BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.2 Kinerja Keuangan Setiap investor pasti menghendaki keuntungan dari dana yang telah diinvestasikan. Oleh sebab itu, sangat penting bagi investor untuk menentukan pada perusahaan mana ia akan berinvestasi. Menurut Anoraga dan Pijipakarti (2006:60) ”Hal-hal yang diperhatikan investor adalah kinerja perusahaan, perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro ekonomi.” Menurut Suad Husnan (2005:54) ”Sebelum pemodal melakukan investasi pada sekuritas, perlu dirumuskan terlebih dahulu kebijakan investasi, menganalisis laporan keuangan, dan mengevaluasi kinerja perusahaan.” Hal ini perlu dilakukan agar investor memiliki pertimbangan mengenai perusahaan yang akan ditanam investasi. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan, investor dapat menilai potensi perusahaan di masa yang akan datang. Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio keuangan. Menurut Arief Habib (2008:91) bahwa ”Kinerja perusahaan diukur dengan banyak indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan.” Untuk melakukan analisis rasio keuangan tersebut diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Menurut Rory Knight (2001:74), ”Rasio keuangan merupakan alat utama untuk analisis laporan keuangan yang memberikan dasar untuk menilai sebuah bisnis dan penilaian kesehatan keuangan perusahaan.” Menurut James C. Van Horne dan Jhon M. Wachowicz, JR. (2005:201) “agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analis keuangan perlu melakukan “pemeriksaan”atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan.Alat yang sering kali di gunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio).” Menurut Eugene F. Bringham (2003:88) “nilai riil dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan deviden di masa depan.” dari sudut pandang seorang investor, analisis laporan keuangan adalah alat untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi keuangan di masa depan, dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa depan.” menurut Eugene F. Brigham (2003:89-103), kinerja keuangan dapat ditinjau melalui berbagai pendekatan yaitu sebagai berikut : a) Rasio Likuiditas (Liqudity Ratios) Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa di dapat mengenai kompetensi keuangan perusahaan saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah. Kinerja likuditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek yang dimilikinya, perusahaan bisa mengetahui baik buruknya kinerja likuiditas bisa dilihat melalui perhitungan rasio likuditasnya. Bagi perusahaan yang tidak likuid secara terus menerus akan berakibat menumpuknya kewajiban jangka pendek dan akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka panjang, sehingga prusahaan dinilai beresiko untuk investor. Menurut Eugene F. Brigham (2003:89-90) ” Rasio likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Current Ratio, Quick Ratio/Accid Test Ratio. b) Rasio Aktivitas (Assets Activiy Ratios) Rasio aktivitas juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Kinerja aktivitas dapat diketahui dengan melihat rasio aktivitas (activity ratios) perusahaan. Oleh sebab itu, rasio aktiva ini disebut juga assets activiy ratios atau turnover ratios. Kinerja aktivitas merupakan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva tersebut. Menurut Eugene F. Brigham (2003:91-94) ”Rasio aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus inventory turnover ratio, Days sales outstanding ratio, fixed assets turnover rati, total assets turnover rati.” c) Rasio Laverage (Financial Leverage Ratios) Rasio Laverage digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menggunakan hutang, beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Menurut Eugene F. Brigham (2003:94-98) ”Rasio Laverage dapat dihitung menggunakan rumus Debt Ratio, Times-Interest-Earned Ratio, EBITDA Coverage Ratio.” d) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios) Rasio ini memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio tersebut merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya. Rasio profitabilitas dilihat dari kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan mebandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Lawrence. J Gitman (2008:62-65) ”Rasio Profitabilitas dapat dihitung menggunakan rumus Net Profit Margin, Gross Profit Margin,Earning per Share, Return on Total Assets, Return on Common Equit, Operatin Profit Margin.” e) Rasio Pasar (market value ratios) Rasio Pasar merupakan pendekatan nilai pasar didasarkan kepada perkiraan laba per saham di masa yanga akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi suatu saham akan kembali. Menurut Eugene F. Brigham (2003:102) ”Rasio Pasar dapat dihitung menggunakan rumus Price/Earnings (P/E) Ratio, Price/Cash Flow Ratio,Market/Book (M/B) Ratio.” 