Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Priyonggo Suseno, SE, MSc. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Abstract Financial performance of Islamic banking mainly indicates the longterm sustainability of the industry. The efficiency level of the industry is the most important indicator to identify the soundness of banking system. Generally, the efficiency Efisiensi mengukur kemampuan indistri untuk menghasilkan output dengan mempertimbangkan input yang digunakan. Dalam perbankan syariah, tingkat efisiensi mengukur kemampuan perbankan syariah dalam menjalankan fungsi intermediasinya sesuai prinsip syariah. Paper ini memiliki dua tujuan utama, pertama mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia pada periode 2000-2004 dengan pendekatan Data Envelope Analysis (DEA). Tujuan kedua adalah menganalisis keterkaitan antara tingkat efisiensi dan skala usaha industri perbankan. Analisis menggunakan regresi data panel dengan input yang dihasilkan dari analisis DEA. 35 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 kedepan adalah pilar pertama menyangkut struktur perbankan yang sehat.(Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, 2006 ; 26) Struktur perbankan yang sehat dan operasioanal yang efisien merupakan inti dari semua yaitu pada tahun 1997 banyak bank konvensioanal yang muncul merasakan adanya sebuah gejolak ekonomi (krisis moneter) yang akan menghantam sistem perbankan nasioanal dan hal tersebut terbukti pada tahun 1998 yang mana bank-bank yang di likuidasi dan permasalahan perbankan karena baik buruknya industri perbankan akan banyak ditentukan oleh baik tidaknya struktur yang dibuat dan kebijakan yang efisien, disamping perlu adanya fungsi pendukung yang lain, seperti pengawasan dan pengaturan yang efektif. Perbankan merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarkat modern. Munculnya perbankan syariah, diharapkan mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan (financial), komersial dan investasi sesuai dengan prinsip islam. Perkembangan bank syariah pertama kali kurang begitu mendapat perhatian baik dari pemerintah (Bank Indonesia sebagai regulator dan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan) dan masyarakat publik sebagai pengguna jasa. Dalam kurun waktu beberapa tahun setelah berdirinya bank syariah di merger dalam jumlah yang besar. Peraturan atau undangundang tentang dibolehkannya bank syariah beroperasi di indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada UU No. 7 Tahun 1992 dan diperbaharui dengan undang-undang No. 10 tahun 1998. Pada peraturan yang kedua ini bank syariah diberi hak yang sama dengan bank konvensional untuk maju dalam mengembangkan perbankan nasioanal dan tidak ada pembedaan antara yang satu dengan yang lain. Dikeluarkannya undang-undang tersebut akan menjadi angin segar bagi bank syariah untuk berkembang dan potensi yang begitu besar. Penduduk Indonesia yang mayoritas umat islam akan menjadi modal awal bank tersebut untuk melangkah. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1999 tentang Badan Penyehatan Perbankan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 30) sebagaimana telah beberapa kali 36 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA diubah dan terakhir dengan perbankan Nomor 47 Tahun 2001 (Lembaran Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 71) bertujuan menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pertumbuhan perbankan. Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hukum too big too fail pada perbankan konvensional telah mendorong perbankan untuk meningkatkan skala usaha dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan selain tersebut menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing tinggi menciptakan serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko. Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan memiliki peran yang tidak berbeda dari perbankan konvensional lainnya. Sistem operasional yang berbeda dengan sistem operasional perbankan perbankan konvensional, perbankan syariah juga di tuntut untuk bisa menyalurkan dana dari para investor kepada para nasabah yang membututhkan secara efektif dan efisien. Efektif lebih memiliki arti sebagai ketepatan pemberian pembiayaan kepada pihak yang membutuhkan, sedang efisien lebih memiliki arti kesesuaian hasil antara input yang digunakan dengan output yang di hasilkan.