kelimpahan jenis tumbuhan bawah pakan ternak

advertisement
KOMPO
OSISI DAN
N PRODUK
KSI TUMBU
UHAN BAWAH SUM
MBER PAK
KAN
TER
RNAK PADA BEBER
RAPA KEL
LAS UMUR TEGAK
KAN JATI
(Studii Kasus di Areal
A
Hutan RPH Krand
degan, BKP
PH Begal, B
Bagian Hutaan
Kedunggalar Selataan, Sub KPH
H Ngawi Teengah, KPH
H Ngawi, Peerum Perhuttani
U
Unit II, Jawaa Timur)
T
TUGAS AKHIR
A
h
Oleh
RA
AHMAD BASUKI
B
08//272556/DK
KT/01238
PROGRAM ST
TUDI PENG
GELOLAA
AN HUTAN
N
DIP
PLOMA IIII FAKULT
TAS KEHU
UTANAN
UNIVER
RSITAS GA
ADJAH MA
ADA
Y
YOGYAKA
ARTA
2012
2
KOMPOSISIDAN PRODUKSI TUMBUHAN BAWAH SUMBER PAKAN
TERNAK PADA BEBERAPA KELAS UMUR TEGAKAN JATI
(Studi Kasus di Areal Hutan RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan
Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani
Unit II, Jawa Timur)
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Kehutanan
Oleh
RAHMAD BASUKI
08/272556/DKT/01238
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
DIPLOMA III FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
NOVEMBER
2012
i
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur Atas Kehadiratmu Ya Allah......
Hari-hari
adalah
lembaran
baru
untuk
goresan
amal
perbuatan.
Jadikanlah hari-harimu syarat dengan amalan yang terbaik.
Kesempatan itu akan segera lenyap secepat perjalanan
awan, dan menunda-nunda pekerjaan tanda orang yang
merugi. Dan barang siapa bersampan kemalasan, ia akan
tenggelam bersamanya.
(Ibnul Jauzi, Al Muhdisy, Hlm. 382)
Karya ini kupersembahkan,,,
 Ibu dan Bapak Tercinta yang selalu menyayangiku dan
telah banyak berkorban untuk ku.
 Suadara-saudaraku yang memberi dukungan padaku.
 Buat teman-teman almamaterku yang membersamaiku
selama tiga tahun.
 Buat orang yang ku cintai yang selalu menghibur dan
memberi motivasi padaku,serta menemani ku “ ana
uhibbukum fillah”.
 Buat semua aja yang tidak dapat kusebutkan namanya
satu persatu makasih banyak ya...
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul, “Komposis dan Produksi Tumbuhan Bawah Sumber Pakan Ternak di
Bawah Tegakan Jati (Tectona grandis), Studi Kasus di Areal Hutan RPH
Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi
Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesarbesarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, dan kesehatan selama
menjalankan ptaktik kerja lapangan.
2. Dr. Satyawan P, S.Hut.,M.Sc.selaku Dekan Fakultas Kehutanan UGM.
3. Teguh Yuwono,S.Hut, M.Sc. selaku ketua program studi Dilpoma III
Fakultas Kehutanan UGM.
4. Bapak Ir. Soewarno Hasanbahsri, M. Sc, yang telah mencurahkan segala
kesabaran, perhatian, waktu, tenaga, serta pikiran dalam memberikan
arahan dan bimbingan serta masukan. Sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Orang tua dan keluarga tercinta di kampung, yang selalu memberikan
do‟a, dukungan, dan kasih sayang tiada habisnya.
6. Mbk siti, mas didik, mbk puput, mas nugrah, mbk astri, nugi, kesya yang
senantiasa menyemangati penulis.
iv
7. Mas Sekti, Mas Fendi, Pak Wisnu, Pak Sartija, Otoy, Tyan, Ibunk, Aficena
yang selalu menyemangati penulis.
8. Pak
Bambang,
Fajrur
Rosyadi,
yang
telang
membimbing
dan
memfasilitasi penulis dalam menyelasaikan TA ini.
9. Para penghuni wisama Ibnu Taimiyah, Sayyid, Rajab, Al Kahfi “maaf
telah banyak mengganggu ketenangan penghuni kontrakan,,,”.
10. Teman – teman D3 Kehutanan UGM angkatan 2008 – 2011 yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
11. Pengurus dan angota KMIK UGM angkatan 2008 ( Irham, Gamal, Hendra,
Hendro, Asok, Lido, Solehudin, Dika, Eko P, Eko War, Feri, Heri Pur,
Candra, Ali, Drajat, Yuntari, Ana, Umi, Uta, Isna, Arifani dll).
12. KMIK UGM angkatan 2007 ( mas dewangga, mas Adit, mas Gilang, mas
Faik, mas Fajar, mas Sahir, mbk Nofi, mbk siska, dll)
13. Akbar, rizmoon, mas angga, dan semua Mujahid Rimbaraya
14. Ikwah muslim Agro. ( mas arifin, Adnan, Rudi, mas lukman, dll)
Serta banyak pihak yang tidak cukup untuk penulis sebutkan satu persatu. Terima
kasih atas segala dukungan dan bantuannya.
Penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi diri sendiri utamanya
dan bagi orang lain yang memerlukannya. Namun penulis juga menyadari bahwa
tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Yogyakarta, November 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
RINGKASAN ................................................................................................. ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
BAB I. PENDAUHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Pasalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
A. Ekosistim Hutan Jati ........................................................................... 4
B. Tumbuhan Bawah di Bawah Tegakan Jati ......................................... 5
C. Analisis Vegetasi Metode Destruktif .................................................. 6
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 8
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 8
B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 8
C. Prosedur Pengambilan Data ................................................................ 9
vi
D. Parameter yang Diamati dan Analisis Hasil......................................... 10
BAB IV. KEADAAN UMUMLOKASI PENELITIAN ................................. 12
A. Letak .................................................................................................... 12
B. Tanah dan Topografi ........................................................................... 12
C. Iklim .................................................................................................... 12
D. Umur dan Kondisi Tegakan ................................................................ 13
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...................................... 14
A. Peran Tumbuhan Bawah dan Potensi Ternak ...................................... 14
B. Tumbuhan Bawah serta Bimasa Tumbuhan Bawah Sumber
Pakan Ternak pada Anak Petak KU II ................................................. 16
C. Tumbuhan Bawah serta Bimasa Tumbuhan Bawah Sumber
Pakan Ternak pada Anak Petak KU II ................................................. 18
D. Tumbuhan Bawah serta Bimasa Tumbuhan Bawah Sumber
Pakan Ternak pada Anak Petak KU II ................................................ 20
E. Analisis Vegetasi Tunbuhan Bawah Sumber Pakan Ternak ................ 22
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35
LAMPIRAN ..................................................................................................... 36
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
Daftar Jenis Tumbuhan Bawah per KU ...................................................... 37
Daftar Jenis Tumbuhan Bawah ................................................................... 38
Biomasa Segar Tumbuhan Bawa Sumber Pakan Ternak ............................ 39
Gambar Tumbuhan Bawah .......................................................................... 40
viii
KOMPOSISIDAN PRODUKSI TUMBUHAN BAWAH SUMBER PAKAN
TERNAK PADA BEBERAPA KELAS UMUR TEGAKAN JATI
(Studi Kasus di Areal Hutan RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan
Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani
Unit II, Jawa Timur)
INTISARI
Tumbuhan bawah di bawah tegakan jati sering kali dimanfaatkan oleh
masyarakat desa di sekitar hutan sebagai sumber pakan ternak. Tidak semua jenis
tumbuhan bawah pada tegakan jati tersebut bisa dimanfaatkan untuk sumber
pakan ternak. Masyarat desa di sekitar hutan biasanya memilah-milah tumbuhan
bawah yang bisa digunakan untuk pakan ternak dan mana yang tidak.
Penelitian ini bertujuan untuk;(1)mengetahui komposisi tumbuhan
bawah yang dimanfaatkan untuk pakan ternak pada tegakan jati KU II, IV, dan
VI. (2)mengetahui biomassa tumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk pakan
ternak dalam keadan segar pada tegakan jati KU II, IV, dan VI. Penlitian ini
dilakukan pada kawasa hutan di RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan
Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani
Unit II, Jawa Timur.
Hasil pengamatan tumbuhan bawah di bawah tegakan jati pada KU II
ditemukan sebanyak 5 jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak (Digitaria sp.,
Centrosema pubescens, Ipomea trilobata,Dismodium pulchelum, Ciklea barkata)
KU IV ditemukan sebanyak 7 jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak
(Digitaria sp., Manihot utilissima, Ipomea trilobata, Centrosema pubescens,
Commelina nudiflora, Melia azedarach, Desmodium triquetrum) dan KU VI
ditemukan sebanyak 9 jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak (Dismodium
pulchelum, Manihot utilissima, Centrosema pubescens, Commelina
nudiflora,Ipomea trilobata, Digitaria sp., Cajanus cajan, Calopogonium
mocunoides). Total jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak di semua KU
adalah sebanyak 12 jenis, dan jumlah semua jenis tumbuhan bawah yang
ditemukan di semua KU adalah sebanyak 31 jenis.
