pasien pada dimensi tangible,
responsiveness,dan assurance di daerah perkotaan, pedesaan dan daerah terpencil
(Maniagasi et al., 2013). Hasil penelitian Irwandy et al. (2013) bahwa terdapat
perbedaan tingkat kepuasan responden pada dimensi reliability antara wilayah
kota dan pesisir,pada dimensi responsiveness antara wialayah pedalaman dengan
pesisir , dan dimensi tangible antara wilayah kota dengan wilayah pesisir.
Upaya untuk mencapai tujuan kesehatan nasional tergantung pada kualitas
pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan salah satunya
dengan meningkatkan akses pada standar prosedur operasional (Rao, 2012).
Dengan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan ibu
hamil dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal. (Duysburgh et
al., 2013)
Penelitian ini, kualtias prenatal care diukur berdasarkasn vignettes dengan
menggunakan data IFLS (Indonesia Family Life Survey) tahun 2007. Vignettes
(sketsa) salah satu alat yang valid untuk mengukur kualitas praktek klinis yang
murah dan mudah digunakan. Vignettes terutama berfungsi untuk membandingkan
antar kualitas dan sangat berguna untuk evaluasi longitudinal pada pelaksanaan
bermaksud untuk mengubah praktek klinik. (Peabody et al., 2004). Vignettes
merupakan alat sederhana dan ekonomis untuk mengukur produktivitas dan
kualitas tenaga kesehatan (Kaptanoğlu et al., 2013). Kualitas pelayanan kesehatan
dapat diukur menggunakan vignettes klinik. Vignettes metode yang valid dan
komprehenship dan secara langsung fokus pada proses yang dilakukan tenaga
kesehatan pada saat praktek (Peabody
et al., 2007). Dengan menggunakan
vignettes dapat mengukur dan memprediksi pelaksanaan praktik dengan cara yang
lebih murah (Dresselhaus et al., 2004).
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana implementasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi implementasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentfikasi perbedaan implementasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan
di Puskesmas dan Praktek Swasta di Indonesia.
b. Mengidentifikasi
hubungan implementasi pemeriksaan prenatal oleh
Bidan dengan lama kerja
b. Mengidentifikasi hubungan ipmlemetasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan
dengan keikutsertaan pelatihan
c. Mengidentfikasi perbedaan iplementasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan
di perkotaan dan perdesaan
d. Mengidentfikasi perbedaan implementasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan
di wilayah tertinggal dan tidak tertinggal
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi positif dan bermanfaat terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan serta sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Sebagai informasi kepada pemerintah mengenai implementasi pemeriksaan
prenatal oleh Bidan dan dapat menjadi bahan masukan dalam perumusan
kebijakan terkait implementasi pemeriksaan prenatal oleh Bidan di Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
Berikut terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan topik dengan
penelitian ini diantara :
Peneliti
(Li et al., 2013)
Judul
A comparison
between antenatal
care quality in
public and private
sector in rural
Hebei, China
Hasil temuan
Kualitas antenatal care
pada fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta di
Hebei China tidak
memenuhi standar yang
telah ditentukan.
Penggunaan dan kualitas
antenatal care bervariasi
dan ibu hamil lebih sering
menggunakan fasilitas
kesehatan yang levelnya
lebih tinggi misalnya
rumah sakit
Persamaan
Mengukur kualitas
pelayanan ibu
hamil di fasilitas
kesehatan
pemerintah dan
swasta.
Perbedaan
Lie et al, melakukan
survey terhadap 1079 ibu
hamil dan mengevaluasi
kualitas pelayanan ibu
hamil menggunakan aspek
jumlah kunjungan
antenatal pada ibu hamil,
16 prosedur antenatal care,
dan tipe pelayanan yang
diberikan oleh tenaga
kesehatan. peneliti
menggunakan data
sekunder IFLS 2007 dan
mengevaluasi pelaksanaan
standar prosedur oper
asional pelyanan prenatal
oleh Bidan dan perawat di
fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta.
(Boller et al.,
2003)
Quality and
comparison of
antenatal care in
public and private
providers in the
united republic of
Tanzania
Kualitas antenatal care
dinilai dari aspek
infrastruktur, hubungan
interpersonal dan standar
pelayanan antenatal care.
Pada fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta
memiliki kualitas yang
baik pada aspek
infrastruktur dan
hubungan interpersonal
tapi tidak pada aspek
standar pelayanan
antenatal care
Ada persamaan
pada variable
penelitian yaitu
pelaksanaan standar
antenatal care
Boller et al, menilai
perfoma kualitas fasilitas
kesehatan sedangkan
peneliti menilai kualitas
pelayanan prenatal care
yang diberikan oleh Bidan
dan perawat di puskesmas
dan praktek swasta
(Basu, et al.,
2012)
Comparative
Performance of
Private and Public
Healthcare
Systems in Low
and Middle –
Income Countries;
A systemic Review
Melalui systemic review,
menemukan bahwa
pelayanan pada fasilitas
kesehatan swasta di
negara dengan income
rendah-sedang lebih
sering tidak memenuhi
standard sehingga
berdampak pada outcome
yang buruk tetapi lebih
ramah dan tepat waktu.
Penelitian ini tidak
Membandingkan
kualitas pelayanan
fasilitas kesehatan
pemerintah dan
swasta di negara
memiliki
pendapatan rendah
hingga sedang.
Basu et al, melakukan
systematic review pada
102 article untuk
membandingkan kualitas
fasilitas kesehatan ditinjau
dari aspek kepatuhan
terhadap standar pelayanan
medis, hubungan
interpersonal dan waktu
pelayanan.
Peneliti menggunakan data
IFLS 2007 untuk
6
mendukung anggapan
bahwa sector swasta
selalu lebih bagus pada
aspek kualitas.tetapi
ditemukan bahwa pada
fasilitas kesehatan
pemerintah sering tidak
tepat waktu dalam
memberikan pelayanan
dan kurang ramah
terhadap pasien.
(Meng et al..,
2000)
Comparing the
services and
quality of private
and public clinics
in rural china
Tidak ada perbedaan
kualitas pelayanan antara
fasilitas kesehatan
pemerintah dan di swasta
di pedesaan Cina. Kualitas
infarastruktur dan
pendidikan tenaga
kesehatan buruk, dan
pembiayaan besar karena
over treatment baik di
fasilitas pemerintah
maupun swasta.
mengukur kualitas
pelayanan prenatal oleh
Bidan dan perawat.
Mebandingkan
kualitas pelayanan
kesehatan di
fasilitas kesehatan
pemerintah dan
swasta.
Meng, et al menilai
kualitas pelayanan
kesehatan dari aspek
infrasrtruktur pendidikan,
tenaga kesehatan dan
pembiayaan sedangkan
peneliti menilai pada aspek
kualitas pelaksanaan SPO
prenatal care
Download