KESELAMATAN KERJA KESEHATAN KERJA Pekerjaan pengolahan makanan di dapur umumnya dianggap pekerjaan yang relatif aman, terutama bila dibandingkan dengan pekerjaan di bidang industri yang lain. Pekerjaan dapur mempunyai potensi untuk menimbulkan kecelakaan dan potensi bahaya lainnya. Kecelakaan kecil misalnya teriris, luka bakar kecil, bahkan kecelakaan yang lebih besar mungkin terjadi. Di lingkungan dapur banyak terdapat peralatan panas dan mesin-mesin elektris. Jika kondisi itu dikombinasikan dengan tingkat kesibukan yang tinggi, wajar jika para pekerja dituntut untuk selalu berhati-hati agar terhindar dari kecelakaan. Kebanyakan kecelakaan di dapur disebabkan kurangnya perhatian dan kehati-hatian pekerja atau pekerja melakukan pekerjaannya sambil bergurau. Pencegahan kecelakaan serta pelatihan untuk menjamin keselamatan kerja merupakan prosedur standar yang harus dipenuhi, baik di lingkup industri besar maupun institusi lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja ini juga harus diterapkan pada industri jasa boga, sehingga terjadinya kecelakaan kerja dapat dihindari atau sekurang-kurangnya diminimalkan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23, tahun 1992 tentang kesehatan, telah diatur secara khusus mengenai kesehatan kerja. Pasal 23 undangundang ini berbunyi sebagai berikut. Ayat 1: “Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal”. Dalam penjelasan ayat tersebut disebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan perlindungan tenaga kerja. Pada ayat 2 undang-undang tersebut, disebutkan dengan jelas lingkup kesehatan kerja, meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Kewajiban untuk menyelenggarakan kesehatan kerja tertulis dalam ayat 3 yang berbunyi:” Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja”. Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pada bab III termuat syarat-syarat keselamatan kerja. Pada ayat 1 dengan jelas disebutkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: 1. mencegah dan mengurangi kecelakaan, 2. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, 3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan, 4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya, 5. memberi pertolongan pada kecelakaan, 6. memberi alat-alat perlindungan diri untuk para pekerja, 7. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, dan radiasi, 8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik physik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan, 9. memperoleh penerangan yang cukup sesuai, 10. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik, 11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup, 12. memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban, 13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja , alat kerja, lingkungan kerja, cara, dan proses kerja, 14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang, 15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan, 16. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang, 17. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, 18. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Hal pertama yang menentukan tercapainya kesehatan dan keselamatan kerja adalah tersedianya struktur fisik bangunan dan peralatan yang aman dan memadai. Berkaitan dengan hal ini ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dipenuhi dalam penyediaan tempat kerja pengolahan yang aman ; yaitu sebagai berikut. 1. Struktur, bahan, peralatan dan kabel-kabel listrik dalam bangunan harus ada pada kondisi baik dan terawat. 2. Tersedianya lampu atau pencahayaan yang memadai di area pengolahan dan penyajian, di sepanjang koridor, serta di tangga. 3. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin/snti selip. 4. Pintu dapur sebaiknya dilengkapi dengan panel kaca, sehingga pandangan ke luar dan ke dalam dapur tidak terhalang. 5. Pintu keluar darurat sebaiknya disediakan di tempat yang jelas terlihat. 6. Peralatan mekanis dan elektris sebaiknya dilengkapi dengan perlengkapan keamanan. 