BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.2
Kinerja Keuangan
Setiap investor pasti menghendaki keuntungan dari dana yang telah diinvestasikan. Oleh
sebab itu, sangat penting bagi investor untuk menentukan pada perusahaan mana ia akan
berinvestasi. Menurut Anoraga dan Pijipakarti (2006:60) ”Hal-hal yang diperhatikan investor
adalah kinerja perusahaan, perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan
makro ekonomi.”
Menurut Suad Husnan (2005:54) ”Sebelum pemodal melakukan investasi pada sekuritas,
perlu dirumuskan terlebih dahulu kebijakan investasi, menganalisis laporan keuangan, dan
mengevaluasi kinerja perusahaan.” Hal ini perlu dilakukan agar investor memiliki pertimbangan
mengenai perusahaan yang akan ditanam investasi. Dengan mengetahui kinerja keuangan
perusahaan, investor dapat menilai potensi perusahaan di masa yang akan datang.
Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan atas
berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan atau analisis rasio
keuangan. Menurut Arief Habib (2008:91) bahwa ”Kinerja perusahaan diukur dengan banyak
indikator, salah satunya adalah analisis rasio keuangan.” Untuk melakukan analisis rasio
keuangan tersebut diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek
tertentu.
Menurut Rory Knight (2001:74), ”Rasio keuangan merupakan alat utama untuk analisis
laporan keuangan yang memberikan dasar untuk menilai sebuah bisnis dan penilaian kesehatan
keuangan perusahaan.”
Menurut James C. Van Horne dan Jhon M. Wachowicz, JR. (2005:201) “agar dapat
mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analis keuangan perlu melakukan
“pemeriksaan”atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan.Alat yang sering kali di
gunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio).”
Menurut Eugene F. Bringham (2003:88) “nilai riil dari laporan keuangan terletak pada
kenyataan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan
deviden di masa depan.” dari sudut pandang seorang investor, analisis laporan keuangan adalah
alat untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan
keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi keuangan di masa depan, dan yang
lebih penting, sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan yang akan meningkatkan kinerja
perusahaan di masa depan.” menurut Eugene F. Brigham (2003:89-103), kinerja keuangan dapat
ditinjau melalui berbagai pendekatan yaitu sebagai berikut :
a) Rasio Likuiditas (Liqudity Ratios)
Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan
kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang
tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini banyak pandangan ke
dalam yang bisa di dapat mengenai kompetensi keuangan perusahaan saat ini dan
kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah.
Kinerja likuditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
jangka pendek yang dimilikinya, perusahaan bisa mengetahui baik buruknya kinerja
likuiditas bisa dilihat melalui perhitungan rasio likuditasnya. Bagi perusahaan yang
tidak likuid secara terus menerus akan berakibat menumpuknya kewajiban jangka
pendek dan akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajiban
jangka panjang, sehingga prusahaan dinilai beresiko untuk investor.
Menurut Eugene F. Brigham (2003:89-90) ” Rasio likuiditas dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Current Ratio, Quick Ratio/Accid Test Ratio.
b) Rasio Aktivitas (Assets Activiy Ratios)
Rasio aktivitas juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur
seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Kinerja aktivitas dapat
diketahui dengan melihat rasio aktivitas (activity ratios) perusahaan. Oleh sebab itu,
rasio aktiva ini disebut juga assets activiy ratios atau turnover ratios. Kinerja aktivitas
merupakan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva tersebut.
Menurut Eugene F. Brigham (2003:91-94) ”Rasio aktivitas dapat dihitung
dengan menggunakan rumus inventory turnover ratio, Days sales outstanding ratio,
fixed assets turnover rati, total assets turnover rati.”
c) Rasio Laverage (Financial Leverage Ratios)
Rasio Laverage digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan
menggunakan hutang, beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang
berarti mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
Menurut Eugene F. Brigham (2003:94-98) ”Rasio Laverage dapat dihitung
menggunakan rumus Debt Ratio, Times-Interest-Earned Ratio, EBITDA Coverage
Ratio.”
d) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio ini memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan
penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual.
