BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat akan selalu ada tindakan yang dilakukan, ada perubahan tertentu yang terjadi dan ada suatu proses yang akan selalu bekerja. Karena di dalam masyarakat terjadi hubungan antar individu, jaringan hubungan ikatan, ketergantungan, pertukaran dan lain sebagainya akibat hidup bersama dan saling mempengaruhi. Semua masyarakat akan senantiasa berubah dengan derajat kecepatan dan tempo yang berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Auguste Comte (Sztompka, 2008: 1) bahwa proses yang berlangsung dalam sebuah masyarakat layaknya seperti fungsi tubuh manusia yang menciptakan suatu hasil berupa perkembangan masyarakat yang dianalogikan dengan pertumbuhan organik (dari embrio menuju kedewasaan). Dari teori di atas Comte menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, melainkan terus mengalami perubahan tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun, ada sebagian masyarakat yang mengalami perubahan secara cepat dan ada yang mengalami perubahan secara lambat tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Setiap kehidupan masyarakat akan senantiasa selalu mengalami perubahan sosial yang dikarenakan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Perubahan sosial ini akan berlangsung secara terus menerus dalam suatu masyarakat. Dalam Universitas Sumatera Utara kaitannya dengan pembangunan, maka suatu pembangunan hanya akan dapat dicapai melalui proses perubahan sosial yang diiringi dengan adanya sikap dan mental modern yang ada pada masyarakat bersangkutan serta adanya teknologi canggih yang mendukungnya. (Basrowi 2005). Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berhubungan dengan perubahan nilai sosial, norma sosial, pola prilaku masyarakat, interaksi dan lain sebagainya. Seperti pendapat yang dikeluarkan Farley (Sztompka, 2008) bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada pola prilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Konsep perubahan sosial itu sendiri merupakan proses sosial seperti definisi yang diutarakan Pitirim Sorokin (Sztompka, 2008: 6) bahwa proses sosial adalah suatu perubahan yang terjadi pada subjek tertentu yang berada dalam perjalanan waktu, baik perubahan tempatnya dalam ruang maupun perubahan yang terjadi pada aspek kuantitatif maupun kualitatifnya. Jadi, proses sosial yaitu perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat yang di dalamnya terjadi hubungan sebab akibat dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut saling mengikuti satu sama lain dalam rentetan waktu seperti industrialisasi, modernisasi dan mobilisasi gerakan sosial. Dan proses sosial memiliki bentuk khusus yang salah satunya adalah perkembangan sosial yang menggambarkan proses perkembangan potensi dalam suatu sistem yaitu masyarakat dan individu. Konsep perkembangan sosial ini memiliki 3 ciri tambahan yaitu menuju ke arah tertentu dalam keadaan sistem Universitas Sumatera Utara yang tidak terulang sendiri di setiap tingkatannya, keadaan masyarakat dan individu yang pada waktu berikutnya mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari semula (contohnya terjadi peningkatan difrensiasi struktur, kemajuan sosial, ekonomi, budaya yang lebih modern dan pertambahan penduduk), dan perkembangan ini dipengaruhi kecendrungan yang berada dari dalam masyarakat dan individu itu sendiri (pertambahan penduduk yang menyebabkan kepadatan penduduk, penciptaan bentuk-bentuk kehidupan baru yang lebih baik dari sebelumnya, pengadopsian ide dan inovasi baru yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup). Seperti yang dituturkan oleh Hawley bahwa perubahan sosial adalah suatu perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan. Konsep dari perubahan sosial itu sendiri mencakup tiga gagasan, antara lain perbedaan, pada waktu yang berbeda dan diantara keadaan sistem yang sama. (Sztompka, 2008). Dalam Sosiologi Perubahan Sosial (Raymond, Sztompka: 2008) yang perlu diperhatikan dalam memahami proses perubahan sosial yang sangat kompleks, yaitu: 1. Bentuk perubahan sosial yang terjadi 2. Hasil dari perubahan sosial itu sendiri 3. Kesadaran tentang proses perubahan sosial yang terjadi di kalangan anggota masyarakat 4. Kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial itu 5. Realitas sosial yang ada pada masyarakat dimana perubahan sosial itu terjadi 6. Jangka waktu berlangsungnya perubahan itu Universitas Sumatera Utara Perubahan sosial itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari perubahan kebudayaan kecuali untuk keperluan teori, sedangkan pada kehidupan nyata, tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan dihasilkan oleh masyarakat dan tidak ada masyarakat yang tidak berkebudayaan. Budaya karena adanya masyarakat. Perbedaan pengertian antara perubahan sosial dan budaya terletak pada pengertian budaya dan masyarakat yang diberikan. Tetapi, pada umumnya perubahan budaya menekankan pada perubahan sistem nilai, sedangkan perubahan sosial pada sistem pelembagaan yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan sosial menyangkut dua dimensi, yaitu struktural dan kultural. Perubahan strukrural menyangkut hubungan