CITRA ISTRI DALAM KUMPULAN NOVELET DUNIA TANPA

advertisement
CITRA ISTRI DALAM KUMPULAN NOVELET
DUNIA TANPA WARNA KARYA MIRA W
(Sebuah Kajian Sastra Feminis)
Nia Ulfa Martha
Abstract: Research on the collection of A World Without Color novelet W Mira’s work aims to describe
the imaging wife in a collection of A World Without Color novelet W Mira’s work and social environment
to describe the link with imagery wife. The method used is the sociology of literature that focuses on
text analysis. The results obtained in the study include wives as wives and wives as mothers. Wife as a wife
tercitra as a highly loyal, obedient, patient, understanding, responsible, caring, firm establishment, seriously,
respect their husbands, rebellious, not easily discouraged, self-centered, low self-esteem, easily discouraged,
and angry. Wife as a mother tercitra as a loving figure, left the children, responsible, caring, educating,
caring, and grumpy. Based on social relations with the figures of the wife in a collection of A World
Without Color novelet W Mira’s work is known figures wife have ambivalent nature. On the one hand
they accept traditional gender roles. However, on the other hand they reject traditional gender roles.
Kata Kunci: Citra Istri, Kumpulan Novelet, Sastra Feminis.
PENDAHULUAN
Realita kehidupan manusia yang lebih berparadigma patriarki hingga hari ini memposisikan kaum
wanita sebagai makhluk kedua yang bisa ditindas dan dipinggirkan. Anggapan yang mengatakan bahwa
wanita adalah makhluk kelas dua dan makhluk yang lemah sangat berpengaruh pada kehidupan manusia
(Arbain 2007:1). Imbas nyata terlihat ketika wanita itu berubah status menjadi seorang istri.
Dalam masyarakat, seorang istri diharapkan mampu menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik.
Dikatakan oleh Arbain (2007) bahwa masyarakat memiliki dualisme pendapat tentang status wanita
sebagai istri. Pertama, masyarakat yang sudah dapat menerima status wanita sebagai istri. Kelompok
masyarakat ini mendukung para wanita untuk berkarir setinggi-tingginya. Kedua, masyarakat yang belum
dapat menerima status wanita sebagai istri. Kelompok masyarakat ini menganggap peran wanita karir
adalah hal yang melanggar kodrat mereka sebagai wanita, yaitu ibu rumah tangga yang baik.
Seiring dengan perkembangan zaman banyak perubahan yang telah dilakukan dari segi proses dan
kebijakan untuk meningkatkan status istri dalam keluarga dan masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya jika
dikaji lebih lanjut, peraturan itu justru bias gender. Sebab, dalam putusannya, di satu sisi menjamin hak
yang sama dalam hukum dan masyarakat antara suami istri, di sisi lain dinyatakan bahwa suami berperan
di sektor publik dan istri berperan di sektor privat (di rumah saja). Malah UU ini memberi peluang bagi
seorang suami untuk beristri lebih dari satu. Hal ini semakin memperjelas kondisi yang dialami istri
belum banyak perubahan posisi (Hamka 2007:1).
Fenomena yang terjadi di tengah keluarga dan masyarakat, dihayati oleh Mira W dan kemudian
diekspresikan ke dalam karya sastra. Pada tahun 2007 Mira W menulis kumpulan novelet yang berjudul
*. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unikal. E-mail: [email protected] HP. 081228256843
Citra Istri dalam Kumpulan Novelet Dunia Tanpa Warna Karya Mira W. (Nia Ulfa Martha)
225
Dunia Tanpa Warna. Kumpulan novelet tersebut terdiri dari tujuh novelet yaitu: Dunia Tanpa Warna
(DTW), Mempelai Buat Ayah (MBA), Tak Selamanya Gelap itu Gulita (TSGiG), Akhir Suatu Penantian (ASP),
Sentuhan Kasih Sayang (SKS), Depresi (De), dan Jelaga Kehidupan (JK).
Peneliti akan memfokuskan penelitian ini pada kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira
W. Tujuh novelet itu dipilih karena novelet-novelet tersebut menggambarkan permasalahan yang dialami
istri dalam menjalankan peran dan kedudukannya di keluarga. Tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet
ini merupakan wanita yang menghadapi sejumlah permasalahan dalam mengemban tugasnya. Alasan
lain pemilihan kumpulan novelet ini sebagai kajian, karena permasalahan yang ditampilkan istri bertalian
dengan permasalahan yang dihadapi istri-istri di Indonesia dewasa ini.
Hal ini menunjukkan melalui karya sastra (novelet), terlihat sejumlah permasalahan yang dihadapi
oleh wanita sebagai seorang istri, yang pada gilirannya akan memperlihatkan bagaimana citra istri di
tengah keluarga dan masyarakat. Arbain (2007:9) mengungkapkan citra adalah rupa, gambaran yang
dimiliki masyarakat mengenai sesuatu. Dalam penelitian ini citra istri adalah gambaran yang dimiliki
masyarakat mengenai istri di Indonesia yang terkandung dalam kumpulan novelet. Berdasarkan dari itu,
penelitian ini mencoba mengkaji bagaimanakah pencitraan istri dan kaitan lingkungan sosial dengan
pencitraan istri dalam kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W.
Penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1). Bagaimanakah pencitraan
istri dalam kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W?. (2). Bagaimanakah kaitan lingkungan
sosial dengan pencitraan istri dalam kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W?.
KAJIAN PUSTAKA
Bahasan mengenai peran wanita dalam novel-novel Indonesia pernah dibicarakan antara lain oleh
Jakob Sumardjo dalam Prisma (1981) dengan judul Rumah yang Damai: Wanita dalam Sastra Indonesia.
Menurut Sumardjo, dalam novel-novel yang terbit sebelum perang, istri digambarkan sebagai wanita
yang penurut, patuh pada keputusan orang tua, dan hidup hanya di sekitar halaman rumah saja serta
tidak bebas memilih calon suami. Hal ini, menurutnya, terlihat dalam novel Sebabnya Rafiah Tersesat,
karya Arman Datuk Madjoindo dan S. Hardjosumarto, Belenggu, karya Armijn Pane, dan Katak Hendak
Menjadi Lembu, karya Nur Sutan Iskandar (Sumardjo 1981:47).
Sementara novel-novel yang terbit sesudah perang, Sumardjo memilah antara karya yang dikarang
oleh pengarang laki-laki dan karya yang dikarang oleh pengarang wanita. Pada karya-karya yang dikarang
oleh pengarang laki-laki, tokoh istri dilukiskan sebagai wanita yang dinamis, yang terlibat dalam berbagai
kegiatan di tengah-tengah masyarakat seperti yang terlihat dalam Keluarga Gerilya dan Mereka yang
Dilumpuhkan karya Pramoedya. Pada karya-karya yang dikarang oleh pengarang wanita, tokoh istri
digambarkan sebagai manusia yang ditentukan hanya hidup di lingkungan rumah tangganya saja. Oleh
sebab itu, yang diinginkan oleh istri-istri tersebut adalah rumah tangga yang damai, saling mencintai
antara suami istri, seperti yang terlihat dalam novel Anggrek Tak Pernah Berdusta karya Marianne Katoppo
(Sumardjo 1981:50).
Sementara itu, Umar Junus menyimpulkan bahwa dalam novel yang dikarang oleh pengarang lakilaki pada dekade 1970-an menggambarkan penderitaan kaum wanita ketika berhadapan dengan dunia
laki-laki. Segala ketidakbahagiaan wanita disebabkan oleh laki-laki. Hal ini terlihat dalam karya-karya
Iwan Simatupang, Putu Wijaya, dan Ali Audah (Junus 1984:183). Dalam karya-karya yang dikarang
oleh pengarang wanita, tokoh istri digambarkan sebagai wanita yang sudah mampu “menolak” laki-laki
seperti yang terlihat dalam novel Pada Sebuah Kapal karya Nh. Dini, atau istri yang sudah mampu
mengubah kehidupan laki-laki, seperti yang terlihat dalam novel Karmila dan Badai Pasti Berlalu karya
Marga T (Junus 1984:185).
Selanjutnya, Tineke Hellwig dalam disertasinya yang berjudul Kodrat Wanita; Vrouwbeelden In
Indonesische Romans (1990) menyimpulkan bahwa dalam novel-novel Indonesia yang dikarang oleh
226
MUWÂZÂH , Vol. 2, No. 1, Juli 2010
pengarang wanita, istri digambarkan sebagai wanita yang hidup di bawah tekanan kontrol sosial
lingkungannya. Akibatnya, mereka menemukan kesulitan ketika mereka ingin menentukan pilihannya
sendiri.
LANDASAN TEORETIS
Citra
Menurut Noerhadi (1991) citra adalah suatu abstraksi dari penggambaran yang diwarnai rasa dan
penghayatan. Definisi yang diberikan Noerhadi tidak jauh berbeda dari apa yang diuraikan oleh Lauwe
dalam La Femme dans la Societe. Lauwe berpendapat bahwa gambaran tentang wanita harus dikaitkan
dengan perilaku, situasi, dan status wanita dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, pendapat Lauwe
menyiratkan adanya hubungan ketergantungan antara citra wanita, cara pandang, cara menampilkan diri
di dalam masyarakat, pengalaman, dan imajinasi atau bayangan rekaan yang muncul dari pengalaman
tersebut.
Feminisme
Feminisme berasal dari kata feminis (pejuang hak-hak kaum wanita), yang kemudian meluas menjadi
feminism (suatu paham yang memperjuangkan hak-hak kaum wanita) (Echols 1987:237). Dalam arti
leksikal feminisme berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita
dan kaum laki-laki (Moeliono 1988:241). Menurut Goefe, feminisme adalah teori persamaan hak antara
laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, dan sosial, atau gerakan yang terorganisasi yang
memperjuangkan hak-hak serta kaum wanita. Hal ini disebabkan salama ini wanita selalu mengalami
ketimpangan gender. (Sugihastuti dan Suharto 2002:18). Feminisme dapat juga didefinisikan sebagai
sebuah paham atau aliran yang berusaha memahami ketertindasan terhadap wanita, dan mencari upaya
bagaimana mengatasi ketertindasan itu (Kompas 2005).
