343423_SKIZOFRENIA kelas c

advertisement
SKIZOFRENIA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sri Rahayuningrum
Yusuf Afandi
Fatima Yulianti
Lulu Zarah
Muhamad Fikri
Anisa
(1041411146)
(1041511067)
(1041511214)
Pendahuluan
Skizofrenia merupakan penyakit gangguan otak parah dimana
orang menginterpretasikan realitas secara abnormal dan merupakan
kelainan jiwa paling kompleks.
Kemampuan orang dengan skizofrenia untuk berfungsi normal
dan merawat diri mereka sendiri cenderung menurun dari waktu ke
waktu.
Penyakit ini merupakan kondisi kronis yang memerlukan
pengobatan seumur hidup.
Epidemiologi
• Prevalensi penderita skizofrenia secara nasional sebesar 0,17%.
• Terjadinya pada masa akhir remaja atau awal dewasa, dimulai sekitr usia
16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Dan untuk perempuan terjadi pada
usia 25 sampai 30 tahun.
• Pria lebih banyak mengalami penyakit ini dibandingkan wanita, karena
wanita memiliki esterogen yang akan melindungi neuron yang ada
didalam tubuh agar tetap sehat.
• Resiko skizofrenia seumur hidup sebesar 13% untuk anak dengan satu
orang tua skizofrenia dan 35%-40% untuk anak yang kedua orang tuanya
menderita skizofrenia
Klasifikasi
NO
Klasifikasi
Gejala
1
Tipe Paranoid
Memiliki pikiran yang tidak rasional yang tidak dapat
dibantah,halusinasi sperti dikejar, menanggapi segala
sesuatu dengan sensitif seolah-olah orang lain akan
berbuat buruk.
2
Tipe disorganized
(hebephrenic)
Gangguan berpikir dan perasaan yang datar terjadi
bersama-sama, mental seperti anak-anak.
3
Tipe katatonik
Hampir tidak bergerak, gelisah atau gerakan yang tidak
ada tujuannya, tidak mau berkomunikasi, pederita tidak
memiliki ketertarikan pada sekeliling.
4
Tipe tak
Tergolongkan
Delusi, halusinasi, gangguan pikiran dan kekacauan
berat, namun tidak cocok dikategorikan kedalam salah
satu tipe Skizofrenia
5
Tipe residual
Memiliki keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang
tidak lazim.
Kaplan dan Sadock,2004
Patofisiologi
Peranan
Dopamin
• Skizofrenia dipengaruhi oleh aktivitas dopamin pada jalur mesolimbik dan
mesokortis syaraf dopamin. Overaktivitas syaraf dopamin pada jalur
mesolimbik bertanggung jawab menyebabkan gejala positif, sedangkan
kurangnya aktivitas dopamin pada jalur mesokortis menyebabkan gejala
negatif, kognitif, afektif
• Penurunan aktivitas serotonin terkait dengan peningkatan aktivitas dopamin.
Interaksi antara serotonin dengan dopamin khususnya pada reseptor 5HT2A, dapat menjelaskan mekanisme obat antipsikotik atipikal dan
Peranan
rendahnya potensi untuk menyebabkan efek samping ekstra piramidal.
Serotonin
Selain itu stimulasi 5-HT2A juga meningkatkan fungsi dopaminergik
Peranan
Glutamat
• Disfungsi glutaminergik di korteks prefrontal terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Peran
sistem glutaminergik dalam skizofrenia dari pemberian antagonis reseptor N-metil-Daspartat (NMDA) seperti phencyclidine (PCP) dan ketamin, pada orang sehat
menghasilkan efek yang mirip dengan spektrum gejala dan gangguan kognitif yang terkait
dengan skizofrenia
Gejala dan Tanda
Fase Normal : Pasien berada dalam kontrol yang
baik terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya
Episode Psikotik : Pertama kali mungkin terjadi
secara tiba-tiba, diawali dengan kelakuan yang
menarik diri, pencuriga, dan aneh
Episode Akut : Pasien kehilangan kontak dengan
realitas, dalam hal ini otaknya menciptakan
realitas palsu
Pasien dinyatakan mengalami skizofrenia jika
mengalami tanda-tanda dan gejala karakteristik
selama periode 1 bulan dan bertahan selama
minimal 6 bulan
Deskripsi Gejala Positif dan Negatif
Gejala positif
Gejala Negatif
Delusion ( Khayalan)
Alogia
(Kehilanga
berpikir/berbicara)
Halusinasi
Perasaan/emosi menjadi tumpul
Perilaku aneh, tidak terorganisir
Avolition ( Kehilangan motivasi)
Bicara tidak teratur, topik melompat- Anhedonia/Asosiality
lompat tidak saling berhubungan
kemampuan
untuk
kesenangan, mengisolasi
kehidupan sosial)
Ilusi
Tidak mampu berkonsentrasi
kemampuan
(Kurangnya
merasakan
diri dari
Tatalaksana Terapi
1. Tujuan Terapi
mengembalikan fungsi normal pasien dan
mencegah kekambuhan
2. Sasaran Terapi
a. Fase Akut
: mengurangi/menghilangkan gejala psikotik
dan meningkatkan fungsi normal pasien
b. Fase Stabilisasi : mengurangi resiko kekambuhan dan
meningkatkan adaptasi pasien terhadap
kehidupan dalam masyarakat
3. Strategi Terapi
a. Terapi Non Farmakologi
b. Terapi Farmakologi
a. Terapi Non Farmakologi
1. Intervensi Psikososial
Bermanfaat untuk pencegahan kekambuhan, peningkatan
ketrampilan,
fungsi sosial dan pekerjaan yang lebih baik,
kemampuan untuk berfungsi secara lebih mandiri.
