awang skripsi - Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

advertisement
PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK)
TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Prasyarat
Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1 )
Disusun Oleh :
ANWAR RASYADI
( 106084003555 )
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011
PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT
PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Anwar Rasyadi
106084003555
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
M. Hartana I. Putra M.Si
Pheni Chalid,SF, MA, Ph.D
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
Judul skripsi
: Anwar Rasyadi
: 106084003555
: Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
: PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)
DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
(TPAK) TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 juni 2011
1. Prof Dr. Abdul Hamid, MS
(________________________)
Ketua
2. Utami Baroroh, M.Si
(________________________)
Sekertaris
3. Dr. Lukman, M.Si
(________________________)
Penguji Ahli
4. Pheni chalid, SF,MA.Ph.D
(________________________)
Pembimbing I
5. M.Hartana I.Putra. M.Si
(________________________)
Pembimbing I
ii
Hari ini Jum’at Tanggal 8 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Anwar Rasyadi NIM: 106084003555
dengan judul skripsi “PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN
TINGKAT
PARTISIPASI
ANGKATAN
KERJA
(TPAK)
TERHADAP
KEMISKINAN DI INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Oktober 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Lukman M. Si
Ketua
M. Hartana I. Putra M.Si
Sekretaris
Dr. Yahya Hamja, SE, MM
Penguji Ahli
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa
: Anwar Rasyaadi
NIM
: 106084003555
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan
merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 15 Juni 2011
(Anwar Rasyadi)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
II.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Anwar Rasyadi
2. Tempat & tgl. Lahir
: Jakarta, 01 Agustus 1987
3. Tinggal di
: Jakarta
4. Alamat
: Jl. R.S Fatmawati No.45 002/005 12410
5. Telepon
: 0857-815 888 80 – 021 921 88 379
PENDIDIKAN
1. SD
: SDI Darul Ma’arif
2. SMP
: MTS Darul Ma’arif
3. SMA
: SMA Darul Ma’arif
4. S1
: Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III.
IV.
PENGALAMAN BERORGANISASI
1.
BEM JURUSAN IESP
2006-2007
2.
FORSA UIN JAKARTA
2008-2010
3.
BG34
2006-2011
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Drs. H.Zainal Arifin
2. Ibu
: Hj Maspah
3. Jumlah Saudara Kandung : 6 Bersaudara
4. Alamat
: Jl. R.S Fatmawati No.45 002/005 12410
v
ABSTRACT
Poverty is an issue that often arises, especially in developing countries.
Someone may say poor if their income is insufficient to meet basic needs for life,
such as clothing, food and shelter. There are various factors that may affect the
level of poverty.
This research analyzes the factors that influence the level of poverty in
Indonesia 1984-2009, that are Gross Domestic Products (GDP), labor force
participation and dummy crisis. The analytical method is used an multiple
regression with time series analysis.
The results showed that GDP variable has significant impact and negative
relationship with the number of poor people in Indonesia. Where as if the GDP
increases, the number of poor people decreases. And variable of economic crisis
has significant impact in decreasing the number of poor people in Indonesia. But
the variable of labor force participation rate has unsignificant impact to the
number of poor people.
Keyword:
Poverty, Gross Domestic Products (GDP), Labor Force
Participation Rate, and Dummy Crisis.
vi
ABSTRAK
Kemiskinan adalah suatu permasalahan yang kerap kali muncul khususnya
dinegara-negara yang sedang berkembang. Seseorang dapat dikatakan miskin
apabila pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup,
seperti sandang, pangan dan papan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1984-2009, dimana faktor-faktor yang digunakan
diantaranya Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) dan Krisis Ekonomi. Adapun Metode analisis yang digunakan adalah
metode regresi berganda dengan analisis runtut waktu (time series)
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel PDB berpengaruh signifikan
dan memiliki hubungan negatif terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Dimana apabila PDB mengalami penigkatan/kenaikan, maka jumlah penduduk
miskin akan menurun. Variabel krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin. Sedangkan variabel tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.
Kata kunci:
Kemiskinan, Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dan Krisis Ekonomi.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga saya
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Produk Domestik
Bruto (PDB) dan Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Indonesia”.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini,
ungkapan rasa trimakasih ini penulis tujukan kepada :
1.
Abahku Drs. H.Zainal Arifin dan mamaku tercinta, Hj. Maspah, yang telah
memberikan begitu banyak perhatian, bimbingan, kebahagiaan dan kasih
sayangnya selama ini, sejak penulis kecil hingga seperti sekarang. Penulis
dedikasikan skripsi dan gelar sarjana ini untuk abah dan mama.
2.
Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara tidak langsung mengajarkan
penulis bagaimana menjadi ekonom yang baik.
3.
Bapak Pheni Chalid,SF, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing satu, terima
kasih telah membimbing dan memberikan support kepada penulis selama ini,
dari mulai menulis sampai selesai.
4.
Bapak M. Hartana I.Putra.M.Si selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas
saran, perhatian, dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam
menulis skripsi ini.
5.
Dr. Lukman, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6.
Utami Baroroh, M.Si, Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
viii
7.
Seluruh dosen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Terimakasih atas ilmu
yang Bapak Ibu telah berikan kepada penulis.
8.
Niken Natasya, sebagai salah satu motivasi penulis dalam kuliah, yang selalu
setia
menemani dan memberikan
semangat
sehingga penulis
bisa
menyelesaikan skripsi ini.
9.
Atdeeehh…!! Pohon, Anda, Ikel, Rezi, Arsy, Cakung, Iwan, Pepeng, Bakar
burn, Babeh, Reza, Randi, Aris yang telah memberikan kedamaian di
kampus.
10. Seluruh kawan-kawan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2006,
terima kasih atas pengalaman dan kenangan yang kalian berikan selama ini.
Dan tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Semoga bantuan doa dan dukungan semangat yang diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari penulis skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
senantiasa penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang lebih baik.
Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat, baik kepada penulis maupun kepada semua pihak yang berkesempatan
membaca skripsi ini.
Jakarta , Juni 2011
Penulis
Anwar Rasyadi
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ...........................................................................
i
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi.....................................................
ii
Lembar Pengesahan Uji komprehensif ..............................................
iii
Surat Pernyataan ................................................................................
iv
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................
v
Abstract ...............................................................................................
vi
Abstrak................................................................................................
vii
Kata Pengantar ...................................................................................
viii
Daftar Isi .............................................................................................
x
Daftar Tabel…………………………………………………………...
xiii
Daftar Gambar ……………………………………………………….
xiv
Daftar Lampiran………………………………………………………
xv
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………
1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................
1
B. Rumusan Masalah..............................................................
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................
11
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................
A. kemisikinan……………………………………………....... ..
13
13
1. Pengertian Kemiskinan….…………………………………
13
2. Penyebab kemiskinan…..………………………………..
16
3. Ukuran Kemiskinan………………………………………
19
4. Kreteria Kemiskinan……………………………………..
21
5. Garis Kemiskinan................................................................
22
6. Ciri-ciri Kemiskinan……………………………………..
24
7. Teori Kemiskinan………………………………………..
25
B. Produk Domestik Bruto (PDB)………………………………
26
1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB).........................
26
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi...............................................
29
C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..……………….
34
D. Penelitian Terdahulu…………………………………………
36
E. Kerangka Pemikiran …………………………………………
42
F.
45
Hipotesis Penelitian………………………………………….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN….……………………..
47
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………..…………
47
B. Metode Pengumpulan Sampel……………………………….
47
C. Metode Pengumpulan Data….………………………………
47
D. Metoda Anaisis Data..……………………………………….
49
xi
1. Uji Asumsi Klasik……………………………………… .
49
2. Metode Aanalisis Regresi Berganda ………………….....
54
3. Uji Hipotesis……………………………………………
55
E. Oprasional Variabel Penelitian................................................
57
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................
59
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................
59
B.
Hasil dan Pembahasan ............................................................
68
1. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................
68
a. Hasil Uji Normalitas ..............................................
68
b. Hasil Uji Liniearitas ...............................................
69
c. Hasil Uji Multikolinearitas .....................................
69
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................
71
e. Hasil Uji Autokorelasi ............................................
71
2. Hasil Uji Hasil Uji Regresi Berganda OLS….........................
72
3. Hasil Uji Hipotesis……………………………………………
73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
80
A. Kesimpulan......................................................................
80
B. Saran ...............................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
82
LAMPIRAN ........................................................................................
83
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
1.1
Perkembangan Kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2000
4
1.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan,
Tahun 1997-2000
7
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia Tahun
1998-2001
9
2.1
Kajian Sebelumnya
41
3.1
Uji Durbin-Watson
53
4.1
Hasil Uji Linieritas
69
4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
70
4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
71
4.4
Hasil Uji Autokorelasi
72
4.5
Hasil Uji Regresi Berganda
72
1.3
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keteranggan
Hal
2.1
Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian
Secara Keseluruhan
4.1
44
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia
Tahun 1984-2009
4.2
60
Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
di Indonesia Tahun 1984-2009
4.3
4.4
64
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di
Indonesia Tahun 1984-2009
66
Hasil Uji Normalitas
68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
1
Data Variabel Penelitian
86
2
Hasil Uji Asumsi klasik
88
3
Hasil Uji Hasil Uji Regresi Berganda
95
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang
bagaimana
pembangunan
ekonomi
harus
ditangani
untuk
mengejar
keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960-an para ahli ekonomi percaya bahwa
cara terbaik
untuk
mengejar
keterbelakangan
ekonomi adalah dengan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat
melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka
pendapatan perkapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula
peningkatan
kemakmuran
masyarakat.
Akibatnya
sasaran
utama
dalam
pembangunan ekonomi lebih ditekankan kepada usaha-usaha pencapain tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Esmara 1998). Dalam periode ini teori-teori
pertumbuhan seperti Harrod-Domar, Rostow dan Lewis menjadi sangat popular
dan dipercaya sebagai refrensi bagi para ahli pembangunan. Teori-teori tersebut
meyakini bahwa proses pemerataan pendapatan dan pengurangan tingkat
kemiskinan akan berlangsung dengan sendirinya melalui proses penyebaran.
Wie, 1981. (Dian Octaviani, 2003 :219)
Pada akhir masa orientasi GNP, para ahli ekonomi mulai meragukan
manfaat pertumbuhan GNP dalam pembangunan ekonomi, sebab banyak negara
sedang berkembang terdapat gejala adanya kemiskinan absolut, ketimpangan
distribusi pendapatan dan pengangguran yang cenderung meningkat walaupun
GNP mengalami peningkatan secara stabil. Oleh sebab itu mulai awal tahun 1970-
1
an muncul pendapat bahwa apabila pembangunan tidak disertai pemerataan hasilhasil pembangunan kepada penduduk miskin maka mustahil akan memberikan
hasil yang optimal. Dalam priode tersebut muncul teori-teori baru seperti
pertumbuhan dan distribusi New Keynesian oleh Kaldor (1955) dan Passireti
(1962). Secara umum teori-teori ini menyatakan bahwa pembangunan ekonomi
akan mencapai hasil yang optimal jika peningkatan GNP disertai dengan
pemerataan pendapatan bagi seluruh kelompok masyarakat. Peningkatan GNP
seharusnya diimbangi dengan semakin berkurangnya jumlah masyarakat yang
hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan, 1996) . (Dian Octaviani, 2003 :220)
Sejalan dengan semakin berkembangnya pendapatan bahwa pembangunan
ekonomi akan memberikan hasil yang lebih optimal jika peningkatan GNP
disertai dengan perbaikan kualitas hidup bagi seluruh kelompok masyarakat,
termasuk yang berpendapatan rendah, para ahli ekonomi mencoba menganalisa
dan meramalkan tentang pengaruh dari variabel-variabel ekonomi makro tertentu
terhadap tingkat kemiskinan. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat
secara lebih spesifik ditentukan variabel-variabel kebijakan fiskal dan moneter
yang tepat dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Sejumlah penelitian empiris yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh
variabel-variabel ekonomi makro terhadap kemiskinan yang dilakukan antara lain
oleh Blank & Blinder (1986), Cutler & Katz (1991), Mocan (1995) dan Powers
(1995-an) menghasilkan temuan tentang adanya hubungan yang kuat antara
tingkat kemiskinan dengan variabel makro.
