BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Adaptasi fisiologi sistem saluran pencernaan bayi baru lahir Kapasitas lambung bayi baru lahir ketika pada saat lahir berkisar antara 3035 ml dan kemudian meningkat sampai sekitar 75 ml. Pada kehidupan minggu ke2, dan kemudian meningkat pada bulan pertama sekitar 10 ml. Bayi yang menyusu selain mengisap susu, juga akan mengisap udara melalui puting. Di lambung sekresi asam rendah pada 5 jam setelah lahir, kemudian meningkat dengan cepat pada 24 jam setelah lahir, sekresi asam dan pepsin mencapai puncaknya dalam 10 hari pertama dan menurun mulai 10-30 hari setelah lahir. Sekresi faktor intrinsik meningkat perlahan-lahan selama 2 minggu pertama, tetapi pada saat lahir kadar gastrin dalam sirkulasi 2-3 kali lebih tinggi dari pada kadar pada orang dewasa. Bayi baru lahir mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pertumbuhan usus meningkat antara 1-3 tahun, pencernaan dan penyerapan permukaan sepenuhnya dikembangkan pada saat lahir ( Sodikin, 2011 ). 2.2. Regurgitasi Regurgitasi adalah gerakan isi lambung yang tanpa usaha ke dalam esofagus dan mulut. Hal ini tidak berhubungan dengan keadaan stres, dan bayi yang mengalami regurgitasi seringkali merasa lapar. Sfingter esofagus bagian bawah Lower Esophageal Spincter (LES) mencegah terjadinya refluks isi lambung ke dalam esofagus. Regurgitasi terjadi akibat refluks gastroesofagus melalui LES 5 Universitas Sumatera Utara 6 yang inkompeten atau pada bayi yang LES-nya belum matur. Seringkali hal ini merupakan proses perkembangan dan regurgitasi atau gumoh akan berhenti seiring dengan berjalannya proses pematangan 2.2.1. Fisiologi Regurgitasi Regurgitasi merupakan keadaan lambung yang sudah dalam keadaan penuh sehingga gumoh bercampur air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut. Hal ini disebabkan karna katup lambung tidak bekerja dengan baik, otot tidak dapat mendorong isi lambung ke bawah. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi yang baru memulai kehidupannya dibulan pertama (Sodikin, 2011 ). 2.2.2. Penyebab Terjadinya Regurgitasi Regurgitasi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena asi atau susu formula yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi regurgitasi. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi akan mengalami muntah. Dalam hal ini posisi menyusui juga dapat menyebabkan terjadinya regurgitasi, hal ini disebabkan karena seiring ibu bisa menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tetapi kesaluran napas, sehingga akan terjadi regurgitasi. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut susu akan masuk kesaluran pencernaan atas. Diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna. Fungsi Universitas Sumatera Utara 7 pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus masih belum sempurna. Bayi yang terlalu aktif akan menyebabkan terjadinya regurgitasi hal ini disebabkan karna pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis. Ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau dalam bentuk regurgitasi. Ketika bayi menangis berlebihan hal ini yang akan membuat udara yang tertelan juga berlebihan, sehingga sebagian isi perut bayi akan keluar. Tetapi ketika bayi anda menangis biasanya disebabkan karena tidak bisa menelan susu dengan sempurna. Jika sudah begini, jangan teruskan pemberian asi, takutya susu justru masuk kedalam saluran napas dan menyumbatnya. Gangguan sfingter pada saluran pencernaan ada saluran makanan (oesofagus) yang berawal dari tenggorokan sampai lambung. Pada saluran menuju lambung ada semacam klep atau katup yang dinamakan sfingter. Fungsinya untuk mencegah keluarnya kembali