Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP RETURN SAHAM MANUFAKTUR Ika Aftita Nelia [email protected] Nurul Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to know and analyze the influence of fundamental factors (consist of: firm size, book to market ratio, price earnings ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) and systematical risk either simultaneously and partially to manufacturers’ stock return which went public, as well as to know and to analyze variables which have dominant contribution to the change of manufacturers’ stock return which went public. The hypothesis test result in this research is found that simutaneously the fundamental factor (consist of: firm size, book to market ratio, price earnings ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) and systematical risk has significant influence to the stock return. Partially, firm size, book to market ratio, price earnings ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity have no significant influence to the stock return. On the other hand, the variable of systematical risk partially has significant influence to the stock return. Therefore, the systematical risk has dominant contribution variable to the change of stock return. Keywords: Fundamental Factors, Systematical Risk and Stock Return. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental (terdiri dari: firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis secara simultan dan parsial terhadap return saham manufaktur yang go public, serta mengetahui dan menganalisis variabel yang berkontribusi paling besar terhadap perubahan return saham manufaktur yang go public. Dari hasil pengujian hipotesis penelitian diketahui bahwa secara simultan faktor fundamental (terdiri dari: firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan risiko sistematis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dengan demikian risiko sistematis merupakan variabel yang berkontribusi paling besar terhadap perubahan return saham. Kata kunci: Faktor Fundamental, Risiko Sistematis dan Return Saham. PENDAHULUAN Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang memiliki kelebihan dana dengan peminjaman selaku pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan. Selain itu pasar modal juga menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Di lihat dari sudut pandang ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai salah satu sistem mobilitas dana jangka panjang yang efisien bagi pemerintah. Melalui pasar modal Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 2 pemerintah dapat mengalokasikan dana masyarakat ke sektor investasi yang produktif. Di lihat dari sudut pandang keuangan, pasar modal berfungsi sebagai salah satu media yang efisien untuk mengalokasikan dana dari pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana yaitu investor dan pihak yang membutuhkan dana yaitu perusahaan individu. Pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Menurut Tandelilin (2009:3), adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa datang. Salah satu alternatif yang paling popular dan relatif menjanjikan adalah investasi dipasar modal (investasi saham). Dengan berkembangnya pasar modal menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal akan investasi di pasar modal cukup baik. Investasi merupakan penundaan konsumsi pada saat ini dengan tujuan mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang akan diterima masa yang akan datang. Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif investasi lain, seperti obligasi, deposito, dan tabungan. Investor maupun calon investor dapat memperkirakan berapa tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan berapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Investasi saham di pasar modal membutuhkan beberapa informasi untuk membantu para investor dalam melakukan pengambilan keputusan. Sebelum melakukan investasi di pasar modal, investor akan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang bersifat fundamental dan teknikal dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi return, resiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi. Dengan asumsi para pemodal rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian (basic valuation) yang utama bagi seorang fundamentalis. Nilai saham dapat mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saham, tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat berupa Book to Market Ratio, Firm Size dan Price Earning Ratio (Prasetiono, 2012) dan Debt to Equity Ratio, Return on Equity dan Earnings Per Share (Absari, dkk., 2012). Selain faktor fundamental saham, investor juga harus mempertimbangkan faktor risiko. Saham perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi, karena sangat peka terhadap perubahan yang terjadi baik di dalam, maupun luar negeri, perubahan di bidang politik, ekonomi, moneter, peraturan perundang-undangan, perubahan dalam industri dan perubahan dari perusahaan itu sendiri. Risiko investasi di pasar modal pada dasarnya terdiri dari atas dua risiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). Husnan (2009:161) menyatakan risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi, sehingga investor memiliki ketidakpastian terhadap keuntungan