BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengertian Jasa dan Karakteristik Jasa Pemikiran pemasaran pada mulanya berkembang dari penjualan produk fisik. Sementara itu pertumbuhan jasa yang luar biasa terjadi semenjak tahun 1969-an ketika keadaan pasar semakin menurun dan meningkatnya pergolakan lingkungan, sehingga pemasaran jasa menjadi salah satu megatren utama. Akan tetapi pada era berikutnya terjadi konsolidasi dan peperangan perebutan pasar, karena adanya over expansion of supply di tiap-tiap bidang sektor jasa seperti hotel, penerbangan, broker, keuangan, surat kabar hingga bisnis eceran. Hal ini mendorong tumbuhnya perhatian khusus dalam masalah pemasaran jasa. Salah satu cara membedakan sebuah perusahaan adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan pelanggan sasaran mengenai kualitas jasa yang diberikan oleh penyedia jasa. Stanton dalam Swastha (2002) menyatakan definisi pemasaran adalah : suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sedangkan Menurut Kotler dalam Swastha (2002) pengertian manajemen pemasaran adalah sebagai berikut : penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran 21 Universitas Sumatera Utara dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar. Menurut Kotler (2001) definisi jasa adalah : ”Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik”. Menurut pendapat Lupiyoadi (2001) jasa adalah : Semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak berupa produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Adapun definisi pemasaran jasa, yaitu “Setiap kegiatan atau menfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain dan merupakan barang tidak berwujud (intangible) serta tidak berakibat pada kepemilikan akan sesuatu”. Rismiati (2001). Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Kondisi dan cepat lambatnya pertumbuhan jasa sangat bergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan dan diberikan oleh pihak penyedia jasa, untuk menghasilkan kepuasan pelanggan. 22 Universitas Sumatera Utara Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang (produk fisik). Berikut adalah pendapat Griffin (dalam Lupiyoadi, 2001) mengenai berbagai karakteristik jasa: a. Tidak berwujud (intangibility). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa tersebut dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang dialami oleh konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan atau rasa aman. b. Unstorability. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan, karakteristik ini disebut juga tidak dapat dipisahkan (inseparability) mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersama-sama. c. Customization. Jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan, sebagaimana jasa asuransi dan kesehatan. Sedangkan menurut Kotler (2001) karakteristik jasa adalah : • Tidak berwujud. Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud, tidak dapat didengar, tidak dapat diraba, tidak dapat dirasa, tidak dapat dicium sebelum jasa itu dibeli. • Tidak dapat dipisahkan. Umumnya jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika jasa itu dilakukan oleh orang, maka penyedianya adalah bagian dari jasa. • Variabilitas, jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. • Tidak tahan lama. Jasa tidak dapat disimpan dan tidak tahan lamanya jasa tidak menjadi masalah bila permintaan tetap karena mudah 23 Universitas Sumatera Utara mengatur staf atau karyawan untuk melakukan jasa itu lebih dahulu. Namun jika permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit (misal, perusahaan jasa transportasi mikrolet). 2.2. Teori Tentang Pemasaran Jasa Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain diakibatkan oleh pertumbuhan jenis jasa yang sudah ada sebelumnya, juga disebabkan oleh munculnya jenis jasa baru, sebagai akibat dari tuntutan dan perkembangan teknologi. Dipandang dari konteks globalisasi, pesatnya pertumbuhan bisnis jasa antar negara ditandai dengan meningkatnya intensitas pemasaran lintas Negara serta terjadinya aliansi berbagai penyedia jasa di dunia. Perkembangan tersebut pada akhirnya mampu memberikan tekanan yang kuat terhadap perombakan regulasi, khususnya pengenduran proteksi dan pemanfaatan teknologi baru yang secara langsung akan berdampak kepada menguatnya kompetisi dalam industry (Lovelock, 2004). Kondisi ini secara langsung menghadapkan para pelaku bisnis kepada permasalahan persaingan usaha yang semakin tinggi. Mereka dituntut untuk mampu mengidentifikasikan bentuk persaingan yang akan dihadapi, menetapkan berbagai standar kinerjanya serta mengenali secara baik para pesaingnya. Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan berbagai industri seperti perbankan, asuransi, penerbangan, telekomunikasi, retail, konsultan dan pengacara. Selain itu terlihat juga dari maraknya organisasi nirlaba seperti LSM, lembaga pemerintah, rumah sakit, perguruan tinggi yang kini 24 Universitas Sumatera Utara semakin menyadari perlunya peningkatan orientasi kepada pelanggan atau konsumen. Perusahaan manufaktur kini juga telah menyadari perlunya elemen jasa pada produknya sebagai upaya peningkatan competitive advantage bisnisnya. Implikasi penting dari fenomena ini adalah semakin tingginya tingkat persaingan, sehingga diperlukan manajemen pemasaran jasa yang berbeda dibandingkan dengan pemasaran tradisional (barang). Zeithaml and Bitner (2003) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah mengenai janji-janji, janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. Kerangka kerja strategik diketahui sebagai service triangle (Gambar 2.1) yang memperkuat pentingnya orang dalam perusahaan menjaga janji mereka dan sukses dalam membangun customer relationship. Segitiga menggambarkan tiga kelompok yang saling berhubungan yang bekerja bersama untuk mengembangkan, mempromosikan dan menyampaikan jasa. Ketiga pemain utama ini diberi nama pada poin segitiga: perusahaan (SBU atau departemen atau manajemen), pelanggan dan pemberi jasa (provider). Provider dapat pegawai perusahaan, subkontraktor, atau pihak luar yang menyampaikan jasa perusahaan. Antara ketiga poin segitiga ini, tiga tipe pemasaran harus dijalankan agar jasa dapat disampaikan dengan sukses: pemasaran eksternal (external marketing), pemasaran interaktif (interactive marketing), dan pemasaran internal (internal marketing). PERUSAHAAN 25 Universitas Sumatera Utara PEMASARAN INTERNAL PEMASARAN EKSTERNAL PEMBERI JASA KONSUMEN PEMASARAN INTERAKTIF Gambar 2.1 Service Triangle Pada sisi kanan segitiga adalah usaha pemasaran eksternal yaitu membangun harapan pelanggan dan membuat janji kepada pelanggan mengenai apa yang akan disampaikan. Sesuatu atau seseorang yang mengkomunikasikan kepada pelanggan sebelum menyampaikan jasa dapat dipandang sebagai bagian dari fungsi pemasaran eksternal. Pemasaran eksternal yang merupakan permulaan dari pemasaran jasa adalah janji yang dibuat harus ditepati. Pada dasar segitiga adalah akhir dari pemasaran jasa yaitu pemasaran interaktif atau real time marketing. Disini janji ditepati atau dilanggar oleh karyawan, subkontraktor atau agen. Ini merupakan titik kritis. Apabila janji tidak ditepati pelanggan akan tidak puas dan seringkali meninggalkan perusahaan. Sisi kiri segitiga menunjukkan peran kritis yang dimainkan pemasaran internal. Ini merupakan kegiatan manajemen untuk membuat provider memiliki kemampuan untuk menyampaikan janji-janji yaitu perekrutan, pelatihan, motivasi, pemberian 26 Universitas Sumatera Utara imbalan, menyediakan peralatan dan teknologi. Apabila provider tidak mampu dan tidak ingin memenuhi janji yang dibuat, perusahaan akan gagal, dan segitiga jasa akan runtuh. 2.3. Pelayanan dan Kualitas Pelayanan Kata pelayanan atau jasa atau service memiliki makna yang beragam. Dalam bukunya yang berjudul “Service, Quality and Satisfaction”, Fendy Tjiptono dan Fandi (1996) mengutip beberapa pengertian service antara lain : • Menurut Lovelock (2001), secara garis besar konsep service mengacu pada tiga lingkup definisi utama : industri (berbagai sub-sektor dalam kategorisasi aktivitas ekonomi), output atau penawaran (produk intangible dengan output lebih berupa aktivitas daripada objek fisik), dan proses (penyampaian jasa inti, interaksi personal, kinerja dalam arti luas dan pengalaman layanan). Johns juga menegaskan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara perspektif penyedia jasa dan perspektif customer terhadap konsep service. Bagi penyedia jasa, jasa merupakan proses yang terkait dengan operasi jasa sedangkan customer lebih mempersepsikan jasa sebagai fenomena atau bagian dari pengalaman hidup. • Lovelock (2001) mengemukakan perspektif service sebagai sebuah sistem yang terdiri atas 2 komponen utama yaitu operasi jasa (service operations) di mana input diproses dan elemen-elemen produk jasa diciptakan, dan penyampaian jasa (service delivery) di mana elemen- 27 Universitas Sumatera Utara elemen produk jasa dirakit, dirampungkan dan disampaikan kepada customer. • Sebagai salah satu bentuk produk, jasa juga bisa didefinisikan berbedabeda seperti Kotler (2001) yang mendefinisikan jasa dengan penekanan bahwa jasa bisa dipertukarkan namun sering sulit dialami atau dirasakan secara fisik. • Kotler (2001) mendefinisikan