lembar pengesahan - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cengkeh
2.1.1 Habitat
Tanaman cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan
cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan musim kemarau panjang. Bila
terjadi kemarau yang lebih dari tiga bulan akan menyebabkan bunga cengkeh
menjadi kering, namun bila terlalu lama dengan curah hujan yang tinggi juga akan
menyebabkan akar cengkeh menjadi berair dan tanaman cengkeh akan mati.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 0-800 m
di atas permukaan laut (dpl) atau pada suhu 22 oC – 30oC, tetapi paling optimum
pada ketinggian 300-600 m dpl. Tanaman cengkeh menghendaki tanah yang
gembur dan mempunyai pembuangan air yang baik. Jenis tanah yang paling baik
untuk tanaman cengkeh adalah tanah dengan pH 5,5 - 5,6 (Najiyati dan Danarti,
1991).
2.1.2
Morfologi
a. Daun (Folium)
Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena hanya memiliki
tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), namun tidak memiliki
upih/pelepah daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada
bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada
lebih dari satu daun.
Universitas Sumatera Utara
Bangun daunnya (circumscriptio) adalah lanset (lanceolatus), ujungnya (apex)
adalah runcing (acustus) pangkalnya (basis folii) adalah meruncing (acuminatus),
susunan tulang daunnya (nervatio) adalah menyirip (penninervis), tepi daunnya
(margo) adalah rata (integer), dan daging daunnya (intervenium) adalah seperti
kertas, tipis tetapi cukup tegar (papyraceus) dan daunnya ini berwarna hijau.
Daun, bunga dan tangkainya mengandung minyak cengkeh yang banyak
disenangi orang karena baunya yang khas. Bunga dan buahnya muncul pada ujung
rantingnya (Tjitrosoepomo, 1985).
b. Batang (Caulis)
Batang dari pohon cengkeh biasanya memiliki panjang 10-15 m. Batang
berbentuk bulat (teres), permukaan batangnya kasar biasanya memiliki cabangcabang yang dipenuhi banyak ranting atau dapat dikatakan lebat rantingnya. Arah
tumbuh batangnya tegak lurus (erectus) dan cara percabangan dari rantingnya
dapat dikatakan monopodial karena masih dapat dibedakan antara batang pokok
dan cabangnya. Lalu arah tumbuh cabangnya adalah condong ke atas (patens).
Selain itu pohon cengkeh dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun (Najiyati
dan Danarti, 1991).
c. Akar (Radix)
Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral,
akar serabut, dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai
ukuran yang relatif besar. Bedanya, akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan
sedikit bercabang, sedangkan lateral tumbuh menyamping dan bercabang
(Najiyati dan Danarti, 1991).
Universitas Sumatera Utara
d. Biji (Semen)
Pohon cengkeh mampu menghasilkan biji setelah penanaman 5 tahun.
Bijinya terdiri dari kulit (spermodermis), tali pusar (funiculus) dan inti biji
(nukleus seminis). Walaupun dalam jangka 20 tahun masih dapat menghasilkan
biji, biji ini dapat dikatakan sudah tidak menguntungkan. Hal ini dikarenakan
kualitasnya telah menurun dan tidak dapat digunakan lagi untuk industri, misal
rokok (Najiyati dan Danarti, 1991).
e. Bunga (Flos)
Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun (flos terminalis) dengan
tangkai pendek dan bertandan (bunga bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai
bunga). Bunga cengkeh termasuk bunga majemuk yang berbatas karena ujung ibu
tangkainya
selalu ditutup bunga. Bunga terdiri dari tangkai (pedicellus), ibu
tangkai (pedunculus dan dasar bunga (repectaculum). Bunga cengkeh adalah
bunga tunggal (unisexualis) jadi masih dapat dibedakan menjadi bunga jantan
(flos masculus) dan betina (flos femineus). Dasar bunganya (repectaculum)
menjadi pendukung benang sari dan putik.
Bunga cengkeh ini termasuk dalam setangkup tunggal maksudnya hanya bisa
dibagi oleh satu bidang simetri menjadi 2 bagian. Wrna bunganya akan berubahubah sesuai umur pohonnya. Saat masih muda bunga cengkeh berwarna keunguunguan , kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan jika sudah tua
menjadi merah kecoklatan (Tjitrosoepomo, 1985).
Universitas Sumatera Utara
f.
