PENGARUH ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA BISNIS

advertisement
Media Riset Bisnis & Manajemen
Vol.9, No. 2, Agustus 2009
pp. 113.200
PENGARUH ORIENTASI PASAR TERHADAP
KINERJA BISNIS: SUATU STUDI PADA INDUSTRI
RITEL DENGAN MENGGUNAKAN
SKALA MARKET ORIENTATION (MARKOR)
Purwanto Rahardjo
Tourism and I lotel Management, Universitas Ciputra, Surabaya
Justine Sirait
Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti. Jakarta
Abstract
The background of this research "conventional marketing wisdom holds that a
market orientation provides a company with a better understanding of its customers,
competitors and environment, which subsequently leads to superior business performance.
While researchers have explored the relationship between market orientation and business
performance in different organizations. such studies in retailers industry are scarce."
The objective of this research: Is there an influence from the market orientation
towards business performance of retailers industry?" This research is attempt to test the links
among three dimensions of market orientation (intelligence generation, intelligence
dissemination and responsiveness) and also the link between market orientation and business
performance."
Data for this study were collected through personal interviews: and Kohli, Jaworski
and Kumar's market orientation scale was used to specify the dimensions of a marketoriented organization. These questions were structured in a Likert Scale model. Because of
the size of the sample and number of variables: this research used the Structural Equation
Modelling (SEM) analysis."
The result of this research conclude that Kohli. Jaworski, and Kumar:s market
orientation scale provides a good measure of market orientation in this setting. Also the
results of analysis indicated a significant link between market orientation and retailers industry
performance.
Keywords : Market orientation, Intelligence generation, Intelligence dissemination,
Responsiveness, Business performance
173
1 74
‘Iedi,
&
Latar Belakang
Indonesia dapat digolongkan sebagai negara yang sedang
berkembang, dimana mayoritas penduduknya bekerja dengan modal yang
sangat sedikit dengan peralatan yang masih primitif (Little, 1988). Oleh
sebab itu Pemerintah menawarkan berbagai macam insentif, dalam rangka
mendukung pertumbuhan sektor industri, termasuk industri ritel. Salah
satu insentif yang diberikan adalah pelatihan pemasaran. Di Indonesia, data
stafistik mengenai industri rite] tidak cukup banyak, sehingga pengaruhnya
terhadap sektor ketenagakerjaan dan nilai ekonomi yang diciptakan oleh
industri tersebut relatif tidak diketahui. Definisi industri ritel yang dipakai
satu negara berbecla dengan yang dipakai negara lainnva. likuran yang
digunakan adalah penetapan banyaknya para pekerja (Little, 1988;
Hoolev dan Ahmad, 1990). Definisi yang digunakan oleh Badan Pusat
Statistik Indonesia (BPS, 1999), industri skala kecil mempekerjakan 1 hingga
19 orang; sedangkan industri skala menengah mempekerjakan 20
hingga 99 orang; dan industri skala besar mempekerjakan lebih dari 100
orang.
Pada umumnya pengelolaan sektor industri dihubungkan dengan
tidak adanya ataupun kurangnya pendidikan formal. Pelakunya cenderung
bersikap skeptis terhadap nilai dari pelatihan kepada bisnis mereka. Oleh
sebab itu Pemerintah terns mengusahakan agar mereka mendapatkan
pengetahuan akan pentingnya pemahaman pengelolaan bisnis agar kinerja
usaha senantiasa mengalami peningkatan. pengetahuan meliputi proses
pengadaan ba rang dan pemasaran.
Teori pemasaran, supaya bisa berguna dalam implementasinya perlu
dioperasionalisasikan, salah satunya adalah penerapan orientasi pasar oleh
pengelola usaha (Sartika, 1999). Pengelola usaha yang konsisten menerapkan
orientasi pasar, kemungkinan besar kebijakan-kebijakan pengelolaan
bisnisnya akan sejalan dengan konsep pemasaran. Sehingga dapat
disimpulkan sasaran orientasi pasar tidak berbecla dibandingkan sasaran
pemasaran itu sendiri. Sedangkan sasaran pemasaran yaitu: menciptakan
dan memberikan nilai plus bagi investor/pernilik usaha di samping
memberikan nilai premium kepada pelanggan (Pa witra, 2001).
Selama beberapa abad, strategi perusahaan untuk berorientasi
terhadap pasar telah lama digunakan sebagai sebuah Iandasan akan kinerja
perusahaan yang terbaik. Orientasi pasar di dalam perusahaan jasa dan
manufaktur telah berhasil menarik perhatian para peneliti dan para
akademis di dalam literatur penelitian pemasaran (Han et al. 1998).
Pelaksanaan konsep pemasaran menunjukkan berbagai karakteristik dari
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173 -200
Pengaruli Onentasi Pasar Terhadap K ncpa Hisnis cruatu Saudi Pada Industn Ricci
175
perusahaan yang bertujuan untuk memberikan nilai yang terbaik bagi para
pelanggannya (Slater clan Narver, 1994).
Ada empat peneliti yang meletakkan dasar-dasar konsep orientasi
pasar. Mereka adalah Kohli dan Jaworski, serta Slater dan Narver. Menurut
Kohli dan Jaworski (1990), orientasi pasar adalah organisasi yang
mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pelanggan (Intelligence
Generation); meneruskan informasi tersebut ke semua departemen
(Intelligence Dissemination) dan ketanggapan organisasi atas informasi
tersebut (Responsiveness). Sesuai dengan definisinya, mereka membuat skala
MARKOR (Market Orientation); yang terdiri dari 32 pernyataan untuk
mengukur tiga komponen tersebut.
Sedangkan Slater dan Narver (1994) berpendapat bahwa orientasi
pasar memiliki tiga komponen tindakan, yaitu: orientasi pelanggan,
orientasi pesaing, dan koordinasi antar fungsi dalam organisasi; dan dua
kriteria pengambilan keputusan, yaitu : memusatkan diri pada kepentingan
jangka panjang serta profitabilitas.
Konsep dari Slater dan Narver sebenarnya tidak berbeda dengan
definisi dari Kohli dan Jaworski, karena orientasi pelanggan dan orientasi
pesaing menjangkau semua kegiatan mendapatkan informasi berkenaan
dengan pelanggan serta pesaing di pasar yang ada. Setelah itu informasi
yang didapatkan diteruskan kepada semua personel di dalam organisasi.
Sedangkan koordinasi antar fungsi hanya merupakan tindakan lanjutan
dengan cara rnengkoordinasikan cumber daya organisasi agar dapat
memberikan nilai tambah pada pelanggan.
Pada saat ini, meskipun ada kritik dan perbedaan persepsi; konsep
orientasi pasar telah diterapkan dengan balk di negara-negara maju. 'Fetapi
penerapan orientasi pasar di negara berkembang jauh di belakang. Untuk
tujuan lebih memahami skenario penerapan konsep orientasi pasar dalam
suatu negara sedang berkembang, pengujian penerapan konsep orientasi
pasar dalam suatu negara seperti Indonesia, adalah perlu.
Perumusan Masalah
Slater dan Narver (1994) mengindikasikan bahwa penerapan konsep
orientasi pasar berhubungan dengan kinerja bisnis. Penerapan konsep
orientasi pasar kemungkinan dapat meningkatkan ataupun menurunkan
kinerja (Kohli dan Jaworski, 1990). Kinerja akan diukur dengan
menggunakan laba penjualan, pertumbuhan penjualan dan Return On
Investment, yang diusulkan oleh Dess dan Robinson (1984).
176
Media Riset Bisms & Manaremen
Penelitian ini akan membahas penerapan konsep orientasi pasar yang
terdiri dari: Intelligence Generation, Intelligence Dissemination dan
Responsiveness pada industri ritel. Adapun perumusan masalah dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1. Apakah
Intelligence Generation, Intelligence Dissemination, dan
Responsiveness berpengaruh positif terhadap orientasi pasar pada
industri rite! ?
2. Apakah penerapan orientasi pasar pada industri ritel berpengaruh
positif pada kinerja bisnis ?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui dan menganalisa apakah Intelligence Generation
berpengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri rite!.