2
Berbagai studi menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk
mengukur kemiskinan. Di Indonesia sendiri dikenal tiga model pengukuran
kemiskinan. Pertama, model tingkat konsumsi (Basic Needs), digunakan oleh
BPS, sebagai alat pengukuran resmi kemiskinan di Indonesia, dan oleh Sayogyo
(1971). BPS menggunakan standar minimum makan dan non makanan sebagai
patokan untuk menetukan garis kemiskinan. Batasan garis kemiskinan menurut
BPS adalah 2100 kalori/orang/hari untuk kebutuhan minimum makan ditambah
dengan kebutuhan minimum bukan makanan seperti perumahan, bahan bakar,
sandang,
pendidikan,
kesehatan
dan
transportasi.
Sedangkan
Sayogya
menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras perkapita, 240kg/orang/tahun
untuk daerah perdesaan dan 360kg/orang/tahun untuk daerah perkotaan. Kedua,
model kesejahteraan keluarga yang digunakan oleh BKKBN model ini lebih
melihat sisi kesejahteraan keluarga dari pada sisi kemiskinan. Keluarga pra
sejahtera (sangat
miskin) diartikan sebagai ketidakmampuan
memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal meliputi kebutuhan akan penganutan agama,
sandang, pangan, papan dan kesehatan. Ketiga, model pembangunan manusia
yang diperomosikan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang di Indonesia
dikembangkan oleh BPS dan BAPPENAS dengan nama pembangunan manusia
seutuhnya, dimana konsep ini menjadikan kesejahteran manusia sebagai tujuan
akhir.
Angka jumlah orang miskin di Indonesia yang hidup dibawah garis
kemiskinan memang berhasil diturunkan selama hampir 30 tahun. Dari 70 juta
orang pada tahun 1960-an menjadi 22,4 juta di tahun 1996, tetapi karena keadaan
3
Indonesia yang cenderung yang tak stabil terutama sektor ekonomi, maka angka
jumlah orang Indonesia yang harus hidup dibawah garis kemiskinan kembali
meningkat pada tahun 2000 sebesar 37,3 juta orang (Togar Saragih, 2006:54).
Perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 1995-2000 dapat
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :
TABEL 1.1
PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995-2000
TAHUN
TOTAL
(Dalam Jiwa)
1995
32.600.000
1996
31.400.000
1997
38.700.000
1998
49.500.000
1999
47.970.000
2000
38.700.000
Sumber : BPS dalaam laporan Indonesia 2000
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin sejak tahun
1995 jumlah penduduk miskin sebesar 32,6 juta orang jumlah penduduk miskin
pada tahun 1996 mengalami penurunan 10,1 juta orang menjadi 22,5 juta orang.
Pada kurun tahun 1997 hingga 1998 jumlah tesebut mengalami peningkatan yang
pesat. Pada tahun 1997 jumlah penduduk miskin naik hingga menjadi besar 38,7
juta orang. Ini merupakan persentase peningkatan yang terbesar hal ini disebabkan
karena krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia pada bila agustus 1997. ini
terus mengalami peningkatan hingga menjadi 49,5 juta orang pada tahun 1998.
4
pada tahun 1999 jumlah pnduduk miskin sedikit berkurang hingga menjadi 47,97
juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin juga kembali mengalami
penurunan walaupun tidak sebesar pada tahun 1999, yakni 9270 ribu orang
menjadi 38,7 juta orang.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah
salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan sejahtera. Sejalan
dengan Tujuan pembangunan tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada
pemerataan pendapatan. Ini berarti tujuan dari pembangunan erat kaitannya
dengan usaha mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin.
Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu
negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang
merupakan upaya untuk lebih mengejarketertinggalan dengan lain serta dapat
lebih mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian
besar negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk
membiayai berbagai kegiatan pembangunan.
Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu kondisi perekonomian yang
cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan,
yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan
5
menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun
kedepan tingkat pertumbuhan ekonominya fluktuatif. Namun, pada satu titik
tertentu, perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi
yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka
inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran
seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin
membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang semakin
melemah.
6
Tabel 1.2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan
Tahun 1997-2000
Tahun
PDB (MiliarnRp)
1997
1998
1999
2000
1,512,780,600
1,314,202,100
1,324,599,100
1,389,770,300
Pertumbuhan
(%)
4,7
-13,1
0,79
4,92
Sumber:Badan Pusat Statistik
Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan besar
bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju
pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus -13,1%. Laju pertumbuhan
ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999
perekonomian nasional menunjukkan proses pemulihan dengan pertumbuhan
yang semaikin membaik. Hal ini diperkirakan bahwa kterpurukan ekonomi telah
sampai batas terendah dan kemabali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan
ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah sebelumnya
pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal
proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak, stabilitas moneter mulai
terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang
menguat, keadaan social politik yang sudah lebih membaik.
Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan
yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti
perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang
setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi
7
nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja
karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi
pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh
pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar
angkatan kerja yang ada dapat diserap.
Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan
merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan
meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya
beli, sehinga permintaan akan meningkat (Todaro, 1998:63). Namun apabila
Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah
kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah
angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.
Tabel 1.3
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
di Indonesia 1998-2001
Tahun
TPAK (%)
2001
68,7
2002
67,76
2003
65,72
2004
67,54
Sumber data : sakernas 2010
Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada pertengahan
8
tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis ekonnomi, sehingga terjadi
perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja.
Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang
terserap dari berbagai lapangan pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan 0,94, persen,
ditahun 2003 juga mengalami penurunan sebesar 2,24 persen. Pada tahun 2004
mengalami kenaikan 1,82 persen..
Berdasarkan pada uraian tersebut, maka
dalam penulisan skripsi ini,
penulis mengambil judul “PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO
(PDB) DAN TINGAKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK)
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1984 2009 ”
B.
Rumusan Masalah
Masalah kemiskinan masih menjadi masalah utama dalam perekonomian
Indonesia. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah kemisikinan tersebut. Dikaitkan dengan kondisi Indonesia,
permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana sifat dan signifikansi dari
variable-variabel ekonomi makro yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
dan Krisis Ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Produk domestik bruto (PDB) dapat mempengaruhi
kemiskinan dengan teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi,
yang menunjukan semakin banyak output nasional, mengidentifikasi semakin
banyak yang bekerja, sehingga seharusnya akan mengurangi kemiskinan. Tingkat
9
partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak
masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per
kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan
perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi berkurangnya tingkat
kemisknan. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan 1997 menyebabkan
inflasi yang meningkat tajam. Tingkat harga terutama harga barang kebutuhan
pokok melonjak drastis sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu
banyak perusahaan/ investor baik swasta domestik maupun asing yang
mempersempit wilayah usahanya dan mengurangi pekerja bahkan sampai gulung
tikar.
Hal
tersebut
berdampak
pada
meningkatnya
pengangguran
dan
kemisiskinan.
Dengan demikian penelitian mencoba menganalisis :
1. Sejauh mana pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia?
2. Sejauh mana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?
3. Sejauh mana pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia?
10
c.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatiullah Jakarta. Selain itu guna menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu
yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan serta dapat membandingkan
secara teoritis dan praktek yang secara nyata terjadi di lapangan.
2. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan mampu memberikan informasi dan penambahan wawasan
bagi pihak-pihak pengambil kebijakan, sehingga diharapkan dapat
menentukan kebijakan dengan tepat.
3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pemikiran atau studi banding
bagi mahasiswa atau pun pihak yang melakukan penelitian yang sejenis.
11
Di samping itu guna meningkatkan keterampilan, memperluas wawasan
yang akan membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki
lapangan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kemiskinan
1.
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu fenomena sosial bahkan juga dianggap sebagai
suatu problem yang dihadapi oleh setiap masyarakat diseluruh dunia sepanjang
masa dimana, kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang tidak sanggup
untuk memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, juga
tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut. (Todaro, 2006:152)
Menurut Eryani Yustika (2005:25), pembicaraan mengenai kemiskinan
biasa meliputi berbagai aspek. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan
modal, kepemilikan lahan, sumber daya manusia, kekurangan gizi, penidikan,
pelayanan kesehatan, pendapatan per kapita yang rendah, dan minimnya investasi.
Konsep bawah kemiskinan perlu didalami karena akan berpengaruh bagi program
pengentasan kemiskinan didaerah berdasarkan corak dan karateristik kemiskinan
itu sendiri. Rasanya penyatuan gerak program pengentasan kemiskinan perlu
dilakukan, mengingat selama ini banyak ukuran-ukuran kemiskinan yang dipakai.
Mislanya, Scott (1979:5) dalam Eryani Yustika (2005:25) melihat kemiskinan dari
sisi pendapatan rata-rata kepala (Income Per Capita) dan Sen (1981) dalam Erani
Yutika (2005:25) mengkaji kemiskinan dari sudut pandang kebutuhan dasar
(Basic Needs).
13
Menurut Badan Pusat Statistik (1999) dari kutipan jurnal oleh (Eko Udi
Hartati, 2004), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk
memenuhi standar kebutuhan hidup minimum, yang meliputi makanan dan non
makanan, nilai standar kebutuhan minimum digunakan sebagai garis batas
kemiskinan atau garis kemiskinan, yang terdiri dari dua komponen yaitu garis
kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Batas kecukupan
makanan ditetapkan sebesar nilai pengeluarann untuk makanan yang mampu
menghasilkan energi sebebsar 2.100 kalori per kapita per hari. Batas kecukupan
non makanan adalah sebesar nilai rupiah yang dikeluarkan penduduk kelas bawah
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum non makanan yaitu perumusan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang-barang serta jasa
lainnya.
Menurut Badan Pusat statistik (2006) kemiskinan adalah suatu problem
yang sulit dipecahkan, kemiskinan tersebut muncul karena ketidak mampuan
memenuhi kebutuhan hidupnya, yakni jasmaniah secara utuh. Adapun pendapatan
yang mereka terima selama ini pada kenyataannya sulit untuk menutupi seluruh
kebutuhan hidupnya (Deficit) baik pangan, sandang maupun papan. Padahal tidak
ada seorangpun pertumbuhan ekonomi yang tidak serta merta dapat menekan
angka kemiskinan.
Menurut Siregar dan Wahyuniarti (2008:27), seseorang dapat dikatakan
miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap
barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam
perekonomian tersebut secara absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila
14
tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah tingkat
subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis kemiskinan,
secara umum, kemiskinan adalah ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut (Sen, 1999)
kemiskinan lebih terkait pada ketidak mampuan untuk mencapai standar hidup
tersebut dari pada apakah standart hidup tersebut tercapai atau tidak.
Menurut Tambunan (2001:84), besarnya kemiskinan dapat diukur dengan
atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengancu kepada
garis
kemiskinan
disebut
kemiskinan
relatif,
sedangkan
konsep
yang
pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan
absolut. Kemiskinan relatif adalah ukuran mengenai kesenjangan di dalam
distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefisinikan didalam kaitannya
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud, kemiskinan relatif dapat
berbeda menurut Negara atau priode didalam suatu Negara. Kemiskinan absolut
adalah derajat dari kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum
untuk bertahan hidup tidak dipenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah)
didalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen
non makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun
kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstream, tetapi maksud dari
yang akhir ini bisa bervarisi, tergantung pada interprestasi setempat atau kalkulasi.
BAPENAS (2004) dari kutipan jurnal oleh (Evi Susanti Tasri,2006:189),
mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi diamana seseorang atau sekelompok
orang, laki-laki dan perempuan , tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
15
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak
dasar warga desa antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan, sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindakan kekerasan dan
hak unuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik perempuan maupun
laki-laki.
Menurut Esmara (1996), Woon (2000), Sahdan (2005) dari kutipan jurnal
Evi susanti tarsi, (2006:189), persoalan pengertin kemiskinan bukanlah hal yang
mudah. Kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai
gejala sosial. Kemiskinan berbagai gejala yang terjadi disekitar lingkungan
penduduk miskin dan biasanya dikaitan dengan masalah kekurangan pendapatan.
Sebaliknya kebudayaan miskin sebagai gejala sosial lebih banyak terletak dalam
diri penduduk miskin itu sendiri seperti cara hidup, tingkah laku dan sebagainya.
2.
Penyebab Kemiskinan
Menurut Arsyad (2001:237-238) Penyebab Kemiskinan adalah Para
pembuat kebijakan pembangunan selalu berupaya agar alokasi sumber daya dapat
dinikmati oleh sebagaian besar anggota masyarakat, namun demikian, karena ciri
dan keadaan masyarakat amat beragam dan ditambah pula dengan tingkat
kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan yang masih lemah, maka kebijakan
nasional umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan jangka pendek.
Sehingga kebijakan pemerintah belum berhasil memecahkan persoalan kelompok
ekonomi ditingkat bawah. Selain itu, kebijakan dalam negri sering kali tidak
16
terlepas dengan keadaan yang ada diluar negri secara tidak langsung
mempengaruhi kebijakan antara lain dari segi pendapatan pembangunan.