jasa sebagai ‘setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu’. • Definisi lainnya yang berorientasi pada aspek proses atau aktivitas dikemukakan oleh Lupiyoadi (2001) yaitu jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (tidak selalu) terjadi pada interaksi antara customer dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah customer. Secara singkat, jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata (intangible) dari satu pihak kepada pihak lain, dimana pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dan interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Kualitas pelayanan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan profitabilitas. Tingkat kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu para pemasar saat ini memandang 28 Universitas Sumatera Utara tugas peningkatan kualitas produk dan jasa sebagai prioritas utama dalam memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dengan semakin banyaknya produsen yang menawarkan produk dan jasa maka konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak, sehingga kekuatan tawar menawar konsumen semakin besar. Hak-hak konsumen pun mulai mendapatkan perhatian besar terutama aspek keamanan dalam pemakaian barang/jasa tertentu. Menurut American Society For Quality Control (Lupiyoadi, 2001) Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk/ jasa dalam hal kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten. Kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Lovelock (2001) bahwa kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Dalam suatu perusahaan, kualitas pelayanan merupakan suatu komponen penting dari persepsi konsumen. Dalam kasus pelayanan murni, kualitas pelayanan akan merupakan elemen yang dominan dalam evaluasi konsumen. Dalam kasus dimana pelayanan pelanggan atau pelayanan dikombinasikan dengan suatu produk fisik, kualitas pelayanan juga termasuk komponen penting dalam penentuan kepuasan pelanggan. Pada akhirnya para pelanggan menilai kualitas pelayanan berdasarkan persepsi mereka atas hasil teknis yang disediakan dan bagaimana hasil tersebut disampaikan. Untuk hal-hal tertentu, apabila pelanggan tidak dapat menilai 29 Universitas Sumatera Utara bagaimana keefektifan kualitas hasil teknis, mereka akan berdasar kepada dimensi kualitas proses, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, apakah sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan atau aturan yang berlaku. Karena jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan yang dipersepsikan oleh konsumen. Zeithaml, Parasuraman, dan Berry (1995) merumuskan model kualitas jasa yang menyoroti persyaratan-persyaratan utama untuk memberikan kualitas jasa yang diharapkan. Model ini mengidentifikasi 5 kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa yaitu : 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen Manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dengan spesifikasi kualitas jasa Manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan tetapi tidak menetapkan suatu standar kerja secara spesifik. 3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dengan penyampaian jasa Karyawan perusahaan mungkin kurang dilatih atau tidak mampu atau tidak mau memenuhi standar. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal Harapan pelanggan dipengaruhi oleh persyaratan-persyaratan yang dibuat oleh wakil dan iklan perusahaan. 5. Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dengan jasa yang dialami 30 Universitas Sumatera Utara Kesenjangan ini terjadi bila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan dengan cara yang berlainan dan salah dalam mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Suatu ukuran atau dimensi yang digunakan untuk menilai kualitas suatu produk beraneka ragam, diantaranya adalah yang dikemukakan Kotler (2001) sebagai berikut : a. Perfomance, produk harus siap pakai bagi konsumen. b. Features, identifikasi features atau atribut suatu produk atau jasa bersifat psikologis, berorientasi waktu, sesuai kontrak, etika dan teknis. c. Service, maksudnya adalah memberikan nilai tambah added value dari produk jasa. Service ini tidak nyata (tangible), jadi sukar dinyatakan, sulit diukur tapi memberikan kontribusi yang besar terhadap kepuasan. d. Warranty, janji bahwa produk tersebut menjamin kepuasan konsumen. e. Price, pelanggan bersedia membayar lebih mahal untuk memperoleh nilai (value). Pelanggan selalu membandingkan harga yang diperolehnya dari satu produsen dengan produsen yang lain. Persepsi pelanggan selalu berubah, sehingga produsen harus terus menerus memantaunya. f. Reputation, kepuasan total pelanggan dilandasi oleh pengalaman dengan organisasi, bukan terhadap produk semata. Hal-hal negatif lebih cepat beredar dari hal-hal positif. Suatu penemuan dalam studi bahwa setiap pelanggan mempunyai jenisjenis ekspetasi jasa yang berbeda antara lain : 1. Desired service (jasa yang diinginkan), yang didefinisikan dengan level atau tingkat jasa yang pelanggan harapkan – keinginan akan tingkat 31 Universitas Sumatera Utara kinerja. Merupakan perpaduan dari apa yang para pelanggan percaya “dapat (can be) atau seharusnya (should be)”. 