Buah (Fructus)
Cengkeh memiliki tangkai buah yang pada masa awal berwarna hijau dan saat
sudah mekar berwarna merah. Buahnya termasuk buah semu karena ada bagian
bunga yang ikut ambil bagian dalam pembentukan buah (Tjitrosoepomo, 1985).
2.1.3 Taksonomi Tanaman
Taksonomi tanaman cengkeh menurut Tjitrosoepomo (1994).
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Dialypetalae
Bangsa
: Myrtales
Suku
: Myrtaceae
Marga
: Eugenia
Spesies
: Eugenia caryophillata
2.1.4 Jenis- jenis Tanaman
Di Indonesia banyak sekali ditemukan tipe-tipe cengkeh yang satu sama
lainnya sulit sekali dibedakan. Misalnya cengkeh tipe ambon, tipe raja, tipe
cengkeh sakit, tipe indari, tipe dokiri, cengkeh afo dan tauro. Perkawinan antara
berbagai tipe itu membentuk
tipe-tipe baru sehingga tipe-tipe cengkeh di
Indonesia sangat sulit digolongkan.
Secara keseluruhan, Cengkeh di Indonesia dapat digolongkan menjadi empat jenis
yaitu “si putih”, ”si kotok”, “zanzibar”, dan “ambon”.
Universitas Sumatera Utara
1.
Cengkeh si putih
Daun cengkeh si putih berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian
daun relatif lebih besar. Cabangnya jarang, sehingga kelihatan kurang rindang.
Mahkota berbentuk bulat atau agak bulat.
2.
Cengkeh si kotok
Daun cengkeh si kotok mulanya berwarna hijau muda kekuningan kemudian
berubah menjadi hijau tua dengan permukaan licin dan mengkilap. Helaian
daunnya agak langsing dengan ujung agak membulat. Adaptasinya dan
produksinya lebih baik dari pada si putih tetapi lebih rendah dari zanzibar, dengan
kualitas sedang.
3.
Cengkeh tipe zanzibar
Tipe ini merupakan tipe cengkeh terbaik. Sangat dianjurkan karena daya
adaptasi yang luas, produksi tinggi dan berkualitas baik. Daunnya awalnya
berwarna merah muda, kemudian berubah menjadi hijau tua mengkilap pada
permukaan atas dan hijau pucat memudar pada permukaan bawah
4.
Cengkeh tipe ambon
Tipe cengkeh ini tidak dianjurkan untuk ditanam, karena produksi dan daya
adaptasinya rendah, serta kualitas hasil yang kurang baik. Daun yang muda
berwarna rosa muda atau hijau muda (lebih muda dari pada zanzibar). Daun yang
tua permukaan atasnya berwarna hijau tua dan kasar, sedang permukaan bawah
berwarna hijau keabu-abuan (Najiyati dan Danarti, 1991).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Budidaya Tanaman
Tanaman cengkeh yang baru ditanam di areal tanam tidak tahan terhadap
kekeringan. Untuk mengatasinya, penanaman sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan dan dilakukan pada pagi hari atau sore hari, agar penguapan dapat
ditekan serendah mungkin sehingga tanaman tidak layu. Lubang tanam yang
semula ditutup, digali dengan ukuran yang sedikit kecil. Kemudian bibit tanaman
cengkeh dimasukkan ke dalam lubang sampai batas leher.
Pemeliharaan kebun dan tanaman cengkeh meliputi berbagai aspek yaitu :
pemupukan, penggemburan tanah, pengendalian hama penyakit dan gulma.
Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara esensial bagi
tanaman serta memperbaiki kondisi tanah, sehingga akar tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup.
Penggemburan tanah d iluar daerah perakaran perlu digemburkan 2-3 tahun sekali,
dengan menggunakan garpu tanah atau cangkul. Penggemburan ini akan
berpengaruh baik bagi tanaman (Najiyati dan Danarti, 1991).
2.1.6 Sistem Panen
Untuk memperoleh hasil yang bermutu baik, bunga cengkeh harus dipetik
bila betul-betul sudah matang petik. Tanda-tanda matang petik yaitu, kepala
bunga kelihatan sudah penuh, tetapi belum membuka. Matangnya bunga dalam
satu tanaman umumnya tidak serempak sehingga pemetikannya juga dilakukan
bertahap. Untuk menghemat tenaga, pemetikan bisa dimulai bila 50-60 % jumlah
bunga yang ada di pohon telah matang petik.