Rasio tersebut merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan
indikasi dari cara produk ditetapkan harganya. Rasio profitabilitas dilihat dari
kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara
produktif. Dengan demikian kinerja profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui
dengan mebandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah
aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio berarti semakin
baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Menurut Lawrence. J Gitman (2008:62-65) ”Rasio Profitabilitas dapat dihitung
menggunakan rumus Net Profit Margin, Gross Profit Margin,Earning per Share,
Return on Total Assets, Return on Common Equit, Operatin Profit Margin.”
e) Rasio Pasar (market value ratios)
Rasio Pasar merupakan pendekatan nilai pasar didasarkan kepada perkiraan
laba per saham di masa yanga akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama
investasi suatu saham akan kembali. Menurut Eugene F. Brigham (2003:102) ”Rasio
Pasar dapat dihitung menggunakan rumus Price/Earnings (P/E) Ratio, Price/Cash
Flow Ratio,Market/Book (M/B) Ratio.”
2.1.2.1 Kinerja Profitabilitas
Profitabilitas sering dipakai sebagai tes akhir efektivitas operasi perusahaan, karena
profitabilitas menunjukkan efisiensi dan kinerja keseluruhan. Tujuan profitabilitas berkaitan
dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang optimal sehingga
shareholder dan pemegang saham akan tetap menjadi penyedia modal pada perusahaan tersebut.
Untuk mengetahui baik buruknya profitabilitas suatu perusahaan, digunakan sebuah rasio yang
disebut rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas ini dilihat dari kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara produktif. Rasio ini akan menunjukkan kombinasi efek dari
likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Semakin tinggi rasio ini maka
akan semakin baik.
Menurut Lawrence. J Gitman (2008:62-65), Rasio profitabilitas dapat dihitung
menggunakan beberapa pendekatan yaitu :
a) Profit Margin on Sale / Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah
memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan, rasio ini berfungsi untuk
mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal
ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya
operasional. Karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih, NPM
sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan
beban-beban yang berkaitan dengan penjualan. Seluruh efisiensi perusahaan dapat
dievaluasi menggunakan NPM, baik bagian produksi, administrasi, pemasaran,
pendanaan, penentuan harga, maupun manajemen pajak. Jika suatu perusahaan
menurunkan beban relatifnya terhadap penjualan, maka perusahaan tentu akan
mempunyai lebih banyak dana untuk kegiatan-kegiatan
kegiatan kegiatan usaha lainnya. Dua
perusahaan yang berbeda dengan hasil penjualan yang sama belum tentu
menghasilkan laba bersih yang sama pula sehingga tingkat efisiensinya juga
berbeda.
Rumus
NPM
sebagai
berikut:
Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:64)
Sebelum menjadi persentase, nilai NPM ini be
berada
rada diantara 0 (nol) dan 1
(satu). Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka semakin efisien total biaya
yang dikeluarkan, semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Apabila
GPM dalam satu periode tidak berubah sedangkan NPM mengalami penurunan,
penurunan
maka berarti bahwa peningkatan biaya relatif lebih besar daripada peningkatan
penjualan.
b) Gross Profit Margin
GPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan kotor
terhadap penjualan bersihnya. Ini merupakan ukuran efisiensi operasi perusahaan
perusahaa
dan juga indikasi penetapan harga produk. Apabila harga pokok penjualan
meningkat maka GPM akan menurun, begitu juga sebaliknya. Berikut adalah rumus
mencari
GPM
:
Sumber:
Lawrence. J Gitman (2008:62)
Sebelum menjadi persentase, nilai GPM berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu).
