35 ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI

advertisement
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Priyonggo Suseno, SE, MSc.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI)
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Abstract
Financial performance of Islamic banking mainly indicates the longterm
sustainability of the industry. The efficiency level of the industry is the most
important indicator to identify the soundness of banking system. Generally, the
efficiency
Efisiensi mengukur kemampuan indistri untuk menghasilkan output dengan
mempertimbangkan input yang digunakan. Dalam perbankan syariah, tingkat
efisiensi mengukur kemampuan perbankan syariah dalam menjalankan fungsi
intermediasinya sesuai prinsip syariah. Paper ini memiliki dua tujuan utama,
pertama mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia pada periode
2000-2004 dengan pendekatan Data Envelope Analysis (DEA). Tujuan kedua
adalah menganalisis keterkaitan antara tingkat efisiensi dan skala usaha industri
perbankan. Analisis menggunakan regresi data panel dengan input yang
dihasilkan dari analisis DEA.
35
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
kedepan
adalah
pilar
pertama
menyangkut struktur perbankan yang
sehat.(Totok Budisantoso dan Sigit
Triandaru, 2006 ; 26)
Struktur
perbankan
yang
sehat
dan
operasioanal
yang
efisien merupakan inti dari semua
yaitu pada tahun 1997 banyak bank
konvensioanal yang muncul merasakan
adanya sebuah gejolak ekonomi (krisis
moneter) yang akan menghantam
sistem perbankan nasioanal dan hal
tersebut terbukti pada tahun 1998 yang
mana bank-bank yang di likuidasi dan
permasalahan perbankan karena baik
buruknya industri perbankan akan
banyak ditentukan oleh baik tidaknya
struktur yang dibuat dan kebijakan
yang efisien, disamping perlu adanya
fungsi pendukung yang lain, seperti
pengawasan dan pengaturan yang
efektif.
Perbankan merupakan sektor
yang paling besar pengaruhnya dalam
aktifitas perekonomian masyarkat
modern.
Munculnya
perbankan
syariah, diharapkan mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi suatu
masyarakat dengan melakukan kegiatan
perbankan (financial), komersial dan
investasi sesuai dengan prinsip islam. Perkembangan bank syariah pertama
kali kurang begitu mendapat perhatian
baik dari pemerintah (Bank Indonesia
sebagai regulator dan pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan) dan
masyarakat publik sebagai pengguna
jasa. Dalam kurun waktu beberapa
tahun setelah berdirinya bank syariah
di merger dalam jumlah yang besar.
Peraturan
atau
undangundang tentang dibolehkannya bank
syariah beroperasi di indonesia yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada
UU No. 7 Tahun 1992 dan diperbaharui
dengan undang-undang No. 10 tahun
1998. Pada peraturan yang kedua ini
bank syariah diberi hak yang sama
dengan bank konvensional untuk maju
dalam mengembangkan perbankan
nasioanal dan tidak ada pembedaan
antara yang satu dengan yang lain.
Dikeluarkannya
undang-undang
tersebut akan menjadi angin segar bagi
bank syariah untuk berkembang dan
potensi yang begitu besar. Penduduk
Indonesia yang mayoritas umat islam
akan menjadi modal awal bank tersebut
untuk melangkah.
Peraturan Pemerintah Nomor 17
tahun 1999 tentang Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
30) sebagaimana telah beberapa kali
36
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
diubah dan terakhir dengan perbankan
Nomor 47 Tahun 2001 (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 71) bertujuan menciptakan
struktur perbankan domestik yang
sehat yang mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong
pertumbuhan perbankan. Fenomena
munculnya bank-bank besar dan
merger perbankan juga ditujukan untuk
mendapatkan efisiensi. Hukum too big
too fail pada perbankan konvensional
telah mendorong perbankan untuk
meningkatkan skala usaha dalam
pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan selain tersebut
menciptakan industri perbankan yang
kuat dan memiliki daya saing tinggi
menciptakan serta memiliki ketahanan
dalam menghadapi resiko.
Perbankan syariah sebagai
bagian dari industri perbankan
memiliki peran yang tidak berbeda dari
perbankan konvensional lainnya. Sistem
operasional yang berbeda dengan sistem
operasional perbankan perbankan
konvensional, perbankan syariah juga
di tuntut untuk bisa menyalurkan dana
dari para investor kepada para nasabah
yang membututhkan secara efektif
dan efisien. Efektif lebih memiliki
arti sebagai ketepatan pemberian
pembiayaan kepada pihak yang
membutuhkan, sedang efisien lebih
memiliki arti kesesuaian hasil antara
input yang digunakan dengan output
yang di hasilkan.(Ghofur, 2003 : 2)
Efisiensi merupakan akar
permasalahan kesehatan dan sumber
rangka meningkatkan efisiensi. Di sisi
lain, perbankan syariah sebagai suatu
industri baru dan dioperasikan dengan
prinsip yang berbeda dengan perbankan
konvensional belumlah tentu memiliki
pola yang sama.
Dengan
latar
belakang
demikianlah penelitian ini bermaksud
mengungkap tingkat efisiensi yang
dimiliki oleh industri perbankan syariah
di Indonesia, baik yang berbentuk
bank umum syariah ataupun unit usaha
syariah, serta untuk mengetahui terjadi
tidaknya skala ekonomi (economies of
scale) pada perbankan syariah selama
ini.
