doc - Jurnal Administrasi Bisnis

advertisement
eJournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (3): 701-715
ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2015
ANALISIS VARIABEL –VARIABEL YANG BERPENGARUH
TERHADAP PERKEMBANGAN NILAI TOTAL EKSPOR
MINYAK KELAPA SAWIT ATAU CRUDE PALM OIL
(CPO) DI KALIMANTAN TIMUR
Elinda1
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel ekspor
Crure Palm Oil (CPO) yang terdiri dari Gross Domestic Product (GDP) Negara
Tujuan, Harga dan Kurs terhadap perkembangan nilai total ekspor Crude Palm
Oil (CPO) di Kalimantan Timur. dan melihat variabel mana yang paling
berpengaruh dominan terhadap perkembangan nilai total ekspor Crude Palm Oil
(CPO). Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder
berasal dari laporan-laporan instansi pemerintahan yang terkait, dokumen dan
studi pustaka yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Kemudian diolah
dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan perhitungan
statistic SPSS versi 21 Hasil penelitian Dari hasil Uji F yang dilakukan, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa variabel Gross Domestic product (GDP) (X 1),
Harga (X2) dan Kurs (X3) secara simultan dan signifikan mempengaruhi terhadap
total nilai Ekspor Crude Plam Oil (CPO) di Kalimantan Timur (Y) dengan Nilai
Fhitung > Ftabel sebesar (20.418 > 4.35), dan nilai R Square (Koefisien
Determinasi) sebesar 0,897. Melalui hasil uji T yang dilakukan, variabel Gross
Domestic product (GDP), dan variabel Harga yang paling berpengaruh
terhadap nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur, di mana nilai
Thitung dari kedua varibel ini lebih besar dari Ttabel (5.040 dan 1.959) > (1.894)
dan untuk hasil Thitung varibel Kurs lebih kecil dari Ttabel (-1.791 < 1.894), pada
hasil uji T ini, hasil variabel Kurs yang di peroleh negatif yang menunjukan
apabila ada kenaikan pada variabel Kurs maka akan mempengaruhi penurunan
pada nilai varibel Y atau nilai Ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan
Timur.
Kata Kunci : Crude Plam Oil (CPO), Ekspor, Harga
Pendahuluan
Minyak nabati di pasar internasional merupakan salah satu pasar kompetitif,
melibatkan tujuh belas jenis minyak nabati serta hampir diproduksi dan
dikonsumsi semua negara, baik negara maju maupun negara sedang berkembang.
Minyak nabati yang banyak di pasar internasional antara lain minyak kedelai,
minyak sawit, sunflower oil dan minyak jagung. Minyak kelapa sawit atau crude
plam oil yang untuk selanjutnya disingkat CPO merupakan bahan baku
pembuatan bahan makanan, kosmetik, obat-obatan dan untuk pengembangan bio1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: [email protected]
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
diesel sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang telah mulai
berkembang dan akan menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari bumi.
Karena sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui cadangannya semakin
menipis maka ada kencenderungan peralihan dari bahan bakar yang tidak dapat
diperbaharui ke bahan bakar yang dapat diperbaharui.
Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) banyak digunakan
sebagai bahan industri pangan (minyak makan dan margarine) industri sabun
(bahan penghasil busa), industri baju (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik
dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak disel). dengan semakin langkanya dan
mahalnya bahan bakar minyak bumi (BBM), minyak kelapa sawit semakin
berdaya saing. Di Indonesia kelapa sawit telah menjadi komuditi unggulan sejak
tahun 1980. Secara nasional kelapa sawit telah dan makin penting dalam
perekonomian Indonesia, karena kelapa sawit termasuk komoditas strategis
penghasil devisa negara dari sektor nonmigas. Peranan kelapa sawit cukup besar
terhadap perekonomian Indonesia, antara lain:
1. Sumber lapangan pekerja
2. Sumber utama devisa negara dari sektor pertanian / sektor nonmigas dengan
nilai ekspor mencapai 20 milyar dolar Amerika di tahun 2014
3. Pemasok industri bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dan Plam Kernel Oil
(PKO) dalam negeri.
4. Mendorong sentra-sentra ekonomi baru.
5. Konservasi yang mengurangi efek rumah kaca (penangkap karbon/ carbon
catche yang efektif).
Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan
kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi penduduk dunia yang
bertumbuh dan karenanya meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan
baku minyak sawit.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat
berperan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Dari kegiatan ekspor dapat
diperoleh devisa yang merupakan salah satu sumber dana untuk pembangunan
dalam hal ini perlu dilihat seberapa besar kontribusi melalui ekspor minyak
kelapa sawit khususnya di Kalimantan Timur.
Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh
negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia,
karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah
produksi yang mendorong pertumbuhan sehingga diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomianya. Salah
satu andalan ekspor di Indonesia adalah komoditi ekspor kelapa sawit, kelapa
sawit merupakan salah satu tanaman unggulan Indonesia untuk kurun waktu yang
lama ke depan. Komoditas kelapa sawit berupa bahan mentah maupun hasil
olahannya, menduduki peringkat pertama penyumbang devisa nonmigas terbesar
bagi negara Indonesia kemudian disusul karet.