Nilai GPM semakin mendekati satu, maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan
untuk penjualan. Artinya, semakin besar tingkat kembalian keuntungan
keuntun
yang
diperoleh suatu perusahaan.
c) Earning per Share (EPS)
EPS merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan, EPS adalah
salah
alah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham. EPS atau
laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya
yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar
saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar rumus EPS adalah
sebagai
berikut:
Sumber: Lawrence. J Gitman ((2008:64)
d) Return on Total Assets (ROA)
Return on assets (ROA) berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA kadang-kadang
kadang disebut juga return on investment (ROI). ROA juga
menunjukkan
seberapa
baik
suatu
perusahaan
mengendalikan
biaya
dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA maka akan
semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Rumus ROA adalah sebagai
berikut :
Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:65)
e) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
d
memanfaatkan ekuitas ((shareholder’s equity)) yang dimiliki oeh perusahaan. Rumus
ROE
adalah
sebagai
berikut
:
Sumber:
Lawrence. J Gitman (2008:65)
f) Operating Profit Margin (OPM)
OPM mengukur persentase dari setiap penjualan yang tersisa setelah semua
biaya dan beban selain bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Ini merupakan
"keuntungan murni" yang diperoleh dari setiap dolar penjualan. Disebut laba operasi
"murni" karena mereka hanya mengukur keuntungan yang diperoleh dari operasional
dan mengabaikan bunga, pajak, dan dividen saham preferen.
Nilai OPM yang tinggi lebih disukai oleh perusahaan. Rumus OPM adalah
sebagai berikut
Sumber: Lawrence. J Gitman (2008:63)
2.1.3
Pasar Modal
2.1.3.1 Devinisi Pasar Modal
Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:322), ”Pasar modal
(capital market),
), berhubungan dengan obligasi dan saham. Dalam pasar modal terdapat pasar
perdana dan sekunder, pasar perdana (primary market) adalah pasar untuk ”penerbitan” baru. Di
pasar inilah dana dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas
tersebut kepada para penerbit sekuritas. Di pasar sekunder ((secondary
secondary market
market), semua sekuritas
yang telah ada dibeli dan dijual. Transaksi untuk sekuritas yang telah ada ini tidak memberikan
tambahan dana untuk membiayai investasi modal.”
mo
Menurut Dahlan Siamat (2004:249), ”Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat
yang terorganisasi dimana efek-efek
efek efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.” Tandelilin
(2001:13) mendefinisikan ”Pasar modal sebagai tempat pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas.” dan menurut Robbert Ang (1997:3.3), ”Pasar modal dapat dikatakan sebagai suatu
situasi dimana para penjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap
terha
pertukaran suatu
komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang dipertukarkan di sini adalah modal.”
Berdasarkan definisi-definisi
definisi pasar modal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pasar
modal merupakan tempat bertemunya pihak yang kelebihan da
dana
na dengan pihak yang memiliki
keterbatasan dana. Pihak yang kelebihan dana dapat melakukan investasi dalam bentuk surat
berharga terutama saham dan obligasi.
Kemudian dari investasi tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan berupa deviden
atau capital gain. Dengan begitu, akan tercipta hubungan mutualisme antara pihak yang
kelebihan dana dengan perusahaan yang memiliki ketebatasan dana. Bagi pihak yang kelebihan
dana, dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return optimal, sedangkan bagi
perusahaan yang memiliki keterbatasan dana, akan memperoleh dana tambahan yang dapat
digunakan untuk menjamin kelancaran operasional perusahaan.
2.1.3.2 Bentuk Pasar Modal
Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:322), bentuk pasar
modal ada beberapa macam yaitu :
1. Pasar Perdana (primary market)
Yaitu pasar untuk ”penerbitan” baru. Di pasar inilah dana dikumpulkan melalui penjualan
arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas tersebut kepada para penerbit sekuritas
2. Pasar Sekunder (secondary market),
Yaitu semua sekuritas yang telah ada dibeli dan dijual. Transaksi untuk sekuritas yang
telah ada ini tidak memberikan tambahan dana untuk membiayai investasi modal.