Untuk mengetahui dan menganalisa apakah Intelligence Dissemination
berpengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri ritel.
Apakah mengetahui dan menganalisa apakah Responsiveness
berpengaruh positif terhadap orientasi pasar pada industri rite!.
Untuk mengetahui dan menganalisa apakah penerapan orientasi pasar
pada industri rite! berpengaruh positif pada kinerja bisnis.
Tinjauan Pustaka
Orientasi Pasar
Shapiro (1988) menjelaskan bahwa perusahaan yang menggunakan
konsep pemasaran adalah perusahaan yang berorientasi pasar. Perusahaan
yang berorientasi pasar mempraktekkan koordinasi yang balk dalam
pengambilan keputusan, yang berdasarkan definisi nilai pelanggan.
Organisasi yang berorientasi pasar, adalah organisasi yang secara konsisten
operasinya menerapkan konsep pemasaran (Kohli dan Jaworski, 1990), di
mana komponen orientasi pasar adalah: (1) Orientasi pelanggan, (2)
koordinasi pemasaran yang terintegrasi, yaitu integrasi yang dilakukan oleh
seluruh bagian di dalam organisasi dengan tujuan mencapai berbagai tujuan
perusahaan dan dengan memenuhi kebutuhan serta keinginan para
pelanggan, dan (3) orientasi terhadap keuntungan (Pleshko, 1993). Maka,
untuk meraih kinerja bisnis superior; perusahaan perlu menciptakan
keunggulan kompetitif dengan berfokus pada nilai pelanggan yang
superior (Porter, 1980).
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173 - 200
Pengaruh Orlemasi Pasar Terhadap Kinerja Br
Suatu Stud) Pada Ind u
1
Di sisi lain, Kotler (2000) menambahkan output dari penerapan
konsep orientasi pasar, yaitu : (1) memuaskan pelanggan, sehingga
positif
pelanggan akan membeli lagi, (2) pelanggan akan berbicara
tentang organisasi, dan (3) pelanggan akan memprioritaskan organisasi
dibandingkan dengan perusahaan pesaing.
Ada empat peneliti yang meletakkan dasar-dasar konsep orientasi
pasar. Mereka adalah Kohli dan Jaworski, serta Slater dan Narver. Kohli dan
Jaworski (1990) menawarkan sebuah model yang dihasilkan oleh proses
yang terdiri dAri beberapa tahap, yaitu: organisasi yang mengumpulkan
informasi tentang kebutuhan pelanggan (Intelligence Generation);
meneruskan informasi tersebut ke semua departemen (Intelligence
Dissemination); dan ketanggapan organisasi atas informasi tersebut
(Responsiveness). Informasi pelanggan di dalam pasar tidak hanya ditujukan
pada informasi mengenai pelanggan pada saat berusaha memenuhi
kebutuhan dengan memilih berbagai alternatif yang tersedia di pasar, tetapi
juga mencakup sebuah analisis mengenai bagaimanakah pelanggan
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peraturan
pemerintah, teknologi, pesaing, dan beberapa tekanan lainnya dari
lingkungan sekitar organisasi. Oleh karena itu usaha untuk
mendistribusilian informasi mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan
dapat ditujukan sebagai komunikasi dan peralihan informasi kepada semua
bagian atau departemen di dalam perusahaan dan setiap orang di dalam
organisasi baik melalui beberapa saluran resmi dan saluran tidak resmi.
Akhirnya ketanggapan (Responsiveness) adalah sebuah tindakan yang
dilakukan untuk menanggapi informasi mengenai pelanggan yang mana
selanjutnya akan didistribusikan ke semua bagian dan setiap personil di
dalam organisasi tersebut. Jikalau organisasi tidak menanggapi informasi,
maka tidak akan ada peningkatan kinerja bisnis.
Sedangkan Slater dan Narver (1994) berpendapat orientasi pasar
memiliki tiga komponen tindakan, yaitu: orientasi pelanggan dan pesaing
serta koordinasi antar fungsi dalam organisasi. Terdapat dua kriteria
pengambilan keputusan, yaitu: fokus pada kepentingan jangka panjang
serta profitabilitas. Konsep dari Slater dan Narver (1994) sebenarnya tidak
berbeda dengan definisi dari Kohli dan Jaworski (1990). Karena orientasi
pelanggan dan orientasi pesaing menjangkau semua kegiatan untuk
mendapatkan informasi berkenaan dengan pelanggan serta pesaing yang
ada di pasar. Setelah itu informasi yang didapatkan diteruskan kepada
semua personel di dalam organisasi. Sedangkan koordinasi antar fungsi
hanya merupakan tindakan lanjutan dengan cara mengkoordinasikan
178
Media R
ms n Nlanalemen
sumber daya organisasi agar dapat memberikan nilai tambah pada
pelanggan.
Intelligence Generation
Orientasi pasar adalah sebuah budaya perusahaan yang membedakan
bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan lainnva; di mana menunjukkan adanya kecenderungan
perusahaan untuk dapat selalu memberikan nilai terbaik bagi para
pelanggannya (Slater dan Narver, 1994). Bisnis yang menfiliki informasi
pasar dan pengolahan informasi yang lebih bark dapat melakukan prediksi
dan tindakan yang lebih tepat dalam menganUsipasi pasar yang selalu
berubah (Pelham, 2000). Menurut Slater dan Narver (1994) memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan adalah hal yang sangat
Kegagaran dalam memahami kebutuhan pelanggan di masa kini dan
masa mendatang, berakibat kegagalan di dalam menyajikan berbagai
produk kepada pelanggan.
Intelligence Dissent ffia titan
Agar dapat mengimplementasikan orientasi pasar secara lengkap,
informasi mengenai pelanggan yang telah dikumpulkan (Intelligence
Generation), selanjutnya harus didistribusikan pada seluruh departemen di
dalam organisasi (Intelligence Dissemination)_ Kinerja terbaik dari orientasi
pasar hanya dapat terjadi jika ada koordinasi yang baik antar fungsi di
dalam organisasi. Pertukaran informasi adalah hal yang sangat penting
untuk mencapai tujuan tersebut (Han etal, 1998). Distribusi informasi yang
dilakukan dengan baik akan dapat memberikan kesempatan bagi para
pelaku pasar untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan memodifikasi
beberapa pemaharnan agar dapat memberikan beberapa pandangan barn.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus membentuk beberapa
forum untuk bisa melakukan pertukaran dan pembahasan informasi dengan
komunikasi yang sating memahami (Kohli dan Jaworski, 1990).
Slater dan Narver (1994) menyatakan bahwa keterbukaan di dalam
komunikasi antar beberapa fungsi dalam suatu organisasi; biasanya akan
sangat membantu untuk mengetahui berbagai kebutuhan pelanggan.
Distribusi informasi penting dalam mengimplementasikan orientasi pasar.
Responsiveness
Kinerja yang lebih balk hanya dapat dicapai dengan cara
menunjukkan tingkat ketanggapan (responsiveness) yang berkesinambungan
terhadap berbagai perubahan kebutuhan pelanggan. Setelah perusahaan
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173.200
Pcngaruh Onentasi Pasar Terhadap K
ja Bisnis: S
to Studi Pada Indusin Rite!
179
berhasil mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan pelanggan
(Intelligence Generation) dan berbagi informasi tersebut kepada seluruh
departemen di dalam organisasi (Intelligence Dissemination); maka
selanjutnya perlu dikembangkan beberapa rencana tindakan. Day dan
Robert (1983) mengemukakan bahwa sebuah budaya orientasi pasar dapat
mendukung pandangan mengenai pentingnya Intelligence Generation dan
Intelligence Dissemination dalam memenangkan persaingan. Kohli dan
Jaworski (1990) menekankan bahwa skala implementasi orientasi pasar
sangat tergantung pada tingkat ketanggapan organisasi (Responsiveness)
sehingga dapat memahami pelanggan sekaligus memenangkan persaingan.
