PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS - USU-IR

advertisement
PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG
DAN INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL
TERHADAP PERGERAKAN IHSG
TESIS
Oleh
ALI FIKRI HASIBUAN
077017029/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan
IHSG, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG
DAN INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL
TERHADAP PERGERAKAN IHSG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALI FIKRI HASIBUAN
077017029/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan
IHSG, 2009.
USU Repository © 2009
Judul Tesis
: PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN
INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL TERHADAP
PERGERAKAN IHSG
Nama Mahasiswa : Ali Fikri Hasibuan
Nomor Pokok
: 077017029
Program Studi
: Akuntansi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar,M.Si,Ak)
Ketua
Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak) (Prof. Dr.Ir.T. Chairun Nisa B.M.Sc)
Tanggal lulus : 22 Juni 2009
Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan
IHSG, 2009.
USU Repository © 2009
Telah diuji pada
Tanggal
: 22 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota
: 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak
2. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec,Ac
3. Dra. Sri Mulyani, M.Si, Ak
4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan
IHSG, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :
“PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS HARGA SAHAM
GLOBAL TERHADAP PERGERAKAN IHSG”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan,
Juni 2009
Yang membuat pernyataan :
(Ali Fikri Hasibuan)
Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan
IHSG, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan Untuk menggambarkan pengaruh Nilai Tukar
Mata Uang dan Indeks Harga Saham Global (Indeks Nasdaq, Taiex, Nikkei
dan Kospi) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan baik secara
simultan maupun parsial di BEI.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar mata uang
Dollar Amerika terhadap Rupiah Indonesia serta Indeks Harga Saham Global,
total sampel yang digunakan adalah 96 sampel. Model analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Secara simultan digunakan
untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel nilai tukar mata uang dan indeks
harga saham global terhadap pergerakan IHSG dengan tingkat signifikan 5 %.
Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan ditemukan terdapat
pengaruh yang signifkan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham
global (nasdaq, taiex, nikkei dan kospi) terhadap pergerakan IHSG dimana
Fhitung > Ftabel (364.843>4.42). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan variabel indeks taiex terhadap pergerakan IHSG, tetapi terdapat
pengaruh yang signifikan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham
global (nasdaq, nikkei dan kospi) terhadap IHSG yang signifikannya dibawah
5%.
Kata kunci : Nilai tukar mata uang, Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi and IHSG
i
ABSTRACT
This research aim to describe the correlation of Exchange Rate and
Global Index (Index Nasdaq, Index Taiex, Index Nikkei, Index Kospi) to IHSG
either through simultaneously and partially in BEI.
The samples used in this research were Exchange Rate of US dollar
and Rupiah and Global Index of during 2001 – 2008, total sampel used
amount to 96 sampel. Model the analysis used in this research is Multiple
Regression Analysis. Simultan used to test the influence from entire / all
variable Exchange Rate and Global Index to IHSG with the storey level
signifikan 5%.
The research stated that, Simultaneously there was a significanct
correlation among Exchange Rate and Global Index (Nasdaq, Taiex, Nikkei,
Kospi) to IHSG the Fhitung> Ftabel (364.843>4.42). Partially there was no
significant correlation among taiex index to IHSG, but there was a
significanct correlation among Exchange Rate and Global Index (Nasdaq,
Nikkei, Kospi) to the IHSG the significancy in 5 %.
Keyword : Exchange Rate, Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi and IHSG
ii
KATA PENGANTAR
Allahamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT karena berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam
kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang menuntun kita semua.
Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Magister Sains
Program Studi Akuntansi, isi tesis ini menjelaskan bagaimana pengaruh nilai
tukar mata uang dan harga indeks bursa global terhadap pergerakan IHSG di
Bursa Efek Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih
terdapat kekurangan – kekurangan akibat keterbatasan yang penulis miliki,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,
iii
2. Ibu Prof, Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. selaku Dosen
Pembimbing I dan Ketua Program Studi Akuntansi, Sekolah
Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing
II,
4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac. Ibu Dra. Sri Mulyani,
MBA, Ak.dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si selaku dewan
penguji tesis,
5. Kedua Orang Tua yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan
usaha serta doa yang tulus sampai saat ini,
6. Kakak dan abang-abang ku yang telah membantu semuanya dan “new
born” Aqil Faiz serta “coming soon” yang sebentar lagi hadir kedunia,
lahir dengan selamat ya,
7. kawan – kawan stambuk 2007 : Abdul Nasser, Anggiat Situngkir,
Anhar, Bati, Dedi Husrizal, Fery Rahmadsyah, Endang, Januri, Ilham,
Fauzan n Dewi, Ulfa n Okto, Lusi, Sri Wangi, Maslizon, Gembira M,
Dina, Ikhsan, Yogi, Jhon Robet, Yeti, Yosefine, Akmal, Mangasi.
Terima kasih atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu segala kritik dan saran penulis terima dengan tangan terbuka. Akhir kata,
iv
penulis ucapkan terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu-ilmu dimasa yang akan datang. Amiiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan,
Juni 2009
Penulis
Ali Fikri Hasibuan
v
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a
: Ali Fikri Hasibuan
2. Tempat/ Tgl lahir
: Perbaungan, 15 September 1984
3. Pekerjaan
: Wiraswasta
4. Agama
: Islam
5. Orang Tua
a. Ayah
: Syafruddin Hasibuan
b. Ibu
: Sriwaty Batubara
6. Alamat Rumah
: Jl Bersama No. 72 Medan
7. Pendidikan
a. SD Negeri 102084 Pabatu
b. SMP YAPENDAK Tinjowan
c. SMA Negeri 11 Medan
d. Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara Jurusan Akuntansi
e. Magister Sains Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4.Manfaat penelitian ................................................................................. 5
1.5.Originalitas ............................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
2.1.Landasan Teori ...................................................................................... 7
2.1.1.Pengertian Pasar Modal ................................................................... 7
2.1.2.Hubungan Pasar Modal Dengan Nilai Tukar Mata Uang ................ 10
2.1.3.Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG ............................. 13
vii
2.1.4.Contagion Effect Theory ............................................................... 14
2.1.5.Teori pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah .......................... 14
2.1.6.Keadaan Sekarang ......................................................................... 15
2.1.7.Crises in the Capital Markets ......................................................... 16
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu.............................................................. 21
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .................................... 23
3.1.Kerangka Konsep ................................................................................. 23
3.2.Hipotesis .............................................................................................. 25
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 26
4.1.Rancangan Penelitian ....................................................................... 26
4.2.Populasi dan Sampel......................................................................... 27
4.3.Variabel Penelitian ........................................................................... 28
4.3.1.Klasifikasi Variabel ................................................................... 28
4.3.2. Definisi Operasional ................................................................. 28
4.4.Lokasi dan Waktu penelitian ............................................................ 30
4.5.Prosedur Pengambilan Data .............................................................. 30
4.6.Model dan Teknik Analisa Data ....................................................... 31
4.6.1.Uji Asumsi Klasik ................................................................... 31
4.6.1.1.Uji normalitas data ............................................................. 31
4.6.1.2.Uji multikolinearitas ........................................................... 32
4.6.1.3.Uji heterokedestisitas ......................................................... 32
4.6.1.4.Uji autokorelasi .................................................................. 33
4.6.2. Uji Hipotesis ............................................................................. 33
viii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 37
5.1. Hasil Penelitian ............................................................................... 37
5.1.1.Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 37
5.1.2.Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 40
5.1.2.1.Uji normalitas ..................................................................... 40
5.1.2.2.Uji multikolinearitas........................................................... 41
5.1.2.3.Uji autokorelasi .................................................................. 42
5.1.2.4.Uji heteroskedastisitas........................................................ 44
5.1.3.Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 46
5.2. Pembahasan ........................................................................................ 50
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 56
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 56
6.2. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 57
6.3. Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 59
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ......................................................
21
4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................
26
4.2 Defenisi Operasional Variabel ......................................................
29
5.1 Deskripsi Statistik .........................................................................
38
5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Simirnov Test ..............
41
5.3 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................
42
5.4 Nilai Durbin-Watson ....................................................................
43
5.5 Uji Glesjer ....................................................................................
45
5.6 Pengujian Goodness of fit ............................................................
46
5.7 Uji F .............................................................................................
47
5.8 Uji t ..............................................................................................
48
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.1 Kurs Rupiah............................................................................................. .1
1.2 IHSG ........................................................................................................4
3.1 Kerangka Konsep.....................................................................................23
5.1 Uji Heterokedastisitas..............................................................................44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Tabulasi Data......................................................................................62
2.
Hasil Uji Regresi Berganda................................................................65
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fenomena jatuhnya perekonomian Amerika Serikat pada medio pertengahan
2008 akibat subprime mortgage mengakibatkan membengkaknya kasus kredit
macet perumahan membawa dampak secara global. Ambruknya pasar financial
dan moneter beberapa negara yang dianggap kuat membawa dampak negatif bagi
negara lain, salah satunya Indonesia yang secara pelan tapi pasti terkena imbas
jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menembus level Rp 10.000, / dolar
hingga jatuhnya harga saham-saham yang diperdagangkan di BEI (Bursa Efek
Indonesia) yang tergabung dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
mencapai pada ambang batas tolerir penurunan indeks dalam satu hari yaitu
hampir 10%.
Gambar 1.1 Kurs Rupiah
1
2
Hal ini mengakibatkan pemerintah mengambil tindakan cepat melalui otoritas
BEI dan BAPEPAM dengan melakukan suspend atau penghentian perdagangan
sementara dengan tujuan melindungi investor hingga pada kondisi normal, tetapi
hal ini tidak banyak membantu karena banyaknya faktor / variabel yang
mempengaruhi pergerakan indeks pada kondisi yang diyakini beberapa pihak akan
mengulang krisis ekonomi 1997, dari fenomena tersebut kecenderungan
penurunan IHSG sering kali bersamaan dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dimana terjadinya krisis mata uang dan krisis pasar modal terjadi
bersamaan dalam beberapa dekade (Argentina 1994, Indonesia 1997, Turkey
2001). Telah terbukti secara empiris bahwa ada kausalitas dua arah antara
exchange rate dan stock price sebelum terjadi krisis keuangan di asia, namun
setelah krisis exchange rate mempengaruhi stock price (Azman, et all, 2002).
Peningkatan nilai tukar dan krisis pasar modal inilah yang menimbulkan
pertanyaan tentang hubungan potensial antara keduanya.
Faktor lain adalah pengaruh perubahan bursa global terhadap sikap
investor di Indonesia sehingga mempengaruhi pergerakan indeks, hal ini
didasarkan pada kondisi pasar yang lemah akibat isu dari kondisi bursa global
sehingga terlihat mudah sekali isu bursa global mempengaruhi indeks. Proses
globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang berbeda, yakni
globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan dimana proses
globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan kekuatan yang lebih
3
besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda kutip. Bisnis keuangan
meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi langsung dan investasi tidak
langsung. Investasi melalui pasar modal sebagai bentuk investasi bisa langsung
dilakukan dimana saja diseluruh dunia termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan preferensi keuntungan yang
optimal melalui investasi portofolio. Pasar modal Indonesia melalui bursa efek
Jakarta merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global.
