hubungan pola makan dengan metabolic

advertisement
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC SYNDROME
DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK
ANGGOTA KLUB SENAM JANTUNG SEHAT KAMPUS II
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun oleh :
MUHAMMAD FAHAD
109101000083
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M/1434 H
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Maret 2013
Muhammad Fahad, NIM : 109101000083
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC SYNDROME DAN
GAMBARAN AKTIVITAS FISIK ANGGOTA KLUB SENAM JANTUNG SEHAT
KAMPUS II UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
TAHUN 2013
xvi + 108 halaman, 27 tabel, 3 bagan, 5 lampiran
Abstrak
Metabolic syndrome merupakan sekumpulan faktor risiko yang mengarah kepada
penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Metabolic syndrome diantaranya
dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan tinggi kolesterol dapat
menaikkan kadar kolesterol total > 200mg/dL, yang berdampak pada risiko metabolic
syndrome, sedangkan aktivitas fisik rutin dapat mencegah metabolic syndrome.
Penelitian sebelumnya menyebutkan, pada tahun 2005, 50 % Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah memiliki kadar kolesterol total > 200
mg/dl, sehingga diduga jumlah kasus metabolic syndrome cukup tinggi pada popolasi
ini, padahal mereka melakukan senam rutin 3 kali seminggu. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan mengetahui hubungan pola makan dengan metabolic syndrome dan
gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi analisis observasi dengan desain
cross sectional study. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling
dengan jumlah sampel 40 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukan 52,5% responden menderita metabolic syndrome,
dengan kelompok komponen risiko yang dominan yaitu obesitas abdominal, resistensi
insulin dan hipertensi. Tidak ditemukan responden dengan aktivitas fisik dan asupan
karbohidrat berisiko, tetapi ditemukan variabel lain yang berisiko, yaitu asupan kalori
sejumlah 17,5 % responden, asupan protein sejumlah 35 % responden dan asupan lemak
sejumlah 40 % responden. Hasil uji chi square menunjukan asupan kalori dan asupan
lemak berhubungan dengan metabolic syndrome, dengan p value 0,009 dan 0,008.
Simpulan dari penelitian ini adalah pola makan berdasarkan asupan kalori dan asupan
lemak berhubungan dengan kejadian metabolic syndrome, sehingga disarankan bagi
Anggota Klub Senam untuk memperbaiki pola makannya, namun tetap memelihara dan
meningkatkan aktivitas fisiknya.
Kata kunci : Metabolic syndrome, pola makan dan aktivitas fisik.
Daftar bacaan : 59 (1989-2013)
ii
FACULTY MADICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY
NUTRITION
Undergraduate Thesis, May 2013
Muhammad Fahad, NIM : 109101000083
The Relationship of Diet with Metabolic Syndrome and Physical Activity
Description of Healthy Heart Gymnastic Club Members of Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah in 2013
xvi + 108 pages, 27 tabels, 3 diagrams, 5 attachments
Abstract
Metabolic syndrome is a complex of interrelated risk factors for cardiovascular
disease (CVD) and diabetes. Metabolic syndrome, of wich, are influenced by diet and
physical activity. A high cholesterol diet can rise total cholesterol levels > 200mg/dL,
wich have an impact on the risk of metabolic syndrome, while regular physical activity
can prevent metabolic syndrome. Previous studies mentioned, in 2005, 50% Healthy
Heart Gymnastics Club Members of Kampus II UIN Syarif Hidayatullah had total
cholesterol levels> 200 mg / dl, so the number of suspected cases of metabolic syndrome
is high in this popolasi, whereas they do routine gymnastics 3 times a week. Therefore,
this study aims to determine the relationship of diet with metabolic syndrome and
physical activity description of Healty Heart Gymnastics Club Members of Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah.
This study is observational analytical epidemiological studies, that use cross sectional
study design. The sampling metode used was simple random sampling with a sampel of
40 people. Data were analyzed using chi square test.
The results of this study showed 52.5% of respondents suffer metabolic syndrome,
with a group dominant risk component are abdominal obesity, insulin resistance and
hypertension. It’s not found respondents with physical activity and carbohydrates intake
at risk, but it’s found other variables at risk, those are calorie intake as much as 17.5% of
respondents, total protein intake as much as 35% of respondents and fat intake as much
as 40% of respondents. Chi square test results showed calorie intake and fat intake
associated with metabolic syndrome, with p value 0.009 and 0.008.
The conclusions of this study is a diet based on calorie intake and fat intake is
associated with the incidence of metabolic syndrome, so it is advisable for the
Gymnastics Club Members to improve their diet, while maintaining and increasing their
physical activity.
Keywords : Metabolic syndrome, diet, and physical activity
Reading List : 59 (1989-2013)
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena
atas sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya, penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam
menjalankan segala aktivitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Usawatun Hasanah sepanjang zaman,
Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarganya, para shahabatnya, para tabi’uttabi’innya dan kepada para pengikutnya yang senantiasa dalam kebaikan hingga akhir
zaman.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Rosyad Nurdin dan Eulis Farida yang telah
berikhtiar, sabar, dan tawakal dalam mendidik anaknya dan memberi dukungan
serta selalu mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan kesehatan.
3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
sekaligus Staf Dosen yang telah dengan sabar mendidik dan mengajarkan ilmu
dan pengetahuan yang berguna bagi masa depan penulis..
4. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes dan dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing, mendukung dan
mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
vi
5. Kak Septiana dan Mbak Ai selaku Laboran Gizi dan Laboran Biokimia yang
telah membantu dalam pelaksanaan studi pendahuluan sehingga mendukung
terhadap penyelesaian skripsi ini
6. Rekan-rekan seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 2009, khususnya
rekan-rekan peminatan Gizi 2009 yang telah bersama-sama menuntut ilmu,
berdiskusi, memberi dukungan dan masukan terhadap penulisan ini.
7. Rekan-rekan Badan Eksekutif Mahasiwa FKIK periode 2012-2013 yang telah
memberikan dukungannya terhadap penulis untuk menyelesaikan ini disela-sela
berjalannya program kerja dan kegiatan.
8. Nadia tahsinia yang telah mendukung dan mendampingi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan, bimbingan dan petunjuk
yang telah disampaikan serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak
terhadap penulis mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
skripsi ini.
Tangerang Selatan, Mei 2013
Penulis
vii
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama
: Muhammad Fahad
TTL
: Bandung, 14 Maret 1991
Alamat
: Jl. Ciganitri No. 39 001/002 Bojong Soang Bandung
Telp/HP
: 0857-23866701
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Email
: [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
2009-Sekarang
: Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
2006-2009
: MA Persis Tarogong Garut
2003-2006
: Mts Persis Tarogong Garut
1997-2003
: SDN Jakapurwa I Bandung
C. Prestasi dan Penghargaan
2009-2013
: Peraih Beasiswa Penuh Program Sarjana - Program
Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama
Republik Indonesia.
2011
: Mahasiswa terfavorit Program Studi Kesehatan Masyarakat
pada acara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Awards UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011.
D. Pengalaman Kerja
2011 dan 2012
: Ketua Praktek Belajar Lapangan (PBL) I dan II di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Timur.
2013
: Mahasiswa Magang HACCP di PT. Aerofood Indonesia
Divisi Industrial Catering unit RSPI Puri Indah.
viii
E. Pengalaman Organisasi
2012-2013
: Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syaif Hidayatullah Jakarta
2012
: Ketua Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syaif Hidayatullah Jakarta
2010- 2011
: Wakil Ketua Komisariat Dakwah Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syaif Hidayatullah Jakarta
2010-2011
:
Staf
Departemen
Kemahasiswaan
Badan
Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syaif Hidayatullah Jakarta
2009-2011
: Anggota Muda Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Arkadia
UIN Syaif Hidayatullah Jakarta
F. Pengalaman Kepanitiaan
2011
: Ketua Umum the 7th FKIK Anniversary (Rangkaian acara
berlangsung 1 semester).
G. Seminar dan Pelatihan
2011
: Workshop Disaster Management
2011
: Pelatihan Gizi Kedaruratan
2012
: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X
H. Kemampuan Berbahasa Asing
1. Bahasa Inggris (Oral dan Written)
2. Bahasa Arab (Muhaddatsah dan Kitaabah)
I. Kemampuan Komputer
1. Nutrisurvey
2. Epi data dan SPSS
3. Desain Grafis (Corel Draw, Photoshop, and Ulead Video)
4. Microsoft Office (Word, Excell, Presentation and Project)
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 4
1. Pertanyaan Umum ......................................................................... 4
2. Pertanyaan Khusus ........................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian................................................................................ 6
1. Tujuan Umum ................................................................................ 6
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
1. Manfaat Praktis .............................................................................. 7
2. Manfaat Akademis......................................................................... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Metabolic Syndrome .......................................................................... 9
1. Etiologi dan Pathogenesis Metabolic Syndrome ........................... 10
2. Patofisologi Metabolic Syndrome.................................................. 11
3. Prognosis Metabolic Syndrome ..................................................... 12
x
4. Pengukuran Komponen Metabolic Syndrome ............................... 13
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metabolic Syndrome ................ 16
1. Umur .............................................................................................. 16
2. Jenis Kelamin ................................................................................ 18
3. Etnis ............................................................................................... 19
4. Obesitas ......................................................................................... 20
5. Pola Makan .................................................................................... 22
6. Aktivitas Fisik ............................................................................... 25
7. Faktor Genetik ............................................................................... 28
8. Faktor Endokrin ............................................................................. 30
9. Menopause ..................................................................................... 31
C. Zat Gizi .............................................................................................. 33
1. Karbohidrat .................................................................................... 33
2. Serat .............................................................................................. 36
3. Protein............................................................................................ 37
4. Lemak ............................................................................................ 39
5. Vitamin .......................................................................................... 43
6. Mineral .......................................................................................... 44
7. Air .................................................................................................. 45
D. Tingkat Konsumsi dan Angka Kecukupan Gizi ................................. 45
E. Penilaian Konsumsi Pangan Individu ............................................... 47
1. Metode Food Recall ..................................................................... 48
2. Metode Food Frequency Questionaire (FFQ) .............................. 49
F. Pengukuran Aktifitas Fisik Metode International Physical Activity
Questionaire (IPAQ) .......................................................................... 51
G. Kerangka Teori ................................................................................... 53
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangaka Konsep ............................................................................. 54
B. Definisi Operasional .......................................................................... 57
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 59
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
xi
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 60
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 61
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 61
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................................... 63
E. Pengolahan Data ................................................................................. 69
F. Analisis Data ...................................................................................... 70
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah ....................................................................................... 71
B. Hasil Analisis Univariat ..................................................................... 72
C. Hasil Analisi Bivariat ......................................................................... 82
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 85
B. Kejadian Metabolic Syndrome ........................................................... 86
C. Gambaran Pola Makan Karbohidrat ................................................... 89
D. Gambaran Aktivitas Fisik................................................................... 91
E. Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic
Syndrome ............................................................................................ 93
F. Pola Makan Protein dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic
Syndrome ............................................................................................ 95
G. Pola Makan Lemak dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic
Syndrome ............................................................................................ 96
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 104
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
Kriteria Metabolic Syndrome
Zat Gizi Karbohidrat dan Sumber Pangannya
Zat Gizi Protein dan Sumber Pangannya
Jenis Asam Lemak dan Sumber Pangannya
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kelompok Usia Dewasa
Pria
Angka Keccukupan Gizi (AKG) Kelompok Usia Dewasa
Wanita
Jenis Aktifitas Fisik Sedang dan Berat
Definisi Operasional Hubungan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik Terhadap Metabolic Syndrome
P1 dan P2 Hubungan Pola Makan terhadap Metabolic
Syndrome
P1 dan P2 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Metabolic
syndrome
Prosedur Pemeriksaan Kadar Kolesterol HDL dalam
Darah
Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida dalam Darah
Distibusi Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Berdasarkan Umur
dan Jenis Kelamin
Distribusi Lingkar Perut Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Tekanan Darah Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Kadar Trigliserida Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Kadar Kolesterol HDL Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Kejadian Metabolic syndrome Anggota Klub
Senam Jantung Sehat UIN Syarif Hidayatullah
Pengelompokan Komponen Metabolic Syndrome
Distribusi Aktifitas Fisik Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Asupan Energi Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Asupan Karbohidrat Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
xiii
Halaman
9
34
38
40
46
46
51
58
62
62
66
67
72
72
73
74
75
76
76
77
78
79
80
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
Distribusi Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Distribusi Asupan Protein Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Hubungan Asupan Kalori dengan Kejadian Metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
xiv
81
82
82
83
84
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
2.1
Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Metabolic Syndrome
3.1
Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas
Fisik Terhadap Metabolic Syndrome.
4.1
Desain Penelitian Potong Lintang
xv
Halaman
53
56
60
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
I
II
III
IV
V
VI
Surat-Surat Perizinan
Kuesioner Penelitian
Output-Output Hasil Penelitian di SPSS
Hasil Pengukuran
Hasil Wawancara Aktivitas Fisik
Hasil Wawancara Food recall dan FFQ
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) (2013) mengemukakan bahwa Non
Communicabable Diseases (NCDs) merupakan tantangan kesehatan terbesar
pada abad ke 21 karena membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya. Dari
seluruh kematian NCDs, jumlah penyakit kardiovaskular atau cardiovascular
disease (CVD) merupakan yang terbesar yaitu 17,3 juta jiwa/ tahun, diikuti
kanker sebanyak 7,6 juta jiwa/ tahun, penyakit pernafasan 4,2 juta jiwa/tahun
dan diabetes sebanyak 1,3 juta jiwa/tahun.
Berkaitan dengan diabetes, pada sebagian besar penderita diabetes tipe
dua atau intoleransi glukosa, didapatkan serangkaian faktor risiko yang muncul
bersamaan dengan faktor risiko CVD. Fenomena ini disebut dengan kejadian
metabolic syndrome.
Metabolic syndrome dipengaruhi oleh pola makan, aktivitas fisik, faktor
genetik, umur, jenis kelamin, etnis, menopause dan faktor endokrin (Christopher
et al., 2005). Pola makan dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang dapat
diubah. Keduanya sering berkaitan dengan risiko penyakit degeneratif secara
umum. Disamping itu, berkaitan dengan pola makan, beberapa penelitian
mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pola makan berdasarkan asupan
energi, total protein, total lemak, total karbohidrat, protein hewani, dan
karbohidrat sederhana yang dikonsumsi melebihi Angka Kecukupan Gizi (AKG)
1
2
terhadap kejadian metabolic syndrome (Sudarminingsih et al., 2007; Kasiman,
2011).
Di dunia, prevalensi metabolic syndrome cukup tinggi karena mencapai
10-25 % pada kelompok umur dewasa (IDF, 2006). Di Amerika Serikat,
prevalensi metabolic syndrome sebanyak 22, 8 % terjadi pada pria dan 22, 6 %
terjadi pada wanita. Di Eropa, prevelensi metabolic syndrome meningkat seiring
umur. Pada pria didapatkan sebesar 13,2 % pada kelompok umur 30-39 tahun
dan 42,7 % pada umur 60-69 tahun, sedangkan pada wanita didapatkan sebesar
10,3 % pada kelompok umur 30-39 tahun, dan 45,9 % pada kelompok umur 60 –
69 tahun (Dellios, 2005).
Di tingkat regional, beberapa daerah di Asia Tenggara juga menunjukan
prevalensi metabolic syndrome yang cukup tinggi (Soewondo et al., 2006)
seperti di Malaysia didapatkan prevalensi metabolic syndrome sebesar 49, 4 %
pada umur > 20 tahun (Chan, 2005), di Thailand sebanyak 21,9%
(Deerochanawong, 2000) serta Filipina dan Singapura > 20 % (Deerochanawong,
2000 ; Chan, 2005).
Di Indonesia, belum terdapat data prevalensi metabolic syndrome secara
nasional, meskipun demikian di beberapa daerah telah menunjukan prevalensi
metabolic syndrome yang cukup tinggi : Surabaya sebanyak 34,0% (Pranoto et
al., 2005), Semarang sebanyak 16,6 % (Suhartono et al., 2005), Depok sebanyak
25,3 % (Soewondo, 2005), Jakarta sebanyak 28,4 % (Soewondo et al., 2006),
Bogor sebanyak 36, 2 % (Muherdiyantiningsih et al., 2008) dan Bali sebanyak
18,2 % (Dwipayana et al., 2011).
3
Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu kota di Indonesia, yang pada
tahun 2007 masih bergabung dengan Kota Tangerang, diduga memiliki
prevalensi metabolic syndrome yang cukup tinggi seiring dengan tingginya
kejadian obesitas umum (21,8 %) diatas rata-rata rasional (20 %), obesitas sentral
(22,4%) di atas rata-rata nasional (18,4%), perilaku konsumsi kurang buah sayur
(97,3%) dan perilaku kurang aktivitas fisik (52,8%) (Depkes RI, 2007).
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah sebagai lembaga pendidikan kesehatan di wilayah Kota Tangerang
Selatan seyogyanya turut berpartisipasi melakukan upaya kesehatan untuk
menyelesaikan metabolic syndrome di Kota Tengerang Selatan, dimulai dari
lingkungan sekitar kampus. Partisipasi ini sebagai bentuk pengamalan tridarma
perguruan tinggi. Salah satu lingkungan sekitar kampus dan merupakan sarana
yang tepat untuk upaya kesehatan adalah Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah.
B. Rumusan Masalah
Pelaksanaan senam pada Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah berlangsung 3 kali dalam seminggu. Kegiatan senam rutin
tersebut seharusnya dapat mencegah risiko penyakit degeneratif termasuk
metabolic syndrome (Ilanne-Parikka, 2010). Namun kenyataannya berbeda
dengan apa yang diemukan oleh Mubarak (2005), dimana telah ditemukan 50 %
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
memiliki kadar kolesterol total > 200 mg/dl, yang berdampak pada risiko untuk
4
menderita metabolic syndrome (Kamso, 2007). Disamping itu, diketahui bahwa
kadar kolesterol total dipengaruhi oleh pola makan (Ansar et al., 2011).
Pernyataan-pernyataan
tersebut
mengarah
kepada
dugaan
cukup
tingginya kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat
UIN Syarif Hidayatullah. Oleh karena itu, untuk menjawab dugaan tersebut,
perlu dilakukan penelitian terkait hubungan pola makan dengan metabolic
syndrome dan gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Pertanyaan Umum
Bagaimana hubungan pola makan dengan metabolic syndrome dan
gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah tahun 2013?
2. Pertanyaan Khusus
a. Bagaimana gambaran kejadian metabolic syndrome Anggota Klub
Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
b. Bagaimana gambaran konsumsi kalori Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
c. Bagaimana gambaran konsumsi karbohidrat Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
d. Bagaimana gambaran konsumsi lemak Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
5
e. Bagaimana gambaran konsumsi protein Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
f. Bagaimana gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?
g. Bagaimana hubungan konsumsi kalori dengan metabolic syndrome pada
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013?
h. Bagaimana hubungan konsumsi lemak dengan metabolic syndrome pada
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013?
i. Bagaimana hubungan konsumsi protein dengan metabolic syndrome
pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2013?
6
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola makan dengan metabolic syndrome dan
gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
a. Gambaran kejadian metabolic syndrome Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
b. Gambaran konsumsi kalori Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
c. Gambaran konsumsi karbohidrat Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
d. Gambaran konsumsi lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
e. Gambaran konsumsi protein Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
f. Gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.
g. Hubungan konsumsi kalori dengan metabolic syndrome pada Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun
2013.
7
h. Hubungan konsumsi lemak dengan metabolic syndrome pada Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun
2013.
i. Hubungan konsumsi protein dengan metabolic syndrome pada Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun
2013.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi jumlah kasus metabolic syndrome pada Anggota
Klub Senam Jantung Sehat UIN Syarif Hidayatullah.
b. Menjadi dasar untuk mencegah dan menanggulangi kasus metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah.
2. Manfaat Akademis
a. Menambah pengetahuan dan mengembangkan keilmuan gizi, khususnya
terkait epidemiologi gizi dan kesehatan.
b. Menambah khazanah kepustakaan FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
8
F. Ruang Lingkup
Peneliti adalah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi FKIK
UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola makan dengan
Metabolic Syndrome dan Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Klub Senam
Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013” dengan sasaran
adalah Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2013. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kasus metabolic
syndrome pada Klub Senam Jantung Sehat UIN Syarif Hidayatullah, sehingga
menjadi dasar untuk pencegahan dan penanggulangan metabolic syndrome di
populasi tersebut. Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian ini berjenis penelitian
epidemiologi analitik observasi, dengan desain penelitian cross sectional study,
metode sampling menggunakan simple random sampling serta analisis data
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat uji chi square.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metabolic Syndrome
1. Definisi Metabolic Syndrome
Metabolic syndrome merupakan sekumpulan faktor risiko yang saling
berkaitan dan mengarah pada penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.
Sekumpulan faktor risiko tersebut antara lain obesitas abdominal/sentral,
kenaikan kadar gula darah (hiperglikemik), kenaikan tekanan darah
(hipertensi),
kenaikan
kadar
trigliserida
(hipertrigliseridemia),
dan
penurunan kadar kolesterol HDL (Alberti et al., 2009). Seseorang dikatakan
menderita metabolic syndrome ketika didapatkan minimal 3 kriteria positif
berisiko diantara 5 kriteria yang diukur, sebagaimana dijelaskan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2.1.
Kriteria Metabolic Syndrome
Faktor
Obesitas
abdominal
(wilayah Asia)
Kadar
trigliserida
Penurunan
kadar
kolesterol
HDL
Tenakan darah
Gula darah
puasa (GDP)
Risiko
≥ 90 cm pada laki-laki
≥ 80 cm pada perempuan
≥ 150 mg/ dL (1,7 mmol/L) atau pengobatan khusus
terhadap lipid abnormal
< 40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada laki-laki
< 50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita
Atau sedang dalam pengobatan khusus lipid abnormal
Tekanan darah sistolik ≥130 atau diastolik ≥85 mmHg
atau sedang dalam pengobatan hipertensi.
GDP ≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau sedang dalam
pengobatan hiperglikemik.
Sumber : (Alberti et al., 2009)
10
2. Etiologi dan Pathogenesis Metabolic Syndrome
Etiologi metabolic syndrome belum diketahui secara pasti, namun
kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya kejadian obesitas dan
gaya hidup yang buruk (Alberti et al., 2009). Disamping itu, kebanyakan
penderita metabolic syndrome mengalami obesitas abdominal dan resistensi
insulin. Kedua komponen tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
komponen metabolic syndrome lainnya (Alberti et al., 2009).
Obesitas abdominal berpengaruh terhadap insensifitas insulin dan
hiperinsulinemia yang berdampak pada prognosis diabetes mellitus (DM)
tipe II. Berawal dari penumpukan sel lemak viskeral yang meningkatkan
asam lemak bebas dari hasil lipolisis yang berdampak pada penurunan
sensifitas insulin. Di hati, peningkatan asam lemak bebas mendorong
peningkatan glukoneogenesis yang mengakibatkan kadar gula dalam darah
naik dan menurunkan ekstraksi insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia.
Kemudian di otot, peningkatan asam lemak bebas berdampak pada
penurunan pemakaian glukosa dan di sel α pankreas berdampak pada
penurunan sekresi insulin (Rohman, 2007).
Obesitas abdominal berpengaruh terhadap resistensi insulin. Hal ini
berkaitan dengan sel lemak bebas hasil lipolisis yang mengeluarkan sitokin
(adipositokin) seperti angiotensin, TNF α, resistin dan leptin yang
berhubungan dengan penurunan resistensi insulin. TNF α menyebabkan
resistensi insulin dengan cara menghambat aktifitas tirosin kinase pada
reseptor insulin dan menurunkan ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4)
11
di sel lemak dan otot. Resistensi insulin dan hiperinsulinema ini pada
gilirannya akan menyebabkan perubahan metabolik, sehingga timbul
hipertensi dan dislipidemia. Resistensi insulin semakin lama semakin berat
dan sekresi insulin akhirnya menurun, sehingga terjadi hiperglikemia dan
manifestasi DM tipe II (Rohman, 2007).
Hipertensi pada metabolic syndrome diduga terjadi akibat pengaruh
hipersinsulinemia yang meningkatan reabsorsi sodium dan air, sehingga
terjadi ekspansi volume intra-vaskular. Hiperinsulinemia juga meningkatkan
aktifitas chanel Na-K ATP-ase, sehingga terjadi peningkatan natrium dan
kalsium intrasel yang menyebabkan peningkatan kontraksi otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah naik (Rohman, 2007).
Dislipidemia pada metabolic syndrome dipengaruhi oleh resistensi
insulin.
Resistensi
insulin
meningkatkan
terjadinya
lipolisis
yang
mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma, yang
selanjutnya meningkatkan pengeluaran asam lemak bebas kedalam hati. Ciri
spesifik dislipidemia yang dipengaruhi resistensi insulin adalah peningkatan
trigliserida, penurunan HDL, peningkatan small dense LDL meskipun total
LDL kadang normal (Rohman, 2007).
3. Patofisiologi Metabolic Syndrome
Kerusakan organ target terjadi akibat akumulasi dari masing-masing
mekanisme komponen metabolic syndrome. Sebagai contoh, hipertensi pada
metabolic syndrome meninggalkan hipertropi ventrikular, penyakit arteri
peripheral lanjut, dan disfungsi ginjal (Cuspidi et al., 2008). Selain itu, risiko
12
kumulatif metabolic syndrome menyebabkan disfungsi mikrovaskular yang
hal ini mejelaskan lebih lanjut kondisi resistensi insulin dan hipertensi
meningkat (Serne et al., 2007).
