BAB I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perubahan Sosial
Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan
diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat
akan selalu ada tindakan yang dilakukan, ada perubahan tertentu yang terjadi dan
ada suatu proses yang akan selalu bekerja. Karena di dalam masyarakat terjadi
hubungan antar individu, jaringan hubungan ikatan, ketergantungan, pertukaran
dan lain sebagainya akibat hidup bersama dan saling mempengaruhi. Semua
masyarakat akan senantiasa berubah dengan derajat kecepatan dan tempo yang
berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.
Auguste Comte (Sztompka, 2008: 1) bahwa proses yang berlangsung
dalam sebuah masyarakat layaknya seperti fungsi tubuh manusia yang
menciptakan suatu hasil berupa perkembangan masyarakat yang dianalogikan
dengan pertumbuhan organik (dari embrio menuju kedewasaan). Dari teori di atas
Comte menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya,
melainkan
terus
mengalami
perubahan
tergantung
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Namun, ada sebagian masyarakat yang mengalami perubahan
secara cepat dan ada yang mengalami perubahan secara lambat tergantung dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Setiap kehidupan masyarakat akan senantiasa selalu mengalami perubahan
sosial yang dikarenakan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Perubahan sosial
ini akan berlangsung secara terus menerus dalam suatu masyarakat. Dalam
Universitas Sumatera Utara
kaitannya dengan pembangunan, maka suatu pembangunan hanya akan dapat
dicapai melalui proses perubahan sosial yang diiringi dengan adanya sikap dan
mental modern yang ada pada masyarakat bersangkutan serta adanya teknologi
canggih yang mendukungnya. (Basrowi 2005).
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berhubungan dengan
perubahan nilai sosial, norma sosial, pola prilaku masyarakat, interaksi dan lain
sebagainya. Seperti pendapat yang dikeluarkan Farley (Sztompka, 2008) bahwa
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada pola prilaku, hubungan
sosial, lembaga dan struktur sosial pada suatu masyarakat dalam kurun waktu
tertentu.
Konsep perubahan sosial itu sendiri merupakan proses sosial seperti
definisi yang diutarakan Pitirim Sorokin (Sztompka, 2008: 6) bahwa proses sosial
adalah suatu perubahan yang terjadi pada subjek tertentu yang berada dalam
perjalanan waktu, baik perubahan tempatnya dalam ruang maupun perubahan
yang terjadi pada aspek kuantitatif maupun kualitatifnya. Jadi, proses sosial yaitu
perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat yang di dalamnya terjadi
hubungan sebab akibat dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut
saling mengikuti satu sama lain dalam rentetan waktu seperti industrialisasi,
modernisasi dan mobilisasi gerakan sosial.
Dan proses sosial memiliki bentuk khusus yang salah satunya adalah
perkembangan sosial yang menggambarkan proses perkembangan potensi dalam
suatu sistem yaitu masyarakat dan individu. Konsep perkembangan sosial ini
memiliki 3 ciri tambahan yaitu menuju ke arah tertentu dalam keadaan sistem
Universitas Sumatera Utara
yang tidak terulang sendiri di setiap tingkatannya, keadaan masyarakat dan
individu yang pada waktu berikutnya mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari
semula (contohnya terjadi peningkatan difrensiasi struktur, kemajuan sosial,
ekonomi, budaya yang lebih modern dan pertambahan penduduk), dan
perkembangan ini dipengaruhi kecendrungan yang berada dari dalam masyarakat
dan individu itu sendiri (pertambahan penduduk yang menyebabkan kepadatan
penduduk, penciptaan bentuk-bentuk kehidupan baru yang lebih baik dari
sebelumnya, pengadopsian ide dan inovasi baru yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup). Seperti yang dituturkan oleh Hawley bahwa
perubahan sosial adalah suatu perubahan yang tak terulang dari sistem sosial
sebagai satu kesatuan. Konsep dari perubahan sosial itu sendiri mencakup tiga
gagasan, antara lain perbedaan, pada waktu yang berbeda dan diantara keadaan
sistem yang sama. (Sztompka, 2008).