Kritik Sastra Feminis
Kritik sastra feminis terdiri atas kata “kritik sastra” dan “feminis”. Kritik sastra feminis adalah
salah satu cara untuk menganalisis citra wanita dalam suatu karya sastra. Beberapa konsep yang digunakan
adalah konsep patriarki yaitu hegemoni laki-laki atau aturan yang diciptakan oleh kaum laki-laki. Aturan
tersebut diorganisir dan dipimpin sedemikian rupa untuk mensubordinasi wanita atau menjadikan wanita
sebagai makhluk kelas dua di bawah laki-laki (Soenarjati, 2003:51-54). Culler (1983:43-63) mengatakan
bahwa, feminisme dalam kritik sastra feminis mengarah pada studi sastra yang memusatkan analisis
pada wanita. Selama ini, yang mewakili pembaca dan pencipta karya sastra ialah kaum laki-laki sehingga
kritik sastra feminis menunjuk gejala bahwa pembaca wanita membawa persepsi dan harapan ke dalam
pengalaman sastranya.
Kajian terhadap citra istri yang terdapat dalam kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W
diungkap oleh “pembaca wanita” dilakukan dengan memanfaatkan teori yang memadai. Teori yang
memadai tersebut adalah teori yang dapat mengungkap dan menjawab permasalahan yang dirumuskan
di atas, yaitu wujud citra istri yang terdapat dalam kumpulan novelet. Perumusan masalah di atas,
secara tidak langsung mengarahkan penelitian terhadap tokoh wanita dalam karya, karena yang menjadi
pusat perhatian analisis dalam studi ini adalah citra istri dalam kumpulan novelet. Pendekatan sastra
yang berkaitan dengan permasalahan wanita dalam karya dicakup dalam “kritik sastra feminis”.
Dengan menyoroti permasalahan yang dihadapi istri dalam kumpulan novelet diharapkan akan
dapat terungkap bentuk-bentuk kedudukan yang ada pada novelet sebagai bias dari patriarki oleh budaya,
yang dalam hal ini adalah seni sastra. Hal-hal yang diharapkan oleh kritik sastra feminis ialah mencari
suatu kehidupan baru terhadap peran dan kedudukan tokoh wanita dalam sastra (Arbain 2007:17).
Citra Istri dalam Kumpulan Novelet Dunia Tanpa Warna Karya Mira W. (Nia Ulfa Martha)
227
Dengan kritik sastra feminis, penyusunan sejarah, penilaian terhadap teks-teks yang ditulis pengarang
wanita menjadi lebih adil dan proporsional. Para feminis melihat ada pengabaian terhadap pengalamanpengalaman wanita. Oleh karena itu, kritik sastra feminis menyediakan konteks atau ruang bagi penulis
wanita yang mendukung feminisme agar mampu mengungkapkan pengalaman, perasaan, dan pikiran
yang selama ini dibatasi oleh budaya patriarki (Kompas 2005).
METODE PENELITIAN
Hal-hal yang dikemukakan dalam bagian tentang metode penelitian ini adalah (1) pendekatan
penelitian, (2) sasaran penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) kartu data, (5) teknik dan proses
pengolahan data dan, (6) teknik analisis data.
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan yang
berorientasi kepada masyarakat. Namun dapat juga berorientasi kepada pengarang dan pembaca (Kompas
2009). Pendekatan sosiologi sastra dapat juga diartikan, pendekatan terhadap sastra yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Damono 1984:2). Pada pendekatan sosiologi sastra, karya
sastra merupakan cerminan dari kenyataan. Kenyataan memiliki arti cukup luas, yakni segala sesuatu
yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Penelitian ini menggunakan sosiologi sastra dikarenakan di dalam permasalahan yang diajukan
meliputi bentuk ketidakadilan gender pada tokoh wanita, penyebab ketidakadilan gender, serta sikap
tokoh yang menghadapi ketidakadilan gender dapat dianalisis dengan teks untuk mengetahui strukturnya,
sehingga permasalahan dapat diselesaikan. Untuk itu, pendekatan sosiologi sastra bermanfaat
mengungkap karakter tokoh serta mengetahui sistem nilai yang terungkap melalui tokoh-tokohnya.
Dengan demikian, pendekatan ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai kehidupan istri.
B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah citra istri dalam kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W
yang terdiri dari tujuh novelet yaitu Dunia Tanpa Warna (DTW), Mempelai Buat Ayah (MBA), Tak Selamanya
Gelap itu Gulita (TSGiG), Akhir Suatu Penantian (ASP), Sentuhan Kasih Sayang (SKS), Depresi (De), dan
Jelaga Kehidupan (JK). Kumpulan novelet ini terbit tahun 2007 oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik pencatatan
selektif. Teknik pencatatan selektif digunakan untuk mencatat data dari sumber data yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang dimaksud adalah penggalan teks atau dialog antartokoh
dalam novelet yang diduga menampilkan permasalahan tokoh yang menunjukkan citra istri dan penggalan
teks atau dialog antartokoh dalam novelet yang diduga menjelaskan keadaan sosial masyarakat yang
dijadikan potret bagi pencitraan istri.