2. Pertanyaan Penelitian
Secara umum, penelitian
ini bertujuan menjawab beberapa
pertanyaan berikut:
1. Berapa besar tingkat efisiensi
perbankan
syariah
di
Indonesia?
37
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
2. Adakah perbedaan tingkat
efisiensi di Bank Umum Syariah
dan Bank Konvensional yang
memiliki Unit Usaha Syariah?
3. Bagaimana keterkaitan antara
tingkat efisiensi dan skala
ekonomi
pada
perbankan
syariah di Indonesia?
3. Landasan Teori
1.1. Karakteristik Dasar Perbankan
Syariah
Bank
Syariah
adalah
lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang
yang beroperasi disesuaikan prinsipprinsip syariah. (Heri Sudarsono,
2003; 18). Bank Syariah adalah
bank yang beroperasi dengan
tidak mengandalkan pada bunga.
Dengan kata lain, Bank Islam
(Bank Syariah) adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lau lintas
permbayaran
serta
peredaran
uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam. (Muhammad, 2004; 1)
Bank Syariah adalah bank
yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan
dana
maupun
dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan
imbalan atas dasar prinsip syariah
yaitu jual beli dan bagi hasil. (Y. Sri
Susilo, 2000; 110)
Antonio dan Perwaatmadja
membedakan bank syariah menjadi
dua pengertian, yaitu Bank Islam
dan Bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah Islam. Bank Islam
adalah (1) bank yang beropeasi
sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam; (2) adalah bank yang
tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al
Quran dan Hadis. Sementara bank
yang beroperasi sesuai prinsip
syariah Islam adalah bank yang
dalam beroperasinya itu mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata
cara bermuamalat secara Islam.
Dalam tata cara bermuamalat
ini menghindari praktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur
riba dan diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi
hasil dan pembiayaan perdagangan.
(Muhammad, 2004; 1)
38
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Prinsip
utama
yang
digunakan
dalam
kegiatan
perbankan
syariah
adalah:
1. Larangan
riba,
spekulasi
dan
perjudian
dalam
berbagai
bentuk
transaksi.
2. Melakukan kegiatan usaha
Adapun perbadaan bunga dan
bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh
dalam tabel 3.1:
Dengan pengertian diatas, bank syariah
pada prinsipnya memiliki fungsi yang
identik dengan bank konvensional,
yaitu sebagai lembaga intermediasi
perdagangan berdasarkan perolehan keuangan sekaligus penyalur dana
keuntungan yang sah.
sosial dengan menerapkan prinsip
3. Memberikan zakat atas syariah Islam.
keuntungan usahanya
Tabel 3.1.
Perbedaan antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Indikator
Objek kontrak
Penentuan besarnya
hasil
Yang ditentukan
Sistem Bunga
uang
Sebelumnya
Jika terjadi
kerugian
Ditanggung nasabah
Dihitung dari mana
?
Dari dana yang
dipinjamkan, fixed, tetap
Titik perhatian
proyek/usaha
Besarnya bunga yang
harus dibayar nasabah/
pasti diterima bank
Pasti: (%) x jumlah
pinjaman yang telah
diketahui
Berapa besarnya ?
Status hukum
Bunga, besarnya nilai
rupiah
Berlawanan dengan QS.
Luqman: 34
Sistem Bagi Hasil
Barang atau investasi
Sesudah berusaha, sesudah
ada untungnya
Menyepakati proporsi
pembagian untung untuk
masing-masing pihak,
misalnya 50:50, 40: 60, dst
Ditanggung kedua belah
pihak, nasabah dan
lembaga
Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu
besarnya
Keberhasilan proyek/usaha
jadi perhatian bersama:
Nasabah dan Lembaga
Proporsi: (%) x jumlah
untung yang belum
diketahui = belum
diketahui
Melaksanakan QS.
Luqman: 34
Sumber: Muhammad, 2004; 4
39
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
1.1.
Efisiensi sebagai Ukuran
Ditinjau dari teori ekonomi, ada
Kinerja Perbankan Syariah
dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi
Efisiensi didefinisikan sebagai teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi
ekonomi mempunyai sudut pandang
perbandingan antara keluaran (output)
makro yang jangkauannya lebih luas
dengan masukan (input), atau jumlah dibanding efisiensi teknik. Pengukuran
yang dihasilkan dari satu input yang efisiensi teknik cenderung terbatas pada
dipergunakan. Suatu perusahaan dapat
dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah unit
input yang dipergunakan perusahaan
lain untuk menghasilkan output yang
sama, atau menggunakan unit input
yang sama, dapat menghasilkan jumlah
output yang lebih besar. (Permono dan
Darmawan, 2000; 2)
Efisiensi juga bisa diartikan
sebagai rasio antara output dengan input.
Ada tiga faktor yang menyebabkan
efisiensi, yaitu (1) apabila dengan
input yang sama dapat menghasilkan
output yang lebih besar, (2) input yang
lebih kecil dapat menghasilkan output
yang sama, dan (3) dengan input yang
lebih besar dapat menghasilkan output
yang lebih besar lagi. (Ghofur dalam
Atmawardhana, 2006; 40)
hubungan teknis dan operasional dalam
proses konversi input menjadi output.