antar individu dan pola hubungan termasuk di dalamnya mengenai status dan peranan, kekuasaan, otoritas, hubungan antar status dan integrasi. Sedangkan perubahan kultural menyangkut nilai dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat (Jabal Tarik Ibrahim, 2003: 123). Seperti pendapat yang dikeluarkan Kingsley Davis (Basrowi, 2005: 157) bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Dan perubahan kebudayaan itu sendiri meliputi perubahan dalam teknologi, ilmu pengetahuan, kesenian, filsafat, aturan-aturan dan bentuk organisasi sosialnya. Perubahan sosial ada yang berlangsung cepat dan ada yang berlangsung lama. Evolusi merupakan salah satu bentuk perubahan yang lama dengan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dan tanpa rencana yang dikarenakan usaha masyarakat untuk beradaptasi dengan keadaan dan kondisi Universitas Sumatera Utara yang baru muncul. Sedangkan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung dengan cepat dan terencana yang diawali dengan konflik dalam masyarakat yang bersangkutan dan terkadang tidak dapat dikendalikan Inkeles (Basrowi, 2005)., menggolongkan evolusi menjadi tiga bentuk, yaitu: - Unilinear Theory of Evolution. Menyatakan bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perubahan dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana kemudian menjadi bentuk yang kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna. - Universal Theory of Evolution. Menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap tertentu yang tetap karena kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. - Multilinear Theories of Evolution. Berfokus pada penelitian terhadap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, seperti penelitian tentang pengaruh perubahan sistem mata pencaharian dari bertani menjadi berburu, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan. Perubahan ada yang berdampak kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat, seperti perubahan mode pakaian. Dan ada perubahan yang berdampak besar terhadap masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap strukturnya, seperti proses industrialisasi dan modernisasi pada masyarakat agraris. Berpengaruh besar karena lembaga masyarakat akan ikut berpengaruh seperti hubungan kerja, spesialisasi pekerjaan yang terjadi pada masyarakat, Universitas Sumatera Utara sistem kepemilikan tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat dan sebagainya. Pada dasarnya perubahan sosial terjadi oleh karena adanya anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama. Norma dan lembaga sosial ataupun sarana penghidupan yang lama dianggap sudah tidak memadai lagi dalam memenuhi kehidupan yang baru. Penyebab perubahan sosial dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Perubahan yang berasal dari masyarakat, yaitu: - Perkembangan ilmu pengetahuan Penemuan-penemuan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun gagasan baru menyebar ke dalam masyarakat, dikenal, diakui dan diterima yang mengakibatkan perubahan sosial. - Jumlah Penduduk Bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama pada lembaga kemasyarakatannya. - Konflik berat Konlik agama, etnis dan politik dapat memicu terjadinya perubahan dalam masyarakat. Namun, perubahan sosial yang ditimbulkan biasanya berakibat buruk terhentinya aktivitas ekonomi, inflasi, kecemasan dan lainnya. Universitas Sumatera Utara 2. Perubahan yang berasal dari luar masyarakat a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan menyebabkan saling pengaruh. Di samping itu, pengaruh dapat berlangsung pula melalui komunikasi satu arah, yakni komunikasi masyarakat dengan media massa. Contohnya dapat dilihat pada masyarakat desa yang melakukan komunikasi dengan masyarakat kota, sehingga mereka mendapatkan informasi. Akibat adanya informasi tersebut, masyarakat dapat menyatukan beberapa identitas budayanya, memiliki keseimbangan integrasi namun harus bersifat selektif tanpa melalaikan budayanya sendiri. b. Lingkungan alam fisik disekitar manusia Sebab yang bersumber pada lingkungan alam fisik yang terkadang disebabkan oleh tindakan para warga itu sendiri, seperti penebangan liar yang mungkin dapat menyebabkan banjir dan bencana lainnya (Soekanto, 2009: 275). Universitas Sumatera Utara Ada beberapa faktor yang menghalangi perubahan sosial itu sendiri. Soekanto menyebutkan, ada 10 faktor yang menghalangi terjadinya perubahan, yaitu: - Kurangnya interaksi dan komunikasi dengan masyarakat lain. - Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat yang umumnya terjadi pada masyarakat yang terisolasi - Sikap masyarakat yang masih sangat tradisional akibat anggapan mereka bahwa tradisi mutlak tidak dapat diubah - Adanya kepentigan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat - Ketakutan akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan - Sikap masyarakat yang masih tertutup - Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis - Adat dan kebiasaan - Nilai tentang bahwa hidup pada hakikatnya telah buruk dan tidak mungkin diperbaiki (Soekanto, 2002: 329-330). Hal yang mempengaruhi dan mendorong terjadinya perubahan adalah adanya inovasi-inovasi dan ide-ide