(Ghofur, 2003 : 2) Efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber rangka meningkatkan efisiensi. Di sisi lain, perbankan syariah sebagai suatu industri baru dan dioperasikan dengan prinsip yang berbeda dengan perbankan konvensional belumlah tentu memiliki pola yang sama. Dengan latar belakang demikianlah penelitian ini bermaksud mengungkap tingkat efisiensi yang dimiliki oleh industri perbankan syariah di Indonesia, baik yang berbentuk bank umum syariah ataupun unit usaha syariah, serta untuk mengetahui terjadi tidaknya skala ekonomi (economies of scale) pada perbankan syariah selama ini. 2. Pertanyaan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan menjawab beberapa pertanyaan berikut: 1. Berapa besar tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia? 37 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 2. Adakah perbedaan tingkat efisiensi di Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah? 3. Bagaimana keterkaitan antara tingkat efisiensi dan skala ekonomi pada perbankan syariah di Indonesia? 3. Landasan Teori 1.1. Karakteristik Dasar Perbankan Syariah Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsipprinsip syariah. (Heri Sudarsono, 2003; 18). Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank Islam (Bank Syariah) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lau lintas permbayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. (Muhammad, 2004; 1) Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. (Y. Sri Susilo, 2000; 110) Antonio dan Perwaatmadja membedakan bank syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beropeasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam; (2) adalah bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadis. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat ini menghindari praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur riba dan diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. (Muhammad, 2004; 1) 38 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Prinsip utama yang digunakan dalam kegiatan perbankan syariah adalah: 1. Larangan riba, spekulasi dan perjudian dalam berbagai bentuk transaksi. 2. Melakukan kegiatan usaha Adapun perbadaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel 3.1: Dengan pengertian diatas, bank syariah pada prinsipnya memiliki fungsi yang identik dengan bank konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi perdagangan berdasarkan perolehan keuangan sekaligus penyalur dana keuntungan yang sah. sosial dengan menerapkan prinsip 3. Memberikan zakat atas syariah Islam. keuntungan usahanya Tabel 3.1. Perbedaan antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil Indikator Objek kontrak Penentuan besarnya hasil Yang ditentukan Sistem Bunga uang Sebelumnya Jika terjadi kerugian Ditanggung nasabah Dihitung dari mana ? Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap Titik perhatian proyek/usaha Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah/ pasti diterima bank Pasti: (%) x jumlah pinjaman yang telah diketahui Berapa besarnya ? Status hukum Bunga, besarnya nilai rupiah Berlawanan dengan QS. Luqman: 34 Sistem Bagi Hasil Barang atau investasi Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40: 60, dst Ditanggung kedua belah pihak, nasabah dan lembaga Dari untung yang bakal diperoleh, belum tentu besarnya Keberhasilan proyek/usaha jadi perhatian bersama: Nasabah dan Lembaga Proporsi: (%) x jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui Melaksanakan QS. Luqman: 34 Sumber: Muhammad, 2004; 4 39 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 1.1. Efisiensi sebagai Ukuran Ditinjau dari teori ekonomi, ada Kinerja Perbankan Syariah dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi Efisiensi didefinisikan sebagai teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang perbandingan antara keluaran (output) makro yang jangkauannya lebih luas dengan masukan (input), atau jumlah dibanding efisiensi teknik. Pengukuran yang