Dalam Sosiologi Perubahan Sosial (Raymond, Sztompka: 2008) yang
perlu diperhatikan dalam memahami proses perubahan sosial yang sangat
kompleks, yaitu:
1. Bentuk perubahan sosial yang terjadi
2. Hasil dari perubahan sosial itu sendiri
3. Kesadaran tentang proses perubahan sosial yang terjadi di kalangan
anggota masyarakat
4. Kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial itu
5. Realitas sosial yang ada pada masyarakat dimana perubahan sosial itu
terjadi
6. Jangka waktu berlangsungnya perubahan itu
Universitas Sumatera Utara
Perubahan sosial itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari perubahan
kebudayaan kecuali untuk keperluan teori, sedangkan pada kehidupan nyata, tidak
dapat dipisahkan. Kebudayaan dihasilkan oleh masyarakat dan tidak ada
masyarakat yang tidak berkebudayaan. Budaya karena adanya masyarakat.
Perbedaan pengertian antara perubahan sosial dan budaya terletak pada pengertian
budaya dan masyarakat yang diberikan. Tetapi, pada umumnya perubahan budaya
menekankan pada perubahan sistem nilai, sedangkan perubahan
sosial pada
sistem pelembagaan yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat. Perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.
Perubahan sosial menyangkut dua dimensi, yaitu struktural dan kultural.
Perubahan strukrural menyangkut hubungan antar individu dan pola hubungan
termasuk di dalamnya mengenai status dan peranan, kekuasaan, otoritas,
hubungan antar status dan integrasi. Sedangkan perubahan kultural menyangkut
nilai dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat (Jabal Tarik Ibrahim, 2003:
123).
Seperti pendapat yang dikeluarkan Kingsley Davis (Basrowi, 2005: 157)
bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Dan
perubahan kebudayaan itu sendiri meliputi perubahan dalam teknologi, ilmu
pengetahuan, kesenian, filsafat, aturan-aturan dan bentuk organisasi sosialnya.
Perubahan sosial ada yang berlangsung cepat dan ada yang berlangsung
lama. Evolusi merupakan salah satu bentuk perubahan yang lama dengan rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dan tanpa rencana yang
dikarenakan usaha masyarakat untuk beradaptasi dengan keadaan dan kondisi
Universitas Sumatera Utara
yang baru muncul. Sedangkan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung
dengan cepat dan terencana yang diawali dengan konflik dalam masyarakat yang
bersangkutan dan terkadang tidak dapat dikendalikan
Inkeles (Basrowi, 2005)., menggolongkan evolusi menjadi tiga bentuk, yaitu:
-
Unilinear Theory of Evolution. Menyatakan bahwa manusia dan
masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perubahan dengan
tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana kemudian
menjadi bentuk yang kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
-
Universal Theory of Evolution. Menyatakan bahwa perkembangan
masyarakat tidaklah perlu melalui tahap tertentu yang tetap karena
kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.
-
Multilinear Theories of Evolution. Berfokus pada penelitian terhadap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, seperti penelitian
tentang pengaruh perubahan sistem mata pencaharian dari bertani menjadi
berburu,
terhadap
sistem
kekeluargaan
dalam
masyarakat
yang
bersangkutan.
Perubahan ada yang berdampak kecil adalah perubahan yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti
bagi masyarakat, seperti perubahan mode pakaian. Dan ada perubahan yang
berdampak besar terhadap masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap
strukturnya, seperti proses industrialisasi dan modernisasi pada masyarakat
agraris. Berpengaruh besar karena lembaga masyarakat akan ikut berpengaruh
seperti hubungan kerja, spesialisasi pekerjaan yang terjadi pada masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
sistem kepemilikan tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat dan
sebagainya.
Pada dasarnya perubahan sosial terjadi oleh karena adanya anggota
masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan
kehidupannya yang lama. Norma dan lembaga sosial ataupun sarana penghidupan
yang lama dianggap sudah tidak memadai lagi dalam memenuhi kehidupan yang
baru. Penyebab perubahan sosial dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Perubahan yang berasal dari masyarakat, yaitu:
-
Perkembangan ilmu pengetahuan
Penemuan-penemuan
baru
akibat
perkembangan
ilmu
pengetahuan, baik berupa teknologi maupun gagasan baru menyebar ke
dalam masyarakat, dikenal, diakui dan diterima yang mengakibatkan
perubahan sosial.
-
Jumlah Penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah dapat
mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama pada
lembaga kemasyarakatannya.