Selain itu biasanya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya,
seringkali memiliki investor yang sama. Fenomena yang terjadi karena globalisasi
serta Indonesia sebagai anggota World Trade Organization telah membuka bursa
saham bagi invetor asing yang berinvestasi diseluruh dunia. Oleh karena itu,
perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara lain. Dalam hal
ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Achsani (2000) tentang bagaimana bursa
merespon terhadap shock dari bursa lain, apabila terjadi shock di Amerika Serikat
maka bursa-bursa regional tidak akan terlalu meresponnya. Hanya di Singapura,
Hong Kong, Jepang dan Taiwan dan New Zealand yang akan langsung merespon,
dan respon pun tidak cukup besar. Sebaliknya jika shock di Singapura, Australia
atau Hong Kong, secara cepat shock tersebut akan ditransmisikan ke hampir
semua bursa saham di Asia Pasifik, termasuk BEI.
4
Gambar 1.2 IHSG
Pada awal mula penulisan literatur pasar efisien, pasar modal dikatakan
efisien bila perubahan harga saham tidak dapat diprediksi atau random. Dengan
kata lain, harga saham mengikuti model random walk, sehingga tidak
mengherankan bila model random walk di sini hampir dipersepsikan identik
dengan hipotesis pasar efisien. Harga saham yang bergerak secara random
tersebut merupakan konsekuensi dari reaksi para investor yang rasional yang
saling berkompetisi untuk mendapatkan informasi yang baru sebelum investor
lain menemukan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan membeli atau
menjual saham di pasar modal. Jika harga saham ditentukan secara rasional maka
hanya informasi yang baru saja, yang menyebabkan harga saham berubah.
Informasi lama telah terefleksikan pada harga saham, sehingga dengan
mengasumsikan berlakunya constant equilibrium expected return sepanjang
5
waktu, bila harga saham di masa datang dapat diprediksi dengan informasi
terdahulu, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal tersebut tidak efisien.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan ulasan dalam latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah nilai tukar mata uang
dan indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi)
berpengaruh
terhadap pergerakan IHSG secara simultan dan parsial?
1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai pokok permasalah diatas maka diambil tujuan dari penelitian ini, yaitu
Untuk mengetahui apakah nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global
(Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan IHSG secara
simultan dan parsial
1.4.Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
1.
Akademis dan Personal, memperkaya khasanah penelitian ilmu akuntansi
serta meningkatkan dan mengembangkan wawasan keilmuan pasar modal,
2.
bagi Investor, sebagai bahan pertimbangan untuk memprediksi krisis pasar
modal menggunakan informasi nilai tukar mata uang dalam menetapkan
pilihan investasi yang tepat sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan
dan meminimalkan resiko atas investasi dananya,
6
3.
sebagai referensi untuk penelitian lanjutan serta akan menjadi masukan
berguna untuk penelitian sejenisnya berikutnya.
1.5.Originalitas
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Mansur (2004) dan Achsani
(2000) yang merupakan penelitian dengan variabel
yang sama tetapi karena
ketidak konsistenan hasil penelitian maka peneliti mencoba meneliti kembali
dengan variabel tambahan yaitu nilai tukar mata uang (X1) serta rentang data
yang lebih panjang yaitu dari tahun 2001 s/d 2008. Adapun batasan penelitian ini
adalah mencari korelasi (hubungan timbal balik) antara variabel dependent IHSG
terhadap variabel independent yang terdiri dari variabel nilai tukar mata uang (X1)
yang menggunakan nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah.
Variabel indeks harga saham global yang terdiri dari indeks Nasdaq (X2) yang
mewakili indeks saham global dari benua Amerika karena diharapkan dapat
menggambarkan keadaan bursa saham Amerika yang menjadi tolak ukur
perekonomian dunia. Indeks Taiex (X3), Nikkei (X4)dan Kospi (X5) mewakili
indeks saham global dari regional asia yang secara geografis lebih dekat dengan
IHSG (Y) sehingga pergerakan informasi lebih cepat karena kesamaan waktu
perdagangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Landasan Teori
2.1.1.Pengertian Pasar Modal
Menurut UU Pasar Modal RI No. 8 tahun 1995, Pasar Modal
didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Sementara
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
yang bertujuan memperdagangkan efek diantara mereka secara teratur, wajar
dan efisien.
Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan (Suad Husnan, 1998:4). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya,
pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari leader (pihak
yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan dana).
Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, leader
mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari
sisi borrower tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka
7
8
melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi
perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi,
sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran.
Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya,
seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan
dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan.
Untuk fungsi keungan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan
oleh para borrower dan leaders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung
dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering
tidak jelas. Secara khusus dapat dijelaskan manfaat pasar modal adalah: Bagi
perusahaan, pasar modal akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana
selain sistem perbankan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya
melalui perbankan maka perusahaan tersebut akan memperoleh dananya dalam
bentuk kredit. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa bagaimanapun juga
akan terdapat batasan menggunakan hutang. Keterbatasan tersebut biasanya
diindikasikan dari terlalu tingginya debt equity ratio (yaitu perbandingan antara
hutang dengan modal sendiri) yang dimiliki perusahaan. Sesuai dengan
balancing theory of capital struktur, pada saat rasio hutang dengan ekuitas
sudah terlalu tinggi, maka biaya modal perusahaan tidak lagi minimum, tetapi
akan meningkat dengan makin banyaknya hutang yang diperdagangkan. Dalam
keadaan tersebut perusahaan akan terpaksa menahan diri untuk perluasan usaha
9
kecil kalau bisa mendapatkan dana dalam bentuk equity (modal sendiri). Pasar
modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat
tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan
demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio
yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak
lagi minimal. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap dana, baik hutang
maupun modal sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya untuk
modal sendiri biaya tersebut implisit, atau opportunistic, sedangkan untuk
hutang bersifat eksplisit karena benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam
bentuk pembayaran bunga. Bagi investor, alternatif investasi selain investasi
pada sistem perbankan dan real asset. Dengan adanya pasar modal, pemodal
dimungkinkan untuk melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio
investasi sesuai dengan preferensi resiko dan tingkat kuntungan yang
dikehendaki. Resiko yang tinggi, berarti return yang akan diterima pun
semakin tinggi. Pemodal juga punya kesempatan untuk merubah portofolio
setiap saat. Hal itu dikarenakan investasi pada sekuritas di pasar modal
mempunyai likuiditas yang tinggi ditunjukkan dengan mudah dan cepatnya
proses jual beli di pasar modal.
Bagi
pembangunan
pemerintah,
pasar
modal
akan
menunjang
pelaksanaan
nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Hal ini karena pasar modal berfungsi sebagai sarana untuk
memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor dengan
10
melaksanakan investasi. Dengan adanya mobilisasi dana tersebut, maka akan
terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara pihak masyarakat yang
kelebihan dana dan dengan perusahaan yang kekurangan dana, sehingga akan
terjadi peningkatan kemakmuran secara keseluruhan.
2.1.2.Hubungan Pasar Modal Dengan Nilai Tukar Mata Uang
Studi empiris yang berhubungan dengan stock market returns dapat
digolongkan menjadi dua. Studi pertama menggunakan Granger Causality Test,
Cointegration Test dan Variance Autoregression Model dan fokus terhadap
hubungan antara stock market return dan variabel macroeconomic pilihan,
seperti inflasi atau nilai tukar (Milliaris dan Urrutia, 1992: Habibullah dan
Baharumshah, 1996: Abdalla dan Murinde, 1997; Nieh dan Lee,2001).
Studi kedua, multifaktor model mengunakan analisis regresi dan fokus
terhadap pasar modal dan jenis-jenis variabel macroeconomi seperti tingkat
inflasi, nilai tukar, suku bunga, produksi industri, persedian uang, harga
minyak dan lain-lain untuk menjelaskan stock market returns. Juga, beberapa
studi empiris menggunakan faktor resiko politik dan efek menular sebagai
variabel penjelas (chen, Roll, dan Ross, 1986; Kwon dan Bacon, 1997; Bilson,
Brailsford, dan Hooper,2001; Perotti dan Oijen, 2001)
Ada dua pendekatan dalam literatur untuk menjelaskan faktor
menentukan dari currency crisis. Model generasi pertama dikembangkan oleh
Krugman (1979) dan dilanjutkan Flood dan Garber (1984) dalam merespon
11
currency crisis di negara berkembang tahun 1980an. Sependapat dengan model
pertama, perluasan fiskal dan peraturan moneter yang tidak konsisten dengan
peraturan nilai tukar yang tetap. Ketika fiskal menipis akan meluas ke kredit
domestik, cadangan menurun untuk mempertahankan nilai tukar yang tetap dan
kehilangan cadangan kekuatan secara signifikan masing-masing penguasa
mendevaluasi atau mengangkat mata uang lokal. Model generasi kedua adalah
hak untuk merespon currency crisis ketika pokok dari ekonomi seperti tahun
1990an.
Banyak studi empiris memperdebatkan bahwa nilai tukar akan
berpengaruh pada pasar modal melewati dua sumber. Sumber pertama depresi
terhadap nilai mata uang lokal meningkatkan ekspor dan menurunkan nilai
impor. Peningkatan nila ekspor menimbulkan harapan akan pendapatan dari
domestik ekspor perusahaan, menguasai dalam penambahan persediaan harga
ekspor domestik perusahaan. Oleh karena itu, penguasaan ekspor secara
ekonomi meningkatkan keuntungan dari pasar modal sebaliknya menurunkan
penguasaan impor. Sumber kedua, krisis dari menurunnya tingkat mata uang
lokal akan membuat keadaan bergejolak, karena itu investor akan bersiap
menyimpan dolar untuk equity, yang mana itu akan menguasai mata uang
domestik. Disaat yang sama, resiko nilai tukar adalah faktor harga untuk
investor asing dalam menentukan stock market model dan krisis dari mata uang
12
domestik karena investor asing pindah dari pasar modal kepasar mata uang.
Sebagai hasil, krisis mata uang berkemungkinan mempengaruhi pasar modal.
Banyak penelitian mempertimbangkan hubungan sebab akibat dari nilai
tukar terhadap harga saham, disana akan ditemukan hubungan timbal balik.
Keuntungan pasar modal akan mempengaruhi nilai tukar sampai tingkat dua.
1. keselarasan pendekatan portofolio dengan penetapan nilai tukar,
menurunkan harga saham menurunkan arus masuk investasi luar negeri
dan meningkatkan arus keluar portofolio keluar negeri, memimpin
dalam permintaan yang rendah untuk mata uang domestik dan krisis
nilai tukar.dalam pendekatan ini, harga saham domestik mempengaruhi
mata uang domestik.
2. keselarasan dari pendekatan moneter untuk penguasaan nilai tukar,
penurunan harga saham menurunkan kekayaan para investor,
memimpin permintaan terendah untuk mata uang domestik suku bunga
terendah. Sebagai hasil dari tingkat suku bunga domestik yang rendah,
investor memindahkan dana mereka dari suku bunga yang rendah
kepada mata uang asing, karena mata uang domestik menuju krisis.
Dalam pendekatan ini, harga saham domestik mempengaruhi mata uang
domestik. Sebagai hasil, penurunan keuntungan harga saham karena
13
krisis mata uang domestik dan peningkatan kemungkinan krisis mata
uang.
2.1.3.Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG
Keterkaitan pasar modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri
dimulai setelah diperbolehkannya para investor untuk ikut menguasai sahamsaham yang tercatat di BEJ. Investasi portofolio asing berperan sangat penting
di pasar modal manapun (Mobius, 1998:187). Diperkenalkannya investor asing
ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong investasi lokal.
Investasi asing berpengaruh dalam menyorot perusahaan yang memberikan
informasi keuangan paling transparan dan valuasi terbaik, masuknya dana-dana
asing ke pasar-pasar baru berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi
pertumbuhan dan struktur pasar.
