pengaruh volume cavum oris terhadap frekuensi pengucapan vokal

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cavum oris (rongga mulut) merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan, sistem pernafasan dan sistem pengucapan. Di dalam cavum oris
terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah (Guyton dan Hall, 2011). Volume cavum
oris terdiri dari 3 dimensi, yaitu panjang lengkung gigi, lebar lengkung gigi dan
tinggi dari dasar mulut hingga palatum. Lengkung gigi merupakan salahsatu
bagian pembentuk volume cavum oris selain lengkung alveolar dan lengkung
basal, serta tinggi palatum ke dasar mulut (Moyers, 1980).
Pengucapan adalah pros1es psiko-fisiologis kompleks untuk menghasilkan
kata-kata dan menyusunnya menjadi deretan kata dalam konteks gramatikal
(Johnson dan Sandy, 1999). Pengucapan merupakan hasil dari lima proses dasar
yaitu respirasi, fonasi, resonansi, artikulasi dan integrasi, yang berkoordinasi
untuk menghasilkan modulasi akustik yang dinamis dalam berbicara (McDonald,
1974). Secara garis besar terjadinya bunyi atau suara sebagai berikut : sumber
energi utama dalam terjadinya bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-paru.
Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan kemudian mendapatkan
hambatan di berbagai organ bicara, seperti batang tenggorok, pangkal tenggorok,
kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung, atau rongga hidung bersamaan
dengan organ lain. Pada waktu udara mengalir keluar, pita suara dalam keadaan
2
terbuka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada organ bicara, maka bunyi
bahasa tidak akan terjadi seperti saat bernafas (Marsono, 2013).
Bunyi berdasarkan ada tidaknya hambatan pada alat bicara (artikulasi)
dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal terjadi saat tidak ada hambatan
oleh organ bicara. Contoh bunyi vokal adalah a, i, u, e dan o. Bunyi konsonan
terbentuk dari hambatan arus udara oleh organ bicara (Marsono, 2013). Faktor
penting yang membedakan bunyi vokal dengan bunyi suara lainnya adalah
ketepatan bentuk dan volume cavum oris, serta organ utama yang terlibat
didalamnya yaitu lidah. Bentuk cavum oris dapat bervariasi menyesuaikan
perubahan palatum, lidah, pipi dan gigi (Gasser, 2009).
Perkembangan kemampuan artikulasi pengucapan vokal dan konsonan
pada anak menunjukkan proses maturasi berbicara dan bahasa. Sekitar 5%-6%
anak mengalami kesulitan dalam pengucapan, yang merupakan refleksi gejala dari
gangguan fisik dan psikososial sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak secara keseluruhan (McDonald, 1974). Bunyi bahasa
dapat mengalami distorsi karena struktur abnormal dan fungsi artikulasi, paling
umum adanya masalah pada bibir, lidah, gigi dan palatum (Cameron dan Widmer,
2008). Maloklusi Angle klas 1 merupakan maloklusi paling sering dijumpai
dengan prevalensi lebih dari lima puluh persen (Rahardjo, 2009).
Perawatan ortodonsi adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di
bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang
menyenangkan secara estetika yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang
berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi,
3
mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik.
Perawatan untuk mengembalikan posisi gigi yang menyimpang ke posisi yang
baik sesuai dengan oklusinya salahsatunya adalah dengan alat cekat (Bahirrah,
2004). Perawatan ortodontik akan mengubah posisi gigi di dalam lengkung,
mengubah ukuran lengkung gigi serta mengubah oklusi. Pelebaran lengkung gigi
kadang dibutuhkan dalam perawatan ortodonsi untuk mengatasi kekurangan
ruang, koordinasi bentuk lengkung atas dan bawah, koreksi gigitan silang dan
koreksi gigi berjejal (Arthadini dan Anggani, 2008).
Produksi bunyi bahasa pada manusia sangat dipengaruhi oleh volume
cavum oris, volume rongga tenggorokan, ciri fisik alat bicara dan ciri fisik organ
tubuh lain (Syartanti, 2012). Sekitar 50-60% kelainan pengucapan dipengaruhi
posisi gigi dalam cavum oris (Riper, 1978 cit. Johnson dan Sandy, 1999).