-
Konflik berat
Konlik agama, etnis dan politik dapat memicu terjadinya
perubahan dalam masyarakat. Namun, perubahan sosial yang ditimbulkan
biasanya
berakibat
buruk
terhentinya
aktivitas
ekonomi,
inflasi,
kecemasan dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Perubahan yang berasal dari luar masyarakat
a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya akan menyebabkan saling pengaruh. Di samping itu,
pengaruh dapat berlangsung pula melalui komunikasi satu arah, yakni
komunikasi masyarakat dengan media massa. Contohnya dapat dilihat
pada masyarakat desa yang melakukan komunikasi dengan masyarakat
kota, sehingga mereka mendapatkan informasi. Akibat adanya informasi
tersebut, masyarakat dapat menyatukan beberapa identitas budayanya,
memiliki keseimbangan integrasi namun harus bersifat selektif tanpa
melalaikan budayanya sendiri.
b. Lingkungan alam fisik disekitar manusia
Sebab yang bersumber pada lingkungan alam fisik yang terkadang
disebabkan oleh tindakan para warga itu sendiri, seperti penebangan liar
yang mungkin dapat menyebabkan banjir dan bencana lainnya (Soekanto,
2009: 275).
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa faktor yang menghalangi perubahan sosial itu sendiri.
Soekanto menyebutkan, ada 10 faktor yang menghalangi terjadinya perubahan,
yaitu:
-
Kurangnya interaksi dan komunikasi dengan masyarakat lain.
-
Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat yang umumnya terjadi pada
masyarakat yang terisolasi
-
Sikap masyarakat yang masih sangat tradisional akibat anggapan mereka
bahwa tradisi mutlak tidak dapat diubah
-
Adanya kepentigan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
-
Ketakutan akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
-
Sikap masyarakat yang masih tertutup
-
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
-
Adat dan kebiasaan
-
Nilai tentang bahwa hidup pada hakikatnya telah buruk dan tidak mungkin
diperbaiki (Soekanto, 2002: 329-330).
Hal yang mempengaruhi dan mendorong terjadinya perubahan adalah
adanya inovasi-inovasi dan ide-ide yang mungkin dianggap baru yang
berpengaruh pada tindakan sosial dari individu itu sendiri yang berdasarkan pada
pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek pada situasi
tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu
mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat untuk
mencapai kesejahteraan hidupnya.
(http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan-dan-teori-sistemtalcott.html)
Universitas Sumatera Utara
Awalnya perubahan terjadi pada level individual dan perubahan sistem
sosial. Dimana seseorang bertindak sebagai individu yang menerima dan menolak
ide dan inovasi baru yang diketahuinya. Perubahan ini masih merupakan
perubahan mikro karena memfokuskan pada perubahan perilaku individualnya.
Karena, perubahan yang telah terjadi pada sebagian besar individu dalam
masyarakat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat itu sendiri
dimana telah terjadi perubahan makro. Dan perubahan kedua level itu
berhubungan sangat erat (Abdillah, 1981: 26).
Setelah terjadinya perubahan sosial masyarakat harus dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang baru agar tercipta keserasian atau harmoni dalam
masyarakat (social equilibrium) seperti yang diidam-idamkan masyarakat.
Dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan
saling mengisi. Karena dalam keadaan yang demikian, individu dan masyarakat
secara psikologis akan merasakan ketentraman karena tidak adanya pertentangan
dalam sistem norma dan nilai.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Inovasi
Proses perubahan sosial terdiri dari 3 tahap berurutan, diawali dengan
invensi yaitu proses dimana ide dan inovasi baru diciptakan dan dikembangkan,
lalu dilanjutkan dengan difusi yaitu proses dimana ide-ide baru
dikomunikasikan
ke
dalam
masyarakat
yang
kemudian
itu
menghasilkan
konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dan struktur
sosial masyarakat sebagai akibat pengadopsian dan penolakan dari ide-ide baru
tersebut. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu
mempunyai akibat. Karena itu, perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.
Seperti yang telah dijabarkan diatas, bahwa suatu proses perubahan sosial
diawali dengan invensi yaitu tercipta atau ditemukannya suatu ide dan inovasi
yang baru oleh sebagian orang. Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang
dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Inovasi bukan sesuatu yang
berdiri sendiri, melainkan sebagai suatu ide-ide baru yang saling berkaitan.
