UJI EFEKTIVITAS LARUTAN BAWANG PUTIH

advertisement
UJI EFEKTIVITAS LARUTAN BAWANG PUTIH
(Allium sativum) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Propionibacterium acnes SECARA IN VITRO
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
MAYA DAMAYANTI
1111103000004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435/2014 M
ti.
I
'-,r
t
UJI EFEKTMTAS LARUTAI\I BAWANG PUTIH (Alliam sativum)
TERHADAP PERTUMBUIIAN BAKTERI Propionibacterium acnes
SECARA IN VITRO
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Mavq Dqmavanti
NIM:
Pembimbing
1111103000004
I
ii
:'
illiar,rtina, M. Biomed
'.t
sL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
T]NIVERSITAS
IS
LAM NEGERI SYARIF
JAKARTA
1435t2014
lll
H
IDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAII
o"UrAN BAWAN G
PITSt YII$,:
puTIH (Auium salivuml TERIIADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
g b efjud{,qJ-ILaporan peneliti an van
"
propiobacteriumacnessncanllNVITROolehMayaDamayanti(NIM:
1111103000004),."r"r'diujikandalamsidangdiFakul?sK9{o\|erandan'Ilmu
ini telah diterima sebagai
Kesehatan pada.l|september 2014. Laporan-penelitian
Kedokteran (S' Ked)'pada Prograrh
salah satu syarat ,n"nip"rot.ft gelar Saijana
Studi Pendidikan Dokter"
Ciputat, I 2 SePtember 2014
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
yutlatil S.si, vt.niomea
Pembimbing
1
M.Biomed
S.Si, M.Biomed
Penguji
L
@*^
dr. Intan Keumala Dewi, SP.
{"€ryu^$
Siddiqq
dr. Alyya
MK
SP.
FK
PIMPINAN FAKULTAS
Kaprodi Pendidikan Dokter UIN SII Jakarta
I)ekan FKIK UIN SII Jakarta
dr.
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp' And
lV
Witrlerdini, M. Gizi, SPGK
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada manusia. Shalawat dan
salam penulis sanjungkan bagi Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan
ilmu dari Allah kepada umatnya.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul “Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes secara in Vitro”, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan hasil penelitian
ini tidak terlepas karena adanya bantuin dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih
kepada Ibu Yuliati, M.Biomed dan dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed sebagai
Pembimbing kami, serta dr. Flori Ratna Sari, Ph.D sebagai penanggung jawab
riset kami yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
Ucapan terima kasih kami persembahkan pula kepada seluruh dosen dan staf
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah membina, mendidik serta
memberikan doa restu dan dorongan serta dukungan kepada kami.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M.K. tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
2.
dr. Witri Ardini, M. Gizi, SpGK selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis
menempuh pendidikan
di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta3.
Yuliati, S.Si, M.Biomed dan dr. Lucky Brilliantina" M.Biomed selaku dosen
pembimbing yang membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian
laporan penelitian ini.
4.
dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungiawab riset Program Studi
Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mengingatkan
pada setiap akhir modul.
5. Kedua orang tua" kakatq adilq dan kakek yang telatr mencurahkan kasih
sayang dan dukungan yang tak terbatas.
6.
Salmq Arif, Lintang, Niken, dan Fahrul selaku teman satu tim riset yang
selalu saling memberikan bantuan dan dukungan satu sama lain selama
menjalani penelitian bersama, sehingga laporan penelitian
ini
dapat
terselesaikan.
7.
I\dbak
Novi dan Pak Bacok yang banyak membantu selama penelitian
berlangsung di Laboratorium Milrobiologi.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masi6 jauh dari kesempurnaan dan
juga kekurangan naupun kekelinran yang tak t€rhindarkan- Oleh karena itu,
penulis memohon *xitik dan saran demi kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga bermanfaat
Wassalamu' alaikum Warahmatullahi Wubmakatuh.
Ciputat, 12 September 2014
vl
ABSTRAK
Maya Damayanti. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Efektivitas
Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Propionibacterium acnes secara in Vitro. 2014
Bawang putih (Allium sativum) merupakan salah satu tanaman yang sering
digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit, terutama penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bawang putih mengandung alisin yang
mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes.
Propionibacterium acnes salah satu bakteri yang mempunyai peranan yang besar
terhadap penyakit akne vulgaris. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
efektivitas larutan bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes. Pada penelitian ini, proses pembuatan larutan bawang
putih adalah dengan melarutkan perasan bawang putih ke dalam aquades steril.
Larutan bawang putih dengan konsentrasi 5%, 20%, 55%, 75%, dan 100% serta
dengan kontrol positif klindamisin dan kontrol negatif aquades diuji
efektivitasnya terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan menggunakan
metode disc diffusion pada medium agar darah. Didapatkan hasil bahwa semakin
besar konsentrasi larutan bawang putih maka semakin besar hambatan terhadap
pertumbuhan Propionibacterium acne (zona hambat yang terbentuk pada
konsentrasi 55%; 75%; 100% sebesar 17,67; 19;23 mm). Berdasarkan analisis
data dengan menggunakan metode Mann-Whitney menunjukan perbedaan yang
bermakna antar setiap konsentrasi larutan bawang putih dengan kontrol positif
berupa klindamisin. Dapat disimpulkan bahwa larutan bawang putih memiliki
efektivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Kata kunci: Bawang putih, Alisin, Antibakteri, Propionibacterium acnes, disc
diffusion
vii
ABSTRACT
Maya Damayanti. Medical Education Programme. Effectivity Test of Garlic
(Allium sativum) Solution on Propionibacterium acnes Growth Inhibition in
vitro. 2014.
Garlic (Allium sativum) has long been used as a medicinal herb to treat various
diseases, particularly the ones caused by bacterial infection. The allicin content of
garlic is known to have antibacterial property against Propionibacterium acnes, a
species of bacteria known to have a role in the pathogenesis of acne vulgaris. This
experiment is conducted to determine the effectivity of Allium sativum solution on
inhibiting Propionibacterium acnes growth. Solutions of 5%, 20%, 55%, 75%,
and 100% concentration were acquired by dissolving Allium sativum squash using
sterile distilled water. Each concentration was tested using disc diffusion method
on blood agar medium. Clindamycin and distilled water were used as positive and
negative control, respectively. The greater concentration of the solution garlic
produces the greater inhibition on the growth of Propionibacterium acne
(inhibition zone at the concentration of 55%; 75%; 100% at 1767; 19; 23 mm).
Results were compared to controls and analyzed using Mann-Whitney method. In
conclusion, garlic solution has antibacterial effectivity against the growth of
Propionibacterium acnes.
Keywords: garlic, allicin, antibacterial, Propionibacterium acnes, disc diffusion
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
ABSTRACT ....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
xiv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
5
2.1 Landasan Teori ..........................................................................................
5
2.1.1 Bawang Putih (Allium sativum) .......................................................
5
2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Bawang Putih ............................
5
2.1.1.2 Kandungan Bawang Putih ...................................................
6
2.1.1.3 Manfaat Bawang Putih.........................................................
7
2.1.2 Akne Vulgaris (Jerawat) ..................................................................
8
2.1.2.1 Definisi Akne Vulgaris ........................................................
8
2.1.2.2 Patogenesis Akne Vulgaris ..................................................
10
2.1.3 Morfologi dan Klasifikasi Propionibacterium acnes ......................
11
2.1.4 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif ............
13
2.1.5 Mekanisme Kerja Antibakteri ..........................................................
ix
14
2.1.6 Metode Pengujian Antibakteri ..............................................................
16
2.2 Kerangka Teori .........................................................................................
19
2.3 Kerangka Konsep ......................................................................................
19
2.4 Definisi Operasional .................................................................................
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
21
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................
21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................
21
3.3 Bahan yang Diuji ......................................................................................
21
3.4 Sampel Bakteri ..........................................................................................
21
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................
22
3.6 Alat dan Bahan Penelitian .........................................................................
22
3.6.1 Alat ..................................................................................................
22
3.6.2 Bahan ...............................................................................................
22
3.7 Cara Kerja Penelitian ................................................................................
22
3.7.1 Tahap Persiapan...............................................................................
22
3.7.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ......................................................
