xv TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah merupakan

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik, dan
biologi di lapangan maupun di laboratorium, dengam tujuan penggunaan lahan
umum maupun khusus. Suatu survei tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi
jika diteliti dalam meletakkannya. Relevansi sifat – sifat yang ditetapkan dengan
penggunaannya atau tujuan penggunaannya harus tinggi. Untuk mencapai
kegunaan tersebut perlu menetapkan pola penyebaran tanah yang dibagi – bagi
berdasarkan kesamaan sifat – sifatnya, sehingga terbentuk soil mapping unit atau
SPT. Dengan adanya pola penyebaran tanah ini, maka dimungkinkan untuk
menduga sifat – sifat tanah yang dihubungkan dengan potensi penggunaan lahan
dan responnya terhadap perubahan pengelolaannya (Abdullah, 1996).
Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu
daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas
tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan
tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang
terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah).
Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan
rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi
pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes, 2007).
Dasar dari semua peta survei
tanah
adalah bahwa daerah yang
diidentifikasi memiliki karakteristik yang sama, sehingga dapat diprediksi
prediksi. Para peneliti, tenaga penyuluhan, dan perencana perlu mengetahui luas
xv
Universitas Sumatera Utara
areal dan distribusi jenis tertentu tanah untuk benar memanfaatkan pengetahuan
yang diperoleh. Misalnya, jika menemukan bahwa jenis tertentu dari pupuk
meningkatkan hasil pada tanah berpasir, kemudian kita perlu tahu di mana tanah
berpasir terjadi. Sebaliknya, seseorang juga perlu untuk mengetahui daerah-daerah
mana ekstrapolasi mengenai tanah berpasir. Survei tanah sebagian besar dilakukan
untuk daerah yang cukup besar untuk memiliki lebih dari satu jenis penggunaan
lahan penting dan beberapa pengguna dengan beragam kepentingan. Beberapa
survei yang dilakukan untuk melayani pengguna yang membutuhkan informasi
yang tepat tentang sumber daya tanah meliputi beberapa hektar atau kurang
(Coen, 1987).
Tujuan survei dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan
memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu
satuan peta tanah yang sama (Hardjowigeno, 2003), dan menurut Sutanto (2005)
laporan survei yang berisi keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan
tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan, serta saran/rekomendasi.
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah dikenal 3 macam metode survei,
yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), sistem fisiografi
dengan bantuan interprestasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik),
dan grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan.
Sifat Fisika Tanah
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari partikel-partikel atau fraksifraksi primer tanah yaitu pasir, debu, liat dan lempung atau di lapangan dikenal
dengan rasa kekasaran atau kehalusan dari tanah. Jika beberapa contoh tanah
ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan
xvi
Universitas Sumatera Utara
bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya,
ada yang berukuran koloid, sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar
(Syamsuddin, 2012).
Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan.
Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2).
Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualittatif biasa
digunakan surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan
(Kurnia, dkk., 2006).
Tekstur mencerminkan ukuran partikel tanah yang dominan. Penetapan
tekstur tanah di laboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis, yang
umumnya dipakai metode pipet dan metode hydrometer bouyoucus. Kedua
metode ini didasarkan atas perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel di
dalam air. Selanjutnya hasil dari analisa laboratorium yang berupa persentase dari
fraksi
tanah
dimasukkan
ke
dalam
diagram
segitiga
tekstur
USDA
(Syamsuddin, 2012).
Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas,
kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerahdaerah geografis tertentu (Hakim, dkk, 1986). Terjadinya peningkatan sejumlah
liat didalam sub soil ternyata dapat meningkatkan persediaan air dan unsur hara
pada zona tersebut. Tekstur dan struktur tanah adalah ciri fisik tanah yang sangat
berhubungan. Kedua faktor ini dijadikan parameter kesuburan tanah, karena
menentukan kemampuan tanah tersebut dalam menyediakan unsur hara.
xvii
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Klasifikasi Tekstur Tanah Menurut Beberapa Sistem
ISSS
Diameter
(mm)
>2
USDA
Fraksi
Kerikil
Diameter
(mm)
>0,02
0,02 - 2
Pasir
0,2 - 2
0,02 – 0,2
USPRA
Fraksi
Kerikil
Diameter
(mm)
>2
Fraksi
Kerikil
0,05 - 2
Pasir
0,05 - 2
Pasir
Kasar
1-2
Sangat kasar
0,25 - 2
Kasar
Halus
0,5 - 1
Kasar
0,05 – 0,25
Halus
0,25 – 0,5
Sedang
0,1 – 0, 25
Halus
0,05 – 0,1
Sangat halus
0,002–0,02
Debu
0,002–0,05
Debu
0,005-0,05
Debu
< 0,002
Liat
< 0,02
Liat
< 0,005
Liat
Kerapatan Lindak (Bulk Density)
Berat isi (bulk density) menunjukkan berat tanah kering persatuan volume
tanah (termasuk poti-pori tanah). Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap
kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan berat isi yang
tinggi, akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. Nilai BD 1,46
sampai 1,60 g/cm3 akan menghambat pertumbuhan akar karena tanahnya
memadat dan oksigen kurang tersedia sebagai akibat berkurangnya ruang pori
tanah (Tolaka, dkk., 2013).
