evaluasi kebijakan pajak penghasilan atas bunga obligasi pada

advertisement
1
EVALUASI KEBIJAKAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA
OBLIGASI PADA INDUSTRI REKSA DANA DI INDONESIA
Candra Nur Budiawan
Gunadi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Program Ekstensi Ilmu Administrasi Fiskal
E-mail : [email protected]
Abstrak
Dicabutnya ketentuan fasilitas pembebasan pajak Industri Reksa Dana, yang berlanjut dengan dikeluarkan kebijakan
pengenaan pajak penghasilan atas bunga obligasi pada industri reksa dana. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai Evaluasi Kebijakan Pajak Penghasilan Atas Bunga Obligasi Pada Industri Reksa
Dana dan permasalahan yang timbul akibat dari kebijakan perpajakan tersebut. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif dengan analisis data kualitatif. Data kualitatif didapatkan melalui studi literatur dan wawancara
mendalam. Hasil penelitian ini adalah adanya dampak yang ditimbulkan dari kebijakan pajak penghasilan atas bunga
obligasi pada industri reksa dana yakni bagi investor : menurunnya return yang diterima, bagi pengelola investasi :
menurunnya jumlah investor, portofolio pengelolaan dana menurun, melemahnya daya saing investasi reksa dana di
Indonesia dibandingkan dengan negara lain, bagi emiten obligasi : menurunnya ekspansi perusahaan (emiten
obligasi) dalam mengembangkan sektor usahanya, bagi pemerintah : secara tidak langsung akan menurunkan
penerimaan negara. Permasalahan yang timbul akibat kebijakan pajak penghasilan atas bunga obligasi pada industri
reksa dana adalah timbulnya penolakkan-penolakkan dari pengelola investasi dan pihak lainnya kepada otoritas pajak
karena kebijakan tersebut berpotensi menimbulkan dampak terhadap sektor perekonomian serta iklim investasi pada
industri reksa dana berbasis obligasi.
Evaluation of Income Tax Policy from Interest on Bond for Mutual Fund Industry in
Indonesia
Abstrack
Revocation of tax exemption provisions of the Mutual Fund Industry, which continued with policies issued by the
imposition of income tax on the interest on the bonds in the mutual fund industry. This study aims to provide an
overview of the Policy Evaluation of Income Tax on Bond Interest In Mutual Fund Industry and the problems that
arise as a result of the tax policy. The method used was a qualitative study with qualitative data analysis. Qualitative
data obtained through the study of literature and in-depth interviews. Results of this study was the impact of tax
policy on bond interest income on the mutual fund industry for investors: decreasing returns, for investment
managers: the declining number of investors, fund management portfolio declined, weakening the competitiveness of
Indonesian investments in mutual funds compared with other countries, for bond issuers: reduced expansion (bond
issuer) in developing the business sector, for the government: will indirectly reduce state revenue. Policy issues
arising from tax on interest income on a bond mutual fund industry is the emergence of rejection-rejection of
investment managers and other parties to the tax authorities because the policy has the potential to cause an impact
on the economy and investment climate in bond-based mutual fund industry.
Keywords: Evaluation of Tax Policy, Interest on Bonds, Mutual Funds Industry
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
2
Pendahuluan
Esensi dari reksa dana adalah portofolio terdiversifikasi dengan menanam modalnya pada
instrumen yang beresiko tinggi dan rendah. Portofolio investasi reksa dana terdiri dari berbagai
macam surat berharga seperti saham, obligasi, pasar uang atau campuran dari instrumen tersebut.
Keuntungan dari melakukan investasi pada reksa dana yaitu dana investor berada ditangan
professional ahli yang telah lama berkecimpung di pasar modal dan mampu menerapakan strategi
investasi.
Sebagai alternatif dalam produk investasi reksa dana merupakan pilihan yang tepat. Reksa
dana yang paling banyak ditawarkan saat ini adalah reksa dana pendapatan tetap. Secara garis
besar transaksi yang dapat dilakukan oleh reksa dana pendapatan tetap adalah berinvestasi
sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek bersifat utang. Berdasarkan data total
kelolaan reksa dana posisi 31 Desember 2012 kepemilikan efek reksa dana pada instrumen
obligasi mencapai 42,34% dari total keseluruhan (Government Bonds 25,57%, Corporate Bonds
16,57% dan MTN 0,20%) dan efek saham sejumlah 44,10%. Jika dilihat secara keseluruhan
terhadap jumlah pengelolaan tersebut, reksa dana basis obligasi memiliki peranan besar setelah
saham dalam menstimulasi pertumbuhan reksa dana di Indonesia. Jika dibandingkan total dana
kelola reksa dana dengan simpanan masyarakat di perbankan per Desember 2012 adalah sebesar
5,56% dengan data dana kelolaan reksa dana sebesar Rp166,31 triliun dan simpanan masyarakat
di perbankan mencapai Rp2.984 triliun, jumlah tersebut masih relatif kecil. Dengan demikian
dapat diperkirakan bahwa behavior masyarakat Indonesia masih bersifat saving society. Dengan
behavior masyarakat yang masih saving society tentunya pelaku pasar modal butuh usaha keras
untuk menumbuhkan jumlah investor sat ini agar mampu bersaing dengan negara-negara
tetangga. Direktur Pengawasan Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fakhri
Hilmi mengatakan jumlah investor produk Reksa Dana di Indonesia masih rendah dibandingkan
negara-negara berkembang lain di kawasan Asia "Jumlah investor di Indonesia masih sekitar 161
ribu, padahal para pemilik reksa dana di Thailand mencapai 2,5 juta dan Malaysia 15 juta dengan
populasi penduduk yang lebih sedikit dari Indonesia," (dikutip dari antara news.com, 20 Maret
2013).
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
3
Jika melihat rasio persentase dana kelolaan reksa dana terhadap PDB kondisinya saat ini
masih rendah, berdasarkan data dari Bapepam-LK untuk tahun 2011 hanya 2,2% dari total
produk domestik bruto Rp 7.427 triliun. Persentase yang rendah ini makin menggambarkan
ketertinggalan industri reksa dana Indonesia dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia yang
mencapai 49%, atau Thailand 20% dan Filipina 19,5%. Masalah perpajakan terjadi apabila
investor dihadapkan pada struktur pajak yang mengurangi jumlah total return yang sebenarnya
dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan saat ini atau untuk diinvestasikan kembali pada
masa yang akan datang. Menurut Widoatmodjo (2004) dalam bukunya menyatakan bahwa
terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi pilihan investasi seseorang adalah salah satunya
pajak. Tentunya kebijakan pajak di suatu negara dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
investasi seseorang.
