BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini berisi tentang penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
juga telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Analisis pengujian variabel
independen terhadap variabel dependen telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa
peneliti, antara lain:
Mahardian (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Non Performing Loan (NPL), Net
Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset
(ROA). Pengujian penelitian dilakukan menggunakan regresi linier berganda.Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, NIM dan LDR berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA.Sedangkan, NPL tidak memiliki pengaruh terhadap
ROA.
Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009) melakukan penelitian
mengenai pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap
Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Variable yang diteliti yakni inflasi, BI Rate,
Nilai Tukar Mata Uang, dan Profitabilitas. Teknik analisa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang
11
menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Hasil
penelitian menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank.
BI Rate terbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.Dalam penelitian ini
tampak adanya kolerasi yang cukup antara inflasi dan BI Rate, karena pada
praktiknya BI Rate merupakan kebijakan dari pemerintah sebagai dampak dari inflasi.
Nilai mata uang terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Arimi (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas
perbankan (Studi pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007-2010).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode linier
berganda. Variable dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROA),
sedangkan independen yang digunakan yaitu Capital Adequacy Ratio(CAR), BOPO,
Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Hasil penelitian ini menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif tidak
signifikan terhadap ROA, NPL memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
ROA, NIM memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA dan BOPO memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Wibowo (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah”.Variabel yang ditelitinya adalah suku bunga, inflasi, CAR, BOPO, NPF, dan
ROA bank syariah.Metode penelitiannya adalah pengujian asumsi klasik, analisis
regresi berganda, dan uji hipotesis. Hasil penelitiannya adalah bahwa BOPO
12
berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi
dan Suku Bunga tidak berpengaruh.
Stiawan (2009) melakukan peneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor
Makroekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah (Studi Pada Bank Syariah Periode 2005-2008). Tujuan penelitian adalah
untuk menganalisis pengaruh kondisi ekonomi makro yang diproksi dengan inflasi
dan GDP, pengaruh karakteristik bank yang diproksi dari FDR, CAR, NPF, BOPO
dan SIZE dan pengaruh pangsa pasar yang diproksi dengan pembiayaan bank syariah
terhadap profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Inflasi dan GDP, tidak berpengaruh terhadap ROA.
Pangsa Pembiayaan, CAR, FDR berpengaruh signifikan positifterhadap ROA
perbankan, sedangkan BOPO, NPF, dan SIZE berpengaruh signifikan negative
terhadap ROA Bank Syariah.
13
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Perbankan dan Bank Syariah
2.2.1.1 Perbankan
Definisi Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut
Hasibuan (2005:2), pengertian bank adalah: Bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif
profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Kasmir (2008:2)
berpendapat bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan
kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Berdasarkan ketiga
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah usaha yang berbentuk
lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan
dana (surplus of fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang
kekurangan dana (lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif
profit juga sosial demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menjelaskan bahwa fungsi perbankan Indonesia adalah menghimpun dana dan
14
kemudian menyalurkan dana ke masyarakat. Fungsi tersebut dikenal sebagai
intermediasi keuangan (financial intermediary). Menurut (Riyadi, 2006:67) fungsi
perbankan lebih spesifiksebagai berikut:
a. Fungsi Pembangunan (Development)
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang
pertumbuhan perekonomian Negara. Jika sistem dan perbankan baik, maka
perbankan akan bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.
b. Fungsi Pelayanan (Service)
Pelayanan di sinni adalah memberikan semua kegiatan keuangan yang
dibutahkan dan diinginkan oleh nasabah, sehingga nasabah memperoleh
kemudahan dalam melakukan kegiatan transaksi keuangannya.
c. Fungsi Transmisi
Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrument
keuangan yang disebut dengan uang giral. Uang giral adalah jenis simpanan
dana di bank yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan
jenis simpanan uang tersebut umumnya dikenal dengan tabungan giro.