D. Kartu Data
Kartu data yang digunakan berukuran 14x17 cm dan terbuat dari kertas HVS dengan ketebalan 70
gram. Kartu data berfungsi untuk mencatat penelitian sebelum diklasifikasikan. Setiap kartu data
digunakan hanya untuk mencatat satu data agar mempermudah dalam pengklasifikasian.
228
MUWÂZÂH , Vol. 2, No. 1, Juli 2010
E. Teknik dan Proses Pengolahan Data
Teknik identifikasi dipergunakan pada pengolahan data yang terkumpul dalam kartu data. Dengan
teknik tersebut data yang terkumpul dipilahkan berdasarkan jenisnya yakni permasalahan tokoh yang
menunjukkan citra istri dan keadaan sosial masyarakat yang dijadikan potret bagi pencitraan istri dalam
kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W. selain teknik identifikasi juga digunakan teknik
klasifikasi. Klasifikasi di dalam penelitian ini berarti penggolongan data berdasarkan persamaan dan
perbedaan identifikasi data.
F.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian ini didasarkan pada teori kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis
merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas berkembang luasnya
feminisme di berbagai penjuru dunia (Sugihastuti 2002:61). Kritik sastra feminis terdiri dari beberapa
perspektif. Pertama, kritik ideologis adalah kritik yang melibatkan wanita, khususnya kaum feminis
sebagai pembaca. Dalam kritik ini, yang menjadi pusat perhatian pembaca adalah penggambaran
(konstruksi) dan stereotip wanita dalam karya sastra. Pada dasarnya kritik feminis ini merupakan cara
menafsirkan suatu teks, sekalipun teks yang paling rumit. (Djajanegara 2000: 28-29).
Kedua, perspektif genokritik adalah kritik yang memusatkan perhatian pada pengarang wanita.
Semua aspek yang berkaitan dengan kepengarangan wanita diteliti. Adapun aspek tersebut meliputi
sejarah, tema, ragam, struktur psikodinamika, kreativitas, dan telaah penulis wanita tertentu dengan
karyanya secara khusus (Showalter 1985:84). Secara metodologis, kritik sastra feminis ini dipergunakan
untuk mendeskripsikan pencitraan istri dan kaitan lingkungan sosial dengan pencitraan istri dalam
kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna karya Mira W.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam kumpulan novelet Dunia Tanpa Warna (DTW) yang ditulis oleh Mira W (MW) terdiri atas
tujuh novelet. Ketujuh novelet tersebut yaitu (1) Dunia Tanpa Warna (DTW), (2) Mempelai Buat Ayah
(MBA), (3) Tak Selamanya Gelap itu Gulita (TSGiG), (4) Akhir Suatu Penantian (ASP), (5) Sentuhan Kasih
Sayang (SKS), (6) Depresi (De), dan (7) Jelaga Kehidupan (JK).
A. Pencitraan Istri dalam Kumpulan Novelet DTW Karya MW
Mengacu pada sinopsis kumpulan novelet DTW karya MW, tokoh istri merupakan tokoh utama
yang memainkan peran dalam setiap novelet. Adapun tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet DTW
karya MW adalah Nidia dalam novelet DTW, Lala dalam novelet MBA, Anggraini dalam novelet TSGiG,
Niken dalam novelet ASP, Yani dalam novelet SKS, Dania dalam novelet De, dan Tri dalam novelet JK.
Pencitraan istri dalam setiap novelet tersebut yang akan diteliti. Peneliti menggolongkan pencitraan istri
menjadi dua yaitu istri sebagai istri dan istri sebagai ibu.
B. Istri sebagai Istri
Peranan wanita setelah menikah adalah menjadi seorang istri. Dalam menjalankan peran, seorang
istri harus berdasarkan pada nilai keikhlasan. Hal ini bertujuan supaya bahtera rumah tangga yang dijalani
dapat kekal. Istri yang baik selalu mengutamakan urusan rumah tangga dan mampu mendukung suaminya.
Dengan demikian, istri dan suami mampu terlibat secara bersama-sama dalam tanggung jawab keluarga.
Dalam kumpulan novelet DTW karya MW mencitrakan tokoh istri dalam berbagai macam permasalahan
yang dihadapi dan sikap mereka dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dari sikap tokoh-tokoh istri
tersebut dapat diketahui sikap dominan tokoh istri dalam kumpulan novelet DTW karya MW.