Akibatnya, usaha untuk meningkatkan
efisiensi hanya memerlukan kebijakan
mikro yang bersifat internal, yaitu
dengan pengendalian dan alokasi
sumberdaya yang optimal. (Ghofur
dalam Atmawardhana, 2006; 41)
Tobin menyebutkan ada empat
faktor yang menyebabkan efisiensi
dalam lembaga keuangan. Faktor
utama adalah efisiensi karena arbitrase
informasi, kedua efisiensi karena
ketepatan penilaian asset-asetnya,
ketiga adalah efisiensi karena lembaga
keuangan bank mampu mengantisipasi
resiko yang muncul, dan yang keempat
adalah efisiensi fungsional, yaitu
berkaitan dengan administrasi dan
mekanisme pembayaran yang dilakukan
oleh sebuah lembaga keuangan.
Termasuk didalam efisiensi fungsional
ini adalah risk pooling, general
insurance, administrasi, dan mobilisasi
dana masyarakat. (Atmawardhana,
40
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
2006; 41)
Efisiensi bank merupakan
salah satu indikator penting untuk
menganalisa performance suatu bank
dan juga sebagai sarana untuk lebih
meningkatkan efektifitas kebijakan
moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2
sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency)
dan keuntungan (profit efficiency). Profit
efficiency sendiri dibedakan menjadi
2 yaitu Standard profit efficiency dan
Alternative profit efficiency. Secara
umum ada 3 pendekatan konsep
dasar model efisiensi sektor finansial
(perbankan) yaitu Cost Efficiency,
Standard Profit Efficiency, dan
Alternatif Profit Efficiency. (Berger dan
Mester dalam Siti Astiyah dan Jardine
A. Husman, 2006; 532).
Cost Efficiency pada dasarnya
mengukur tingkat biaya suatu bank
dibandingkan dengan bank yang
memiliki biaya operasi terbaik (best
practice bank`s cost) yang menghasilkan
output yang sama dengan teknologi
yang sama. Profit Efficiency mengukut
tingkat efisiensi dari kemampuan bank
dalam menghasilkan laba untuk setiap
unit input yang digunakan.
3.3. Penelitian Sebelumnya mengenai
Efisiensi Perbankan
Berbagai penelitian tentang
pengukuran efisiensi perbankan telah
dilakukan. Pendekatan yang digunakan
mulai dari yang sederhana, yaitu rasio
antara output input, pendekatan analisis
input-output atau pendekatan analisis
stokastik.
Iswadi (2002) meneliti tingkat
efisiensi berbagai bank devisa di
Indonesia pada tahun 2001-2002.
Dengan metode DEA, input variabel
yang digunakan adalah beban bunga,
beban operasional, beban operasional
lainnya sedangkan variabel output
adalah pendapatan bunga, pendapatan
operasional lainnya dan pendapatan
non-operasional.
Dengan sampel 45 bank,
penelitian ini menyimpulkan bahwa
pada tahun 2001 dan 2005 kurang dari
50% bank deviesa yang mengelola
input-outputnya
dengan
efisien.
Peningkatan efisiensi tahun 2002
rata-rata mencapai 3,11 %. Pada
tahun 2001 nilai efisiensi bank devisa
terendah adalah 37,5 % dan tertinggi
yaitu 100 % sedang pada tahun 2002
nilai efisiensi terendah adalah 28,29 %
dan tertinggi sebesar 100 %. Rata-rata
efisiensi perbankan devisa dari hasil
41
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
penelitian ini adalah 71,26 % pada
tahun 2001, sedang pada tahun 2002
rata-rata efisiensinnya adalah 74,37 %.
Ditinjau dari kelompok bank
dan rata-rata efisiensi kinerjanya
pada tahun 2001 dan 2002, berturut
kelompok bank devisa asing yang
variabel yang digunakan terdiri dari
upah tenaga kerja, asset tetap, dan total
deposito sedangkan outputnya terdiri
total pinjaman, pendapatan lainnya dan
asset liquid.
Temuan dari penelitian ini adalah
bahwa tahun 2000 merupakan tahun
paling baik, kemudian kelompok bank
devisa campuran, kelompok devisa
persero dan terakhir kelompok bank
devisa swasta.
Wibowo (2003) mengukur
efisiensi perbankan syariah di indonesia
tahun 2002-2003 dengan analisis DEA.
Jumlah bank yang dijadikan sampel
sebanyak 2 bank murni syariah dan 8
bank konvensional dengan unit usaha
syariah. Variabel inputnya yaitu bunga,
biaya lainnya dan aset sedang outputnya
yaitu pendapatan bunga, pendapatan
lainnya dan kredit. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa dari 10
bank terserbut, bank umum syariah
merupakan bank yang paling efisien
dalam menjalankan operasionalnya
bahkan apabila dibanding dengan bank
konvensional yang lainnya tidak kalah
baik kinerjanya.