Adapun fungsi dari bank syariah menurut Sofyan S. Harahap (2005) antara
lain sebagai berikut:
15
1. Manajer Investasi
Salah satu fungsi bank yang penting adalah sebagai manajer
investasi, maksudnya adalah bank syariah merupakan manajer investasi
dari pemilik dana yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan
(bagi hasil) yang diterima sangat tergantung pada keahlian, kehatihatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah diharapkan mendapatkan hasil yang
mempunyai implikasi langsung kepada pemilik dana. Jika investasi yang
dilakukan bank syariah mengalami pembayaran yang tidak lancar,
bahkan sampai macet, bisa mengakibatkan pendapatan yang diperoleh
kecil dan pendapatan pemilik dana menjadi kecil pula.
2.
Investor
Bank syariah menginvestasikan dana dengan jenis dan pola
investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi tersebut meliputi akad
Murabahah, Sewa-menyewa, Musyarakah, akad Mudharabah, akad
Salam, memperdagangkan produk dan investasi atau memperdagangkan
saham yang dapat diperjual belikan, keuntungandibagikan setelah bank
menerima
bagian
keuntungan
yang
sudah
disepakati
sebelum
pelaksanaan akad.
3. Jasa Keuangan
Bank syariah menjalankan fungsi sebagai pemberi jasa keuangan,
misalnya memberi jasa kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, jasa
16
untuk memperoleh imbalan atas dasar sewa, dan sebagainya. Hanya saja
yang sangat diperhatikan adalah prinsip syariah tidak boleh dilanggar.
d. Fungsi Sosial
Konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam memberikan
pelayanan sosial apakah melalui danaQard (pinjaman kebajikan) atau zakat
dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip prinsip Islam. Disamping itu
konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan
peran penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya dan
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan social.
Menurut Pasal 3 UU No. 10 tahun 1998 adalah perbankan Indonesia bertujuan
menunjang
pelaksaan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.
2.2.1.2 Bank Syariah
Menurut Pasal 1 ayat UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang
17
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja
dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah (Muhammad,
2002).
Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam Ekonomi Islam didasarkan pada
konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang ingin
mendapatkan hasil dari tabungannya, juga harus bersedia mengambil risiko. Bankbank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan
antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan
kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini
tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan
ajaran syariah (Stiawan, 2009:15).
Menurut Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
18
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga yang berwenang di sini adalah Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang bersifat independen yang merupakan kepanjangan
tangan dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DPS
ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI. Adapun prinsip perbankan menurut (Aziz,
2006:4) sebagai berikut:
a.Larangan riba dan bunga.
Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap riba. Tidak
diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh al-Qur’an maupun al-hadits
adalah riba.
b. Keadilan sosial, persamaan, dan hak milik.
Keadilan sosial dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan
pengguna dana untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila terjadi
kerugian. Islam memberikan panduan bahwa proses akumulasi kekayaan dan
distribusi ekonomi terbentuk secara fair dan benar.
c. Uang sebagai modal “potensial”.
Dalam pandangan Islam uang merupakan modal “potensial”. Uangakan
menjadi modal nyata ketika uang tersebut bekerjasama dan bergabung
dengan sumber dayalain untuk melakukan suatu aktivitas produktif. Islam
mengakui nilai kontribusi uang, ketika ia bertindak sebagai modal yang
digunakan untuk aktivitas usaha.
19
d.Larangan perilaku spekulatif.
Sistem keuangan Islam tidak menghendaki penimbunan (hoarding) dan
melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian, perjudian, dan beresiko
ekstrim.
e. Kesucian akad (kontrak).
Islam menegakkan kewajiban sesuai dengan akad (kontrak) dan keterbukaan
informasi sebagai tugas suci. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko
dari informasi asimetrik dan moral.
f. Aktivitas yang disetujui Syariah.
Hanya aktivitas bisnis yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariah
yang memenuhi persyaratan untuk investasi. Sebagai contoh, investasi bisnis
yang berkaitan dengan minuman keras, perjudian, dan barang haram dilarang
oleh Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Nadratuzzaman (2006) antara
lain:
a. Prinsip Al Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama
antara anggota masyarakat dalam kebaikan.
b. Prinsip Menghindari Al Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang
menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum.