Metabolic syndrome merupakan penyebab penyakit jantung koroner
melalui serangkaian mekanisme yaitu dengan menaikan trombogenesit pada
sirkulasi darah, menaikan aktivator plasminogen tipe 1 dan tingkat adipokin
yang menyebabkan disfungsi endothelial (di beberapa bagian) (Alessi,
2008). Metabolic syndrome juga mungkin menaikan risiko kardiovaskular
dengan menaikan kekakuan arterial (Stehouwer et al., 2008).
4. Prognosis Metabolic Syndrome
Berdasarkan penelitian-penelitian, komplikasi dari metabolic syndrome
sangat luas. Beberapa komplikasi berkaitan dengan sistem kardiovaskular
antara lain penyakit jantung koroner fibrilasi atrial, gagal jantung dan
stenosis aorta dan struk iskemik (Obunai et al., 2007).
Kekacauan metabolik pada metabolic syndrome telah berdampak pada
perkembangan penyakit perlemakan hati nonalkoholik (Kotronen dan YkiJarvinen, 2008). Asam lemak sendiri memainkan peranan penting dalam
kejadian metabolic syndrome.
Kajian lainnya menyebutkan bahwa metabolic syndrome berdampak pada
penurunan kognitif dan beberapa patofisiologi penyakit yaitu obstruktif sleep
apnea, kanker payudara, kanker kolon, kanker kantung kemih, penyakit
ginjal, dan kelenjar prostat (Hsing et al., 2007). Selain berdampak secara
13
fisiologis, metabolic syndrome juga berdampak secara psikologis seperti
kondisi marah dan depresi (Goldbacher et al., 2007).
5. Pengukuran Komponen Metabolic Syndrome
1. Lingkar Perut
Pengukuran antropometri lingkar perut menggunakan pita meter.
Adapun langkah-langkah pengukuran sebagai berikut :
1) Menetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
2) Menetapkan titk ujung lengkung tulang pangkal panggul.
3) Menetapkan titik tengah antara titik tulang rusuk terakhir, titik
ujung lengkung tulang pangkal panggul dan ditandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis.
4) Responden berdiri tegak dan bernafas normal.
5) Menarik pita meter mulai dari titik tengah, kemudian secara sejajar
hizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah
diawal pengukuran mendekati 0,1 cm.
6) Bila responden mempunyai perut gendut ke bawah, pita meter
dilingkarkan mulai dari bagian yang paling buncit berakhir sampai
pada titik tengah tersebut (Supariasa et al., 2002).
2. Tekanan Darah
Pengukuran klinis tekanan darah menggunakan stetoskop dan
spygmomanometer. Berikut penjelasan langkah-langkah pengukuran:
1) Responden duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum
pengukuran.
14
2) Manset dipasang pada lengan atas. Posisi lengan tidak tegang
dengan telapak tangan terbuka ke atas. Ujung bawah mancet
terletak kira-kira 1–2 cm di atas siku. Posisi pipa mancet terletak
sejajar dengan lengan atas responden.
3) Pengukuran dilakukan pada posisi duduk meletakkan lengan kanan
responden di atas meja, sehinga mancet yang sudah terpasang
sejajar dengan jantung responden.
4) Mamometer dipompa sampai tekanan sekitar 180-200 mmHg.
5) Tekanan diturunkan secara perlahan-lahan.
6) Sambil tekanan diturunkan, dengan stetoskop didengarkan suara
degup pada arteri brakhialis di fossa cubiti.
7) Degup pertama yang terdengar, adalah tekanan sistolik dan degup
yang terakhir terdengar, adalah tekanan diastolik (Depkes RI,
2007).
3. Kadar Kolesterol HDL
Untuk mengetahui kandungan kolesterol dalam berbagai bahan
makanan, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
pengukuran baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari metode yang
sederhana sampai metode yang kompleks.
Pengukuran kadar kolesterol HDL salah satunya menggunakan uji
spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh
suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
15
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube (Dawiesah, 1989).
4. Kadar Trigliserida
Pengukuran kadar trigliserida dapat dilakukan secara kuantitatif
atapun kualitatif. Salah satu pengukuran kuantitatif yang digunakan
untuk
mengukur
kadar
trigliserida
adalah
menggunakan
uji
spektrofotometri. Bahan dan alat yang diperlukan antara lain : serum,
tabung reaksi dan rak, dispenser 1,0 ml, mikropipet 0,01 (10 µl),
colorimeter dengan gelombang 500 nm (520-546) (Dawiesah, 1989).
5. Kadar Gula Darah
Kadar gula darah dalam penelitian ini menggunakan alat glucometer.
Alat ini bekerja dengan cara membaca elektron yang dihasilkan dari
proses pemecahan glukosa menjadi glukogon. Proses pemecahan ini
dilakukan oleh enzim glukosa oksidase yang terdapat dalam strip
glucometer dengan cara oksidasi. Semakin banyak glukosa dalam darah
yang teroksidasi menjadi glukagon maka semakin banyak elektron yang
dihasilkan sehingga semakin tinggi nilai yang terbaca di alat (Nesco
Multicheck, 2009).
Alat ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa
kelebihan memakai glucometer adalah waktu untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan lebih cepat, bentuk alat yang kecil sehingga mudah dibawa
kemana mana, volume sampel yang dipakai sedikit. Adapun kelemahan
16
dari alat ini adalah karena range pada alat 20 mg/dl – 600 mg/dl maka
hasil dibawah 20 mg/dl atau di atas 600 mg/dl hasil tidak keluar.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Metabolic Syndrome
1. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan
(Soetardjo, 2011). Jenis perhitungan umur terdiri dari umur kronologis, umur
mental dan umur biologis. Adapun periodisasi biologis perkembangan
manusia (Soetardjo, 2011) adalah sebagai berikut :
a. 0-1 tahun : masa bayi, dimana terjadi banyak pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari pertumbuhan fisik, pematangan struktur dan
fungsi, perkembangan motorik, serta pembentukan hubungan emosional
dengan ibu dan lingkungan sekitar.
b. 1-6 tahun : masa pra sekolah, dimana laju pertumbuhan menurun bila
dibandingkan masa bayi.
c. 6-10 tahun : masa sekolah, dimana tumbuh perlahan dan menunjukan
pematangan motorik kasar dan halus. Pada masa ini terbentuk sikap
suka atau tidak suka terhadap makanan.
d. 10-20 tahun : masa pubertas, puncak dari tumbuh kembang baik secara
fisiologis, psikologis dan sosial. Pada masa ini pola makan dipengaruhi
oleh pola makan keluarga, pengaruh teman, nafsu makan, pengaruh
body image melalui media dan ketersedian pangan.
Banyak penelitian epidemiologi yang menunjukan bahwa
penyakit CVD dan diabetes telah dimulai pada masa ini (Worthington-
17
roberts dan Williams, 2000 dalam Soetardjo, 2011). Hal ini disebabkan
sebagian besar remaja mengalami obesitas akibat pola makan tidak
teratur.
e. 20 – 64 tahun : masa dewasa, dimana pertumbuhan dan perkembangan
prkatis tidak terjadi dan zat gizi diperlukan untuk pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit kronis. Pada umur ini beberapa
orang menjadi lebih rentan terkena penyakit, terutama yang memiliki
hipertensi, jantung atau berbadan gemuk baik karena keturunan atau pun
akibat gaya hidup. Saat berada di umur ini harus waspada terhadap
penyakit degeneratif (penyakit akibat bertambahnya umur) seperti
jantung koroner, kolesterol, dan asam urat (Soetardjo, 2011).
f. 65 tahun ke atas : masa lanjut umur (Senium), dimana aktivitas fisik
banyak berkurang, kebutuhan gizi berkurang dan kerusakan sel-sel
banyak terjadi. Penurunan fungsi tubuh banyak terjadi sehingga risiko
terserang penyakit semakin tinggi. Pada umur ini tingkat kesehatan
cenderung sudah menurun, karenanya seseorang rentan terkena
beberapa penyakit seperti artritis, osteoporosis, penyakit jantung,
gangguan memori, stroke, pembesaran prostat dan juga kanker.
Beberapa penelitian menyebutkan prevalensi metabolic syndrome
meningkat sesuai dengan umur. Hal ini karena makin banyaknya faktor
risiko jantung koroner dan makin besar kemungkinan mengalami resistensi
insulin akibat dari gaya hidup yang kurang baik yaitu pola makan buruk dan
aktivitas fisik kurang yang berlangsung lama (Dwipayana et al., 2011).
18
Disamping itu, pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian National
Health and Nutrition Survey di Amerika Serikat (Ford, Giles, & Mokdad,
2004 dalam Wang, 2012).
Beberapa penelitan menyebutkan pada laki-laki, prevalensi metabolic
syndrome meningkat pada umur 60 tahun sedangkan pada perempuan
meningkat pada umur 50 tahun (Soewondo et al., 2006). Perbedaan ini
disebabkan
adanya
perbedaan
perubahan
hormonal
seperti
wanita
mengalami kehamilan dan menopause.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas
fisik dan pola makan seseorang terutama dimulai pada umur remaja. Pada
umur ini laki-laki lebih memilih melakukan aktifitas fisik motorik kasar
yaitu berolahraga sedang dan berat, sedangkan wanita lebih mengembangkan
diri pada aktifitas motorik halus aktifitas fisik sedang dan ringan. Aktivitas
fisik berat terhindar dari kelebihan energi yang menyebabkan penumpukan
lemak (Soetardjo, 2011).
Pola makan cukup berbeda antara umur remaja laki-laki dengan
perempuan. Hal ini, salah satunya, dipengaruhi oleh citra tubuh (body
image), sehingga laki-laki cenderung menambah porsi makan sedangkan
perempuan cenderung mengurangi porsi makananya untuk mendapatkan
masing masing citra tubuh yang diidamkan (Soetardjo, 2011).
Obesitas sering dihibungkan dengan hiperinsulinemia, khususnya tipe
android. Laki-laki obesitas cenderung mempunyai deposit lemak di daerah
19
atas tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu, dan perut yang disebut
obesitas tipe android. Pada perempuan obesitas dijumpai deposit lemak
dengan area yang sama dengan laki-laki, meskipun mereka juga mempunyai
batas area segmen bawah seperti pada bokong dan pinggul yang disebut
obesitas tipe ginekoid .
Penelitian National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika
Serikat mengemukakan Prevalensi metabolic syndrome pada pria lebih
tinggi dibandingkan pada wanita (Ford, Giles, & Mokdad, 2004 dalam
Wang, 2012). Pernyataan tersebut serupa dengan penelitian di Eropa (Delios,
2005) tapi berbeda dengan hasil penelitian di Makasar (Jafar, 2011), di Bali
(Dwipayana et al., 2011) dan penelitan terhadap penduduk Amerika
keturunan Arab (Jaber et al., 2004 dalam Wang 2012) yang menyatakan
prevalensi metabolic syndrome pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
3. Etnis
Etnis mempengaruhi kejadian metabolic syndrome karena erat kaitannya
dengan fenotip obesitas. Fenotip Obesitas pada beberapa kelompok etnis di
negara sedang berkembang berbeda dengan orang kaukasian putih pada
negara maju.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang Asia memiliki
lemak tubuh yang lebih banyak, utamanya Asia Selatan, dibandingkan
dengan orang kaukasian putih pada nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
sama (Dudeja, 2001; Deurenberg, 2000; Yajnik, 2002 dalam Wang, 2012).
Penelitian lain menunjukkan bahwa pada nilai IMT yang sama, imigran
20
India memiliki lemak abdominal total dan intraabdominal yang lebih besar
secara signifikan dibandingkan orang Kaukasian putih di Amerika Serikat
(Raji et al., 2001, dalam Wang, 2012).
Orang India memiliki kadar trigliserida hati yang lebih tinggi, yang
dihubungkan dengan kadar insulin yang tinggi dan adiponektin yang rendah
dibandingkan
Orang
Kaukasian
Putih.
Kadar
trigliserida
tersebut
berpengaruh terhadap metabolic syndrome (Raji et al., 2001, dalam Wang,
2012).
Penelitian
yang
lain
menyebutkan
kebanyakan
negara-negara
berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika Northern dan Timur Tengah
pada umumnya mengalami perubahan diet berupa peningkatan konsumsi
lemak terutama lemak dari hewani dan gula serta asupan sereal dan serat
yang rendah (Wang, 2012). Ditambah lagi, adanya arus urbanisasi yang
mengubah pola hidup ke arah yang buruk seperti perilaku merokok, perilaku
konsumsi alkohol dan pola konsumsi yang tidak seimbang serta memiliki
gaya hidup sedentari (sedentary life style) atau kurang aktivitas fisik (Misra
et al, 2001; Misra dan Khurana, 2008).
4. Obesitas
Obesitas adalah sebutan untuk orang gemuk dimana status gizinya berada
pada nilai Indeks antropometri IMT > 27, BB/U, TB/U (Supariasa, 2002).
Meningkatnya
obesitas
yang
merupakan komponen utama metabolic
syndrome tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti perilaku kurang
aktivitas fisik dan pola konsumsi yang tidak seimbang (Alberti et al., 2009).
21
Research Triangle Institute International menyatakan adanya hubungan
prevalensi obesitas/berat badan lebih dengan jumlah jam yang dipakai anakanak untuk nonton TV. Studi ini menunjukan bahwa aktivitas fisik yang
kurang berpengaruh terhadap kejadian obesitas (Arief, 2008 dalam Wang,
2012).
Obeistas terbagi ke dalam 2 tipe yaitu obeistas tipe android dan obesitas
tipe genekoid. Obesitas tipe android sering dialami oleh laki-laki dimana
deposit lemak di daerah atas tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu,
dan perut sedangkan obesitas tipe ginekoid sering dijumpai pada perempuan
dimana deposit lemak dengan area yang sama dengan laki-laki ditambah
segmen bawah bokong dan pinggul. Pada obesitas tipe android (obesitas
sentral), lemak berakumulasi sebagai lemak viskeral atau lemak subkutan
abdomen. Kelebihan pada daerah ini berisiko mengalami metabolic
syndrome dan penyakit kardiovaskular (Haris et al, 2009).
Obesitas ini memicu terjaidnya resistensi insulin. Berawal dari kadar
adiponektin yang rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin
yang terlepas dari sel adiposa dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan
lemak (misalnya makrofagh) menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh
mitokondria pada beberapa jaringan, menurunkan oksidasi asam lemak
bebas, dan menyebabkan akumulasi asam lemak bebas intrasel. Kelebihan
asam lemak bebas intraselular dan metabolik dapat memicu terjadi resistensi
insulin (bahkan hiperisulinemia dan hiperglikemia) (Yogiantoro, 2006).
22
5. Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh
seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok tertentu ( Karjati,
1985 dalam Sulistyoningsih, 2011).
Secara umum pola makan yang baik adalah bila perbandingan komposisi
energi dari karbohidrat, protein dan lemak adalah 50-65% : 10-20% : 2030% dalam sehari. Disamping itu ditambah bebera hal sebagai berikut
a.
Konsumsi karbohidrat sederhana dianjurkan tidak lebih dari 10 % dari
konsumsi total karbohidrat (WHO, 1990 dalam Gizi & Kesmas UI,
2010).
b.
Kecukupan serat sebanyak 19-30 g/kap/hari bagi orang dewasa dan 1014 g/1000 kkal bagi anak ≥ 1 tahun. Adapun rasio serat makanan tidak
larut dan serat makanan larut 3 : 1, (WNPG VIII, 2004).
c.
Proporsi asam lemak baik asam lemak jenuh, Monounsaturated Fatty
Acid (MUFA) dan Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA) maksimal 10
% dari energi total.
d.
Proporsi protein hewani minimal seperlima (20%) dari total protein.
e.
Konsumsi kolesterol dianjurkan < 300 mg/hari (Guthrie, 1989 dalam
Gizi Kesmas UI, 2010).
Disamping perbandingan proporsi zat gizi perhari, secara kualitatif, pola
makan yang baik adalah pola makan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan
23
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat
badan (BB) ideal (Danone Institute, 2009).
Gizi seimbang divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang
(TGS), yang terdiri atas potongan-potongan tumpeng. 1 potongan besar
merupakan golongan makanan karbohidrat, 2 potongan sedang merupakan
golongan sayuran dan buah, 2 potongan kecil di atasnya yang merupakan
golongan protein hewani dan nabati (biji-bijian, telur, ikan, susu, dll.) dan
potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak seperlunya
(Danone Institute, 2009).
Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per
hari. Karbohidrat dikonsumsi 3 - 8 porsi, sayuran 3 - 5 porsi, buah 2-3 porsi,
serta protein hewani dan nabati 2 - 3 porsi. Konsumsi ini dibagi untuk makan
pagi, siang, dan malam. Kombinasi makanan per harinya serta minum air
putih yang idealnya dikonsumsi 2 liter atau 8 gelas sehari perlu dilakukan
dilakukan. Disamping makanan, melakukan aktivitas fisik dan rutin
mengontrol berat badan juga perlu dilakukan (Danone Institute, 2009).
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pola makan berdasarkan
asupan energi, total protein, total lemak dan total karbohidrat yang
dikonsumsi melebihi AKG berhubungan dengan kejadian metabolic
syndrome. Disamping itu, terdapat juga hubungan pola makan berdasarkan
komposisi bahan makanan yaitu protein hewani dan karbohidrat sederhana
24
yang dikonsumsi melebihi AKG dengan kejadian metabolic syndrome
(Sudarminingsih et al., 2007).
Penelitian diatas menyatakan bahwa pola makan berlebih berdampak
pada distribusi lemak berlebih dan kadar gula darah abnormal yang
menyebabkan penumpukan lemak viskeral dan akhirnya menyebabkan
obesitas abdominal serta intoleransi glukosa. Hal tersebut diperkuat oleh
beberapa penelitian yang menyatakan asupan makanan berpengaruh terhadap
metabolic syndrome, dimana semakin banyak asupan makanan, maka
kejadian metabolic syndrome semakin meningkat. Adapun asupan makanan
yang mempunyai nilai paling tinggi adalah total kalori, diikuti lemak dan
karbohidrat (Kasiman, 2011; Sargowo dan Andarini, 2011; Dewi , 2009).
Selanjutnya beberapa penelitian lain dikemukakan dalam beberapa poin
sebagai berikut :
a. Konsumsi karbohidrat kompleks atau gula dengan pemanis yang rendah
energi direkomendasikan dalam mengurangi asupan energi dan
menurunkan berat badan yang berarti menurunkan angka obesitas
(Vermunt et al, 2003 dalam Jafar, 2011).
b. Konsumsi tinggi serat berkontribusi menurunkan kadar kolesterol yang
berhubungan
dengan
penyakit
degeneratif
termasuk
metabolic
syndrome. Hal tersebut karena serat larut air mengikat asam empedu
(produk akhir kolesterol) untuk selanjutnya dibuang bersama tinja.
Disamping itu, serat larut air menurunkan konsentrasi CRP yang
merupakan marker inflamasi yang memiliki efek menguntungkan pada
25
kejadian metabolic syndrome (Ezmaillzadeh et al, 2006 dalam Jafar,
2011).
c. Diet rendah karbohidrat lebih efektif dalam menurunkan kolesterol LDL
dan serum trigliserida, rasio trigliserida/HDL, postprandial lipemia,
glukosa darah, dan juga penurunan berat badan dibandingkan diet
rendah lemak (Sargowo, 2011).
d. Meskipun asupan lemak Indonesia < dari 20 % dengan sebagian besar
berasal dari lemak nabati, namun penyakit jantung koroner di Indonesia
meningkat (Gizi Kesmas UI, 2010). Hal ini dkarenakan terdapat
kontribusi asam lemak trans yang cukup besar dari makanan gorengan
yang mengakibatkan kadar asam lemak jenuh meningkat dan kolesterol
meningkat (Rustika, 2005 dalam Gizi Kesmas UI, 2010).
e. Untuk menghambat terjadinya oksidasi LDL, diperlukan suatu
mekanisme perlindungan melalui zat-zat antioksidan dalam makanan
melalui konsumsi vitamin dan mineral yang cukup (Anshor, 2011).
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Inaktifitas fisik telah
diidentifikasi sebagai faktor risiko terbesar pada urutan ke-4 yang mengarah
kepada kematian di dunia atau sekitar 6 % dari kematian di dunia (WHO,
2013).
Aktivitas fisik orang dewasa biasanya dibagi menjadi tiga golongan yaitu
ringan, sedang dan berat. Semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin
26
banyak energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Oleh
karena itu, selain untuk mengetahui pengeluaran energi seseorang, aktivitas
fisik juga digunakan untuk menaksir angka kebutuhan energi seseorang
(Khumaidi 1989 dalam Sulvina, 2008).
Adapun faktor-fakrtor yang mempengaruhi aktivitas fisik antara lain :
a. Umur : umur berhubungan dengan jenis aktivitas fisik. Aktivitas fisik
semakin meningkat pada umur remaja sampai dewasa dan mencapai
puncaknya pada umur 25-30 tahun. Selanjutnya, terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per
tahun, namun hal ini dapat dikurangi dengan rajin berolahraga.
b. Jenis kelamin : Sampai umur pubertas, aktivitas fisik remaja laki-laki
hampir sama dengan remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja
laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar dibandingkan
remaja perempuan.
c. Pola makan : jumlah porsi dan jenis makanan berpengaruh terhadap
aktivitas fisik. Contoh, makan dengan porsi yang besar dan tinggi lemak
berdampak pada tubuh yang mudah lelah dan tidak ingin melakukan
kegiatan seperti olah raga atau aktivitas lainnya.
d. Penyakit/ kelainan pada tubuh : Berpengaruh terhadap aktivitas fisik
karena berkaitan dengan kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas,
hemoglobin/sel darah dan serat otot.
WHO (2013) menyatakan bahwa intensitas aktifitas fisik sedang seperti
berjalan, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga dapat mengurangi
27
risiko penyakit CVD, diabetes, kanker kolon dan payudara serta depresi.
Disisi lain, tingkat aktifitas fisik yang adekuat akan menurunkan risiko
fraktur pinggang dan membantu mengontrol berat badan.
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat menjaga metabolisme
normal. Pengeluaran dan pemakain energi yang dibutuhkan untuk aktivitas
fisik mengurangi adanya penyimpanan glukosa dalam bentuk lemak
terutama lemak di daerah abdominal yang menyebabkan obesitas abdominal
serta membantu menetralkan kadar gula darah karena banyaknya yang
dibakar ketika pengeluaran energi (Soetardjo, 2011).
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh aktivitas
fisik terhadap kejadian metabolic syndrome. Beberapa hasil penelitian
tersebut antara lain menyatakan bahwa :
a. Peningkatan waktu luang untuk beraktivitas fisik dari aktifitas fisik
sedang menuju ke aktivitas fisik berat berhubungan dengan penurunan
risiko metabolic syndrome (Ilanne-Parikka, 2010).
b. Seseorang berisiko tinggi yang melakukan aktifitas fisik rutin memiliki
risiko yang rendah untuk terserang metabolic syndrome dibandingkan
seseorang yang hanya aktifitas berjalan (Lakksonen et al., 2011).
c. Aktivitas fisik yang dianjurkan lebih menekankan kepada intensitasnya
bukan pada volume atau lamanya dalam sekali beraktivitas (Adam et al.,
2012).
d. Aktivitas fisik teratur pada kelompok orang yang tingkat aktivitas
fisiknya sedang dan berat sangat signifikan menurunkan risiko
28
metabolic syndrome karena dapat meningkatkan respirasi jantung
dibandingkan mereka yang aktivitas fisiknya ringan (sedentary).
Dimananpun, aktivitas fisik ringan bahkan hanya lebih dari 1 jam
perhari untuk berjalan tidak akan melindungi dari serangan metabolic
syndrome (Adam et al., 2012).
7. Faktor Genetik
Faktor genetik yang dimaksud adalah penyakit genetik atau kelainan
genetik, yaitu penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata – rata manusia,
serta merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor –
faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia
(Suryo, 1990). Ciri-ciri penyakit genetika:
a. Tidak dapat disembuhkan, karena ada kelainan dalam substansi
hereditas (gen).
b. Tidak menular pada orang lain.
c. Umumnya dikendalikan oleh gen resesif dan hanya muncul pada
seseorang yang homozigot resesif (Suryo, 1990).
Beberapa penyebab penyakit genetik antara lain:
a. Kelainan jumlah kromosom seperti dalam sindrom down (adanya ekstra
kromosom 21).
b. Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau
penyakit Huntington.
c. Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini, penyakit
genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan (Suryo, 1990).
29
Penyakit genetik ada yang terpaut kromosom seks dan ada yang terpaut
kromosom autosom. Ruang lingkup penyakitnya diklasifikasikan menjadi 4
macam, antara lain :
a. Kelainan kromosomal, yaitu penyimpangan struktur atau penyimpangan
jumalah kromosom, baik kromosom gonosom contoh : sindrom down,
maupun kromosom autosom contoh kinefelter.
b. Single-gen atau kelainan mendel, yaitu kelainan pada satu gen namun
sudah menimbulkan penyakit, contoh : penyakit hutington.
c. Kelainan multifaktorial, yaitu kelainan yang tidak hanya melibatkan gen
tetapi juga interakasi antara gen dan lingkungan. Seringkali peranan gen
hanya kecil dampaknya terhadap manifestasi suatu penyakit tetapi
ketika ada interaksi dengan lingkungan, manifestasi penyakit menjadi
besar. Kelainan seperti ini sering dijumpai dipopulasi, contoh diabetes
mellitus dan kardiovaskular.
d. Kelainan mitokondrial, terjadi karena ada mutasi pada kromosom
sitoplasma mitokondria (Suryo, 1990).
Faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian metabolic syndrome. Hal
tersebut karena setiap komponen metabolic syndrome baik obesitas,
resistensi insulin, hipertensi dan dislipidemia keberadaannya diapat
disebabkan karena faktor genetik. Sebagai contoh pada komponen resisitensi
insulin dipeinteraksi yang komplek antara gen dan lingkungan. Komponen
khusus dari metabolic syndrome dipengaruhi secara kuat oleh lingkungan
dan sebagian lainnya dipengaruhi oleh genetik (Wang, 2012).
30
8. Faktor Endokrin
Gangguan Endokrin berpengaruh terhadap kejadian metabolic syndrome
khususnya terkait kejadian hiperandrogenemia dan sindrom ovarium
polisistik (Wang, 2012). Hiperandrogenemia atau hiperandrogenisme
merupakan keadaan peningkatan level androgen dalam darah, sedangkan
sindrom ovarium politistik merupakan kumpulan gejala yang terjadi akibat
hiperandrogenemia dan gangguan ovulasi tanpa disertai adanya kelainan
hiperplasia adrenal kongenital, hiperprolaktinemia atau neoplasma yang
mensekresi androgen (Christopher et al., 2005).
Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sama sekali sampai
adanya beberapa gejala. Gejala yang dimaksud seperti infertilitas, anovulasi
kronik yang ditandai dengan amenorea, oligomenorea, gangguan haid atau
perdarahan uterus disfungsional dan hirsutisme (Sloane, 2003)..
Penyebab sindrom ini belum bisa dijelaskan secara pasti, selain
kelainanan endokrin yang berhubungan dengan hiperandrogenemia dan
anovulasi kronik. Meskipun demikian, hal penting adalah sindrom ini
mengakibatkan tubuh tidak dapat merespon kadar insulin normal sehingga
mengakibatkan resistensi insulin (Christopher et al., 2005).
Selain resistensi insulin, wanita penderita sindrom ovarium polikistik
dengan gejala anovulasi, hiperandrogenisme dan resistensi insulin memiliki
gambaran faktor risiko penyakit jantung yang sama dengan pria, seperti
penurunan kadar total HDL dan peningkatan kadar trigliserida, kadar
kolesterol total dan kadar LDL. Kondisi ini memudahkan seorang wanita
31
dengan sindrom ovarium polikistik mengalami penyempitan pembuluh darah
jantung yang berdampak lebih lanjut pada hipertensi dan penyakit jantung.
Disamping itu, beberapa penelitian di Amerika menemukan bahwa penderita
sindrom ini cenderung menyimpan lemak dalam tubuhnya sehingga mudah
terjadi obesitas (Christopher et al., 2005).
9. Menopause
Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid yang
permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovairum. Menopause
terjadi sesudah 12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada
penyebab patologi atau fisologi yang nyata . Berdasarkan waktu terjadinya
menopause dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu menopause alami dan
menopause dini (Sloane, 2003).
Menopause alami terjadi seiring dengan bertambahnya umur, dimana
ovarium akan mengalami penurunan fungsi yang berakibat terjadinya
penurunan produksi hormone estrogen dan progesterone. Menopause alami
biasa terjadi pada umur 45-55 tahun (Sloane, 2003).
Menopause dini dapat terjadi karena buatan seperti pada operasi
pengangkatan indung telur atau akibat obat-obatan seperti pada terapi raidasi
maupun kemoterapi untuk pengobatan tumor pada perempuan yang masih
berovulasi atau karena kegagalan ovarium premature pada usai 40 tahun atau
bahkan 20 tahun (Sloane, 2003).
32
Gejala menopause berkaitan dengan penrunan kadar estrogen dan
progesterone yang mempengaruhi sejumlah sistem organ dan kimia tubuh.
Berikut gejala-gejala tersebut (Sloane, 2003):
a. Jaringan yang didukung estrogen (kelenjar mamae dan organ reproduksi
secara bertahap mengecil.
b. Lapisan vaginal menipis dan sekresi vaginal menjadi semakin basa.
c. Vasodilatasi pembuluh darah dalam kulit yang mengakibatkan sensasi
panas dalam tubuh (hotflash) dan keringat berlebih
d. Beberapa perempuan mengalami sakit kepala, insomnia, irtabilitas,
nyeri sendi dan penurunan keinginan seksual.
e. Beberapa wanita kehilangan masa tulang yang cepat yang dapat
menyebabkan osteoporosis.
f. Perubahan fisik lainnya seperti distribusi lemak yang terkonsentrasi
pada bagian pinggang dan perut, perubahan tekstur kulit, bahakan
beberapa wanita tumbuh rambut pada bagian dagu, bawah hidung, dada,
atau perut akibat diproduksinya sedikit hormone tetosteron.
Menopause mempengaruhi metabolic syndrome karena berkaitan dengan
peningkatan sejumlah lemak viskeral abdominal, tanpa dipengaruhi proses
penuaan. Meskipun demikian, banyak data yang tersedia mengenai pengaruh
menopause
terhadap
macam-macam
pengukuran
obesitas
menunjukan hasil yang berbeda (Xue, 2007 dalam Wang, 2012).
sentral
33
C. Zat Gizi
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan
serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001). Zat gizi terbagi
kedalam zat gizi makro dan zat gizi mikro. Adapun yang termasuk ke dalam zat
gizi makro adalah karbohidrat, protein, lemak dan air, sedangkan yang termasuk
ke dalam zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral. Berikut penjelasan dari
masing-masing zat gizi :
1. Karbohidrat
Karbohidrat dibedakan menjadi karbohidrat sederhana dan kabrbohidrat
kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari 1 sampai < 10 molekul
monosakarida sedangkan karbohidrat kompleks merupakan polimer yang
terbentuk dari 10 unit monosakarida. Karbohidrat sederhana seperti
monosakarida dan oligosakarida dapat mengalami polimerasi membentuk
karbohidrat kompleks yang disebut polisakarida. Berikut pengelompokan
karbohidrat beserta sumber pangannya :
34
Tabel 2.2.
Zat Gizi Karbohidrat dan Sumber Pangannya
No
Kelompok
Karbohidrat
Karbohidrat sederhana
a. Monosakarida
1) Glukosa
2) Fruktosa
3) Galaktosa
b. Oligosakarida
c. Disakarida
1) Sukrosa
2) Maltosa
3) Laktosa
4) Trehalosa
5) Manitol
6) Sorbitol
7) Inositol
d. Trisakarida
1) Rafinosa
2) Stakiosa
3) Verbaskosa
4) Fruktan
Karbohidrat Kompleks
a. Pati
1) Pati
2) Dekstrin
3) Glikogen
b. Nonpati/Serat
Tidak larut air
1) Selulosa
2) Hemiselulosa
3) Lignin
Larut air
1) Pektin
2) Gum
3) Mukilase
4) Algal
Sumber pangan
Buah-buahan, jagung manis dan madu
Madu, buah-buahan, nektar bungan dan sayur-sayuran
Hidrolisat gula susu
Gula pasir, gula merar, gula kelapa dan gula aren
Gula malt dari pati dan kecambah/biji-bijian
Susu sapi dan ASI
Jamur dan serangga (seperti rayap dan belalang)
Rumput laut, nanas, asparagus, wortel dan ubi jalar
Buah-buahan
Sekam serealia
Biji-bijian dan berbagai jenis kacang
Biji-bijian dan berbagai jenis kacang
Biji-bijian dan berbagai jenis kacang
Serealia, asparagus, bawang merah & bawang putih
Padi, umbi-umbian, biji-bijian, pisang dan mangga
Bahan pengental dan makanan tabung
Daging (otot) dan hati
Sayur-sayuran
Serat serealia
Tangkai sayuran, inti wortel dan biji jambu biji
Apel, jambu biji, jeruk, wortel dan anggur
Sari pepohonan akasia
Serealia
Bebijian dan akar
Sumber : Tejasari, 2005
Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi utama dalam tubuh.
Disamping itu, karbohidrat berperan dalam pengaturan metabolisme lemak,
35
penghematan fungsi protein, pengaturan peristaltik usus dan memberi
muatan pada sisi makanan.
Karbohidrat dapat menyebabkan kadar gula naik. Fenomena ini dikenal
dengan efek glikemik. Efek glikemik merupakan efek makanan terhadap
kadar gula darah seseorang dan respon insulin terhadap efek tersebut yang
berarti seberapa cepat dan seberapa tinggi kenaikan kadar gula darah dan
seberapa cepat respon tubuh mengembalikannya ke keadaan normal (Boyle
& Long, 2010).
Efek glikemik diurut berdasarkan skala yang disebut indeks glikemik.
Indeks glikemik merupakan ranking dari suatu makanan berdasarkan
potensinya untuk menaikkan kadar gula darah seseorang. Makanan dengan
indeks glikemik tinggi adalah makanan yang cepat dicerna dan diserap
sehingga kadar gula darah akan meningkat dengan cepat secara signifikan,
sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah adalah makanan yang
mengalami pencernaan dan penyerapan yang lebih lambat, sehingga
peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah akan terjadi secara
perlahan-lahan.
Contoh makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi adalah gula, roti
putih bertekstur halus, beras (bulir padi putih atau coklat), sereal, wafer,
kentang, madu, soft drink, sele kacang dan kue-kue kering asin. Contoh
makanan berglikemiks sedang melon, krim gandum, bubur gandum, roti
gandum, pisang, nanas, jus jeruk, es krim, popcorn, dan kismis. Contoh
makanan yang mengandung indeks glikemik rendah adalah gandum utuh,
36
beras putih, sereal bulir padi, apel, jeruk, buah persik, kacang polong, susu
dan kentang manis (Boyle & Long, 2010).
Makanan dengan indeks glikemik rendah telah terbukti memperbaiki
kadar glukosa dan lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan
memperbaiki resistensi insulin. Selain itu, makanan dengan indeks glikemik
rendah juga membantu mengontrol nafsu makan, memperlambat munculnya
rasa lapar sehingga dapat membantu mengontrol berat badan pasien (Boyle
& Long, 2010).
Efek dari indeks glikemik suatu makanan akan berubah jika dikonsumsi
bersamaan dengan makanan lain. Oleh karena itu, seseorang mengonsumsi
makanan dengan indeks glikemik tinggi sebaiknya dikombinasikan dengan
makanan dengan indeks glikemik rendah, sehingga menyeimbangkan efek
terhadap kadar glukosa darah (Boyle & Long, 2010).
2. Serat
Serat terbagi menjadi dua yaitu serat larut air (soulable fibre) dan serat
tidak larut air (insoulable fibre). Serat larut air membentuk gel dalam air.
Bentuk gel ini menyebabkan kecepatan pencernaan melambat dan
mendorong komponen makanan masuk ke usus sehingga keadaan ini
meningkatkan absorbsi zat gizi dan merangsang ekskresi asam empedu ke
dalam usus yang berefek menurunkan kolesterol. Serat tidak larut air
berfungsi untuk meningkatkan motilitas peristaltik gastrointestinal sampai ke
kolon karena kecenderungannya yang menyerap air dan meningkatkan
volume feses (Almatsier, 2001).
37
3. Protein
Protein dibentuk oleh berbagai asam amino, yang mengandung unsur
karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O) melalui ikatan peptida. Asam amino
terbagi menjadi 2, yaitu asam amino essensial dan asam amino non esensial
(Almatsier, 2001).
Asam amino essensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesa oleh
tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan yang terdiri dari isoleusin,
leusin, lisin, metionin, sistesin, valin, tryptopan, tirosina, fenilalanin dan
treoninaasam. Sebaliknya, asam amino nonessensial adalah asam amino
yang dapat dibentuk oleh tubuh melalui transaminasi, contohnya glutamat,
alanina, aspartat, dan glutamin (Tejasari, 2005).
Pembagian protein berdasarkan kelompok pembentuknya dibagi menjadi
protein sempurna, kurang sempurna dan tidak sempurna. Protein sempurna
adalah protein yang mengandung asam amino essensial dalam jumlah dan
jenis yang lengkap. Protein kurang sempurna adalah protein yang
mengandung asam amino essensial lengkap tetapi beberapa asam amino
berjumlah yang sedikit. Protein tidak sempurna adalah protein yang
mengandung asam amino essensial dalam jumlah sangat sedikit atau
dianggap tidak ada (Tejasari, 2005).
Protein berdasarkan sumbernya terbagi menjadi protein hewani dan
protein nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan
sedangkan protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuhan
(Tejasari, 2005).
38
Protein dari segi bentuknya terdiri dari protein serabut, protein globular
dan protein konjugasi. Protein serabut adalah protein yang terdiri atas
beberapa rantai peptida spiral yang terjalin satu sama lain dan sangat kaku.
Protein globular adalah Protein berbentuk bola dan terdapat pada cairan
jaringan tubuh. Protein konjugasi adalah protein sederhana yang bergabung
dengan gugus non asam amino atau disebut gugus prostetik. (Tejasari, 2005).
Tabel 2.3
Zat Gizi Protein dan Sumber Pangannya
No Kelompok Protein
Kelompok Pembentuk
a.
Protein sempurna
1) Kasein
2) Albumin
b.
Protein kurang sempurna
1) Legumin
2) Gliadin
c.
Protein tidak sempurna
Zein
Sumber Protein
a.
Protein hewani
b.
Protein nabati
Bentuk Protein
a.
Protein Serabut
1) Kolagen
2) Elastin
3) Keratin
4) Miosin
b.
Protein globular
1) Albumin
2) Globulin
c.
Protein konjugasi
1) Nukleoprotein
2) Lipoprotein
3) Fosfoprotein : Kasein
4) Metaloprotein : Feritin
Sumber Pangan
Susu
Putih telur dan susu
Jenis kacangan
Gandum
Jagung dan protein nabati lainnya
Daging, telur, ikan dan udang
Kacang-kacangan beras dan jagung
Jaringan pengikat dan tulang
Jaringan elastin
Sel epidermis dan lapisan kulit hewan
Serat otot
Telur dan susu
Putih telur, daging, biji tumbuhan dan susu
Intisel
Kilomikron, VLDL, LDL, HDL
Susu
Hati, mukosa usus, ginjal & sumsum tulang
Sumber : Tejasari, 2005
Protein berfungsi terutama untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan
tubuh. Disamping itu, protein juga berfungsi dalam pengaturan proses
39
biokimiawi (enzim), keseimbangan air, netralitas tubuh, pertahanan tubuh
(imunoglobulin) pembentukan antibodi, dan penyedia energi setelah
karbohidrat dan lemak, pembentukan essensial tubuh, pengangkutan ikatan
essensial tubuh, dan pengangkutan zat gizi (Almatsier, 2001).
5. Lemak
Lemak merupakan salah satu jenis lipid sederhana. Lipid sederhana
terdiri dari trigliserida, lemak dan lemak campuran. Lemak disusun oleh
gliserol dan asam lemak dalam jumlah dan jenis yang berbeda satu sama
lain. Bila asam lemak yang berikatan dengan gliserol merupakan asam lemak
sejenis, lemaknya disebut trigliserida (Gizi Kesmas UI, 2010).
Pembagian Asam lemak berdasarkan jumlah atom karbon terdiri dari
asam lemak rantai pendek 2-4 atom C, asam lemak rantai sedang 6-12 atom
C dan asam lemak rantai panjang > 12 atom C. Kemudian berdasarkan
tingkat kejenuhannya, asam lemak digolongkan menjadi asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh memilki ikatan
rangkap dimana terdapat ikatan rangkap tunggal (mono unsaturated fatty
acids /MUFA) dan ikatan rangkap jamak (poly unsaturated fatty acids/
PUFA ) (Gizi Kesmas UI, 2010). Berikut jenis asam lemak dan sumber
pangannya :
40
Tabel 2.4
Jenis Asam Lemak dan Sumber Pangannya
No Asam Lemak
Sumber
Asam Lemak Jenuh
a.
Asetat
Cuka
b.
Butirat
Mentega
c.
Palmitat
Lemak nabati, semua hewani dan minyak zaitun
d.
Kaproat
Mentega
e.
Kaprilat
Mentega dan lemak nabati
f.
Kaprat
Minyak salam dan kelapa sawit
g.
Laurat
Minyak kelapa, mentega, kayu manis dan kelapa sawit
h.
Miristat
Minyak nabati (pala, kelapa sawit), lemak ikan dan sapi
i.
Stearat
Minyak nabati dan lemak sapi
j.
Behenat
Minyak kacang tanah
k.
Lignoserat
Kacang tanah
l.
Arakhidat
Kacang tanah
Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA)
a.
Oleat (Omega 9)
Semua lemak dan minyak zaitun
b.
Eladiat
c.
Transheksadekanoat
Asam Lemak Tak Jenuh Jamak (PUFA)
a.
Linoleat
Alpukat, kacang tanah, lemak ayam, wijen dan kedele
(Omega 6)
b.
Linolenat
Hati, lemak babi, kedele, kacang tanah dan semua lemak
(Omega 6)
c.
Arakhidonat
Minyak kacang tanah atau sintesis dari asam linoleat
(Omega 6)
d.
EPA
Ikan dan tumbuhan laut atau sintesis dari asam linolenat
(Omega 3)
e.
DHA
Ikan dan tumbuhan laut atau sintesis dari asam linolenat
(Omega 3)
Sumber : Tejasari, 2005
Dalam beberapa kondisi, konfigurasi asam lemak tidak jenuh yang
berbentuk cis terisomerisasi menjadi trans, sehingga dikenal dengan asam
lemak trans. Asam lemak trans terjadi akibat suhu proses penggorengan
makanan yang terlalu panas yaitu berkisar antara 163-1690C. Proses
penggorengan model ini dikenal dengan deep frying atau merendam
makanan ke dalam minyak goreng. Kerugian dari pemasakan cara ini, selain
41
membentuk asam lemak trans adalah merusak vitamin yang larut dalam
lemak (Gizi Kesmas UI, 2010).
Sumber utama asam lemak trans berasal dari minyak nabati yang
terhidrogenasi. Contoh minyak tersebut antara lain margarin, shortening,
minyak sayur dan produk-produk lain yang menggunakan minyak
terhidrogenasi seperti makanan gorengan, produk ruminansia seperti daging
rawon, sop buntut dan beef burger keju dan produk makanan jadi seperti
coklat, biskuit dan croissant (Sartika, 2007 dan Rustika, 2005 dalam Gizi
Kesmas UI, 2010).
Selain lipid sederhana, terdapat lipid majemuk yang merupakan ester
asam lemak alkohol dan gugus lainnya. Contoh lipid majemuk adalah
fosfolipid dan contoh dari fosfolipid adalah lipoprotein. Terdapat empat jenis
lipoprotein yaitu Kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low
Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL).
Hidrolisis lipid sederhana dan lipid majemuk menghasilkan turunan lipid
yang dapat berupa asam lemak, gliserol, alkohol, aldehid dan keton, mono,
digliserida dan steroid/sterol. Sterol/steroid bermacam-macam, namun yang
banyak dimanfaatkan dalam gizi adalah ergosterol yang berasal dari nabati
dan kolesterol yang berasal dari hewani (Gizi Kesmas UI, 2010).
Kolesterol merupakan senyawa steroid yang membentuk lipoprotein.
Kadar kolesterol dalam darah dipertahankan < 200mg/dL untuk menghindari
timbulnya aterosklerosis yang berdampak lebih lanjut kepada penyakit
jantung koroner (PJK) (Gizi Kesmas UI, 2010).
42
Faktor makanan yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah adalah
lemak total, asam lemak jenuh, energi total dan asam lemak trans. Dimana
pengaruh tersebut antara lain :
a. Asupan asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol total
dan LDL.
b. Asupan MUFA dapat menurunkan LDL dan meningkatkan HDL.
c. Asupan PUFA dapat menurunkan LDL dan HDL.
d. Kolestrol makanan dan asam asam lemak jenuh meningkatkan kadar
LDL.
e. Asupan asam lemak trans dapat meningkatkan LDL, rasio kolesterol
total/HDL, rasio LDL/HDL serta menurunkan HDL (Gizi Kesmas UI,
2010).
Kolesterol dalam makanan terdapat pada pangan hewani, seperti otak,
hati, kuning telur, keju, daging, dan mentega. Untuk Ikan, daging ayam,
daging kambing serta susu murni cair rendah kolesterol (Gizi Kesmas UI,
2010).
Fungsi penting lemak selain sebagai penyedia energi dalam tubuh setelah
karbohidrat yaitu sebagai pelarut vitamin larut lemak, sebagai bagian
komponen membran sel, membantu sekresi asam lambung, sumber asam
lemak essensial (asam linoleat dan linolenat), pembentukan struktur tubuh,
pencegah kehilangan panas tubuh melalui kulit dan memberi tekstur khusus
dan kelezatan dalam makanan (Almatsier, 2001).
43
6. Vitamin
Vitamin adalah zat organik essensial yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah sedikit. Berdasarkan kelarutannya vitamin dibedakan menjadi
vitamin yang larut lemak dan vitamin larut air (Almatsier, 2001). Vitamin
larut lemak terdiri dari vitamin A (retinol), vitamin D (kalsiferol), vitamin E
(tokoferol), dan vitamin K, sedangkan vitamin larut air terdiri dari vitamin
B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin, vitamin B3 (niasin), Vitamin B5 (asam
pentatonat), vitamin B6 (Piridoksin), vitamin B7 (Biotin), vitamin B9 (
Asam folat), dan vitamin B12 (Sianokobalamin) (Tejasari, 2005).
Vitamin dan mineral banyak terdapat terutama dalam sesayuran dan
buah-buahan. Vitamin B banyak terdapat pada pangan hewani dan nabati,
sedangkan vitamin C hanya terdapat pada pangan nabati kecuali gula dan
beras. Vitamin larut lemak banyak terdapat dalam pangan hewani seperti
ikan, hati, susu, mentega, telur dan keju. Vitamin juga terdapat pada pangan
nabati seperti margarin, wortel, kedele, kopi, sayuran hijau dan teh (Tejasari,
2005).
Vitamin bersama-sama dengan mineral berfungsi sebagai pengatur dan
pemeliharaan fisiologis dan biokimiawi tubuh melalui peran sebagai
koenzim dan kofaktor.
44
7. Mineral
Mineral adalah unsur kimia yang diperlukan tubuh dan berada dalam
bentuk elektrolit anion atau kation. Mineral dalam bentuk kation terdiri dari
natrium (Na), kalsium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sebaliknya
mineral dalam bentuk anion klodira (Cl), asam bikarbonat (HCO3), asam
posfat (PO4) dan asam sulfat (SO4) (Almatsier, 2001).
Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar lebih dari 100 mg
dinamakan makromineral yang terdiri dari kalsium, posfor, sulfur, kalium,
natrium, klor, dan magnesium, sedangkan mineral yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil dinamakan mikromineral yang terdiri dari besi, seng,
tembaga, mangan, flour, selenium, silikon, kromium, jodium, vanadium,
kadmium, timah hitam, mangan, kobalt, bromium dan strontium. Sumber
pangan mineral sangat beragam (Tejasari, 2005).
Kalsium banyak terdapat pada air susu, keju dan jenis kerangan. Fosfor
banyak ditemukan pada makanan kaya protein. Berbagai jenis kacang
menjadi sumber magnesium. Sesayuran, buah-buahan, daging dan susu
menajdi sumber kalium. Untuk natrium dan klor banyak terdapat dalam
bahan makanan olahan dan garam meja serta zat besi banyak terdapat dalam
hati, bayam, kedelai (Tejasari, 2005).
45
8. Air
Semua pangan mengandung air. Air berasal dari energi zat gizi pangan
selama metabolisme, atom karbon dan atom H bergabung dengan oksigen
menghasilkan CO2 , dan H2O. Air berfungsi sebagai media hampir di semua
reaksi kima dalam tubuh (Tejasari, 2005).
D. Tingkat Konsumsi dan Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan merupakan nilai yang
menunjukan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari
bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi
fisiologis seperti kehamilan dan menyusui (WNPG, 2004).
AKG berbeda dengan angka kebutuhan gizi. Kebutuhan gizi bergantung
individu masing-masing dan ditentukan oleh banyak faktor antara lain : tingkat
metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat
relatif yaitu gangguan pencernaan, perbedaan daya serap, tingkat penggunaan,
dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran dari zat gizi tersebut dalam tubuh
(Supariasa et al., 2002).
AKG orang dewasa merupakan jumlah zat gizi yang diperoleh melalui
konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan tubuh orang dewasa untuk
melakukan
kegiatan
internal
dan
eksternal,
pemeliharaan
tubuh
dan
pertumbuhan. Adapun AKG berdasarkan kelompok umur dewasa antara lain :
46
Tabel 2.5
Angka Keccukupan Gizi (AKG) Kelompok Umur Dewasa Pria
Kelompo
k umur
19-29
30-49
50-64
60 +
Kelompo
k umur
19-29
30-49
50-64
60 +
Berat
badan
(kg)
56
62
62
62
Vit . C
Tinggi
badan
(cm)
165
165
165
165
Fe
90
90
90
90
13
13
13
13
Energi
(kkal)
Karbo.