Citra Istri dalam Kumpulan Novelet Dunia Tanpa Warna Karya Mira W. (Nia Ulfa Martha)
229
Berdasarkan analisis istri sebagai istri dapat diketahui citra istri dalam kumpulan novelet DTW
karya MW. Istri tercitra sebagai sosok yang setia, patuh, sabar, pengertian, bertanggung jawab, perhatian,
teguh pendirian, serius, menghormati suami, pemberontak, tidak mudah putus asa, egois, rendah diri,
mudah putus asa, dan pemarah. Di sini terlihat tokoh-tokoh istri masih menerima peran-peran gender
tradisional. Mereka tidak mempersoalkan timpang tidaknya dan adil tidaknya relasi gender. Namun,
terdapat juga tokoh-tokoh istri yang menolak peran-peran gender tradisional. Mereka mempersoalkan
dan memperhitungkan timpang tidaknya dan adil tidaknya relasi gender. Meskipun menolak, mereka
belum mampu membebaskan diri dari penetrasi kebudayaan patriarkis.
C. Istri sebagai Ibu
Kata “ibu” diartikan sebagai kata yang menunjuk pada kodratnya sebagai wanita yang memiliki
anak. Kodrat ibu adalah mengandung, menyusui, merawat, dan memberikan kasih sayang kepada anakanaknya (Munandar 1985:62). Pada budaya patriarki, terdapat pandangan tentang konsep ibu yang baik
adalah ibu yang selalu ada di rumah setiap saat. Ibu yang bekerja dianggap sebagai seorang ibu yang
tidak bertanggung jawab. Kenakalan remaja, seks bebas, dan kriminalitas yang meningkat dituduh sebagai
akibat dari ibu yang tidak bertanggung jawab karena mengabaikan anaknya. Keberadaan seorang ibu
adalah untuk menanggapi anak dengan penuh kepekaan dan membantu mengembangkan rasa
kepercayaan. Ibu dituntut menjadi seperti wonder woman bagi anaknya. Dalam kumpulan novelet DTW
karya MW mencitrakan tokoh istri sebagai ibu dalam berbagai macam permasalahan yang dihadapi dan
sikap mereka dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dari sikap tokoh-tokoh ibu tersebut dapat diketahui
sikap dominan tokoh ibu dalam kumpulan novelet DTW karya MW.
Berdasarkan analisis istri sebagai ibu dapat diketahui citra ibu dalam kumpulan novelet DTW karya
MW. Ibu tercitra sebagai sosok yang penyayang, meninggalkan anaknya, bertanggung jawab, merawat,
mendidik, memperhatikan, dan pemarah. Di sini terlihat tokoh-tokoh ibu menjalankan perannya di
sektor domestik. Mereka menjalankan perannya dengan ikhlas, pasrah, sabar, dan penuh pengorbanan
yang sangat mengagumkan. Mereka sama sekali tidak berpandangan atau berpendapat bahwa hal tersebut
merupakan belenggu, kukungan, dan batasan. Seperti yang terlihat pada tokoh Anggraini dalam novelet
TSGiG, Niken dalam novelet ASP, dan Tri dalam novelet JK.
Namun, tokoh-tokoh ibu dalam kumpulan novelet DTW karya MW, tidak selalu mencitrakan seorang
ibu yang menjalankan perannya di sektor domestik saja. Seorang ibu yang memiliki kepentingan di
sektor publik cenderung meninggalkan anaknya. Bahkan tidak jarang mereka mengabaikan kebutuhan
anaknya. Seperti yang terlihat pada tokoh Nidia dalam novelet DTW, Lala dalam novelet MBA, dan
Yani dalam novelet SKS. Meskipun meninggalkan anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki tanggung
jawab terhadap perannya sebagai ibu. Mereka tetap kembali merawat anaknya setelah menyelesaikan
urusan di sektor publik.
Pada situasi lain, ibu dapat bersikap keras dalam mendidik anak-anaknya. Seperti tokoh Dania
dalam novelet De. Tokoh Dania menunjukkan cara mendidik yang berbeda dengan tokoh-tokoh ibu
lainnya. Sikap keras Dania tidak dapat diartikan seorang ibu yang mengabaikan anak-anaknya. Justru
kemarahan Dania menunjukkan sikap perhatian kepada anak-anaknya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pandangan tentang tokoh-tokoh ibu yang menerima peran
gender tradisional telah bergeser. Ibu tidak selalu merawat anaknya di lingkungan keluarga. Seorang ibu
juga meninggalkan anaknya untuk menyelesaikan urusan di luar rumah. Hal itu tidak berarti seorang ibu
telah mengabaikan anaknya. Ibu akan kembali merawat anaknya di rumah setelah menyelesaikan
urusannya di luar rumah tersebut. Selain itu, ibu juga memiliki cara lain dalam mendidik anak. Ibu tidak
selalu menunjukkan kasih sayangnya dengan sikap kelembutan. Kemarahan seorang ibu juga merupakan
wujud kasih sayang kepada anaknya. Biasanya ibu bersikap demikian, pada saat anaknya sulit diatur.
230
MUWÂZÂH , Vol. 2, No. 1, Juli 2010
D. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Pencitraan Istri dalam Kumpulan Novelet DTW
Karya MW.