20
2.2.2 Produk Bank Syariah
Bank syariah menawarkan produk dan jasa perbankan sesuai dengan syariah
Islam. Produk atau jasa harus disetujui terlebih dahulu oleh Dewan Pengawas Syariah
yang menetapkan apakah produk atau jasa tersebut memenuhi prinsip syariah Islam
atau tidak, sebelum produk tersebut dipasarkan.
a. Produk Penghimpun Dana
Bank syariah dalam menerima dana masyarakat terdiri atas tiga jenis
simpanan atau tabungan, yaitu giro Wadiah, tabungan, dan deposito
berjangka. Namum, bank syariah memungkinkan menerima simpanan dari
bank-bank atau lembaga keuangan.
1) Giro Wadiah
Giro Wadi’ah amanah yang mempunyai prinsip harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan wadi’ahdhamanah adalah
pihak yang dititipi (bank) bertanggungjawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
2) Tabungan
Penarikan tabungan atau simpanan di bank dilakukan sesuai dengan
persetujuan antara penabung dan pihak bank.Dalam hal ini dapat
menggunakan akad Al Wadiah atau akad Mudharabah. Berdasarkan akad
wadiah, tabungan selama masih memiliki saldo, dapat ditarik setiap saat
oleh penabung di setiap saat. Penerimaan tabungan berdasarkan akad
21
Mudharabah digunakan untuk tabungan yang penarikannya tidak dapat
dilakukan sewaktu-waktu.Untuk akad Mudharabah, kepada pemilik
tabungan diberikan imbalan atas dasar pembagian keuntungan yang telah
ditetapkan atau telah disetujui sebelumnya. Selain itu apabila bank
mengalami kerugian, pemilik tabungan ikut menanggung resiko kerugian
tersebut.
3) Deposito berjangka
Penarikan deposito dilakukan menurut perjanjian antara deposan dan bank
yang bersangkutan. Dalam hal ini digunakan akad mudharabah. Deposan
diberikan imbalan berdasarkan pembagian keuntungan yang nisbah bagi
hasilnya telah ditetapkan dan disetujui sebelumnya. Jika bank mengalami
kerugian maka doposan juga akan menanggung resiko.
4) Penerimaan dana lainnya
Selain menerima simpanan dari masyarakat, bank syariah dapat pula
menerima dana dari bank serta pihak lain. Dana tersebut disalurkan untuk
memperolah laba atas dasar akad Al Wadiah, AlMudharabah, atau Al Qad
Ul Hasan. Dana yang diterima atas dasar akad Al Qard Ul Hasan antara
lain dapat berupa Zakat, Infak, dan Shodakoh (ZIS).
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana oleh Bank Syariah dilakukan untuk berbagai usaha atau
kegiatan, dengan akad :
22
1) Al mudharabah
Mudharabah, merupakan bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak
dimana bank sebagai pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada nasabah sebagai pengelola (mudharib) dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama
dengan kontribusi 100% modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
Bank diberi hak memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan.
Dalam hal ini bank menerima inbalan atau keuntungan yang besarnya
ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak. Jika terjadi kerugian,
sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali jika disebabkan oleh kesalahan
atau kelalaian nasabah.
2) Al Musyarakah
Musyarakah, merupakan transaksi yang dilandasi oleh adanya keinginan
para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka
miliki secara bersama-sama. Semua modal disatukan untuk dijadikan
modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik
modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek.
3) Al Murabahah
Murabahah, yaitu kontrak jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah
23
akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicilan maupun
sekaligus.
4) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina
Ijarah merupakan kontrak jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual
jasa, sementara nasabah sebagai pembeli. Diakhir masa kontrak bank dapat
menawarkan nasabah untuk membeli barang yang disewakan. Jika sewa
cicilan sudah termasuk harga pokok barang disebut ijarah wa iqtina.