22
3.7.1.2 Persiapan dan Determinasi Bawang Putih .............................
22
3.7.1.3 Pembuatan Perasan Bawang Putih .........................................
23
3.7.1.4 Pembuatan Konsentrasi Larutan Bawang Putih .....................
23
3.7.1.5 Kultur Bakteri Propionibacterium acnes ...............................
24
3.7.2 Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih terhadap
Pertumbuhan Propionibacterium acnes ..........................................
24
3.8 Alur Penelitian ..........................................................................................
25
3.9 Analisa Data ..............................................................................................
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
27
4.1 Pembuatan Larutan Bawang Putih ............................................................
27
4.2 Pewarnaan Gram Bakteri Propionibacterium acnes.................................
28
4.3 Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum)
terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes ........................
29
4.4 Uji Kebermaknaan Konsentrasi Larutan Bawang Putih ............................
31
4.5 Pembahasan ................................................................................................
32
4.6 Keterbatasan Penelitian ..............................................................................
x
35
BAB V PENUTUP .........................................................................................
36
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................
36
5.2 Saran .........................................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
38
LAMPIRAN ....................................................................................................
41
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Hambatan Pertumbuhan Bakteri ....................................
16
Tabel 2.2 Definisi Operasional .......................................................................
20
Tabel 4.1.Hasil Analisis Multikomparasi dengan uji post hoc ........................
31
Tabel 4.2 Diameter Zona Hambat Bakteri Gram Positif dan Bakteri
Gram Negatif ...................................................................................
xii
34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Umbi/siung Bawang Putih (Allium sativum)................................
5
Gambar 2.2 Senyawa Kimia γ-glutamil-S-alk (en) il-L-sistein dan Allin .......
6
Gambar 2.3 Jalur pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein ........................
7
Gambar 2.4 Unit Pilosebaseus Normal ............................................................
9
Gambar 2.5 Tipe Dari Lesi Akne .....................................................................
9
Gambar 2.6 Patogenesis Akne .........................................................................
11
Gambar 2.7 Propionibacterium acnes .............................................................
12
Gambar 4.1 Larutan Bawang Putih Pada Berbagai Konsentrasi......................
27
Gambar 4.2 Pewarnaan GramPropionibacterium acnes..................................
28
Gambar 4.3 Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Propionibacterium acnes pada Agar Darah .....................
xiii
29
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori ...............................................................................
20
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................
20
Bagan 3.8 Alur Penelitian ................................................................................
26
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Diameter Rata-rata Zona Hambat ...................................................
xv
30
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan ............................................
41
Lampiran 2 Diameter Zona Hambat Pada Uji Antibakteri
Larutan Bawang Putih ...................................................................
42
Lampiran 3 Cara Menghitung Konsentrasi Larutan Bawang Putih .................
43
Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................
44
Lampiran 5 Hasil Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih
Terhadap Pertumbuhan Bakteri P. acnes .....................................
45
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup ...................................................................
46
xvi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan ramuan tumbuh-tumbuhan sebagai pengobatan tradisional
saat ini mulai meningkat peminatnya, hal ini karena pengobatan dengan ramuan
tradisional lebih murah dan mengingat Indonesia memiliki potensi tanaman obat
yang tinggi, jadi tidak sulit untuk didapatkan. Bawang putih (Allium sativum)
merupakan salah satu tanaman yang memiliki khasiat obat. 1 Sejak 5000 tahun lalu
bawang putih berguna untuk gangguan pencernaan, batuk, gangguan kulit, dan
selama perang dunia 1 bawang putih digunakan sebagai antiseptik. 2
Bawang putih memiliki kandungan biologi dan farmakologi seperti,
antijamur, antibakteri, antitumor, antiinflamasi,
antitrombotik, dan sifat
hipokolesterolemik.3 Sifat antibakteri dari ekstrak bawang putih (Allium sativum)
telah dibuktikan oleh peneliti sebelumya Hernawan et al.,(2003) yang menyatakan
bahwa bawang putih (Allium sativum) memiliki aktivitas antibiotik yang luas,
baik bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. 1 Juga dibuktikan oleh Hindi
(2013) yang menyatakan bahwa ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat
menghambat bakteri patogen diantaranya 5 bakteri Gram positif yaitu
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pyogenes,
Streptococcus pneumoniae, Enterococcus faecalis dan 9 bakteri Gram negatif
yaitu Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas fluresence, Proteus vulgaris,
Proteus mirabilis, Escherichia coli, Enterobacter aerugenes,
Klebsiella
pneumoniae, Salmonella typhi, Acinetobacter.4 Efektifitas bawang putih `dalam
menghambat dan membunuh bakteri disebabkan oleh diallydisulphide (DADS)
dan diallytrisulphide (DATS) yang dihasilkan oleh allisin. Senyawa tersebut
bekerja dengan mereduksi sistein dalam tubuh bakteri yang kemudian ikatan
disulfida dalam proteinnya akan terganggu.1 Kandungan bawang putih
dimanfaatkan pula untuk akne vulgaris, manfaatnya yaitu dapat mengobati akne.5
1
2
Akne vulgaris merupakan peradangan kronik folikel sebasea. Distribusi akne
terdapat pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea yaitu pada wajah,
leher, dada, punggung dan bahu. Lesi yang tampak pada kulit adalah komedo,
papul, pustul, nodus dan kista.6,7 Pada negara bagian barat seperti Amerika
Serikat, akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang sering melanda remaja
sekitar 79%-95%.8 Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian poliklinik kulit
dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2009-2011, sebanyak
10.003 pasien yang berkunjung pada periode tersebut sekitar 121 (3,59%)
merupakan pasien dengan
akne vulgaris, perempuan merupakan penderita
terbanyak dengan jumlah 75 pasien (61,9%), usia terbanyak adalah 15-24 tahun
dengan jumlah 76 pasien (62,8%).9 Sylvia Lusita (2010) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa bakteri terbanyak yang ditemukan pada lesi akne adalah
Propionibacterium acnes sebesar 78,8%, dan Staphylococcus epidermidis 63,6%.6
Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit.
Propionibacterium acnes merupakan bakteri Gram positif, pleomorfik, dan
bersifat anaerob aerotoleran. Bakteri ini berperan dalam pembentukan akne,
dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit
sehingga menyebabkan peradangan. Akibat peradangan tersebut menyebabkan
Propionibacterium acnes berproliferasi dan memperparah lesi inflamasi dengan
merangsang
produksi
sitokin
proinflamasi.
Dengan
besarnya
pengaruh
Propionibacterium acnes terhadap akne, peneliti tertarik untuk menggunakan
bakteri ini dalam penelitian.10,11,12
Niyomkam (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan metode
well diffusion yang menunjukan ekstrak bawang putih (Allium sativum) mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan konsentrasi 5
mg/disk.13 Sebagian besar bahan uji adalah ekstrak bawang putih (Allium sativum)
yang digunakan dalam suatu penelitian, dan tidak banyak yang menggunakan
larutan bawang putih (Allium sativum) dalam pengaruhnya terhadap suatu bakteri.
Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui
efektivitas larutan bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri
3
Propionibacterium acnes yang merupakan flora normal di kulit manusia dan dapat
berpotensi sebagai patogen, Propionibacterium acnes juga bakteri yang paling
sering menjadi penyebab dari akne vulgaris. Penelitian ini meliputi uji efektivitas
larutan bawang putih (Allium sativum) dalam berbagai konsentrasi terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan metode disc diffusion.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah
penelitian adalah bagaimana efektivitas larutan bawang putih (Allium sativum)
terhadap Propionibacterium acnes?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui efektivitas bawang putih (Allium sativum) terhadap
pertumbuhan Propionibacterium acnes.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsentrasi daya hambat larutan bawang putih
(Allium
sativum)
terhadap
Propionibacterium
acnes
dengan
konsentrasi 5%, 20%, 55%, 75%, dan 100%.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Untuk masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
masyarakat tentang pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum)
terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes.
b. Untuk institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak bawang putih (Allium
sativum) terhadap pertumbuhan Propionibacterium acnes.
