Mengurangi Rasa “Ngantuk” Pada Proses Belajar Mengajar Saat Jam-Jam Terakhir Oleh: Muhtarom, Pengawas Cabang Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur ABSTRAK: Selama proses belajar mengajar, utamanya pelajaran matematika yang kebetulan terletak pada jam-jam terakhir seorang guru memang haruslah proaktif dengan ber bagai keterampilannya untuk mengubah suasana sedemikian hingga siswa-siswi ataupun sang guru tidak terlelap dalam rasa “Ngantuk-nya “. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, teriak yel-yel, menyanyi atau dengan “Humor“, (Lelucon). Kata Kunci: Humor, Mengurangi Rasa Ngantuk Pembelajaran merupakan proses jam-jam terakhir yang biasanya diikuti interaksi peserta didik dengan pendidik rasa “ ngantuk “ baik oleh siswa dan sumber lingkungan belajar pada belajar. suatu maupun guru dapat tereliminasi Proses tetap dan bergairah dalam belajarnya. pembelajaran sangat dipengaruhi oleh Survey membuktikan memang pada gaya guru dalam pelaksanaan proses saat-saat jam terakhir baik siswa belajar mengajar. Walaupun guru tidak maupun guru sudah banyak terlalu dapat berbuat lebih dari mengajar kehilangan energinya, sehingga pada siswa-siswanya, akan tetapi pengajaran saat itu rasa “ Ngantuk-pun yang efektif adalah cukup memberi “ menghantuinya. bimbingan pada para siswa. Siswa-siswi perlu Selama proses belajar diberikan mengajar , utamanya pelajaran Bahasa stimulus atau rangsangan dari guru. Indonesia yang kebetulan terletak pada Bentuk -bentuk aktivitas itu utamanya jam-jam terakhir seorang guru memang yang mampu meminimalisir kejadian- haruslah kejadian dikelas yang proaktif dapat keterampilannya dengan untuk berbagai mengubah mengganggu proses belajar mengajar suasana sedemikian hingga siswa-siswi Bahasa Idonesia di kelas misalnya ataupun sang guru tidak terlelap dalam dengan “ Humor “. Agar dalam proses rasa “ Ngantuk-nya “. Hal ini dapat belajar mengajar walaupun terjadi pada dilakukan dengan berbagai cara, teriak Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 113 yel-yel, menyanyi atau dengan empat tahun meneliti sepuluh sekolah “ Humor “ misalnya. yang tergabung dalam Koalisi Sekolah Pengalaman adalah apa yang Esensial dan menemukan kelompok Anda lakukan terhadap apa yang terjadi berbeda yang tipikal dalam komunitas pada Anda. Sebagai guru tentunya guru di setiap sekolah menemukan 4 mempunyai beragam pengalaman jenis tipe guru yaitu : dalam mengajarnya. Pengalaman ini 1. Guru yang “ Sinis “ akan dapat diperkaya ketika guru 2. Guru yang “ Pengantuk “ mengingat masa lalunya ketika menjadi 3. Guru yang “ ya – tetapi “ siswa. Mungkin hal-hal yang positif 4. Guru yang pemimpin. dan dapat meningkatkan minat, Dari empat tipe guru yang motivasi, serta merasa nyaman dalam tersebut diatas “Mengantuk“ tidak saja pembelajaran dapat diadopsi untuk di terjadi pada diri siswa, gurupun dapat praktekkan dalam proses pembelajaran terjangkiti oleh rasa ngantuk ketika ketika menjadi seorang guru. Suatu proses pembelajaran berada pada jammisal dulu sang guru sering menepuk- jam terakhir. Penerapan pembelajaran nepuk pundak saat seseorang siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif dan berhasil menyelesaikan soal dipapan menyenangkan tulis, selalu memberikan hadiah kepada matematika pada pelajaran mungkin sebagai siswa yang mencapai nilai tertinggi, jawabannya. Karena dengan “ humor senang bercanda ria ( humor ) kepada “ siswa akan terjaga minat, semangat, siswanya sehingga sang guru selalu konsentrasi serta menyenangkan tanpa dinanti-nanti kehadirannya, bersifat menghilangkan lemah -lembut dan ramah – tamah fundamental maksud yang proses belajar dari sehingga siswa betah jika diajarnya dan mengajar itu sendiri. lain sebagainya. Hal ini sebagai Kaidah pokok dalam karakteristik yang banyak dijumpai pendidikan yang menganggap demikian para guru ketika mengajar berlangsung. proses belajar penting kedudukan minat dan kegembiraan adalah azas belajar yang Sedangkan dalam penelitian efektif untuk setiap tingkatan umur dan Robert Hempel yang dilakukan selama kelas. Pengalaman-pengalaman emosiMedia Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 114 onal siswa yang dihasilkan sebagai 12.00 hingga 13.30 WIB, saat- saat produk situasi belajar dan mengajar kondisi seseorang memang berada pada adalah merupakan refleksi pengaruh ambang ketidak stabilan emosi serta guru sebagai seorang pribadi. Sikap energi yang telah terkuras habis ketika tidak jarang terjadi dari pengalaman pukul 11.00 WIB. Keadaan ini muncul individu yang kebetulan saja. Sikap itu kepada rata-rata teman guru yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari di selama ini peneliti observasi. Hasilnya rumah, di sekolah dan di dalam ketika seorang guru kurang masyarakat. mengaplikasikan mampu bentuk-bentuk Pada survey-survey di televisi “Humor“, masalah yang kita dapati banyak diketemukan bahwa, adalah banyak siswa dengan pandangan masyarakat kita yang majemuk dengan kosong, kurang bersemangat, aktivitas yang tinggi sebagian besar meletakkan kepalanya diatas meja lebih banyak menonton acara-acara dengan tangan melingkarinya, berhasrat televisi yang berbau “Humor“. Acara ingin cepat pulang dan lain sebagainya. Srimulat era tahun delapan puluhan Siswa merasa senang, misalnya, Extravagansa, Van Java, berminat, semangat , serius dengan Empat mata dan lain sebagainya. Jika pembelajaran yang disertai “ Humor “ kita amati barangkali tak satupun atau lelucon. dibandingkan dengan penontonnya yang “Mengantuk “. pembelajaran yang berlangsung tanpa Fenomena ini tak jauh dari dunia disentuh bentuk-bentuk pembelajaran pendidikan kita, ketika seorang guru yang menyenangkan, karena dapat mampu mendesains sedemikian rupa mempermudah memahami materi dan utamanya pemilik jam-jam terakhir konsep pelajaran Bahasa Indonesia dan pada materi Bahasa Indonesia ketuntasan belajar siswa serta dapat khususnya sangatlah tepat jika joke- meningkatkan prestasi belajar siswa. joke “ Humor “ senantiasa di luncurkan. Hal ini dimaksudkan untuk DAFTAR PUSTAKA mengurangi rasa “ Ngantuk “ Baik dari Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Belajar Mengajar, Remaja Rusda fihak guru maupun siswa. Jam-jam Karya, 1992. terakhir bagi sekolah pagi adalah pukul Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 115 Suryadi, R, Meningkatan Minat Siswa terhadap Matematika, Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Surabaya, University Pres, 1992 Wiryawan, SA, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Universitas Terbuka, 1994 _______________, Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1994, Garis-Garis Sutomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Besar Program Pengajaran Bahasa Mengajar, Usaha Nasional, 1993. Indonesia, Depdikbud : Jakarta Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692 116