2.1.2.1 Kinerja Profitabilitas Profitabilitas sering dipakai sebagai tes akhir efektivitas operasi perusahaan, karena profitabilitas menunjukkan efisiensi dan kinerja keseluruhan. Tujuan profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang optimal sehingga shareholder dan pemegang saham akan tetap menjadi penyedia modal pada perusahaan tersebut. Untuk mengetahui baik buruknya profitabilitas suatu perusahaan, digunakan sebuah rasio yang disebut rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas ini dilihat dari kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara produktif. Rasio ini akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik. Menurut Lawrence. J Gitman (2008:62-65), Rasio profitabilitas dapat dihitung menggunakan beberapa pendekatan yaitu : a) Profit Margin on Sale / Net Profit Margin (NPM) NPM adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan, rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional. Karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih, NPM sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan beban-beban yang berkaitan dengan penjualan. Seluruh efisiensi perusahaan dapat dievaluasi menggunakan NPM, baik bagian produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga, maupun manajemen pajak. Jika suatu perusahaan menurunkan beban relatifnya terhadap penjualan, maka perusahaan tentu akan mempunyai lebih banyak dana untuk kegiatan-kegiatan kegiatan kegiatan usaha lainnya. Dua perusahaan yang berbeda dengan hasil penjualan yang sama belum tentu menghasilkan laba bersih yang sama pula sehingga tingkat efisiensinya juga berbeda. Rumus NPM sebagai berikut: Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:64) Sebelum menjadi persentase, nilai NPM ini be berada rada diantara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka semakin efisien total biaya yang dikeluarkan, semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Apabila GPM dalam satu periode tidak berubah sedangkan NPM mengalami penurunan, penurunan maka berarti bahwa peningkatan biaya relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. b) Gross Profit Margin GPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. Ini merupakan ukuran efisiensi operasi perusahaan perusahaa dan juga indikasi penetapan harga produk. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka GPM akan menurun, begitu juga sebaliknya. Berikut adalah rumus mencari GPM : Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:62) Sebelum menjadi persentase, nilai GPM berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai GPM semakin mendekati satu, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan. Artinya, semakin besar tingkat kembalian keuntungan keuntun yang diperoleh suatu perusahaan. c) Earning per Share (EPS) EPS merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan, EPS adalah salah alah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar rumus EPS adalah sebagai berikut: Sumber: Lawrence. J Gitman ((2008:64) d) Return on Total Assets (ROA) Return on assets (ROA) berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA kadang-kadang kadang disebut juga return on investment (ROI). ROA juga menunjukkan seberapa baik suatu perusahaan mengendalikan biaya dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA maka akan semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Rumus ROA adalah sebagai berikut : Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:65) e) Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan d memanfaatkan ekuitas ((shareholder’s equity)) yang dimiliki oeh perusahaan. Rumus ROE adalah sebagai berikut : Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:65) f) Operating Profit Margin (OPM) OPM mengukur persentase dari setiap penjualan yang tersisa setelah semua biaya dan beban selain bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Ini merupakan "keuntungan murni" yang diperoleh dari setiap dolar penjualan. Disebut laba operasi "murni" karena mereka hanya mengukur keuntungan yang diperoleh dari operasional dan mengabaikan bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Nilai OPM yang tinggi lebih disukai oleh perusahaan. Rumus OPM adalah sebagai