5) Bai As Salam
Bai As Salam adalah kontrak jual beli dimana nasabah bertindak sebagai
penjual, sementara bank sebagai pembeli barang yang diserahkan oleh
nasabah secara tangguh, sedangkan pembayaran secara tunai oleh bank.
Dalam transaksi ini kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. Transaksi ini biasanyadigunakan untuk produk
pertanian dalam jangka waktu yang singkat.
6) Bai’ Al Isthisna’
Bai’ Al Isthisna’ adalah produk yang menyerupai produk salam. Sistem
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
pembayaran. Umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
24
7) AL Qard Ul Hasan
Bank menyediakan fasilitas dana kepada nasabah tanpa mengharapkan
imbalan dari nasabah. Fasilitas itu biasanya diberikan kepada nasabah yang
betul-betul membutuhkan dan berhak menerimanya.
c. Jasa Perbankan
Menurut Bank syariah memberikan jasa perbankan dalam bentuk berikut:
1) Kafalah
Bank memberikan garansi bank sebagai jaminan pelaksana proyek. Pihak
yang dijamin menyetor sejumlah uang dengan prinsip AlWadiah. Sebagai
imbalan, bank memperoleh sejumlah fee.
2) Hiwalah
Bank melakukan pengiriman uang transfer dengan akad hiwalah. Bank
memperoleh fee sebagai imbalan terhadap jasa pengiriman uang.
3) Wakalah
Merupakan akad perwakilan antara dua pihak. Umumnya digunakan untuk
penerbitan L/C (Letter of Credit), akan tetapi juga dapat digunakan untuk
mentransfer dana nasabah ke pihak lain.
4) Ju’alah
merupakan akad pemberian imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang
ditentukan dari suatu pekerjaan. Akad ini digunakan oleh bank dalam
menawarkan jasa dengan fee sebagai imbalannya.
25
2.2.3 Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Sistem pembukuan akuntansi sangat diperlukan oleh semua lembaga
keuangan, untuk mencatat semua transaksi ekonomi yang dilakukan oleh lembaga
keuangan yang bersangkutan biasanya setahun sekali pada akhir tahun periode
akuntansi (Adyani, 2011:21). Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar
penelitian adalah laporan keuangan bank syariah di Indonsia. Oleh karena itu,
kegiatan usaha suatu bank menurut ketentuan pemerintah harus dinyatakan dalam
laporan keuangan yang diterbitkan dan dilaporkan kepada masyarakat dan otoritas
moneter sebagai pengawas perbankan nasional.
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan.
Laporan keuangan yang dihasilkan bank diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kinerja keuangan dan pertanggungjawaban manajemen bank kepada seluruh
stake holder bank (Dewi, 2010:18).
Pelaporan keuangan perbankan di Indonesia diatur sesuai dengan surat edaran
BI No.23/77/KEP/DIR/tanggal 28 februari 1991, tentang ketentuan publikasi laporan
keuangan bank dimana setiap bank wajib mempublikasikan laporan keuangannya di
media cetak empat kali dalam setahun yaitu pada akhir bulan maret, juni, September
dan desember. Sedangkan menurut surat edaran BI No. 27/5/U/PBB, tanggal 25
januari 1995 yang merupakan pemmbaharuan surat edaran sebelumnya, menyatakan
bahwa bank hanya wajib mempublikasikan laporan keuangan dua kali dalam setahun
pada akhir bulan juni dan desember. Laporan keuangan bank harus disusun
26
berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan prinsip
akuntansi perbankan Indonesia (PAPI) yang di tetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Menurut kententuan yang di tetapkan oleh IAI laporan keuangan
bank terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba rugi, laporan komitmen dan
kontijensi, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan
(IAI,1995).
2.2.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisi laporan keuangan merupakan uraian pos-pos laporan keuangan
menjadi suatu unit informasi yang lebih kecil serta melihat hubungan antara data satu
dengan data yang lain baik itu merupakan data kuantitatif maupun data non
kuantitatif. Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
lebih dalam yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan (Mawardi,
2004).