Yudistira
(2003)
meneliti
tingkat efisiensi 18 perbankan syariah
di berbagai negara, selama 4 (empat)
tahun dari tahun 1997-2000. input
yang paling efisien. Industri perbankan
syariah yang telah berpengalaman
menunjukkan inefisiensi pada tahun
1998 dan 1999 rata-rata sebesar 0,870
dan 0,897 dibandingkan dengan tahun
1997 dan 2000 yang besarnya rata-rata
0,902 dan 0,909. Besarnya inefisiensi
pada tahun 1998 lebih berpengaruh
kepada inefisiensi secara teknis
daripada skala efisiensi yang ada..
Untuk menganalisis besarnya
hubungan efisiensi dan skala, bankbank islam yang mempunyai total asset
lebih dari $600 miliar dikategorikan
sebagai bank besar dan bank-bank yang
mempunyai total asset dibawah $600
miliar dapat dikategorikan sebagai
bank-bank sedang dan kecil. Apabila
dilihat dari skala efisiensi, dapat
terlihat jelas bahwa skala inefisiensi
(diseconomies of scale) terjadi pada
bank-bank besar, dengan skala terendah
yang bernilai 0,915 pada tahun 1998.
Hassan (2003) meneliti tingkat
efisiensi industri perbankan Islam
42
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
di Pakistan, Iran dan Sudan dengan
menggunakan data panel tahun 19942001. Parameter yang digunakan
untuk menghitung efisiensi dari bankbank ini adalah biaya dan keuntungan
dengan
meggunakan alat analisis
Data Envelopment Analysis (DEA).
5 faktor efisiensi dalam DEA seperti
biaya, alokasi, teknis, murni teknis dan
nilai dari besarnya efisiensi yang telah
dihitung dan dihubungkan dengan
teknik akuntansi yang ada. Dari hasil
yang didapat menunjukkan bahwa
dalam rata-ratanya, industri perbankan
islam relative kurang efisiensi apabila
dibandingkan bank-bank konvensional
yang telah ada. Hasil penelitan juga
menunjukkan bahwa, kelima factor
efisiensi yang ada sangat berhubungan
dengan ROA dan ROE. Dengan
hipotesa bahwa factor-faktor efisiensi
tersebut bisa digunakan dengan baik
melalui perbandingan-perbandingan
secara akuntansi yang menggambarkan
kinerja bank-bank yang ada di Pakistan,
Iran dan Sudan.
4. Metode Penelitian.
4.1. Data Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian empiris yang bersifat
kuantitatif. Penelitian ini menguji
menggunakan data panel atas 10 bank
syariah di Indonesia dengan periode
penelitian 1999-2004. Data yang
dipergunakan adalah data tahunan.
Hingga tahun 2004, populasi
perbankan syariah di Indonesia
mencapai 13 bank, yaitu tiga bank
umum syariah (Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Syariah Indonesia) dan sepuluh
bank konvensional dengan unit usaha
syariah. Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian. Penelitian ini
menggunakan sampel 10 bank syariah
yang terdiri dua Bank Umum Syariah
(BUS) dan delapan bank konvensional
yang memiliki unit usaha syariah
(UUS). Hal ini semata karena adanya
kekuranglengkapan data.
UUS
yang diteliti adalah Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank
Negara Indonesia, Bank IFI, Bank
Rakyat Indonesia, Bank Jawa Barat,
Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank
Internasional Indonesia dan HSBC.
4.2. Spesifikasi Model
Dalam penelitian ini digunakan
alat analisis efisiensi sebuah perusahaan
atau industri yaitu Data Envelopment
43
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
Analysis (DEA) dan untuk mencari
hubungan antara efisiensi dan skala
ekonomi digunakan analisis regresi.
Dalam DEA, cara mengukur
efisiensi sebagai berikut:
1. Efisiensi teknis perbankan diukur
dengan menghitung rasio antara
output dengan input perbankan.
DEA akan menghitung bank
yang menggunakan input n untuk
menghasilkan output m yang
berbeda (Miller&Noulas dalam
ghofur : 4).
m
H
s =
∑UiYis
i =1
n
∑VjXjs
j =1
Dimana :
Hs
: efisiensi teknik bank s
Yis : jumlah output i yang diproduksi
oleh bank s
Xjs : jumlah input j yang digunakan
oleh bank s
Ui : bobot output i yang dihasilkan
oleh bank s
Vj : bobot input j yang diberikan oleh
bank s, dan dihitung dari 1 ke m serta
j dihitung dari 1 ke n
2.
Persamaan di atas menunjukkan
adanya penggunaan satu variabel input
dan satu output. Rasio efisiensi (Hs),
kemudian dimaksimalkan dengan
kendala sebagai berikut :
m
∑UiYir
i −1
n
∑VjXjr
j =1
≤1
untuk r = 1,....N
Ui dan Vj ≥ 0
Dimana N menunjukkan
jumlah bank dalam sampel.
Pertidaksamaan
pertama
menunjukkan adanya rasio
efisiensi perusahaan tidak
lebih dari 1, sementara
pertidaksamaan kedua berbobot
positif. Angka rasio akan
bervariasi antara 0 sampai 1.
Suatu bank dikatakan efisien
apabila memiliki angka rasio
mendekati 1 atau 100%.
Sebaliknya jika mendekati 0
menunjukkan efisiensi bank
yang semakin rendah atau
terjadi inefisiensi.