Universitas Sumatera Utara
Cara pemetikan :
Sebelum pemetikan dimulai, alat yang perlu disiapkan adalah karung
berukuran kecil atau keranjang bambu dan karung besar. Apabila tanaman sudah
cukup tinggi dan bunganya tidak terjangkau oleh tangan, maka perlu disiapkan
tangga segitiga berkaki empat.
Bunga
cengkeh dipetik pertandan tepat di atas buku daun terakhirnya
dengan menggunakan kuku
jari atau pisau kecil yang tajam. Daun
terakhir/termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh terikut terpetik bisa
mengurangi jumlah tunas sampai 1/3-1/2 bagian (Najiyati dan Danarti, 1991).
2.1.7 Kandungan Kimia
Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri 15-20% dan daun cengkeh
berkisar antara 1-4% (Kartasapoetra, 1992).
Kandungan kimia utama dari minyak cengkeh adalah Eugenol bebas ( 70
samapai 90%), Eugenol asetat dan Kariofillen. Komponen lain yang terdapat
dalam tanaman cengkeh yaitu Metil-n-amil Keton, Metil Alkohol, Valeraldehid,
Metil-n-amil Karbinol, Metil Furfural, Furfural Alkohol dan Metil Benzoat
(Guenther, 1990)
2.1.8 Manfaat Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh diperoleh dengan cara penyulingan bunga, daun dan
tangkai bunga yang sudah kering. Apabila bunga digunakan sebagai bahan baku
kimia maka sebaiknya yang digunakan adalah bunga hasil sortiran karena
harganya lebih murah. Minyak cengkeh yang berasal dari bunga mempunyai
aroma lebih lembut dan harganya lebih mahal dari pada minyak yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
tangkai dan daun. Minyak cengkeh yang berasal dari tangkai dan bunga umumnya
digunakan untuk bahan baku industri kosmetika/wewangian, farmasi, makanan
dan rokok. Sementara minyak cengkeh yang berasal dari daun banyak dipakai
untuk bahan baku pembuatan eugenol. Minyak cengkeh dapat memperkuat
saluran pernapasan dan membunuh parasit internal. Aromanya berkhasiat untuk
menyehatkan dan memperkuat ingatan, membantu mengatasi kegelisahan mental,
serta menciptakan perasaan berani dan perasaan untuk melindungi. Minyak
cengkeh juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi gigi, hipertensi, serta
gangguan tidak berfungsinya kelenjar tiroid (Agusta, 2000).
Selain itu minyak atsiri pada bunga cengkeh dan daun cengkeh dapat
digunakan sebagai bahan obat penghilang rasa mules, rasa mual dan muntahmuntah (Kartasapoetra, 1992).
2.2 Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau
padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Minyak
atsiri dapat diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji,
maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap
dan penyulingan dengan air dan uap (Sastrohamidjojo, 2004).
Pada umumnya minyak atsiri tidak berwarna, apabila dalam keadaan segar
dan murni tanpa pencemar. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus
terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang
Universitas Sumatera Utara
berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak
memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat, serta
disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.2.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), sifat-sifat minyak atsiri ialah :
1) Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.
2) Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau
minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari
macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya.
3) Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi
kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit,
tergantung dari jenis komponen penyusunnya.
4) Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen
udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam
komponen penyusun.
5) Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air.
6) Sangat mudah larut dalam pelarut organik.
2.2.2 Fungsi Minyak Atsiri
a. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman
Minyak atsiri dalam jumlah yang relatif besar disimpan dalam tanaman,
karena tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga
timbul asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang
terpenting. Minyak ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi
Universitas Sumatera Utara
tanaman tertentu, minyak atsiri dapat menarik serangga sehingga penyerbukan
lebih efektif. Dilain pihak tercipta sejenis daya tahan
tanaman
terhadap
kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit dengan dihasilkan minyak
dengan bau yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai penutup bagian kayu
yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan
sel) yang berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air.
(Guenther, 1987)
b. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia
Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptik internal
atau eksternal. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau
memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan
sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan dengan
merangsang saraf sekresi sehingga dengan mencium bau-bauan tertentu, maka
akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan lambung menjadi basah.
Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan pewngi kosmetik
(Guenther, 1987).
