III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Lokasi pengambilan contoh tanah dan pengamatan produksi kelapa sawit dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Unit Usaha Bentayan dan Betung Krawo, PT Perkebunan Nusantara VII (Persero), Sumatera Selatan. Analisis contoh tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei hingga bulan Oktober 2010. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah dan pengamatan sifat fisik di lapang di antaranya adalah meteran, pisau lapang, sekop, munsell soil color chart, kompas, abney level, altimeter, bor tanah/bor belgi, bor gambut, loup, Global Positioning System (GPS). Sedangkan bahan kimia yang diperlukan untuk pengamatan sifat kimia di lapang di antaranya adalah H2O2. Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan analisis tanah di laboratorium di antaranya adalah gelas ukur, labu semprot, tabung reaksi, pipet, kertas saring, botol kocok, tabung digestion dan blok digestion, labu didih, erlenmeyer, buret, dan pengaduk. Sedangkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk analisis tanah disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam melakukan analisis. Metode ekstraksi yang digunakan adalah: 1) pH : pengekstrak H2O 1:1 2) Al-dd : pengekstrak KCl 1N 3) N-total : metode Kjeldhal 4) P-tersedia : metode Bray I 5) Penetapan susunan kation : pengekstrak NH4OAC pH 7,0 Alat pengukuran yang digunakan adalah: 1) pH meter : penetapan pH tanah. 2) Alat destilasi : penetapan N-total dan KTK. 3) Alat titrasi : penetapan Al-dd. 4) Spektrofotometer : penetapan P tersedia metode Bray. 5) Flamefotometer : penetapan susunan kation (K+ dan Na+). 10 : penetapan susunan kation (Ca2+ dan Mg2+). 6) AAS 3.3. Metode Penelitian Sebelum dilakukan pengambilan contoh tanah di lapangan terlebih dahulu dilakukan pengumpulan informasi-informasi awal, berupa data-data yang sudah ada dan tersedia baik yang tersimpan oleh PTPN VII atau di instansi terkait. Selanjutnya pengambilan contoh tanah di lapangan dimulai dengan melakukan pemboran. Pemboran dilakukan sebanyak 2 pengamatan pada setiap blok. Contoh kesuburan tanah yang diambil yaitu pada kedalaman 20 cm. Untuk pengamatan kedalaman lapisan sulfidik ditetapkan di lapangan berdasarkan kepada pH hasil oksidasi oleh H2O2 (hidrogen peroksida). Berdasarkan kondisi pirit di lapangan, maka tipologi tanah dibagi ke dalam 4 jenis, yaitu tanah yang tidak memiliki kandungan pirit (kontrol), tanah berpirit dangkal dengan kedalaman pirit <30 cm, tanah berpirit sedang dengan kedalaman pirit 30-60 cm, dan tanah berpirit dalam dengan kedalaman pirit >60 cm. Dengan jumlah sampel seperti dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Sampel Setiap Jenis Tanah Sampel Tanah Jumlah Tanah tidak mengandung pirit 15 Tanah dengan kedalaman pirit >60 cm 12 Tanah dengan kedalaman pirit 30-60 cm 13 Tanah dengan kedalaman pirit <30 cm 7 Contoh tanah yang diambil lalu diperlakukan seperti; persiapan contoh tanah di laboratorium, meliputi pencatatan contoh, pengeringan, penumbukan/pengayakan, dan penyimpanan. Analisis contoh tanah yang dilakukan di laboratorium meliputi penetapan pH tanah dengan pengekstrak H2O 1:1, penetapan Al-dd dengan pengekstrak KCl 1N, penetapan N-total metode Kjeldhal, penetapan P tersedia metode Bray I, penetapan susunan kation dengan pengekstrak NH4OAC pH 7,0, penetapan kapasitas tukar kation (KTK), penetapan kejenuhan basa (KB), dan penetapan unsur hara mikro. 11 Untuk mengetahui pengaruh kedalaman pirit terhadap sifat kimia tanah dan produksi tanaman kelapa sawit dilakukan analisis ragam, apabila berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut. Selanjutnya untuk penentuan tanah berpirit yang belum dan telah teroksidasi dapat dilihat pada kondisi total reduksi di lapangan. Untuk blok-blok dengan kedalaman total reduksi lebih rendah dari kedalaman pirit maka digolongkan ke dalam tanah berpirit yang belum teroksidasi, sedangkan untuk blok-blok dengan kedalaman total reduksi lebih dalam dari kedalaman pirit maka digolongkan ke dalam tanah berpirit yang telah teroksidasi. Dari hasil pengelompokkan tersebut kemudian dilakukan analisis laboratorium terhadap sampel tanah yang belum dan telah teroksidasi untuk menentukan nilai pH, C-organik, KTK, N-total, Ca, Mg, K, dan Na. 12