4

Sebagai sumber referensi bagi praktisi yang tertarik dalam penelitian
tanaman obat.

Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lanjut
mengenai daya hambat perasan bawang putih (Allium sativum)
terhadap Propionibacterium acnes.
c. Untuk peneliti

Meningkatkan pengetahuan mengenai daya hambat larutan bawang
putih (Allium sativum) terhadap bakteri Propionibacterium acnes.

Sebagai sarana untuk menerapkan keilmuan mikrobiologi klinik
dalam penelitian, serta melatih keterampilan laboratorium riset.
5
6
Klasifikasi ilmiah bawang putih adalah sebagai berikut:14
Kingdom
: Plantae
Sub-Kingdom
: Tracheobionta
Super division
: Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Sub-Class
: Liliidae
Order
: Liliales
Family
: Liliaceae
Genus
: Allium L.
Spesies
: Allium sativum L.
2.1.1.2 Kandungan Bawang Putih 1, 14
Bawang putih mengandung sekitar 65% air, 28% karbohidrat (terutama
fruktosa), 2,3% senyawa organosulfur, 2% protein (terutama alliinase), 1,2%
asam amino bebas (terutama arginin), dan 1,5% serat. 16 Senyawa organosulfur
yang penting dari bawang putih yaitu asam amino non-volatil γ-glutamil-S-alk
(en) il-L-sistein dan S-alk(en)il-sistein sulfoksida atau alliin.1
Gambar 2.2 Senyawa Kimia γ-glutamil-S-alk (en) il-L-sistein dan Allin
Sumber: Hernawan et al,. 2003
7
Dari
γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein
akan
menghasilkan
dua
jalur
pembentukan, yaitu S-allil sistein (SAC) dan thiosulfinat. Thiosulfinat ini yang
akan menghasilkan senyawa allisin. Allisin merupakan prekursor pembentukan
allil sulfida seperti diallil disulfida (DADS), diallil trisulfida (DATS), diallil
sulfida (DAS), metallil sulfida, dipropil sulfida, dipropil disulfida, allil merkaptan,
dan allil metil sulfida.1 Dengan bantuan beberapa enzim, γ-glutamil-S-alk(en)ilL-sistein juga berperan dalam pembentukan alliin. Ketika bawang putih diiris-iris
atau dihaluskan, enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin
menghasilkan asam allil sufenat yang kemudian mengalami kondensasi dan
menghasilkan allisin, asam piruvat dan ion NH4+.1
Gambar 2.3 Jalur pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)il-L-sistein
Sumber: Hernawan et al,. 2003
2.1.1.3 Manfaat Bawang Putih 1, 16
Bawang putih salah satunya dapat dimanfaatkan dalam bentuk AGE (Aged
Garlic Extract). AGE dapat melindungi jaringan dari hipersensitivitas radiasi
sinar ultraviolet B. AGE juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan dapat
mencegah
perkembangan
metastasis
tumor.
AGE
mampu
menghambat
8
karsinogenesis, sejak stadium awal kerusakan DNA sampai stadium akhir, baik
pada jaringan kelenjar payudara, epitel kulit, usus besar, maupun lambung. 1
Bawang putih memiliki potensi sebagai antimikroba, kemampuan dalam
menghambat pertumbuhan mikroba meliputi virus, bakteri, protozoa, dan jamur.
Fungsi bawang putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri memiliki spektrum
yang luas, karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif maupun
bakteri Gram negatif. DADS dan DATS yang merupakan kandungan dari bawang
putih memiliki berpotensi sebagai antibakteri. Cara senyawa ini bekerja dengan
mereduksi sistein dalam bakteri yang akhirnya mengganggu ikatan disulfida
dalam protein bakteri.1 Senyawa sulfur dari bawang putih juga memiliki efek
antibakteri, dengan cara mengubah reaksi senyawa tiol pada enzim bakteri dan
protein lainnya serta RNA dan DNA polimerase (yang dibutuhkan untuk replikasi
kromosom bakteri), sehingga mengganggu metabolisme bakteri, virulensi bakteri,
dan pertumbuhan bakteri.16
2.1.2 Akne Vulgaris (Jerawat)
2.1.2.1 Definisi Akne Vulgaris 7, 17, 18, 19
Akne vulgaris adalah suatu kondisi dimana kulit mengalami proses
peradangan kronik pada kelenjar-kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea memiliki selsel yang berisi lemak yang kemudian menghasilkan sebum yang merupakan
substansi berminyak yang terdiri dari trigliserida, kolesterol, dan asam lemak
bebas yang berpotensi memicu inflamasi. Sebum berfungsi memberi minyak pada
rambut dan lapisan kulit bagian luar. Dengan adanya obstruksi pada unit
pilosebasea seperti rambut, folikel rambut, dan kelenjar sebasea, maka
terbentuklah akne. Lesi dari akne vulgaris biasanya terdapat pada daerah yang
memiliki kelenjar sebasea, yaitu pada daerah wajah, leher, punggung dan bahu.
Akne vulgaris dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi pada
remaja, sekitar 85% terjadi pada usia 12-24 tahun.
9
Gambar 2.4 Unit Pilosebaseus Normal
Sumber: Baxi, 2007 20
Tipe dari lesi akne vulgaris terdiri dari mikrokomedo yang merupakan lesi
paling dini tampak pada kulit, komedo putih (whitehead) atau komedo tertutup
(blackhead). Akne vulgaris juga ditandai dengan pembentukan papula, pustula,
nodul, dan kista, hal ini terjadi akibat perkembangan dari peradangan.
Gambar 2.5 Tipe Dari Lesi Akne
Sumber:Marcini, 2008
10
2.1.2.2 Patogenesis Akne Vulgaris 6, 18, 19, 21, 22
Dalam proses terjadinya akne vulgaris terdapat 4 faktor yang berpengaruh,
yaitu:

Peningkatan produksi sebum
Pada penderita akne vulgaris terjadinya peningkatan produksi sebum
oleh kelenjar sabasea diakibatkan oleh peningkatan hormon androgen
yang biasanya terjadi saat masa pubertas, umumnya dimulai pada usia
8-9 tahun.

Keratinisasi folikel abnormal
Ketika sebum disekresikan, terjadi juga peningkatan jumlah sel epitel
yang melapisi folikel dan keratinisasi dalam folikel. Sehingga terjadi
penumpukan dari sebum, sel-sel epitel, dan keratin, hal ini
menyebabkan pembengkakan pada folikel,dan gambaran klinis yang
terlihat berupa lesi yang paling dini terjadi yaitu mikrokomedo.

Proliferasi Propionibacterium acnes
Dengan
adanya
peningkatan
produksi
sebum,
maka
akan
memfasilitasi Propionibacterium acnes untuk berkoloni dan mulai
menginfeksi. Salah satu kandungan dari sebum yaitu trigliserida akan
diubah oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh Propionibacterium
acnes menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas yang
akan digunakan untuk membantu metabolisme Propionibacterium
acnes. Di dalam folikel, Propionibacterium acnes berproliferasi dan
menyebabkan infiltrasi dari sel-sel imun seperti limfosit CD4 dan
neutrofil.

Reaksi inflamasi
Propionibacterium acnes dapat
merusak dinding folikel dan
menyebar ke lapisan dermis disekitarnya sehingga menimbulkan
reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi yang terjadi pada akne vulgaris
menyebabkan timbulnya respon kekebalan tubuh, Propionibacterium
acnes yang melepaskan faktor kemotraktan kemudian menarik sel-sel
kekebalan tubuh seperti neutrofil, monosit, dan limfosit. Proses
11
inflamasi diawali dengan infiltrasi limfosit CD4 pada unit pilosebasea.
Propionibacterium acnes yang berada pada folikel akan difagosit oleh
neutrofil. Produksi sitokin dalam reaksi inlfamasi ini melibatkan toll
like receptor, terutama toll like receptro 2. Propionibacterium acnes
juga menstimulasi produksi sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-8, IL12, dan TNF-α.