7. Nomor telepon darurat misalnya dinas pemadam kebakaran, ambulans, atau polisi dicantumkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas. 8. Lalu lintas orang di area pengolahan dan penyajian diatur dengan rapi, untuk menghindari tubrukan antar sesama pekerja. PENYAKIT AKIBAT KERJA Dalam ruang atau tempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja, yaitu : 1. Golongan fisik, seperti : a. Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli. b. Radiasi, sinar-sinar radioaktif dapat menyebabkan penyakit susunan darah dan kelainan-kelainan kulit, radiasi sinar inframerah dapat mengakibatkan katarak pada lensa mata. c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps, sedangkan suhu yang terlalu rendah menimbulkan frostbite. d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease. e. Penerangan lampu yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan. 2. Golongan khemis: a. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, diantaranya silicosis dan asbestosis b. Uap yang dapat menyebabkan dermatitis atau keracunan c. Gas, misalnya keracunan CO, H2S d. Awan atau kabut misalnya racun serangga, racun jamur yang dapat menimbulkan keracunan 3. Golongan infeksi, misalnya oleh bibit penyakit antraks atau brucella pada pekerja penyamak kulit. 4. Golongan fisiologis. Kesalahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik dan salah dalam melakukan pekerjaan dapat menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh pekerja. 5. Golongan mental psikologis. Hubungan kerja yang kurang baik dapat menimbulkan kebosanan. Kecelakaan dapat terjadi di dapur atau ruang pengolahan disebabkan oleh 1) kenyamanan yang berlebih, 2) konsentrasi yang kurang, kurang berhati-hati dan perencanaan prosedur yang kurang baik. Sumber kecelakaan kerja di dapur (tabel 33) dapat berasal dari lantai, peralatan persiapan masak, peralatan dengan listrik, tangga, rekan kerja, dan lain-lain. Kendala yang paling terjadi di dapur atau pabrik pengolahan makanan adalah suhu ruangan yang cukup panas. Suhu udara yang dirasakan nikmat (suhu nikmat) bagi orang Indoensia sekitar 24 – 260 C. Suhu dingin mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suatu percobaan mengikat tali dengan suhu 100 C, 150 C dan lebih dari 210 C menunjukkan perbaikan efisiensi sejalan dengan kurangnya keluhan kedinginan. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja. Penurunan sangat hebat sesudah 320 C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang. Kerja pada suhu yang tinggi dapat membahayakan karena disertai penyesuaian waktu kerja dan perlindungan yang tepat. Tabel 33. Penyebab Kecelakaan Kerja di Dapur No Sumber Bahaya Kecelakaan 1. 2. 3. 4. 5. Lantai dan jalan yang dilalui Salah mengangkat dan membawa beban Penggunaan alat pisau dan piring yang salah Anak tangga, tangga dan tangga lipat Penggunaan peralatan dan mesin yang tidak sesuai (alat pengaduk dan alat pengadon) Beling, kaleng, listrik, pembakaran (oven, air panas), luka karena cairan kimia Rekan kerja lain, pengaruh alcohol Lain-lain 6. 7. 8. Prosentase (%) 20 18 14 14 12 8 4 10 Sumber : Mohideen (1999) Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktivitas antara lain air conditioning /AC di tempat kerja. Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang berkibat keluhan-keluhan dan kadang-kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan AC adalah : 1) suhu distel pada 25 - 260 C; 2) Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran keadaan pengaturan suhu di rumah; 3) bila perbedaan suhu di dalam ruang lebih 50 C, perlu adanya suatu kamar adaptasi. Jumlah waktu yang diperlukan untuk bekerja dengan hasil yang baik adalah 6 – 8 jam dalam sehari. Apabila lama bekerja lebih dari waktu tersebut dapat menimbulkan kelelahan. Hal tersebut terjadi pula dengan pekerjaan di dapur/pabrik. Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Ada dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja. Penyebab kelelahan umum adalah monotomi, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab psikis seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh tersebut secara bersama mengakibatkan perasaan lelah. Kelelahan mudah diatasi dengan istirahat, yaitu usaha pemulihan dengan berhenti bekerja sewaktu-waktu sebentar sampai tidur malam hari. Tetapi apabila kelelahan dipaksakan terus maka kelelahan akan bertambah dan sangat mengganggu. Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan ditunjukkan dari 3 hal yakni pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum. Gejala pelemahan kegiatan antra lain perasaan berat di kepala, lelah seluruh tubuh, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan mau ebrbaring. Gejala pelemahan motivasi adalah merasa susah berpikir, lelah bicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan. Sedangkan kelelahan fisik akibat keadaan umum gejalanya adalah sakit kepala, ekauan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernafasan tertekan, haus, suara serak, merasapening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota baan, dan merasa kurang sehat. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan pada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirhat yang tepat, masa-masa libur dan rekreasi. Penerapan ergonomi seperti pengadaan tempat duduk, meja dan bangkubangku kerja. Di samping itu organisasi proses produksi yang tepat, usaha untuk mengurangi kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik. Monotomi dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna dan dekorasi pada lingkungan kerja, musik ditempat kerja dan latihan fisik pada pekerja yang bekerja sambil duduk pada saat istirahat. Radiasi Elektromagnetik Saat ini penggunaan peralatan listrik semakin banyak, dimana akan menimbulkan radiasi elektormagnetik. Radiasi elektromagneti dapat berasal dari jaringan listrik tegangan tinggi atau ekstra tinggi, peralatan elektronik di rumah, di kantor maupun di industri, termasuk micro wave dan telepon seluler. Gangguan yang diakibatkan oleh keterpajanan (exposure) terhadap peralatan yang menimbulkan radiasi elektromagnetik disebut electrical sensitivity. Potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat radiasi elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain sistem darah, system reproduksi, sistem syaraf, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, psikologis dan hipersensitifitas. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya electrical sensitivity antara lain sakit kepala, pening, dan keletihan. Tanda dan gejala lain yang dijumpai aalah jantung berdebardebar, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, rasa mual dan gangguan pencernaan lain yang tidak jelas penyeabnya, telinga berdenging, muka terbakar dan kulit meruam, kejang otot, kebingungan dan gangguan kejiwaan berupa depresi. CARA PENCEGAHAN KECELAKAAN Cara-cara pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan cara : 1) Subtitusi. Subtitusi adalah mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tudak berbahaya sama sekali. 2) Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak perhitungan ke dalam ruang kerja, agar bahan-bahan yang berbahaya lebih rendah dari kadar yang membahayakan (NAB : kadar Nilai Ambang Batas). 3) Ventilasi keluar setempat (Local exhausters), adalah alat penghisap udara di suatu tempat kerja tertentu agar bahan-bahan yang membahayakan dihisap dan dialirkan keluar. 4) Isolasi, mengisolasi operasi atau proses yang membahayakan, misalnya isolasi mesin yang suaranya keras. 5) Pakaian Pelindung atau Alat Pelindung Diri, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dan pakaian kerja. 6) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui kecocokan antara jenis pekerjaan dengan kondisi fisik dan mentalnya. 7) Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, untuk evaluasi apakah pekerjaan telah menimbulkan gangguan/kelainan tubuh pekerja. 8) Penerangan sebelum kerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati peraturanperaturan dan lebih berhati-hati. 9) Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontinu, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya. Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) atau personal protective device adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh karyawan atau pekerja apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Persyaratan dari APD adalah : 1) enak dipakai, b) tidak mengganggu kerja, dan c) memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi bagian tubuh tertentu seperti kepala, mata, wajah, tangan dan kaki. Berbagai jenis APD digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindungi disajikan pada tabel berikut. Tabel 34. Jenis APD dan Bagian Tubuh yang Dilindungi No Bagian tubuh yang Dilindungi Jenis APD 1. Kepala 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mata Wajah/muka Tangan dan jari-jari Kaki Alat pernafasan Telingan Tubuh Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan Kaca mata dari berbagai gelas Perisai muka Sarung tangan Sepatu Respirator/masker khusus Sumbat telinga, tutup telinga Pakaian kerja dri berbagai bahan Alat pelindung diri yang berkaitan dengan bahaya di dapur digunakan sesuai dengan keperluannya. Berikut disajikan berbagai bahaya yang mungkin terjadi di dapur baik skala rumah tangga maupun skala besar dan APD yang diperlukan. Tabel 35. Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya Faktor bahaya Bagian tubuh yang Dilindungi Debu Mata Muka Alat pernafasan Mata Muka Alat pernafasan Gas, asap, fumes Tubuh Jari, tangan dan lengan Caira dan bahan-bahan kimia Panas Betis, tungkai Mata kaki, kaki Kepala Mata Muka Alat pernafasan Tubuh Jari, tangan dan lengan Betis, tungkai Mata kaki, kaki Kepala Lain-lain bagian Kaki Basah dan air Terpeleset, jatuh Terpotong, tergosok Listrik Mata Kepala Tangan, lengan jari Tubuh Kaki, tungkai Kaki Kepala Jari, tangan, lengan Tubuh Betis, tungkai Kepala Jari, tangan, lengan Tubuh, Betis, tungkai, mata kaki, kaki Jenis APD Gogless, kaca mata sisi kanan kiri tertutup Penutup muka dari plastik Respiratory/masekr khusus Gogless Penutup muka khusus Membahayakan jiwa langsung : gas masker khusus dengan filter Tidak membahayakan jiwa langsung : gas masker bermacam-macam Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang tahan kimiawi Sarung plastik, karet berlengan panjang dan anggota-anggota badan itu diolesi dengan barrier krim Pelindung dari plastik Sepatu yang konduktif (menyalurkan aliran listrik) Topi plastik/karet Gogless Penutup dari plastik Resporator khusus tahan kimiawi Pakaian karet, plastik Sarung plastik, karet Pelindung dari plastik/karet Sepatu karet, plastik atau kayu Topi asbes Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan lain yang tahan paans/api Sepatu dengan zool kayu atau bahan lain tahan panas Gogless dengan lensa tahansinar infra merah Topi plastik Sarung tangan plastik, karet berlengan panjang Pakaian khusus Sepatu bot karet Sepatu anti slip, kayu/gabus Topi plastik, logam Sarung tangan kulit, dilapisi logam, berlengan panjang Jaket kulit Celana kulit dengan knie atau engkel-dekker Topi plastik, karet Sarung tangan karet tahan sampai 10.000 volt selama 3 hari Pelindung dari karet Gaduh suara Telinga Pelindung khusus : dimasukkan ke lubang telingan atau penutup lubang telinga Sumber : Suma’mur (1984) Pelindung kepala. Pelindung kepala (safety helmet) yang dapat digunakan adalah hard hat kelas untuk melindungi kepala dari benda jatuh dan Bump cap untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol. (a) (b) Gambar 31. (a) Hard hat kelas C dan (b) Bump cap (Cahyono, 2004) Pelindung mata. Pelindung mata (safety glasses) berbeda dengan kaca mata biasa, baik normal maupun kir. Bagian atas dan sisi kanan dan kiri terdapat pelindung yang dapat menahan sinar ultraviolet sampai persentase tertentu. Gambar 32. Pelindung mata/ Safety glasses (Cahyono, 2004) Pelindung tangan. Kecelakaan yang menyebabkan cacat sekitar 20 % terjadi di tangan. APD tangan dikenal sebagai safety glove dengan berbagai jenis penggunaannya, yakni; 1) Metal mesh tahan terhadap ujung ang lancip dan menjaga terpotong, 2) Sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun, 3) Padded cloth untuk melindungi tangan dari ujung