Kinerja Bisnis
Penntitian terdahulu memperkirakan adanya sebuah hubungan yang
positif antara orientasi pasar dan kinerja bisnis. Dengan kata lain, orientasi
pasar dapat memberikan sebuah pemahaman yang lebih balk bagi sebuah
perusahaan mengenai lingkungan bisnis dan pelanggannya. Pentingnya
menyertakan orientasi pasar di dalam sebuah model yang lebih terintegrasi
atas beberapa faktor yang dapat menghasilkan kinerja bisnis didukung oleh
beberapa penemuan penelitian, yang menunjukkan ditemukannya sebuah
pengaruh antara orientasi pasar, komitmen organisasional, peningkatan
penjualan, dan kinerja keuangan serta peningkatan keuntungan (Pelham,
2000). Beberapa penelitian empiris menemukan sebuah hubungan yang
positif antara orientasi pasar dan pandangan para manajer terhadap kinerja
perusahaan secara keseluruhan (Kohli dan Jaworski, 1990); pandangan
manajer terhadap kinerja keuangan (Slater dan Narver, 1994); dan
pandangan manajer terhadap kinerja produk baru serta produk inovasi
(Pelham, 2000). Namun ada juga beberapa penelitian yang tidak mendukung
adanya sebuah hubungan yang langsung dan positif antara orientasi pasar
dan kinerja bisnis perusahaan (Han, Kim dan Srivasta; 1998). Sebuah
penjelasan yang dapat diberikan sehubungan dengan kurang jelasnya
hubungan yang ditemukan antara orientasi pasar dan kinerja bisnis
perusahaan, karena hubungan yang ditemukan jauh lebih rumit
dibandingkan dengan beberapa hubungan yang telah diuji di dalam
beberapa penelitian terdahulu (Pelham, 2000).
18 0
Media Hist Hisnis & Manajemen
Tabel 1
Ringkasan Tentang Orientasi Pasar
Penulis
Tipe
Shapiro (1988)
Konseptual
Koh!, dan Aworski
(1990)
Konseptual
Slater dan Narver
11990)
Emprds
Kohlr dan Jaworsiu
i 1993)
Empins
Slater dan Narver
(1993)
Empids
Kohli. Jaworskr dan
Kumar (1993)
Siguauw, Brown,
and Widinq (1994)
ErnpMs
Empiric
Pleshko (1993)
Empids
Jones 0995'
Emprds
Hunt dan Morgan
(1995)
Konseplual
Slater dan Narver
(1995)
Konseptua
uesphande dan
Farley
1996)
Kwaku
(1996)
,_mpins
Empiris
Pelham (1997)
Empins
Squaw, Simpson
dan Baker (1998)
Empiris
Han, Kim dan
Snvasta (1998)
Empins
Tujuan
Perbedaan orientasi
pasar dan orientasi
pemasaran
Proposisi hset otientasi
pasar
Mencar ukuran validitas
onentasi pasar
Membuqkan efek antesedensi dan konsekuensi
onentasi pasar
Mengevaluast orientasi
pasar menggunakan
panel data analisis
Pengukuran orientasi
pasar
Menguji konstruk orientasi
pasar
Menguji hubungan
onentasi pasar dan
sbuktur organisasi
Menguji peran onentasi
pasar pada teroiptanya
nilai superior pelanuan
Mengujikeuntungan
komparafif teori koraPetisi
Menguji pengembang-an
pengetahuan sebagai
dasar keuntungan
komparatff
Menguji desarn perspektd
rneta-aralisa 3 skala
onentasi pasar
Menelifi hubungan inovasi
dan mantasi pasar
Menehtr pengamh medias
hubungan lobe dengan
orientasi pasar
Mengup pemasok dan
distnbutor apakah adopsi
orientasi pasar
Mengujibudaya oven
tali pasar apakah
signifikan berpengaruh
Sumber : diolah oleh penulis
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173 -200
Kesimpulan
Pemasar mengadopsi
konsep pernasaran pada onentasi pasar
Adanya anteseden dan konsekuensi
orientasi pasar
Efek positif substansi onentasi pasar
pada
labs bisms
Efek onentasi Pasar lergantung kondrs.
lingkungan
Sangat terbatas dukungan moderator
hog kungan orientasi pasar
Kemunglonan 20 pernyataan mampu
menqukur orientasi pasar
Penerapan orientasi pa sar
berpengaruh stgnifikan pada sikap sales
Hubungan signifikan den positif
orientasi pasar dan struktur organtsasi
Retensi pelangan, pembelran ulang dan
tumbuhnya penjualan karena orienlasi
pasar
Mengevaluasi orientasi pasar sebagai
somber potensral keuntungan
komparalif
°della& pasar adalah dasar prinsip,
budaya organisasi yang Ins belapr
Ketiganya berbeda lam sempa secara
sintaksis skate onentasi pasar
Ohentasi pasar ber
bubunaan sia r'
Efektrfitas organisasr
Mempakan faktor mediasi yang dean
Secara langsung rnaupun I.dak temyata
orientasi pasar berpengarun pada
saluran distribusi
Organisast pedu mengambil
pendekatan seimbang antara 'novas)
dan operasponal
Pengaruh Orientasl Pasarintl,adap Kinerja Bisnis_ sun. u Studi Pada Industn Rite]
181
Kinerja bisnis dikonseptualisasikan dengan menggunakan ukuran
persepsi yang diusulkan Slater dan Narver (1994) dan Kohli dan Jaworski
(1990). Stud! literatur mengindikasikan bahwa keuntungan dipersepsikan
sebagai salah satu kornponen dari orientasi pasar. Tetapi Koh li dan Jaworski
(1990) mengemukakan bahwa keuntungan dapat dilihat sebagai konsekuensi
diterapkannya orientasi pasar. Sejalan dengan Kohl! dan Jaworski, maka
penelitian ini akan mengukur kinerja bisnis dengan menggunakan ukuran
target keuntungan, target penjualan, dan Return On Investment; yaitu
ukuran yang dipergunakan Dess dan Robinson (1984); untuk mengukur
konsekuensi implementasi orientasi pasar.
Walaupun titiak ada sebuah alasan yang dapat mendukung
pernyataan bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja bisnis
kemungkinan akan sangat tergantung pada beberapa karakteristik industri,
pelanggan atau jenis dad pengukuran kinerja bisnis yang digunakan telaah
pustaka; seperti kreativitas dan inovatifnya suatu perusahaan, tetapi
biasanya perusahaan yang berfokus pada pasar akan menghasilkan kinerja
yang lebih balk dibandingkan dengan perusahaan pesaing (Slater dan
Narver, 1994).
Para pemerhati pemasaran selama tiga abad terakhir mi telah
menyatakan bahwa berbagai bisnis yang telah mengimplementasikan
orientasi pasar path umumnya dapat meningkatkan kinerja bisnis mereka
(Kotler, 2000). Kotler lebih jauh mengernukakan, orientasi pasar dapat
digunakan sebagai sebuah strategi yang sangat efektif pada bermacammacam industri, termasuk industri ritel dikarenakan keterbatasan sumber
daya yang mereka miliki dibandingkan dengan industri skala besar. Cara
mengukur peningkatan kinerja bisnis dapat bermacam-macam, misalnya
kepuasan pelanggan. Selain itu, ind!kator keuangan seperti: target
keuntungan, target penjualan, dan Return On Investment
yang diusulkan
oleh Dess dan Robinson (1984).
Industri Ritel
Istilah industri ritel merujuk pada penjualan secara eceran, terd!ri
dari penjualan barang dagangan maupun barang-barang kebutuhan hidup
sehari-hari. Tempat penjualan barang-barang tersebut dapat berupa suatu
kios atau toko (bark yang menjual hanya satu jenis barang dagangan,
ataupun yang menjual lebih dari satu jenis barang dagangan); maupun
supermarket. Dalam bidang perdagangan, pedagang eceran path umumnya
membeli produk atau barang-barang pada jumlah yang besar secara
sekaligus dad !mportir atau pabr!kan, bisa secara langsung atau melalui
182
Mcdia Rise( Bisnis & Man
pihak ketiga; dan kemudian menjual jumlah yang lebih kecil kepada
pemakai akhir.