Hasil pengamatan biomassa tumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk
pakan ternak pada tegakan jati KU II ditemukan 5 jenis tumbuhan bawah sumber
pakan ternak dengan jumlah total bomassa 447 g/m², KU IV ditemukan 7 jenis
tumbuhan bawah sumber pakan ternak dengan jumlah total bomassa 239 g/m².
KU VI ditemukan 9 jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak dengan jumlah
total bomassa 265 g/m².
Kata kunci: tegakan jati, tumbuhan bawah pakan ternak, komposisi, biomassa.
ix
COMPOSITION AND PRODUCTION OF UNDERGROUND
VEGETATION OF FORAGE IN THE VARIOUS AGE CLASSES OF
TEAK STAND
(Case Studies in The Area ofForest RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan
South Kedunggalar, Sub KPH Central Ngawi, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit
II, East Java)
Rahmad Basuki1
Ir. Soewarno Hasanbahri., M.S.2
ABSTRACT
Plants under teak stands are often used by villagers around the forest as a source
of animal feed, but not all plants under teak stands can be used as animal feed. villagers
around forests usually sort out - through the plants that can be used for animal feed and
which are not.
This study aims to: (1) determine the composition of the plant are used for animal
feed on teak stands KU II, IV, and VI. (2) determine the biomass plant are used for
animal feed in the state fresh on teak stands KU II, IV, and VI. Penlitian is done in the
forest regions of RPH Krandegan, BKPH robber, south of Forest Kedunggalar, Sub
Central Ngawi KPH, KPH Ngawi Perhutanioffice Unit II of East Java.
The results of research on the plants under teak stands at KU II found the source
of as much as 5 species of animal feed. KU IV found to harbor as many as 7 species of
animal feed the source of livestock feed. KU VI found as many as nine species of plants
under fodder sources. The study also shows that there are several types of plants under
the same time there is also another KU. Total plant species under fodder sources in all
KU are as many as 12 species, and the number of all types of plants are found in all of
KU are as many as 31 species. The results below are utilized plant biomass for fodder in
teak stands KU II found 5 plant species under fodder resources bomassa totaling 447 g /
m², KU IV found 7 plants under fodder resources bomassa totaling 239 g / m² . KU VI
found 9 plants under fodder resources bomassa totaling 265 g / m².
Keywords: Teak Stands, The Cattle Feed Plant, Composition, Biomass
1
Student of Diploma III Program of Forestry Faculty, University of Gadjah Mada
Lecture of Forestry Faculty, University of Gadjah Mada
2
x BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008), terbentuknya pola
keanekaragaman dan struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang
dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun
abiotik. Salah satu komponen dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah
tumbuhan bawah. Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008) Tumbuhan bawah
adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan dan vegetasi semak
belukar.Tumbuhan bawah pada lahan-lahan atau tegakan hutan tanamanseringkali
dianggap sebagai gulma. Menurut Nazif dan Pratiwi (1991), gulma adalah
tumbuhan yang mengganggu tanaman budidaya, sebab gulma memiliki
kemampuan bersaing dengan tanaman pokok dalam hal unsur hara, cahaya, air
dan tempat tumbuh. Selain itu juga dapat berperan sebagai perantara dari hama
penyakit dan juga dapat bersifat alelopati yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis bagi tanaman pokok.
Meskipun mempunyai pengaruh negatif karena dapat menjadí pesaing
bagí tanaman pokok, tumbuhan bawah berperan penting dalam ekosistem hutan.
Tumbuhan bawah terlibát dalam interaksi antar jenis seperti
interspesifik, alelopati dan
merupakan tempat
kompetisi
perlindungan yang baik bagi
mamalia; dan menentukan iklim mikro yang cocok bagi serangga (Tjitrosoedirdjo
1
et al. 1984).Dalam stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati
stratum D yakni lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada
stratum E (Soerianegara dan Indrawan, 2008), sehingga tumbuhan bawah juga
dapat berfungsi sebagai pencegah erosi. Dengan demikian, keberadaan tumbuhan
bawah di hutan jati tidak bisa diabaikan.
Beberapa jenis tumbuhan bawah yang hidup di bawah tegakan jati
bisa dimanfaatkan sebagai hijauan makan ternak, beberapa tumbuhan yang bisa
digunakan sebagai hijauan makan ternak adalah legume dan rumput. Menurut
Reaksohadiprodjo (1985), fungsi legum dalam padang penggembalaan adalah
menyedikan atau memberikan nilai makanan yang lebih baik terutamam berupa
protein, fosfor dan kalsium. Sedangkan rumput menyediakan bahan kering yang
lebih banyak dibanding legume dan energi yang lebih banyak pula bagi sapi.
Selain legume dan rumput ada juga jenis lain yang bisa digunakan sebagai hijauan
pakan ternak, yaitu daun ketela pohon, daun mindi, sirih-sirihan, dll.
Penelitian ini akan melakukan pengamatan tumbuhan bawah yang
dimanfaatkan untuk pakan ternak pada tegakan jati KU II, IV dan VI di RPH
Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi
Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur. Pengambilan sampel
pada tiga kelas umur yang berbeda harapannya bisa mewakili kondisi keseluruhan
ekosistem pada kawasan hutan tersebut. Harapannya pada KU II akan mewakili
kondisi tumbuhan bawah pada KU muda, KU IV akan mewakili kondisi
tumbuhan bawah pada KU sedang dan KU VI akan mewakili kondisi tumbuhan
bawah pada KU tua.
2
B. Perumusan Masalah
Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini ialah:1)bagaimana
komposisi jenis tumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk pakan ternak pada
tegakan jati di RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan Kedunggalar selatan,
Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur?;
2)berapa besar biomasa masing-masing jenis tumbuhan bawah tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui komposisitumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk pakan
ternak pada tegakan jati KU II, IV, dan VI di RPH Krandegan, BKPH Begal,
Bagian Hutan Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi,
Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur.
2.
Mengetahui biomassatumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk pakan
ternak dalam keadaan segar pada tegakan jati KU II, IV, dan VI di RPH
Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan Kedunggalar selatan, Sub KPH
Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur,
D. Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi mengenai komposisi dan biomasa
tumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk pakan ternak pada tegakan jati KU II,
IV, dan VI di RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan Kedunggalar selatan,
Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistim Hutan Jati
Hutan adalah suatu sistem biologis dan fisik yang komplek yang
didalamnya terdapat aktivitas saling pengaruh mempengaruhi ( iteraction) dan
saling tergantung (interdependency) diantara komponen hutan yang berbeda
(Hasanbahri, 2002). Dengan memperhatikan tingkat individu, populasi atau
komunitas di dalam suatu konteks ekosistem, maka para pengelola sumber daya
hutan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian faktor lingkungan yang
menentukan kelimpahan, distribusi dan produktivitas obyek biologis yang
dibangun. Fenomena alam yang ada atau yang terjadi pada suatu bentang lahan
atau atau ekosistem alam, menurut Kimmis (1987), mencangkup sistem tiga
dimensi yang terdiri atas komponen „klimatis‟, „geologis‟, dam „biologis‟.
Keadaan tersebut lebih beragam lagi pada dimensi keempat yaitu dengan adanya
faktor „waktu‟. Oleh kerena itu fenomena pada suatu ekosistem tidak mungkin
dapat dimengerti dan diprediksi, kecuali digunakan pendekatan bahwa tiap-tiap
fenomena merupakan komponen ekosistem.
Ekosistem hutan tanaman jati yang terdapat di wilayah Jawa Timur
termasuk ke dalam kelompok hutan tropika musim yang menggugurkan daun
(meranggas). Menurut Ewusie (1980), ekosistem hutan ini pohon-pohonnya tidak
terlalu subur dibanding pohon-pohon penyusun hutan hujan tropika, karena
merupakan campuran tumbuhan yang menggugurkan daun dan tumbuhan yang
4
selalu hijau. Selama musim kering banyak tumbuhan penyusunnya yang
menggugurkan daun, walaupun untuk beberapa jenis tumbuhan waktu gugur
daunnya berbeda-beda dalam setahun. Struktur vertikal hutan ini menunjukkan
lapisan tajuk yang tidak banyak seperti dalam hutan hujan tropika. Hanya ada tiga
lapisan tajuk, yaitu lapisan paling atas terdiri dari pohon-pohon yang sering
terganggu, lapisan ke dua terdiri atas tumbuhan yang tahan naungan (selalu hijau
dan sering rapat), dan lapisan bawah terdiri atas tumbuhan semak dan perdu. Pada
lapisan dasar ini lebih banyak dijupai tumbuhan „geofit‟.