Jika James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. Menggolongkan pasar modal
menjadi dua jenis, Jogiyanto Hartono (2008:29), menggolongkan jenis pasar modal menjadi
empat jenis yaitu:
1. Pasar Perdana
Yaitu pasar yang menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan.
Penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham kepada investor selama
waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh
penjamin emisi dan emiten. Pada pasar primer harga yang telah ditentukan tidak akan
berubah dan hanya berlaku pada saat pembelian saham.
2. Pasar Sekunder
Tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar atau perdagangan saham
setelah melewati masa penawaran di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder
ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual, sehingga
berubah-ubah dan berfluktuasi sesuai dengan supply dan demand.
3. Pasar Ketiga
Merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga
dijalankan oleh broker, makelar, atau wali amanat atau pialang yang mempertemukan
pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pada pasar ketiga, harga ditentukan
berdasarkan sistem penawaran.
4. Pasar Keempat
Pasar modal yang dilakukan berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk
broker.
Pasar
keempat
umumnya
menggunakan
memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
jaringan
komunikasi untuk
2.1.3.3 Instrumen yang Digunakan dalam Pasar Modal
Dahlan Siamat (2004:267) mengatakan ”Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah
semua surat-surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal.” Menurut Dahlan
Siamat (2004:268-274) berikut adalah instrumen yang digunakan di pasar modal:
1.
Saham, yaitu surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan
terbatas.
2.
Obligasi, yaitu bukti utang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang
mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok
pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo.
3.
Right, yaitu hak yang diberikan kepada pemegang saham lama untuk membeli
tambahan saham baru yang diterbitkan oleh suatu perusahaan.
2.1.4
Saham
Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:372), ”Saham adalah
bukti kepemilikan perusahaan, pemegang saham adalah pemilik akhir perusahaan, secara kolektif
mereka memiliki perusahaan dan menanggung resiko akhir yang berkaitan dengan kepemilikan.”
Menurut Rusdin (2006:68) ”Saham adalah sertifikat yang menunjukkan kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan.”Dahlan Siamat (2004:268) mengatakan bahwa ”Saham atau stocks adalah surat
bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas.” dan menurut Robbert
Ang (1997:6.2) ”Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu
maupun institusi dalam suatu perusahaan.”
Dari definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa saham adalah sertifikat yang
menunjukkan tanda penyertaaan atau bukti pemilikan seseorang atau institusi perusahaan dimana
pemegang saham tersebut memiliki hak klaim terhadap pengahasilan dan aktiva perusahaan,
serta bertanggung jawab menanggung resiko jika perusahaan mengalami kerugian.
2.1.4.1 Jenis Saham
Menurut James
C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007: 368-372), dia
membedakan Saham menjadi tiga jenis yaitu Saham Preferen, Saham Biasa dan Saham Treasury.
1) Saham Preferen
Saham Preferen (preferred stock) adalah bentuk hibrida dari pendanaan, yang
menggabungkan fitur utang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, klaim pemegang
saham preferen atas aktiva akan berada di bawah para kreditor tetapi di atas pemegang
saham biasa. Biasanya, klaim ini dibatasi sebesar nilai nominal sahamnya.
2) Saham Biasa
Saham Biasa adalah sekuritas yang menunjukkan posisi kepemilikan (dan resiko) terakhir
atas suatu perusahaan, pemegang saham adalah pemilik akhir perusahaan, secara kolektif
mereka memiliki perusahaan dan menanggung resiko akhir yang berkaitan dengan
kepemilikan. Akan tetapi, tanggung jawab mereka dibatasi hanya pada jumlah investasi
mereka. Jika terjadi likuidasi, pemegang saham biasa memiliki klaim residual atas aktiva
perusahaan setelah klaim seluruh kreditor dan para pemegang saham preferen
diselesaikan secara penuh, saham biasa sama halnya dengan saham preferen, tidak
memiliki waktu jatuh tempo. Akan tetapi, para pemegang saham masih dapat mengakhiri
investasi mereka dengan menjual sahamnya ke pasar sekunder.