berikut Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:63) 2.1.3 Pasar Modal 2.1.3.1 Devinisi Pasar Modal Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:322), ”Pasar modal (capital market), ), berhubungan dengan obligasi dan saham. Dalam pasar modal terdapat pasar perdana dan sekunder, pasar perdana (primary market) adalah pasar untuk ”penerbitan” baru. Di pasar inilah dana dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas tersebut kepada para penerbit sekuritas. Di pasar sekunder ((secondary secondary market market), semua sekuritas yang telah ada dibeli dan dijual. Transaksi untuk sekuritas yang telah ada ini tidak memberikan tambahan dana untuk membiayai investasi modal.” mo Menurut Dahlan Siamat (2004:249), ”Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek efek efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.” Tandelilin (2001:13) mendefinisikan ”Pasar modal sebagai tempat pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.” dan menurut Robbert Ang (1997:3.3), ”Pasar modal dapat dikatakan sebagai suatu situasi dimana para penjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap terha pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang dipertukarkan di sini adalah modal.” Berdasarkan definisi-definisi definisi pasar modal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang kelebihan da dana na dengan pihak yang memiliki keterbatasan dana. Pihak yang kelebihan dana dapat melakukan investasi dalam bentuk surat berharga terutama saham dan obligasi. Kemudian dari investasi tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan berupa deviden atau capital gain. Dengan begitu, akan tercipta hubungan mutualisme antara pihak yang kelebihan dana dengan perusahaan yang memiliki ketebatasan dana. Bagi pihak yang kelebihan dana, dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return optimal, sedangkan bagi perusahaan yang memiliki keterbatasan dana, akan memperoleh dana tambahan yang dapat digunakan untuk menjamin kelancaran operasional perusahaan. 2.1.3.2 Bentuk Pasar Modal Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:322), bentuk pasar modal ada beberapa macam yaitu : 1. Pasar Perdana (primary market) Yaitu pasar untuk ”penerbitan” baru. Di pasar inilah dana dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas tersebut kepada para penerbit sekuritas 2. Pasar Sekunder (secondary market), Yaitu semua sekuritas yang telah ada dibeli dan dijual. Transaksi untuk sekuritas yang telah ada ini tidak memberikan tambahan dana untuk membiayai investasi modal. Jika James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. Menggolongkan pasar modal menjadi dua jenis, Jogiyanto Hartono (2008:29), menggolongkan jenis pasar modal menjadi empat jenis yaitu: 1. Pasar Perdana Yaitu pasar yang menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan. Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten. Pada pasar primer harga yang telah ditentukan tidak akan berubah dan hanya berlaku pada saat pembelian saham. 2. Pasar Sekunder Tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar atau perdagangan saham setelah melewati masa penawaran di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual, sehingga berubah-ubah dan berfluktuasi sesuai dengan supply dan demand. 3. Pasar Ketiga Merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker, makelar, atau wali amanat atau pialang yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pada pasar ketiga, harga ditentukan berdasarkan sistem penawaran. 4. Pasar Keempat Pasar modal yang dilakukan berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. jaringan komunikasi untuk 2.1.3.3 Instrumen yang Digunakan dalam Pasar Modal Dahlan Siamat (2004:267) mengatakan ”Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal.” Menurut Dahlan Siamat (2004:268-274) berikut adalah instrumen yang digunakan di pasar modal: 1. Saham, yaitu surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. 2. Obligasi, yaitu bukti utang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. 3. Right, yaitu hak yang diberikan kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan oleh suatu perusahaan. 2.1.4 Saham Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:372), ”Saham adalah bukti kepemilikan perusahaan, pemegang saham adalah pemilik akhir perusahaan, secara kolektif mereka memiliki perusahaan dan menanggung resiko akhir yang berkaitan dengan kepemilikan.” Menurut Rusdin (2006:68) ”Saham adalah sertifikat yang menunjukkan kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.”Dahlan Siamat (2004:268) mengatakan bahwa ”Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas.” dan menurut Robbert Ang (1997:6.2) ”Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.” Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa saham adalah sertifikat yang menunjukkan tanda penyertaaan atau bukti pemilikan seseorang atau institusi perusahaan dimana pemegang saham tersebut memiliki hak klaim terhadap pengahasilan dan aktiva perusahaan, serta bertanggung jawab menanggung resiko jika perusahaan mengalami kerugian. 2.1.4.1 Jenis Saham Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007: 368-372), dia membedakan Saham menjadi tiga jenis yaitu Saham Preferen, Saham Biasa dan Saham Treasury. 1) Saham Preferen Saham Preferen (preferred stock) adalah bentuk hibrida dari pendanaan, yang menggabungkan fitur utang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, klaim pemegang saham preferen atas aktiva akan berada di bawah para kreditor tetapi di atas pemegang saham biasa. Biasanya, klaim ini dibatasi sebesar nilai nominal sahamnya. 2) Saham Biasa Saham Biasa adalah sekuritas yang menunjukkan posisi kepemilikan (dan resiko) terakhir atas suatu perusahaan, pemegang saham adalah pemilik akhir perusahaan, secara kolektif mereka memiliki perusahaan dan menanggung resiko akhir yang berkaitan dengan kepemilikan. Akan tetapi, tanggung jawab mereka dibatasi hanya pada jumlah investasi mereka. Jika terjadi likuidasi, pemegang saham biasa memiliki klaim residual atas aktiva perusahaan setelah klaim seluruh kreditor dan para pemegang saham preferen diselesaikan secara penuh, saham biasa sama halnya dengan saham preferen, tidak memiliki waktu jatuh tempo. Akan tetapi, para pemegang saham masih dapat mengakhiri investasi mereka dengan menjual sahamnya ke pasar sekunder. 3) Saham Treasury Saham Treasury adalah saham biasa yang telah dibeli kembali dan dimiliki oleh perusahaan yang menerbitkan. Rusdin (2006:69) mengatakan bahwa berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Saham atas unjuk (bearer stock) Saham atas unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. b. Saham atas nama (registered stock) Saham atas nama adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Apabila akan dialihkan, harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Tabel 2.1 Perbedaan Saham Atas Unjuk Dengan Saham Atas Nama No. Saham atas unjuk (bearer stock) Saham atas nama (registered stock) 1 Prosedur perdagangan mudah dan cepat Prosedur perdagangan perlu waktu, karena perlu pemindahan nama kepemilikan (registrasi) 2 Tidak perlu daftar pemilik saham Harus ada pihak yang mencatat nama atau daftar pemilik saham 3 Sulit diketahui dan mudah dipantau Nama pemilik saham mudah diketahui dan mudah dipantau 4 Sulit diganti jika terjadi kehilangan Jika terjadi kehilangan, mudah diganti 5 Lebih mudah Lebih sulit dipalsukan dipalsukan Sumber : Rusdin (2006:69) 2.1.4.2 Harga Saham Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:374-375), terdapat tiga jenis nilai saham, yaitu nilai nominal, nilai buku, dan nilai pasar. Nilai nominal hanya merupakan angka yang tercatat dalam AD/ART perusahaan dan memiliki nilai ekonomis yang kecil, nilai buku adalah ekuitas pemegang saham, dan nilai pasar adalah harga perdagangan saat ini, nilai pasar inilah yang menunjukkan fluktuasi harga suatu saham. 2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Banyak faktor yang bisa mempengaruhi harga saham seperti yang bisa di lihat dari gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Sumber : Fundamental of Financial ManagementJ. Fred Weston dan Eugene F. Bringham 2004 Dari model di atas terlihat dengan jelas terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, tetapi dapat di simpulkan bahwa setidaknya ada dua faktor utama yang mempengaruh harga saham yaitu tingkat aktivitas perekonomian, dan kondisi pasar modal itu sendiri, sedangkan selain itu, merupakan faktor eksternal yang sifatnya memaksa, seperti hukum ”antitrust” dan regulasi yang sifatnya berubah-ubah. Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Bringham (2004:26) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut: 1. Earnings per share Investor yang melakukan investasi tentunya mengharapkan keuntungan yang optimal dari saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang akan diterima, maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan investor terhadap kemampuan perusahaan emiten dalam menggunakan sumber daya dan menghasilkan keuntungan. Hal ini akan mendorong para investor melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham akan terus meningkat. 