pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematis terhadap return

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIS
TERHADAP RETURN SAHAM MANUFAKTUR
Ika Aftita Nelia
[email protected]
Nurul Widyawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analyze the influence of fundamental factors (consist of: firm size,
book to market ratio, price earnings ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) and
systematical risk either simultaneously and partially to manufacturers’ stock return which went public, as well
as to know and to analyze variables which have dominant contribution to the change of manufacturers’ stock
return which went public. The hypothesis test result in this research is found that simutaneously the
fundamental factor (consist of: firm size, book to market ratio, price earnings ratio, earnings per share, debt to
equity ratio, return on equity) and systematical risk has significant influence to the stock return. Partially, firm
size, book to market ratio, price earnings ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity have no
significant influence to the stock return. On the other hand, the variable of systematical risk partially has
significant influence to the stock return. Therefore, the systematical risk has dominant contribution variable to
the change of stock return.
Keywords:
Fundamental Factors, Systematical Risk and Stock Return.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental (terdiri
dari: firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on
equity) dan risiko sistematis secara simultan dan parsial terhadap return saham manufaktur yang go
public, serta mengetahui dan menganalisis variabel yang berkontribusi paling besar terhadap
perubahan return saham manufaktur yang go public. Dari hasil pengujian hipotesis penelitian
diketahui bahwa secara simultan faktor fundamental (terdiri dari: firm size, book to market ratio, price
earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Secara parsial, firm size, book to market ratio, price earning ratio,
earnings per share, debt to equity ratio, return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Sedangkan risiko sistematis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Dengan demikian risiko sistematis merupakan variabel yang berkontribusi paling besar terhadap
perubahan return saham.
Kata kunci: Faktor Fundamental, Risiko Sistematis dan Return Saham.
PENDAHULUAN
Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara,
sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan
mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang memiliki kelebihan dana dengan
peminjaman selaku pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41),
pasar modal (capital market) adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut
nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan.
Selain itu pasar modal juga menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan.
Di lihat dari sudut pandang ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai salah satu sistem
mobilitas dana jangka panjang yang efisien bagi pemerintah. Melalui pasar modal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
2
pemerintah dapat mengalokasikan dana masyarakat ke sektor investasi yang produktif. Di
lihat dari sudut pandang keuangan, pasar modal berfungsi sebagai salah satu media yang
efisien untuk mengalokasikan dana dari pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana yaitu
investor dan pihak yang membutuhkan dana yaitu perusahaan individu.
Pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan
adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif
investasi yang memberikan return yang paling optimal. Menurut Tandelilin (2009:3), adalah
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa datang. Salah satu alternatif yang
paling popular dan relatif menjanjikan adalah investasi dipasar modal (investasi saham).
Dengan berkembangnya pasar modal menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal
akan investasi di pasar modal cukup baik. Investasi merupakan penundaan konsumsi pada
saat ini dengan tujuan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang akan diterima masa
yang akan datang. Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat risiko yang lebih
besar dibandingkan dengan alternatif investasi lain, seperti obligasi, deposito, dan tabungan.
Investor maupun calon investor dapat memperkirakan berapa tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dan berapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan
menyimpang dari hasil yang diharapkan.
Investasi saham di pasar modal membutuhkan beberapa informasi untuk membantu
para investor dalam melakukan pengambilan keputusan. Sebelum melakukan investasi di
pasar modal, investor akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang bersifat fundamental dan teknikal
dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi return, resiko atau ketidakpastian,
jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi. Dengan asumsi
para pemodal rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian (basic valuation)
yang utama bagi seorang fundamentalis. Nilai saham dapat mewakili nilai perusahaan, tidak
hanya nilai intrinsik suatu saham, tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat
berupa Book to Market Ratio, Firm Size dan Price Earning Ratio (Prasetiono, 2012) dan Debt to
Equity Ratio, Return on Equity dan Earnings Per Share (Absari, dkk., 2012).
Selain faktor fundamental saham, investor juga harus mempertimbangkan faktor
risiko. Saham perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi,
karena sangat peka terhadap perubahan yang terjadi baik di dalam, maupun luar negeri,
perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, peraturan perundang-undangan, perubahan
dalam industri dan perubahan dari perusahaan itu sendiri.