Gambar 2.6 Patogenesis Akne (Jerawat)
Sumber: Tahir, Muhammad. 2010
2.1.3 Morfologi dan Klasifikasi Propionibacterium acnes 10, 11, 19, 23, 24
Propionibacterium acnes merupakan bakteri flora normal pada kulit,
biasanya bakteri ini terdapat pada folikel sabasea. Tidak hanya itu,
Propionbacterium acnes juga dapat ditemukan pada jaringan manusia, paru-paru,
dan jaringan prostat.24 Kulit merupakan habitat utama dari Propionibacterium
acnes, namun dapat juga diisolasi dari rongga mulut, saluran pernafasan bagian
atas, saluran telinga eksternal, konjungtiva, usus besar, uretra, dan vagina. 24
Propionibacterium acnes termasuk bakteri Gram positif, pleomorfik, dan
bersifat anaerob aerotoleran.10 Propionibacterium acnes memiliki lebar 0,5-0,8
µm dan panjang 3-4 µm, bakteri ini berbentuk batang dengan ujung meruncing
atau kokoid (bulat).24
12
Klasifikasi Propionibacterium acnes adalah:10,25
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Actinobacteria
Class
: Actinomycetales
Order
: Propionibacterineae
Family
: Propionibacteriaceae
Genus
: Propionibacterium
Species
: Propionibacterium acnes
Gambar 2.7 Propionibacterium acnes
Sumber: Bruggeman, 2010
Pada akne vulgaris, ketika terjadi akumulasi sebum pada unit pilosebasea,
maka akan memfasilitasi Propionibacteriium acnes untuk berproliferasi, karena
trigliserida yang terdapat pada sebum akan diubah dengan bantuan enzim lipase
yang dihasilkan oleh Propionibatrerium acnes menjadi digliserida, monogliserida,
dan asam lemak bebas, kemudian ketiga zat tersebut diubah menjadi gliserol yang
akan digunakan untuk metabolisme Propionibacterium acnes.19 Unit pilosebasea
yang terinfeksi oleh Propionibacterium acnes akan menyebabkan timbulnya
respon inflamasi, sehingga gambaran klinis yang timbul berupa papula, pustula,
nodul, dan kista.11
13
Selain akne vulgaris, Propionibacterium acnes juga terlibat dalam
beberapa penyakit seperti osteomielitis, peritonitis, infeksi gigi, reumatoid artritis,
abses otak, empiema subdural, keratitis, ulkus kornea, endoftalmitis, sarkoidosis,
dan
radang
prostat.
Sedangkan
penyakit
yang
melibatkan
infeksi
Propionibacterium acnes dan terkait alat-alat medis (kateter, prosthetic joints,
implants, dan lain-lain) yaitu konjungtivitis akibat lensa kontak, shunt nephritis,
shunt-associated central nervous system infections, dan anaerobic arthritis.23
2.1.4 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif 10, 26, 27
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik uniseluler, bakteri
memperbanyak dirinya dengan pembelahan sel dan selnya secara khas terdapat
pada dinding sel bakteri. Bakteri diklasifikasikan menjadi bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif, dan dapat dibedakan dengan menggunakan pewarnaan
Gram. Dengan pewarnaan Gram, bakteri Gram positif akan menunjukan warna
ungu dan bakteri Gram negatif menunjukan warna merah.
Perbedaan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif terletak pada
dinding selnya. Dindig sel pada bakteri berfungsi sebagai penentu bentuk sel,
melindungi isi sel dari pengaruh lingkungan luar sel, dan proteksi terhadap
tekanan osmotik, dimana ketika tekanan dari dalam sel lebih besar dibanding luar
sel, dinding sel akan melindungi bakteri agar tidak pecah. Dinding sel bakteri
terdiri dari peptidoglikan atau dikenal dengan murein, semakin tebal lapisan
peptidoglikan pada suatu bakteri, maka meyebabkan bakteri tersebut kaku.
Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang banyak mengandung
lapisan peptidoglikan yaitu sekitar 40 lembar lapisan peptidoglikan. Bakteri Gram
positif juga mengandung polisakarida dan asam teikoat yang mengandung alkohol
dan fosfat, salah satu fungsi asam teikoat sebagai penyedia ion magnesium ke
dalam sel, karena kemampuannya yang dapat mengikat ion magnesium.
Sedangkan, bakteri Gram negatif mengandung satu atau beberapa lapisan
peptidoglikan dan mengandung membran luar yang berfungsi melindungi sel dari
14
garam empedu dan memiliki kemempuan untuk mengeluarkan molekul hidrofilik.
Molekul antibiotik yang besar cenderung lebih lambat ketika menembus membran
luar. Bakteri Gram negatif juga mengandung lipoprotein yang berfungsi
menstabilkan membran luar dan merekatkannya ke lapisan peptidoglikan. Dalam
bakteri Gram negatif terdapat ruang periplasmik, yaitu ruangan antara mebran
bagian dalam dan luar, pada ruangan ini terdapat enzim degradasi konsentrasi
tinggi dan protein-protein transpor.
2.1.5 Mekanisme Kerja Antibakteri 28, 29
Antibakteri merupakan suatu obat yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, antibakteri dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakterisidal. Istillah
bakteriostatik digunakan ketika suatu obat dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, sedangkan istilah bakterisidal digunakan ketika suatu obat dapat
membunuh bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi
5, yaitu:
A.
Menghambat metabolisme sel
Asam folat dibutuhkan oleh bakteri untuk kelangsungan hidupnya.
Asam folat tersebut didapatkan dari asam para amino benzoat
(PABA) yang kemudian disintesis sendiri oleh bakteri untuk
kebutuhan hidupnya. Untuk mengganggu kehidupan dari bakteri,
sulfonamid yang memiliki kemiripan struktur dengan PABA akan
berkompetisi untuk ikut dalam pembentukan asam folat, sehingga
terbentuk analog asam folat yang nonfungsional. Contoh obat lain
yang dapat menghambat metabolisme sel adalah trimetoprim, paminosalisilat (PAS), dan sulfon. Maka dengan mekanisme kerja
ini diperoleh efek bakteriostatik.
B. Menghambat sintesis dinding sel
Dinding sel bakteri memiliki tekanan osmotik internal yang tinggi
dan berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan ukuran sel. Maka
ketika terjadi kerusakan pada dinding sel, ini akan menyebabkan
15
terjadinya lisis. Mekanisme kerja ini diperoleh efek bakterisidal.
Contoh obat yang dapat menghambat sintesis dinding sel adalah
penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.
C. Mengganggu keutuhan membran sel
Membran sitoplasma memiliki peranan yang penting bagi sel,
karena berfungsi sebagai sawar permeabilitas yang selektif,
melakukan transpor aktif, dan mengontrol komposisi dalam sel.
Ketika membran sitoplasma sel mengalami kerusakan, maka
menyebabkan keluarnya makromolekul seperti protein, asam
nukleat, nukleotida, dan ion-ion penting lain. Contoh obat yang
dapat mengganggu keutuhan membran sel adalah polimiksin,
polien, azoles, dan amfoterisin B. Mekanisme kerja ini diperoleh
efek bakterisidal.
D. Menghambat sintesis protein sel
Bakteri membutuhkan protein untuk kelangsungan hidupnya.
Sintesis protein sel berlangsung didalam ribosom. Bakteri memiliki
ribosom yang terdiri dari 2 sub unit, 30S dan 50S. Kemudian kedua
komponen tersebut menyatu menjadi ribosom 70S agar dapat
digunakan untuk sisntesis protein. Kerusakan atau penghambatan
pada proses tersebut menyebabkan gangguan pada protein sel.
Contoh obat yang dapat menghambat sintesis protein sel adalah
aminoglikosid,
makrolid,
linkomisin,
tetrasiklin,
dan
kloramfenikol.