B. Tumbuhan Bawah di Bawah Tegakan Jati
Salah satu komponen dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah
adanya tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah pada berbagai komunitas hutan baik
heterogen maupun homogen, hutan alam maupun hutan tanaman merupakan jenisjenis yang termasuk tumbuhan liar. Masyarakat tumbuhan bawah ini hidup dan
berkembang biak secara alami dan selalu menjadi bagian dari komponen
komunitas ekosistem hutan tersebut (Hardjosentono, 1976). Sebagai bagian dari
suatu komunitas, tumbuhan bawah mempunyai korelasi yang nyata dengan tempat
tumbuh (habitat) dalam hal penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya
(Soerianegara dan Indrawan, 2008).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008) Tumbuhan bawah adalah
suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan dan vegetasi semak belukar.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa jenis-jenis pohon kecil (perdu), semak-semak,
5
dan tumbuhan bawah serta liana perlu dipelajari juga karena tumbuh-tumbuhan ini
antara lain :
1. Mungkin merupakan indikator tempat tumbuh
2. Merupakan
pengganggu
bagi
pertumbuhan
permudaan
pohon-
pohonpenting
3. Penting sebagai penutup tanah
4. Penting dalam pencampuran serasah dan pembentukan bunga tanah.
C. Analisis Vegetasi Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi
organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan.Variable yang
dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa.Dengan demikian dalam
pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan
terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk
vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter
persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang
rumput. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu
didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi.
Metode
ini
dapat
menentukan
kekayaan
floristika
atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi.Penelaahan dilakukan terhadap
semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga
pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah sangat
dibutuhkan.Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang dengan variablevariabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi
vegetasi, diantaranya adalah:
6
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu
populasi di suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah
yang dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.
3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi
disuatu kawasan.
Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam variable
yang diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi,
periodisitas, dan vitalitas.Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para
pakar untuk sampai pada hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan
tujuannya.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada tegakan jati petak 21 F ( KU II ),
petak 18 L ( KU iV ), dan petak 29 B ( KU VI ) di RPH Krandegan, BKPH Begal,
Bagian Hutan Kedunggalar selatan, Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum
Perhutani Unit II, Jawa Timur.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret - mei. Bulan – bulan
tersebut biasanya hujan masih turun, sehingga penelitian ini akan menggambarkan
kondisi tumbuhan bawah pada musim penghujan.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Peta ikhtisar KPH Ngawi.
2. Kompas.
3. Clinometer.
4. Tally sheet.
5. Pita meter.
6. Parang.
7. Timbangan.
8. Pollyabag.
9. Label.
10. Kamera.
11. Alat tulis.
8
C. Prosedur Pengambilan Data
1. Teknik penempatan plot pengamatan dalam sempel petak dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
a) Plot berbentuk lingkaran luas 0,1 Ha (jari-jari 17,8 m), untuk pohon utama
dan tanaman pengisi diameter ≥ 10 cm dan ditempatkan secara acak.
Sample yang diambil untuk masing-masing kelas umur sebanyak 1(satu)
plot.
Gambar Plot
Gambar Plot
b) Di dalam plot lingkaran dibuat 3(tiga) sub-plot berbentuk bujur sangkar
(ukuran 2 m x 2 m, untuk tumbuhan bawah ditempatkanmasing-masing
pada tengah jari-jari 0⁰, 120⁰, 240⁰.
2. Identifikasi Jenis Tumbuhan Bawah
Keberadaan tumbuhan bawah yang ada di dalam plot dicatat nama
lokalnya dan spesiesnya, serta dihitung beratnya. Untuk jenis yang belum
diketahui namanya dikoleksi untuk ditanyakan kepada petugas dan penduduk atau
mencocokan ciri-cirinya dengan buku pengenalan jenis tumbuhan yang ada (Buku
: Flora Untuk Sekolah Indonesia oleh C.G.G.J.van Steenis dkk., 1978 dan Flora
Pohon Indonesia oleh I Gde M. Tantra, 1981).Dari sini akan diperoleh daftar jenis
tumbuhan bawah yang telah ditemukan.
9
3. Menimbang Berat Sampel Tumbuhan Bawah
Semua vegetasi tumbuhan bawah yang ada di dalam petak ukur
dipangkas pada bagian yang dapat dimanfaatkan untuk ijauan pakan ternak. Untuk
jenis tumbuhan herba dipangkas hingga mendekati permukaan tanah, sedangkan
untuk jenis tumbuhan berkayu diambil daun, bunga, dan ranting muda yang belum
berkayu. Tumbuhan yang telah dipangkas kemudian dimasukkan ke dalam
amplop wadah sampel ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dan
dicatat jenis dan berat tumbuhan tersebut.
D. Parameter yang Diamati dan Analisis Hasil
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi :tumbuhan
bawah jenis apasaja yang digunakan untuk sumber pakan ternak yang ditemukan
dalam plot pengamatan untuk masing – masing kelas umur tegakan jati dan
dihitung berat basah masing-masing jenis tumbuhan tersebut.
Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah Sumber Pakan Ternak
Daftar jenis – jenis tumbuhan bawah yang ditemukan disajikan dalam
tabel jenis tumbuhan bawah pada masing – masing KU. Dari daftar tersebut
kemudian diidentifikasi kembali manfaatnya sebagai pakan ternak, identifikasi ini
dilakukan dengan menanyakan kepada warga sekitar, mencocokkan dengan buku
Hidjauan Makanan Ternak karangan Ir. Susetyo, buku Produksi Tanaman Hijauan
Makanan Ternak Tropik karangan Drh. Soedomo, Tropical Grasses karanganP.J.
Skermen, Tropical Legumes in Animal Nutrition karangan J.P.F D‟mello dan
penelitian-penilitian sebelumnya yang dilakukan di sekitar lokasi penilitian ini.
Dari data tersebut dapat dideskripsikan mengenai analisis komunitas tumbuhan.
10
Biomasa Tumbuhan Bawah Sumber Pakan Ternak
Data biomasa tumbuhan bawah sumber pakan di sajikan bersama
daftar jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak. Hasil pengukuran biomasa
tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin berat biomasa suatu jenis maka
semakin besar tingkat penguasaan jenis tersebut terhadap komunitasnya, dan
semakin kecil biomasa suatu jenis makan semakin kecil pula tingkat penguasaan
jenis tersebut terhadap komunitasnya.
11
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak
Penelitian dilakukan di dua tegakan Jati (Tecktona grandis) yang
berada di areal hutan RPH Krandegan, BKPH Begal, Bagian Hutan Kedunggalar
selatan, Sub KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II, Jawa
Timur, yang luas total kawasan hutan yaiti sluas 659.20 HA, dibagi menjadi 89
petak dan anak peta. Petak yang digunakan sebagai sampel yaitu; petak 21 F,
luas.32.80 HA, tahun tanam 1991. Petak 18 L, luas 3.80 HA, tahun tanam 1971.
Petak 29 B, luas 21 HA, tahun tanam 1956. Petak sampel penelitian ini secara
administrative berada pada wilayah Kecamatan Ngrambe.
B. Tanah dan Topografi
Menurut Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) RPH
Krandegan, BKPH Begal, KPH Ngawi, Tanah di areal hutan RPH Krandegan
rata-rata termasuk jenis margalit cokelat, hitam, agak dalam sedikit berbatu,
berhumus. Ketinggian dari permukan laut berkisar antara 145-244 mdpl, dan
umumnya terdiri dari lahan datar sampai bergelombang dan lereng pada daerah
yang berbatasan dengan sungai (Dephut, 2007).
C. Iklim
Kecamatan Krandegan masuk kedalam wilayah kabupaten Ngawi.
Jika mengacu pembagian iklim menurut Schmidt Ferguson, maka pembagian
iklim berdasarkan jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah kali 100%.
Menurut data curah hujan bulanan pada tahun 2007 terdapat 3 bulan kering
12
dengan curah hujan di bawah 60 mm yaitu bulan Juli, Agustus, dan September.
Sedangkan 9 bulan lainnya adalah basah dengan rata – rata curah hujan di atas
100 mm. hasil perhitungan besarnya rasio Q pada tahun 2007 sebesar 33.33%.
berdasarkan besarnya rasio Q, penggolongan tipe curah hujan di Kabupaten
Ngawi termasuk di dalamnya Kecamatan Pitu adalah tipe iklim C dengan ciri –
ciri agak basah. Besarnya Q untuk tipe C adalah 33.3%-60%.
D. Umur dan Kondisi Tegakan
Petak 21 F, umur 21 tahun, jarak tanam 3x1, tidak ada tanaman sela,
bonita 4, KBD 0.8, DKN 0.51, N/HA 304 pohon. Petak 18 L; umur 41 tahun,
jarak tanam 3x1, tidak ada tanaman sela, bonita 4.5, KBD 1.7, DKN 1.25, N/HA
300 pohon. Petak 29 B; umur 56 tahun, jarak tanam 3x1, tidak ada tanaman sela,
bonita 4, KBD 0.85, DKN 0.72, N/HA 100 pohon.