Risiko investasi di pasar modal pada dasarnya terdiri dari atas dua risiko sistematik
(systematic risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). Husnan (2009:161) menyatakan
risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi,
sehingga investor memiliki ketidakpastian terhadap keuntungan yang diperolehnya.
Alternatif untuk dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor adalah strategi
investasi. Risiko yang relevan untuk dipertimbangkan investor dalam pengambilan
keputusan investasi adalah risiko sistematik atau risiko pasar, sebab investor dapat
mengeliminasi risiko tidak sistematik melalui pembentukan portofolio investasi. Dalam
literatur keuangan, risiko sistematik atau risiko pasar sering dinyatakan dengan beta (β).
Dalam pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) investor hanya memperhatikan risiko
sistematis yang diukur dengan beta (β) saja. Model ini memperkirakan akan terjadi
hubungan positif antara pendapatan saham dengan beta. Dengan demikian untuk
kepentingan investasi, investor harus menaksir besarnya beta saham sebagai ukuran
investasi di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan manufaktur yang go public di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur dipilih karena secara umum perusahaan ini
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
3
memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi daripada jenis industri yang lain (Husnan, 2009:33).
Faktor yang menjadikan perusahaan manufaktur menarik untuk dijadikan obyek dalam
penelitian ini adalah industri dalam kelompok ini mengalami pergerakan return saham yang
sangat fluktuatif selama periode 2008 sampai dengan tahun 2012.
Tabel 1
Pergerakan Ratio Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Nilai Terendah
-91,65%
-71,94%
-75,00%
-71,30%
-87,31%
Nilai Tertinggi
204,55%
405,75%
1133,58%
386,49%
389,47%
Rata-Rata
-25,62%
71,71%
67,40%
37,69%
25,10%
Tabel 1 diatas memperlihatkan sepanjang periode analisis, selalu ada perusahaan
yang menghasilkan return saham yang negatif dan negatif terbesar terjadi pada tahun 2008
yaitu sebesar -91.65%. Rata rata return saham yang dihasilkan industri manufaktur ini juga
menarik dari 2008 sampai 2012, setelah meningkat pesat pada tahun 2009, namun
sesudahnya cenderung mengalami penurunan, meskipun masih tetap positif.
Selanjutnya dari seluruh perusahaan manufaktur yang go public, penelitian lebih
difokuskan lagi pada saham perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ45.
Saham perusahaan LQ45 merupakan saham yang aktif diperdagangkan dan harganya terus
berfluktuasi seiring dengan intensitas perdagangannya. Indeks ini mencakup 45 saham yang
diseleksi berdasarkan kriteria spesifik tertentu untuk menjamin bahwa indeks tersebut
hanya menyajikan saham-saham yang paling likuid dan memiliki tingkat kapitalisasi pasar
yang besar serta banyak diminati oleh para investor di pasar modal. Karena itu saham yang
masuk ke dalam kelompok LQ45 ini dianggap merupakan saham yang aman dimiliki karena
fundamental kinerja saham tersebut bagus, sehingga dari sisi risiko kelompok saham LQ 45
memiliki risiko terendah dibandingkan saham-saham lain.
Fluktuasi harga pada kelompok saham LQ 45 yang tidak terlalu naik turun dengan
drastis, menjadikan return dari capital gain tidak setinggi pada kelompok saham yang
mengalami fluktuasi harga siginifikan. Karakteristik saham LQ 45 ini dapat mewakili kinerja
portofolio saham, dimana penilaian kinerja portofolio dilihat dari dua sisi yaitu hasil dan
risiko. Dengan kondisi saham seperti itu, membuat investor banyak meminati saham-saham
LQ45, hal inilah yang mendasari pengambilan sampel perusahaan manufaktur yang masuk
indeks LQ45 dan bukan kelompok saham lain.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh firm size, book to market ratio,
price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity, dan risiko sistematis
terhadap return saham manufaktur. Juga untuk mengetahui variabel bebas yang
berpengaruh dominan terhadap return saham manufaktur.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh firm size,
book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity,
dan risiko sistematis terhadap return saham manufaktur. Juga untuk mengetahui dan
menganalisis variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap return saham manufaktur.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2009:26), pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
4
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai
pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham dan obligasi.