Dengan demikian, kemiskinan dapat diminati sebagai kondisi anggota
masyarakat yang tidak atau belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak
mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi
maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan
manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidak ikut sertaan dalam proses
pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak atau belum
mampu mendayagunan faktor produksinya, dapat pula terjadi secara tidak
alamiah. Pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah yang tidak sesuai
dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk partispasi berakibat
manfaat pembangunan tidak menjangkau mereka.
Oleh karena itu kemiskinan disamping merupakan masalah yang muncul
dalam masyarakat berkaitan dengan pemilik faktor produksi, produktivitas dan
tingkat perkembangan masyarakat sendiri. Juga berkaitan dengan kebijakan
pembangunan nasional yang dilaksanakan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan
ini bisa selain timbul oleh hal yang bersifat alamiah dan kultural juga disebabkan
oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para
pakar pemikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai
masalah sktruktural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan sebagai
masalah struktural. dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan struktural yakni
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktural sosial
17
masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan
yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Tiga hal penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2003:107) apabila
dipandang dari sisi ekonomi, yaitu;
a. Kemiskinan muncul karena ketidaksamaan kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang, penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah.
b. Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan kualitas sumberdaya
manusia, kualitas sumber daya manusia rendah
berarti produktivitas
rendah, yang pada upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini
karma rendah nya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi atau keturunan
c. Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan akses dan modal.
3.
Ukuran Kemisikinan
Ada 3 macam ukuran kemiskinan dilihat dari tingkat pendapatan yang
mampu digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif (Arsyad,
2001: 238-240).
a.
Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan kemisikinan yang berkaitan dengan
perkiraan tingkat pendapatan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang
untuk dapat hidup secara baik. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan
minimum, makan orang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskian
18
diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat
pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak
miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini sering
disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan
tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
terhadap makan, pakaian dan perumahan untuk menjalani kelangsungan hidup.
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menetukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya
dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu
negara, dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian. Untuk dapat
hidup layak seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi
kebuutuhan fisik dan sosialnya.
b.
Kemiskinan Relatif
Orang yang sudah memepunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin” ada ahli yang
berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan
dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
dimasyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan
miskin. Ini terjadi karena kemisikinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan
sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang bersangkutan.
Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila
tingkat hidup masayarakat berubah. Hal ini jelas mengurangi perbaikan dari
19
konsep kemiskinan absolut, konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga
kemiskinan akan selalu ada.
c.
Kemiskinan Kultural
Kemiskinan ini disebabkan oleh pemahaman suatu sikap, kebiasaan hidup
dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa cukup dan tidak kekurangan.
Kelompok ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan dan
cenderung tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya meskipun ada
usaha pihak luar untuk membantu. Dengan ukuran absolut mereka dapat
dikatakan miskin, tetapi tidak merasa miskin dan tidak mau disebutkan.
Sedangkan ada empat macam ukuran kemiskian dilihat dari pola waktu
diteropong (Erani Yustika, 2005:26):
a. Persistent Poverty, adalah kemiskinan yang telah kronis atau turun
menurun
b. Cycliacal Poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi
secara keseluruhan.
c. Seasonal Poverty, adalah kemiskinan musimam yang sering dijumpai
seperti kasus nelayan dan pertanian tanaman pangan.
d. Acciedent Poverty, adalah kemiskinan yang tercipta karena adanya
bencana alam, konflik, dan kekerasan, atau dampak dari suatu kebijakan
tertentu yang menyebabkan menurunannya tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat
20
4.
Kreteria Kemiskinan
Ada berbagai macam kreteria yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemiskinan, salah satunya kreteria miskin menurut Sayogyo. Komponen yang
digunakan sebagai dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah
pendapatan keluarga yang disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada
saat itu dan rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kereteria tersebut,
Sayogyo membedakan masyarakat ke dalam beberpa kelompok, yaitu :
1. Sangat Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
dibawah setara 240 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun
penduduk yang tinggal diperkotaan
2. Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk
penduduk tertinggal di pedesaan, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras
pertahun untuk tinggal diperkotaan.
3. Hampir Cukup.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
setara dengan 320 kg beras sampai 480 kg beras dalam setahun untuk
penduduk yang tinggal dipedesaan, dan 720 kg beras pertahun untuk yang
tinggal diperkotan.
21
4. Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
setara dengan lebih 480kg beras setiap orang selama setahun dipedesaan,
dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk penduduk yang
tinggal di perkotaan.
5.
Garis Kemiskinan.
Garis kemiskianan menurut Kuncoro (2003:103) yang di dasarkan pada
konsumsi terdiri tas dua elemen:
a. Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan
kebutuhan mendasar lainnya.
b. Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya
partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dalam rangka pengentasan kemiskinan, pengenalan teoritis tentang garis
kemiskinan menjadi suatu titik awal yang penting. Siapakah penduduk miskin,
dimana mereka berada mereka berada dan pada kelompok-kelompok mana saja
kemiskinan tersebut terlihat paling besar dapat dikenali dengan cermat
berdasarkan garis kemiskinan. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan
menatapkan tingkat pendapatan minimum yang dimiliki, melalui penggunaan
standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan ini.
Garis kemiskinan dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendapatan,
dan pengeluaran. Garis kemiskinan yang ditentukan berdasarkan tingkat produksi
adalah garis kemiskinan berdasarkan produksi perkapita, mislanya produksi padi
perkapita, hanya dapat menggambarkan kegiatan produksi tanpa memperhatikan
22
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selanjutnya perhitungan garis kemiskinan
dengan menggunakan pendekatan pendapatan rumah tangga tidak mudah
dikumpulkan dilapangan, karena nilai produksi rumah tangga atau individu tidak
tercatat dengan baik, untuk mengatasi kesulitan pengumpulan data pendapatan,
maka garis kemiskinan ditentukan dengan pendekatan pengeluaran.
Garis kemiskinan tersebut dapat mengambil beberapa bentuk, seperti
jumlah pendapatan dalam arti unit uang, atau jumlah konsumsi dalam jumlah unit
uang, ataupun jumlah konsumsi kalori perhari dimana garis kemiskinan memberi
batas kemampuan untuk memenuhi kebutuhan minimum individu atau kebutuhan
dasar individu.
Garis kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2002) adalah batas
kemiskinan (Poverty Line) yang digunakan dalam pengukuran ini adalah setara
dengan besarnya rupiah perkapita perbulan yang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan 2.100 kalori ditambah dengan beberapa komoditi penting non
makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Konsep ini
menghasilkan data penduduk yang bersifat agregat (makro).
6.
Ciri-ciri Kemiskinan
Emil Salim (1982) dari kutipan jurnal (Togar Saragih, 2006:59),
mengemukakan bahwa ciri-ciri orang miskin adalah :
a. Umumnya tidak memiliki faktor produksi, seperti tanah, modal dan
keterampilan.
Faktor produksi yang dimiliki kecil, sehingga kemampuan
untuk memperoleh pendapatan terbatas.
23
b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperoleh tidak cukup memperoleh tanah
garapan ataupun modal usaha, dismping itu tidak terpenuhinya syarat untuk
mendapatkan keredit perbangkan, menyebabkan mereka berpaling ke
renternir.
c. Tidak memiliki tanah, jika adapun relatif kecil. Mereka umumnya jadi buruh
tani atau pekerja kasar diluar pertanian. Pekerjaan pertanian bersifat musiman
menyebabkan kesinammbungan kerja kurang terjamin. Mereka umumnya
sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja tingkat
upah menjadi rendah dan mendukung atau mempertahankan mereka untuk
selalu hidup dalam kemiskinan.
7.
Teori Kemiskinan
Dari segi teori pengaruh pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kota
terhadap pendapatan dan kemiskinan dapat diterangkan melalui empat pendektaan
teori (Firdausi dikutip dalam Tulus Tambunan, 2001:51).
a) Michael P.Todaro. salah satu cara atau mekanisme yang utama dalam
mengurangi kemiskinan atau dengan mengurangi pengangguran karena cara
paling ampuh untuk mengetaskan kmiskinan atau dengan menangulangi
masalah pengangguran dan ketenagakerjaan.
b) Teori Marx (1787), menurutnya pertumbuhan ekonomi pada tahap
pembangunan awal akan meningkatkan permintaan harga tenaga kerja yang
berakibat pada peningkatan upah tenaga kerja. Kenaikan kerja akan
mempengaruhi
terhadap
kenaikan
rasio
capital
terhadap
penurunan
24
permintaan tenaga kerja yang mengakibatkan masalah pengangguran,
ketimpangan pendapatan dan tenaga kerja.
c) Teori Kuznetz (Firdausi, 1994), teori ini menunjukan pertumbuhan ekonomi
Negara-negara miskin pada awalnya cenderung menyebabkan semkin
tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pemerataan distribusi pendapatan,
namun
bila Negara-negara miskin maju dan berkembang maka tingkat
kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan akan semakin menurun.
d) Teori para Ekonom Klasik seperti Roberty (1974), Hayami dan Retten (1985)
dan Pralad Char (1983). Mereka menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
akan selalu cenderung mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan
walaupun masih dalam tahap awal pertumbuhan.
B.
Produk Domestik Bruto (PDB)
1.
Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang-barang dan
jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di
dalam suatu perekonomian, di Negara-negara maju maupun di Negara-negara
berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain ( Sadono Sukirno,
2004:34).
Menurut Mankiw (2003:6) PDB merupakan nilai dari semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu Negara baik domestik maupun
asing dalam priode tertentu.
25
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah Indonsia dalam jangka waktu tertentu yang
dihitung adalah semua barang dan jasa yang digunakan oleh pengguna akhir dan
bukan yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.
Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic Product), meliputi
(Blancard,2000 dalam Hamid Ponco Wibowo, 2006:37) :
1. GDP adalah nilai “barang dan jasa final” yang dihasilkan dalam suatu
ekonomi dalam priode tertentu.
2. GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu ekonomi
dalam priode tertentu.
3. GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada priode tertentu.
Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang menggambarkan
komponen-komponen dari PDB, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Y = C + I + G + NX
Keterangan :
Y
= PDB
C
= Konsumsi
I
= Investasi
G
= Belanja Pemerintah
NX
= Ekspor Netto
1.
Konsumsi
26
Konsumsi (Consumption) adalah pembelajaan barang dan jasa oleh rumah
tangga. “barang” mencangkup pembelanjaan rumah tangga barang yang lama,
seperti kendaraan dan perlengkapan dan barang tiddak tahan lama seperti
makanan dan pakaian. “ jasa” mencangkup barang yang tidak berwujud konkret,
seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga
atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai konsumsi jasa (walaupun seseorang
dapat saja berpendapat bahwa hal itu lebih cocok berda di komponen selanjutnya).
2.
Investasi
Investasi (Investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah
jumlah dari pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur.
Invetasi pada bangunan mencangkup pengeluaran untuk mendapatkan tempat
tinggal baru. Menurut kesepakatan brsama, pembelian tempat tinggal baru.
Menurut kesepakan berama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu
bentuk pembelanjaan rumah tangga yang dikatagorikan sebagai investasi dan
bukan konsumsi.
3.
Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah (Government Purchase) mencakup pembelanjaan
barang dan jasa oleh pemerintah mencangkup upah pekerja pemerintah dan
pembelanjaan kepentingan umum.
4.
Ekspor Neto
Ekspor neto (Neto Exports) sama dengan pembelian produk dalam negri
oleh orang asing (export) dikurangi pembelian produk luar negri oleh warga
27
Negara (import). Penjualan yang dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri
kepada pembeli di Negara lain seperti penjualaan Boeing kepada British Airways
akan meningkatkan ekspor neto AS.
2.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori-teori yang menerangkan faktor-
faktor yang menimbulkan dan menentukan lajunya pertumbuhan ekonomi, teori
tentang pertumbuhan ekonomi telah dikemukakan sejak zaman historimus, seiring
dengan perkembangan zaman dimana terjadinya perubahan ideologi, revolusi dan
inovasi teknologi, membuat perkembangan twori dan konsep pemikiran tentang
pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat (Adelman, dalam Arsyad (2010:
55-56)). Oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa teori pertumbuhan yang
mendukung penelitian ini sebagai berikut :
•
Teori Ricardian
Asumsi Teori Ricardo :
Asumsi-asumsi tentang pertumbuhan ekonomi yang digunakan oleh
Ricardo (Arsyad, 2010: 80) yaitu, keadaan perekonomian saat itu adalah dimana
jumlah tanah terbatas; kemudian meningkat atau menurunnya tenaga kerja
(penduduk), tergantung pada tingkat upah nominal. Apabila tingkat upah nominal
lebih besar dibandingkan tingkat upah minimum, maka jumlah tenaga kerja akan
meningkat, begitupun sebaliknya; Akumulasi modal terjadi jika tingkat
keuntungan yang diperoleh para pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan
minimal yang diperlukan untuk menarik mereka untuk melakukan investasi.