2. Adequate service (jasa memadai) level jasa yang akan diterima pelanggan. Adequate service menggambarkan ekspektasi minimum yang dapat ditolerir (minimum tolerable expectation) level bawah kinerja yang dapat diterima oleh pelanggan. Dalam situasi ini atau secara umum, para pelanggan berharap mendapatkan keinginan jasa dari penyedia tetapi tidak selamanya semuanya memungkinkan, karena orang lain juga mempunyai keinginan yang lain dan mungkin akan berseberangan dengan kita. Inilah yang dinamakan dengan lower-level expectation. Pada dasarnya jasa (pelayanan) adalah heterogen dimana kinerjanya berbeda-beda dari sejumlah penyedia jasa, dari sejumlah pekerja dalam perusahaan yang sama, atau bahkan dari pekerja jasa yang sama. Tingkat dimana para pelanggan mengetahui dan masih menerima variasi ini dinamakan dengan batas toleransi (zone ot tolerance). 2.4. Dimensi Kualitas Pelayanan Ada lima dimensi pokok yang berkaitan dengan kualitas pelayanan jasa menurut Zeithaml dalam Yamit (2001) yaitu: a. Bukti langsung (tangibles), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. b. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan 32 Universitas Sumatera Utara c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. d. Jaminan (assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan. e. Berpihak kepada pelanggan (empathy), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan. Menurut Supranto (2000) para pemasar dalam menciptakan layanan berkualitas perlu memperhatikan elemen-elemen layanan sebagai berikut : a. Hal-hal yang terlihat (tangible) Prasarana yang berkaitan dengan layanan pelanggan juga harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Gedung yang megah dengan fasilitas pendingin, alat telekomunikasi yang canggih atau perabot kantor yang berkualitas dan lain-lain menjadi pertimbangan pelanggan dalam memilih suatu produk/jasa. b. Keterandalan (reliability) Dalam unsur ini, pemasar dituntut untuk menyediakan produk/jasa yang handal. Produk/jasa jangan sampai mengalami kerusakan/kegagalan. Dengan kata lain, produk/jasa tersebut selalu oke. Para anggota perusahaan juga harus jujur dalam menyelesaikan masalah sehingga pelanggan tidak merasa ditipu... Selain itu, pemasar juga harus tepat janji bila menjanjikan sesuatu kepada pelanggan. Sekali lagi perlu diperhatikan bahwa janji bukan sekedar janji, namun janji harus ditepati. Oleh karena itu, time schedule perlu disusun dengan teliti. 33 Universitas Sumatera Utara c. Cepat tanggap (responsiveness) Restoran cepat saji Mc.Donald’s menggunakan jam pengukuran sebagai komitmen untuk melayani pelanggan dengan layanan cepat. Bila satu menit telah berlalu dan pelanggan belum menerima menu pesanan, maka pihak restoran akan memberikan bonus menu lain. Para anggota perusahaan juga harus memperhatikan janji spesifik kepada pelanggan. Unsur lain yang juga penting dalam hal cepat tanggap ini adalah anggota perusahaan selalu siap membantu pelanggan. Apapun posisi seseorang dalam perusahaan hendaknya selalu memperhatikan pelanggan yang menghubungi perusahaan. d. Jaminan (assurance) Pada saat persaingan semakin kompetitif, anggota perusahaan harus tampil lebih kompeten, artinya memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang masing-masing. Faktor security, yaitu memberikan rasa aman dan terjamin kepada pelanggan merupakan hal yang penting pula...Dalam situasi banyak pesaing, sangatlah beresiko bila menipu pelanggan. Selain itu anggota perusahaan harus bersikap ramah dengan menyapa pelanggan yang datang. d. Empati (empathy) Untuk mewujudkan sikap empati, setiap anggota perusahaan hendaknya dapat mengelola waktu agar mudah di hubungi, baik melalui telepon ataupun bertemu langsung. Dering telepon usahakan maksimum tiga kali, lalu segera dijawab. Ingat, waktu yang dimiliki pelanggan sangat terbatas sehingga tidak mungkin menunggu terlalu lama. Usahakan pula untuk melakukan komunikasi individu agar hubungan dengan pelanggan lebih akrab, misalnya dengan berolah raga bersama atau mengucapkan selamat ulang tahun kapada pelanggan yang 