13
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Peran Tumbuhan Bawah dan Potensi Ternak
Hutan merupakan salah satu bentuk ekosistem karena di dalamnya
terjadi interaksi antar makhluk hidup. Seperti yang dikemukakan dalam UU RI
No. 41 Tahun 1999 bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Ekosistem hutan disusun oleh komponen-komponen ekosistem. Odum
(1993) mengemukakan bahwa semua ekoistem apabila ditinjau dari segi struktur
dasarnya terdiri atas empat komponen, yaitu komponen abiotik, komponen biotik
yang mencangkup produsen, konsumen dan pengurai.
Tumbuhan bawah merupakan salah satu anggota dalam ekoisitem
hutan yang dalam struktur ekosistem masuk kedalam koponen produsen.Sebagai
salah satu anggota dalam ekosistem hutan maka keberadaan tumbuhan bawah di
dalam hutan sangat penting untuk diketahui baik dari segi jumlah dan
keanekaragaman jenisnya, karena ekoisitem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi
(UU Lingkungan Hidup Tahun 1997).Indriyanto (2006) menafsirkan pengertian
ekosistem tersebut adalah sebagai berikut ; Unsur-unsur ingkungan hidup baik
unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya
tersusun, sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak
14
berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling
memengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisahkan. Sebagai
anggota dalam struktur ekosistem yang termasuk kedalam komponen produsen,
maka tumbuhan bawah selain bermanfaat sebagai fungsi ekologi juga berfungsi
sebagai penyedia bahan makanan bagi struktur ekoisitem lain yang termasuk
kedalam komponen konsumen misalkan manusia dan binatang baik binatang liar
ataupun binatang ternak.
Binatang ternak baik secara langsung ataupun tidak langsung juga
merupakan anggota dalam struktur ekosistem yang berperan sebagai konsumen
dalam komponen ekosistem. Ketika binatang ternak digembalakan di dalam hutan
maka binatang ternak tersebut berperang secara langsung di dalam ekosistem
hutan, ketika binatang ternak dipelihara di dalam kandang dan binatang ternak
tersebut tidak masuk kedalam hutan untuk mencari makan, melainkan dengan
bantuan manusia maka binatang ternak tersebut dapat dikatakan tidak berperan
langsung di dalam ekosistem hutan. Dampak yang ditimbulkan antara memelihara
ternak di dalam kandang lebih kecil dibandingkan dengan menggembalakan
ternak ke dalam hutan. Ketika binatang ternak digembalakan didalam hutan,
selain merusak tumbuhan bawah juga akan mengakibatakan drainase tanah
menjadi sulit karena sering diinjak oleh binatang ternak, selain itu juga akan
mengganggu dan merusak keberadaan tanaman pokok. Biasanya binatang ternak
ternak yang dimiliki oleh masyarakat desa di sekitar hutan jumlahnya cukup
banyak, sehingga kebutuhan tumbuhan bawah untuk pakan ternak juga relatif
cukup tinggi.
15
Berdasarka hasil pemetaan produk unggulan dan potensi desa
Krandegan tahun anggaran 2012, jumlah total ternak kambing dewasa yang
dipelihara masyarakat Desa Krandegan rata-rata sebanyak 40 ekor/tahun dari total
peternak yang ada di Desa Krandegan, sedangkan berat rata – rata kambing di
Jawa kurang lebih sekitar 20 kg dan binatang jenis ruminansia dalam sehari
membutuhkan makanan sebanyak 20% dari berat tubuhnya sehingga dalam sehari
peternak kambing di Desa Krandegan akan mengambil tumbuhan bawah untuk
pakan ternak jenis kambing minimal sebanyak 4 kg/hari. Selain ternak jenis
kambing, masyarakat di Desa Krandegan juga memelihara ternak jenis sapi.
Jumlah total ternak sapi dewasa yang dipelihara masyarakat desa Krandegan ratarata sebanyak 20 ekor/tahun dari total peternak yang ada di Desa Krandegan,
sedangkan berat rata – rata sapi di Jawa sekitar 300 kg, sehingga dalam sehari
peternak sapi di desa krandegan akan mengambil tumbuhan bawah untuk pakan
ternak jenis sapi minimal sebanyak 1200 kg/hari. Berdasarkan data tersebut dapat
ditaksir kebutuhan hijauan pakan ternak di desa Krandekan sebasar 102 ton/tahun.
B. Tumbuhan Bawah serta Bimassa Tumbuhan Bawah Sumber Pakan
Ternak pada Anak Petak KU II
KU II mewakili kondisi tumbuhan bawah pada KU muda yang
meliputi KU I umur 6-10 tahun, KU II seluruhnya, dan KU III umur 21-25 tahun.
Pengambilan sampel pada KU II harapannya sudah mewakili kondisi ekologi
tegakan jati pada umur-umur tersebut.Tegakan jati mengalami pertumbuhan yang
tidak terlalu cepat, sehingga perbedaan ekologi antar KU tidak terlalu mencolok.
Mengingat bahwa hutan juga merupak suatu kesatuan ekosistem maka kondisi
16
tegakan tersebut tentu saja berdampak juga dengan kondisi tumbuhan bawah yang
tumbuh di bawah tegakan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bawah ditemukan 15 jenis tumbuhan
bawah dengan jumlah total biomassa sebanyak 710 g/m², dari ke 15 jenis tersebut
yang digunakan sebagai sumber pakan ternak ada sebanyak 4 jenis. Ke 5 jenis
tumbuhan bawah sumber pakan ternak tersebut adalah ; Digitaria sp. dengan
biomasa sebanyak 347 g/m² atau 48,9 % dari total jumlah biomassa tumbuhan
bawah yang ditemukan pada KU II, Centrosema pubescensdengan biomassa
sebanyak 22,8 g/m² atau 3,22 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang
ditemukan pada KU II, Ipomea trilobatadengan biomasa sebanyak 48,5 g/m² atau
6,83 % dari total jumlah biomasa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU
II,Dismodium pulchelum dengan biomassa sebanyak 28,2 g/m² atau 3,97 % dari
total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU II, Ciklea
barkatadengan biomassa sebanyak 48,5 g/m² atau 6,83 % dari total jumlah
biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU II,Dismodium pulchelum
dengan biomasa sebanyak 1 g/m² atau 0,14 % dari total jumlah biomassa
tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU II. Jumlah total semua jenis tumbuhan
bawah sumber pakan ternak adalah sebanyak 446 g/m², atau 62,9 % dari total
jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU II.Berdasarkan data
tersebut maka dapat diketahui bahwa jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak
lebih mendominasi dari pada tumbuhan bawah yang tidak digunakan sebagai
sumber pakan ternak.
17
Satu meter persegi lahan tegakan jati KU II mampu menghasilkan
tumbuhan bawah sumber pakan ternak sebanyak 447 g/m². Sedangkan ternak jenis
kambing rata-rata membutuhkan hijauan pakan ternak sebanyak 4 kg/hari,
sehingga para peternak kambing dalam sehari akan mengambil tumbuhan bawah
sumber pakan ternak dari lahan tegakan jati KU II seluas 8,95 m² per satu ekor
ternak kambing. Dalam 1 bulan maka lahan tegakan jati KU II yang akan diambil
tumbuhan bawahnya untuk pakan ternak adalah seluas 268 m² per satu ekor ternak
kambing. Apabial diasumsikan tumbuhan bawah sumber pakan ternak tersebut
membutuhkan wakatu 3 bulan untuk tumbuh kembali setelah dipangkas, maka
dalam 1 tahun lahan tegakan jati KU II yang akan diambil tumbuhan bawahnya
untuk pakan ternak adalah seluas 1074 m² per satu ekor ternak kambing.
C. Tumbuhan Bawah serta Biomssa Tumbuhan Bawah Sumber Pakan
Ternak pada Anak Petak KU IV
KU IV mewakili kondisi tumbuhan bawah pada KU sedang yang
meliputi KU III umur 26-30 tahun, KU IV seluruhnya, dan KU V umur 41-45
tahun. Pengambilan sampel pada KU IV harapannya sudah mewakili kondisi
ekologi tegakan jati pada umur-umur tersebut. Kondisi tegakan pada KU IV
tentunya sudah terjadi perbedaan ekologi yang cukup signifikan dibandingkan
dengan tegakan jati KU II. Dilihat dari kerapatan tegakan, pada tegakan jati KU II
jeuh lebih rapat diban dingkan pada tegakan jati KU IV karena telah melalui 2 kali
penjarangan. Dari segi diameter batang tentunya rata-rata diameter batang pada
tegakan jati KU IV jauh lebih tinggi di bandingkan tegakan jati KU II. Sedangkan
untuk kerapatan tajuk masih perlu dilakukan penelitian lanjutan, apakah kerapatan
18
tajuk pada tegakan jati KU II lebih rapat dibandingkan kerapatan tajuk pada
tegakan jati KU IV, atau justru sebaliknya. Perbedaan kondisi tegakan tersebut
tentu saja juga berpengaruh pada kondi tumbuhan bawah yang tumbuh di bawah
tegakan tersebut.