makanan yang sudah masuk kelambung. Umumnya sfingter pada bayi belum bagus dan akan membaik dengan sendirinya sejalan bertambahnya usia. Umumnya diatas usia 6 bulan, namun di usia itupun bayi masih mengalami gangguan. Jadi sifatnya sangat bervariasi. Tentunya kalau sfingter tidak bagus, maka makanan yang masuk kelambung bisa keluar lagi. Gejalanya biasa kalau pada bayi akan lebih sering gumoh, terutama sehabis disusui. Apalagi bila bayi ditidurkan dengan posisi telentang. Karena cairan selalu mencari tempat yang paling rendah. Reflurks gastroesofagus adalah pasase isi Universitas Sumatera Utara 8 lambung ke dalam esofgus yang berlangsung secara involunter. Hal yang sering dijumpai pada bayi dengan gejala klinis bervariasi. Refluks gastroesofagus (RGE) dapat berupa RGE fisiolgis (normal) atau RGE patologis. Dikatakan RGE patologis apabila terjadi komplikasi yang dikenal sebagai penyakit RGE. Mekanisme utama yang menyebabkan isi lambung kembali kedalam esofagus karena relaksasi sfingter esofagus yang tidak berhubungan dengan proses menelan. Akibat dari paparan asam lambung pada dinding esofagus secara berlebihan dapat menimbulkan terjadinya komplikasi esofagitis. Pada umumnya gejala klinis nyeri timbul akibat paparan asam yang berlebihan atau yang telah berlangsung lama (Dogra dan Sirisena, 2011) Bayi akan menjadi rewel, cengeng dan kadang-kadang menjerit. Bayi juga sering memperlihatkan posisi hiperekstensi pada tulang belakang atau setelah makan. Pada esofagitis tidak sering dijumpai darah pada isi muntahan, nyeri atau gangguan menelan.Refluks gastroesofagus yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan gangguan pertembuhan. Hal tersebut terjadi apabila jumlah masukan kalori lebih sedikit dibandingkan jumlah yang keluar. Kerusakan mukosa esofagus akibat refluks gastroesofagus merupakan keadaan yang perlu diwaspadai dengan gejala klinis regurgitasi dengan frekuensi berlebihan, serta gejala klinis PRGE (Sodikin, 2011). 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi regurgitasi a. Faktor bersendawa Bersendawa bisa membantu untuk meminimalkan terjadinya regurgitasi, karena pada saat disendawakan akan membantu bayi untuk mengeluarkan udara Universitas Sumatera Utara 9 yang masuk pada saat bayi sedang disusui. Menyendawakan bayi ketika bayi selesai menyusui dapat mencegah terjadinya regurgitasi kemudian menyendawakan bayi dengan cara memegang bagian tubuh bawah dan tubuh atas antara bahu dan kepala bayi apabila posisi menyusui sedang berada di tempat tidur. Dengan demikian posisi bayi mantap, tidak bergerak-gerak. Kemudian angkat tubuhnya agar berdiri tegak, tempelkan dagu bayi pada bahu ibu. Jangan sampai kepalanya tertutup badan ibu, kemudian tepuk-tepuk bagian punggung bayi dengan menggunakan dua jari. Bisa juga dengan tidak menempelkan kebahu ibu, asalkan tetap dalam posisi tegak. Adapun Posisi yang salah ketika menyendawakan bayi, diantaranya menyendawakan bayi dengan posisi memegang bayi tidak mantap, hanya bagian punggung dan bawahnya. Padahal leher bayi belum tegak benar sehingga bisa terjadi resiko terkilir. Mengangkat bayi untuk memindahkan keposisi berdiri tegak dengan satu tangan, hal itu tidak dibenarkan karena memungkinkan resiko terlepas. Menempelkan tubuh bayi kebadan ibu tanpa memperhatikan apakah kepalanya tertutup tubuh atau tidak. Selain itu, kepala bayi tidak disangga. Saat menyendawakan anak sambil duduk, kadang ibu tidak memperhatikan posisi tubuh bayi. Seharusnya tidak dalam posisi mendatar, karena minuman yang masuk sehabis menyusui akan keluar kembali (Wiji, 2013). b. Faktor sering menangis Sering manangis akan memperburuk terjadinya regurgitasi pada bayi, karena pada