Walaupun peranan investor domestik makin meningkat akan tetapi
terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi mengekor
pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku
investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000:93). Sehingga saat investor asing
melepas sahamnya investor domestik pun ikut-ikutan, akibatnya indeks dapat
turun semakin tajam.
Investor asing menanamkan modalnya pada bursa seluruh dunia
sehingga antara bursa-bursa didunia mempunyai keterkaitan secara global.
Kejadian dan dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain
14
saling pengaruh mempengaruhi terutama dengan bursa dari negara-negara
berdekatan
misalnya
crash
yang
terjadi
di
bursa
Singapura
akan
mengakibatkan crash pada bursa-bursa Taiwan, Hongkong, Jepang maupun
Indonesia.
2.1.4.Contagion Effect Theory
Para ahli berpendapat bahwa kondisi perekonomian suatu negara akan
berpengaruh terhadap kondisi perekonomian negara lain. Kondisi krisis negaranegara Asia tahun 1997 menurut penelitian Bank Dunia terutama disebabkan
oleh adanya contagion effect (domino effect) dari negara lain (Tan, et all,
1998). Belajar dari krisis tahun 1997, Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang ternyata hingga saat ini masih sangat tergantung pada kondisi
perekonomian luar negeri terutama yang berkaitan dengan investasi.
Akibatnya, kondisi pasar modal di Indonesia diduga dipengaruhi oleh kondisi
luar negeri terutama kondisi pasar modal yang ada pada negara-negara maju.
2.1.5.Teori pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah
Menurut para ahli, liberalisasi dalam bidang perekonomian cenderung
menguntungkan perekonomian negara maju dan berdampak merugikan
terhadap perekonomian negara yang sedang berkembang akibat lemahnya
pondasi perekonomian yang dimilikinya. Pola pengembangan perekonomian
antara negara-negara maju (developed countries) ternyata memiliki perbedaan
15
dengan negara-negara yang sedang berkembang (developing countries). Dalam
perekonomian dunia saat ini, suatu negara yang memiliki capital yang kuat
pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian (Hatten, et all, 1986).
2.1.6.Keadaan Sekarang
Pada oktober 2007, S&P 500 Index ditutup pada posisi tertinggi 1,565.
Pada satu tahun kemudian (Oktober 2008), S&P 500 Index terjun bebas sebesar
41.9% faktanya angka ini merupakan angka terendah dalam pasar modal
amerika sejak april 2003, atau hampir sama dengan kehancuran pasar pada
1092 (great depretion). dalam sejarahnya, pelemahan pasar mempunyai tingkat
kehancuran rata-rata 32%. Bagaimanapun, ada tiga priode yang dilalui ketika
kehancuran pasar mencapai tingkat yang menghawatirkan. Great Depretion
1929 mencatat tingkat kehancuran pasar mencapai 86%, tahun 1973-74 pada
saat krisis energi yang berakibat pada pasar termasuk menurunkan pasar pada
tingkat 48%,dan pada awal dekade ini pasar telah jatuh pada posisi 49%. Pasar
modal Indonesia yang pada awal krisis 1997 juga mencapai tingkat terendah
menunjukkan adanya pola yang sejalan dengan pergerakan keadaan ekonomi
suatu negara seperti yang juga terjadi pada akhir tahun 2008 sehingga
menyebabkan
beberapa kali pihak
Bapepam
men
suspend
untuk
menyelamatkan pihak investor yang melakukan investasi. Hal ini menunjukkan
bahwa pasar modal tidak bisa lepas dari semua informasi yang dapat
mempengaruhi pasar modal itu sendiri.
16
2.1.7.Crises in the Capital Markets
Pada tahun 1982 saat krisis menghantam pasar modal negara negara
berkembang. Banyak dari negara tersebut adalah dari Amerika Latin, Secara
perlahan mencengkram keadaan, selagi debitur yang berkuasa dan pihak
kreditur mereka goyah dipinggir dari masa jatuh tempo hutang mereka. Tetapi
ditahun 1990, krisis hutang memberikan jalan untuk memperbaharui struktur
modal mereka, sebagai hasil dari kombinasi permasalahan hutang yang
berkepanjangan, Reformasi ekonomi yang meluas, dan tingkat suku bunga
Amerika yang rendah (Calvo, et all, 1996).
Ditahun 1990, krisis nilai tukar uang mengganggu pasar modal di
eropa, amerika Latin, dan Asia. Diluar Europa, krisis menjalar ke pasar modal,
menimbulkan kengerian disuatu negara, dan suatu saat membawa kepada krisis
yang parah. Banyak dari negara di Asia berusaha menghindari permasalahan
hutang pada sekitar tahun 1980, tapi beberapa negara mendapat terpaan krisis
yang dahsyat pada tahun 1990. Krisis melahirkan perdebatan yang tajam yang
saling berlawan arah. Satu pihak meng-klaim bahwa kegagalan ekonomi
merupakan akibat dari fenomena yang saling berkaitan hal pertama yang
disorot oleh Feldstein dan Horioka (1980), adalah kecilnya tingkat rata-rata
current account balances untuk negara industri di awal setelah perang usai. Hal
ini menggiurkan bagi dugaan atas observasi Feldstein-Horioka bahwa pasar
modal tentu saja tidak berhasil
mengelola dana simpanan dikeseluruhan
negara. Bagaimanapun, ketidak seimbangan pada negara besar lebih terbukti
17
pada negara kecil, dan bahkan untuk negara besar ketetapan
Feldstein-
Horioka ini bisa melemahkan pada dekade terbaru operator pasar yang tamak,
biasanya orang asing. Pandangan ini utamanya terkenal dalam pemerintahan
negara yang terkena dampak krisis. ditahun 1960, penelitian tanpa nama
‘‘gnomes of Zurich’’ bahwa kesalahan negara britain adalah persoalan pada
neraca pembayaran mereka; ditahun 1990. Pandangan berlawanan arah
mengatakan krisis adalah sesuatu yang dibuat sendiri , dan pasar modal
memerlukan peraturan pemerintah yang melindungi. Pemikiran baru dalam
krisis akan menentang pandangan lain bahwa tidak seratus persen benar. Hal
itu bisa menjadi “daerah abu-abu” yang luas dimmana kebijakan pemerintah
tidak mampu menghalang krisis,beberapa krisis tidak bisa dielakkan dan
bahkan dalam faktanya tidak terjadi tanpa campur tangan international capital
outflows.
Tanpa ada dorongan dari pemerintah, maka investor asing akan
memmbawa keluar investasi mereka (Detragiache, 1996; Obstfeld, 1996).
Sebagai contoh, sebuah negara dengan hutang jangka pendek dengan satuan
ukur dolar milik pemerintah dan
sedikit cadangan dolar —posisi Mexico
dibulan December 1994— mungkin mengalami krisis pada masa depan jika
sebelumnya pihak pemberi pinjaman secara tiba-tiba meminta pembayaran
dengan dolar, dan jika tidak ditemukan pemberi pinjaman dolar. Maka, krisis
bisa dipastikan terjadi, seperti yang sudah terjadi pada bank, yang mana dapat
menghasilkan ketidakseimbangan pada pasar asset internasional, dan waktu
18
pembayaran saat krisis sedikit tidak menentu.. Gambaran ini bisa menjelaskan
mengapa pasar modal dapat masuk kedalam kehancuran sebelum krisis muncul
kepermukaan. Usaha untuk menjamin tingkat pertukaran (atau mengatur
sebelumnya harga tertinggi saat keadaan krisis) dapat membawa kepada
kondisi
sangat
rentan ketika
kemungkinan
munculnya
krisis
kredit
internasional. Ketika Bank lokal dan perusahaan meminjam dengan sangat
percaya diri didalam tingkat pertukaran, mereka mungkin meminjam dolar atau
yen tanpa cukup perlindungan nilai dari resiko, menimbulkan ratio hutang
mereka dalam laporan keuangan mereka. Mereka mungkin percaya hal itu akan
terjadi bila kondisi telah krisis, pemerintah berjanji untuk menetapkan nilai
tukar untuk menahan hal yang telah terjadi dengan melakukan dana talangan
(bailed out) untuk satu arah atau yang lainnya. Peminjam berharap berhadapan
dengan resiko kecil kerugian bahkan jika bailout tidak diberikan,
karena
mereka hanya punya sedikit atau tidak sama sekali modal dalam pertaruhan ini.
Masalah ini menjadi sangat parah di negara berkembang, dimana pihak
pengambil kebijakan tidak dapat bertindak, lembaga keuangan mengalami
kehancuran, dan bahkan reputasi pemerintah diragukan. Ketika sentimen pasar
menentukan kembali tingkat nilai tukar, pemerintah terpaksa mengambil
langkah pendek menentukan nilai mata uang asing dalam beberapa cara. Sejak
pemerintahan dalam waktu sama menggunakan cadangan mata uang asing
(dalam usaha yang sia-sia untuk menahan nilai tukar) dan tidak dapat
meminjam lebih banyak pada pasar, maka kehancuran nasional akan datang
19
dengan segera (Dı´az-Alejandro (1985), gambaran pengalaman Chile diawal
1980 an, memberikan perhitungan klasik dalam proses ini.
Institusi keuangan lokal di awal tahun 1990 meminjam dengan tingkat
suku bung rendah dalam dollar U.S yang lebih menguntungkan dari tingkat
suku bunga meksiko. Dibanyak kasus mereka melakukan design alat cara
spesial untuk mengelabuhi pembuat kebijakan Mexican (Garber and Lall,
1998). Ketika peso krisis pada akhir 1994, pemerintah Mexico menemukan hal
itu merupakan lapisan terluar diantara krisis keuangan sektor swasta selama
permasalahan muncul dari kepemilikan pemerintah atas dollar terhadap
pinjaman luar negeri. Itu terlihat tidak ada pilihan tapi untuk mempersiapkan
cadangan luar negeri dan likuiditas untuk bank, demikian cepat peso
menurunkan nilai. Contoh serupa dapat dijumpai di Asia. Ketika IMF
melakukan observasi terhadap Thailand (Folkerts-Landau et all., 1997: hal 46):
Banyak bank percaya terhadap lindung nilai atas nilai hutang luar negeri
mereka, pengamat percaya itu hanya untuk pihak perusahaan saja. Kombinasi
dari buruknya nilai tukar dan perbedaan secara global (kebanyakan lebih
tinggi) tingkat suku bunga dalam negeri dipersiapkan sebuah dorongan yang
kuat untuk perusahaan untuk mengambil hutang mata uang asing. Sejak dari
sekarang, penambahan untuk kepemilikan nilai tukar asing, bank berharap
mendapatkan pembukaan tidak langsung dalam bentuk resiko kredit untuk
perusahaan dalam meminjam dalam mata uang asing.