dihasilkan dari satu input yang efisiensi teknik cenderung terbatas pada dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2) Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006; 40) hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006; 41) Tobin menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan efisiensi dalam lembaga keuangan. Faktor utama adalah efisiensi karena arbitrase informasi, kedua efisiensi karena ketepatan penilaian asset-asetnya, ketiga adalah efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul, dan yang keempat adalah efisiensi fungsional, yaitu berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan. Termasuk didalam efisiensi fungsional ini adalah risk pooling, general insurance, administrasi, dan mobilisasi dana masyarakat. (Atmawardhana, 40 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA 2006; 41) Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan keuntungan (profit efficiency). Profit efficiency sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu Standard profit efficiency dan Alternative profit efficiency. Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiensi sektor finansial (perbankan) yaitu Cost Efficiency, Standard Profit Efficiency, dan Alternatif Profit Efficiency. (Berger dan Mester dalam Siti Astiyah dan Jardine A. Husman, 2006; 532). Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice bank`s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama. Profit Efficiency mengukut tingkat efisiensi dari kemampuan bank dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang digunakan. 3.3. Penelitian Sebelumnya mengenai Efisiensi Perbankan Berbagai penelitian tentang pengukuran efisiensi perbankan telah dilakukan. Pendekatan yang digunakan mulai dari yang sederhana, yaitu rasio antara output input, pendekatan analisis input-output atau pendekatan analisis stokastik. Iswadi (2002) meneliti tingkat efisiensi berbagai bank devisa di Indonesia pada tahun 2001-2002. Dengan metode DEA, input variabel yang digunakan adalah beban bunga, beban operasional, beban operasional lainnya sedangkan variabel output adalah pendapatan bunga, pendapatan operasional lainnya dan pendapatan non-operasional. Dengan sampel 45 bank, penelitian ini menyimpulkan bahwa pada tahun 2001 dan 2005 kurang dari 50% bank deviesa yang mengelola input-outputnya dengan efisien. Peningkatan efisiensi tahun 2002 rata-rata mencapai 3,11 %. Pada tahun 2001 nilai efisiensi bank devisa terendah adalah 37,5 % dan tertinggi yaitu 100 % sedang pada tahun 2002 nilai efisiensi terendah adalah 28,29 % dan tertinggi sebesar 100 %. Rata-rata efisiensi perbankan devisa dari hasil 41 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 penelitian ini adalah 71,26 % pada tahun 2001, sedang pada tahun 2002 rata-rata efisiensinnya adalah 74,37 %. Ditinjau dari kelompok bank dan rata-rata efisiensi kinerjanya pada tahun 2001 dan 2002, berturut kelompok bank devisa asing yang variabel yang digunakan terdiri dari upah tenaga kerja, asset tetap, dan total deposito sedangkan outputnya terdiri total pinjaman, pendapatan lainnya dan asset liquid. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa tahun 2000 merupakan tahun paling baik, kemudian kelompok bank devisa campuran, kelompok devisa persero dan terakhir kelompok bank devisa swasta. Wibowo (2003) mengukur efisiensi perbankan syariah di indonesia tahun 2002-2003 dengan analisis DEA. Jumlah bank yang dijadikan sampel sebanyak 2 bank murni syariah dan 8 bank konvensional dengan unit usaha syariah. Variabel inputnya yaitu bunga, biaya lainnya dan aset sedang outputnya yaitu pendapatan bunga, pendapatan lainnya dan kredit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 10 bank terserbut, bank umum syariah merupakan bank yang paling efisien dalam menjalankan operasionalnya bahkan apabila dibanding dengan bank konvensional yang lainnya tidak kalah baik kinerjanya. Yudistira (2003) meneliti tingkat efisiensi 18 perbankan syariah di berbagai negara, selama 4 (empat) tahun dari tahun 1997-2000. input yang paling efisien. Industri perbankan syariah yang telah berpengalaman menunjukkan inefisiensi pada tahun 1998 dan 1999 rata-rata sebesar 0,870 dan 