tajam, pecahan gelas, kotoran dan vibrasi, 4) heat resistant mencegah tangan terkena panas dan api, 5) Latex disposible (sekali pakai dibuang) digunakan untuk melindungi dari germ dan bakteri. (a) (b) (d) (c) (e) Gambar 33. Berbagai jenis sarung tangan : (a) Metal mesh, (b) vinyl dan neoprene, (c) Padded cloth, (d) heat resistant, dan (e) Latex disposible Pelindung kaki. Pelindung kaki berupa sepatu. Berbagai jenis sepatu adalah: (a) Sepatu latex atau karet tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya tarik ekstra pada permukaan licin, (b) sepatu butyl untuk melindungi kaki terhadap keton, aldehid, alcohol, asam, garam dan basa, (c) sepatu vinyl tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas, dan darah, dan (4) sepatu nitril tahan terhadap lemak hewan, oli dan bahan kimia. Berikut gambar dari berbagai jenis sepatu tersebut. (a) (b) (c) (d) Gambar 34. Berbagai jenis sepatu : (a) Sepatu latex atau karet, (b) sepatu butyl, (c) sepatu vinyl, (d) sepatu nitril Minimalisasi Kecelakaan Kerja Pekerja dapur sangat berisiko mengalami kecelakaan-kecelakaan kecil atau lebih serius, misalnya teriris dan terekspos panas, luka bakar, terjatuh dan lain-lain. Berikut ini beberapa pedoman yang dapat dipakai untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan-kecelakaan tersebut. 1. Menghindari Terjadinya Luka karena Teriris/Terpotong. Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya luka karena teriris/terpotong antara lain sebagai berikut. a. Selalu menggunakan pisau yang tajam. Pisau yang tajam lebih aman daripada pisau tumpul, karena tekanan dan tenaga yang diperlukan pada saat digunakan lebih kecil dan tidak mudah selip. b. Selalu menggunakan alas (telenan) sewaktu memotong. Jangan memotong dengan menggunakan alas dari logam. Akan lebih baik apabila di bawah telenan diletakkan bergeser/terpeleset. handuk/kain tebal, agar telenan tidak mudah c. Berkonsentrasi penuh pada waktu bekerja dengan pisau atau alat pemotong lainnya, tidak sembrono atau sambil bergurau. d. Pemotongan dilakukan dengan memperhatikan jarak yang aman, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. e. Menggunakan pisau hanya untuk pekerjaan pemotongan, tidak menggunakannya untuk keperluan lain, misalnya untuk membuka tutup botol. f. Apabila pisau terjatuh, jangan coba-coba untuk menangkapnya. Biarkan pisau jatuh, dan jaga jarak /menjauh dari tempat jatuhnya. g. Jangan menaruh di dalam bak cuci, di dalam air atau di tempat-tempat lain sehingga pisau tidak dapat dilihat dengan jelas. h. Bersihkan pisau dengan hati-hati setelah digunakan, dengan mengarahkan pisau sisi pisau yang tajam menjauh dari tubuh. i. Apabila tidak dipergunakan, simpan pisau di tempat yang aman, misalnya di rak atau tempat pisau khusus lainnya. j. Selalu berhati-hati sewaktu membawa pisau. Bawalah pisau di bagian samping tubuh, dengan ujung menghadap ke bawah, dan sisi tajam menjauhi tubuh. Akan lebih baik jika membawa pisau dalam sarung atau selubung pisau. Peringatkan orang-orang di sekitar anda, jika anda melewati mereka dengan membawa pissau di tangan. k. Barang-barang yang mudah pecah, misalnya mangkuk, piring dan peralatan gelas lainnya ditempatkan di tempat khusus, terpisah dari area pengolahan. l. Jangan meletakkan barang-barang yang mudah pecah di dalam bak perendam. m. Apabila ada barang yang pecah, gunakan sapu untuk membersihkan serpihannya, jangan dibersihkan dengan tangan. n. Pembuangan pecahan kaca harus pada tempat khusus, jangan dicampur dengan sampah lainnya. o. Apabila ada barang yang pecah di dalam ember atau bak, pengambilan pecahan setelah ember atau bak dibuang airnya. p. Apabila membuka karton atau atau pengemas lain yang ada paku atau isi steplernya, maka logam logam tersebut dikumpulkan pada wadah tertentu dan dibuang. q. Apabila teriris atau terpotong kecil lainnya, segera dirawat dengan obat-obat pertolongan pertama yang memadai untuk mencegah infeksi. 