20
Pihak otoritas internasional ikut campur dalam pelaksanaan pasar
pertukaran sejak krisis dimulai Mei 1997, dengan mempercayakan kontrak
dibawah kendali pemerintah akan menjamin perdagangan masa depan dolar
kepada Bath mendekati titik harga sekarang. Kebijakan ini meng-ijinkan
banyak perdagangan dalam dolar untuk melindungi hutang mereka tetap
rendah. Sebagai hasilnya, pihak pemerintah Thai terjebak dalam milyaran
hutang
nilai tukar asing setelah bath mengambang pada bulan juli, dan
penambahan hutang ini membawaa kepada krisis yang lebih dalam. Ketika
krisis mata uang sampai di Eropa pada 1992, pemerintah tidak menanggapi
secara serius sehingga menimbulkan pertanyaan. Nilai tukar mata uang euro
pada saat krisis tidak terlalu berfluktuasi yang berakibat merusak seperti di
Mexico dan Asia, pasar modal juga tidak terganggu, dan mereka tidak perlu
untuk mencari bantuan dari negara lain atau IMF. Pada episode Asia Timur
terbaru kembali dipertegas kebutuhan untuk bisa memonitor dan membuat
regulasi dari asset dan hutang dari institusi keuangan. Episode terbaru juga
menegaskan seringkali gejolak politik Membawa perubahan, kekurangan
tenaga ahli lokal, dan kesulitan menentukan secara tajam karakter resiko dari
asset dan hutang. Khususnya saat suku bunga nominal Bath melebihi Dollar
Amerika maka ada kemungkinan bath akan krisis dan pemberi pinjaman bath
tidak terlalu perduli dari ancaman kerugian akibat perubahan nilai tukar.
Bentuk seperti itu akan stabil dengan perlindungan tingkat tinggi dari dari
pemerintah.
21
Masalah yang melekat dan berhadapan dengan semua negara, industrial
dan pengembang, adalah kesulitan yang sangat dalam mengawasi institusi
keuangan yang melakukan transaksi luar negeri diluar jangkauan pengawasan.
Sejak awala 1970, Bank untuk pembayaran International
bekerja untuk
memperkenalkan regulasi kerjasama dan menyediakan pengawas yang
bertanggung jawab diwilayah yang berpotensial jatuh.
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Karena penelitian ini merupakan replikasi penelitian sejenis, maka akan
dilampirkan penelitian sejenis dalam matriks.
Tabel 2.1: Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
W.N.Wazman.
Muzafar Syah.
M. Azali.
(2002)
Judul Penelitian
Stock Price And
Exchange
Rate
Interaction
In
Indonesia:
An
Empirical Inquiry
Variabel
Nilai
tukar
(X),
harga
saham (Y)
Model
Granger non
causality test
Hasil Penelitian
Bahwa ada kausalitas dua
arah antara exchange rate
dan stock price sebelum
terjadi krisis keuangan di
asia. Namun setelah krisis
exchange
rate
mempengaruhi stock price.
Ludovicus sensi
wondabio
(2006)
Analisa
hubungan
index harga saham
gabungan
(IHSG)
jakarta (jsx), london
(ftse), tokyo (nikkei)
dan singapura (ssi)
IHSG
(Y),
Indeks
ftse
(X),
Indeks
nikkei
(X),
Indeks ssi (X)
a.Test
Granger
Causality
b.Model VAR
c.Model
Regresi
d.Model
Regresi
Terkointegr
asi
e.Model
ARCH
Pola hubungan antara JSX
dan FTSE, NIKEI dan SSI
ternyata
memiliki
hubungan yang berbedabeda.
Hubungan
FTSE dan
NIKKEI terhadap JSX
adalah
negatif
atau
berbalik dimana jika FTSE
/ NIKKEI naik maka JSX
turun. Ini menandakan
bahwa kenaikan FTSE dan
NIKKEI justru menekan
JSX. Hal ini dapat diduga
adanya
pengalihan
investasi
oleh
para
investor.
22
Lanjutan Tabel 2.1
Nama Peneliti
Noer
Azam
Achsani (2000)
Judul Penelitian
Mencermati
Kejatuhan
Indeks
Dow
Jones:AkankahIndeks
BEJ Ikut Terseret?
Variabel
Indeks bursa
dalam negeri
(Y),
indeks
bursa
asia
pasifik
(X),
indeks bursa
amerika (X)
Model
Deskriptif
verifikatif
Hasil Penelitian
Apabila terjadi shock di
Amerika Serikat maka
bursa-bursa regional tidak
akan terlalu meresponnya.
Hanya di Singapura, Hong
Kong, Jepang dan Taiwan
dan New Zealand yang
akan langsung merespon,
dan respon pun tidak
cukup besar. Sebaliknya
jika shock di Singapura,
Australia atau Hong Kong,
secara cepat shock tersebut
akan ditransmisikan ke
hampir semua bursa saham
di Asia.
Moh. Mansur
(2004)
Pengaruh
indeks
bursa global terhadap
Indeks harga saham
gabungan (IHSG)
Pada bursa
efek
jakarta (bej) periode
tahun 2000-2002
Indeks Bursa
saham global
KOSPI,
NIKKEI 225,
Hang
Seng,
TAIEX, Dow
Jones, FTSE,
ASX (X) dan
IHSG BEJ (Y)
Deskriptif
verifikatif
dengan
menggunakan
explanatory
survey
Hasil
dari
pengujian
analisis
jalur
model
menunjukan bahwa indeks
harga
gabungan bursa global
secara
bersama-sama
memberikan
pengaruh
yang
signifikan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di
BEJ.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1.Kerangka Konsep
Pada kerangka konseptual penulis menguraikan hubungan sebab akibat
antara variabel-variabel yang akan diteliti. Justifikasi hubungan sebab akibat
antara variabel ini didasarkan pada landasan teoritis, penelitian terdahulu dan
alasan logis.
Nilai Tukar Mata Uang
US$ / Rp
(x1)
Indeks Harga Saham
Global :
IHSG
(Y)
Indeks Nasdaq(X2)
Indeks Taiex (X3)
Indeks Nikkei (X4)
Indeks Kospi (X5)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
23
24
IHSG sebagai indikator pergerakan harga saham secara keseluruhan
merupakan informasi yang dibutuhkan setiap investor dalam mengambil
keputusan, tetapi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini akan banyak faktor
yang mempengaruhi pergerakan IHSG
seperti nilai tukar mata uang dan
tanggapan terhadap indeks harga saham global. Banyak studi empiris
memperdebatkan bahwa nilai tukar mata uang akan berpengaruh pada pasar
modal dengan dua sumber. Pada cara pertama depresi terhadap nilai mata uang
lokal meningkatkan ekspor dan menurunkan nilai impor. Peningkatan nilai
ekspor menimbulkan harapan akan pendapatan dari domestik ekspor
perusahaan, menguasai dalam penambahan persediaan harga ekspor domestik
perusahaan. Oleh karena itu, penguasaan ekspor secara ekonomi meningkatkan
keuntungan dari pasar modal sebaliknya menurunkan penguasaan impor.
Sedangkan cara kedua krisis dari menurunnya tingkat mata uang lokal akan
membuat keadaan bergejolak, karena itu investor akan bersiap menyimpan
dolar untuk equity, yang mana itu akan menguasai mata uang domestik. Disaat
yang sama, resiko nilai tukar adalah faktor harga untuk investor asing dalam
menentukan stock market model dan krisis dari mata uang domestik karena
investor asing pindah dari pasar modal kepasar mata uang. Sebagai hasil nilai
tukar mata uang mempengaruhi pasar modal.
Bursa Global sering dijadikan pihak invetor dalam mengambil
keputusan, hal ini bisa beralasan karena ketidak mampuan dari pasar di
25
Indonesia untuk menjadi patokan dan hanya menjadi follower oleh karena itu
hal ini kembali kepada sikap para investor yang tetap terpengaruh informasi
dari luar negeri yang belum tentu hal itu mempengaruhi dalam negeri. Untuk
itu diperlukan kajian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana pengaruh dari
kedua variabel tersebut mempengaruhi variabel dependen tersebut.
3.2.Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, hipotesis penelitian ini adalah
: nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei,
Kospi) berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan IHSG secara
simultan dan parsial.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect),
dimana penelitian yang dilakukan diiarahkan unutk memperoleh fakta dari
fenomena yang ada dan mencari keterangan secara faktual tentang pengaruh
pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham global terhadap IHSG.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, model dan teknik analisis
menggunakan regresi linier berganda dengan pendekata residual. Untuk ketepatan
perhitungan sekaligus mengurangi human error , digunakan program SPSS versi
15 dengan penetapan tingkat signifikansi pada confidence level 95% atau ‫ۦ‬ᾱ 0.05.
Tabel 4.1. Rancangan Penelitian
No.
Desain
Keterangan
1
Tujuan Penelitian
Pengujian Hipotesis
2
Tipe Hubungan antar Variabel
Hubungan Sebab Akibat
3
Lingkungan Penelitian
Bursa Efek Indonesia
4
Alat Analisis
Regresi Berganda
5
Pengukuran Konstruk
Rasio
6
Metode Pengumpulan Data
Purposive Sampling
7
Dimensi Waktu
8 tahun
8
Ruang Lingkup Topik Bahasan
IHSG
26
27
4.2.Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek atau subjek yang diteliti yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 1999). Populasi dari penelitian ini adalah
di Indeks Harga Saham Gabungan dari tahun 2001 s/d 2008 yang diambil dari
data perbulan sehingga didapat 96 bulan data. Sampel adalah bagian populasi
yang diharapkan dapat mewakili populasi. Sampel yang digunakan adalah IHSG
yang dikeluarkan BEI dalam kurun waktu 8 tahun dimulai dari tahun 2001 sampai
2008 dimana IHSG fluktuatif terjadi dalam kurun waktu tersebut. Sampel lain
adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika yang menjadi standar
perdagangan derivatif di Indonesia, sampel yang diambil dimulai kurun waktu
2001 – 2008 dikarenakan dalam tempo waktu itu nilai tukar rupiah terhadap dollar
amerika sangat berfluktuatif bahkan sangat signifikan pergerakannya. Sampel
Indeks Harga Saham Global yang terdiri dari Indeks Nasdaq, Taiex, Nikkei dan
Kospi diambil dari data yang telah dirangkum Yahoo/finance dari tahun 2001 s/d
2008 dimana Indeks Nasdaq mewakili bursa saham Amerika, Indeks Taiex
mewakili bursa saham Taiwan, Indeks Nikkei mewakili bursa saham Jepang,
Indeks Kospi mewakili bursa saham Korea.
28
4.3.Variabel Penelitian
4.3.1.Klasifikasi Variabel
1. Variabel terikat
Indeks Harga Saham Gabungan didalam penelitian ini dijadikan sebagai
variabel terikat, yang dilihat tingkat harga rata-rata perbulan.
2. variabel bebas
Nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global sebagai variabel
bebas. Nilai tukar mata uang diukur berdasarkan tingkat pergerakan nilai rupiah
terhadap dolar, sedangkan variabel indeks harga saham global dalam penelitian ini
adalah indeks bursa Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi.
4.3.2. Definisi Operasional
Didalam penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel, yaitu dependent dan
independent. Varaiabell independent dalam penelitian ini adalah currency crissis
(X1) dan indeks bursa global (X2), sedangkan variabel dependent dalam
penelitian ini adalah IHSG (Y). Matriks defenisi opersional masing-masing
variabel dan pengukurannya ditunjukkan pada tabel berikut ini :
29
Tabel 4.2 Defenisi Operasional Variabel
Jenis
Variabel
Indikator
variabel
Variabel
terikat
IHSG
IHSG (Y)
Variabel
Bebas
Nilai Tukar
Mata Uang
Variabel
Indeks Harga
Saham Globa
Kurs Rupiah
(X1)
Defenisi
Variabel
merupakan
indeks
harga
saham
gabungan yang pada
awalnya merupakan
gabungan
bursa
saham Jakarta dan
bursa
saham
Surabaya
Paremeter
(harga saham hr ini X Jlh saham
beredar) / index tahun dasar
Nilai kurs =
Merupakan nilai
tukar mata uang
Selisih kurs thn t – kurs (thn t-1) X100%
Kurs tahun (t-1)
rupiah terhadap dollar
Skala
Ukuran
Rasio
Rasio
Nasdaq
(X2)
Indeks bursa Amerika
Jumlah dari harga2 saham
Jumlah saham dalam indeks
Rasio
Taiex
(X3)
Indeks Bursa Taiwan
(harga saham hr ini X Jlh saham
beredar) / index tahun dasar
Rasio
Nikkei
(X4)
Indeks Bursa Jepang
Jumlah dari harga2 saham
Jumlah saham dalam indeks
Indeks Bursa Korea
(harga saham hr ini X Jlh saham
beredar) / index tahun dasar
Rasio
Rasio
Kospi
(X5)
30
4.4.Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia untuk periode Januari 2001
sampai dengan Desember 2008. waktu penelitian ini direncanakan mulai
Desember 2008 sampai dengan Mei 2009.