E. Menghambat sintesis asam nukleat sel
Contoh obat yang dapat menghambat sintesis asam nukleat sel
adalah
rifampisin,
trimetropim,
pirimetamin
dan
golongan
kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-RNA
sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA. Golongan kuinolon
menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang berfungsi
menata kromosom yang panjang sehingga bentuknya spiral dan
akhirnya muat didalam sel.
16
2.1.6 Metode Pengujian Antibakteri 10, 26, 30, 31,32
Uji antibakteri digunakan untuk mengukur kerentanan bakteri terhadap
suatu antibakteri. Metode yang digunakan untuk menguji antibakteri, yaitu:
A. Metode Difusi
Pada metode ini zat antibakteri diletakan pada media perbenihan
yang telah diinokulasi oleh bakteri, kemudian diinkubasi dan
dihitung zona jernih disekitar zat antibakteri yang dinterpretasikan
sebagai daya hambat pertumbuhan bakteri oleh zat antibakteri. 27
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan pada metode ini,
yaitu:
 Metode disc diffusion
Metode ini bertujuan untuk menentukan aktivitas zat antibakteri.
Cakram disk yang mengandung zat antibakteri diletakan diatas
media agar yang telah ditanami bakteri, kemudian diinkubasi
selama 24 jam atau lebih. Hitumg zona hambat yang berada di
sekeliling
cakram
disk.
Efektivitas
aktivitas
antibakteri
didasarkan pada pembentukan zona hambat yang ditunjukan
pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Diameter Zona Terang
Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm
Kuat
16-20 mm
Sedang
10-15 mm
Lemah
<10 mm
Tidak ada
Sumber: Greenwood.1995
 E-test
Metode ini bertujuan untuk mengukur kadar hambat minimum
suatu zat antibakteri. Strip yang mengandung zat antibakteri
yang mengandung kadar terendah sampai tertinggi diletakan
pada media agar yang telah ditanami bakteri. Hambatan
17
pertumbuhan bakteri dapat dilihat dengan adanya area jernih di
sekitar strip.
 Ditch-plate technique
Metode parit ini dilakukan dengan cara membuat potongan
membujur pada media agar sehingga terbentuk parit, kemudian
diisi oleh zat antibakteri dan bakteri uji (maksimum 6 macam)
digoreskan kedalam parit.
 Cup-plate technique
Pada metode ini, media agar dibuat sumur dan ditanami bakteri,
kemudian baerikan zat antibakteri pada sumur tersebut.
 Gradient-plate technique
Konsentrasi zat antibakteri pada metode ini bervariasi mulai dari
nol sampai maksimal. Media agar yang telah dicairkan
ditambahkan zat antibakteri, campuran tersebut dimasukkan ke
dalam cawan petri dan diletakan dengan posisi miring,
selanjutnya dituang di atasnya, inkubasi selama 24 jam agar zat
antibakteri berdifusi maksimal. Bakteri yang diuji (maksimal 6)
digoreskan pada plate tersebut mulai dari konsentrasi tinggi ke
rendah. Hasilnya diinterpretasikan sebagai panjang total
pertumbuhan bakteri maksimal yang mungkin dibandingkan
dengan panjang pertumbuhan aktual hasil goresan.
B. Metode Dilusi
Metode dilusi ini bertujuan untuk menentukan zat antibakteri yang
dibutuhka untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri
yang akan diuji. Hasil pengamatan pada metode ini dapat diukur
dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) Terdapat 2 cara untuk metode dilusi ini, yaitu:
 Metode dilusi cair/ broth dilution test
Cara untuk melakukan metode ini yaitu dengan mengencerkan
zat antibakteri terlebih dahulu, kemudian bakteri dimasukkan
kedalam berbagai konsentrasi zat antibakteri yang akan diuji
pada media cair. Setelah itu inkubasi selama 18-24 jam, dan
18
diamati pertumbuhan bakteri dengan melihat kekeruhan dari
cairan.
 Metode dilusi padat/ solid dilution test
Pada metode ini, zat antibakteri yang akan diuji digabungkan ke
dalam agar, tanami bakteri diatas permukaannya. Konsentrasi
dari masing-masing zat antibakteri dibagi dengan membuat
permukaan agar menjadi kotak-kotak. Inkubasi selama 24 jam
atau lebih, dan dapat dihitung pertumbuhan dari bakteri yang
diuji tersebut.
19
2.2 Kerangka Teori
Perasan bawang putih
Alisin
Diallytrisulphide
(DATS)
Diallydisulphide
(DADS)
Menghambat sintesis
protein dan asam nukleat
bakteri
9DADS)
Gangguan pertumbuhan
Propionibacterium acnes
Bagan 2.1 Kerangka teori
2.3 Kerangka Konsep
Perasan bawang putih
dalam konsentrasi
5%, 20%, 55%, 75%,
100%
Biakan bakteri
Propionibacterium
acnes
Pertumbuhan
bakteri normal
Bagan 2.2 Kerangka konsep
Pertumbuhan
bakteri terhambat
20
2.4 Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
Alat ukur
Hasil ukur
Operasional
1
Zona hambat
Daerah tidak
Skala
ukur
Penggaris
Diameter
Propionibacterium ditemukannya
zona
acnes
pertumbuhan
hambat
Propionibacterium
(mm)
Numerik
acnes
2
Konsentrasi
Perasan bawang
Mikropipet jumlah
perasan bawang
putih yang
perasan
putih
dilarutkan dengan
sesuai
etanol 96%
dengan
dengan berbagai
berbagai
konsentrasi
konsentrasi
Kategorik
(%)
3
Larutan kontrol
Larutan kontrol
Mikropipet Cakram uji
negatif
negatif yang berisi
berisi
aquades steril
aquades
Kategorik
steril
4
Kontrol positif
Kontrol positif
Tidak ada
Jumlah
yang berupa kertas
cakram 1
cakram yang berisi
buah berisi
antibiotik
antibiotik
klindamisin
klindamisin
Kategorik
21
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik dengan
teknik disc diffusion untuk melihat pengaruh larutan bawang putih (Allium
sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni
2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses determinasi bawang putih (Allium
sativum) dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun
Raya Bogor.
3.3 Bahan Yang Diuji
Bahan yang diuji dalam penelitian adalah bawang putih yang dibeli dipasar
tradisional Bogor yang kemudian diperas dan dilarutkan dengan pelarut aquades
steril.
3.4 Sampel Bakteri
Bakteri Propionibacterium acnes diisolasi pada media agar darah dan
dinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Dan telah dibuktikan bentuk dan
sifatnya dengan pewarnaan Gram.33,34
21
22
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini adalah larutan bawang putih dengan
konsentrasi 5%, 20%, 55%, 75%, 100%. Sedangkan variabel terikat adalah
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes pada medium Agar Darah, yang
kemudian dilakukan pengukuran zona hambat yang terbentuk.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1
Alat
Tabung reaksi, ose, bunsen, mikropipet, pinset, vortex, cawan petri,
korek api, swab kapas, tisu, rak tabung, penggaris, kamera, baki, autoclave,
alat tulis, label, laminar air flow, inkubator, kasa, lumpang dan alu, plastik
tahan panas, sarung tangan, masker, timbangan digital.
3.6.2
Bahan
Perasan bawang putih, media agar darah, aquades steril, thioglikolat,
larutan standar 0,5 mF, alkohol 70%, biakan bakteri Propionibacterium
acnes, cakram uji antibiotik klindamisin, cakram uji kosong.
3.7 Cara Kerja Penelitian
3.7.1
Tahapan Persiapan
3.7.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat yang diigunakan pada penilitan ini dicuci bersih, kemudian
disterilisasi didalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC dengan tekanan
1,5 atm.33,34
3.7.1.2 Persiapan dan Determinasi Bawang Putih
Pembelian bawang putih dari pasar di Bogor sebanyak 2 Kg. Kemudian
bawang putih tersebut dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Kebun Raya Bogor untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang
digunakan. Dengan cara mencocokan morfologi yang ada pada bawang putih
terhadap kepustakaan dan dibuktikan dibidang Botani Pusat Penelitian Biologi
LIPI Kebun Raya Bogor.