3) Saham Treasury
Saham Treasury adalah saham biasa yang telah dibeli kembali dan dimiliki oleh
perusahaan yang menerbitkan.
Rusdin (2006:69) mengatakan bahwa berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Saham atas unjuk (bearer stock)
Saham atas unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
b. Saham atas nama (registered stock)
Saham atas nama adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Apabila
akan dialihkan, harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat
daftar nama pemegang saham.
Tabel 2.1
Perbedaan Saham Atas Unjuk Dengan Saham Atas Nama
No.
Saham atas unjuk
(bearer stock)
Saham atas nama
(registered stock)
1
Prosedur perdagangan
mudah dan cepat
Prosedur perdagangan
perlu waktu, karena
perlu pemindahan nama
kepemilikan (registrasi)
2
Tidak perlu daftar
pemilik saham
Harus ada pihak yang
mencatat nama atau
daftar pemilik saham
3
Sulit diketahui dan
mudah dipantau
Nama pemilik saham
mudah diketahui dan
mudah dipantau
4
Sulit diganti jika terjadi
kehilangan
Jika terjadi kehilangan,
mudah diganti
5
Lebih mudah
Lebih sulit dipalsukan
dipalsukan
Sumber : Rusdin (2006:69)
2.1.4.2 Harga Saham
Menurut James C. Van Horne dan Jhon M.Wachowicz, JR. (2007:374-375), terdapat tiga
jenis nilai saham, yaitu nilai nominal, nilai buku, dan nilai pasar. Nilai nominal hanya merupakan
angka yang tercatat dalam AD/ART perusahaan dan memiliki nilai ekonomis yang kecil, nilai
buku adalah ekuitas pemegang saham, dan nilai pasar adalah harga perdagangan saat ini, nilai
pasar inilah yang menunjukkan fluktuasi harga suatu saham.
2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi harga saham seperti yang bisa di lihat dari
gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Sumber : Fundamental of Financial ManagementJ. Fred Weston dan Eugene F. Bringham 2004
Dari model di atas terlihat dengan jelas terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga
saham, tetapi dapat di simpulkan bahwa setidaknya ada dua faktor utama yang mempengaruh
harga saham yaitu tingkat aktivitas perekonomian, dan kondisi pasar modal itu sendiri,
sedangkan selain itu, merupakan faktor eksternal yang sifatnya memaksa, seperti hukum
”antitrust” dan regulasi yang sifatnya berubah-ubah.
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Bringham (2004:26) faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut:
1.
Earnings per share
Investor yang melakukan investasi tentunya mengharapkan keuntungan yang optimal
dari saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang akan
diterima, maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan investor terhadap
kemampuan perusahaan emiten dalam menggunakan sumber daya dan menghasilkan
keuntungan. Hal ini akan mendorong para investor melakukan investasi yang lebih
besar lagi sehingga harga saham akan terus meningkat.
2.
Tingkat bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi saham melalui dua cara :
a) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi. Jika suku
bunga naik, maka investor akan mendapatkan hasil yang lebih besar dari obligasi
sehingga mereka akan segera menjual saham mereka untuk ditukarkan dengan
obligasi. Pertukaran ini akan menurunkan harga saham. Begitu juga sebaliknya.
b) Mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,
semakin tinggi bunga semakin rendah laba perusahaan dan suku bunga
mempengaruhi kegiatan ekonomi maka akan mempengaruhi laba perusahaan.
3.
Jumlah kas deviden yang dibagikan
Semakin besar jumlah kas deviden yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham akan semakin menarik bagi para investor untuk berinvestasi saham di sebuah
perusahaan.
4.