Data keuangan dari hasil analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam
mengevaluasi
pencapaian
perusahaan,
terutama
apabila
data-data
tersebut
dibandingkan untuk dua periode atau lebih, sehingga diperoleh data yang dapat
mendukung keputusan yang akan diambil (Munawir, 2010).
27
2.2.5 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba
menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan
usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah
membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimiliki (Yuliani,2007). ROA
digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai
pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu
bank, diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan
masyarakat (Dendawijaya, 2009). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari
segi penggunaan asset. (Dendawijaya, 2009)
Tingkat profitabilitas bank di Indonesia merupakan yang terbaik diukur dari
rasio laba terhadap asset (ROA). Husnan dan Pudjiastuti (2002), menyatakan bahwa
rasio rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba
dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan
laba sebelum pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan
memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional (Diah,2010). ROA merupakan
rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh laba bank syariah (Muhammad,2005).
28
Menurut surat edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 desember 2001, rasio ROA
dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset
(Total Aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih yang dimiliki bank sebelum
diberlakukannya pajak. Total asset yang dihitung adalah keseluruhan total asset yang
dimiliki bank tersebut. Bank yang memiliki total asset yang relatif lebih besar akan
mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total Revenue yang relatif
besar akibat penjualan produk yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue
tersebut, maka laba perusahaan juga akan meningkat sehingga kinerja keuangan akan
lebih baik (Mawardi, 2004).
2.2.6 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering
disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Ponco
2008:22).
Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha
pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-bank di
Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil BOPO
menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank
yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio
BOPO nya lebih dari 1 (Wibowo, 2013:4).
29
Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah
90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka
bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya
(Ponco, 2008:23).Untuk menghitung BOPO dapat menggunakan rumus:
=
100%
2.2.7 Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) dijadikan independen yang mempengaruhi ROA,
berdarkan hubungannya dengan tingkat resiko bank yang bermuara pada tingkat
profitabilitas bank (ROA). Menurut surat edaran BI No 3/30DPNP tanggal 14
desember 2001, NIM diukur berdasarkan perbandingan antara pendapatan bunga
bersih terhadap aktiva produktif. NIM merupakan rasio yang dapat menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Aktiva produktif yang
diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan
pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan.
30
Semakin besar rasio NIM, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas
aktiva produktif yang dikelola oleh bank, sehingga memungkinkan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil dan kinerja bank tersebut akan semakin baik
(Almilia, 2005).
2.2.8 Inflasi
Infasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara
umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang
menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum
yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Adapun pengertian lain dari inflasi yaitu
proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara keseluruhan secara terus
menerus. Tetapi kenaikan harga barang tersebut tidak selalu dalam presentase yang
sama. (Nopirin, 2000)
Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu
panas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk
yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung
mengalami kenaikan. Kondisi ekonomi yang seperti ini akan menurunkan daya beli
uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang
diperoleh investor dari investasinya. (Tandelilin, 2001) Akan tetapi, bila kenaikan
harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
31
tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sbagian besar dari harga barang-barang
lain. (Boediono, 1985)
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran agregat (cost push
inflation), dari sisi permintaan agregat (demand pull inflation). Faktor terjadinya cost
push inflation disebabkan oleh naiknya harga bahan baku sehingga menyebabkan
biaya produksi menjadi meningkat, dan pada akhirnya produsen menaikan harga
jualnya untuk mengurangi kerugian akibat meningkatnya biaya produksi. Faktor
terjadinya demand pull inflation disebabkan oleh meningkatnya permintaan agregat
tanpa diimbangi oleh peningkatan barang dan jasa, sehingga barang dan jasa menjadi
langka.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara
untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan
GDP Deflator. Inflasi terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1. Inflasi Ringan, apabila kenaikan harga berada di bawah 10% setahun.