Dulunya setiap kali kita membaca brosur sering disebutkan salah satu keunggulan produk
reksa dana dibandingkan dengan produk lainnya adalah fasilitas bebas pajak. Bebas Pajak adalah
istilah yang digunakan atas fasilitas pembebasan bayar pajak yang diterima oleh reksa dana.
Bebas pajak hanya berlaku untuk instrumen obligasi. Jika reksa dana membeli saham atau
menempatkan dana di deposito tetap dikenakan pajak seperti investor pada umumnya. Fasilitas
bebas pajak hanya berlaku bagi reksa dana 5 tahun pertama sejak penerbitannya. Hal ini
menyebabkan ada reksa dana yang berganti nama setiap 5 tahun, bukan lantaran karena reksa
dana mau jatuh tempo, akan tetapi jika namanya tetap sama, fasilitas bebas pajak tidak diterima
lagi. Jika investor membeli obligasi langsung, maka atas kupon dan atau keuntungan selisih harga
obligasi yang diterima, investor akan dikenakan pajak final sebesar 15%. Jika investasi obligasi
tersebut dilakukan melalui reksa dana, kewajiban tersebut ditiadakan. Fasilitas bebas pajak ini
tidak lama lagi tinggal menjadi sejarah karena berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang perubahan ke empat Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan, pembebasan pengenaan pajak penghasilan atas bunga obligasi oleh reksa dana telah
dihapuskan. Pada peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah R.I. No. 16 Tahun 2009,
ketentuan bebas pajak seluruhnya akan dihapuskan secara bertahap. dengan pemberlakukannya
dari tahun 2009 – 2010 tarif pajak 0%, 2011 – 2013 tarif pajak 5%, 2014 dan seterusnya
dikenakan pajak 15%
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
4
Kebijakan perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya perekonomian di suatu negara.
Dijelaskan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis menekan
pertumbuhan ekonomi dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak yang relatif
kecil akan berdampak sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan ekonomi membaik, dan
penerimaan negara membesar. Jelas setiap kebijakan perpajakan memiliki dampak ekonomi
makro dan aspek sosial lainnya. Menurut Gunadi, “pajak ini mengikuti fenomena kehidupan
sosial ekonomi masyarakat”. Di setiap perubahan kehidupan sosial perekonomian masyarakat
maka sudah sepantasnyalah bahwa pajak harus mengadakan reformasi kebijakan yang
mendukung majunya perekonomian tersebut. Kajian perpajakan yang lebih mendalam dan
terperinci meliputi tidak saja pemahaman aturan perundang-undangan, tetapi juga membuat
landasan teori ekonomi perpajakan.
Bambang Brodjonegoro, Pelaksana tugas BKF, membenarkan adanya pembahasan tarif
pajak untuk obligasi reksadana. Pembahasan berkisar kesiapan dan dampak penerapan kebijakan
tersebut bagi industri reksadana. Setelah agenda itu usai, baru akan dibahas skema pajaknya.
Prinsipnya, jika produk reksadana dinilai sudah berjalan kuat sebagaimana produk investasi di
pasar keuangan lainnya, beban pajaknya semestinya sama. "Kalau sudah take off, harusnya tarif
yang diberlakukan sama dengan instrumen lain," Fuad Rahmany, Direktur Jenderal Pajak, dalam
kesempatan sebelumnya, juga mengatakan, masih akan mempelajari usulan tersebut. Saat ini,
besar pajak yang dibebankan masih sebesar 5%.( Kontan online, 9 Maret 2012)
Besaran tarif yang dikenakan ternyata memiliki fenomena yang menjadi bahan perdebatan
antara pengelola reksa dana (asosiasi pengelola reksa dana) dan otoritas pajak. Sejauh ini pihak
pajak berangapan bahwa ketentuan pengenaan pajak yang berlaku bertujuan untuk terciptanya
keadilan dalam pemungutan pajak reksa dana. Selain itu, aspek keadilan dengan memperlakukan
hal yang sama terhadap instrumen pasar modal, saat ini reksa dana sudah tumbuh subur maka
sudah selayaknya mandiri, disamping itu adanya potensi penerimaan pajak yang bersumber dari
industri reksa dana. Disisi lain pengelola investasi berangapan bahwa reksa dana ini masih
berkembang. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan bahwa reksa dana merupakan
suatu wadah bagi investor dalam melakukan kegiatan investasi yang salah satunya adalah investasi
dalam bentuk obligasi. Dalam transaksi obligasi khususnya pajak penghasilan yang diterima reksa
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
5
dana di Indonesia saat ini masih terdapat pokok - pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih
lanjut, yaitu :
1. Apa dampak-dampak kebijakan pajak penghasilan atas bunga obligasi pada industri reksa
dana?
2. Bagaimana kebijakan insentif dengan ketentuan tarif pajak sebesar 5% tetap
diberlakukan?
Tinjauan Teoritis
Menurut Winarno (2008, p. 225) Bila kebijakan dipandang sebagai suatu pula kegiatan
yang berurutan, maka evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dalam proses kebijakan. Namun
demikian, ada beberapa ahli yang mengatakan sebaliknya bahwa evaluasi bukan merupakan
tahap akhir dari proses kebijakan publik. Pada dasamya, kebijakan publik dijalankan dengan
maksud tertentu, untuk meraih tujuan-tujuan tertentu yang berangkat dari masalah-masalah yang
telah dirumuskan sabelumnya. Evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan publik
meraih hasil yang diinginkan. Seringkali terjadi, kebijakan publik gagal meraih maksud atau
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, evaluasi kebijakan ditujukan untuk
melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik
yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan. Dalam bahasa yang lebih singkat evaluasi
adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan.
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam
hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan,
implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. Sebagaimana dikutip oleh wibawa (Wibawa,
1994) Dane menyebutkan ada dua tipe evaluasi yaitu:
1. Sumative evaluation, adalah penilaian dampak dari suatu program, disebut juga dengan
evaluasi dampak
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
6
2. Formative evaluation, adalah penilaian terhadap proses dari program, disebut pula evaluasi
proses.
Dalam Marsuni (2006, p. 37-38) Kebijakan perpajakan dapat dirumuskan sebagai:
•
Suatu pilihan atau keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka menunjang
penerimaan negara, dan menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif.
