PLEA 2008 Paper Title - Jurnal Untan

advertisement
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
EFIKASI FORMULA FUNGISIDA EUSIDERIN A DARI KAYU BULIAN
(Eusideroxylon zwagery) TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT
(EFFICACY OF FUNGICIDE FORMULA OF EUSIDERIN A FROM BULIAN
WOOD (Eusideroxylon zwagery) AGAINST WILT DISEASE
OF TOMATO PLANT)
Muhaimin 1*, Harizon 2, Suryo Wiyono 3, Meity Suradji Sinaga 4
Prodi Pendidikan Kimia, PMIPA FKIP, Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi 1*
Prodi Pendidikan Kimia, PMIPA FKIP, Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi 2
Departemen Proteksi Tanaman, FAPERTA, Institut Pertanian Bogor, Bogor 3
Departemen Proteksi Tanaman, FAPERTA, Institut Pertanian Bogor, Bogor 4
*E-mail : [email protected]
ABSTRACT
Fusarium wilt disease caused Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici is one of the most
destructive diseases on tomato plants. One of environmentally friendly control measures
to control plant pathogens is using biopesticides. This research aims to determine the
lowest concentration of Eusiderin A from E. zwagery could inhibit Fusarium oxysporum
f.sp. lycopersici growth, for testing in field scale. This research includes isolation of
Eusiderin A from E. zwagery, preparation of fungicide formula with active agent of
Eusiderin A, and efficacy testing biofungicide Eusiderin A at tomato plantations. In this
study, developed fungicide formulation is EC (emulsifiable concentrate) that at four
different Eusiderin A concentrations (3, 4, 5 and 10 ppm). The 5 ppm Eusiderin A
fungicide showed level of efficacy similar with synthetic fungicide of Benlate (benomyl)
and no toxic to the leaves of tomato plants. Furthermore, tomato plants treated with
Eusiderin A fungicide (5 ppm) indicate the level of tomato plants damage by other
pathogens is low and tomato plant productivity is very high compared to other
concentration. From this study, it can be concluded that the Eusiderin A fungicide (5 ppm)
is effective enough to control fusarium wilt disease on tomato plants.
Key words: Eusideroxylon zwagery, Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, Eusiderin A,
fusarium wilt disease
ABSTRAK
Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici
merupakan penyakit yang sangat merugikan pada tanaman tomat. Alternatif pengendalian
yang ramah terhadap lingkungan adalah menggunakan fungisida hayati. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terendah Eusiderin A dari E. zwagery yang dapat
menekan pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, untuk skala pengujian
lapangan. Penelitian ini meliputi isolasi senyawa Eusiderin A dari E. zwagery, pembuatan
formula fungisida mengandung Eusiderin A, dan pengujian efikasi biofungisida Eusiderin
A di lahan perkebunan tomat. Pada penelitian ini formulasi fungisida yang dikembangkan
adalah EC (emulsifiable concentrate), dengan konsentrasi Eusiderin A yaitu 3, 4, 5, dan
10 ppm. Fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 5 ppm tingkat
efikasinya sama dengan fungisida sintetis Benlate (benomyl) dan tidak bersifat toksik
terhadap daun tanaman tomat. Selain itu tanaman tomat yang diberi perlakuan fungisida
134
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 5 ppm menunjukkan tingkat kerusakan
tanaman tomat oleh patogen lain kecil dan produktivitas tanaman tomat sangat tinggi
dibandingkan konsentrasi yang lain. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fungisida
berbahan aktif Eusiderin A 5 ppm cukup efektif untuk mengendalikan penyakit layu
fusarium pada tanaman tomat.
Kata kunci : Eusideroxylon zwagery, Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, Eusiderin A,
Penyakit layu fusarium
1. PENDAHULUAN
Penyakit layu fusarium pada tomat merupakan masalah penting bagi petani dan
perusahaan perkebunan tomat di Indonesia, khususnya di Propinsi Jambi, karena telah
menyebabkan kerugian yang sangat besar. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur
tanaman tomat dan menjadi penyakit utama di hampir semua daerah sentra produksi
tomat di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici [5]. Selama ini para petani dalam mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici menggunakan fungisida sintetis. Pemakaian fungisida sintetis secara terusmenerus selain mempercepat timbulnya ras-ras patogen yang resisten, juga dapat
menyebabkan keracunan terhadap manusia sebagai pemakainya [1], [3], [7], [9]. Selain
itu, fungisida bisa menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Berbagai
permasalahan tersebut
telah
mendorong
peneliti
untuk
mencari alternatif
dan
pengembangan untuk pengendalian cendawan patogen Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici dengan bahan alami yaitu kayu bulian (Eusideroxylon zwagery).