saat menangis dapat meningkatkan tekanan didalam perut. Sehingga cairan naik keatas dan bayi akan lebih mudah mengalami regurgitasi. Ada banyak Universitas Sumatera Utara 10 faktor yang dapat menyebabkan seringnya bayi menangis diantaranya karena bayi menginginkan sesuatu karena bayi tidak bisa berbicara, melalui tangisan bayi menyampaikan keinginannya. c. Faktor posisi ibu saat menyusui Kebiasaan ibu pada saat menyusui sambil tiduran miring dan bayi dalam posisi terlentang, akibantnya cairan tidak masuk kedalam saluran pencernaan akan tetapi masuk ke dalam saluran pernapasan. d. Faktor posisi bayi saat minum posisi bayi terlentang saat menyusui dapat memperburuk terjadinya regurgitasi, karena pada saat menyusui cairan yang masuk ke dalam lambung bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Pada umumnya ibu sering memposisikan bayi terlentang pada saat minum. Ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam hal memposisikan bayi yang tepat pada saat minum. e. Faktor susu formula Pemberian susu formula yang kental diharapkan tidak akan terjadi arus balik karena gaya gravitasi. Susu kental lebih berat jadi akan sulit dimuntahkan. f. Faktor memakai gurita Pemakaian gurita yang terlalu kencang dapat mempengaruhi sering terjadinya regurgitasi. Pemakaian gurita akan membuat lambung bayi tertekan, dan pada saat lambung bayi terisi penuh, maka cairannya akan tertekan dan menyebabkan terjadinya regurgitasi. Pemakaian gurita tidak akan menimbulkan masalah apabila ikatanyan tidak terlalu kencang. Universitas Sumatera Utara 11 2.2.4. Penanganan regurgitasi 2.2.4.1. Pemberian susu yang lebih kental / merubah kekentalan susu Salah satu terapi mengatasi regurgitasi berlebih adalah dengan memberinya susu khusus yang telah dikentalkan (thickening). Dengan pengentalan tersebut, diharapkan aliran balik/ muntah tidak terjadi karena gaya gravitasi. Karena susu kental lebih berat sehingga lebih sulit dimuntahkan. Tetapi pengenalan ini harus dilakukan dengan perhitungan-perhitungan tertentu dan tidak boleh dilakukan sembarangan membuat regurgitasi pada bayi semakin menjadijadi. Jadi jika dirubah kekentalan pada susu dapat mengurangi proses regurgitasi (Azizah, 2014). 2.2.4.2. Posisi menyusui Untuk mengurangi regurgitasi salah satunya dengan melakukan posisi menyusui yang benar sehingga mengurangi masuknya udara kedalam lambung bayi dan menyendawakan setiap kali selesai menyusui (Suririnah, 2009). Saat proses menyusui seringkali udara ikut masuk bersama susu. Ketika susu masuk kedalam lambung, udara yang masuk tertahan dibagian atas lambung jika tidak dikeluarkan akan meningkatkan tekanan abdominal dan peningkatan tekanan sfingter esofagus yang mempengaruhi volume refluks pada esofagus, sehingga mengakibatkan isi lambung keluar kembali dan terjadi regurgitasi. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Tilong (2014) bahwa cara mencegah regurgitasi adalah dengan menyendawakan bayi setiap setelah selesai diberi susu agar udara yang ikut masuk kedalam lambung keluar (Azizah, 2014). Universitas Sumatera Utara 12 Memegang bayi dengan posisi menimang. Untuk melakukannya, menopang bayi dengan lengan pada posisi yang sama dengan payudara yang ibu susukan kepada bayi. Mendekatkan tangan sebelah atas ibu ketubuh ibu. Memposisikan kepala bayi disiku, menopang badan bayi dengan lengan depan dan memegang bokong atau pahanya. Tangannya mungkin diposisikan disekitar tubuh ibu ditempelkan dibawah tubuhnya supaya tidak keluar. Begitu bayi sudah ditopang dengan benar, putar lengan bagian depan ibu sehingga seluruh tubuhnya menghadap ibu. Pinggulnya harus menempel di perut ibu dan mulutnya sejajar dengan puting susu