Berdasarkan jenis transaksi pasar modal dibagi menjadi dua yaitu pasar perdana dan
pasar sekunder. Jika saham diperdagangkan di bursa, saham tersebut diperdagangkan
dipasar sekunder. Menurut Hartono (2011:15) terdapat empat jenis pasar modal, yaitu: (1)
Primary market, yaitu pasar modal yang menjual pertama saham sekuritas lainnya sebelum
sekuritas tersebut dicatatkan di bursa efek. (2) Secondary market, yaitu pasar modal dalam
bentuk bursa efek yang memperjualbelikan saham dan sekuritas pada umumnya setelah
masa penjualan di primary market. (3) Third market, yaitu pasar modal tempat saham dan
sekuritas lain diperdagangkan diluar bursa efek, pasar ini disebut pula over the counter market
atau dengan kata lain pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan panjual
dan pembeli pada saat pasar kedua ditutup. (4) Fourth market, yaitu pasar perdagangan
saham antar investor atau antar pemegang saham tanpa melalui pialang atau perantara
pedagang efek.
Primary market di Indonesia disebut pasar perdana, yang termasuk secondary market
adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang sekarang dimerger menjadi Bursa
Efek Indonesia, Third market disebut bursa pararel yang dikelola Perserikatan Pedagang
Uang dan Efek, sedangkan contoh fourth market adalah Instinet yang dimiliki oleh Reuter
yang menangani lebih dari satu milyar lembar saham tiap tahunnya.
Investasi
Menurut Hartono (2011:5), investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Sunariyah
(2010:4), menyebutkan bahwa investasi pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua
bentuk yaitu, real asset dan financial asset.
Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua surat-surat
berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut UU no.8 tahun 1995
tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif
dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.
Saham
Menurut Anoraga dan Pakarti (2009:58), saham dapat didefinisikan sebagai surat
berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu
perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan mempunyai hak
terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran
semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak tersebut tergantung jumlah
saham yang dimiliki investor.
Pembagian jenis-jenis dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi kemampuan
hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas saham biasa (common stock) dan saham
preferen (preferred stock). Saham biasa atau common stock adalah saham yang menempatkan
pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:6).
Saham Preferen atau Preferred Stock adalah saham yang sifat pemberian devidennya bisa
disepakati antara investor dengan perusahaan penerbit saham. Dividen akan ditetapkan
terlebih dahulu melalui perjanjian penetapan penerimaan dividen. Besarnya deviden
biasanya tetap. Tetapi seandainya perusahaan sedang jatuh, pemilik saham preferen akan
dinomor duakan dari pemilik obligasi, tetapi dinomor satukan dari pemilik saham biasa
(Rusdin, 2010:71).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
5
Manajemen Portofolio
Investasi ke dalam aktiva dapat berupa invetasi langsung yaitu dengan membeli
langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan dan investasi tidak langsung dengan
membeli saham dari perusahaan investasi yang memliliki portofolio aktiva-aktiva keuangan
perusahaan-perusahaan lain. (Hartono, 2011:7)
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari
perusahaan investasi, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa finansial dengan cara
menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang di peroleh untuk di investasikan
ke dalam portofolionya. Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan
tempat bertemu antara pembeli dengan penjual saham dengan risiko untung dan rugi. Pasar
modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang
dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Menurut Hartono (2011:12) untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi,
pasar modal harus bersifat liquid (dimana penjual dapat menjual atau membeli surat-surat
berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat).