(g)
Lemak
(g)
Protei
n (g)
Vit A
(RE)
2550
2350
2250
2050
Iodium
(ug)
150
150
150
150
319-383
294-353
281-338
256-308
kalsium
(mg)
800
800
800
800
57-85
52-78
50-75
46-68
B1
(mg)
1,2
1,2
1,2
1
60
60
60
60
B2
(mg)
1,3
1,3
1,3
1,3
600
600
600
600
B3
(mg)
16
16
16
16
Vit.
D
(µg
5
5
10
15
B6
(mg)
1,3
1,3
1,7
1,7
Vit.
E
mg
15
15
15
15
B9
(µg)
400
400
400
400
Vit.
K
(µg)
65
65
65
65
B12
(µg)
2,4
2,4
2,4
2,4
Vit.
E
mg
15
15
15
15
B9
(µg
)
400
400
400
400
Vit.
K
(µg)
55
55
55
55
B12
(µg)
Sumber : AKG, 2004
Tabel 2.6
Angka Keccukupan Gizi (AKG) Kelompok Umur Dewasa Wanita
Kelompok
umur
19-29
30-49
50-64
60 +
Kelompok
umur
19-29
30-49
50-64
60 +
Berat
badan
(kg)
52
55
55
55
Vit . C
Tinggi
badan
(cm)
156
156
156
156
Fe
75
75
75
75
26
26
12
12
Energi
(kkal)
Karbo.
(g)
Lemak
(g)
Protein
(g)
Vit A
(RE)
1900
1800
1750
1600
Iodium
(ug)
238-285
225-270
219-263
200-240
kalsium
(mg)
42-63
40-60
39-58
36-53
B1
(mg)
50
50
50
50
B2
(mg)
500
500
500
500
B3
(mg)
150
150
150
150
800
800
800
800
1
1
1
1
1,1
1,1
1,1
1,1
14
14
14
14
Vit.
D
(µg
5
5
10
15
B6
(mg
)
1,3
1,3
1,5
1,5
2,4
2,4
2,4
2,4
Sumber : AKG, 2004
Angka kecukupan gizi hanya digunakan untuk berbagai keperluan yang
sifatnya menyangkut populasi seperti merencanakan dan menyediakan suplai
pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk (Almatsier, 2001). Sehingga
jika akan digunakan untuk penaksiran angka kecukupan individu, untuk energi
dan protein perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan berat badan aktual
sehat dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994 dalam
Wardani, 2008) :
47
AKG koreksi =
x AKG
Penilaian untuk mengetahui tingkat konsumsi zat gizi dilakukan dengan
membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan gizi
yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Secara
umum, tingkat konsumsi dirumuskan sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan
1994 dalam Wardani, 2008) :
Tingkat konsumsi zat gizi =
x 100%
E. Penilaian Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan
dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat
kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa et al., 2002). Secara garis besar
penilaian konsumsi pangan dibagi menjadi tiga metode yaitu metode kuantitatif,
metode kualitatif dan metode gabungan kualitatif dan kuantitatif (Supariasa et
al., 2002).
Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunyai keunggulan
dan kelemahan, sehingga tidak ada suatu metode yang paling sempurna.
Pemilihan metode yang sesuai ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
tujuan penelitian, jumlah responden yang diteliti, umur dan jenis kelamin
responden, ketersediaan dana dan tenaga, kemampuan tenaga pengumpul data,
pendidikan responden, bahasa yang dipergunakan oleh responden, pertimbangan
logistik pengumpul data (Supariasa et al., 2002).
48
Berdasarkan hal-hal tersebut, terdapat dua metode yang berkaitan dengan
penelitian ini, antara lain :
1. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode recall 24 jam adalah melakukan wawancara dan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24
jam yang lalu dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga (URT) seperti
sendok, piring, gelas, dan lain-lain. Wawancara dilakukan oleh petugas yang
sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur. (Supariasa et al.,
2002).
Food recall 24 jam dilakukan berulang-ulang minimal 2 kali recall 24
jam tanpa berturut-turut (Sanjur, 1997 dalam Supariasa et al., 2002) untuk
memperoleh data yang representatif untuk menggambarkan kebiasaan
individu. Adapun langkah-langkah pelaksanaan food recall adalah sebagai
berikut :
a. Petugas mencatat semua bahan makanan yang dikonsumsi responden
dalam URT yang kemudian dikonversi ke dalam berat (gram).
b. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau program nutrisurvey.
c. Membandingkan hasil dengan AKG (Supariasa et al., 2002).
Metode recall 24 jam sendiri memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan antara lain (Supariasa et al., 2002) :
a. Kelebihan
1) Pelaksanaannya mudah dan tidak terlalu membebani responden.
49
2) Biaya relatif murah dan cepat
3) Memberikan gambaran nyata intake zat gizi sehari.
b. Kekurangan :
1) Tidak dapat menggambarkan asupan sehari-hari bila dilakukan recall
satu hari dan ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.
2) Kadang terjadi The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi
responden yang kurus untuk melaporkan lebih banyak (overestimate)
dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit
(underestimate).
3) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terampil dan terlatih dalam
menggunakan alat bantu URT.
4) Untuk
mendapatkan
gambaran
konsumsi
sehari-hari
jangan
dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari pekan, dll.
2. Metode Food Frequency Questionaire (FFQ)
Metode frekuensi makanan (FFQ) adalah salah satu metode survei
konsumsi yang dilakukan untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan, tahun (Supariasa et al., 2002). FFQ cocok digunakan dalam
penelitian epidemiologi gizi karena mampu memperoleh gambaran pola
konsumsi bahan makanan dan membedakan individu berdasarkan rangking
zat gizi (Siagian, 2010).
Untuk melihat sejauh mana FFQ mengukur asupan makanan yang
sebenarnya, evaluasi terhadap kuesioner perlu dilakukan. Beberapa
50
pendekatan untuk mengevaluasi kuesioner frekuensi makanan antara lain
dengan
perbandingan
rata-rata,
proporsi
asupan
pangan
total,
reproduksibilitas, validitas, perbandingan dengan indikator biokimia,
prediksi respons fisiologis, kemampuan untuk memprediksi penyakit (Willet,
1980 dalam Siagian, 2010).
Adapun Langkah-langkah metode FFQ (Supariasa et al., 2002) antara
lain:
a. Responden memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada
kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya.
b. Petugas melakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenisjenis bahan makanan sumber-sumber zat gizi selama periode tertentu.
Metode FFQ sendiri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut (Supariasa et al., 2002):
a. Kelebihan
1) Relatif murah, sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh
responden
2) Membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dan pola makan.
b. Kekurangan
1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3) Cukup menjemukan bagi pewawancara
4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis
bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.
51
F. Pengukuran
Aktivitas
Fisik
Metode
International
Physical
Activity
Questionnaire (IPAQ)
International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) merupakan
kuesioner internasional yang dirancang untuk mengukur aktifitas fisik pada
orang dewasa pada 7 hari sebelumnya. Jenis aktifitas fisik lebih spesifiknya
terbagi menjadi aktifitas berjalan, aktifitas sedang, dan aktifitas berat (IPAQ,
2005).
Aktifitas sedang adalah aktifitas yang menggunakan tenaga fisik sedang
sehingga membuat bernafas agak lebih kuat daripada biasanya serta dilakukan
minimal 10 menit. Aktifitas fisik berat adalah aktifitas yang menggunakan tenaga
fisik kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya dan dilakukan minimal
10 menit. Menurut WHO (2013) beberapa jenis aktifitas sedang dan berat adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.7
Jenis Aktifitas Fisik Sedang dan Berat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Aktifitas Fisik Sedang
Berjalan cepat
Menari
Berkebun
Melakukan pekerjaan rumah
tangga (menyapu, mengepel)
Berburu
Bermain dengan anak-anak
Badminton
Membawa / memindahkan
barang (<20 kg)
Aktifitas Fisik Berat
Berlari
Mendaki bukit
Bersepeda cepat
Aerobik
Berenang cepat
Bertanding olahraga (sepak bola,
voli, basket)
Menyekop atau menggali parit
Membawa / memindahkan beban
(> 20 kg)
Sumber : WHO, 2013
52
Skor total nilai aktifitas fisik dilihat dalam MET-menit/minggu
berdasarkan penjumlahan dari aktifitas berjalan, aktifitas sedang, dan aktifitas
berat dalam durasi (menit) dan frekuensi (hari). MET merupakan hasil dari
perkalian dari Basal Metabolisme Rate dan MET-menit merupakan hasil dari
dihitung dengan mengalikan skor MET dengan kegiatan yang dilakukan dalam
menit. Nilai MET untuk berjalan adalah 3.3, aktifitas sedang adalah 4.0, dan
aktifitas berat adalah 8.0. Berikut merupakan cara perhitungan aktifitas fisik
menurut IPAQ (2005) :
Total MET-menit/minggu = aktifitas berjalan (METs x durasi x frekuensi)
+aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi)
+ aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi).
Klasifikasi aktifitas fisik menurut IPAQ (2005) dibagi kedalam kategori
tinggi, sedang dan rendah. Berikut penjelasan masing-masing kategori :
1. Kategori aktivitas fisik tinggi didapatkan ketika intensitas aktivitas berat
minimal 3 hari sehingga mencapai minimal 1500 MET-menit/minggu, atau
aktivitas fisik lain gabungan berjalan, aktifitas intensitas sedang atau tinggi ≥
7 hari sehingga mencapai minimal 3000 MET-menit/minggu.
2. Kategori aktifitas fisik sedang didapatkan ketika intensitas aktivitas berat
min. 20 menit/hari selama ≥ 3 hari, atau intensitas aktivitas sedang atau
berjalan min. 30 menit/hari selama ≥ 5 hari, atau gabungan dari aktivitas
berjalan, aktivitas sedang atau tinggi selama ≥ 5 hari, sehingga mencapai
minimal 600 MET-menit/minggu.
53
3. Kategori aktivitas fisik rendah ketika tidak mencapai kategori sedang dan
tinggi.
G. Kerangka Teori
Skema 2.1
Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metabolic Syndrome
Usia dan Jenis
Kelamin
Pola makan/Diet
Aktifitas Fisik
Hiperglikemik
dan
Dislipidemia
Etnis
Riwayat genetik
Menopause, dan
faktor endokrin,
status kehamilan
Obesitas
Abdominal
dan
Resistensi
Insulin
Sumber : Christopher et al., 2005
Metabolic
Syndrome
54
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DIFINISI OPERASIONAL
B. Kerangka konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan
metababolic syndrome dan gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian
ini hanya berfokus pada fakor risiko pola makan dan aktivitas fisik yang
merupakan faktor risiko yang dapat diubah dan berpengaruh langsung terhadap
metabolic syndrome. Berdasarkan kerangka teori, selain pola makan dan aktivitas
fisik, metabolic syndrome juga dipengaruhi dan umur, jenis kelamin, faktor
genetik, etnis, menopause dan faktor endokrin.
Pola makan berlebih, khususnya asupan gizi makro berlebih dan
inaktivitas fisik berpengaruh terhadap munculnya metabolic syndrome.
Keduanya menyebabkan kelebihan zat gizi yang akan diubah dalam bentuk
lemak dan disimpan dalam jaringan lemak, khususnya lemak viskeral, sehingga
berdampak pada obesitas abdominal dan resistensi insulin.
Pada penelitian ini, aktivitas fisik dan asupan karbohidrat tidak dianalisis
hubungannya terhadap metabolic syndrome, karena aktivitas fisik dan asupan
karbohidrat pada populasi sasaran, datanya homogen, yaitu tidak ditemukan
aktivitas fisik dan asupan makanan berisiko. Meskipun demikian, pada penelitian
ini dijelaskan gambaran aktivitas fisik dan asupan karbohidrat responden.
Selain pola makan dan aktivitas fisik itu merupakan faktor risiko yang
dapat diubah, faktor-faktor risiko lainnya berpengaruh terhadap metabolic
55
syndrome ketika berinteraksi dengan pola makan dan aktivitas fisik. Faktorfaktor risiko tersebut antara lain:
1. Umur : Kebutuhan gizi dan aktivitas fisik masing-masing kelompok umur
berbeda-beda, seusai keadaan fisiologis tubuh. Apabila seseorang tidak
menyesuaikan pola makan dan tingkat aktivitas fisik dengan kelompok
umurnya, maka akan terjadi ketidak seimbangan energi.
2. Jenis Kelamin : Kebutuhan gizi dan aktivitas fisik antara pria dan wanita
berbeda-beda, menyesuaikan aktivitas fisiologis dan sistem hormon. Apabila
seseorang tidak menyesuaikan pola makan dan aktivitas fisik dengan jenis
kelaminnya, maka akan terjadi ketidakseimbangan energi.
3. Faktor Genetik : Beberapa kasus kejadian resistensi insulin, dislipidemia,
obesitas dan hipertensi dipengaruhi oleh faktor genetik, berupa kelainan
genetik jenis kelainan multifaktorial. Kelainan jenis ini tidak hanya
melibatkan gen, tetapi juga interakasi antara gen dan lingkungan.
Lingkungan yang dimaksuda berupa pola makan dan aktivitas fisik.
4. Status
menopause
:
Seseorang
yang
menopause
mengalami
ketidakseimbangan hormon, yang menyebabkan perubahan fisik,
seperti
distribusi lemak, yang terkonsentrasi pada bagian pinggang dan perut. Hal
inilah yang menyebabkan obesitas abdominal. Meskipun demikian, dengan
menyesuaikan pola makan dan aktivitas fisik dengan kebutuhan umur
menopause, maka kejadian tersebut dapat dicegah.
5. Faktor endokrin : ganguan endokrin, khususnya hiperandrogenemia dan
sindrom ovarium polisistik, mempengaruhi kejadian metabolic syndrome,
56
karena gangguan tersebut berpengaruh terhadap resistensi insulin dan
obesitas, sedangkan resistensi insulin dan obesitas dapat dipengaruhi oleh
pola makan dan aktivitas fisik.
6. Etnis : Etnis dalam penelitian ini tidak diukur, karena tidak ada perebedaan
etnis pada responden.
Dengan demikian faktor pola makan dalam hal ini berdasarkan asupan
kalori, karbohidrat, lemak dan protein serta faktor aktivitas fisik menjadi variabel
independen dan metabolic syndrome sebagai variabel dependen.
Skema 3.1
Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan dengan Metabolic Syndrome.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Asupan kalori
Asupan Karbohidrat
Asupan Protein
Asupan Lemak
Metabolic
Syndrome
57
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Metabolic Syndrome
Variablel
Metabolic
Syndrome
Variablel
Asupan
kalori
Definisi
Apabila seseorang memenuhi min. 3
kriteria berisiko diantara 5 kriteria yang
diukur:
1. Obesitas abdominal : LP ≥ 90 cm
(laki-laki), ≥ 80 cm (wanita).
2. Kadar gula darah puasa (GDP) : GDP
≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L) atau
sedang pengobatan hiperglikemik.
3. Tekanan darah (TD) sistolik ≥ 130
mmHg atau Diastolik ≥ 85 mmHg
atau sedang pengobatan hipertensi.
4. Kadar triglisrida :
≥ 150 mg/dL (1.7 mmol/L) atau
sedang pengobatan khusus lipid
abnormal.
5. Kadar HDL kolesterol :
< 40 mg/dL atau 1.03 mmol/L (Lakilaki), < 50 mg/dL atau 1.29 mmol/L
(wanita) Atau sedang pengobatan
khusus lipid abnormal,
Definisi
Rata – rata asupan energi selama 2 hari.
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
a. Obesitas
a. Obesitas
1. Metabolic Syndrome :
abdominal :
abdominal :
Memenuhi min. 3 kriteria
pita meter.
antropometri
berisiko.
b. Tekananan
lingkar perut
darah :
b. Tekanan
2. Non Metabolic Syndrome
stetoskop dan
darah:
Tidak memenuhi minimal 3
spygnomanomengukur
kriteria berisiko.
meter.
tekanan darah
(Alberti et al., 2009).
c. Kadar Gula
nadi lengan.
Darah Puasa,
c. Kadar
kadar
trigliserida,
trigliserida, dan
HDL
kadar kolestrol
kolesterol, dan
HDL : Alat tes
GDP : metode
sampel darah
sprektometer
metode
spectrometer.
Skala
Ordinal
Alat Ukur
lembar :
Food Recall 2x
24 jam &
Food Frequency
Questinare (FFQ)
Skala
Ordinal
Cara Ukur
Wawancara
Hasil Ukur
1. Berisiko,
Melebihi AKG
berdasarkan umur.
2. Tidak berisiko
Sesuai dengan AKG
berdasarkan umur.
(WNPG VIII, 2004)
58
Asupan
Karbohidrat
Rata-rata asupan karbohidrat selama 2
hari.
lembar :
Food Recall 2x
24 jam
Food Frequency
Questinare (FFQ)
Wawancara
Variablel
Asupan
Protein
Definisi
Rata-rata asupan protein selama 2 hari.
Alat Ukur
lembar Food
Recall 2x 24 jam
dan lembar Food
Frequency
Questinare (FFQ)
Cara Ukur
Wawancara
Asupan
lemak total
Rata-rata asupan lemak selama 2 hari.
lembar Food
Recall 2x 24 jam
dan lembar Food
Frequency
Questinare (FFQ)
Wawancara
Variablel
Aktivitas
Fisik
Definisi
Alat Ukur
Perhitungan total MET menit /minggu, Kuesioner IPAQ
rumus :
= aktifitas berjalan + aktifitas sedang +
aktifitas berat .
Cara Ukur
Wawancara
1. Berisiko
> 65 % dari energi total
/hari.
2. Tidak berisiko
< 65 % dari energi total
/hari. (WNPG VIII, 2004)
Hasil Ukur
1. Berisiko
> 20% dari total
energi/hari
2. Tidak berisiko
< 20%dari total energi/
hari. (WNPG VIII, 2004)
1. Berisiko
> 30 % dari total
energi/hari
2. Tidak berisiko
< 30 % dari total energi
/hari (WNPG VIII, 2004)
Hasil Ukur
1. Berisiko
Aktifitas fisik rendah
2. Tidak berisiko,
Aktivitas fisik tinggi
/sedang (Adam et al.,
2012)
Ordinal
Skala
Ordinal
Ordinal
Skala
Ordinal
C. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara asupan kalori dengan kejadian metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2013.
2. Terdapat hubungan antara asupan lemak dengan kejadian metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2013.
3. Terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah tahun 2013.
59
60
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian epidemiologi analitik
observasional, yaitu jenis penelitian yang menilai hubungan antara dua variabel
kategorik yang diamati tanpa ada perlakuan (Siagian, 2010).
Desain Penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study, yaitu
desain penelitian epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status
paparan penyakit atau karakteristik kesehatan lainnya secara serentak pada
individu-individu dari suatu populasi pada saat yang bersamaan (Murti, 2003
dalam Siagian, 2010).
Skema 4.1 Desain Penelitian Cross-Sectional Study
Populasi/ Sampel
Faktor risiko (-)
Faktor risiko (+)
Efek (+)
(D)
Efek (-)
(D)
Efek (+)
(D)
Sumber : (Siagian, 2010)
Efek (-)
(D)
61
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampus II UIN Syarif Hidayatullah, yang
beralamat di Jalan Kertamukti Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang aktif, yaitu berjumlah 60 orang.
Anggota aktif tersebut terdiri dari karyawan UIN Syarif Hidayatullah dan
masyarakat umum.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang terpilih menjadi sampel. Sampel
diambil dengan menggunakan simple random sampling, yang berarti setiap
anggota atau unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel (Notoatmodjo , 2010).
Adapun besar sampel didapat dengan menggunakan rumus uji hipotesis
estimasi beda 2 proporsi/ analitis kategorik tidak berpasangan. Berikut rumus
estimasi beda 2 proporsi :
n=(
√
√
Sumber : Dahlan, MS, 2010
)
62
Keterangan :
= Deviat baku alfa,
= Deviat baku beta,
P1 = Proporsi kasus terpajan
P2 = Proporsi kasus tidak terpajan
P = Proporsi total = (P1 + P2)/2
Penelitian terdahulu mengenai hubungan pola makan dan aktivitas fisik
terhadap metabolic syndrome diperoleh nilai P1 dan P2 ssebagai berikut :
Tabel 4.1
P1 dan P2 Hubungan Pola Makan terhadap Metabolic Syndrome
No
1
2
3
Pola makan
Energi
Total Karbohidrat
Karbohidrat komplek
Karbohidrat sederhana
Total protein
Protein hewani
Protein nabati
Lemak
Pola makan asam lemak
trans
Pola Makan
P1
83,9 %
80,6 %
80,6 %
80,6 %
88,7 %
93,5 %
0%
93, 6 %
45,16 %
P2
16,1 %
19,4 %
19,4 %
19,4 %
11,3 %
6,5 %
100 %
6,5 %
54,84 %
Sumber
Sudyatami, 2005
94,7 %
48,7 %
Anshar, 2011
Hendrayati, 2010
Tabel 4.2
P1 dan P2 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Metabolic Syndrome
No
1
2
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik
P1
19,2 %
62,5 %
P2
42,4 %
79,9 %
Sumber
Sudijanto Kamso
Anshar, 2011
P1 dan P2 yang memiliki angka yang paling besar adalah P1 = 94,7 %
dan P2 = 47 % dan dengan Confidence Interval (CI) 95 % atau alfa 5 % dan
kekuatan penelitan (1-β) 80 %, maka perhitungan besar sampel sebagai
berikut :
n=(
n = 14
√
√
)
63
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh besar sampel minimal 14
orang, namun karena hasil observasi pada saat pelaksanaan senam dan
wawancara terhadap pengurus klub senam yang menyebutkan terdapat 40
orang yang mengikuti pelakasanan senam rutin 3 kali dalam seminggu dari
jumlah total 60 orang, maka peneliti memutuskan untuk memperbesar sampel
menjadi 40 orang.
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data primer. Data tersebut dikumpulkan
dengan cara dan menggunakan instrument sebagai berikut:
1. Metabolic syndrome, dikumpulkan dengan metode pengukuran yang terdiri
dari :
a. Data lingkar perut, diperoleh dengan mengukur lingkar perut sampel
menggunakan pita meter. Adapun prosedur pemeriksaan lingkar perut
sebagai berikut :
1) Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
2) Ditetapkan titk ujung lengkung tulang pangkal panggul.
3) Ditetapkan titik tengah antara titik tulang rusuk terakhir, titik ujung
lengkung tulang pangkal panggul dan ditandai titik tengah tersebut
dengan alat tulis.
4) Responden berdiri tegak dan bernafas normal.
5) Ditarik pita meter mulai dari titik tengah, kemudian secara sejajar
hizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah
diawal pengukuran mendekati 0,1 cm.
64
6) Bila responden mempunyai perut gendut ke bawah, pita meter
dilingkarkan mulai dari bagian yang paling buncit berakhir sampai
pada titik tengah tersebut (Depkes RI, 2007).
b. Data tekanan darah, diperoleh dengan mengukur tekanan darah sampel
menggunakan alat stetoskop dan spygmomanometer. Berikut prosedur
pengukuran tekanan darah :
1) Responden duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum
pengukuran. Pegukuran dilakukan sebelum responden senam dan
makan.
2) Manset dipasang pada lengan atas. Posisi lengan tidak tegang dengan
telapak tangan terbuka ke atas. Ujung bawah mancet terletak kirakira 1–2 cm di atas siku. Posisi pipa mancet terletak sejajar dengan
lengan atas responden.
3) Pengukuran dilakukan pada posisi duduk meletakkan lengan kanan
responden di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar
dengan jantung responden.
4) Mamometer dipompa sampai tekanan sekitar 180-200 mmHg.
5) Tekanan diturunkan secara perlahan-lahan.
6) Sambil tekanan diturunkan, didengarkan suara degup dengan
stetoskop pada arteri brakhialis di fossa cubiti.
7) Degup pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik dan degup
yang terakhir terdengar adalah tekanan diastolik (Depkes RI, 2007).
65
2. Data kadar gula darah puasa, diperoleh dengan mengukur kadar gula
darah puasa responden menggunakan alat glucometer. Bahan dan alat
yang diperlukan antara lain: lanset, lancing device, alcohol swab, strip
gula darah dan glucometer. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut
(Nesco Multicheck, 2009):
1) Lanset dipasang pada lancing device
2) Responden diambil darahnya pada ujung jari dengan cara ditusuk
menggunakan lancing device. Sebelumnya ujung jari responden
disuap dengan alcohol swab.
3) Dinyalakan alat terlebih dahulu.
4) Dimasukkan kartu kode (code card) pada tempat memasukkan kode
kartu (code card port).
5) Dimasukkan strip glukosa pada tempat strip glukosa pada gluco
meter (test strip holder).
6) Diteteskan darah pada pada zona reaksi (berbentuk celah). Celah strip
secara otomatis akan menyerap tetes darah kedalam tempat reaksi
dan alat akan mulai bekerja.
7) Ditunggu beberapa detik maka hasil akan keluar.
8) Diambil strip kemudian dibuang.
c. Data kadar kolesterol HDL, diperoleh dengan menggunakan uji
spektrofotometri. Adapun bahan dan alat yang diperlukan antara lain :
Serum, tabung reaksi dan rak, mikro pipet (10 µl, 50 µl, 200 µl),
66
dispenser 1,0 ml, centrifuge, penanggas 37o C dan Colorimeter dengan
gelombang 492 – 546 nm. Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :
1) Pengambilan darah responden: Responden yang telah berpuasa
selama 8-10 jam diambil darahnya sebanyak 3 ml.
