BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku

advertisement
 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perilaku
2.1.1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yangbersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing - masing. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati secara
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Bila dilihat
dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yakni perilaku yang tertutup atau terselubung (covert behavior) dan perilaku
nyata dan terbuka (overt behavior). Perilaku yang tertutup ialah perhatian persepsi
pengetahuan / kesadaran, dan sikap. Perilaku terbuka ialah dalam bentuk tindakan
atau practice (Notoatmodjso, 2012).
8 Universitas Sumatera Utara
9 2.1.2 Domain Perilaku
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2012) domain perilaku terdiri dari
tiga bagian yaitu :
A. Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan
yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2.
Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Universitas Sumatera Utara
10 3.
Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Apikasi ini
dapat dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
4.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatau bentu keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang ada.
6.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek yang dikatakan baik
apabila lebih dari 6 pernyataan yang dapat di jawab dan dikatakan kurang
apabila kurang dari 6 pernyataan yang telah diberi skoring.
Universitas Sumatera Utara
11 B. Sikap
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku
dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003). Menurut Notoatmodjo
(2012) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup,
bukan merupakan reaksi terbukan atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagi suatu
penghayatan terhadap objek.
Menurut Notoatmodjo (2012) sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
Universitas Sumatera Utara
12 2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (respondible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
C. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlikan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support)
dari pihak lain dan praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yakni:
1.
Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.
2.
Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tinadakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
13 2.1.3
a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku
Susunan saraf pusat
Susunan saraf pusat memgang peranan penting dalam perilaku manusia
karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang
dihasilkan.
b.
Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
c.
Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak mencapai suatu
tujuan tertentu.
d.
Emosi
Perilaku dapat tibul karena emosi. Asperk psikologis yang mempengaruhi
emosi berhubungan dengan keadaan jasmani.
e.
Belajar
Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari
praktik-praktik dalm lingkungan kehidupan. Barelson dalam knutson Andi
L. (1985) dikutip dari Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa belajar
adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.
Menurut Notoatmodjo (2012) faktor-faktor yang memegang peranan
penting dalam pembentukan perilaku yakni:
a.
Faktor Intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan
sebaginya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.
Universitas Sumatera Utara
14 b.
Faktor Ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil
kebudayaan
yang
dijadikan
sasaran
dalam
mewujudkan
bentuk
perilakunya.
2.2
Seksual Bebas
2.2.1
Definisi seksual bebas
Free sex atau seks bebas menurut Sarwono dalam Saraswati, dkk, (2000)
mendefinisikan sebagai perilaku hubungan suami istri tanpa ikatan apa-apa, selain
itu suka sama suka, bebas dalam seks. Dapat juga diartikan bagaimana cara
berpacaran , pengetahuan tentang alat kelamin dan cara memikat hati pria atau
wanita. Hal ini berarti seks: bebas untuk bertukar pasangan dalam berhubungan
seksual: hidup bersama diluar nikah dan hubungan yang bebas tanpa nikah.
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya
hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari
menunjukkan perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips
kissing (ciuman bibir), genetalia simulation (melakukan rangsangan pada alat
genetal), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian
berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 1999).
Disamping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria itu bisa terjadi
hubungan khusus yang sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual.
Dengan relasi seksual ini kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan
puncak seksual atau orgasme, jika dilakukan dalam hubungan yang normal
sifatnya (Kartono dalam Liana, 2007).
Universitas Sumatera Utara
15 Saraswati (2002), menjelaskan bahwa perilaku seks bebas adalah
hubungan seks secara bebas dan merupakan tindakan hubungan seksual yang
tidak bermoral, terang-terangan dan tanpa malu-malu sebab didorong oleh hawa
nafsu seks yang tidak
terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar. Menurut
Depkes (2012) juga mengatakan bahwa Perilaku seksual adalah perilaku yang
dilakukan sepasang individu karena adanya
dorongan seksual dalam bentuk
penetrasi kedalam vagina. Djubaidah (2001) mengatakan bahwa perilaku seks
adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seks atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual.
2.2.2 Tahapan terjadinya perilaku seksual bebas
Menurut Hurlock dalam Liana (2007) perilaku seksual dengan lawan jenis
dimulai dari tahap berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat dan
bersenggama. Sedangkan menurut Thomburg dalam Liana (2007) perilaku seksual
tercermin dalam tahapan sebagai berikut :
a.
Berpegangan tangan
b.
Berpelukan
c.
Berciuman
d.
Bercumbu
e.
Bersenggama
f.
Bersenggama dengan berganti pasangan.
Universitas Sumatera Utara
16 2.2.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual bebas
Menurut Sarwono (2012) hal-hal yang berpengaruh terhadap perilaku
seksual bebas pada remaja adalah :
a.
Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja.
Perubahan - perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku seksual tertentu.
b.
Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar remaja.
1) Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun norma sosial
yang menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
2) Norma agama yang berlaku melarang perilaku seksual yang bisa
mendorong remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan,
berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi.
3) Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
massa yaitu dengan adanya teknologi canggih seperti VCD, Internet,
majalah, TV, video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba
serta meniru dengan apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena
remaja pada umumnya mengetahui masalah seksual secara lengkap dari o
rang tuanya.
4) Orang tua, ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih mentabukan
pembicaraan seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, bahkan
cenderung membuat jarak dengan anak tentang masalah ini akibatnya
Universitas Sumatera Utara
17 pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua
dalam
pendidikan
anak
sangatlah
penting,
terutama
pemberian
pengetahuan tentang seksualitas.
5) Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan yang
makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita
makin sejajar dengan pria.
Menurut Hurlock dalam Liana (2007), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi remaja terhadap perilaku seks bebas antara lain:
a.
Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan hormonal pada remaja yang dapat meningkatkan hasrat seksual.
Peningkatan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu. Bila remaja salah
dalam menyalurkan hasrat tersebut dapat terjadi perilaku seks bebas yang
mengakibatkan kehamilan pada remaja perempuan.
b.
Penundaan usia kawin
Penyaluran ini tidak bisa segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan secara hukum oleh karena adanya UU tentang perkawinan
yang menetapkan batas usia menikah yaitu sedikitnya usia 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria.
c.
Tabu-larangan
Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku
dimana seseorang dilarang untuk melakukan seks bebas atau seks
Universitas Sumatera Utara
18 pranikah, bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku lain
seperti berciuman dan masturbasi. Bagi remaja yang tidak dapat menahan
diri akan terdapat kecendrungan untuk melanggar larangan tersebut.
d.
Kurangnya informasi tentang seks
Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya
penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa menjadi
tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ini ingin
tahu dan ingin mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya
dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap.
e.
Komunikasi antara orangtua dan anak
Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya akan pentingnya
pendidikan seks kepada anak maupun karena sikapnya yang masih
menabukan pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak
cenderung akan membuat jarak dengan anak dalam masalah yang saat ini.
Anak juga akan merasa malu bila akan bertanya tentang masalah seks
kepada orangtuanya dan mereka akan mencari tahu dari orang lain.
f.
Pergaulan yang semakin bebas
Karena adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
Universitas Sumatera Utara
19 g.
Wilayah tempat tinggal
Perubahan di kota yang lebih cepat dari di desa. Cepatnya arus informasi
yang diterima juga dapat mempengaruhi banyaknya informasi yang salah
juga masuk ke kota.
h.
Jenis kelamin
Laki-laki lebih terbuka, lebih serba boleh, lebih ekstrim dalam
pendapatnya tentang seksualitas, sedangkan wanita lebih malu-malu, dan
lebih tidak tahu menahu.
2.2.4 Penyalahgunaan obat-obatan
Menurut Ayyubamin (2011), Obat adalah adalah bahan atau zat yang
berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang
digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses
dapat
penyakit
dan
atau menyembuhkan penyakit.Secara harfiah obat terbagi 2 yaitu Obat yang legal
dan obat ilegal (terlarang). Salah satu dari obat terlarang yang populer di
masyarakat yaitu NARKOBA. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/
bahan berbahaya. Selain “narkoba” istilah lain yang diperkenalkan khususnya
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
2.2.4.1 Jenis-jenis Narkoba
1 Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat
perubahan
kesadaran,
hilangnya
menyebabkan
rasa
nyeri
dan
penurunan
dapat
atau
menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
20 ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis
narkotika adalah:
a) Untuk Tanaman papaver, opium mentah, opium masak
(candu, jicing,
jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan
damar ganja.
b) Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
c) Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
2 Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang - Undang
No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Untuk Sedatin atau pil
BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine.
3 Bahan Adiktif berbahaya lainnya
adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang
dapat dipakai
sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim
syaraf
pusat, seperti:Alkohol yang mengandung ethyl etanol,
bahan pelarut berupa
zat organik (karbon) yang menghasilkan
sama
efek
yang
dengan
yang
Universitas Sumatera Utara
21 dihasilkan oleh minuman yang beralkohol
atau obat anaestetik jika aromanya
dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb.
Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mentalemosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi
dalam
jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial
di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih
fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat
patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun
sudah terdapat
banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka
yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.
Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang
dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor
lingkungan, dan faktor kesediaan narkoba itu sendiri.
2.2.4.2 Dampak penyalahgunaan Narkoba
Dampak penylahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada
jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat sebagai berikut
ini :
1.
Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang- kejang,
gangguan kesadaran, dan susah tidur. Gangguan pada jantung dan
Universitas Sumatera Utara
22 pembuluh darah seperti: infeksi
akut otot jantung dan gangguan
peredaran darah. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: alergi.
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan dan kesukaran bernafas. Sering sakit kepala, mual-mual dan
muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit
tidur. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya
pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular
penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2.
