BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA Pendekatan pemasaran tidak lepas dari pendekatan perilaku pelanggan karena manusia sebagai pelanggan merupakan subyek maupun obyek pemasaran. Perusahaan yang dapat membaca perilaku pelanggan melalui kebutuhan dan keinginannya serta mampu memenuhinya, akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan pemasaran. Mengetahui keinginan pelanggan berarti mengakui, menghargai dan mengerti akan kebutuhan pelanggan. Pelanggan akan membeli produk atau jasa yang dinilai memberikan kepuasan yang paling optimal. Berikut ini akan dipaparkan beberapa tinjauan literatur dan nalar konsep untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian ini. 1. Teori Electronic Word of Mouth Adanya internet menciptakan sebuah paradigma baru dalam komunikasi Word Of Mouth dan inilah awal munculnya istilah electronic Word of Mouth (eWOM.). Fenomena eWOM dianggap sebagai evolusi dari komunikasi tradisional interpersonal menuju generasi baru dari cyberspace. Kemajuan teknologi informasi, menyebabkan semakin banyak konsumen mencari informasi yang dibutuhkan terhadap suatu produk sebelum melakukan pembelian seperti melalui OpenRice.com (review sharing paltform), TokoBagus (Online shop), KASKUS (Online Community), blog, Facebook (Sosial 16 Media). Aktivitas eWOM dapat menciptakan pernyataan negatif atau positif yang dibuat oleh konsumen aktual, potential atau konsumen sebelumnya mengenai produk atau perusahaan dimana informasi ini tersedia bagi orang- orang ataupun institusi melalui via media internet. Menurut Arwiedya (2011) dalam media promosi yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian salah satunya ialah online word of mouth dengan mengatakan bahwa word of mouth adalah komunikasi interpersonal antara dua bahkan lebih individu seperti anggota kelompok referensi atau konsumen dan tenaga penjual 19 dimana semua orang mempunyai pengaruh atas pembelian terus menerus melalui suatu komunikasi sedangkan Word of Mouth online adalah proses word of mouth dengan menggunakan media internet atau web. Pelanggan menggunakan media online dengan tujuan untuk berbagi pengalaman mereka sendiri terhadap suatu merek, produk, ataupun layanan yang sudah pernah mereka alami sendiri. Selain itu, konsumen juga memanfaatkan pengalaman orang lain, ketika ingin membeli sesuatu sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau jasa (Evans dan McKee, 2010). Word of Mouth online adalah proses word of mouth dengan menggunakan media internet. Dengan aktivitas dalam eWOM, konsumen akan mendapatkan tingkat transparansi pasar yang tinggi, dengan kata lain konsumen memiliki peran aktif yang lebih tinggi dalam siklus rantai nilai sehingga 17 konsumen mampu mempengaruhi produk dan harga berdasarkan preferensi individu (Park dan Kim, 2008), Referensi eWOM yang positif merupakan salah satu upaya untuk membangun kepercayaan terhadap merek, (Jansen et al. 2009), artinya eWOM sangat menentukan kepercayaan merek. Pernyataan ini juga dapat menjelaskan bahwa eWOM dilakukan oleh konsumen yang dapat mengindikasikan bahwa informasi tersebut layak untuk dipercaya, ketika informasi tersebut diberikan oleh konsumen tidak memiliki tendensi untuk mengambil keuntungan secara finansial. eWOM memiliki efek yang kuat pada proses membangun kepercayaan dan menyebabkan probabilitas yang lebih tinggi dalam proses pembelian (East et al. 2008) Gruen (2006), mendefinisikan eWOM sebagai sebuah media komunikasi untuk saling berbagi informasi mengenai suatu produk atau jasa yang telah dikonsumsi antar konsumen yang tidak saling mengenal dan bertemu sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Jimenez dan Mendoza (2013), menunjukkan bahwa eWOM memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen sebelum konsumen memutuskan untuk membeli sebuah produk atau jasa. Dari definisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa eWOM ialah pernyataan yang dibuat oleh konsumen aktual, potential atau konsumen sebelumnya mengenai produk atau perusahaan dimana 18 informasi ini tersedia bagi orang-orang ataupun institusi melalui media internet. Goyette et al.,(2010) membagi eWOM dalam tiga dimensi yaitu : 1. Intensitas ( Intensity ) Liu (2006), mendefinisikan intensity (intensitas) dalam eWOM adalah banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs jejaring sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al., (2010) membagi indikator dari Intensity sebagai berikut : a. Frekuensi mengakses informasi dari situs internet b. Frekuensi interaksi dengan pengguna situs internet c. Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs internet 2. Valence of Opinion Adalah pendapat konsumen baik positif atau negatif mengenai produk, jasa dan brand. Valence of Opinion memiliki dua sifat yaitu negatif dan positif. Valence of Opinion meliputi : a. Komentar positif dari pengguna situs internet b. Rekomendasi dari pengguna situs internet 3. Isi ( Content ) Adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk dan jasa. Indikator dari Content meliputi: a. Informasi produk 19 b. Informasi pelayanan dan kehandalan waktu c. Informasi mengenai harga yang ditawarkan. 