702
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
Dari tahun 1975an Indonesia telah melakukan pengembangan budidaya
kelapa sawit dan melakukan pemasaran ekspor minyak sawit mentah (Crude
Palm Oil/ CPO) ke berbagai negara di dunia. Industri minyak sawit merupakan
industri Indonesia yang paling kompetitif dibandingkan industri lain di dalam
negeri dan dengan industri sejenis di negara lain. Pertumbuhan luas daerah kebun
kelapa sawit sejak tahun 1994-2014 mencapai rata-rata 400 ribu hektar per
tahun.yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat luas areal
perkebunan sawit mencapai 10 juta hektar dengan komposisi 4,9 juta hektar
perkebunan swasta, 0,7 juta hektar BUMN dan 4,4 juta hektar perkebunan rakyat.
Sampai saat ini Indonesia merupakan pengembang areal kelapa sawit nomor satu
di dunia mencapai 10 juta Ha dengan Produksi minyak sawit Crude Palm Oil
(CPO) mencapai 30 juta metric ton per tahun Crude Palm Oil (CPO),
Pada tahun 1990, produksi minyak kelapa sawit Indonesia hanya 22 persen
dari produksi dunia, Malaysia 55 persen dan negara-negara lain 23 persen,
sedangkan pada saat ini produksi minyak kelapa sawit Indonesia sudah mencapai
55 persen, Malaysia 40 persen, sedangkan negara lainnya 5 persen dan telah
menjadi produsen utama penghasil minyak kelapa sawit melalui pengembangan
dan peremajaan. Sasaran pengembangan kelapa sawit adalah percepatan
terwujudnya Indonesia sebangai produsen tahunan minyak sawit melalui
pengembangan usaha dan agribisnis kelapa sawit yang memiliki tingkat daya
saing optimal dan memberikan kesejahteraan maksimal bagi pelaku usaha secara
berkelanjutan.
Selama 17 tahun terakhir, produksi minyak kelapa sawit meningkat enam
kali lipat, dari 4,8 juta ton minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) pada
1996 menjadi 31 juta ton pada 2014, dan samapai sekarang ini dari jumlah
produksi minyak Crude Palm Oil (CPO)yang di hasilkan hampir 75 persen dari
jumlah produksi diekspor ke negara lain dengan nilai volume ekspor mencapai
20.1 juta metric ton, dengan nilai ekspor mencapai 20 milyar dolar amerika.
Dengan negara tujuan ekspor India, Cina, Singapura, Jepang, Korea selatan,
Malaysia, Mesir, Belanda, Jerman dan untuk saat ini sudah adanya beberapa
permintaan dari beberapa negara Eropa Timur.
Era pengembangan kelapa sawit di Kalimantan Timur dimulai pada tahun
1982 yang dirintis melalui Proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dikelola
oleh PTP VI. Perkebunan kelapa sawit jadi primadona seiring manfaat positif
pertumbuhan ekonomi yang dirasakan masyarakat Kalimantan Timur. Sampai
saat ini luas areal kelapa sawit di Kalimantan Timur sudah mencapai 1.115.415
Ha yang terdiri dari 230.266 Ha sebagai tanaman plasma / rakyat, 22.367 Ha
milik BUMN sebagai inti dan 862.782 Ha milik Perkebunan Besar Swasta.
Produksi TBS (Tandan Buah Segar) sebesar 7.600.298 ton atau setara dengan
1.672.066 ton Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2014. Areal pertanaman kelapa
sawit yang cukup luas saat ini terpusat di Kabupaten Kutai Timur, Kutai
703
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
Kartanegara dan Paser. Sedangkan beberapa kabupaten dan kota lainnya masih
dalam luasan terbatas.
Industri perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur juga berperan
penting dalam mengurangi angka penganguran di Indonesia saat ini ada 354.605
orang yang bekerja, selain memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat di
kalimantan timur sendiri, industri ini juga menyerap tenaga kerja dari luar
Kalimantan Timur. Di mana diharapkan bisa mempercepat percepatan pemulihan
ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang nantinya secara
langsung pula dapat meningkatkan pendapatan daerah Kalimantan timur.
Sebagian hasil dari perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur termasuk
yang diekspor oleh indonesia, yang masih dalam bentuk minyak kelapa sawit
mentah Crude Palm Oil (CPO). Di mana untuk saat ini perusahaan yang
mengelola minyak kelapa sawit menjadi produk jadi masih kurang di Kalimantan
Timur, kebanyakan minyak kelapa sawit diolah di luar Kalimantan Timur,
Sedangkan dari aspek pemasaran ke luar negeri minyak Crude Palm Oil (CPO)
Kalimantan Timur, pada saat ini negara–negara kawasan Eropa Timur merupakan
pasar baru yang mempunyai prospek cerah dalam ekspor minyak kelapa sawit,
selain di ekspor ke berbagai negara seperti Jepang, India, Cina, dan Korea selatan.