Secara sosiologis karya sastra dapat menunjukkan hubungan antara karya dengan latar belakang
psikologi pembuatnya. Hal ini biasanya terkait dengan momen-momen penting yang dikenang dalam
hidup penciptanya. Karya sastra juga dapat menunjukkan hubungan antara karya dengan konteks sosial
penciptaannya. Hal ini mengandung arti sebuah karya merupakan dokumen sosial tentang realitas
masyarakat di mana sebuah karya dibuat (Kholid Mawardi 2007:1).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa karya sastra merupakan interpretasi dan ideologi seorang
penulis. Demikian dengan kumpulan novelet DTW juga merupakan interpretasi pengarang dan dunianya.
Dengan kata lain, DTW merupakan manifestasi dunia rekaan MW. MW adalah salah satu pengarang
novel wanita legendaris di Indonesia. Ia dilahirkan di Jakarta, 13 September 1951. Sebagai orang yang
dilahirkan dan dibesarkan dalam masyarakat metropolitan, ia memahami siapa orang Jakarta, apa yang
dilakukan, apa yang dianut, bagaimana sikap dan pandangan hidupnya, terutama masyarakat tempat ia
dilahirkan dan dibesarkan. Selain itu, ia juga berasal dari keluarga film. Ayahnya Othiel Widjaya, dulu
dikenal sebagai produser Cendrawasih film. Meskipun dibesarkan di lingkungan keluarga film, namun ia
tidak bersedia menulis skenario atau aktif di film.
Mira W adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Ia mampu menafsirkan ajaran Kristen yang
tidak hanya sebagai konsep abstrak, melainkan juga sebagai pedoman sikap dan perilaku sehari-hari.
Hal itu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya dari SD (1963) sampai dengan SLA (1969)
diselesaikan di sekolah yang berpedoman pada ajaran Kristen. Sementara itu, baru pada jenjang perguruan
tinggi ia selesaikan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta dan lulus pada tahun 1979.
Profesi utamanya adalah dokter dan Ketua Balai Pengobatan Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta,
sedangkan menulis adalah hobi baginya.
Di dukung oleh sikap kritis dan sensitif serta pengalaman hidup yang cukup, MW berhasil menyusun
konsep kepengarangan yang khas. Dikatakan demikian, karena novel-novelnya selalu sukses
menghantarkan pembacanya dalam melakukan penyadaran jiwa. Ia seorang pengarang yang konsisten
dalam menggunakan gaya bahasa dan jalinan cerita. Selain itu, ia mampu mempermainkan pembacanya
dengan kejadian atau keadaan yang diciptakannya. Ia juga piawai menampilkan kejadian kilas balik
tanpa membuat kacau aliran plotnya. Kecakapannya yang lain adalah kecermatannya dalam mengaitkan
antara satu tokoh dengan tokoh yang lain.
Dalam novel-novel yang ditulis MW, terlihat ia memiliki perhatian terhadap kaum wanita.
Menurutnya, masalah wanita itu bervariasi dan dipengaruhi oleh kelas mereka. Wanita kelas atas lebih
mempunyai wewenang untuk menentukan dan mengatur diri sendiri. Sementara itu, wanita kelas
menengah dan bawah lebih banyak tertekan dalam kehidupan mereka. Perhatiannya ini merupakan
bagian dari pandangan dunianya sebagai pengarang yang mewarnai karya-karya yang diciptakannya.
DTW merupakan manifestasi terhadap realitas sosial yang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas,
hubungan lingkungan sosial dengan pencitraan istri dalam setiap novelet tersebut yang akan diteliti.
Peneliti menggolongkan hubungan lingkungan sosial dengan pencitraan istri menjadi dua yaitu hubungan
lingkungan sosial dengan tokoh istri dan pengaruh budaya patriarki terhadap tokoh istri.
E. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Tokoh-Tokoh Istri dalam Kumpulan Novelet DTW
Karya Mira W.
Sebagai manifestasi realitas sosial pengarangnya latar belakang sosial budaya, pandangan, sikap
hidup, dan konsep kepengarangan MW jelas terlihat dalam kumpulan novelet DTW. Jika dikaji lebih
jauh, terdapat beberapa kesamaan antara MW dengan tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet DTW.
Kesamaan-kesamaan tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut.
Citra Istri dalam Kumpulan Novelet Dunia Tanpa Warna Karya Mira W. (Nia Ulfa Martha)
231
Mira W:
1. MW lahir dan besar di Jakarta.
2. MW berjenis kelamin wanita.
3. MW seorang wanita yang mencintai keluarganya.
4. MW wanita karier yang berprofesi sebagai dokter dan pengarang.
5. MW orang metropolitan yang sangat akrab dengan lingkungannya.
6. MW memiliki kebanggaan kultural sebagai orang metropolitan yang berpandangan modern dan
berstatus sosial terpandang.
7. MW tidak setuju dengan kesewenangan birahi karena melanggar harkat manusia.
Berdasarkan analisis hubungan lingkungan sosial dengan tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet
DTW karya MW dapat diketahui bahwa keterlibatan pengarang mempengaruhi pencitraan istri.