2. Teori Citra Merek Citra merek adalah sejumlah kepercayaan yang dipegang konsumen berkaitan dengan merek. Pelanggan mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan merek mengenai posisi setiap merek menurut masing-masing atribut. Kepercayaan merek membentuk citra merek. Setiap pelanggan memiliki kesan tertentu terhadap suatu merek, yang dapat timbul setelah melihat, mendengar, membaca atau merasakan sendiri merek produk, baik melalui TV, radio, maupun media cetak. Citra merek merepresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap merek yang terbentuk karena informasi dan pengalaman konsumen terhadap suatu merek (Suryani, 2008, p. 113). Untuk itulah pembangunan sebuah citra merek, terutama citra yang positif menjadi salah satu hal yang penting. Sebab tanpa citra yang kuat dan positif, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada, dan pada saat yang sama meminta mereka membayar harga yang tinggi. (Susanto dalam Farid Yuniar Nugroho, 2011:9). Martinez et al mengutip Aaker (dalam Roslina:2009) yang merekomendasikan pengukuran citra merek menggunakan asosiasi atau differensiasi berdasarkan empat aspek, yaitu nilai yang dirasakan (perceived value), kepribadian merek (brand personality), asosiasi 20 organisasi (organizational association) dan diferensiasi (differentiation). Aaker (dalam Ritonga, 2011) mengatakan bahwa citra merek merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Kotler (2012) mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu brand. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu brand sangat ditentukan oleh citra merek tersebut, Kotler juga menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat, Menurut Susanto dalam Farid Yuniar Nugroho, 2011:11 citra merek adalah apa yang dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Dimana hal ini menyangkut bagaimana seorang konsumen menggambarkan apa yang mereka rasakan mengenai merek tersebut ketika mereka memikirkannya. (Maja Hribar dalam Farid Yuniar Nugroho, 2011:9). Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan kumpulan kesan yang ada di benak konsumen mengenai suatu merek yang dirangkai dari ingatan-ingatan konsumen terhadap merek tersebut. Citra merek sebuah perusahaan mampu mempengaruhi keuntungan jangka panjang, mendorong keinginan konsumen membeli produk dengan harga premium, meningkatkan harga jual saham, keunggulan kompetitif dan kesuksesan pemasaran. 21 3. Teori Kepercayaan Merek Kepercayaan merek adalah persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan (Riset Costabile dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, menurut Delgado (dalam Ferrinnadewi, 2008), kepercayaan merek adalah kemampuan merek untuk dipercaya (brand reliability), yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan dan intensi baik merek (brand intention) yang didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen. Menurut Kustini (2011: 23), kepercayaan merek dapat diukur melalui dimensi viabilitas (dimension of viability) dan dimensi intensionalitas (dimension of intentionality). 1. Dimension of Viability : Dimensi ini mewakili sebuah persepsi bahwa suatu merek dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan nilai konsumen. Dimensi ini dapat diukur melalui indikator kepuasan dan nilai (value). 22 2. Dimension of Intentionality : Dimensi ini mencerminkan perasaan aman dari seorang individu terhadap suatu merek. Dimensi ini dapat diukur melalui indikator security dan trust. Kepercayaan penting bagi konsumen karena kepercayaan akan membantu mengurangi pengorbanan waktu dan risiko konsumen terhadap merek (Kapferer, 2008). Kepercayaan pada merek akan memungkinkan konsumen untuk menyederhanakan proses pemilihan merek dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk membuat keputusan pembelian. Kepercayaan terhadap merek dapat pula mengurangi pembelian yang tidak pasti. Ini adalah keuntungan yang dapat diperoleh dari kepercayaan merek. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan merek adalah kesediaan konsumen untuk mempercayai suatu merek dengan segala resikonya karena adanya harapan di benak mereka bahwa merek tersebut akan memberikan hasil yang positif kepada konsumen sehingga akan menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek 4. Teori Keputusan Pembelian Citra merek yang positif sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli produk atau jasa. Untuk itu merek dapat menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Kepercayaan pada merek merupakan hal yang dapat mempengaruhi sikap konsumen selanjutnya kepada merek tersebut dan pada perusahaaan yang menghasilkannya. Kepercayaan 23 merek yang baik dan kuat dari konsumen akan menciptakan keputusan pembelian terhadap merek tersebut. Definisi keputusan pembelian menurut Samarwan (2004, pada Kuncoro & Adithya ,2010) adalah : “suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternative. Dengan demikian, ia harus mengambil keputusan merek apa yang akan dibelinya, atau ia harus memilih satu dari beberapa merek.” Kotler (dalam Suciningtyas, 2012) menyatakan keputusan pembelian suatu produk dalam diri konsumen tidak terjadi begitu saja, tetapi membutuhkan suatu proses. Proses pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi terhadap beberapa alternatif, yang selanjutnya akan tercipta suatu keputusan pembelian serta terbentuknya perilaku