Kerangka Dasar Teori
Perdagangan Internasional
Menurut Tambunan (2000:1) Perdaganan Internasional adalah perdagangan
antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan
internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas
negara yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi
menjadi dua kategori, perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa,
perdagangan jasa antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel),
asuransi, dan pembayaran bunga dan remittance seperti gajih Tenaga Kerja
Indonesian (TKI) di luar negeri dan pemakaian jasa konsultan asing di Indonesia
serta fee dan royalty teknologi (lisensi)
Manfaat Perdagangan Internasional
Ahli–ahli ekonomi menganggap perdagangan internasional sebagai
mesin pertumbuhan ekonomi (Engine Of Growth) konsep dan pandangan
tersebut tetap berlaku hingga dewasa ini.
Adam Smith mengemukakan tentang kemungkinan diperolehnya
keuntungan (Gain From Trade) dari perdagangan internasional, yaitu berupa
kenaikan produksi dan konsumsi barang dan jasa. Menurut Smith, dengan
adanya perdagangan luar negeri suatu negara dapat menaikkan produksi
barang yang tidak dapat dijual di dalam negeri, tetapi masih laku di luar
negeri, sehingga akan terjadi ekspor impor antar suatu negara dan terjadilah
perluasan pasar.
Analisis Mill dan Smith seperti di atas adalah lebih mencerminkan
keadaan sebenarnya yang terdapat dan dihadapi oleh negara-negara yang
704
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
sedang berkembang. Melihat ciri-ciri yang demikian bagi negara-negara yang
berkembang, maka perdagangan luar negeri dan hubungan ekonomi dengan
negara-negara lain akan memberi sumbangan penting dalam menciptakan
pembangunan ekonomi yaitu dalam hal:
1. Memperluas pasar untuk barang-barang yang dihasilkan.
2. Mempertinggi tingkat teknologi dalam kegiatan produksi.
3. Menaikkan produksi barang yang sudah tidak dapat dijual lagi di dalam
negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri ( Suryana, 2000:93-95).
Menurut aliran Merkentilisme ini berpendapat bahwa perdagangan
internasional akan terjadi apabila tedapat kesempatan memperoleh surplus
neraca transaksi berjalan (Current Account). Oleh karena itu, kegiatan eksporimpor diletakan sebagai lokomotif utama yang dipicu melalui peningkatan
industri dalam negeri. Dari hasil ekspor inilah dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan impor. Sehingga aliran merkantilisme mengetengahkan pemikiran
bahwa kegiatan produksi dalam negeri dan ekspor harus ditingkatkan dengan
memberikan ransangan berupa subsidi dan fasilitas–fasilitas lain dari
pemerintah. Sebaliknya, impor harus dibatasi melalui serangkaian hambatan
impor yang berupa proteksi hingga perlindungan khusus, khususnya untuk
industri–industri strategis maupun industri rakyat (Halwani, 2005: 3-4).
Teori keunggulan absolut Adam Smith sering disebut sebagai teori
murni perdagangan internasional. Menurut teori ini, setiap negara akan
memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena
melakukan spesialis produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut
memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor jika
negara tersebut memiliki ke tidakunggulan mutlak (absolute disaventage)
(Hady, 2004:29).
Ekspor
Menurut Mankiw (2003:209), ekspor adalah berbagai macam barang dan
jasa yang di produksi di dalam negeri lalu di jual keluar negeri. Ekspor suatu
negara dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan negara lain. Apabila
terdapat kenaikan pendapatan nasional negara lain maka permintaan agregat di
dalam negeri akan barang dan jasa meningkat, sebagian dipenuhi dengan produk
dalam negeri dan sebagian dengan produk luar negeri (mengimpor). Keynes
mengatakan Bahwa konsumsi sekarang seseorang sangat bergantung pada
pendapatan sekarang
Menurut Sukirno (2000 : 283-382), “ekspor adalah satu komponen
pengeuaran agregat, oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan nasional, apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah
tinggi dan selanjutnya menaikkan pendapatan nasional. Penentu ekspor suatu
negara bergantung kepada banyak faktor. Suatu negara dapat mengekspor barangbarang tersebut diperlukan di negara-negara lain dan mereka tidak dapat
menghasilkan sendiri barang-barang tersebut. Faktor yang lebih penting adalah
705
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
kemapuan dan negara tersebut untuk memproduksi barang-barang yang dapat
bersaing di pasaran luar negeri. Maksudnya mutu dan harga barang produksi
dalam negeri tersebut harus paling sedikit sama baiknya dengan yang
diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang
dihasilkan oleh suatu negara, maka makin besar ekspor yang dapat dilakukannya.
