BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yangbersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing - masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Bila dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni perilaku yang tertutup atau terselubung (covert behavior) dan perilaku nyata dan terbuka (overt behavior). Perilaku yang tertutup ialah perhatian persepsi pengetahuan / kesadaran, dan sikap. Perilaku terbuka ialah dalam bentuk tindakan atau practice (Notoatmodjso, 2012). 8 Universitas Sumatera Utara 9 2.1.2 Domain Perilaku Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2012) domain perilaku terdiri dari tiga bagian yaitu : A. Pengetahuan Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara 10 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Apikasi ini dapat dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatau bentu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek yang dikatakan baik apabila lebih dari 6 pernyataan yang dapat di jawab dan dikatakan kurang apabila kurang dari 6 pernyataan yang telah diberi skoring. Universitas Sumatera Utara 11 B. Sikap Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003). Menurut Notoatmodjo (2012) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbukan atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagi suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2012) sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Universitas Sumatera Utara 12 2) Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (respondible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. C. Praktik atau Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlikan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain dan praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yakni: 1. Respons terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. 2. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tinadakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Universitas Sumatera Utara 13 2.1.3 a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku Susunan saraf pusat Susunan saraf pusat memgang peranan penting dalam perilaku manusia karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang dihasilkan. b. Persepsi Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. c. Motivasi Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan tertentu. d. Emosi Perilaku dapat tibul karena emosi. Asperk psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan dengan keadaan jasmani. e. Belajar Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktik-praktik dalm lingkungan kehidupan. Barelson dalam knutson Andi L. (1985) dikutip dari Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu. Menurut Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam pembentukan perilaku yakni: a. Faktor Intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebaginya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Universitas Sumatera Utara 14 b. Faktor Ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. 2.2 Seksual Bebas 2.2.1 Definisi seksual bebas Free sex atau seks bebas menurut Sarwono dalam Saraswati, dkk, (2000) mendefinisikan sebagai perilaku hubungan suami istri tanpa ikatan apa-apa, selain itu suka sama suka, bebas dalam seks. Dapat juga diartikan bagaimana cara berpacaran , pengetahuan tentang alat kelamin dan cara memikat hati pria atau wanita. Hal ini berarti seks: bebas untuk bertukar pasangan dalam berhubungan seksual: hidup bersama diluar nikah dan hubungan yang bebas tanpa nikah. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari menunjukkan perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips kissing (ciuman bibir), genetalia simulation (melakukan rangsangan pada alat genetal), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 1999). Disamping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria itu bisa terjadi hubungan khusus yang sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual. Dengan relasi seksual ini kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak seksual atau orgasme, jika dilakukan dalam hubungan yang normal sifatnya (Kartono dalam Liana, 2007). Universitas Sumatera Utara 15 Saraswati (2002), menjelaskan bahwa perilaku seks bebas adalah hubungan seks secara bebas dan merupakan tindakan hubungan seksual yang tidak bermoral, terang-terangan dan tanpa malu-malu sebab didorong oleh hawa nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar. Menurut Depkes (2012) juga mengatakan bahwa Perilaku seksual adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi kedalam vagina. Djubaidah (2001) mengatakan bahwa perilaku seks adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seks atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual. 2.2.2 Tahapan terjadinya perilaku seksual bebas Menurut Hurlock dalam Liana (2007) perilaku seksual dengan lawan jenis dimulai dari tahap berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat dan bersenggama. Sedangkan menurut Thomburg dalam Liana (2007) perilaku seksual tercermin dalam tahapan sebagai berikut : a. Berpegangan tangan b. Berpelukan c. Berciuman d. Bercumbu e. Bersenggama f. Bersenggama dengan berganti pasangan. Universitas Sumatera Utara 16 2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual bebas Menurut Sarwono (2012) hal-hal yang berpengaruh terhadap perilaku seksual bebas pada remaja adalah : a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja. Perubahan - perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar remaja. 1) Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun norma sosial yang menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain). 2) Norma agama yang berlaku melarang perilaku seksual yang bisa mendorong remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan, berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi. 3) Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi canggih seperti VCD, Internet, majalah, TV, video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta meniru dengan apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya mengetahui masalah seksual secara lengkap dari o rang tuanya. 4) Orang tua, ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak tentang masalah ini akibatnya Universitas Sumatera Utara 17 pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas. 5) Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. Menurut Hurlock dalam Liana (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja terhadap perilaku seks bebas antara lain: a. Meningkatnya libido seksualitas Perubahan hormonal pada remaja yang dapat meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu. Bila remaja salah dalam menyalurkan hasrat tersebut dapat terjadi perilaku seks bebas yang mengakibatkan kehamilan pada remaja perempuan. b. Penundaan usia kawin Penyaluran ini tidak bisa segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan secara hukum oleh karena adanya UU tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah yaitu sedikitnya usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. c. Tabu-larangan Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan seks bebas atau seks Universitas Sumatera Utara 18 pranikah, bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku lain seperti berciuman dan masturbasi. Bagi remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecendrungan untuk melanggar larangan tersebut. d. Kurangnya informasi tentang seks Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ini ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap. e. Komunikasi antara orangtua dan anak Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya akan pentingnya pendidikan seks kepada anak maupun karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak cenderung akan membuat jarak dengan anak dalam masalah yang saat ini. Anak juga akan merasa malu bila akan bertanya tentang masalah seks kepada orangtuanya dan mereka akan mencari tahu dari orang lain. f. Pergaulan yang semakin bebas Karena adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. Universitas Sumatera Utara 19 g. Wilayah tempat tinggal Perubahan di kota yang lebih cepat dari di desa. Cepatnya arus informasi yang diterima juga dapat mempengaruhi banyaknya informasi yang salah juga masuk ke kota. h. Jenis kelamin Laki-laki lebih terbuka, lebih serba boleh, lebih ekstrim dalam pendapatnya tentang seksualitas, sedangkan wanita lebih malu-malu, dan lebih tidak tahu menahu. 