Hasil penelitian tumbuhan bawah pada tegakan jati KU IV
menunjukkan bawah ditemukan 16 jenis tumbuhan bawah dengan jumlah total
biomassa sebanyak 587 g/m², dari ke 16 jenis tersebut yang digunakan sebagai
sumber pakan ternak ada sebanyak 7 jenis. Ke 7 jenis tumbuhan bawah sumber
pakan ternak tersebut adalah ; Digitaria sp.dengan biomassa sebanyak 186 g/m²
atau 31,6 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada
KU IV, Manihot utilissimadengan biomassa sebanyak 4 g/m² atau 0,68 % dari
total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU IV, Ipomea
trilobatadengan biomassa sebanyak 19,7 g/m² atau 3,39 % dari total jumlah
biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU IV, Centrosema
pubescensdengan biomassa sebanyak 13,5 g/m² atau 2,3 % dari total jumlah
biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU IV, Commelina
nudifloradengan biomassa sebanyak 10,8 g/m² atau 1,85 % dari total jumlah
biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU IV, Melia azedarach dengan
biomassa sebanyak 4 g/m² atau 0,68 % dari total jumlah biomassa tumbuhan
bawah yang ditemukan pada KU IV, Desmodium triquetrum dengan biomassa
sebanyak 1,5 g/m² atau 0.26 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang
ditemukan pada KU IV. Jumlah total semua jenis tumbuhan bawah sumber pakan
ternak adalah sebanyak 239 g/m², atau 40,8 %
19
dari total jumlah biomassa
tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU IV. Berdasarkan data tersebut maka
dapat diketahui bahwa pada tegakan jati KU IV jenis tumbuhan bawah yang tidak
digunakan sebagai sumber pakan ternak lebih mendominasi dari pada tumbuhan
bawah yang digunakan sebagai sumber pakan ternak.
Satu meter persegi lahan tegakan jati KU IV mampu menghasilkan
tumbuhan bawah sumber pakan ternak sebanyak 239 g/m². Sedangkan ternak jenis
kambing rata-rata membutuhkan hijauan pakan ternak sebanyak 4 kg/hari,
sehingga para peternak kambing dalam sehari akan mengambil tumbuhan bawah
sumber pakan ternak dari lahan tegakan jati KU IV seluas 16,7 m² per satu ekor
ternak kambing. Dalam 1 bulan maka lahan tegakan jati KU IV yang akan diambil
tumbuhan bawahnya untuk pakan ternak adalah seluas 502 m² per satu ekor ternak
kambing. Apabial diasumsikan tumbuhan bawah sumber pakan ternak tersebut
membutuhkan wakatu 3 bulan untuk tumbuh kembali setelah dipangkas, maka
dalam 1 tahun lahan tegakan jati KU IV yang akan diambil tumbuhan bawahnya
untuk pakan ternak adalah seluas 2008 m² per satu ekor ternak kambing.
D. Tumbuhan Bawah serta Biomassa Tumbuhan Bawah Sumber Pakan
Ternak pada Anak Petak KU VI
KU VI mewakili kondisi tumbuhan bawah pada KU tua yang meliputi
KU IV umur 46-50 tahun, dan KU IV ke atas. Pengambilan sampel pada KU VI
harapannya sudah mewakili kondisi ekologi tegakan jati pada umur-umur
tersebut. Kondisi tegakan pada KU VI tentu saja sudah jauh berbeda dengan KU
II dan KU IV baik dari segi kerapatan tegakan atupun diameter rata-rata
20
batang.Perbedaan kondisi tegakan tersebut tentu saja juga berpengaruh pada kondi
tumbuhan bawah yang tumbuh di bawah tegakan tersebut.
Hasil penelitian tumbuhan bawah pada tegakan jati KU VI
menunjukkan bawah ditemukan 20 jenis tumbuhan bawah dengan jumlah total
biomassa sebanyak 459 g/m², dari ke 20 jenis tersebut yang digunakan sebagai
sumber pakan ternak ada sebanyak 9 jenis. Ke 9 jenis tumbuhan bawah sumber
pakan ternak tersebut adalah ;Dismodium pulchelumdengan biomassa sebanyak
2,17 g/m² atau 0,47 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang
ditemukan pada KU VI, Manihot utilissimadengan biomassa sebanyak 5,17 g/m²
atau 1,13 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada
KU VI, Centrosema pubescensdengan biomassa sebanyak 29,8 g/m² atau 6,5 %
dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU
VI,Commelina nudiflora dengan biomassa sebanyak 0,33 g/m² atau 0,07 % dari
total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU IVIpomea
trilobatadengan biomassa sebanyak 58,3 g/m² atau 12,7 % dari total jumlah
biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU VI, Digitaria sp.dengan
biomassa sebanyak 155 g/m² atau 33,8 % dari total jumlah biomassa tumbuhan
bawah yang ditemukan pada KU VI, Cajanus cajandengan biomassa sebanyak
1,83 g/m² atau 0,4 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan
pada KU VI, Calopogonium mocunoidesdengan biomassa sebanyak 3,83 g/m²
atau 0,84 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada
KU VI, Leucaena glaucadengan biomassa sebanyak 4,33 g/m² atau 0,94 % dari
total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan pada KU VI. Jumlah
21
total semua jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak adalah sebanyak 265
g/m², atau 57,7 % dari total jumlah biomassa tumbuhan bawah yang ditemukan
pada KU VI. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa pada tegakan
jati KU VI jenis tumbuhan bawah yang tidak digunakan sebagai sumber pakan
ternak biomassanya hampir sama jika dibandingkan dengan tumbuhan bawah
yang digunakan sebagai sumber pakan ternak.
Satu meter persegi lahan tegakan jati KU VI mampu menghasilkan
tumbuhan bawah sumber pakan ternak sebanyak 265 g/m². Sedangkan ternak jenis
kambing rata-rata membutuhkan hijauan pakan ternak sebanyak 4 kg/hari,
sehingga para peternak kambing dalam sehari akan mengambil tumbuhan bawah
sumber pakan ternak dari lahan tegakan jati KU VI seluas 15,1 m² per satu ekor
ternak kambing. Dalam 1 bulan maka lahan tegakan jati KU VI yang akan diambil
tumbuhan bawahnya untuk pakan ternak adalah seluas 453 m² per satu ekor ternak
kambing. Apabial diasumsikan tumbuhan bawah sumber pakan ternak tersebut
membutuhkan wakatu 3 bulan untuk tumbuh kembali setelah dipangkas, maka
dalam 1 tahun lahan tegakan jati KU VI yang akan diambil tumbuhan bawahnya
untuk pakan ternak adalah seluas 1811 m² per satu ekor ternak kambing.
E. Analisis Vegetasi Tunbuhan Bawah Sumber Pakan Ternak
Hasil penelitian kali ini ditemukan tumbuhan bawah sebanyak 31
jenis. Ke 31 jenis tersebut ada jenis-jenis yang tumbuh di semua KU yang
diamati, ada juga yang hanya tumbuh pada KU II saja, KU IV saja dan KU VI
saja (lampiran .1). Hasil analisis yang telah dilakukan bahwa dari 31 jenis
tumbuhan bawah yang telah diketemukan tersebut diketuhi hanya 12 jenis yang
22
merupakan tumbuhan bawa sumber pakan ternak. Adapun jenis-jenis tersebut
adalah ;
1. Calopogonium mcunoides
Calopogonium mucunoides adalah sejenis legum yang menjalar.
Tanaman ini bermanfaat untuk merehabilitasi lahan yang terdegradasi,
meningkatkan bahan organik tanah, memperbaiki kesuburan tanah, melindungi
tanah dari butiran air hujan, dan mencegah erosi pada lahan yang berlereng.
Menurut Reaksohadiprodjo (1985) Legume Calopogonim mocunoides termasuk
kedalam sub-famili Papilionaceae, bersifat perennial, merambat membelit dan
hidup di daerah-daerah yang tinggi kelembaban udaranya. Daun-daun terbentuk
dengan lebat dalam waktu 5 bulan setinggi 30 cm sampai 60 cm. Calopogonim
mocunoides biasa ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan kelapa, kopi dan
karet muda serta pada tanah yang baru dibuka. Legum ini tidak tahan tumbuh di
bawah naungan perkebunan karet yang tua.
2. Centrosema pubescens
Legume Centrosema pubescens termasuk sub-famili Papilionaceae
dari famili Leguminoceae. Centrosema pubescens berdaun lebat dan batangnya
tidak berkayu, daunnya bertipe trifoliat dan lebih runcing dibandingkan dengan
daun legum Calopo. Menurut Reaksohadiprodjo (1985) sifat tumbuh Cenro adalah
perennial (hidup lebih dari satu tahun), sangat agresif, batang-batangnya menjalar
dan membentuk pertanaman penutup tanah 4 sampai 6 bulan sesudah
penanamannya dari biji. Legum ini tahan keadaan kering dan bila penanaman
telah berhasil terjadi, maka akan tahan hidup di bawah naungan.Centrosema
23
pubescens merupakan tanaman yang tahan keadaan kering, dan dapat hidup
dibawah naungan serta lahan yang tergenang Air (Ibrahim, 1995)
3. Desmodium triquetrum
Tumbuhan ini merupakan suku Papilionaceae (leguminose). Di
daerah Sunda, tumbuhan ini kerap disebut genteng cangkeng, ki concorong, atau
cen-cen. Sementara di Jawa, kerap disebut daun duduk, gerji, gulu walang, sosor
bebek, cocor bebek (jawa).