Gross Domestik Product (GDP)
Menurut Sugiarto (2002 : 22) Gross Domestik Product (GDP) adalah total
pendapatan yang dihasilkan di dalam suatu negara termasuk pendapatan orang
asing berkerja dalam suatu negara, Gross Domestic Product (GDP) mengukur
nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah negara (domestic) tampa
membedakan kepemilikan / kewarganegaraan pada suatu periode tertentu. Dalam
hal pengukuran, Gross Domestic product (GDP) mencoba menjadi ukuran
yang meliputi banyak hal, termasuk di dalamnya adalah barang–barang yang
diproduksi dalam perekonomian dan dijual secara legal di pasaran. Gross
Domestic product (GDP) juga memasukkan nilai pasar dari jasa perumahan
pada perekonomian. Gross Domestic Product (GDP) meliputi barang yang
dapat dihitung (makanan, pakaian, mobil) maupun jasa yang tidak dapat
dihitung (potong rambut, pembersihan rumah, kunjungan ke dokter). Gross
Domestic Product (GDP) mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang
diproduksi. Gross Domestic product (GDP) mengukur nilai produksi dalam
batas geografis sebuah negara. Gross Domestic product (GDP) mengukur nilai
produksi yang terjadi sepanjang suatu interval waktu.
Biasanya, interval tersebut adalah setahun atau satu kuartal (tiga bulan).
Gross Domestic Product (GDP) mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran
dalam perekonomian selama interval tesebut. Sedangkan hal–hal yang tidak
dapat diukur oleh Gross Domestic Product (GDP) yaitu Gross Domestic
product (GDP) mengecualikan banyak barang yang diproduksi dan dijual
secara gelap, seperti obat–obatan terlarang. Gross Domestic product (GDP)
juga tidak mencakup barang–barang yang tidak pernah memasuki pasar karena
diproduksi dan dikonsumsi dalam rumah tangga (Mankiw,2006:7-10).
Harga
Menurut Tambunan (2000:42) adalah harga yang telah di sepakati oleh
penjual dan pembeli Permintaan akan suatu barang sangat di tetukan oleh
pendapatan dan selera. Selera dapat memaikan peranan penting dalam
menentukan permintaan akan suatu barang antara berbagai negara. Apabila
persediaaan suatu barang di suatu negara tidak cukup untuk memenuhi
permintaan, negara tersebut dapat mengimpor dari negara lain. Untuk suatu
barang tertentu factor selera dapat memegang peranan penting. Misalnya pada
minyak nabati meskipun di suatu negara bisa memproduksi minyak nabati dari
kacang kedelai akan tetapi secara kesehatan minyak Crude Palm Oil (CPO)
memiliki kandungan kolestrol yang lebih rendah dari minyak kedelai, maka hal
706
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
ini juga menyebabkan penduduk suatu negara lebih menyukai minyak nabati dari
jenis lain.
Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa makin tinggi harga
suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2004: 87).
Perubahan harga bukanlah hanya ditimbulkan oleh karena adanya
perbedaan ongkos produksi, tetatpi juga karena perbedaan dalam pendapatan dan
selera. Permintaan akan suatu barang sangat di tetukan oleh pendapatan dan
selera. Selera dapat memaikan peranan penting dalam menentukan permintaan
akan suatu barang antara berbagai negara. Apabila persediaaan suatu barang di
suatu negara tidak cukup untuk memenuhi permintaan, negara tersebut dapat
mengimpor dari negara lain. Untuk suatu barang tertentu factor selera dapat
memegang peranan penting. Misalnya pada minyak nabati meskipun di suatu
negara bisa memproduksi minyak nabati dari kacang kedelai akan tetapi secara
kesehatan minyak Crude Plam Oil (CPO) memiliki kandungan kolestrol yang
lebih rendah dari minyak kedelai, maka hal ini juga menyebabkan penduduk suatu
negara lebih menyukai minyak nabati dari jenis lain.
Selain selera, permintaan akan suatu barang ditentukan oleh pendapatan.
Kita dapat menduga ada hubungan antara pendapatan suatu Negara dengan
pembelian barng dari luar negeri (impor). Jika pendapatan naik, maka pembelian
barang-barang dan jasa dari dalam negeri maupun impor dapat mengalami
kenaikan. jadi kenaikan harga suatu barang bisa disebabkan adanya permintaan
dan selara, dimana semakin tinggi pendapatan seseorang makan makin tinggi pula
permintaan akan barang tersebut. (Nopirin, 2006:198)
Kurs
Menurut Salvatore (2008:67) Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs
Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang
lain. Perdagangan antar negara di mana masing-masing negara mempunyai alat
tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang
dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs.
Tingkat harga di mana kita memperdagangkan barang domestik dengan
barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan
pada tingkat kurs yang berlaku. (Mankiw : 2006:128)
Indonesia menganut sistem kurs yang mengambang (floating exchange
rate system). Sistem ini berlaku sejak tahun 1973 sebagai akibat kegagalan
kurs tetap. Sejak diberlakukannya sistem ini maka ada beberapa kebaikan dan
keburukan yang timbul.