23
3.7.1.3 Pembuatan Perasan Bawang Putih
Pembuatan perasan dilakukan dengan mengupas terlebih dahulu bawang
putih, kemudian ditimbang sebanyak 350 gram dengan timbangan digital. Bawang
putih dimasukan kedalam plastik, dan ditumbuk hingga halus menggunakan
lumpang dan alu. Hasil tumbukkan diperas dengan menggunakan kasa yang
sebelumnya sudah disterilisasi. Perasan ditampung pada cawan petri yang sudah
disterilisasi.35
3.7.1.4 Pembuatan Konsentrasi Bawang Putih
Konsentrasi larutan bawang putih yang divariasikan dengan menggunakan
pelarut aquades steril yaitu 5%, 20%, 55%, 75%, 100%. Kontrol negatif yang
digunakan adalah aquades steril dan kontrol positif adalah antibiotik klindamisin.
Semua konsentrasi larutan bawang putih dibuat dalam 5 ml:
 Konsentrasi larutan bawang putih 5%
Pembuatan konsentrasi larutan bawang putih 5% adalah dengan melarutkan
0,25 ml perasan bawang putih ke dalam 4,75 ml aquades steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 20%
Pembuatan konsentrasi larutan bawang putih 20% adalah dengan melarutkan 1
ml perasan bawang putih ke dalam 4 ml aquades steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 55%
Pembuatan konsentrasi larutan bawang putih 55% adalah dengan melarutkan
2,75 ml perasan bawang putih ke dalam 2,25 ml aquades steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 75%
Pembuatan konsentrasi larutan bawang putih 75% adalah dengan melarutkan
3,75 ml perasan bawang putih ke dalam 1,25 ml aquades steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 100%
Pembuatan konsentrasi larutan bawang putih 100% adalah dengan 5 ml perasan
bawang putih tanpa dilarutkan dengan aquades steril.
24
3.7.1.5 Kultur Bakteri Propionibacterium acnes
Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak dan
meremajakan bakteri dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri
Propionibacterium acnes ke dalam agar darah, kemudian diinkubasikan pada
suhu 37oC selama 24 jam didalam inkubator.33,34
3.7.2 Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acnes
Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri
Propionibacterium acnes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi Thioglikolat
steril. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan kekeruhannya
distandarisasi
dengan
Propionibacterium
konsentrasi
acnes
0,5
Mc
kemudian dioleskan
Farland.
pada
Suspensi
media
agar
bakteri
darah
menggunakan swab kapas steril. Cakram uji kosong yang telah direndam dalam
masing-masing konsentrasi perasan bawang putih kemudian diletakan diatas
permukaan agar darah secara steril di laminar air flow. Lalu diinkubasi kedalam
inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah itu diukur diameter zona terang
(clear zone) yang terbentuk dengan menggunakan penggaris. Penelitian ini
dikerjakan secara triplo.33,34
25
3.8 Alur penelitian
Kultur bakteri
Propionibacterium
acnes di media Agar
Darah
Bakteri Propionibacterium
acnes diambil dan dicampurkan
ke dalam larutan pengencer
thioglikolat
Pembuatan konsentrasi larutan
bawang putih 5%, 20%, 55%,
75%, 100%, kemudian masukan ke
dalam cawan petri
Thioglikolat dan
Propionibacterium acnes
divortex hingga homogen
Suspensi bakteri
Propionibacterium acnes
dibandingkan kekeruhannya
dengan larutan standar 0,5 Mc
Farland
Rendam blank disc dalam
cawan petri selama 20
menit
Usapkan bakteri ke media
Agar Darah dengan swab
kapas steril
Disc dilatekan di media Agar
Darah yang telah ditanami
Propionibacterium acnes
Inkubasi selama 24 jam
pada suhu 37oC
Hitung diamtere zone terang
disekeliling disc dan tentukan
potensi antibakteri
Kontrol positif antibiotik
klindamisin
Kontrol negatif
aquades steril
26
3.9 Analisa Data
Data dari hasil penelitian pengaruh ekstrak bawah putih terhadap
Propionibacterium acnes dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.0 bertujuan
untuk melihat adakah perbedaan bermakna dari masing-masing cakram uji yang
mengandung kontrol negatif, kontrol positif dan berbagai konsentrasi ekstrak
bawang putih dalam menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes. Data
pada penelitian ini beruapa variabel katagorik numerik lebih dari 2 kelompok
tidak berpasangan singga menggunakan uji one way ANOVA
jika distribusi
normal. Namun jika distribusi tidak normal maka menggunakan uji nonparametrik
yakni Uji Kruskall-Wallis. Analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney
dilakukan
untuk
kebermaknaan.
menentukan
pada
konsentrasi
mana
yang
memiliki
27
28
4.2 Pewarnaan Gram Bakteri Propionibacterium acnes
Propionibacterium acnes termasuk bakteri Gram positif dan memiliki
bentuk batang. Bakteri Propionibacterum acnes yang digunakan pada penelitian
didapatkan dari mikrobiologi Universitas Indonesia. Bakteri tersebut dibuktikan
bentuk dan sifatnya dengan pewarnaan Gram di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil
dari pewarnaan Gram menunjukan bakteri berwarna ungu yang menyatakan
bahwa bakteri termasuk bakteri Gram positif dan bakteri berbentuk batang.
Gambar 4.2 Pewarnaan Gram Propionibacterium acnes
29
4.3 Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes
Penelitian ini menggunakan uji metode disc diffusion secara triplo dengan
konsentrasi larutan bawang putih 5%, 20%, 55%, 75%, 100%. Agar darah yang
telah terinokulasi bakteri Propionibacterium acnes diletakkan blank disc yang
telah direndam selama 20 menit pada berbagai konsentrasi laruta bawang putih.
Setalah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 o C, akan terbentuk zona jernih
(clear zone) disekeliling blank disc yang menunjukkan adanya respon
penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri yang
terdapat dalam larutan bawang putih. Larutan bawang putih diketahui
memberikan efek menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes
yang terlihat dengan adanya zona hambat disekitar blank disc.
20%
55%
75%
K (-)
K (+)
100%
5%
Gambar 4.3 Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes pada Agar Darah
30
Zona Hambat (mm)
40,0000
35,0000
30,0000
25,0000
20,0000
15,0000
10,0000
5,0000
0,0000
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi konsentrasi
5%
20%
55%
75%
100%
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
klindamisin
Koonsentrasi Larutan Baawang putih (%)
Grafik 4.1 Diameter Rata-Rata Zona Hambat
Pada hasil pengamatan, didapatkan berbagai diameter zona hambat yang
terbentuk dari masing-masing konsentrasi larutan bawang putih yang digunakan
pada penelitian. Rata-rata diameter pada konsentrasi 100% sebesar 23 mm dengan
standar deviasi 1. Pada konsentrasi 75% sebesar 19 mm dengan standar deviasi 1.
Pada konsentrasi 55% sebesar 17,67 mm dengan standar deviasi 1,15470. Pada uji
kontrol positif yang menggunakan antibiotik klindamisin terbentuk zona hambat
dengan rata-rata sebesar 35 dengan standar deviasi 1. Sedangkan pada konsentrasi
5%, 20%, dan kontrol negatif berupa aquades steril tidak terbentuk zona hambat,
ini memberikan arti bahwa tidak adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes.
Berdasarkan hasil uji penelitian diatas, dapat dinyatakan bahwa dengan
meningkatnya konsentrasi larutan bawang putih menunjukan bahwa terjadi
kenaikan dari diameter zona hambat, hal ini menunjukan bahwa pertambahan
konsentrasi larutan bawnag putih berbanding lurus dengan bertambah kuatnya
zona hambat pertumbuhan bakteri.