2. Tingkat bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi saham melalui dua cara : a) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi. Jika suku bunga naik, maka investor akan mendapatkan hasil yang lebih besar dari obligasi sehingga mereka akan segera menjual saham mereka untuk ditukarkan dengan obligasi. Pertukaran ini akan menurunkan harga saham. Begitu juga sebaliknya. b) Mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi bunga semakin rendah laba perusahaan dan suku bunga mempengaruhi kegiatan ekonomi maka akan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah kas deviden yang dibagikan Semakin besar jumlah kas deviden yang akan dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin menarik bagi para investor untuk berinvestasi saham di sebuah perusahaan. 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Besarnya nilai laba yang dihasilkan perusahaan menciptakan kepercayaan investor terhadap perusahaan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar, sehingga investasi yang ditanam investor tidak akan mengalami kerugian. Kepercayaan ini akan mendorong para investor untuk segera menanam modal lebih banyak lagi pada perusahaan. 5. Tingkat risiko dan tingkat pengembalian Jika tingkat risiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi risiko semakin tinggi tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Penelitaian yang membahas mengenai hubungan antara profitabilitas terhadap harga saham salah satunya adalah penelitian dari Widianti dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Subsektor Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesiapada tahun 2009 menyatakan bahwa “secara simultan profitabilitas yang diukur menggunakan NPM dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia, namun secara parsial hanya variabel ROA yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor telekomunikasi sedangkan variabel NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor telekomunikasi.” Penelitian lain yang meneliti mengukur pengaruh profitabilitas terhadap harga saham lainnya adalah penelitian Puji Santi Astutik dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Indeks (Jii) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) pada tahun 2009 menyatakan bahwa “Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa variabel OPM dan PER berpengaruh positif signifikan terhadap variabel Harga Saham. Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh signifikan, sehingga OPM berpengaruh terhadap harga saham. Menurut Anorga dan Pijipakarti (2006:109) mengatakan bahwa “Biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.” 2.2 Kerangka Pemikiran Dalam membuat suatu keputusan investasi, calon investor membutuhkan informasi mengenai potensi perusahaan yang akan ditanami investasi. Para calon investor bisa mengetahui bagaimana potensi perusahaan dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan di masa lalu dan masa kini. Dengan mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan di masa lalu dan masa kini maka para investor bisa menentukan baik buruknya potensi perusahaan untuk memberikan keuntungan di masa depan, untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan hal yang perlu dilakukan adalah melakukan analisis keuangan, ada banyak cara dalam melakukan anlisis keuangan, salah satunya adalah menggunakan analisis rasio keuangan. Dari analisis rasio keuangan tersebut, suatu kinerja keuangan dapat dilihat menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan profitabilitas. Rasio profitabilitas dilihat dari kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan mebandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Pada umumnya perusahaan yang dipilih para investor untuk berinvestasi merupakan perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan motif investasi, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Rasio profitabilitas dapat diukur menggunakan enam pendekatan, diantaranya adalah Net Profit Margin (NPM), Earnings Per Share (EPS) dan Operating Profit Margin (OPM). Net Profit Marginadalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan, rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional. Karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih,Sebelum menjadi persentase, nilai NPM ini berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka semakin efisien total biaya yang