707
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penlitain kualikatif , yaitu menjelaskan faktor–
faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor minyak kelapa sawit di
Kalimantan timur dengan variabel yang terdiri dari Gross Domestik Product
(GDP) negara tujuan, harga dan kurs. Dilihat dari sudut pandang perkembang
ekspor minyak kelapa Sawit atau Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur.
Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan
terinalogy yang di kemukakan dalam definisi konsepsional perlu di jabarkan
dalam definisi oprasional.Dalam definisi oprasional, di berikan rumus mengenai
konsep atau indicator yang di pergunakan bagi pengukuran variabel-variabel yang
akan dibahas atau diselidiki sebagai berikut:
a) Definisi variabel akan memberikan atau menuntun arah penelitian untuk unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel.
b) Variabel terkait adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain. Pada
penelitian ini yang menjadi variabel terkait (Y) adalah perkembangan jumlah
nilai total Ekspor minnyak kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) di
Kalimantan timur dan jumlah nilai ekspor minyak kelapa sawit Crude Plam Oil
(CPO) di Kalimantan Timur.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder berasal
dari laporan, dokumen dan studi pustaka yang diperoleh dari hasil penelitian
sebelumnya atau buku serta literatur yang relevan dalam penelitian ini yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik yang terdapat dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, serta pengambilan data – data dari Departemen Pertanian indonesia,
Dinas pertanian dan perkebunan Kalimantan timur, Dinas perindustrian,
Perdagangan, Koprasi dan UMKM Kalimantan Timur, Badan Pusat Statistik
Kalimantan Timur, data perekonomian dari Bank Indonesia dan Bank Dunia,
serta studi melalui situs internet Semua terlampir pada daftar pustaka di lembar
terakhir lembar penelitian ini.
Metode dan Teknik Analisis Data
Alat analisis yang digunakan adalah model Cobb-Douglas :
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
2. Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan tingkat kepercayaan 95%
atau α = 0,05.Kesimpulan atau Verifikasi.
708
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
3. Uji F
Uji F atau uji serempak merupakan uji bersama-sama untuk menguji signifikan
pengaruh seluruh variabel, dengan tingkat signifikan 5% dan derajat ke
bebasan (k-1) (n-k).
Hasil Penelitian dan Pembahas Peranan
Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Timur
Crude Plam Oil (CPO) yang di hasilkan melalui perkebunan kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian
Kalimantan Timur. Ada tiga alasan yang dapat menjelaskan pernyataan
tersebut, yaitu: pertama, sebagai bahan utama minyak goreng yang dikonsumsi
oleh masyarakat, Crude Plam Oil (CPO) berperan penting dalam menentukan
tingkat inflasi; kedua, industri perkebunan kelapa sawit dapat menyerap tenaga
kerja lebih dari 350 Ribu orang yang berkerja di industri ini; ketiga, Nilai
ekspor Crude Plam Oil (CPO) merupakan penyumbang kedua setelah
pertambangan sebagai sumber pendapatan daerah Kalimantan Timur yang
sampai saat ini menghasilkan nilai ekspor mencapai hampi 400 Juta US.$
pertahun.
Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah
yang sangat diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan
dalam rangka revitalisasi sektor pertanian di Kalimantan Timur. Industri
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur merupakan mesin pengerak
perekonomian masyarakat di mana dengan adanya perkebunan kelapa sawit
membuka peluang usaha baru bagi masyarakat yang berada di sekitar area
perkebunan kelapa sawit.
Selain itu dengan adanya industri perkebunan kelapa sawit di Kaliman
timur juga membantu membuka akses masyarakat pedelaman Kalimantan
Timur di mana sebelumnya masih banyak terdapat akses jalan yang belum
tersentuh oleh pembangunan pemerintah daerah yang menghubungkan daerah
yang satu dengan daerah yang lain, dengan adanya pekebunan kelapa sawit di
Kalimantan Timur sangat membantu masyarakat dengan memanfaatkan jalan
– jalan yang di bangun oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk
menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain.
Pengembangan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Timur
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur di mulai
pada Tahun 1982 dan sampai saat ini luas area perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Timur mencapai 1.115.415 Hektar, dengan rata – rata perluasan
area perkebunan setiap tahun mencapai 100 ribu hektar pertahun, yang
tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Pengembangan area perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur
akan terus di kembangkan mengingat manfaat yang di peroleh dari perkebunan
709
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
ini sangat besar baik bagi pemerintah Kalimantan Timur maupun masyarakat,
pemerintah Kalimantan Timur untuk saat ini terus mendorang industri
perkebunan kelapa sawit sebagai industri yang bisa mengantikan peranan
industri pertamabangan yang dimana sumber cadangan minyak dan gas yang
ada di Kalimantan Timur yang semakin menipis dan di perkirakan beberapa
puluh tahun lagi akan habis. Dengan adanya pengembangan industri
perkebunan kelapa sawit ini, di harapkan bisa mengantikan sumber
pendapatan daerah yang selama ini di topang oleh industri pertambangan.