Keadaan gigi yang tidak harmonis mempengaruhi estetika dan penampilan
seseorang, serta mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan ataupun bicara
(Proffit dan Fields, 2000). Dasar fisiologi fungsi bicara adalah posisi gigi dan
hubungannya dengan jaringan pendukung, karena dapat mengubah aliran udara
dan nada suara sehingga menghasilkan bunyi bahasa yang normal maupun
abnormal (Graber, 1972).
Hasil penelitian Oliver dan Evans (1986) dengan mengukur dimensi
cavum oris dari volume air yang terisi pada cetakan, dapat terlihat kecenderungan
dimensi cavum oris yang lebih kecil dari normal menyebabkan kelainan artikulasi.
Penelitian yang pernah dilakukan Kessler (1954) menyatakan bahwa saat oklusi
terkoreksi pada individual dengan gangguan pengucapan, maka pengucapannya
4
semakin membaik. Rathbone dan Snidecore (1959) meneliti pengaruh perawatan
ortodontik pada pasien tanpa intervensi terapi bicara, pada awal perawatan ratarata terdapat kesalahan bicara sebanyak 6,4 dan pada akhir perawatan hanya 1,5
kesalahan.
Sears dan Zemansky (1962) menyatakan pengucapan dapat diukur dengan
frekuensi, yaitu jumlah getaran yang dilakukan dalam satu detik dan diukur dalam
satuan Hertz. Dalam suara bicara manusia, dapat dianalisa frekuensi core vocal
(vokal murni) yang dihasilkan oleh pita suara dan frekuensi yang telah terinferensi
oleh organ suara tambahan, antara langit-langit, lidah dan gigi. Instrumen yang
paling baik untuk mengenali suara bicara manusia adalah secara komputerisasi,
karena frekuensi suara bisa dilihat secara visual.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latarbelakang di atas dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh perawatan ortodonsi cekat tahap alignment pada
maloklusi Angle klas I berjejal ringan terhadap volume cavum oris?
2. Bagaimanakah pengaruh perawatan ortodonsi cekat tahap alignment pada
maloklusi Angle klas I berjejal ringan terhadap frekuensi pengucapan fonem
/t/, /d/, /s/, /i/, /u/ dalam morfem?
5
C. Keaslian penelitian
Oliver dan Evans (1986) melakukan penelitian tentang pengaruh dimensi
cavum oris dari volume air yang terisi pada cetakan, kemudian dilihat
pengaruhnya terhadap artikulasi pengucapan. Pada subyek dilakukan perekaman
suara dan diperdengarkan kepada siswa terapi pengucapan untuk dinilai gangguan
pengucapan, kualitas suara, kecepatan, fluensi, pitch dan intonasi.
Pada penelitian ini melihat pengaruh perawatan ortodonsi cekat tahap
alignment pada maloklusi Angle klas I berjejal ringan terhadap volume cavum
oris dan frekuensi pengucapan fonem /t/, /d/, /s/, /i/, /u/ dalam morfem, yang
sepengetahuan penulis belum pernah diteliti sebelumnya.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh perawatan ortodonsi cekat tahap alignment pada
maloklusi Angle klas I berjejal ringan terhadap volume cavum oris.
2. Untuk mengetahui pengaruh perawatan ortodonsi cekat tahap alignment pada
maloklusi Angle klas I berjejal ringan terhadap frekuensi pengucapan fonem
/t/, /d/, /s/, /i/, /u/ dalam morfem.
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah di bidang kesehatan
gigi dan mulut, juga dapat digunakan sebagai acuan dan dasar penelitian lebih
lanjut untuk penelitian selanjutnya.
6
b. Manfaat bagi klinisi
Memberi informasi bagi klinisi di bidang ilmu kedokteran gigi anak dalam
tahap rencana perawatan ortodonsi berkaitan dengan kelainan maloklusi Angle
klas I berjejal ringan.
Download