Daun duduk dapat ditemukan mulai dari dataran rendah hingga
ketinggian 1.500 m dpl. Tumbuh liar ditempat terbuka dengan cahaya matahari
yang cukup atau sedikit naungan, serta tidak begitu kering. Perdu menahun,
tumbuh tegak atau menanjak, tinggi 0,5 m hingga 3 m dengan kaki berkayu.
Batang bulat, beruas, permukaan kasar, percabangan simpodial, diameter sekitar 2
cm, berwarna cokelat.
Daun tunggal, berseling, berdaun penumpu, serta tangkai daun
bersayap lebar. Helaian daun lanset, ujung meruncing, pangkal rata, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 10 cm hingga 20 cm, lebar 1,5 cm hingga 2 cm,
saat muda berwarna cokelat, setelah tua berwarna hijau.
Bunga majemuk, malai, keluar dari ujung batang, mahkota berbentuk
kupu-kupu, warnanya putih keunguan, berambut halus, dan pangkal berlekatan.
Buah polong, panjang 2,5 cm hingga 3,5 cm, lebar 4 mm hingga 6 mm, berambut,
berisi 4 biji hingga 8 biji, masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna
cokelat. Bijinya kecil, berbentuk ginjal, berwarna cokelat muda, dan sistem
perbanyakan dengan biji.
24
4. Cajanus cajan
Cajanus cajan atu yang lebih deikenal dengan nama Kacang gude,
termasuk legume sub-famili Papilonaceae, berasal dari daerah tropik di Afrika,
Asia dan Kepulauan Lautan Teduh. Kacang gude ini adalah tanaman pohon yang
tegak, parenial, kadang-kadang hidup sebagai tanaman annual merupakan suatu
belukar, berakar dalam dan tinggi tanaman dapat mencapai 1,8 m sampai 4,5 m.
daunnya berbentuk oval meruncing, trifoliat dengan bunga yang berwarna kuning
atau kuning dan merah (bicolor). Legume ini hidup di daerah-daerah setengah
kering dan ditanam sebagai tanaman tunggal atau dicampur dengan tanaman
cereal yang dapat hidup di tanah kering. Legume ini tahan kering, dan pada derahdaerah dengan curah hujan di bawah 25 inci per tahun (di bawah 635 mm per
tahun) masih menghasilkan hijauan yang baik dimana tanaman lain sudah tidak
tumbuh baik (Reaksohadiprodjo, 1985).
5. Dismodium pulchelum
Secara morfologi, Dismodium pulchelum adalah tanaman semak yang
berkayu dan memiliki perakaran yang dalam. Ketinggian tanaman bisa mencapai
2,5 meter apabila tidak pernah dipangkas. Termasuk jenis tmbuhan berdaun
tunggal. Helaian daunnya seperti kertas dengan permukaan daun yang halus.
Bunganya terdapat dalam tandan-tandan dengan kelopak hijau berbintik-bintik
atau bergaris-garis merah. Polongnya kecil dan apabila matang berubah menjadi
cokelat dan kering. Setiap polong umumnya memiliki dua biji yang mengkilap.
Tanaman ini berasal dan tersebar banyak di wilayah Asia Tenggara
seperti Indonesia, India, Sri Langka, Cina bagian selatan dan Taiwan. Tanaman ini
25
juga telah ditanam dan mampu tumbuh dengan baik di wilayah Papua Nugini,
Afrika Barat bahkan sampai di Amerika Latin.
Dismodium pulchelumdapat dijumpai mulai dari wilayah pantai
sampai dengan ketinggian 2000 mdpl. Curah hujan yang dibutuhkan paling sedikit
1.100 mm per tahun. Dismodium pulchelum dapat bertahan hidup pada musim
kemarau panjang. Juga pada tanah yang drainasenya kurang baik, ataupun tanah
yang sewaktu-waktu tergenang air. Secara alami ditemukan di sepanjang aliran air
pada hutan sekunder juga pada tanah liat dan laterit yang memiliki pH sekitar 4,6.
6. Leucaena glauca
Leucaena glauca atau yang sering disebut dangan petai cina memiliki
ciri morfologi sebagai berikut, perdu atau pohon, tinggi 2-10 m. Ranting bulat
silindris, pada ujungnya berambut rapat. Daun menyirip rangkap. Tangkai
kebanyakan dengan kelenjar di bawah pasangan sirip yang terbawah. Sirip 3-10
pasang. Anak daun tiap sirip 5-10 pasang, bentuk garis lanset, runcing atau
dengan bagian ujung yang runcing, dengan pangkal yang tidak sama sisi,
berumbai, sisi bawah hijau biru, 6-21 kali 2-5 mm. Poros utama berambut rapat.
Bunga berbilangan lima. Bongkol bertangkai panjang. Tabung kelopak berbentuk
lonceng, dengan gigi-gigi pendek, tinggi kelopak 3 mm. Daun mahkota lepas,
bentuk solet, panjang kelopak 5 mm. Benang sari 10, panjang kelopak 1 cm.
Polongan di atas tanda bekas mahkota bertangkai pendek, bentuk pita, pipih dan
tipis, 10-18 kali kelopak 2 cm, diantara biji-biji dengan sekat (van Steenis, 1947).
Petai cina telah dikenal berabad-abad lamanya, tanaman ini mampu
tumbuh dengan subur di daerah kering, di pedesaan, di kebun-kebun, di hutan
26
maupun di pegunungan. Tanaman petai cina bukan saja terkenal di Indonesia
tetapi hampir diseluruh Asia, Australia, Afrika dan Amerika (Soedirjoatmoko,
1984).
Petai cina oleh para petani atau di pedesaan sering ditanam sebagai
tanaman pagar. Petai cina cocok hidup didataran rendah 1500 m di atas
permukaan laut. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah
tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang ataupun dengan pencangkokan
(Thomas, 1992).
7. Digitaria sp.
Rumput ini merayap, tumbuh rendah, perennial berasal dari Afrika
Selatan dan telah bisa digunakan sebagai rumput padangan di Florida Amerika
dan pulau-pulau di Caribbean dan Taiwan. Rumput ini berdaun lebat, membentuk
stolon dan berakar di setiap buku stolon. Tingginya dapat mencapai 60 sampai
120 cm. batangnya tidak berbulu.Rumput ini hidup baik di daerah-daerah dengan
curah hujan 25 sampai 30 inci atau lebih dari 1.000 mm makin baik. Rumput ini
tumbuh pada tanah yang variasinya dari tanah berpasir yang basah sampai tanah
liat
yang
berat
dengan
kesuburan
yang
rendah
atau
tergenag
air
(Reaksohadiprodjo, 1985).
8.
Manihot utilissima
Manihot utilissima. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang
dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung
dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuningkuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari
27
pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat
namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada
daun singkong karena mengandung asam aminometionin.
Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:

Kalori 121 kal

Air 62,50 gram

Fosfor 40,00 gram

Karbohidrat 34,00 gram

Kalsium 33,00 miligram

Vitamin C 30,00 miligram

Protein 1,20 gram

Besi 0,70 miligram

Lemak 0,30 gram

Vitamin B1 0,01 miligram
9.
Commelina nudiflora
Commelina nudifloramampu tumbuh sampai setinggi 60-90 cm, dan
tumbuh secara merayap. Daun tumbuh secara ovate, dengan panjang sampai 5cm
lebar 4cm dan,ukuran bunga 10-15mm. selain itu Commelina nudiflora juga
mampu hidup dalam jangka waktu tahunan atau kadang-kadang abadi. Tanaman
ini telah menjadi gulma serius banyak tanaman di banyak negara di seluruh dunia,
dan merupakan masalah tertentu di Afrika.
28
Terdistribusikan secara luas di Afrika tropis dan subtropis, Tengah,
Selatan dan Asia Tenggara, indonesia, meluas ke Cina, Jepang, Filipina, Australia
dan Mikronesia. Di belahan bumi barat, ditemukan di Kuba, Jamaika, Brasil, dan
Amerika Serikat.
10. Ipomea trilobata
Ipomea trilobata adalah suatu tanaman berbentuk rumputdan bersifat
menjalar' (membelit), Ipomea trilobata termasuk divisio:Spermathopyta, sub
divisio:
Angiospermae,
kelas:dicotyledoneae,
famili
:
Convolvulaceae,
genus:Ipomeae. Mempunyai sistim perakaran tunggangdan cabang akarnya
menyebar ke semua arah, dapatmenembus tanah sarnpai kedalaman 60 -100 cm
dan melebar secaramendatar padaradius 100 -150cm atau lebih. Ipomea trilobata
banyak mengandungvitamin A, vitamin C dan bahan -bahan mineral,terutama zat
besi.