34 Universitas Sumatera Utara berulang tahun. Anggota perusahaan juga harus memahami pelanggan, artinya pelanggan terkadang seperti anak kecil yang menginginkan segala sesuatu atau pelanggan terkadang seperti orang tua yang cerewet. Dengan memahami pelanggan, bukan berarti anggota perusahaan harus “kalah” dan harus “mengiyakan” pendapat pelanggan, tetapi paling tidak mencoba untuk melakukan kompromi bukan melakukan perlawanan... Elemen-elemen kualitas pelayanan yang telah disebutkan di atas, harus diramu dengan baik. Apabila tidak, hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara perusahaan dan pelanggan karena perbedaan persepsi tentang wujud pelayanan yang diberikan mengalami perbedaan dengan harapan pelanggan. 2.5. Teori Kepuasan dan Teori Kesenjangan Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya (Supranto, 2000). Kepuasan merupakan suatu nilai perasaan seseorang apakah memuaskan atau mengecewakan yang dihasilkan oleh suatu proses membandingkan keberadaan/penampilan suatu produk diminati terhadap nilai-nilai yang diharapkan. Kotler (2001) menyatakan bahwa Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction) adalah suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja produk/jasa sesuai dengan harapan pembeli. Selanjutnya menurut Gaspersz (2002) mendefinisikan kualitas totalitas dari karakteristik suatu produk (barang dan atau jasa) yang menunjang kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan. Kualitas 35 Universitas Sumatera Utara seringkali diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan atau kesesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan. Kotler (2001) menyatakan bahwa apakah pembeli puas sesudah membeli, tergantung pada tampilan pelayanan dibandingkan atau dihubungkan dengan harapannya yang semula dimiliki oleh pembeli. “Satisfaction is a person’s feeling of pleasure or dissapontment resulting from comparing a product’s perceived performanced (or outcome) in relation to his or her expectations.” Dengan mempretasi bebas dapat diungkapkan bahwa kepuasan adalah suatu perasaan menyenangkan atau mengecewakan dimiliki seseorang akibat memperbandingkan suatu penampilan produk yang dirasakan berhubungan atau relatif terhadap pengharapan-pengharapan yang dimiliki. Menurut Chandra (2002) total quality services memiliki lima elemen yang saling terkait satu sama lain, yaitu : market and customer research (riset pasar dan pelanggan), strategy formulation (perumusan strategi), education, training and communication, proces improvement (penyempurnaan proses), assesment, measurement and feedback (pengukuran dan umpan balik). Untuk klarifikasi lebih lanjut bahwa kepuasan adalah suatu fungsi (function) dari tampilan yang dirasakan (perceived performance) dan pengharapan (expectation). Bila tampilan dirasakan berbeda jauh di bawah tingkat pengharapan pelanggan merasa dikecewakan (dissatisfied). Sebaliknya, bila penampilan yang dirasakan tersebut menemui atau mendekati apa yang diharapkan, maka pelanggan akan dipuaskan (satisfied). Seterusnya bila tingkat kepuasan melebihi diatas apa yang sebelumnya diharapkan, maka pelanggan merasa sangat terpuaskan atau terkesima (highly satisfied or delighted). Menurut Feigenbaum 36 Universitas Sumatera Utara (1991) kualitas yaitu the total composite product and service characteristics of marketing, engineering, manufacturing, and maintenance through which the product and service in use will meet the expectation of the customer. Sebagian besar perusahaan menginginkan pencapaian tingkat kepuasan pelanggan yang sangat atau terkesima karena dengan kepuasan di tingkat ini akan lebih jarang pelanggan meninggalkan jasa dari perusahaan yang melayani. Kepuasan yang tinggi (high satisfaction) atau terkesima (delighted) menghasilkan suatu ikatan emosi (emotional band) dari pelanggan terhadap institusi pemberi jasa dan kondisi ini diikuti dengan suatu status kesetiaan (loyalty) dari pelanggan pemakai jasa terhadap perusahaan yang melayaninya. Lebih lanjut Kotler (2001) menyatakan bahwa pembeli membentuk pengharapan mereka dari pengalaman dilayani pada waktu yang lalu, nasehat atau anjuran dari teman-teman atau sahabat dan juga dari informasi dan janji-janji yang diiklankan oleh para pemasar baik oleh perusahaan sendiri ataupun oleh perusahaan pesaing. Bila pemasar menaikkan pengharapan pelanggan melebihi apa yang sebenarnya dapat diberikan didalam pelayanan, pelanggan akan cenderung mengalami kekecewaan. Namun sebaliknya, bila informasi pemasaran dibuat jauh lebih rendah dari apa yang sebenarnya dapat diberikan, tidak ada pengaruhnya sama sekali untuk menarik