Jumlah laba yang didapat perusahaan
Besarnya nilai laba yang dihasilkan perusahaan menciptakan kepercayaan investor
terhadap perusahaan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar,
sehingga investasi yang ditanam investor tidak akan mengalami kerugian.
Kepercayaan ini akan mendorong para investor untuk segera menanam modal lebih
banyak lagi pada perusahaan.
5.
Tingkat risiko dan tingkat pengembalian
Jika tingkat risiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka
akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi risiko
semakin tinggi tingkat pengembalian yang diharapkan investor.
Penelitaian yang membahas mengenai hubungan antara profitabilitas terhadap harga
saham salah satunya adalah penelitian dari Widianti dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Subsektor Telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesiapada tahun 2009 menyatakan bahwa “secara simultan profitabilitas yang diukur
menggunakan NPM dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
subsektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia, namun secara parsial hanya variabel ROA
yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor telekomunikasi
sedangkan variabel NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
subsektor telekomunikasi.”
Penelitian lain yang meneliti mengukur pengaruh profitabilitas terhadap harga saham
lainnya adalah penelitian Puji Santi Astutik dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic
Indeks (Jii) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) pada tahun 2009 menyatakan bahwa “Dari hasil
analisis data diperoleh hasil bahwa variabel OPM dan PER berpengaruh positif signifikan
terhadap variabel Harga Saham. Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh signifikan,
sehingga OPM berpengaruh terhadap harga saham. Menurut Anorga dan Pijipakarti (2006:109)
mengatakan bahwa “Biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan.”
2.2
Kerangka Pemikiran
Dalam membuat suatu keputusan investasi, calon investor membutuhkan informasi
mengenai potensi perusahaan yang akan ditanami investasi. Para calon investor bisa mengetahui
bagaimana potensi perusahaan dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan di masa lalu dan
masa kini. Dengan mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan di masa lalu dan masa kini
maka para investor bisa menentukan baik buruknya potensi perusahaan untuk memberikan
keuntungan di masa depan, untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan hal yang perlu
dilakukan adalah melakukan analisis keuangan, ada banyak cara dalam melakukan anlisis
keuangan, salah satunya adalah menggunakan analisis rasio keuangan. Dari analisis rasio
keuangan tersebut, suatu kinerja keuangan dapat dilihat menggunakan beberapa pendekatan,
salah satunya adalah pendekatan profitabilitas.
Rasio profitabilitas dilihat dari kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian kinerja profitabilitas suatu
perusahaan dapat diketahui dengan mebandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu
periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio
berarti semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Pada umumnya
perusahaan yang dipilih para investor untuk berinvestasi merupakan perusahaan yang memiliki
kemampuan menghasilkan keuntungan yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan motif investasi,
yaitu untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Rasio profitabilitas dapat diukur
menggunakan enam pendekatan, diantaranya adalah Net Profit Margin (NPM), Earnings Per
Share (EPS) dan Operating Profit Margin (OPM).
Net Profit Marginadalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah
memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan, rasio ini berfungsi untuk mengukur
tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal ini mengindikasikan
seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional. Karena menghubungkan laba
bersih dengan penjualan bersih,Sebelum menjadi persentase, nilai NPM ini berada diantara 0
(nol) dan 1 (satu). Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka semakin efisien total biaya
yang dikeluarkan, semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Apabila GPM dalam satu
periode tidak berubah sedangkan NPM mengalami penurunan, maka berarti bahwa peningkatan
biaya relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan.
Earnings Per Share merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan, EPS adalah
salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham. EPS atau laba per lembar
saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa
yang beredar
Operating Profit Marginmengukur persentase dari setiap penjualan yang tersisa setelah
semua biaya dan beban selain bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Ini merupakan
"keuntungan murni" yang diperoleh dari setiap dolar penjualan. Disebut laba operasi "murni"
karena mereka hanya mengukur keuntungan yang diperoleh dari operasional dan mengabaikan
bunga, pajak, dan dividen saham preferen.