2. Intervensi Keluarga
Prinsipnya anggota keluarga pasien harus dilibatkan dan
terlibat dalam perlakuan proses kolaboratif sejauh
mungkin, misal : berkontribusi dalam perawatan pasien,
pendidikan, bimbingan, dukungan
3. Terapi Perilaku Kognitif
Terapi ini dilakukan koreksi atau modifikasi terhadap
keyakinan (delusi), bertarget pada halusinasi kronis
pendengaran, menormalkan pengalaman psikotik pasein
4. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Penggunaan ECT
dikombinasikan dengan
perawatan obat-obatan
antipsikotik, dapat
dipertimbangkan sebagai
pilihan penderita skizofrenia,
terutama jika diinginkan
perbaikan umum dan
pengurangan gejala yang
cepat. Berlaku pada pasien
yang menunjukkan respon
terbatas pada obat.
b. Terapi Farmakologi
Terdapat 2 kategori obat antipsikotik yaitu antipsikotik
generasi pertama /tipikal dan antipsokotik generasi kedua/
atipikal
1. Antipsikotik Generasi Pertama/Tipikal
Memiliki aksi untuk mengeblok reseptor dopamin. Obat ini
lebih efektif untuk mengatsi gejala positif yang muncul.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh :
Haloperidol
Chlorpromazine
Perphenazine
Fluphenazine
Zuclopenthixol
Trifluoperazine
2. Antipsikotik Generasi Kedua/Atipikal
Memiliki
aksi
mengeblok
reseptor
5-HT2
(serotonin)
dan memiliki efek blokade pada reseptor dopamin yang rendah, serta
sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik
konvensional. Contoh :
Risperidone
Quetiapine
Olanzapine
Clozapine
Ziprasidone
Aripiprazole
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani
pasien-pasien dengan Skizofrenia. Obat antipsikotik atipikal ini lebih aman
dari efek samping akibat penekanan dopamin.
Algoritma
FGA
Tahap 3
Clozapine
Tahap 4
Clozapine + (SGA,
AGK atau ECT
SGA : Antipsikotik genrasi pertama
FGA : Antipsikotik generasi kedua
ECT : Terapi elektrokonvulsif
Kasus
• Seorang laki-laki bernama Tn. X berusia 25
tahun menderita skizoprenia paranoid selama
1 tahun dan dirawat dirumah sakit, sampai
saat ini masih menunjukan gejala halusinasi
serta sering tertawa dan berbicara sendiri,
seolah olah ada orang lain yang diajak
berbicara.
Subjektif (S)
•
•
•
•
Nama : Tn. X
Jenis kelamin : laki-laki.
Umur : 25 tahun
Riwayat Penderita : halusinasi serta sering
tertawa dan berbicara sendiri, seolah olah ada
orang lain yang diajak berbicara (gejala positif)
Objek
1. Tekanan darah
: 130/80 mmHg.
2. Nadi
: 92 /menit.
3. Respiratori Rate
: 20 x/menit.
4. Suhu Tubuh
: 36,7˚C.
• Riwayat pengobatan
: Selama periode
terapi dia telah mendapatkan obat-obat
antispikosis oral termasuk CPZ,Haloperidol,
sulpride,resperidon dan olanzapin
Pengobatan saat ini
Nama Obat
Dosis
Clozapine
50mg 2 kali sehari
Carbamazepin
200mg 3 kali sehari
Haloperidol
10 mg 4 kali sehari
Obat
Klozapin
Obat ini sudah tepat
karena bekerja melalui
interaksi serotonin dan
dopamin pada keempat
jalur dopamin diotak
(serotonin dopamin
antagonis/SDA).
Obat Tepat
Dosis : Belum tepat,
sebaiknya diberikan dosis
12,5 mg sebagai dosis
awal, kemudian baru
ditingkatkan 2x25mg
perhari setelah 3 hari, dan
peningkatan dosis 25-50mg
perhari dilakukan tiap 3
hari hingga mencapai dosis
300mg perhari.
Interaksi obat : Ada
interaksi dengan obat lain
yang diberikan yaitu
Carbamazepin.
Efek samping : sakit kepala,
pusing, hipersaliva,
miokarditis, delirium,
neurotropenia, demam.
Obat
Carbamazepin
memblok VSSCs,
langsung pada sisi yang
membuka kanal ion dari
VSSCs sub unit α dan
Memperbaiki fungsi
NMDA GlutamateReceptor Channels
Obat belum tepat
Dosis
Target dosis untuk mengatasi mania ini
adalah 1200 mg per hari, walaupun
ada variasinya di setiap negara.
Interaksi Carbamazepin menurunkan
efek obat dalam plasma clozapin dan
haloperidol
Efek samping yang paling sering adalah
ganguan gastrointestinal yang ringan
seperti mual, muntah, konstipasi,
diare, anoreksi dan gangguan pada
saraf pusat (diplopia, lemas, pusing,
tremor, ataxia, penglihatan kabur).
Obat
Haloperidol
Memblokir reseptor
dopaminergik D1 dan D2 di
postsinaptik mesolimbik
otak.
Obat belum tepat
Dosis : Maksimum
lazimnya 30mg/hari
Interaksi : Ada interaksi
dengan obat lain yang
diberikan yaitu
Carbamazepin.
Efek samping : takikardia,
aritmia,gelisah,cemas,der
matitis,mual,muntah,
pengelihatan kabur,
hipersaliva,diare,anoreksia.
Plan
Terapi Non Farmakologi
a. Intervensi Psikososial
b. Intervensi Keluarga
c. Terapi Perilaku Kognitif
Terapi Farmakologi
1. Carbamazepin diganti dengan Litium 300 mg
3 kali sehari (Leishouth, 2010).
2. Haloperidole dihapus/ditiadakan, karena
polifarmasi.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA
Download