Pengadopsian suatu ide baru bisa merangsang pengadopsian beberapa ide baru
lainnya yang akhirnya nanti mungkin dapat menyebabkan terjadi perubahan.
Lionberger mengatakan bahwa sesuatu yang dinilai baru di dalam sebuah
masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial.
http://www.scribd.com/doc/48098700/TEORI-DIFUSI-DAN-ADOPSI-INOVASI
(28/6/2011, pukul 13.40)
Universitas Sumatera Utara
Inovasi menurut Everett (Abdillah, 198: 146) merupakan suatu gagasan,
tindakan ataupun barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak menjadi soal,
sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betul baru
atau tidak, jika diukur dengan selang waktu sejak ditemukannya atau
digunakannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subjektif, menurut
pandangan individu yang menangkapnya. Jika suatu ide dianggap baru oleh
seseorang maka itu adalah inovasi (bagi individu tersebut). “Baru” dalam ide yang
inovatif tidak berarti harus baru sama sekali.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa inovasi adalah proses pembaruan dan
penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal dengan penggunaan
tekonologi “baru” yang akan menghasilkan produk-produk baru di dalam suatu
masyarakat yang dengan demikian inovasi berkaitan dengan pembaharuan
kebudayaan mengenai sosial, ekonomi dan teknologi (Koentjaraningrat, 2009:
210)..
Inovasi ini berhubungan erat dengan komunikasi, dimana komunikasi
adalah proses penyampaian dan berbagi informasi mengenai suatu ide dan inovasi
kepada satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Proses
pengkomunikasian ide dan inovasi baru ini ke dalam suatu masyarakat dikenal
dengan proses difusi. Menurut Everett Rogers, pada bukunya yang berjudul
Diffusion of Innovations, difusi inovasi adalah bagaimana sebuah ide dan
teknologi yang baru tersebar ke dalam sebuah kebudayaan. Ia mendefenisikan
difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai
saluran dan dalam hangka waktu tertentu ke dalam masyarakat. Dengan demikian,
proses difusi adalah proses mengkomunikasikan ide dan inovasi baru oleh
Universitas Sumatera Utara
seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman
dalam menggunakan inovasi kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan pada Teori Gabriel Tarde yang
merupakan seorang ilmuwan Perancis dalam bukunya yang berjudul “The Laws of
Imitation” (1930), Tarde mengemukakan Teori kurva S dari adopsi inovasi, dan
pentingnya sebuah komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan
gagasan mengenai opinion leadership. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam
komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap
ide baru dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding
yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi komunitasnya untuk
mengadopsi sebuah inovasi.
Menurut Rogers, ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:
1. Inovasi
2. Individu atau unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau
pengalaman dalam menggunakan inovasi
3. Orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman dalam menggunakan inovasi
4. Saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_difusi_inovasi#Lima_tahap_proses_adopsi)
(30/5/2011, pukul 12.35)
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana pendapat Koentjaraningrat, proses penyebaran ide, inovasi
dan kebudayaan juga disebabkan oleh adanya migrasi yang dilakukan oleh
sebagian penduduk yang juga turut membawa ide dan inovasi yang dimilikinya ke
tempat yang ditujunya. Namun, pada zaman modern seperti sekarang ini, difusi
ide dan inovasi “baru” ini dapat berjalan lebih cepat dan bahkan tanpa adanya
kontak langsung antar individu. Dikarenakan adanya alat-alat penyiaran yang
efektif seperti televisi, surat kabar, majalah dan buku (Koentjaraningrat,
2009:199)..
Sementara itu, dalam proses penyebaran ide dan inovasi baru ke dalam
suatu masyarakat diperlukan saluran untuk memudahkan komunikasi agar ide dan
inovasi tersebut dapat dipahami oleh masyarakat, saluran komunikasi tersebut
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Saluran media massa (mass media channel). Media massa dapat berupa
radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa
adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu
sumber.
2. Saluran antar pribadi (interpersonal channel). Saluran antar pribadi
melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau
lebih individu.
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi
waktu dalam proses difusi berpengaruh dalam hal:
Universitas Sumatera Utara
1. Proses keputusan inovasi, yaitu tahapan sejak seseorang
menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak
inovasi
2.
Keinovativan individu atau unit adopsi lain
3.
Jumlah anggota masyarakat yang mengadopsi suatu inovasi
dalam periode waktu tertentu.