28
Diasumsikan pula, bahwa kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu,
serta sektor pertanian sangat dominan.
David Ricardo mengungkapkan pandangannya bahwa, dengan terbatasnya
jumlah tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan
produk marginal yang kemudian dikenal dengan istilah Law of deminishing return
atau hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Selama tenaga kerja yang
dipekerjakan pada tanah tersebut dapat menerima upah diatas tingkat upah
alamiah, jumlah tenaga kerja akan terus bertambah. Hal tersebut akan
menurunkan lagi produk marginal tenaga kerjanya dan pada gilirannya akan
menurunkan tingkat upah.
Menurut Ricardo (Arsyad, 2010: 81), peranan akumulasi modal dan
kemajuan teknologi akan cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Dengan kata lain akan memperlambat terjadinya the law of deminishing return
yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup kearah
tingkat hidup minimal.
•
Teori Keynes
Menurut Keynes terjadinya pengangguran merupakan akibat dari
kurangnya pengeluaran agregat, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan
agar memperbesar pengeluaran konsumsi dan non konsumsi. Dalam hal ini maka
Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah melalui kebijakan
fiskal,
kebijakan
moneter
dan kebijakan
segi penawaran
yang
dapat
mempengaruhi permintaan efektif (Sadono, 2004: 85).
29
•
Teori Harrod-Dommar
Teori Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan jangka panjang,
karena teori ini menerangkan syarat-syarat apa saja harus dipenuhi agar suatu
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth..
Analisis Harrod-Dommar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut (Sadono,
2004: 435) :
“(i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah
proporsional dengan pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi
nilainya tetap, (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.”
Menurut
Arsyad
(2010:
84-85),
Teori
ini
menunjukan
bahwa
perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan
nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal seperti gedung, peralatan dan
lain-lain yang telah rusak. Namun demikian untuk dapat meningkatkan laju
perekonomian, diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok
modal. Teori Harrod-domar memandang bahwa ada hubungan ekonomis antara
besarnya stok modal dan output total, misalnya, jika 3 rupiah modal diperlukan
untuk menghasilkan output sebesar 1 rupiah, maka setiap tambahan bersih
terhadap stok modal akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan
rasio modal output tersebut.
•
Teori Schumpeter
Menurut Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan
karena diberinya keleluasaan untuk para entrepreneurship. Sayangnya keleluasaan
tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang
30
memunculkan masalah-masalah non ekonomi, terutama sosial politik yang
akhirnya dapat menghancurkan kapitalis itu sendiri (Sadono, 2007:434).
Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan
oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah
yang mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mengumpulkan dan
mengorganisasikan seluruh faktor-faktor produksi lain yang dapat digunakan
untuk menghasilkan kebutuhan bagi masyarakat (Sadono, 2007:251).
•
Teori Robert Solow
Robert
Solow (dikutip dari Siregar dan Wahyuniarti, 2008:26)
mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang disebut model pertumbuhan
Solow. Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:
Y = A . F (K,L)
Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L
adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi
pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi
perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh
karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan
input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total
faktor produktivitas.
Model solow dapat diperluas sehingga mencakup sumberdaya alam
sebagai salah satu input. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya
dipengaruhi K dan L tapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau sumberdaya
alam lainnya seperti cadangan minyak. Perluasan model solow lainnya adalah
31
dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (Human Capital).
Dalam literatur, teori pertumbuhan seperti ini terkategori sebagai pertumbuhan
endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer. Lucas menyatakan bahwa
akumulasi modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik menentukan
pertumbuhan ekonomi, sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan
dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.
Secara sederhana dengan demikian fungsi produksi agregat dapat
dimodifikasi menjadi sebagai berikut:
Y = A . F (K,H,L)
Pada persamaan diatas, H adalah sumberdaya manusia yang merupakan
akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut Mankiw et. al. (1992)
kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional
bersifat proporsional. Suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada
pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus lebih baik daripada yang tidak
melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui
kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif
merata, termasuk terhadap golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan
akan berkurang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa apabila pertumbuhan ouput
meningkat yang dipengaruhi investasi terhadap sumberdaya manusia maka dapat
menurunkan kemiskinan.
32
C.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut Sadono (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja
yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan
kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur yang
sedang mencari pekerjaan, Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan
kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga,
dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.
Sedangkan,
Tingkat
partisipasi
angkatan
kerja
(TPAK)
adalah
perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja.
Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia
15-64 tahun yang berpotensi memproduksi barang dan jasa.
Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk
berusia 10 tahun ke atas untuk kategori usia kerja (lihat hasil Sensus Penduduk
1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan
ketentuan internasional, penduduk usia kerja adalah yang telah berusia 15 tahun
atau lebih.
TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan
kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh
sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benarbenar aktif didalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan
antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah
penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Untuk
33
menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
TPAK =
Angkatan kerja
Penduduk Usia Kerja
X 100%
Semakin besar tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan dampak dari
semakin besar jumlah angkatan kerja. Begitupun sebaliknya, semakin besar
jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus
rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase
TPAK juga mengecil.
Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga
semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang
tinggi pula yang mempengaruhi PDB. Begitu pun pada pendapatan per kapita.
meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita
dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi :
a. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga
hubungan antara TPAK dan jumlah penduduk yang masih berekolah
adalah semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil
junlah angkatan kerja yang berarti semakin kecil TPAK.
34
b. Tingkat umur
Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa
penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang
tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka
umumnya bersekolah.
c. Tingkat upah
Kaitan antara tingkat upah TPAK adalah melalui kenyataan bahwa
semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota
keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin
tinggi TPAK.
d. Tinggi pendidikan
Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.
D.
Penelitian Terdahulu
1.
Latief Kharie (2007)
Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di Indonesia. Adapun
variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel
dependen, dan pertumbuhan ekonomi dan inflasi sebagai variabel independen.
Analisis data secara kuantitatif didekati dengan least square method melalui satu
persamaan regresi berganda yang dikondisikan untuk priode 1987-2005. dari
penelitian ini terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap
kemiskinan. Dan inflasi juga berpengaruh signifikansi terhadap kemiskinan di
Indonesia.berdasarkan temuan tersebut rekomendasi kebijakan makro-ekonomi
35
yang optimal, yakni dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperbaiki
distribusi pendapatan dan menciptakan stabilitas rupiah.
2.
Evi Susanti Tarsi (2006)
Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di sumatra barat.
Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai
dependen dan pendidikan, luas lahan pertanian dan jumlah anggota rumah tangga
sebagai varibel independent. Alat analisis yang digunakan adalah diskriminasi
analisis, karena diskriminan analisis pada perinsip pengelompokan setiap objek
kedalam dua atau lebih kelompok berdasarkan kriteria sejumlah variabel bebas.
Dari penelitian ini bahwa terlihat kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh kondisi
keluarga yang bersangkutan dan dipengaruhi budaya masyarakat. Dilihat dari
pembangunan ekonomi secara umum, tingkat kemiskinan di Sumatra barat yang
relatif tinggi untuk daerah kasus dimana pembangunan daerah tersebut juga cukup
terttinggal disbanding daerah lain di Sumatra barat. Penelitian ini juga
memperlihatkan bahwa terjadi kemiskinan memang merupakan persoalan multi
dimensi yang melibatkan berbagai aspek, baik bila dilihat dari penduduk miskin
itu sendiri maupun memberikan mereka ruang untuk berusaha dan bertahan hidup
yang lebih baik antara lain meliputi sarana dan prasarana serta berkembang
aktivitas ekonomi daerah yang bersangkutan merupakan penentu dari sebuah
fenomena kemiskinan yang terjadi.
36
3.
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuni (2008)
Melakukan penelitian tentang dampak pertumbuhan ekonomi terhadap
penurunan jumlah penduduk miskin (impact of economic growrh on the
ereduction of poor people). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
poverty, PDRB, agrishare, indutrishare, populasi, inflasi, SMP<SMA, DIPLM,
dummy krisis. Dalam penelitian ini metode analisis yang dilakukan berupa
analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakuakan
dengan mnyajikan data dalam bentuk table dan grafik, sedangkan analisis
ekonometrik, yang dilakukan dengan menggunakan panel data, dilakukan untuk
menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi terhambat oleh
krisis ekonomi yang menerapa kawasan asia timur. Setelah krisis berlalu ternyata
pertumbuhan ekonomi yang dicapai belum dapat sampai pertumbuhan yang
terjadi sebelum krisis. Jumlah penduduk miskin meningkat signifikan setelah
krisis ekonomi dan terjadi sampai saat ini, belum berhasil dikurangi bahkan
cenderung meningkat. Persebaran penduduk miskin berpusat di Pulau jawa dan
sumatera, dimana kemiskinan terutama terjadi di daerah pedesaan dengan
pertanian sebagai mata pencarian.
Hasil analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah
penduduk miskin menunjukan bahwa pertumbuhan berpengaruh signifikan dalam
mengurangi kemiskinan, namun besaran pengaruh masing-masing relative kecil.
Peningkatan share sector pertanian dan share sector industri juga signifikan
mengurangi jumlah kemiskinan. Variabel yang signifikan dan relatif paling besar
pengaruhnya terhadap penurunan kemiskinan ialah pendidikan.
37
4.
DR Togar Saragih (2006)
Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di Indonesia. Adapun
variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel
dependen, dan pengangguran dan pendidikan sebagai variabel independen.
Analisis data secara kuantitatif didekati dengan melalui satu persamaan regresi
berganda yang dikondisikan untuk priode 1992-2005. dari hasil estimasi
penelitian ini terlihat bahwa kemiskinan yang dipengaruhi oleh pengangguran dan
tingkat pendidikan signifikan secara statistik .berdasarkan temuan tersebut
pemerintah perlu merangsang terciptanya lapangan pekerjaan baru, seharusnya
pemerintah lebih peduli terhadap usaha kecil dan menengah (UMKM) karena
pada sektor itulah kalangan masayarakat miskin banyak bekerja.
5.
Gary Moser dan Ichida Toshihiro (2006)
Melakukan penelitian tentang analisis pertumbuhan ekonomi dan
penanggulangan kemiskinan di sub-Sahara Afrika. Dengan menggunakan variabel
dependen kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
sebagai independen. Analisis yang digunakan data panel dari 46 negara. Dari hasil
penelitian tersebut bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
menunjukan signifikan secara statistik. Berdasarkan temuan tersebut bahwa
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan penting bagi penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan di Afrika- di model empiris formulasi untuk
mendorong turunnya kemiskinan.
38
6.
Richad H Adams,Jr (2002)
Melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan di Eropa timur dan tengah. Dengan menggunakan
variabel dependen kemiskinan dan PDB dan ketimpangan pendapatan sebagai
variabel independen. Dengan menggunakan sampel 50 negara dan 101 interval
termasuk dalam kumpulan data menunjukan bahwa ketimpangan pendapatan naik
rata-rata kurang dari 1% per tahun. Selain itu, analisis ekonometrik menunjukan
bahwa bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh statistik terhadap
pendapatan. Bahwa dengan mengukur $ 1 per orang standart hari, maka banyak
orang yang dalam garis kemsikinan. Dari variabel tersebut menyatakan bahwa
PDB dan pendapatan kemiskinan berpengaruh signifikan.
Tabel 2.1
Kajian Sebelumnya
No Nama Penulis
Judul
Metodologi
Variabel
1
Latief Kharie Pertumbuhan
ekonomi, inflasi
(2007)
dan kemiskinan di
Indonesia :19762005
Anlisa
Regresi
Berganda
• Tingkat
Kemiskinan
• Pertumbuhan
Ekonomi
• Inflasi
2
Evi Susanti
Tasri (2006)
Analisis
Kemiskinan di
Sumatera Barat
Diskriminas
i analisis
3
Hermanto
siregar dan
Dwi
Wahyuni
(2008)
Dampak
pertumbuhan
ekonomi terhadap
jumlah penduduk
miskin
Analisis
deskriptif
dan analisis
ekonometrik
a
• Tingkat
kemiskinan
• Pendidikan
• Rumah tangga
• Luas lahan
pertanian
• Tingkt
Kemiskinan
• PDRB
• Agrishre
• Industrishare
• Populasi
39
• Inflasi
• Dummy Crisis
4
Togar Analisis
kemiskinan di
Saragih
Indonesia
DR
Anlisa
Regresi
Berganda
• Tingkat
kemiskinan
• Pengangguran
• Pendidikan
Anlisa
Regresi
Berganda
• PDB
• Pendapatan
perkapita
• Kemiskinan
(2006)
5
6.