11. Melia azedarach
Melia azedarachmerupakan jenis pohon berrumah dua yang tingginya
mencapai 45 m, garis tengah batang dapat berukuran 60(-120) cm. Kulit batang
coklat keabuan, bertekstur halus, berlentisel, semakin tua kulit akan pecah atau
bersisik. Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnate) namun terkadang
melingkar atau sebagian daun menyirip ganda tiga, berhadapan, panjang daun
majemuk (15-)23-80 cm; panjang tangkai daun 8-30 cm, berlentisel, panjang
tangkai anak daun 3-7 mm; anak-anak daun terdiri dari 3-7 pasang, berbentuk
bulat telur hingga jorong , panjang daun 2-10 cm dan lebar 0.6-3.8 cm, pangkal
daun berbentuk runcing hingga membulat, tepi daun rata sampai bergerigi.
29
Perbungaan thyrse yang muncul dari bagian aksiler daun-daun rudimen atau
cabang-cabang pendek, panjang perbungaan mencapai 10-22 cm; daun tangkai
(bracteola) berbentuk benang (filiform) dan berukuran 3-10 mm, terdapat anak
daun tangkai yang bentuknya mirip daun tangkai namun lebih pendek; tangkai
anak bunga (pedicel) berukuran 2-3 mm; bunga-bunga berwarna keunguan,
berbau harum, merupakan bunga banci yang terdiri atas 5 daun mahkota yang
saling lepas; daun kelopak berbentuk tabung dan bergaris tengah 2 mm serta
panjang tiap lobus sekitar 2 mm. Buah berupa buah batu, berbentuk jorongbundar, berukuran panjang 2-4 cm dan lebar 1-2 cm, berwarna kuning kecoklatan
ketika ranum, permukaannya halus, mengandung 5 biji. Biji berbentuk
memanjang, berukuran panjang 3.5 mm dan lebar 1.6 mm, berwarna coklat.
Melia azedarach merupakan pohon dengan distribusi luas, yang
mencakup wilayah tropis, subtropis dan iklim sedang, dan diperkirakan berasal
kawasan Asia Selatan. Spesies ini ditemukan tumbuh liar di kaki bukit Himalaya
di India dan Pakistan pada ketinggian 700-1000 m, tersebar luas di Cina, hingga
kawasan Malesia, kepulauan Solomon serta Australia bagian utara dan timur.
Tumbuhan ini telah dapat tumbuh alami di sabuk daerah luas bersuhu dingin,
yaitu mulai dari bagian timur dan selatan Afrika, lalu di negara-negara Amerikadari Argentina sampai sebelah selatan Amerika dan Hawaii, seluruh kawasan
Timur Tengah, di Mediterranean hingga jauh ke utara menuju Croasia dan sebelah
selatan Perancis. Cultivar yang dapat tumbuh dan toleran dari kebekuan (frosttolerant) ditanam sebagai tanaman pelindung di Inggris.
30
Melia azedarach merupakan tumbuhan yang memiliki adaptasi tinggi
dan toleran dengan berbagai kondisi lingkungan yang beragam. Jenis ini tumbuh
pada tempat-tempat dengan rata-rata suhu maksimum dan minimum per tahun,
berturut-turut 39°C dan -5°C. Umumnya tumbuhan ini tumbuh dari ketinggian 01200 m dpl, dan di pegunungan Himalaya tumbuh pada ketinggian 1800(-2200)
m. Curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar antara 600-2000 mm. Di
Afrika, jenis tumbuhan ini ditanam sebagai pohon pelindung yang toleran
terhadap kekeringan. Melia azedarach tersebar luas di daerah-daerah kering di
bagian selatan dan barat daya Amerika Serikat, yang memiliki curah hujan kurang
dari 600 mm. Melia azedarach dapat tumbuh pada tanah-tanah berkadar garam,
tanah dengan pH basa kuat, tapi tidak terlalu asam. Jenis ini juga tumbuh pada
tanah-tanah miskin, tanah marjinal, tanah miring, dan tanah berbatu atau pada
tebing curam berbatu.
Di Asia Tenggara, Melia azedarach umumnya ditanam sebagai
penghasil kayu bakar, sebagai pohon-pohon peneduh di areal pertanian Kopi dan
Abaca (Musa textilis Nee) serta pohon-pohon di pinggir jalan. Di Asia Selatan,
jenis tumbuhan ini dikenal karena ada khasiat obat yang dikandung senyawanya,
seperti berkhasiat anti malaria dan obat penyakit kulit. Ekstrak daun dengan air
atau aklohol dapat mengontrol berbagai jenis hama serangga dan nematoda. Kayu
Melia azedarach yang berwarna putih juga digunakan sebagai bahan manufaktur,
perkakas, bahan bangunan yang baik karena memiliki sifat anti rayap. Bersama
tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Mangium (Acasia mangium),
tumbuhan ini mampu memulihkan lahan-lahan kritis atau bekas tambang.
31
12. Ciklea barkata
Ciklea barkatamerupakan perdu yang pertumbuhannya memanjat.
Tinggi batang dapat mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintilbintil rapat, rasanya pahit. Daunnya merupakan daun tunggal, berbentuk jantung
dengan ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun menjari, berwarna hijau
muda. Panjang daun 7 – 12 cm dan lebar 5 – 10 cm. Panjang tangkai daun 3 – 11
cm dengan pangkal bengkok dan membesar. Bunga berwarna hijau keputihan dan
berbentuk tandan semu.
Ciklea barkata dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi
dengan ketinggian 1.700 m di atas permukaan laut. Tanaman ini biasanya tumbuh
liar di hutan, ladang, atau halaman rumah. Ciklea barkatamenyukai tempat
terbuka dan membutuhkan banyak sinar matahari.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang terlah dilakuakan pada kawasan hutan
RPH Krandegan, BKPH Begal, Sub-KPH Ngawi Tengah, KPH Ngawi maka
dapat disimpulakan beberapa hal berikut ;
1.
Hasil pengamatan tumbuhan bawah di bawah tegakan jati pada KU II
ditemukan sebanyak 5 jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak (Digitaria
sp., Centrosema pubescens, Ipomea trilobata,Dismodium pulchelum, Ciklea
barkata) KU IV ditemukan sebanyak 7 jenis tumbuhan bawah sumber pakan
ternak (Digitaria sp., Manihot utilissima, Ipomea trilobata, Centrosema
pubescens, Commelina nudiflora, Melia azedarach, Diskodium triqutrum)
dan KU VI ditemukan sebanyak 9 jenis tumbuhan bawah sumber pakan
ternak (Flamingia stabilifera, Manihot utilissima, Centrosema pubescens,
Commelina nudiflora,Ipomea trilobata, Digitaria sp., Cajanus cajan,
Calopogonium mocunoides, Leucaena glauca). Total jenis tumbuhan bawah
sumber pakan ternak di semua KU adalah sebanyak 12 jenis, dan jumlah
semua jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di semua KU adalah sebanyak
31 jenis.
2.
Hasil pengamatan biomassa tumbuhan bawah yang dimanfaatkan untuk
pakan ternak pada tegakan jati KU IIditemukan 5 jenis tumbuhan bawah
sumber pakan ternak dengan jumlah total bomassa 447 g/m², KU IV
ditemukan 7 jenis tumbuhan bawah sumber pakan ternak dengan jumlah total
33
bomassa 239 g/m². KU VI ditemukan 9 jenis tumbuhan bawah sumber pakan
ternak dengan jumlah total bomassa 265 g/m².
Saran
1. Perlu dilakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan seperti,
kerapatan tajuk, intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan lainnya.
2. Dilakukan penelitian lanjutan mengenaiproduktifitas dan komposisi jenis
tumbuhan bawah pakan ternak di kawasan hutan tersebutpada musim
kemarau.
34
Daftar Pustaka
Ewusie. 1980. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemah-an. ITB-Press. Bandung.
Hasanbahri.2010. Kajian Konserfasi Hutan Tanaman Jati Berbasis ekosistem di
Wilayah KPH Ngawi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Usulan
penelitian disertasi. Program Paska Sarjana UGM. Yogyakarta (Tidak
Dipublikasikan).
Hardjosentono. 1976. Pedoman Inventarisasi Flora dan Fauna. Direktorat
Perlindungan dan Pengawetan Alam. Departemen Kehutanan
Republik Indonesia. Bogor.
Ibrahim. 1995. Daya Adaptasi Rumput dan Legume Asal Ciat (Colombia) dan
CSIRO (Australia) Di Kalimantan Timur. Dalam Proseding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Peternakan 1995. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. Macmillan Publishing Co. New York.
Nazif dan Pratiwi. 1991. Teknik Pengendalian Gulma di Persemaian di Bawah
Tegakan
Paraseriantes
falcataria.
Pusat penelitian
dan
pengembangan hutan. Bogor.
Odum. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hutan. Diterjemahkan oleh Tjahjono
Samingan dari buku Fundamentals co Ecology. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Reaksohadiprodjo. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi
BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yoyakarta.