Inti manajemen portofolio bagi investor ialah bagaimana melakukan alokasi dana yang
dimilikinya untuk membeli surat-surat berharga yang ditawarkan di bursa dengan asumsi
investor berharap memperoleh keuntungan, ataupun bersedia menanggung risiko jika
terjadi kerugian, jika harga surat berharga turun. Tidak ada sebuah petunjuk absolut
mengenai bagaimana mengatur portofolio. Itu sangat tergantung pada profil investor
tersebut. Dalam kaitan ini dapat dibedakan tiga tipe investor, yaitu: (1) Investor yang
menyukai risiko (risk seeker) yaitu investor yang apabila dihadapkan pada suatu pilhhan
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Investor ini
bersifat agresif karena tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah
positif. (2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) yaitu investor yang akan
meminta kenaikan pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor ini
bersifat fleksibel dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi. (3) Investor yang
tidak menyukai risiko atau penghindar risiko (risk averter) yaitu investor yang apabila
dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama
dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko
yang lebih rendah, cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang
dan terencana (Halim, 2009:5).
Analisis Fundamental
Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan melakukan analisa perusahaan,
analisa ekonomi, dan kondisi pasar serta analisa industri. Menurut Hartono (2011:89),
analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai
intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Hasil estimasi nilai
intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang. Suatu saham dikatakan
undervalued jika nilai intrinsiknya lebih besar dari harga pasar. Hal ini bisa berarti harga
saham murah dan layak untuk dibeli. Sedangkan suatu saham dikatakan overvalued jika nilai
intrinsiknya lebih kecil dari nilai pasarnya. Jika saham ini sudah dipegang, maka sebaiknya
saham dijual karena sudah termasuk mahal. Nilai intrinsik suatu saham dicerminkan oleh
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari
dalam perusahaan maupun keadaan ekonomi secara makro.
1. Firm Size
Firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang
diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Total asset dijadikan
sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan
dengan penjualan. Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
6
2.
3.
4.
5.
6.
kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan
karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu
alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal.
Book to Market Ratio
Book to Market Ratio merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per saham
dibandingkan dengan harga pasar saham. Book to market ratio dihitung dengan membagi
equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun), untuk membagi
perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi.
Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di bursa.
Sedangkan nilai buku (book value per lembar saham) menunjukkan aktiva bersih (net
asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena
aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku
perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan
yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.
Price Earning Ratio
Menurut Halim (2009:23), price earning ratio ini sering digunakan oleh analis saham untuk
menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan
perusahaan pada suatu periode tertentu. Kegunaan price earning ratio adalah untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning
per share nya. price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa
dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham
tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini
biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo dan Juliaty, 2010:96).
Earning per Share
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:139), Earning per Share (EPS) merupakan rasio
yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham. EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang
sering digunakan mengevaluasi saham biasa disamping PER dalam lingkaran keuangan.
Pendapatan per saham (Earning per Share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian
pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS
menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin
besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham.
Debt to Equity Ratio
Menurut Sawir (2012:13), debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) perusahaan
terhadap seluruh ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut
semakin banyak uang kreditur yang digunakan dalam usaha menghasilkan laba.
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan
oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka
panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya.
Return on Equity
Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Menurut Harahap (2009:305), Return On
Equity adalah rasio rentabilitas yang menunjukan berapa persen perolehan laba bersih
bila di ukur dari modal pemilik. Rasio yang dipergunakan oleh investor guna melihat
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
7
tingkat pengembalian terhadap modalyang mereka tanamkan disebut juga dengan
Rentabilitas Modal Sendiri atau Return On Equity (ROE). Rasio ROE sangat menarik bagi
pemegang saham maupun para calon pemegang saham, dan juga manajemen karena
rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting. ROE sering disebut dengan rate
of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih
dipotong dengan pajak atau EAT.
7. Risiko Sistematis (Beta)
Menurut Husnan (2009:161) menyatakan risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat
dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi, sehingga investor memiliki ketidak pastian
terhadap keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu investor memiliki pilihan
investasi sesuai dengan preferensi risiko portofolio yang mereka miliki termasuk
informasi tentang kebijaksanaan atau perubahan dividen. Diversifikasi risiko ini sangat
penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi
return yang diterima. Mengetahui beta (β) suatu sekuritas atau beta suatu portofolio
merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut.
Menurut Hartono (2011:375-376) untuk menghitung beta portofolio, maka beta masingmasing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata
tertimbang dari masing-masing sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan
teknik estimasi yang menggunakan data historis, data yang dihitung berdasarkan data
historis selanjutnya dapat menggunakan faktor-faktor lain untuk mengestimasi beta masa
mendatang. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data
pasar (return-return sekuritas dan return pasar). Beta yang dihitung dengan data pasar
disebut dengan beta pasar.