3. Untuk memaksimasi output dan
meminisasi input, digunakan
persamaan sebagai berikut :
Y* = Yrs + Srs ...........(a)
X* = Xjs – Sjs ...........(b)
44
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Dimana :
Y* : jumlah output yang
sudah dimaksimasi
Yrs : jumlah output sebelum
dimaksimasi
Srs
:
besaran
untuk
memaksimasi jumlah output
X* : jumlah input yang sudah
diminimisasi
Xjs : jumlah input sebelum
diminimisasi
Untuk
memaksimisasi
output dengan kendala yang sudah
ditentukan (given), kendala yang
dipergunakan adalah persamaan
(a). Sedangkan untuk meminisasi
input dengan output yang sudah
ditentukan (given), kendala yang
dipergunakan adalah persamaan
(b). (Hartana, 2003 ; 27).
Untuk
membandingkan
efisiensi dari sejumlah perusahaan,
misalkan Hs. Setiap bank
menggunakan n jenis input untuk
menghasilkan m jenis output.
Misal, Xjr>0 merupakan jumlah
input j yang digunakan oleh bank
r ; dan misalkan Yis>0 merupakan
jumlah output i yang dihasilkan
oleh bank r. Variabel keputusan
(decision variables) dari kasus
perbankan syariah di Indonesia
tersebut adalah bobot yang harus
diberikan pada setiap input dan
output oleh bank.
Misal Vj adalah bobot yang
diberikan pada input j oleh bank
s, dan Ui adalah bobot yang
diberikan pada output i oleh bank
s. Sehingga Vj dan Ui merupakan
variabel keputusan, yaitu variabel
yang nilainya akan ditentukan
melalui iterasi program linear.
Kemudian
memformulasikan
sejumlah Hs program linear
fraksional (fractional linear
program), satu formulasi program
linear untuk setiap bank di dalam
sampel. Fungsi tujuan (objective
function) dari setiap program
linear fraksional tersebut adalah
rasio dari output tertimbang total
(total weighted output) dari bank
s dibagi dengan input tertimbang
totalnya. Dengan bantuan program
CMOM (Computer Model of
Operation Management), tingkat
efisiensi dihitung berdasarkan
45
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
data yang tersedia.
GOVs: variable dummy
kepemilikan bank syariah,
untuk
Untuk mengetahui hubungan GOV = 1 untuk bank syariah milik
antara efisiensi dan skala ekonomi Negara (BUMN)
maka digunakan analisis regresi GOV = 0 untuk bank syariah swasta
sederhana. Sebagai variabel dependent ε:variabel pengganggu (error term)
adalah tingkat efisiensi, dan variabel
α, β1, β2, β3 : parameter yang
penjelas meliputi logaritma aset diestimasi
yang mencerminkan skala usaha, tipe
perbankan (BUS) yang diukur dengan Secara lebih spesifik, penelitian ini
variabel dummy terhadap dua jenis menggunakan dua BUS yaitu yaitu
perbankan yang ada, yaitu bak umum Bank Muamalat Indonesia dan Bank
syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah Syariah Mandiri serta delapan UUS,
(UUS) dan kepemilikan bank (GOV) yaitu Bank BNI, Bank BRI, Bank BII,
yang diukur dengan dummy terhadap Bank HSBC, Bank Jabar, Bank IFI,
kepemilikan negara dan swasta.
Bank Danamon, dan Bank Bukopin.
Spesifikasi
digunakan adalah:
model
yang 4.3. Spesifikasi Variabel.
Variabel yang akan digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari
ξs = α + β1log(As,t) + β2BUSs,t + berbagai variabel yang diambil dari
β3GOVs,t + εs,t
laporan keuangan masing-masing bank
Dimana konvensional dan bank murni syariah
ξs : tingkat efisiensi bank s
yaitu terdiri dari input dan output yang
As : skala usaha bank s, yang diukur diambil dari Bank Indonesia.
dalam besarnya asset bank s
Pemilihan
pendekatan
BUSS: variabel dummy untuk jenis
intermediasi keuangan ini karena peran
bank syariah,
BUS = 1 untuk bank umum syariah utama perbankan syariah adalah sebagai
intermediasi,
meskipun
dan BUS = 0 untuk bank lembaga
konvensional dengan unit usaha dengan skim bagi-hasil, diharapkan
syariah
mampu menjembatani antara pihak
46
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Output
Input
UUS
BUS
UUS
Y
: Y 1:
pendapatan X1 : biaya bagi- X1 : biaya bunga
1
pendapatan utama
hasil
X2
:
biaya
bunga
Y 2:
pendapatan X2
:
biaya lainnya
Y
: lainnya
lainnya
2
X3 : Aset
pendapatan Y :
volume X : Aset
BUS
lainnya
3
pembiayaan
3
Y3: volume
kredit
yang kekurangan dana dengan pihak
yang kelebihan dana.
5. Hasil Penelitian
5.1. Tingkat Efisiensi Perbankan
Syariah Indonesia 1999-2004
Jika dilihat kondisi efisiensi
rata-rata selama enam tahun (19992004), tingkat efisiensi perbankan
syariah di Indonesia masih perlu
ditingkatkan. Rata-rata tingkat efisiensi
perbankan tahun 1999-2004 mencapai
93,19%. Meskipun demikian, terdapat
proses peningkatan efisiensi dari tahun
ke tahun, dari 88,06% para tahun
1999 menjadi 98,85% pada tahun
2004. Tingkat efisiensi mengalami
peningkatan rata-rata 2,35% per tahun.