yang diperolehnya. Alternatif untuk dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor adalah strategi investasi. Risiko yang relevan untuk dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan investasi adalah risiko sistematik atau risiko pasar, sebab investor dapat mengeliminasi risiko tidak sistematik melalui pembentukan portofolio investasi. Dalam literatur keuangan, risiko sistematik atau risiko pasar sering dinyatakan dengan beta (β). Dalam pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) investor hanya memperhatikan risiko sistematis yang diukur dengan beta (β) saja. Model ini memperkirakan akan terjadi hubungan positif antara pendapatan saham dengan beta. Dengan demikian untuk kepentingan investasi, investor harus menaksir besarnya beta saham sebagai ukuran investasi di pasar modal. Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur dipilih karena secara umum perusahaan ini Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 3 memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi daripada jenis industri yang lain (Husnan, 2009:33). Faktor yang menjadikan perusahaan manufaktur menarik untuk dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah industri dalam kelompok ini mengalami pergerakan return saham yang sangat fluktuatif selama periode 2008 sampai dengan tahun 2012. Tabel 1 Pergerakan Ratio Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Nilai Terendah -91,65% -71,94% -75,00% -71,30% -87,31% Nilai Tertinggi 204,55% 405,75% 1133,58% 386,49% 389,47% Rata-Rata -25,62% 71,71% 67,40% 37,69% 25,10% Tabel 1 diatas memperlihatkan sepanjang periode analisis, selalu ada perusahaan yang menghasilkan return saham yang negatif dan negatif terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar -91.65%. Rata rata return saham yang dihasilkan industri manufaktur ini juga menarik dari 2008 sampai 2012, setelah meningkat pesat pada tahun 2009, namun sesudahnya cenderung mengalami penurunan, meskipun masih tetap positif. Selanjutnya dari seluruh perusahaan manufaktur yang go public, penelitian lebih difokuskan lagi pada saham perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ45. Saham perusahaan LQ45 merupakan saham yang aktif diperdagangkan dan harganya terus berfluktuasi seiring dengan intensitas perdagangannya. Indeks ini mencakup 45 saham yang diseleksi berdasarkan kriteria spesifik tertentu untuk menjamin bahwa indeks tersebut hanya menyajikan saham-saham yang paling likuid dan memiliki tingkat kapitalisasi pasar yang besar serta banyak diminati oleh para investor di pasar modal. Karena itu saham yang masuk ke dalam kelompok LQ45 ini dianggap merupakan saham yang aman dimiliki karena fundamental kinerja saham tersebut bagus, sehingga dari sisi risiko kelompok saham LQ 45 memiliki risiko terendah dibandingkan saham-saham lain. Fluktuasi harga pada kelompok saham LQ 45 yang tidak terlalu naik turun dengan drastis, menjadikan return dari capital gain tidak setinggi pada kelompok saham yang mengalami fluktuasi harga siginifikan. Karakteristik saham LQ 45 ini dapat mewakili kinerja portofolio saham, dimana penilaian kinerja portofolio dilihat dari dua sisi yaitu hasil dan risiko. Dengan kondisi saham seperti itu, membuat investor banyak meminati saham-saham LQ45, hal inilah yang mendasari pengambilan sampel perusahaan manufaktur yang masuk indeks LQ45 dan bukan kelompok saham lain. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity, dan risiko sistematis terhadap return saham manufaktur. Juga untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap return saham manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity, dan risiko sistematis terhadap return saham manufaktur. Juga untuk mengetahui dan menganalisis variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap return saham manufaktur. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pasar Modal Menurut Tandelilin (2009:26), pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 4 memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Berdasarkan jenis transaksi pasar modal dibagi menjadi dua yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Jika saham diperdagangkan di bursa, saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Menurut Hartono (2011:15) terdapat empat jenis pasar modal, yaitu: (1) Primary market, yaitu pasar modal yang menjual pertama saham sekuritas lainnya sebelum sekuritas tersebut dicatatkan di bursa efek. (2) Secondary market, yaitu pasar modal dalam bentuk bursa efek yang memperjualbelikan saham dan sekuritas pada umumnya setelah masa penjualan di primary market. (3) Third market, yaitu pasar modal tempat saham dan sekuritas lain diperdagangkan diluar bursa efek, pasar ini disebut pula over the counter market atau dengan kata lain pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan panjual dan pembeli pada saat pasar kedua ditutup. (4) Fourth market, yaitu pasar perdagangan saham antar investor atau antar pemegang saham tanpa melalui pialang atau perantara pedagang efek. Primary market di Indonesia disebut pasar perdana, yang termasuk secondary market adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang sekarang dimerger menjadi Bursa Efek Indonesia, Third market disebut bursa pararel yang dikelola Perserikatan Pedagang Uang dan Efek, sedangkan contoh fourth market adalah Instinet yang dimiliki oleh Reuter yang menangani lebih dari satu milyar lembar saham tiap tahunnya. Investasi Menurut Hartono (2011:5), investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Sunariyah (2010:4), menyebutkan bahwa investasi pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu, real asset dan financial asset. Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua surat-surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek. Saham Menurut Anoraga dan Pakarti (2009:58), saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor. Pembagian jenis-jenis dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa atau common stock adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:6). Saham Preferen atau Preferred Stock adalah saham yang sifat pemberian devidennya bisa disepakati antara investor dengan perusahaan penerbit saham. Dividen akan ditetapkan terlebih dahulu melalui perjanjian penetapan penerimaan dividen. Besarnya deviden biasanya tetap. Tetapi seandainya perusahaan sedang jatuh, pemilik saham preferen akan dinomor duakan dari pemilik obligasi, tetapi dinomor satukan dari pemilik saham biasa (Rusdin, 2010:71). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 5 Manajemen Portofolio Investasi ke dalam aktiva dapat berupa invetasi langsung yaitu dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan dan investasi tidak langsung dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang memliliki portofolio aktiva-aktiva keuangan perusahaan-perusahaan lain. (Hartono, 2011:7) Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa finansial dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang di peroleh untuk di investasikan ke dalam portofolionya. Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dengan penjual saham dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Menurut Hartono (2011:12) untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat liquid (dimana penjual dapat menjual atau membeli surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat). Inti manajemen portofolio bagi investor ialah bagaimana melakukan alokasi dana yang dimilikinya untuk membeli surat-surat berharga yang ditawarkan di bursa dengan asumsi investor berharap memperoleh keuntungan, ataupun bersedia menanggung risiko jika terjadi kerugian, jika harga surat berharga turun. Tidak ada sebuah petunjuk absolut mengenai bagaimana mengatur portofolio. Itu sangat tergantung pada profil investor tersebut. Dalam kaitan ini dapat dibedakan tiga tipe investor, yaitu: (1) Investor yang menyukai risiko (risk seeker) yaitu investor yang apabila dihadapkan pada suatu pilhhan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Investor ini bersifat agresif karena tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif. (2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) yaitu investor yang akan meminta kenaikan pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor ini bersifat fleksibel dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi. (3) Investor yang tidak menyukai risiko atau penghindar risiko (risk averter) yaitu investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah, cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana (Halim, 2009:5). Analisis Fundamental Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan melakukan analisa perusahaan, analisa ekonomi, dan kondisi pasar serta analisa industri. Menurut Hartono (2011:89), analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang. Suatu saham dikatakan undervalued jika nilai intrinsiknya lebih besar dari harga pasar. Hal ini bisa berarti harga saham murah dan layak untuk dibeli. Sedangkan suatu saham dikatakan overvalued jika nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai pasarnya. Jika saham ini sudah dipegang, maka sebaiknya saham dijual karena sudah termasuk mahal. Nilai intrinsik suatu saham dicerminkan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan maupun keadaan ekonomi secara makro. 1. Firm Size Firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 6 2. 3. 4. 5. 6. kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal. Book to Market Ratio Book to Market Ratio merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per saham dibandingkan dengan harga pasar saham. Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di bursa. Sedangkan nilai buku (book value per lembar saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price Earning Ratio Menurut Halim (2009:23), price earning ratio ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo dan Juliaty, 2010:96). Earning per Share Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:139), Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering digunakan mengevaluasi saham biasa disamping PER dalam lingkaran keuangan. Pendapatan per saham (Earning per Share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham. Debt to Equity Ratio Menurut Sawir (2012:13), debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) perusahaan terhadap seluruh ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan dalam usaha menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Return on Equity Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Menurut Harahap (2009:305), Return On