Lokasi Penelitian
: Bursa Efek Indonesia
Waktu Penelitian
: Desember 2008 s/d Mei 2009
4.5.Prosedur Pengambilan Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif .
data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka maupun data kualitatif
yang diangkakan, Sugiono (2002). Berdasarkan sumbernya data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo
(1999) data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan
dan diolah pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan IHSG
yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2001 s/d 2008.
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi:
1. Daftar indeks harga saham gabungan dari BEI (2001-2008)
2. Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dari BI (2001-2008)
3. Indeks harga saham global (2001-2008)
31
4.6.Model dan Teknik Analisa Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Model analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
perngaruh karakteristik currency crisis dan indeks bursa global yang terdiri dari
beberapa indikator terhadap pergerakan IHSG secara simultan atau parsial.
Untuk ketetapan perhitungan dan mengurangi human error penelitian ini
tidak melakukan secara manual akan tetapi dengan menggunakan program
komputer untuk pengolahan data statistik, yaitu program SPSS ver 15. dengan
menggunakan program SPSS disamping untuk memperoleh hasil yang akurat dan
tepat, juga pengolahan data dilakukan dengan cepat. Adapun uji yang dilakukan
untuk penelitian ini adalah :
4.6.1.Uji Asumsi Klasik
4.6.1.1.Uji normalitas data
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data.
Jika data normal, gunakan statistik parametric dan jika data tidak normal gunakan
statistik non parametric atau lakukan treatment aga data normal. Tujuan uji
normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan dilakukan
Kolmogorov Smirnov, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi > 0,05.
32
4.6.1.2.Uji multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanaya
korelasi diantara varaiabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara varaiabel bebas. Pengujian multikolinearitas dilakkan dengan
melihat nilai VIF dan korelasi diantara variabel bebas. Jika nilai VIF dibawah 10
hal ini menunjukkan tidak terjadi problem multikolinearitas. Sedangkan hasil
perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada varaiabel bebas yang
nilainya kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas
yang nilainya lebih dari 95%, hal ini berarti tidak terjadi multikolinearitas
(Ghozali, 2001)
4.6.1.3.Uji heterokedestisitas
Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain dengan cara
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot antara nilai prediksi variabel
terkait dengan residualnya. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Gejala heterokedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji Gletser yaitu
dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebas (Ghozali, 2005).
Heterokedastisitas dengan uji Glejser tidak terjadi apabila tidak satupun variabel
bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai Ut (AbsUd).
Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya diatas 5 %
33
4.6.1.4.Uji autokorelasi
Uji autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode
tertentu berkorelasi dengan variabel lain, dengan kata lain varaiabel gangguan
tidak random. Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut
tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term-nya, maka
dipergunakan Durbin Watson Statistik, yaitu dibandingkan dtabel dengan nilai
dwhitung dengan tingkat signifikansi 5% dengan df=n-k-1 (Ghozali, 2001).
4.6.2. Uji Hipotesis
Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple
Regretion), yang dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+ ɛ
Dimana :
Y
= IHSG
a
= konstanta
b1 s/d b8
= koefisien regresi
X1
= Kurs Rupiah
X2
= Index Amerika
X3
= Index Taiwan
X4
= Index Jepang
X5
= Index Korea
ɛ
= error
34
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat digunakan uji anova atau F-test. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap
variabel terikat digunakan t-test.
a. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap varaiabel terikat. Hipotesis
dirumuskan sebagai berikut :
H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0
H1 : b1,b2,b3,b4,b5 ≠ 0
Artinya tidak terdapat pengaruh (alternatifnya terdapat pengaruh) yang signifikan
secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati, 2003):
F hitung =
R2/(k-1)
(1-r2)/(n-k)
Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan
sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1)
dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep
dengan kriteria uji yang digunakan adalah :
Jika F hit > F tabel (α; k-1 ; n-k) , maka H0 ditolak
F hit < F tabel (α; k-1 ; n-k) , maka H0 diterima
35
b. Uji t-statisitik
Uji signifikansi koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t (student t). Uji t
digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya.
Hipotesis yang digunakan adalah
H0 : bi = 0
H1 : bi ≠ 0
Artinya tidak terdapat pengaruh (alternatifnya terdapat pengaruh) yang signifikan
dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai t statistik dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 2003)
t-hit = koefisien regresi bi
standar deviasi b i
Untuk menentukan nilai t statisitik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5%
dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah obervasi dan k
adalah junlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji adalah :
Jika t hit > t tabel (α, n-k-1), maka H0 ditolak
Jika t hit < t tabel (α, n-k-1), maka H0 diterima
Untuk melihat kontribusi variabel bebas secara bersama-sama terhadap
varaiiabel terikat dapat dilihat koefisien determinasi (R2) berganda dimana nilai
36
koefisiennya antara ≤0 1.
Hal ini berarti bahwa nilai R2 yang semakin besar
mendekati 1 merupakan indikator yang semakin kuatnya kemampuan menjelaskan
perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1.Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran II, III
dimana hasil uji regresi berganda yang menunjukkan model regresi yang tidak
linier dan tidak melewati uji asumsi klasik (model regresi terkena gejala
Multikolinieritas). Selanjutnya untuk mendapatkan model yang layak (blues
unbiased linier) maka kebijakan yang diambil adalah dengan mengeluarkan satu
atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi
dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi
(Ghozali, 2005
: 95). Berdasarkan dari beberapa proses regresi ulang
menunjukkan variabel yang berkorelasi kuat adalah Indeks DowJones, FTSE, dan
Hanseng. Dengan demikian yang digunakan sebagai variabel independen adalah
Kurs, Indeks Nasdag, Taiex, Nikkei dan Kospi. Dengan menggunakan variabel
tersebut peneliti tidak perlu melakukan proses transformasi kembali karena
berdasarkan hasil pengujian menunjukkan merupakan model yang telah melewati
uji asumsi klasik dan dianggap model yang fit. Hal tersebut terdapat pada
Lampiran2.
37
38
Statistik deskriptif untuk setiap variabel dependen dan indeprenden yang
dianalisis disajikan pada Tabel 5.1. Variabel dependennya adalah IHSG (Y).
Variabel independen yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 5 (lima)
variabel, yaitu Kurs (X1), Indeks Nasdag (X2), Taiex (X3), Indeks Nikkei (X4)
dan Indeks Kospi (X5). Hal tersebut terdapat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Deskriptif Statistik
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Deviation
IHSG_Y
96
358.00
2745.00
1126.6146
717.02979
Kurs_X1
96
7872.00
11768.00
9280.0208
746.22631
Nasdaq_X2
96
1172.00
2859.00
2035.7812
379.99887
Taiex_X3
96
3636.00
9711.00
6225.3854 1382.82609
Nikkei_X4
96
7831.00
Kospi_X5
96
479.00
Valid
N
(listwise)
96
Indeks
Harga
Saham
18138.00 12566.5208 2864.91049
2064.00
Gabungan/IHSG
(Y)
1068.6458
428.12821
merupakan
indikator
pergerakan harga saham di BEI, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh
saham biasa dan saham preferen. Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa
secara umum rata-rata tingkat IHSG tahun 2001-2008 adalah sebesar 1126,61,
dengan tingkat IHSG tertinggi sebesar 2745 dan yang terendah 358. Tingkat
penyimpangan standar (standard deviation) dari rata-rata sebesar 717.03.
39
Kurs (X1) nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar. Berdasarkan
Tabel 5.1. terlihat bahwa rata-rata Kurs terhadap Dollar dalam kurun waktu 20012008 adalah sebesar Rp.9280 dengan kurs tertinggi sebesar Rp.11.768 dan Kurs
terendah sebesar Rp. 7872.- dengan standard deviasi dari rata – rata sebesar
Rp.746, 23.-.
Indeks Nasdaq (X2) adalah indeks harga saham amerika dalam kurun
waktu 2001–2007 besarnya nilai indeks saham Nasdaq rata-rata sebesar $2035.78.
Nilai indeks saham Nasdaq tertinggi sebesar $ 2.859 dengan indeks saham Nasdaq
terendah sebesar $ 1172. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham
Nasdaq sebesar $ 379.99.
Indeks Taiex (X3) adalah indeks harga saham Taiwan dalam kurun waktu
2001–2008 besarnya nilai indeks saham Taiex rata-rata sebesar $6225,38. Nilai
indeks saham Taiex tertinggi sebesar $ 9.711 dengan indeks saham Taiex terendah
sebesar $ 3636. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham Taiex sebesar
$ 1382.83.
Indeks Nikkei (X4) adalah indeks harga saham Jepang. Dalam kurun
waktu 2001–2008 besarnya nilai indeks saham Nikkei rata-rata sebesar
$12.566,52. Nilai indeks saham Nikkei tertinggi sebesar $ 18.138 dengan indeks
saham Nikkei terendah sebesar $ 7831. Dengan standar deviasi dari rata-rata
indeks saham Nikkei sebesar $ 2864.91.
40
Indeks Kospi (X5) adalah indeks harga saham Korea. Dalam kurun waktu
2001–2008 besarnya nilai indeks saham Korea rata-rata sebesar $1068,65. Nilai
indeks saham Kospi tertinggi sebesar $2064 dengan indeks saham Kospi terendah
sebesar $ 479. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham Nikkei sebesar
$ 428.13.
5.1.2.Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2005) untuk menghasilkan suatu analisis data yang
akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik
yang harus dipenuhi antara lain uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan
heteroskedastisitas.
5.1.2.1.Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi,
variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji
one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada
Tabel 5.2 berikut :
41
Tabel 5.2 : Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
96
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
1.55475999E2
Absolute
.051
Positive
.030
Negative
-.051
Kolmogorov-Smirnov Z
.502
Asymp. Sig. (2-tailed)
.963
Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai
Kolmogorov- Smirnov adalah 0.502 dan signifikan pada 0.963. Hal ini berarti H0
ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal.
5.1.2.2.Uji multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna
antara satu variabel independen dengan variable independen lain. Jika terjadi
multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standard penaksir dan
probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut
Ghozali (2005) salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah
dengan melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) yaitu jika VIF tidak lebih
42
dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang
diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3 : Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Constant
Kurs_X1
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
.920
1.087
Nasdaq_X2
.174
5.733
Taiex_X3
.125
7.988
Nikkei_X4
.240
4.165
Kospi_X5
.181
5.531
Dependent Variabel : IHSG_Y
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masingmasing variabel adalah <10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini
membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak
terdapat gejala multikolinearitas (homoskedastisitas).