Hasil penelitian terdahulu telah berhasil mengisolasi lima jenis senyawa murni dari
kayu bulian (Eusideroxylon zwagery), masing-masing tiga senyawa turunan neolignan
yang berasal dari ekstrak benzen dan dua senyawa turunan alkaloid dari ekstrak etil
asetat. Senyawa eusiderin A merupakan turunan neolignan jenis benzodioksan yang
secara biogenetik berasal dari oksidasi p-alilfenol dan p-propenilfenol diikuti dengan
coupling radikal bebas kedua senyawa tersebut [2], [4], [6]. Eusiderin A menunjukkan
aktivitas anticendawan terhadap Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici secara in vitro,
dengan menghasilkan persentase penghambatan secara berturut-turut 49,80 %, 36,55 %
dan 24,47% pada konsentrasi 5, 4 dan 3 ppm [6]. Pada penelitian skala rumah kaca,
fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm tidak
bersifat toksik terhadap akar dan daun tanaman tomat. Sedangkan fungisida berbahan
aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 10 ppm bersifat toksik terhadap akar [6]. Fungisida
berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 4, 5 dan 10 ppm tingkat efikasinya sangat
tinggi dan tingkat efikasinya sama dengan fungisida sintetis Benlate (bahan aktifnya
benomyl) dalam menekan pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici penyebab
135
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
penyakit layu fusarium pada tomat. Untuk fungisida berbahan aktif Eusiderin A 3 ppm
tingkat efikasinya juga tinggi, karena hanya 1 tanaman tomat yang mati setiap perlakuan.
Data tersebut menunjukkan bahwa senyawa Eusiderin A berpotensi sebagai fungisida
alami.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian langsung terhadap tumbuhan
inangnya yaitu tanaman tomat (uji ad planta). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi terendah (minimum) Eusiderin A dari kayu bulian (Eusideroxylon zwagery)
yang dapat menekan Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici penyebab penyakit layu
fusarium pada tomat untuk skala pengujian lapangan, dan mengetahui tingkat efikasi
biofungisida berbahan aktif Eusiderin A di lahan perkebunan tomat yang terserang
penyakit layu fusarium. Setelah diketahui konsentrasi minimum untuk penghambatan
akan dibuat atau ditentukan suatu formula fungisida baru yang mengandung senyawa
aktif Eusiderin A dari kayu bulian (Eusideroxylon zwagery) yang diharapkan akan bersifat
lebih efikasi, efektif, selektif, cepat dan mudah terdegradasi serta mempunyai dampak
kecil terhadap manusia dan hewan atau lingkungan.
2. METODE PENELITIAN
Ekstraksi dan Partisi Serbuk Kayu Batang Eusideroxylon zwagery
Serbuk kering kayu bulian (10 kg) dimaserasi dengan pelarut n-heksan dan
ampasnya dimaserasi dengan 15 L metanol selama 3 x 24 jam. Kemudian terhadap
ekstrak metanol awal tersebut dilakukan pemisahan untuk senyawa-senyawa golongan
alkaloid menggunakan asam sitrat 3% dan dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan etil
asetat. Bagian residunya dipartisi dengan pelarut benzen, metilen klorida, dan etil asetat.
Eusiderin A dipisahkan dari kelompok fraksi nonpolar dari ekstrak benzen. Isolasi
Eusiderin A ini dimulai dari ekstrak melalui teknik-teknik kromatografi, yaitu kromatografi
vakum cair, kromatografi grafitasi, kromatotron, KLT dan kromatografi tekan. Karakterisasi
terhadap isolat murni menggunakan spektroskopi, meliputi spektroskopi UV dan IR.
Pengembangan Formulasi Fungisida Berbahan Aktif Eusiderin A asal Kayu Bulian
Larutan uji dibuat dengan melarutkan Eusiderin A dalam pelarut kloroform.
Formulasi yang akan dikembangkan adalah berbentuk EC (emulsifiable concentrate),
karena bahan aktif Eusiderin A bersifat larut dalam pelarut non polar.