•
Suatu tindakan pemerintah dalam rangka memungut pajak, guna memenuhi kebutuhan
dana untuk keperluan negara.
•
Suatu keputusan yang diambil pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan
negara dari sektor pajak untuk digunakan menyelesaikan kebutuhan dana bagi negara.
Perencanaan suatu kebijakan pajak harus memperhatikan pembatasan dan perbaikan
administrasi harus dilakukan agar implementasi desain kebijakan pajak dapat efektif diterapkan
(Faria, 1995, p. 267). Permasalahan di dalam kebijakan pajak terjadi ketika proses penjaminan
elastisitas dan responsitivitas dari penghasilan yang potensial (potential revenue) kepada
perkembangan ekonomi secara keseluruhan dan tergantung kepada tarif dan basis pajak yang
diaplikasikan dan ditetapkan (Faria, 1995, 267).
Evaluasi Sumatif (Evaluasi Dampak)
Dampak adalah perubahan kondisi fisik maupun sosial sebagai akibat dari output kebijakan :
•
Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran (baik akibat
yang diharapkan atau tidak diharapkan), dan sejauh mana akibat tersebut mampu
menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact)
•
Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok sasaran, baik yang
sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak dan apakah akibat tersebut tidak mampu
menimbulkan perilaku baru pada kelompok sasaran (effects)
Evaluasi sumatif umumnya dilakukan untuk memperoleh informasi terkait dengan
efektifitas sebuah kebijakan/program terhadap permasalahan yang diintervensi. Evaluasi ini
bertujuan untuk:
•
Menilai apakah program telah membawa dampak yang diinginkan terhadap individu,
rumah tangga dan lembaga
•
Menilai apakah dampak tersebut berkaitan dengan intervensi program
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
7
•
Mengeksplore apakah ada akibat yang tidak diperkirakan baik yang positif maupun yang
negatif
•
Mengkaji bagaimana program mempengaruhi kelompok sasaran, dan apakah perbaikan
kondisi kelompok sasaran betul-betul disebabkan oleh adanya program tersebut ataukah
karena faktor lain.
Berdasarkan teori ada beberapa alasan rasional dalam pemberian insentif usaha menurut
tulisan yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF) dikutip dari (Nigel A. Chalk,
2001)
adalah Industrial policy, The transfer of proprietary knowledge or technology,
Employment objectives, Training and human capital development, Economic diversification,
Access to overseas market, Regional or locational objectives.
Namun yang perlu menjadi dasar pertimbangan lain adalah sejauh mana kebutuhan dari
industri dan wilayah yang akan diberikan insentif, bagaimana bisnis model dari industri-industri
tersebut. Pada umumnya terdapat empat macam bentuk insentif pajak yaitu :
a. Pengecualian dari pengenaan pajak (tax exemption).
b. Pengurangan dasar pengenaan pajak (deducation from the taxable base).
c. Pengurangan tarif pajak (reduction in the rate of taxes).
d. Penangguhan pajak (tax deferment). (Erly Suandy, 2006, p. 18).
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan penelitian ini adalah suatu penelitian evaluasi
yang ingin mencari tahu jawaban atas permasalahan yang dikemukakan. Berdasarkan tujuan
penelitian, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian ini tergolong penelitian cross sectional. Salah satu ciri dari penelitian kualitatif
adalah digunakannya metode-metode kualitatif. Metode yang sering digunakan pada penelitian
kualitatif adalah pengamatan, wawancara, atau penalahaan dokumen (Lexy J. Moleong, 2007, p.
9). Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan
beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
8
2. Studi Lapangan (field research)
Sebelumnya peneliti merumuskan pokok permasalahan lalu membuat sistematika
penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih terarah. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data-data dan informasi yang sebanyak-banyaknya terkait dengan penelitian baik
berupa data empiris maupun hasil wawancara yang relevan dengan penelitian ini. Analisis data
dilakukan sejalan dengan pengumpulan data, tidak ada aturan baku untuk menganalisis data
kualitatif. Data yang berasal dari wawancara
dianalisis secara deskriptif dan diilustrasikan
dengan contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen dianalisis secara
verbal (Lexy J. Moleong, 2007, p. 36). Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari dan
menelaah berbagai literature untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pengetahuan yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang dapat diterapkan dalam penelitian yang
dilakukan.
Dalam Penelitian ini, tidak ada site khusus peneliti melakukan penelitiannya karena
pengambilan data tidak dilakukan hanya pada satu tempat, yang menjadi site dilakukannya
penelitian ini adalah Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan, Direktorat Jendral Pajak,
Pengelola Reksa Dana Indonesia, Investor Reksa Dana. Agar penelitian menjadi fokus dan
terarah peneliti membatasi penelitian ini hanya mencakup pada evaluasi terhadap kebijakan pajak
penghasilan atas bunga obligasi pada industri reksa dana di tinjau dari teori dampak tipe evaluasi
summative (evaluasi dampak) yakni mendeskripsikan mengenai dampak atas kebijakan.
Peraturan yang digunakan adalah terbatas pada peraturan pemerintah No.16 Tahun 2009 tentang
Pajak Penghasilan Atas Bunga Obligasi yang diterima reksa dana.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.
Evaluasi Dampak Pengenaan Pajak Atas Bunga Obligasi Pada Industri Reksa Dana
1.1.
Dampak Yang Diharapakan (positif)
A. Memenuhi keadilan dalam pemungutan pajak
Berdasarkan tujuan penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan salah satunya
adalah untuk meningkatkan keadilan pengenaan pajak, dalam pelaksanaan ketentuan tersebut
dilakukanlah perluasan subjek dan objek pajak dalam hal-hal tertentu dan pembatasan
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
9
pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya. Pemerintah menginginkan adanya
perlakuan perpajakan yang sama di pasar modal, yang pada akhirnya pemerintah mengeluarkan
PP no16 tahun 2009 sebagai langkah awal dalam memenuhi nilai keadilan pemunggutan pajak
atas produk pasar modal yakni obligasi. Berdasarkan ketentuan yang dituangkan dalam PP
tersebut disebutkan bahwa kedepannya industri reksa dana yang saat ini masih dimanjai dengan
fasilitas pajak secara perlahan akan dipersamakan dengan ketentuan pajak obligasi yang berlaku
secara umum.