5.1.2.3.Uji autokorelasi
Gejala autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson
(DW). Menurut Santoso (2005 : 241), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
maka dilakukan pengujian Durbin - Watson (DW).
43
Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat
signifikansi 5% dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW
sebesar 0,713, berarti data tidak terkena autokorelasi.
Tabel 5.4 : Nilai Durbin-Watson
Model
1
Std. Error of the
Estimate
R
.976a
Durbin-Watson
159.73640
.713
a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2,
b. Dependent Variable: IHSG_Y
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas, untuk mengetahui adanya autokorelasi
digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat
Nilai DW sebesar 0,713 Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji
Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Santoso (2000 : 219) dengan cara
melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut :
1.Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2.Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3.Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik DurbinWatson (D-W) sebesar 0,713. Oleh karena itu, nilai DW dalam rentang nilai -2
dan lebih kecil dari 2 (-2 < 0,713 < 2) maka disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi baik positif maupun negatif.
44
5.1.2.4.Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 5.1 : Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
45
Selain itu untuk melihat apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dapat dilakukan
dengan Uji Glesjer yang terdapat pada Tabel 5.5 berikut :
Tabel 5.5 : Uji Glesjer
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
31.426
126.327
Kurs_X1
.000
.013
Nasdaq_X2
.005
Taiex_X3
t
Sig.
Beta
.249
.804
-.006
-.062
.951
.058
.021
.088
.930
.001
.019
.021
.073
.942
Nikkei_X4
.003
.007
.091
.445
.657
Kospi_X5
.042
.050
.198
.839
.404
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas, tidak terdapat tingkat signifikansi variabel
independen terhadap absolut residualnya lebih kecil dari alpha 5 % baik pada
variabel Kurs (X1), Nasdaq (X2), Taiex (X3), Nikkei (X4) dan Kospi (X5).
Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala
Heteroskedastisitas (varians dari residual Homoskedastisitas).
46
5.1.3.Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan nilai tukar mata uang (Kurs)
dan indeks bursa global (Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi) berpengaruh secara
signifikan terhadap pergerakan IHSG secara simultan dan parsial.
Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu
model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan
tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square.
Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat
dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini :
Tabel 5.6. Pengujian Goodness Of Fit
Model
1
R
.976a
R Square
.953
Adjusted
R Square
.950
DurbinWatson
.713
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.6 diatas sebesar 0,950. Hal ini
menunjukkan bahwa 95 % variabel IHSG_Y dapat dijelaskan oleh nilai tukar
mata uang (Kurs) dan indeks bursa global (Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi).
Sisanya sebesar 5 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh
model penelitian ini.
Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R2 signifikan atau
tidak maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher
(Uji F) dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95 %. Kriteria
47
pengujian yang digunakan adalah apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan
apabila Fhitung ≤ Ftabel maka Ho dapat diterima.
Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam Tabel
5.7 berikut ini
Tabel 5.7: Uji F
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
4.655
Mean
Squared
Df
5 9309219.606
2296414.709
90
4.884
95
F
364.843
Sig.
.000
25515.719
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 364.843 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95 % (α=0,05)
adalah 4.42. Oleh karena pada kedua perhitungan Fhitung>Ftabel (364.843 > 4.42).
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen nilai tukar mata uang
(Kurs) dan indeks bursa global (Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi) berpengaruh
terhadap IHSG baik secara simultan dapat diterima secara keseluruhan. Secara
parsial variabel yang berpengaruh signifikan yaitu Kurs (X1), Nasdaq (X2),
Nikkei (X4) dan Kospi (X5).
48
Tabel 5.8 : Uji t
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant)
Std.
Error
-1374.751
225.274
Kurs_X1
.088
.023
Nasdaq_X2
.266
Taiex_X3
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
-6.103
.000
.092
3.856
.000
.103
.141
2.575
.012
.012
.033
.024
.373
.710
Nikkei_X4
-.062
.012
-.246
-5.282
.000
Kospi_X5
1.720
.090
1.027
19.103
.000
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa
1.
Variabel Kurs_X1 sebesar 3.856 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95
% adalah 1.980 (3.856>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak.
Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah
penerimaan H0.
2.
Variabel Nasdaq_X2 sebesar 2.575 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan
95 % adalah 1.980 (2.575>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak.
Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah
penerimaan H0.
3.
Variabel Taiex_X3 sebesar 0.373 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95
% adalah 1.980 (0.373<1.980). Karena thitung < ttabel maka H0 diterima.
49
Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada didalam daerah
penerimaan H0.
4.
Variabel Nikkei_X4 sebesar -5.282 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan
95 % adalah 1.980 (5.282>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak.
Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah
penerimaan H0.
5.
Variabel Kospi_X5 sebesar 19.103 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan
95 % adalah 1.980 (19.103>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak.
Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah
penerimaan H0.
Dari tabel coefficient di atas maka model regresi yang dapat dibentuk :
Y = -1374.751 + 0.088X1 + 0.266X2 +0.012X3 - 0.062X4 +1.720X5 + ε
1. Nilai konstanta sebesar -1374.751 artinya apabila nilai variabel independen
Kurs (X1), Nasdaq (X2), Taiex (X3), Nikkei (X4) dan Kospi (X5) bernilai nol,
maka nilai IHSG akan sebesar -1374.751.
2. Koefisien regresi variabel Kurs (X1) sebesar 0.088 bermakna jika variabel
Kurs (X1) meningkat 1 poin, maka akan menurunkan satu satuan IHSG (Y)
sebesar 0.088 poin dengan arah yang berlawanan.
50
3. Koefisien regresi Nasdaq (X2) sebesar 0.266 memberikan pengertian bahwa
perubahan Nasdaq (X2) sebanyak 1 poin akan memberikan kenaikan nilai
IHSG sebesar 0.266 poin.
4. Koefisien regresi Taiex (X3) sebesar 0.012 memberikan pengertian bahwa
perubahan variabel Taiex (X3) sebanyak poin akan memberikan kenaikan
IHSG sebesar 0.012 poin.
5. Koefisien regresi Nikkei (X4) sebesar -0.062 memberikan pengertian bahwa
perubahan Nikkei (X4) sebanyak 1 poin akan memberikan penurunan IHSG
(Y) sebesar 0.062 poin.
6. Koefisien regresi Kospi (X5) sebesar 1.720 memberikan pengertian bahwa
perubahan variabel Kospi (X5) sebanyak 1 poin akan memberikan kenaikan
IHSG (Y) sebesar 1.720 poin
5.2. Pembahasan
Pengujian yang dilakukan diatas terhadap model menunjukkan bahwa
model yang diajukan secara signifikan membuktikan adanya pengaruh secara
simultan variabel nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq,
Taiex, Nikkei, Kospi) terhadap pergerakan Indeks harga Saham Gabungan
(IHSG). Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu di pasar
modal bahwa ada hubungan yang kuat antara nilai tukar mata uang dengan indeks
harga saham gabungan. Sedangkan variabel indeks harga saham global yang
51
dalam beberapa peneltian terdahulu hasilnya tidak konsisten menggambarkan
bahwa tidak ada pola yang kuat terkait masalah ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi investor dalam menanggapi informasi dari bursa asing.
Secara parsial variabel nilai tukar mata uang (X1) memberikan pengaruh
secara signifikan terhadap IHSG (Y) yang berarti hal ini mendukung penelitian
Azzam (2002) yang berkesimpulan ada kausalitas (hubungan) dua arah antara
antara kurs terhadap stock price, dan penelitian ini ikut menguatkan kesimpulan
bahwa memang nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap IHSG. Koefisien
regresi variabel Kurs (X1) sebesar 0,088 bermakna jika variabel Kurs (X1)
meningkat 1 poin, maka akan menurunkan satu satuan IHSG (Y) sebesar 0.088
poin, dengan kata lain bila ada penguatan nilai tukar rupiah sebesar 1 (ditandai
dengan mengecilnya nominal angka) maka berpengaruh secara langsung terhadap
IHSG meningkat 0,088. Keadaan ini memudahkan investor menggunakan
informasi nilai tukar mata uang dalam membuat keputusan investasi karena
adanya pola yang kuat antara kedua vaiabel tersebut saling mempengaruhi yang
juga sejalan dengan literatur yang dikembangkan oeh Krugman (1979) dan Flood
& Garber (1984).
Analisa terhadap variabel indeks Nasdaq memberikan kesimpulan yang
mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah
dimana nasdaq sebagai salah satu indeks saham Amerika yang merupakan suatu
negara yang memiliki keunggulan dalam setiap transaksi perekonomian akan
52
menjadikan setiap informasi pergerakan pasar saham di Amerika langsung
berpengaruh ke pasar lokal. Koefisien regresi Nasdaq (X2) sebesar 0.266
memberikan pengertian bahwa perubahan Nasdaq (X2) sebanyak 1 poin akan
memberikan dampak
nilai IHSG sebesar 0.266 poin dengan kenaikan yang
searah, hal ini berarti bila indek Nasdaq mengalami kenaikan sebesar 1 poin
maka IHSG akan ikut naik sebesar 0.266 poin. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan Index di Amerika berakibat baik terhadap bursa Indonesia. Hal ini
diduga akibat pasar lokal hanya menjadi follower dari pasar yang lebih dominan,
karena dengan kekuatan pasar dan perekonomian yang menjadi tolak ukur bagi
negara lain maka setiap informasi dari bursa Amerika akan selalu direspons oleh
investor lokal, hal ini juga berarti bahwa tren masuknya investor asing khususnya
dari Amerika ke bursa Indonesia juga mempengaruhi pergerakan indeks. Dengan
demikian
terlihat
bahwa
pengaruh
kenaikan
bursa
Amerika
bersifat
menguntungkan terhadap bursa Indonesia . Penelitian ini tidak mendukung
peneltian Noer (2000) dimana bursa Amerika tidak berpengaruh secara signifikan
pada pengujian parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan tetapi penelitian
ini mendukung teori tentang pengaruh indeks bursa global bursa lokal.
Analisa terhadap variabel indeks Taiex memberikan kesimpulan yang
tidak mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih
lemah dimana Taiex sebagai indeks saham Taiwan yang merupakan suatu negara
yang secara sejarah baru merdeka sejak dilepas Inggris kepada China sehingga
53
belum bisa dijadikan patokan dalam perekonomian dunia atau bagi Indonesia
sendiri, hal ini mungkin disebabkan karena Taiwan masih dibawah bayangbayang China sehingga banyak Investor lebih terpengaruh informasi dari China
meskipun dalam sejarah pasar modal Taiwan telah eksis sebelum dibawah
naungan China. Koefisien regresi Taiex (X3) sebesar 0.012 memberikan
pengertian bahwa perubahan variabel Taiex (X3) sebanyak 1 poin akan
memberikan dampak perubahan IHSG sebesar 0.012 poin dengan arah yang
sejalan, hal ini berarti bila indek Taiex mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka
IHSG akan naik sebesar 0.012 poin. Hal ini berarti indeks taiex tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap IHSG dikarenakan pasar lebih merespons pergerakan
pasar asing yang lebih berpengaruh seperti Nikkei dan Kospi dan perkembangan
perekonomian secara regional . Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Mansur (2002) karena penggunaan rentang data yang berbeda karena Mansur
hanya menngunakan rentang data dari tahun 2000-2002 sedangkan penulis 20012008.