yang mungkin dianggap baru yang berpengaruh pada tindakan sosial dari individu itu sendiri yang berdasarkan pada pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek pada situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. (http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan-dan-teori-sistemtalcott.html) Universitas Sumatera Utara Awalnya perubahan terjadi pada level individual dan perubahan sistem sosial. Dimana seseorang bertindak sebagai individu yang menerima dan menolak ide dan inovasi baru yang diketahuinya. Perubahan ini masih merupakan perubahan mikro karena memfokuskan pada perubahan perilaku individualnya. Karena, perubahan yang telah terjadi pada sebagian besar individu dalam masyarakat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat itu sendiri dimana telah terjadi perubahan makro. Dan perubahan kedua level itu berhubungan sangat erat (Abdillah, 1981: 26). Setelah terjadinya perubahan sosial masyarakat harus dapat beradaptasi terhadap perubahan yang baru agar tercipta keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) seperti yang diidam-idamkan masyarakat. Dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Karena dalam keadaan yang demikian, individu dan masyarakat secara psikologis akan merasakan ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam sistem norma dan nilai. Universitas Sumatera Utara 2.2. Inovasi Proses perubahan sosial terdiri dari 3 tahap berurutan, diawali dengan invensi yaitu proses dimana ide dan inovasi baru diciptakan dan dikembangkan, lalu dilanjutkan dengan difusi yaitu proses dimana ide-ide baru dikomunikasikan ke dalam masyarakat yang kemudian itu menghasilkan konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dan struktur sosial masyarakat sebagai akibat pengadopsian dan penolakan dari ide-ide baru tersebut. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Karena itu, perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial. Seperti yang telah dijabarkan diatas, bahwa suatu proses perubahan sosial diawali dengan invensi yaitu tercipta atau ditemukannya suatu ide dan inovasi yang baru oleh sebagian orang. Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Inovasi bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sebagai suatu ide-ide baru yang saling berkaitan. Pengadopsian suatu ide baru bisa merangsang pengadopsian beberapa ide baru lainnya yang akhirnya nanti mungkin dapat menyebabkan terjadi perubahan. Lionberger mengatakan bahwa sesuatu yang dinilai baru di dalam sebuah masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial. http://www.scribd.com/doc/48098700/TEORI-DIFUSI-DAN-ADOPSI-INOVASI (28/6/2011, pukul 13.40) Universitas Sumatera Utara Inovasi menurut Everett (Abdillah, 198: 146) merupakan suatu gagasan, tindakan ataupun barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak menjadi soal, sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betul baru atau tidak, jika diukur dengan selang waktu sejak ditemukannya atau digunakannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka itu adalah inovasi (bagi individu tersebut). “Baru” dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Koentjaraningrat menyatakan bahwa inovasi adalah proses pembaruan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal dengan penggunaan tekonologi “baru” yang akan menghasilkan produk-produk baru di dalam suatu masyarakat yang dengan demikian inovasi berkaitan dengan pembaharuan kebudayaan mengenai sosial, ekonomi dan teknologi (Koentjaraningrat, 2009: 210).. Inovasi ini berhubungan erat dengan komunikasi, dimana komunikasi adalah proses penyampaian dan berbagi informasi mengenai suatu ide dan inovasi kepada satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Proses pengkomunikasian ide dan inovasi baru ini ke dalam suatu masyarakat dikenal dengan proses difusi. Menurut Everett Rogers, pada bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations, difusi inovasi adalah bagaimana sebuah ide dan teknologi yang baru tersebar ke dalam sebuah kebudayaan. Ia mendefenisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan dalam hangka waktu tertentu ke dalam masyarakat. Dengan demikian, proses difusi adalah proses mengkomunikasikan ide dan inovasi baru oleh Universitas Sumatera Utara seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi. Difusi inovasi sebenarnya didasarkan pada Teori Gabriel Tarde yang merupakan seorang ilmuwan Perancis dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan Teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya sebuah komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi. Menurut Rogers, ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1. Inovasi 2. Individu atau unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi 3. Orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi 4. Saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_difusi_inovasi#Lima_tahap_proses_adopsi) (30/5/2011, pukul 12.35) Universitas Sumatera Utara Sebagaimana pendapat Koentjaraningrat, proses penyebaran ide, inovasi dan kebudayaan juga disebabkan oleh adanya migrasi yang dilakukan oleh sebagian penduduk yang juga turut membawa ide dan inovasi yang dimilikinya ke tempat yang ditujunya. Namun, pada zaman modern seperti sekarang ini, difusi ide dan inovasi “baru” ini dapat berjalan lebih cepat dan bahkan tanpa adanya kontak langsung antar individu. Dikarenakan adanya alat-alat penyiaran yang efektif seperti televisi, surat kabar, majalah dan buku (Koentjaraningrat, 2009:199).. Sementara itu, dalam proses penyebaran ide dan inovasi baru ke dalam suatu masyarakat diperlukan saluran untuk memudahkan komunikasi agar ide dan inovasi tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1. Saluran media massa (mass media channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. 