Industri ritel merupakan salah satu kontributor utama perekonomian
Indonesia, yang menghasilkan banyak keuntungan. Pasar industri ritel di
Indonesia pada tahun 2003 saja mencapai kurang lebih Rp.600 trilyun
(Ma'ruf, 2005). Di masa industri ritel meliputi barang-barang kebutuhan
sehari-hari seperti: pakaian, sabun, shampo, kosmetika; hingga barang
tahan lama seperti: televisi, kulkas, kendaraan, dan lain sebagainya.
Industri Ritel Skala Besar, Skala Menengah dan Skala Kecil
Istilah industri ritel skala besar, skala menengah, dan skala kecil
merujuk pada besar kecilnya ukuran perusahaan. Besar kecilnya ukuran
perusahaan menurut definisi Little (1988); Hooley dan Ahmad (1990);
merujuk pada jumlah karyawan. Di negara sedang berkembang, Suhartono
(1988) mengusulkan industri skala kecil adalah industri yang memiliki
jumlah 1 hingga 49 orang karyawan. Sedangkan Biro Pusat Statistik
mendefinisikan industri skala kecil adalah industri yang memiliki jumlah 5
hingga 19 orang karyawan. Kemudian untuk industri skala menengah,
apabila memiliki jumlah 20 hingga 99 orang karyawan, dan industri skala
besar; apabila memiliki jumlah karyawan lebih dari 100 orang (BPS, 1999).
Untuk penelitian ini, akan dipergunakan definisi dari Badan Pusat
Statistik.
Kerangka Konseptual
Teori pemasaran, supaya bisa berguna dalam implementasinya perlu
dioperasionalisasikan, salah satunya adalah penerapan orientasi pasar oleh
pengelola usaha (Pleshko, 1993). Pengelola usaha yang konsisten
menerapkan orientasi pasar, kemungkinan besar kebijakan-kebijakan
pengelolaan bisnisnya akan sejalan dengan konsep pemasaran. Dapat
disimpulkan sasaran orientasi pasar tidak berbeda dibandingkan sasaran
pemasaran itu sendiri. Sedangkan sasaran pemasaran yaitu: menciptakan
maupun memberikan nilai plus bagi investor/ pernilik usaha di samping
memberikan nilai premium kepada pelanggan (Pawitra, 2001). Menurut
Kohli dan Jaworski (1990), orientasi pasar merupakan: organisasi yang
mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pelanggan (Intelligence
Generation); meneruskan informasi tersebut ke semua departemen
(Intelligence Dissemination) dan ketanggapan organisasi atas informasi
tersebut (Responsiveness). Sedangkan Slater dan Narver (1994) berpendapat
orientasi pasar memiliki tiga komponen tindakan, yaitu: orientasi
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 113.200
Pengarah /pumas! Pasar Tarhadap Finer a 331
pelanggan, orientasi pesaing, dan
organisasi.
Slndi Pada Industri
1 83
koordinasi antar fungsi dalarn
Intelligence
Generation
Inielhaence
Dissemination
Orientasi
Pasts-
Kinerja
Bisnis
Responsiveness
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Hipotesis
Penelitian ini rnencoba menguji pengaruh tiga dimensi dari orientasi
pasar. Disamping itu penelitian ini juga mencoba menguji pengaruh
orientasi pasar dengan kinerja bisnis.
Intelligence Generation
Orientasi pasar a dala h sebuah budaya perusa ha an yang
menunjukkan adanya usaha untuk selalu memberikan nilai terbaik bagi para
pelanggannya (Slater dan Narver, 1991). Bisnis yang memiliki informasi
pasar dan pengolahan informasi yang lebih baik dapat melakukan prediksi
dan tindakan yang ktbili tepat (Miami mengantisipasi pasar yang selalu
berubah (Pelham, 2000). Oleh sebab itu, diajukan hipotesis sebagai
be riku t:
Ill: Intelligence yrneratiou berpengaruh posit:if terhadap orientasi pa sar.
Intelligence Dissemination
Agar dapat mengimplementasikan orientasi pasar secara lengkap,
in for ma si mengena i pelangga n yang telah di ku mpulkan (bitellige)rce
Generation), selanjuinya harus did istribusikan pada seluruh departemen di
defiant organisasi (hticIliscnce Pihsemination). Kinerja terbaik dart orientasi
1 84
N.lorlm
RISCi Eil<111■
& NI
pasar hanya dapat terjadi jika ada koordinasi yang baik antar fungsi
organisasi. Rater dan Narver (1994) menyatakan bahwa keterbukaan di
dalam komunikasi antar beberapa fungsi di dalam suaM organisasi;
hiasanva akan sangat membantu di dalam mengetahui berbagai kebutuhan
pelanggan. Distribusi informasi adalah hal yang penting agar bedlam]
dalam mengimplementasikan orientasi pasar. Oleh karena itu diajukan
hipotesis sebagai berikut:
112: Intelligence ,1 Isse nth ti on berpengaruh posiiif terhadap orientasi pasar.
Responsiveness
Kinerja yang lebih baik hanya dapat dicapai dengan can menunjukkan
tingkat ketanggapan (responsiveness) yang berkesinarnbungan terhadap
berbagai perubahan kebutuhan pelanggan. Setelah Intelligence Generation
Intelligence I) isseini in( lion; maka selanjutnya perlu dikembangkan
dan
beberapa rencana tindakan. Kohli dan Jaworski (1990) menekankan bahwa
skala implementasi orientasi pasar sangat tergantung pada tingkat
ketanggapan organisasi (responsiveness) yang pada akhirnya diharapkan
dapat memahami berbagai kebutuhan pelanggan sekaligus
memenangkan persaingan. Oleh sebab itu diajukan hipotesis sebagai
berikut:
143: Bagi industri ritel,
orientasi pasar.
responsiveness berpengaruh positif terhadap
Kinerja Bisnis
Berbagai bisnis yang telah mengimplementasikan orientasi pasar
pada umumnya dapat meningkatkan kinerja bisnis mereka (Slater dan
pasar merupakan sebuah
Narver, 1994). Menurut mereka, orientasi
strategi yang efektif. Oleh karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut:
1-141 Orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis.
Metoda Penelitian
Rancangan Penelitian
penelitian yang digunakan adalah metode testing
Rancangan
hypothesis, di mann pada penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis.
Volume 9, Nomor 2. Agustus 2009 nal in
Pensarsh Odcmad w sarierharl.rp kincrp Disms Suatu Studi Pada Indu‘tri Rite'
185
Variabel dan Pengukaran
Orientasi pasar yang terdiri dad tiga variabel akan diukur dengan
mengacu pada penelitian Kohli, Jaworski dan Kumar (1993). Jumlah
keseluruhan pernyataan untuk tiga variabel tersebut adalah 32 item. Skala
ukur rang digunakan untuk setiap pernvataan dalam kuesioner tersebut
adalah Skala Likert 5 Point dimana angka 1 (Sangat Tidal Setuju) hingga
angka 5 (Sangat Setuju).
Intelligence Generation, diukur dengan menggunakan 10 item pernyataan,
yaitu (1) di unit bisnis saya, kami menemui pelanggan minimal sekali
setahu n untuk mengelahui produk atau jasa apa raja yang merupakan
kobutuhan pelanggan di masa depan, (2) petugas Departemen Layanan
Pelanggan berhubungan secara langsung dengan pelanggan untuk
mempelajari bagaimana cars melayani kebutuhan pelanggan secara lebih
bails (3) pada unit bisnis sava, kami banvak melakukan riset pemasaran
steam in-house, (4) kami termasuk lambat untuk mendeteksi perubahan
preferensi pelanggan pada produk/jasa SI, (5) kami melakukan survei pada
pengguna akhir paling sedikit sekali setahun untuk menilai mutu produk,
(6) kami sering membagikan hasil survei pada distributor dan para pengecer;
serta pihak-pihak lain yang mungkin berpengaruh pada pengguna akhir, (7)
kami mengumpulkan iill'ormasi mengenai industri, secara informal,
misalnya makan siang bersama-sama rekan-rekan salt' industri, berbicara
dengan mitra dagang, (8) pada unit bisnis saya, mengumpulkan informasi
m en genai pesaing secara mandiri; dilakukan oleh beberapa departemen
perusahaan kami, (9) ',anti termasuk lambat mendeteksi pergeseran pokok
industri; seperti kompetisi, teknologi clan regulasi
dart (10) pada waktu
tertentu kami melakukan peninjauan ulang; kemungkinan-kemungkinan
dampak perubahan di lingkungan bisnis; seperti teknologi dan regulasi
pada pelanggan.
