3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Menurut

advertisement
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tomat
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tomat merupakan tanaman asli
dari kawasan Meksiko hingga Peru. Tomat merupakan tanaman herba semusim
dengan sifat atau tipe pertumbuhan tanaman tomat terdiri atas tiga jenis, tak
terbatas (indeterminate), semi terbatas (semi determinate), dan terbatas
(determinate). Menurut Budijaya (1997), berdasarkan tipe pertumbuhannya,
tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan
indeterminate.
Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate, pada ujung
tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, misalnya pada
kultivar Intan, Ratna, berlian, Permata, dan sebagainya. Tanaman tomat yang
mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate, tandan bunga tidak terdapat pada
setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda, misalnya
pada kultivar Money maker, Gondol, Santa Cruz Kada, dan sebagainya. Varietas
Arthaloka termasuk dalam golongan tipe semi determinate.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), ciri morfologi tanaman tomat
adalah batang tomat muda berbentuk silinder dan lunak bila sudah tua akan
berbentuk segi empat dan sedikit berkayu sehingga mudah patah, diameter batang
dapat mencapai 4 cm serta mempunyai banyak cabang. Pada ujung batang utama
terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif membentuk daun
dan bunga.
Menurut Budijaya (1997), ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulubulu halus di seluruh permukaannya. Kemampuannya menembus lapisan tanah
terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Daun tanaman tomat termasuk berdaun
majemuk dan bercelah menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu
mempunyai panjang sekitar 20-30 cm, dan lebar 15-20 cm, antara pasangapasangan daun terdapat daun kecil yang disebut foliol. Bunga tanaman tomat
berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10
bunga/dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunga terdiri dari lima
helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat
4
kantong yang letaknya menjadi satu dan menjadi bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik.
Buah tomat sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, kekerasan,
rasa, dan kandungan bahan padatnya. Semua komponen tersebut mempengaruhi
kualitas buah tomat. Buah tomat adalah buah buni (beri) berdaging dengan
permukaan agak berbulu. Buah tomat mengandung banyak biji, biji dikelilingi
oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk pipih dan
berwarna krem muda hingga coklat dan memiliki panjang 2-3 mm (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh Tomat
Tanaman tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi (lebih dari 700 mdpl),
dataran medium (200 s.d. 700 mdpl), dan dataran rendah (kurang dari 200 mdpl)
(Sutarya et al., 1995). Gould (1974) menyatakan bahwa tanaman tomat tumbuh
baik pada iklim yang sejuk dan kering, dengan pH tanah 5-6. Suhu yang tinggi
dan hujan menyebabkan penurunan kualitas tomat dan hasilnya. Pola
pertumbuhan dapat bervariasi mulai tegak hingga merayap, tumbuh secara
horizontal maupun vertikal, dan daerah perakaran dapat mencapai 150 cm
sedangkan akar tunggang dapat mencapai kedalaman 50 cm pada kondisi
lingkungan yang optimum (Duriat, 1997).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman tomat. Penyerapan unsur hara oleh tomat akan dicapai apabila
pencahayaan berlangsung selama 12-14 jam per hari, sedangkan intensitas cahaya
yang dikehendaki adalah 0.25 mj/m2 per jam (Hidayat, 1995).
Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya
agar diperoleh produksi yang tinggi dan mutu yang bagus. Suhu optimal untuk
pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24oC dan suhu malam 18-22oC
(Peet dan Bartholemew, 1986). Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan
transpirasi dan gugur bunga serta buah (Harjadi, 1989). Menurut Opena dan Van
der Vossen (1994) suhu malam diatas 21oC selama 2 hari menjelang dan setelah
antesis akan menurunkan fruit-set. Adams (1986) menyatakan kelembaban yang
relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman tomat
5
yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik, melalui stomata yang
membuka lebih banyak pada kelembaban yang tinggi.
Panen
Mutu buah tomat erat hubungannya dengan jumlah dan jenis zat-zat kimia
yang terkandung di dalamnya pada saat panen. Menurut Direktorat Gizi DepKes
RI (1990), zat-zat kimia yang terkandung di dalam buah tomat pada saat panen
dapat dinilai berdasarkan : (a) sifat fisis : bentuk/kebulatan, warna, kekerasan,
kelicinan kulit, ketebalan daging buah, tekstur, ada tidaknya kerusakan, bebas
serangan hama dan penyakit; (b) sifat kimia : vitamin C, kadar gula, kadar asam,
kadar air, dan komposisi nilai gizi.