8. Return Saham
Menurut Hartono (2011:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi,
return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum
terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang, return realisasi dihitung
berdasarkan data historis. Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total.
Return total, merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
yang tertentu (Hartono, 2011:107). Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield
(persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya).
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang telah disampaikan, dapat diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Firm size berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go
public
2. Book to market ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur
yang go public
3. Price earning ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang
go public
4. Earnings per share berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang
go public
5. Debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham manufaktur
yang go public
6. Return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang
go public
7. Risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang
go public
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
8
8. Risiko sistematis merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap return saham
manufaktur yang go public
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2012 dan masuk Indeks Liquid 45 selama pergantian
saham yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali (pada awal Februari dan Agustus)
selama periode 2008-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis yaitu
dengan menggunakan teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:85). Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah
saham-saham yang secara berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian selama periode penelitian 2008-2012, saham-saham yang secara berturut-turut
masuk dalam Indeks Liquid 45 setidaknya sekali setiap tahun selama periode 2008-2012 dan
tidak memiliki nilai ekuitas negatif selama periode 2008-2012. Sesuai dengan kriteria
tersebut terpilih 7 (tujuh) perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria perusahaan yang
menjadi sampel.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
1. Firm size
Firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui logaritma
natural dari total asset (Ln total asset) yang dihitung menggunakan rumus:
Firm Size  ln(total assets)
2. Book to market ratio
Book to Market Ratio merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per saham
dibandingkan dengan harga pasar saham. Skala yang digunakan adalah rasio dengan
satuan pengukuran persen (%). Pengukuran MBR dihitung menggunakan rumus:
Nilai buku per lembar saham
BMR =
Harga saham per lembar saham
3. Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan rasio perbandingan antara harga pasar saham dengan
EPS. Skala yang digunakan adalah rasio. Pengukuran PER dihitung menggunakan
rumus:
Harga Saham
PER =
Earning Per Share
4. Earning per Share
Earning per Share adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode
tertentu. Skala yang digunakan adalah rasio dengan satuan pengukuran rupiah.
Pengukuran EPS dihitung menggunakan rumus:
EPS =
Laba Bersih
Jumlah Saham Beredar
5. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur presentase
dana yang disediakan oleh kreditur yang dihitung menggunakan rumus:
Total Hutang
DER=
Total Ekuitas
6. Return on Equity
Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan
modal yang dihitung menggunakan rumus:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
9
ROE =
Laba Bersih
Modal Sendiri
7. Risiko Sistematis
Risiko sistematis adalah risiko investasi yang tidak dapat ditanggulangi atau dikurangi
dengan cara penganeka-ragaman saham atau diversifikasi saham sebagai bagian dari
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi saham yang beraneka
ragam, dan diukur dengan beta (β), sesuai dengan rumus:
Cov.E A .EM 
β =
Var.EM 
Variabel Dependen
Return Saham
Return Saham adalah pendapatan aktual yang sudah terjadi yang dalam penelitian dihitung
menggunakan return realisasi yaitu selisih harga saham sekarang dengan periode
sebelumnya, yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Rit =
Pit  Pi(t - 1)
Pi(t - 1)
Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji hipotesis harus melalui uji asumsi klasik terlebih dahulu dimana
dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model dalam regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Menurut Ghozali (2011:110), dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
1) Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi
normal.
2) Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut tidak
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikorelasi untuk mengetahui tidak ada multikolinearitas diantara variabel
bebas, artinya tidak terjadi hubungan antara variabel bebas. Menurut Ghozali
(2011:91), deteksi tidak adanya Multikolinieritas yaitu:
1) Mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10
2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1
c. Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdatisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan-pengamatan yang lain.
Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Ghozali (2011:105), jika sebaran
titik-titik berada di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak
membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedaktisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode sebelumnya. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
uji Durbin-Watson.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
10
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y), rumusnya menurut Sarjono dan Julianita
(2011:48) sebagai berikut:
RS = β0 + β1Size + β2BMR + β3PER + β4EPS + β5DER+ β6ROE + β7Risk + e
Keterangan:
RS
= return saham
Size
= firm size
BMR
= book to market ratio
PER
= price earning ratio
EPS
= earnings per share
DER
= debt to equity ratio
ROE
= return on equity
Risk
= risiko sistematis
β0
= konstanta/Intersep
β1,2,3.......7 = koefisien regresi
e
= estimate of error dari masing-masing variabel
3. Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Analisis determinasi berganda adalah alat analisis untuk mengetahui besarnya
sumbangan variabel bebas secara simultan (serempak) terhadap naik-turunnya variabel
terikat. Ghozali (2011:83), menyatakan bahwa koefisien determinasi berganda (R2) pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikat.
4. Uji Hipotesis
a. Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). kriteria pengambilan
keputusannya yaitu:
1) Jika nilai signifikan F < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
2) Jika nilai signifikan F > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
b. Uji t (Uji Parsial)
Uji t (parsial) dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
individu atau parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.
1) Jika nilai signifikan t ≤ 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap
variabel bebas.
2) Jika nilai signifikan t ≥ 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel bebas.
c. Analisis Korelasi Parsial
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing variabel bebas dan
yang paling menentukan (dominan) pengaruhnya terhadap variabel terikat suatu
model regresi linier, digunakan analisis korelasi parsial. Dalam analisis korelasi
parsial, untuk mengetahui pengaruh antara salah satu variabel bebas terhadap
variabel terikat, maka variabel bebas lainnya dianggap tetap.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Firm Size
Book to Market Ratio
Price Earning Ratio
Earning per Share
Debt to Equity Ratio
Return on Equity
Risiko Sistematis
Return Saham
Valid N (listwise)
35
35
35
35
35
35
35
35
35
Minimum Maximum
29,2755
0,0236
0,5726
34,90
0,2345
0,1112
-0,4179
-0,6531
32,8365
6,2856
35,9199
4393,14
3,1101
1,2195
2,1985
4,0575
Mean
30,4600
0,9718
14,5072
631,3334
1,0080
0,3530
0,9265
0,5762
Std.
Deviation
1,0488
1,4400
10,6501
992,8412
0,7631
0,2761
0,5920
1,0371
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah data yang valid adalah 35 perusahaan-tahun
(firm-year) selama periode penelitian tahun 2008 sampai dengan 2012. Adapun penjelasan dari
masing-masing variabel sesuai dengan dengan tabel di atas adalah sebagai berikut:
1. Nilai terkecil (minimum) dari variabel firm size adalah 29,2755, sedangkan nilai terbesar
(maximum)-nya adalah 32,8365. Adapun nilai rata-rata firm size dari 7 perusahaan selama
periode 2008-2012 adalah 30,4600 dengan standar deviasi sebesar 1,0488.
2. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Book to Market Ratio (BMR) adalah 0,0236 (2,36%),
sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 6,2856 (628,56%). Adapun nilai rata-rata
BMR dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,9718 (97,18%) dengan standar
deviasi sebesar 1,4400 (144%).
3. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Price Earning Ratio (PER) adalah 0,5726, sedangkan
nilai terbesar (maximum)-nya adalah 35,9199. Adapun nilai rata-rata PER dari 7
perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 14,5072 dengan standar deviasi sebesar
10,6501.
4. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Earning per Share (EPS) adalah 34,90, sedangkan
nilai terbesar (maximum)-nya adalah 4.393,14. Adapun nilai rata-rata EPS dari 7
perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 631,3332 dengan standar deviasi sebesar
992,8419.
5. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Debt to Equity Ratio (DER) adalah 0,2345 (23,45%),
sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 3,1101 (311,01%). Adapun nilai rata-rata
DER dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 1,0080 (100,80%) dengan
standar deviasi sebesar 0,7631 (76,31%).
6. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Return on Equity (ROE) adalah 0,1112 (11,12%),
sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 1,2195 (121,95%). Adapun nilai rata-rata
ROE dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,3530 (35,30%) dengan standar
deviasi sebesar 0,2761 (27,61%).
7. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Risiko Sistematis adalah -0,4179, sedangkan nilai
terbesar (maximum)-nya adalah 2,1985. Adapun nilai rata-rata Risiko Sistematis dari 7
perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,9265 dengan standar deviasi sebesar
0,5920.
8. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Return Saham adalah -0,6531 (-65,31%), sedangkan
nilai terbesar (maximum)-nya adalah 4,0575 (405,75%). Adapun nilai rata-rata Return
Saham dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,5762 (57,62%) dengan
standar deviasi sebesar 1,0371 (103,71%).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
12
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Sebaran data yang menyebar mengikuti pola dengan mengikuti garis diagonal pada
pada koordinat 0,00 sampai 1,00 “Normal P-Plot of Regresion Standardized Residual”,
sehingga data-data yang didapatkan berdistribusi normal dan tidak terjadi
penyimpangan dan bisa dilanjutkan dengan metode-metode selanjutnya. Selain itu dari
analisis statistik Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,964 yang lebih
besar dari 0,05), yang berarti data residual terdistribusi secara normal sehingga data
memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Semua variabel memiliki nilai Tolerance berada dibawah 1 dan nilai VIF dibawah angka
10 sehingga dalam model penelitian ini tidak ada multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Grafik scatterplot menunjukkan titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu y dengan tidak membentuk satu pola yang jelas,
sehingga dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas karena
polanya yang acak dan tidak jelas
4. Uji Autokorelasi
Nilai Durbin-Watson 2,025 yang berada diantara nilai 1,9674 - 2,0326 (n = 35, k = 7).
Dengan demikian dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi masalah autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Dari hasil pengolahan data dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
t
Sig.
Coefficients
Coefficients
B
1
(Constant)
1.893
Firm Size
-.095
Book to Market
Ratio
-.156
Price Earning Ratio
.006
Earning per Share
.000
Debt to Equity
Ratio
-.200
Return on Equity
1.162
Risiko Sistematis
1.105
a. Dependent Variable: Return Saham
Std.
Error
5.175
.170
Beta
-.096
.115
.019
.000
-.216
.062
.185
.163
.571
.151
-.147
.309
.895
.366
-.556
1.356
.322
1.029
1.226
2.034
7.307
Correlations
Partial
Part
-.075
-.137
-.077
.353
2.831
.186
.750
.313
-.575
.044
.441
-.229
.071
.174
-.130
.040
.098
.411
.284
.324
2.435
3.520
3.091
.231
.052
.000
-.461
.675
.807
-.183
.424
.641
-.103
.237
.462
.724
.451
.695
1.382
2.216
1.439
.717
.582
Zeroorder
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat disampaikan penjelasan sesuai hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 1
Hasil analisis menunjukkan bahwa firm size berpengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar
0,582 yang lebih besar dari 5% (0,582 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 1
yang menyatakan bahwa firm size berpengaruh positif signifikan terhadap return saham
pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Absari, dkk (2012) dan Prasetiono
(2012). Kedua penelitian tersebut juga menemukan tidak adanya pengaruh signifikan dari
variabel firm size (ukuran perusahaan) terhadap return saham. Namun meskipun sama-sama
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan, hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
13
temuan penelitian Absari, dkk (2012) dan Prasetiono (2012). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa firm size berpengaruh negatif sedangkan dalam kedua penelitian
tersebut firm size berpengaruh positif.
Hipotesis 2
Hasil analisis menunjukkan bahwa book to market ratio berpengaruh negatif namun
tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,186 yang lebih besar dari 5% (0,186 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka
hipotesis 2 yang menyatakan bahwa book to market ratio berpengaruh negatif signifikan
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Prasetiono (2012), yang juga
menemukan tidak adanya pengaruh signifikan dari variabel book to market ratio terhadap
return saham. Namun meskipun sama-sama menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan,
hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan temuan penelitian Prasetiono (2012). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa book to market ratio berpengaruh negatif sedangkan dalam
penelitian terdahulu tersebut book to market ratio berpengaruh positif.