Intelligence Dissemination, diuku r dengan menggunakan 8 item
per nya taa n, vaitu (I) banyak pembicaraan informal di unit bisnis kami
berkenaan dengan strategi atau taktik pesaing, (2) kami memiliki
pertemuan-pertemuan antar departemen paling sedikit em pat bulan
sekali, untuk mendiskusikall pengembangan clan tarn pasar, (3) personil
pemasaran dalam unit bisnis saya meluangkan waktu mendiskusikan
kehutu han pelanggan di masa yang akar' datang; bails di dalam
departemen maupun lintas departemen, (4) unit bisnis saya, pada waktu
186
ledia Riau( Bisn,s ffi Nlanajernen
tertentu merotasikan doku men mengenai pelanggan; baik intra
departemen maupun antar departemen; baik berbentuk
laporan-laporan berkala maupun buletin-buletin, (5) ketika sesuatu yang
punting terjadi pada pasar pelanggan yang utama, keseluruhan unit bisnis
mengetahuinya dalam waktu singkat, (6) data mengenai kepuasan
pelanggan didistribusikan pada semua tingkat di unit bisnis, secara
reguler, (7) hanya ada komunikasi minimal antara departemen pemasaran
dan departemen produksi mengenai pengembangan pasar O, dan (8)
ketika satu departemen menemukan sesuatu yang penting mengenai
pesaing, tidak akan secara cepat mensiagakan departemen yang lain O.
Responsiveness, diukur dengan menggunakan 14 item pernyataan, yaitu
(1) kami membutuhkan waktu yang lama dalam mengambil keputusan
bagaimana cara bereaksi terhadap perubahan harga pesaing ®, (2) pada
unit bisnis saga, prinsip-prinsip pengelompokan pasar memacu usahausaha inovatif penngembangan produksi, (3) karena satu dan lain alasan
kami cenderung mengabaikan perubahan kebutuhan pada pelanggan
akan produk/jasa
(4) secara periodik, kami meninjau ulang usaha
pengembangan produk; untuk memastikan bahwa pengembangan produk
tetap sejalan dengan apa yang diinginkan pelanggan, (5) perencanaan
bisnis kami lebih banyak dipacu kemajuan teknologi dibandingkan
dengan riset pasar ®, (6) beberapa departemen secara bersama-sama pada
waktu tertentu merencanakan tindakan menanggapi suatu perubahan
yang berlangsung di lingkungan bisnis, (7) produk/jasa yang kami
produksi lebih ditentukan oleh politik internal dibandingkan kebutuhan
pasar yang riil ®, (8) jika pesaing utama meluncurkan suatu kampanye
yang intensif, ditargetkan pada pelanggan, kami akan segera
menanggapinya, (9) aktivitas-aktivitas dari departemen yang berbeda di
unit bisnis ini sungguh terkoordinasi dengan baik, (10) keluhan pelanggan
tidak ditanggapi di unit bisnis ini ®, (11) sekalipun kami mengusulkan
suatu rencana pernasaran yang bagus, kemungkinan kami tidak akan bisa
mengimplementasikannya secara tepat waktu C), (12) kami akan bereaksi
dengan cepat menanggapi perubahan signifikan pada struktur harga
pesaing ®, (13) ketika kami mengetahui bahwa pelanggan tidak puas
dengan mutu produk/jasa, kami akan segera mengambil tindakan
korektif, dan (14) ketika kami mengetahui bahwa pelanggan ingin kami
memodifikasi produk/jasa, maka departemen-departemen tungsional
akan bekerja sarna mengusahakannya. (-Atrium : Cir) menyatakan item
pernyataan yang hertentangan.
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173.200
mJi Jr ientaR Lbar l erhatbp
pa I31sn
Smdi l'ada Indusin Rid
187
Kinerja Bisnis, diukur dengan alai ukur yang dikemukakan °Ida Dess clan
Robinson (1984); yang berisikan beberapa pertanyaan mengenai kinerja
bisnis; selain menvertakan cebuall Skala va Masi; di mana para responden
diminta untuk memberikan interval perkiraan hesar persentase peningkatan
target penjualan, target keuntungan, clan perolehan lotion On In PCSII»elli
selama 2 LAUD terakhir; dari kurang dari 10% hingga 100% apabila
clibandingkan dengan tahun sebelumnya.
'Label 2
Pengukuran Kinerja Bisnis
1
'<twang
10%
umber:
Con :
^_
11-23%
3
26-40%
4
41-55%
5
56-70%
6
71-85%
7
86-100%
Ian Robinson (1984)
i1pablia laporall keuangan tahun terakhir dibandingkan
dengan tahun sebelumnva ternyata meningkat 20%,
maka skornya adalah: 2. Tetapi apabila ternyata meningkat
56%, maka skor yang harus dipetakan adalah :5,
Sampel dan Pengumpulan Data
Pengu m pulan data dilakuLan pada responden di Mall Ciputra,
outlet-outlet Indinnaret, Alfamart, I lero clan Carrefour yang bedokasi di
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Semua responden di pilih secara acak.
Jumlah responden dalam pCIlelitian ini adalah 219 orang. Responden
pria sebesar 60,7% (sebanyak 133 responden), sedangkan responden wanita
39,3 % (sebanyak 86 responden). Jach mayoritas responden adalah pria. l)ari
faktor urnur, yang kurang dad 20 tahun sebanyak 5% (11 responden), usia 20
- 29 tahun sebesar 23,7% (52 responden), sedangkan antara 30 - 39 tahu n
besarnva 31,5 % (69 responden), usia 40 - 49 tahun sebesar 24,2% (53
responden). Selanjutnya yang berumur 50 - 60 tahun sebesar 14,63, (32
responden); dan yang di alas 60 tahun berjundah 9% (2 responden). Jadi
mayoritas responden berusia 30 - 39 tahun. Berdasarkan strata pendidikan,
yang beIuIll menyelesaikan SD adalah 18,9% (32 responden). Kemudian
yang menvelesa i kan setingkat SMP 13,0% (22 responden). Sedangkan yang
menvelesaikan setingkat SMU ada 16,6% (28 responden), clan yang
menyelesaikan setingkat D7 - D3 21,9% (37 responden). Akhirnva yang
menyelesaikan setingkat Universitas, 29,6% (50 responden), sehingga
1 88
Wdia Riser BI
mayoritas responder) adalah sarjana/menyelesaikan Universitas. Sedangkan
berdasarkan posisi jabatan, yang menjadi karvawan sebesar 47,3 % (80
responden)_ iglu yang merupakan pemilik sebesar 20,7% (35 responden),
dan yang merupakan manajer 32,0% (54 responden). Jadi responder)
mayoritas adalah berstatus karyawan. Da ri jumlah tenaga Leda yang
dipekerjakan, yang mempunyai 1 - 19 orang, ada 53,8% (91 responden).
Sedangkan yang memiliki 20 - 99 orang ada 34,3% (58 responden).
Kerlin than, yang memiliki Iehih dari 100 orang ada 11.9% (20 responden).
ladi mayoritas responden adalah yang mempunyar jumlah ((maga kgrja
antara 1 hingga 19 orang.
Data yang diperoleh rnelalui kuesioner memped ihatkan ka rak teristik
demografis responden sebagai berikut: sebagian besar responder] adalah pria
(60,7%), berusia kurang dad 39 tahun (60,2%), memiliki posisi sebagai
karyawan (47,3%), berla tar belakang pendidikan di bawah SI (70,4%), dan
memiliki jumlah karyawan kurang dad 100 orang (88,1%).