Jika kinerja efisiensi ini
diperbandingkan antara BUS dan UUS,
BUS memiliki tingkat efisiensi yang
sedikit lebih tinggi 1,60% daripada
bank umum dengan UUS, dimana
BUS memiliki tingkat efisiensi ratarata 94,47% dan bank dengan UUS
memiliki tingkat efisiensi 92,87%.
Namun dengan dikeluarkannya BNI-46
dan BII dari sampel bank konvensional
UUS, maka terlihat bahwa efisiensi
BUS sedikit lebih tinggi daripada
UUS. Dengan demikian tidaklah
dapat disimpulkan bahwa perbedaan
tingkat efisiensi ini terjadi karena
adanya perbedaan struktur organisasi
perbankan syariah, yaitu antara jenis
BUS dengan jenis UUS.
47
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
Tabel 1. Tingkat Efisiensi Perbankan
Syariah Nasional 1999-2004
Jenis Bank
BUS
UUS
UUS
(Selain BII
& BNI)
Rata-rata
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Ratarata
100
87,925
84,885
95,13
98,875
100
94,47
85,07
87,93
93,76
94,61
97,26
98,57
92,87
92,38
88,50
100
98,92
100
100
96,63
88,06
87,93
91,99
94,71
97,58
98,85
93,19
5.2. Efisiensi Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah
Secara umum tidaklah relevan
membandingkan tingkat efisiensi
antara BUS dan UUS. Kebijakan yang
berlaku di Indonesia untuk dilarangnya
membuka Office channeling hingga
tahun 2004 ini, menyebabkan
kedua jenis bank syariah ini harus
menanggung
biaya
infrastruktur
yang cukup tinggi. Hal ini bisa
dicerminkan dengan rendahnya tingkat
efisiensi pada tahun awal penelitian.
Namun demikian, karena data yang
digunakan dalam penelitian ini masih
tercampur antara UUS dan perbankan
konvensional induknya, maka proposri
biaya infrastruktur pada bank jenis ini
relatif lebih kecil dibandingkan dengan
BUS. Jika biaya infrastuktur ini bisa
dikeluarkan dari analisis efisiensi,
maka dimungkinkan BUS akan tampak
lebih efisien dibandingkan UUS.
Hasil uji statistik, t-tast,
menunjukkan bahwa tidak perbedaan
yang signifikan antara tingkat efisiensi
perbankan umum syariah (BUS) dan
unit usaha syariah, dengan derajat
keyakinan 10%. (Lihat lampiran 2).
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
efisiensi kedua jenis perbankan ini
tidaklah berbeda. Hal ini bisa dipahami
karena sistem dan kebijakan yang
dikembangkan dalam UUS maupun
BUS oleh pemerintah, dalam hal
ini Bank Indonesia, adalah identik,
baik terkait dengan manajemen bank
maupun pengukuran kesehatan bank
secara umum.
Di sisi lain, jika diperbandingkan
perkembangan efisiensi kedua jenis
bank syariah ini, BUS dan UUS
48
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Tabel 2. Perkembangan Per tahun
Efisiensi Perbankan Syariah Nasional 1999-2004
Jenis Bank
BUS
UUS
2000
2001
2002
2003
2004
Rata-rata
-12.08%
-3.46%
12.07%
3.94%
1.14%
0.32%
3.35%
6.64%
0.90%
2.80%
1.34%
3.01%
Sumber: Data, diolah
mengalami peningkatan efisiensi. BUS
mengalami penurunan efisiensi sejak
tahun 1999 hingga 2001 dan meningkat
sejak 2002-2004. Di sisi lain, UUS
mengalami peningkatan efisiensi dari
tahun ke tahun, sehingga secara umum
peningkatan efisiensi UUS lebih tinggi
daripada BUS.
Diperhatikan tingkat efisiensi
setiap perbankan, ditemukan bahwa
Bank Jabar dan HSBC merupakan
bank yang memiliki efisiensi tertinggi
sepanjang tahun pengamatan, mencapai
100%. Di sisi lain, bank BNI memiliki
tingkat efisiensi terendah, diikuti
bank BII dan bank Danamon. Meski
demikian tingkat efisiensi ketiga bank
tersebut masih di atas 70%. Sedangkan
BUS (BMI dan BSM) memiliki
tingkat efisiensi rata-rata, berkisar 93
hingga 95%. Dalam perkembangan
tahun terakhir, 2004, sebagian besar
bank syariah mengalami peningkatan
efisiensi, hanya bank BNI dan BII yang
mengalami penurunan efisiensi.
5.3. Efisiensi dan Skala Usaha
Setelah diperoleh hasil skala
efisiensi, maka dianalisis keterkaitannya
dengan skala usaha, jenis perbankan
dan status kepemilikannya dengan
menggunakan analisis regresi. Dari
hasil regresi tersebut diperolah hasil
bahwa tingkat efisiensi di perbankan
syariah tidaklah terkait dengan skala
usaha, yang diukur dari tingginya
aset. Besarnya aset atau skala usaha
perbankan syariah tidak terkait dengan
rendahnya biaya perbankan atau
efisiensi sebagaimana yang diteorikan
dalam ekonomi. Demikian pula tidak
terjadi diseconomies of scale, dalam
arti semakin kecil skala perbankan
syariah tidak semakin mahal pula biaya
perbankan yang dimunculkan. (Lihat
lampiran 3).