Equity adalah rasio rentabilitas yang menunjukan berapa persen perolehan laba bersih bila di ukur dari modal pemilik. Rasio yang dipergunakan oleh investor guna melihat Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 7 tingkat pengembalian terhadap modalyang mereka tanamkan disebut juga dengan Rentabilitas Modal Sendiri atau Return On Equity (ROE). Rasio ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun para calon pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting. ROE sering disebut dengan rate of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih dipotong dengan pajak atau EAT. 7. Risiko Sistematis (Beta) Menurut Husnan (2009:161) menyatakan risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi, sehingga investor memiliki ketidak pastian terhadap keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu investor memiliki pilihan investasi sesuai dengan preferensi risiko portofolio yang mereka miliki termasuk informasi tentang kebijaksanaan atau perubahan dividen. Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Mengetahui beta (β) suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Menurut Hartono (2011:375-376) untuk menghitung beta portofolio, maka beta masingmasing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari masing-masing sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis, data yang dihitung berdasarkan data historis selanjutnya dapat menggunakan faktor-faktor lain untuk mengestimasi beta masa mendatang. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return-return sekuritas dan return pasar). Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar. 8. Return Saham Menurut Hartono (2011:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang, return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total. Return total, merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu (Hartono, 2011:107). Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya). Pengembangan Hipotesis Berdasarkan teori-teori yang telah disampaikan, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Firm size berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 2. Book to market ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 3. Price earning ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 4. Earnings per share berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 5. Debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 6. Return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 7. Risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 8 8. Risiko sistematis merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap return saham manufaktur yang go public METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2012 dan masuk Indeks Liquid 45 selama pergantian saham yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali (pada awal Februari dan Agustus) selama periode 2008-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:85). Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah saham-saham yang secara berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian selama periode penelitian 2008-2012, saham-saham yang secara berturut-turut masuk dalam Indeks Liquid 45 setidaknya sekali setiap tahun selama periode 2008-2012 dan tidak memiliki nilai ekuitas negatif selama periode 2008-2012. Sesuai dengan kriteria tersebut terpilih 7 (tujuh) perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria perusahaan yang menjadi sampel. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen 1. Firm size Firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset) yang dihitung menggunakan rumus: Firm Size ln(total assets) 2. Book to market ratio Book to Market Ratio merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per saham dibandingkan dengan harga pasar saham. Skala yang digunakan adalah rasio dengan satuan pengukuran persen (%). Pengukuran MBR dihitung menggunakan rumus: Nilai buku per lembar saham BMR = Harga saham per lembar saham 3. Price Earning Ratio Price Earning Ratio merupakan rasio perbandingan antara harga pasar saham dengan EPS. Skala yang digunakan adalah rasio. Pengukuran PER dihitung menggunakan rumus: Harga Saham PER = Earning Per Share 4. Earning per Share Earning per Share adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar selama periode tertentu. Skala yang digunakan adalah rasio dengan satuan pengukuran rupiah. Pengukuran EPS dihitung menggunakan rumus: EPS = Laba Bersih Jumlah Saham Beredar 5. Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditur yang dihitung menggunakan rumus: Total Hutang DER= Total Ekuitas 6. Return on Equity Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal yang dihitung menggunakan rumus: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 9 ROE = Laba Bersih Modal Sendiri 7. Risiko Sistematis Risiko sistematis adalah risiko investasi yang tidak dapat ditanggulangi atau dikurangi dengan cara penganeka-ragaman saham atau diversifikasi saham sebagai bagian dari pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi saham yang beraneka ragam, dan diukur dengan beta (β), sesuai dengan rumus: Cov.E A .EM β = Var.EM Variabel Dependen Return Saham Return Saham adalah pendapatan aktual yang sudah terjadi yang dalam penelitian dihitung menggunakan return realisasi