Pada saat ini produksi Tandan Buah Segar (TBS) mencapai 7.600.298
ton pertahun sebanding dengan produksi Crude Plam Oil (CPO) mencapai
1.672.066 metrik ton, meskipun untuk saat ini 65 persen dari volume Crude
Plam Oil (CPO) yang di produksi dari perkebunan kelapa sawit Kalimantan
Timur masih di manfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri, dan hanya 35
persen dari volume Crude Plam Oil (CPO) yang di ekspor ke luar negeri.
Seiring dengan miningkatnya permintaan kebutuhan minyak nabati dunia yang
terus meningkat dan adanya keinginan pemerintah Kalimantan Timur untuk
terus mengembangkan perluasan area perkebunan kelapa sawit maka tidak
menutup kemungkinan volume ekspor Crude Plam Oil (CPO) yang di
hasilkan dari perkebunan kelapa Sawit Kalimantan Timur akan terus
meningkat untuk tahun yang akan datang.
Pembahasan
1. Uji Koefesien Determinasi (R2)
Dari hasil uji koefesien determinasi digunakan untuk mengetahu kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan terhadap variabel dependen.
Model Summary
Model
R
R Square Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
a
1
.947
.897
.853
.61570
a. Predictors: (Constant), KURS, GDP, HARGA
Diketahui bahwa besarnya nilai R( Koefisien Korelasi) adalah sebesar 0,947
hal ini menyatakan tingkat hhubungan variabel independen terhadap variabel
dependen sebesar 94%. Nilai koefisien korelasi ini dapat diinterpresentasikan
bahwa hubungan kedua variabel sangat berpengaruh, sedangakan R Sequare
(Koefisien Determinasi) menunjukan pengertian bahwa variabel bebas (Gross
Domestic Product (GDP), Harga dan Kurs) dapat mempengaruhi variabel terikat
(Ekspor) sebesar 89% sedangkan variabel bebas lainnya yang tidak termasuk
dalam model sebesar 11%.
710
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
2. Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
-46.726
(Constant)
GDP
3.846
1
HARGA
.500
KURS
-.202
a. Dependent Variable: EKSPOR
Standardized
Coefficients
Std. Error
11.461
.763
.255
.113
t
Sig.
Beta
-4.077
.005
.758 5.040
.343 1.959
-.261 -1.791
.001
.091
.116
a. Nilai Gross Domestic Product (GDP)
Hasil uji parsial faktor Gross Domestic Product (GDP) memiliki nilai
THitung 5.040 serta nilai koefisien sebesar 3.846 , dengan derajat kebebasan -4.077
dan tingkat kepercayaan sebesar 0,001 atau 0,001 < 0,005, dengan demikian
variabel Gross Domestic Product (GDP) berpengaruh signifikan terhadap ekspor
Crude Palm Oil (CPO) koefisien regresi sebesa 5.040 berarti setiap ada kenaikan
Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan sebesar 1% akan ada kenaikan
ekspor Crude Palm Oil (CPO) sebesar 5.040 dengan asumsi faktor-faktor lainya
tetap. Hal ini mengidikasikan bahwa perubahan kenaikan maupun penurunan nilai
Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan akan memberikan tambahan atau
penurunan terhadap nilai ekspor Crude Plam Oil (CPO) di Kalimantan Timur.
Nilai Gross Domestic Product (GDP) sangat menentukan perkembangan
perekonomian suatu negara apakah perekonomian di negara itu berlangsung
dengan baik atau buruk. Nilai Gross Domestic Product (GDP) suatu negara juga
mencerminkan tinginya pendapatan perkapita masyarakat di negara tersebut,
dengan meningkatnya pendapatan masyarakat di negara tujuan ekspor maka daya
beli masyarakat di negara tesebut akan meningkat sehingga semakin meningkat
pula permintaan akan suatu produk di negara tersebut.
b. Harga
Hasil uji parsial variabel Harga yang memiliki nilai t Hitung sebeasar 1.959
serta nilai koefisien sebesar 0,343 dengan derajat kebebasan -4.077 dan tingkat
kepercayaan sebesar 0,91 yang ternyata nilainya lebih besar dari 0,005. dengan
demikian variabel Harga tidak berpengaruh secara dominan dan signifikan
terhadap nilai total ekspor Crude Palm Oil (CPO) Kalimantan Timur. Koefisien
regresi 1.959 berarti setiap ada kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) sebesar
1% tetap akan ada kenaikan nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) sebesar 1.959
dengan asumsi faktor-faktor lainya tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa
kenaikan Harga Crude Plam Oil (CPO) akan memberi tambahan terhadap nilai
ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur.