2) Pembuatan larutan pengendap : dilarutkan 1 botol reagen dengan 1
botol pelarut.
3) Penambilan serum : sampel darah dimasukkan ke tabung reaksi, lalu
disentrifuge selama 10 menit.
4) Pembuatan supernatan : serum dan larutan pengendap dicampur
sampai rata dan dibiarkan pada suhu kamar 5-20 menit, kemudian
disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit. Terakhir, supernatan
yang jernih dipisahkan dari campuran.
5) Dilakukan pemeriksaan darah dengan prosedur :
Tabel 4.3
Prosedur Pemeriksaan Kadar Kolesterol HDL dalam Darah
Ke dalam
tabung
Supernatan
Serum
Standard
Reagen warna
Blanko
Standard
1.0 ml
10 µl
1.0 ml
Kolesterol
total
10 µl
1,0 ml
Kolesterol
HDL
50 µl
1,0 ml
6) Dicampur sampai merata dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu
kamar.
7) Dibaca absorbance test dan standard terhadap blanko pada
gelombang 492 - 546 nm.
8) Dikalkulasikan dengan rumus :
67
d. Data kadar triglisserida, diukur menggunakan uji spektrofotometri.
Bahan dan alat yang diperlukan antara lain : serum, tabung reaksi dan
rak, dispenser 1,0 ml, mikropipet 0,01 (10 µl), colorimeter dengan
gelombang 500 nm (520-546). Langkah-langkah pengukuran :
1) Dilarutkan dan dicampur 1 botol enzim dengan pelarut.
2) Dilakukan pemeriksaan darah dengan prosedur :
Tabel 4.4
Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida dalam Darah
Ke dalam
tabung
Serum
Standard
Reag. warna
Blanko
Standard
Test
1.0 ml
10 µl
1.0 ml
10 µl
1,0 ml
3) Dicampur sampai rata dan dibiarkan pada suhu kamar selama 20
menit.
4) Dibaca absorbance test dan standard terhadap blanko pada
gelombang 500 nm (520-560).
e. Data
pola
makan,
dikumpulkan
dengan
metode
wawancara
menggunakan kuesioner food recall 2 x 24 jam untuk asupan makan dan
menggunakan kuesioner Food Frequency Questioner (FFQ) untuk
frekuensi makan. Berikut langkah-langkah wawancara asupan makan :
1) Peneliti mencatat semua bahan yang dikonsumsi Responden dalam
URT menggunakan food recall 24 jam pada wawancara hari pertama
dan begitu juga untuk wawancara hari ke dua.
68
2) Semua bahan makanan yang dikonsumsi responden kemudian
dikonversi ke dalam berat (gram).
3) Bahan makanan dianalisis ke dalam zat gizi dengan menggunakan
DKBM dan program nutrisurvey.
4) Hasil dibandingkan dengan AKG (Supariasa et al., 2002).
Kemudian langkah-langkah wawancara frekuensi makan:
1) Item-tem pokok makanan hasil food recall pertama dimasukkan ke
dalam kuesioner FFQ, disamping item makanan sumber utama zat
gizi lainnnya.
2) Daftar makanan yang tersedia pada kuesioner, diberi tanda oleh
responden terkait frekuensi penggunaannya.
3) Frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan direkapitulasi oleh
peneliti dan dibandingkan dengan hasil food recall.
3. Data aktivitas fisik, dikumpulkan dengan metode wawancara terkait
aktivitas fisik yang dilakukan responden dalam seminggu terakhir.
Wawancara menggunakan kuesioner IPAQ (2005).
69
E. Pengolahan Data
Pengolahan data akan dilakukan setelah keseluruhan data dikumpulkan.
Pengolahan data akan dilakukan secara bertahap antara lain:
1. Penyuntingan data (Editing)
Penyuntingan data berarti melakukan pengecekan terhadap data yang
telah dikumpulkan baik dari hasil pengukuran maupun wawancara.
Penyuntingan data bertujuan untuk menjaga kelengkapan dan kesinambungan
data.
2. Pemberian kode (Coding)
Seleteh data disunting, data akan diberi kode. Pemberian kode bertujuan
untuk memudahkan proses pengolahan data, terutama untuk proses entry
data.
3. Pemasukan data (Entry)
Pada tahap ini, data akan di-entry menggunakan program SPSS 16 .
Terdapat pengecualian untuk data frekuensi makan dan asupan makan,
dimana data frekuensi makan terlebih dahulu akan di-entry menggunakan
microsoft excel, sedangkan data asupan makan terlebih dahulu di-entry
menggunakan nutrisurvey. Setelah itu keduanya di-entry ke program SPSS.
4. Pembersihan data (Cleaning)
Pembersihan data dilakukan untuk melihat kembali kemungkinankemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan. Adapun cara pembersihan
yang akan digunakan adalah dengan mengetahui data missing, mengetahui
variasi data atau dengan mengetahui konsistensi data.
70
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk
mendeskripsikan variabel metabolic syndrome, pola makan yang terdiri dari
asupan kalori, asupan karbohidrat, asupan lemak dan asupan protein serta
aktivitas fisik Anggota Klub Senam Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.
Hasil yang diperoleh dari uji univariat, masing-masing variabel ditampilkan
dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan masingmasing variabel independen dengan variabel dependen, yang terdiri dari
menguji asupan kalori dengan metabolic syndrome, asupan protein dengan
metabolic syndrome dan asupan lemak dengan metabolic syndrome. Karena
antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependennya
bersifat kategorik, maka uji yang digunakan adalah uji chi square. Uji chi
square dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan (CI) 95 %.
Jika p value ≤ 0,05, maka hipotesis penelitian diterima atau ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya, jika p
value ≥ 0,05, maka hipotesis penelitian ditolak atau ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
71
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
merupakan Klub Senam yang berada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
yang beranggotakan karyawan dan masyarakat sekitar kampus UIN. Kegiatan
senam dilakukan 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Rabu, Jum’at dan Minggu di
halaman Kampus II UIN Syarif Hidayatullah depan Gedung Pasca Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah, tepatnya berlokasi di Jl. Kertamukti No. 5 Kel. Pisangan
Barat, Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan.
Anggota aktif Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah berjumlah 60 orang, meskipun Jumlah tersebut bertambah banyak
pada pelaksanan senam di hari minggu, karena kegiatan senam pada hari itu tidak
hanya diikuti oleh anggota klub senam tetapi juga oleh masyarakat dan
mahasiswa sekitar kampus. Adapun untuk penelitian ini, Responden/sampel yang
berpartisipasi sebanyak 40 orang. Berikut distribusi responden berdasarkan umur
dan jenis kelamin :
72
Tabel 5.1
Distribusi Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah Tahun 2013Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
n
%
n
%
n
%
30-64 tahun
3
9,1 %
30
90,9 %
33
100 %
≥ 65 tahun
3
42,9 %
4
57,1 %
7
100 %
Jumlah
6
15 %
34
85 %
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.1, diperoleh informasi bahwa sebagian besar (85%)
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah adalah
perempuan, dengan kelompok umur terbanyak, yaitu 30-64 tahun (90,9 %).
B. Hasil Analisis Univariat
1. Gambaran Lingkar Perut Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus
II UIN Syarif Hidayatullah
Lingkar perut diukur menggunakan pita meter. dengan cara melingkarkan
pita meter pada bagian tengah perut antara tulang pinggul dengan tulang
rusuk yang paling bawah kemudian diukur. Hasil yang didapatkan dicatat dan
dibandingkan dengan standar metabolic syndrome. Berikut gambaran lingkar
perut responden :
Tabel 5.2
Distribusi Lingkar Perut Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Kelompok Umur
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
35
87,5 %
Tidak berisiko
5
12,5 %
Jumlah
40
100 %
73
Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebagian besar (87,5%)
Anggota Klub Senam Kampus II UIN Syarif Hidayatullah mengalami
obesitas abdominal.
2. Gambaran Tekanan Darah Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Tekanan darah responden diukur menggunakan alat spygnomanometer
dan stetoskop dengan cara mengukur tekanan darah arteri brakhialis di fossa
cubiti. Data hasil pengukuran, dibandingkan dengan data hasil wawancara
responden terkait konsumsi obat hipertensi atau penurun tekanan darah,
untuk melihat pengaruh obat terhadap hasil pengukuran. Berikut gambaran
tekanan darah responden :
Tabel 5.3
Distribusi Tekanan Darah Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Tekanan Darah
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
18
45 %
Tidak berisiko
22
55 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.3, diperoleh informasi bahwa 45 % Anggota Klub
Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah memiliki tekanan
darah berisiko.
74
3. Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Kadar gula darah puasa diukur dengan menggunakan test kit gula darah
yang mana sebelum pengukuran dilakukan, responden terlebih dahulu
berpuasa selama 8-10 jam. Data yang didapat dari hasil pengukuran,
dibandingkan dengan data hasil wawancara terkait konsumsi obat
hiperglikemik atau penurun kadar gula darah, untuk melihat pengaruh obat
terhadap hasil pengukuran. Berikut gambaran kadar gula darah puasa
responden :
Tabel 5.4
Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Kadar Gula Darah
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
23
57,5 %
Tidak berisiko
17
42,5 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh informasi bahwa sebagian besar (57,5
%) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
memiliki kadar gula darah puasa berisiko.
4. Gambaran Kadar Trigliserida Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Kadar trigliserida responden diukur dengan metode uji spektrofotometri
di laboratorium. Uji spektrofotometri dilakukan dengan cara mengukur kadar
trigliserida pada serum darah dengan menggunakan alat sprektofotometer.
Sampel darah responden diambil sebanyak 3 mL secara intravena. Sebelum
75
pengambilan sampel darah, responden terlebih dahulu berpuasa selama 8-10
jam.
Data hasil pengukuran, dibandingkan dengan data hasil wawancara
terkait konsumsi obat dyslipidemia, untuk melihat pengaruh obat terhadap
hasil pengukuran. Berikut gambaran kadar gula darah puasa responden :
Tabel 5.5
Distribusi Kadar Trigliserida Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Kadar Trigliserida
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
9
22,5 %
Tidak berisiko
31
77,5 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.5, diperoleh informasi bahwa sebagian kecil (22,5 %)
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
memiliki kadar trigliserida berisiko.
5. Gambaran Kadar Kolesterol HDL Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Sama halnya dengan kadar trigliserida, kadar Kolesterol HDL responden
juga diukur dengan metode uji spektrofotometri dengan mengunakan alat
spektrofotmeter. Data yang didapat dari hasil pengukuran, dibandingkan
dengan data hasil wawancara terkait konsumsi obat dislipidemia untuk
melihat pengaruh obat terhadap hasil pengukuran. Berikut gambaran kadar
kolesterol responden :
76
Tabel 5.6
Distribusi Kadar Kolesterol HDL Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Kadar Kolesterol HDL
Frekuensi
(n)
13
Persentase
(%)
32,5 %
Tidak berisiko
27
67,5 %
Jumlah
40
100 %
Berisiko
Berdasarkan tabel 5.6, didapatkan informasi bahwa sebagian kecil (32,5
%) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
memiliki kadar HDL berisiko.
6. Gambaran Kejadian Metabolic Syndrome Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Seseorang dikategorikan penderita metabolic syndrome ketika hasil
pengukuran didapatkan minimal 3 kriteria positif berisiko diantara 5 kriteria
yang diukur. Berikut gambaran kejadian metabolic syndrome responden :
Tabel 5.7
Distribusi Kejadian Metabolic syndrome Anggota Klub Senam Jantung
Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Kasus
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Metabolic syndrome
21
52,5 %
Non metabolic
syndrome
Jumlah
19
47,5 %
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh informasi bahwa sebagian besar (atau
52,5 %) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah menderita metabolic syndrome. Selanjutnya, bila masing
77
komponen metabolic syndrome yaitu lingkar perut (LP), gula darah puasa
(GDP), trigliserida (TG) , HDL dan tekanan darah (TD) dikelompokkan guna
mengetahui kriteria mana yang paling dominan pada kejadian metabolic
syndrome, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.8
Pengelompokan Komponen Metabolic Syndrome yang Dominan pada
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Komponen LP,
LP,
LP,
LP, LP HDL LP GDP
GDP GDP GDP HDL TD GDP HDL TG
TD HDL TG
TG TG TD
TD
TD
10
8
3
1
4
4
6
1
Jumlah
GDP
TG
HDL
1
Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa kelompok komponen
metabolic syndrome yang dominan ditemukan adalah kelompok lingkar
perut, gula darah puasa dan tekanan darah. Hal ini berarti, sebagian besar
responden mengalami metabolic syndrome kareana adanya lingkar perut,
gula darah puasa dan tekanan darah berisiko.
7. Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus
II UIN Syarif Hidayatullah
Aktifitas fisik responden dalam seminggu diukur dengan menggunakan
rumus total MET-menit minggu yaitu dengan menjumlahkan aktifitas
berjalan dengan aktifitas sedang dan aktifitas berat. Kemudian hasil yang
diproleh diklasifikasikan ke dalam aktivitas fisik rendah, aktivitas fisik
sedang dan aktivitas fisik berat berdasarkan kriteria IPAQ (2005). Berikut
gamabaran aktivitas fisik responden :
78
Tabel 5.9
Distribusi Aktivitas Fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Aktivitas Fisik
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Sedang (tidak berisiko)
22
55 %
Berat (tidak berisiko)
18
45 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa tidak ada satupun Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang
memiliki aktivitas fisik ringan atau berisiko. Hal tersebut karena sebagian
besar anggota klub senam termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik sedang,
yaitu METs 600-3000. Anggota yang paling rendah nilainya dalam kategori
aktivitas fisik sedang, yaitu 678 METs (Terlampir Aktivitas Fisik), dicapai
dengan cara melakukan aktivitas intensitas berat, yaitu senam jantung sehat 1
kali/minggu, selama 1 jam dan aktivitas intensitas ringan, yaitu berjalan kaki
dari satu tempat ke tempat lain 1 kali/seminggu, selama 1 jam.
Anggota yang paling rendah nilainya dalam kategori aktivitas fisik tinggi,
yaitu 3029 METs (Terlampir Aktivitas Fisik). Nilai tersebut dicapai dengan
cara melakukan aktivitas fisik intensitas berat, yaitu senam jantung sehat 3
kali/ minggu, selama 1 jam, kemudian beraktivitas fisik intensitas sedang,
seperti bersepeda laju sedang atau badminton 2 kali/ minggu, selama 3 jam.
79
8. Gambaran Asupan Energi Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus
II UIN Syarif Hidayatullah
Data asupan energi diperoleh dari hasil wawancara food recall 2 x 24 jam
pada hari yang berbeda. Untuk penderita metabolic syndrome, data asupan
karbohidrat kemudian dibandingkan dengan AKG berdasarkan umur dan
jenis kelaminnya, sedangkan untuk non penderita dibandingkan dengan
AKG, yang terlebih dahulu dikoreksi dengan berat badan aktual sehatnya.
Berikut gambaran asupan energi responden :
Tabel 5.10
Distribusi Asupan Energi Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan Energi
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
7
17,5 %
Tidak berisiko
33
82,5 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil (17,5
%) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
memiliki asupan energi berisiko.
9. Gambaran Asupan Karbohidrat Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Sama halnya dengan data asupan energi, data asupan karbohidrat
diperoleh dari hasil wawancara food recall 2 x 24 jam yang dilakukan pada
hari yang berbeda. Data hasil wawncara kemudian dibandingkan dengan
AKG berdasarkan umur dan jenis kelaminnya untuk penderita dan dengan
80
AKG yang terlebih dahulu dikoreksi dengan berat badan aktual sehatnya
untuk non penderita. Berikut gambaran asupan karbohidrat responden :
Tabel 5.11
Distribusi Asupan Karbohidrat Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan Karbohidrat
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
0
0%
Tidak berisiko
40
100 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa tidak ada satupun Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang
memiliki asupan karbohidrat berisiko. Hal tersebut karena asupan makan
responden tidak melebihi AKG. Disamping itu responden memiliki porsi
makan karbohidrat yang sesuai dengan gizi seimbang, antara lain :
a. Rata-rata
responden
mengkonsumsi
karbohidrat
kompleks
yang
bersumber dari makanan pokok sebanyak 6 porsi/hari, dengan sumber
utama didominasi oleh nasi, dengan rata-rata 2,5 porsi/hari.
Hal ini
sesuai dengan anjuran gizi seimbang 3-8 porsi.
b. Rata-rata konsumsi karbohidrat sederhana responden, yaitu gula kue dan
biscuit 1 kali/ hari, tetapi hampir jarang untuk minuman softdrink dan
madu. Bika diakumulasikan maka rata-rata konsumsi karbohidrat
sederhana responden hanya 3 kali.
c. Rata-rata konsumsi serat responden, baik yang berasal dari buah-buahan
maupun yang berasal dari sayuran sebanyak 4 porsi. Bila dibandingkan
81
dengan pedoman gizi seimbang, tentu porsi tersebut telah sesuai, dimana
anjuran sayuran sebanyak 3-5 porsi dan buah-buahan sebanyak 2-3 porsi.
10. Gambaran Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus
II UIN Syarif Hidayatullah
Data asupan lemak responden diperoleh dari hasil food recall 2x 24 jam
yang kemudian dibandingkan dengan AKG secara umum untuk penderita
atau kasus dan AKG yang dikoreksi terlebih dahulu untuk orang normal.
Berikut hasilnya :
Tabel 5.12
Distribusi Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan Lemak
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
16
40 %
Tidak berisiko
24
60 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa sebagian kecil (40 %)
Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah memiliki asupan lemak berisiko.
11. Gambaran Asupan Protein Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
Data asupan protein responden diperoleh dari hasil food recall 2x 24 jam
yang kemudian dibandingkan dengan AKG secara umum untuk penderita
atau kasus dan AKG yang dikoreksi terlebih dahulu dengan berat badan
aktual sehat untuk orang normal. Berikut hasilnya :
82
Tabel 5.13
Distribusi Asupan Protein Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan Protein
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Berisiko
14
35 %
Tidak berisiko
26
65 %
Jumlah
40
100 %
Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil (35
% ) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
memiliki asupan protein berisiko.
C. Hasil Analisis Bivariat
Pada penelitian ini, semua variabel dependen maupun independennya
merupakan variabel kategorik, sehingga uji hubungan antara masing-masing
variabel independen terhadap varibel dependennya menggunakan metode uji chi
square pada alfa 5% dengan CI 95%. Berikut hasil analisis masing-masing
variabel:
1. Hubungan Asupan Kalori dengan Metabolic Syndrome
Tabel 5.14
Hubungan Asupan Kalori dengan Kejadian Metabolic Syndrome
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan
Kalori
Kasus
Non Kasus
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Berisiko
7
100 %
0
0%
7
100 %
Tidak
berisiko
Jumlah
14
42,4 %
19
57,6 %
33
100 %
21
52,5 %
19
47,5 %
40
100 %
Pvalue
0,009
83
Berdasarkan tabel 5.14 didapatkan p value yaitu 0,009 < 0,05 yang
berarti, pada α (alfa) 5 % terdapat hubungan antara asupan kalori dengan
kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.
2. Hubungan Asupan Protein dengan Metabolic Syndrome
Tabel 5.15
Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Metabolic Syndrome
AnggotaKlub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan
Protein
Kasus
Non Kasus
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Berisiko
10
76,9%
3
23,1%
13
100 %
Tidak
berisiko
Jumlah
11
40,7 %
16
59,3 %
27
100 %
21
52,5 %
19
47,5 %
40
100 %
P value
0,071
Berdasarkan tabel 5.15 didapatkan p value 0,071 yang berarti > 0,05. Hal
ini menunjukan bahwa pada α (alfa) 5 % tidak terdapat hubungan antara
asupan protein dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub
Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.
84
3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Metabolic Syndrome
Tabel 5.16
Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Metabolic Syndrome Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013
Asupan
Lemak
Kasus
Non Kasus
Total
n
%
N
%
n
%
Berisiko
13
81,2%
3
18,8 %
16
100 %
Tidak
berisiko
Total
8
33,3 %
16
66,7 %
24
100 %
21
52,5 %
19
47,5 %
40
100 %
P value
0,008
Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan p value 0,008 yang berarti p value <
0,05. Hal ini menunjukan bahwa pada α (alfa) 5 % terdapat hubungan antara
asupan lemak dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub
Senam
Jantung
Sehat
Kampus
II
UIN
Syarif
Hidayatullah.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini berfokus kepada faktor-faktor risiko yang dapat diubah,
yaitu pola makan dan aktivitas fisik. Adapun fakto-faktor risiko yang tidak
dapat diubah, terutama faktor endokrin, status menopause dan faktor genetik
tidak diteliti pada penelitian ini, oleh karena pengaruh faktor-faktor risiko
terhadap metabolic syndrome erat kaintannya dengan adanya pola makan dan
aktivitas fisik, sehingga dengan fokus pada faktor risiko pola makan dan aktivitas
fisik dapat mewakili pengaruh faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah dan
menjadi dasar yang efektif untuk intervensi masalah metabolic syndrome pada
masyarakat.
Aktivitas fisik dalam penelitian ini tidak dianalisis hubungannya dengan
metabolic syndrome. Hal ini karena pada populasi sasaran tidak ditemukan
adanya aktivitas fisik berisiko atau aktivitas fisiknya homogen. Meskipun
demikian, gambaran aktivitas fisik responden digunakan untuk membantu
menjawab masalah kejadian metabolic syndrome.
Pengumpulan data konsumsi dengan metode food recall 24 jam dalam
penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu data yang dikumpulkan bergantung
pada daya ingat responden dan kecenderungan adanya overestimate ataupun
underestimate. Meskipun demikian, pelaksanaan food recall sebanyak 2 kali
pada hari berbeda, ditambah penggunanan metode penilaian lain, yaitu metode
FFQ, dapat menanggulangi kelemahan tersebut dan memberikan data yang
85
86
representatif menggambarkan pola makan responden (Sanjur 1997, dalam
Supariasa et al., 2002).
B. Kejadian Metabolic Syndrome
Metabolic syndrome merupakan sekumpulan faktor risiko yang saling
berkaitan dan mengarah pada penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.
Sekumpulan faktor risiko tersebut antara lain obesitas abdominal/sentral,
kenaikan kadar gula darah, kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar trigliserida,
dan penurunan kadar kolesterol HDL (Alberti et al., 2009). Seseorang dikatakan
menderita metabolic syndrome ketika didapatkan minimal 3 kriteria berisiko
diantra 5 kriteria yang diukur.
Hasil penelitian ini, menggambarkan bahwa sebagian besar (52,5%)
Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah
menderita
metabolic
syndrome
(Tabel
5.7).
Kemudian
berdasarkan
pengelompokan komponen metabolic syndrome (tabel 5.8), diperoleh informasi
bahwa kelompok krtiteria berisiko yang dominan menyebabkan metabolic
syndrome pada sebagian besar anggota klub senam ini adalah obesitas abdominal
dibarengi dengan resistensi insulin atau intoleransi glukosa dan hipertensi.
Obesitas abdominal dan resistensi insulin erat kaitannya dengan konsep
keseimbangan energi. Dimana energi yang diperoleh dari asupan makan harus
seimbang dengan energi yang dikeluarkan untuk beraktivitas fisik. Bila terjadi
ketidak seimbangan, sebagaimana yang mungkin terjadi pada Anggota Klub
Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah , baik berupa asupan
makan berlebih atau pengeluaran energi yang kurang maka akan terjadi
87
penyimpanan energi dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama tertimbun pada
lemak visceral.
Keberadaan lemak visceral tersebut mempengaruhi proses metabolisme
energi dan merusak sel beta pancreas penghasil hormon insulin. Hormon insulin
berperan dalam mengontrol kadar gula darah, sehingga bila terjadi kerusakan,
maka berdampak pada resistensi insulin dan akhirnya berpengaruh pada organ
tubuh lainnya.
Rahman (2007) menjelaskan bahwa obesitas abdominal terjadi akibat
adanya penumpukan sel lemak visceral yang mendorong peningkatan lipolisis
yang menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah besar. Peningkatan asam
lemak bebas itu, pada organ hati, akan meningkatkan gluconeogenesis,
menurunkan sensitifitas insulin dan mengakibatkan hiperinsulinemia. Selain itu,
pada jaringan otot, peningkatan asam lemak bebas akan menurunkan pemakaian
glukosa, serta pada sel sel β pancreas, penigkatan asam lemak bebas akan
menurunkan sekresi insulin.
Selain itu, Rahman (2007) juga menyebutkan sel lemak pada obesitas
abdominal akan mengeluarkan sitokin (adipositokin) seperti TNF
α, yang
menghambat aktifitas tirosin kinase pada reseptor insulin dan menurunkan
ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4) di sel lemak dan otot. Kejadian ini
mengakibatkan resistensi insulin dan hiperinsulinema. Resistensi insulin dan
hiperinsulinema ini, pada gilirannya menyebabkan perubahan metabolik yang
menimbulkan hipertensi dan dislipidemia.
88
Rahman (2007) juga menegaskan bahwa resistensi insulin berdampak
pada hipertensi karena pengaruh hiperinsulinemia, dimana
hiperinsulinemia
yang terjadi berbarengan dengan resistensi insulin akan meningkatkan reabsorsi
sodium dan air yang mengakibatkan terjadinya ekspansi volume intra-vaskular.