Harga saham adalah harga yang tercatat di bursa yang terbentuk dari adanya proses tawar
menawar atas jual dan beli yang terjadi dalam perdagangan saham di pasar regular. Karena harga
saham memiliki nilai yang berbeda-beda pada setiap waktu, maka dalam penelitian ini harga
saham dibatasi hanya untuk harga saham yang terbentuk pada saat penutupan transakasi per tiga
bulan. Harga saham ini akan terbentuk apabila terjadi kesepakatan antara investor yang akan
bertransaksi.Harga saham ini sangat penting artinya bagi sebuah perusahaan, karena harga saham
mencerminkan tinggi rendahnya nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan di masyarakat. Semakin rendah harga saham, maka semakin
rendah pula nilai perusahaan di masyarakat. Perusahaan dengan nilai yang tinggi akan menjadi
tujuan investasi banyak investor. Para investor juga akan sanggup membeli saham dengan harga
berapapun untuk memiliki saham perusahaan yang bernilai tinggi tersebut. Hal ini dikarenakan
nilai perusahaan berkaitan dengan psikologi investor yang menanam saham pada suatu
perusahaan tersebut. Memiliki saham dari perusahaan yang bernilai tinggi akan memberikan
kebanggaan tersendiri bagi investor, begitu pula sebaliknya.
Maka perusahaan yang menerbitkan saham, akan berusaha untuk terus menjaga atau
menaikkan harga sahamnya, para investor lebih banyak memilih menanamkan investasi pada
perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi, karena dengan rasio profitabilitas yang
tinggi maka perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. Jika rasio profitabilitas
rendah maka para investor bisa dengan cepat memperbaiki keputusan investasinya.
Profitabilitas yang tinggi akan mendorong para investor untuk meningkatkan jumlah
kepemilikan saham di perusahaan dengan cara membeli saham sehingga akan meningkatkan
harga saham, sebaliknya profitabilitas yang rendah dapat mendorong para investor untuk
mengurangi kepemilikan saham dengan menjual saham sehingga harga saham akan turun.
Hubungan antara rasio profitabilitas dengan harga saham bersifat hubungan positif,
sehingga jika rasio profitabilitas perusahaan meningkat maka harga saham juga akan meningkat
begitu pula sebaliknya jika rasio profitabilitas menurun, maka harga saham juga akan menurun.
Dampak dari naiknya harga saham akan menarik minat para investor untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut karena nilai saham merupakan identitas bagi para investor, sedangkan jika
harga saham perusahaan tersebut menurun, sulit untuk bisa mendapatkan investor dalam jumlah
yang banyak. Dengan adanya jumlah investor yang banyak maka perusahaan akan mendapatkan
modal yang besar untuk mengembangkan usahanya, dan jika jumlah investor sedikit maka akan
membuat perusahaan kesulitan untuk mengembangkan usahanya karena kekurangan modal.
Untuk lebih jelas kerangka pemikiran penelitian pengaruh profitabilitas terhadap harga
saham dapat dilihat pada Gambar 2.2:
Kinerja Keuangan
Kinerja
Likuiditas
NPM
Kinerja
Aktivitas
GPM
Kinerja
Profitabilitas
Kinerja
Solvabilitas
(laverage)
EPS
ROA
ROE
Harga
Saham
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Harga Saham
Keterangan
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Kinerja
Pasar
OPM
2.3
Hipotesis
Menurut Kusnendi & Edi Suryadi (2005:27), “Hipotesis adalah jawaban tentatif (sementara)
terhadap masalah penelitian yang dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang
kebenarannya perlu diuji secara empiris”. Sedangkan menurut Kerlinger (2003:30), “Hipotesis
adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua avariabel atau lebih, serta menuntun atau
mengarahkan penelitian selanjutnya”. Berdasarkan uraian sebelumnya penulis merumuskan
hipotesis terdapat pengaruh profitabilitas terhadap harga saham
Download