(http://wahyudiyonocentre.blogspot.com/)
(29/5/2011, pukul 17.50)
Inovasi ini juga berhubungan dengan kecepatan adopsi. Kecepatan adopsi
adalah tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosial.
Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah penerima yang mengadopsi suatu
ide baru dalam suatu periode waktu tertentu. Variabel penjelas kecepatan adopsi
suatu inovasi adalah sifat-sifat inovasi dan juga tipe keputusan inovasi, sifat
saluran komunikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan inovasi dalam proses
keputusan inovasi, ciri-ciri sistem sosial dan gencarnya usaha agen pembaruan
dalam mempromosikan suatu inovasi baru tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa klasifikasi yang terstandart mengenai sifat-sifat inovasi.
Secara empiris, setiap sifat mungkin saling berhubungan, tetapi secara konseptual
sifat-sifat ini memiliki perbedaan. Sifat dan karakteristik inovasi terdiri dari 5
macam, yaitu:
1. Keuntungan relatif adalah tingakatan dimana suatu ide baru dianggap
suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Ada
beberapa subdimensi keuntungan relatif, seperti pertimbangan tingkat
keuntungan ekonomi, rendahnya biaya permulaan, resiko nyata yang
lebih rendah, kurangnya ketidaknyamanan, hemat tenaga dan waktu
dan imbalan yang segera dapat diperoleh. Keuntungan relatif ini
berhubungan positif dengan kecepatan adopsi. Artinya lebih besar
keuntungan relatif suatu inovasi menurut pengamatan masyarakat,
maka semakin cepat inovasi itu diadopsi.
2. Kompatibilitas adalah sejauh mana inovasi dianggap konsisten dengan
nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima
yang ada di dalam suatu masyarakat. Kompatibilitas memberi jaminan
yang lebih besar dan resiko lebih kecil bagi penerima dan membuat ide
baru itu lebih berarti baginya. Suatu inovasi mungkin kompatibel dapat
dilihat hubugannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan sosiokultural
yang ada di masyarakat, kaitannya dengan ide-ide yang terdahulu dan
kebutuhan individu di dalam masyarakat akan inovasi baru.
Universitas Sumatera Utara
3. Kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif
sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kerumitan suatu inovasi
menurut pengamatan anggota sistem sosial berhubungan negatif
dengan kecepatan adopsinya. Ini berarti makin rumit suatu inovasi bagi
seseorang, maka akan makin lambat pengadosiannya.
4. Triabilitas adalah suatu tingkat dimana inovasi dapat dicoba dengan
skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Suatu inovasi
yang dapat dicoba akan memperkecil resiko bagi yang mengadopsinya.
5. Observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat
dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil inovasi tertentu dapat dilihat dan
dikomukasikan kepada orang lain sedangkan beberapa lainnya tidak.
Obsevabilitas berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya
(Abdillah, 1981: 146).
Ada tahapan dalam proses pengambilan keputusan dalam inovasi yang
berpengaruh pada variabel difusi inovasi yang mencakup:
1. Tahap munculnya pengetahuan, ketika seorang individu
diarahkan
untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu
inovasi berfungsi.
2. Tahap Persuasi, ketika seorang individu membentuk sikap baik atau
tidak baik terhadap inovasi tersebut.
3. Tahap Keputusan muncul ketika seorang individu terlibat dalam
aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan inovasi.
Universitas Sumatera Utara
4. Tahapan Implementasi, ketika individu menetapkan penggunaan suatu
inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi, ketika seorang individu mencari penguatan
terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat
sebelumnya.
Secara ringkas proses adopsi inovasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Kesadaran -----> Minat ------> Evaluasi -------> Mencoba ------->Adopsi
•
http://wahyudiyonocentre.blogspot.com/
(29/5/2011, pukul 17.50)
Inovasi berkaitan dengan perubahan dimana adanya konsekwensi yang
dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem
sosial sebagai hasil pengadopsian atau penolakan suatu inovasi. Suatu inovasi itu
kecil kegunaannya sebelum ia tersebar kepada orang lain dan mereka
menggunakannya. Jadi, invensi dan difusi adalah perantara menuju tujuan akhir
yakni konsekuensi dari penerimaan atau penolakan inovasi seperti yang telah
dijabarkan di atas.
Universitas Sumatera Utara
Download