31
4.4 Uji Kebermaknaan Konsentrasi Larutan Bawang Putih
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik efektivitas larutan bawang putih
(Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan
komperatif variabel numerik. Data yang didapatkan tidak memenuhi syarat untuk
dilakukannya uji One Way Anova karena distribusi data tidak normal, maka
menggunakan uji Krusall-Wallis. Kemudian dilakukan uji Post Hoc dengan uji
Mann-Whitney. Pada uji Kruskall-Wallis nilai signifikansi dikatakan bermakna
jika p < 0,05, dan pada penelitian ini uji Kruskall-Wallis menunjukan nilai
signifikansi 0,003 yang berarti data penelitian ini bermakna, hal ini menyatakan
bawang
putih
mempunyai
efektivitas
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterrium acnes.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan uji Mann- Whitney
Konsentrasi
5%
5%
20%
55%
75%
100%
Kontrol
negatif
20%
55%
75%
100%
Kontrol
negatif
Klindamisin
1,00
0,034*
0,037*
0,037*
1,00
0,037*
0,034*
0,037*
0,037*
1,00
0,037*
0,178
0,046*
0,034*
0,046*
0,050*
0,037*
0,037*
0,050*
0,050*
0,037*
Klindamisin
Berdasarkan hasil statistik analisis Post Hoc dengan menggunakan uji
Mann-Whitney didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap
konsentrasi dengan kontrol positif berupa antibiotik klindamisin dengan nilai
signifikansi <0,05.
32
4.5 Pembahasan
Pada penelitian ini, diketahui larutan bawang putih mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Didapatkan respon hambatan
sedang pada konsentrasi 55% dengan rata-rata diameter 17, 67 mm dan 75%
dengan rata-rata diameter 19 mm, dan pada konsentrasi 100% dengan rata-rata
diameter 23 mm didapatkan respon hambatan kuat.
Menurut Kirana (2010) yang melakukan penelitian mengenai uji aktivitas
tumbukan kasar bawang putih terhadap Staphylococcus aureus dengan metode
disc diffusion menunjukan bahwa larutan bawang putih yang memiliki respon kuat
yaitu konsentrasi 100% dengan diameter 38,5 mm, konsentrasi 50% dengan
diameter 31,8 mm, konsentrasi 25% dengan diameter 36,5 mm, dan konsentrasi
10% dengan diameter 25 mm.33
Perbedaan diameter zona hambat pada penelitian ini dengan penelitian
Kirana (2010) dipengaruhi oleh konsentrasi yang digunakan, bakteri yang diuji
dan metode pembuatan larutan bawang putih yang diuji, pada penelitian yang
dilakukan oleh Kirana (2010), bawang putih (Allium sativum) yang digunakan
sebagai bahan uji ditumbuk terlebih dahulu kemudian ditambahkan pelarut,
sedangkan pada penelitian ini bawang putih ditumbuk kemudian diperas dan
selanjutnya ditambahkan pelarut. Zona hambat yang terbentuk disebabkan oleh
kandungan dari bawang putih yaitu alisin yang memiliki aktivitas antibakteri
dengan mengubah reaksi senyawa tiol pada enzim bakteri dan protein lainnya
serta RNA dan DNA polimerase yang penting untuk pertumbuhannya. Perbedaan
zona hambat pertumbuhan bakteri terjadi karena Propionibacterium acnes bersifat
anaerobik aerotoleran yang berarti bakteri ini dapat hidup walaupun terdapat
oksigen disekitarnya, sedangkan Staphylococcus aureus bersifat aerobik atau
mikroaerofilik yang berarti bakteri ini masih bisa bertahan dalam kadar oksigen
yang rendah, namun tidak dapat bertahan ketika tidak ada oksigen. 16, 10
33
Penelitian lain yang memanfaatkan bawang putih dalam pengaruhnya
terhadap suatu bakteri adalah Masniari et al.,(2004) mengenai uji daya hambat
perasan bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri yang
diisolasi dari telur ayam kampung. Bakteri yang digunakan pada penelitian
tersebut adalah Salmonella sp dan Escherichia coli. Dengan metode disc diffusion
dan dilusi dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa dengan konsentrasi
50% perasan bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
sp dan Eschericia coli dan menunjukan respon yang lemah.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Masniari et al.,(2004) dengan
penelitian ini adalah konsentrasi yang digunakan, media pertumbuhan bakteri
yang digunakan oleh Kusrini et al., adalah Mueller Hinton agar sedangkan
penelitian ini menggunakan agar darah dan bakteri yang digunakan oleh Masniari
et al.,(2004) adalah bakteri Salmonella sp dan Escherichia coli yang termasuk
bakteri
Gram negatif sedangkan penelitian ini menggunakan bakteri
Propionibacterium acnes yang termasuk bakteri Gram positif. Perbedaan respon
hambat antara penelitian yang dilakukan oleh Masniari et al.,(2004) dan penelitian
ini karena dipengaruhi oleh perbedaan dinding sel dari bakteri Gram negatif dan
bakteri Gram positif.35
Bawang putih yang dibentuk menjadi ekstrak juga memiliki daya hambat
terhadap pertumbuhan beberapa bakteri, hal ini dibuktikan oleh Hindi (2013).
Dalam penelitiannya dengan menggunakan metode well diffusion menunjukan
bahwa ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 50% dapat menghambat
pertumbuhan 5 bakteri Gram positif yaitu S. aureus, S. epidermidis, S. pyogenes,
S. pneumoniae, Enterococcus
faecalis dan 9 bakteri Gram negatif yaitu P.
aeruginosa, Pseudomonas fluresence, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, E. coli,
Enterobacter aerugenes, K. pneumoniae, S. typhi, Acinetobacter. 4
34
Tabel 4.2 Diameter Zona Hambat Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif
Bakteri Gram Positif
Staphylococcus aureus
Diamter
Bakteri Gram Negatif
Diameter
zona hambat
zona hambat
(mm)
(mm)
25
Pseudomonas
45
aeruginosa
Staphylococcus
28
epidermidis
Pseudomonas
25
fluresence
Streptococcus pyogenes
35
Proteus vulgaris
20
Streptococcus
30
Proteus mirablis
20
40
Escherichia coli
30
Enterobacter
25
pneumonia
Enterococcus faecalis
aerugenes
Klebsiella pneumoniae
25
Salmonella typhi
50
Acinetobacter
20
Sumber: Hindi, 2013
Dalam penelitiannya Hindi (2013) juga menyatakan bahwa ekstrak bawang
putih dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji menunjukan respon
yang kuat. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Hindi (2013) dengan
penelitian ini yaitu dari pengolahan bawang putih yang diuji, metode penelitian,
dan media pertumbuhan bakteri yang digunakan pada penelitian Hindi (2013)
adalah Mueller Hinton agar sedangkan pada penelitian ini menggunakan agar
darah.4
35
4.6 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan selama proses penelitian,
yaitu:
1.
Bakteri Propionibacterium acnes tidak dapat bertahan hidup lama
dalam waktu yang lama.
2.
Tidak diukur jumlah kadar bahan aktif pada larutan bawang putih
yang digunakan pada penelitian ini.
3.
Pada penelitian ini bakteri Propionibacterium acnes tidak diketahui
secara spesifik strainnya.
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil uji efektivitas bawang putih (Allium sativum) terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan pelarut
aquades menunjukan bahwa
bawang putih dapat menghambat
pertumbuhan Propionibacterium acnes, yaitu pada konsentrasi
100% rata-rata zona hambat 23 mm. Pada konsentrasi 75% ratarata zona hambat 19 mm. Pada konsentrasi 55% rata-rata zona
hambat 17,67 mm. Tetapi pada larutan bawang putih dengan
konsentrasi 5% dan 20% tidak menunjukan adanya zona hambat.
2. Efektivitas larutan bawang putih (Allium sativum) terhadap
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
menurut
Greenwood (1995) pada konsentrasi 100% tergolong respon
hambat yang kuat, pada konsentrasi 75% dan 55% tergolong
respon hambat yang sedang, sedangkan pada konsentrasi 20% dan
5% tidak memiliki respon hambat.
3. Hasil uji statistik dengan metode uji Mann-Whitney menunjukan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap konsentrasi
larutan bawang putih (Allium sativum) dengan kontrol positif yaitu
klindamisin.