Kebijakan tersebut penting untuk menciptakan perlakuan yang sama (equal
treatment) pada produk dan subjek pelaku pasar modal. Kebijakan perpajakan untuk reksa dana
sampai saat ini berbeda dengan instrumen lainnya seperti obligasi dan saham. Melihat kondisi
yang demikian tentunya terdapat pandangan yang berbeda antara otoritas pajak dan pengelola
investasi menimbulkan pro dan kontra mengenai PPh Pajak Reksa Dana berbasis obligasi. di satu
sisi, otoritas pajak berupaya meningkatkan penerimaan dan menerapkan keadilan di bidang
keuangan. Di sisi lainnya, banyak yang berpendapat bahwa reksa dana masih perlu insentif untuk
berkembang. Dalam hal ini pengelola reksa dana akan mengalami penurunan pendapatan apabila
reksa dana dikenakan pajak, disamping itu return yang diterima investor akan mengalami
penurunan. Pada awalnya pemerintah membuat kebijakan tersebut diperuntukkan bagi investor
kecil, namun pada kenyataannya tidak banyak investor yang mempunyai sedikit dana berinvestasi
di reksa dana. Hingga pada akhirnya pemerintah membuat regulasi untuk menghapuskan
pembebasan pajak yang sebelumnya telah diberikan. Dengan begitu dapat terciptanya keadilan
dalam pemungutan pajak. Keadilan tersebut penting dalam melakukan redistribusi penghasilan
atas penghasilan yang diterima reksa dana, kemudian pemerintah mendistribusikannya kepada
masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, aspek keadilan dengan memperlakukan hal yang
sama dan standar pola tingkah laku pengelola pasar modal adalah perlu untuk menjaga
mekanisme pasar. Pembebasan pajak penghasilan terhadap industri reksa dana dapat pula
menimbulkan distorsi.
Ketentuan pajak penghasilan reksa dana atas bunga obligasi dikenakan final bertujuan
untuk memenuhi kesederhanaan administrasi. Sesuai dengan tujuan reformasi pajak penghasilan
yaitu memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan. Biaya administrasi dan kepatuhan
(compliance cost) yang kecil, dalam arti setiap kebijakan pajak harus diadministrasikan atau
diimplementasikan secara efisien, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Atas penetapan
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
10
kebijakan perpajakan reksa dana berbasis obligasi tersebut, pemerintah masih berbesar hati
memberikan kelongaran waktu untuk pengenaan tarif maksimal, dengan memperhitungkan secara
bertahap sebagai step awal 5 tahun pertama diberikan insentif pada tahun 2009-2010 tarif 0% dan
2011-2013 5% .Namun ketika reksa dana telah berkembang dan tumbuh otoritas pajak membuat
keputusan dengan menghapuskan insentif pajak tersebut agar terciptanya equaltreatment dalam
pasar modal. Maka dengan itu terhitung tahun 2014 besaran pajak yang dikenakan adalah 15%.
B. Memberi Konstribusi Penerimaan Pajak
Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa dasar perumusan kebijakan pajak adalah
salah satunya sebagai alat penerimaan negara. Dikarenakan pentingnya melakukan pemungutan
pajak, maka ketentuannya amanat pada undang-undang. Tujuan utama pemungutan pajak adalah
untuk menghimpun dana dari masyarakat
sebagai keperluan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran belanja negara guna kepentingan dan keperluan seluruh masyarakat. Optimalisasi
penerimaan pajak dapat ditempuh dengan cara penyempurnaan kebijakan perpajakan.
Penyempurnaan kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan kapasitas fiscal yang
berfungsi dalam membesarkan volume penerimaan APBN tanpa mengabaikan peran pajak dalam
mendorong investasi, memperkuat daya saing, dan meningkatkan efisiensi perekonomian.
Berdasarkan pemaparan dari otoritas pajak tersebut dapat diketahui bahwa salah satu
pertimbangan pengenaan pajak atas reksa dana berbasis obligasi ini adalah bertujuan untuk
menghasilkan sumber penerimaan tambahan untuk ke kas negara. Besar kecilnya pajak yang
dihimpun bukan menjadi permasalahan utamanya, namun pandangan otoritas pajak untuk
mengarahkan industri reksa dana lebih mandiri dan tidak termanjakan dengan insentif pajak.
Dapat kita perhitungkan bahwa potensi pajak yang dapat diterima dari reksa dana ini relatif tidak
terlalu besar. Berdasarkan data sajian akan dilakukan estimasi potensi penerimaan pajak atas
reksa dana obligasi adalah sebesar Rp.891,6 Miliar diperhitungkan berdasarakan jumlah
portofolio efek obligasi dimiliki reksa dana adalah sebesar Rp.74,3 triliun dengan average suku
bunga obligasi 8,00% dan pengenaan pajak disesuaikan dengan tarif maksimal 15%.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
11
1.2.
Dampak Yang Tidak Diharapakan (Negatif)
A. Terhambatnya Perkembangan Industri Reksa Dana (Menurunnya Minat Investor)
Menurut widoatmojo (2004) dikemukana bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pilihan investasi seseorang adalah pengenaan pajak. Besar kecilnya tarif pajak tersebut menjadi
pertimbangan keputusan berinvestasi. Hal itu dikarenakan besarnya tarif pajak yang dikanakan
dalam instrumen investasi akan berdampak terhadap return yang diterima oleh investor tersebut.
Berikut ini akan dibahas mengenai dampak pengenaan pajak terhadap minat investor.
Pembahasan tersebut meliputi jumlah investor reksa dana yang masih relatif rendah, pandangan
investor mengenai direct investment dibandingkan reksa dana, pandangan investor mengenai
perbandingan dengan instrument lain.
a) Jumlah Investor yang Masih Rendah
Sebagai salah satu alternatif investasi di pasar modal Indonesia, Reksa Dana saat ini
terbilang cukup populer, terutama bagi investor atau calon investor yang tidak punya waktu
bahkan pengetahuan cukup mengenai dunia investasi. Sejumlah keunggulan, seperti dana
investasi yang terjangkau, diversifikasi aset, beban pajak yang ringan, hingga pengelolaan oleh
tim profesional, yakni Manajer Investasi menjadi salah satu pertimbangan mengapa orang
membeli Reksa Dana.
Seiring pesatnya penyebaran pengetahuan dan informasi seputar investasi di pasar modal,
investor pun tampaknya tidak hanya memperhatikan apa yang menjadi keunggulan berinvestasi
Reksa Dana dalam memilih suatu produk. Tentu, banyak hal yang diperhatikan dari suatu produk
Reksa Dana itu sendiri. Misalnya, kinerja historis, besarnya biaya yang dibebankan, dana
kelolaan, bahkan hingga unsur kualitatif lain yang dianggap dapat mempengaruhi prospek kinerja
Reksa Dana itu sendiri.