Hipotesis 3
Hasil analisis menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,750 yang lebih besar dari 5% (0,750 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka
hipotesis 3 yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif signifikan
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga
menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
return saham. Namun hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan temuan penelitian
Prasetiono (2012). Meskipun sama-sama tidak signifikan, dalam penelitian Prasetiono (2012)
ditemukan bahwa price earning ratio berpengaruh negatif terhadap return saham.
Hipotesis 4
Hasil analisis menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar
0,313 yang lebih besar dari 5% (0,313 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 4
yang menyatakan bahwa earnings per share berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini
bertentangan hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga menemukan bahwa earnings per
share berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Hipotesis 5
Hasil analisis menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif namun
tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,231 yang lebih besar dari 5% (0,231 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka
hipotesis 5 yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga menemukan
bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham.
Hipotesis 6
Hasil analisis menunjukkan bahwa return on equity berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar
0,052 yang lebih besar dari 5% (0,052 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 6
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
14
yang menyatakan bahwa return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga
menemukan bahwa return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Namun hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian terdahulu tersebut, karena
dalam penelitian ini return on equity berpengaruh positif return saham, sementara dalam
penelitian terdahulu dari Absari, dkk (2012) tersebut, return on equity berpengaruh negatif
terhadap return saham.
Hipotesis 7
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko sistematis berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 7
yang menyatakan bahwa risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan diterima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) dan Sumani
(2013). Kedua penelitian terdahulu tersebut juga menemukan bahwa risiko sistematis
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham.
Hipotesis 8
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko sistematis merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang go public. Hal ini
dibuktikan dengan nilai korelasi parsial (r) variabel risiko sistematis (0,641) yang paling
besar dibandingkan variabel lain, yaitu firm size (-0,137), book to market ratio (-0,229), price
earning ratio (0,071), earning per share (0,174), debt to equity ratio (-0,183), dan return on equity
(0,424).
Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 8 yang menyatakan bahwa risiko
sistematis merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap return saham perusahaan
manufaktur yang go public dinyatakan diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Absari, dkk (2012) dan Sumani (2013) yang juga menemukan bahwa risiko
sistematis merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling signifikan dibandingkan
dengan variabel lain.
SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disampaikan simpulan bahwa firm size, book to market
ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan risiko sistematis berpengaruh
positif signifikan terhadap return saham. Risiko sistematis merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap return saham.
Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah beberapa variabel bebas
lagi, agar lebih memperluas cakupan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi return
saham perusahaan yang go public.
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah jumlah obyek penelitian
yang terlalu sedikit dan rentang waktu periode yang terlalu singkat. Bagi penelitian
selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah obyek penelitian dan rentang waktu
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
15
periode agar dapat melihat stabilisasi atau konsistensi dari suatu variabel bebas terhadap
variabel terikatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Absari, D.U.A, M. Sudarma dan G. Chandrarin. 2012. Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental Perusahaan Dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham. El-Muhasaba
Volume 3, Nomor 2; 07-2012. Hal. 0-29
Anoraga, P., dan P. Pakarti. 2009. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga Jakarta:
Rineka Cipta.
Darmadji, T. dan H.M. Fakhruddin. 2011. Pasar Modal di Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
Salemba Empat
Fahmi, I, dan Y.L. Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, A. 2009. Analisis Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat
Harahap, S.S. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hartono, J. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE
Husnan, S. 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Cetakan
Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Prasetiono, D.D. 2012. Analisis Pengaruh Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning
Ratio, Dan Momentum Terhadap Return Portofolio Saham. Diponegoro Journal Of
Management Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hal. 212-225
Prastowo D., D. dan R. Juliaty. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Rusdin. 2010. Pasar Modal: Teori, Masalah, dan Kebijakan Dalam Praktik. Bandung: Alfabeta
Sawir, A. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sumani, C.S. 2013. Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Dan Likuiditas Terhadap Tingkat
Pengembalian Saham Dalam Perusahaan Non-Keuangan LQ-45 Periode 2007-2009.
Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. Volume 17, Nomor 1, Januari 2013.
Hal. 88-101
Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Sarjono, H. dan W. Julianita. 2011. SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar untuk Aplikasi untuk
Riset. Jakarta: Salemba Empat
Tandelilin, E. 2009. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Kanisius.
Download