Dampak Psikis:
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah Hilang
kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, Agitatif, menjadi
ganas dan tingkah laku yang bruta, Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal
dan tertekan, Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri.
3.
Dampak Sosial:
Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan,
Merepotkan dan menjadi beban keluarga, Pendidikan menjadi terganggu,
masa depan suram.
Universitas Sumatera Utara
23 2.2.5
Dampak melakukan hubungan seksual bebas
1.
Aspek Medis
Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak
konsekuensi, sebagai berikut :
a.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda. Mudanya usia
ditambah
lagi
minimnya
informasi
tentang
“bagaimana
seorang
perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus
kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 perempuan
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0%
adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus
pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Rahmawati,
2009).
b.
Aborsi
Dengan status mereka yang belum menikah maka besar kemungkinan
kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu
alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6
juta kasus aborsi Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi 300 tindakan
pengguguran janin dengan resiko kematian ibu.
c.
Meningkatkan resiko terkena kanker rahim
Hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun membuat resiko
terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali lipat
lebih tinggi (Adiningsih, 2004).
Universitas Sumatera Utara
24 d.
Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari
seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang
beresiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak
diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan
reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru
lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa
digolongkan
sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini
adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, clamidia,
trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Windhu, 2009).
2.
Aspek Sosial-Psikologis
Dari aspek psikologis, melakukan hubungan seksual pranikah akan
menyebabkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa
mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) di masa yang akan
datang. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) remaja ini adalah :
a.
Kualitas mentalis.
Kualitas mentalis remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat perilaku
seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak
memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa
lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan
dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup berkompetisi.
Universitas Sumatera Utara
25 b.
Kualitas kesehatan reproduksi.
Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik
perempuan khususnya. Sedangkan laki –l aki akan memiliki kesehatan
yang
c.
rendah.
Kualitas keberfungsian keluarga.
Seandainya mereka menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan
kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam
membentuk keluarga yang sakinah.
d.
Kualitas ekonomi keluarga.
Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena
terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi keluarga.
e.
Kualitas pendidikan.
Remaja yang terlibat perilaku seksual bebas, kemudian menikah, tentunya
akan memiliki keterbatasan terhadap pendidikan formal.
f.
Kualitas partisipasi dalam pembangunan.
Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang
terlibat perilaku seksual bebas, tidak dapat berpartisipasi dalam
pembangunan (Iriani, 2005).
Universitas Sumatera Utara
26 2.3
Remaja
2.3.1
Definisi remaja
Istilah adolescent (remaja) berasal dari bahasa latinadalescere, yang
berarti ‘bertumbuh’. Sepanjang fase perkembangan ini , sejumlah masalak fisik,
sosial, dan psikologis bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku, dan
kebutuhan yang unik (Bobak, 2004)
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan
bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaaan
remaja. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang
tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri.Remaja yang sehat adalah
remaja yang produktif kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes,
2012).
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan bangsa
yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade
kedua masa kehidupan (cahyaningsih, 2011).
Masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan
pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana
yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah
kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak
dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan,timbul ciri-ciri sex
Universitas Sumatera Utara
27 sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok
(Cahyaningsih, 2011).
2.3.2
a.
Ciri-ciri perubahan masa remaja
Perkembangan non fisik
Masa remaja, menurut Pinem (2009) ciri perkembangannya dibagi menjadi
tiga tahap yaitu :
1) Masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain : ingin bebas,
lebih dekat dengan sebaya, mulai berfikir abstrak, dan lebi banyak
memperhatikan keadaaan tubuhnya.
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas anatara lain : mencari
identitas diri, timbul keinginan untuk ingin berkencan, berkhayal tentang
aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun), dengan ciri khas antara lain : mampu
berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai
citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan
kebebasan diri.
b.
Perubahan fisik pada masa remaja
Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting
dalam kesehata reproduksi karena pada masa ini terjadi perubahan fisik yang
sangat cepat untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi
sehingga mampu melaksanakan fungsi reproduksi.Perubahan yang terjadi yaitu :
1) Munculnya tanda-tanda seks primer : terjadinya haid yang pertama atau
menarche pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
28 2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu :
a.
Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis, dan buah zakar akan
bertambah besar, suara bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi,
tumbuhnya kumis diatas bibir, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan
ketiak.
b.
Pada remaja perempuan : pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan
vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak, payudara
membesar.
c.
Perubahan kejiwaan
Pada masa remaja perubahan terjadi lebih lambat dari fisik dan labil
meliputi:
1) Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi),
mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah
berkelahi.
2) Perkembangan inteligensia: mampu berfikir abstrak dan senang memberi
kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga mucul perilaku ingin
mencoba hal yang baru.
Ciri-ciri perubahan ini sangat penting diketahui agar penanganan masalah
dapat dilakukan dengan baik.Dari kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba
hal-hal didorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik
dapat membawa remaja terjerumus dalam hubungan seks bebas dan segala
akibatnya.
Universitas Sumatera Utara
Download