36
37
5.2 Saran
Setelah dilakukannya penelitian ini, maka disarankan untuk penelitian
selanjutnya:
1. Dapat melakukan penelitian mengenai efektivitas perasan bawang
putih terhadap bakteri lainnya yang bersifat patogen
2. Dapat melakukan penelitian dengan uji aktivitas bawang putih
terhadap Propionibacterium acnes secara in-vivo.
38
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Hernawan, Udhie Eko dan Ahmad Dwi Setyawan. Senyawa Organosulfur
Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Biofarmasi Vol.
1, No. 2, Agustus 2003, hal. 65-76.
Bruno, Gene, Garlic.Dean of Academics, Huntington College of Health
Sciences, Knoxville, 2009.
Chardon, Kirtland. Garlic: An Herb Society of America Guide.The Herb
Society of America, Ohio, 2006.
Hindi, Nada KhazalKadhim. In vitro Antibacterial Activity of Aquatic Garlic
Extract, Apple Vinegar and Apple Vinegar - Garlic Extract combination.
American Journal of Phytomedicine and Clinical Therapeutics, Vol. 1, No.1,
2013, hal. 042-051.
Josling, Peter. Stabilised Allicin: Power, Performance, Proof. HRC
Publishing, 2003.
Sylvia, Lusita. Hubungan Antara Jenis Mikroorganisme yang Ditemukan
pada Akne Lesi dengan Bentuk Lesi Akne. Tesis: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang, 2010.
Price, Sylvia Aderson dan Lorraine McCharty Wilson. Patofisiologi. EGC,
Jakarta, 2005.
Cardain, Lorren, et al. Acne Vulgaris: A Disease of Western Civilization.
Arch Dermatol, Vol. 138, 2002, hal. 1584-1590.
Mizwar, Muhammad, Marlyn Grace Kapantow dan Pieter Levinus Suling.
Profil Akne Vulgaris di RSUP Prof. Dr. Kandou Manado Periode 2009-2011.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado, 2012, hal. 1-7.
Brooks, Geo F., Janet S. Butel dan Stephen A. Morse. Mikrobiologi
Kedokteran, alih bahasa Huriawati Hartono. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2008.
Amro, Bassam I., et al. In vitro antimicrobial and anti-inflammatory activity
of Jordanian plant extracts: A potential target therapy for Acne vulgaris.
African Journal of Pharmacy and Pharmacology Aman, Vol. 7, No. 29, 2013,
hal. 2087-2099.
Gaspari, Anthony A., and Stephen K. Tyring (ed.). Clinical and Basic
Immunodermatology. British Library Catakoguing in Publication Data
London, 2008.
Niyomkam, P., et al. Antibacterial activity of Thai herbal extracts on acne
involved microorganism. Pharmaceutical Biology, Vol. 48, No. 4, h. 375–
380.
Butt, Masood Sadiq, et al., Garlic: Nature's Protection Against Physiological
Threats. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, Vol. 49, 2009, hal.
538–551
Purwaningsih, Eko. Bawang Putih. Ganeca Exact Bandung, 2010.
Cobas, Allejandra Cardella, Ana Cristina Soria, Marta Corteza Martinez, and
Mar Villamiel, A Comprehesive Survey of Garlic Functionalty. Madrid:
CSIC, 2010, hal. 1-60.
39
17. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia, alih bahasa Brahm U. Pendit.
Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta, 2011.
18. Mancini, Anthony J. Incidence, Prevalence, and Pathophysiology of Acne.
Proceeding, Vol. 8, No. 4., 2008, hal.1-6.
19. Tahir, Ch. Muhammad. Pathogenesis of acne vulgaris: simplified. Journal of
Pakistan Association of Dermatologists, Vol. 20, 2010; hal. 93-97.
20. Baxi. S. OTC Products for the Treatment of Acne. University of Connecticut
School of Pharmacy.2007.
21. Oberemok, Steve S. dan Alan R. Shalita. Acne Vulgaris,I: Pathogenesis and
Diagnosis. Continuing Medical Education, Vol. 70, 2002, hal. 101-105.
22. Bhambri, Sanjay, James Q. Del Rosso, Avani Bhambri. Pathogenesis of acne
vulgaris: recent advances. Journal of Drugs in Dermatology, July, 2009, hal.
1-6.
23. Bruggemann, H., Skin: Acne and Propionibacterium acnes Genomics.
Handbook of Hydrocarbon and Lipid Microbiology, DOI 10, 2010, h. 32163223.
24. Oprica Cristina, Characterisation of Antibiotic-Resistant Propionibacterium
Acnes from Acne Vulgaris and Other Disease. Karolinska Institutet,
Stockhlom, 2006.
25. Propionibacterium acne (species). (cited 16 September 2014). Available
from: URL: http://www.uniprot.org/taxonomy/1747
26. Pratiwi, Sylvia T. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga Jakarta, 2008.
27. Dorland, Newman. Kamus Kedokteran Dorland, edisi ke-31 alih bahasa Alifa
Dimanti, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta, 2012.
28. Ganiswarna, Sulistia G., dkk (editor). Farmakologi dan Terapi. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2004.
29. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik, alih bahasa Azwar
Agoes, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta, 2004.
30. Jiang, Lin. Comparison of Disk Diffusion, Agar Dilution, and Broth
Microdilution for Antimicrobial Susceptibility Testing of Five Chitosans.
Thesis: Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and
Mechanical College, 2011.
31. Ahmad, Iqbal, Farrukh Aqil and Mohammad Owais (ed.). Modern
Phytomedicine: turning medical plants into drugs. Willey VCH Verlag
GmBH Weinheim, 2006.
32. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and
Chemotheraphy. USA: Mc Graw Hill Company. 1995.
33. Kirana, Annisa Nurul. Uji Aktivitas Antimikroba Tumbuhan Kasar Bawang
Putih terhadap Staphylococcus aureus secara In-Vitro dengan Metode Difusi.
Skripsi: Program Studi Pendidikan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
34. Karina, Rina. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans secara In Vitro. Skripsi: Program
Studi Pendidikan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
35. Masniari, Poeloengan. Uji Daya Hambat Perasaan Umbi Bawang Putih
(Alium sativum) terhadap Bakteri yang Diisolasi dari Telur Ayam Kampung.
40
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi untuk
Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi
Masyarakat Bogor, 2004, h. 145-148.
41
42
LAMPIRAN 2
(Diameter zona hambat pada uji antibakteri perasan bawang putih)
Uji konsnentrasi
A
B
C
Rata-rata
Standar
deviasi
Kontrol (-)
0
0
0
0
0
Konsentrasi 5%
0
0
0
0
0
Konsentrasi 20%
0
0
0
0
0
Konsentrasi 55%
17
19
17
17,6667
1,15470
Konsentrasi 75%
19
20
18
19
1
Konsentrasi 100%
22
24
23
23
1
Kontrol (+)
34
36
35
35
1
43
LAMPIRAN 3
(Cara Menghitung Konsentrasi Larutan Bawang Putih)
 Konsentrasi larutan bawang putih 5%
0,25 ml perasan bawang putih kemudian dilarutkan ke dalam 4,75 ml aquades
steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 20%
1 ml perasan bawang putih kemudian dilarutkan ke dalam 4 ml aquades steril.

Konsentrasi larutan bawang putih 55%
2,75 ml perasan bawang putih kemudian dilarutkan ke dalam 2,25 ml aquades
steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 75%
3,75 ml perasan bawang putih kemudian dilarutkan ke dalam 1,25 ml aquades
steril.
 Konsentrasi larutan bawang putih 100%
5 ml perasan bawang putih tanpa dilarutkan ke dalam aquades steril.
44
45
46
Lampiran 6
(Riwayat Hidup Penulis)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Maya Damayanti
Tempat, dan Tanggal Lahir
: Karawang, 15 Januari 1993
Alamat
: Turi Timur RT/RW 003/002, Tanjungjaya,
Tempuran, Karawang
Email
: [email protected]
No. Telpon
: 085770372346
Riwayat Pendidikan

1999 – 2005
: SDN Tanjungjaya 1

2005 – 2008
: SMPN 1 Tempuran

2008 – 2011
: SMAN 3 Karawang

2011 – sekarang
: Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
47
Download