Hiperinsulinemia juga meningkatkan aktifitas chanel Na-K ATP-ase, sehingga
terjadi peningkatan Na dan kalsium intrasel yang mengakibatkan peningkatan
kontraksi otot polos pembuluh darah yang berdampak pada tekanan darah naik
Keberadaan obesitas abdominal, resistensi insulin dan hipertensi sebagai
komponen yang dominan ditemukan pada penderita metabolic syndrome, juga
didukung oleh beberapa penelitian di beberapa tempat, meskipun penyebutannya
hanya tidak berdasarkan pengelompokan, sebagaimana diperoleh dalam
penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:
1. National Health and Nutrition Survey (NHANES) di Amerika Serikat
dengan kriteria NCEP ATP III menyebutkan metabolic syndrome meningkat
seiring dengan meningkatnya resistensi insulin (Dwipayana et al., 2011).
2. Penelitian di Makasar (Herman A, 2003 dalam Dwipayana et al., 2011),
penelitian penduduk Amerika Keturunan Arab (Jaber et al, 2004) dan
penelitian di Bali (Dwipayana et al., 2011) yang menyebutkan metabolic
syndrome meningkat seiring dengan meningkatnya obesitas abdominal.
3. Penelitian di Jakarta dan Semarang menyebutkan bahwa hipertensi
merupakan kriteria yang sering ditemukan pada penderita laki-laki,
sedangkan obesitas abdominal sering ditemukan pada penderita perempuan
(Soewondo, 2005; Suhartono et al., 2005).
89
C. Gambaran Pola Makan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi makro, yang berfungsi sebagai penyedia
energi utama dalam tubuh. Zat gizi ini terdiri dari karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. AKG karbohidrat yang dianjurkan yaitu sebanyak 50-65
% dari total energi (WNPG 8, 2004). Bila didapatkan asupan karbohidrat
melebihi AKG, maka hal ini dapat dikatakan berisiko (WNPG 8, 2004).
Hasil penelitian (tabel 5.11) menggambarkan tidak satupun Anggota Klub
Senam Jatung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan
karbohidrat melebihi AKG. Uji statisitik untuk mengetahui hubungan antara
karbohidrat dengan kejadian metabolic syndrome pun tidak dapat dilakukan,
karena tidak terdapat paparan yang berisiko terhadap kejadian metabolic
syndrome pada responden.
Selain asupan karbohidrat yang tidak melebihi AKG, responden memiliki
porsi makan karbohidrat kompleks yang sesuai dengan gizi seimbang dimana
berdasarkan hasil FFQ rata-rata responden mengkonsumsi karbohidrat kompleks
yang bersumber dari makanan pokok sebanyak 6 porsi, dengan sumber utama
didominasi oleh nasi, dengan rata-rata 2,5 porsi. Meskipun demikian, nasi
merupakan jenis makanan yang indeks glikemiknya tinggi, sehingga bila
asupannya berlebih, hal tersebut akan berisiko bagi penderita diabetes sekaligus
metabolic syndrome. Disamping itu, gula, softdrink, kue dan biskuit yang
merupakan karbohidrat sederhana juga memiliki indeks glikemik tinggi (Boyle &
Long, 2010).
90
Hasil FFQ (terlampir) juga menggambarkan rata-rata konsumsi gula
responden per hari hanya 1 kali, begitu juga dengan kue dan biskuit, tetapi
hampir jarang untuk minuman softdrink dan madu. Bika diakumulasikan maka
rata-rata konsumsi karbohidrat sederhana responden hanya 3 kali. Meskipun
belum diketahui batas frekuensi asupan karbohidrat sederhana yang berbahaya,
namun asupan karbohidrat sederhana yang melebihi 10 % sangat berhubungan
dengan sensitivitas insulin dan resiko diabetes tipe II, sedangkan makanan
dengan indeks glikemik rendah telah terbukti memperbaiki kadar glukosa dan
lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan memperbaiki resistensi insulin
(Boyle & Long, 2010).
Berkaitan dengan serat, hasil FFQ (terlampir) menggambarkan rata-rata
konsumsi serat responden, baik yang berasal dari buah-buahan maupun yang
berasal dari sayuran sebanyak 4 porsi. Bila dibandingkan dengan pedoman gizi
seimbang, tentu porsi tersebut telah sesuai, dimana anjuran sayuran sebanyak 3-5
porsi dan buah-buahan sebanyak 2-3 porsi. Porsi serat yang tepat dapat
memperbaiki penangan glukosa dalam tubuh (Gizi & Kesmas UI, 2010) sehingga
berkontribusi dalam penurunan angka kejadian metabolic syndrome.
Dalam penelitian ini, meskipun porsi serat sudah tepat, kejadian
metabolic syndrome pada anggota klub masih cukup besar. Hal tersebut mungkin
terjadi karena perbaikan penganan glukosa tubuh oleh serat terhambat dengan
adanya ketidak seimbangan pada asupan makanan lainnya.
91
D. Gambaran Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2013). IPAQ (2005)
mengkategorikan aktivitas fisik ke dalam 3 macam, yaitu aktivitas fisik tinggi,
sedang dan rendah.
Hasil penelitian ini (tabel 5.9) menggambarkan tidak satupun Anggota
Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki
kategori aktivitas fisik rendah, yaitu jumlah aktivitas fisik < 600 METmenit/minggu berdasarkan IPAQ (2005). Hal tersebut karena sebagian besar
Anggota Klub memiliki aktivitas fisik sedang, dengan total MET-nya di antara
600-3000 MET-menit/minggu dan sisanya memiliki Aktivitas tinggi, dengan
total MET-nya > 3000 MET-menit/minggu.
Anggota klub dengan nilai terendah pada kategori aktivitas fisik sedang
,yaitu 678 METs (terlampir), dengan cara melakukan aktivitas intensitas berat,
yaitu senam jantung sehat 1 kali/minggu, selama 1 jam dan aktivitas intensitas
ringan, yaitu berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain 1 kali/seminggu,
selama 1 jam. Tidak hanya senam, Anggota klub juga mungkin beraktivitas fisik
lari cepat, sepak bola, berenang dan hal yang membuat nafas terasa berat dan
jantung berdetak lebih kencang. Hal tersebut, sebagaimana disebutkan IPAQ
(2005), termasuk jenis aktivitas fisik intensitas berat.
Anggota klub dengan nilai terendah pada kategori aktivitas fisik tinggi,
yaitu 3029 METs (terlampir), dengan cara melakukan aktivitas fisik intensitas
berat, yaitu senam jantung sehat 3 kali/ minggu, selama 1 jam, kemudian
92
beraktivitas fisik intensitas sedang, seperti bersepeda laju sedang atau badminton
2 kali/ minggu, selama 3 jam. Aktivitas fisik intensitas sedang juga termasuk
berkebun, melakukan pekerjaan rumah tangga dan bermain-main dengan anakanak, sebagaimana disebutkan oleh IPAQ (2005).
Aktivitas fisik yang dilakukan Anggota klub tersebut mampu mengolah
kalori menjadi energi, sehingga tidak ada yang disimpan dalam bentuk sel lemak
yang
menumpuk pada jaringan abdominal. Namun, penumpukan tersebut
bergantung pada asupan yang diperoleh, karena bila asupan makan meningkat,
seperti pada pola makan berlebih, sedangkan pengeluaran energinya tidak
ditingkatkan, maka hal itulah yang menyebabkan penumpukan lemak.
Pernyataan ini sesuai dengan Soetardjo (2011) yang menyebutkan bahwa pada
tubuh manusia berlaku konsep keseimbangan energi yang dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tubuh.
Semakin meningkatnya usia, maka kebutuhan aktivitas fisik semakin
menurun, karena fisiologis organ tubuh yang mulai menurun, sehingga frekuensi
dan intensitas aktivitas mulai dikurangi, dan secara otomatis kecukupan gizi pun
mulai berkurang sesuai kelompok umur dan jenis kelamin. Hal ini lah yang
mungkin terjadi pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat, yang sebagian besar
termasuk kelompok dewasa akhir dan lansia, dimana pola makan tidak
diseimbangkan dengan kelompok umur. Pada akhirnya, meskipun aktivitas fisik
rutin, tetap tidak mampu untuk mencegah metabolic syndrome.
Soetardjo (2011) yang menyebutkan, pada usia dewasa seseorang mulai
berisiko menderita penyakit degeneratif dan pada usia lansia, aktivitas fisik dan
93
kebutuhan gizi semakin banyak berkurang dan kerusakan sel-sel semakin banyak
terjadi. Oleh karena itu penting menyeimbangkan pola makan dengan aktivitas
fisik berdasarkan umur dan jenis kelamin.
E. Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic
Syndrome
Sumber kalori atau energi didapatkan dari zat gizi makro yaitu
karbohidrat, protein dan lemak. Pola konsumsi kalori yang baik jika
perbandingan komposisi kalori antara karbohidrat, protein dan lemak sebesar 5065% : 10-20% : 20-30% (WNPG 8, 2004). Adapun nilai total kalori mengacu
kepada AKG yang diperoleh dari rumus tertentu berdasarkan umur dan jenis
kelamin.
Hasil penelitian (tabel 5.10) menggambarkan hanya sebagian kecil yaitu
sebanyak 17,5 % Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah yang memiliki asupan energi melebihi AKG. Bila ditelusuri lebih
lanjut dengan FFQ (terlampir), dapat diketahui bahwa sebagian besar atau
sebanyak 57 % kelebihan energi penderita berasal dari sumber minyak 1,5-3
sendok makan/hari (Kemenkes RI, 2013), dan sebanyak 43 % lainnya memiliki
kelebihan energi yang berasal dari pangan hewani yang melebihi 2-3 porsi/hari.
Kelompok minyak maupun pangan hewani merupakan sumber lemak. 1
gram lemak menghasilkan energi 9 kkal (Tejasari, 2005). Kelompok minyak
dalam FFQ terdiri dari minyak goreng, margarin, mentega dan santan, sedangkan
pangan hewani terdiri dari telur, ayam, ikan segar, udang, daging kambing,
daging sapi, jeroan, sosis, corned dan ikan asin.
94
Hasil uji statistik antara asupan kalori dengan kejadian metabolic
synrome diperoleh nilai p value 0,009. Dengan demikian, hipotesis penelitian
diterima, yang berarti terdapat hubungan antara total kalori dengan kejadian
metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Sudarminingsih et al. (2007), Dewi (2009), Kasiman (2011), Sargowo dan
Andarini (2011) yang menyatakan adanya hubungan asupan kalori dengan
kejadian metabolic syndrome. Disamping itu, disebutkan bahwa semakin banyak
asupan makanan maka kejadian metabolic syndrome semakin meningkat.
Adapun asupan makanan yang mempunyai nilai paling tinggi adalah total kalori
diikuti lemak dan karbohidrat.
Kalori berlebih merangsang VLDL di hati untuk mengahasilkan
peningkatan trigliserida, LDL dan penurunan HDL. Hipertigliseridemia sering
dihubungkan dengan berkurangnya kadar HDL pada Obesitas (Sargowo dan
Andarini, 2011).
Kalori berlebih membentuk asam lemak bebas dan terdistirbusi dalam
jumlah yang banyak didalam tubuh, sehingga menyebabkan penumpukan lemak
visceral dan akhirnya menyebabkan obesitas abdominal. Disamping itu, kalori
berlebih mengakibatkan kadar gula darah naik yang mengakibatkan intoleransi
glukosa dan selanjutnya berdampak resitensi insulin. Baik obesitas abdominal
maupun ressistensi insulin, keduanya merupakan penyebab utama terjadinya
metabolic syndrome (Rohman, 2007).
95
F. Pola Makan Protein dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic
syndrome
Hasil penelitian (tabel 5.13) menggambarkan sebanyak 35 % responden
memilki asupan protein melebihi AKG, dimana AKG untuk protein tidak boleh
lebih dari 20% dari total energi (WNPG 8, 2004). Asupan protein tersebut
berumber dari protein nabati dan protein hewani.
Bila dilihat dari hasil FFQ ,dapat diketahui bahwa rata-rata asupan
pangan hewani responden sebanyak 4 porsi, sedangkan asupan pangan nabati
sebanyak 3 porsi. Hal tersebut menunjukan bahwa asupan pangan hewani
responden melebihi yang dianjurkan pedoman gizi seimbang, yaitu 2-3 porsi
perhari, sedangkan pangan nabati telah sesuai dengan yang dianjurkan, yaitu 2-3
porsi perhari.
Hasil uji statistik (tabel 5.15) antara asupan protein dengan kejadian
metabolic syndrome diperoleh nilai p value 0,071. Dengan demikian, hipotesis
penelitian ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara asupan protein
dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat
Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Kasiman (2011) dan Sargowo dan Andarini (2011) namun berbeda
dengan hasil penelitian Sudarminingsih et al. (2007) Dewi (2009) Anshar et al.
(2011). Hasil penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan antara asupan
protein dengan metabolic syndrome.
Sebagaimana diketahui bahwa protein berfungsi terutama untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Disamping iu, protein juga berfungsi
96
menyediakan energi setelah karbohidrat dan lemak. Kelebihan protein dapat
disimpan dalam bentuk sel-sel lemak dan menumpuk dalam jaringan, terutama
jaringan visceral. Penumpukan tersebut mengakibatkan obesitas abdominal yang
kemudian berpengaruh terhadap resistensi insulin (Rohman, 2007).
Berdasarkan hasil FFQ, sumber protein hewani responden, dimana
melebihi porsi yang dianjurkan, ternyata banyak didominasi oleh ikan, ayam dan
telur. Ketiga jenis makanan tersebut selain tinggi protein juga tinggi lemak
(Tejasari, 2005). Hal ini berarti kelebihan protein responden merupakan
kelebihan sumber makanan yang memiliki kadar protein dan lemak yang tinggi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, seharusnya ada hubungan antara pola
makan protein dengan kejadian metabolic syndrome sebagaimana hasil penelitian
Sudarminingsih et al. (2007), Dewi (2009), Kasiman (2011) serta Sargowo dan
Andarini (2011). Peneliti menduga jumlah responden yang memiliki asupan
berlebih hanya sedikit, menyebabkan hubungan asupan protein dengan kasus
tidak terdeteksi.
G. Pola Makan Lemak dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic
Syndrome
Hasil penelitian (tabel 5.12) menggambarkan sebanyak 40 % responden
memiliki asupan lemak total melebihi AKG, dimana AKG untuk lemak tidak
boleh lebih dari 30 % dari total energi (WNPG 8, 2004). Lemak dalam makanan
terdiri dari lemak nabati dan lemak hewani. Sumber lemak hewani semua pangan
hewani dan olahannya seperti mentega dan minyak ikan. Kemudian sumber
97
lemak nabati antara lain minyak goreng (kelapa sawit), minyak kelapa, minyak
kacang tanah dan margarin (Tejasari, 2005).
Hasil uji statistik (tabel 5.16) antara asupan lemak dengan kejadian
metabolic syndrome diperoleh nilai p value 0,008. Dengan demikian hipotesis
penelitian diterima, artinya ada hubungan antara asupan lemak dengan kejadian
metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yaitu
Sudarminingsih et al. (2007), Dewi (2009), Kasiman (2011) serta Sargowo dan
Andarini (2011) yang menyebutkan adanya hubungan antara asupan lemak
dengan kejadian metabolic syndrome. Selain itu, nilai asupan lemak berada
setelah total kalori dan semakin banyak asupan lemak semakin meningkatkan
risiko metabolic syndrome.
Berdasarkan hasil FFQ (terlampir), dapat diketahui bahwa rata-rata pola
makan lemak nabati responden yang berasal dari minyak sebanyak 4 porsi dan
pangan nabati sebanyak 3 porsi, sedangkan lemak hewani yang berasal dari
pangan hewani sebanyak 4 porsi. Disamping itu, terdapat asupan lemak
tambahan yang berasal dari biskuit dan kue, masing-masing sebanyak 1 porsi.
Pola pangan hewani dan minyak tersebut melebihi pedoman gizi seimbang yaitu
3 porsi/ hari untuk pangan hewani dan 1,5-3 porsi/hari untuk lemak (Kemenkes
RI, 2013). Hal tersebut yang berkontribusi terhadap kelebihan lemak responden,
selain tambahan lemak dari pangan nabati, biskuit dan kue.
Hasil FFQ (terlampir) juga menyatakan sumber minyak yang
mendominasi yaitu minyak goreng (minyak kelapa sawit), pangan nabati yang
98
mendominasi yaitu tahu dan tempe serta pangan hewani yang mendominasi yaitu
ikan, ayam dan telur. Sebagai mana kita ketahui bahwa :
1. Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama lemak terutama asam lemak
jenuh dan ergosterol (Tejasari, 2005). Disamping itu, ketika minyak kelapa
sawit dan begitu juga minyak nabati lainnya terhidrogenisasi maka minyak
tersebut menjadi sumber utama asam lemak trans. Termasuk produk-produk
yang dimasak menggunakan minyak terhidrogenisasi, seperti biskuit dan kue
juga mengandung asam lemak trans (Gizi Kesmas UI, 2010).
a. Tahu dan tempe berasal dari kacang kedelai yang mengandung asam
lemak jenuh dan PUFA (Tejasari, 2005).
b. Telur terbagi dua bagian putih dan bagian kuning. Bagian putih telur
kaya akan protein albumin sedangkan kuning telur kaya akan kolesterol
(Tejasari, 2005).
c. Ikan (kecuali ikan laut) dan ayam tanpa kulit yang tinggi protein tapi
rendah kolesterol (Tejasari, 2005).
Berdasarkan hal-hal diatas dapat dijelaskan bahwa adanya hubungan
antara asupan lemak berlebih dengan metabolic syndrome pada anggota klub
senam sangat mungkin disebabkan karena adanya peningkatan asam lemak
jenuh, kolesterol dan asam lemak trans.
Sebagaimana diketahui bahwa asam lemak jenuh meningkatkan kadar
kolesterol total dan LDL. Kolesterol total sendiri juga meningkatkan kadar LDL,
sedangkan asam lemak trans selain meningkatkan kadar LDL juga meningkatkan
rasio kolesterol total/HDL, rasio LDL/ HDL serta menurunkan HDL. Lawrence
99
(2005) dalam Hendrayati (2010) menyebutkan asupan asam lemak trans dan
lemak total berkolerasi positif dengan asam lemak jenuh. Setiap penambahan
asupan lemak jenuh akan menaikkan asupan lemak trans sebesar 0,03% dari
energi total. Setiap peningkatan satu persen asam lemak trans dapat
meningkatkan kadar LDL sebesar 0,04 mmol/L dan menurunkan HDL sebanyak
0,013mmol/L . Kondisi-kondisi tersebut yang mengakibatkan kadar lemak dalam
darah
abnormal/displipidemia
syndrome.
sehingga
meningkatkan
resiko
metabolic
100
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa simpulan, sebagai berikut :
1. Sebagian besar Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah mengalami metabolic syndrome dengan angka kejadian
mencapai 52, 5 %.
2. Terdapat 3 kelompok kriteria yang sering ditemukan pada Anggota Klub
Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yaitu Obesitas
abdominal, resitensi insulin dan kenaikan tekanan darah.
3. Terdapat beberapa Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan energi yang melebihi AKG
dengan angka kejadian mencapai 17,5 %.
4. Tidak ada satupun Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah yang memilki asupan karbohidrat yang melebihi AKG.
5. Terdapat beberapa Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan lemak melebihi AKG dengan
angka kejadian mencapai 40 %.
6. Terdapat beberapa Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan protein melebihi AKG dengan
angka kejadian mencapai 35 %.
101
7. Tidak ada satupun Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN
Syarif Hidayatullah yang berada pada kategori aktivitas fisik rendah,
Sebaliknya, sebagian besar Anggota berada pada kategori aktivitas fisik
sedang.
8. Ada hubungan yang bermakna antara asupan kalori dengan kejadian
metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah (p value 0,009).
9. Asupan karbohidrat tidak dapat dihubungkan dengan kejadian metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah.
10. Ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kejadian
metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah (p value 0,008).
11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian
metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II
UIN Syarif Hidayatullah (p value 0,071).
12. Aktivitas Fisik tidak dapat dihubungkan dengan kejadian metabolic
syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah.
102
B. Saran
1. Bagi Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah
a. Bagi penderita metabolic syndrome perlu dilakukan perubahan pola
makan menjadi pola makan atau diet rendah kalori, diet rendah lemak
atau subsitusi sumber lemak jenuh dengan PUFA. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi asupan kalori dan asupan lemak berlebih yang
berhubungan dengan metabolic syndrome.
b. Bagi anggota non penderita perlu menerapkan gizi seimbang agar
terhindar dari metabolic syndrome.
c. Bagi semua anggota klub senam perlu untuk mempertahankan kebiasan
aktivitas fisik yang baik, bahkan meningkatkan aktifitas fisik dari
ketegori aktivitas fisik sedang menuju kategori aktivitas fisik berat.
2. Bagi Pengurus Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif
Hidayatullah
Pengurus perlu berkontribusi mencegah dampak lebih lanjut dari anggota
Klub senam yang menderita metabolic syndrome serta mencegah anggota
lain dari metabolic syndrome, dengan cara :
a. Melakukan monitoring dan evaluasi kehadiran anggota klub senam
dengan tujuan menjaga konsistensi anggota dalam aktivitas fisik.
b. Bekerja sama dengan instansi kesehatan seperti Puskesmas Pisangan
ataupun FKIK UIN Syarif HIdayatullah untuk memberikan penyuluhan,
konsultasi atau pemeriksaan kesehatan rutin.
103
3. Bagi Peneliti Lain
a. Penggunaan metode FFQ semi kuantitatif mampu menggabungkan
kelebihan dari food recall dan FFQ kualitatif sehingga menjadi salah satu
pilihan yang baik bagi penelitian lebih lanjut untuk menjawab hubungan
pola makan terhadap metabolic syndrome.
b. Pengukuran variabel-variabel antara lain variabel etnis, umur, jenis
kelamin, riwayat genetik, menopause dan faktor endokrin dapat
memperkaya hasil dan pembahasan penelitian, sehingga penelitian lebih
lanjut terhadap variabel-variabel ini sangat dianjurkan.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adam, H.L., Kristiansen, O.P., Marrot, J.L., et al. 2012. Intensity versus duration of
physical activity: implications for the metabolic syndrome. a prospective cohort
study. BMJ Open, Vol. 2.
Alberti, K.G.M.M., Eckel, R.H., Grundy, M.S., et al. 2009. Harmonizing the metabolic
syndrome. a joint interim statement on International Diabetes Federation,
National Heart, Lung, and Blood Institute, American Heart Association, World
Heart Federation, International Atherosclerosis Society, and International
Association for The Study of Obesity. Circulation: Journal of The American
Heart Association, No.120.
Alessi, M.C., Juhan-Vague, I. 2008. Metabolic syndrome, haemostasis and thrombosis.
Thromb Haemost, Vol. 99, No. 6. Diakses pada 6 Januari 2013, di
http://emedicine.medscape.com/article/165124
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anam, MS., Mexitalia, M., Widjanarko, B., et al. 2010. Pengaruh intervensi diet dan
olah raga terhadap indeks massa tubuh, lemak tubuh, dan kesegaran jasmani
pada anak obes. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1.
Ansar, Jafar,N., Citrakesumasari. 2011. Pola makan dan aktifitas fisik dengan kejadian
sindroma metabolik pasien rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.1, No.1.
Boyle, AM, & Long, S. 2010. Personal Nutrition 7 Ed. Belmont : Wadswoth Cengange
learning.
Chan, S.P. 2005. Metabolic syndrome. JAFES, Vol 23, No.14.
Christopher, D, Bryne, & Wild, SH . 2005. The Metabolic Syndrome. The Atrium
Southern Gate Chichester West Sussex : Jhon Willey & Sons.
Cuspidi, C., Sala, C., Zanchetti, A. 2008. Metabolic syndrome and target organ damage:
role of blood pressure. Expert Rev Cardiovasc Ther, Vol. 6, No.5. Diakses pada
6 Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124
Dahlan, M.S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Ed 3. Jakarta : Salemba Medika.
Danone Institute. 2009. Gizi Seimbang. Danone Institute. Dikases pada 2 Mei 2013, di
http://www.danonenutrindo.org/tentang_gizi_seimbang.php.
105
Dawiesah, I. S. 1989. Petunjuk Laboratorium Penentuan Nutrien Dalam Jaringan dan
Plasma tubuh. Yogyakarta : PAU pangan dan gizi UGM.
Deerochanawong, C. 2005. Metabolic syndrome in the Thai population. JAFES, Vol. 23
No. 15.
Dellios, G. 2005. Epidemiology of metabolic syndrome in Europe. European Society of
Cardiology.
Diakses
pada
6
Januari
2013,
di
http://emedicine.medscape.com/article/165124
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2010. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rajawali Press.
Depkes RI. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : Litbangkes
Depkes RI.
Dwipayana, M.P., Suastika, K., Saraswati, I.M.R., et al. 2011. Prevalensi metabolic
syndrome pada populasi penduduk Bali, Indonesia. Jurnal Penyakit Dalam, Vol.
12, No.1.
Goldbacher, E.M., Matthews, K.A. 2007. Are psychological characteristics related to
risk of the metabolic syndrome? A review of the literature. Ann Behav Med,
Vol.
34,
No.
3.
Diakses
pada
6
Januari
2013,
di
http://emedicine.medscape.com/article/165124
Harits, S., dan Tambunan, T. 2009. Hipertensi pada metabolic syndrome, Sari Pediatri,
Vol. 11, No.4.