Direktur Pengawasan Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Fakhri Hilmi
mengatakan jumlah investor produk Reksa Dana di Indonesia masih rendah dibandingkan negaranegara berkembang lain di kawasan Asia "Jumlah investor di Indonesia masih sekitar 161 ribu,
padahal para pemilik reksa dana di Thailand mencapai 2,5 juta dan Malaysia 15 juta dengan
populasi penduduk yang lebih sedikit dari Indonesia," (dikutip dari antara news.com, 20 Maret
2013).
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
12
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa total investor reksa dana saat ini relatif masih
rendah dengan persentase ±0,1% dari jumlah penduduk Indonesia saat ini sejumlah ±250 juta
jiwa. Sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak didunia tentunya
Indonesia memiliki potensi jumlah investor yang lebih besar. Besarnya potensi belum tentu akan
menghasilkan performa yang maksimal, sebagaimana diketahui behavior dari masyarakat
Indonesia saat ini masih cenderung kepada saving society. Semestinya dengan ada produk
investasi model reksa dana yang konsennya kepada investor retail tentu akan banyak menampung
investor kecil, hal itu dikarenakan dana investasi yang ditampung sangat terjangkau.
b) Pandangan Investor Mengenai Direct Investment dibandingkan Reksa Dana
Berikut ini disajikan tabel perbandingan antara investasi langsung pada obligasi
dibandingkan dengan investasi dengan model reksa dana :
Tabel 1 Direct Investment Versus Investasi Reksa Dana
Karakteristik
Obligasi
Investasi yang dilakukan hanya berpegang pada satu obligasi
yang dibeli pada penawaran umum
atau pasar sekunder
Pembayaran
Reksa Dana Berbasis Obligasi
Saham Reksa Dana yang terdiri dari
diversifikasi efek obligasi serta efek
lainnya.
Berapa kesanggupan selama di atas
batas minimal relatif lebih kecil
Manajer Investasi memutuskan
pilihan aset investasi (ditangani oleh
MI yang merupakan profesional
dalam investasi)
Pembagian keuntungan
Penerimaan kupon obligasi secara
Investor dapat menginvestasikan
periodikal (triwulanan atau
bunga yang diterimanya
semesteran)
(direinvestasikan) atau dibayarkan
kepada investor.
Likuiditas dalam
harus effort untuk mencari pembeli Investor dapat menerima uang
penjualan
melalui trading di Kustodian Sertal penjualan sehari kemudian, investor
Efek Indonesia
dapat pula memindahkan
investasinya ke reksa dan lain dalam
satu kelompok.
Biaya Yang Dikeluarkan Biaya relatif lebih rendah
Umumnya terdapat biaya pembelian
/ penjualan kembali (persentase %
dari transaksi)
Beban Pajak
Pajak yang dikenakan 15% dari
Dikarenakan pajak dikenakan pada
bunga obligasi yang diterima
level reksa dana, sejauh ini tarif
yang berlaku 5% untuk penghasilan
atas bunga obligasi, mulai tahun
2014 efektif 15%
Resiko
Tinggi dikarenakan investasi yang
Lebih rendah, karena terdapat
dilakukan kepada satu efek obligasi, diversifikasi efek obligasi sebagai
adanya probabilitas default pada
aset reksa dana
emiten
Pengambilan keputusan
Memiliki Batasan Mimimal dengan
sejauh ini minimum Rp5 juta
Keputusan Investor Sendiri
(berpegang kepada skill investor)
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan perjabaran dari perbandingan tersebut bila tarif pajak yang diberlakukan
sama antara direct investment dengan reksa dana, maka sudah dapat diperkirakan investor akan
lebih cendrung melakukan investasi secara langsung yang lebih memberikan keuntungan yang
lebih baik dibandingkan dengan investasi reksa dana.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
13
c) Pandangan Investor Mengenai Perbandingan Instrumen Lainnya
Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut dapat diketahui bahwa seorang investor
tentunya memiliki pandangan dan pengalaman dalam berinvestasi, sehingga dengan demikian
perlu setidaknya melakukan invetarisasi perbandingan antara investasi reksa dana dengan produk
lainnya sebagai contoh Deposito. Berikut dilakukan peninjauan mengenai perbandingkan antara
reksa dana dengan Deposito :
Tabel 2 Perbandingan Deposito dan Reksa Dana
Karakteristik
Pengelola
Bank
Bentuk Hukum
-
Penempatan Investasi
Penyetoran Dana Pokok
Bukti Kepemilikan
Sertifikat Deposito
Penerimaan Hasil Investasi
Indikator Hasil Investasi
Jenis/Pilihan yang
ditawarkan
Penerimaan dana pokok + bunga
Bunga (Fix) untuk jangka waktu
tertentu
Menyalurkan dalam bentuk
portofolio kredit kepada
perusaan/perorangan (debitor) dan
usaha perbankan lainnya.
Perbedaan jangka waktu dengan
tingkat bunga yang berbeda-beda
Jangka waktu
1, 3, 6, 12 bulan (pendek)
Yang dilakukan Pengelola
terhadap dana investor
Biaya
Pajak
Pendapatan Pengelola
Deposito
Reksa Dana
Manajer Investasi (perusahaan
Efek & Bank Kustodian)
Perusahaan (PT) & Kontrak
Investasi Kolektif (KIK)
Pembelian unit penyertaan
Konfirmasi Kepemilikan Unit
Penyertaan dan/atau Laporan
Bulanan Saldo Unit Penyertaan
Hasil Penjualan Unit Penyertaan
Nilai Aktiva Bersih (NAB) per
unit Penyertaan (berfluktuasi)
Diinvestasikan kedalam suratsurat berharga seperti saham,
obligasi, deposito atau surat
berharga lainnya.