Keterlibatan tersebut terlihat dari cara MW melukiskan latar atau tempat dalam kumpulan novelet
DTW karya MW. Ia cenderung menggunakan kota Jakarta dan Bandung. Hal itu, karena kota Jakarta
adalah kota tempat tinggalnya dan kota Bandung terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Selain itu,
terdapat kesamaan jenis kelamin MW dengan jenis kelamin tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet
DTW karya MW. Karakter MW sebagai seorang wanita yang mencintai keluarganya juga tercermin pada
sikap tokoh-tokoh istri saat menghadapi keluarganya.
Pengalaman dan pengetahuan MW sebagai dokter terlihat dari pengetahuan tokoh-tokoh istri dengan
istilah kedokteran. Sementara itu, MW hanya melukiskan keterlibatan pengalaman dan pengetahuannya
sebagai pengarang dalam novelet TSGiG dan JK. Pada novelet TSGiG, pengalaman dan pengetahuan
MW ini terlihat saat Anggraini memberikan kado ulang tahun berupa mesin tik kepada Yulius. Sementara
itu, pada novelet JK, pengalaman dan pengetahuan MW terlihat dari kemampuan Tri saat melukiskan
perasaannya melalui surat.
Keterlibatan MW yang lain adalah keakrabannya dengan lingkungan sosial sekitar tempat tinggalnya
maupun tempat ia bekerja yang mempengaruhi cara tokoh-tokoh istri dalam berinteraksi dengan keluarga
maupun lingkungan sosialnya. Selain itu, status sosial MW sebagai seorang metropolitan yang
berpandangan modern dan berstatus sosial terpandang terlihat pada status sosial tokoh-tokoh istri dalam
kumpulan novelet DTW karya MW. Istri-istri dalam kumpulan novelet DTW karya MW cenderung
berasal dari keluarga terpandang. Seperti Lala dalam novelet MBA, Anggraini dalam novelet TSGiG,
Niken dalam novelet ASP, Dania dalam novelet De, dan Tri dalam novelet JK.
Untuk Nidia dalam novelet DTW dan Yani dalam novelet SKS tidak berasal dari keluarga terpandang.
Mereka berasal dari golongan sosial menengah ke bawah. Namun, mereka memiliki tingkat keterpelajaran
tinggi. Dengan tingkat keterpelajaran yang tinggi membuat mereka mampu masuk ke dalam golongan
menengah dan menengah atas. Hal itu, berarti faktor keterpelajaran mempengaruhi status sosial mereka.
Dari status sosial menengah ke bawah menjadi status sosial menengah ke atas. Dengan demikian, mereka
menjadi terpandang di masyarakat.
F.
Pengaruh Budaya Patriarki terhadap Tokoh-Tokoh Istri dalam Kumpulan Novelet DTW
Karya Mira W.
Istri selalu menjadi objek penderita dalam persepsi patriarki. Pelakunya adalah suami, orang terdekat
yang seharusnya melindungi istri. Istri selalu menjadi korban KDRT. Dalam persoalan seks, terkadang
istri menjadi alat atau simbol kekuasaan bagi suaminya. Kekerasan terhadap istri tidak hanya terjadi
pada ibu rumah tangga. Yaitu wanita yang tidak memiliki pekerjaan di sektor publik, tidak memiliki
penghasilan, dan berpendidikan rendah. Namun, kekerasan juga terjadi pada istri yang memiliki pekerjaan
pada sektor publik, memiliki penghasilan, dan berpendidikan tinggi. Kekerasan terhadap wanita yang
terjadi pada berbagai strata sosial dengan korban para istri itu, menjadi salah satu indikasi bentuk kekerasan
tidak lepas dari pengaruh budaya patriarki yang mengakar di masyarakat.
232
MUWÂZÂH , Vol. 2, No. 1, Juli 2010
Seharusnya peran suami istri adalah saling melekati, melindungi, menghormati, dan memperindah.
Namun, dalam budaya masyarakat patriarki hal tersebut tanpa disadari telah diselewengkan. Demikian
juga yang terjadi dalam kumpulan novelet DTW karya MW. Tokoh-tokoh suami telah melakukan
penyelewengan dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin rumah tangga. Tokoh-tokoh suami
tersebut adalah Jono dalam novelet DTW, Hans dalam novelet MBA, Yulius dalam novelet TSGiG,
Dimaz dalam novelet ASP, Adi dalam novelet SKS, Adri dalam novelet De, dan Kun dalam novelet JK.
Berdasarkan analisis pengaruh budaya patriarki terhadap tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet
DTW karya MW dapat diketahui bahwa keterlibatan pengarang mempengaruhi pencitraan istri.
Keterlibatan tersebut terlihat dari cara MW melukiskan tokoh-tokoh istri saat menghadapi pengaruh
budaya patriarki. MW melukiskan tokoh-tokoh istri memiliki sifat ambivalen. Di satu sisi mereka menerima
peran gender tradisional. Seperti Nidia, Lala, Anggraini, Niken, Yani, Dania, dan Tri. Mereka tidak
mempertanyakan relasi gender tersebut. Mereka terikat kuat oleh kebudayaan patriarki. Untuk itu, mereka
tidak menyadari kekurangan-kekurangan kebudayaan patriarki tersebut. Dengan demikian, mereka tidak
menyadari sikapnya telah mendukung kebudayaan patriarki semakin kukuh.