Analisa terhadap variabel indeks Nikkei memberikan kesimpulan yang
mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah
dimana Nikkei sebagai salah satu indeks saham Jepang yang merupakan suatu
negara yang memiliki keunggulan dalam setiap transaksi perekonomian akan
menjadikan setiap informasi pergerakan pasar saham di Jepang langsung
berpengaruh ke pasar lokal. Koefisien regresi Nikkei (X4) sebesar -0.062
54
memberikan pengertian bahwa perubahan Nikkei (X4) sebanyak 1 poin akan
memberikan dampak
IHSG (Y) sebesar 0.062 kearah yang berlawanan, hal ini
berarti bila indek Nikkei mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka IHSG akan
turun sebesar 0.062 poin. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Index di
Jepang berakibat buruk terhadap Indonesia. Keadaan ini dimungkinkan terjadi
akibat peralihan investasi dari Jakarta ke Jepang karena ketika investor yang sama
menanamkan investasinya di kedua pasar (Jepang dan Indonesia) melihat adanya
pergerakan positif di pasar jepang maka sang investor akan mengalihkan
investasinya di Indonesia sehingga menurunkan pasar Indonesia akibat aksi jual
yang bersamaan, faktor lain karena banyak perusahaan Indonesia bekerjasama
dengan perusahaan Jepang dari segi teknologi dan dari ekonomi Jepang
merupakan negara dengan basis ekonomi yang kuat. Sebaliknya ketika index di
BEI menguat di Nikkei juga ikut menguat. Hal ini diduga akibat pasar lokal
hanya menjadi follower dari pasar yang lebih dominan. Dengan demikian terlihat
bahwa pengaruh Indonesia terhadap Jepang bersifat menguntungkan dalam
pengertian Indonesia bukan merupakan ancaman bagi Jepang. Sebaliknya,
pengaruh pasar Jepang terhadap Jakarta bersifat merugikan, dimana Jepang
mempunyai kemampuan untuk menekan pasar Indonesia. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Ludovicus (2006) dan Mansur (2004).
Analisa terhadap variabel indeks Kospi memberikan kesimpulan yang
mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah
55
dimana Kospi sebagai salah satu indeks saham Korea yang merupakan suatu
negara yang memiliki keunggulan dalam setiap transaksi perekonomian akan
menjadikan setiap informasi pergerakan pasar saham di Korea langsung
berpengaruh ke pasar Indonesia. Koefisien regresi Kospi (X5) sebesar 1.720
memberikan pengertian bahwa perubahan variabel Kospi (X5) sebanyak 1 poin
akan memberikan dampak kenaikan IHSG (Y) sebesar 1.720 poin, hal ini berarti
bila indek kospi mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka IHSG akan naik
sebesar 1.720 poin. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Index di Korea
berakibat baik terhadap Indonesia. Hal ini dimungkin kan karena perekonomian
Korea yang dalam beberapa tahun terakhir stabil sehingga pondasi pasar modal
juga kuat . Hal ini diduga akibat pasar lokal hanya menjadi follower dari pasar
yang lebih dominan.
Dengan demikian terlihat bahwa pengaruh Indonesia
terhadap Korea bersifat menguntungkan dalam pengertian Indonesia bukan
merupakan ancaman bagi Korea. Tetapi karena tren investor belum dominan
memilih pasar Korea sebagai tempat investasi dibanding pasar Jepang atau hanya
menggunakan informasi dari pasar Korea sehingga setiap informasi akan
menghasilkan korelasi positif.
Mansur (2004).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada
bagian sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Secara simultan variabel nilai tukar mata uang dan variabel indeks harga
saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini memberikan
kesimpulan yang mendukung penelitian Wazman (2002) dimana nilai tukar
mata uang mempengaruhi perubahan harga saham pada saat kondisi normal,
dan penelitian Moh. Mansur (2002) dimana secara bersama-sama indeks
harga saham global berpengaruh terhadap pergerakan IHSG baik positif
atau negatif.
2.
Secara parsial variabel nilai tukar mata uang dan indek harga saham global
(Nasdaq, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) secara signifikan. Sedangkan variabel indeks
Taiex berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian Mansur (2002) dikarenakan penggunaan data yang
digunakan terlalu pendek sehingga tidak mencerminkan keadaan.
56
57
6.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut :
1.
penentuan sampel yang hanya pada periode 2001-2008 yang sebagian besar
rentang data berada pada kondisi pasar dan nilai tukar mata uang pada kondisi
normal dan stabil.
2.
Variabel nilai tukar mata uang (kurs rupiah-dolar) hanya menjelaskan satu
pola hubungan saja, pola ini hanya tergambar pada emiten yang melakukan
transaksi derivatif.
3.
Variabel indeks harga saham global hanya menggambarkan secara global
indeks negara yang dipakai tidak di arahakan pada satu regional saja untuk
melihat pola hubungan yang lain.
6.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis memberikan beberapa
saran berikut:
1.
Bagi peneliti selanjutnya perlu menambah jumlah tahun sampel mulai tahun
1997 awal mula krisis ekonomi di Indonesia sehingga akan lebih jelas pola
hubungan antara setiap variabel terutama variabel nilai tukar mata uang.
58
2.
Selain nilai tukar mata uang perlu juga menambahkan indikator variabel
tingkat suku bunga atau inflasi rate sebagai indikator perekonomian serta
menambah indeks saham dari kawasan eropa dan asean.
3.
Bagi investor, dengan melakukan investasi di pasar modal berarti harus dapat
mengaplikasikan teori pasar efisien yang berarti setiap informasi dapat
mempengaruhi pergerakan harga dan keputusan investor, hal ini didasarkan
pada signifikannya pengaruh informasi dari pergerakan nilai tukar mata uang
dan indeks harga saham global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, I. S. A., V. Murinde (1997), “ Exchange Rate and Stock Price
Interactions in Emerging FinancialMarkets: Evidence on India, Korea,
Pakistan, and the Philippines.” Applied Financial Economics, Vol.7
Bilson, C. M., Brailsford, T. J., and Hooper, V. J. (2001), “Selecting
Macroeconomic Variables as Explanatory Factors of Emerging Stock
Market Returns.” Pasific-Basin Finance Journal, Vol.9, pp.401- 426.
Bodie. Keane. Markus. 2003. Invesment 1&2. edisi 6. Erlangga
Cahyono, Jaka E.. 2000. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham.
Jilid 1. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
Chen, N. F., Roll, R., and Ross, S. A. (1986), “Economic Forces and the Stock
Market.” Journal of Business, Vol.59, pp. 383-403.
Folkers. Landdau et al., 1997, p. 46
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Penerbit
UNDIP. Semarang
Gormus, sakir. 2005. Simultaneous Estimation Of Stock Market and Currency
Crissis. Journal of Financial Economy
Habibullah, M. S., and Baharumshah, A. Z. (1996), “Money, Output and Stock
Prices in Malaysia; AnApplication of The Cointegration Tests.”
International Economic Journal, Vol.10, No.2, Summer, pp.121-130.
nd
Hatter Mary Louise, Macroeconomics for Management, 2 edition, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1996.
Kuncoro, Mudrajat. 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta,
Erlangga
Kwon, C. S., and Bacon, F. W. (1997), “The Effect of Macroeconomic Variables
on Stock Market Returns in Developing Markets.” Multinational Business
Review, Fall, pp.63-70.
59
Lubis, Ade Fatma. 2008, Pasar Modal, edisi 1, Jakarta, Fakultas Ekonomi Univ.
Indonesia
Lubis, Ade Fatma.Syahputra, Adi. 2008, Proposal dan Tesis, Medan
Malliaris, A. G., and Urritia, Jorge L. (1992), “The International Crash of
October1987: Causality Test.”Journal of Financial and Quantitative
Analysis, Vol.27 (September), pp. 353-363.
Mansur, Moh. 2004. Pengaruh indeks bursa global terhadap indeksharga saham
gabungan (ihsg) pada bursa efek jakarta (bej) periode tahun 2000-2002.
Jurnal sosio economi 7 edisi november 2005
Mobius, J. Mark. 1998. Mobius on Emerging Market : Prospek Investasi di
Pasar-Pasar Baru. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
Noer
Azam Achsani. 2000. Mencermati Kejatuhan Indeks Dow
Jones:AkankahIndeks BEJ Ikut Terseret?. University of Potsdam. Potsdam.
Perotti, E. C., and Oijen, P. (2001), “Privatization, Political Risk and Stock
Market Development in Emerging Economies.” Journal of International
Money and Finance, Vol.20, pp. 43-69.
Santoso, Singgih, 2000. Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT Elex
Media Computindo, Jakarta.
SergioL. Smulke. Pablo, Zaido. Marina, Halac. 2005. Financial Globalization,
Crissis and Contagion. Jurnal
Tan, Jose Antonio R, Contagion Effects During the Asian Financial Crisis: Some
Evidence from Stock Price Data (Pacific Basin Working Paper Series,
Center for Pacific Basin Monetary and Economic Studies Economic
Research Department Federal Reserve Bank of San Francisco, 1998.