yaitu selisih harga saham sekarang dengan periode sebelumnya, yang dihitung dengan menggunakan rumus: Rit = Pit Pi(t - 1) Pi(t - 1) Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Untuk menguji hipotesis harus melalui uji asumsi klasik terlebih dahulu dimana dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik, yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model dalam regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Ghozali (2011:110), dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut: 1) Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal. 2) Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji Multikorelasi untuk mengetahui tidak ada multikolinearitas diantara variabel bebas, artinya tidak terjadi hubungan antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2011:91), deteksi tidak adanya Multikolinieritas yaitu: 1) Mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1 c. Uji Heteroskesdastisitas Uji heteroskesdatisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan-pengamatan yang lain. Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Ghozali (2011:105), jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedaktisitas. d. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 10 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), rumusnya menurut Sarjono dan Julianita (2011:48) sebagai berikut: RS = β0 + β1Size + β2BMR + β3PER + β4EPS + β5DER+ β6ROE + β7Risk + e Keterangan: RS = return saham Size = firm size BMR = book to market ratio PER = price earning ratio EPS = earnings per share DER = debt to equity ratio ROE = return on equity Risk = risiko sistematis β0 = konstanta/Intersep β1,2,3.......7 = koefisien regresi e = estimate of error dari masing-masing variabel 3. Analisis Koefisien Determinasi Berganda Analisis determinasi berganda adalah alat analisis untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas secara simultan (serempak) terhadap naik-turunnya variabel terikat. Ghozali (2011:83), menyatakan bahwa koefisien determinasi berganda (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. 4. Uji Hipotesis a. Uji F (Uji Simultan) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1) Jika nilai signifikan F < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 2) Jika nilai signifikan F > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. b. Uji t (Uji Parsial) Uji t (parsial) dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen secara individu atau parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. 1) Jika nilai signifikan t ≤ 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas. 2) Jika nilai signifikan t ≥ 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas. c. Analisis Korelasi Parsial Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing variabel bebas dan yang paling menentukan (dominan) pengaruhnya terhadap variabel terikat suatu model regresi linier, digunakan analisis korelasi parsial. Dalam analisis korelasi parsial, untuk mengetahui pengaruh antara salah satu variabel bebas terhadap variabel terikat, maka variabel bebas lainnya dianggap tetap. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Firm Size Book to Market Ratio Price Earning Ratio Earning per Share Debt to Equity Ratio Return on Equity Risiko Sistematis Return Saham Valid N (listwise) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Minimum Maximum 29,2755 0,0236 0,5726 34,90 0,2345 0,1112 -0,4179 -0,6531 32,8365 6,2856 35,9199 4393,14 3,1101 1,2195 2,1985 4,0575 Mean 30,4600 0,9718 14,5072 631,3334 1,0080 0,3530 0,9265 0,5762 Std. Deviation 1,0488 1,4400 10,6501 992,8412 0,7631 0,2761 0,5920 1,0371 Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah data yang valid adalah 35 perusahaan-tahun (firm-year) selama periode penelitian tahun 2008 sampai dengan 2012. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel sesuai dengan dengan tabel di atas adalah sebagai berikut: 1. Nilai terkecil (minimum) dari variabel firm size adalah 29,2755, sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 32,8365. Adapun nilai rata-rata firm size dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 30,4600 dengan standar deviasi sebesar 1,0488. 2. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Book to Market Ratio (BMR) adalah 0,0236 (2,36%), sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 6,2856 (628,56%). Adapun nilai rata-rata BMR dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,9718 (97,18%) dengan standar deviasi sebesar 1,4400 (144%). 3. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Price Earning Ratio (PER) adalah 0,5726, sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 35,9199. Adapun nilai rata-rata PER dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 14,5072 dengan standar deviasi sebesar 10,6501. 4. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Earning per Share (EPS) adalah 34,90, sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 4.393,14. Adapun nilai rata-rata EPS dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 631,3332 dengan standar deviasi sebesar 992,8419. 5. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Debt to Equity Ratio (DER) adalah 0,2345 (23,45%), sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 3,1101 (311,01%). Adapun nilai rata-rata DER dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 1,0080 (100,80%) dengan standar deviasi sebesar 0,7631 (76,31%). 6. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Return on Equity (ROE) adalah 0,1112 (11,12%), sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 1,2195 (121,95%). Adapun nilai rata-rata ROE dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,3530 (35,30%) dengan standar deviasi sebesar 0,2761 (27,61%). 7. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Risiko Sistematis adalah -0,4179, sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 2,1985. Adapun nilai rata-rata Risiko Sistematis dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,9265 dengan standar deviasi sebesar 0,5920. 8. Nilai terkecil (minimum) dari variabel Return Saham adalah -0,6531 (-65,31%), sedangkan nilai terbesar (maximum)-nya adalah 4,0575 (405,75%). Adapun nilai rata-rata Return Saham dari 7 perusahaan selama periode 2008-2012 adalah 0,5762 (57,62%) dengan standar deviasi sebesar 1,0371 (103,71%). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 12 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Sebaran data yang menyebar mengikuti pola dengan mengikuti garis diagonal pada pada koordinat 0,00 sampai 1,00 “Normal P-Plot of Regresion Standardized Residual”, sehingga data-data yang didapatkan berdistribusi normal dan tidak terjadi penyimpangan dan bisa dilanjutkan dengan metode-metode selanjutnya. Selain itu dari analisis statistik Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,964 yang lebih besar dari 0,05), yang berarti data residual terdistribusi secara normal sehingga data memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinearitas Semua variabel memiliki nilai Tolerance berada dibawah 1 dan nilai VIF dibawah angka 10 sehingga dalam model penelitian ini tidak ada multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Grafik scatterplot menunjukkan titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y dengan tidak membentuk satu pola yang jelas, sehingga dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas karena polanya yang acak dan tidak jelas 4. Uji Autokorelasi Nilai Durbin-Watson 2,025 yang berada diantara nilai 1,9674 - 2,0326 (n = 35, k = 7). Dengan demikian dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi masalah autokorelasi. Pengujian Hipotesis Dari hasil pengolahan data dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Coefficientsa Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B 1 (Constant) 1.893 Firm Size -.095 Book to Market Ratio -.156 Price Earning Ratio .006 Earning per Share .000 Debt to Equity Ratio -.200 Return on Equity 1.162 Risiko Sistematis 1.105 a. Dependent Variable: Return Saham Std. Error 5.175 .170 Beta -.096 .115 .019 .000 -.216 .062 .185 .163 .571 .151 -.147 .309 .895 .366 -.556 1.356 .322 1.029 1.226 2.034 7.307 Correlations Partial Part -.075 -.137 -.077 .353 2.831 .186 .750 .313 -.575 .044 .441 -.229 .071 .174 -.130 .040 .098 .411 .284 .324 2.435 3.520 3.091 .231 .052 .000 -.461 .675 .807 -.183 .424 .641 -.103 .237 .462 .724 .451 .695 1.382 2.216 1.439 .717 .582 Zeroorder Collinearity Statistics Tolerance VIF Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat disampaikan penjelasan sesuai hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 1 Hasil analisis menunjukkan bahwa firm size berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,582 yang lebih besar dari 5% (0,582 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 1 yang menyatakan bahwa firm size berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Absari, dkk (2012) dan Prasetiono (2012). Kedua penelitian tersebut juga menemukan tidak adanya pengaruh signifikan dari variabel firm size (ukuran perusahaan) terhadap return saham. Namun meskipun sama-sama menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan, hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 13 temuan penelitian Absari, dkk (2012) dan Prasetiono (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa firm size berpengaruh negatif sedangkan dalam kedua penelitian tersebut firm size berpengaruh positif. Hipotesis 2 Hasil analisis menunjukkan bahwa book to market ratio berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,186 yang lebih besar dari 5% (0,186 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 2 yang menyatakan bahwa book to market ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Prasetiono (2012), yang juga menemukan tidak adanya pengaruh signifikan dari variabel book to market ratio terhadap return saham. Namun meskipun sama-sama menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan, hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan temuan penelitian Prasetiono (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa book to market ratio berpengaruh negatif sedangkan dalam penelitian terdahulu tersebut book to market ratio berpengaruh positif. Hipotesis 3 Hasil analisis menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,750 yang lebih besar dari 5% (0,750 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 3 yang menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga menunjukkan bahwa price earning ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham. Namun hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan temuan penelitian Prasetiono (2012). Meskipun sama-sama tidak signifikan, dalam penelitian Prasetiono (2012) ditemukan bahwa price earning ratio berpengaruh negatif terhadap return saham. Hipotesis 4 Hasil analisis menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,313 yang lebih besar dari 5% (0,313 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 4 yang menyatakan bahwa earnings per share berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga menemukan bahwa earnings per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hipotesis 5 Hasil analisis menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,231 yang lebih besar dari 5% (0,231 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 5 yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga menemukan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hipotesis 6 Hasil analisis menunjukkan bahwa return on equity berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,052 yang lebih besar dari 5% (0,052 > 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 6 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 14 yang menyatakan bahwa return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) yang juga menemukan bahwa return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian terdahulu tersebut, karena dalam penelitian ini return on equity berpengaruh positif return saham, sementara dalam penelitian terdahulu dari Absari, dkk (2012) tersebut, return on equity berpengaruh negatif terhadap return saham. Hipotesis 7 Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 7 yang menyatakan bahwa risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) dan Sumani (2013). Kedua penelitian terdahulu tersebut juga menemukan bahwa risiko sistematis memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Hipotesis 8 Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko sistematis merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang go public. Hal ini dibuktikan dengan nilai korelasi parsial (r) variabel risiko sistematis (0,641) yang paling besar dibandingkan variabel lain, yaitu firm size (-0,137), book to market ratio (-0,229), price earning ratio (0,071), earning per share (0,174), debt to equity ratio (-0,183), dan return on equity (0,424). Berdasarkah hasil tersebut, maka hipotesis 8 yang menyatakan bahwa risiko sistematis merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang go public dinyatakan diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Absari, dkk (2012) dan Sumani (2013) yang juga menemukan bahwa risiko sistematis merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling signifikan dibandingkan dengan variabel lain. SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disampaikan simpulan bahwa firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Risiko sistematis merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap return saham. Saran Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menambah beberapa variabel bebas lagi, agar lebih memperluas cakupan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi return saham perusahaan yang go public. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah jumlah obyek penelitian yang terlalu sedikit dan rentang waktu periode yang terlalu singkat. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah obyek penelitian dan rentang waktu Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 15 periode agar dapat melihat stabilisasi atau konsistensi dari suatu variabel bebas terhadap variabel terikatnya. DAFTAR PUSTAKA Absari, D.U.A, M. Sudarma dan G. Chandrarin. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham. El-Muhasaba Volume 3, Nomor 2; 07-2012. Hal. 0-29 Anoraga, P., dan P. Pakarti. 2009. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga Jakarta: Rineka Cipta. Darmadji, T. dan H.M. Fakhruddin. 2011. Pasar Modal di Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat Fahmi, I, dan Y.L. Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, A. 2009. Analisis Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat Harahap, S.S. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Hartono, J. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Husnan, S. 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Prasetiono, D.D. 2012. Analisis Pengaruh Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, Dan Momentum Terhadap Return Portofolio Saham. Diponegoro Journal Of Management Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hal. 212-225 Prastowo D., D. dan R. Juliaty. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Rusdin. 2010. Pasar Modal: Teori, Masalah, dan Kebijakan Dalam Praktik. Bandung: Alfabeta Sawir, A. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sumani, C.S. 2013. Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Dalam Perusahaan Non-Keuangan LQ-45 Periode 2007-2009. Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. Volume 17, Nomor 1, Januari 2013. Hal. 88-101 Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Sarjono, H. dan W. Julianita. 2011. SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar untuk Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat Tandelilin, E. 2009. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.