Eiji Validitas dan Reliabilitas
mengukur apa
Uji validitas berkaitan dengan digunakan untuk
yang seharusnya diukur. Penelitian ini selain menggunakan uji isi validitas
(cmtenl validity) yaitu uji yang berkaitan dengan sejauh mana suatu skala
pengukuran/instrumen mewakili keseluruhan karakteristik isi yang sedang
diukur. Dengan Cara pengujian AEC (Average inter-Item Correlation), dengan
patokan yang mendapat nila i koefisien lebih dari 0,30; dinvatakan ztilid. Pada
thisanwa, validitas isi bersifat jut/gen:oda( (I I Or mawan, 2003); di mana sua to
indika tor dipandang valid sepanjang sesuai dengan telaah pustaka mengenai
suatu konstruk yang
dan
Uji realibilitas berkaitan &riga], konsistenst a ku
menunjukkan
sejauh
mana
Alpha
Crottbach
prediktabilitas suatu alat iikun
item-dent pengukuran homogen dan meredeksikan konstruk yang sama yang
melandasinya (Henna wan, 2003). Alpha Cronbach mengindikasikan apabila
basil hubungan memiliki reliabilitas yang tinggi pada int/trial cotlis fancy;
dan pada umumnya digunakan untuk skala interval.
I lasil pengujian validitas dan reliabilitas terhadap item-item
pertanyaan untuk variabel intelligence generatnm, intelligence dissemination,
responsiveness, orientasi pasar, ROI, indika for keuntungan penjualan, dan
hasil penjualan adalah valid dan reliabel.
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173.200
Pengaru Orictita.i
Tirhadap KirIcrp
seam Stlidi Ruh Industri Rite!
189
Metoda Analisis Data
Metodc Analisis data yang digunakan adalah Structural Equation
Modelling (SEND, yang merupakan salah sato teknik analisis data multivariat,
dan diolah dengan bantuan program komputer statistik LISREL. 8.7.
Hasil dari analisis persamaan struktural menUnjukkan bahwa tingkat
kesesuaian secara keseluruhan dad model penelitian adalah cukup baik,
berdasarkan okuran sampel clan jumbh variabel ; level of Significance yang
ditetapkan adalah 0,10 dan dengan demikian Levet of Confidence-nya adalah
90%. Artinva, nilai signifikansi 0,10 akan dibandingkan dengan nilai pn,h,
dengan ketentuan sebagai berikut : jika nilai p„0„,. < 0,10; maka pengaruh
variabe! bebas terhadap variabel tidak bebas dinyatakan signifikan.
Demikian pula sebaliknya, bila nilai pram,
0,10; maka pengaruhnya
dinyatakan bdak signifikan. Ilasilnya diperolch semua nilai
< 0,10;
sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dinyatakan
signifikan.
Hash] dan Penibahasan
Statistik Deskriptif
Dan kesepuluh item pc rnyataan tentang Intelligence Generation, maka
yang mendapat penilaian rata-rata tertinggi adalah mengenai kemampuan
organisasi mencleteksi adanva pergeseran utama yang terjadi; seperti
kompetisi, teknologi clan regulasi yang dilakukan pemerintah yaitu 3,62
dengan simpangan haku = .635. Hal ini berarti kemampuan organisasi
mendeteksi adanya perubahan yang terjadi; herada pada skala 3 hingga 5
atau cukup mampu. Sementara unto k nilai rata-rata terendah adalah
mengenai kemampuan organisasi mendidik distributor clan para pengecer
serta pihak-pihak lain, mengenai hal-hat yang dapat meningkatkan
keinginan MUM beli dari pelanggan; yaitu 2,85 dengan simpangan baku
.986. Hal ini berarti kemampuan organisasi mendidik distributor clan para
pengecer serta pihak-pihak lain, guna meningkatkan penjualan berada pada
rentang skald I hingga 3 atau kurang mampu (kernungkinan disebabkan
latar belakang pendidikan yang kurang karma hampir 50% belum
mengecap pendidikan setingkat UniversitasS
Lintuk kemampuan In talks'ice Dissemination, dari 8 item pernvataan
yang ada, tertlyilta pernyataan yang mendapat tidal rata-rata tertingo Hiatt
tentang ketidak-waspadaan mensiagakan divisi ataupun departemen
fungsional pada saat menemukan sesuatu yang periling mengenai pesaing;
190
Med is Myer Uisniz S. Maui men
yaitu 3,60 dengan simpangan baku = 986. llal ini berarti ketidakmampuan
organisasi mensiagakan divisi ataupun departemen fungsional berada pada
rentang 3 hingga 5 atau kurang mampu. Sementara untuk nilai rata-rata
terendah adalah mengenai kemampuan organisasi untuk mengetahui dan
menyebarkan informasi mengenai adanya perubahan yang terjadi di pasar
kepada seluruh divisi ataupun departemen fungsional dalam jangka waktu
singkat; yaitu 2,99 dengan simpangan baku = .827. Hal ini berarti
kemampuan organisasi meneruskan informasi terbaru mengenai peruhahaii
keadaan up to date kepada semua divisi ataupun departemen fungsional
pada rentang 1 hingga 3, atau kurang marnpu.
Pada dimensi yang terakhir (rsponsizencee) terdapat 1-I item
permataan, dan yang mendapatkan nilai rata-rata paling anggi adalah
kemampuan organisasi mengkoordinasi semua divisi maupun departemen
fungsional untuk bersama-sama meraih tujuan; vaitu 3,71 denga n
simpangan baku = .782. Hal ini berarti kemampuan nrganisasi
mengkoordinasi semua divisi maupun departemen fungsionalnya terletak
pada rentang 3 hingga 5, yang artinva cukup baik. bementara pernyataan
yang mendapatkan nilai rata-rata terendah adalah ketidakmampuan
organisasi mengimplementasikan rencana hisnis yang sudah diputuskan
bersama, yaitu 2,53 dengan simpangan baku = 1.069 (pada rentang 1 hingga
3). Hal ini berarti kemampuan organisasi mengimplementasikan rencana
bisnis yang sudah diputuskan bersama adalah cukup baik.
Indikator peningleatan kinerja hisnis yang mendapatkan nilai ratarata tertinggi adalah return on inzTstment, yaitu 3,67 dengan simpangan
Baku =.822; dan nilai rata-rata terendah adalah hasildomzet penjualan, yaitu
2,84 dengan simpangan baku = 1.045. jawaban responden tersehut
rnemperlihatkan bahwa pada umumnya para responden sudah menvadari
herd asarkan
anti punting menentukan sasaran pencapaian keuntungan
investasi tang telah moreka tanamkan, dihandingkan hanva menetapkan
sasaran pencapaian hasil penjualan semata-mata.
Pengujitm Flipotesis
Hari pengujian hipotesis pertama sampai keem pa t. semua hipotesis
not ditolak, seperti tampak pada tabel berikut ini'
Volume 9 Nomor 2. Agustus 2009 hal 173 - 200
Pengand Oncn asL Pasar
31np Kinepa L3lsnis. Suatu StudPada
Ritel
191
Tabel 3
Rin kasan Hash] Pen u ian Hipotesis den an LISREL
Hipotesis Variabel
Estimasi
pr m,
Keputusan
Parameter
l'ertama
ICI FOP
0.76
< 0,10
Ho ditolak
Kedua
ID E 01'
0.60
< 0,10
Ho ditolak
Ketiga
Resp E OP
0.33
< 0,10
Ho ditolak
Keempat
OP
KB
0.92
< 0,10
Ho ditolak
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Keterangan : IG = Intelligence Generation; ID = Intelligence Dissemination;
Resp = Responsiveness; OP = Orientasi Pasar;
KB = Kinerja Bisnis.
Hipotesis 1
Hipotesis nol (H.) dan hipotesis alternatif (ft) adalah sebagai berikut:
Intelligence generation tidak berpengaruh positif terhadap orientasi pasar.
Hl : Intelligence generation berpengaruh positif terhadap orientasi pasar.