711
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
Harga tidak mempunyai pengaruh secara dominan dan signifikan seperti
pengaruh nilai Gross Domestic Product (GDP), ini di sebabkan karena kenaikan
Harga suatu komoditi yang di ekspor dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dari
negara tujuan ekspor, sedangkan permintaan akan dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan negara tujuan yang berpengaruh dengan pendapatan perkapita
penduduk negara tujuan ekspor, Sehingga kenaikan maupuan penurunan harga
Crude Palm Oil (CPO) menyebabkan kenaikan dan penurunan pula pada ekspor
Crude Palm Oil (CPO) Kalimantan Timur dengan asumsi variabel lain tetap.
c. Kurs
Hasil uji parsial variabel Kurs memiliki nilai THitung sebesar -1.791 serta
nilai koefisien sebesar -0,261 dengan derajat kebebasan -4.077 dan tingkat
kepercayaan sebesar 0,116 yang menunjukan lebih besar dari 0,005, dengan
demikian variabel Kurs berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai ekspor Crude
Palm Oil (CPO) Kalimantan Timur, Koefisen regresi sebesar -1.791 berarti ada
kenaikan nilai mata uang asing sebesar -1.791, dengan melihat hasil nilai THitung
dan nilai koefisien variabel Kurs yang negatif, hal ini mengindikasikan bahwa
apabila terjadi kenaikan nilai koefisien variabel Kurs mata uang asing maka akan
mengurangi nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur begitu juga
sebaliknya, apabila nilai koefisien variabel Kurs mata uang asing turun maka
akan menambah nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur,
dengan demikian variabel Kurs juga mempengaruhi nilai ekspor di Kalimantan
Timur.
Hubungan Kurs dengan ekspor adalah semakin tinggi nilai tukar mata uang
asing maka harga ekspor Crude Palm Oil (CPO) akan semakin murah, hal ini
akan mendorong konsumen luar negeri untuk membeli produk ekspor kita
sehingga ekspor kita akan meningkat. Pada akhirnya Kurs akan selalu
menyeimbangkan nilai ekspor dan nilai impor suatu negara hingga mencapai
perdagangan yang benar-benar seimbang.
3. Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
df
Mean
F
Sig.
Squares
Square
Regressio
23.221
3
7.740 20.418
.001b
n
1
Residual
2.654
7
.379
Total
25.874
10
a. Dependent Variable: EKSPOR
b. Predictors: (Constant), KURS, GDP, HARGA
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh pada tabel 4.16 ANOVA, maka
diperoleh nilai FHitung sebesar 20.418 dimana nilai Ftabel dengan tingkat signifikan
712
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
5% adalah sebesar 4.35 ini berarti nialai FHitung lebih besar dibandingkan FTabel
atau 20.418 > 4.35.
Dengan Nilai FHitung> FTabel maka nilai ini menunjukan bahwa variabel
Gross Domestic Product (GDP), Harga dan Kurs secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan
Timur hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan maupun penurunan variabelvariabel tersebut secara bersama-sama akan menyebabkan kenaikan dan
penurunan pula ekspor Crude Palm Oil (CPO), dengan asumsi variabel lain tetap.
Permintaan dan penawaran Crude Palm Oil (CPO) yang merupakan
komoditi penting dunia tentunya sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor global
diantaranya Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan ekspor, Harga maupun
Kurs sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi misalnya kondisi social,
pertahanan dan keamanan.
Pengujian Hipotesisnya adalah :
Dengan membandingkan nilai FHitung dan FTabel diketahui bahwa nilai Fhitung
> Ftabel. Hal ini berarti bersama-sama variabel Gross Domestic Product (GDP),
Harga dan Kurs berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor sehingga H0 ditolak
dan menerima H1 atau hipotesis satu, dari penelitian ini di terima yaitu: Gross
Domestic Product (GDP) negara tujuan ekspor, Harga Crude Palm Oil (CPO) dan
Kurs secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ekspor Crude Palm
Oil (CPO) di Kalimantan Timur.
Penutup
Hasil analisis parsial Uji T menunjukan bahwa nilai Gross Domestic
Product (GDP) negara tujuan mempunyai pengaruh yang sangat dominan dan
signifikan terhadap nilai total ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan
Timur. Sehingga Hipotesis Pertama diterima.
Hasil analisis parsial Uji T juga menunjukan bahwa Harga mempunyai
pengaruh, akan tetapi tidak mempengaruhi secara dominan dan signifikan
terhadap nilai total ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur.
Sehingga Hipotesis Pertama diterima
Secara analisis parsial Uji T menunjuakan bahwa Kurs secara terpisah tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) di
Kalimantan Timur, akan tetatapi nilai persial ekspor menunjukan nilai negatif
artinya, apabila terjadi kenaikan pada nilai kurs dolar AS maka nilai ekspor Crude
Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur akan mengalami penurunan sehingga
hipotesis ke tiga juga di terima.