Rich (1997) menyatakan cara menentukan indeks panen adalah dengan
membedakan perubahan fisik-kimia yang terjadi selama proses kemasakan buah
dari tingkat kemasakan muda sampai tua, berturut-turut adalah green mature,
breaker, turning, pink, light red, dan red. Kandungan klorofil, kekerasan, vitamin
C akan menurun selama proses kematangan, sedangkan kandungan Lycopen dan
Ethylen akan meningkat.
Marpaung (1997) menyatakan bahwa buah tomat dapat dipanen dengan
tangan (cara tradisional) bila buah dalam keadaan masak „merah tua‟, buah
tersebut mudah sekali terpisah dari tangkainya. Panen dilakukan secara periodik
satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak.
Sistem Hidroponik
Hidroponik adalah sistem budidaya yang menggunakan larutan hara
dengan atau tanpa penambahan media inert seperti pasir, rockwool atau arang
sekam (Harjadi, 1989). Menurut Schwarz (1995) hidroponik adalah budidaya
tanpa media tanah atau soilless culture. Media inert adalah media tanaman yang
tidak bereaksi dengan larutan hara yang diberikan. Penanaman secara hidroponik
memiliki beberapa kelebihan antara lain keseimbangan hara akan terkontrol
karena menggunakan media yang homogen sehingga mutu produk, bentuk,
ukuran, warna, dan rasa dapat terjamin. Mencegah penyakit yang menyerang akar,
karena adanya proses sterilisasi media dan wadah. Kekurangan dari media
6
hidroponik adalah biaya investasi yang relatif mahal, juga memerlukan keahlian
dalam sistem operasional (Schwarch, 1995).
Schwarch (1995) menyatakan bahwa syarat media dalam hidroponik harus
terbebas dari zat yang berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, daya pegang air
baik, drainase dan aerasi baik. Media tumbuh yang digunakan sama sekali tidak
berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman, melainkan berfungsi sebagai
penopang akar dan penyangga larutan hara. Oleh sebab itu bahan yang baik
digunakan sebagai media adalah bahan yang tidak mengandung hara dan bersifat
porous. Media yang umumnya digunakan dalam sistem hidroponik adalah arang
sekam, kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, dan bahan organik. Nurtika dan Abidin
(1993) menyatakan campuran arang sekam dan pasir merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan tomat, karena arang sekam mempunyai tekstur yang kasar dan
memudahkan terjadinya sirkulasi udara.
Irigasi Tetes
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai pemberian air pada media
tanam untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Tujuan dari irigasi diantaranya, yaitu : menambah air ke dalam media
tanam untuk menyediakan cairan yang diperlukan tanaman, mencuci garam dalam
media tanam, dan mengurangi bahaya erosi. Pemberian air irigasi dapat dilakukan
dalam lima cara, yaitu : penggenangan, penggunaan alur besar dan kecil,
penggunaan air dibawah permukaan yang menyebabkan permukaan naik, dan
sistem tetes (Hansen et al., 1979). Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada
tanaman secara langsung. Alat pengeluaran air pada sistem tetes disebut emitter
(Schwab et al., 1981).
Menurut Hansen et al. (1979), dan Smajstrla et al. (1994), komponenkomponen yang terdapat pada suatu sistem irigasi tetes adalah ; 1) emitter yang
digunakan untuk menyalurkan air di dalam sistem irigasi tetes dengan aliran atau
tetesan kecil yang seragam, 2) pipa manifold mendistribusikan air ke lateral,
3)
pipa lateral untuk menempatkan emitter (diameter antara 10-26 mm), 4) pipa
utama dan sub pipa utama untuk menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa
distribusi dalam jaringan yang harus memiliki katup saluran terbuka, 5) pompa
7
untuk mengangkut air dari sumber untuk selanjutnya dialirkan ke lahan melalui
jaringan, dan 6) komponen penyokong, terdiri atas : katup-katup, pengatur dan
pengatur tekanan, pengatur debit air, sistem pencegahan backflow, filter, dan
peralatan injektor pupuk atau bahan kimia lainnya.
Larutan Hara
Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan
pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Terdapat 13 unsur hara
essensial untuk pertumbuhan tanaman, air (H2O) dan karbon dioksida (CO2).
Unsur hara essensial dapat dikelompokkan menjadi hara makro dan hara mikro.
Hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk pertumbuhan
tanaman dari pada hara mikro.