Saat ini dikategorikan dalam 4
jenis: Pendapatan Tetap (obligasi),
Saham Campuran dan Pasar Uang
Tergantung Jenis Reksa Dana:
Pasar Uang (pendek < 1 tahun),
Campuran (pendek / menengah/
panjang >6 bulan), Pendapatan
Tetap (menengah >3tahun),
Saham (panjang > 6, 10 tahun)
Umumnya tidak ada biaya (kecuali Umumnya terdapat biaya
biaya materai atau penerbitan
pembelian/ penjualan kembali (%
sertifikat deposito, jika ada)
dari nilai transaksi)
Pajak 20% final atas bunga
Keuntungan dari Hasil penjualan
deposito
kembali dan pembagian
keuntungan bukan objek pajak
Imbalan jasa pengelolaan
Perbedaan (spread) suku bunga
yang diterima dari debitur dan suku (Management Fee) berdasarkan
bunga yang diberikan kepada
persentase (%) dari nilai assset
nasabah deposan
Reksa Dana yang dikelola
Sumber : hasil olahan peneliti
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikemukakan bahwa investor reksa dana jumlahnya
masih sangatlah rendah serta investornya masih terlalu rentan terhadap nilai return yang
diberikan, sehingga ketika ekspektasi return investor tidak dapat terpenuhi, maka besar
kemungkinan banyak investor yang akan hijrah kepada produk lainnya dengan demikian peluang
membangun dan mengembangkan dana investasi melaui model reksa dana ini akan cendrung
melambat.
B. Menurunnya ekspansi perusahaan (emiten obligasi) dalam mengembangkan sektor
usahanya
Sejauh ini jumlah kepemilikan reksa dana pada instrumen obligasi ini sudah cukup besar.
Dengan penetapan kebijakan tarif pajak atas pendapatan bunga obligasi akan berpengaruh
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
14
terhadap tumbuh dan kembangnya industri reksa dana, juga berkorelasi dengan produktifitas
perusahaan emiten obligasi itu sendiri. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada
volume konstribusi reksa dana pada instrumen obligasi akan flat dan cendrung akan menurun
sehingga akan mengurangi permintaan obligasi. Dengan demikian kebijakan tersebut akan
berpengaruh terhadap penyerapan dana emisi obligasi, yang selanjutnya dana hail emisi tersebut
diperuntukkan sebagai penguatan modal bagi perusahaan emiten obligasi untuk berekspansi dan
mencapai profitabilitas yang baik.
Ketua
Asosiasi
Pengelola
Reksa
Dana
Indonesia
(APRDI)
Abiprayadi
Riyanto memaparkan bahwa dampak positif bila pengenaan pajak reksa dana berbasis obligasi
tetap di level 5% adalah mendorong proyek-proyek infrastruktur. Sebab, proyek infrastruktur
yang pada umumnya memiliki kebutuhan dana jangka panjang akan memiliki kepastian dana.
Bila proyek tersebut berjalan, peningkatan ekonomi bukan suatu yang mustahil. “Bila
perekonomian bertumbuh, pendapatan pemerintah pun akan bertambah.”
C. Melemahnya daya saing investasi reksa dana di Indonesia dibandingkan dengan negara
lain.
Peningkatan produk domestik bruto (PDB) dapat meningkatkan ekspetasi masyarakat
dalam berinvestasi. Salah satunya yakni dengan berinvestasi pada reksa dana yang dapat
memberikan tingkat pengembalian (yield) yang tinggi. Berikut ini disajikan perbandingan
persentasi dana kelolaan Reksa Dana terhadap PDB di beberapa negara ASEAN , dengan rincian:
Grafik 1 Persentase Dana Kelolaan Reksa Dana Terhadap PDB
Tahun 2011
Sumber : http://finance.detik.com (15 Oktober 2012)
Presentase dana kelolaan reksa dana terhadap PDB juga masih rendah. Hingga 2011
hanya 2,2% dari total produk domestik bruto Rp 7.427 triliun. Presentarse yang rendah ini makin
menggambarkan ketertinggalan industri reksa dana Indonesia dibandingkan negara tetangga,
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
15
seperti Malaysia yang mencapai 49%, atau Thailand 20% dan Filipina 19,5%. Masalah
perpajakan terjadi apabila investor dihadapkan pada struktur pajak yang mengurangi jumlah total
return yang sebenarnya dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan saat ini atau untuk
diinvestasikan kembali pada masa yang akan datang. Kebijakan perpajakan di suatu negara dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan investasi (widoatmodjo,2004)
Disamping tantangan terhadap pengenaan tarif pajak maksimal, industri reksa dana
Indonesia kedepannya juga akan bersaing dengan negara-negara ASEAN. Pada tahun 2015,
Asean berwacana akan membuka cross boarder offering. Dengan demikian akses dalam
melakukan penawaran instrumen investasi antar negara ASEAN akan lebih aktif. Sebagai salah
satu produk investasi pasar modal tentunya industri reksa dana akan mengalami pasang surut
ketika mulai terdapatnya competitor dalam pemasaran produk. Sebagai langkan dalam
memberikan upaya dukungan dan perlindungan kepada industri reksa dana dalam negeri,
harapannya pemerintah berbijaksana kembali merancang regulasi yang memberikan dukungan
dan perlindungan kepada industri reksa dana dari dampak persaingan global. Mengingat reksa
dana tersebut merupakan salah satu penopang siklus aliran dana untuk sektor rill yang akan
berpengaruh terhadap perekonomian bangsa. Serta kebijakan yang masih dirasa memberatkan
industri reksa dana, perlu untuk dikaji kembali, agar tidak terhambatnya kemajuan industri reksa
dana dalam negeri. Karena sebagai perbandingan dengan negara-negara ASEAN untuk
pertumbuhan reksa dana Indonesia tergolong lambat dan masih kurang produktif yang
tergambarkan dengan rasio terhadap PDB yang saat ini masih dibawah angka 3%, sedangkan
Malaysia sudah 49%, Thailand 20% dan Filipina 19,5%.
2.
Studi Evaluasi Kebijakan Pajak Reksa Dana Berbasis Obligasi Dengan Tarif Pajak
Berlaku Selanjutnya 5%
Saat ini tarif pajak penghasilan atas penghasilan obligasi bagi reksa dana adalah sebesar 5%.
Dengan Besar tarif tersebut, pihak pengelola investasi berpendapat tarif tersebut lebih fair dengan
kondisinya saat ini. Dimana pihak pengelola sendiri mengupayakan agar reksa dana berbasis
obligasi ini dapat tumbuh dan berkembang serta menguatkan pondasi pemodal retail yang
nantinya akan mendukung aliran dana ke pasar modal yang berujung pada pembangunan sektor
riil.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
16
Dikutip dari buku Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi yang
ditulis oleh (Dr Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Dr R Imam Mukhlis, 2012) “Kebijakan
perpajakan yang baik ikut menentukan jalannya perekomian di suatu negara. Dijelaskan bahwa
tarif pajak yang tinggi akan menurunkan investasi yang otomatis menekan pertumbuhan ekonomi
dan berdampak mengecilnya penerimaan pajak. Tarif pajak yang relatif kecil akan berdampak
sebaliknya, investasi melaju, pertumbuhan ekonomi membaik, dan penerimaan negara membesar.