Kerapatan lindak (bulk density) adalah bobot isi tanah kondisi lapangan
yang dikeringovenkan per satuan volume tanah. Tanah lapisan permukaan yang
kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak lebih rendah dari
lapisan bawah yang pejal dengan kandungan humus rendah (Tambunan, 2008).
Metode analisis bulk density di laboratorium adalah sampel tanah (ring)
dimasukkan ke oven selama 2 hari dengan suhu 1050C, kemudian timbang
xviii
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan (tanah+ring) kemudian dikurangi oleh berat ring maka diperoleh
berat tanah kering (Tolaka, dkk., 2013).
Berat volume tanah mineral berkisar antara 0,6 – 1,4 g/cm3. Tanah Andisol
mempunyai berat volume yang rendah (0,6-0,9 g/cm3), sedangkan tanah mineral
lainnya mempunyai berat volume antara 0,8 – 1,4 g/cm3. Tanah gambut
mempunyai berat volume yang rendah (0,4-0,6 g/cm3) (Kurnia, dkk., 2006).
Porositas
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan
air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas. Untuk menentukan
porositas, contoh tanah ditempatkan pada tempat yang berisi air sehingga jenuh
dan kemudian cores ini ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh air dan
core yang kering oven merupakan volume ruang pori (Syamsuddin, 2012).
Porositas adalah proporsi ruang pori total yang terdapat dalam satuan
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan
indicator drainase dan aerase tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup
mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara
leluasa (Tambunan, 2008).
Semakin besar nilai porositas total tanah menunjukkan pula daya simpan
air secara maksimum oleh tanah tersebut semakin besar pula. Kemampuan tanah
dalam melewatkan air dan udara tidak selalu berkolerasi erat dengan nilai pori
totalnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh persentase sebaran ukuran pori. Jika
sebaran ukuran pori suatu tanah didominasi oleh pori berukuran besar (pori
makro) maka pada umumnya tanah tersebut mempunyai kemampuan menyimpan
xix
Universitas Sumatera Utara
lengas yang rendah, tetapi tanah ini memiliki kemampuan melewatkan air dan
udara yang besar (Arifin, 2011).
Permeabilitas Tanah
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir
melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada diantara butiran-butiran tanah.
Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan
tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah,
dibawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Syamsuddin, 2012).
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meneruskan air atau
udara. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan dengan laju aliran air melalui
tanah dalam suatu waktu dan umumnya dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1994).
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata poripori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran
pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya (Syamsuddin, 2012).
Daya hantar hidraulika ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ukuran
pori dari tegangan yang mengikat air. Untuk aliran air jenuh, tegangan
kelembabannya yang rendah dan akibat daya hantar sangat erat hubungannya
dengan ukuran pori tanah, tanah lempung daya hantarnya sangat rendah
dibandingkan tanah pasiran. Jika kadar air menurun sampai kapasitas lapangan
atau dibawahnya, daya hantar hidraulika yang sekarang disebut daya kapiler yang
disebut daya hantar kapiler menurun dengan cepat (Bukman dan Brady, 1982).
xx
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Kelas Permeabilitas Tanah :
Permeabilitas (cm/jam)
Kelas
< 0,125
Sangat lambat
0,125 -0,50
Lambat
0,50 – 2,00
Agak lambat
2,00 – 6,25
Sedang
6,25 – 12,50
Agak cepat
12,50 – 25,00
Cepat
>25,00
Sangat cepat
Sumber : Sitorus, dkk., 1980
Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman dimana perakaran tanaman
masih bisa masuk dalam tanah. kedalaman tersebut umumnya dibatasi oleh suatu
lapisan penghambat, misalnya batu keras (bedrock), padas atau lapisan lain yang
mengganggu atau menghambar perkembangan perakaran, diukur dalam cm
(Balai Penelitian Tanah, 2004).