ibu. Kemudian bisa mendekatkan mulut bayi anda keputing susu (bukan puting susu yang didekatkan ke mulut bayi) tanpa harus membuat kepala bayi menoleh kesamping. Penting untuk tetap mensejajarkan kepala bayi dengan anggota badannya yang lain tidak menoleh kesamping. Memegang bayi dengan posisi menyilang. Pada posisi ini, lengan ibu menopang bokong bayi dan bokong tetap berada di lekukan lengan atau bantal yang terletak dipangkuan ibu. Sekali lagi, putar posisi tubuh bayi sehingga wajah dan mulut bayi sejajar dengan puting susu. Hal ini merupakan posisi yang baik bagi bayi yang kesulitan menyusui, karena ibu bisa lebih mudah memindahkan posisi kepala bayi keposisi yang lebih baik dengan cara memegang bagian belakang lehernya diantara ibu jari dan jari-jari. Memegang bayi dengan posisi bersarang. Pada posisi bersarang, bayi dipegang dengan cara yang hampir sama dengan cara memegang sebuah tas lengan, disamping payudara yang akan digunakan dengan posisi kepala didekat payudara ibu. Memposisikan tubuh bayi berseberangan dengan posisi ibu, Universitas Sumatera Utara 13 dibawah lengan ibu. Lengan bagian depan harus menopang punggung sebelah atas, leher dan kepala kakinya membentang dibelakang ibu atau, jika ibu duduk dikursi, ibu bisa menempatkan bokong bayi dibelakang kursi dan menekuk kaki bayi lurus keatas. Terakhir, letakkan bantal dibawah siku untuk menopang dan menjaga kepala bayi sejajar dengan payudara (Yuliana, 2014). Memegang bayi dengan posisi berbaring. Pada posisi berbaring, ibu berbaring dengan posisi miring dengan menggunakan satu atau lebih bantal dibelakang punggung dan dibawah kepala untuk menopang tubuh (sebuah bantal yang ditempatkan diantara kedua lutut mungkin akan membuat ibu merasa lebih nyaman). Jaga agar punggung dan pinggul ibu tetap lurus. Pegang bayi dengan lembut pada sisi sampingnya sehingga bayi menghadap ibu dengan mulut yang menempel pada puting susu dan tangan disekitarnya. Payudara perlu ditopang dengan tangan yang satunya sambil membimbing bayi yang lebih dekat dengan tangan yang menopang tubuhnya (Wiji, 2013). 2.2.4.3. Teknik Upright Position 2.2.4.3.1. Pengertian Teknik Upright Position Teknik Upright position merupakan posisi tegak. Upright position diberikan beberapa saat setelah bayi minum asi atau susu formula. Pada posisi ini ada gaya gravitasi yang akan mendorong asi ataupun susu ke bawah. Upright position diberikan selama ±30 menit, karena pada bayi pengosongan lambung terjadi selama 34,9 menit. Bayi akan lebih jarang mengalami regurgitasi saat setelah disusui dengan posisi yang lebih tegak, sehingga asi atau susu formula tidak mengalir kembali Universitas Sumatera Utara 14 dengan mudah. Untuk megurangi frekuensi regurgitasi pada bayi orang tua dapat memposisikan bayinya pada upright position selama dan setelah menyusui, pada posisi ini susu yang masuk ke lambung bayi tidak akan kembali lagi kekerongkongan karena dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi (Bernadus dan Lestari, 2012). 2.2.4.3.2. Prosedur teknik Upright Position 1. Memegang bayi dibawah ketiak, menahan / menyangga pada bagian kepala dan leher bayi dengan jari 2. Membiarkan kaki bayi menjuntai / mengayun-ayun dengan bebas 3. Memegang bayi sehingga menghadap sejajar dengan wajah ibu 4. Mengangkat bayi secara perlahan sampai badannya teregang. Regangan ini dapat membantu mengeluarkan udara dari dalam perut. 5. Memiringkan bayi dari samping ke samping dengan hati-hati / pelanpelan, lakukan selama 30 detik dan ulangi gerakan 6. Membuat suasana menyenangkan bagi bayi 7. Saat bayi tampak akan bersendawa memindahkan wajah bayi dari hadapan wajah ibu dan meletakkan diatas bahu Universitas Sumatera Utara