Jadi, jelas setiap kebijakan perpajakan memiliki dampak ekonomi makro dan aspek sosial
lainnya”.
•
Motif Insentif Yang Diberikan
Dengan kebijakan pajak untuk tarif sebesar 5% harus ada tujuan motif pemberiannya.
Karena terdapat diskriminasi tarif dengan produk investasi lainnya. Berdasarkan teori ada
beberapa alasan rasional dalam pemberian insentif usaha menurut tulisan yang dikeluarkan oleh
International Monetary Fund (IMF) dikutip dari (Nigel A. Chalk, 2001) yang kiranya termasuk
dalam ranah motif diberikannya insentif pajak atas reksa dana berbasis obligasi adalah
industrial policy , employment objectives, economic diversification, access to overseas market.
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Pertama yaitu industrial policy, Alasan dari diberikannya insentif usaha adalah guna
mendorong majunya industri yang ada dalam suatu negara, karena diharapkan dengan adanya
insentif usaha maka para pelaku industri besar / retail berminat untuk menanamkan modalnya
(berinvestasi) di negara yang bersangkutan dan selanjutnya dapat menjadi katalis guna
memajukan industri dalam negeri. Pada dasarnya pemerintah menginginkan suatu kebijakan
yang ideal agar memberikan konstribus positif terhadap perkembangan negara. Jika dikaitkan
dengan kebijakan yang mendasari diberikannya insentif pajak bagi industri reksa dana atas
pembebasan pajak penghasilan bunga obligasi yang diterima oleh reksa dana adalah agar
berkembangnya industri reksa dana.
Kedua yaitu employment objectives, diharapkan dengan adanya insentif usaha yang dapat
mengajak para investor untuk menanamkan modalnya di suatu negara maka dapat menciptakan
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat terutama apabila investasi tersebut merupakan
investasi yang menyerap banyak tenaga kerja. Dalam hal ini berkaitan dengan reksa dana
sebagai salah satu pemain dalam pasar obligasi yang dapat memberikan konstribusi kepada sektor
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
17
industri yang membutuhkan pembiayaan sebagai emiten, yang melakukan emisi obligasi dalam
memperoleh pendanaan, yang mana salah satunya dana yang bersumber dari investasi efek yang
dilakukan oleh perusahaan reksa dana pada instrumen obligasi. Hal itu dapat dilihat pada
mekanisme berikut:
Gambar 1 Mekanisme Kegiatan Reksa Dana
Sumber : hasil olahan peneliti
Dari mekanisme transaksi di atas dapat kita ketahui bahwa pendanaan yang disalurkan
dari reksa dana kepada emiten obligasi akan diperuntukkan sebagai penguatan modal atau
pertumbuhan perusahaan emiten tersebut, dengan berkembangnya perusahaan emiten tersebut
dapat menimbulkan multiplier effect yakni meningkatnya industri yang bersangkutan, implikasi
kepada pihak-pihak terkait, terbukanya lahan pekerjaan baru, secara tidak langsung menimbulkan
potensial penerimaan pajak baru juga.
Ketiga yaitu economic diversification, dengan masuknya para investor baru maka
diharapkan dapat menimbulkan diversikasi ekonomi bagi negara tersebut sehingga
kemungkinan adanya penambahan sektor-sektor industri baru dapat tumbuh lebih banyak. Reksa
dana obligasi tidak hanya memberikan manfaat secara langsung kepada emiten maupun investor
tetapi juga secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal dan bagi
pertumbuhan ekonomi karena turut menjadi salah satu penopang berputarnya roda perekonomian,
yakni sebagai intermediary (perantara) yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi.
Keberhasilan penggalangan dana masyarakat untuk tujuan investasi ini pada akhirnya akan
berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan sumber dana
dalam negeri.
Keempat yaitu access to overseas market, dengan adanya insentif usaha maka para
investor baik dari pihak domestik maupun dari pihak asing akan tertarik untuk menanamkan
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
18
modalnya di negara yang bersangkutan, apabila investor asing ini mulai memasuki industri dalam
negeri maka kemungkinan besar investor asing tersebut akan melakukan perdagangan
internasional, sehingga diharapkan dapat membuka akses pasar internasional terhadap negara
yang bersangkutan. Dengan adanya akses ke pasar internasional ini maka diharapkan dapat
mendorong kegiatan bilateral atau multilateral kerjasama dengan negara yang bersangkutan.
Tanpa disadari kemajuan perekonomian Indonesia pada masa-masa ini sebenarnya telah diakui
oleh lembaga pemeringkat internasional. Iklim investasi Indonesia yang semakin baik telah
berhasil mengangkat peringkat utang Obligasi Pemerintah (Government Bond) Indonesia oleh
lembaga rating Moody’s menjadi Baa3, yang berarti masuk ke level investment grade atau
kategori layak investasi. Lembaga pemeringkat Fitch juga telah menaikkan peringkat "foreign
currency long term" (tingkat risiko untuk berinvestasi di suatu negara dalam jangka panjang)
Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Peringkat rating ini secara langsung merefleksikan ketahanan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, rendahnya rasio utang publik, penguatan likuiditas eksternal
serta terdapatnya kerangka makro ekonomi yang bijak dan prudent. (Majalah Indonesian Tax
Review, edisi Oktober 2012). Reksa dana memberikan akses bagi setiap pemodal untuk
berinvestasi dengan kriteria yang telah ditetapkan, dengan penguatan permodalan khususnya
pemodal retail baik domestic ataupun asing, hal itu tentunya juga akan memberikan stimulus
terhadap iklim investasi di Indonesia serta memicu dalam melakukan akses perdagangan
international.
Alasan-alasan pemberian fasilitas pajak seperti yang telah diuraikan diatas merupakan
suatu penilaian untuk menetapkan layak atau tidaknya suatu industri untuk diberikan fasilitas
pajak penghasilan. Perumusan mengenai bidang usaha yang dapat diberikan fasilitas pajak
penghasilan tersebut dilakukan mengingat tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam
rangka pemberian fasilitas pajak penghasilan. Sehingga dengan penjelasan tersebut dapat
dikemukakan bahwa alasan diberikannya insentif pajak masih tetap terpenuhi.
