BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil

advertisement
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dampak ACFTA terhadap ekspor sektor
perikanan Indonesia periode 1998–2012 menggunakan model gravitasi dengan
pendekatan metode Difference-in-Difference adalah sebagai berikut:
1. Teknik estimasi terbaik untuk memprediksi ekspor produk ikan hidup (HS
0301), ikan segar (HS 0302), dan moluska (HS 0307) adalah Random Effect
Model, sedangkan untuk ekspor produk ikan beku (HS 0303), ikan fillet (HS
0304), ikan asap (HS 0305), dan udang-udangan (HS 0306) teknik estimasi
model Pooled Least Square lebih dipilih sebagai teknik estimasi terbaik.
Adapun untuk mengatasi permasalahan BLUE di model panel peneliti
menggunakan Robust Standard Error (Suwardi, 2011).
2. Secara umum, hasil penelitian mengkonfirmasi teori mengenai model gravitasi
Tinbergen (1962), Bergstrand (1985), Martinez-Zarzoso (2003), dan Suryanta
(2012), bahwa perdagangan suatu negara berbanding lurus dengan ukuran
ekonomi suatu negara serta berbanding terbalik dengan jarak. Hasil penelitian
untuk ketujuh produk perikanan menunjukkan bahwa pendapatan eksportir
dan importir serta pendapatan per kapita importir berbanding lurus dengan
ekspor masing-masing produk. Temuan yang berbeda diperoleh pada variabel
pendapatan per kapita Indonesia yang justru bertanda negatif, yang
85
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita Indonesia, maka
ekspor produk perikanan justru semakin menurun.
3. Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang masing-masing negara mitra dagang
menunjukkan tanda yang positif. Luas wilayah negara mitra dagang
menunjukkan tanda positif dan signifikan untuk ekspor ikan beku, ikan asap,
dan udang-udangan. Negara yang saling berbatasan langsung akan semakin
meningkatkan peluang untuk saling berdagang, namun tanda negatif justru
ditunjukkan pada ekspor ikan beku dan ikan asap. Hal ini membuktikan bahwa
negara mitra dagang utama produk perikanan Indonesia tersebut bukan dari
negara yang berdekatan. Menurut data Kementrian Kelautan dan Perikanan,
negara tujuan utama ekspor perikanan Indonesia adalah USA, Jepang, dan
China.
4. Variabel re-parameterisasi dari pendekatan DiD tidak membuktikan terjadinya
trade creation maupun trade diversion pada ekspor masing-masing produk
perikanan. Koefisien variabel yang menjadi proksi untuk trade creation justru
bertanda negatif dan signifikan untuk produk ikan beku, ikan asap, udangudangan, dan moluska, sehingga terdapat indikasi kecenderungan penurunan
ekspor ke sesama negara anggota ACFTA pasca berlakunya ACFTA.
Demikian juga untuk variabel yang menjadi proksi trade diversion juga
menunjukkan tanda negatif dan signifikan untuk produk ikan hidup dan ikan
segar, sehingga terdapat indikasi kecenderungan penurunan ekspor ke negara
non anggota ACFTA pasca berlakunya ACFTA. Sedangkan untuk produk
ikan fillet kedua variabel yang menjadi proksi trade creation dan trade
86
diversion menunjukkan hasil negatif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan
adanya penurunan ekspor ikan fillet Indonesia secara menyeluruh.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memberikan saran
kepada beberapa pihak yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang
dilakukan, di antaranya sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah Indonesia, khususnya para pemangku kebijakan perdagangan
produk perikanan, diharapkan dapat memanfaatkan dengan baik peluang
perikanan Indonesia untuk dapat dikembangkan, baik dalam hal produk
bernilai tambah maupun peningkatan produksi dalam negeri, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan pasar dengan optimal. Hal ini mengingat Indonesia
adalah negara yang kaya akan sumberdaya perikanan yang masih belum
dimanfaatkan secara maksimal. Akan tetapi, harus tetap diingat bahwa
perikanan merupakan sumberdaya yang renewable sehingga perlu disertakan
pula upaya-upaya agar produksinya tetap lestari dan berkelanjutan.
2. Bagi pembaca yang tertarik untuk mengembangkan model dalam penelitian ini
diharapkan dapat memperluas objek studi, baik pada sektor atau subsektor lain
maupun pada perdagangan secara umum, sehingga lebih diketahui dampak
diberlakukannya perjanjian liberalisasi perdagangan terhadap perdagangan
Indonesia. Dengan demikian dapat diketahui sektor-sektor potensial lain yang
dapat lebih dikembangkan sebagai penambah devisa negara demi kemajuan
bangsa Indonesia.
87
Download