49
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
Demikian
juga,
struktur
perbankan dual (unit usaha syariah)
ataupun single (bank umum syariah)
tidak banyak mempengaruhi tingkat
efisiensi. Di sisi lain, tentang status
kepemilikan, juga tidak tampak adanya
perbedaan tingkat efisiensi teknis
Penelitian ini murni mengukur
skala efisiensi teknis dengan teknik nonparametrik. Beberapa kesimpulan yang
bisa ditarik adalah, pertama, secara
umum, perbankan syariah di Indonesia
tahun 1999-2004 cukup efisien. Dari 10
bank yang diteliti, tingkat in-efisiensi
antara bank syariah swasta maupun
bank syariah milik negara.
Temuan
ini
mendukung
berbagai temuan sebelumnya di banyak
perbankan komersial (konvensional)
di berbagai negara. Perkembangan
terakhir menunjukkan bahwa skala
ekonomi dalam industri perbankan
tidak terjadi menurut skala perusahaan
dikarenakan fungsi satu bank telah
terintegrasi dengan bank lainnya.
Dengan demikian, skala ekonomi
telah bergeser dari perusahaan menuju
fungsional. Di Indonesia, hal ini dapat
diamati dari fenomena terdapatnya
penggunaan mesin ATM bersama,
layanan kartu kredit bersama ataupun
pemasaran bersama, sehingga tingkat
efisiensi tidak akan tampak dalam skala
perusahaan namun dimungkinkan akan
tampak dalam skala fungsional suatu
industri perbankan nasional (bukan
hanya industri perbankan syariah).
rata-rata mencapai hanya sekitar 7
persen. Kedua, tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat efisiensi
perbankan umum syariah dengan bank
konvensional yang memiliki unit usaha
syariah. Ketiga, dalam perkembangan
selama 6 tahun ini, terdapat peningkatan
efisiensi perbankan syariah rata-rata
2,3 persen per tahun.
Di sisi lain, ditemukan bahwa
tidak terdapat skala ekonomis dalam
perbankan syariah di Indonesia. Berarti
tidak ada kecenderungan dengan
semakin tingginya skala usaha maka
akan semakin meningkat efisiensinya.
Jika dilihat dari lingkungan
kepemilikian dan struktur organisasi
(perusahaan), juga disimpulkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara
status kepemilikan bank ataupun
struktur organisasi perbankan terhadap
efisiensi teknis perusahaan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa dalam pemilihan
bentuk struktur perbankan, antara BUS
ataupun UUS, pertimbangan non teknis
50
6. Kesimpulan
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
perlu lebih diutamakan, seperti reputasi
perbankan, tingkat ketaatan kepada
syariah dan sebagainya. Artinya,
dalam kedua jenis struktur tersebut,
aspek kontrol manajerial telah dapat
diterapkan secara seimbang sehingga
mampu menghasilkan tingkat efisiensi
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muh. Syafi’i (2001).
Bank Syariah : Dari
teori ke praktek.
Gema Insan Press
dan Tazkia Cendekia,
Jakarta.
bank swasta maupun bank milik negara,
terutama dalam aspek efisiensinya.
Demikian pula, dalam kasus
perbankan syariah masyarakat tidak
perlu lagi membeda-bedakan antara
bank swasta maupun bank milik negara,
terutama dalam aspek efisiensinya.
perlu lagi membeda-bedakan antara
bank swasta maupun bank milik negara,
terutama dalam aspek efisiensinya.
Budisantoso, Totok dan Sigit
Triandaru
(2006),
”Bank dan Lembaga
Keuangan Lain” ed2, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta
Hassan, M. Khabir, 2003
”Cost, Profit and XEfficiency of Islamic
Bank in Pakistan, Iran
and Sudan” Penerbit
Bank Indonesia (BI)
Jakarta.
Iswardono S, Permono dan
Darmawan, (2000).
”Analisis
Efisiensi
Industri Perbankan
Di Indonesia” (Studi
Kasus
Bank-Bank
Devisa Di Indonesia
Tahun 1991-1996).
Jurnal Ekonomi dan
Bisnis
Indonesia,
UGM, Yogyakarta.
51
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
Karim, Adiwarman (2004),
Bank Islam : Analisis
fiqih dan keuangan,
PT Grafindo Persada,
Jakarta.
Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia,
Penerbit PT Kreatama,
Jakarta.
Suad,
Husnan
(1997),
Manajemen Keuangan
: Teori dan Penerapan
(Keputusan Jangka
Pendek),
Edisi
Keempat,
Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Martono, (2002). Bank dan
Lembaga Keuangan
Lain, Badan Penerbit
Ekonesia
Fakultas
Ekonomi
UII,
Yogyakarta.
Mannan, M. Abdul, (1993).
Teori dan Praktek
”Ekonomi Islam” PT.
Dana Bakti Wakaf,
Yokyakarta.