•
Bentuk Insentif Yang Diberikan
Dapat kita ketahui secara historical penghasilan reksa dana berbasis obligasi dahulunya
dikecualikan dari pengenaan pajak atau disebut tax exemption. Jika dengan pengenaan tarif tersebut
sebesar 5%, maka bentuk insentifnya adalah pengurangan tarif pajak.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
19
•
Potensi Penerimaan Pajak
Mengembangkan kebijakan-kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas fiskal guna mendukung dan memperkuat sumber-sumber pendanaan APBN tanpa
mengabaikan peran pajak dalam mendorong investasi, meperkuat daya asing, dan meningkatan
perekonomian. Menurut Mansury, sangat penting di negara berkembang untuk memusatkan
upaya pada peningkatan penerimaan pajak yang secara politis bisa diterima dan tidak membebani
sistem perpajakan dengan berbagai tugas diluar tugas untuk mengumpulkan penerimaan.
Jika dilihat dari besaran tarifnya, tentu nilai 5% adalah lebih kecil tertimbang 15%.
Dengan mengaplikasikan besar pajak 5% tentunya secara langsung akan menyumbangkan
besaran pajak sebesar 5% dari penghasilan yang bersumber dari obligasi. Disamping itu secara
tidak langsung penerimaan pajak dari sektor lain pun berpotensi meningkat, karena pendanaan
dari dana obligasi berfungsi dalam mengembangkan usaha emiten. Bila usaha emiten meningkat
tentunya variabel penghasilanpun akan meningkat, sehingga volume penarikan pajak pun akan
meningkat.
Kesimpulan
1. Evaluasi Dampak kebijakan pajak penghasilan atas bunga obligasi pada industri reksa dana di
Indonesia, disusun menjadi dua bentuk dampak yaitu :
a. Dampak yang diharapan (Positif)
•
Memenuhi keadilan dalam pemungutan pajak
Otoritas pajak menerbitkan kebijakan perpajakan atas industri reksa dana agar terciptanya
equaltreatment dalam pasar modal. Maka dengan itu terhitung dari tahun 2014 besaran pajak
yang dikenakan adalah 15%.
•
Memberi Konstribusi Penerimaan Pajak
Salah satu pertimbangan pengenaan pajak atas reksa dana berbasis obligasi ini adalah
bertujuan untuk menghasilkan sumber penerimaan tambahan untuk ke kas negara. Besar
kecilnya pajak yang dihimpun bukan menjadi permasalahan utamanya, namun pandangan
otoritas pajak untuk mengarahkan agar industri reksa dana lebih mandiri.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
20
b. Dampak yang tidak diharapakan (negatif)
•
Menurunnya minat investor
Jumlah investor reksa dana yang terdaftar saat ini masih relatif sedikit dengan perbandingan
0,1% persen dari jumlah penduduk Indonesia. Adanya pandangan Investor untuk melakukan
direct investment dibandingkan melalui reksa dana, Adanya pandangan investor yang
cendrung akan memilih alternatif instrumen investasi lainnya. Dengan demikian dapat
diproyeksikan kebijakan pajak tersebut akan menurunkan minat investor.
•
Menurunnya ekspansi perusahaan dalam mengembangkan sektor usahanya.
Dengan menurunnya supply dana dari industri reksa dana kepada pasar modal obligasi, akan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai pendanaan perusahaan emiten
obligasi. Dengan demikian ekspansi dan pengembangan usaha akan menjadi lambat.
•
Melemahnya daya saing investasi pada reksa dana di Indonesia dibandingkan dengan
negara lain.
Dengan melihat pertumbuhan Nilai Aset Bersih reksa dana berbasis obligasi saat ini sudah
mencapai Rp35 triliun dengan rasio kelolaan reksa dana terhadap PDB saat ini yakni 2,2%.
Tingkat rasio tersebut jika diperbandingkan dengan negara seperti Malaysia, Thailand dan
Filipina masih tergolong relatif rendah.
2. Dalam menganalisis ketentuan tarif 5% yang selanjutnya diberlakukan, disimpulkan skema
kebijakan insentif yang sesuai dengan industri reksa dana saat ini adalah diskrimisasi tarif
atau reduce rate tetap dapat diberlakukan. Melihat motif pemberian insentif pajaknya masih
terpenuhi, disamping itu struktur transaksi reksa dana dan out put yang dihasilkan yang
berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional serta berorientasi pada penggunaan sumber
dana dalam negeri khususnya pemodal retail.
Saran
1. Dengan mempertimbangkan dampak-dampak yang ditimbulkan atas kebijakan perpajakan
reksa dana, diusulkan kepada Pemerintah untuk mengkaji kembali penetapan tarif pajak
penghasilan 15% atas bunga obligasi pada industri reksa dana, dengan tujuan agar tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian secara global.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
21
2. Dengan itu disarankan kepada pemerintah untuk tetap memberikan insentif pajak berupa
pengurangan tarif (diskriminasi tarif) yang tetap diberlakukan tarif pajak 5% Sejauh ini
peranan industri reksa dana berbasis obligasi sangat penting dengan menciptakan membentuk
multipier effect positif pada pertumbuhan ekonomi. Bila kapasitas volume dan investor retail
telah menguat dan reksa dana telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, dan pola masyarakat
sudah menjadi investment society , maka insentif pajak dapat dilepaskan secara perlahan-lahan.
Daftar Referensi
Books:
Erly Suandy. (2006). Perencanaan Pajak, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Faria, Angelo G.A. and M.Zohto Yocelik. (1995), The Interrelationship Between Tax Policy and
Tax Administration.
Marsuni, Lauddin. (2006) Hukum dan Kebijakan Pepajakan di Indonesia, Yogyakarta: UII Press.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi penelitian kualiatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Nigel A. Chalk. (2001) “Tax incentives in The Philippines: A Regional Perspective”, IMF
Working Paper.
Sawidji Widoatmodjo. (2004) . Jurus Jitu Go Public, Jakarta : Penerbit Elex Media Komputindo.
Wibawa, Samodra, Yuyun. P dan Agus Pramusinto (1994). Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta :
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada,.
Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik : Teori & Proses (Edisi Revisi).Yogyakarta : Penerbit
Media Pressindo.
Internet:
http://www.antaranews.com/, diunduh 20 Maret 2013
http://www.kontan.co.id/, diunduh 9 Maret 2013
News Paper and Magazine:
Harian Bisnis Indonesia, edisi 2 Februari 2011.
Harian Bisnis Indonesia, edisi 1 Juni 2012.
Evaluasi kebijakan ..., Candra Nur Budiawan, FISIP UI, 2013
Download