Komposisi
formulasi fungisida adalah bahan aktif, bahan pembawa/pelarut, dan bahan pengemulsi.
Bahan pembawa/pelarut yang diujicoba adalah
kloroform, sedang bahan pengemulsi
yang diujicoba adalah SDS (detergen). Karakter fisiko-kimia yang diuji adalah: kestabilan
bahan aktif pada emulsi, kemampuan pengemulsi untuk mengemulsikan bahan aktif dan
pelarutnya, daya tahan atau kestabilan dari formula fungisida dan sifat antifungalnya.
136
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
Untuk menguji aktivitas antifungal formulasi fungisida diuji in vitro dalam periode 10 bulan
dengan selang 1 bulan sekali dengan menggunakan cendawan uji Fusarium oxysporum
f.sp. lycopersici.
Uji fitotoksisitas Eusiderin A asal bulian
Uji fitotoksisitas dilakukan terhadap pertumbuhan akar dan perkembangan daun
tanaman tomat. Uji fitotoksisitas terhadap akar tanaman uji dilakukan dengan
menumbuhkan benih tanaman pada media kertas merang pada cawan petri yang sudah
dibasahi dengan larutan Eusiderin A (0, 3, 4, 5 dan 10 ppm). Setiap perlakuan dilakukan
3 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 10 benih uji. Panjang akar yang tumbuh
pada hari ke 3 setelah tanam diukur dan dibandingkan dengan kontrol. Penghambatan
pertumbuhan akar menunjukkan fitotoksisitas pada akar. Fitotoksisitas pada tajuk diuji
dengan melakukan penyemprotan larutan Eusiderin A (0, 3, 4, 5, dan 10 ppm) pada
tanaman uji yang berumur 14 hst.
Adanya penguningan, nekrosis, malformasi atau
kerontokan pada daun tanaman uji diamati dan dibandingkan dengan kontrol.
Fitotoksisitas ditunjukkan oleh adanya gejala penguningan, nekrosis, malformasi,
kerontokan daun atau terhambatnya pertumbuhan tanaman [9].
Studi Efikasi Fungisida Berbahan Aktif Eusiderin A (Skala Lapangan) [8].
Selanjutnya
aktivitas
fungisidal
Eusiderin
A
diuji
kemampuannya
dalam
menginduksi ketahanan tanaman (resitance inducer). Benih tomat disemaikan selama 30
hari dalam pot yang media tanamnya sudah dibasahi dengan larutan fungisida Eusiderin
A 5 ppm. Benih tomat yang telah menjadi tanaman tomat dengan umur 30 hari itu,
kemudian ditanam ke lahan perkebunan. Aplikasi fungisida berbahan aktif Eusiderin A
adalah tiap-tiap konsentrasi Larutan Fungisida Eusiderin A (3, 4, 5 dan 10 ppm) diulang 3
ulangan, setiap ulangan dilakukan terhadap 20 tanaman tomat. Persentase tanaman
terserang tiap-tiap perlakuan diamati pada 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam. Adanya
induksi resistensi ditunjukkan dengan kemampuan perlakuan tersebut menekan penyakit
layu. Selain itu juga ditentukan aktivitas enzim peroksidase pada 3, 4, 5 7, 10, 14 dan 20
hari setelah tanam dengan metode Hammerschmidt dkk (1982) dalam Ramamoorthy dkk
(2002). Perlakuan aplikasi fungisida Eusiderin A di lapangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Induksi resistensi ditunjukkan juga oleh meningkatnya aktivitas enzim peroksidase [9].