2. Menghindari Terjadinya Luka Bakar Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya luka bakar antara lain sebagai berikut. a. Selalu berasumsi bahwa panci pemasak dalam kondisi panas, sehingga kita harus menggunakan alas pada waktu memegang panci tersebut. b. Menggunakan alas/lap kering untuk memegang panci panas. Penggunaan lap basah akan menghasilkan uap panas yang dapa t menyebabkan luka bakar. c. Pegangan panci pemasak diarahkan menjauhi lorong/tempat lalu lalang, sehingga tidak tersenggol orang yang melewatinya. Pegangan panci hendaknya juga jauh dari sumber api, baik kompor gas maupun kompor minyak tanah. d. Pengisian panci pemasak tidak boleh penuh, sehingga tidak meluap sewaktu mendidih. e. Minta pertolongan orang lain apabila harus memindahkan wadah yang berisi makanan panas yang cukup berat. f. Berhati-hati sewaktu membuka panci perebus atau peralatan lain yang mengelurkan uap panas, serta melakukannya dalam jarak yang aman (jarak antara tubuh dengan peralatan tersebut). g. Apabila kompor gas yang digunakan tidak dilengkapi dengan pemantik otomatis, maka klep gas harus ada dalam keadaan tertutup sewaktu korek api/sumber api lainnya dinyalakan. h. Pekerja sebaiknya mengenakan pakaian dengan lengan panjang untuk melindungi diri dari percikan/tumpahan makanan/minayk panas. Alas kaki hendaknya terbuat dari kulit yang kuat, dan tertutup pada bagian jari-jarinya. i. Makanan yang akan digoreng harus ditiriskan terlebih dahulu, agar tidak terbentuk percikan minyak panas sewaktu digoreng. j. Selalu memperingatkan orang-orang disekitar Anda, apabila anda melalui mereka dengan membawa barang-barang yang panas. 3. Mencegah Terjadinya Kebakaran Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya kebakaran antara lain sebagai berikut. a. Mengetahui tempat penyimpanan dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran. b. Menggunakan jenis bahan pemadam kebakaran yang tepat menurut sumber apinya. Ada tiga jenis penyebab kebakaran yang masing-masing memerlukan bahan pemadam kebakaran berbeda pula, yaitu sebagai berikut. 1. Kelas A, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari kayu, kertas, pakaian, plastik dan bahan-bahan mudah terbakar lainnya. Jenis alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai dengan simbul Λ . 2. Kelas B, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari minyak, gemuk, (grease), bensin, pelarut organik, serta bahan kimia mudah terbakar lainnnya.Jenis alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai simbol . 3. Kelas C, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari peralatan elektris, kabel-kabel motor dan sebagainya. Jenis alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai dengan simbol . c. Jangan memadamkan api yang berasal dari minyak atau peralatan listrik dengan menggunakan air, atau pemadam kelas A karena hanya akan menyebarkan api. d. Sediakan garam atau baking soda di tempat yang mudah terjangkau, untuk memadamkan kebakaran dari api kompor atau tungku. e. Jangan meninggalkan minyak goreng di atas tungku atau kompor menyala tanpa pengawasan. f. Aktivitas merokok hanya boleh dilakukan pada tempat khusus, dan jangan meninggalkan puntung yang masih menyala di sembarang temapt. g. Jika mendengar alarm tanda bahaya kebakaran dan masih ada waktu, tutup dan matikan semua aliran gas serta listrik, sebelum meninggalkan gedung yang terbakar. h. Jaga agar pintu keluar darurat tidak terhalang oleh benda apapun. 4. Mencegah radiasi elektromagnetik, dengan memperhatikan hal-hal berikut (Anies, 2004): a. Dalam menggunakan alat elektronik seperti komputer, televisi, hair dryer, sebaiknya membuat jarak sejauh mungkin dari sumber pajanan dan waktu kontak diusahakan seminimal mungkin. b. Penggunaan micro wave walaupun hanya sebentar jangan ditunggu apalagi dalam jarak yang sangat dekat. Micro wave menghasilkan energi foton yang sangat besar dan beresiko mengganggu kesehatan apalagi tidak mematuhi prosedur penggunaannya. c. Waktu penggunaan telepon seluler (yang memiliki energi foton sangat besar dan efek radiasinya lebih besar dibanding jaringan listrik tegangan ekstra tinggi) dibatasi dan jangan selalu diletakkan di kantong, apalagi bila menggunakan alat pacu jantung.