Hasil analisis uji F secara stimulan menunjukan bahwa variabel Gross
Domestic Product (GDP), Harga dan Kurs secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur. Artinya
kenaikan atau penurunan Gross Domestic Product (GDP), Harga dan Kurs secara
bersama-sama akan mempengaruhi jumlah nilai ekspor (CPO) di Kalimantan
Timur. Hal ini di sebabkan Crude Palm Oil CPO merupakan komoditi yang
713
eJournal Administrasi Bisnis Volume 3, Nomor 3, 2015: 701-715
penting yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti Gross Domestic
Product (GDP), Harga dan Kurs. Sehingga semua hipotesis pertama dalam
penelitian ini diterima.
Melihat nilai Gross Domestic Product (GDP) negara tujuan adalah
variabel yang paling berpengaruh dominan dan signifikan terhadap nilai total
ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur, maka diharapkan dengan ini
kepada pemerintah Kalimantan Timur dan pelaku usaha yang bergerak dibidang
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur untuk dapat mencari dan membuka
pasar baru khususnya ke negara - negara yang perekonomianya maju, seperti
membuka pasar baru ke negara maju di benua Eropa, ke negara maju di Timur
Tengah, ke negara maju di benua Amerika dan ke negara maju di benua Afrika,
agar nilai total ekspor Crude Palm Oil (CPO) di Kalimantan Timur semakin
meningkat.
Kepada pemerintah Kalimantan Timur dan pelaku usaha perkebunan
kelapa sawit di Kalimantan Timur disarankan untuk meningkatkan dan menjaga
mutu dan kualitas Crude Palm Oil (CPO) yang di ekspor agar bisa bersaing
dengan kualitas Crude Palm Oil (CPO) yang di hasilkan oleh negar lain, sehinga
Harga Crude Palm Oil (CPO) Kalimantan Timur bisa terus bersaing di pasar
internasional.
Bagi pemerintah bahwa dalam menjalankan kebijakan untuk mendorong
ekspor CPO dan mengendalikan impor tidak semata-mata dengan tindakan yang
mengarah untuk merndorong atau membiarkan depresiasi rupiah tanpa disertai
dengan kebijakan untuk membenahi kondisi internal khususnya disektor riil
Indonesia.
1. Disarankan kepada pemerintah Kalimantan Timur untuk memberikan
kemudahan kepada para pengusaha atau investor dalam pengurusan perijinan
pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur dan
berusaha untuk tidak menaikan pajak ekspor Crude Palm Oil (CPO).
Daftar Pustaka
Ball, Donald A and Mcculloh, Wendell H, 2001 Internasional Business. Penerbit
Salemba Empat: Jakarta.
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Buku Kedua. Ghalia, Jakarta.
Halwani, Hendra. 2005. Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi Edisi
Kedua. Ghalia Indonesia: Bogor.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Mankiw, N. Gregory, 2003, Pengantar Ekonomi. Terjemahan Paul A. Samuelson
& William D. Nordhaus, Edisi Kedua, Erlangga: Jakarta.
Mankiw, N.Gregory. 2006. Makroekonomi (edisi ke-4) Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Nopirin, Ph.D, 2006, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama,
Penerbit Elangga, Jakarta.
714
Analisis Variabel – variabel Ekspor CPO (Elinda)
Pusat Badan Statistik Kaltim. 2004-2014. Ekspor Kalimantan Timur. BPS :
Samarinda
Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern. PT. Raja Grafindo Perkasa:
Jakarta
.Sukirno Sadono, 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Suryana. (2000). Kewirausahaan. Edisi-1. Salemba Empat, Jakarta.
Salvatore, Dominick, 2006. Mikroekonomi Edisi Empat. McGraw-Hill, Inc. New
York.
Sugiarto dkk. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. PT. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Supranto,J. 2002,Ekonometrika: Lembaga Penelitian FE UI. Jakarta
Tambunan, Tulus T.H, 2000. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa
Isu Penting, Salemba Empat: Jakarta.
Anonim 2004. Ekspor Kalimantan Timur. Pusat Badan Statistik Kalimantan
Timur.
Sumber Internet:
(http://www.sawitindonesia.com/kinerja/2020-kebutuhan-minyak-nabati-duniabergantung-kepada-cpo-indonesia) (diakses 11 Desember 2014)
(http://www.agrofarm.co.id/read/sawit/1001/gapki-untuk-kejar-produksi-cpo-42juta-ton) (diakses 11 Desember 2014)
http://nildatartilla.wordpress.com/2013/06/20/pengertian-kurs-dan-macammacam-kurs/ (diakses 11 Desember 2014)
http://ssbelajar.blogspot.com/2014/03/faktor-pendorong-perdagangan
internasional.html (diakses 11 Desember 2014)
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/prices/international-pricetable?year=2014 (diakses 25 Januari 2015)
http://id.wikipedia.org/wiki/Elastisitas_%28ekonomi%29 (diakses 4 Maret 2015)
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyaksawit/item166 (diakses 25 Januari 2015)
http://www.tradingeconomics.com/country-list/gdp (diakses 25 Januari 2015)
http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/Contents/Default.aspx (diakses 25
Januari 2015)
http://junaidichaniago.wordpress.com. (diakses 1 Mei 2015)
715
Download