137
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
Tabel 1. Perlakuan aplikasi fungisida Eusiderin A di lapangan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perlakuan
Fungisida uji (Eusiderin A)
Fungisida uji (Eusiderin A)
Fungisida uji (Eusiderin A)
Fungisida uji (Eusiderin A)
Fungisida pembanding*
Kontrol (tanpa fungisida)
Konsentrasi (ppm)
10
5
4
3
konsentrasi anjuran pembanding
-
*dapat menggunakan fungisida tunggal dan berbahan aktif lain tetapi telah direkomenasikan untuk
pengendalian penyakit sasaran pada tanaman yang sama.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Senyawa Eusiderin A dari Kayu Batang Eusideroxylon zwagery
Eusiderin A hasil isolasi berbentuk kristal putih dengan titik leleh 99,5-100 oC, dan
dari uji KLT yang menghasilkan satu noda telah menunjukkan kemurnian. Berdasarkan
data spektrum UV-Vis dan spektrum IR (spektrum tidak ditampilkan) serta data literatur
maka struktur molekul Eusiderin A adalah seperti pada Gambar 1 berikut:
OMe
OMe
O
O
OMe
Me
OMe
Gambar 1. Struktur Molekul Eusiderin A
Pengembangan Formulasi Fungisida Berbahan Aktif Eusiderin A asal Kayu Bulian
Formulasi yang dikembangkan adalah berbentuk EC (emulsifiable concentrate)
karena bahan aktif Eusiderin A larut pada pelarut non polar. Eusiderin A dibuat formula
fungisida, dengan cara kristal Eusiderin A dilarutkan dalam kloroform. Komposisi
formulasi fungisida terdiri dari bahan aktif, bahan pembawa/pelarut, dan bahan
pengemulsi. Bahan pembawa/pelarut yang diujicoba adalah kloroform, sedang bahan
pengemulsi yang diujicoba adalah SDS (detergen). Pada penelitian ini, formula fungisida
berbahan aktif Eusiderin A dibuat beberapa konsentrasi yaitu 3, 4, 5, dan 10 ppm.
Pemilihan konsentrasi ini didasarkan pada konsentrasi pengujian yang telah dilakukan
untuk skala rumah kaca terhadap cendawan uji Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici.
Uji Patogenisitas Fusarium oxysporum fsp. lycopersici Terhadap Tanaman Tomat
Uji patogenisitas Fusarium oxysporum fsp. lycopersici terhadap tanaman tomat di lakukan
untuk mengetahui apakah cendawan Fusarium oxysporum fsp. lycopersici yang diisolasi
138
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
dari tanaman tomat yang terkena penyakit layu fusarium (asal perkebunan tomat di
Jambi) memiliki sifat virulensi atau daya patogenisitas yang sama kuat dengan isolat asal
Bogor. Ternyata setelah dilakukan pengujian isolat Bogor lebih kuat patogenisitasnya dari
isolat Jambi. Hasil uji patogenisitas dapat dilihat pada Gambar 2.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 2. Hasil uji patogenisitas Fusarium oxysporum fsp. lycopersici terhadap tanaman
tomat
Keterangan :
- Pada tabung reaksi 1, 2, 3 dan 8 di dalam tabung reaksi diberi cendawan Fusarium oxysporum fsp.
lycopersicii isolat Jambi, sedangkan pada tabung reaksi 4, 5, 6 dan 7 di dalam tabung reaksi diberi
cendawan Fusarium oxysporum fsp. lycopersicii isolat Bogor, sedangkan pada tabung reaksi 9 tidak.
Uji Fitotoksisitas Eusiderin A Asal Bulian
Uji fitotoksisitas
Eusiderin A dengan konsentrasi 5 ppm dilakukan terhadap
perkembangan daun. Ternyata setelah dibandingkan dengan kontrol tidak menunjukkan
gejala fitotoksisitas. Eusiderin A 5 ppm ternyata baik untuk pertumbuhan benih saat
penyemaian, karena dapat membuat tanaman tomat tumbuh lebih cepat dibandingkan
kontrol.
Eusiderin I 5 ppm
Kontrol
Gambar 3. Uji fitotoksisitas Eusiderin A 5 ppm terhadap daun
139
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
Studi Efikasi Fungisida Berbahan Aktif Eusiderin A (Skala Lapangan)
Aktivitas fungisidal Eusiderin A diuji kemampuannya dalam menginduksi
ketahanan tanaman (resitance inducer). Benih tomat disemaikan selama 30 hari dalam
polibag yang media tanamnya sudah dibasahi dengan larutan fungisida Eusiderin A 5
ppm. Benih tomat yang telah menjadi tanaman tomat dengan umur 30 hari itu, kemudian
ditanam pada tanah lahan perkebunan tomat (biasa terserang penyakit layu fusarium)
yang telah diaplikasikan larutan fungisida Eusiderin A (3, 4, 5 dan 10 ppm) terlebih
dahulu. Setelah berumur 1 minggu di tanah lahan perkebunan tomat, aplikasi fungsida
dilakukan lagi. Aplikasinya adalah tiap-tiap konsentrasi larutan fungisida Eusiderin A (3, 4,
5 dan 10 ppm) diulang 3 ulangan, setiap ulangan dilakukan terhadap 20 tanaman tomat.