2.2.3 Metode Penyulingan Minyak Atsiri
Menurut Guenther (1987), metode penyulingan yang umumnya dilakukan
ada tiga macam metode penyulingan, yaitu :
a. Penyulingan dengan Air
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan
Universitas Sumatera Utara
dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung,
mantel uap, pipa uap melingkar tertutup atau dengan memakai pipa uap melingkar
terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara
bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bunga mawar) harus
disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas
dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan
merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat
berpenetrasi ke dalam bahan.
b. Penyulingan dengan Air dan Uap
Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau
saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada
tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu
dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini
adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas serta bahan
yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.
c. Penyulingan dengan Uap
Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung
dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan di atas, kecuali air tidak
diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat
panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap
melingkar yang berpori yang terletak di bawah bahan dan uap bergerak ke atas
melalui bahan yang terletak di atas saringan.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses penyulingan.
Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda bahkan
kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metod yang
dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya penyulingan.
2.3 Penggolongan Minyak Atsiri
Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau
dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula
peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai
obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri
dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
a. Minyak Atsiri Hidrokarbon
Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri
dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi minyak terpentin. Minyak ini
diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Komponen
terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari
asam-asam lemak dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut
dalam alkohol, eter, kloroform dan asam asetat glasial. Kegunaannya dalam
farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh darah kapier dan
merangsang keluarnya keringat dan terpentin jarang digunakan sebagai obat
dalam (Gunawan dan Mulyani, 2004).
b. Minyak Atsiri Alkohol
Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara
minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha
Universitas Sumatera Utara
piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar
mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin.
Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen. Sebagai
penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti
gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri
digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).
c. Minyak Atsiri Fenol
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari
tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae).
Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama
dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh,
terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri
keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung eugenol asetat, beberapa senyawa
dari kelompok sesquiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti
tanin, lilin dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat
mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).
d. Minyak Atsiri Eter Fenol
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari
hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili
Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh
komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena.
Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen
Universitas Sumatera Utara
odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
e. Minyak Atsiri Oksida
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi
daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak
atsiri kayu putih paling utama adalah sineol 85% (Gunawan dan Mulyani, 2004 ).
f. Minyak Atsiri Ester
Minyak gandapura merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini
diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili
Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini
adalah metil salisilat yang
merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan
parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan
dan Mulyani, 2004).
2.3 Parameter Minyak Atsiri
2.3.1 Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis
sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar
antara 0,696-1,188 pada 15oC. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang
praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml,
dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup
(Guenther, 1987).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Indeks Bias
Indeks bias merupakan perbandingan sudut sinar datang dengan sudut sinar
pantul. Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka
sinar akan membelok atau “membias” dari garis normal. Jika e adalah sudut sinar
pantul, dan i sudut sinar datang, maka menurut hukum pembiasan, dimana n
adalah indeks bias media kurang padat dan N indeks bias media lebih padat.
Refraktometer adalah alat yang tepat dan cepat untuk menetapkan nilai indeks
bias. Dari beberapa tipe refraktometer maka yang dianggap paling baik adalah
refraktometer pulfrich dan Abbe (Guenther,1987).
2.3.3 Kelarutan dalam Alkohol
Karena banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang yang larut
dalam air, maka kelarutannya dapat mudah diketahui dengan menggunakan
alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Menurut kelarutan minyak, tergantung
juga kepada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya minyak yang
kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang
kaya akan terpen (Guenther, 1987).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Spesifikasi Parameter Persyaratan Mutu Minyak Cengkeh
Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Bunga Cengkeh Menurut
SNI 06-4267-1996.
No
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1
Bobot Jenis 15 oC / 15 oC
-
1,04 - 1,07
2
Indeks Bias, (nD 20 )
-
1,529 - 1,537
3
Kadar Eugenol
%v/v
80 – 95
4
Kelarutan Dalam Etanol 70%
5
Zat Asing
5.1
Lemak
-
Negatif
5.2
Minyak Mineral
-
Negatif
5.3
Alkohol Tambahan
-
Negatif
Perbandingan Volume
1:2 Jernih
Tabel 2. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Daun Cengkeh Menurut
SNI 06-2387-1998.
No
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1
Bobot Jenis 20 oC / 20 oC
-
1,025-1,0609
2
Indeks Bias, (nD 20 )
-
1,527-1,541
3
Kadar Eugenol
%v/v
Min. 78
4
Kelarutan Dalam Etanol 70%
5
Zat Asing
5.1
Lemak
-
Negatif
5.2
Minyak Mineral
-
Negatif
5.3
Alkohol Tambahan
-
Negatif
Perbandingan Volume
1:2 Jernih
Universitas Sumatera Utara
Download