2. Saluran antar pribadi (interpersonal channel). Saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu. Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu dalam proses difusi berpengaruh dalam hal: Universitas Sumatera Utara 1. Proses keputusan inovasi, yaitu tahapan sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi 2. Keinovativan individu atau unit adopsi lain 3. Jumlah anggota masyarakat yang mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. (http://wahyudiyonocentre.blogspot.com/) (29/5/2011, pukul 17.50) Inovasi ini juga berhubungan dengan kecepatan adopsi. Kecepatan adopsi adalah tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosial. Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah penerima yang mengadopsi suatu ide baru dalam suatu periode waktu tertentu. Variabel penjelas kecepatan adopsi suatu inovasi adalah sifat-sifat inovasi dan juga tipe keputusan inovasi, sifat saluran komunikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan inovasi dalam proses keputusan inovasi, ciri-ciri sistem sosial dan gencarnya usaha agen pembaruan dalam mempromosikan suatu inovasi baru tersebut. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa klasifikasi yang terstandart mengenai sifat-sifat inovasi. Secara empiris, setiap sifat mungkin saling berhubungan, tetapi secara konseptual sifat-sifat ini memiliki perbedaan. Sifat dan karakteristik inovasi terdiri dari 5 macam, yaitu: 1. Keuntungan relatif adalah tingakatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Ada beberapa subdimensi keuntungan relatif, seperti pertimbangan tingkat keuntungan ekonomi, rendahnya biaya permulaan, resiko nyata yang lebih rendah, kurangnya ketidaknyamanan, hemat tenaga dan waktu dan imbalan yang segera dapat diperoleh. Keuntungan relatif ini berhubungan positif dengan kecepatan adopsi. Artinya lebih besar keuntungan relatif suatu inovasi menurut pengamatan masyarakat, maka semakin cepat inovasi itu diadopsi. 2. Kompatibilitas adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima yang ada di dalam suatu masyarakat. Kompatibilitas memberi jaminan yang lebih besar dan resiko lebih kecil bagi penerima dan membuat ide baru itu lebih berarti baginya. Suatu inovasi mungkin kompatibel dapat dilihat hubugannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultural yang ada di masyarakat, kaitannya dengan ide-ide yang terdahulu dan kebutuhan individu di dalam masyarakat akan inovasi baru. Universitas Sumatera Utara 3. Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kerumitan suatu inovasi menurut pengamatan anggota sistem sosial berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya. Ini berarti makin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan makin lambat pengadosiannya. 4. Triabilitas adalah suatu tingkat dimana inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Suatu inovasi yang dapat dicoba akan memperkecil resiko bagi yang mengadopsinya. 5. Observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil inovasi tertentu dapat dilihat dan dikomukasikan kepada orang lain sedangkan beberapa lainnya tidak. Obsevabilitas berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya (Abdillah, 1981: 146). Ada tahapan dalam proses pengambilan keputusan dalam inovasi yang berpengaruh pada variabel difusi inovasi yang mencakup: 1. Tahap munculnya pengetahuan, ketika seorang individu diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. 2. Tahap Persuasi, ketika seorang individu membentuk sikap baik atau tidak baik terhadap inovasi tersebut. 3. Tahap Keputusan muncul ketika seorang individu terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan inovasi. Universitas Sumatera Utara 4. Tahapan Implementasi, ketika individu menetapkan penggunaan suatu inovasi. 5. Tahapan Konfirmasi, ketika seorang individu mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. Secara ringkas proses adopsi inovasi dapat digambarkan sebagai berikut: Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Kesadaran -----> Minat ------> Evaluasi -------> Mencoba ------->Adopsi • http://wahyudiyonocentre.blogspot.com/ (29/5/2011, pukul 17.50) Inovasi berkaitan dengan perubahan dimana adanya konsekwensi yang dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Suatu inovasi itu kecil kegunaannya sebelum ia tersebar kepada orang lain dan mereka menggunakannya. Jadi, invensi dan difusi adalah perantara menuju tujuan akhir yakni konsekuensi dari penerimaan atau penolakan inovasi seperti yang telah dijabarkan di atas. Universitas Sumatera Utara