Persentase tanaman terserang tiap-tiap perlakuan diamati pada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8
minggu setelah tanam. Adanya induksi resistensi ditunjukkan dengan kemampuan
perlakuan tersebut menekan penyakit layu. Pengamatan terhadap tanaman tomat setelah
berumur 8 minggu menunjukkan bahwa pemakaian fungisida berbahan aktif Eusiderin A
menyatakan tingkat efikasinya sangat tinggi. Data hasil pengamatan tersebut dapat di
lihat pada Tabel 2. Sedangkan kondisi tanaman tomat untuk setiap perlakuan dapat dilihat
pada gambar-gambar berikut :
Kontrol
Fungisida Benlate
(Bahan aktif benomyl)
Eusiderin A 10 ppm
Eusiderin A 5 ppm
Gambar 4. Kondisi perlakuan dan ulangan tanaman tomat di lapangan (56 hst)
140
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
Gambar 5. Contoh penyakit layu fusarium pada tanaman tomat yang diamati pada
penelitian ini.
Kontrol
Fungisida Benlate Eusiderin A 10 ppm
(Bahan aktif benomyl)
Eusiderin A 5 ppm
Gambar 6. Buah tomat hasil aplikasi fungisida Eusiderin A yang diamati di lapangan
Tabel 2. Hasil Pengamatan di Lapangan (Jumlah Tanaman Tomat yang dapat Bertahan
Hidup Setiap Perlakuan)
Jumlah Tanaman Tomat yang Hidup setiap
Ulangan (setiap perlakuan 3 kali ulangan,
No.
Perlakuan
setiap ulangan terdiri dari 20 tanaman
Rata-rata
tomat yang di tanam di lahan perkebunan)
I
II
III
1.
Kontrol
14
12
14
13,3
2.
Benlate (benomyl)
20
20
19
19,7
3.
Eusiderin A 10 ppm
20
18
20
19,3
4.
Eusiderin A 5 ppm
19
20
18
19,0
5.
Eusiderin A 4 ppm
17
19
16
17.3
6.
Eusiderin A 3 ppm
17
18
16
17,0
Data pada Tabel 2 menunjukkan fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan
konsentrasi 5 dan 10 ppm tingkat efikasinya sangat tinggi dan tingkat efikasinya sama
dengan fungisida sintetis Benlate (bahan aktifnya benomyl). Dimana jumlah tanaman
tomat yang bertahan hidup setelah berumur 8 minggu (56 hst) masing-masing perlakuan
tidak berbeda nyata. Untuk Eusiderin A (3 dan 4 ppm) tingkat efikasinya juga tinggi,
karena hanya beberapa tanaman tomat saja yang mati setiap perlakuan. Sedangkan
untuk kontrol jumlah tanaman tomat yang mati hampir separuhnya, karena tanaman tomat
141
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
ini tidak dilindungi dengan fungisida, dan ini menunjukkan bahwa Fusarium oxysporum
f.sp. lycopersici yang ada di lahan sangat bersifat virulen. Selain itu tanaman tomat yang
diberi perlakuan fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 3, 4, 5 dan 10
ppm menunjukkan tingkat kerusakan tanaman tomat oleh patogen lain kecil dan
produktivitas tanaman tomat sangat tinggi. Tingkat produktivitas dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Hasil Pengamatan di Lapangan (Produktivitas Tanaman Tomat saat Panen
Pertama Setiap Perlakuan)
Rata-rata buah tomat yang dihasilkan oleh
setiap pohon saat panen pertama setiap
No.
Perlakuan
ulangan (setiap perlakuan 3 kali ulangan,
Rata-rata
setiap ulangan terdiri dari 20 tanaman
tomat yang di tanam di lahan perkebunan)
(Kg)
I
II
III
1.
Kontrol
0,7
0,6
0,7
0,67
2.
Benlate (benomyl)
1,2
1,1
1,1
1,13
3.
Eusiderin A 10 ppm
1,1
1,0
1,2
1,10
4.
Eusiderin A 5 ppm
1,1
1,1
1,0
1,07
5.
Eusiderin A 4 ppm
1,0
1,1
0,9
1,00
6.