0,897 dibandingkan dengan tahun 1997 dan 2000 yang besarnya rata-rata 0,902 dan 0,909. Besarnya inefisiensi pada tahun 1998 lebih berpengaruh kepada inefisiensi secara teknis daripada skala efisiensi yang ada.. Untuk menganalisis besarnya hubungan efisiensi dan skala, bankbank islam yang mempunyai total asset lebih dari $600 miliar dikategorikan sebagai bank besar dan bank-bank yang mempunyai total asset dibawah $600 miliar dapat dikategorikan sebagai bank-bank sedang dan kecil. Apabila dilihat dari skala efisiensi, dapat terlihat jelas bahwa skala inefisiensi (diseconomies of scale) terjadi pada bank-bank besar, dengan skala terendah yang bernilai 0,915 pada tahun 1998. Hassan (2003) meneliti tingkat efisiensi industri perbankan Islam 42 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA di Pakistan, Iran dan Sudan dengan menggunakan data panel tahun 19942001. Parameter yang digunakan untuk menghitung efisiensi dari bankbank ini adalah biaya dan keuntungan dengan meggunakan alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA). 5 faktor efisiensi dalam DEA seperti biaya, alokasi, teknis, murni teknis dan nilai dari besarnya efisiensi yang telah dihitung dan dihubungkan dengan teknik akuntansi yang ada. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa dalam rata-ratanya, industri perbankan islam relative kurang efisiensi apabila dibandingkan bank-bank konvensional yang telah ada. Hasil penelitan juga menunjukkan bahwa, kelima factor efisiensi yang ada sangat berhubungan dengan ROA dan ROE. Dengan hipotesa bahwa factor-faktor efisiensi tersebut bisa digunakan dengan baik melalui perbandingan-perbandingan secara akuntansi yang menggambarkan kinerja bank-bank yang ada di Pakistan, Iran dan Sudan. 4. Metode Penelitian. 4.1. Data Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini menguji menggunakan data panel atas 10 bank syariah di Indonesia dengan periode penelitian 1999-2004. Data yang dipergunakan adalah data tahunan. Hingga tahun 2004, populasi perbankan syariah di Indonesia mencapai 13 bank, yaitu tiga bank umum syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Indonesia) dan sepuluh bank konvensional dengan unit usaha syariah. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel 10 bank syariah yang terdiri dua Bank Umum Syariah (BUS) dan delapan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah (UUS). Hal ini semata karena adanya kekuranglengkapan data. UUS yang diteliti adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank IFI, Bank Rakyat Indonesia, Bank Jawa Barat, Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia dan HSBC. 4.2. Spesifikasi Model Dalam penelitian ini digunakan alat analisis efisiensi sebuah perusahaan atau industri yaitu Data Envelopment 43 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 Analysis (DEA) dan untuk mencari hubungan antara efisiensi dan skala ekonomi digunakan analisis regresi. Dalam DEA, cara mengukur efisiensi sebagai berikut: 1. Efisiensi teknis perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output dengan input perbankan. DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Miller&Noulas dalam ghofur : 4). m H s = ∑UiYis i =1 n ∑VjXjs j =1 Dimana : Hs : efisiensi teknik bank s Yis : jumlah output i yang diproduksi oleh bank s Xjs : jumlah input j yang digunakan oleh bank s Ui : bobot output i yang dihasilkan oleh bank s Vj : bobot input j yang diberikan oleh bank s, dan dihitung dari 1 ke m serta j dihitung dari 1 ke n 2. Persamaan di atas menunjukkan adanya penggunaan satu variabel input dan satu output. Rasio efisiensi (Hs), kemudian dimaksimalkan dengan kendala sebagai berikut : m ∑UiYir i −1 n ∑VjXjr j =1 ≤1 untuk r = 1,....N Ui dan Vj ≥ 0 Dimana N menunjukkan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya rasio efisiensi perusahaan tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai 1. Suatu bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100%. Sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang semakin rendah atau terjadi inefisiensi. 3. Untuk memaksimasi output dan meminisasi input, digunakan persamaan sebagai berikut : Y* = Yrs + Srs ...........(a) X* = Xjs – Sjs ...........