pasca pembelian. Menurut ( Kotler dan Keller, 2008), ketika membeli produk, secara umum konsumen mengikuti proses pembelian konsumen seperti yang terlihat pada gambar 2.1 Mengenali Kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi Alternative Keputusan Pembelian GAMBAR 2.1 LIMA TAHAPAN PROSES PEMBELIAN KONSUMEN 24 Perilaku Pasca Pembelian Penjelasan Gambar 2.1 : 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Dalam sebuah kasus, rasa lapar, haus, dapat menjadi sebuah pendorong atau pemicu yang menjadi kegiatan pembelian. Dalam beberapa kasus lainnya, kebutuhan juga dapat didorong oleh kebutuhan eksternal, contohnya ketika seseorang mencium sebuah wangi masakan dari dalam rumah makan ia akan merasa lapar atau seseorang menjadi ingin memiliki mobil seperti yang dimiliki tetangganya. Pada tahap ini pemasar perlu melakukan identifikasi keadaan yang dapat memicu timbulnya kebutuhan konsumen. Para pemasar dapat melakukan penelitian pada konsumen untuk mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat mereka terhadap suatu produk. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi informasi yang lebih banyak. Dalam tahap ini, pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen dapat dibagi ke dalam dua level, yaitu situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan dengan penguatan informasi. Pada level ini orang akan mencari serangkaian informasi tentang sebuah produk. Pada level kedua, konsumen mungkin akan mungkin masuk kedalam tahap 25 pencarian informasi secara aktif. Mereka akan mencari informasi melalui bahan bacaan, pengalaman orang lain, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Yang dapat menjadi perhatian pemasar dalam tahap ini adalah bagaimana caranya agar pemasar dapat mengidentifikasi sumber-sumber utama atas informasi yang didapat konsumen dan bagaimana pengaruh sumber tersebut terhadap keputusan pembelian konsumen selanjutnya. Sumber utama mendapatkan yang informasi menjadi dapat tempat digolongkan konsumen untuk kedalam empat kelompok, yaitu: ● Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan. ● Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan ditoko. ● Sumber publik: Media masa, organisasi penentu peringkat konsumen. ● Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk. Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian informasi tentang sebuah produk melalui sumber komersial-yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap-tiap informasi komersial menjalankan perannya sebagai pemberi informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau evaluasi. Melalui sebuah aktivitas pengumpulan informasi, konsumen dapat mempelajari 26 merek-merek yang bersaing beserta fitur-fitur yang dimiliki oleh setiap merek sebelum memutuskan untuk membeli merek yang mana. 3. Evaluasi Alternatif Dalam tahapan selanjutnya, setelah mengumpulkan informasi sebuah merek, konsumen akan melakukan evaluasi alternatif terhadap beberapa merek yang menghasilkan produk yang sama. Pada tahap ini ada tiga buah konsep dasar yang dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kedua, konsumen akan mencari mafaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen akan memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan dan untuk memuaskan kebutuhan itu. Atribut yang diminati oleh pembeli dapat berbedabeda tergantung pada jenis produknya. Contohnya, konsumen akan mengamati perbedaan atribut seperti ketepatan waktu, pelayanan yang ramah, kenyamanan dan harga yang terdapat pada sebuah maskapai penerbangan. 4. Keputusan Pembelian Dalam melakukan evaluasi alternatif, konsumen akan mengembangkan sebuah keyakinan atas merek dan tentang posisi tiap merek berdasarkan masing-masing atribut yang berujung pada 27 pembentukan citra merek. Selain itu, pada tahap evaluasi alternatif konsumen juga membentuk sebuah preferensi atas merek-merek yang ada dalam kumpulan pribadi dan konsumen juga akan membentuk niat untuk membeli merek yang paling di sukai dan berujung pada keputusan pembelian. Pada tahapan keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh dua faktor utama yang terdapat diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu: 1. Sikap orang lain, yaitu sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal. Pertama, intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai calon konsumen. Kedua, motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain (Fisbhein, dalam Kotler 2003:227). Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan preferensi sebaliknya juga berlaku, preferensi pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. 2. Faktor yang kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengurangi niat pembelian konsumen. Contohnya, konsumen mungkin akan kehilangan niat pembeliannya ketika 28 ia kehilangan pekerjaannya atau adanya kebutuhan yang lebih mendesak pada saat yang tidak terduga sebelumnya. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidak puasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian. Kepuasan pasca pembelian Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pembeli akan kecewa. Sebaliknya, jika kinerja produk lebih tinggi dibandingkan harapan konsumen maka pembeli akan merasa puas. Perasaan-perasaan itulah yang akan memutuskan apakah konsumen akan membeli kembali merek yang telah dibelinya dan memutuskan untuk menjadi pelanggan merek tersebut atau mereferensikan merek tersebut kepada orang lain. Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen merasa puas ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Sebaliknya jika 29 konsumen merasa tidak puas, maka ia mungkin tidak akan membeli kembali merek tersebut. Lima tahapan ini mewakili proses secara umum yang menggerakkan konsumen dari pengenalan produk atau jasa ke evaluasi pembelian. Keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk dalam Zoeldhan (2012) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang keputusan, haruslah dapat membuat tersedia beberapa alternatif pilihan Keputusan pembelian merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan rencana konsumen terkait lokasi pembelian produk yang dibutuhkannya. Menurut Swastha dan Handoko (2008 : 110) mengemukakan bahwa : “Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang nyata, apakah membeli atau tidak.” Dari definisi para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternative 30 pilihan yang ada. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai rekomendasi untuk dilakukan penelitian, disajikan dalam bentuk tabel 2.2 dibawah ini : TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No. Nama Peneliti dan Tahun Judul dan Lokasi Penelitian Metode Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1. Nadia Lona Trista, Apriatni EP & Saryadi 2012 Pengaruh Citra Merek (brand image) dan Kepercayaan merek (brand Trust) terhadap Keputusan Pembelian Toyota Avanza dikota Semarang explanatory research, teknik yang dgunakan bersifat purposive sampling judgment sampling, pengolahan data dengan SPSS Citra Merek, Kepercayaan Merek, Keputusan Pembelian variabel citra merek dan kepercayaan merek mempunyai pengaruh positif terhadap variabel keputusan pembelian dengan melihat R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,709 atau 70,9%, sehingga hipotesis diterima 2. Herdiyani Implikasi Alat analisis yang eWOM,Kepe electronic 31 3. Hatane Semuel & Adi Suryanata Lianto (2014) eWOM terhadap loyalitas pelanggan dengan dimediasi oleh kepercayaan merek dan kepuasan konsumen, digunakan adalah SEM dengan menggunakan Smart PLS 2.0 m2 rcayaan Merek, Kepuasan konsumen, dan loyalitas pelanggan word of mouth berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen, kepercayaan merek berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, electronic word of mouth berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, electronic word of mouth tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan merek, kemudian kepuasan konsumen tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Analisa eWOM, Brand Image, Brand Trust dan Minat Beli Produk Smartphone di Surabaya Dianalisis menggunakan program SPSS Version 13 untuk melihat profil konsumen, ukuran pemusatan serta variasi tiap indikator variabel penelitian, dan SmartPLS Version 2.00 untuk menguji hubungan pengaruh dalam eWOM, Brand Trust, Brand Image dan Keputusan Pembelian Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa eWOM terbukti berpengaruh positif terhadap Brand Image produk smartphone, juga berpengaruh positif terhadap Brand Trust produk smartphone, dan Minat Beli produk smartphone di Surabaya. 32 model SEM 4. Adeliasari, Vina Ivana, Sienny Thio Electronic Word of Mouth dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian di Restoran dan Kafe di Surabaya Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif kausal. dengan metode regresi linier berganda. eWOM & Keputusan Pembelian variabel-variabel (intensity, valence of opinion, dan content) eWOM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian 5. Danny Alexander Bastian (2014) Analisa Pengaruh Citra Merek dan Kepercayaan Merek Terhadap Loyalitas Merek ADES PT Ades Alfindo Putra Setia Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM dengan software PLS Citra Merek, Kepercayaan Merek, Loyalitas Merek Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas merek, Kepercayaan merek berpengaruh terhadap Loyalitas merek dan citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan merek. 33 B. RERANGKA PEMIKIRAN Persaingan bisnis dengan mengedepankan variabel electronic word of mouth, citra merek dan kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian terjadi pada maskapai penerbangan saat ini. Lion Air perlu menilai dan mengukur eWOM, citra merek, kepercayaan merek yang akan mempengaruhi keputusan pembelian . Rerangka pemikiran dapat ditunjukan pada gambar 2.2 Citra Merek H1 Electronic Word of Mouth H4 H3 Keputusan Pembelian H6 H2 Kepercayaan Merek H5 GAMBAR 2.2 RERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN C. HIPOTESIS Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. H1 : eWOM mempunyai pengaruh terhadap citra merek 2. H2 : eWOM mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan merek 3. H3 : eWOM mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. 34 4. H4 : Citra merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian . 5. H5 : Kepercayaan merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian 6. H6 : Citra merek mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan merek. 35