Gary Moser
dan Ichida
Toshihiro
Richad
Adams,Jr
E.
Analisis
pertumbuhan
ekonomi dan
penanggulangan
kemiskinan di subSahara Afrika.
H Pertumbuhan
ekonomi,
ketimpangan
pendapatan dan
kemiskinan di
Eropa timur dan
tengah.
Anlisa
Regresi
Berganda
• Pertumbuhan
Ekonomi
• Ketimpangan
poendapatan
• kemiskinan
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan
dipengaruhi oleh dua
variabel pembangunan ekonomi, antara lain produk
domestik bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Kemudian
variabel-variabel tersebut sebagai variabel independen (bebas) dan bersama-sama,
dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat
analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya. Dengan hasil regresi
tersebut diharapkan mendapatkan tingkat signifikansi setiap variabel independen
dalam mempengaruhi kemiskinan. Selanjutnya tingkat signifikansi setiap variabel
independen
tersebut
diharapkan
mampu
memberikan
gambaran
kepada
40
pemerintah dan pihak yang terkait mengenai penyebab kemiskinan di Indonesia
untuk dapat merumuskan suatu kebijakan yang relevan dalam upaya pengentasan
kemiskinan.
Produk domestik bruto (PDB) dapat mempengaruhi kemiskinan dengan
teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukan
semakin banyak output nasional, mengidentifikasi semakin banyak yang bekerja,
sehingga seharusnya akan mengurangi kemiskinan. pertumbuhan dan kemiskinan
mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses
pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin
banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi
pula yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per
kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan
perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi berkurangnya tingkat
kemisknan.
Terjadinya krisis pada pertengahan 1997 memperlihatkan pondasi
perekonomian Indonesia yang sudah dibangun sekian lama mengalami guncangan
hebat. Krisis ini juga berimbas pada indikator makro lainnya seperti inflasi yang
meningkat tajam yang menyebabkan tingkat harga terutama harga barang
kebutuhan pokok melonjak drastis sehingga menurunkan daya beli masyarakat.
Situasi ini semakin memperparah kemiskinan yang pada masa sebelum krisis
41
belum teratasi secara berarti. Selain itu, menggeser titik aman perekonomian dan
iklim usaha kearah yang kurang aman, sehingga banyak perusahaan/ investor baik
swasta domestik maupun asing yang mempersempit wilayah usahanya dan
mengurangi pekerja bahkan sampai gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada
meningkatnya pengangguran dan kemiskinan
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka
pemikiran dari penelitian yang dilakukan. (halaman berikut)
42
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Produk Domestik
Bruto (PDB)
(X1)
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
(X2)
Tingkat Kemiskinan
(Y)
Dummy Crisis (DM)
(X3)
Uji Asumsi Klasik
•
•
•
•
•
Uji Normalitas
Uji Linieritas
Uji Multokolinieritas
Uji Heterokedasitas
Uji Autokorelasi
Analisis Regresi Berganda
Uji Hipotesis
•
•
•
Uji t
Uji f
Uji Koefisien Determinasi
(R2)
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
43
F.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka
penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
1. PDB diduga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan, dimana kenaikan tingkat output akan menurunkan
tingkat kemiskinan di Indonesia.
Ho
: Tidak terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia.
Ha
:
Terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap
tingkat
kemiskinan di Indonesia
2. TPAK diduga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan, dimana kenaikan tingkat TPAK yang produktif
menghasilkan output yang tinggi, begitu pula
dengan pendapatan
perkapita dan tingkat konsumsi yang akan menurunkan tingkat kemiskinan
di Indonesia
Ho
:
Tidak terdapat pengaruh antara Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja
(TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
Ha
: Terdapat pengaruh antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
44
3. Krisis ekonomi diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan, dimana terjadinya krisis ekonomi akan
meningkatkan kemiskinan di Indonesia.
Ho
: Tidak terdapat pengaruh variabel Dummy Crisis terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia
Ha
: Terdapat pengaruh antara variabel Dummy Crisis terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel tidak bebas (dependent
variable) dan dua variabel bebas (independent variable) yaitu:
a. Variabel bebas yaitu Prouduk Domestik Bruto (PDB) , Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Dummy Crisis (DM)
b. Variable tidak bebas yaitu Tingkat Kemiskinan.
Data-data yang digunakan adalah data tahunan yaitu pada saat tiga belas
tahun sebelum krisis moneter dan dua belas tahun setelah krisis moneter (19842009).
B.
Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah tingkat kemiskinan,
produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy crisis.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah tingkat
kemiskinan, produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy
crisis selama periode 1984 - 2009 dengan berupa data per tahun di Indonesia.
C.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sangat penting untuk mempertanggung
jawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode penelitian juga
diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang di
kehendaki. Dalam penelitian ini data dihimpun melalui penelitian tingkat
kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan data sebagai berikut:
46
1.
Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
jenis data time series, yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Jakarta
2.
Metode Pengumpulan Data
a.
Field research
Penulis melakukan penelitian ketempat-tempat yang menyediakan datadata sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti BPS.
b. Library research
Landasan dan teori yang kuat dibutuhkan dalam pemecahan masalah,
sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dan LIPI dengan
mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, dan sumber dokumentasi
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
c.
Internet Research
Terkadang buku refrensi atau literature yang kita miliki atau
diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa,
karena ilmu yang selalu berkembang yaitu internet sehingga data yang
diperoleh up to date seperti : www.google.com dan www.wikipedia.com.
D. Metode Analisis data
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pengujian
hipotesis, khususnya dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Adapun alat analisis yang digunakan adalah:
47
1.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat yang diestimasi telah
memenuhi asumsi klasik dari regresi berganda atau belum, sehingga nilai
koefisien regresinya mendeteksi nilai sebenarnya. Jika model yang digunakan
memenuhi syarat tersebut, berarti tidak ada masalahnya dalam menggunakan
metode regresi berganda. untuk memperoleh model yang baik, model harus
terbebas
dari
masalah-masalah
dalam
regresi
yaitu
multikolinearitas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi. (Gujarati, 2006: 183).
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai model regresi yang
baik. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati
normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera Test atau J-B
test.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis
Ho: residual berdistribusi tidak normal
Ha: residual berdistribusi normal
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (distribusi
data normal)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak
(distribusi data tidak normal)
48
b.
Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama
Ramsey RESET test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu
variabel penjelas cocok atau tidak dimasukan dalam suatu model estimasi. Akan
tetapi menurut Kennedy (1996) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini
digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau
tidak linier.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis
Ho: model tidak linier
Ha: model linier
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (model linier)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (model
tidak linier).
c.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya hubungan linier yang sempurna antara semua variabel bebas.
Jika
terjadi
hubungan
linear
yang
sempurna
maka
terdapat
problem
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi hubungan
yang linear diantara variabel bebasnya.
49
Menurut Montgomery dan Hinies dalam blog Dicky Rahardiyantoro
(2006) dijelaskan bahwa multikolinearitas data mengakibatkan koefisien regresi
yang dihasilkan oleh analisis regresi berganda menjadi sangat lemah atau tidak
dapat memberikan hasil analisis yang mewakili sifat atau pengaruh dari variable
bebas yang bersangkutan. Dalam banyak masalah multikolinearitas dapat
menyebabkan uji t menjadi tidak siginifikan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi (Corelation
Matrix).
Dengan langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: tidak bersifat Multikolinearitas
Ha: bersifat Multikolinearitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila hubungan antara X1 dan X2 > 0.8 → Ho ditolak, model bersifat
multikolinearitas
• Bila hubungan antara X1 dan X2 < 0.8 → Ho diterima, model tidak bersifat
multikolinieritas
d.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika nilai dari variannya tetap maka disebut homoskedastisitas,
sedangkan jika variannya berbeda disebut heteroskedastisitas, dimana model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
50
Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White.
Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis;
Ho: tidak terjadi Heteroskedastisitas
Ha: Terjadi Heteroskedastisitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak, terjadi heteroskedatisitas
• Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi
heteroskedatisitas.
e.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi liniear terdapat korelasi atau tidak.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat problem
autokorelasi.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
a.
Bila D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif.
b.
Bila D-W diantara -2 s.d. +2 tidak terdapat autokorelasi.
c.
Bila D-W di atas +2 terdapat autokorelasi negatif.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu
model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson.
51
Tabel 3.1
Uji Durbin-Watson
Ada
Tidak
Tidak
Ada
dapat
autokorelasi
diputuskan
negatif
Tidak ada
autokorelasi
dapat
positif
diputuskan
autokorelasi
0
dl
1.10
du
1.54
2
4-du
2.46
4-dl
2.90
4
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: tidak terdapat Autokorelasi
Ha: Terdapat Autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila nilai DW tidak berada antara 1.54 – 2.46 → Ho ditolak, model
terdapat autokorelasi
• Bila nilai DW berada antara 1.54 – 2.46 → Ho diterima, model tidak
terdapat autokorelasi
Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada
tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier
(LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05
(Gujarati: 2006)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: tidak terjadi Autokorelasi
Ha: Terjadi Autokorelasi
52
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak, terjadi autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi autokorelasi
2.
Metode Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya
berskala interval atau rasio.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan dan pengujian hipotesis, maka akan
digunakan metode analisis regresi linear berganda secara umum model yang
digunakan adalah sebagai berikut:
LNKM
= βo + β1 LNPDB + β2 LNTPAK + β3 DM + ε
Dimana:
KM
= Jumlah penduduk miskin di Indonesia
TPAK
= Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia
PDB
= Produk Domestik Bruto di Indonesia
DM
= Dummy krisis ekonomi, D=0 (1984-1997), D=1 (1998-2009)
βo
= konstanta
ε
= Error term
53
3.
Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kebenaran hipotesa yang di ajukan dalam analisa ini
menggunakan suatu uji terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi linear
berganda tersebut diatas. Uji statistik ini disebut juga uji signifikan.(Gujarati,
1999).
a.
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji hubungan regresi secara parsial.
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat signifikan setiap variabel
bebas terhadap variabel terikatnya dalam model regresi.
•
Jika t statistik < t table, maka Ho diterima dan ha ditolak, artinya
tidak ada pengaruhnya antara Variabel independen terhadap Variabel
dependen.
•
Jika t statistik > t table, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada
pengaruh antara Variabel independen terhadap Variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan tertentu adalah 5%,
yang artinya tingkat kesalahan suatu variable adalah 5% atau 0,05
sedangkan tingkat keyakinannya adalah 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat
kesalahan suatu Variabel > 5% atau 0,05 berarti Variabel tersebut tidak
signifikan.
b.
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah ada hubungan antara variable
bebas (independen variabel) secara bersama-sama terhadap variabel tidak
bebas (dependen variabel). Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis
sebagai berikut:
54
•
F
hitung
> F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara
bersama-sama variable bebas (independen variabel) berpengaruh terhadap
variabel tidak bebas (dependen variabel).
•
F
hitung
< F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya secara
bersama-sama Variabel bebas (independen variabel) tidak berpengaruh
terhadap variabel tidak bebas (dependen variabel).
Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick
Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang
ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-hitungnya.
Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen yang berarti menolak Ho dan
menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya dan
sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).
c.
Koefisiean Determinasi
Koefisien determinasi yaitu koefisien nilai yang menunjukkan besarnya
variasi pengaruh variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variasi variabel
bebas. Besarnya koefisiean determinasi dinyatakan dengan koefisien determinasi
(KP), maka untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi adalah sebagai
berikut:
KP = R2
Cara menghitung r, adalah sebagai berikut:
R2 = ∑ ( Yi – Y ) = ESS
∑ ( Yi – Y ) ESS
55
Adjusted R-Squared ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh
faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas. Dan besarnya R-Squared ini berkisar antara 0 < R2 <
1.
E.
Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka
variable-variabel dalam penelitian ini, adalah :
1). Variabel tidak bebas (dependent variable)
Variabel tingkat kemiskinan (KM) : banyaknya jumlah penduduk yang tidak
bisa memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan standar hidup yang layak
yang dibahas penulis dalam skripsi ini adalah jumlah orang yang berada
dibawah garis kemiskinan yang terjadi di Indonesia (dalam juta jiwa).