(b) 44 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Dimana : Y* : jumlah output yang sudah dimaksimasi Yrs : jumlah output sebelum dimaksimasi Srs : besaran untuk memaksimasi jumlah output X* : jumlah input yang sudah diminimisasi Xjs : jumlah input sebelum diminimisasi Untuk memaksimisasi output dengan kendala yang sudah ditentukan (given), kendala yang dipergunakan adalah persamaan (a). Sedangkan untuk meminisasi input dengan output yang sudah ditentukan (given), kendala yang dipergunakan adalah persamaan (b). (Hartana, 2003 ; 27). Untuk membandingkan efisiensi dari sejumlah perusahaan, misalkan Hs. Setiap bank menggunakan n jenis input untuk menghasilkan m jenis output. Misal, Xjr>0 merupakan jumlah input j yang digunakan oleh bank r ; dan misalkan Yis>0 merupakan jumlah output i yang dihasilkan oleh bank r. Variabel keputusan (decision variables) dari kasus perbankan syariah di Indonesia tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada setiap input dan output oleh bank. Misal Vj adalah bobot yang diberikan pada input j oleh bank s, dan Ui adalah bobot yang diberikan pada output i oleh bank s. Sehingga Vj dan Ui merupakan variabel keputusan, yaitu variabel yang nilainya akan ditentukan melalui iterasi program linear. Kemudian memformulasikan sejumlah Hs program linear fraksional (fractional linear program), satu formulasi program linear untuk setiap bank di dalam sampel. Fungsi tujuan (objective function) dari setiap program linear fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang total (total weighted output) dari bank s dibagi dengan input tertimbang totalnya. Dengan bantuan program CMOM (Computer Model of Operation Management), tingkat efisiensi dihitung berdasarkan 45 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 data yang tersedia. GOVs: variable dummy kepemilikan bank syariah, untuk Untuk mengetahui hubungan GOV = 1 untuk bank syariah milik antara efisiensi dan skala ekonomi Negara (BUMN) maka digunakan analisis regresi GOV = 0 untuk bank syariah swasta sederhana. Sebagai variabel dependent ε:variabel pengganggu (error term) adalah tingkat efisiensi, dan variabel α, β1, β2, β3 : parameter yang penjelas meliputi logaritma aset diestimasi yang mencerminkan skala usaha, tipe perbankan (BUS) yang diukur dengan Secara lebih spesifik, penelitian ini variabel dummy terhadap dua jenis menggunakan dua BUS yaitu yaitu perbankan yang ada, yaitu bak umum Bank Muamalat Indonesia dan Bank syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah Syariah Mandiri serta delapan UUS, (UUS) dan kepemilikan bank (GOV) yaitu Bank BNI, Bank BRI, Bank BII, yang diukur dengan dummy terhadap Bank HSBC, Bank Jabar, Bank IFI, kepemilikan negara dan swasta. Bank Danamon, dan Bank Bukopin. Spesifikasi digunakan adalah: model yang 4.3. Spesifikasi Variabel. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ξs = α + β1log(As,t) + β2BUSs,t + berbagai variabel yang diambil dari β3GOVs,t + εs,t laporan keuangan masing-masing bank Dimana konvensional dan bank murni syariah ξs : tingkat efisiensi bank s yaitu terdiri dari input dan output yang As : skala usaha bank s, yang diukur diambil dari Bank Indonesia. dalam besarnya asset bank s Pemilihan pendekatan BUSS: variabel dummy untuk jenis intermediasi keuangan ini karena peran bank syariah, BUS = 1 untuk bank umum syariah utama perbankan syariah adalah sebagai intermediasi, meskipun dan BUS = 0 untuk bank lembaga konvensional dengan unit usaha dengan skim bagi-hasil, diharapkan syariah mampu menjembatani antara pihak 46 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Output Input UUS BUS UUS Y : Y 1: pendapatan X1 : biaya bagi- X1 : biaya bunga 1 pendapatan utama hasil X2 : biaya bunga Y 2: pendapatan X2 : biaya lainnya Y : lainnya lainnya 2 X3 : Aset pendapatan Y : volume X : Aset BUS lainnya 3 pembiayaan 3 Y3: volume kredit yang kekurangan dana dengan pihak yang kelebihan dana. 5. Hasil Penelitian 5.1. Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Indonesia 1999-2004 Jika dilihat kondisi efisiensi rata-rata selama enam tahun (19992004), tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Rata-rata tingkat efisiensi perbankan tahun 1999-2004 mencapai 93,19%. Meskipun demikian, terdapat proses peningkatan efisiensi dari tahun ke tahun, dari 88,06% para tahun 1999 menjadi 98,85% pada tahun 2004. Tingkat efisiensi mengalami peningkatan rata-rata 2,35% per tahun. Jika kinerja efisiensi ini diperbandingkan antara BUS dan UUS, BUS memiliki tingkat efisiensi yang sedikit lebih tinggi 1,60% daripada bank umum dengan UUS, dimana BUS memiliki tingkat efisiensi ratarata 94,47% dan bank dengan UUS memiliki tingkat efisiensi 92,87%. Namun dengan dikeluarkannya BNI-46 dan BII dari sampel bank konvensional UUS, maka terlihat bahwa efisiensi BUS sedikit lebih tinggi daripada UUS. Dengan demikian tidaklah dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat efisiensi ini terjadi karena adanya perbedaan struktur organisasi perbankan syariah, yaitu antara jenis BUS dengan jenis UUS. 47 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 Tabel 1. Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Nasional 1999-2004 Jenis Bank BUS UUS UUS (Selain BII & BNI) Rata-rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Ratarata 100 87,925 84,885 95,13 98,875 100 94,47 85,07 87,93 93,76 94,61 97,26 98,57 92,87 92,38 88,50 100 98,92 100 100 96,63 88,06 87,93 91,99 94,71 97,58 98,85 93,19 5.2. Efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Secara umum tidaklah relevan membandingkan tingkat efisiensi antara BUS dan UUS. Kebijakan yang berlaku di Indonesia untuk dilarangnya membuka Office channeling hingga tahun 2004 ini, menyebabkan kedua jenis bank syariah ini harus menanggung biaya infrastruktur yang cukup tinggi. Hal ini bisa dicerminkan dengan rendahnya tingkat efisiensi pada tahun awal penelitian. Namun demikian, karena data yang digunakan dalam penelitian ini masih tercampur antara UUS dan perbankan konvensional induknya, maka proposri biaya infrastruktur pada bank jenis ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan BUS. Jika biaya infrastuktur ini bisa dikeluarkan dari analisis efisiensi, maka dimungkinkan BUS akan tampak lebih efisien dibandingkan UUS. Hasil uji statistik, t-tast, menunjukkan bahwa tidak perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah, dengan derajat keyakinan 10%. (Lihat lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja efisiensi kedua jenis perbankan ini tidaklah berbeda. Hal ini bisa dipahami karena sistem dan kebijakan yang dikembangkan dalam UUS maupun BUS oleh pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia, adalah identik, baik terkait dengan manajemen bank maupun pengukuran kesehatan bank secara umum. Di sisi lain, jika diperbandingkan perkembangan efisiensi kedua jenis bank syariah ini, BUS dan UUS 48 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Tabel 2. Perkembangan Per tahun Efisiensi Perbankan Syariah Nasional 1999-2004 Jenis Bank BUS UUS 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata -12.08% -3.46% 12.07% 3.94% 1.14% 0.32% 3.35% 6.64% 0.90% 2.80% 1.34% 3.01% Sumber: Data, diolah mengalami peningkatan efisiensi. BUS mengalami penurunan efisiensi sejak tahun 1999 hingga 2001 dan meningkat sejak 2002-2004. Di sisi lain, UUS mengalami peningkatan efisiensi dari tahun ke tahun, sehingga secara umum peningkatan efisiensi UUS lebih tinggi daripada BUS. Diperhatikan tingkat efisiensi setiap perbankan, ditemukan bahwa Bank Jabar dan HSBC merupakan bank yang memiliki efisiensi tertinggi sepanjang tahun pengamatan, mencapai 100%. Di sisi lain, bank BNI memiliki tingkat efisiensi terendah, diikuti bank BII dan bank Danamon. Meski demikian tingkat efisiensi ketiga bank tersebut masih di atas 70%. Sedangkan BUS (BMI dan BSM) memiliki tingkat efisiensi rata-rata, berkisar 93 hingga 95%. Dalam perkembangan tahun terakhir, 2004, sebagian besar bank syariah mengalami peningkatan efisiensi, hanya bank BNI dan BII yang mengalami penurunan efisiensi. 5.3. Efisiensi dan Skala Usaha Setelah diperoleh hasil skala efisiensi, maka dianalisis keterkaitannya dengan skala usaha, jenis perbankan dan status kepemilikannya dengan menggunakan analisis regresi. Dari hasil regresi tersebut diperolah hasil bahwa tingkat efisiensi di perbankan syariah tidaklah terkait dengan skala usaha, yang diukur dari tingginya aset. Besarnya aset atau skala usaha perbankan syariah tidak terkait dengan rendahnya biaya perbankan atau efisiensi sebagaimana yang diteorikan dalam ekonomi. Demikian pula tidak terjadi diseconomies of scale, dalam arti semakin kecil skala perbankan syariah tidak semakin mahal pula biaya perbankan yang dimunculkan. (Lihat lampiran 3). 