W,N,W, Azman.Muzafar Syah H. M, Azali.2002. Stock Price And Exchange Rate
Interaction In Indonesia: An Empirical Inquiry. Jurnal ekonomi dan
keuangan volume 1 nomor 2002
Wondabio, Ludovicus sensi .2005. Analisa hubungan index harga saham
gabungan (ihsg) jakarta (jsx), london (ftse), tokyo (nikkei) dan singapura
(ssi). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang K-AKPM7
60
www.BI.go.id
www.IDX.id
www.Finance/yahoo.com
www.oanda.com
www.GoCurrency.com
61
Lampiran 1 : Tabulasi Data
Tahun
2001
2002
2003
2004
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
januari
februari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
januari
februari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
januari
februari
maret
IHSG
(Y)
392
380
383
392
443
470
437
405
358
381
428
425
424
390
369
419
443
463
505
530
534
481
453
451
691
617
625
597
529
507
505
494
450
398
399
388
1000
977
860
KURS
(X1)
9378
9555
10049
11112
11542
11229
10987
9054
9299
10094
10562
10318
10373
10202
9933
8433
9030
8710
8986
8875
8885
9128
9199
8875
8855
8872
8890
8852
8423
8149
8353
8470
8423
8397
8479
8448
8383
8355
8579
Nasdaq
1950
1930
1690
1498
1805
2027
2160
2110
2116
1840
2151
2772
1335
1478
1329
1172
1314
1328
1463
1615
1688
1845
1731
1934
2003
1960
1932
1786
1810
1735
1622
1595
1464
1341
1337
1320
2175
2096
1974
Taiex
5551
4441
3903
3636
4509
4352
4883
5076
5381
5797
5674
5936
4452
4646
4579
4191
4764
4940
5153
5675
6065
6167
5696
5872
6253
5771
6045
5611
5650
5318
4872
4555
4148
4321
4432
5015
6139
5844
5705
Nikkei
10542
10697
10366
9774
10713
11860
12969
13262
13934
12999
12883
13843
8578
9215
8640
9383
9619
9877
10621
11763
11492
11024
10587
9997
10676
10100
10559
10219
10343
9563
9083
8424
7831
7972
8363
8339
11488
10899
10771
Kospi
693
643
537
479
545
541
595
612
577
523
578
617
627
724
658
646
736
717
742
796
842
895
819
748
810
796
782
697
759
713
669
633
599
535
575
591
895
878
834
62
Lanjutan Lampiran 1
2005
2006
2007
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
januari
februari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
januari
februari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
januari
februari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
820
754
756
732
732
783
735
761
752
1162
1096
1066
1079
1050
1182
1122
1088
1029
1080
1073
1045
1805
1718
1582
1534
1431
1351
1310
1330
1464
1322
1230
1232
2745
2688
2643
2359
2194
2348
2139
2084
1999
8539
8970
9358
8935
9194
9034
9069
9020
9192
9144
9194
9322
9487
9040
9620
9797
9974
10230
10072
10021
9846
9474
9249
9144
8919
9021
9349
9133
9086
9138
9167
9134
9086
8695
9066
9169
9093
8835
8995
9067
8963
9302
1896
1838
1887
2047
1986
1920
1994
2029
2066
2205
2232
2120
2151
2152
2184
2056
2068
1921
1999
2051
2062
2415
2431
2366
2258
2183
2091
2172
2178
2322
2339
2281
2305
2652
2660
2859
2701
2596
2546
2603
2604
2525
5845
5765
5420
5839
5977
6117
6522
6750
6375
6548
6203
5764
6118
6033
6311
6241
6011
5818
6005
6207
5994
7823
7567
7021
6883
6611
6454
6704
6846
7171
6613
6561
6532
8506
8586
9711
9411
8982
9287
8883
8144
7875
10823
11081
11325
11858
11236
11761
11715
11041
10783
16111
14872
13606
13574
12413
11899
11584
11276
11008
11668
11740
11387
17225
16274
16399
16127
16140
15456
15505
15467
16906
17059
16207
16649
15307
15680
16737
16785
16569
17248
18138
17875
17400
835
803
735
785
803
862
880
883
848
1379
1297
1158
1221
1083
1111
1008
970
911
965
1011
932
1434
1432
1364
1371
1352
1297
1295
1317
1419
1359
1371
1399
1897
1906
2064
1946
1873
1933
1743
1700
1542
63
Lanjutan Lampiran 1
2008
oktober
november
desember
januari
februari
maret
april
mei
juni
juli
agustus
september
oktober
november
desember
1830
1740
1757
1340
1241
1256
1832
2165
2304
2349
2444
2304
2447
2721
2627
9096
9266
9353
8998
9179
7872
9206
8015
9283
9157
9153
9373
9957
11768
11327
2421
2416
2463
1550
1535
1720
2091
2367
2325
2292
2522
2412
2279
2271
2389
7884
7901
7699
4416
4460
4870
5719
7046
7024
7523
8619
8919
8572
8412
7521
17287
17604
17383
8747
8512
8576
11259
13072
13376
13481
14338
13849
12525
13603
13592
1452
1417
1360
1117
1076
1113
1448
1474
1594
1674
1852
1825
1703
1711
1624
64
Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Berganda
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
IHSG_Y
1.1266E3
717.02979
96
Kurs_X1
9.2800E3
746.22631
96
Nasdaq_X2
2.0358E3
379.99887
96
Taiex_X3
6.2254E3
1382.82609
96
Nikkei_X4
1.2567E4
2864.91049
96
Kospi_X5
1.0686E3
428.12821
96
65
Correlations
IHSG_Y
Pearson Correlation
IHSG_Y
N
Nasdaq_X2
1.000
.024
.024
1.000
Nasdaq_X2
.755
.106
Taiex_X3
.870
Nikkei_X4
Kospi_X5
Kurs_X1
Sig. (1-tailed)
Kurs_X1
Taiex_X3
.755
Nikkei_X4
Kospi_X5
.870
.680
.965
-.040
.073
-.062
1.000
.854
.859
.775
-.040
.854
1.000
.795
.901
.680
.073
.859
.795
1.000
.759
.106
.965
-.062
.775
.901
.759
1.000
IHSG_Y
.
.408
.000
.000
.000
.000
Kurs_X1
.408
.
.152
.350
.240
.274
Nasdaq_X2
.000
.152
.
.000
.000
.000
Taiex_X3
.000
.350
.000
.
.000
.000
Nikkei_X4
.000
.240
.000
.000
.
.000
Kospi_X5
.000
.274
.000
.000
.000
.
IHSG_Y
96
96
96
96
96
96
Kurs_X1
96
96
96
96
96
96
Nasdaq_X2
96
96
96
96
96
96
Taiex_X3
96
96
96
96
96
96
Nikkei_X4
96
96
96
96
96
96
66
Correlations
IHSG_Y
Pearson Correlation
IHSG_Y
N
Nasdaq_X2
1.000
.024
.024
1.000
Nasdaq_X2
.755
.106
Taiex_X3
.870
Nikkei_X4
Kospi_X5
Taiex_X3
.755
Nikkei_X4
Kospi_X5
.870
.680
.965
-.040
.073
-.062
1.000
.854
.859
.775
-.040
.854
1.000
.795
.901
.680
.073
.859
.795
1.000
.759
.965
-.062
.775
.901
.759
1.000
IHSG_Y
.
.408
.000
.000
.000
.000
Kurs_X1
.408
.
.152
.350
.240
.274
Nasdaq_X2
.000
.152
.
.000
.000
.000
Taiex_X3
.000
.350
.000
.
.000
.000
Nikkei_X4
.000
.240
.000
.000
.
.000
Kospi_X5
Kurs_X1
Sig. (1-tailed)
Kurs_X1
.106
.000
.274
.000
.000
.000
.
IHSG_Y
96
96
96
96
96
96
Kurs_X1
96
96
96
96
96
96
Nasdaq_X2
96
96
96
96
96
96
Taiex_X3
96
96
96
96
96
96
Nikkei_X4
96
96
96
96
96
96
Kospi_X5
96
96
96
96
96
96
67
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
1
Kospi_X5,
Kurs_X1,
Nikkei_X4,
Nasdaq_X2,
Taiex_X3a
Variables
Removed
Method
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: IHSG_Y
Model Summaryb
Change Statistics
Model
R
1
.976a
R Square Adjusted R Square
.953
.950
Std. Error of the
Estimate
159.73640
R Square
Change
.953
F Change
364.843
df1
df2
5
Sig. F Change
90
Durbin-Watson
.000
.713
68
Model Summaryb
Change Statistics
Model
R
1
.976a
R Square Adjusted R Square
.953
Std. Error of the
Estimate
.950
R Square
Change
159.73640
F Change
.953
df1
364.843
df2
5
Sig. F Change
90
Durbin-Watson
.000
.713
a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, Taiex_X3
b. Dependent Variable: IHSG_Y
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
4.655E7
5
9309219.606
2296414.709
90
25515.719
4.884E7
95
F
364.843
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, Taiex_X3
b. Dependent Variable: IHSG_Y
69
Coefficientsa
Standardize
d
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-1374.751
225.274
Kurs_X1
.088
.023
Nasdaq_X2
.266
Taiex_X3
Beta
95% Confidence Interval for
B
t
Sig.
Collinearity
Statistics
Correlations
Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial
Part
Toleranc
VIF
-6.103
.000
-1822.298
-927.204
.092
3.856
.000
.043
.134
.024
.377
.088
.920 1.087
.103
.141
2.575
.012
.061
.471
.755
.262
.059
.174 5.733
.012
.033
.024
.373
.710
-.054
.079
.870
.039
.009
.125 7.988
Nikkei_X4
-.062
.012
-.246
-5.282
.000
-.085
-.038
.680
-.486 -.121
.240 4.165
Kospi_X5
1.720
.090
1.027
19.103
.000
1.541
1.899
.965
.896
.437
.181 5.531
a. Dependent Variable: IHSG_Y
70
Coefficient Correlationsa
Model
1
Kospi_X5
Correlations
Nikkei_X4
Nasdaq_X2
Taiex_X3
Kospi_X5
1.000
.075
-.182
.066
-.692
Kurs_X1
.075
1.000
-.038
-.205
.128
-.182
-.038
1.000
-.552
-.039
.066
-.205
-.552
1.000
-.459
Taiex_X3
-.692
.128
-.039
-.459
1.000
Kospi_X5
.008
.000
.000
.001
-.002
Kurs_X1
.000
.001
-1.017E-5
.000
9.853E-5
Nikkei_X4
.000
-1.017E-5
.000
.000
-1.518E-5
Nasdaq_X2
.001
.000
.000
.011
-.002
-.002
9.853E-5
-1.518E-5
-.002
.001
Nikkei_X4
Nasdaq_X2
Covariances
Kurs_X1
Taiex_X3
71
Coefficient Correlationsa
Model
1
Kospi_X5
Correlations
Nikkei_X4
Nasdaq_X2
Taiex_X3
Kospi_X5
1.000
.075
-.182
.066
-.692
Kurs_X1
.075
1.000
-.038
-.205
.128
-.182
-.038
1.000
-.552
-.039
.066
-.205
-.552
1.000
-.459
Taiex_X3
-.692
.128
-.039
-.459
1.000
Kospi_X5
.008
.000
.000
.001
-.002
Kurs_X1
.000
.001
-1.017E-5
.000
9.853E-5
Nikkei_X4
.000
-1.017E-5
.000
.000
-1.518E-5
Nasdaq_X2
.001
.000
.000
.011
-.002
-.002
9.853E-5
-1.518E-5
-.002
.001
Nikkei_X4
Nasdaq_X2
Covariances
Kurs_X1
Taiex_X3
a. Dependent Variable: IHSG_Y
72
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Model
Dimensio
n
1
1
5.868
1.000
.00
.00
.00
.00
.00
.00
2
.102
7.586
.01
.01
.00
.00
.00
.12
3
.016
18.996
.03
.03
.04
.00
.37
.31
4
.007
29.111
.00
.06
.16
.35
.37
.35
5
.004
37.755
.15
.13
.63
.34
.24
.14
6
.003
46.729
.81
.77
.17
.30
.01
.08
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
Kurs_X1
Nasdaq_X2
Taiex_X3
Nikkei_X4
Kospi_X5
a. Dependent Variable: IHSG_Y
73
74
Charts
75
76
Npar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
96
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
1.55475999E2
Absolute
.051
Positive
.030
Negative
-.051
Kolmogorov-Smirnov Z
.502
Asymp. Sig. (2-tailed)
.963
a. Test distribution is Normal.
77
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
96
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
1.55475999E2
Absolute
.051
Positive
.030
Negative
-.051
Kolmogorov-Smirnov Z
.502
Asymp. Sig. (2-tailed)
.963
78
Uji Glejser
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
1
Kospi_X5,
Kurs_X1,
Nikkei_X4,
Nasdaq_X2,
Taiex_X3a
Variables
Removed
Method
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Absolute
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.311
.097
Adjusted R Square
.046
Std. Error of the
Estimate
89.57509
a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2,
Taiex_X3
79
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Df
Mean Square
77145.814
5
15429.163
Residual
722132.756
90
8023.697
Total
799278.570
95
F
Sig.
1.923
.098a
a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, Taiex_X3
b. Dependent Variable: Absolute
80
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
31.426
126.327
Kurs_X1
.000
.013
Nasdaq_X2
.005
Taiex_X3
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
.249
.804
-.006
-.062
.951
.058
.021
.088
.930
.001
.019
.021
.073
.942
Nikkei_X4
.003
.007
.091
.445
.657
Kospi_X5
.042
.050
.198
.839
.404
a. Dependent Variable: Absolute
81
Descriptives
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
IHSG_Y
96
358.00
2745.00
1126.6146
717.02979
Kurs_X1
96
7872.00
11768.00
9280.0208
746.22631
Nasdaq_X2
96
1172.00
2859.00
2035.7812
379.99887
Taiex_X3
96
3636.00
9711.00
6225.3854
1382.82609
Nikkei_X4
96
7831.00
18138.00
12566.5208
2864.91049
Kospi_X5
96
479.00
2064.00
1068.6458
428.12821
Valid N (listwise)
96
82
Download