2). Variabel bebas (independent variable)
a. Variabel Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
adalah perbandingan antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja.
Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin
besarnya angkatan kerja di Indonesia (dalam %).
b. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB )
adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat
Indonesia (termasuk warga Negara asing yang ada di Indonesia ) dalam
per tahun atas harga konstan 2000. (dalam miliyar rupiah).
56
c. Dummy crisis (DM)
Variabel ini digunakan sebagai variabel yang menjelaskan hubungan
antara krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Variabel
dummy adalah variabel bebas berukuran kategori atau dikotomi. (Imam
Ghozali, 2001:49). Setiap variabel dummy menyatakan satu kategori
variabel bebas non-metrik, cara pemberian kode dummy umumnya
menggunakan kategori yang dinyatakan dengan angka 1 atau 0. Kelompok
yang diberi nilai dummy 0 (nol) disebut excluded group, sedangkan
kelompok yang diberi nilai dummy 1 (satu) disebut included group. Jadi
dalam hal ini dummy 0 adalah sebelum krisis dan dummy 1 adalah
sesudah krisis.
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
SEKILAS GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1.
Perkembangan Kemiskinan di Indonesia
Tujuan pembangunan tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada
pemerataan pendapatan. Ini berarti tujuan dari pembangunan erat kaitannya
dengan usaha mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu kebijakan
pembangunan yang dijalankan bertumpu pada triologi pembangunan.
Urbanisasi menjadi salah satu faktor yang telah menyumbang cukup besar
proses pertumbuhan penduduk dan kompleksitas masyarakat perkotaan. Frekuensi
arus urbanisasi cukup tinggi dan tidak sebanding dengan kesigapan pemerintah
kota untuk mengatasi suatu keadaan yang terjadi, hal ini hampir terjadi di
sebagaian besar kota di negara berkembang. Akibatnya, penduduk migran sangat
padat di daerah perkotaan yang kumuh atau tinggal di pemukian liar, sebagaian
besar dari mereka memasuki sektor informal, karena relevan dengan jumlah
kapasitas dan kualifikasi sumber daya yang mereka miliki. Dalam memperoleh
akses kerja, mereka harus bersaing dengan penduduk miskin lain atau golongan
menengah kota.
Data SUSENAS tahun 1993 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin
di perkotaan cenderung meningkat, sedangkan di pedesaan mengalami penurunan.
58
Ada indikasi bahwa, sejak lebih dari sepuluh tahun terakhir penduduk miskin di
desa telah bermigrasi ke kota.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kemiskinan penduduk baik yang
dilakukan melalui program sektoral dan terutama yang dilakukan melalui
intervensi khusus telah menurunkan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis
kemiskinan.
Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1984-2009
KM
60000000
50000000
40000000
30000000
KM
20000000
10000000
0
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Sumber : BPS Indonesia
Gambar 4.1 menunjukan selama periode 1984 sampai 1996, usaha
pemerintah untuk pengetasan kemiskimnan di Indonesia cukup berhasil.
Keberhasilan ini ditandai dengan menurunnya jumlah dan persentase kemiskinan
dari 35.00 juta jiwa (21,60 persen dari total penduduk Indonesia) pada tahun 1984
menjadi (11,30 persen) pada tahun 1996.
59
Krisis ekonmi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997
menyebabkan jumlah penduduk dan persentase penduduk miskin meningkat
derastis. Akibat krisis ekonomi yang dibarengi dengan kerisis sosial-politik.
Jumlah penduduk miskin naik menjadi 49,50 juta jiwa atau (24,23 persen dari
jumlah penduduk Indonesia) pada tahun 1998.
Peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 49,50 juta jiwa pada akhir
tahun 1998 bukan sepenuhnya terjadi akibat dampak kerisis ekonomi, tetapi juga
karena penyempurnaan standar kemiskinan yang digunakan. Pada tahun 1998
BPS melakukan penyempurnaan standar perhitungan kemiskinan yang meliputi
perluasan cakupan komoditi yang diperhitungkan dalam kebutuhan dasar.
Disamping itu penyempurnaan juga dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbandingan antar daerah dan antar waktu yang disebabkan adanya standar
kemiskinan ini diharapkan dapat mengukur tingkat kemiskinan secara lebih
realistis.
Sesudah mengalami kerisis ekonomi dan politik, Indonesia mencoba
bangkit. Secara umum. Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin
pada tahun 1998-2000 menunjukan kecenderungan menurun. Dari 49.50 juta jiwa
(24,23 persen) pada tahun 1998 menjadi 38,70 juta jiwa (19,14 persen dari jumlah
penduduk indonesia).
Pada periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun
menjadi 38,70 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta jiwa pada tahun
2005. secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14
persen pada tahun 2000 menjadi 15,97 persn tahun 2005. namun pada tahun 2006,
60
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup derastis, yaitu dari 35,10
juta menjadi 39,30 juta pada tahu 2006. peningkatan jumlah penduduk miskin
terjadi karena adanya kenaikan BBM yang menyebabkan naiknya harga berbagai
barang barang sehingga inflasi mencapai 15,95 persen selama tahun 2005-2006.
Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilan berada
disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta
turun 2,13 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan 2006.
meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada tahun 2007 masih lebih
tinggi dibandingkan keadaan tahun 2005, dimana persentase penduduk miskiin
sebesar 15,97 persen.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 34,96 juta
jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yaitu berjumlah
37,17 juta jiwa berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta jiwa. Dan
pada tahun 2009 penurunan jumlah penduduk terus dirasakan menjadi 32,53 juta
jiwa atau menjadi 14.15 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
2.
Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai-nilai barang-
barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam negara tersebut dalam satu tahun
tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju ataupun
berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan oleh perusahaan milik penduduk
negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain.
61
Variabel yang digunakan adalah nilai barang dan jasa yang dihasikan oleh
seluruh masyarakat Indonesia
(termasuk warga negara asing yang berada di
Indonesia) dalam tahun tertentu. Nilai barang dan jasa yang diukur adalah
berdasarkan harga konstan, yaitu sebagai berikut :
GDP Rill = GDP Nominal
GDP Defelator
•
GDP nominal merupakan nili produk dihitung berdasarkan harga yang
berlaku ketika produk itu dihasilkan. GDP nominal dihitung dengan
mengalikan kuantitas dengan harga pasar setiap tahun yang berubah-ubah
•
GDP rill
merupakan nilai produk dihitung berdasarkan harga tahun
tertentu yang ditetapkan sebagai tahun dasar.
•
GDP defelator merupakan nilai produk berdasarkan indeks harga. GDP
defelator dihitung dengan cara membagi GDP nominal dengan GDP rill.
Gambar 4.2 Perkembangan PDB di Indonesia pada tahun 1984-2009.
PDB
2.5E+11
2E+11
1.5E+11
PDB
1E+11
5E+10
0
1984198619881990199219941996199820002002200420062008
Sumber : BPS Indonesia.
62
Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa PDB pada
tahun 1984-1996 cenderung stabil dan meningkat, namun adanya krisis ekonomi
di Indonesia pada tahun 1997-1998 yang disebabkan oleh beberapa faktor antar
lain stok utang luar negri swasta yang sangat besar yang umumnya berjangka
pendek, banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia, serta dengan
makin tidak jelasnya arah perubahan politik. Menyebabkan kondisi perekonomian
mengalami penurunan. Dalam perkembangan pada tahun 2000 menunjukan
proses pemulihan ekonomi nampak semakin kuat beberapa faktor seperti
membaiknya permintaan domestik, serta situasi ekonomi dunia yang membaik.
Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mulai membaik, terutama disebabkan
oleh meningkatnya daya beli masyarakat, membaiknya iklim investasi dan
tingginya permintaan dunia terhadap ekspor Indonesia. Pada sisi penawaran,
kinerja pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 ditandai dengan meningkatnya
pertumbuhan pada hampir seluruh sektor ekonomi. Namun iklim yang kondusif
tersebut tidak dapat bertahan lama, karena harga minyak semakin meroket
ditambah dengan krisis subprime mortage di AS dan gejala resesi dunia serta
gejala krisis pangan dunia. Hal ini nampak terjadi pelambatan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada 2008.
3.
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tenaga kerja sangat mutlak diperlukan dalam kegiatan pembangunan
suatu wilayah, karena tenaga kerja merupakan penggerak dan pelaksana
pembangunan ekonomi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas serta
63
memiliki keinginan untuk berusaha merupakan modal utama bagi terciptanya
pembangunan yang aktif terhadap perekonomian.
Semakin banyak tenaga kerja yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi,
semakin terpenuhinya kebutuhan produksi oleh pasar, semakin banyak tenaga
kerja yang bekerja, semakin tinggi kebutuhannya pula akan konsumsi, sehingga
baik langsung maupun tidak langsung, berpengaruh terhadap pertumbuhan PDB
dan menyebabkan output yang lebih tinggi dan berkurangnya tingkat kmiskinan.
Tetapi pada negara berkembang seperti Indonesia umumnya yang
memiliki jumlah penduduk yang padat dan memiliki kota besar, terpenuhinya
kebutuhan akan tenaga kerja masih terganjal oleh hal-hal dimana pertumbuhan
angkatan kerja lebih pesat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, ditambah
lagi dengan imigran dari pedesaan yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar,
sehingga masih banyak angkatan kerja yang tidak dapat berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi dikarenakan kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan.
Terkecuali jika mereka berwiraswasta. Tetapi hal itu pun terkadang terbatas oleh
usaha yang dibutuhkan.
Garmbar 4.3 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di
Indonesia Tahun 1984-2009
TPAK
80
70
60
50
40
TPAK
30
20
10
0
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
64
Sumber : BPS Indonesia
Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 Perkembangan tingkat partisipasi
angkatan kerja di Indonesia dari tahun 1984 sampai 1993 cenderung setabil , dan
pada tahun 1993 mengalami penurunan. Dan meningkat kembali pada tahun 1996
menjadi 10.3% sampai dengan tahun 2008 kondisi partisipasi angkatan kerja
cenderung stabil meskipun mengalami penurunan yang tidak terlalu banyak.
Menurut pakar ekonomi hal tersebut masih dalam batas wajar, dimana hal tersebut
dapat diakibatkan oleh belum mampunya pemerintah dalam menyeimbangkan
antara
kesediaan
lapangan
pekerjaan
dengan
penawaran
tenaga
kerja,
perkembangan yang terjadi dalam jumlah angkatan kerja (AK) tidak bisa
dilepaskan
dari
perkembngan
jumlah
pnduduk.
Perkembangan
tersebut
diakibatkan oleh faktor kelahiran dan kematian, migrasi juga pergeseran usia
karena waktu. Besarnya TPAK menggambarkan dari seluruh penduduk usia kerja
(15-64 tahun) di suatu wilayah yang siap dan bersedia untuk bekerja. Sementara
yang lainnya lebih memilih untuk melakukan aktifitas lain seperti bersekolah,
mengurus rumah tangga, dan lainnya. Tinggi rendahnya angka TPAK yang terjadi
tergantung dari prioritas pilihan penduduk usia kerja akan beraktifitas yang akan
dilakukan, antara lain bekerja, bersekolah, mengurus rumah tangga atau aktifitas
lainnya
Menurunnya TPAK dapat juga terjadi akibat kebijakan-kebijakan yang
diberlakukan oleh pemerintah dalam sistem pendidikan yang meningkatkan
standar kelulusan dalam rangka penekanan supply tenaga kerja, dan perusahaan
65
yang meningkatkan standar kualifikasi karyawan, sehingga mempersulit
penerimaan karyawan baru pada perusahaan yang bersangkutan, dan lain-lain
yang dapat mengurangi fluktuasi partisipasi angkatan kerja di Indonesia.
B.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Uji Asumsi Klasik
a.
Hasil Uji normalitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (residual
berdistribusi normal)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (residual
berdistribusi tidak normal)
Gambar 4.4 Hasil uji normalitas
66
Dari diagram pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada hasil uji
normalitas nilai probabilitas sebesar 0.321421 lebih besar dari obs* R2 0.05. Hal
ini berarti Ho ditolak maka distribusi data normal.
b.
Hasil Uji Linieritas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (model linier)
• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (model
tidak linier)
Tabel 4.1
Hasil Uji Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.226010
0.278326
Probability
Probability
0.639406
0.597800
Dari uji linieritas (uji Ramsey RESET Test) pada tabel 4.1, nilai
probabilitasnya adalah 0.5656 lebih besar dari α = 0.05, artinya tidak ada
permasalahan linieritas, maka Ho ditolak (model linier).
c.