49 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 Demikian juga, struktur perbankan dual (unit usaha syariah) ataupun single (bank umum syariah) tidak banyak mempengaruhi tingkat efisiensi. Di sisi lain, tentang status kepemilikan, juga tidak tampak adanya perbedaan tingkat efisiensi teknis Penelitian ini murni mengukur skala efisiensi teknis dengan teknik nonparametrik. Beberapa kesimpulan yang bisa ditarik adalah, pertama, secara umum, perbankan syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien. Dari 10 bank yang diteliti, tingkat in-efisiensi antara bank syariah swasta maupun bank syariah milik negara. Temuan ini mendukung berbagai temuan sebelumnya di banyak perbankan komersial (konvensional) di berbagai negara. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa skala ekonomi dalam industri perbankan tidak terjadi menurut skala perusahaan dikarenakan fungsi satu bank telah terintegrasi dengan bank lainnya. Dengan demikian, skala ekonomi telah bergeser dari perusahaan menuju fungsional. Di Indonesia, hal ini dapat diamati dari fenomena terdapatnya penggunaan mesin ATM bersama, layanan kartu kredit bersama ataupun pemasaran bersama, sehingga tingkat efisiensi tidak akan tampak dalam skala perusahaan namun dimungkinkan akan tampak dalam skala fungsional suatu industri perbankan nasional (bukan hanya industri perbankan syariah). rata-rata mencapai hanya sekitar 7 persen. Kedua, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah dengan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah. Ketiga, dalam perkembangan selama 6 tahun ini, terdapat peningkatan efisiensi perbankan syariah rata-rata 2,3 persen per tahun. Di sisi lain, ditemukan bahwa tidak terdapat skala ekonomis dalam perbankan syariah di Indonesia. Berarti tidak ada kecenderungan dengan semakin tingginya skala usaha maka akan semakin meningkat efisiensinya. Jika dilihat dari lingkungan kepemilikian dan struktur organisasi (perusahaan), juga disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara status kepemilikan bank ataupun struktur organisasi perbankan terhadap efisiensi teknis perusahaan. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pemilihan bentuk struktur perbankan, antara BUS ataupun UUS, pertimbangan non teknis 50 6. Kesimpulan Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA perlu lebih diutamakan, seperti reputasi perbankan, tingkat ketaatan kepada syariah dan sebagainya. Artinya, dalam kedua jenis struktur tersebut, aspek kontrol manajerial telah dapat diterapkan secara seimbang sehingga mampu menghasilkan tingkat efisiensi DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muh. Syafi’i (2001). Bank Syariah : Dari teori ke praktek. Gema Insan Press dan Tazkia Cendekia, Jakarta. bank swasta maupun bank milik negara, terutama dalam aspek efisiensinya. Demikian pula, dalam kasus perbankan syariah masyarakat tidak perlu lagi membeda-bedakan antara bank swasta maupun bank milik negara, terutama dalam aspek efisiensinya. perlu lagi membeda-bedakan antara bank swasta maupun bank milik negara, terutama dalam aspek efisiensinya. Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru (2006), ”Bank dan Lembaga Keuangan Lain” ed2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Hassan, M. Khabir, 2003 ”Cost, Profit and XEfficiency of Islamic Bank in Pakistan, Iran and Sudan” Penerbit Bank Indonesia (BI) Jakarta. Iswardono S, Permono dan Darmawan, (2000). ”Analisis Efisiensi Industri Perbankan Di Indonesia” (Studi Kasus Bank-Bank Devisa Di Indonesia Tahun 1991-1996). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, UGM, Yogyakarta. 51 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 Karim, Adiwarman (2004), Bank Islam : Analisis fiqih dan keuangan, PT Grafindo Persada, Jakarta. Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Penerbit PT Kreatama, Jakarta. Suad, Husnan (1997), Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Martono, (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Badan Penerbit Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. Mannan, M. Abdul, (1993). Teori dan Praktek ”Ekonomi Islam” PT. Dana Bakti Wakaf, Yokyakarta. Putra, Muh. Hartana Iswadi, 2002. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Nasional Indonesia Mempergunakan Data Envelopment Analisis (DEA), (Studi Kasus Bank-Bank Devisa Pada Tahun 2001) Tesis, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Sjahdeini, Sutan Remy (2005). Perbankan Islam : Dan Kedukukannya Suseno, Priyonggo dan Heri Sudarsono, (2004). Tentang Perbankan Islam : UndangUndang (UU), Peraturan Bank Indonesia (PBI), dan Surat Keputusan Direksi BI (SK-DIR), Penerbit UII Press, Yogyakarta. Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, konsep produk dan implementasi operasional Bank syariah, ed-1, 2002 Jakarta. 52 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Wibowo, Muh. Ghofur (2003). Mengukur Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia : Aplikasi (DEA). IAIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta. Yudistira, Donsyah, 2003 ” Efficiency in Islamic Banking : An Empirical Analysis of 18 Banks” Penerbit Bank Indonesia (BI) Jakarta. ___2000. Modul Pelatihan Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA), PAU Studi Ekonomi, UGM Yogyakarta. ___2000, Laporan Keuangan Auditor Independen Tahun 1999-2000 Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Jakarta. ___2002, Laporan Keuangan Auditor Independen 2001-2002 Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Jakarta. ___2004, Laporan Keuangan Auditor Independen 2003-2004 Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Jakarta. ___2000, Laporan Keuangan Auditor Independen 2000 Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Mandiri, Jakarta. ___2001, Laporan Keuangan Auditor Independen 2001 Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Mandiri, Jakarta. ___2000, Laporan Keuangan Tahun 1999-2000 Perbankan Di Indonesia. ”Direktorat Perbankan Indonesia” Bank Indonesia, Jakarta. ___2002, Laporan Keuangan Tahun 2001-2002 Perbankan Di Indonesia. 53 JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008 ”Direktorat Perbankan Indonesia” Bank Indonesia, Jakarta. ___2004, Laporan Keuangan Tahun 2003-2004 Perbankan Di Indonesia. ”Direktorat Perbankan Indonesia” Bank Indonesia, Jakarta. Lampiran 1 Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 1999-2004 (Dalam Persentase) No Nama Bank 1999 2000 2001 2002 2003 2004 1 Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri Bank IFI BNI BRI Bank Danamon Bank Bukopin Bank Jawa barat BII HSBC 100 100 69.77 90.26 100 100 100 75.85 100 100 97.75 100 100 45.98 100 54.29 67.18 72.42 90.11 82.03 100 74.53 100 100 100 80.71 100 100 100 100 100 100 100 97.67 100 100 100 100 91.66 100 100 100 93.51 100 100 100 100 100 80.31 100 100 100 75.57 100 82.65 100 78.09 100 90.87 100 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber : Data Hasil Input-Output DEA 54 Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Lampiran 2 T-test terhadap Efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Test for Equality of Means Between Series Date: 10/29/07 Time: 12:47 Sample: 1999 2004 Included observations: 6 Method df Value Probability t-test Anova F-statistic 10 (1, 10) 0.465645 0.216826 0.651445 0.651445 Source of Variation df Sum of Sq. Mean Sq. Between Within 1 10 7.728075 356.4188 7.728075 35.64188 Total 11 364.1469 33.10426 Mean 94.47167 92.86667 93.66917 Std. Dev. 6.566483 5.307077 5.753630 Std. Err. of Mean 2.680755 2.166605 1.660930 Analysis of Variance Category Statistics Variable BUS UUS All Count 6 6 12 Lampiran 3 Regresi terhadap Efisiensi Teknis Perbankan Syariah variabel C LX1 BUS GOV R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 118.5159 -0.870343 -3.577356 -0.157367 0.044287 -0.006911 12.43797 8663.377 -234.3118 1.789917 Std. Error t-Statistic 16.88453 7.019197 5.890545 -0.147753 2.370459 -1.509141 3.626513 -0.043393 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) Prob. 0.0000 0.8831 0.1369 0.9655 93.18683 12.39521 7.943726 8.083349 0.865007 0.464707 55