BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cengkeh 2.1.1 Habitat Tanaman cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan musim kemarau panjang. Bila terjadi kemarau yang lebih dari tiga bulan akan menyebabkan bunga cengkeh menjadi kering, namun bila terlalu lama dengan curah hujan yang tinggi juga akan menyebabkan akar cengkeh menjadi berair dan tanaman cengkeh akan mati. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 0-800 m di atas permukaan laut (dpl) atau pada suhu 22 oC – 30oC, tetapi paling optimum pada ketinggian 300-600 m dpl. Tanaman cengkeh menghendaki tanah yang gembur dan mempunyai pembuangan air yang baik. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman cengkeh adalah tanah dengan pH 5,5 - 5,6 (Najiyati dan Danarti, 1991). 2.1.2 Morfologi a. Daun (Folium) Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun. Universitas Sumatera Utara Bangun daunnya (circumscriptio) adalah lanset (lanceolatus), ujungnya (apex) adalah runcing (acustus) pangkalnya (basis folii) adalah meruncing (acuminatus), susunan tulang daunnya (nervatio) adalah menyirip (penninervis), tepi daunnya (margo) adalah rata (integer), dan daging daunnya (intervenium) adalah seperti kertas, tipis tetapi cukup tegar (papyraceus) dan daunnya ini berwarna hijau. Daun, bunga dan tangkainya mengandung minyak cengkeh yang banyak disenangi orang karena baunya yang khas. Bunga dan buahnya muncul pada ujung rantingnya (Tjitrosoepomo, 1985). b. Batang (Caulis) Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabangcabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok dan cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens). Selain itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun (Najiyati dan Danarti, 1991). c. Akar (Radix) Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar serabut, dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang relatif besar. Bedanya, akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit bercabang, sedangkan lateral tumbuh menyamping dan bercabang (Najiyati dan Danarti, 1991). Universitas Sumatera Utara d. Biji (Semen) Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun. Bijinya terdiri dari kulit (spermodermis), tali pusar (funiculus) dan inti biji (nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Hal ini dikarenakan kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri, misal rokok (Najiyati dan Danarti, 1991). e. Bunga (Flos) Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu tangkainya selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu tangkai (pedunculus dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan (flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum) menjadi pendukung benang sari dan putik. Bunga cengkeh ini termasuk dalam setangkup tunggal maksudnya hanya bisa dibagi oleh satu bidang simetri menjadi 2 bagian. Wrna bunganya akan berubahubah sesuai umur pohonnya. Saat masih muda bunga cengkeh berwarna keunguunguan , kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan jika sudah tua menjadi merah kecoklatan (Tjitrosoepomo, 1985). Universitas Sumatera Utara f. Buah (Fructus) Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah (Tjitrosoepomo, 1985). 2.1.3 Taksonomi Tanaman Taksonomi tanaman cengkeh menurut Tjitrosoepomo (1994). Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Dialypetalae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Eugenia Spesies : Eugenia caryophillata 2.1.4 Jenis- jenis Tanaman Di Indonesia banyak sekali ditemukan tipe-tipe cengkeh yang satu sama lainnya sulit sekali dibedakan. Misalnya cengkeh tipe ambon, tipe raja, tipe cengkeh sakit, tipe indari, tipe dokiri, cengkeh afo dan tauro. Perkawinan antara berbagai tipe itu membentuk tipe-tipe baru sehingga tipe-tipe cengkeh di Indonesia sangat sulit digolongkan. Secara keseluruhan, Cengkeh di Indonesia dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu “si putih”, ”si kotok”, “zanzibar”, dan “ambon”. Universitas Sumatera Utara 1. Cengkeh si putih Daun cengkeh si putih berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian daun relatif lebih besar. Cabangnya jarang, sehingga kelihatan kurang rindang. Mahkota berbentuk bulat atau agak bulat. 2. Cengkeh si kotok Daun cengkeh si kotok mulanya berwarna hijau muda kekuningan kemudian berubah menjadi hijau tua dengan permukaan licin dan mengkilap. Helaian daunnya agak langsing dengan ujung agak membulat. Adaptasinya dan produksinya lebih baik dari pada si putih tetapi lebih rendah dari zanzibar, dengan kualitas sedang. 3. Cengkeh tipe zanzibar Tipe ini merupakan tipe cengkeh terbaik. Sangat dianjurkan karena daya adaptasi yang luas, produksi tinggi dan berkualitas baik. Daunnya awalnya berwarna merah muda, kemudian berubah menjadi hijau tua mengkilap pada permukaan atas dan hijau pucat memudar pada permukaan bawah 4. Cengkeh tipe ambon Tipe cengkeh ini tidak dianjurkan untuk ditanam, karena produksi dan daya adaptasinya rendah, serta kualitas hasil yang kurang baik. Daun yang muda berwarna rosa muda atau hijau muda (lebih muda dari pada zanzibar). Daun yang tua permukaan atasnya berwarna hijau tua dan kasar, sedang permukaan bawah berwarna hijau keabu-abuan (Najiyati dan Danarti, 1991). Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Budidaya Tanaman Tanaman cengkeh yang baru ditanam di areal tanam tidak tahan terhadap kekeringan. Untuk mengatasinya, penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan dan dilakukan pada pagi hari atau sore hari, agar penguapan dapat ditekan serendah mungkin sehingga tanaman tidak layu. Lubang tanam yang semula ditutup, digali dengan ukuran yang sedikit kecil. Kemudian bibit tanaman cengkeh dimasukkan ke dalam lubang sampai batas leher. Pemeliharaan kebun dan tanaman cengkeh meliputi berbagai aspek yaitu : pemupukan, penggemburan tanah, pengendalian hama penyakit dan gulma. Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara esensial bagi tanaman serta memperbaiki kondisi tanah, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup. Penggemburan tanah d iluar daerah perakaran perlu digemburkan 2-3 tahun sekali, dengan menggunakan garpu tanah atau cangkul. Penggemburan ini akan berpengaruh baik bagi tanaman (Najiyati dan Danarti, 1991). 2.1.6 Sistem Panen Untuk memperoleh hasil yang bermutu baik, bunga cengkeh harus dipetik bila betul-betul sudah matang petik. Tanda-tanda matang petik yaitu, kepala bunga kelihatan sudah penuh, tetapi belum membuka. Matangnya bunga dalam satu tanaman umumnya tidak serempak sehingga pemetikannya juga dilakukan bertahap. Untuk menghemat tenaga, pemetikan bisa dimulai bila 50-60 % jumlah bunga yang ada di pohon telah matang petik. Universitas Sumatera Utara Cara pemetikan : Sebelum pemetikan dimulai, alat yang perlu disiapkan adalah karung berukuran kecil atau keranjang bambu dan karung besar. Apabila tanaman sudah cukup tinggi dan bunganya tidak terjangkau oleh tangan, maka perlu disiapkan tangga segitiga berkaki empat. Bunga cengkeh dipetik pertandan tepat di atas buku daun terakhirnya dengan menggunakan kuku jari atau pisau kecil yang tajam. Daun terakhir/termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh terikut terpetik bisa mengurangi jumlah tunas sampai 1/3-1/2 bagian (Najiyati dan Danarti, 1991). 2.1.7 Kandungan Kimia Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri 15-20% dan daun cengkeh berkisar antara 1-4% (Kartasapoetra, 1992). Kandungan kimia utama dari minyak cengkeh adalah Eugenol bebas ( 70 samapai 90%), Eugenol asetat dan Kariofillen. Komponen lain yang terdapat dalam tanaman cengkeh yaitu Metil-n-amil Keton, Metil Alkohol, Valeraldehid, Metil-n-amil Karbinol, Metil Furfural, Furfural Alkohol dan Metil Benzoat (Guenther, 1990) 2.1.8 Manfaat Minyak Cengkeh Minyak cengkeh diperoleh dengan cara penyulingan bunga, daun dan tangkai bunga yang sudah kering. Apabila bunga digunakan sebagai bahan baku kimia maka sebaiknya yang digunakan adalah bunga hasil sortiran karena harganya lebih murah. Minyak cengkeh yang berasal dari bunga mempunyai aroma lebih lembut dan harganya lebih mahal dari pada minyak yang berasal dari Universitas Sumatera Utara tangkai dan daun. Minyak cengkeh yang berasal dari tangkai dan bunga umumnya digunakan untuk bahan baku industri kosmetika/wewangian, farmasi, makanan dan rokok. Sementara minyak cengkeh yang berasal dari daun banyak dipakai untuk bahan baku pembuatan eugenol. Minyak cengkeh dapat memperkuat saluran pernapasan dan membunuh parasit internal. Aromanya berkhasiat untuk menyehatkan dan memperkuat ingatan, membantu mengatasi kegelisahan mental, serta menciptakan perasaan berani dan perasaan untuk melindungi. Minyak cengkeh juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi gigi, hipertensi, serta gangguan tidak berfungsinya kelenjar tiroid (Agusta, 2000). Selain itu minyak atsiri pada bunga cengkeh dan daun cengkeh dapat digunakan sebagai bahan obat penghilang rasa mules, rasa mual dan muntahmuntah (Kartasapoetra, 1992). 2.2 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan penyulingan dengan air dan uap (Sastrohamidjojo, 2004). Pada umumnya minyak atsiri tidak berwarna, apabila dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemar. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang Universitas Sumatera Utara berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004). 2.2.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), sifat-sifat minyak atsiri ialah : 1) Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa. 2) Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya. 3) Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. 4) Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun. 5) Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air. 6) Sangat mudah larut dalam pelarut organik. 2.2.2 Fungsi Minyak Atsiri a. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman Minyak atsiri dalam jumlah yang relatif besar disimpan dalam tanaman, karena tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga timbul asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang terpenting. Minyak ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi Universitas Sumatera Utara tanaman tertentu, minyak atsiri dapat menarik serangga sehingga penyerbukan lebih efektif. Dilain pihak tercipta sejenis daya tahan tanaman terhadap kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit dengan dihasilkan minyak dengan bau yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air. (Guenther, 1987) b. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptik internal atau eksternal. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan dengan merangsang saraf sekresi sehingga dengan mencium bau-bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan pewngi kosmetik (Guenther, 1987). 2.2.3 Metode Penyulingan Minyak Atsiri Menurut Guenther (1987), metode penyulingan yang umumnya dilakukan ada tiga macam metode penyulingan, yaitu : a. Penyulingan dengan Air Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan Universitas Sumatera Utara dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bunga mawar) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan. b. Penyulingan dengan Air dan Uap Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas serta bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. c. Penyulingan dengan Uap Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan di atas, kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak di bawah bahan dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metod yang dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan. 2.3 Penggolongan Minyak Atsiri Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut: a. Minyak Atsiri Hidrokarbon Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi minyak terpentin. Minyak ini diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Komponen terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari asam-asam lemak dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform dan asam asetat glasial. Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapier dan merangsang keluarnya keringat dan terpentin jarang digunakan sebagai obat dalam (Gunawan dan Mulyani, 2004). b. Minyak Atsiri Alkohol Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha Universitas Sumatera Utara piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004). c. Minyak Atsiri Fenol Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh, terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung eugenol asetat, beberapa senyawa dari kelompok sesquiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin, lilin dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004). d. Minyak Atsiri Eter Fenol Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena. Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen Universitas Sumatera Utara odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum (Gunawan dan Mulyani, 2004). e. Minyak Atsiri Oksida Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih paling utama adalah sineol 85% (Gunawan dan Mulyani, 2004 ). f. Minyak Atsiri Ester Minyak gandapura merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan dan Mulyani, 2004). 2.3 Parameter Minyak Atsiri 2.3.1 Bobot Jenis Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada 15oC. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml, dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup (Guenther, 1987). Universitas Sumatera Utara 2.3.2 Indeks Bias Indeks bias merupakan perbandingan sudut sinar datang dengan sudut sinar pantul. Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka sinar akan membelok atau “membias” dari garis normal. Jika e adalah sudut sinar pantul, dan i sudut sinar datang, maka menurut hukum pembiasan, dimana n adalah indeks bias media kurang padat dan N indeks bias media lebih padat. Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk menetapkan nilai indeks bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka yang dianggap paling baik adalah refraktometer pulfrich dan Abbe (Guenther,1987). 2.3.3 Kelarutan dalam Alkohol Karena banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Menurut kelarutan minyak, tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang kaya akan terpen (Guenther, 1987). Universitas Sumatera Utara 2.3.4 Spesifikasi Parameter Persyaratan Mutu Minyak Cengkeh Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Bunga Cengkeh Menurut SNI 06-4267-1996. No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Bobot Jenis 15 oC / 15 oC - 1,04 - 1,07 2 Indeks Bias, (nD 20 ) - 1,529 - 1,537 3 Kadar Eugenol %v/v 80 – 95 4 Kelarutan Dalam Etanol 70% 5 Zat Asing 5.1 Lemak - Negatif 5.2 Minyak Mineral - Negatif 5.3 Alkohol Tambahan - Negatif Perbandingan Volume 1:2 Jernih Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Daun Cengkeh Menurut SNI 06-2387-1998. No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Bobot Jenis 20 oC / 20 oC - 1,025-1,0609 2 Indeks Bias, (nD 20 ) - 1,527-1,541 3 Kadar Eugenol %v/v Min. 78 4 Kelarutan Dalam Etanol 70% 5 Zat Asing 5.1 Lemak - Negatif 5.2 Minyak Mineral - Negatif 5.3 Alkohol Tambahan - Negatif Perbandingan Volume 1:2 Jernih Universitas Sumatera Utara