dikeluarkan, semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Apabila GPM dalam satu periode tidak berubah sedangkan NPM mengalami penurunan, maka berarti bahwa peningkatan biaya relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. Earnings Per Share merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan, EPS adalah salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar Operating Profit Marginmengukur persentase dari setiap penjualan yang tersisa setelah semua biaya dan beban selain bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Ini merupakan "keuntungan murni" yang diperoleh dari setiap dolar penjualan. Disebut laba operasi "murni" karena mereka hanya mengukur keuntungan yang diperoleh dari operasional dan mengabaikan bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Harga saham adalah harga yang tercatat di bursa yang terbentuk dari adanya proses tawar menawar atas jual dan beli yang terjadi dalam perdagangan saham di pasar regular. Karena harga saham memiliki nilai yang berbeda-beda pada setiap waktu, maka dalam penelitian ini harga saham dibatasi hanya untuk harga saham yang terbentuk pada saat penutupan transakasi per tiga bulan. Harga saham ini akan terbentuk apabila terjadi kesepakatan antara investor yang akan bertransaksi.Harga saham ini sangat penting artinya bagi sebuah perusahaan, karena harga saham mencerminkan tinggi rendahnya nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan di masyarakat. Semakin rendah harga saham, maka semakin rendah pula nilai perusahaan di masyarakat. Perusahaan dengan nilai yang tinggi akan menjadi tujuan investasi banyak investor. Para investor juga akan sanggup membeli saham dengan harga berapapun untuk memiliki saham perusahaan yang bernilai tinggi tersebut. Hal ini dikarenakan nilai perusahaan berkaitan dengan psikologi investor yang menanam saham pada suatu perusahaan tersebut. Memiliki saham dari perusahaan yang bernilai tinggi akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi investor, begitu pula sebaliknya. Maka perusahaan yang menerbitkan saham, akan berusaha untuk terus menjaga atau menaikkan harga sahamnya, para investor lebih banyak memilih menanamkan investasi pada perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi, karena dengan rasio profitabilitas yang tinggi maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. Jika rasio profitabilitas rendah maka para investor bisa dengan cepat memperbaiki keputusan investasinya. Profitabilitas yang tinggi akan mendorong para investor untuk meningkatkan jumlah kepemilikan saham di perusahaan dengan cara membeli saham sehingga akan meningkatkan harga saham, sebaliknya profitabilitas yang rendah dapat mendorong para investor untuk mengurangi kepemilikan saham dengan menjual saham sehingga harga saham akan turun. Hubungan antara rasio profitabilitas dengan harga saham bersifat hubungan positif, sehingga jika rasio profitabilitas perusahaan meningkat maka harga saham juga akan meningkat begitu pula sebaliknya jika rasio profitabilitas menurun, maka harga saham juga akan menurun. Dampak dari naiknya harga saham akan menarik minat para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena nilai saham merupakan identitas bagi para investor, sedangkan jika harga saham perusahaan tersebut menurun, sulit untuk bisa mendapatkan investor dalam jumlah yang banyak. Dengan adanya jumlah investor yang banyak maka perusahaan akan mendapatkan modal yang besar untuk mengembangkan usahanya, dan jika jumlah investor sedikit maka akan membuat perusahaan kesulitan untuk mengembangkan usahanya karena kekurangan modal. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran penelitian pengaruh profitabilitas terhadap harga saham dapat dilihat pada Gambar 2.2: Kinerja Keuangan Kinerja Likuiditas NPM Kinerja Aktivitas GPM Kinerja Profitabilitas Kinerja Solvabilitas (laverage) EPS ROA ROE Harga Saham Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Keterangan : Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti Kinerja Pasar OPM 2.3 Hipotesis Menurut Kusnendi & Edi Suryadi (2005:27), “Hipotesis adalah jawaban tentatif (sementara) terhadap masalah penelitian yang dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang kebenarannya perlu diuji secara empiris”. Sedangkan menurut Kerlinger (2003:30), “Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua avariabel atau lebih, serta menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya”. Berdasarkan uraian sebelumnya penulis merumuskan hipotesis terdapat pengaruh profitabilitas terhadap harga saham