2.2.4 Penyalahgunaan obat-obatan Menurut Ayyubamin (2011), Obat adalah adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses dapat penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.Secara harfiah obat terbagi 2 yaitu Obat yang legal dan obat ilegal (terlarang). Salah satu dari obat terlarang yang populer di masyarakat yaitu NARKOBA. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya. Selain “narkoba” istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. 2.2.4.1 Jenis-jenis Narkoba 1 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat perubahan kesadaran, hilangnya menyebabkan rasa nyeri dan penurunan dapat atau menimbulkan Universitas Sumatera Utara 20 ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah: a) Untuk Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja. b) Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. c) Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. 2 Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang - Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Untuk Sedatin atau pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine. 3 Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:Alkohol yang mengandung ethyl etanol, bahan pelarut berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan sama efek yang dengan yang Universitas Sumatera Utara 21 dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb. Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mentalemosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba. Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan narkoba itu sendiri. 2.2.4.2 Dampak penyalahgunaan Narkoba Dampak penylahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat sebagai berikut ini : 1. Dampak Fisik: Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang- kejang, gangguan kesadaran, dan susah tidur. Gangguan pada jantung dan Universitas Sumatera Utara 22 pembuluh darah seperti: infeksi akut otot jantung dan gangguan peredaran darah. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: alergi. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan dan kesukaran bernafas. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. 2. Dampak Psikis: Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang bruta, Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 3. Dampak Sosial: Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan, Merepotkan dan menjadi beban keluarga, Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram. Universitas Sumatera Utara 23 2.2.5 Dampak melakukan hubungan seksual bebas 1. Aspek Medis Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak konsekuensi, sebagai berikut : a. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda. Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tentang “bagaimana seorang perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0% adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Rahmawati, 2009). b. Aborsi Dengan status mereka yang belum menikah maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. c. Meningkatkan resiko terkena kanker rahim Hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun membuat resiko terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi (Adiningsih, 2004). Universitas Sumatera Utara 24 d. Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, clamidia, trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Windhu, 2009). 2. Aspek Sosial-Psikologis Dari aspek psikologis, melakukan hubungan seksual pranikah akan menyebabkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) di masa yang akan datang. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) remaja ini adalah : a. Kualitas mentalis. Kualitas mentalis remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat perilaku seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup berkompetisi. Universitas Sumatera Utara 25 b. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki –l aki akan memiliki kesehatan yang c. rendah. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam membentuk keluarga yang sakinah. d. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. e. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual bebas, kemudian menikah, tentunya akan memiliki keterbatasan terhadap pendidikan formal. f. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat perilaku seksual bebas, tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan (Iriani, 2005). Universitas Sumatera Utara 26 2.3 Remaja 2.3.1 Definisi remaja Istilah adolescent (remaja) berasal dari bahasa latinadalescere, yang berarti ‘bertumbuh’. Sepanjang fase perkembangan ini , sejumlah masalak fisik, sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik (Bobak, 2004) Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaaan remaja. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri.Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2012). Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan bangsa yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (cahyaningsih, 2011). Masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan,timbul ciri-ciri sex Universitas Sumatera Utara 27 sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok (Cahyaningsih, 2011). 2.3.2 a. Ciri-ciri perubahan masa remaja Perkembangan non fisik Masa remaja, menurut Pinem (2009) ciri perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu : 1) Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain : ingin bebas, lebih dekat dengan sebaya, mulai berfikir abstrak, dan lebi banyak memperhatikan keadaaan tubuhnya. 2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas anatara lain : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk ingin berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri. b. Perubahan fisik pada masa remaja Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam kesehata reproduksi karena pada masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu melaksanakan fungsi reproduksi.Perubahan yang terjadi yaitu : 1) Munculnya tanda-tanda seks primer : terjadinya haid yang pertama atau menarche pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Universitas Sumatera Utara 28 2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu : a. Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis, dan buah zakar akan bertambah besar, suara bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, tumbuhnya kumis diatas bibir, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak. b. Pada remaja perempuan : pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar. c. Perubahan kejiwaan Pada masa remaja perubahan terjadi lebih lambat dari fisik dan labil meliputi: 1) Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi), mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi. 2) Perkembangan inteligensia: mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga mucul perilaku ingin mencoba hal yang baru. Ciri-ciri perubahan ini sangat penting diketahui agar penanganan masalah dapat dilakukan dengan baik.Dari kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal-hal didorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik dapat membawa remaja terjerumus dalam hubungan seks bebas dan segala akibatnya. Universitas Sumatera Utara