Hasil Uji Multikolinearitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila hubungan antara X1 dan X2 > 0.8 → Ho ditolak, model bersifat
multikolinearitas
67
• Bila hubungan antara X1 dan X2 < 0.8 → Ho diterima, tidak bersifat
multikolinieritas
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary
Variabel
Koefisien R2
TPAK=f(LPDB,DM)
0.878138
LPDB=f(TPAK,DM
0.753775
DM=f(LPDB,TPAK)
0.877426
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.2, uji multikolinieritas dengan regresi auxiliary dapat
menunjukkan koefisian determinasi regresi auxiliary masing-masing variabel.
Hasil uji dengan regresi auxiliary menunjukkan bahwa R2TPAK = 0,878138, R2LPDB
= 0,753775, dan R2DM = 0,877426 . Semua nilai koefisien determinasi tersebut
harus lebih kecil dari koefisien determinasi untuk regresi aslinya (R2 = 0.692937).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa R-squared yang dihasilkan dari regresi
auxiliary lebih besar dari regresi model utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa pada model ini terdapat permasalahan multikolinearitas.
Asumsi Keberadaan multikolinearitas boleh diabaikan apabila pada hasil
regresi awal, paling sedikit ada dua variabel independen yang berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
68
independen yang berpengaruh signifikan, yaitu variabel PDB dan variabel Dummy
crisis. Sehingga keberadaan multikolinearitas boleh di abaikan.
d.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak, terjadi heteroskedatisitas
• Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima, tidak terjadi
heteroskedatisitas
Tabel 4.3
Hasil Uji White Untuk Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
5.419495
14.95907
Probability
Probability
0.002605
0.010539
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dalam model ini nilai probabilitas
sebesar 0.010539 dengan Obs*R2 yaitu 23.57307 diatas 0.05. Hal ini berarti
dalam model tidak terjadi heteroskedastisitas
e.
Hasil Uji Autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
• Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak, model terjadi autokorelasi
• Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima, model tidak terjadi
autokorelasi.
69
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi menggunakan
Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.171242
2.725954
Probability
Probability
0.330358
0.255898
Dari tabel 4.4 pada tabel uji LM dapat dilihat bahwa nilai probabilitas ChiSquare 0.255894 atau lebih besar dari α = 0.05. Hal ini berarti dalam model ini
tidak terjadi autokorelasi, atau berarti Ho diterima.
2.
Hasil Uji Regresi Berganda
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: LKM
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 20:59
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
TPAK
LPDB
DM
C
0.018790
-0.102939
0.337423
18.48103
0.012981
0.037509
0.131684
0.955841
1.447575
-2.744363
2.562366
19.33483
0.1618
0.0118
0.0178
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
0.692937
0.651064
Mean dependent var
S.D. dependent var
S.E. of regression
0.117541
Akaike info criterion
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.303949
20.94449
1.558382
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
17.31688
0.198983
1.303422
1.109869
16.54881
0.000008
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.5 secara ekonometrika
70
dengan menggunakan program eviews, maka didapat persamaan regresi sebagai
berikut :
persamaan :
LNKM
= 18.48103-0.102939LNPDB + 0.018790TPAK+ 0.337423DM + ε
3.
Hasil Uji Hipotesis
a.
Hasil Uji t-Statistik (Uji Parsial)
Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel-
variabel independen. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan
t table. t table diperoleh dengan melihat tabel distribusi t pada alpha = 5%
hipotesis :
Ho = Koefesien regresi tidak signifikan
Ha = Koefesien regresi signifikan
Keputusan :
Jika t hitung < t table, maka Ho diterima
Jika t hitung > t table, maka Ho ditolak
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan regresi dapat dilihat
pada tabel 4.1 diketahui bahwa t hitung untuk masing-masing variabel didapat
α=5% , 0,05 (tingkat kesalahan), n = 26 (jumlah observasi), k= 4 (jumlah
variabel), dan df= n - k = 22 (derajat bebas). Dengan keterangan tersebut maka ttabel yang diperoleh adalah 1,717144. Maka hasill uji-t dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB memeiliki nilai t-statistik sebesar (-2.744363> t tabel 1,717144)
artinya Ho ditolak dan Ha diterima, artinya berpengaruh secara negatif dan
signifikan. Dan nilai probabilitas t-statistik PDB memiliki probabilitas sebesar
71
0.0124, karena probbilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 5% atau 0,05
maka hasilnya signifikan.
Hasil analisa regresi tersebut menunjukan bahwa variabel PDB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, ini menunjukan bahwa
kemiskinan yang terjadi di Indonesia akan semakin rendah jika terjadi
pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya meningkat. Semakin tinggi
pertumbuhan PDB, semakin cepat turunnya kemiskinan, dengan melihat bahwa
penurunan kemiskinan hampir selalu dibarengi peningkatan pendapatan rata-rata
perkapita atau standar kehidupan, dan sebaliknya kemiskinan bertambah jika
terjadi penurunan PDB.
Pertumbuhan ekonomi yang prokemiskinan merupakan pertumbuhan
ekonomi yang membuat penurunan kemiskian yang signifikan. Dimana orangorang miskin pasti mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi
walaupun tidak proposional. Artinya pertumbuhan ekonomi memihak kepada
orang miskin dengan suatu pengurangan kesenjangan pendapatan.
Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi
landasan teori dalam penelitian ini. Yang mana menurut Kuznet dalam Tulus
Tambunan (2001), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat
kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan kemiskinan cenderung
meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang
miskin berangsur-angsur berkurang. Selanjutnya menurut Hermanto S. dan Dwi
W. (2006) mengungkapkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi
72
untuk menurunkan jumlah penduduk miskin. Karena dengan pertumbuhan
ekonomi yang cepat maka kemiskinan di suatu daerah dapat ditekan jumlahnya.
2.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK memiliki nilai t-statistik sebesar (1.447575< t table 1.717144)
artinya Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak berpengaruh signifikan. Dan
Tpak memiliki nilai probabilitas t-statistik memliki probabilitas sebesar 0. 0.1618,
karena probabilitasnya lebih dari 5% atau 0,05 maka hasilnya tidak signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan TPAK secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan.
Hasil analisa regresi menunjukan bahwa variabel TPAK terhadap
kemiskinan tidak berpengaruh dan tidak signifikan. Hasil ini sangat bertolak
belakang dengan teori Michael P.Todaro, menurut teori ini salah satu mekanisme
yang utama dalam mengurangi kemiskinan adalah menanggulangi masalah
pengangguran dan tenaga kerja. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa tingginya
angkatan kerja memiliki pengaruh dalam pertumbuhan ekonomi. Dimana
tingginya partisipasi angkatan kerja akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi kemiskinan.
Tenaga kerja yang diwakili oleh tingkat partisipasi angkatan kerja tidak
berpengaruh dan tidak signifikan pada α=0.05 terhadap kemiskinan dengan nilai
probabilitas 0.1618. Hal tersebut bertolak belakang dengan hipotesis peneliti
dimana TPAK dapat mengurangi kemiskinan. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan peneliti pada tahun obeservasi, tidak berpengaruh TPAK terhadap
73
kemiskinan dapat disebabkan salah satunya adalah belum mampu memenuhi
kebutuhan lapangan pekerjaan yang diharapkan. Dimana pertumbuhan penduduk
terus meningkat, bahkan sempat atau masih sering terjadi peledakan penduduk
khususnya di daerah terpencil yang masih jauh dari keinginan untuk menggalakan
program KB, hal tersebut menjadikan meningkatnya usia kerja. Semakin besarnya
jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus
rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase
TPAK juga mengecil. Semakin sedikitnya masyarakat yang produktif, maka akan
menghasilkan output yang rendah. Begitupun
pada pendapatan perkapita.
Menurunnya TPAK suatu daerah, berarti menurunnya pendapatan perkapita dan
tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
meningkatnya jumlah angkatan kerja walaupun tingkat pendidikan mengalami
peningkatan, tanpa diiringi dengan bertambahnya lapangan kerja yang tersedia,
hanya akan meningkatkan pengangguran, yang secara langsung meningkatkan
kemiskinan.
3.
Krisis Ekonomi (Dummy Crisis)
Kerisis ekonomi memliki nilai t-statistik sebesar (2.562366 > t table
1.717144) artinya Ho ditolak dan Ha diterima, artinya berpengaruh positif dan
signifikan. Dan krisis ekonomi memiliki nilai probabilitas t-statistik memiliki
probabilitas sebesar
0.0178, karena probabilitasnya lebih kecil dari tingkat
kesalahan sebesar 5% atau 0,05 maka hasilnya signifikan. Sehingga dapat
74
disimpulkan krisis ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Pada hasil regresi ini diperoleh bahwa krisis ekonomi (DM) berpengaruh
terhadap kemiskinan. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu krisis ekonomi dan kemiskinan mempunyai pengaruh yang
positif. Jadi adanya krisis ekonomi akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.
Krisis ekonomi berpengaruh positif terhadap jumlah penduduk miskin.
Terjadinya krisis memperlihatkan pada pertengahan 1997 pondasi perekonomian
Indonesia yang sudah dibangun sekian lama mengalami guncangan hebat. Krisis
ekonomi yang diawali dengan krisis moneter telah “memporak-porandakan”
perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi berkontraksi pada tahun 1997,
kemudian merosot tajam pada tahun 1998. krisis ini juga berimbas pada indikator
makro lainnya seperti inflasi yang meningkat tajam yang menyebabkan tingkat
harga terutama harga barang kebutuhan pokok melonjak drastis sehingga
menurunkan daya beli masyarakat. Situasi ini semakin memperparah kemiskinan
yang pada masa sebelum krisis belum teratasi secara berarti. Selain itu, menggeser
titik aman perekonomian dan iklim usaha kearah yang kurang aman, sehingga
banyak perusahaan/ investor baik swasta domestik maupun asing yang
mempersempit wilayah usahanya dan mengurangi pekerja bahkan sampai gulung
tikar. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pengangguran dan kemiskinan,
maupun menurunkan output hasil dari berkurangnya kegiatan ekonomi yang
menurunkan PDB
75
b.
Hasil Uji F-Statistik (Uji Simultan)
Uji F-Statistik bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersamaan terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada tabel
4.1, analisisnya sebagai berikut: didapat α=5%, 0,05 (tingkat kesalahan), n = 26
(jumlah observasi), k = 4 (jumlah variabel).
Maka F tabel = (α=5%, df (k-1), (n-k) = 0,05, 3, 22 = 3,049125
Pada tabel regresi di atas F statistik dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah
16.42232 dan F table 3,049125 artinya Fhitung < F table, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho menolak dan Ha menerima, artinya pada variable bebas
secara
bersama-sama yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia. Dengan
membandingkan probabilitasnya pada F statistik sebesar 0,000008 lbih kecil dari
tingkat kesalahan sebesar 0,05 (0,000008 < 0,05 yang berarti ada pengaruh secara
signifikan antara PDB, TPAK dan Krisis Ekonomi terhadap kemiskinan. Maka
dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan.
c.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Hasil uji
koefesien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.1 menunjukan bahwa koefesien
determinasi (R2) sebesar 0,691302. hal ini berarti bahwa variabel bebas yang
terdiri PDB, TPAK dan Krisis Ekonomi mempunyai pengaruh sebesar 69,13%.
76
Sedngkan sisanya sebesar 30,87% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan kedalam model.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa PDB berpengaruh signifikan dan
bersifat negatif dengan jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukan bahwa
kemiskinan yang terjadi di Indonesia akan semakin rendah jika terjadi
pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya meningkat. Semakin
tinggi pertumbuhan PDB, semakin cepat turunnya kemiskinan, dengan
melihat bahwa penurunan kemiskinan hampir selalu dibarengi dengan
peningkatan pendapatan rata-rata perkapita atau standar kehidupan, dan
sebaliknya kemiskinan bertambah jika terjadi penurunan PDB.
2. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.
Hal ini terjadi karena, tingkat partisipasi angkatan kerja yang meningkat
tanpa diimbangi dengan tercukupinya lapangan pekerjaan yang memadai
didaerah penelitian, dan juga rendahnya pendidikan seseorang, sedangkan
pada masa sekarang tingkat pendidikan merupakan hal sangat penting
untuk mencari pekerjaan.
3. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa krisis ekonomi berpengaruh
signifikan dan positif terhadap jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai
dengan hipotesa. Terjadinya krisis memperlihatkan pengaruh yang besar
terhadap peningkatan jumlah orang miskin, yang terjadi karena banyak
78
orang yang kehilangan pekerjaan serta tingginya harga-harga bahan pokok
sehingga menurunkan daya beli masyarakat
B.
Saran
Merujuk pada hasil pembahasan dan kesimpulan dari penelitian yang
penulis buat, maka untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia penulis
menyarankan hal-hal dibawah ini:
1. Pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin adalah pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.
Investasi sebagai penyumbang pertumbuhan harus dilakukan dalam bentuk
mempercepat
industrialisasi
pertanian/perdesaan,
akumulasi
modal
manusia melalui pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan dan
perbaikan infrastruktur perdesaan (modal fisik). Hal ini membutuhkan
campur tangan pemerintah dan partisipasi swasta.
2. Khususnya bagi pemerintah daerah untuk lebih mengoptimalkan
daerahnya, baik dari segi lahan, sumber daya dan dana anggaran
pembangunan daerah untuk membuka atau memperluas lapangan
pekerjaan sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan tenaga kerja di
daerah yang bersangkutan guna meminimalisir terjadinya peningkatan
kemiskinan.
79
3. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini masih terbatas karena
hanya melihat pengaruh variabel PDB, TPAK dan Dummy Crisis terhadap
Kemiskinan di Indonesia. Oleh karenanya diperlukan studi lanjutan yang
lebih mendalam dengan data dan metode yang lebih lengkap sehingga
dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada dan hasilnya dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan berbagai pihak yang berkaitan
dengan pembangunan ekonomi dalam hal penekanan kemiskinan.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincoln, ”Ekonomi Pembangunan”. Edisi Keempat, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN,. Yogyakarta: Aditya Media. 2001.
Balanchard, “Economics”, Prentice Hall International, inc., New Jersey.2000.
Biro Pusat Statistik . Data dan Informasi Kemiskinan. Tahun 2000.
.Statistik Indonesia. Berbagai Edisi Penerbitan
Firdausy, C.M. “Urban poverty in Indonesia: trends, issues and policies”, Asian
Development Review, Vol 12 No 1.1994.
Gujararati, Damohar. “Basic Ekonometrika”. Edisi 3, Mc Graw-Hill. Newyork,
1999
Gujararati, Damohar. “Basic Ekonometrika”. Edisi 4, Mc Graw-Hill. Erlangga:
Jakarta.2006.
Hendra,Esmara,
Gramedia.1998.
“Melihara
Momentum
Pembangunan,
penerbit
PT
Kharie, Latief. “pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Kemiskinan di Indonesia:
1976:2005” Jurnal Cita Ekonomi. ISSN: Ambon 2007.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis?”. Erlangga: Jakarta. 2003.
Mankiw, N. Gregory.”Macroekonomics” edisi 5, Harvard University, Edisi
Indonesia. Erlangga: Jakarta. 2003.
Moser, Gary dan Thoshihiro, ichida.”Economic Growth and Poverty Reduction
in Sub-Saharan Africa” International Monetary Fund. 2001
Nachorawi, D. Nachorawi. Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan. Lembaga Penerbit FE UI: Jakarta. 2006.
81
Octaviani, Dian, ”Inflasi, Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis
indeks FGT” Media Ekonomi. 2003
Ponco Wibowo, Hamid. “Pengaruh Variable Makro Terhadap Kinerka Perbankan
Syariah”. Magisteter Manajemen. Universitas Indonesia. 2006.
Prasetiantono, Tony.A, Dasar-dasar Demografi, Jakarta: Penerbit Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia. 2000.
Rahardja, Prathama, “Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi
Makroekonomi)”, Lembaga Penerbit FE UI:Jakarta. 2002.
dan
Richard H. Adams, Jr.” Economic Growth, Inequality and Poverty” World Bank
Policy Research Working Paper 2972, February 2006
Saragih, Togar.DR “Pengangguran Pendidikan dan Kemiskinan”. Jurnal
Ekonomi Teleskop STIE. Y.A.I, Volume 5. Edisi 9: Jakarta .2006.
Siregar, Hermanto dan Wahyuniarti, Dwi. “Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”, Direktur Akademi MPIPB dan Direktur Kajian Ekonomi & Lingkungan Brighten Institue
Bogor.2008.
Santoso, Singgih. “ Buku Latihan SPSS Statistic Versi 10.6”. P.T Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2002
Sarman, Muchtar, “Kemisikinan dan Perbedayaan Rakyat”. Prisma, No.1.1997,
LP3ES: Jakarta. 1997.
Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Ekonomi Makro. PT. Grafindo persada: Jakarta
2004.
Thee Kian Wie, 1989, Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Beberapa
Pendekatan
Alternatif, LP3ES: Jakarta.1989
Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. PT. Ghalia Indonesia: Jakarta. 1996
Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. PT. Ghalia Indonesia: Jakarta. 2001.
82
Tarsi, Susianti, Evi. “Analisis Kemiskinan Di Sumatera Barat”, Jurnal Ekonomi,
Edisi Agustus 2006. Media Ekonomi: Padang. 2006
Todaro, Michael p., ”Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi ke 7,
Erlangga, Jakarta, 1998.
Todoro, Eduardus.”Portfolio dan Investasi”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis :
Yogyakarta. 2001.
Yustika, Ahmad, Erani“Perekonomian Indonesia, Deskripsi, Preskripsi dan
Kebijakan”, Bayumedia: Malang. .2006.
83
Lampiran 1
TAHUN
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Data Variabel Penelitian
KM
(juta jiwa)
35000000
35000000
27200000
30000000
28400000
27200000
27200000
26300000
25900000
23700000
22500000
32600000
34010000
38700000
49500000
47970000
38700000
37900000
38400000
37300000
36100000
35100000
39300000
37170000
34960000
32530000
TPAK
(%)
55.8
55.9
57.3
57.4
57.6
57.8
57.3
57.1
57.3
56.6
58
56.6
66.3
66.9
66.91
67.22
67.76
68.6
67.76
65.72
67.54
68.02
66.16
66.99
67.18
67.23
PDB
(Miliyar Rupiah)
77.213.80
78.679.10
89.013.60
93.517.80
98.936.00
90.366.30
97.230.90
104.504.40
110.725.70
196.017.40
301.289.30
331.869.40
359.187.70
370.020.50
327.731.70
379.957.80
397.666.20
1.442.984.60
1.506.124.40
1.557.171.30
1.656.827.50
1.750.825.70
1.847.292.30
1.963.973.30
2.098.133.60
2.176.975.50
DM
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
84
Hasil Data Setelah Diestimasi
Tahun LKM
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1.737.086
1.737.086
1.711.873
1.721.671
1.716.190
1.711.873
1.711.873
1.708.508
1.706.975
1.698.099
1.692.903
1.729.982
1.734.217
1.747.135
1.771.748
1.768.609
1.747.135
1.745.046
1.746.357
1.743.450
1.740.180
1.737.371
1.748.674
1.743.101
1.736.972
1.729.767
TPAK
LPDB
DM
5.580.000
2.276.726 0.000000
5.590.000
2.278.606 0.000000
5.730.000
2.290.947 0.000000
5.740.000
2.295.883 0.000000
5.760.000
2.301.515 0.000000
5.780.000
2.292.455 0.000000
5.730.000
2.299.777 0.000000
5.710.000
2.306.991 0.000000
5.730.000
2.312.774 0.000000
5.660.000
2.369.888 0.000000
5.800.000
2.412.875 0.000000
5.660.000
2.422.542 0.000000
6.630.000
2.430.453 0.000000
6.690.000
2.433.424 1.000.000
6.691.000
2.421.288 1.000.000
6.722.000
2.436.074 1.000.000
6.776.000
2.440.629 1.000.000
6.860.000
2.569.515 1.000.000
6.776.000
2.573.798 1.000.000
6.572.000
2.577.131 1.000.000
6.754.000
2.583.334 1.000.000
6.802.000
2.588.852 1.000.000
6.616.000
2.594.216 1.000.000
6.699.000
2.600.341 1.000.000
6.718.000
2.606.948 1.000.000
6.723.000
2.610.637 1.000.000
85
Lampiran 2
Hasil Uji Asusmsi Klasik
Hasill Uji Normalitas
86
Hasil Uji Linieritas
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.226010
0.278326
Probability
Probability
0.639406
0.597800
Test Equation:
Dependent Variable: LKM
Method: Least Squares
Date: 06/16/11 Time: 08:31
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
TPAK
LPDB
DM
C
FITTED^2
Coefficie
nt
0.333853
1.836722
6.011527
166.0052
0.541703
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.741894
4.080199
-0.450002
0.450155
0.6573
0.6572
13.35550
-0.450116
0.6572
388.0627
1.139456
-0.427779
0.475405
0.6732
0.6394
R-squared
Adjusted R-squared
0.696206
0.638341
Mean dependent var
S.D. dependent var
S.E. of regression
0.119665
Akaike info criterion
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.300713
21.08365
1.556380
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
17.31688
0.198983
1.237204
0.995262
12.03145
0.000031
87
Hasil Uji Multikolinearitas
Dependent Variable: TPAK
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:15
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
Coefficien
t
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LPDB
DM
C
0.911853
7.535530
36.52205
0.571745
1.416220
13.33257
1.594860
5.320874
2.739310
0.1244
0.0000
0.0117
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.878138
0.867541
1.888123
81.99521
-51.82374
1.964725
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
62.49962
5.187882
4.217211
4.362376
82.86906
0.000000
88
Dependent Variable: LPDB
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:16
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
Coefficie
nt
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DM
TPAK
C
1.078194
0.109204
16.99247
0.696658
0.068472
3.959752
1.547667
1.594860
4.291296
0.1354
0.1244
0.0003
0.753775
0.732364
0.653412
9.819794
24.23435
0.451775
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
24.35678
1.263035
2.094950
2.240115
F-statistic
Prob(F-statistic)
35.20530
0.000000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
89
Dependent Variable: DM
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:17
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
Coefficie
nt
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.073221
0.087479
6.206998
0.013761
0.056523
5.320874
1.547667
0.0000
0.1354
0.784642
-7.910615
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
0.877426
0.866768
Mean dependent var
S.D. dependent var
S.E. of regression
0.186119
Akaike info criterion
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.796729
8.416988
1.968175
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
TPAK
LPDB
C
0.500000
0.509902
0.416691
0.271526
82.32115
0.000000
90
Hasil Uji Heteroskedasitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
5.419495
14.95907
Probability
Probability
0.002605
0.010539
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:13
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
C
TPAK
TPAK^2
LPDB
LPDB^2
DM
Coefficie
nt
2.207202
0.085996
0.000667
0.401339
0.008079
0.003072
Std. Error
t-Statistic
Prob.
1.592916
-1.385636
0.1811
0.035221
0.000284
0.109516
-2.441595
2.346806
3.664661
0.0240
0.0293
0.0015
0.002218
0.011911
-3.642171
0.257910
0.0016
0.7991
R-squared
Adjusted R-squared
0.575349
0.469186
Mean dependent var
S.D. dependent var
S.E. of regression
0.010227
Akaike info criterion
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.002092
85.66969
1.205345
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.011690
0.014037
6.128438
5.838108
5.419495
0.002605
91
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.171242
2.725954
Probability
Probability
0.330358
0.255898
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 21:12
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
TPAK
LPDB
DM
C
RESID(-1)
RESID(-2)
R-squared
Coefficie
nt
0.007561
0.011757
0.112605
0.703391
0.230076
0.335490
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.014873
-0.508389
0.6167
0.044831
0.150484
1.078143
0.255442
-0.262261
0.748289
0.652410
0.900699
0.7958
0.4630
0.5216
0.3785
0.263664
-1.272413
0.2178
Mean dependent var
3.14E-15
Adjusted R-squared
0.104844
0.118945
S.D. dependent var
S.E. of regression
0.116637
Akaike info criterion
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.272082
22.38434
1.713176
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.110263
1.260334
0.970004
0.468497
0.795155
92
Lampiran 3
Hasil Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: LKM
Method: Least Squares
Date: 06/15/11 Time: 20:59
Sample: 1984 2009
Included observations: 26
Variable
Coefficie
nt
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.018790
0.102939
0.337423
18.48103
0.012981
1.447575
0.1618
0.037509
0.131684
0.955841
-2.744363
2.562366
19.33483
0.0118
0.0178
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
0.692937
0.651064
Mean dependent var
S.D. dependent var
S.E. of regression
0.117541
Akaike info criterion
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.303949
20.94449
1.558382
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
TPAK
LPDB
DM
C
17.31688
0.198983
1.303422
1.109869
16.54881
0.000008
93
Download