lebih banyak pelanggan datang untuk membeli. Secara konseptual, kepuasan pelanggan dapat ditunjukkan seperti dalam Gambar 2.2. berikut ini : 37 Universitas Sumatera Utara Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan Produk/ Jasa Harapan Pelanggan terhadap Produk/ Jasa Nilai Produk/ Jasa bagi Pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Gambar 2.2. Konsep Kepuasan Pelanggan Bagi setiap perusahaan, pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan menjadi hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena hasilnya dapat memberikan umpan-balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Menurut Gaspersz (2002) pada prinsipnya kepuasan pelanggan itu dapat diukur dengan berbagai macam metode, antara lain : a. Sistem Keluhan dan Saran Perusahaan yang berfokus pada pelanggan memberikan kesempatan yang luas kepada para konsumennya untuk menyampaikan saran dan keluhan, misalnya dengan menyediakan kotak saran dan keluhan, kartu komentar dan lain-lain. Informasi-informasi ini dapat memberikan ide-ide bagi perusahaan dan kemungkinan untuk bereaksi secara cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. 38 Universitas Sumatera Utara b. Ghost Shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan cara mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. c. Lost Customer Analysis Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi. d. Survei Kepuasan Pelanggan Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung. Metode survei kepuasan pelanggan dapat menggunakan pengukuran dengan berbagai macam cara yaitu : 1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti : “Ungkapan seberapa puas saudara terhadap pelayanan X pada skala berikut : Sangat puas, tidak puas, cukup puas, puas” (directly reported satisfaction). 2. Responden juga dapat diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived satisfaction). 3. Meminta responden menuliskan masalah-masalah yang mereka miliki dengan penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan 39 Universitas Sumatera Utara seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing (importanceperformance ratings). 2.6. Review Hasil Penelitian Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan pedoman bagi penulis untuk penelitian skripsi selanjutnya adalah sebagaimana dilakukan oleh Irfandi (2009) dengan judul : Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen pada PT. Perkasa Jaya Motor di Kota Makassar. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara dimensi kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan konsumen, mempunyai hubungan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dimensi kualitas pelayanan yang meliputi : tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empaty maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen pada PT. Perkasa Jaya Motor di Kota Makassar. Dari hasil analisis regresi, uji parsial dan uji simultan menunjukkan bahwa dimensi responsiveness mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap kepuasan konsumen pada PT. Perkasa Jaya Motor di Kota Makassar. Berdasarkan hasil analisis uji t dari kelima dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen, ternyata dari kelima dimensi kualitas pelayanan dapat dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen sebab nilai thitung dari masing-masing variabel lebih besar dari t tabel. Hasil uji simultan dari kelima dimensi kualitas pelayanan dengan kepuasan nasabah, nampak bahwa F hitung > F tabel dan disamping itu nilai P value < 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelima dimensi kualitas pelayanan terdapat hubungan yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. 40 Universitas Sumatera Utara Penelitian selanjutnya adalah sebagaimana dilakukan oleh Erni Angelina Oei (2010) dengan judul : Analisis Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Pelanggan pada Hotel Delta di Makassar. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa dari hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai sig < 0,05. Hal ini berarti bahwa kelima dimensi kualitas jasa tersebut (bukti fisik, kehandalan, tanggapan, jaminan dan empati) berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil analisis mengenai kelima dimensi kualitas pelayanan maka variabel yang dominan mempengaruhi kepuasan pelanggan kamar adalah kehandalan (reliability). Hal ini nampak pada nilai sig reliabilitas yang paling kecil yakni sebesar 0,000. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin kecil nilai p value maka makin besar pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan. 41 Universitas Sumatera Utara