2. Inflasi Sedang, apabila kenaikan harga berada di antara 10%-30% setahun.
3. Inlasi Berat, apabila kenaikan harga berada di antara30%-100% setahun.
4. Hiperinflasi, apabila kenaikan harga di atas 100% setahun.
Penentu parah tidaknya inflasi tentu saja sangat relative dan tergantung pada
“selera” kita untuk menamakannya. Dan lagi sebetulnya kita tidak bisa menentukan
parah tidaknya inflasi hanya dengan melihat dari sudut pandang laju inflasi saja,
32
tanpa mempertimbangkan siapa saja yang menaggung beban atau memperoleh
keuntungan dari inflasi tersebut.
Serta inflasi juga dapat digologkan berdasarkan asal timbulnya inflasi itu
sendiri, antara lain:
1.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).
2.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
2.3 Model dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh BOPO terhadap ROA
Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) atau yang
disebut juga rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
suatu bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapan operasional.
Jika rasio BOPO semakin meningkat, maka hal tersebut mencerminkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan atau meningkatkan
pendapatan operasionalnya, sehingga menimbulkan kurang efisiennya bank dalam
mengelola usahanya. Setiap peningkatan biaya operasional bank yang tidak diikuti
dengan peningkatan pendapatan operasional akan berakibat pada berkurangknya laba
sebelum pajak dan pada akhirnya akan menurunkan ROA. Berdasarkan uraian diatas
dapat dirumuskan bahwa BOPO berperngaruh negatif terhadap ROA, semakin tinggi
nilai BOPO semakin rendah ROA. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
33
oleh Mawardi (2004) dan Prasnanugraha (2007) yang menyatakan bahwa pengaruh
yang diberikan oleh BOPO terhadap ROA adalah negatif.
H1 : BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
Bank Syariah Mandiri.
2.3.2 Pengaruh NIM terhadap ROA
Rasio Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. NIM juga menunjukkan kemampuan bank dalam
memperoleh pendapatan operasional dari dana yang ditempatkan dalam bentuk
pinjaman (kredit). Standar yang ditetapkan oleh bank Indonesia untuk NIM adalah >
6%. Semakin tinggi NIM, menunjukkan semakin tinggi efektivitas bank dalam
penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Semakin besar rasio NIM, juga
akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
dengan baik, sehingga mengindikasikan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Berdasarkan uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai rasio
NIM, maka semakin besar pula ROA bank tersebut. Hal ini memiliki makna bahwa
kinerja keuangan bank tersebut semakin baik atau meningkat. Kesimpulan ini sesuai
34
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa
terdapat nilai positif yang signifikan antara NIM dengan ROA.
H2 : NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
Bank Syariah Mandiri.
2.3.3 Pengaruh Inflasi terhadap ROA
Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila terjadi inflasi
yang tak terkendali (hiperinflasi) maka keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian melemah. Hal ini mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung,
atau berinvestasi dan berproduksi menjadi berkurang. Harga meningkat dengan cepat,
masyarakat akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga kebutuhan seharihari yang terus meroket. Bagi perusahaan sebuah inflasi menyebabkan naiknya biaya
produksi maupun operasional mereka sehingga pada akhirnya merugikan bank itu
sendiri. Inflasi berpotensi mengerek bunga kredit. Kenaikan bunga kredit tentu akan
menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor kredit
akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan.
Hal ini didukung oleh penelitian Oktavia (2009) yang menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
35
H3: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
Bank Syariah Mandiri.
2.4 Kerangka Pemikran Teoritis
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai hubungan
antara variabel dependen (profitabilitas bank mandiri) dengan variabel independen
(BOPO, NIM dan inflasi) diatas, maka dapat dikembangkan kerangka pemikiran
teoritis seperti tampak pada gambar 2.4 berikut ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
BOPO
(X1)
NIM
(X2)
INFLASI
(X3)
PROFITABILITAS
BANK SYARIAH
MANDIRI
36
2.5 Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel
atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dalam
penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis sehingga jawaban sementara
dari masalah atau pernyataan memerlukan pengujian empiris.
BOPO (X1), NIM (X2) dan Inflasi (X3), serta profitabilitas (Y)
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Variabel BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Bank Syariah
Mandiri.
H2: Variabel NIM berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Syariah
Mandiri.
H3: Variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Bank Syariah
Mandiri.
Download