Hsing, A.W., Sakoda, L.C., Chua, S.Jr. 2007. Obesity, metabolic syndrome, and prostate
cancer. Am J Clin Nutr, Vol.86, No. 3. Diakses pada 6 Januari 2013, di
http://emedicine.medscape.com/article/165124
Ilanne-Parikka, P., Laaksonen, E.D., Eriksson, J.G., et al. 2010. Leisure-Time Physical
Activity and The Metabolic Syndrome In The Finnish Diabetes Prevention
Study. Diabetes Care, Vol. 33, No. 7.
International Diabetes Federation. 2006. The IDF Consensus Worldwide Definition on
The Metabolic Syndrome. Brussels : International Diabetes federation.
IPAQ. 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical
Activity Questionnaire (IPAQ). Diakses pada 04 Februari dari
https://sites.google.com/site/theipaq/scoring-protocol.
106
Jafar, N. 2011. Metabolic Syndrome. Makasar : Program studi Gizi Universitas
Hasanudin.
Kamso, S. 2007. Body Mass Index, Total Cholesterol, and Ration Total to HDL
Cholesterol were Determinants of Metabolic Syndrome in The Indonesian
Elderly. Med J Indones, Vol. 16, No.3.
Kasiman, S, 2011. Pengaruh Makanan Pada Sindrom Metabolik. Jurnal Kardiologi
Indonesia, Vol.32, No.1.
Kotronen A, Yki-Jarvinen H. 2008. Fatty liver: a novel component of the metabolic
syndrome. Arterioscler Thromb Vasc Biol, Vol. 28, No. 1. Diakses pada 6
Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124
Laaksonen, D.E., Lakka, H.M., Salonen, J.T., et al. 2002. Low levels of leisure-time
physical activity and cardiorespiratory fitness predict development of the
metabolic syndrome. Diabetes Care, Vol. 25, No. 9.
Mubarak, Rifqy. 2009. Hubungan Antara Kadar Kolesterol Total dengan Hipertensi
Pada Kelompok Olahraga Umur Produktif di Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2009. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Muherdiyantiningsih, Ernawati, F.,Effendi, R., et al. 2008. Metabolic syndrome pada
orang dewasa gemuk di wilayah Bogor. Panel Gizi Makanan, Vol. 38, No. 2.
Dikases
pada
9
Februari
2013,
dari
<http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/index.php>.
Nasution, R.I., Setiati, S., Trisnohadi, H.B., et. al. 2006. Insulin resitence and metabolic
syndrome in ederly women living in nursing homes. Acta Med Indones-Indones
J Intern Med, Vol. 38, No. 1.
Nesco Multicheck. 2009. Nesco Multiheck. Diakses pada 22 Juli 2013, dari
http://www.nesco-medlab.com/nesco-multicheck.html
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Obunai, K., Jani, S., Dangas G.D. 2007. Cardiovascular morbidity and mortality of the
metabolic syndrome. Med Clin North Am, Vol. 91, No. 6. Diakses pada 6
Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124
Pranoto, A., Kholili, U., Tjokroprawiro, A., et al. 2005. Metabolic syndrome as observed
in Surabaya. Surabaya: Pusat Diabetes dan Nutrisi Divisi Endokrin Metabolik
Bag-SMF Penyakit Dalam Dr. Soetomo FK Unair.
107
Rohman, S.M. 2007. Patogenesis dan terapi sindroma metabolik. Jurnal Kardiologi
Indonesia,Vol. 28, No. 2.
Sargowo, D. dan Andarini, S. 2011. The relationship between food intake and
adolescent. Jurnal Kardiologi Indonesia, Vol. 32, No. 1.
Serné, E.H., de Jongh, R.T., Eringa, E.C., et al. 2007. Microvascular dysfunction: a
potential pathophysiological role in the metabolic syndrome. Hypertension, Vol.
50,
No.1.
Diakses
pada
6
Januari
2013,
di
http://emedicine.medscape.com/article/165124
Siagian, A. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Stehouwer, C.D., Henry, R.M., Ferreira, I. 2008. Arterial stiffness in diabetes and the
metabolic syndrome: a pathway to cardiovascular disease. Diabetologia, Vol.
51,
No.
4.
Diakses
pada
6
Januari
2013,
di
http://emedicine.medscape.com/article/165124
Soetardjo, S. 2011. Gizi Usia Dewasa in : Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Atmatsier et al (Ed). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Soewondo, P., Purnamasari, D., Oemardi, M., et al. 2006. Prevalence of metabolic
syndrome using NCEP/ATP III criteria in Jakarta, Indonesia ; The Jakarta
primary non-communicable disease risk factors surveillance 2006. Acta Med
Indones-Indones Jurnal Internal Medicine, Vol. 42, No. 4.
Soewondo, P. 2005. Prevalence of metabolic syndrome as defined by the ATP III, Asian
modification of ATP III, WHO and IDF criteria in Depok population study.
JAFES.
Stern, M.P., Williams, K., Villalpando, C.G. et al. 2004. Does the metabolic syndrome
improve identification of individuals at risk of type 2 diabetes and or
cardiovascular disease?. Diabetes Care. Vol. 27. No. 11.
Sudarminingsih, S., Lestarina, W., Susetyowati. 2007. Hubungan Pola makan dengan
Sindroma Metabolik pada Karyawan PT. Unocal Oil Company di Offshore
Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 4,
No.2.
Suhartono, T, et al. 2005. Prevalensi Sindrom Metabolik di Poliklinik Endokrin dan
Poliklinik Jantung RS Dr. Kariadi dan di Pekajangan, Pekalongan. Naskah
lengkap the metabolic syndrome (the MetS) anticipating life style related
disease. Surabaya.
108
Sulistiyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sulviana, N. 2008. Analisis Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kadar Lipid
Darah dan Tekanan Darah pada penderita jantung koroner. Skripsi. Bogor : IPB.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I., et al. 2002. Penlitian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Umboh, A., et al. 2007. Hubungan antara resistensi insulin dan tekanan darah pada anak
obese. Sari Pediatri. Vol. 8.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Glonalisasi. Jakarta : LIPI.
Wardani, N. E. J. 2008. Aktivitas Fisik, Status Gizi, dan Produktivitas Kepala Keluarga
Wanita Pemetik Teh di Perkebunan Teh Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa
Barat. GMSK IPB : Bogor.
Wang, S.S. 2012. Metabolic syndrome. Eds. Ali, YS. Medscape Reference. Diakses
pada 6 Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124
WHO. Factsheet : Cardiovascular Diseases. Updated March 2013, diakses pada 6
Maret
2013
dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html.
WHO. Factsheet : Diabetes. Updated March 2013, diakses pada 6 Maret 2013 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html.
WHO. Factsheet : Physical Activity. Updated March 2013, diakses pada 6 Maret 2013
dari http://www.who.int/dietphysicalactivity/pa/en/index.html.
Yogiantoro, M. 2006. Hypertension and Insulin Resistance. Dalam: Makalah lengkap
The 6th Jakarta Nephrology & Hypertension course and symposium on
hypertension. Pernefri.
LAMPIRAN II
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya “Muhammad Fahad” mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pola Makan dan Aktivitas fisik Terhadap
Metabolic Syndrome pada Karyawan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Untuk
itu saya memohon kesediaan Bapak /Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Kejujuran
ibu/bapak dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban ibu
akan saya rahasiakan. Atas perhatian dan kerja sama ibu, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pernyataan Persetujuan
Nama responden
Tanda tangan
Diketahui oleh
Tanda tangan
Penelitti
A. Karakteristik Responden :
1. No. Responden : ……………………………………
2. Nama
: ……………………………………
3. Jenis kelamin
: L/P
4. Alamat
: …………………………………….
5. Telepone/Hp
: ……………………………………
6. Usia
: ………. tahun
7. Pendidikan
: ……………………………………
8. Pekerjaan
: ……………………………………
B. Pertanyaan Khusus wanita
1. Apakah pada saat ini anda sedang mengalami masa menopause?
a.
Ya
b. tidak
C. Pertanyaan Terkait Metabolik Syndrome
1. Apakah anda sedang dalam pengobatan hipertensi ?
a. Ya
b. tidak
2. Apakah anda sedang dalam pengobatan hiperglikemik?
a. Ya
b. tidak
3. Apakah anda sedang dalam pengobatan dislipidemia?
a. Ya
b. tidak
D. Pengukuran Metabolic Syndrome
No
1
Jenis
Karakteristik
Lingkar perut
(cm)
Standard
Beresiko bila:
LP ≥ 90 cm (laki-laki)
LP ≥ 80 cm
(perempuan)
2
Tekanan darah
TD. Sistolik ≥130 atau
(mmHg)
TD. 3iastolic ≥85
a. Sistol
mmHg atau sedang
b. Diastol
dalam pengobatan
hipertensi.
3
Kadar Gula Darah GDP ≥ 100 mg/dL
Puasa (mg/dL)
atau sedang dalam
pengobatan
hiperglikemik.
4
Kadar Kolesterol < 40 mg/dL (laki-laki)
HDL (mg/dL)
< 50 mg/dL (wanita)
Atau sedang dalam
pengobatan khusus
lipid abnormal
5
Kadar Trigliserida ≥ 150 mg/ dL
(mg/dL)
atau pengobatan
khusus terhadap lipid
abnormal
Kesimpulan :
Hasil ukur
Interpretasi
KUESIONER FOOD RECALL 24 JAM
(Tahap I)
Waktu
Makan
Pagi/jam
Selingan
/jam
Siang/ Jam
Selingan /
jam
Malam/
jam
Nama
Makanan
Jenis Bahan
Makanan
(termasuk
bumbu)
Jumlah yang dimakan Ketarangan
Ukuran
Tempat beli/
Rumah
Berat
merk
Tangga
(gram)
makan,
(URT)
ukuran
KUESIONER FOOD RECALL 24 JAM
(Tahap II)
Waktu
Makan
Pagi/jam
Selingan
(sejak pagi
sampai
siang)/jam
Siang/ Jam
Selingan
(Sejak
siang
sampai
malam)/
jam
Malam/
jam
Nama
Makanan
Jenis Bahan
Makanan
(termasuk
bumbu)
Jumlah yang dimakan Ketarangan
Ukuran
Berat
Tempat
Rumah
(gram)
beli/ merk
Tangga
makan,
(URT)
ukuran
FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ)
N
o
Bahan makanan
Karbohidrat Kompleks
Nasi
Roti gandum
Kue-kue
Biskuit
Kentang
Roti Putih
Ubi
Singkong
Bihun
Mie Instan
Produk Hewani
Ayam
Ikan
Sarden
Ikan Asin
Corned
Udang
Kambing
Daging Sapi
Sosis
Jeroan
Produk Nabati
K. hijau
K. kedelai
K. merah
K. tanah
Sayuran
Bayam
Buncis
Brokoli
Kol
B. putih
Ketimun
Tomat
Seledri
D. pepaya
Wortel
Kangkung
1x
Sehari
2x 3x
>3x
Seminggu
14-6x
3x
Sebulan
2-3x 3-4 x
Setahun
1-3 x
Tidak
pernah
N
o
Bahan makanan
Buah-buahan
Apel
Duku
Anggur
Nanas
Pisang
Pepaya
Alpukat
Melon
Kismis
Mangga
Semangka
Susu
Susu Sapi
SKM
Yoghurt
Keju
Es Krim
Minyak
Minyak Goreng
Margarin
Mentega
Santan
Lain-lain
Garam
Saos
Kecap
Penyedap Rasa
Terasi
Cuka
Kopi
Tea
Soft drink
Madu
1x
Sehari
2x 3x
>3
x
Seminggu
1-3x 4-6x
Sebulan
2-3x 3-4 x
Setahun
1-3 x
Tidak
pernah
AKTIVITAS FISIK
Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan jumlah waktu yang Bapak/Ibu gunakan
untuk beraktivitas fisik selama 7 hari sebelumnya.
A. Aktivitas fisik berat yang telah Bapak/Ibu lakukan selama 7 hari sebelumya.
Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan tenaga fisik kuat
sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya dan dilakukan sekurang-kurangnya
selama 10 menit.
1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Bapak/Ibu melakukan aktivitas fisik
berat, contohnya mengangkat barang berat (> 20 kg), senam aerobik,
bersepeda cepat?
 __________hari seminggu
 Tidak ada aktivitas berat. Loncat ke soal nomor 3
2. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu gunakan untuk melakukan aktivitas fisik
berat tersebut dalam sehari.
 __________jam _______menit sehari
 Tidak tahu/tidak pasti
B. Aktivitas fisik sedang yang telah anda lakukan selama 7 hari sebelumnya.
Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas yang menggunakan daya fisik yang
sedang sehingga membuat Bapak/ibu bernafas agak lebih kuat daripada biasanya
dan dilakukan sekurang-kurangnya selama 10 menit.
1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Bapak/Ibu telah melakukan aktivitas
fisik sedang, contohnya mengangkat beban ringan (< 20 kg), mengepel
lantai, bersepeda laju sedang, atau bermain badminton? (tidak termasuk
berjalan kaki).
 __________hari seminggu
 Tidak ada aktivitas fisik sedang. Lompat ke soal nomor 5
2. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu gunakan untuk melakukan aktivitas fisik
sedang tersebut dalam sehari?
 __________jam________menit sehari
 Tidak tahu/tidak pasti.
C. Berapa lama yang Bapak/Ibu yang telah gunakan untuk berjalan kaki selama 7
hari sebelumnya termasuk juga berjalan kaki di tempat kerja dan di rumah,
berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki untuk rekreasi,
berolahraga, bersenam, atau berjalan kaki pada waktu senggang.
1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa harikah Bapak/Ibu telah berjalan kaki
selama sekurang-kurangnya 10 menit dalam sehari?
 _________hari seminggu
 Tidak ada berjalan kaki. Lompat ke soal nomor 7
2. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu biasa gunakan untuk berjalan kaki
dalam hari tersebut?
 __________jam___________menit sehari
 Tidak tahu/ tidak pasti
D. Berapa lama waktu yang telah Bapak/Ibu gunakan untuk duduk pada hari kerja
atau dalam rumah pada 7 hari sebelumnya. Termasuk juga waktu duduk yang
dihabiskan duduk di tempat kerja, di rumah, waktu belajar dan pada waktu
senggang termasuk duduk di meja, mengunjungi teman-teman, membaca, atau
duduk atau berbaring sambil menonton televisi.
1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa waktu yang telah Bapak/Ibu gunakan
untuk duduk dalam sehari?
 ___________jam_________menit sehari
 Tidak tahu/tidak pasti
Lampiran III (Output-Output Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS)
1. Gambaran Umur berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Umur_Kat * jenis kelamin
Missing
Percent
40
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
40
Umur_Kat * jenis kelamin Crosstabulation
jenis kelamin
perempuan
Umur_Kat
0
Count
% within Umur_Kat
1
Total
3
33
90.9%
9.1%
100.0%
4
3
7
57.1%
42.9%
100.0%
34
6
40
85.0%
15.0%
100.0%
Count
% within Umur_Kat
Total
30
Count
% within Umur_Kat
laki-laki
0 = 30-64 th
1= ≥ 64 th
2. Gambaran Lingkar Perut Responden
Statistics
lingkar perut kategorik
N
Valid
Missing
40
0
lingkar perut kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
risk
no risk
Total
Percent
Valid Percent
Percent
35
87.5
87.5
87.5
5
12.5
12.5
100.0
40
100.0
100.0
Percent
100.0%
3. Gambaran Tekanan Darah Responden
Statistics
TD kategorik
N
Valid
40
Missing
0
TD kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
risk
18
45.0
45.0
45.0
no risk
22
55.0
55.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
4. Gambaran Gula Darah Puasa Responden
Statistics
GDP kategorik
N
Valid
40
Missing
0
GDP kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
risk
23
57.5
57.5
57.5
no risk
17
42.5
42.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
5. Gambaran Kadar HDL Responden
Statistics
HDL kategorik
N
Percent
Valid
Missing
40
0
HDL kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
risk
13
32.5
32.5
32.5
no risk
27
67.5
67.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
6. Gambaran Trigliserida Responden
Statistics
Trigliserida kategorik
N
Valid
40
Missing
0
Trigliserida kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
risk
Percent
Valid Percent
Percent
9
22.5
22.5
22.5
no risk
31
77.5
77.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
7. Gambaran Metabolic Syndrome Responden
Statistics
sindrom metabolik
N
Valid
Missing
40
0
sindrom metabolik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kasus
21
52.5
52.5
52.5
no kasus
19
47.5
47.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
8. Gambaran Aktivitas Fisik Responden
Statistics
kategori aktifitas
N
Valid
40
Missing
0
kategori aktifitas
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
berat
18
45.0
45.0
45.0
sedang
22
55.0
55.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
9. Gambaran Asupan Kalori Responden
Statistics
asupan kalori kategorik
N
Valid
40
Missing
0
asupan kalori kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
normal
Percent
Valid Percent
33
82.5
82.5
82.5
lebih
7
17.5
17.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
10. Gambaran Asupan Protein Responden
Statistics
asupan protein kategorik
N
Percent
Valid
Missing
40
0
asupan protein kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
normal
26
65.0
65.0
65.0
lebih
14
35.0
35.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
11. Gambaran Asupan Karbohidrat Responden
Statistics
asupan karbohidrat kategorik
N
Valid
40
Missing
0
asupan karbohidrat kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
normal
40
Percent
Valid Percent
100.0
100.0
Percent
100.0
12. Gambaran Asupan Lemak Responden
Statistics
asupan lemak kategorik
N
Valid
Missing
40
0
asupan lemak kategorik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
normal
24
60.0
60.0
60.0
lebih
16
40.0
40.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
13. Hubungan Asupan Kalori dengan Metabolic Syndrome Responden
asupan kalori kategorik * sindrom metabolik Crosstabulation
sindrom metabolik
kasus
asupan kalori kategorik
lebih
Count
% within asupan kalori
kategorik
normal
Count
% within asupan kalori
kategorik
Total
Count
% within asupan kalori
kategorik
no kasus
Total
7
0
7
100.0%
.0%
100.0%
14
19
33
42.4%
57.6%
100.0%
21
19
40
52.5%
47.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df
a
1
.006
5.542
1
.019
10.365
1
.001
7.677
b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.009
Linear-by-Linear Association
7.485
b
N of Valid Cases
1
.006
40
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
For cohort sindrom metabolik
= kasus
N of Valid Cases
Lower
2.357
40
1.584
Upper
3.508
.006
14. Hubungan Asupan Lemak dengan Metabolic Syndrome Responden
asupan lemak kategorik * sindrom metabolik Crosstabulation
sindrom metabolik
kasus
asupan lemak kategorik
lebih
Count
% within asupan lemak kategorik
normal
Total
3
16
81.2%
18.8%
100.0%
8
16
24
33.3%
66.7%
100.0%
21
19
40
52.5%
47.5%
100.0%
Count
% within asupan lemak kategorik
Total
13
Count
% within asupan lemak kategorik
no kasus
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
8.839a
1
.003
Continuity Correctionb
7.022
1
.008
Likelihood Ratio
9.357
1
.002
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
.004
Linear-by-Linear Association
8.618
N of Valid Casesb
1
.003
40
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for asupan lemak
8.667
1.904
39.442
2.438
1.321
4.499
.281
.098
.811
kategorik (lebih / normal)
For cohort sindrom metabolik =
kasus
For cohort sindrom metabolik =
no kasus
N of Valid Cases
40
.003
15. Hubungan Asupan Protein dengan Metabolic Syndrome Responden
asupan protein kategorik * sindrom metabolik Crosstabulation
sindrom metabolik
kasus
asupan protein kategorik
lebih
Count
% within asupan protein
kategorik
normal
Count
% within asupan protein
kategorik
Total
Count
% within asupan protein
kategorik
no kasus
Total
10
3
13
76.9%
23.1%
100.0%
11
16
27
40.7%
59.3%
100.0%
21
19
40
52.5%
47.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.032
3.270
1
.071
4.808
1
.028
4.607
b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
.046
4.492
1
.034
40
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.18.
b. Computed only for a 2x2 table
.034
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for asupan
protein kategorik (lebih /
4.848
1.080
21.758
1.888
1.096
3.252
.389
.138
1.102
normal)
For cohort sindrom metabolik
= kasus
For cohort sindrom metabolik
= no kasus
N of Valid Cases
40
No
Nama
JK
Umur
BB
TB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
M.
D. S.
S.
R. M.
S. S.
K.
L. B.
E. S.
N. A.
Z.
S. H.
E. S.
U. I.
F. L
H.
S.
E. I.
J.
U.
Su.
S. I.
S. He.
N. H.
S.
P. P.
N.
A.
E.
S. U.
M.
A. H.
As.
E. H.
M. J
V.
S.
N.
A. S. A.
R. Z.
I.
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
59
38
56
40
60
60
51
61
52
68
53
50
38
57
50
65
62
62
59
60
68
50
47
76
60
76
64
62
61
59
76
52
61
61
42
74
59
53
51
55
56.5
63.5
58.8
53.4
64.5
68.3
61.2
54.0
71.7
64.8
57.9
70.8
63.9
68.0
74.6
59.0
37.6
52.0
61.5
69.3
66.9
65.0
70.8
73.9
64.5
59.3
66.8
74.3
47.0
55.2
57.5
77.1
78.0
77.6
50.8
37.8
54.9
77.1
50.2
61.9
149.8
161.2
153.5
148.0
157.3
161.0
148.0
152.0
166.0
167.0
155.0
162.0
159.0
162.0
158.5
147.5
129.5
145.0
152.0
150.2
161.8
154.9
157.0
175.0
159.0
156.6
147.0
154.2
152.0
143.5
145.5
152.5
147.0
170.0
156.2
154.5
150.0
165.3
153.5
150.1
Keterangan
LP
HDL
GDP
Trig.
TDS
TDD O.K O.G O.H
87
66.5
88
53.2
95
52.0
83
49.5
103 53.7
95
56.3
84
60.0
95
70.2
78
49.4
86
58.8
91
52.3
85
47.7
90
42.4
97
56.8
89
75.2
96
65.1
85
34.6
92
41.7
84
49.1
105 60.6
103 69.3
87
54.0
101 48.0
84
35.8
90
54.6
87
77.2
96
61.6
105 47.7
80
51.7
103 36.7
90
30.9
109 47.8
101 59.7
100 49.5
84
58.0
79
61.3
82
80.4
100 38.0
80
53.9
100 65.6
Jumlah
88
88
89
93
97
122
91
88
99
113
104
124
105
97
111
97
104
93
105
104
129
130
97
139
96
140
113
80
106
127
105
125
96
109
88
113
96
118
112
101
47.6
65.9
183.2
32.7
80.3
193.8
178.8
71.2
154.8
78.4
71.6
189.4
97.6
140.9
97.6
101.4
64.9
105.3
58.2
170.7
87.5
89.4
83.7
129.3
237.5
103.4
129.3
65.9
93.8
224.0
146.2
137.0
73.6
141.8
167.8
59.6
67.3
68.3
51.0
146.6
110
90
130
120
130
130
100
100
120
110
110
120
100
130
120
130
110
120
140
120
130
120
120
150
140
150
130
150
120
120
140
110
125
140
120
110
120
140
120
120
70
70
90
70
85
90
70
75
80
70
70
80
80
80
90
100
80
80
100
90
70
80
80
100
100
110
85
85
80
80
100
70
80
100
80
80
80
90
80
80
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
LP
HDL Trig. GDP
TD
Kat.
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
20
Kat
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
13
Kat.
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
16
Kat
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
5
Kat.
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
16
MS
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
21
LP
GDP
TD
LP
LP
LP
LP
GDP GDP HDL TRIG
HDL TRIG TRIG TD
HDL
GDP
TD
LP
HDL
TD
GDP
TRIG
TD
GDP
TRIG
HDL
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
6
1
1
1
10
8
3
1
4
1
1
JK = Jenis Kelamin
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
LP = Lingkar Perut
Trig.= Trigliserida
TDS= Tekanan Darah Sistolik
TDD= Tekanan Darah Diastolik
O.K= Obat Anti Kolesterol
O.G = Obat Anti Gula Darah
O.H = Obat Antri Hipertensi
LP Kat.= Kategorisasi Lingkar Perut
HDL Kat. = Kategorisasi HDL
Trig. Kat = Kategorisasi Trigliserida
GDP Kat.= Kategorisasi Gula Darah Puasa
TD Kat. = Kategorisasi Tekanan Darah
MS = Metabolic Syndrome
No Nama JK Umur BB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
M.
D. S.
S.
R. M.
S. S.
K.
L. B.
E. S.
N. A.
Z.
S. H.
E. S.
U. I.
F. L
H.
S.
E. I.
J.
U.
Su.
S. I.
S. He.
N. H.
S.
P. P.
N.
A.
E.
S. U.
M.
A. H.
As.
E. H.
M. J
V.
S.
N.
A. S. A.
R. Z.
I.