Hasil pengujian mcnunjukkan bahwa hipotesis terdukung. Hal ini
menjelaskan bahwa intelligence generation berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap orientasi pasar.
Hipotesis 2
Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (IL) adalah sebagai berikut:
H. : Intelligence dissemination tidak berpengaruh positif terhadap orientasi
pasar.
I12: Intelligence dissemination berpengaruh positif terhadap orientasi pasar.
I lasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis terdukung. Hal ini
menjelaskan bahwa intelligence dissemination berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap orientasi pasar.
Hipotesis 3
Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha ) adalah sebagai berikut:
H„. Bagi industri ritel, responsiveness tidak berpengaruh positif terhadap
orientasi pasar.
Ha Bagi industri ritel, responsiveness berpengaruh positif terhadap
orientasi pasar.
192 Melia Rlsct Risn3 & 11en ger n
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis terdukung. Hal ini
menjelaskan bahwa bagi industri ritel, responsiveness berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap orientasi pasar.
Hipotesis 4
Hipotesis nol (H.) dan hipotesis alternatif (H.) adalah sebagai berikut:
1-10: Orientasi pasar tidak berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis.
FL: Orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis terdukung. Hal ini
menjelaskan bahwa orientasi pasar berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kinerja bisnis.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa intelligence generation,
intelligence dissemination dan responsiveness adalah tiga dimensi yang
berpengaruh terhadap orientasi pasar. Selanjutnya penerapan orientasi
pasar berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis. lmplikasinya para
pengelola industri ritel merasa penting untuk mengevaluasi berbagai sistem
proses pelayanan terhadap pelanggan; agar dapat memeriksa apakah
layanan pelanggan yang diberikan telah benar-benar memenuhi kebutuhan
para pelanggan. Dan jika mereka mengidentifikasikan berbagai masalah
yang ada dalam proses pelayanan pelanggan, maka tindakan koreksi
masalah tersebut dapat dilakukan untuk memecahkan masalah.
Kemudian, pengelola industri rite! harus melakukan distribusi
informasi di antara para staf. Mereka terus memperbaharui informasi
mengenai berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan serta mengikuti
berbagai perkembangan yang ada; sehingga bisa menganfisipasi dan
mempersiapkan diri untuk memenuhi berbagai kebutuhan konsumen di
masa yang akan datang dengan cara bekerja sama dengan beberapa unit
fungsional lain di dalam organisasi.
Akhirnya dengan menerapkan orientasi pasar, kinerja yang lebih
baik akan dapat dicapai. Dengan kata lain, industri ritel yang lebih sering
atau telah menerapkan orientasi pasar akan lebih bark dalam menentukan
serta memenuhi kebutuhan
pelanggan; yang pada akhirnya akan mernngkatkan kinerja bisnis.
Simpulan
Intelligence generation, intelligence dissemination dan responsiveness
berpengaruh positif terhadap penerapan orientasi pasar, maka hal ini berarti
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173 200
Pengaruh Onenlna P urTerhadap Aineria 11isnis. Sumo Siudi Pada Industri I
193
bahwa pengumpulan informasi mengenai pelanggan; penyebaran informasi
mengenai pelanggan ke semua departemen dalam organisasi; serta
ketanggapan organisasi atas informasi tentang kebutuhan pelanggan
cenderung disetujui oleh responden sebagai variabel yang berpengaruh
terhadap orientasi pasar.
Pengaruh yang terbesar adalah variabel Intelligence Generation (X=
0.76). Hal ini menunjukkan bahwa pngelola industri ritel berpandangan
variabel ini merupakan sesuatu yang paling krusial pada saat menerapkan
orientasi pasar. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kecenderungan
"haus" informasi data up to date mengenai keadaan pasar, pesaing,
maupun Iingkungan. Selanjutnya pengaruh yang terkecil adalah variabel
Responsiveness (X= 033). Artinya para pengelola industri ritel menganggap
memerlukan lebih banyak usaha guna
Responsiveness
variabel
mew uju d kannya.
Akhirnya, penerapan orientasi pasar pada industri ritel berpengaruh
positif pada kinerja bisnis (X = 0.92), di mana target keuntungan
berpengaruh paling besar sebagai indikator meningkatnya kinerja bisnis (A =
Sedangkan Return On Inuestment pengaruhnya paling kecil (X = 0.54),
serta target penjualan berada di antaranya (A = 0.58), di mana pan pengelola
industri ritel menganggap peningkatan keuntungan merupakan target
paling penting di dalam mempertahankan usaha mereka dalam jangka
panjang. Sayangnya mereka masih kurang menganggap penting
menentukan target keuntungan berdasarkan investasi yang telah
ditanamkan (ROI), karena kemungkinan aktiva tetap (tidak lancar) yang
dipergunakan mengelola industri ritel relatif lebih sedikit nilainya
dibandingkan industri manufaktur.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan uji empiris hipotesis mengenai pengaruh penerapan
orientasi pasar terhadap kinerja bisnis, beberapa temuan merupakan
masukan berguna, sebagai berikut: (1) Karena pengaruh signifikan orientasi
pasar terhadap peningkatan kinerja bisnis, maka orientasi pasar layak
diterapkan di dalam mengelola industri ritel, (2) Pengukuran kinerja bisnis
dari °mad penjualan, laba dad investasi (ROI), dan pertumbuhan hasil
penjualan; ditemukan mempunyai dampak positif signifikan dengan
diterapkannya orientasi pasar. Laba dad investasi penting until k mengetahui
berada banyak keuntungan yang diraih, dihitung dari besar investasi. Pada
industri ritel pada umumnya lebih banyak yang menetapkan sasaran omzet
penjualan daripada besar keuntungan. Oleh sebab itu diharapkan para
194
Media R Met Bmn is R Manatemen
pengelola industri ritel dapat lebih memperhatikan penerapan setting
sasaran laba selain sasaran onizet penjualan, (3) Disebabkan ada
kecenderungan, semakin organisasi menerapkan orientasi pasar; akan
semakin meningkat kinerja bisnis. Oleh sebab itu, pengelola industri ritel
perlu membudayakan sistem yang Icbih berorientasi pasar, termasuk
mengernbangkan nilai, kualitas, dan Iayanan produk yang 'chill baik setiap
waktu. Diperlukan komitmen dari pimpinan hingga staff level terendah
untuk senantiasa mempraktekkan orientasi pasar, (4) Para pengelola dan
manajer industri ritel harus memberikan teladan tindakan serta keputusan
sehari-hari yang berorientasi pasar, (5) Menyediakan pelatilian arti penting
dan penerapan orientasi pasar bagi seluruh personel secara berkala dan
berkesinambungan, dan (6) Penelitian ini juga merekomendasikan agar para
pengelola industri rite! memfokuskan perhatian pada pemahaman
pelanggan yang lebih baik secara berkesinambungan. Dengan demikian
diharapkan dapat mempertahankan pelanggan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini meneliti populasi industri ritel di Daerah Khusus
Ibukota Jakarta dan sampel diambil dan populasi industri ritel dater')
berbagai bidang di daerah Jakarta. Hal ini memungkinkan terjadinya bias
faktor geografi, di mana kemungkinan bukan merupakan representasi dari
industri ritel pada daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian yang akan datang dapat disarankan untuk
menggunakan indikator lain (misalnya: kepuasan konsumen); karena ada
kemungkinan perubahan indikator keuangan dapat disebabkan faktor
eksternal. Juga agar memperhitungkan kemampuan kreatif dan inovatif dari
organisasi, agar pengarull penerapan orientasi pasar terhadap kinerja
bisnis dapat diteliti Icbih obyektif.
Penelitian yang akan datang seharusnya menyertakan lebih banyak
responden dari bermacam-macam industri ritel, karena penelitian ini hanya
melibatkan responden industri ritel yang kurang lebih sejenis (Carefour, Hero,
Indontanit, Alfinnart) sehingga kurang
menjelaskan adanya
ketidaksesuaian antara beberapa tingkat orientasi pasar di antara beberapa
jenis industri ritel. Di camping itu, sampel yang besar dapat memenuhi
berbagai jenis rasio; solusi menjadi lebih stabil, karena data terdistribusi
Volume 9, Humor 2, Agustus 2009 hal 93 - 200
Panzarah oncmas, Pasar lerhadda
k ine.ro Risno Sum, Saudi nada Industri Ritel
195
secara normal (standar duviasi kecil); serta bobot pengukuran menjadi
Iebih aku rat.