Larutan hara untuk pemupukan tanaman hidroponik diformulasikan sesuai
dengan kebutuhan tanaman menggunakan kombinasi garam-garam pupuk. Pupukpupuk yang dapat digunakan dalam sistem hidroponik harus mempunyai tingkat
kelarutan yang tinggi (Susila, 2006). Pupuk tanaman sayur untuk hidroponik
dikenal dengan sebutan AB Mix. Pupuk ini terdiri atas dua kelompok, yaitu stock
A dan stock B.
Wardhani (2003) menyatakan tanaman dengan hara AB Mix menghasilkan
tinggi, bobot, bobot buah layak konsumsi lebih tinggi dari hara dengan pupuk
majemuk lainnya pada tanaman tomat. Menurut Jones (2008) larutan hara makro
dan mikro dalam AB Mix terdiri dari NH4NO3 1.2 mmol/l, KNO3 9.5 mmol/l,
Ca(NO3)2 5.4 mmol/l, MgSO4 2.4 mmol/l, K2SO4 4.4
mmol/l, KH2PO4 1.5
mmol/l. Larutan hara mikro terdiri dari Fe EDTA 15µmol/l, MnSO4 10µmol/l,
ZnSO4 5µmol/l, H3BO3 30 µmol/l, CuSO4 0.75 µmol/l, NH4-MoO4 0.5 µmol/l.
Arang sekam
Media arang sekam tidak mudah lapuk dan dapat menyimpan air dengan
baik. Media ini tidak mempengaruhi pH dan struktur larutan hara, juga tidak
mudah ditumbuhi lumut dan jamur. Arang sekam adalah bahan ringan yang
memungkinkan sirkulasi udara dan kapasitas menahan air tinggi serta dikarenakan
8
berwarna kehitaman dapat mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif (Hardjanti,
2005). Berdasarkan hasil analisis kimia media, arang sekam memiliki pH sebesar
6.92 (Yanti, 2004).
Arang sekam memiliki porositas yang baik bagi perkembangan akar dan
memiliki daya pegang air yang tinggi. Media ini memiliki C-Organik dan
Nitrogen berturut-turut adalah 15,23% dan 1,08%. Arang sekam padi yang
dibakar dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk dan pada tahap ini sudah
tidak terjadi proses dekomposisi. Arang sekam dapat meningkatkan permeabilitas
udara dan perkolasi air (Nurbaity et al., 2009).
Kompos Daun Bambu
Kompos dapat digunakan untuk campuran bahan organik sebagai media
tanam. Pengomposan adalah dekomposisi alami dari bahan organik oleh
mikroorganisme yang memerlukan oksigen (aerob). Menurut Dick dan McCoy
(1993) kompos memberikan hasil yang lebih baik bila digunakan di daerah tropis
daripada di daerah temperate karena dekomposisi bahan organik terjadi lebih
cepat. Menurut Susanto et al., (2005) media kompos daun bambu mempunyai
sifat tidak mengikat dan menyumbang hara selama belum melapuk. Asrodiah
(2005) menyatakan bahwa kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan
hidroponik mempunyai kemampuan aerasi, menyerap dan menahan air dengan
baik karena mempunyai pori yang banyak. Kompos daun bambu memiliki berat
jenis yang lebih kecil dibandingkan dengan media lain yang bisa digunakan
sebagai media tanam dalam sistem hidroponik seperti pasir, kerikil, zeolit dan
lainnya.
Potensi Hasil Tomat Varietas Arthaloka dan Permata
Menurut Budijaya (1997), tomat dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe
pertumbuhannya. Menurut East West Seed Indonesia (2010) tomat varietas
Arthaloka termasuk dalam golongan tomat tipe semi determinate. Tanaman sangat
vigor, dengan pertumbuhan awal yang cepat. Buah tomat varietas Arthaloka
berbentuk oval-lonjong, dengan ukuran seragam. Daging buah tebal, cukup keras,
merah merata, dan daging buah kering. Panen mulai berlangsung ketika tanaman
9
berumur 108 hari setelah semai, dengan nilai produksi 3-4 kg/tanaman dengan 8
tandan per tanaman dan 8 buah per tandan. Tomat varietas Permata termasuk
dalam golongan tomat tipe determinate, yang direkomendasikan ditanam di
dataran rendah. Umur panen tomat varietas Permata ketika tanaman berumur 6070 hari setelah tanam. Bobot per buah mencapai 40-60 gram, dengan potensi hasil
40-60 ton/ha.
Download