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
59
38
56
40
60
60
51
61
52
68
53
50
38
57
50
65
62
62
59
60
68
50
47
76
60
76
64
62
61
59
76
52
61
61
42
74
59
53
51
55
57
63
59
53
64
68
61
54
72
65
58
71
64
68
75
59
38
52
62
69
67
65
71
74
64
59
67
74
47
55
57
77
78
78
51
38
55
77
50
62
BB Energi
AKG koreksi
55
1798
55
2077
55
1750
55
1800
55
2051
55
1750
55
1948
55
1719
55
2281
62
2143
55
1841
62
2569
55
1800
55
2164
55
1750
55
1717
55
1750
55
1655
55
1750
55
1750
55
1600
55
1750
55
2315
62
2050
55
1750
55
1600
55
1750
55
1750
55
1495
55
1750
62
2050
55
1750
55
2482
62
2250
55
1661
55
1100
55
1750
62
2250
55
1596
55
1970
Keterangan
JK = Jenis Kelamin
BB = Berat badan
AKG = Angka Kecukupan Gizi
Kat = Kategorisasi
Hasil Kat
806
632
1460
1907
1137
1233
947
1126
870
1248
940
1138
1210
1960
1224
777
1239
1147
1945
1733
1635
1899
1319
1395
1403
1486
1814
1740
895
1785
1514
1537
1585
1903
1262
1090
1776
1905
1256
1244
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
Protein
Lemak
Karbo
Hasil Kat
Hasil Kat
Hasil Kat
Koreksi
Koreksi
Koreksi
51
21
2
60
29
2
270
115 2
58
18
2
69
21
2
311
94
2
50
46
2
58
47
2
263
206 2
50
59
1
60
70
1
270
269 2
59
39
2
68
57
2
308
121 2
50
40
2
58
41
2
263
181 2
56
34.5
2
65
26
2
293
147 2
49
44.4
2
57
32
2
258
163 2
65
26.1
2
76
21
2
343
146 2
63
48.0
2
71
43
2
322
157 2
53
34.9
2
61
35
2
277
124 2
69
62.0
2
86
31
2
386
157 2
50
35
2
60
36
2
270
173 2
62
70
1
72
107 1
325
179 2
50
58.1
1
58
68
1
263
102 2
54
26.0
2
57
34
2
258
95
2
50
41
2
58
34
2
263
191 2
47
38.1
2
55
44
2
249
156 2
50
56
1
58
78
1
263
255 2
50
69
1
58
58
2
263
251 2
50
62
1
53
59
1
240
222 2
50
71
1
58
99
1
263
183 2
64
51.2
2
77
40
2
347
202 2
60
39
2
68
53
2
308
193 2
50
47
2
58
46
2
263
199 2
50
54
1
53
61
1
259
183 2
50
34
2
58
61
1
320
212 2
50
12
2
58
64
1
355
223 2
43
40.7
2
50
26
2
225
125 2
50
70
1
58
68
1
264
230 2
60
46
2
68
60
2
285
205 2
50
48
2
58
71
1
368
178 2
71
40.5
2
82
58
2
373
235 2
60
74
1
75
85
1
423
217 2
46
42.9
2
55
49
2
249
181 2
34
36.0
1
36
37
1
165
158 2
50
71
1
58
71
1
263
218 2
60
36
2
75
94
1
420
242 2
46
46.3
1
53
26
2
240
209 2
56
43.4
2
65
68
1
296
123 2
Food Frequency Questionaire Klub Senam Jantung Sehat
No. Item Makanan
Karbohidrat Kompleks
1 Nasi
2 Roti gandum
3 Kue
4 Biskuit
5 Kentang
6 Roti Putih
7 Ubi
8 Singkong
9 Bihun
10 Mie Instan
Hasil
Produk Hewani
1 Ayam
2 Ikan
3 Sarden
4 Ikan Asin
5 Corned
6 Udang
7 Kambing
8 Daging sapi
9 Telur
10 Sosis
11 Jeroan
Hasil
Protein Nabati
1 Tahu
2 Tempe
3 K.hijau
4 K.merah
5 K.tanah
Hasil
Sayuran
1 Bayam
2 Buncis
3 Brokoli
4 Kol
5 Ketimun
6 Tomat
7 D.pepaya
8 Wortel
9 Toge
10 Kangkung
Hasil
Buah-Buahan
1 Apel
2 Jeruk
3 Belimbing
4 Duku
5 Anggur
6 Nanas
7 Pisang
8 Pepaya
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R 9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40
2
1
1
1
0.3
0.3
0.1
0.1
0
0
6
1
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0
0
0.3
0
3
3
0.7
1
1
0.3
1
1
0.7
0.1
0.7
9
2
0
1
0.3
0.3
0.3
0
0
0
0.1
4
3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.3
0.3
5
1
0.3
0.3
0.3
1
0.3
0.3
0.3
0.3
0.1
4
3
0.1
1
0.3
0.1
0.1
0.3
0.3
0.1
0.1
5
3
0
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0
5
2
3
2
3
0.3
2 0.7
0
1
2 0.3 0.1
0.3
2 0.1
0
0.3 0.3 0.1
0
0.3 0.3 0.7 0.3
0.3
0 0.1
0
0.3
0 0.1
0
0.3
0 0.1
0
0.3
0
0 0.1
5 10
4
3
1
0.1
3
3
0.7
0.7
0.1
0
0.7
0.1
9
2
0
0.3
0.3
0.3
0.1
0
0.1
0
0.1
3
2
0.3
0.3
0.1
1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
4
3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.3
0.7
0.7
0.1
0.1
5
3
0
2
0
0.7
0.3
0.3
0.3
0
0
7
2
1
1
1
1
0.7
0.3
0.3
0.1
0
7
3
0.1
0
0
0.3
0.1
0.3
0.3
0
0
4
2
0.3
1
0.3
0.3
0
0.3
0
0.3
0.3
5
2
2
0.3
0.3
0.3
1
0.3
0.3
0.3
0.3
7
3
0.1
0.3
0.3
0.1
0.3
0.1
0
0
0.3
4
3
0
0.3
2
0.3
2
0.1
0.1
0
0.3
8
3
0.1
4
4
0.3
0.3
0.1
0.1
0
0.3
12
3
3
3
3
2
3
3
3
3
0.3 0.1
0 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
1
2 0.3 0.3 0.1
1 0.7 0.1
1
0.3
2 0.1 0.3
1 0.1 0.7 0.1 0.1
0.3 0.3
0 0.3 0.3 0.1 0.3 0.7 0.1
0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1
1 0.3
0.1
2 0.1 0.7 0.3 0.1 0.1
0 0.1
0.1
2 0.1 0.1 0.3
0 0.1
0
0
0.3
2
0
0 0.1
0 0.1 0.3
0
0.3
2
0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3
6 16
4
6
5
5
6
6
5
0.1
1
0
0.1
0
0.3
0.3
0.3
0.3
0
0
2
1
0.3
0
0.3
0
0
0.3
0.3
0.3
0.3
0
3
1
1
0.1
0.1
0
0.3
0.1
0.3
3
0.3
0
6
0.3
3
0
0.1
0
0.1
0
0.1
0.3
0
0
4
0.3
1
0
0.1
0.1
0.1
0
0.1
0.3
0
0.1
2
0.3
1
0
0.3
0
0.3
0
0.1
0.3
0
0
2
0.7 0.3 0.3
1 0.7 0.3
0.7
1 0.3
1 0.7 0.3
0
0
0 0.3 0.1
0
0.1
0
0
0 0.7 0.1
0
0
0
0 0.7
0
0.1 0.3
0 0.3
0
0
0.1
0
0
0
0
0
0.3
0
0 0.1
0 0.3
0.3 0.7 0.1 0.1 0.7
1
0
0 0.1
0 0.8
0
0
0 0.1
0
0
0
2
2
1
3
4
2
0.3
0.7
0
0.7
0.1
0.1
0
0.7
2
0
0
5
0.1
0.1
0
0.1
0
0
0.1
0.1
0.1
0.1
0
1
0.3 0.1
1
1 0.3
0.3 0.1 0.1
2 0.7
0.1
0
0
0
0
0
0 0.1
1 0.3
0
0
0
0
0
0.1
0
0
1 0.1
0
0
0
0
0
0.3
0 0.1
0 0.1
0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
0.3
0 0.1
0
0
0.1
0
0
0 0.3
2
0
2
5
2
0.3
0.3
0
0.3
0
0.3
0
0
3
0
0
4
1
1
0
0
0.1
0.7
0
0.7
1
0.1
0
5
1
1
0
0.3
0
0.1
0
0.3
0.7
0.1
0
4
1
1
0.1
0.3
0
0.1
0.3
0.3
0.3
0
2
5
0.3
0 0.3 0.3 0.3 0.7
0.3
0 0.3 0.3 0.3 0.3
0.1 0.1
0 0.1 0.1 0.1
0.1
0 0.1 0.3
0 0.3
0.1
0
0
0
0 0.1
0.1
0 0.3 0.7 0.1 0.3
0
0 0.3
0
0
0
0 0.1 0.3 0.1 0.3 0.1
0.7 0.7 0.3
1 0.3 0.3
0
0
0 0.3 0.3 0.1
0
0
0
0 0.1
0
2
1
2
3
2
2
0.3
0.3
0.3
0.1
0
0.3
0.1
0.3
0.3
0
0
2
0.3
0.7
0.1
0.1
0.1
0
0.1
0.1
0.3
0
0
2
0.3
1
0.3
0.1
0
0
0
0.3
2
0
0
4
1
1
0
0
0
2
0.7
0.7
0.7
0
0.7
3
0.1
0.1
0
0.1
0.1
0
0.7 0.3 0.3
2
1
0.7 0.3 0.3
2
1
0.1
0 0.1 0.3 0.3
0.1
0
0 0.3
0
0.7
0 0.3 0.3 0.1
2
1
1
5
2
0.3
1
1
1 0.3 0.3 0.7 0.3 0.7 0.3
0
1
1
1 0.3 0.3 0.7 0.3 0.7 0.3
0.7 0.5 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1
0
0.3
1
0 0.1 0.1
0 0.1
0 0.1
0
0.7 0.1
0 0.3 0.3
0 0.1 0.7 0.7 0.3
2
4
2
3
1
1
2
1
2
1
0.3
2
2
4 0.7
0.3
2
1
4 0.7
0.1 0.3 0.3 0.3 0.1
0
0
0 0.3
0
0.1 0.1 0.3
3 0.1
1
4
4 12
2
0.3
0.3
0.3
2
0.3
1
0.3
0.3
0.3
0.3
5
0.7
0.3
0.3
0.7
0.3
3
0.7
0.3
0.3
0.7
7
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0
0.3
0.3
0.1
1
0.3
0 0.1 0.3 0.1
0.3
0 0.3
2 0.3
0.3 0.3 0.1
2 0.1
0.3
0 0.1 0.3 0.3
0.3 0.3 0.1
0
0
1
1 0.1
2
1
0.3
0
0 0.3
0
1 0.3
2 0.3 0.3
0.3
0 0.1
0 0.3
0.3
0 0.1
0 0.3
4
2
3
7
3
0
0.1
0.1
0.1
1
2
0.7
1
1
0
6
0
0.3
0
0.1
0.3
3
0.1
0.1
0.1
0
4
0.3 0.3
3
3 0.7
1 0.7
2
2
0.3 0.3
3
3 0.7 0.3 0.7
2 0.1
0 0.3 0.3 0.1 0.1
0 0.1 0.1 0.1
0
0 0.3
0
0 0.3
0 0.3
0
0
0 0.3
0 0.1 0.3 0.1 0.1 0.3
1
1
7
6
2
2
2
4
2
0.3
0.3
0.7
0
0.3
0.3
0
0.7
0.7
0.1
3
0.3
0.3
0.3
0
0
0.3
0.3
0.3
0.1
0
2
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
8
0.3
0.3
0.1
0
0.3
1
0
0.3
0.7
0.7
4
0.3
0.3
0.1
0.3
0.3
2
0.3
0.7
0.3
0
5
0.1
0.7
0.1
0.1
0
0.1
0.1
0.1
0.3
2 0.1 0.1
0.3
2 0.1 0.3
0
0
0
0
0
0
0
0
0.3 0.3
0
0
0
2
0 0.3
0.1
2 0.7 0.7
0.3
2 0.7 0.3
0.3
0.1
0.3
0.1
0.3
2
0.1
0.3
0.3
0.3
4
0
0.3
0.3
0.3
0
0.7
0
0.3
0.1
0.1
2
0.7
0.1
0.7
0.1
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
6
0.3
0.3
0.1
0
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
2
2
1
2
1
0 0.3
0 0.1
0 0.1
4
2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.3
2
0.1
0.3
0.3
0.3
4
0.3
0.3
0.1
0.3
0.1
1
0.3
0.7
0.3
0.1
3
0.1 0.7 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
0.1
1 0.7
1 0.1 0.3 0.1
0.3
0 0.1 0.3
0
0
0
0 0.1 0.1 0.1
0
0
0
0 0.7 0.1 0.1 0.1 0.1
0
0.3
0 0.1 0.1
0
0
0
0.7
1 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1
0.7
1 0.1
1 0.3 0.3 0.1
0.1
0
0.7
0
0.1
0
0
0
0.1
0
0
0
0.7 0.1
0.7 0.1
1
0.3
0.3
0
0.3
0.1
1
1
1
0.3
0.3
0
0
0.3
0
0
0
0.1
2
3
0
1
0.3
0.3
0.8
0
0.3
0.1
0.1
6
2
0
2
1
2
1
1
1
0
0
10
0.3
0.3
0.7
0.3
1
1
0.3
1
0.7
0.7
6
0
0.3
0.3
0.7
0.7
0.7
0.1
0.7
0.7
0.1
4
3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.7
0.1
0.1
0.1
0.1
5
3
1
3
3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
12
2
0.7
1
1
0.3
2
0.3
0.3
0.3
0.7
9
0.3
0.3
0.3
0.3
1
2
0.3
0.3
0.1
0.3
5
2
0.3
0.3
0.1
1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
4
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
1
0.3
1
0.3
0.3
4
0
0.3
0.1
0.3
0.3
3
0
0.3
0.1
0
4
0.3
3
0.1
3
0.1
0.1
0
0.1
0.3
0
0
7
0.3
0.7
0
0
0
0.1
0
0.3
0.3
0
0
2
0.3
0.3
0.8
0.8
0.8
0.3
0.1
0.3
0.3
0.3
0
4
0.3
0
1
1
0
0.3
3
1
1
3
0.1
2 0.1 0.1
2
0
0 0.1 0.1
0
0.1
0
0
0
0
0.3 0.3 0.1 0.3 0.3
0.1
0 0.1
0
0
0.3 0.1 0.1 0.3 0.1
1 0.3 0.3
1 0.3
0.1
0 0.1 0.3
0
0
0 0.1 0.1
0
3
6
3
4
6
0.7
2 0.3
3
1 0.3
0.7
2 0.3
3
1 0.3
0.1 0.1 0.1 0.1 0.3 0.1
0.3
0
0
0 0.1
0
0.3 0.1
1 0.3
1
1
2
4
2
6
3
2
0
0.3
0.1
0
0.3
2
0.3
0.3
0.3
0
4
0.1
0.3
0.1
0.1
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
2
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
1
0.3
0.3
0.1
0.3
3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
3
0.3
1
1 0.3
0 0.3 0.3
0.3
0
1 0.3
0 0.7 0.3
0.1
0
1 0.1
0 0.3 0.1
0.1
0 0.3 0.1
0 0.3
0
0.1 0.3
1 0.7
1 0.7 0.3
0.1
2 0.3 0.7 0.3
2
3
0.1 0.3
1 0.3 0.3 0.1 0.1
0.1
2 0.3 0.3 0.3 0.7 0.1
0.1 0.3
1 0.3 0.3 0.7 0.3
0
0
1 0.7 0.3 0.7 0.3
1
6
8
4
3
6
5
0.1
0
1 0.1
3 0.3 0.7 0.3
0.3 0.1
1 0.3
3 0.3 0.7
1
0.1
0 0.3
0 0.7 0.3 0.1
1
0.1
0 0.3
0
0
0 0.1
0
0.1
0 0.3
0
0 0.1 0.1 0.3
0.1
0
1 0.3
0 0.7 0.1 0.3
0.3 0.1
1 0.3
1
1 0.3 0.3
0.3 0.3
0 0.3
3 0.7 0.3 0.3
0.1
1
0
0.1
0.1
0.1
0.3
1
0.1
0.3
0.1
0
0
0.1
0.3
0.3
0.1
1
1 0.1 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3
0.1
1 0.3 0.3
3 0.1 0.3
2 0.3 0.3
0 0.3 0.3
0
0 0.1 0.1
2 0.1
0
0
0
0
0
0 0.1
0 0.3
0
0
0 0.1 0.3
0
0 0.1
0 0.3 0.1
0
0
1 0.1
0 0.7 0.1
0 0.3 0.1
0
0.3 0.3
1 0.3 0.1 0.3
2
1 0.3 0.7
0.3
1
1 0.1
2 0.1
2
1 0.7 0.7
0.1
0.1
0.3
0
0.1
0.3
1
1
0.1
0.3
0.1
0
0.1
0
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
1
0.3
1
0.3
0.3
0.3
0.3
4
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
1
0.3
1
0.3
0.3
4
0.3
0.3
0.1
0
0.3
3
0.1
0.1
0.3
0.3
5
0.3
0.7
0.3
0
0.3
0.1
1
1
0.3
0.3
0.1
0
0.1
0.1
0
0
0.1
0.3
0.1
0
0.1
0
0.3
0.3
9
10
11
12
13
14
15
Alpukat
Melon
Kismis
Mangga
Semangka
Salak
Sirsak
Hasil
Susu dan Olahannya
1 Susu sapi
2 SKM
3 Yoghurt
4 Keju
5 Es krim
Hasil
Minyak
1 Minyak Goreng
2 Margarin/mentega
3 Santan
Hasil
Lain-lain
1 Gula
2 Garam
3 Saos
4 Kecap
5 Penyedap rasa
6 Terasi
7 Cuka
8 Kopi
9 Teh
10 Soft Drink
11 Madu
Hasil
0
0.1
0
0.1
0.7
0.3
0
2
0.3
0.3
0.1
0.3
0.1
0.1
0.3
3
0.1 0.7
0 0.1 0.7 0.1 0.3
0 0.1
0.1 0.7 0.3
1
1 0.1 0.3
0 0.1
2
0 0.3 0.1 0.1 0.1
0
0
0
0.1
0 0.1
0 0.7 0.1
0
0
0
0.1
0 0.3 0.1
3 0.1 0.1 0.3 0.1
0.1
0 0.3 0.1 0.1 0.7 0.1 0.3 0.1
2
0 0.3 0.1
3 0.1
1
0 0.1
15
3
3
4 13
2
4
1
1
0.1
0
0.1
0.1
0.1
0
0.7
0
0.3
0.3
0.1
1
0.1 0.7 0.1
0
0
0 0.3
0.1
0
0
0 0.7
0
0
0.1
0
0
0
0
0 0.3
0.1 0.7 0.1 0.1
0
0
0
0.1 0.7 0.1 0.1
0 0.3 0.3
0
2
0
0
1
0
1
1
0.7
0.7
2.4
0.3
0.3
0.1
0.7
2
2
2
6
3
1
0
4
3
3
3
9
1
1
0.1
0.3
2
0
0.1
0
0.3
0
1
5.8
0.3
1
0
0.1
0.3
0
0.1
0.3
0.3
0.3
0.1
2.8
2
2
2
2
2
0
0
0
2
0
2
14
1
1
0.7
0.7
1
0
0.7
0
0.7
0
0.7
6.5
0.3
3
0.3
1
2
0.3
0
0.1
0.3
0.1
0.1
7.5
3
1
3
3 0.1 0.3
3 0.7 0.3
9 1.8 3.6
1
1
0
0.3
0.3
0.3
0
0.3
0.3
0
0
3.5
1
1
0.1
0.3
1
0.3
0.1
0
1
0
1
5.8
0.1
0.1
0
0.1
0.1
0
0
1
0.3
0 0.1
0.7
0 0.3
0
0
0
0
0
0
0.3
0 0.3
0.3 0.1
0
0.3
0 0.1
4
0
5
0.3
0.1
0
0
0.1
0.1
0.1
2
0
0
0
0.1
0
0
0.1
0
0
0
0 0.3
0.1 0.3
0
0.1 0.3 0.1
0.1 0.3
0
1
6
2
0
2
0
0
0
0
0
13
0.7
0.7
0
0.1
0.7
0.7
0.7
7
0.1
0.1
0.1
0.7
0.1
0.7
0.1
4
0.3
0.3
0.3
0
0.3
0.3
1
6
0
1 0.1 0.1 0.7 0.3 0.3 0.5 0.3
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0 0.3
0 0.1 0.1 0.1
0
0 0.1
0 0.1 0.1 0.3 0.1
0
0
0
0 0.1 0.1 0.3
0 0.3
0 0.3 0.1
0
1 0.1 0.3 0.3
1 0.3 0.3
0
0
0
0 0.3
0 0.1
0 0.1 0.3 0.1
1
0 0.1 0.1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
3
0
1
1
1
3
0 0.3
0 0.3
1 3.6
0.7
1
1
3
1
3
0.3
0 0.3
3
1 0.3
0.3
1
0
0.7
1
0
0.7 0.3
0
0
2
0
0 0.3
1
0
0
0
0
1
0
8.7 8.6 5.6
2
1
3
2
1
1
1 0.7 0.1 0.3
0 0.3 0.1 0.1 0.3
3 2.3 3.8 2.2 1.6
1
1
0.1
0.7
0.7
0.7
0
0.7
1
0
1
6.9
1
1
0.1
0.3
1
1
0
0.3
0.3
0.1
0.1
5.1
1
3
0.7
0
0.7
0.1
0.1
0.1
3
0.3
0
9
2
1
0.1
0.3
1
0.3
0
0.1
1
0
0.1
5.9
1
2
0.3
0.3
0
0.3
0.3
0.3
2
0.3
0.1
6.9
1
2
2
2
0 0.1 0.3
2
0 0.3
2 0.1
1 2.4 4.3 4.1
0.3
1
0
0.3
0
0.3
0
0
0.3
0
0
2.2
1
3
0.3
0.3
0.3
0.1
0
0.1
1
0.1
0.3
6.4
1
3
1
3
0
0
1 0.3
1
2
1
2
1 0.1
0
0
1
1
0
0
1
0
8 11
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1
0.1
4
0.3
0.3
0
0
0.3
0.3
0
2
0.3 0.3 0.1
0
0.3
1 0.3
0
0.3
0
0 0.3
0.3
0
0
0
0.3 0.3 0.3 0.3
0.3 0.1
0
0
0.3
0 0.1
0
3
6
5
1
0
0
0
0
0
0
0
6
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1
0.1
0.3
0
0.1
0.3
0.3
0
6
0.3
0.3
0
0.3
0.3
0
0.3
9
0.3
0 0.1
1 0.3
0.3 0.3
0 0.1 0.3
0.1
0
0
0
0
0.3
0
0
0
0
0.3 0.3 0.1
0 0.3
0.1
0
0 0.1 0.3
0.1
0
0
0 0.3
3
3
3
2
5
0
1
0 0.1
0
0
0.1
0
0.3
0
0.3 0.1
0.7
0
2
2
0.3
1
0 0.7 0.3 0.1 0.3 0.1
2
0
1
0
2
1
0 0.3
1
0.1 0.1
0 0.3
0
0
0 0.1 0.3
0
0
0
0
0
3 0.3
0
0.1 0.1
0
0 0.3
0
0
0
0 0.7 0.1
0 0.1
0 0.3 0.3
0
0.1
0 0.1
1
0
0
0
0 0.1 0.7
0 0.3 0.3
0
0 0.7
0
0.1 0.1 0.1
0 0.1
0 0.3 0.1 0.1 0.7 0.1
0 0.3 0.3
0 0.7 0.3
1
1
0
2
1
0
1
0
2
2
1
0
3
1
3
2
1
1
3
3
3
1
1
1
1
2 0.1 0.3 0.3
1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3
3 4.3 5.1 3.4 1.6 1.6
1
2
1
1
3
3
2
1
1 0.3
0 0.1 0.1 0.1
1 0.7 0.3 0.1 0.3 0.1 0.1
3 3.7 1.6 1.1 3.4 3.2 2.2
1
2
0
3
1
1
3
1
2
3
3
1
1
0
0 0.7
2 0.3
1 0.3
3
1
1
2 0.3
1 0.3
3
1
0
1
3
1
1
3
1
0 0.3
2 0.3
1
3
1
0
0
0 0.3 0.3
0
0
0 0.3 0.3
1
0
3
1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
3
1
0
0
0 0.3 0.1 0.3
1
1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1
9
7 9.2 13 7.5 5.4 21
0.3
2
2
0.3
2
2
0.1
0.7
0.7
0
0.7
11
1
2
0.3
0.3
0
0.3
0.3
0.3
1
0.3
0.1
5.9
1
3
0
0.1
0
0.3
0
0
0.1
0
0
4.5
1
3
0.1
0.1
0
0.1
0
0
1
0.1
0
5.3
2
1
3
2
0.1
0
0.3
1
0.3
1
0.1
1
0
0
2
0
1
3
0 0.1
0 0.1
8.8 9.2
4
1
1
2
3
3
3
3
4 0.1 0.7
2 0.1 0.3 0.3 0.1
4 0.7 0.3 0.7 0.3
3
1 0.3
12 1.8
2 4.7 3.4 6.3 4.3 3.4
4
4
0.1
0.1
4
0.1
0.1
1
4
1
1
19
1
1
0.3
0.3
1
0.1
0
0.3
0.7
0.1
0.3
5.1
2
2
2
1
2
3
2
3
3
3
0.3
2 0.1 0.3
0
0.3
2 0.1
1
1
0 0.1
3
3
0
0.3
1
0 0.3 0.3
0.3
0
0 0.1 0.1
0 0.7
1 0.3
0
1 0.7 0.3
3
1
0
0
0 0.3 0.3
0.7
1 0.1
1
1
7.9 11 9.6 13 8.7
2
3
0.1
0.1
3
0
0
1
0.3
0
0.1
9.6
Download