Namun, di sisi lain mereka menolak peran gender tradisional. Mereka menyadari dalam kehidupan
mereka terdapat ketimpangan relasi gender. Kesadaran mereka tumbuh karena pengaruh interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Meskipun mereka menyadari kekurangan kebudayaan patriarki, mereka belum
mampu melepaskan diri dari penetrasi kebudayaan patriarki. Mereka masih saja menjadi korban
kebudayaan patriarki.
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dalam penelitian kumpulan novelet DTW karya MW tahun 2007, dapatlah
dikemukakan simpulan sebagai berikut:
1. Pencitraan istri yang ditemukan pada kumpulan novelet DTW karya MW tahun 2007 meliputi istri
sebagai istri dan istri sebagai ibu. Berdasarkan analisis istri sebagai istri dapat diketahui citra istri
dalam kumpulan novelet DTW karya MW. Istri tercitra sebagai sosok yang setia, patuh, sabar,
pengertian, bertanggung jawab, perhatian, teguh pendirian, serius, menghormati suami, pemberontak,
tidak mudah putus asa, egois, rendah diri, mudah putus asa, dan pemarah. Di sini terlihat tokohtokoh istri masih menerima peran-peran gender tradisional. Mereka tidak mempersoalkan timpang
tidaknya relasi gender. Sementara itu, berdasarkan analisis istri sebagai ibu dapat diketahui citra ibu
dalam kumpulan novelet DTW karya MW. Ibu tercitra sebagai sosok yang penyayang, meninggalkan
anaknya, bertanggung jawab, merawat, mendidik, memperhatikan, dan pemarah. Di sini terlihat
tokoh-tokoh ibu menjalankan perannya di sektor domestik. Mereka menjalankan perannya dengan
ikhlas, pasrah, sabar, dan penuh pengorbanan yang mengagumkan. Mereka tidak berpandangan hal
tersebut merupakan belenggu.
2. Berdasarkan analisis hubungan lingkungan sosial dengan tokoh-tokoh istri dalam kumpulan novelet
DTW karya MW dapat diketahui sikap mereka saat menghadapi pengaruh budaya patriarki. Dari
sikap mereka tersebut mencerminkan citra seorang istri. Di sini, terlihat tokoh-tokoh istri memiliki
sifat ambivalen. Di satu sisi mereka menerima peran gender tradisional. Mereka tidak mempertanyakan relasi gender tersebut. Namun, di sisi lain mereka menolak peran gender tradisional. Mereka
menyadari dalam kehidupan mereka terdapat ketimpangan relasi gender. Kesadaran mereka terhadap
kekurangan kebudayaan patriarki belum mampu membuat mereka melepaskan diri dari penetrasi
kebudayaan patriarki. Mereka masih saja menjadi korban kebudayaan patriarki. Hal itu, karena
tokoh-tokoh istri ini, tidak menyadari sifat ambivalen mereka telah mendukung kebudayaan patriarki
semakin kukuh.
Citra Istri dalam Kumpulan Novelet Dunia Tanpa Warna Karya Mira W. (Nia Ulfa Martha)
233
B. Saran
Sesuai dengan simpulan tersebut, dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini belum disinggung tentang ideologi gender yang berada di balik citra istri dalam
kumpulan novelet. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mencoba menelaah
masalah ideologi gender dalam kumpulan novelet.
2. Dalam penelitian ini citra wanita Indonesia masih dideskripsikan secara umum. Hal-hal yang lebih
khusus belum dideskripsikan. Misalnya citra istri dalam novel populer Indonesia dan novel serius
Indonesia. Citra istri dalam novel Indonesia yang ditulis oleh laki-laki dan novel Indonesia yang
ditulis oleh penulis wanita. Untuk itu, peneliti selanjutnya dapat mencoba masalah-masalah ini.
Jika hal tersebut dapat diteliti secara mendalam dan cermat, niscaya profil citra istri dalam sastra
Indonesia semakin komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Aminuddin. 1997. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Arba’in Armini. 2007. Citra Wanita Pekerja dalam Novel-Novel Indonesia. Padang: Universitas Andalas.
Bhasin, Kamla dan Nighat Said Khan. 1995. Feminisme dan Relevansinya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Djajanegara, Soenarjati. 2003. Citra Wanita dalam Lima Novel Terbaik Sinclair Lewis dan Gerakan Wanita di
Amerika. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kuntowidjoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Moeliono, Anton M. (Penyunting). 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Munandar, Sri Utami. (Ed.), 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjauan Psikologis.
Jakarta: UI Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poerwandari, E. Kristi. 1995. Aspirasi Perempuan Bekerja dan Aktualisasinya. Dalam Ihromi (Ed.),
Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugihastuti, dan Suharto. 2007. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumartana, Th. 1993. Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Widjaya, Mira. 2007. Dunia Tanpa Warna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
234
MUWÂZÂH , Vol. 2, No. 1, Juli 2010
Download