Sifat kedalaman tanah, sebagai contoh, beragam dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Tanah-tanah di daerah lembah umumnya lebih dalam dibandingkan tanah
di daerah pegunungan, dan kedalaman tanah di daerah pegunungan tergantung
pada sudut lereng. Dalam beberapa hal, kedalaman tanah merupakan suatu
pernyataan yang perlu diperdebatkan, karena tanah bercampur dengan bahan
induknya tanpa suatu batas yang jelas (Sutanto dan Purnomo, 1997).
Penilaian suatu tanah juga didasarkan pada kedalaman efektif tanah yang
ditunjukkan oleh dalamnya lapisan penghambat perakaran, dimana nilai makin
xxi
Universitas Sumatera Utara
rendah bila letak lapisan penghambat perakaran tersebut makin dangkal
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Menurut FAO (1990) kedalaman efektif dibedakan dalam 6 kelas, yaitu :
a. Sangat dangkal sekali < 10 cm
b. Sangat dangkal
10 – 30 cm
c. Dangkal
30 – 50 cm
d. Sedang
50 – 100 cm
e. Dalam
100 – 150 cm
f. Sangat dalam
> 150 cm
Tanaman Kopi (Coffea sp.)
Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling
sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Pada umumnya,
penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan
nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari berapa spesies kopi
terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 2004).
Kopi robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun
1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan
memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya
jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopikopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri
atas kopi Robusta (Syakir, 2010).
Tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat
dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan
teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya
xxii
Universitas Sumatera Utara
bias ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi
budidaya kopi poliklonal (Ernawati, dkk, 2008).
Kopi
arabika
di
Indonesia
pada
umumnya
termasuk
varietas
typica (Coffea arabika var Typica). Dari varietas ini telah diperoleh suatu kultivar
yang banyak ditanam di Jawa Timur (dataran tinggi Ijen) yaitu kultivar Blawan
Pasumah yang peka sekali terhadap penyakit karat daun dan hanya dapat di tanam
pada ketinggian 1000 m ke atas. Kopi robusta secara komersial hanya optimal
ditanam pada ketinggian sampai 800 m, ini berarti terdapat suatu zona ketinggian
dengan jarak vertikal 200 m yang kosong yang tidak optimal jika ditanam kopi.
Untuk memperkecil area pembatas ini, telah diusahakan mencari jenis - jenis kopi
arabika yang lebih tahan terhadap karat daun sehingga dapat ditanam pada
ketinggian lebih rendah. Dalam rangka ini, pada tahun 1929 telah dimasukkan
varietas abessinia (C. arabika var. Abyssinica), yang relatif lebih resisten,
sehingga dapat ditanam pada ketinggian 700 m ke atas. Dengan demikian maka
area pembatas tersebut secara potensial telah dapat diatasi (Syakir, 2010).
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan.
Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi
tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat (Ernawati, dkk, 2008).
xxiii
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kabupaten di kawasan
Pesisir Barat (Pantai Barat) Sumatera Utara. Daerah ini terletak antara 00 100 - 10
500 Lintang Utara dan 980 100 -1000 100 Bujur Timur pada ketinggian 4.145 m dpl
dengan luas wilayah 6.620 km 2 atau 9,23% dari luas Sumatera Utara. Kabupaten
ini berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan di bagian Utara, Propinsi
Sumatera Barat pada sebelah Timur dan Selatan. Sedangkan di sebelah Barat
berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Mandailing Natal terbagi dalam 3 (tiga) bagian topografi,
yaitu:
1. Dataran Rendah, merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 00 – 20 dengan
luas sekitar 160.500 hektar atau 18,68% dari luas Kabupaten Mandailing Natal.
2. Dataran Landai, dengan kemiringan 20 – 150 , dengan luas 36.385 hektar atau
4.24% dari luas Kabupaten Mandailing Natal.
3. Dataran Tinggi, dengan kemiringan 70 – 400 , dengan luas 662.139 hektar atau
77,08% dari luas Kabupaten Mandailing Natal.
Dataran Tinggi ini dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Daerah Perbukitan, dengan luas 308.954 hektar atau 46,66%
b. Daerah Pegunungan, dengan luas 353.185 hektar atau53,34%.
Suhu di daerah ini berkisar antara 230 C – 320 C dengan kelembaban
antara 80 – 85%. Kabupaten ini terdiri dari 23 kecamatan dan 386 desa/kelurahan
dengan jumlah penduduk 413.750 jiwa, terdiri dari 203.565 laki-laki (49,20%)
dan 210.185 perempuan (50,80%). Data tersebut diperoleh berdasarkan data
tahunan BPS 2006.
xxiv
Universitas Sumatera Utara
Download