Eusiderin A 3 ppm
0,9
0,9
0,8
0,87
Analisis data hasil pengujian efikasi fungisida berbahan aktif Eusiderin A dalam
melindungi tanaman tomat dari infeksi Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici dilakukan
dengan uji statistik menggunakan rancangan acak kelompok. Sedangkan Uji Jarang
Duncan dilakukan untuk mengetahui senyawa dan konsentrasi yang memberikan tingkat
efikasi terbaik. Analisis data pengujian dengan rancangan acak kelompok di peroleh nilai
Pr < 0,05 menginformasikan perlakuan menggunakan fungisida berbahan aktif Eusiderin
A dengan konsentrasi 3, 4, 5 dan 10 ppm berpengaruh terhadap persentase jumlah
tanaman tomat yang tetap hidup. Data ini dapat dimaknai, karena Fhitung (Pr = 0,0001)
lebih kecil dibanding Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05, maka perlakuan menggunakan
fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan berbagai konsentrasi mempengaruhi
persentase jumlah tanaman tomat yang bertahan hidup (Pada Selang Kepercayaan 95%).
Analisis lanjut dengan Uji Jarang Duncan menunjukkan perlakuan menggunakan
fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 5 dan 10 ppm menunjukkan
tingkat efikasinya sama. Fungisida berbahan aktif Eusiderin A untuk konsentrasi 3 dan 4
ppm menunjukkan tingkat efikasinya sama. Berdasarkan literatur dan data pengujian di
lapangan maka konsentrasi yang paling baik untuk aplikasi fungisida berbahan aktif
Eusiderin A adalah 5 ppm.
142
Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Hal. 134 - 143
4. KESIMPULAN
Pada penelitian ini formulasi fungisida yang dikembangkan berbentuk EC
(emulsifiable concentrate). Komposisi formulasi fungisida terdiri dari bahan aktif (Eusiderin
A), bahan pembawa/pelarut adalah kloroform, sedang bahan pengemulsi adalah SDS
(detergen). Fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 5 ppm tidak bersifat
toksik terhadap daun tanaman tomat.
Fungisida berbahan aktif Eusiderin A dengan konsentrasi 5 dan 10 ppm tingkat
efikasinya sangat tinggi dan tingkat efikasinya sama dengan fungisida sintetis Benlate
(bahan aktifnya benomyl). Tanaman tomat yang diberi perlakuan fungisida berbahan aktif
Eusiderin A dengan konsentrasi 3, 4, 5 dan 10 ppm menunjukkan tingkat kerusakan
tanaman tomat oleh patogen lain kecil dan produktivitas tanaman tomat sangat tinggi.
Berdasarkan literatur dan data pengujian di lapangan maka konsentrasi yang paling baik
untuk aplikasi fungisida berbahan aktif Eusiderin A adalah 5 ppm.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1].
Gisi, U., Binder, H., and Rimbach, E. Synergistic Interactions of Fungicides with
Different Modes of Action. Trans. Br. Mycol. Soc. 1985; 85, 299-306.
[2].
Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II. Badan Litbang Kehutanan:
Jakarta; 1987
[3].
Lorbeer, J.W. Synergism, Antagonism, and Addive Action of Fungicides in Mixture,
Proc. Am. Phytopathol. Soc. 1990; 86, 1261-1262.
[4].
Merlini, L., Zanarotti, A. A Biogenetically Patterned Synthesis of (±) Eusiderin,
Tetrahedron Lett. 1975; 42, 3621-3622.
[5].
Moore, E. Fundamentals of The Fungi, Fourth Edition. Prentice Hall International,
Inc.: New Jersey; 1996.
[6].
Muhaimin, Sinaga, M.S., Harizon, Soekarna, B.P.W. Eusiderin I dari Eusideroxylon
zwagery sebagai Kandidat Fungisida Terhadap Fusarium oxysporum f.sp.
Lycopersici. Majalah Percikan. 2004;,50(1), 70-75.
[7].
Pegg, G.F. Fungal Infection of
Plants. Cambridge University Press:Cambridge;
1987.
[8].
Priyono, D., Adnan, A.M. Pengujian Pestisida Berbahan Aktif Majemuk (Bahan
Pelatihan). Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu - Departemen HPT IPB;
2004.
[9].
Ramamoorthy, V., Raguchander, T., and Samiyappan, R. Enhancing resistance of
tomato and hot pepper to Pythium diseases by seed treatment with fluorescent
pseudomonads. European Journal of Plant Pathology. 2002; 108, 429–441.
143
Download