Juga direkomendasikan agar mengidentifikasi metode pengukuran
yang Iebih baik untuk mengukur pengaruh jangka panjang dari orientasi
pasar terhadap kepuasan karyawan, karena karyawan yang puas akan
memberikan layanan pelanggan yang lebih baik. Selain itu menurut Kaldor
(1983) pars pelanggan tidak selalu mengetahui apa yang mereka butuhkan.
Oleh sebab itu, diperlukan pula pembelajaran pelanggan oleh personel
industri rite!. 13a ker dan Sin ku la (1999) mengemuka ka n bahwa orientasi
pasar yang didahului pembelajara n pelanggan kemungkinan dapat
menghasilkan inovasi, sedangkan orientasi pasar yang ticiak didahului
pembelajaran pelanggan kemungkinan dapat terjerum us pada imitasi. Oleh
karena itu pembelajaran pelanggan akan membuat organisa 5i menjadi trend
setter dan mem boat para pelanggan lebih mengu to ma kan produk organisasi
dibandingkan membeli produk pesaing.
Daftar Pustaka
Baker, William E. and James M. Sinkula. (1999). Innovation Programs?
An Organizational Learning Perspective. San Diego State University,
San Diego.
BPS (1999), Statistik Iminstri Keel!: Small-Scale Manufacturing industry
Statistics Tabun 1998, Ja karta: Biro Pusat Statistik.
Day, George S. and Robert Wensley. (1983). Marketing Theory with
Strategic Orientation, Journal of Marketing 42 (2) : 79 - 89.
Desphande, R. and Farley, 4
(1996).
Understanding Market
Orientatimi: A Prospectively Designed Metha-Analysis of Three Market
Orientation Scales Published by Marketing Science Institute
(working paper), Report no. 96 -125, December.
Dess, G.G., and Robinson R.B.
(1984). Measuring
Organizational
Performance in the Absence of Objective Measures: The Case of the
196
Media RI et IlhriLs ,k Nl anatcmcn
Privatelely Held Firm and the Large Conglomerate Business
Unit. Strategic Management Journal.10,: 265 - 273.
Drucker, Peter. (1954). The Practice of Management. New York: Harper and
Row Publishers, Inc
Han, Jin K., Naamwon Kim and Rajendra K. Srivastava (1998), Market
Orientation and Organization Performance: Is Innovation a Missing
Link, Journal of Marketing, 62 : 30 - 45.
Hendri Ma'ruf. (2005)- Pemasaran Rite!. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hermawan, Asep. (2003). Monza?' Praktis Metodologi Pcnelitian
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi (LPPE) Universitas Trisakti,
Jakarta.
Hise, Richard T. (1965). Have Manufacturing Firms Adopted the Marketing
Concept, Journal of Marketing. 29.(July).
Hooley, Richard and Muzaffer Ahmad. (1990). Small Medium Size
Enterprises and the Development Process in Four Asian Countries:
An Overview, Asian Development Bank, 5 - 62.
Houston, F.S. (1986). The Marketing Concept: What It Is and What It Is Not,
Journal of Marketing. 50 (2): 81 - 87.
Hunt, Shelby D. and Robert M. Morgan. (1995).The Competitive
Advantage Theory Of Competition. Journal of Marketing. 57 (3) : 53
- 57.
on Small
Jones, J. Preston. (1995). The Effect of Market Orientation
BusinessPerfiffmairc. DBA Dissertation, Nova Southeastern
University, 19.Lauderdale, Florida.
Kaldor, Nicholas. (1983). The Role of Commodity Prices in Economic
Recovers" Lloyds Bank Review.
Kara, A., Spillan, JE and Deshields, Jr, O.W. (2005). The Effect of a Market
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 113 -200
gart
nt P
Idap meria
Suatu Stud I
Ind'
Rad
197
Orientation on Business Performance: A Study of Small-Sized
Service Retailers Using MARKOR Scale. Journal of
Small
Business Management. 43 (2) : 105 -118.
Keith, R.J. (1960). The Marketing Revolution. journal of Marketing. 24 : 35-38.
Kinsey, Joanna. (1987). Marketing and the Small Manufacturing Firm
in Scotland; Findings of a Pilot Suede. journal of Small Business
Management. 25 :18 - 25.
Kohli, Atay K. and Bernard J. Jaworski. (1990). Market Orientation: The
Construct Research Propositions and Managerial Implication.
Journal of Marketing, 54 (2) :1 - 18.
A. K., Jaworski, B.J and Kumar, A. (1993). MARKOR: A Measure of
Market Orientation. journal of Marketing Research. 30, 467 - 477.
Kotler, Philip.
(2000). Marketing Management: Analysis, Planning,
Implementation and Control. Englewood Cliffs, N.J. Prentice I fall, Inc.
Kotler, Philip and Levy S.J. (1969). Broadening the Concept of Marketing.
Journal of Marketing. 33 (1) : 10- 15.
Kwaku Atuahene-Gerna (1996), Market Orientation and Innovation.
Journal of Business Research. 35 : 93 - 103.
Little,
(1988). Small Manufacturing Enterprises and Employment
in Developing Countries. Asian Development Review, 1-9.
McKitterick, J.B. (1957), IAThat is the Marketing Management Concept?,
American Marketing Association, 71 - 82.
McNamara, C.P. (1972). The Present Status of the Marketing Concept.
Journal of Marketing. 36 : 50 - 57.
Meziou, Fekri. (1991). Areas of Strength and Weakness in Adoption of The
Marketing Concept by Small Manufacturing Firms. Journal
of Small Business Management. 29 (4) : 72 - 78.
198
Ntscha Riser B snis & Ian omen
Pawitra, Teddy. (2001). Peinasaran:
Dimensi
Fatsafah,
Distrait!
Kealtlian. Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta.
dan
Pelham, Alfred M. (1997). Mediating Influence on the Relationship between
Market Orientation and Profitability in Small Industrial Firms.
Journal of Marketing Theory and Practice. 5 (Summer) : 35 - 76.
----------(2000). Market Orientation and Other Potential Influences on
Performance in Small and Medium-Sized Manufacturing
Firms. Journal of Small Business Management. 27 (1) :48 - 66.
Peterson, Robin T. (1989). Small Business Adoption of The Marketing
Concept Versus Other Business Strategies. Journal of Small
Business Management. 27 (1): 38 -46.
Pleshko, Larry Paul. (1993). The Relationship of Market Orientation to
Performance: An Investigation Using Organizational Structure,
Organizational Strategy, and the Environment as Moderators, The
Florida State University, UMI Dissertation Services.
Porter, M. (1980). Competitive Strategy, New York: The Free Press.
Shapiro, Benson P. (1988). What the Hell Is Market Oriented?, Harvard
Business Review. 66 :119 - 125.
Sartika, Tiktik. (1999). Industri Kecil dan Kesempatan Kerja. Universi
Trisakti, Jakarta.
Siguauw, TA., Brown, G. and Widing, R.E. (1994). The Influence of the
Market Orientation of the Firm on Sales Force Behavior and
Attitudes. Journal of Marketing Research. 31 : 106 - 116.
Slater, Stanley F. and John C. Narver. (1990). The Effect of Market
Orientation On Business Profitability. Journal of Marketing. 54 (3) :
20 - 35.
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173.200
Penguruh Onentasi Pasar Terhadop Kineria 13. • Suatu
Pada Industn Ritel
199
(1993). Market Orientation and the Learning Organization. Jot nal of
Marketing. 58 (1) : 46 - 55.
(1995). Does Competitive Environment Moderate the Market
Marketing.
Orientation Performance Relationship. Journal of
58(1):46- 55.
200
Media RIset B isms & &Imlay:met
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2009 hal 173 200
Download