Putra, Muh. Hartana Iswadi,
2002. Analisis Efisiensi
Industri
Perbankan
Nasional
Indonesia
Mempergunakan Data
Envelopment Analisis
(DEA), (Studi Kasus
Bank-Bank
Devisa
Pada Tahun 2001) Tesis,
Program Pascasarjana
UGM, Yogyakarta.
Sjahdeini, Sutan Remy (2005).
Perbankan Islam :
Dan Kedukukannya
Suseno, Priyonggo dan Heri
Sudarsono, (2004).
Tentang Perbankan
Islam : UndangUndang
(UU),
Peraturan
Bank
Indonesia (PBI), dan
Surat
Keputusan
Direksi BI (SK-DIR),
Penerbit UII Press,
Yogyakarta.
Tim Pengembangan Perbankan
Syariah,
Institut
Bankir
Indonesia,
konsep
produk
dan
implementasi
operasional
Bank
syariah, ed-1, 2002
Jakarta.
52
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Wibowo, Muh. Ghofur (2003).
Mengukur
Efisiensi
Perbankan Syariah di
Indonesia : Aplikasi
(DEA). IAIN Sunan
Kali Jaga, Yogyakarta.
Yudistira, Donsyah, 2003 ”
Efficiency in Islamic
Banking : An Empirical
Analysis of 18 Banks”
Penerbit Bank Indonesia
(BI) Jakarta.
___2000. Modul Pelatihan
Metodologi Empiris
Data
Envelopment
Analysis (DEA), PAU
Studi Ekonomi, UGM
Yogyakarta.
___2000, Laporan Keuangan
Auditor
Independen
Tahun 1999-2000 Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia, PT. Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia, Jakarta.
___2002, Laporan Keuangan
Auditor
Independen
2001-2002
Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia, PT. Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia, Jakarta.
___2004, Laporan Keuangan
Auditor
Independen
2003-2004
Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia, PT. Bank
Syariah
Muamalat
Indonesia, Jakarta.
___2000, Laporan Keuangan
Auditor
Independen
2000 Bank Syariah
Mandiri, PT. Bank
Syariah
Mandiri,
Jakarta.
___2001, Laporan Keuangan
Auditor
Independen
2001 Bank Syariah
Mandiri, PT. Bank
Syariah
Mandiri,
Jakarta.
___2000, Laporan Keuangan
Tahun
1999-2000
Perbankan Di Indonesia.
”Direktorat Perbankan
Indonesia”
Bank
Indonesia, Jakarta.
___2002, Laporan Keuangan
Tahun
2001-2002
Perbankan Di Indonesia.
53
JOURNAL OF ISLAMIC AND ECONOMICS, Volume 2 No 1 Juni 2008
”Direktorat Perbankan
Indonesia”
Bank
Indonesia, Jakarta.
___2004, Laporan Keuangan
Tahun
2003-2004
Perbankan Di Indonesia.
”Direktorat Perbankan
Indonesia”
Bank
Indonesia, Jakarta.
Lampiran 1
Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Tahun 1999-2004 (Dalam Persentase)
No
Nama Bank
1999
2000
2001
2002
2003
2004
1
Bank
Muamalat
Indonesia
Bank Syariah
Mandiri
Bank IFI
BNI
BRI
Bank
Danamon
Bank Bukopin
Bank Jawa
barat
BII
HSBC
100
100
69.77
90.26
100
100
100
75.85
100
100
97.75
100
100
45.98
100
54.29
67.18
72.42
90.11
82.03
100
74.53
100
100
100
80.71
100
100
100
100
100
100
100
97.67
100
100
100
100
91.66
100
100
100
93.51
100
100
100
100
100
80.31
100
100
100
75.57
100
82.65
100
78.09
100
90.87
100
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber : Data Hasil Input-Output DEA
54
Priyonggo Suseno, SE, MSc., ANALISIS EFISIENSI DAN SKALA EKONOMI
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Lampiran 2
T-test terhadap Efisiensi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Test for Equality of Means Between Series
Date: 10/29/07 Time: 12:47
Sample: 1999 2004
Included observations: 6
Method
df
Value
Probability
t-test
Anova F-statistic
10
(1, 10)
0.465645
0.216826
0.651445
0.651445
Source of Variation
df
Sum of Sq.
Mean Sq.
Between
Within
1
10
7.728075
356.4188
7.728075
35.64188
Total
11
364.1469
33.10426
Mean
94.47167
92.86667
93.66917
Std. Dev.
6.566483
5.307077
5.753630
Std. Err.
of Mean
2.680755
2.166605
1.660930
Analysis of Variance
Category Statistics
Variable
BUS
UUS
All
Count
6
6
12
Lampiran 3
Regresi terhadap Efisiensi Teknis Perbankan Syariah
variabel
C
LX1
BUS
GOV
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient
118.5159
-0.870343
-3.577356
-0.157367
0.044287
-0.006911
12.43797
8663.377
-234.3118
1.789917
Std. Error
t-Statistic
16.88453
7.019197
5.890545
-0.147753
2.370459
-1.509141
3.626513
-0.043393
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
Prob.
0.0000
0.8831
0.1369
0.9655
93.18683
12.39521
7.943726
8.083349
0.865007
0.464707
55
Download