Soerianegara dan Indrawan. 2002. Ekosistem Hutan Indonesia. Laboratorium
Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tjitrosoedirdjo, at al. 1984. Pengelolaan gulma di perkebunan. Gramedia. Jakarta.
Thomas. 1992. Agricultural water balance of Yunnan Province. Agroclimatic
Zoning with a Geographical Information System. PR China.
35
36
Lampiran 1. Daftar Jenis Tumbuhan Bawah per KU
Daftar Jenis KU II
NO
Nama Spesies
Daftar Jenis KU IV
g/m²
%
NO
Nama Spesies
Daftar Jenis KU VI
g/m²
%
NO
Nama Spesies
g/m²
%
1
Digitaria sp.
347
48.9
1
Digitaria sp.
186
31.6
1
cengkeh-cengkehan
163
35.4
2
Centrosema pubescens
22.8
3.22
2
cengkeh-cengkehan
221
37.7
2
Hyptis capitata
4.17
0.91
3
Ipomea trilobata
48.5
6.83
3
Manihot utilissima
4
0.68
3
Hemigraphis brunelloides
4.5
0.98
4
Cengkeh-cengkehan
202
28.5
4
Ipomea trilobata
19.7
3.35
4
Dismodium pulchelum
2.17
0.47
5
Dismodium pulchelum
28.2
3.97
5
Centrosema pubescens
13.5
2.3
5
Manihot utilissima
5.17
1.13
6
Litsea chinensis
2.5
0.35
6
Hyptis capitata
7
1.19
6
Leucaena glauca
4.33
0.94
7
wangon
2.5
0.35
7
Urena lobata
4.33
0.74
7
Litsea chinensis
10.8
2.36
8
Urena lobata
0.5
0.07
8
Lidah tiang
29.2
4.97
8
Centrosema pubescens
29.8
6.5
9
Ciklea barkata
1
0.14
9
Melastoma affine
2.5
0.43
9
Commelina nudiflora
0.33
0.07
3.33
0.73
1.5
0.33
5.83
1.27
10
Piper sp.
10.5
1.48
10
Antidesma bunius
56.5
9.63
10
Eupatorium odoratum
11
Hedyatis diffusa
0.17
0.02
11
Commelina nudiflora
10.8
1.85
11
Biophylum renwanti
12
Wadelia trilobata
34
4.79
12
Hedyatis diffusa
3.83
0.65
12
rawatan daun
13
Lidah tiang
6.17
0.87
13
Melia azedarach
4
0.68
13
Hedyatis diffusa
1.5
0.33
14
Sp.23
2
0.28
14
Lantana camara
17.5
2.98
14
Ipomea trilobata
58.3
12.7
15
Bridelia manica
1.67
0.23
15
Litsea chinensis
5.33
0.91
15
Aneilema malabaricum
1.17
0.25
16
Desmodium triquetrum
1.5
0.26
16
Digitaria sp.
155
33.8
1.83
0.4
Total
710
pakan tenak
447
total
587
17
Liadh tiang
persen
63
pakan tenak
239
18
Ficus superba
0.5
0.11
persen
40.8
19
Cajanus cajan
1.83
0.4
20
Calopogonium mocunoides
3.83
0.84
total
pakan tenak
persen
37
459
265
57.7
Lampiran 2. Daftar Jenis Semua KU
Familia
Ordo
Clasis
Subdivisio/
subpylum
Divisio/
phyllum
Callicarpa sp
Lamiaceae
Lamiales
Magnoliopsida
Angiospermae
Magnoliophyta
Druwonan
Hyptis capitata
Asteraceae
Asterales
Dicotyledonae
Angiospermae
Spermatophyta
Sengeng
Otok
Ketela pohon
Lamtoro
Adem ati
Beseng
Gewor
Hemigraphis brunelloides
Dismodium pulchelum
Manihot utilissima
Leucaena glauca
Litsea chinensis
Centrosema pubescens
Commelina nudiflora
Acanthaceae
Leguminoceae
Euphorbiacea
Leguminoceae
Lauraceae
Leguminoceae
Commelinaceae
Scrophulariales
Rosales
Euphorbiales
Rosales
Ranales
Rosales
Commelinales
Magnoliopsida
Magnoliopsida
Dicotyledoneae
Dicotyledoneae
Dicotyledoneae
Dicotyledoneae
Liliopsida
10
Kerinyu
Asteraceae
Asterales
Dicotyledonae
Angiospermae
Spermatophyta
11
12
Biskucing
rawatan daun
Euphorbiaceae
Leguminoceae
Euphorbiales
Rosales
Magnoliopsida
Dicotyledonae
Angiospermae
Magnoliophyta
Spermatophyta
13
pecel pedes
Eupatorium odoratum
Phylanthus urinaria
Desmodium triquetrum
Hedyatis diffusa
Rubiaceae
Rubiales
Dicotyledonae
Angiospermae
Spermatophyta
14
Telan
Ipomoea trilobata
Manispermaceae
Ranunculales
Magnoliopsida
15
16
17
18
19
20
Rumput Bambangan
Waderan
Lidah tiang
Sangkobak
Kacang gude
Kowokan
Aneilema malabaricum
Digitaria sp.
Olax so.
lstoma longiflora
Cajanus cajan
Calopogonium mocunoides
Commelinaceae
Gramineae
Olacaceae
Campanulaceae
Leguminoceae
Leguminoceae
Commelinales
Glumiflora
Santelales
Campanulales
Rosales
Rosales
Liliopsida
Monocotyledoneae
Magnoliopsida
Magnoliopsida
Dicotyledoneae
Dicotyledoneae
21
Wangon
Olax scandens
Olacaceae
Santelales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
22
23
Pulutan
Suruhan
Urena lobata
Ciklea barkata
Malvaceae
Manispermaceae
Malvales
Ranunculales
Magnoliopsida
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Magnoliophyta
24
25
Sirih manado
Bunga kuning
Piper sp.
Wadelia trilobata
Piperaceae
Asteraceae
Pipereales
Asterales
Magnoliopsida
Magnoliopsida
Magnoliophyta
Magnoliophyta
26
Sp.23
Verbenaceae
Lamiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
27
Gandri
Bridelia manica
Euphorbiaceae
Euphorbiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
28
Haredong
Melastoma affine
Melastomataceae
Myrtales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
29
Wuni
Antidesma bunius
Euphorbiaceae
Euphorbiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
30
Mindi
Melia azedarach
Meliaceae
Sapindales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
31
Tembelek
Lantana camara
Verbenaceae
Lamiales
Magnoliopsida
Magnoliophyta
NO
Nama Lokal
Nama Spesies
1
cengkeh-cengkehan
2
3
4
5
6
7
8
9
Subfamili
Caepiniaceae
Mimosaceae
Papilionaceae
Papilionaceae
Papilionaceae
Papilionaceae
38
Angiospermae
Angiospermae
Angiospermae
Angiospermae
Tracheophyta
Magnoliophyta
Spermatophyta
Spermatophyta
Spermatophyta
Spermatophyta
Magnoliophyta
Magnoliophyta
Angiospermae
Angiospermae
Angiospermae
Magnoliophyta
Spermatophyta
Magnoliophyta
Magnoliophyta
Spermatophyta
Spermatophyta
Lampiran 3. Biomasa Segar Tumbuhan Bawah Sumber Pakan Ternak
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Lokal
Otok
Lamtoro
Beseng
rawatan daun
Kacang gude
Kowokan
Waderan
Ketela pohon
Telan
Mindi
Suruhan
Gewor
Biomasa
Nama Spesies
Dismodium pulchelum
Leucaena glauca
Centrosema pubescens
Desmodium triquetrum
Cajanus cajan
Calopogonium mocunoides
Digitaria sp.
Manihot utilisima
Ipomoea trilobata
Melia azedarach
Ciklea barkata
Commelina nudflora
Jumlah
II
(g/m²)
28,2
22,8
347
48,5
1
447
IV
(g/m²)
13,5
1,5
186
4
19,7
4
10,8
239
VI
(g/m²)
2,17
4,33
29,8
1,83
3,83
155
5,17
58,3
0,33
265
39
Lampiran 4. Gambar Tumbuhan Bawah
Digitaria sp.
Brideliamanica
Manihot utilissima
Desmodium triquetrum
Calopogoniummocunoide
Aneilema malabaricum
Hemigraphisbrunelloides
Hedyatisdiffusa
Leucaena glauca
Lidah tiang
Ipomoea trilobata
Centrosemapubescen
Phylanthusurinaria
Cengkeh-cengkehan
40
Cajanus cajan
Dismodium pulchelum
Eu
upatorium odo
oratum Hyyptis capitata Antidesma bunius Urenalo
obata Lantana cam
mara 3 23
Ciiklea barkata
Lssotomalongiflo
ora Commelinanudiflo
ora Litseachinen
nsis Piperr sp. Melastoma a
affine Wedeliatrrilobata Melia azedara
M
ach 41 
Download